OLEH: ANINDYA DINOVITA 030.07.021 FK UNIVERSITAS TRISAKTI
OLEH:ANINDYA DINOVITA
030.07.021
FK UNIVERSITAS TRISAKTI
Tanggal : 12-9-2012No. Registrasi : 0-20-01-02
IDENTIFIKASINama : Nn. SJenis Kelamin : PerempuanUmur : 18 tahunPendidikan : SMAPekerjaan : PelajarAlamat : Komp. Pertanian RT01/08Agama : IslamSuku Bangsa : Sunda
STATUS THT : PEMERIKSAAN TELINGA
Kanan Kiri
Normotia, nyeri tarik (-)
Daun telinga
Normotia, nyeri tarik (-)
Hiperemis (-), fistula (-), oedema (-), nyeri tekan mastoid (-)
Retroaurikuler
Hiperemis (-), fistula (-), oedema (-), nyeri tekan mastoid (-)
Hiperemis (-), fistula (-), oedema (-), nyeri tekan tragus (-), sikatrik (-)
Preaurikuler Hiperemis (-), fistula (-), oedema (-), nyeri tekan tragus (-), sikatrik (-)
Kanan Kiri
Lapang Lapang/sempit
Lapang
Tidak hipereemisWarna epidermis
Tidak hiperemis
+, warna bening kekuningan, tidak banyak, tidak ada darah, tidak berbau
Sekret -
- Serumen -
- Kelainan lain -
Kanan
Kanan Kiri
Membran timpani
Perforasi subtotal, refleks cahaya (-) , retraksi (-), bulging (-), jaringan granulasi (-), kolesteatom (-)
Perforasi sentral, refleks cahaya (-), retraksi (-), bulging (-), jaringan granulasi (-), kolesteatom (-)
Kanan Kiri
Tidak dilakukan Rinne
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Schwabach Tidak dilakukan
Kanan Kiri
Tidak ada
Deformitas
Tidak ada
Dahi (-), pipi (-), depan telinga (-)
Nyeri tekan Dahi (-), pipi (-), depan telinga (-)
(-)Krepitasi
(-)
Kanan Kiri
Sekret (-), krusta (-) Vestibulum sekret (-), krusta (-)
Hipertrofi (+), warna pucat (+)
Konka inferior
hipertrofi (+), warna pucat (+)
Eutrofi, hiperemis (-) Konka media eutrofi, hiperemis (-)
Tidak terlihat Konka superior tidak terlihat
Pus (-), polip (-) meatus nasi pus (-), polip (-)
Lapang Kavum nasi lapang
Hiperemis (-) Mukosa hiperemis (-)
(-) Sekret (-)
deviasi (-) Septum deviasi (-)
normal Dasar hidung normal
Kanan Kiri
Koana
Mukosa konka
Sekret
Tidak dilakukan Muara tuba eustachil
Tidak dilakukan
Adenoid
fossa Rusenmuler
Atap nasofaring
Arkus Faring : simetris kiri dan kanan, tidak hiperemis Pilar anterior : normal, tidak hiperemis Palatum molle : normal, tidak hiperemis Mukosa faring : tenang Dinding faring : permukaan rata , tidak hiperemis Uvula : simetris ditengah, tidak hiperemis Tonsil palatina : Besar : T1 – T1
: Warna : tidak hiperemis
: Kripta : tidak melebar
: Detritus : tidak ada
: Perlekatan : tidak ada Pilar posterior : normal Gigi geligi : oral higiene cukup baik, tidak ada caries, radang
gusi (-)
Epiglotis : tidak dilakukanPlika ariepiglotika : tidak dilakukanAritenoid : tidak dilakukanSinus piriformis : tidak dilakukanKorda vokalis : tidak dilakukan
: Pita suara asli : tidak dilakukan: Pita suara palsu : tidak dilakukan
Subglotik/trakea : tidak dilakukanRima Glotis : tidak dilakukan
Pemeriksaan Audiometri : tidak dilakukanPemeriksaan Radiologi : tidak dilakukan
Pasien Nn. Sofyani, 18 tahun, datang dengan keluhan mendengar suara bergemuruh pada telinga kanannya sejak 2 hari SMRS. Pasien mengeluhkan pendengarannya berkurang, telinga kanan terasa penuh seperti terisi air, keluar cairan encer berwarna bening kekuningan, tidak banyak, tidak berbau, dan tidak berdarah. Keluhan terjadi setelah berenang. Pasien pernah menderita penyakit yang sama di kedua telinganya 8 tahun yang lalu dan riwayat keluar cairan berulang dari telinga kanan pasien jika air masuk ke telinga tersebut atau saat sakit batuk pilek. Setahun yang lalu pasien mendengar suara bergemuruh dan pendengaran berkurang pada telinga kiri. Pasien mengaku mempunyai riwayat alergi dingin dan debu.
Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan didapatkan sekret berwarna bening kekuningan, tidak banyak, tidak berbau, tidak berdarah pada liang telinga kanan. Perforasi subtotal pada membran timpani kanan, refleks cahaya (-), dan kolesteatoma (-). Perforasi sentral pada membran timpani kiri, refleks cahaya (-), dan kolesteatoma (-). Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior didapatkan hipertrofi konka nasalis inferior kiri dan kanan disertai warna pucat.
:
OPERATIF
OMSK Eksaserbas
i AkutDextra
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
OMSK Dextra
Eksaserbasi Akut
OMSK Tipe
Benigna Aktif
Alergi
1. Non medika mentosa2. Medikamentosa
Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan masalah kesehatan masyarakat pada beberapa populasi di dunia. Di negara maju, sejak perkembangan penggunaan antibiotika insidensi OMSK menurun, namun di negara berkembang insidensi OMSK masih tinggi. OMSK ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Di Indonesia OMSK dikenal dengan istilah congek, teleran atau telinga berair. OMSK berasal dari otitis media supuratif akut (OMA) dimana beberapa faktor berperan dalam menyebabkan OMA menjadi OMSK seperti, pengobatan terlambat diberikan atau pengobatan tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, dan daya tahan tubuh atau gizi atau higiene yang kurang baik.
Otitis media supuratif kronik (OMSK) atau radang telinga tengah menahun atau yang biasa disebut “congek” adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (othorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous atau purulen. OMSK dapat berasal dari otitis media akut (OMA) stadium perforasi yang berlanjut yang ditandai dengan adanya sekret persisten dari telinga tengah melalui perforasi membran timpani.
Telinga terdiri dari tiga bagian: Telinga luar (auris externa)
Terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus (MAE) Telinga tengah (auris media)
Terdiri dari membran timpani, cavum timpani, tulang tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, stapes, dan tuba eustachius serta processus mastoideus.
Telinga dalam (auris interna)
Terdiri dari labirin membranosa yang terdiri dari duktus semisirkularis anterior, duktus semisirkularis psterior, duktus semisirkularis lateral, utrikulus, sakulus, dan duktus koklearis. Labirin ossea yang terdiri dari canalis semisirkularis anterior, canalis semisirkularis posterior, canalis semisirkularis lateral, vestibulum, dan koklea.
Terisi udara dalam keadaan normal. Membran timpani memisahkan MAE dan
telinga tengah. Bentuknya bulat dengan diameter ± 1 cm.
Membran timpani dibagi menjadi :1. Pars tensa atau membran propria : Merupakan bagian
terbesar dari membran timpani, suatu permukaan yang tegang dan bergetar sekeliling menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal dan terdiri dari 3 lapisan. Tambahan lapisan di tengah terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam.
2. Pars flaksida atau membran Shrapnell : Hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia.
Di dalam pars petrosa dari tulang temporalBentuk bikonkafMempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap,
lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, dan dinding posterior.
Kavum timpani dibagi menjadi 3 bagian yaitu epitimpanum, mesotimpanum, dan hipotimpanum.
Malleus Malleus merupakan tulang yang paling besar di antar tulang pendengaran yang lain. Kepala terletak di epitimpanum, sedang leher terletak di belakang pars flaccida membran timpani
Inkus Inkus terdiri dari badan inkus dan 2 kaki yaitu prosesus brevis dan prosesus longus. Inkus terletak di epitimpanum.
Stapes Merupakan tulang pendengaran yang teringan, bentuknya seperti sanggurdi. Stapes terdiri dari kepala, leher, krura anterior dan posterior, telapak kaki yang melekat pada foramen ovale dengan perantara ligamentum anulare.
Menghubungkan cavum timpani dengan nasofaring.
Terdiri dari 2 bagian yaitu: bagian tulang terdapat pada bagian belakang
dan pendek (1/3 bagian)bagian tulang rawan terdapat pada bagian
depan dan panjang (2/3 bagian) masuk ke nasofaring.
