Senin, 21 Januari 2013penatalaksanaan fisioterapi kondisi
myofascial sindrom musculus levator scapula
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangDalam upaya mewujudkan pelayanan di perlukan
adanya kerjasama dari berbagai pihak. Semakin majunya pembangunan
di bidang kesehatan pada hakekatnya adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan
nasional. Tuntutan yang semakin besar terhadap upaya kesehatan
telah mengarahkan usaha pembangunan agar lebih maju untuk mencapai
suatu keadaan yang sehat menyangkut berbagai aspek antara lain
usaha peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan
(kuratif) serta pemeliharaan (rehabilitatif). Untuk dapat
mewujudkan upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh tersebut,
diperlukan adanya kerja sama dari berbagai pihak dan disiplin ilmu
(UU RI No 36 tahun 2009).Fisioterapi adalah bentuk pelayanan
kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang dasar kehidupan dengan menggunakan penanganan secara
manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik, dan
mekanis, pelatihan fungsi, komunikasi), (Menteri kesehatan RI Nomor
17/Menkes/SK/VI/2008).1
Jenis penyakit yang ada dimasyarakat begitu banyak, sedangkan
masyarakat kurang memahami dan mengetahui tentang penyakit yang di
derita, serta bagaimana melakukan penanganan terhadap penyakit yang
di derita. Sindrom nyeri miofasial sering menyerupai sindrom
radikulopati servikal dan sindrom faset servikal. Sindrom itu juga
dikenal dengan fibrositis dan fibromiositis (B.M.Tulaar, 2008).
Myofascial levator scapula adalah salah satu yang lebih umum gejala
nyeri otot yang memiliki myofascial. Otot levator scapulae, dalam
hubungannya dengan otot bahu, memiliki sebuah tindakan yang penting
dalam menstabilkan dan bergerak skapula dan berhubungan dengan
gerakan bahu. Myofascial sindrom levator scapula sering dipicu oleh
menggunakan keyboard secara abnormal posisi dengan leher diputar
tapi dapat terjadi dalam olahraga misalnya berenang, di mana sering
melakukan rotasi leher (Sambrook,dkk, 2010, hal : 120).Sindrom
levator scapulae otot yang membentang sepanjang bagian belakang
leher, dengan fungsi membantu berbagai gerakan pada leher, lengan
dan bahu gerakan seperti shrugging. Ketika otot menjadi kaku
menyebabkan rasa sakit dan mengurangi gerakan di wilayah tersebut.
Gejala sindrom scapulae levator nyeri tajam di sekitar leher,
sering memancar ke atas dan menyebabkan sakit kepala. Daerah leher
menjadi terasa meradang. Gerakan dapat terbatas di leher dan bahu,
dengan nyeri dan kekakuan memburuk ketika mencoba banyak gerakan Di
Indonesia, setiap tahun sekitar 16,6% populasi dewasa mengeluhkan
rasa tidak enak di leher, bahkan 0,6% bermula dari rasa tidak enak
di lehermenjadi nyeri leher yang berat. Insidensi nyeri leher
meningkat denganbertambahnya usia, dimana lebih sering mengenai
wanita daripada laki-laki.Dalam kegiatan mempertahankan posisi
leher saat melakukan aktivitas membutuhkan peran sangat besar dari
otot-otot vertebra. Salah satu otot leher yang mempunyai peranan
cukup besar adalah m.levator scapulae. Nyeri yang terjadi pada
m.levator scapulae memicu terjadinya nyeri di sudut leher dan bahu,
sakit ini sering di gambarkan sebagai nyeri yang amat pedih
terutama pada penggunaan aktif otot levator scapulae (Gejut, I
Made, 2012).Untuk mengatasi myofascial sindrom m.levator scapula
terapi pemanasan atau heating yang memungkinkan untuk diterapkan
adalah Micro Wave Diathermy MWD karena terbukti efektif untuk
mengurangi berbagai nyeri pada otot. Untuk mengurangi keterbatasan
luas gerak sendi (LGS) dan peregangan otot dapat dilakukan dengan
cailliet exercise (senam nyeri leher) dan Contract Relax Stretching
yakni suatu teknik terapi latihan khusus yang ditujukan pada otot
yang spasme, tegang/memendek untuk memperoleh pelemasan dan
peregangan jaringan otot, sedangkan untuk rileksasi otot dan
meningkatkan sirkulasi darah bisa dilakukan teknik manipulasi
seperti friction.Dari problematika yang disebutkan pada latar
belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui serta
mengkaji lebih lanjut dalam bentuk karya tulis ilmiah yang berjudul
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Myofascial Sindrom
Musculus Levator Scapula.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang masalah
diatas, maka timbul beberapa perumusan masalah, sebagai berikut
:1.2.1Bagaimana proses patofisiologi pada kondisi myofascial
sindrom m.levator scapula ?1.2.2 Problematika fisioterapi apa saja
yang timbul pada kondisi myofascial sindrom m.levator
scapula?1.2.3Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi dengan
menggunakan metodologi intervensi fisioterapi berupa Micro Wave
Diathermy (MWD), cailliet exercise (senam nyeri leher) dan Contract
Relax Stretching (CRS), serta friction pada kondisi myofascial
sindrom m.levator scapula ?1.2.4Bagaimana pengaruh penatalaksanaan
fisioterapi pada kondisi myofascial sindrom m.levator scapula ?
