BAB V PERCOBAAN 4 COMMON EMITTER 5.1 Tujuan Percobaan 1. Mengenal sifat-sifat yang dimiliki penguat common emiter 2. Memahami pengaruh perubahan amplitudo input terhadap tegangan output 3. Memahami pengaruh perubahan frekuensi terhadap tegangan output 4. Memahami pengaruh perubahan hambatan depan (Rd) terhadap tegangan output 5. Memahami pengaruh perubahan hambatan beban (Rl) terhadap tegangan output 6. Memahami pengaruh rangkaian tanpa hambatan prasikap. 5.2 Dasar Teori Transistor adalah komponen aktif tiga terminal disebut transistor persambungan bipolar (BJT). Ketiga terminal tersebut adalah Basis (B), Colektor (C) dan Emitor (E). Terdapat dua jenis kontruksi dasar BJT (Bipolar Junction Transistor), yaitu jenis n-p-n dan jenis p-n-p dan dibuat dua buah bahan semikonduktor dengan dua
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB V
PERCOBAAN 4
COMMON EMITTER
5.1 Tujuan Percobaan
1. Mengenal sifat-sifat yang dimiliki penguat common emiter
2. Memahami pengaruh perubahan amplitudo input terhadap tegangan output
3. Memahami pengaruh perubahan frekuensi terhadap tegangan output
4. Memahami pengaruh perubahan hambatan depan (Rd) terhadap tegangan
output
5. Memahami pengaruh perubahan hambatan beban (Rl) terhadap tegangan
output
6. Memahami pengaruh rangkaian tanpa hambatan prasikap.
5.2 Dasar Teori
Transistor adalah komponen aktif tiga terminal disebut transistor
persambungan bipolar (BJT). Ketiga terminal tersebut adalah Basis (B), Colektor (C)
dan Emitor (E). Terdapat dua jenis kontruksi dasar BJT (Bipolar Junction Transistor),
yaitu jenis n-p-n dan jenis p-n-p dan dibuat dua buah bahan semikonduktor dengan
dua tipe berbeda (semi konduktor tipe n dan semi konduktor tipe p) yang disusun
demikian sehingga tipe n mengapit tipe p atau sebaliknya. Apabila semi konduktor
tipe n yang mengapit tipe p maka disebut transistor NPN, dan sebaliknya apabila semi
konduktor tipe p yang mengapit tipe n maka disebut transistor PNP.
Gambar 5.2 Struktur Fisis Transistor tipe PNP
Gambar 5.3 Struktur Fisis Transistor tipe NPN
Kaki-kaki pada transistor :
Emiter : Pemancar muatan
Colector : Pengumpul muatan
Basis : Pengendali
(a) (b)
Gambar 5.4 Representasi rangkaian dari tipe transistor (a) PNP; (b) NPN
Dalam percobaan ini digunakan transistor NPN seri 9013. Agar dapat bekerja
sebagai penguat maka transistor harus dipasang pada daerah aktif. Sedangkan jenis
penguat yang digunakan pada transistor bergantung pada konfigurasi pemasangannya.
Sebagaimana kita ketahui, ada tiga jenis konfigurasi transistor sebagai berikut:
1. Transistor dengan konfigurasi basis bersama (CB)
Pada konfigurasi ini dapat diketahui dengan melihat basis sebagai acuan
tegangan atau basis yang diketanahkan. Sebagai masukan adalah emitter, dan
sebagai keluaran adalah kolektor.
2. Transistor dengan konfigurasi emitter bersama (CE)
Dalam hal ini emitor sebagai acuan tegangan atau yang diketanahkan,
sementara sebagai masukan adalah basis, dan sebagai keluaran adalah
kolektor.
3. Transistor dengan konfigurasi kolektor bersama (CC)
Dengan kolektor sebagai ground (dketanahkan). Masuka adalah basis, dan
keluaran adalah emitter.
Dari ilustrasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa transistor dapat kita rangkai
menjadi 3 jenis penguat, yaitu penguat emitor ditanahkan (common emitter), penguat
basis ditanahkan (common base), dan penguat pengikut colector (common collector).
Dalam laporan ini akan dikaji tentang penguat common emiter atau lebih dikenal
dengan penguat CE.
Secara umum penguat (amplifier) dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat),
yaitu penguat tegangan, penguat arus penguat transresistans, dan penguat
transkonduktans. Pada dasarnya kerja sebuah penguat adalah mengambil masukan
(input), mengolahnya dan menghasilkan keluaran (output)yang besarnya sebanding
dengan masukan.
