OPEN JOURNAL SYSTEMS
Journal Help
USER
Username
Password
Remember me
Log In
NOTIFICATIONS
View
Subscribe / Unsubscribe
JOURNAL CONTENT
Search
All
Search
Browse
By Issue
By Author
By Title
Other Journals
FONT SIZE
INFORMATION
For Readers
For Authors
For Librarians
HOME ABOUT LOG IN REGISTER SEARCH CURRENT ARCHIVES
Home > Archives > Vol. 9, no. 1 Januari 2015
J o u r n a l o f C h e m i s t r y
Vol. 9, no. 1 Januari 2015 file:///D:/My Documents/publikasi jurnal ilmiah&seminar/sampul.html
1 of 3 2/21/2016 9:46 PM
Vol. 9, no. 1 Januari 2015
Table of Contents
Articles
EFEKTIVITAS LUMPUR AKTIF DALAM MENURUNKAN NILAI BOD (Biological Oxygen Demand) DAN COD
(Chemical Oxygen Demand) PADA LIMBAH CAIR UPT LAB. ANALITIK UNIVERSITAS UDAYANA
Yudith Rizkia Widyawati, Ida Bagus Putra Manuaba, Ni Gst Ayu Made Dwi Adhi
Suastuti
PIGMEN MERAH DARI JAMUR YANG DIISOLASI DARI TANAH TEMPAT PEMBUANGAN LIMBAH SUSU PDF
I D. K. Sastrawidana, Siti Maryam, I Ketut Sudiana
AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETER KULIT BATANG TENGGULUN (Prot ium javanicum Burm)
TERHADAP EDEMA PADA TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI DENGAN KARAGENAN
A. A. Tia Santika Dewi, Ni Made Puspawati, Putu Suarya
IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK DAUN TREMBESI (Samanea
saman (Jacq.) Merr) SEBAGAI PENGENDALI JAMUR Fusarium sp. PADA TANAMAN BUAH NAGA
Putu Sariningsih, Wiwik Susanah Rita, Ni Made Puspawati
IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS SENYAWA TANIN DARI EKSTRAK DAUN TREMBESI (Samanea saman
(Jacq.) Merr) SEBAGAI ANTIBAKTERI Escherichia coli (E. coli)
Putu Puspita Sari, Wiwik Susanah Rita, Ni Made Puspawati
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA GOLONGAN FLAVONOID EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH TERONG
BELANDA (Solanum betaceum Cav.)
Ida Ayu Raka Astiti Asih, I Wayan Sudiarta, Ade Ayu Wulan Suci
PERBANDINGAN KUALITAS DNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BOOM ORIGINAL DAN BOOM
MODIFIKASI PADA ISOLAT Mycobacterium tuberculosis 151
Dewi Andayani Farmawati, I Nengah Wirajana, Sagung Chandra Yowani
UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN WARU (Hibiscus t iliaceus L.) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach
SERTA IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWANYA
Ni Luh Rustini, Komang Ariati, A. A. Indah Purna Dewi, I Made Dira Swantara
EFEK BERBAGAI MINYAK PADA METABOLISME KOLESTEROL TERHADAP TIKUS WISTAR PDF
Ni Wayan Bogoriani, Ketut Ratnayani
KAPASITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA GOLONGAN TRITERPENOID PADA DAUN PRANAJIWA (Euchresta
horsfieldii lesch benn)
Kadek Ayu Intan Sari, I Wayan Gede Gunawan, Ketut Gede Dharma Putra
Vol. 9, no. 1 Januari 2015 file:///D:/My Documents/publikasi jurnal ilmiah&seminar/sampul.html
2 of 3 2/21/2016 9:46 PM
UJI PEMANFAATAN DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) DALAM MENGHAMBAT STRES OKSIDATIF PADA
TIKUS WISTAR HIPERKOLESTEROLEMIA MELALUI PENINGKATAN AKTIVITAS SUPEROXIDE DISMUTASE
Sri Wahjuni, Sri Rahayu Santi, Ni Nyoman Astuti Wulandari
SKRINING ANTIKANKER MELALUI PENDEKATAN UJI TOKSISITAS TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina
Leach) SERTA IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA AKTIF PADA BUAH PLUM (Prunus domestic a L.)
