This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
kelompok umur pada tahun "3!" menunukkan umlah kasus pada kelompok umur '09
)ulan se)anyak 435, pada kelompok umur B ! )ulan se)anyak "9,95. Pada tahun "3!"
se)anyak -,4"5 kasus telah mendapatkan /aksinasi.
Dinas Kesehatan 8a2a @imur ("3!4# menye)utkan )ah2a difteri merupakan kasus re
emerging dease karena kasus difteri terse)ut se)enarnya seudah menurun paada tahun
!9', namun kem)ali meningkat pada tahun "33' saat teradi K1$ di Ka)upaten
$angkalan. Seak *tu penye)aran difteri semakin meluas dan mencapai puncaknya tahun
"3!" se)anyak 9'' kasus dengan 4- kematian. Ka)upaten $angkalan merupakan
penyum)ang kasus tertinggi kedua di Propinsi 8a2a @imur "3!4. Seperti yang tercatat
dalam laporan tahunan Dinas Kesehatan Ka)upaten $angkalan )ah2a tahun "3!4
mencapai -6 kasus.
$erdasarkan profil kesehatan 8a2a @engah tahun "3!", umlah kasus Difteri di
Pro/insi 8a2a @engah pada tahun "3!" se)anyak 4" kasus, le)ih )anyak di)anding tahun"3!! ( kasus# =al ini dimungkinkan karena pencapaian cakupan imunisasi yang
Inte0me2iate5 koloninya kecil, halus, mempunyai )intik hitam di tengahnya dan dapat
menim)ulkan hemolisis eritrosit.
8enis gravis dan intermediate le)ih /irulen di)andingkan dengan enis mitis.
Karakteristik enis gravis ialah dapat memfermentasikan tepung kani dan glikogen,
sedangkan dua enis lainnya tidak. Semua enis )akteri ini )isa memproduksi eksotoksin,
akan tetapi /irulensinya )er)eda.
Se)agian )esar enis yang tidak /irulen adalah termasuk grup mitis, kadang0
kadang ada )entuk grafis atau intermediate yang tidak /irulen terhadap manusia. Strain
toksigenik ini mungkin )eru)ah menadi non0toksigenik, setelah dilakukan su)kultur
yang )erulang0ulang di la)oratorium atau karena pengaruh pem)erian )akteriofag. %irikhas C.diphteriae adalah kemampuannya memproduksi eksotoksin )aik in
vivo maupun in vitro. Kemampuan suatu strain untuk mem)entuk>memproduksi toksin
dipengaruhi oleh adanya )akteriofag, toksin hanya )isa diproduksi oleh C.diphteriae yang
terinfeksi oleh )akteriofag yang mengandungtoxigene.
Difteri dise)a)kan oleh )e)erapa enis spesies yaitu corinrbacterium diphtheria,
Corinebacterium ulcerans, dan Corinebacterium pseudotuberculosis. Spesies yang paling
terkenal dan paling umum penye)a) agen penyakit difteri adalah %orine)acterium
diphtheria.
!-asi,ikasi
Keraaan : $acteria
ilum : &ctino)acteria
?rdo : &ctinomycetales
amili : %oryne)acteriaceae
Aenus : Corynebacterium
Spesies : C. diphtheria
E+ Patgenesis
Kuman corinebacterium diphtherium masuk melalui mukosa>kulit, melekat seta
)erkem)ang)iak pada permukaan mukosa saluran nafas )agian atas dan mulai
memproduksi toksin yang merem)es ke sekeliling, selanutnya menye)ar keseluruh tu)uh
melalui pem)uluh limfe dan darah. Efek toksin pada aringan tu)uh manusia adalah
ham)atan pem)entukan protein dalam sel. @oksin difteri mula0mula menempel pada
mem)rane sel dengan )antuan fragmen $ dan selanutnya fragmen &, mengaki)atkan
inakti/asi enim translokasi sehingga proses translokasi terse)ut tidak )eralan sehingga
tidak ter)entuk rangkaian polipeptida yang diperlukan, aki)atnya sel akan mati. Se)agai
respon, teradi inflamasi local )ersamaan dengan aringan nekrotik mem)entuk )ercak
eksudat yang pada a2alnya mudah dilepas. Semakin )anyak produksi toksin maka
semakin le)ar daerah infeksi sehingga ter)entuk eksudat fi)rin, kemudian mem)entuk
suatu mem)rane yang melekat erat )er2arna kela)u kehitaman tergantung pada umlah
darah yang terkandung.