Dilapisi oleh mukosa saluran nafas yang berisi sel-sel goblet dan kelenjar mukus dan memiliki lapisan epitel bersilia di dasarnya
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal.
Atap mastoid adalah adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada daerah ini.
Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum.
Aditus menghubungkan antrum mastoid, yaitu sinus yang berisi udara di dalam pars petrosa tulang temporal, dengan telinga tengah.
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui tulang-tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotrasmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39 - 40) di lobus temporalis.
Terdapat 3 jenis perforasi :Perforasi sentral : perforasi terdapat di pars tensa,
di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani.
Perforasi marginal : Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total.
Perforasi atik : Perforasi yang terletak di pars flaksida.
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
1. Tipe benigna = tipe mukosa = tipe aman Tipe ini ditandai oleh adanya perforasi sentral dan gejala
klinik yang bervariasi.
Secara klinis tipe ini terbagi atas:a. Penyakit aktifPada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. b. Penyakit tidak aktifPada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang
kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat.
2. Tipe maligna = tipe tulang = tipe bahaya
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Perforasi yang terjadi letaknya di marginal atau atik dan kadang terdapat kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya timbul pada OMSK tipe ini.
Kolesteatom adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin) Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar.
Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :a. Kongenitalb. Akuisital
LingkunganGenetik Otitis media sebelumnya.InfeksiInfeksi saluran nafas atasAutoimunAlergiGangguan fungsi tuba eustachius.
Patogenesis OMSK belum diketahui secara lengkap, tatapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah missal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis.
Suatu teori tentang patogenesis dikemukan dalam buku modern yang umumnya telah diterima sebagai fakta. Hipotesis ini menyatakan bahwa terjadinya otitis media nekrotikans, terutama pada masa anak-anak, menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu, gendang telinga tetap berlubang, atau sembuh dengan membran yang atrofi yang kemudian dapat kolaps kedalam telinga tengah, memberi gambaran otitis atelektasis.
Telinga berair (otorrhoe)Gangguan pendengaranOtalgia ( nyeri telinga)Vertigo
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :Adanya Abses atau fistel retroaurikularJaringan granulasi atau polip diliang telinga yang
berasal dari kavum timpani.Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma
kolesteatom)Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom
Anamnesis
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang pada tipe aman sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe bahaya, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah. OMSK lebih sering terjadi pada infants dan anak-anak (60%).
Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tenga
Evaluasi audiometri
Pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘ speech reception threshold ’ pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.
Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.
1. OMSK BENIGNA
a. OMSK BENIGNA TENANG Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan
untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
b. OMSK BENIGNA AKTIF Prinsip pengobatan OMSK adalah :
1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpan ( toilet telinga)
2. Pemberian antibiotik topikal
3. Pemberian antibiotik sistemik
2. OMSK MALIGNA
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
• Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif. Pada tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
• Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial.
• Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)
Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah attic, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
• Miringoplasti
Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah ada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.
• Timpanoplasti
Dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi adalah menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.
• Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
Dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga). Yang dimaksud dengan combined approach di sini adalah membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali kolesteatoma.
Komplikasi OMSK menurut Souza dkk (1999) dibagi menjadi:
Komplikasi intratemporal terdiri dari Telinga tengah : parese n. Fasial, kerusakan tulang pendengaran,
perforasi membran timpani Rongga mastoid : Petrositis, mastoiditis koalesen Telinga dalam : Tuli saraf dan labirinitis.
Komplikasi ekstratemporal terdiri dari Intrakranial : abses ekstradural, abses subdural, tromboflebitis
sinus lateral, meningitis, abses otak, hidrosefalus otitis. Ekstrakranial : Abses retroaurikuler, abses bezold’s, abses
zigomatikus
OMSK tipe benigna :
OMSK tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan komplikasi. Prognosis baik dengan pengobatan yang adekuat, otorea dapat mengering. Tetapi sisa perforasi sentral yang berkepanjangan akan memudahkan infeksi berulang, sehingga rekonstruksi membran timpani disarankan.
OMSK tipe maligna :
Prognosis pada OMSK tipe maligna lebih buruk dibanding OMSK tipe benigna dimana sering didapatkan komplikasi seperti paresis nervus facialis, labirinitis, meningitis, dan abses otak yang dapat menyebabkan kematian. OMSK tipe ini harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.