Ni Made Susita Pratiwi, I Made Dira Swantara, Ni Luh Rustini
PREPARASI KATALIS NIKEL-ARANG AKTIF UNTUK REAKSI HIDROGENASI ASAM LEMAK TIDAK JENUH
DALAM MINYAK KELAPA
Imam Rasidi, Anak Agung Bawa Putra, I Wayan Suarsa
EFEKTIVITAS PENURUNAN KADAR SURFAKTAN LINIER ALKIL SULFONAT (LAS) DAN COD DARI LIMBAH
CAIR DOMESTIK DENGAN METODE LUMPUR AKTIF
Ni G. A. M Dwi Adhi Suastuti, I Nengah Simpen, Nanik Ayumi
PENENTUAN LAJU REAKSI MAKSIMAL (Vmaks) DAN KONSTANTA MICHAELIS-MENTEN (KM) ENZIM LIPASE
PANKREAS PADA SUBSTRAT MINYAK KELAPA, MINYAK SAWIT, DAN MINYAK ZAITUN
Ketut Ratnayani, A. A. I. A. Mayun Laksmiwati, Maman Sudiarto
PENGOLAHAN LARUTAN DETERJEN DENGAN BIOFILTER TANAMAN KANGKUNGAN (IPOMOEA
CRASSICAULIS) DALAM SISTEM BATCH (CURAH) TERAERASI
Ni G. A. M Dwi Adhi Suastuti, I Wayan Suarsa, Dwi Kurnia Putra R
ANALISIS FENOL DALAM URIN PEKERJA SALAH SATU STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM DI KOTA
DENPASAR
Abdul Rahim, Ni Made Suaniti, Wiwik Susanah Rita
PEMBUATAN KOMPOSIT ZnO-ARANG AKTIF SEBAGAI FOTOKATALIS UNTUK MENDEGRADASI ZAT WARNA
METILEN BIRU
Dewa Ayu Wismayanti, Ni Putu Diantariani, Sri Rahayu Santi
ANALISIS PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI PROMOTER inhA MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS
(MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
I Gusti Ayu Agung Septiari, Putu Sanna Yustiantara, Sagung Chandra Yowani
FRAKSINASI DAN BIOAVAILABILITAS LOGAM BERAT Fe DAN Mn PADA SEDIMEN DI PELABUHAN BENOA PDF
Emmy Sahara, Ida Ayu Gede Widihati, I Gede Darma Putra
BIOAVAILABILITAS DAN SPESIASI LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA TANAH PERTANIAN BASAH DAN
KERING DI DAERAH DENPASAR
I Made Siaka, Emmy Sahara, Gusti Agung Putu Merta Dharmayoga
Vol. 9, no. 1 Januari 2015 file:///D:/My Documents/publikasi jurnal ilmiah&seminar/sampul.html
3 of 3 2/21/2016 9:46 PM
ISSN 1907-9850
117
ANALISIS PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI PROMOTER inhA MULTIDRUG RESISTANCETUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
I Gusti Ayu Agung Septiari 1*, Putu Sanna Yustiantara 1,2, dan Sagung Chandra Yowani 1,2
1Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali2Kelompok Studi MDR-TB & XDR-TB, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali
*Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa pasangan primer dalam mengamplifikasi daerahpromoter inhA secara in silico dan in vitro. Analisis primer secara in silico dilakukan menggunakan program CloneManger Suite 6. Sekuen DNA templat yang digunakan dalam analisis primer diunduh dari situswww.ncbi.nlm.nih.gov dengan kode genbank : U66801.1 yang merupakan sekuens DNA gen fabG M. tuberculosisH37Rv. Deteksi primer secara in vitro dilakukan dengan teknik PCR menggunakan isolat P16 dan 86 M. tuberculosisMDR sebagai templat. Proses amplifikasi dilakukan dengan kondisi sebagai berikut: denaturasi awal pada suhu 95°Cselama 15 menit , amplifikasi sebanyak 45 siklus (denaturasi pada suhu 94°C selama 1 menit, annealing pada suhu55°C selama 1 menit 20 detik dan ekstensi pada suhu 72°C selama 1 menit 10 