BAB 4 KLASIFIKASI TES 4.1 Sejarah Tes Psikologi Asal mula sejarah tes psikologi berawal dari abad 2200 sebelum masehi di China, yang dilakukan untuk menguji rakyat sipil yang ingin menjadi legislative berdasarkan pengetahuan menulis klasik, persoalan administrasi dan manajerial. Tetapi hal ini berkembang dan bukan hanya dilakukan pada bidang militer, perpajakan, pertanian dan geografi. Dalam sejarah psikologi Benua Asia bangsa China telah lama menggunakan tes “kemampuan psikologi” sebagai salah satu tes kemampuan belajarnya. Bahkan seseorang bernama Lin Xie pernah melakukan sebuah tes psikologi. Pada saat tersebut, ia meminta beberapa orang untuk menggambar persegi empat dengan salah satu tangannya dan lingkaran dengan tangannya yang lain. Tes ini di tunjukan untuk menguji kemampuan sinkronisasi pola pikir dan menguji konsentrasi seseorang. Beberapa ahli menyebutkan bahwa tes Lin Xie ini adalah tes psikologi pertama di dunia. Dikalangan orang Yunani kuno, testing merupakan pendamping tetap proses pendidikan. Tes-tes digunakan untuk mengukur penguasaan keterampilan-keterampilan fisik dan juga intelektual (Doyle, 1974). Sesudah dari awal munculnya tes di abad pertengahan, universitas- universitas di Eropa mengandalkan kajian formal dalam hal memberi gelar dan penghargaan, bagaimanapun juga untuk mengidentifikasi perkembangan-perkembangan utama sampai menghasilkan testing dewasa ini, kita perlu mempelajari abad 19. Awal abad 19 merupakan masa kebangkitan minat pada pengobatan yang lebih manusiawi terhadap orang-orang gila dan mereka yang keterbelakangan mental. Sebelum itu orang ini lazimnya diabaikan, dicemooh, bahkan disiksa. Dengan munculnya kepedulian akan perawatan yang layak bagi orang-orang yang mempunyai masalah mental, semakin disadari perlunya kriteria untuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 4 KLASIFIKASI TES
4.1 Sejarah Tes Psikologi
Asal mula sejarah tes psikologi berawal dari abad 2200 sebelum masehi di China, yang dilakukan
untuk menguji rakyat sipil yang ingin menjadi legislative berdasarkan pengetahuan menulis klasik,
persoalan administrasi dan manajerial. Tetapi hal ini berkembang dan bukan hanya dilakukan pada
bidang militer, perpajakan, pertanian dan geografi. Dalam sejarah psikologi Benua Asia bangsa China
telah lama menggunakan tes “kemampuan psikologi” sebagai salah satu tes kemampuan belajarnya.
Bahkan seseorang bernama Lin Xie pernah melakukan sebuah tes psikologi. Pada saat tersebut, ia
meminta beberapa orang untuk menggambar persegi empat dengan salah satu tangannya dan
lingkaran dengan tangannya yang lain. Tes ini di tunjukan untuk menguji kemampuan sinkronisasi
pola pikir dan menguji konsentrasi seseorang. Beberapa ahli menyebutkan bahwa tes Lin Xie ini
adalah tes psikologi pertama di dunia.
Dikalangan orang Yunani kuno, testing merupakan pendamping tetap proses pendidikan. Tes-tes
digunakan untuk mengukur penguasaan keterampilan-keterampilan fisik dan juga intelektual (Doyle,
1974). Sesudah dari awal munculnya tes di abad pertengahan, universitas-universitas di Eropa
mengandalkan kajian formal dalam hal memberi gelar dan penghargaan, bagaimanapun juga untuk
mengidentifikasi perkembangan-perkembangan utama sampai menghasilkan testing dewasa ini, kita
perlu mempelajari abad 19. Awal abad 19 merupakan masa kebangkitan minat pada pengobatan yang
lebih manusiawi terhadap orang-orang gila dan mereka yang keterbelakangan mental. Sebelum itu
orang ini lazimnya diabaikan, dicemooh, bahkan disiksa. Dengan munculnya kepedulian akan
perawatan yang layak bagi orang-orang yang mempunyai masalah mental, semakin disadari perlunya
kriteria untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kasus-kasus ini. Pendirian banyak lembaga
social untuk perawatan orang-orang bermentalitas terbelakang baik di Eropa maupun AS
menimbulkan kebutuhan untuk menetapkan standar-standar penerimaan dan system klasifikasi yang
obyektif.
