Pengertian ArusArus adalah gerakan air yang mengakibatkan
perpindahan horizontal massa air. Arus di laut dipengaruhi oleh
banyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya arus
yakni tiupan angin musim. Selain itu juga faktor suhu permukaan
laut yang selalu berubah ubah. Indonesia dikenal mempunyai dua
musim, yakni musim barat dan musim timur di mana siklus perubahan
tiap musim ditandai dengan adanya perubahan tekanan udara sehingga
menimbulkan arah tiupan angin yang berbeda pula. Kondisi cuaca
disuatu tempat sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap
bumi. Cuaca yang terjadi adalah cuaca yang meliputi daerah yang
luas yang disebabkan adanya Intertropi-cal Convergent Zone (ICZ)
yang terkandung akumulasi awan sehingga menyebabkan banyak turun
hujan. ICZ ini sangat dipengaruhi oleh perubahan tekanan udara
didaratan asia dan didaratan australia. Bila matahari berada pada
posisi 23o3000 LU, maka tekanan udara di sekitar Asia Tengah
menurun disertai dengan suhu udara yang relatif lebih tinggi dari
biasanya. Angin bertiup dari daratan australia menuju kawasan Asia
Tengah (Prinsipnya angin bertiup dari wilayah bertekanan udara
tinggi ke wilayah yang bertekanan udara rendah). Tiupan angin musim
ini juga akan menimbulkan apa yang dinamakan sebagai arus musim
(mon-soonal stream). Pada saat itu sebagian besar kawasan Indonesia
merasakan angin bertiup dari timur atau timur-tenggara (angin pasat
tenggara) ke arah barat, selama periode antara bulan Mei-Oktober
dan arus Laut Jawa mengarah ke barat, sehingga menimbulkan musim
timur atau musim kemarau. Sebaliknya bila matahari berada pada
posisi 23o3000 LS, maka daratan australia bertekanan udara rendah
dengan suhu yang meningkat dan ICZ bergeser agak ketenggara
sehingga angin bertiup dari arah daratan Asia Tengah menuju ke
daratan Australia akibatnya dikawasan Indonesia akan terjadi musim
barat (Desember April) atau musim penghujan, dimana angin bertiup
dari arah barat ke arah timur. Selat Malaka mempunyai pola arus
umum yang tidak terpengaruh oleh angin musim.
Gambar 1. Sistem Arus Utama Permukaan Laut
Arus laut permukaanArus laut permukaan merupakan pencerminan
langsung dari pola angin yang bertiup, jadi arus digerakkan oleh
angin. Air dilapisan bawah permukaan juga ikut terbawa karena
adanya gaya koriolis (Coriolis force), yaitu gaya yang diakibatkan
oleh perputaran bumi. Pada belahan bumi utara arus di lapisan
permukaan laut berbelok ke kanan dari arah angin dan arus di
lapisan bawahnya akan berbelok lebih ke kanan lagi dari arah arus
permukaan, pada belahan bumi selatan terjadi hal sebaliknya.
Divergensi (divergence) atau pembuyaran arus permukaan menyebabkan
naiknya massa air dari lapisan bawah laut ke lapisan permukaan dan
sebaliknya konvergensi (convergence) atau pemusatan arus permukaan
menyebabkan turunnya massa air dari lapisan atas ke paling bawah.
Arus sangat mempengaruhi penyebaran ikan, Lavastu dan Hayes (1981)
menyatakan hubungan arus terhadap penyebaran ikan adalah arus
mengalihkan telur-telur dan anak-anak ikan petagis dan daerah
pemijahan ke daerah pembesaran dan ke tempat mencari makan. Migrasi
ikan-ikan dewasa disebabkan arus, sebagai alat orientasi ikan dan
sebagai bentuk rute alami; tingkah laku ikan dapat disebabkan arus,
khususnya arus pasut, arus secara langsung dapat mempengaruhi
distribusi ikan-ikan dewasa dan secara tidak langsung mempengaruhi
pengelompokan makanan. Ikan bereaksi secara langsung terhadap
perubahanlingkunganyang dipengaruhi oleh arus dengan mengarahkan
dirinya secara langsung pada arus. Arus tampak jelas dalam organ
mechanoreceptor yang terletak garis mendatar pada tubuh ikan.