detik) serta ekstensi akhir pada suhu72°C selama 10 menit. Selanjutnya, deteksi produk PCR dilakukan dengan gel elektroforesis 1,5%. Kesimpulan yangdiperoleh dari penelitian ini adalah, diperoleh pasangan primer forward (mabA-inhA-promoter-FS) dengan urutansekuen 5’-ACATACCTGCTGCGCAAT-3’ (18 nukleotida) dan primer reverse (mabA-inhA-promoter-R) denganurutan sekuens 5’-CTCCGGTAACCAGGACTGAA-3’ (20 nukleotida) (Chen et al., 2011) yang memenuhi kriteriapasangan primer yang baik dilihat dari panjang primer, nilai Tm, %GC, stabilitas, jumlah hairpins, dimers dan runs.Dari deteksi secara in vitro sepasang primer tersebut juga telah mampu mengamplifikasi daerah promoter inhAsebesar 284 pb.
Kata kunci : Analisis primer, PCR, promoter inhA, M. tuberculosis, in silico, in vitro, Clone Manager Suite 6
ABSTRACT
The aim of this study was to analyze several primary combinations for amplifying inhA promoter region byin silico and in vitro ways. Primary in silico’s analysis was done by Clone Manager Suite 6 program. fabG genesequence of M. tuberculosis was downloaded from www.ncbi.nlm.nih.gov (genbank: U66801.1) and used as DNAtemplate. In vitro detection was done by PCR technique using P16 and 86 M. tuberculosis MDR isolates as DNAtemplate. Amplification was done in described conditions: predenaturation at 95°C for 15 minutes, 45 cycle ofamplication (denaturation on 94°C for 1 minute, annealing on 54°C for 1 minute 20 seconds dan extension on 72°Cfor 1 minute 10 seconds) and also post extension on 72°C for 10 minutes. PCR product was detected by agarose gelelektroforesis (1,5%). In conclusion, combination of primary forward (mabA-inhA-promoter-FS) 5’-ACATACCTGCTGCGCAAT-3’ (18 nucleotide) and primary reverse (mabA-inhA-promoter-R) 5’-CTCCGGTAACCAGGACTGAA-3’ (20 nucleotide) (Chen et al., 2011) have met the good criteria of primarycombination which was seen from several aspects such as: primary length, Tm value, %GC, stability, number ofhairpins, dimers and runs. In vitro detection showed that the primary combination also amplified inhA promoterregion with the length of 284 pb.
Keywords : Primer analysis, PCR, inhA promoter region, M. tuberculosis, in silico, in vitro, Clone Manager Suite 6
JURNAL KIMIA 9 (1), JANUARI 2015: 117-123
118
PENDAHULUAN
Salah satu masalah kesehatan utama yangmasih dihadapi dunia adalah penyakit tuberkulosis(TB). TB merupakan penyakit infeksi dengantingkat mortalitas yang tinggi. Berdasarkan laporanWorld Health Organization (WHO), pada tahun2011 terjadi 1,4 juta kematian karena TB diseluruh dunia (WHO, 2012).
Usaha dalam menurunkan angka kejadianTB menghadapi tantangan baru dengan munculnyafenomena Multi Drug Resistance-Tuberculosis(MDR-TB). MDR-TB merupakan TB yangdisebabkan oleh bakteri yang resisten terhadapsetidaknya isoniazid (INH) dan rifampisin (RIF)(WHO, 2012). Isoniazid (INH) merupakan OATlini pertama yang termasuk dalam regimen standarpengobatan TB (Dipiro et al., 2008). Terdapatbeberapa penelitian sebelumnya yang telahmendeteksi adanya mutasi pada daerah promoterinhA penyebab resistensi terhadap INH denganteknik PCR.