Penguat CE dibuat dengan mengatur arus bias yang sesuai di titik tertentu
yang ada pada garis bebannya. Sedemikian rupa sehingga titik Q ini berada tepat di
tengah garis beban kurva VCE-IC dari rangkaian penguat tersebut dan sebut saja titik
ini titik A. Gambar berikut adalah contoh rangkaian penguat commonemitor dengan
transistor NPN.
Gambar 5.5 Penguat common emitter
Pada penguat emitor ditanahkan (common emitter) , kaki emitor dihubungkan
dengan ground. Transistor dapat dianggap sebagai rangkaian berujung dua, maka
rangkaian tersebut dapat digantikan dengan nilai setaranya. Umumnya orang sering
menggunakan rangkaian ekivalen h atau parameter h (Hybrida) tanpa komponen
prasikap yang tampak seperti pada gambar berikut :
Gambar 5.6 Rangkaian ekivalen common emitter
Gambar 5.7 Rangkaian ekivalen common emitter dengan RL '
5.3 Gambar Rangkaian
1. Rangkaian Penguat Emitter Bersama
Gambar 5.2 Rangkaian Penguat Emitter Bersama
Keterangan gambar :
Rd = 82 Ω Cbp = 100 µF
R1 = 2,2K Ω Vs = menggunakan AFG
R2 = 510 Ω
RE = 22 Ω
RC = 1 K Ω
RL = 20 K Ω
Cb = 100 µF
5.4 Alat dan Bahan
1. AFG
2. Osiloskop
3. Regulated DC Power Supply Digital
4. Resistor
5. Kapasitor
6. Transistor NPN
7. Proto board
8. Jumper
5.5 Langkah Percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Merangkai alat dan bahan sesuai dengan gambar rangkaian
3. Mengukur tegangan input dan output pada RL
4. Mengukur Vout dengan merubah amplitude
5. Mengukur Vout dengan mengganti RL dengan 82 kΩ
6. Mengembalikan rangkaian seperti semula, kemudian mengukur Vout dengan
mengganti RE sebesar 30 kΩ
7. Mengembalikan rangkaian seperti semula, kemudian mengukur Vout dengan
mengubah frekuensi
8. Mengembalikan rangkaian seperti semula, kemudian mengukur Vout dengan
menambah Rin 82Ω
9. Mencatat hasil pengukuran
5.6 Data Percobaan
5.6.1 Rangkaian Penguat Common Emitter
Tabel 5.1 Tabel Hasil Pengukuran Rangkaian Penguat Common Emitter
No Frekuensi
(Hz)
Ragam gelombang masukan (Vi)
Hambatan
Beban (RL)
Ragam gelombang
keluaran (Vo)
11 k
Vpp= 3,24V Vmax=1.08VVmin=-2.16VVin= 0,7 V
20 kΩVpp= 9,12V Vmax=5.04VVmin=-4.08VVout= 4 V
5.6.2 Rangkaian CE Variasi Amplitudo
Tabel 5.2Tabel Hasil Pengukuran Rangkaian CE Variasi Amplitudo
No Frekuensi(Hz)
Ragam gelombang masukan (Vi)
HambatanBeban (RL)
Ragam gelombang keluaran (Vo)
11 k
Vpp= 3,24V Vmax=1.08VVmin=-2.16V
Vin= 0,2 V
20 kΩVpp= 9,12V Vmax=5.04VVmin=-4.08VVout= 3,9 V
5.6.3 Rangkaian CE Variasi Beban (RL)
Tabel 5.3 Tabel Hasil Pengukuran Rangkaian CE Variasi Beban (RL)
No Frekuensi
(Hz)
Ragam gelombang masukan (Vi)
HambatanBeban (RL)
Ragam gelombang keluaran (Vo)
11k
Vpp= 3.28V Vmax=1.28VVmin=-2,00VVin = 0,2 V
82kΩVpp= 6.80V Vmax=3.84VVmin=-2,96VVout = 4,9 V
5.6.4 Rangkaian CE Variasi Beban (RE)
No Frekuensi(Hz)
Ragam gelombang masukan (Vi)
Hambatan
Beban (RE)
Ragam gelombang keluaran (Vo)
11k
Vpp= 3.20V Vmax=1.20VVmin=-2,00VVin = 0,2 V
30ΩVpp= 9,12V Vmax=5,12VVmin=-4,00VVout = 3,9 V
5.6.5 Rangkaian CE Variasi Frekuensi
Tabel 5.2 Tabel Hasil Pengukuran Rangkaian CE Variasi Frekuensi
No Frekuensi(Hz)
Ragam gelombang
masukan (Vi)
HambatanBeban (RL)
Ragam gelombang keluaran (Vo)
115k
Vpp= 3.20V Vmax=1.24VVmin=-1,96VVin = 0,2 V
20 kΩVpp= 9,04V Vmax=5,28VVmin=-3,76VVout = 3,9 V
5.6.5 Rangkaian CE Pengaruh beban Rd
No Frekuensi(Hz)
Ragam gelombang
masukan (Vi)
HambatanBeban (RL)
Ragam gelombang keluaran (Vo)