1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana proses
patofisiologi pada kondisi myofascial sindrom m.levator
scapula.1.3.2 Untuk mengetahui problematika fisioterapi apa saja
yang timbul pada kondisi myofascial sindrom m.levator scapula.1.3.3
Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi dengan
menggunakan metodologi intervensi fisioterapi berupa Micro Wave
Diathermy (MWD), cailliet exercise (senam nyeri leher) dan Contract
Relax Stretching (CRS), serta friction pada kondisi myofascial
sindrom m.levator scapula.1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana pengaruh
penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi myofascial sindrom
m.levator scapula.
1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi penulis 1.4.1.1Untuk menambah
wawasan khususnya ilmu pengetahuan tentang penatalaksanaan
fisioterapi lebih lanjut pada kondisi myofascial sindrom m.levator
scapula.1.4.1.2 Untuk mengetahui manfaat yang dihasilkan dari
modalitas Micro Wave Diathermy (MWD), cailliet exercise (senam
nyeri leher) dan Contract Relax Stretching (CRS), serta friction
dalam menurunkan nyeri, keterbatasan gerak (LGS), dan mengurangi
spasme akibat myofascial sindrom m. levator scapula.1.4.2 Bagi
InstitusiDapat menambah wawasan dalam pemberian intervensi
fisioterapi pada kondisi myofascial sindrom m.levator scapula.1.4.3
Bagi rekan seprofesi agar berguna dan bermanfaat sebagai
referensi1.4.4 Bagi masyarakatHasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi bagi masyarakat tentang myofascial sindrom
m.levator scapula.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi TerapanPada pembahasan sub bab anatomi
fisiologi terapan ini akan diuraikan antara lain : osteologi,
ligamentum, myologi, arthrologi dan neurofisiologi pada regio
cervical.2.1.1 OsteologiOsteologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang tulang. Tulang adalah organ yang padat dan keras yang
menyusun suatu kerangka (Wibowo, 2005).Pada kasus ini maka tulang
yang dibahas antara lain : cervical I sampai cervical VII.2.1.1.1
Vertebra Cervical IVertebra cervical I juga disebut atlas, pada
dasarnya berbeda dengan lainnya karena tidak mempunyai corpus
vertebra oleh karena pada atlas dilukiskan adanya arcus anterior
terdapat permukaan sendi, fovea, vertebralis, berjalan melalui
arcus posterior untuk lewatan arcus posterior untuk lewatnya arteri
vertebralis (Syaifuddin, 2010).2.1.1.2 Vertebra Cervical II6
Vertebra cervical II juga disebut aksis, berbeda dengan vertebra
cervical ke-3 sampai ke-6 karena adanya dens atau processus
odontoid. Pada permukaan cranial corpus aksis memiliki tonjolan
seperti gigi, dens yang ujungnya bulat, aspek dentis (Syaifuddin,
2010). 2.1.1.3 Vertebra Cervical III sampai VProcessus spinosus
bercabang dua. Foramen transversarium membagi processus transversus
menjadi tuberculum anterior dan posterior. Lateral foramen
transversarium terdapat sulcus nervi spinalis, didahului oleh nervi
spinalis (Syaifuddin, 2010).2.1.1.4 Vertebra Cervical VIPerbedaan
dengan vertebra cervical I sampai dengan cervical V adalah
tuberculum caroticum, karena dekat dengan arteri carotico
(Syaifuddin, 2010).2.1.1.5 Vertebra Cervical VIIMerupakan processus
spinosus yang besar, yang biasanya dapat diraba sebagai processus
spinosus columna vertebralis yang tertinggi, oleh karena itu
dinamakan vertebra prominens (Syaifuddin, 2010).