Tokoh – Tokoh yang Berpengaruh
Seguin (dokter Perancis yang pindah ke Amerika) pada 1837, menolak bahwa
retardasi mental tidak dapat disembuhkan, mengadakan pelatihan fisik untuk meningkatkan
inteligensi, mengukur kemampuan sensomotoriknya, kemampuan fisik menggambarkan
inteligensinya. Esquirol (dokter Perancis) pada 1838, mengembangkan alat dalam klasifikasi
retardasai mental, menggunakan kemampuan bahasanya, kemampuan bahasa menunjukkan
kemampuan intelektualnya. Francis Galton (seorang ahli Biologi Inggris) pada 1883,
memulai gerakan testing dan membayar, mengukur ketjaman pengilhatan dan pendengaran,
kekuatan otot, gerak dan waktu reaksi, menganalisisnya menjadi gambaran inteligensi,
menggunakan analisis statistik sederhana (pengklasifikasian), angket dan asosiasi bebas.
James Mckeen Cattel
Cattel (seorang psikolog Amerika) pada 1890, melanjutkan apa yang telah dirintis
oleh Galton dalam penyebaran gerakan testing, pertama menggunakan istilah Mentally Test,
memaparkan bagaimana cara mengukur intelektual para mahasiswanya, masih menggunakan
kemampuan indra dan waktu reaksi, tetapi diyakini bahwa itu merupakan kemampuan
mental. Kemudian Kreaplin (psikiater/psikolog Jerman) pada 1895, dalam pemeriksaan
klinisnya terahdap para pasiennya, untuk memperoleh gambaran karakteristik dengan
meminta melakukan operasional hitungan sederhana. Ebinghaus (psikolog Jerman) pada
1897, menyelenggarakan tes-tes komputasi, rentang memori, melengkapi kalimat bagi siswa
sekolah, menunjukkan bahwa ada hubungan yang jelas dengan prestasi belajar di sekolah.
Tes tersebut merupakan tes individual yang meliputi ; ukuran-ukuran kekuatan otot,
kecepatan gerakan, sensivitas pada pada rasa sakit, ketajaman penglihatan dan pendengaran,
pembedaan berat, waktu reaksi dan sebagainya. Apa yang telah dikemukakan Catell,
Kraepelin, dan Ebbinghaus di atas kemudian mendapatkan kritik dari Binet dan Henri, karena
terlalu indrawi dan berkonsentrasi pada kemampuan-kemampuan yang sederhana.
Binet
Binet pada 1897 mengkritik sebagian rangkaian tes yang ada, terlalu fokus pada
kemampuan indera dan kemampuan sederhana dan terpsesialisasi, dalam pengukuran fungsi
yang lebih komplek, tidak membutuhkan persisi tinggi, perbedaan individual lebih besar dari
fungsi ini, pengukuran lebih baik pada fungsi memori, imaginasi, perhatian, pemahaman,
apresiasi estetis. Binet pada 1904 diangkat menjadi menteri Pengajaran Umum, dan memiliki
tugas untuk memisahkan anak mana yang bisa sekolah di sekolah umum dan mana yang
harus di sekolah khusus. Binet bersama Simon pada 1905 menyiapkan seberangkat alat tes
untuk fungsi itu yang kemudian diakenal sebagai tes Binet-Simon.