115k
Vpp= 4,44V Vmax=1,96VVmin=-2,48VVin = 0,5 V
20 kΩVpp= 9,04V Vmax=5,28VVmin=-3,76VVout = 3,6 V
5.7 Analisa dan Pembahasan.
5.7.1 Penguat Common Emitter
5.7.1.1 Gambar Rangkaian
Gambar 5.8 Rangkaian Penguat Common Emmiter
Keterangan gambar :
Rd = 82 Ω Cbp = 100 µF
R1 = 2,2K Ω Vs = menggunakan AFG
R2 = 510 Ω
RE = 22 Ω
RC = 1 K Ω
RL = 20 K Ω
Cb = 100 µF
5.7.1.2 Perhitungan Vout dan Garu pada rangkaian
5.7.1.3 Tabel Perbandingan Pengukuran dan Perhitungan Vout dan Garu
Tabel 5.4 Tabel Perbandingan hasil perhitungan dan pengukuran pada rangkaian.
No Frekuensi(Hz
)
Perhitungan Pengukuran
1 1k
2 1k
3 1k
Dari tabel diatas rangkaian penguat emitter bersama memiliki perbedaan dalam perhitungan dan pengukuran.Hasil perhitungan bernilai negatif karena memiliki beda fasa 180ᵒ.
5.7.1.4 Grafik Perbandingan
Gambar 5.10 Grafik Perbandingan
5.7.2 Pengaruh Amplitudo input Terhadap Vout
5.7.2.1 Gambar Rangkaian
Gambar 5.11Rangkaian pengaruh Amplitudo input Vout
Keterangan Gambar :
Rd = 82 Ω Cbp = 100 µF
R1 = 2,2K Ω Vs = menggunakan AFG
R2 = 510 Ω
RE = 22 Ω
RC = 1 K Ω
RL = 20 K Ω
Cb = 100 µF
5.7.2.2 Perhitungan
5.7.2.3 Tabel Perbandingan Pengukuran dan Perhitungan
Tabel 5.6 Tabel Perbandingan hasil perhitungan dan pengukuran pada rangkaian
No Rs Perhitungan Pengukuran
1
2
3
Dari tabel diatas rangkaian penguat common emitter memiliki nilai Av yang berbeda dari perhitungan dan pengukuran . Pada perhitungan nilai Av bernilai negatif karena beda fasa tegangannya adalah 180 derajat . Sedangkan pada pengukuran nilai Av lebih dari sama dengan 1 karena didapatkan perbandingan antara Vin dan Voutnya positif .
5.7.2.4 Grafik Perbandingan
Gambar 5.14 Grafik Perbandingan
5.7.3 Percobaan Variasi beban RL terhadap Voutput
5.7.3.1 Gambar Rangkaian
Gambar 5.15Rangkaian pengaruh RL terhadap Vout
Keterangan Gambar :
Rd = 82 Ω Cbp = 100 µF
R1 = 2,2K Ω Vs = menggunakan AFG
R2 = 510 Ω
RE = 22 Ω
RC = 1 K Ω
RL = 82k K Ω
Cb = 100 µF
5.7.3.2 Perhitungan
5.7.3.3 Tabel Perbandingan Pengukuran dan Perhitungan
Tabel 5.8 Tabel Perbandingan hasil perhitungan dan pengukuran pada rangkaian dengan
variasi RL
No RL Perhitungan Pengukuran
1
2
3
Dari tabel diatas rangkaian penguat common emitter memiliki nilai Av yang berbeda dari perhitungan dan pengukuran . Pada perhitungan nilai Av bernilai negatif karena beda fasa tegangannya adalah 180 derajat . Sedangkan pada pengukuran nilai Av lebih dari sama dengan 1 karena didapatkan perbandingan antara Vin dan Voutnya positif .