Salah satu komponen yang berperanpenting dalam proses PCR adalah primer (Innisdan Gelfand, 1990). Primer akan membatasifragmen DNA target yang akan diamplifikasi(Handoyo dan Ari, 2001). Sebelum digunakandalam proses amplifikasi, perlu diperhatikanbeberapa hal sehingga suatu primer dapatmenempel secara efisien dan spesifik padafragmen DNA target yang nantinya akanberpengaruh terhadap keberhasilan proses PCR.Pertimbangan tersebut meliputi, panjang primer,%GC, Tm, dimer pada ujung 3’, stabilitas, jumlahruns, repeats, hairpins dan false priming (Bartlettdan Stirling, 2003; Borah, 2011). Perkembanganilmu bioinformatika memungkinkan dilakukannyadesain dan analisis primer. Penggunaan softwaremerupakan salah satu hal yang identik denganbioinformatika. Penggunaan software hanyamerupakan suatu proses analisis secara in silicoyang perlu diikuti dengan deteksi secara in vitrountuk mengukuhkan kemampuan suatu primerdalam menghasilkan produk melalui proses PCRdan visualisasi dengan gel elektroforesis.Penelitian ini menjadi bagian dari proses untukmendeteksi adanya mutasi pada daerah promoterinhA. Tujuan khusus dari penelitian ini adalahuntuk menganalisis kombinasi pasangan primer
yang digunakan dalam proses PCR untukmengamplifikasi daerah promoter inhA.
MATERI DAN METODE
Gen fabG (mabA) M. tuberculosis H37RvGen mabA (fabG) M. tuberculosis H37Rv
digunakan sebagai templat untuk menganalisapasangan primer (kode genbank U66801.1) yangdapat diunduh pada situs www.ncbi.nlm.nih.gov.
PrimerTerdapat beberapa pasangan primer yang
diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnyayang selanjutnya akan dianalisis secara in silicomenggunakan program Clone Manager Suite 6(University of Groningen).
Software dalam Analisis PrimerPada penelitian ini dilakukan analisis
primer secara in silico dengan menggunakansoftware Clone Manager Suite 6 (University ofGroningen).
Cara KerjaProsedur Kerja Software Clone Manager Suite 6(University of Groningen)
Untuk melakukan analisis pasanganprimer, langkah-langkah yang dilakukan adalahmengunduh sekuens gen mabA (fabG) pada situswww.ncbi.nlm.nih.gov kemudian sekuens tersebutdi-copy. Langkah selanjutnya adalah memasukkansekuens gen mabA (fabG) dengan cara membukaprogram Clone Manager Suite 6. Pada menu bar,dipilih menu File klik New kemudian akan munculkotak Create New Molecule Wizard, ditandaibagian Paste Sequence. Kemudian pada menu bardipilih menu Primer, diklik submenu Direct Entrymasukkan urutan nukleotida primer forward danprimer reverse. Setelah memasukkan urutansekuens masing-masing primer selanjutnya dikliktoolbar Link to Molecule untuk mengetahui daerahpenempelan primer pada sekuens gen mabA(fabG). Untuk memperoleh hasil analisis pasanganprimer tersebut, pilih kembali menu Primer, dikliksubmenu Analyze dan Analyze Mix Wizard.