Skala Binet-Simon terdiri dari 30 kelompok soal yang diatur dalam urutan tingkat
kesulitan yang semakin tinggi, secara empiris dikaitkan dengan usia mental, kemaudian
akana diperoleh tingkat usia mental (mental age, MA) seseorang. Pada 1916 digunakan
bertama nisbah IQ dengan membagi usia kronologisnya (cronological age, CA), maka akan
diberoleh tingkat inteliogensi yang disebut Intelligence Quotient (IQ). Keberhasilan tes ini,
membuat pemakian tes ini meluas ke barbagi bidang, sampai ke Amerika, dilakukan revisi
berkali kali (1908, 1911, 1916), revisi paling mendasar dilakukan oleh Terman dkk a.n.
Stanford University (1916) yang kemudian dikenal dengan Skala Stanford-Binet, direvisi lagi
1960 dengan mulai digunakan dengan skala deviasi IQ.
4.2 Dasar Pemikiran Tes Psikologi
Wechsler-bellevue intelegent scale (WBIS)
Diawali oleh adanya pandangan dan keraguan tentang pengukuran inteligensi melalui tes
Binet (1937) sebagai pendahulu dalam tes inteligensi. Menurut Wechsler : tes Binet memiliki
keterbatasan dalam penggunaannya, khususnya dalam pengukuran inteligensi untuk orang
dewasa sehingga perlu adanya perluasan dalam pengukuran inteligensi memerlukan item-
item yang dapat diberikan tidak hanya pada kelompok anak tetapi juga pada orang dewasa.
34 tahun setelah diterbitkanya tes intelegensi yang pertama oleh binet-simon atau 2 tahun
setelah munculnya revisi stanford-binet, david wechsler memperkenalkan versi 1 tes
intelegensi yang dirancang khusus untuk digunakan orang dewasa. Tes tersebut terbit pada
tahun 1939 dan dinamai wechsler-bellevue intelegent scale (WBIS), disebut juga skala W-B.
kenyataan bahwa tes intelegensi yang digunakan untuk orang dewasa saat itu hanya
merupakan perluasan dari tes intelegensi untuk anak-anak- dengan menambahkan soal yang
sejenis yang lebih sulit. Isi tes yang seperti itu, menurut wechler seringkali tidak menarik
minat dan perhatian orang dewasa. Pada tahun 1949 wechsler menerbitkan pula skala
intelegensi untuk digunakan pada anak-anak.
Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC)
WISC dikembangkan oleh Wechsler pada tahun 1949. WISC ini dirancang khusus untuk
individu usia 6 hingga 16 tahun. Ada sebelas subtes yang terdapat dalam WISC, yaitu :
1. General Information.
Subtes ini berisi 30 soal, dengan materi pengetahuan umum, yang meliputi nama
benda, tanggal, sejarah, pengetahuan geografi, dan informasi lain. Dasar
pemikiran dari subtes ini adalah kemampuan testee dalam menjawab akan
tergantung dari kemampuan dasar, pendidikan, kesadaran akan lingkungan, latar
belakang sosial budaya, dan ingatan jangka panjang.
Tester perlu menghentikan tes jika peserta gagal menjawab soal sebanyak lima
kali berturut-turut. Testee akan memperoleh nilai 1 jika menjawab benar, dan nilai
0 jika salah menjawab. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat diperoleh
adalah 30.
2. General Comprehension.
Subtes ini berisi 17 soal, dengan materi mengenai pengetahuan diri, hubungan
interpersonal, dan norma sosial. Dasar pemikiran dari subtes ini adalah tes ini
dibuat untuk mengukur kemampuan dalam memahami situasi dan menyelesaikan
masalah, serta melihat perkembangan nurani atau moral.
Tester perlu menghentikan tes pada subtes ini jika testee gagal menjawab soal
sebanyak empat kali berturut-turut. peserta akan memperoleh nilai 2 jika
menjawab dengan baik dan lengkap, nilai 1 jika menjawab kurang tepat, dan nilai
0 jika salah menjawab. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat diperoleh
adalah 34.