2.1.2 LigamentumLigamentum adalah pita jaringan fibrosa yang
kuat dan berfungsi untuk mengikat serta menyatukan tulang atau
bagian lain atau untuk menyangga suatu organ (Snell, 2006).2.1.2.1
Ligamentum longitudinal anteriorMerupakan suatu serabut yang
membentuk pita lebar dan tebal serta kuat, yang melekat pada bagian
corpus vertebra, dimulai dari sebelah anterior corpus vertebrae
cervicalis II (yang meluas ke kepala pada os occipitale pars
basilaris dan tuberculum anterior atlantis) dan memanjang ke bawah
sampai bagian atas depan fascies pelvina os sacrum. Ligamen
longitudinal anterior ini lebih tebal pada bagian depan corpus
karena mengisi kecekungan corpus. Ligamen longitudinal anterior ini
berfungsi untuk membatasi gerakan extensi columna vertebralis.
Dimana daerah lumbal akibat berat tubuhakan mengalami penambahan
lengkungan pada vertebra columna didaerah lumbal.2.1.2.2 Ligamentum
longitudinal posteriorBerada pada permukaan posterior corpus
vertebrae sehingga dia berada di sebelah depan canalis vertebralis.
Ligamentum ini melekat pada corpus vertebra cervical II dan
memanjang kebawah os sacrum. Ligamentum ini diatas discus
intervertebralis diantara kedua vertebra yang berbatasan akan
melebar, sedangkan dibelakang corpus vertebra akan menyempit
sehingga akan membentuk rigi. Ligamentum ini berfungsi seperti
ligamentum-ligamentum lain pada bagian posterior vertebra colum,
yaitu membatasi gerakan ke arah fleksi dan membantu memfiksasi dan
memegang dalam posisi yang betul dari suatu posisis reduksi ke arah
hyperextensi, terutama pada daerah thorakal.2.1.2.3 Ligamentum
intertransversariumLigamentum ini melekat antara processus
transversus dua vertebra yang berdekatan. Ligamentum ini berfungsi
mengunci persendian sehingga membentuk membuat stabilnya
persendiaan.2.1.2.4 Ligamentum flavumLigmentum ini merupakan suatu
jaringan elastis dan berwarna kuning, berbentuk pita yang melekat
mulai dari permukaan anterior tepi bawah suatu lamina, kemudian
memanjang ke bawah melekat pada bagian atas permukaan posterior
lamina yang berikutnya. Ligamentum flavum ini di daerah cervical
tipis akan tetapi di daerah thoracal ligamentum ini agak tebal.
Ligamentum ini akan menutup foramen intervertebral untuk lewatnya
arteri, vena serta nervus intervertebral. Adapun fungsi ligamentum
ini adalah untuk memperkuat hubungan antara vertebra yang
berbatasan.2.1.2.5 Ligamentum interspinaleLigamentum ini merupakan
suatu membran yang tipis melekat pada tepi bawah processus suatu
vertebra menuju ke tepi atas processus vertebra yang berikutnya.
Ligamentum ini berhubunganm dengan ligamentum supra spinosus dan
ligamentum ini didaerah lumbal semakin sempit.2.1.3 MyologiMyologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang otot. Otot adalah jaringan
kontraktil pada tubuh yang merupakan alat gerak (Wibowo, S, Daniel,
2005). Otot-otot yang akan dibahas pada penyusunan ini adalah
otot-otot yang terdapat pada cervicalis meliputi :2.1.3.1 M.
SternocleidomastoideusOrigo :Pada processus mastoideus dan linea
nuchae superior.Insersi :Pada incisura jugularis sterni dan
articulation sternoclavicularis.Fungsi :Rotasi, lateral flexi,
kontraksi bilateral mengangkat kepala dan membantu pernapasan bila
kepal difixasi.inervasi :Nervus accessorius dan flexus cervical (C1
dan C2).2.1.3.2 M.ScaleniM. Scaleni terbagi atas 3 serabut
:2.1.3.2.1. M. Scalenus anteriorOrigo :Pada tuberculum anterius
processus transversus vertebra cervicalis III sampai VI.Insersi :
Pada tuberculum scaleni anterior.Inervasi : Plexus brachialis
(C5-C7).
