Page 1
ISBN 978-602-7981-24-9
Seminar Nasional Pendidikan Vokasi UNY 2013
249
OPTIMALISASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK
PADA MATA KULIAH MICROTEACHING
Taufiq Natsir1, Anas Arfandi2, dan Mithen L3 1Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Makasar
Email : [email protected] 2Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Makasar
Email : [email protected] 3Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Makasar
Email : [email protected]
Abstrak
Microteaching adalah salah satu mata kuliah yang memberikan
pengalaman belajar kepada mahasiswa sebelum melakukan praktik
pengalaman lapangan (PPL) di sekolah-sekolah kejuruan sebagai praktik
mengajar. Kurikulum 2013 yang telah diterapkan pada beberapa sekolah
diantaranya sekolah menengah kejuruan, mengharuskan mahasiswa yang
akan melaksanakan praktek pengalaman lapangan (PPL) harus pula
memahami berbagai metode pembelajaran yang menerapkan pendekatan
saintifik. Beberapa pembelajaran yang mendukung pelaksanaan kurikulum
2013 adalah pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran inquiry.
Kata Kunci : Microteaching, pembelajaran saintifik, PPL, pembelajaran
berbasis proyek, dan pembelajaran inquiry.
Pendahuluan Pendidikan kejuruan secara spesifik menyiapkan peserta didik guna
memasuki dunia kerja, dan kondisi saat ini dunia kerja sarat dengan perubahan
sehingga lulusan pendidikan kejuruan harus bisa mengembangkan diri di tempat
kerja yang sarat perubahan. Karena itu, pendidikan kejuruan dan kejuruan harus
diselenggarakan secara kolaboratif dengan dunia usaha dan industri, mulai dari
perumusan standar kompetensi, penyusunan kurikulum, pelaksanaan
pembelajaran atau pelatihan, evaluasi, sampai pada sertifikasi keahlian.
Kemajuan teknologi yang sangat pesat menyebabkan perubahan
kekhasan pada bidang pekerjaan. Seseorang yang semula dididik dan berhasil
menguasai ketrampilan seperti yang diinginkan dengan adanya perubahan
peralatan atau cara kerja dapat menyebabkan ketrampilannya tidak memadai lagi.
Oleh sebab itu akan lebih tepat jika pendidikan direncanakan untuk menghasilkan
lulusan yang tidak hanya menguasai ilmu dan ketrampilan baku tetapi juga
mampu melakukan adaptasi pengembangan sesuai dengan tuntutan lapangan
pekerjaan yang ada atau tuntutan perubahan iptek. Adaptasi ini dapat diperoleh
baik melalui pengalaman kerja maupun pelatihan yang diadakan khusus.
Praktik sistem pembelajaran yang dibutuhkan adalah pembelajaran yang
memberikan makna bagi mahasiswa, melibatkan mahasiswa dalam proses yang
mendukung optimalisasi kreatifitas mereka, memenuhi fungsi perbaikan
pembelajaran mahasiswa, serta berlangsung secara komprehensip dan
berkelanjutan. Pembelajaran yang hanya menitikberatkan pada hasil dapat
menimbulkan ketidaktepatan keputusan didaktik tentang penguasaan kompetensi
mahasiswa, baik dalam perencanaan, proses maupun hasil dari pembelajaran
bahkan dapat menimbulkan ketidakpuasan mahasiswa terhadap hasil
pembelajaran tersebut. Badmus (2007), mengemukakan bahwa cara untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas pembelajaran pada pendidikan
Page 2
ISBN 978-602-7981-24-9
Seminar Nasional Pendidikan Vokasi UNY 2013
250
adalah menggunakan pembelajaran autentik, dan di antara beberapa metode
pembelajaran yang ada, pembelajaran kinerja merupakan cara yang tepat untuk
digunakan pada pendidikan teknologi dan kejuruan.
Guru produktif di SMK sebagian besar merupakan lulusan LPTK yang
harus memiliki kompetensi daya pikir, daya kalbu dan daya fisik yang memadai
untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Ketiga daya tersebut dapat diterjemahkan
menjadi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Kompetensi
bukanlah sekadar pengetahuan, tetapi juga harus dihayati dan diterapkan. Guru
produktif harus memiliki kemampuan teoritik dan praktik kejuruan sekaligus.
Kemampuan teoritik lebih banyak diperoleh di kampus, pusat-pusat penelitian
atau tempat-tempat lain. Sementara kemampuan praktik juga dapat diperoleh di
kampus (dasar kejuruan) dan di dunia kerja (praktik kejuruan terapan), sehingga
pengalaman belajar di dunia kerja menjadi sebuah keharusan bagi calon-calon
guru profesional.