3. Arithmetical Reasoning.
Subtes ini berisi 18 soal, dimana 10 soal dibacakan oleh tester dan 3 soal tertulis.
Dasar pemikiran subtes ini adalah tes digunakan untuk mengukur kemampuan
mengikuti instruksi, konsentrasi, dan numerik.
4. Digit Span.
Subtes ini terdiri dari Digit Forward dan Digit Backward. Digit Forward dimulai
dari deret 3 - deret 9 angka. Sedangkan Digit Backward dimulai dari deret 2 -
deret 8 angka. Setiap deret angka terdapat 2 kali percobaan. Dasar pemikiran
subtes ini adalah tes digunakan untuk mengukur konsentrasi, STM, kecemasan,
dan kemampuan mengingat.
5. Similarities.
Subtes ini terdiri dari 17 pasang kata dimana testee harus menjelaskan kesamaan
dari setiap pasang kata. Dasar pemikiran dari tes ini adalah mengukur kemampuan
menangkap kesamaan objek atau peristiwa kedalam suatu kelompok yang
bermakna.
6. Picture Arrangement.
Pada subtes ini berisi 12 seri gambar, dimana testee harus mengurutkan gambar
dalam urutan logis. Jumlah gambar dalam tiap set antara 3 sampai 5 gambar.
Subtes ini dimulai dari item 3, kecuali yang diduga mengalami mental retardasi
harus dimulai dari item 1. Dasar pemikiran tes ini adalah digunakan untuk
mengukur kemampuan memahami seluruh situasi dan kemampuan perencanaan.
7. Picture Completion.
Subtes ini berisi 26 gambar, dimana testee harus menemukan elemen yang hilang
dalam waktu 20 detik untuk tiap gambar (time limit). Dasar pemikiran untuk tes
ini adalah tes digunakan untuk mengukur kemampuan membedakan hal yang
penting dan tidak penting, konsentrasi, dan penalaran.
8. Block Design.
Subtes ini berisi 11 soal, dimana testee harus menyusun pola sesuai gambar. Ada
sebelas pola, dimana pola 1 – 8 menggunakan empat balok, sedangkan pola 9 – 11
menggunakan sembilan balok. Dasar pemikiran tes ini adalah tes digunakan untuk
mengukur kemampuan persepsi, analisa, koordinasi, dan visual-motorik.
9. Object Assembly.
Subtes ini berisi empat soal, dimana testee harus menyusun potongan puzzle.
Dasar pemikiran tes ini adalah digunakan untuk mengukur kemampuan, persepsi,
analisa, dan koordinasi visual-motorik
10. Digit Symbol.
Berbeda pada WBIS, Digit Symbol pada WISC terdiri dari dua bentuk, yaitu
Coding A dan Coding B. Coding A digunakan untuk testee usia di bawah 8 tahun,
yang terdiri dari lima soal latihan dan 43 soal tes. Coding B digunakan untuk
testee di atas 8 tahun, yang terdiri dari tujuh soal latihan dan 93 soal tes. Dasar
pemikiran tes ini adalah digunakan untuk mengukur kecepatan dan ketepatan
koordinasi visual motorik, konsentrasi, dan ingatan jangka pendek.
11. Vocabulary.
Subtes ini berisi 32 soal, dimana testee harus menjelaskan arti setiap kata. Tester
dapat menghentikan tes jika testee gagal menjawab sebanyak lima kali berturut-
turut. Dasar pemikiran ini adalah digunakan untuk mengukur kemampuan belajar,
kekayaan informasi atau ide, dan perkembangan bahasa.