2.1.3.2.1. M.Scalenus mediusOrigo :Pada tuberculum posterior
processus transversus vertebra cervicalis II sampai dengan
VII.Insersio :Pada costa I di belakang sulcus a.subclavicula dan
kedalam membran intercostalis externa dari spatium intercostalis I.
Inervasi : Plexus cervicalis dan brachialis (C4-C8).2.1.3.2.2. M.
Scalenus posteriorOrigo :Pada processus transversus vertebra
cervicalis V sampai VII.Insersio : Pada permukaan lateral costa
II.Inervasi : Plexus brachialis ( C7-C8).2.1.3.2.3. M. Scalenus
minimusOrigo :Pada processus transversus vertebra
cervicalis.Inervasi : Pada permukaan lateral costa I.2.1.3.3 M.
TrapeziusDibagi menjadi 3 serabut :2.1.3.3.1. Pars descendensOrigo
:Berasal dari linea nuchae superior, protuberantia occipitalis
externa dan ligamentum nuchea.Insersio : Pada sepertiga lateral
claviculaFungsi :Untuk melakukan gerakan adduksi dan
retraksiInervasi :Nervus accessorius dan rami trapezius
(C2-C4)2.1.3.3.2. M. Pars tranversaOrigo : Berasal dari cervical
Insersio : Pada sepertiga lateral claviculaFungsi :Untuk melakukan
gerakan adduksi dsn retraksiInervasi :Nervus accessorius dan rami
trapezius (C2-C4)2.1.3.3.3. Pars ascendensOrigo :Berasal dari
vertebra thoracalis III sampai XII, dari processus spinosus dan
ligamentum supraspinasum.Insersio :Pada trigonum spinale dan bagian
spina scapulae yang berdekatan. Fungsi : Untuk menarik ke bawah
(depresi).Inervasi : Nervus accessorius dan rami trapezius
(C2-C4)2.1.3.4 M. Levator scapulaOrigo :Pada tuberculum posterior
processus transversus vertebra cervicalis I sampai IVInsersio :
Pada angulus superior scapula.Fungsi :Mengangkat scapula sambil
memutar angulus inferior ke medialInervasi : Nervus dorsalis
scapulae (C4-C8)Otot ini difungsikan untuk mengangkat pinggir
medial scapula. Bila bekerja sama dengan serabut tengah otot
trapezius dan rhomboideus, otot ini menarik scapula ke medial dan
atas, yakni pada gerakan menjepit bagu ke belakang 2.1.3.5 M.Longus
colliKira-kira membentuk segitiga karena terdiri atas tiga kelompok
serabut. Fungsinya : untuk membengkokkan cervical ke depan dan ke
samping. Inervasinya plexus cervicalis dan brachialis
(C2-C8).2.1.3.5.1. Serabut oblique superiorOrigo:Berasal dari
tuberculum anterius processus transversus vertebra cervicalis II
sampai V Insersio: Pada tuberculum anterior atlas2.1.3.5.2. Serabut
oblique inferiorOrigo :Berjalan dari corpus vertebra thoracalis I
sampai IIIInsersio:Pada tuberculum anterius vertebra cervicalis
VI2.1.3.5.3. Serabut medialOrigo :Terbentang dari corpus vertebra
thoracalis bagian atas dan vertebra cervicalis bagian bawahInsersio
: Pada corpus vertebra cervicalis bagian atas2.1.3.6 M. Longus
capitis Origo :Pada tuberculum anterius processus transversus
vertebra cervicalis III sampai VIInsersio : Pada bagian basal os
occipitaleFungsi : Membentuk gerakan flexi, Lateral flexiInervasi :
plexus cervicalis (C1-C4)2.1.4 ArthrologiArthrologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang sendi (Dorlans, 2002). Sendi-sendi yang
terdapat pada cervical yaitu :2.1.4.1 Atlanto Occipitalis joint
(C0-C1)Permukaan sendinya fascies articularis superior atlas dan
condylus occipitalis. Gerakan yang terjadi adalah lateral flexi
atau extensi.2.1.4.2 Atlanto Axialis joint (C1-C2)Secara fungsional
sendi ini merupakan sendi putar yang memungkinkan pergerakan dari
posisi tengah ke masing-masing sisi sebesar 260. Pada sendi-sendi
lateral facies articularisnya adalah facies articularis inferior os
atlas dan facies superior C2.2.1.4.3 Uncovertebral jointMerupakan