Mechanoreceptor adalah reseptor yang ada pada organisme yang mampu
memberikan informasi perubahan mekanis dalam lingkungan seperti
gerakan, tegangan atau tekanan. Biasanya gerakan ikan selalu
mengarah menuju arus. (Reddy, 1993).Arus permukaan utama di Selat
Malaka selalu menuju ke arah barat lau sepanjang tahun yang berasal
dari desakan massa air laut Cina Selatan yang cukup besar ditambah
dengan desakan massa air Laut Jawa. Kecepatan arus di Selat Malaka
akan menurun bila di Laut Jawa sedang berlangsung musim barat (pada
saat yang bersamaan di wilayah sekitar Selat Malaka disebut sebagai
angin utara). Ditempat lain yang kondisi pola arus umumnya tidak
dipengaruhi oleh angin musim juga terjadi diperairan sepanjang
Selat Makasar. Arah arus umum di tempat tersebut selalu mengarah
dari utara ke selatan sepanjang tahun yang berasal dari desakan
massa air Samudera Pasifik menuju laut sulawesi. (April sampai
dengan bulan Oktober), terdapat arus balik dari pantai timur pulau
laut menuju ke utara mengalir sepanjang pantai timur kalimantan
sampai tanjung mangkalihat kemudian arus berbelok ke arah tenggara
dan bergabung lagi dengan arus utama yang selalu menuju ke arah
selatan. Untuk mengetahui gambaran arus umum di perairan Indonesia
yang dipengaruhi musim menurut Wirtky (1961) dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 2. Pola Arus Permukaan Perairan Nusantara dan Sekitarnya
Selama Musim Barat (Wirtky, 1961)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Arus1. Kecepatan
AnginKecepatan angin ini dapat menimbulkan gaya gesek di permukaan
laut. Arus permukaan yang ditimbulkannya disebut sebagai drift
currents. Jenis arus ini kebanyakan terjadi disekitar permukaan
perairan pantai. Kecepatan drift currents yang paling besar
biasanya berada di perairan selat yang posisinya searah dengan arah
angin. Makin besar kecepatan angin akan semakin kuat arus yang
ditimbulkan. Sedangkan tiupan angin yang merupakan penyebab utama
timbulnya arus permukaan disebut sebagai prevailing winds. Arus
yang ditimbulkan oleh cuaca/ angin musim juga bisa digolongkan
sebagai drift currents. Di laut lepas atau samudera, drift currents
juga bisa terjadi di lapisan permukaan. Arah dan kecepatan angin
bisa diukur menggunakan alat yang dinamakan Anemometer yang
bentuknya tersusun dari beberapa mangkuk kecil yang selalu berputar
putar bila terkena tiupan angin dan dilengkapi dengan bagian
penunjuk arah angin. Sebagai catatan kita bahwa untuk mengemukakan
arah angin biasanya dinyatakan dengan kalimat sebagai berikut:
angin bertiup dari arah .... berbeda dengan arus yang selalu
dinyatakan dalam kalimat sebagai berikut:arus mengalir/menuju ke
arah...
Gambar 2. Pola Arus Permukaan Sekitar Nusantara Selama Musim
Timur (Wirtky, 1961)
Bila anemometer tidak tersedia, bisa menggunakan cara lain yang
lebih sederhana yakni dengan cara melihat tanda-tanda alam di
sekitar pantai dan atau di tengah laut. Selain angin musim, ada
juga angin darat dan angin laut. Angin darat, yakni angin yang
bertiup dari arah darat menuju ke arah laut yang dirasakan di
wilayah pantai biasanya berlangsung pada saat malam hari. Kondisi
ini disebabkan karena tekanan udara diwilayah daratan masih lebih
tinggi dibandingkan dengan tekanan udara di wilayah laut. Angin ini
sering dimanfaatkan oleh para nelayan tradisional untuk berangkat
menangkap ikan ke tengah laut dengan perahu layar sederhana dan
kembali ke pantai pada esok hari dengan memanfaatkan angin laut,
karena kondisi tekanan udara pada siang hari terjadi sebaliknya.
Angin angin yang mempengaruhi arus diantaranya angin muson, angin
pasat, dan angin barat.
2. Tahanan DasarWalaupun sifat fisis air selalu mencari tempat
yang lebih rendah, namun makin tinggi tahanan dasar maka arus akan
semakin lemah. Hal ini berarti bentuk permukaan dasar laut tidak
rata benar.
3. Gaya CoriolisMenurut Supangat (2003), Gaya Coriolis
mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan membelokan arah
angin dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagai akibat dari
perputaran bumi pada porosnya. Gaya Coriolis ini yang
membelokanarusdibagian bumi utara kekanan dan dibagian bumi selatan
kearah kiri. Pada saat kecepatanarusberkurang, maka tingkat
perubahanarusyang disebabkan gaya Coriolis akan meningkat. Hasilnya
akan dihasilkan sedikit pembelokan dari araharusyang relaif cepat
dilapisan permukaan dan arah pembelokanya menjadi lebih besar pada
aliranarusyang kecepatanya makin lambat dan mempunyai kedalaman
makin bertambah besar. Akibatnya akan timbul suatu aliranarusdimana
makin dalam suatu perairan makaarusyang terjadi pada
lapisan-lapisan perairan akan dibelokan arahnya. Hubungan ini
dikenal sebagaiSpiralEkman, Araharusmenyimpang 450 dari arah angin
dan sudut penyimpangan. bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Untuk mengetahui arah dan kecepatan arus laut bisa digunakan
peralatan pengukur arus yang disebut sebagai Currentmeter. Biasanya
arah arus ditunjukan dalam bentuk besaran derajat. Bila jarum
penunjuk berada pada posisi 90o, maka arus yang diukur mengarah ke
timur. Sedangkan kecepatan arus ditunjukan dengan besaran
meter/detik atau bisa dalam unit mil laut/jam (knot).