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI)
Dalam perkembangannya, WPPSI mengalami dua kali revisi, yaitu revisi ke dua pada
tahun 1989 dan revisi ketiga pada tahun 2002. Revisi yang ketiga ini dipublikasikan oleh
Harcourt Assessment, dan diberi nama dengan WPPSI-III. WPPSI-III terdiri atas 14 subtes,
yaitu:
1. General Information.
Subtes ini terdiri dari 23 soal, yang berisi materi mengenai pengetahuan umum.
Subtes ini dimulai dari item ketiga. Pada subtes ini, tester dapat menghentikan
pengetesan jika testee gagal menjawab benar sebanyak lima kali berturut-turut.
Testee akan memperoleh nilai 1 jika menjawab dengan benar, dan nilai 0 jika
menjawab dengan salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai
oleh testee adalah 23. Subtes ini mengukur kemampuan sadar akan lingkungan
dan ingatan jangka panjang.
2. Animal House.
Subtes ini terdiri atas 20 soal, yang dikerjakan selama 5 menit. Pada subtes ini,
tugas testee adalah menaruh warna balok tertentu di empat gambar hewan
tertentu, mencatat waktu, dan jumlah kesalahan. Sedangkan tugas testee adalah
menaruh warna balok sesuai contoh di baris pertama. Nilai maksimal yang dapat
dicapai oleh testee adalah 20.
3. Vocabulary.
Subtes ini terdiri dari 22 soal, dimana testee harus menjelaskan arti setiap kata.
Subtes dimulai selalu dari item pertama. Testee akan memperoleh nilai 2 untuk
jawaban paling baik dan lengkap, nilai 1 untuk jawaban kurang tepat, dan nilai 0
untuk jawaban salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai testee
pada subtes ini adalah 44. Tester harus menghentikan tes jika testee gagal
menjawab tepat sebanyak lima kali berturut-turut. Subtes ini mengukur
kemampuan belajar, kekayaan informasi atau ide, dan perkembangan bahasa.
4. Picture Completion.
Subtes ini terdiri dari 23 gambar, dimana testee harus menemukan bagian gambar
yang hilang. Subtes ini dimulai dari item pertama. Testee akan memperoleh nilai
1 untuk jawaban yang benar, dan nilai 0 untuk jawaban salah. Dengan demikian,
nilai maksimal yang dapat dicapai testee pada subtes ini adalah 23. Tester harus
menghentikan tes jika testee gagal menjawab tepat sebanyak lima kali berturut-
turut. Subtes ini mengukur kemampuan membedakan hal yang penting dan tidak
penting, kemampuan konsentrasi, dan kemampuan menalar.
5. Arithmetical Reasoning.
Subtes ini terdiri dari 20 soal. Tes ini dimulai dari item pertama jika testee berusia
di bawah 6 tahun. Sedangkan, untuk testee yang berusia di atas 6 tahun, tes
dimulai dari item ke 7. Testee akan memperoleh nilai 1 untuk jawaban yang
benar, dan nilai 0 untuk jawaban salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang
dapat dicapai testee pada subtes ini adalah 20. Tester harus menghentikan tes jika
testee gagal menjawab tepat sebanyak empat kali berturut-turut. Subtes ini
mengukur kemampuan mengikuti instruksi, konsentrasi, dan kemampuan
numerik.
6. Mazes.
Subtes ini terdiri dari 10 soal dengan waktu tertentu. Skor penilaian jawaban
testee berkisar antara nilai 0, 1, 2, 3, dan 4. Dengan demikian, nilai maksimal
yang dapat dicapai testee pada subtes ini adalah 40. Tester harus menghentikan
tes jika testee gagal menjawab tepat sebanyak dua kali berturut-turut.
7. Geometric Design.
Subtes ini terdiri dari 10 soal, dimana tugas testee adalah menggambar desain
tertentu yang diminta oleh tester. Skor penilaian jawaban testee berkisar antara
nilai 0, 1, 2, 3, dan 4. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai testee
pada subtes ini adalah 40. Tester harus menghentikan tes jika testee gagal
menjawab tepat sebanyak dua kali berturut-turut.
