Top Banner
PAPER DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NAMA : Rachmat Kurniawan AP NIM : 100100249 PAPER Selulitis Orbita DISUSUN OLEH: Rachmat Kurniawan Andi Putra NIM : 100100249 Pembimbing: Dr. Aryani A. Amra, Sp.M(K) PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN i
25

Paper Mata

Dec 13, 2015

Download

Documents

Firman Yunus

yeah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

PAPER

Selulitis Orbita

DISUSUN OLEH:

Rachmat Kurniawan Andi Putra

NIM : 100100249

Pembimbing:

Dr. Aryani A. Amra, Sp.M(K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP H. ADAM MALIK

MEDAN

i

Page 2: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

2015

ii

Page 3: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan paper yang

berjudul Selulitis Orbita. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada

pembimbing, dr. Aryani A. Amra, Sp.M(K), atas bimbingannya.

Ilmu kedokteran masih terus berkembang dan dalam waktu singkat sudah

muncul teori dan pengetahuan-pengetahuan baru. Untuk itu penulis menyadari

bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis dengan

besar hati menerima saran, kritik dan masukan yang sifatnya membangun demi

kebaikan ilmu pengetahuan. Semoga paper ini bermanfaat bagi yang membacanya

nanti dan bermanfaat sebagai sumber kepustakaan.

Medan, 8 Agustus 2015

Penulis

iii

Page 4: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1. Latar Belakang............................................................................................1

1.2. Tujuan Penulisan.........................................................................................1

1.3. Manfaat Penulisan.......................................................................................2

BAB 2 TELAAH PUSTAKA......................................................................................3

2.1. Anatomi Orbital..........................................................................................3

2.2. Definisi dan Eiologi......................................................................................4

2.3. Klasifikasi....................................................................................................5

2.4. Patofisiologi.................................................................................................5

2.5. Diagnosis......................................................................................................5

2.6. Penatalaksanaan..........................................................................................7

2.7. Komplikasi...................................................................................................9

2.8. Prognosis....................................................................................................10

BAB 3 KESIMPULAN.............................................................................................11

3.1. Kesimpulan................................................................................................11

iv

Page 5: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi orbita..........................................................................................4

Gambar 2 Komplikasi dari Selulitis Orbita..............................................................10

v

Page 6: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mata merupakan salah satu organ yang menjadi hal yang

diperhatikan pada manusia terutama pada daerah wajah. Mata dapat

menjadi sangat vital karena merupakan satu-satunya indra yang

dipergunakan untuk melihat.

Tunanetra merupakan istilah yang digunakan untuk orang-orang

yang tidak dapat melihat. Kehilangan daya penglihatan merupakan salah

satu ujung dari tiap penyakit mata yang paling ditakutkan tidak hanya bagi

pasien juga bagi tenaga medis dan operator yang melakukan pengobatan

mata.

Dari banyak penyebab kebutan, salah satu yang umum adalah

infeksi, yaitu infeksi dari bakteri, virus, jamur dan parasit. dimana salah

satunya adalah selulitis orbita.(1)

Penyakit ini perlu dibedakan dengan preseptal selulitis yang hanya

terjadi pada kelopak mata kuman yang menjai penyebab dapat beragam

bergantung pada usia dan kondisi fisik pasien. Kondisi fisik disini

dimaknai sebagai adanya infeksi yang dapat menyebar ke mata, terutama

ruang orbital. Kuman tersering yang menyebabkan ini adalah

Streptococcus pneumoniae dan disusul oleh S. aureus dan S. pyogenes (1,2).

Sehingga menjadi menarik untuk membahas tentang orbital

selulitis yang akan dibahas pada bab-bab berikutnya.

1.2. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai selulitis orbita

1

Page 7: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

1.3. Manfaat Penulisan

Sebagai sumber bacaan dan syarat untuk melewati departemen ilmu

penyakit mata.