Gambar 3. Pola Arus Spiral Ekman
4. Perbedaan DensitasArus juga bisa timbul sebagai akibat
perbedaan densitas. Arus demikian biasa dinamakan sebagai
Geostrophic currents. Pada dasarnya arus ini bersamaan dengan drift
currents membentuk arus umum atau arus horizontal atau arus
permukaan yang sering kita ukur di lapangan. Contoh dari
geostrophic currents antara lain arus Labrador, yakni arus dengan
densitas tinggi dan bersuhu dingin dari bagian utara samudera
atlantik yang menuju kearah selatan melalui sepanjang pantai timur
amerika sampai di wilayah teluk meksiko suhu menjadi hangat. Arus
tersebut berlanjut terus berbelok ke timur mengalir sepanjang garis
khatulistiwa, sampai dibagian barat pantai afrika arus berbelok ke
utara. Pada bulan februari-maret kondisi arus tersebut akan
berganti arah.
ARUS MUSIMAda beberapa daerah perairan arus musim ,diantaranya
:A. Laut TerbukaKeadaan arus permukaan di perairan Indonesia di
tentukan oleh perkisaran musim, hal ini disebabkan oleh dua faktor
yaitu letak geografis dan angin musim bertiup dengan konstan. Pada
musim barat laut (musim barat) dan musim tenggara (musim timur),
selama 3 bulan angin bertiup terus menerus dalam satu arah
(kecepatan angin sekitar 30-45 Km/jam). Pada musim barat laut, arus
musim dari Laut Cina Selatan masuk ke Laut Jawa lalu ke Laut
Flores, Laut Banda Selatan, Laut Arafuru, dan sebagai arus
kompensasi ada dua yaitu satu menuju ke Samudera Pasifik dan
satunya lagi menuju Samudera Hindia. Arus yang menuju ke Samudera
Pasifik berasal dari Laut Flores lewat laut Banda Utara, Laut
Seram, dan Laut Halmahera, sedangkan arus yang menuju Samudera
Hindia berasal dari Laut Banda Selatan lewat Laut Timor. Arus
kompensasi lainnya berasal dari arus Khatulistiwa Pasifik Utara
(North Pasific Equatorial Current) yang lewat Laut Sulawesi Selatan
Makasar, dan selanjutya ke Laut Flores. Arus musim lainnya terdapat
di bagian barat Sumatera yang mengalir ke selatan Pantai Jawa dan
dinamai Arus Pantai Jawa, sedangkan yang terdapat di utara Irian
Jaya dinamai Arus Pantai Irian (wyrtki, 1961).
B. Perairan Pantai (Dangkal)Pada perairan pantai, teluk, selat
dan laut yang relatif tertutup mempunyai sifat oseanografis yang
unik dan kompleks karena banyaknya kombinasi pengaruh dari berbagai
faktor setempat diantaranya iklim lokal, kegiatan di darat, garis
pantai, topgrafi dasar perairan, pola arus, pasang surut dan muara
sungai. Dalam musim barat, sungai-sungai besar dari beberapa pulai
membawa sejumlah air hujan ke laut, oleh karena itu salinitas di
perairan pantai menurun akitab proses pengenceran. Air sungai yang
mengangkut zat hara dari darat menyebabkan perairan di pantai,
terutama pada estuari menjadi sangat subur. Kesuburan di perairan
dangkal dapat pula disebabkan oleh proses turbulensi
(pengadukan).
C. Perairan EstuariPerairan Estuari yang berarti perairan
disekitar muara sungai, merupakan campuran massa air yang berasal
dari sungai (air tawar) dengan air laut disekitarnya. Posisi
percampuran ini dapat dikatakan terjadi di tempat yang sama apabila
debit air sepanjang tahun sama besar dan perbedaan antara pasang
dan surut relatif kecil sehingga dapat diabaikan (Barnes 1974).
Sungai-sungai di Indonesia relatif memiliki debit yang relatif
kecil. Pada musim hujan biasanya air tawar akan menyebar disekitar
muara sungai sepanjang 1-5 kilometer ke arah laut tetapi pada musim
kemarau, air asin akan masuk jauh ke arah hulu sungai. Salinitas
sebesar 1% baru ditemukan pada jarak sekitar 30 km di depan mulut
sungai. Pada waktu air pasang, kolam air tawar baru terdeteksi pada
jarak 800 km di arah hulu. Komposisi dan kelimpahan plankton sangat
dipengaruhi oleh kondisi perairan setempat seperti pola sirkulasi
air dan tingkat kekeruhan. Muara sungai dianggap sebagai area yang
subur karena tempat terperangkapnya sedimen dan nutrisi tetapi
rawan juga terhadap pencemaran. Menurut Zobell & Felthan 1942
dalam Barnes 1974, Konsentrasi bakteri pada lapisan air diatas
endapan lumpur dapat mncapai 200 kali lebih banyak daripada yang
terdapat di air mengalir diatasnya.Kawasan estuari juga biasanya
merupakan tempat tumbuhnya manggrove dengan subur. Daerah manggrove
sebagai tempat memijah dan mengasuh (spawning & nursery
grounds) berbagai jenis nekton. Pencemaran pantai yang sudah
menjadi masalah global adalah yutrofikasi yaitu suatu proses
pengayaan perairan oleh nutrisi (baik organik maupun anorganik).