8. Similarities.
Subtes ini terdiri dari 16 pasang kata dimana testee harus menjelaskan kesamaan
dari setiap pasang kata. Subtes ini mengukur kemampuan menangkap kesamaan
objek atau peristiwa kedalam suatu kelompok yang bermakna. Pada item 1 – 10,
berlaku nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah. Sedangkan
pada item 11 – 16, berlaku nilai 2, 1, 0 untuk setiap jawaban testee. Dengan
demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai testee pada subtes ini adalah 22.
9. Block Design.
Subtes ini berisi 10 soal, dimana testee harus menyusun pola sesuai gambar.
Testee yang berusia di bawah 6 tahun akan memulai tes dari soal pertama,
sedangkan testee yang berusia di atas 6 tahun akan memulai tes dari soal yang
ketiga. Subtes ini mengukur kemampuan persepsi, analisa, dan koordinasi visual-
motorik. Dalam subtes ini, testee akan memperoleh nilai 2 untuk jawaban yang
paling baik dan lengkap, nilai 1 untuk jawaban yang kurang tepat, dan nilai 0
untuk jawaban yang salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai
testee pada subtes ini adalah 20. Tester harus menghentikan tes jika testee gagal
menjawab tepat sebanyak dua kali berturut-turut.
10. General Comprehension.
Subtes ini terdiri dari 15 soal. Subtes ini mengukur kemampuan memahami
situasi dan menyelesaikan masalah, serta melihat perkembangan nurani atau
moral. Dalam subtes ini, testee akan memperoleh nilai 2 untuk jawaban yang
paling baik dan lengkap, nilai 1 untuk jawaban yang kurang tepat, dan nilai 0
untuk jawaban yang salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai
testee pada subtes ini adalah 30. Tester harus menghentikan tes jika testee gagal
menjawab tepat sebanyak empat kali berturut-turut.
11. Sentences.
Subtes ini terdiri dari 10 kalimat. Subtes ini selalu dimulai dari soal yang
pertama. Skor penilaian jawaban testee berkisar antara nilai 0, 1, 2, 3, dan 4.
Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat dicapai testee pada subtes ini adalah
40.
Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)
Tes ini dibuat pada tahun 1955, disusun oleh David Wechsler. WAIS diciptakan dengan dasar pikiran intelegensi terdiri dari beberapa aspek (aspek verbal, abstrak, numerical, bahkan faktor G). Oleh karena itu dalam tes WAIS ada 2 kelompok susunan tes, yaitu : kelompok verbal (lisan) dan kelompok performance(perbuatan)
Skala Verbal terdiri dari:
1. InformasiBerisi 29 pertanyaan mengenai pengetahuan umum yang dianggap dapat
diperoleh oleh setiap orang dari lingkungan sosial dan budaya sehari-hari dimana ia berada.
2. Rentang AngkaBerupa rangkaian angka antara 3 sampai 9 angka yang disebutkan secara lisan
dan subjek diminta untuk mengulangnya dengan urutan yang benar.
3. Kosa KataBerisi 40 kata-kata yang disajikan dari yang paling mudah didefinisikan
sampai kepada yang paling sulit.
4. Hitungan Berupa problem hitungan yang setaraf dengan soal hitungan di sekolah dasar.
5. Pemahaman Isi subtes ini dirancang untuk mengungkap pemahaman umum.
6. Kesamaan Berupa 13 soal yang menghendaki subjek untuk menyatakan pada hal apakah dua benda memiliki kesamaan.
Untuk skala performance adalah sebagai berikut:
1. Kelengkapan Gambar Subjek diminta menyebutkan bagian yang hilang dari gambar dalam kartu yang jumlahnya 21 kartu.
2. Susunan Gambar Berupa delapan seri gambar yang masing-masing terdiri dari beberapa kartu yang disajikan dalam urutan yang tidak teratur.