2

Page 8: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

BAB 2

TELAAH PUSTAKA

2.1. Anatomi Orbital(3)

Mata terbagi menjadi jaringan lunak dan jaringan keras dimana

jaringan lunak berupa kelenjar lakrimal, tendon dan otot penggerak mata

dan jaringan keras berupa tulang yang membentuk rongga. Diameternya

sekitar 35-40 mm(4) dimana lebih bulat pada masa anak-anak.

Jaringan tulang yang membentuk rongga ini terdiri atas tulang

frontalis, zigomatikum, sphenoid, maksilaris, ethmoid, nasalis dan

lakrimalis, secara regional dapat dibagi 3 yaitu:

Lantai (floor): dari pinggir bawah kearah belakang, kejadian

pada bagian ini dapat menyebabkan enoptalmus.terdiri atas

tulang maksilari, palatine dan zigomatikum.

Dinding orbital tengah (medial): sejajar secara plana sagittal

dan berada palingatas dari kurvatura superiorinferior yang

membatasi sinus etmoid dan hidung dari orbital. Terdiri atas

tulang etmoid maksilari dan spenoid.

Atap dan dinding lateral: atap menjadi tempat kelenjar lakrimal

terdiri atas kelenjar air mata fosa toklea dari tendon oblik

superior. Disusun oleh tulang frontalis dan lesser wing of

Spenoid Kemudian dinding lateral yang memungkinkan

penglihatan lateral. Terdiri atas tulang zigomatikum dan

greater wing of sphenoid.

3

Page 9: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

Gambar 1 Anatomi orbita(4)

2.2. Definisi dan Eiologi

Selulitis orbita merupakan infeksi yang menginfeksi jaringan orbita

posterior ke septum orbita(1)(4). Dimana infeksi ini bias berasal dari

penyebaran infeksi lain seperti luka disekitar mata, pada sinus nasalis atau

gigi, dan dari infeksi yang lebih jauh lagi pada pneumonia namun sangat

jarang atau pada kasus konjungtivitis dan kalazion yang tidak diobati

(penyebaran dari anterior)(5)(6)(7). Secara statistik penyebab mayor berupa

sinusitis (58%), infeksi kelopak atau wajah (28%), corpus alienum (11%),

dan melalui darah (4%)(8).

Dapat juga akibat trauma yang menimbulkan laserasi pada kulit

yang bersifat tidak steril(4). Operasi yang kurang steril dapat menyadi

4

Page 10: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

penyebab lain yang dapat dicegah. Ini tergolong dalam H05.0 menurut

WHO(9).

2.3. Klasifikasi(10)

Klasifikasi menurut Candler:

Grup 1: preseptal selulitis

Grup 2: orbital selulitis

Grup 3: subperiosteal abses

Grup 4: intraorbital abses

Grup 5: trombosis sinus kavernosus (infeksi ke arah posterior(11))

2.4. Patofisiologi

Dapat merupakan penyebaran dari infeksi disekitar dan jauh dari

mata. Dari sekitar mata merupakan infeksi yang menyebar dari fokus atau

fokus-fokus infeksi yang terbentuk disekitar mata(10).

Terjadinya infeksi yang menyebar pada jaringan orbita yang

berlangsung pada sisi posterior menuju anterior sehingga dapat terjadi

penumpukan cairan pada ruang orbita yang dapat mengganggu pergerakan

penglihatan(12).

2.5. Diagnosis

2.4.1. Anamnesis

Hal yang dapat ditanyakan berupa riwayat infeksi. Riwayat

infeksi meliputi infeksi diseluruh tubuh terutama infeksi disaluran

nafas (hidung dan paru). Kemudian riwayat adanya trauma atau

operasi sebelumnya yang memungkinkan sebagai jalan masuk

kuman. Kemudian riwayat adanya penyakit atau konsumsi obat

yang berisfat imunosupresi dapat mempermudah infeksi(13).