Dalam peristiwa yutrofikasi terlihat perubahan warna air laut dari
hijau kebiruan menjadi hhijau kekuningan karena padatnya diatom,
dinoflagellata atau fitoplankton lainnya. Yutrofikasi yang
disebabkan oleh manusia disebut yutrofikasi artifisial, Sedangkan
yang disebabkan oleh alam disebut yutrofikasi alami. Yutrofikasi
artifisial disebabkan masuknya nutrisi dan bahan stimulan secara
berlebihan dan sepanjang waktu dari darat ke perairan pantai, yang
mengakibatkan produktivitas sekunder juga bertambah yaitu berupa
oertambahan kandungan zooplankton. Dengan bantuan bakteri
heterotrof, terjadi proses dekomposisi sehingga BOD (Biochemical
Oxygen Demand) meningkat dan berarti kadar oksigen menurun.
Perairan yurotrof biasanya berwarna hijau keruh agak kekuningan,
berlendir, agak berbau amis dan dijauhi oleh zooplankton atau biota
laut lainnya.
Arus Geostrofik Dan Arus Eddy
Dalam teori Ekman, laut diasumsikan dengan lebar tak terbatas,
jika pengaruh batas pantai dimasukkan, maka akan menjadi kompleks,
karena batas tersebut menghalangi pergerakan arus dan terdapat
kemiringan permukaan laut. Jika permukaan laut mempunyai
kemiringan, tekanan hidrostatik yang bekerja pada permukaan
horizontal akan bervariasi atau akan terdapat gradien tekanan
horizontal. Dengan cara yang sama jika nagin berhembus dari tekanan
yang tinggi ke tekanan yang rendah, air cenderung mengalir karena
perbedaan tekanan. Gaya yang meningkatkan gerakan ini disebut Gaya
gradien tekanan horizontal. Jika gaya Coriolis bekerja pada air
yang bergerak diseimbangkan oleh gaya gradien tekanan horizontal,
arus tersebut disebut dalam keseimbangan geostropik dan disebut
sebagai arus geostropik.Arus geostrofik tersebut sangat
menguntungkan bagi rute pelayaran yang mengikuti arah arus karena
sangat menghemat energi. Barangkali hal ini merupakan salah satu
keberhasilan para nenek moyang kita yang pernah mengarungi Samudera
Hindia menggunakan perahu layar sederhana dari nusantara ke pulau
madagaskar yang diduga memanfaatkan arus ekuatorial utara menuju ke
arah barat mengingat pada saat itu belum ada peralatan elektronik,
disamping ilmu kelautan moders belum mereka kenal. Dari penelusuran
pustaka ada pendapat yang menyatakan bahwa arus yang ditimbulkan
oleh perbedaan densitas juga merupakan penyebab arus vertikal
keatas (upwelling). Sedangkan arus yang timbul sebagai akibat dari
perbedaan suhu dan salinitas disebut sebagai sirkulasi termohaline
(termohaline circulation). Arus ini mengontrol distribusi suhu dan
salinitas di perairan samudera. Arus merupakan salah satu bahan
pertimbangan yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan prediksi sebaran
pencemar dikawasan laut, misalnya pada kasus tumpah minyak.Pada
dasarnya laut selalu berusaha untuk membersihkan diri dari segala
bentuk pengotoran maupuan bahan bahan lain yang terapung apung
sebagai impulities. Kotoran dan benda benda lain tersebut dalam
kurun waktu tertentu cepat atau lambat akan dikembalikan atau
terhempas kewilayah pantai, sehingga laut menjadi bersih kembali
dan sebaliknya pantai akan menjadi kotor. Kotoran tersebut
terhempas sampai kewilayah pantai karena mengikuti suatu arus yang
dinamakan arus ekman. Arus ini agak unik karena arus tidak searah
dengan tiupan angin dan terjadi pada perairan pantai yang dangkal.
Arus-arus lautan tidak sejajar dengan arah angin. Arus lautan
membelok membentuk suatu pola melingkar yang bergerak mengikuti
arah jarum jam dibelahan bumi utara dan kebalikan arah jarum jam
dibelahan bumi bagian selatan. Pembelokan dan gerak melingkar
adalah akibat kekuatan coriolis. Kekuatan coriolis terjadi akibat
rotasi bumi mengelilingi sumbunya. Berputarnya planet bumi
mengakibatkan suatu perubahan arah gerakan air, membelokkannya ke
sebelah kanan di belahan bumi utara dan ke sebelah kiri di belahan
bumi selatan. Air di khatulistiwa bergerak dari timur ke barat
sejajar dengan khatulistiwa dikarenakan arah rotasi bumi dari barat
ke timur dan pembelokan arus yang disebabkan oleh angin pasat.