3. Rancangan Balok Terdiri atas suatu seri pola yang masing-masing tersusun atas pola merah-putih. Setiap macam pola diberikan di atas kartu sebagai soal.
4. Perakitan Objek Terdiri dari potongan-potongan langkap bentuk benda yang dikenal sehari-hariyang disajikan dalam susunan tertentu.
5. Simbol Angka Berupa Sembilan angka yang masing-masing mempunyai simbolnya sendiri-sendiri. Subjek diminta menulis symbol untuk masing-masing angka di bawah deretan angka yang tersedia sebanyak yang dapat dia lakukan selama 90 detik.
4.3 Fungsi Tes Psikologi
Tes psikologi merupakan serangkaian kegiatan pengukuran untuk mendeskripsikan
seseorang, baik kemampuan (ability), kepribadian, kecenderungan dan sebagainya.
Berdasarkan keputusan yang akan diambil dalam pengukuran, maka tes psikologi mempunyai
fungsi sebagai berikut:
Fungsi seleksi
Tes psikologi berfungsi sebagai seleksi jika digunakan untuk memilih individu-
individu yang cocok/sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan.. misalnya tes masuk suatu
lembaga pendidikan atau tes seleksi jabatan tertentu. Berdasarkan hasilh-asil tes psikologis
yang dilakukan, pimpinan lembaga dapat memutuskan calon-calon pelamar yang dapat
diterima dan menolak alon-calon lainnya.
Fungsi Klasifikasi
Yaitu mengelompokkan individu-individu dalam kelompok sejenis. Misalnya
mengelompokkan siswa yang mempunyai masalah sejenis, sehingga dapat diberi bantuan
yang sesuai dengan masalahnya. Atau mengelompokkan siswa ke dalam program khusus
tertentu.
Fungsi deskripsi
Tes ini berfungsi untuk menjelaskan profil seseorang, baik kepribadian, tingkahlaku,
kemampuan, minat dan bakat dan sebagainya
Mengevaluasi suatu treatment
Tes psikologi digunakan juga untuk mengavaluasi suatu treatment/tindakan yang
telah dilakukan terhadap seseorang atau sekelompok individu. Ini untuk mengavaluasi sampai
tingkat mana keberhasilan treatment yang sudah diberikan. Evalusi ini sangat membantu
untuk meneruskan tindakan selanjutnya yang akan diambil.
Menguji suatu hipotesis
Tes psikologi juga bisa digunakan menguji sebuah hipotesis dan asumsi yang ada. Ini
dikarenakan, bahwa tes psikologi terbuat/disusun dari sejumlah penelitian yang ilmiah
sebelumnya. Contoh penggunaan tes psikologi untuk menguji hipotesis ini seperti
membandingkan hasil eksperimen yang sudah didapatkan dengan tes psikologi yang sudah
dibakukan. Jadi hasilnya dapat di compare (membadingkan), ataupun tes psikologi bisa
langsung menguji hipotesis dengan menurunkan indicator-indokator dari tes psikologi yang
baku.
4.4 Klasifikasi Tes dan Jenis-Jenisnya
a. Tes Proyeksi
Perkembangan psikologi proyektif banyak didasarkan sebagai protes terhadap teori atau
aliran lama yang kebanyakan bersifat structuralism, behaviorism, yang kebanyakan
memandang individu bukan suatu whole tetapi sebagai suatu kumpulan dari berbagai aspek.
Aspek psikologis manusia yang tidak disadari sulit diungkap dalam kondisi wajar (sukar
diungkap melalui self report, inventory). Jadi dalam pendekatan proyektif diperlukan
instrument khusus yang dapat mengungkap aspek-aspek ketidaksadaran manusia, teknik
proyektif ini kemungkinan subjek mau merespon, walaupun teknik proyektif mempunyai arti
interpretatif Teknik ini pendekatannya menyeluruh (global approach).