sendi yang tidak murni yang dibentuk oleh processus unkinatus
(yaitu suatu bangunan yang menonjol di tepi dari bagian atas corpus
vertebra) dengan corpus vertebra diatas.2.1.5 Neurofisiologi2.1.5.1
Nervus cervicalisTiga puluh pasang saraf spinal berasal dari
kanalis vertebralis yang keluar melalui foramen intervertebralis
(cervical, thoracal, lumbal, sacral, dan koksigeal). Nervus
cervicalis ada delapan pasang saraf yang bergabung dengan ramus
communicates grisea yang berasal dari truncus simpatetik atau
melaui truncus ini, nervus tersebut menerima serabut-serabut
vasomotor. Nervus cervicalis juga mengirimkan cabang meningeal
recurrent yang terkecil kedalam kanalis spinalis untuk memberikan
inervasi sensorik dan vasomotor pada durameter, serta cabang-cabang
yang menuju ke dalam bagian primer anterior dan posterior.2.2
BiomekanikBiomekanik adalah ilmu yang mempelajari tentang gerakan
yang terjadi pada tubuh manusia (Yulianto, 2006). Dari berbagai
gerakan yang dapat terjadi pada tubuh manusia dapat dikelompokkan
menjadi 2 gerakan yaitu :2.2.1 OsteokinematikaOsteokinematika
merupakan gerakan yang terjadi antara dua tulang seperti gerakan
angulasi, sircumduksi, rotasi dan sliding (gerakan meluncur) adapun
besarnya sudut pergerakn vertebra cervical dapat ditulis antara
lain sebagai berikut :2.2.1.1. Extensi-Flexi S. 400-00-4002.2.1.2.
Lateral Flexi dextra-sinistra F.450-00-4502.2.1.3. Rotasi
destra-sinistra R.500-00-500
2.2.2 ArthrokinematikaAdapun gerakan arthrokinematika persendian
cervical yaitu :2.2.2.1 Flexi-extensi pada atlanto axial dan
atlanto odontoid joint pada bagian lateral dan atlas didapatkan
roll dan sliding, pada permukaan superior dan axis, selama flexi
titik kontak antara dua permukaan convex ini akan bergerak ke
anterior dari garis tengah, dari curva ke titik kontak akan
bergerak pada saat yang sama. Interspace pada atlanto odontoid
joint akan bergerak pada bagian superior.2.2.2.2 Selama extensi
titik kontak antara dua permukaaan akan bergerak keposterior dan
akan bergerak pada posisi yang baru dan saat yang sama interspace
pada atlanto odontoid akan terbuka pada bagian inferior.2.2.2.3
Rotasi pada atlanto axial dan atlanto odontoid joint selam rotasi
odontoid tetap ditempat. Saat osteo ligamentum yang dihubungkan
pada axis dan odontoidkapsul articular pada sebelah kiri relaxasi
dan sebelah lunak tertarik pada saat bersamaan terjadi pada bagian
kanan dan kiri atlas, bergerak kedepan sementara bagian lateral
kanan belakang.2.2.2.4 Lateral flexi pada atlanto occipital joint
selama lateral flexi bagian frontal. Pada bagian vertical yang
dilalui oleh occipital, atlas, axis, dan C3 terlihat tidak ada
gerakan pada atlanto axial joint. Gerakan hanya terjadi antara axis
dan C3 dan antara occiput dan atlas, gerakan kedalam occipital
condylus sebelah kiri dan odontoid, didekatkan kapsul dari sendi
atlanto occipitalis dan khususnya ligamen odontoid occipitalis sisi
kanan.2.3 Patofisiologi Terapan2.3.1 DefinisiMyofascial sindrom
m.levator scapula merupakan sebuah sindrome yang muncul akibat
teraktivasinya sebuah atau beberapa trigger point dalam serabut
otot dan sering tidak terdiagnosis, myofascial sindrome terjadi
karena cedera otot atau terjadi regangan secara berulang-ulang
(Gejut, I Made, 2012).Myofascial sindrom m.levator scapula adalah
area tender lokal, yang sering disebut titik pemicu, dalam otot
yang terlibat. Kadang-kadang band ketat otot serat dapat teraba
dalam otot, ada pembatasan gerakan pada peregangan kelompok otot