Hasil akhir gerakan air ini adalah dari timur ke barat, penumpukan
air di sebelah barat pasu lautan. Ketika air menumpuk, air ini
bertemu dengan massa daratan yang berbentuk benua atau gugusan
pulau-pulau dan dibelokkan ke utara atau ke selatan, sebagai arus
perbatasan benua. Arus-arus perbatasan ini lalu bergerak ke arah
kutub, jatuh di bawah pengaruh angin barat. Menambah arus-arus ini
dan mendorongnya ke arah timur, melintasi pasu lautan dan
mengembalikan air ke sebelah timur pasu lautan. Pola lingkaran arus
yang sangat besar ini disebut gyre dan terdapat pada semua pasu
lautan utama. Di daerah tertentu dan dalam keadaan tertentu pula,
gerakan lateral air yang disebabkan oleh angin juga mengakibatkan
air mengalami suatu sirkulasi vertikal atau gerakan keatas
(upwelling). Menurut Stewart(2008), upwelling disebabkan oleh arus
eddy dibelahan bumi utara dan selatan. Di belahan bumi utara arus
eddy akan menyebabkan upwelling jika bergerak berlawanan searah
jarum jam yang memiliki inti dingin dan ketinggian air di pusatnya
lebih rendah, dan menyebabkan downwelling jika bergerak searah
jarum jam yang memiliki inti hangat dan ketinggian permukaan air
bagian pusat lebih tinggi daripada daerah sekitarnya. Sebaliknya di
belahan bumi bagian selatan, jika arus eddy bergerak searah jarum
jam maka akan menyebabkan upwelling, dan jika bergerak berlawanan
arah jarum jam maka akan menyebabkan downwelling.
Arlindo Dan Armondo
Di wilayah perairan Indonesia terdapat dua sistem arus utama
yang mengalir, yaitu Arus Monsun (musim) Indonesia (ARMONDO) dan
Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Fenomena Arlindo menjadi salah
satu ciri khas sistem arus di Indonesia. Sistem arus ini mengalir
dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia melalui perairan
Indonesia. Keberadaan dan transpor massa air Arlindo yang melewati
perairan Indonesia telah dideteksi melalui penelitian yang
dilakukan di beberapa wilayah yang menjadi jalur lintasan arus.
ARMONDO berada di wilayah barat, sedangkan Arlindo berada di
wilayah tengah dan timur dari perairan Indonesia. Armondo mengalir
rata-rata dari Laut Cina Selatan masuk ke Laut jawa lewat Laut
Natuna dan Selat Karimata. Dari Luat Jawa ARMONDO meneruskan
alirannya ke laut-laut dalam, yakni Laut Flores dan Laut Banda.
Arlindo mengalir dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia, dengan
cabang utama melewati Selat Makasar dan Selat Lifamatola. Di Selat
Makasar Arlindo terbagi dua, sebagian keluar ke Samudera Hindia
melewati Selat Lombok, sebagian lagi membelok ke timur melewati
Selat Flores dan Laut Banda. Dibagian tenggara Laut Banda arus
membelok ke selatan dan ke barat daya, memasuki Laut Timor, Laut
Sawu dan terus ke Samudera Hindia.Menurut Wyrtki (1987), Arlindo
yang merupakan kependekan dari Arus Lintas Indonesia, atau lebih
dikenal oleh para ahli oseanografi dengan istilah "Indonesian
Through Flow", pengertian Arlindo adalah aliran massa air antar
samudera yang melewari Perairan Indonesia. Sebagai negara yang
diapit oleh dua lautan besar yakni Samudera Pasifik di bagian utara
dan timur laut serta Samudera Hindia di bagian selatan dan barat
daya Indonesia berlaku sebagai saluran bagi aliran massa air dari
Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. Aliran massa air ini terjadi
sebagai akibat adanya perbedaan tekanan antara kedua lautan
tersebut.Dalam keadaan normal, di atas Pasifik bertiup angin pasat
tenggara sepanjang tahun. Tenaga gesekan angin ini berfungsi
mendorong massa air Pasifik ke arah barat, sehingga terjadilah
"penumpukan" massa air di Pasifik bagian barat yang berada dekat
dengan Indonesia. Sebagai akibat terjadinya perbedaan tinggi
permukaan air antara Pasifik bagian barat dengan Samudera Hindia
yang berada di selatan Indonesia. Menurut WYRTKI (1987) perbedaan
tinggi antara dua permukaan Samudera ini nilainya bervariasi. Pada
waktu muson tenggara (Bulan Mei-September) perbedaan tinggi muka
lautan ini mencapai maksimum setinggi 28 cm, yang diukur antara
Davao, Filipina (Pasifik) dan Darwin, Australia (Hindia).
Sebaliknya pada waktu muson barat (Bulan Oktober-Maret) perbedaan
tinggi permukaan dua lautan ini nilainya berada pada titik
terendah, yakni kurang dari 10 cm. Perbedaan ketinggian muka lautan
inilah yang menyebabkan terjadinya gradien tekanan yang kemudian
menimbulkan perpindahan massa air dari Samudera Pasifik ke Samudera
Hindia.Selain itu kekuatan Arlindo tersebut pada saat El Nino akan
mengalami penurunan, sedangkan saat La Nina kekuatan arusnya akan
mengalami peningkatan. Peristiwa El Nino yang merupakan bergesernya
massa air hangat dari ekuatorial Pasifik Barat ke arah timur sampai
pesisir Peru, dapat menurunkan/menaikkan permukaan laut di
barat/timur Pasifik sekitar 10-20 cm. Selain itu pergeseran massa
air hangat ke timur juga membawa udara yang lembab diatasnya,
sehingga curah hujan di sisi timur akan meningkat menyebabkan
terjadinya banjir dan tanah longsor, sementara pada sisi barat
Pasifik seperti Indonesia mengalami kekeringan, sehingga kebakaran
hutan tropis mudah terjadi. Pemanasan/ pendinginan suhu muka laut
di daerah timur dan barat Pasifik memiliki kaitan erat dengan
terjadinya El Nino dan La Nina yang seringkali mengakibatkan
kekeringan/curah hujan tinggi di wilayah Asia termasuk
Indonesia.