ISSN 1907-9850
119
Amplifikasi Daerah Promoter inhA denganTeknik PCR
DNA templat yang digunakan untukamplifikasi berasal dari DNA kromosomal yangdiisolasi dari isolat P16 dan 86 M. tuberculosisMulti Drug Resistance. Kondisi PCR yangdiaplikasikan adalah, denaturasi awal pada suhu95°C selama 15 menit , amplifikasi sebanyak 45siklus (denaturasi pada suhu 94°C selama 1 menit,annealing pada suhu 55°C selama 1 menit 20 detikdan ekstensi pada suhu 72°C selama 1 menit 10detik) serta ekstensi akhir pada suhu 72°C selama10 menit.Deteksi Produk PCR
Produk PCR dideteksi dengan teknikelektroforesis gel agarosa 1,5% b/v.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data sekuens gen mabA (fabG) M.tuberculosis H37Rv yang diperoleh dari database
NCBI pada URL http://www.ncbi.nlm.nih.govdengan kode genbank : U66801.1 dimasukkan kedalam program Clone Manager Suite 6. Setelah itudimasukkan beberapa sekuens primer yang akandibandingkan dari hasil penelusuran pustaka(Morlock et al., 2003; Leung et al.,2006; Chen etal., 2011). Kemudian dilakukan analisis terhadapbeberapa pasangan primer tersebut. Analisis hasilperbandingan dari beberapa primer dapat dilihatpada Tabel 1. Primer yang relatif paling memenuhikriteria dilihat dari panjang primer, nilai Tm,%GC, stabilitas, jumlah hairpins, dimers dan runsadalah primer forward (mabA-inhA-promoter-FS)dengan urutan sekuen 5’-ACATACCTGCTGCGCAAT-3’ (18 nukleotida) dan primer reverse(mabA-inhA-promoter-R) dengan urutan sekuens5’-CTCCGGTAACCAGGACTGAA-3’ (20 nuk-leotida) (Chen et al., 2011).
Tabel 1. Analisis Perbandingan Primer dengan Program Clone Manager Suite 6 (University of Groningen)
Keterangan:Primer 1*: Forward (mabA-inhA-promoter-FS): 5’-ACATACCTGCTGCGCAAT-3’
Reverse (mabA-inhA-promoter-R): 5’-CTCCGGTAACCAGGACTGAA-3’Primer 2*: Forward (inhA-1): 5’-CCTCGCTGCCCAGAAAGGGA-3’
Reverse (inhA-2): 5’-ATCCCCCGGTTTCCTCCGGT-3’Primer 3*: Forward (MabA-115F): 5’-ACAAACGTCACGAGCGTAACC-3’
Reverse (MabA+336R): 5’-GTTGGCGTTGATGACCTTCTC -3’
KriteriaPrimer 1* Primer 2* Primer 3* Acuan
CloneManagerSuite 6
Forward Reverse Forward Reverse Forward Reverse
Panjang Primer (pb) 18 20 20 20 21 21 Tidak adaPersen GC (%GC) 50 55 65 65 52 52 50-60Tm (°C) 61 62 68 69 65 63 55-80Dimer pada ujung 3’ 2 1 2 0 1 2 < 3Stabilitas (kcals) 1,5 2,2 1 0,4 2 2,7 ≥ 1,2Runs 2 2 3 5 3 2 < 3Repeats 2 Tidak ada Tidak ada 2 Tidak ada 2 <3Hairpins Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak adaFalse Priming (°C) Tidak ada Tidak ada Tidak ada 17 Tidak ada Tidak ada Tidak adaPustaka (Chen et al., 2011) (Morlock et al., 2003) (Leung et al., 2006)
JURNAL KIMIA 9 (1), JANUARI 2015: 117-123
120
Hal ini terlihat pada Gambar 1 danGambar 2.
Gambar 1. Hasil Analisis Sekuens PasanganPrimer pada Program Clone ManagerSuite 6
Gambar 2. Hasil Analisis Kriteria PasanganPrimer pada Program Clone ManagerSuite 6
Dari hasil analisis yang telah dilakukanterlihat bahwa kedua primer telah memenuhikriteria primer yang baik dilihat dari panjangprimer seperti hasil yang ditunjukkan pada Gambar1. Dimana secara berturut-turut primer forward(mabA-inhA-promoter-FS) dan primer reverse
(mabA-inhA-promoter-R) memiliki panjang 18dan 20 nukleotida.