Calon guru SMK yang dibina oleh LPTK pada umumnya masih kurang
dalam hal-hal kompetensi yang berkaitan dengan bidang profesional. Keahlian
profesional, pada dasarnya mengandung unsur ilmu pengetahuan, teknik dan kiat.
Unsur kiat yang menjadi faktor utama penentu kadar keahlian profesional
seseorang hanya dapat dikuasai melalui cara mengerjakan langsung pekerjaan
pada bidang profesi itu sendiri. Keterbatasan industri yang akan memberi
pengalaman untuk mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang sesuai profesinya
karena alasan tertentu membuat pengalaman belajar di industri bagi mahasiswa
LPTK masih sangat kurang. Untuk itu perlu pemikiran agar calon guru SMK
memiliki bekal yang cukup tentang keahlian profesi.
Pembelajaran berbasis proyek (PBP) merupakan salah satu model
pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. PBP dirancang untuk digunakan
pada permasalahan komplek yang diperlukan mahasiswa dalam melakukan
insvestigasi dan memahaminya, sehingga nantinya hasil dari proses pembelajaran
ini diharapkan menjadi pengalaman bagi mahasiswa jika kelak melaksanakan PPL
di SMK maupun nantinya menjadi guru dan mengajar di SMK.
Microteaching adalah salah satu mata kuliah yang memberikan
pengalaman belajar kepada mahasiswa sebelum melakukan praktik pengalaman
lapangan (PPL) di sekolah-sekolah kejuruan sebagai praktik mengajar. Sebagai
mata kuliah prasyarat sebelum PPL, mahasiswa seharusnya dibekali dengan
berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran sebagai bekal mereka untuk
praktik mengajar dan pada saat lulus kuliah dan bekerja sebagai guru.
Pembelajaran yang digunakan harus dapat mendorong peningkatan budaya belajar
mahasiswa di perguruan tinggi, dan dapat memberi gambaran yang komprehensif
tentang kompetensi mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran di tempat kerja,
baik kompetensi keahlian, kompetensi personal, maupun kompetensi sosial.
Dengan demikian, pembelajaran berbasis proyek menjadi sebuah solusi yang
sangat penting bagi peningkatan mutu lulusan mahasiswa S1 Fakultas Teknik
sebagai bekal mereka menjadi guru SMK.
Page 3
ISBN 978-602-7981-24-9
Seminar Nasional Pendidikan Vokasi UNY 2013
251
Pembahasan Pembelajaran Saintifik pada Microteaching
Latihan praktik mengajar (PPL) dilakukan langsung di sekolah latihan
sesudah calon guru memperoleh pengetahuan teoritis tentang dasar-dasar
keguruan dan isi (konten) dari bidang studi yang akan diajarkannya. Namun
demikian, sebelum mereka terjun ke sekolah, mahasiswa terlebih dahulu
diberikan latihan mengajar secara teori di ruang kuliah dengan rekan-rekan
mahasiswa sebagai peserta didiknya. Pengajaran Mikro (Micro-Teaching) mulai
dikembangkan di Universitas Stanford pada Tahun 1963, dalam rangka
menemukan metode latihan bagi para calon guru yang lebih efektif. Pengajaran
Mikro sebagai suatu teknik latihan guru berdasarkan rasional, yang terdiri atas:
pengajaran yang nyata, konsentrasi pada keterampilan mengajar, menggunakan
informasi dan pengetahuan tentang tingkah laku belajar sebagai umpan balik,
berdasarkan kemampuan calon dan pengaturan distribusi latihan keterampilan
dalam periode waktu tertentu.
Pengajaran mikro merupakan suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan
dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yaitu selama 5 – 20 menit dengan
jumlah siswa sebanyak 3 – 10 orang (Allen, 1996). bentuk pengajaran yang
sederhana, dimana calon guru/dosen berada dalam suatu lingkungan kelas yang
terbatas dan terkontrol. dan hanya mengajarkan satu konsep dengan menggunakan
satu atau dua keterampilan dasar mengajar. Menurut Brown (1975), untuk
menghasilkan calon guru/dosen yang profesional, sebelum praktik mengajar di
kelas/sekolah, calon guru perlu dilatih mengembangkan keterampilan dasar
mengajar dengan diberikan kesempatan mengembangkan gaya mengajarnya
sendiri dan mengurangi atau menghilangkan kesalahan–kesalahan atau
kekurangan-kekurangan yang masih ada.