Rute ArlindoPeristiwa "bocornya" Samudera Pasifik ke arah
Samudera Hindia yang tampak seperti peristiwa lokal bagi Indonesia
ternyata menjadi bahan penelitian yang menarik bagi para ahli
oseanografi dari berbagai negara. Hal ini berkaitan dengan adanya
dugaan bahwa Arlindo ini merupakan aliran air hangat antar
samudera, yang merupakan bagian dari global oseanic belt. Proses
Arlindo ini pertama kali diketahui dari hasil "Ekspedisi Snellius",
yang mengadakan penelitian Oseanografi di seluruh cekungan yang ada
di Laut Maluku pada tahun 1929 dan tahun 1930. Kemudian di tahun
1960, dengan menggunakan Kapal Jalanidhi secara implisit penelitian
Arlindo ini mulai dirintis. Seiring dengan Program Pembangunan
Jangka Panjang 25 tahun dengan tiap tahapan selama 5 tahun, mulai
tahun 1969 program penelitian Arlindo ini disesuaikan dengan
tahapan-tahapan Pelita. Munculnya peminat baru dari negara-negara
lain terutama Amerika dan Perancis, kerjasama dengan negara-negara
tersebut dalam penelilian Arlindo ini semakin diintensifkan. Dari
hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan selama ini dapat
diketahui bahwa ada 3 pintu masuk utama massa air Pasifik ke
Perairan Indonesia. Yang pertama dan yang paling dominan adalah
selat Makassar. Pintu kedua bagi masuknya air Pasifik adalah Laut
Maluku dan pintu ketiga adalah Laut Halmahera. Secara garis besar
jalur-jalur yang dilalui Arus Lintas lndoncsia dapat dilihat pada
gambar berikut. Adalah arus antar samudera yang mengelilingi dunia.
Diawali dengan arus dari Pasifik ke Hindia yang dikenal dengan
Arlindo. Di Samudera Hindia massa air ini bergabung dengan south
equatorial current menuju ke barat sampai di sebelah timur Afrika,
untuk kemudian pecah menjadi dua yakni arus Somali dan arus
Muzambik. Arus Muzambik ini kemudian berlanjut menjadi arus Agulhas
dan selanjutnya menjadi arus Benguela yang mengalir ke utara lewat
sebelah barat Afrika. Kemudian arus Benguela bersama dengan south
equatorial current menyeberang equator bergabung dengan arus
Antilles. Bersama Gulf Stream air tersebut mengalir ke Atlantik
Utara. Sampai di sini aliran air terjadi pada lapisan kedalaman di
atas 500 meter, dan sering disebut dengan aliran air hangat. Dalam
perjalanan ke Atlantik Utara ini terjadi penguapan dan pendinginan
yang menyebabkan air tenggelam sampai di kedalaman antara 1500
hingga 2000 meter. Dari Atlantik Utara massa air yang telah menjadi
dingin ini mengalir ke selatan lewat lapisan bawah hingga sampai di
dekat Antartika. Di sana bergabung dengan Antartic circumpolar
current berbelok masuk ke Samudera Hindia dan sebagian menyusup ke
utara pada daerah-daerah upwelling. Tetapi yang terpenting adalah
bagian arus yang terus menuju ke timur lewat selatan Australia dan
masuk ke samudera Pasifik. Di samudera Pasifik air ini bergerak ke
utara dan muncul kembali di sekitar ekuator dan bergabung dengan
north equatorial current dan south equatorial current untuk
kemudian kembali lagi menjadi Arlindo.
Gambar 4. Lintas Arlindo (GORDON & FINE. 1996),
Asal Massa AirMenurut FFIELD & GORDON dalam HAUTALA et al.
(1994) ada dua jenis massa air yang merupakan komponen Arlindo ini,
yakni massa air yang berasal dari Pasifik Utara dan massa air dari
Pasifik Selatan. Massa air dari Pasifik Utara yang terdiri dari
North Pacific Subtropical Water (disingkat dengan NPSW) dan North
Pacific lntemediate Water (disingkat dengan NPIW) masuk Perairan
Indonesia melalui Selat Makassar dan massa air Pasifik Utara ini
berasal dari sekitar (69 LU, 127 -132 BT). Kedua jenis massa air
ini dari Selat Makassar sebagian langsung menuju ke Samudera Hindia
lewat Selat Lombok, dan sebagian lagi didorong ke arah Laut Flores
untuk kemudian memasuki Laut Banda. Dalam perjalanannya ke Laut
Banda kedua massa air ini melemah sebagai akibat adanya percampuran
secara vertikal yang kuat (strong vertical mixing) yang merupakan
karteristik dari perairan Indonesia.Di rute timur massa air dari
Pasitik Utara rnemasuki perairan Indonesia melalui Laut Maluku.