5.7.4.4 Grafik Perbandingan
Gambar 5.18 Grafik Perbandingan
5.7.4 Percobaan Variasi beban RE Terhadap Voutput
5.7.4.1 Gambar Rangkaian
Gambar 5.16 Rangkaian Variasi beban RE terhadap Vout
Keterangan Gambar :
Rd = 82 Ω Cbp = 100 µF
R1 = 2,2K Ω Vs = menggunakan AFG
R2 = 510 Ω
RE = 30 Ω
RC = 1 K Ω
RL = 20 K Ω
Cb = 100 µF
5.7.4.2 Perhitungan
5.7.4.3 Tabel Perbandingan Pengukuran dan Perhitungan
Tabel 5.8 Tabel Perbandingan hasil perhitungan dan pengukuran pada rangkaian
dengan variasi RE
No RE Perhitungan Pengukuran
1
2
3
Analisa:
5.7.4.4 Grafik Perbandingan
Gambar 5.18 Grafik Perbandingan
5.7.5 Percobaan Pengaruh frequensi masukan terhadap Vout garu saat f=random
5.7.5.1 Gambar Rangkaian
Gambar 5.16 Rangkaian Variasi beban RE terhadap Vout
Keterangan Gambar :
Rd = 82 Ω Cbp = 100 µF
R1 = 2,2K Ω Vs = menggunakan AFG
R2 = 510 Ω
RE = 30 Ω
RC = 1 K Ω
RL = 20 K Ω
Cb = 100 µF
5.7.5.2 Perhitungan
5.7.5.3 Tabel Perbandingan Pengukuran dan Perhitungan
Tabel 5.8 Tabel Perbandingan hasil perhitungan dan pengukuran pada rangkaian
dengan variasi RE
No RE Perhitungan Pengukuran
1
2
3
Analisa:
5.7.5.4 Grafik Perbandingan
Gambar 5.18 Grafik Perbandingan
5.7.6 Percobaan Pengaruh Beban Ri terhadap Vout
5.7.6.1 Gambar Rangkaian
Gambar 5.16 Rangkaian Variasi beban RE terhadap Vout
Keterangan Gambar :
Rd = 82 Ω Cbp = 100 µF
R1 = 2,2K Ω Vs = menggunakan AFG
R2 = 510 Ω
RE = 30 Ω
RC = 1 K Ω
RL = 20 K Ω
Cb = 100 µF
5.7.6.2 Perhitungan
5.7.6.3 Tabel Perbandingan Pengukuran dan Perhitungan
Tabel 5.8 Tabel Perbandingan hasil perhitungan dan pengukuran pada rangkaian
dengan variasi RE
No RE Perhitungan Pengukuran
1
2
3
Analisa:
5.7.6.4 Grafik Perbandingan
Gambar 5.18 Grafik Perbandingan
4.7 Kesimpulan
1. Penguat emiter bersama (CE) memiliki Av dan AI yang besar, sehingga cocok
digunakan untuk penguat daya.
2. Nilai Av dan AI antara percobaan dengan teori berbeda hal ini disebabkan
pada saat praktikum osiloskop yang digunakan sedang dalam kondisi yang
tidak bagus dan gambar yang ditampilkan oleh osiloskop sangat tidak fokus
sehingga pengamat sulit untuk mengamati dan mencatan nilai hasi percobaan.
3. Peningkatan nilai tegangan masukan sebanding dengan nilai Av
4. Peningkatan nilai tegangan masukan dengan Ri tetap, artinya juga
peningkatan arus masukan, dan ini sebanduing dengan nilai Ai.
5. Penguat CE memiliki nilai Rm yang besar artinya bahwa dengan arus yang
kecil maka dapat menghasilkan tegangan keluaran yang besar.
6. Nilai Gm pada penguat CE kecil, hal ini berarti tegangan masukan yang kecil
akan menghasilkan arus keluaran yang kecil pula.
7. Dari grafik Av dan AI dengan frekuensi, ternyata tetap, padahal seharusnya
memiliki penguatan tetap hal ini dikarenakan kesalahan pembacaan nilai Vo
dan Vi yang akan terus terbawa dalam perhitungan-perhitungan berikutnya,