Menurut ulhiah ("3!"# toksin yang dihasilkan menyerang saraf tertentu seperti
saraf ditenggorokan. Penderita mengalami kesulitan dalam menelan pada minggu pertama
kontaminasi toksin. &ntara minggu ketiga sampai minggu keenam, )isa teradi
peradangan pada saraf lengan dan tungkai, sehingga teradi kelemahan pada lengan dan
tungkai. Kerusakan paada otot antung (miokarditis# )isa teradi selama minggu pertama
sampai minggu keenam, )ersifat ringan, tampak se)agai kelainan ringanpada
elektrokardioma (EKA#. +amun kerusakan )isa sangat )erat, )ahkan menye)a)kan gagal
antung dan kematian mendadak. Pemulihan saraf antung dan saraf )erlangsung secara
perlahan selama )erminggu0minggu.
+ Tahap Inku6asi
Kuman difteri masuk ke hidung atau mulut dimana )aksil akan menempel di mukosa
saluran nafas )agian atas, kadang0kadang kulit, mata atau mukosa genital dan )iasanya
)akteri )erkem)ang)iak pada atau di sekitar permukaan selaput lendir mulut atau
tenggorokan dan menye)a)kan peradangan. $ila )akteri sampai ke hidung, hidung akan
meler. Peradangan )isa menye)ar dari tenggorokan ke pita suara (laring# dan
menye)a)kan pem)engkakan sehingga saluran udara menyempit dan teradi gangguan
pernafasan.
$akteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari )atuk penderita atau )enda maupun
makanan yang telah terkontaminasi oleh )akteri. Ketika telah masuk dalam tu)uh, )akterimelepaskan toksin atau racun. @oksin ini akan menye)ar melalui darah dan )isa
menye)a)kan kerusakan aringan di seluruh tu)uh, terutama antung dan saraf.
Masa inku)asi penyakit difteri dapat )erlangsung antara "0' hari. Sedangkan masa
penularan )eragam, dengan penderita )isa menularkan antara dua minggu atau kurang
)ahkan kadangkala dapat le)ih dari empat minggu seak masa inku)asi. Sedangkan
stadium karier kronis dapat menularkan penyakit sampai 6 )ulan
)erat, )ahkan menye)a)kan gagal antung dan kematian mendadak. Pemulihan antung
dan saraf )erlangsung secara perlahan selama )erminggu0minggu. Pada penderita dengan
tingkat ke)ersihan )uruk, tak arang difteri uga menyerang kulit.
3+ Tahap penyakit -an/ut
Pada serangan difteri )erat akan ditemukan pseudomem)ran, yaitu lapisan selaput
yang terdiri dari sel darah putih, )akteri dan )ahan lainnya, di dekat amandel dan )gian
tenggorokan yang lain. Mem)rane ini tidak mudah ro)ek dan )er2arna a)u0a)u. 8ika
mem)rane dilepaskan secara paksa, maka lapisan lender di)a2ahnya akan )erdarah.
Mem)rane inilah penye)a) penyempitan saluran udara atau secara ti)a0ti)a )isa terlepas
dan menyum)at saluran udara, sehingga mengalami kesulitan )ernapas. $erdasarkan
geala dan ditemukannya mem)rane inilah diagnosis dapat ditegakkan. Diagnosis
sikonfirmasi dari )asil s2a) hidung dan tenggorok.
F+ ani,estasi !-inis
Aeala klinis penyakit difteri adalah panas le)ih dari 4,9F%, ada pseudomem)rane
)ias di faring, laring atau tonsil, sakit 2aktu menelan, leher mem)engkak dise)a)kan
karena pem)engkakak kelenar leher. @idak semua geala0geala klinik ini tampak elas,
maka setiap anak panas yang sakit 2aktu menelan harus diperiksa faring dan tonsilnya
apakah ada psedomem)rane. 8ika pada tonsil tampak mem)ran putih kea)u0a)uan
disekitarnya, 2alaupun tidak khas rupanya, se)aiknya diam)il sediaan (spesimen# )erupa
apusan tenggorokan (throat s2a)# untuk pemeriksaan la)oratorium. @ergantung pada )er)agai faktor, maka manifestasi penyakit ini )iasa )er/ariasi dari tanpa geala sampai
suatu keadaan > penyakit yang hipertoksik serta fatal. Se)agai factor primer adalah
imunitas peamu terhadap toksin difteria, /irulensi serta toksigenitas %. diphtheriae
( kemampuan kuman mem)entuk toksin#, dan lokasi penyakit secara anatomis. aktor
lain termasuk umur, penyakit sistemik penyerta dan penyakit pada daerah nasofaring yang
penyem)uhan teradi secara )erangsur0angsur dan )ias disertai penyulit miokarditis
atau neuritis. Pada kasus ringan mem)rane akan terlepas dalam -0!3 hari dan
)iasanya teradi penyem)uhan sempurna.