MACAM-MACAM TES PROYEKSI
- ASSOCIATIVE TECHNIQUES
Subjek menjawab stimulus dengan perkataan, image, atau ide-ide yang pertama kali
muncul.Ex : Rorschach Inkblots, Word Association
- CONSTRUCTION PROCEDURES
Subjek mengkonstruk atau membuat suatu produk (cerita). Dan dari cerita itulah keadaan
psikologis klien diungkap. Ex : TAT, MAPS (Make a picture story)
- COMPLETION TASKS
Melengkapi kalimat atau cerita yang sudah ada disedikana sebelumnya. Ex : SSCT,
Rosenzweig Picture-Frustation Study
- CHOICE OR ORDERING DEVICES
Mengatur kembali gambar, mencatat referensi atau semacamnya. Ex : Szondi Test,
Tomkins-Horn Picture Arrangement Test
- EXPRESSIVE METHODS
Gambar, cara / metode dalam menyelesaikan sesuatu dievaluasi. Ex : BAUM, HTP, DA
Teknik-teknik dalam penyajian tes proyeksi ada bermacam-macam cara:
1. Stimulus tidak berstruktur: Stimulus yang diberikan (tes) tidak terstruktur seperti tes
intelegensi.
2. Proses proyeksi: pengungkapan keadaan psikologi klien dengan memproyeksikannya
dalam bentuk reaksi terhadap tes yang disajikan.
3. Administrasi longgar: Administrasi tes proyeksi biasanya tidak ada aturan baku,
tergantung dengan kebutuhan klien dengan catatan tidak mempengaruhi hasil tes.
4. Testee oriented: Tes ini berorientasi pada testee
5. Unsur subjektifitas dalam interpretasi: Dalam menginterpretasikan tes ini, unsure
subjektivitas psikolog sangat berpengaruh.
6. Menyentuh bawah sadar: Tes proyeksi membantu mengungkapkan keadaan bawah
sadar manusia.
FUNGSI TES PROYEKSI
Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi bawah sadar manusia yang
selama ini di repres kealam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan dinamika
psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat bantu tes-tes proyeksi.
Sebagai sebuh tes, tes proyeksi mempunyai kelebihan dan kekurangan jika dibandingkan
dengan tes-tes psikologi yang lain:
Kelebihan Tes Proyektif
Dapat mengungkap hal-hal di bawah sadar untuk keperluan klinis
Dapat menurunkan ketegangan
Bersifat ekonomis
Kekurangan Tes Proyektif
Validitas dan reliabilitasnya rendah
Tester harus memiliki keterampilan yang khusus untuk dapat menggunakan tes ini
dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan diagnosa.
b. Tes Inventory
Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper and pencil. Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian.
Beberapa masalah dalam tes inventori kepribadian adalah:
Definisi kepribadian sedemikian banyak (defenisi konseptual), sehingga seleksi yang tepat dari macam-macam definisi kepribadian perlu mendasari pemakaian tes inventori.
Tes inventori kepribadian tidak dapat bersifat culture free. Oleh karena itu aspek kultural harus di pertimbangkan, padahal nilai-nilai kultur selalu berubah. Sedangkan di sisi lain tes inventori diharapkan dapat memberikan profil kepribadian yang stabil.
Bila tes inventori kepribadian terlalu sensitif terhadap perubahan, maka sulit memperoleh reliabilitas yang tinggi.
Secara umum tes inventori kepribadian memiliki beberapa kelemahan, seperti;
1. Itemnya ambigu dan perintah tidak jelas. 2. Subjek ingin menunjukkan kesan-kesan tertentu kepada penguji. 3. Kesukaran semantik, penafsiran yang berbeda 4. Sikap subjek yang tak kooperatif/defensif 5. Faking atau tidak jujur. 6. Acquiscence; bila aitem yang dibuat lebih mengarah ke jawaban-jawaban tertentu.
Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan ini, tester perlu memahami tes yang hendak digunakan dengan baik sehingga menyajikan tes dengan baik.