Pengajaran mikro adalah proses pengajaran dan evaluasi dalam waktu
yang singkat namun dilaksanakan secara utuh. Pembelajaran dilaksanakan pada
kelas yang kecil oleh calon guru (Peker, 2009). Waktu pelaksanaan dapat
dilakukan selama 5 – 10 menit (Huber & Ward, 1969), 10 - 15 menit (Klinzing &
Floden, 1991; Kpanja, 2001). Jumlah peserta didik dapat bervariasi antara 3 – 6
orang (Huber & Ward, 1969) atau 10 – 16 orang (Klinzing & Floden, 1991), dan
dapat pula 20 – 30 orang (Kpanja, 2001). Yang terpenting adalah proses
pelaksanaan microteaching sesuai pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses Pengajaran Mikro
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengajaran mikro adalah salah satu metode pelatihan praktik dalam mengajar
dalam lingkup terbatas untuk meningkatkan keterampilan dasar mengajar
mahasiswa yang dilaksanakan pada kelompok kecil dalam situasi yang
disederhanakan.
1. Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek (PBP) merupakan sebuah model
pembelajaran yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Australia, Eropa, dan beberapa negara di Asia. Bell (2010:40)
Rencana Mengajar Kritik Rencana
kembali
Mengajar
kembali
Siklus
Kritik
Page 4
ISBN 978-602-7981-24-9
Seminar Nasional Pendidikan Vokasi UNY 2013
252
menyatakan bahwa “PBL promotes social learning as children practice and
become proficient with the twenty-first-century skills of communication,
negotiation, and collaboration”. PBP memperkenalkan praktik belajar sosial
kepada anak-anak dan pada akhirnya akan mahir dengan keterampilan abad 21
seperti: keterampilan komunikasi, negosiasi, dan kolaborasi. Tugas-tugas yang
ada di dunia kerja nyata melibatkan seluruh keterampilan-keterampilan yang
diperlukan. Meskipun suatu proyek berdasarkan satu aspek kurikuler, namun hal
tersebut terkait dengan semua bidang studi pada akademik yang tradisional.
Buck Institute fo Education (2010) menyatakan bahwa PBP mengandung
aktivitas: (a) peserta didik membuat keputusan, dan membuat kerangka kerja; (b)
di dalamnya terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya;
(c) peserta didik merancang proses untuk mencapai hasil; (d) peserta didik
bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang
dikumpulkan; (e) melakukan evaluasi secara kontinu; (f) peserta didik secara
teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan; (g) yang hasil akhirnya berupa
produk dan dievaluasi kualitasnya; dan (i) kelas memiliki atmosfer yang memberi
toleransi kesalahan dan perubahan. Adapun Karakteristik dari PBP, yaitu: (a)
peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja; (b) adanya
permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik; (c) peserta didik
mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan
yang diajukan; (d) peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan; (e) proses
evaluasi dijalankan secara kontinyu; (f) peserta didik secara berkala melakukan
refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan; (g) produk akhir aktivitas belajar
akan dievaluasi secara kualitatif; dan (h) situasi pembelajaran sangat toleran
terhadap kesalahan dan perubahan.
Ada 5 kriteria suatu pembelajaran disebut sebagai PBP menurut Thomas
(2000: 4), yaitu : 1) PBP merupakan inti dari kurikulum, bukan sebagai
pendukung; 2) PBP fokus pada pertanyaan dan masalah yang mengantarkan
peserta didik untuk mendapatkan konsep dan prinsip utama; 3) proyek melibatkan
peserta didik dalam pencarian secara konstuktif; 4) proyek membawa peserta
didik pada peningkatan yang signifikan; dan 5) proyek yang dilakukan sesuai
dunia nyata.
Kriteria PBP menurut Thomas tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut: (1) PBP merupakan suatu kurikulum dimana proyek merupakan strategi
pembelajarannya; 2) proyek mengarahkan peserta didik pada pencapaian keahlian
yang diharapkan; 3) proses yang terjadi merupakan proses yang langsung pada
tujuanmelalui transformasi dan pengembangan pengetahuan baru oleh peserta
didik; 4) proyek bukan merupakan kegiatan yang kontinuitas dan melibatkan
kemandirian peserta didik dalam memilih proyek, bekerja tanpa pengawasan, dan
bertanggung jawab sendiri atas apa yang dikerjakan; dan 5) PBP melibatkan
tantangan kehidupan nyata dengan fokus pada karya nyata yang dapat diterapkan
untuk menyelesaikan persoalan.
