SEMANGAT PANCASILA DALAM AIR MATA KAUM BURUH IBU GENDONGBELATI
01/06/15_ Semangat dalam memperingati hari kelahiran Pancasila
masih menggaung dalam Sanubari.
Bahkan semangat itu tidak ku jumpai di tempat terhormat saja,
tapi hari ini, di dalam pasar, ada semangat jiwa Pancasila yang tak
lekang oleh keadaan. Sebut saja sebuah peguyuban Sayu Rukun, yang
adalah bagian dari komunitas Buruh Ibu Gendong di Pasar Beringharjo
Kota Jogjakarta yang begitu semarak dan riaknya menyanyikan lagu
Garuda Pancasila dan mendoakan Pancasila dalam setiap ejaan
sila-silanya.
Apa yang membedakan kami? TIDAK ADA SAMA SEKALI.
Hari ini kunjungan para Brigade Pancasila Sakti (BELATI) kembali
menggerakan sebuah sejarah.
Ada air mata haru juga bangga disana, semangat yang tak pudar
terpampang kuat dari jiwa ibu-ibu tua yang sampai detik ini masih
mengais hidup dengan meminta upahan sebagai buruh Gendong di Pasar
ini.
Mata berkaca-kaca, bahkan hati tak mampu membendung iba, ketika
keluhan itu menjadi harapan.
Kami hanya hadir sebagai penghibur lara, juga menjanjikan apa
yang nanti bisa kami buat, bukan untuk menyuruh mereka tunduk akan
keinginan kami, tapi memberi sebuah solusi menyentuh jiwa, bahwa
kita sama, dalam misi ini nilai kemanusiaan dan kebangsaan yang
selalu mengusung pada Merah Putih dan Pancasila.
Coba anda bayangkan, ada sosok setengah tua, bahkan mereka
tergolong lanjut usia, namum memiliki semangat luar biasa yang tak
habis termakan zaman. Mereka hanya berprinsip hidup dan bekerja
untuk makan hari ini, mereka mengutarakan penderitaan mereka
sebagai buruh pikul barang (50 kg) dengan upah Rp 1000, bahkan
harus menaiki 2 sampai 3 lantai pasar Beringharjo. Sungguh sedih
hati ini mendengarnya, jiwa ini ingin memberontak. Dimana letak
jaminan kerja bagi mereka rakyat kecil, yang masih megais jejak
kehidupan dengan air mata, tapi itu harkat mereka, begitu setia
mereka menjalaninya.
Masih mengganjal dalam benakku,
Ketika Ibu Martini yang adalah seorang aktivis dari LSM Yasanti
juga selaku pembimbing Paguyuban ini mengutarakan maksud hati dan
realitanya, bahwa begitu anehnya nilai kemanusiaan yang selalu
berbenturan dengan aturan di birokrasi saat ini. Singkat saja
ceritanya terkait dengan jaminan kesehatan misalnya, nasib parah
Buruh Gendong ini kemudian menjadi pertanyaan. Bagi mereka yang
tidak berdomisili di Yogyakarta, konon kebanyakan Buruh Ibu Gendong
ini berasal dari Kulonprogo dan Imogiri, sehingga mereka tidak bisa
mengakses kesehatan di puskesmas yang berada di depan mata Pasar
Beringharjo karena di klaim mereka tidak memiliki KTP daerah
setempat. Realitanya, jika sampai di tempat kerja mereka ini dan
kemudian mereka sakit, apakah ia mereka harus kembali masing-masing
ke kampu daerah asal ng mereka? Sekejam itukah peraturan kesehatan
dan segala prosesnya? Kenapa birokrasi selalu kaku dengan aturan,
dan tidak peka dengan keadaan?
Batin ini menangis, ketika ibu setengah baya memelukku, berusaha
merangkul dan mencium tanganku dan menangis, hanya untuk berterima
kasih kalau hari ini masih ada orang yang hadir merangkul jiwa
mereka dan mau turut membantu meringankan beban keringat dan cerita
air mata yang sekian lama mereka bendung.
Tuhan, terima kasih untuk hari ini.
Bahwa mungkin diwaktu yang sama, banyak orang sedang
memperingati hari lahirnya Pancasila di Hotel yang megah, ruangan
yang mewah, dan makanan yang lezat namum diwaktu yang singkat dan
ruang yang sederhana ini Engkau masih menganugerahkan anak bangsa
seperti kami yang digerakan oleh semangat pancasila untuk melihat
ibu-ibu kami yang masih terus menangis. MenuNggu waktunya kapan
mereka dilihat dan diperhatikan.
Kami hadir di Pasar, situasi yang juga hina, tapi semangat
Pancasila kami membakar dalam angan dan cita kami bahwa hari ini
kami melihat Pasar adalah situasi HATI DAN JIWA RAKYAT dan pasar
juga adalah Hotel bagi mereka rakyat jelata yang menginap di atas
segala harapan untuk negeri ini.
Terima kasih BRIGADE PANCASILA SAKTI, hari ini aku belajar
memindahkan Jargon Pancasila dari belakang meja yang penuh dengan
ritual apel, seminar, dan debat ke tengah-tengah kaum tak tersapa,
karena sejatinya dari mereka kita beljar nilai-nilai luhur
Pancasila.Dan saya memahami, bahwa BELATI hidup dalam cita-cita ku
untuk menemukan proses kemanusiaan yang sejati.
(Gres Gracelia)Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Cp: 085253073708FOTO:
KAMI ADALAH BELATI (BRIGADE PANCASILA SAKTI)