5

Page 11: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

Kemudian hal-hal penting yang dapat menunjang dapat ditanyakan

seperti lingkungan kerja, rumah dan riwayat perjalanan.

Riwayat alergi penting sebagai poin untuk menyingkirkan

kemungkinan alergi. Begitu juga dengan riwayat keganasan yang

berperan pada kemungkinan munculnya mimik keganasan disini.(11)

Gejala seperti demam, penurunan kemampuan penglihatan

sulit mengerakan mata(14), rasa “tidak enak badan”, dan terasa nyeri

dan bengkak pada mata atau kelopak atas dapat terjadi(15).

2.4.2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi: dapat terlihat eritema, terasa panas proptosis dan

ptosis. Sulit menggerakan mata dapat terjadi hingga tidak

dapat digerakan.

Palpasi: terasa panas dan dapat terasa adanya akumulasi

cairan.

Pemeriksaan gerakan: pasien ditemukan sulit bergerak dan

dapat juga tidak dapat digerakan.

2.4.3. Pemeriksaan Penunjang

Pencitraan: dapat dengan CT-Scan(16) atau MRI(17). Untuk

melihat bagaimana kondisi ruang orbita dan apakah adanya

komplikasi yang telah terjadi

Kultur mikrobiologi: sebagai penentu diagnosis (kausal)

dan penentu pilihan terapi antibiotika.

2.4.4. Diagnosa Banding

Selulitis Preseptal: mirip dengan terjadinya penyakit

selulitis orbita, namun terjadinya dari anterior menuju

septal. Umumnya selulitis orbital terjadi pada usia yang

6

Page 12: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

lebih muda (sekitar 12 tahun) dan selulitis preseptal terjadi

pada usia yang lebih tua (diatas 21 tahun). (18)(19)

Semua komplikasi dari selulitis orbita yaitu: Selulitis difus,

Abses orbital, abses Subperiosteal, Trombosis sinus

kavernosus, dan Necrotizing Fascilitis.

Keganasan: keganasan sangat mirip dengan selulitis orbita

karena adanya infeksi disekitar masa keganasan akibat

akumulasi cairan yang juga dapat terjadi pada selulitis

orbita(10)(20)(21)(22). Keganasan tersebut dapat berupa

rabdomiosarkoma atau leukemia(5).

2.6. Penatalaksanaan

Manajemen awal(23)

1. Rawat Inap

2. CT scan urgen (dalam 24 jam) pada sinus paranasal, orbita and otak

3. Hitung darah lengkap, urea, and elektrolit

4. mengecek penglihatan dan pupil setiap jam

5. sering memonitor untuk mendeteksi proptosis dan kerusakan pada

mobilitas okular.

6. antibiotik empiris diluar ciprofloksasin dan clindamisin

Farmakologis

Antibiotik: pemilihan antibiotik empiris dan antibiotik

spesifik. Dimana antibiotik empris didapatkan dengan

statitstik pada tiap infeksi kemudian antibiotic spesifik

didapatkan setelah kultur dan uji sensitifitas. Antibiotik

empiris berupa spektrum luas seperti amoksisilin,

ampisilin(24) atau cephalosporin (cefrtiaxon). Dan antibiotic

spesifik mengikuti hasil kultur.

7

Page 13: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

Suportif: Anti-nyeri dan anti-piretik: NSAID merupakan

pilihan untuk kedua hal tersebut karena sifatnya yang ikut

menekan inflamasi yang terjadi dan meredakan nyeri. Jenis

NSAID mengikuti kondisi pasien dimana bergantung

terhadap gejala yang lebih dominan yaitu ibuprofen pada

demam yang lebih dominan, atau Natrium diklorofenak jika

nyeri lebih dominan.