Menurut Innis dan Gelfand (1990), primeryang baik tersusun atas 18-28 nukleotida. Panjangminimal suatu primer adalah 18 nukleotida, jikalebih pendek akan mengakibatkan berkurangnyaspesifisitas primer. Pada primer dengan ukuranyang pendek akan memungkinkan terjadinyamispriming (penempelan primer pada tempat lainyang tidak diinginkan) yang tinggi. Hal ini akanmempengaruhi efektifitas dan efisiensi prosesPCR. Sedangkan, primer dengan panjang lebih dari30 nukleotida tidak akan meningkatkan spesifisitasprimer secara bermakna (Handoyo dan Ari, 2000).
Gambar 2 menunjukkan bahwa primermabA-inhA-promoter-FS (forward) dan mabA-inhA-promoter-R (reverse) masing-masingmemiliki nilai %GC 50% dan 55% dengan nilaimelting temperature (Tm) masing-masing 61°C dan62°C. Besarnya %GC suatu primer akanmempengaruhi nilai Tm dan Ta primer tersebut.Primer dengan panjang 18-28 nukleotidaseharusnya memiliki %GC antara 50-60 % (Innisdan Gelfand, 1990).
Primer dengan nilai %GC yang tinggi akanmemiliki nilai Tm yang tinggi pula karena terdapatlebih banyak ikatan hidrogen di dalamnya (3ikatan hidrogen). Terdapat hubungan yang linearantara nilai %GC dengan nilai Tm dan Ta primer(Chen dan Janes, 2002). Pada kedua primertersebut terdapat perbedaan nilai Tm sebesar 1°C,nilai ini masih dapat diterima didasarkan padapenelitian Barlett dan Stirling (2003) yangmenyatakan nilai perbedaan Tm di antara duaprimer yang diperbolehkan adalah 2-5 °C. Hal iniakan menjamin diperolehnya nilai Ta yang tepatuntuk kedua primer (Bartlett dan Stirling, 2003).
Nilai Tm yang terlalu tinggi akanmengakibatkan terjadinya hibridisasi yang tidakadekuat antara primer dan templat dimana akanterbentuk ikatan yang terlalu kuat antara primerdengan DNA target sehingga produk PCR yangdihasilkan rendah namun lebih spesifik. Sedangkannilai Tm yang terlalu rendah akan menyebabkanterbentuknya produk yang tidak spesifik karenatingginya penempelan primer pada daerah yangtidak tepat (mismatches) (Lee et al., 1997; Borah,2011). Menurut Burden dan Whitney (1995) untukprimer dengan panjang 18-22 nukleotida dan %GC45-55°C umumnya memiliki rentang nilai Tm 55-
ISSN 1907-9850
121
80 °C. Sehingga dapat disimpulkan bahwa primeryang akan digunakan telah memenuhi kriteria%GC dan Tm yang baik.
Dimers yang terjadi pada ujung 3’ harusdihindari karena akan menyebabkan terjadinyapemanjangan primer PCR dengan menggunakanprimer kedua sebagai templat yang nantinyamembentuk struktur sekunder yang disebut denganprimer-dimers. Hal ini akan mengakibatkan primerkehilangan fungsinya sehingga amplikon yangdihasilkan akan berkurang jumlahnya (CloneManager Suite 6). Dari hasil analisis in silico nilaidimers masing-masing primer telah memenuhikriteria primer yang baik.
Kriteria lain yang harus dipenuhi olehprimer adalah dalam hal stabilitas. Parameter iniberkaitan dengan perbedaan nilai stabilitas antaraujung 5’ dan 3’ primer. Afinitas maksimal primerterhadap templatnya terdapat pada ujung 5’ primer.Karenanya, ujung 3’ primer hanya perlu berikatansecukupnya sehingga DNA polimerase dapatmemulai replikasi.