yang terlibat dan mungkin ada kelemahan pada isometrik kontraksi
(Sambrook dkk, 2010).2.3.2 EtiologiKeadaan Myofasial sindrom
m.levator scapula disebabkan oleh akut overload otot, karena kronis
fatique berlebihan atau trauma langsung dan sering dipicu oleh
menggunakan keyboard dalam posisi abnormal dengan leher yang
diputar, tetapi dapat terjadi di olahraga misalnya berenang, dan
sering rotasi leher (Sambrook dkk ,2010, hal : 120-121). 2.3.3
Gambaran KlinisTanda-tanda dan gejala-gejala yang ada pada kasus
myofascial sindrom m.levator scapula ini adalah ngilu atau linu
terasa saat leher aktif bergerak terutama pada musculus levator
scapula, Nyeri palpasi (tenderness) pada levator scapula,nyeri
tajam di sekitar leher, sering memancar ke atas dan menyebabkan
sakit kepala. Daerah leher menjadi terasa meradang. Gerakan dapat
terbatas di leher dan bahu, dengan nyeri dan kekakuan memburuk
ketika mencoba banyak gerakan2.3.4 Pemeriksaan2.3.4.1 Tes orientasi
: Rotasi leher : Terbatas/nyeri2.3.4.2 PFDGerakan aktif : Fleksi,
rotasi dan lateral fleksi : ngilu/nyeri dan terbatasElevasi
lengan/bahu : Ngilu/nyeriGerakan pasif : Ngilu/nyeriGerakan TIMT :
Kadang (-)2.3.5 Diagnosis MedisMyofascial sindrom m. levator
scapula2.3.6 PrognosisMerupakan ramalan mengenai penyakit yang
dapat meliputi berbagai aspek:Qua ad vitam : BonamQua ad sanam :
BonamQua ad fungsional : BonamQua ad cosmeticam : Bonam 2.4
Deskripsi Problematika FisioterapiProblematika yang sering terjadi
pada kondisi myofascial sindrom levator scapula sebenarnya sangat
komplek sehingga dapat menimbulkan berbagai gamgguan yang meliputi
impairment, fungsional limitation dan disability.2.4.1
ImpairmentProblematika yang muncul pada kondisi myofascial sindrom
m.levator scapula adanya nyeri tekan dan nyeri gerak pada musculus
levator scapula, adanya keterbatasan gerak, ngilu atau linu terasa
saat leher aktif bergerak terutama pada musculus levator scapula,
sering memancar ke atas dan menyebabkan sakit kepala. Nyeri palpasi
(tenderness) pada levator scapula.2.4.2 Fungsional limitationPada
fungsional limitation adanya gangguan Activity of Daily Living
seperti menoleh dan mengangkat bahu.2.4.3 DisabilityDisability
merupakan ketidak mampuan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan lingkungan pasien yaitu penderita mengalami kesulitan dalam
melakukan aktivitas karena adanya gangguan keterbatasan gerak pada
leher dan adanya spasme. Gangguan tersebut antara lain :
keterbatasan gerak dan nyeri pada saat menoleh dan mengangkat
bahu.
2.5 Teknologi Intervensi FisioterapiTeknologi yang digunakan
untuk mengurangi permasalahan yang timbul pada kondisi myofascial
sindrom musculus levator scapula adalah micro wave diathermy (MWD),
Senam Cailliet exercise dan contract relax strecth (CRS), serta
Friction.2.5.1 MWD (Microwave Diathermy)Adalah arus bolak-balik
berfrekuensi dengan panjang gelombang 11 meter atau sering disebut
energi elektromagnetik 27 MHz, dan merupakan terapi panas yang
dapat digunakan pada tubuh yang mempunyai efek-efek (Sujatno,
1993).2.5.1.1 Efek fisiologis2.5.1.1.1 Perubahan panas dan
temperatur 2.5.1.1.1.1 Reaksi lokal jaringan Meningkatkan
metabolisme sel-sel lokal 13% tiap kenaikan temperatur 10c,
meningkatkan vasomotion spincter sehingga timbul homestatik lokal
dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal. 2.5.1.1.1.2 Reaksi
generalAktifnya sistem thermoreguler dihipotalamus yang
mengakibatkan kenaikan temperatur tubuh secara general.