Berbeda dengan di Selat Makasar, di Laut Maluku massa air dari
Pasifik Utara ini terdeteksi kuat hanya dilaut Maluku bagian utara.
Di bagian tengah dan selatan sangat lemah terdeteksi. Hanya
sebagian kecil dari massa air ini yang kemudian memasuki Laut Seram
dan akhirnya ke laut Banda. Di bagian selatan Laut Maluku air
Thermocline Pasifik Selatan masuk Laut Seram melalui Laut Halmahera
dengan didorong oleh New Guinea Coastal Under- current. Volume
TransportBesaran arus biasanya dinyatakan dengan kecepatan dan
arah. Untuk luas penampang tertentu dari kecepatan arus dapat
dihitung volume transport, yaitu suatu besaran yang menyatakan
besarnya volume air yang dipindahkan setiap satuan waktu. Dalam
studi Arlindo ini untuk mendapatkan nilai volume transport total
(volume air yang melewati seluruh selat di Indonesia) secara akurat
perlu dilakukan pengukuran arus di jalur-jalur yang dilewati secara
simultan dan dalam jangka waktu yang panjang (sering dikatakan
dengan "mooring"). Tetapi hal ini sulit untuk dilakukan karena
memerlukan peralatan canggih yang banyak jumlahnya dan biaya yang
besar. Pengukuran arus yang dilakukan selama ini sifatnya hanya
perlokasi, misalnya di Selat Lombok, Selat Makassar, Selat Timor
dan lain-lain.
Pengaruh Musim Terhadap ArlindoPada umumnya pola arus laut
Perairan Indonesia dipengaruhi oleh perubahan angin monsun,
terutama pada lapisan permukaan. Pada waktu monsun timur yang
terjadi dari Bulan Juni hingga Bulan Agustus, massa air dari Laut
Banda didorong ke arah Laut FIores, kemudian ke Laut Jawa dan Selat
Makassar didorong oleh angin yang datang dari barat menyeberangi
Laut Flores menuju Laut Banda (WYRTKI 1961). Tetapi Arus Lintas
Indonesia yang berasal dari Pasifik tidak dipengaruhi oleh adanya
perubahan angin monsun, malah yang terjadi adalah sebaliknya. Arus
Lintas ke arah selatan yang melewati Selat Makasar yang paling kuat
terjadi kira-kira pada musim panas bagi belahan bumi utara, yang
pada waktu itu angin monsun berasal dari arah tenggara. Ini
menandakan bahwa kekuatan Arlindo dipengaruhi oleh adanya variasi
musiman pada sirkulasi laut lapisan atas di sekitar ekuator (upper
equatorial circulation), yang terjadi di Pasifik bagian barat.
Ketika North Equatorial Counter Current (disingkat dengan NECC dan
arahnya menuju ke timur) lemah, dan New Guenea Coastal Curent
(NGCC) berarah menuju ke barat, yang terjadi dari musim semi hingga
musim panas, sebagiandari massa air yang dibawa oleh Arus Mindanao
(Mindanao Current. disingkat dengan MC) mengalir masuk ke Laut
Sulawesi. Massa air dari Arus Mindanao ini kemudian menuju ke
selatan lewat Selat Makassar sebagai Arus Lintas Indonesia. Sebagai
akibatnya transport massa air ke arah selatan di Selat Makasar
menguat. Sebaliknya pada waktu NECC menguat dan NGCC menuju ke arah
timur, yang terjadi antara musim gugur dan musim dingin maka MC
bergabung NGCC. Gabungan arus yang menuju ke arah timur tersebut
sudah terbentuk di Laut Sulawesi dan kemudian berasosiasi menjadi
Mindanao Eddy di tenggara Filip in a. Sebagai akibatnya arus ke
arah selatan di Selat Makassar melemah.
Dampak Yang Di Timbulkan Oleh Arlino Terhadap IndonesiaSeperti
yang sudah dibahas bahwa keadaan topografi dasar perairan Indonesia
sangat beragam. Hal ini berpengaruh besar terhadap bentuk aliran
massa air dari Pasifik ke arah Samudera Hindia. Proses turbulensi,
sinking, upwelling, down welling dan sebagainya sering terjadi
mengiringi perjalanan Arlindo ini. Dan biasanya proses-proses
tersebut dikuti oleh proses fisis maupun proses-proses yang lain.
Perairan Indonesia bagian timur seperti Laut Banda, Laut Arafura.