c. Difteri 1aring
Difteri laring )iasanya merupakan perluasan difteri faring. Penderita dengan difteri
laring sangat cenderung tercekik karena edema aringan lunak dan penyum)atan
lepasan epitel pernapasan te)al dan )ekuan nekrotik. Pada difteria faring primer
geala toksik kurang nyata, oleh karena mukosa laring mempunyai daya serap toksin
yang rendah di)andingkan mukosa faring sehingga geala o)struksi saluran nafas
atas le)ih mencolok. Aeala klinis difteri laring sukar di)edakan dari tipe infectious
croups yang lain, seperti nafas )er)unyi, stridor yang progresif, suara parau dan
)atuk kering. Pada ?)struksi laring yang )erat terdapat retraksi suprasternal,interkostal dan suprakla/ikular. $ila teradi pelepasan mem)rane yang menutup alan
nafas )iasa teradi kematian mendadak. Pada kasus )erat, mem)rane dapat meluas ke
perca)angan trakeo)ronkial. &pa)ila difteria laring teradi se)agai perluasan dari
difteria faring, maka geala yang tampak merupakan campuran geala o)struksi dan
toksemia.
'+ Di,te0i !u-it
Difteri kulit )erupa tukak dikulit, tepi elas dan terdapat mem)rane pada
dasarnya, kelainan cenderung menahun. Difteri kulit klasik adalah infeksi
nonprogresif lam)an yang ditandai dengan ulkus yang tidak menyem)uh, superficial,
ektimik dengan mem)rane coklat kea)u0a)uan. *nfeksi difteri kulit tidak selalu dapat
di)edakan dari impetigo streptokokus atau stafilokokus, dan mereka )iasanya
)ersama. Pada ke)anyakan kasus, dermatosis yang mendasari, luka goresan, luka
)akar atau impetigo yang telah terkontaminasi sekunder. @ungkai le)ih sering terkena
dari pada )adan atau kepala. +yeri, sakit, eritema, dan eksudat khas. =iperestesi lokal
atau hipestesia tidak laim. Kolonisasi saluran pernapasan atau infeksi )ergeala dankomplikasi toksik teradi pada se)agian kecil penderita dengan difteri kulit.
Di,te0i &u-44agina-5 !n/ungti4a5 2an Te-inga 1+
diphtheriae kadang0kadang menim)ulkan infeksi mukokutan pada tempat0tempat lain,
seperti telinga (otitis eksterna#, mata (konungti/itis purulenta dan ulseratif#, dan saluran
genital (/ul/o/ginitis purulenta dan ulseratif#. uud klinis, ulserasi, pem)entukan
mem)rane dan perdarahan su)mukosa mem)antu mem)edakan difteri dari penye)a)
orang yang terinfeksi dengan %oryne)acterium diphteriae yang tidak memiliki geala0
geala penyakit dan merupakan sum)er penularan potensial. %ara penularan melalui
kontak dengan penderita pada masa inku)asi, dan kontak dengan carier . %aranya melalui
pernafasan atau droplet infection. Masa inku)asi penyakit difteri ini " ; ' hari, masa
penularan penderita "0minggu seak masa inku)asi, sedangkan masa penularan carier
)isa sampai 6 )ulan.
%ara penularan penyakit ada ", yaitu :
!. Secara langsung, yaitu agen penyakit ditularkan langsung dari seorang infectious ke
orang lain melalui hu)ungan intim. Selain itu dapat teradi melalui kontak langsung
dengan penderita.
". Secara tidak langsung, penyakit dapat menular dari orang ke orang lain dengan
perantara media. Media yang sering teradi yaitu le2at media udara. $akteri
%oryne)acterium diphteriae dapat )erasal dari percikan air ludah saat penderita
)er)icara, )atuk atau )ersin penderita kemudian ditularkan le2at media udara.