Namun, jika ujung 3’ primer mempunyaistabilitas termal yang tinggi, hal tersebut akanmengakibatkan terjadinya penempelan ujung 3’primer pada templat dan selanjutnya memulaireplikasi, walaupun ujung 5’ tidak cocok. Hal iniakan menyebabkan penurunan spesifisitashibridisasi. Sehingga nilai stabilitas ujung 5’ haruslebih besar dibandingkan ujung 3’ (Clone ManagerSuite 6). Dari hasil analisis in silico terhadapprimer mabA-inhA-promoter-FS dan mabA-inhA-promoter-R dengan nilai stabilitas masing-masingsebesar 1,5 kcals dan 2,2 kcals. Sehingga dapatdisimpulkan bahwa kedua primer tersebut telahmemenuhi kriteria stabilitas yang ditetapkan.
Hasil analisis terhadap kualitas masing-masing primer secara terpisah ditunjukkan padaGambar 3 dan 4.
Gambar 3 dan 4 secara terpisahmenunjukkan bahwa primer forward dan reversetersebut telah memenuhi kriteria runs, repeats danhairpins sesuai yang dipersyaratkan programClone Manager Suite 6 (University of Groningen)Runs, repeats dan hairpins merupakan struktursekunder yang terbentuk akibat adanya interaksiintramolekular dan intermolekular. Struktursekunder yang terbentuk ini akan mengurangiketersediaan primer untuk berinteraksi dengan
templat target. Jumlah maksimal runs dan repeatsyang diperbolehkan adalah 4 pb (Borah, 2011).
Gambar 3. Hasil Analisis Kualitas PrimerForward pada Program Clone ManagerSuite 6
Gambar 4. Hasil Analisis Kualitas Primer Reversepada Program Clone Manager Suite 6
Kemudian dilakukan simulasi padasepasang primer tersebut secara in silico denganmenggunakan analyze mix wizard denganmenggunakan gen fabG (mabA) M. tuberculosissebagai DNA templat. Hasil analisis yangdiperoleh terdapat pada Gambar 5.
Hasil analisis tersebut menunjukkanbahwa produk PCR (amplikon) yang akandihasilkan memiliki ukuran 284 pb yang terletak
JURNAL KIMIA 9 (1), JANUARI 2015: 117-123
122
pada posisi nukleotida 7 sampai dengan 290.Berdasarkan studi pustaka dan acuan kriteria dariClone Manager Suite 6, diperoleh kesimpulanbahwa secara keseluruhan primer yang akandigunakan telah memenuhi kriteria primer yangbaik dan daerah target yang diharapkan.
Gambar 5. Hasil Analisis Sepasang Primer dengangen fabG (mabA) sebagai DNA templat
Keterangan :Marker DNA ladder 100 pb (M);isolat P16 (P16); isolat 86 (86).
Gambar 6. Elektroforegram amplifikasi fragmenpromoter inhA isolat P16 dan 86 padasuhu annealing 54°C
Selain analisis in silico, dilakukan jugadeteksi secara in vitro terhadap pasangan primertersebut melalui proses PCR dan deteksi produkPCR dengan teknik elektroforesis gel agarosa1,5%. Kondisi PCR yang diaplikasikan adalah,denaturasi awal pada suhu 95°C selama 15 menit ,amplifikasi sebanyak 45 siklus (denaturasi padasuhu 94°C selama 1 menit, annealing pada suhu55°C selama 1 menit 20 detik dan ekstensi padasuhu 72°C selama 1 menit 10 detik) serta ekstensiakhir pada suhu 72°C selama 10 menit. DNAtemplat yang digunakan berasal dari DNAkromosomal yang diisolasi dari isolat P16 dan 86M. tuberculosis Multi Drug Resistance. Hasil yangdiperoleh berupa elektroforegram yangdiperlihatkan pada Gambar 6.
Hasil elektroforegram pada Gambar 6menunjukkan bahwa primer mabA-inhA-promoter-FS (forward) dan mabA-inhA-promoter-R (reverse) telah berhasil mengamplifikasi daerahpromoter inhA dengan ukuran produk 284 pbsesuai dengan hasil analisis secara in silico.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan1. Primer mabA-inhA-promoter-FS (forward)
dengan urutan nukleotida 5’-ACATACCTGCTGCGCAAT-3’ dan primer mabA-inhA-promoter-R (reverse) 5’- CTCCGGTAACCAGGACTGAA-3’ (Chen et al., 2011)memenuhi kriteria primer yang baik dilihatdari panjang primer, %GC, Tm, dimer padaujung 3’, stabilitas, jumlah runs, repeats,hairpins dan false priming.