Konsep PBP hampir sama dengan pembelajaran berbasis masalah yang
dikonsepsikan sebagai model pembelajaran yang dapat menggiatkan semua
peserta didik, strategi-strategi pembelajarannya ideal untuk kelas yang heterogen
dimana peserta didik dapat bekerja kolaboratif untuk menyelesaikan masalah.
PBP juga membawa peserta didik ke orientasi interdisipliner karena penyelesaian
masalah seringkali memerlukan informasi dari beberapa area akademik. Dengan
Page 5
ISBN 978-602-7981-24-9
Seminar Nasional Pendidikan Vokasi UNY 2013
253
mendorong peserta didik mengarahkan aktivitas belajarnya sendiri, dan dengan
memberi tanggung jawab yang lebih tinggi, dosen dengan PBP telah
menunjukkan kepada peserta didik bagaimana mereka menghadapi tantangan diri
sendiri dan belajar pada diri sendiri (Waras, 2008).
Choo (2010) menyebutkan terdapat 5 karakteristik utama dari PBP,
yaitu: 1) berpusat pada peserta didik; 2) mengembankan keterampilan yang luas;
3) melibatkan proses pembelajaran yang aktif; 4) menyebutkan pengetahuan dari
modul yang diberikan; dan 5) sering dilakukan dalam bentuk kerja kelompok.
Selanjutnya ditambahkan bahwa bentuk kegiatan PBP dapat berupa: a) merancang
dan membangung; b) menyusun portofolio; c) penilaian dampak lingkungan; d)
simulasi manajemen; e) memproduksi dokumen tender; f) analisis produk atau
menilai obyek; dan g) simulasi studi kasus di masyarakat.
Hadgraft (2009: 4) mengemukakan bahwa PBP memberikan kesempatan
kepada peserta didik dalam mengembangkan keterampilan berupa: problem
solving skills, thingking skills, team work skills, time management skills,
Information retrieval and evaluation skills, communication skills, dan computing
skills.
Santyasa (2006: 12) mengemukakan lima langkah utama pelaksanaan
model PBP, yaitu:
a. Menetapkan tema proyek. Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-
indikator berikut: (1) memuat gagasan umum dan orisinil; (2) penting dan
menarik; (3) mendeskripsikan masalah kompleks; (4) mencerminkan
hubungan berbagai gagasan; dan (5) mengutamakan pemecahan masalah ill
defined.
b. Menetapkan konteks belajar. Konteks belajar hendaknya memenuhi
indikator-indikator berikut: (1) Pertanyaan-pertanyaan proyek
mempersoalkan masalah dunia nyata; (2) Mengutamakan otonomi peserta
didik; (3) Melakukan inquiry dalam konteks masyarakat; (4) Peserta didik
mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien; (5) Peserta didik belajar
penuh dengan kontrol diri; dan (6) Mensimulasikan kerja secara
professional.
c. Merencanakan aktivitas-aktivitas. Pengalaman belajar terkait dengan
merencanakan proyek adalah sebagai berikut: (1) membaca; (2) meneliti; (3)
observasi; (4) interviu; (5) merekam; (6) mengunjungi obyek proyek; dan
(7) akses internet.
d. Memproses aktivitas-aktivitas. Indikator-indikator memproses aktivitas
meliputi antara lain: (1) membuat sket; (2) melukiskan analisa; (3)
menghitung; (4) mengenerate; dan (5) mengembangkan prototipe.
e. Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-
langkha yang dilakukan, adalah: (1) mencoba mengerjakan proyek
berdasarkan sket; (2) menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan
hasil yang diperoleh; (3) mengevaluasi hasil yang telah diperoleh; (4)
merevisi hasil yang telah diperoleh; (5) melakukan daur ulang proyek yang
lain; dan (6) mengklasifikasi hasil terbaik.