Non-farmakologis

o Surgikal: drainase abses pada koplikasinya (abses

orbital atau periosteal)(25)

Indikasi bedah berupa:(23)

1. gejala disfungsi syaraf

2. Abses orbital or subperiosteal pada CT (bisa

muncul pada bagian atap

3. penatalaksanaan farmakologi gagal

4. ada gas pada daerah yang mengalami abses

(infeksi anaerobic)

5. sinusitis kronik yang konkruen

6. infeksi gigi

o Edukasi: agar menjauhi sumber infeksi untuk

mencegah superinfeksi.

o Observasi: observasi terhadap keganasan yang

dapat miripdengan selulitis orbita yang dapat

dicegah dengan observasi.

2.7. Komplikasi

Komplikasi dari selulitis orbita dianara lain(26)(27):

8

Page 14: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

Selulitis difus: selulitis yang meluas.

Abses orbital: penumpukan nanah yang terkumpul diruang

orbita.

Abses Subperiosteal: penumpukan nanah yang terkumpul

pada tulang penyusun orbita.

Trombosis sinus kavernosus: thrombosis akibat inflamasi

massif yang menyebabkan thrombosis terbentuk pada sinus

kavernosus.

Necrotizing Fascilitis: infeksi yang mengancamnyawa yang

mengalami pada jaringan sub kutaneus.

Gambar 2 Komplikasi dari Selulitis Orbita

9

Page 15: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

2.8. Prognosis

Bergantung pada keadaan penyakit, pencegahan sekunder dapat

memperbaiki prognosis. Komplikasi akan memperburuk prognosis

terutama jika bersifat sistemik.

10

Page 16: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

BAB 3

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

a. Abses orbita merupakan infeksi yang terjadi akibat infeksi yang

menyebar, baik dari organ disekitarnya (hidung dan telingga) atau

organ jauh seperti paru-paru.

b. Keganasan dan selulitis orbital dapat serupa. Pemeriksaan

pencitraan dan observasi diperlukan untuk pencegahan primer

terhadap keganasan

c. Pengobatannya meliputi antibiotik empiris dan spesifik.

Pemeriksaan kultur dan spesifisitas dibutuhkan pada pengobatan

lanjut.

d. Komplikasi dari penyakit ini meliputi akumulasi pus, terbentuknya abses

dan infeksi sistemik

11

Page 17: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

Daftar Pustaka

1. Garrity J. Preseptal and Orbital Cellulitis [Internet]. 2015. 2015 [cited 2015 Jan 1]. p. 6–11. Available from: http://www.merckmanuals.com/professional/eye-disorders/orbital-diseases/preseptal-and-orbital-cellulitis

2. Pandian D, Chaitra A, Rao V, Babu R, Anjali A, Srinivasan R. Nine years′ review on preseptal and orbital cellulitis and emergence of community-acquired methicillin-resistant Staphylococus aureus in a tertiary hospital in India. Indian J Ophthalmol [Internet]. ProQuest; 2011;59(6):431. Available from: www.ijo.in

3. Turvey TA, Golden BA. Orbital Anatomy for the Surgeon. Oral Maxillofac Surg Clin North Am. 2012;24(4):525–36.

4. AAO. Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. 2014th–5th ed. New York: AAO; 2015. 5-8, 39-45 p.

5. Oliver J, Cassidy L. At a Glance - Ophthalmology.pdf. 1st ed. New York: Blackwell Science; 2005. 23-24 p.

6. Swartz MN. Cellulitis. N Engl J Med. 2004;350(9):904–12.

7. DeMuri GP, Wald ER. Acute Bacterial Sinusitis in Children. N Engl J Med. 2012;367(12):1128–34.

8. Yanoff M, Duker JS. Yanoff & Duker Ophtalmology. 3rd ed. Wiggs JE, Miller D, Azar DT, Goldstein MH, Rosen ES, Duker JS, et al., editors. New York; 2015.