2. Pasangan primer berhasil mengamplifikasidaerah promoter inhA dan menghasilkanproduk PCR (amplikon) dengan ukuran 284 pbsesuai dengan hasil analisis secara in silicopada program Clone Manager Suite 6.
SaranPerlu dilakukan analisis lebih lanjut
terhadap produk PCR (amplikon) dengan tekniksekuensing untuk mengetahui urutan nukleotidaamplikon.
ISSN 1907-9850
123
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepadasemua pihak yang telah membantu sehinggapenelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bartlett, J. M. S. dan Stirling, D., 2003, Methods inMolecular Biology, Vol. 226 : PCRProtocols 2nd Editions, Human Press Inc.,Totowa, NJ, p. 81-604
Borah, P., 2011, Primer Designing for PCR,Science Vision, 11 (3) : 134-136
Burden, D.W. dan Whitney, D.B., 1995,Biotechnology Proteins to PCR: Proteinsto PCR : A Course in Strategies and LabTechnique, Birkhauser, USA, p. 304
Chen, B.Y. dan Janes, H. W. 2002. Methods inMolecular Biology Vol. 192: PCR CloningProtocols 2nd Edition, Humana Press Inc.,Totowa, NJ, p. 19-21
Chen, X., Kong, F., Wang, Q., Li, C., Zhang, J.,dan Gilbert, G.L., 2011, Rapid Detectionof Isoniazid, Rifampin, and OfloxacinResistance in Mycobacterium tuberculosisClinical Isolates Using High-ResolutionMelting Analysis, Journal of ClinicalMicrobiology, 49 (10) : 3450–3457
Dipiro J.T., Talbert, R.T., Yee, G.C., Matzke,G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M.Michael P., 2008, Pharmacotherapy: APathophysiologic Approach, 7th Edition,The McGraw Hill Companies Inc., UnitedStates of America, p. 1839-1854
Handoyo, D. dan Ari, R., 2000, Prinsip Umum danPelaksanaan Polymerase Chain Reaction(PCR), Unitas, 9 (1) : 17-29
Innis, M.A. dan Gelfand, D.H., 1990, PCRProtocols: A Guide to Methods andApplications, Academic Press Inc.,London, UK, p. 3-11
Lee, H. H., Morse, S.A., and Olsvik, Ø., 1997,Nucleic Acid Amplification Technologies:Application to Disease Diagnosis, EatonPublishing, USA
Leung, E. T. Y., Ho, P. L., Yuen, K. Y., Woo, W.L., Lam, T. H., Kao, R. Y., Seto, W. H danYam, W. C., 2006, MolecularCharacterization of Isoniazid Resistance inMycobacterium tuberculosis: Identifica-tion of a Novel Mutation in inhA, Journalof Clinical Microbiology, 50 (3) : 1075-1078
Machado, D., Perdigao, J., Ramos, J., Couto, I.,Portugal, I., Ritter, C., Boettger E.C., danViveiros, M., 2013, High-level Resistanceto Isoniazid and Ethionamide inMultidrug-resistant Mycobacteriumtuberculosis of the Lisboa Family isAssociated with inhA Double Mutations,Journal of Clinical Microbiology, p. 1-5
Morlock, G.P., Metchock, B., Sikes, D., Crawford,J.T., and Cooksey, R.C., 2003, ethA,inhA, and katG Loci of Ethionamide-Resistant Clinical Mycobacteriumtuberculosis Isolates, Journal of ClinicalMicrobiology, 47 (12) : 3799-3805
World Health Organization, 2012, GlobalTuberculosis Report 2012, World HealthOrganization, Geneva, Switzerland, p. 1-66