Laut Maluku terkenal sehagai daerah upwelling yang subur. Ini
terjadi karena pada musim timur, massa air di lapisan atas perairan
tersebut terdorong oleh angin timur sampai ke Laut Jawa, Laut
Natuna dan Laut China Selatan. Kekosongan air dilapisan permukaan
inilah yang diisi oleh massa air dari bawah yang kaya akan bahan
makanan. Internal waves yang tcrjadi sebagai akibat bekerjanya
gaya-gaya pasang surut, dan Arus Lintas Indonesia berperan dalam
memperkuat proses upwelling ini.Sebuah pepatah yang berbunyi
"sambil menyelam minum air'' atau "sekali merengkuh dayung dua tiga
pulau terlampaui", rupanya berlaku juga disini. Dalam penelitian
Arlindo yang dilakukan di Laut Banda dan sekitarnya, didapatkan
suatu fenomena menarik. Yakni didapatkanya huhungan antara
perubahan suhu permukaan laut yang disebabkan oleh
percampuran/pengadukan oleh pasang surut dengan intensitas hujan
konvektif yang terjadi di Indonesia (TIM SURVEI 1996). Hal ini
nampak dari kesamaan periode pembentukan awan konvektif dengan
periode pasang surut, yakni setengah bulanan. Tetapi bagaimana
mekanisme dari proses ini, ada atau tidaknya pengaruh Arlindo dan
hal-hal lain yang ada hubungannya dengan masalah tersebut masih
dalam taraf penelitian. Kalau masalah ini terungkap dengan tuntas
maka hasil penelitian Arlindo ini akan dapat memberikan sumbangan
dalam mengungkap masalah-masalah yang berhubungan dengan cuaca
iklim di Indonesia. Meski dari hasil penelitian Arlindo telah
banyak hal yang dapat diungkap, tetapi masih banyak pula masalah
yang belum terjawab. Oleh sebab itu hasil penelitian Arlindo di
waktu mendatang diharapkan dapat bermanfaat tidak saja bagi ilmu
pengetahuan, tetapi juga bagi usaha-usaha peningkatan kesejahteraan
bangsa Indonesia umumnya.
Pemanfaatan potensi arus laut sebagai sumber listrik
Arus laut merupakan gerakan horizontal massa air laut, sehingga
arus laut memiliki energi kinetik yang dapat digunakan sebagai
penggerak bagi sebuah motor pembangkit listrik. Secara global, laut
mempunyai sumber energi arus laut yang sangat besar 2,8 x 1014 (280
triliun) Watt-jam (Duxbury dkk.,2000). Perkembangan teknologi
pemanfaatan energi laut khusunya arus laut sebagai energi baru
terbarukan didunia saat ini berkembang dengan pesat , seiring
dengan meningkatnya tuntutan akan kebutuhan energi listrik
masyarakat kawasan pesisir serta semakin maraknya isu pemanasan
global yang mendorong untuk membatasi penggunaan bahan bakar
hidrokarbon. Pengembangan teknologi ekstrasi energi arus laut ini
dilakukan dengan mengadaptasi prinsip teknologi ekstrasi energi
dari angin yag telah lebih dulu berkembang yaitu dengan mengubah
energi kinetik dari aus laut menjadi energi rotasi dan energi
listrik.Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia ,
terletak antara samudera hindia dan samudera pasifik dan memiliki
lebih dari 17.000 pulau. Di beberapa daerah terdapat beberapa selat
yang berpotensi mempercepat arus laut karena adanya efek
penyempitan celah. Besaran kecepatan arus pada beberapa selat
merupakan potensi energi kinetik yang dapat dikembangkan menjadi
energi listrik. Dari letak geografis yang berada di garis
khatulistiwa menyebabkan nilai coriolis force kecil sehingga
indonesia memiliki tunggang arus laut yang tidak besar jika
dibandingkan dengan belahan bumi bagian utara atau selatan. Untuk
dapat memanfaatkan potensi energi arus yang ada, dibutuhkan turbin
dengan efisiensi tingggi, torsi besar serta memiliki kecepatan awal
berputar yang kecil. Turbin arus laut adalah perangkat untuk
mengubah pergerakan kinetik arus laut menjadi energi listrik
didalam sistem pembangkit. Pemanfaatan energi ini telah di uji coba
dibeberapa daerah pesisir di pualu-pulau kecil provinsi kepulauan
riauJika pergerakan air laut diekstraksi menjadi energi listrik
pada suatu turbin , maka dibutuhkan kecepatan arus yang jauh lebih
kecil dibandingkan kecepatan gerak aliran udara yang dibutuhkan
untuk menghailkan daya listrik yang sama. Pada pengaplikasiannya
turbin arus laut mengerucut ke turbin sumbu horizontal dan turbin
sumbu vertikal sesuai dengan perkembangan yang ada. Pada pengujian
yang dilakukan pada penggunaan turbin, terjadi fenomena penurunan
torsi turbin jika arus yang diberikan semakin besar. Penurunan
torsi turbin ini disebabkan gaya seret positif yang mengalami
pengurangan gaya dorong akibat gaya seret negatif serta adanya
perubahan pola arus selama musim pancaroba awal ( april-maret ).
Dan juga kecepatan arus saat surut lebih besar daripada saat
pasang. Turbin yang digunakan pada pulau-pulau kecil ini antara
lain turbin marine current yang mencapai kapasitas 4 kW yang dapat
berkerja secara optimal dan bekerja dengan baik untuk menghasilkan
potensi arus laut di perairan tersebut. Lalu ada turbin sabella
yang direkomendasikan untuk dibangun pada kawasan pulau-pulau kecil
tersebut karena dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan
daya listrik yang dihasilkan dan dioptimalkan dengan teknik marine
current farm.
DAFTAR PUSTAKA
Soedjono kramadibrata.2002.Perencanaan Pelabuhan.Institut
Teknologi Bandung.BandungJames W. Nybakken.1988.Marine Biology : An
Ecological Approach.PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1988