Melalui pernapasan )akteri masuk ke dalam tu)uh orang sekitarnya, maka teradilah
penularan penyakit difteri dari seorang penderita kepada orang disekitarnya. Selain itu
dapat ditularkan melalui )enda dan makanan yang telah terkontaminasi )akteri
terse)ut
Penyakit difteri yang diserang terutama saluran pernafasan )agian atas. %iri khasdari
penyakit ini ialah pem)ekakan di daerah tenggorokan, yang )erupa reaksiradang lokal ,
dimana pem)uluh0pem)uluh darah mele)ar mengeluarkan sel darah putih sedang sel0sel
epitel disitu rusak, lalu ter)entuklah disitu mem)aran putih kea)u0a)uan
(psedomem)ran#. Mem)ran ini sukar diangkat dan mudah )erdarah. Di )a2ah mem)ran
ini )ersarang kuman difteri dan kuman0kuman ini mengeluarkan eIotoIin yangmem)erikan geala0geala dan miyocarditis. Penderita yang paling )erat didapatkan pada
difteri fauncial dan faringeal.
"+ Diagnsis
Diagnosis dini sangat penting karena keterlam)atan pem)erian antiotoksin sangat
mempengaruhi prognosis penderita. Diagnosa ditegakkan )erdasarkan geala klinik dan
pemeriksaan la)oratorium. Aeala klinik merupakan pegangan utama dalam menegakkan
diagnosa, karena setiap keterlam)atan dalam pengo)atan akan menim)ulkan resiko pada
penderita. Secara klinik diagnose dapat ditegakkan dengan melihat adanya mem)rane
yang tipis (Mem)ran pada difteri )er)eda dengan mem)ran penyakit lain, yaitu 2arna
mem)ran pada difteri le)ih gelap# dan )er2arna kea)u0a)uan, miripseperti sarang la)a0
la)a dan mudah )erdarah )ila diangkat.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya tonsillitis, faringitis ataupun rhinitis.
Pada penyakit ini uga ditemukan limfadenitis ser/ikal dan edema aringan lunak leher
()ullneck#. Sangat penting untuk diagnosis ditemukannya mem)rane pada tempat infeksi
yang )e2arna putih kea)u ; a)uan yang mudah )erdarah )ila diangkat. Pada pemeriksaan
la)oratorium didapatkan hitung leukosit darah tepi dapat meninggi dan kadang ; kadang
disertai dengan anemia. Kultur harus diperoleh dari hidung, tenggorokan dan setiap lesi
mukokutan lainnya.
Peme0iksaan 6akte0i-gis
dapat dilakukan dengan :
• Pengam)ilan preparat langsung dari mem)ran dan )ahan di )a2ah mem)ran
• Kultur dengan medium 1oeffler, tellurite dan media agar darah
• Pada pemeriksaan la)oratorium didapatkan hitung leukosit darah tepi dapat meninggi
dan kadang ; kadang disertai dengan anemia. Kultur harus diperoleh dari hidung,
tenggorokan dan setiap lesi mukokutan lainnya.
Miokarditis atau peradangan dinding otot antung pada pasien difteri dapat diketahui
dngan melakukan pemeriksaan electrocardiogram (E%A# dengan dilakukan minimal !I
seminggu.
Tes imunitas
. Schick test : menentukan kerentanan (susepti)ilitas# terhadap diphtheria. @est
dilakukan dengan menyuntikan toksin diphtheria (dilemahkan# secara intrakutan. $ila
tidak terdapat keke)alan antitoksik akan teradi nekrosis aringan sehingga test
positif. @es ini tidak )erguna untuk diagnosis dini karena )aru dapat di)aca )e)erapahari, tetapi tes ini )erguna untuk menentukan kerentanan penderita, diagnosis serta
penatalaksanaan defisiensi keke)alan.
<i Schick ialah pemeriksaan untuk mengetahui apakah seseorang telah
mengandung antitoksin. Dengan titer antitoksin 3,34ml satuan per millimeter darah
cukup dapat menahan infeksi difteria. <ntuk pemeriksaan ini digunakan dosis !>'3
M1D yang di)erikan intrakutan dalam )entuk larutan yang telah diencerkan se)anyak
3.! ml. pada seseorang yang tidak mengandung antitoksin, akan tim)ul /esikel pada
)ekas suntikan dan hilang setelah )e)erapa minggu. Pada yang mengandung