2.5.1.1.2 Concensual efek Timbulnya efek panas pada sisi
kolateral dari segmen yang sama, penetrasi dan perubahan temperatur
lebih dalam dan luas. 2.5.1.1.3 Jaringan ikatMeningkatkan
elastisitas jaringan ikat 5-6 kali lebih baik seperti pada jaringan
collagen kulit, otot, tendon, ligament dan kapsul sendi akibat
menurunnya viscisitas matrik jaringan. 2.5.1.1.4 Jaringan otot
Selain meningkatkan elastisitas jaringan otot, juga menurunkan
tonus otot lewat normalisasi nocisensorik, kecuali hipertonic otot
akibat emosional.2.5.1.1.5 Jaringan sarafJaringan saraf
meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf, meningkatkan
konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang rangsangan. 2.5.1.2
Efek terapeutik2.5.1.1 Penyembuhan luka/ trauma pada jaringan
lunak, meningkatkan proses perbaikan jaringan secara fisiologis dan
pada fase remodeling.2.5.1.2 Nyeri, hipertoni, gangguan
vascularisasi, menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot lewat efek
sedatif, perbaikan sistem metabolisme.2.5.1.3 Gangguan
konduktivitasdan thermal jaringan saraf. 2.5.1.3 IndikasiBeberapa
contoh indikasi yang banyak digunakan :2.5.1.1 Kelainan-kelainan
pada tulang, sendi dan otot misanya RA post traumatik.2.5.1.2
Kelainan-kelainan pada saraf perifer seperti neuropati dan
neuralgia. 2.5.1.3 Kontra indikasiPemberian MWD harus memperhatikan
hal-hal berikut :Logam dalam tubuh, jaringan dan organ yang
mempunyai banyak cairan, gangguan sensibilitas, setelah menjalani
terapi rontgen dan menstruasi. 2.5.2 Senam Cailliet ExerciseNeck
Cailliet Exercise adalah salah satu terapi latihan isometrik
kontraksi dengan menahan tahanan maksimal dan diakhiri dengan
relaksasi. Metode Neck Cailliet Exercise dapat digunakan untuk
mengatasi spasme otot dan untuk memelihara atau meningkatkan
kekuatan otot leher untuk memperoleh ketahanan statis dan dinamis
leher, memelihara luas gerak sendi dan kelenturan leher, serta
memperoleh postur yang benar dengan terkoreksinya muscle imbalance
(Rosyidi,2009).Tahapan pelaksanaan senam menurut mardhotillah, 2010
:2.5.2.1.Pemanasan:2.5.2.1.1. Kepala menoleh ke kanan dan ke kiri
dengan hitungan 8 kali.2.5.2.1.2. Kepala di arah ke atas dan ke
bawah2.5.2.1.3. Kepala diputar dari arah kanan ke kiri dan
sebaliknya sebanyak 8 kali putaran.2.5.2.2.Inti:2.5.2.2.1. Letakkan
kedua tangan di dagu dan dorong ke belakang, namun kepala menekan
ke arah depan (arahnya berlawanan) sehingga terasa jika ada
kontradiksi. Tujuannya untuk menguatkan otot cervical.2.5.2.2.2.