9. WHO. International statistical classification of diseases and related health problems: 10th revision [Internet]. 2015. 2015 [cited 2015 Jan 1]. p. 1–6. Available from: http://apps.who.int/classifications/icd10/browse/2015/en#/H05.0

10. Gonzalez MO, Durairaj VD. Understanding pediatric bacterial preseptal and orbital cellulitis. Middle East Afr J Ophthalmol. MEAJO; 2010;17(2):134–7.

11. Uzcátegui N, Warman R, Smith a, Howard CW. Clinical practice guidelines for the management of orbital cellulitis. J Pediatr Ophthalmol Strabismus. 1998;35(2):73–9; quiz 110–1.

12. Kanski JJ. Kanski Signs in Ophthalmology : Causes and Differential Diagnosis. 1st ed. New York: Elsevier Inc.; 2015. 2015 p.

12

Page 18: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

13. Cunningham ET, Jr, Margolis TP. OCULAR MANIFESTATIONS OF HIV INFECTION. N Engl J Med. 2015;6(1):236–44.

14. Smith JM, Bratton EM, Dewitt P, Davies BW, Hink EM, Durairaj VD. Predicting the need for surgical intervention in pediatric orbital cellulitis. Am J Ophthalmol [Internet]. Elsevier Inc.; 2014;158(2):387–94.e1. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.ajo.2014.04.022

15. Orbital Cellulitis [Internet]. Medline Plus. 2015 [cited 2015 Jan 1]. p. 174–8. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000172.htm

16. Butterton JR, Collier DS, Romeo JM, Zembowicz A. Case 14-2007: a man with pain and swelling of both eyes and the right ear. The New England journal of medicine. 2007. p. 1980–8.

17. Eskandar E, Ii FGB, Rabinov JD. Case 21-2006 : A 61-Year-Old Man with Left-Sided Facial Pain. The New England Journal of Medicine. 2006. p. 183–8.

18. Bethel J. Distinguishing features of preseptal and orbital cellulitis. Paediatr Nurs. 2010;22(2):28–30.

19. Torretta S, Marchisio P, Gaffuri M, Capaccio P, Esposito S, Pignataro L. Step-by-step iconographic description of a prolonged but still favourable course of orbital cellulitis in a child with acute rhinosinusitis: an iconographic case study. Ital J Pediatr [Internet]. Italian Journal of Pediatrics; 2014;40(1):25. Available from: http://www.ijponline.net/content/40/1/25

20. Alkatan HM, Chaudhry I, Alayoubi A. Nature Teratoma Presenting as Orbital Cellulitis in a 5-Month-Old Baby. Ann Saudi Med. 2013;33(6):623–6.

21. Tazi I, Nafil H, Mahmal L. A pitfall diagnosis of orbital tumor. Ann Saudi Med. 2014;34(3):268–9.

22. Mullaney PB, Karcioglu Z a, Huaman a M, Al-Mesfer S. Retinoblastoma associated orbital cellulitis. Br J Ophthalmol. ProQuest; 1998;82(5):517–21.

23. Cannon PS, Mc Keag D, Radford R, Ataullah S, Leatherbarrow B. Our experience using primary oral antibiotics in the management of orbital cellulitis in a tertiary referral centre. Eye (Lond). ProQuest; 2009;23(3):612–5.

24. Devrim I, Kanra G, Kara A, Cengiz a. B, Orhan M, Ceyhan M, et al. Preseptal and orbital cellulitis: 15-year experience with sulbactam ampicillin treatment. Turk J Pediatr. ProQuest; 2008;50(3):214–8.

13

Page 19: Paper Mata

PAPERDEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Rachmat Kurniawan APNIM : 100100249

25. Korinth MC, Weinzierl MR, Banghard W, Gilsbach JM, Knosp E, Isamat F. Extended pterional orbital decompression in severe orbital cellulitis. Acta Neurochir (Wien). ProQuest; 2003;145(4):283–7.

26. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. UI Publisher; 2009. 102 p.

27. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simarmata M, Widodo PS. Ilmu Penyakit Mata: Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto; 2010. 84 p.

14