Dalam PBP, proyek peserta didik dapat disiapkan dalam kolaborasi
dengan dosen/instruktur tunggal atau dosen/instruktur ganda, sedangkan peserta
didik belajar di dalam kelompok kolaboratif antara 3-5 orang. Ketika peserta didik
bekerja di dalam tim, mereka menemukan keterampilan merencanakan,
Page 6
ISBN 978-602-7981-24-9
Seminar Nasional Pendidikan Vokasi UNY 2013
254
mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang isu-isu tugas yang
akan dikerjakan, siapa yang bertanggungjawab untuk setiap tugas, dan bagaimana
informasi akan dikumpulkan dan disajikan. Keterampilan-keterampilan yang telah
diidentifikasi oleh peserta didik ini merupakan keterampilan yang amat penting
untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan keterampilan
yang amat penting di tempat kerja. Karena hakikat kerja proyek adalah
kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut berlangsung di antara
peserta didik. Di dalam kerja tim suatu proyek pemecahan masalah, kekuatan
individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu
keseluruhan.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa PBP
merupakan suatu metode pembelajaran yang memberikan aktifitas belajar yang
kompleks kepada peserta didik melalui tahapan-tahapan yang terstruktur dan
terencana yang memberikan peranan yang lebih besar kepada peserta didik.
Berkaitan dengan hal tersebut, mahasiswa fakultas teknik sebagai calon guru
SMK diharapkan mampu memberikan metode tersebut kepada siswa SMK ketika
mereka menjadi guru maupun pada saat melakukan Praktik Pengalaman Lapangan
(PPL) sehingga penerapan ini sangat cocok dilakukan pada mata kuliah
Microteaching.
2. Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran berbasis proyek (PBP) merupakan sebuah model
pembelajaran yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Australia, Eropa, dan beberapa negara di Asia. Bell (2010: 40)
menyatakan bahwa “PBL promotes social learning as children practice and
become proficient with the twenty-first-century skills of communication,
negotiation, and collaboration”. PBP memperkenalkan praktik belajar sosial
kepada anak-anak dan pada akhirnya akan mahir dengan keterampilan abad 21
seperti: keterampilan komunikasi, negosiasi, dan kolaborasi. Tugas-tugas yang
ada di dunia kerja nyata melibatkan seluruh keterampilan-keterampilan yang
diperlukan. Meskipun suatu proyek berdasarkan satu aspek kurikuler, namun hal
tersebut terkait dengan semua bidang studi pada akademik yang tradisional.
Simpulan Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mempersiapkan
mahasiswa melaksanakan praktek pengalaman lapangan (PPL), maka mahasiswa
harus dibekali metode pembelajaran yang mendukung pelaksanaan kurikulum
2013. Diantara metode pembelajaran yang dimaksud antara lain adalah
pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran inquiry yang menerapkan
pendekatan saintifik pada proses pembelajarannya.
Daftar Pustaka Allen, Dwight W. & Wang, Wai-ping (1996), Micro-teaching, Hsin Hua
Publishers, Beijing
Bell, S. (2010). Project-Based Learning for the 21st Century: Skills for the Future.
[Versi Elektronik]. The Clearing House, 83: 39–43.
Page 7
ISBN 978-602-7981-24-9
Seminar Nasional Pendidikan Vokasi UNY 2013
255
BIE. (2006). Project based learning 2nd edition: a guide to standards-focused
project based learning for middle and high school teachers. Buck institute for
education.
Choo, B.S. (Eds). (2010). Project Based Learning in Engineering: a guide to
learning engineering through projects. Diakses pada tanggal 20 juli 2010
melalui http://www.pble.ac.uk/pble-guide-final.pdf
Hadgraft, R. Ed. (2009). Project Handbook. Melbourne: RMIT university.
Peker, M. (2009). The use of expanded microteaching for reducing preservice
teachers’ teaching anxiety about mathematics. Scientific Research and Essay
Vol.4 (9), pp. 872-880, September 2009.
Poell, R.F., & Yorks, L. (2009). Organizing Project-Based Learning in Work
Contexts: A Cross-Cultural Cross Analysis of Data From Two Projects.
Journal of Adult Education Quarterly, Volume 60 Number 1, November 2009,
77-93.
Rahman, M. B. H. A., Daud, K. A. M., Jusoff, K., & Ghani, N. A. A. (2009).
Project Based Learning (PjBL) Practices at Politeknik Kota Bharu, Malaysia
[VersiElektronik]. International Education Studies, 2(4), 140-148.
Thomas, J.W., Margendoller, J.R., & Michaelson, A. (1999). Project-based
learning: A. handbook for middle and high school teachers.
Turney, C. (1970). Micro-Teaching—A Promising Innovation in Teacher
Education. Australian Journal of Education, 14(2), 125-141
Waras Kamdi. (November 2008). Project Based Learning :Pendekatan
Pembelajaran Inovatif. Makalah disampaikan pada Pelatihan Penyusunan
Bahan Ajar Guru SMP dan SMA Kota Tarakan, di Tarakan .