Letakkan tangan kanan di kepala bagian kanan, letaknya di atas
telinga. Lakukan tekan yang sama seperti gerakan pertama. Lakukan
sekitar 5 hitungan atau 5 detik.2.5.2.2.3. Lakukan hal yang sama
pada sisi kepala bagian kiri.2.5.2.2.4. Contract Relax Stretching,
kepala menunduk dan diputar keluar.2.5.2.3.Penutup: Gerakan hampir
sama dengan pemananasan.2.5.3 Friction (gerusan)Adalah gerakan
kecil dan dalam serta efek lokal pada perlengketan jaringan
(kekakuan pada umumnya). Dan pada kondisi tertentu manipulasi ini
tidak dapat digunakan pada massage kesegaran jasmani, karena tehnik
ini pergerakannya putus-putus dan berbentuk sirkuler. Manipulasi
Friction untuk merangsangi serabut syaraf dan otot-otot yang
terletak didalam dari permukaan tubuh (Tappan, 1988) .Pelaksanaan
friction dapat menggunakan ujung-ujung jari untuk daerah yang
berlekuk-lekuk sempit, terutama untuk otot-otot di kiri kanan
ruas-ruas tulang belakang (Tappan, 1998). 2.5.3.1 Indikasi dan
Kontra indikasi2.5.3.1.1 Indikasi adalah suatu keadaan atau kondisi
tubuh dapat atau tepat diberikan, serta akan memberi pengaruh yang
positif terhadap tubuh:2.5.3.1.1.1 Kelelahan yang sangat2.5.3.1.1.2
Otot kaku, lengket, tebal, dan nyeri sendi2.5.3.1.1.3 Gangguan atau
ketegangan syaraf, kelayuan atau kelemahan otot2.5.3.1.2
Kontra-indikasi2.5.3.1.2.1 Tubuh sedang dalam keadaaan
demam2.5.3.1.2.2 Menderita penyakit menular (thypus, cacar,
tuberculose paru-paru dan lain-lain)2.5.3.1.2.3 Menderita
pengapuran pembuluh darah arteri (arteriosclerosis)2.5.3.1.2.4
Menderita penyakit kulit (eksema, luka-luka lama yang memborok
dll)2.5.3.1.2.5 Akibat benturan, keseleo, melakukan gerak tiba-tiba
atau gerak yang berlebihan, baik luka-luka di luar (terbuka) maupun
di dalam jaringan (tertutup)2.5.3.1.2.6 Bekas luka, bekas cedera,
sendi yang terkilir, patah tulang2.5.3.1.3 Efek dari massage
friction :2.5.3.1.3.1 Mobilisasi jaringan profundal2.5.3.1.3.2
Meningkatkan aliran darah 2.5.3.1.3.3 Mengurangi terjadi
hematomaBAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN DAN PERENCANAAN STUDI
KASUS
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian3.1.1 Tempat penelitianPenelitian
direncanakan akan dilakukan di poli fisioterapi RS.PUSRI
Palembang.3.1.2 Waktu PenelitianWaktu penelitian direncanakan akan
dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2013.3.2 Jenis
PenelitianJenis penelitian yang digunakan pada penyusunan KTI ini
adalah menggunakan studi kasus yang dianalisa secara deskriptif
kualitatif.3.3 Rencana Pengkajian Fisioterapi3.3.1 Langkah
pemeriksaan3.3.1.1 AnamnesisAnamnesis umumNama: Umur: Agama: Jenis
kelamin: Pekerjaan: Alamat : 32
Anamnesis khususKeluhan utama : Lokasi keluhan: Pertolongan
sebelumnya: Faktor memperberat: Faktor memperingan: Waktu
terjadinya :
Anamnesis sistemSistem respirasi : Sistem muskuloskeletal :
Sistem nervorum : 3.3.1.2 Pemeriksaan fisik3.3.1.2.1 Tanda vital
(vital sign)Tekanan darah: Denyut nadi: Frekuensi pernapasan: Suhu:
Tinggi badan: Berat badan: 3.3.1.2.2 InspeksiStatis: Dinamis:
3.3.1.2.3 Palpasi3.3.1.3 Pemeriksaan gerak dasar3.3.1.3.1 Gerak
aktif3.3.1.3.2 Gerak pasif3.3.1.3.3 Gerak isometrik melawan
tahanan3.3.1.4 Pemeriksaan spesifik3.3.1.5 Diagnosa
Fisioterapi3.3.1.5.1 Impairement3.3.1.5.2 Limited functional /
Disability3.3.1.6 Rencana Fisioterapi3.3.1.6.1 Tujuan pada
kapasitas fisik dan kemampuan fungsional3.3.1.6.2 Rencana Tindakan
Fisioterpi3.3.1.6.2.1 Alternatif3.3.1.6.2.2 Terpilih3.3.1.6.2.2
Terlaksana3.4 Rencana Pelaksanaan Fisioterapi3.4.1 Persiapan
Pasien3.4.2 Persiapan Alat / Modalitas Fisioterapi3.4.3
Pelaksanaan3.4.4 Selesai Pelaksanaan3.4.5 Home Program3.5 Rencana
Evaluasi Hasil Terapi 3.5.1 Evaluasi 3.5.2 Hasil Terapi
AkhirDiposkan oleh erma fisioterapi di 06.20 Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest