perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN TINGKAT NAUNGAN DAN KETERSEDIAAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN VALERIC ACID VALERIAN (Valeriana javanica (BL.) DC) TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Magister Pertanian pada Program Studi Agronomi Oleh : Fauzi S611008006 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
79
Embed
Oleh : Fauzi S611008006 - digilib.uns.ac.id filePROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 . perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN TINGKAT
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KAJIAN TINGKAT NAUNGAN DAN KETERSEDIAAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN VALERIC ACID VALERIAN
(Valeriana javanica (BL.) DC)
TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Magister Pertanian pada Program Studi Agronomi
Oleh :
Fauzi
S611008006
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KAJIAN TINGKAT NAUNGAN DAN KETERSEDIAAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN VALERIC ACID VALERIAN
KAJIAN TINGKAT NAUNGAN DAN KETERSEDIAAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN VALERIC ACID VALERIAN
(Valeriana javanica (BL.) DC)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh
Fauzi
S611008006
telah dipertahankan di depan Tim Penguji
pada tanggal : 31 M ei 2012
Susunan Tim Penguji
Kedudukan Penguji
Nama Tanda tangan Tanggal
Ketua Dr. Ir. Subagiya, MP. NIP.196102271988031004
Sekertaris Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP. NIP.194804261976091001
Anggota 1. Prof. Dr.Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. NIP. 195602251986011001 2. Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS. NIP.195907111984031002
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana
Prof. Ir. Ahmad Yunus, MS. PhD. NIP. 196107171986011001
Ketua Program Studi Agronomi
Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS. NIP. 195907111984031002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS
Dengan ini menyatakan bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam
naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-
unsur jiplakan, saya bersedia Tesis ini digugurkan dan gelar akademik yang telah
saya peroleh (Magister Pertanian) dibatalkan, serta diproses sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Surakarta, 5 Februari 2012
Fauzi NIM. S611008006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, atas rahmat dan hidayah-Nya, panulis dapat
menyelesaikan Tesis ini.
Tesis ini terwujud tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendukung baik secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
kesempatan studi di program pascasarjana program studi Agronomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS., selaku Dosen Pembimbing I Tesis
yang telah banyak membantu membimbing penelitian dari awal hingga selesai
penyusunan naskah.
2, Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS., selaku Dosen Pembimbing II Tesis yang telah
banyak membantu membimbing selama penelitian dan penyusunan naskah.
3. Dr. Ir. Subagiya, MP., selaku Ketua Penguji yang banyak memberikan
masukan dan saran.
4. Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP., selaku Sekretaris Penguji yang banyak
memberikan masukan dan saran.
5. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Kesehatan
RI yang telah memberikan beasiswa.
6. Indah Yuning Prapti, SKM. MKes., selaku Kepala Balai Besar Penelitian Dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
mengijinkan penulis menggunakan sarana dan prasarana di Laboratorium
Terpadu.
7. Dayat Noviantina, AMK., istri saya yang selalu memberi semangat untuk
menyelesaikan Tesis ini.
8. Teman-teman S2 Bidang Studi Agronomi angkatan 2010 yang saling memberi
semangat, dukungan dan teman diskusi.
9. Pihak-pihak lain yang telah banyak membantu yang penulis tidak dapat
menyebutkan namanya satu persatu.
Akhirnya segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak sangat diharapkan agar Tesis ini menjadi lebih baik. Semoga karya tulis ini
dapat memberikan manfaat dan khazanah pengetahuan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Surakarta, 5 Februari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………..……………..
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS……………………………………..
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………
DAFTAR TABEL…………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………
ABSTRAK…………………………………………………………………
ABSTRACT……………………………………………………………..….
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………...
B. Perumusan Masalah……………………………………….………..
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………...
D. Manfaat Penelitian………………………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Valerian Sebagai Tanaman Obat ………….……….….……..……
B. Peranan Ketersediaan Air Terhadap Tanaman……………….….…
C. Peranan Naungan terhadap Tanaman………………………………
D. Metabolit Sekunder…………………………………………………
E. Kerangka Berpikir…………………………………………………..
F. Hipotesis …………………………………………………….……...
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………..……………
B. Bahan dan Alat Penelitian…………………………..…………….
i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x
xi
xii
1
2
3
4
5
9
12
14
16
18
19
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
C. Metodelogi Penelitian…….……………………………..…………
D. Pelaksanaan Penelitian.....................................................................
E. Variabel Penelitian............................................................................
F. Analisis Data……………………………………………………….
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kajian Tanggapan Tingkat Naungan Dan Ketersediaan Air Pada Pertumbuhan Valeriana javanica (BL.) DC…………………….
B. Kajian Tanggapan Tingkat Naungan Dan Ketersediaan Air Pada Produksi Valeriana javanica (BL.) DC…………………….
C. Kajian Tanggapan Tingkat Naungan Dan Ketersediaan Air Pada Kandungan Valeric Acid Valeriana javanica (BL.) DC……
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………….…..
B. Saran ………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………..……………...
LAMPIRAN………………………………………………………………
20
21
23
25
26 39
49
53
53
54
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
.1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada jumlah daun Valeriana javanica (BL.) DC. (helai)………………………………. Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada diameter batang Valeriana javanica (BL.) DC. (cm)…………...…………… Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada jumlah ruas Valeriana javanica (BL.) DC. (ruas)………………………………. Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada jumlah cabang Valeriana javanica (BL.) DC. (cabang)……………………..……… Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada panjang akar Valeriana javanica (BL.) DC. (cm)………………………………… Pengarug tingkat naungan dan ketersediaan air pada bobot segar tanaman Valeriana javanica (BL.) DC. (gram)……………………. Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada bobot kering daun Valeriana javanica (BL.) DC. (gram)………………………… Pengarug tingkat naungan dan ketersediaan air pada bobot kering batang Valeriana javanica (BL.) DC. (gram)……………………… Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada bobot kering akar Valeriana javanica (BL.) DC. (gram). ……………………….. Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada kadar ekstrak total daun Valeriana javanica (BL.) DC. (%). …………………….. Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada kadar ekstrak total batang Valeriana javanica (BL.) DC. (%)……………………. Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada kandungan valeric acid akar Valeriana javanica (BL.) DC. (%)………………
29
31
33
35
38
39
41
43
44
46
48
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
Histogram rata-rata tinggi tanaman akibat perlakuan tingkat naungan dan ketersediaan air dari umur 1 bulan sampai 4 bulan Grafik rata-rata tinggi tanaman akibat perlakuan tingkat ketersediaan air pada kondisi naungan berbeda………………… Histogram rata-rata jumlah daun akibat perlakuan tingkat naungan dan ketersediaan air dari umur 1 bulan sampai 4 bulan.
Halaman
26
27
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Ringkasan Uji F terhadap variabel pengamatan pada perlakuan tingkat naungan dan ketersediaan air serta interaksinya terhadap Valerian (Valeriana javanica (BL.) DC.) umur 4 bulan……….. Hasil uji F pada tingkat naungan dan ketersediaan air serta interaksinya terhadap Valerian (Valeriana javanica (BL.) DC.) umur 4 bulan……………………………………………………. Perhitungan ketersediaan air……………………………………. Cara ekstraksi metode maserasi…………………………………
Perhitungan kadar ekstrak total…………………………………
Penetapan kandungan valeric acid………………………...……. Denah penelitian………………………………………………… Kondisi cuaca selama penelitian………………………………... Hasil analisis valeric acid……………………………………….
Gambar pertumbuhan dan perkembangan tanaman valerian akibat tingkat ketersediaan air dan naungan…………………….
Halaman
58
59
63
64
65
66
67
68
69
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
ABSTRAK
Fauzi, 2012. “Kajian Tingkat Naungan Dan Ketersediaan Air Terhadap Pertumbuhan Dan Kandungan Valeric Acid Valerian (Valeriana javanica (BL.) DC).” Tesis Program Pascasarjana Program Studi Agronomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Valeriana javanica (BL.) DC. merupakan tumbuhan obat asli Indonesia, tumbuh liar di daerah pegunungan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang sampai sekarang belum dibudidayakan. Penelitian tingkat naungan dan ketersediaan air pada Valeriana javanica (BL.) DC. telah dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui naungan dan ketersediaan air optimal untuk pertumbuhan dan kandungan valeric acid. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap yang disusun secara petak terbagi. Tingkat naungan sebagai petak utama terdiri atas 3 taraf yaitu; naungan 0, 55 dan 75%. Tingkat ketersediaan air sebagai anak petak terdiri atas 4 taraf; yaitu ketersediaan air 80 60, 40 dan 20% kapasitas lapang. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan uji beda jarak berganda Duncan’s (DMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketersediaan air 80% kapasitas lapang menghasilkan pertumbuhan, bobot kering daun dan, bobot kering batang valerian tertinggi. Naungan berpengaruh meningkatkan kandungan valeric acid, tetapi tidak berpengaruh meningkatkan pertumbuhan, bobot kering daun dan batang serta kadar ekstrak total daun dan batang. Kombinasi ketersediaan air 60% dan naungan 55% menghasilkan kandungan valeric acid tertinggi (0,75%) dengan bobot kering akar 1,14 gram/tanaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRACT
Fauzi, 2012. " Assessment level of shade and water availability on growth and content of valeric Acid Valerian (Valeriana javanica (BL.) DC)" Thesis Postgraduate Program of Agronomy Program Study of Surakarta Sebelas Maret University. Valeriana javanica (BL.) DC is a native medicinal plants of Indonesia, growing wild in the mountains of West Java, Central Java and East Java, which until now has not been cultivated. Research the shade and water availability on Valeriana javanica (BL.) DC have been implemented to determine the optimal shade and water availability for growth and content of valeric acid. This Research used randomized complete block design arranged in split plot. Shade levels as main plots consisting of three level (0%, 55% and 75%). Levels of water availability as subplot consisting of four level (80%, 60%, 40% and 20% field capacity). The data were analyzed by analysis of varians and Duncan's multiple range test (DMRT) in 5% confident level. The results showed that water availability of 80% field capacity generating growth, leaf dry weight and stem dry weight of valerian relatively better. Shade increased the content of valeric acid, but does not affect growth, leaf dry weight, stem dry weight and the levels of total leaf and stem extracts. The combination of water availability of 60% and 55% shading produced the highest content of valeric acid (0.75%) with root dry weight of 1.14 grams / plant. .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Valerian (Valeriana javanica (BL.) DC.) merupakan tumbuhan obat dari
famili Valerianaceae yang berhabitus semak semusim. Batang tanaman
berbentuk bulat, beruas, bercabang, berdaun majemuk dengan pertulangan
menyirip, bunga bentuk malai yang terletak di ketiak daun (Syamsuhidayat et
al., 1991).
Minyak atsiri valerian dimanfaatkan untuk bahan pembuatan parfum
sedangkan ekstraknya untuk pemberi rasa pada industri makanan dan sebagai
obat (Dalimarta, 2002). Akar tanaman valerian berkhasiat sebagai obat
penenang (sedative), kejang otot, hipertensi, dan menginduksi tidur.
Kemampuan menginduksi tidur tergantung dosis dan konsentrasi kandungan
yang menjadi standarnya (Sharma et al., 2010). Bagian terpenting sebagai
bahan obat dari tumbuhan ini adalah akar, cabang serta pangkal batang yang
ada di bawah tanah, bahan tersebut dikumpulkan setelah daun mulai meluruh.
Produk ekstrak valerian sebagai bahan baku sudah digunakan oleh
perusahaan farmasi dan obat tradisional di Indonesia yang diimpor dari Jerman
dan India. Valeriana javanica (BL.) DC. tumbuh liar di daerah pegunungan di
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur pada ketinggian 1.600 – 3.200 m
dpl. Tumbuhan ini sampai sekarang belum dibudidayakan secara intensif masih
dalam tahap kebun koleksi (Rosita et al., 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Tanaman pada kondisi kering akan mengubah distribusi asimilat untuk
mendukung pertumbuhan akar dengan mengorbankan tajuk untuk mengurangi
transpirasi. Cekaman kekeringan berpengaruh negatif pada pertumbuhan dan
hasil, namun dapat meningkatkan hasil metabolit sekunder dari tanaman obat
(Sulandjari et al., 2006).
Intensitas cahaya optimal menyebabkan tercapainya keseimbangan antara
transpirasi pada daun dengan penyerapan air dan mineral oleh akar tanaman,
sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan sempurna. Naungan
berfungsi untuk mengurangi transpirasi dan respirasi pada tanaman melalui
pengurangan intensitas cahaya, kecepatan angin dan temperatur udara.
Intensitas cahaya lebih rendah dari 40% akan mengganggu pertumbuhan
tanaman pule pandak (Sulanjari, 2008).
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh
tingkat naungan dan ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan valeric acid
valerian (Valeriana javanica (Bl.) DC.).
B. Perumusan Masalah
Valeriana javanica (Bl.) DC. merupakan tanaman asli Indonesia yang
berpotensi sebagai sumber bahan obat dan obat tradisional. Tanaman tersebut
sampai sekarang masih dipanen dari habitat asli, sehingga akan mengancam
keberadaan plasma nutfah valerian, mutu beragam, dan hasil panen tidak
menentu. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya budidaya valerian di luar
habitat asli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Keberhasilan budidaya Valeriana javanica (Bl.) DC. ditentukan oleh
produksi dan kandungan senyawa aktif (metabolit sekunder). Produksi dan
kandungan metabolit sekunder dipengaruhi lingkungan tempat tumbuh, seperti
intensitas cahaya matahari dan ketersediaan air dalam tanah. Kondisi
lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman dapat meningkatkan
produksi, sedangkan kandungan metabolit sekunder meningkat jika tanaman
obat mengalami cekaman lingkungan.
Untuk mendapatkan kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman yang
sesuai dapat dilakukan dengan cara mengatur tingkat naungan dan ketersediaan
air. Pemberian naungan bertujuan mengurangi intensitas cahaya, sedangkan
tingkat ketersediaan air bertujuan mendapatkan ketersediaan air yang tepat.
Berdasarkan uraian tersebut diperlukan suatu penelitian dengan
perlakuan tingkat naungan dan ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan
kandungan valeric acid valerian (Valeriana javanica (BL.) DC.). sehingga
diketahui:
1. Seberapa besar tingkat naungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan
dan kandungan valeric acid valerian (Valeriana javanica (BL.) DC).
2. Seberapa besar tingkat ketersediaan air yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan kandungan valeric acid valerian (Valeriana javanica
(BL.) DC).
3. Apakah terdapat hubungan positif antara tingkat naungan dan ketersediaan
air pada pertumbuhan dan kandungan valeric acid valerian (Valeriana
javanica (BL.) DC).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan tingkat naungan yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan
dan kandungan valeric acid tanaman valerian.
2. Mendapatkan tingkat ketersediaan air yang tepat dalam meningkatkan
pertumbuhan dan kandungan valeric acid tanaman valerian.
3. Mengetahui pengaruh antara tingkat naungan dan ketersediaan air terhadap
pertumbuhan dan kandungan valeric acid tanaman valerian.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan rekomendasi
teknik budidaya valerian (Valeriana javanica (BL.) DC) untuk meningkatkan
produksi dan kandungan valeric acid sehingga dapat memenuhi keinginan dari
segi agronomis dan fitofarmaka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Valerian Sebagai Tanaman Obat
Valerian telah dikenal bermanfaat sebagai obat insomnia sejak zaman
Yunani dan Romawi kuno. Hippocrates telah menjelaskan sifat-sifat tanaman
ini. Galen pada awal abad kedua telah mencantumkan valerian dalam resep
sebagai obat insomnia. Selama perang dunia pertama dan kedua valerian
digunakan untuk obat penenang bagi warga sipil yang terkena dampak perang
(Plushner, 2000).
Saat ini valerian masih digunakan untuk mengobati insomnia dan
disebut sebagai alternatif obat-obatan benzodiazepine. Efek samping yang
terjadi bila mengkonsumsi valerian dalam dosis tinggi (500 mg) adalah sakit
perut, lesu, dan depresi sedang. Disarankan tidak mengoperasikan
kendaraan/mesin bila sedang mengkonsumsi valerian, karena efek mengantuk
dapat membahayakan (Houghton, 1999).
Penggunaan valerian untuk meredakan kejang dan menginduksi tidur
berkembang pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas. Valerian adalah
obat resmi di Amerika Serikat pada tahun 1820-1936. Popularitas akar
valerian sebagai ramuan obat penenang tampaknya akan meningkat seiring
dengan tekanan kehidupan modern (Iwu et al., 1993). Valerian telah disetujui
digunakan sebagai bahan makanan oleh Amerika Serikat Food and Drug
Administration (FDA) dan termasuk peringkat 10 herbal yang paling banyak
digunakan di dunia. (Brumback et al., 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Genus Valeriana diperkirakan terdiri atas lebih dari 250 spesies di
seluruh dunia. V. officinale digunakan di Eropa. V. edulis digunakan di
Meksiko, V. wallichii digunakan di India, V. fauriei digunakan dalam
pengobatan tradisional Cina dan Jepang sedangkan V. capensis digunakan
dalam pengobatan tradisional di Afrika (Kristie et al., 2006).
Menurut Hornok (1992) V. officinale L. berasal dari Eropa dan Asia
Bagian Utara. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah
hujan 600 – 700 mm/tahun. Simplisia akar valerian terutama dari jenis V.
officinale L. telah tercantum pada farmakope di negara Barat sebagai obat
tranquilizer dan calmative dalam kasus gangguan syaraf dan hysteria.
Simplisia tersebut juga bermanfaat sebagai sedative (penenang) relaksan,
gram). Hasil ini serupa yang ditunjukan penelitian Kurniawati et al. (2005)
bahwa bobot kering tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) semakin
menurun dengan meningkatnya taraf naungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman,
terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Intensitas cahaya yang
dibutuhkan tanaman cukup beragam, ada tanaman yang membutuhkan cahaya
matahari penuh dan ada tanaman yang tidak tahan terhadap cahaya yang
berlebih. Intensitas cahaya rendah menurunkan hasil bobot kering.
Kombinasi naungan 0% dan ketersediaan air 80% (N0K1)
menghasilkan bobot kering batang yang terberat yaitu 8,00 gram, tidak
berbeda dengan semua perlakuan tanpa naungan (naungan 0%). Bobot kering
batang yang terendah yaitu 1,41 gram dihasilkan perlakuan kombinasi
naungan 75% dan ketersediaan air 20% (N2K4).
4. Bobot kering akar
Pertumbuhan tanaman di bawah kondisi kurang optimum berakibat
kemampuan tumbuh dan produksi menurun. Ketersediaan air berpengaruh
sangat nyata terhadap bobot kering akar, sedangkan tingkat naungan tidak
berpengaruh nyata dan tidak ada interaksi antara kedua perlakuan tersebut
(Lampiran 1).
Bobot kering akar valerian tertinggi mencapai 2,30 gram dihasilkan
pada ketersediaan air 40% berbeda nyata dengan perlakuan yang lain (Tabel
9). Bobot kering akar terendah pada ketersediaan air 20% (1,48 gram)
namun tidak berbeda nyata dengan ketersediaan air 60% (1,52 gram) dan
ketersediaan air 80% (2,07 gram). Hal ini menunjukan bahwa sistem
perakaran berkembang dengan baik bila tersedia air yang optimal, jumlah air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
terlalu banyak menimbulkan cekaman aerasi sedangkan jika jumlahnya
terlalu sedikit menimbulkan cekaman kekeringan.
Tabel 9. Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada bobot kering
akar Valeriana javanica (BL.) DC.) (gram)
Ketersediaan air (% KL)
Naungan Rerata
0 % 55% 75%
80 2,46 1,46 0,64 1,52 a
60 3,64 1,14 1,42 2,07 a
40 4,87 1,03 0,99 2,30 b
20 2,82 1,04 0,59 1,48 a
Rerata 3,45 1,17 0,91 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom atau
baris yang sama berbeda tidak nyata pada uji beda jarak berganda Duncan’s (DMRT 5%) ; KL= Kapasitas lapang
Kombinasi tingkat naungan 0% dan ketersediaan air 40% (N0K3)
menghasilkan bobot kering akar yang terberat yaitu 4,87 gram, sedangkan
perlakuan tingkat naungan 75% dan ketersediaan air 20% (N2K4)
menghasilkan bobot kering akar yang terendah yaitu 0,59 gram.
Bertambah tingkat naungan menyebabkan terjadi penurunan bobot
kering akar, penurunan bobot kering akar tersebut secara berurutan adalah
naungan 0% (3,45 gram) tingkat naungan 55% (1,17 gram) dan tingkat
naungan 75% (0,91 gram). Cahaya sangat berperan sebagai penentu
kelembaban dan temperatur udara. Intensitas cahaya rendah menyebabkan
kelembaban udara tinggi (Lampiran 8). Menurut Sulandjari et al. (2005)
bahwa bobot kering akar berkorelasi negatif sangat nyata dengan kelembaban
udara. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan akar menghendaki
kelembaban udara yang rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
5. Kadar ekstrak totalerial daun
Kadar ekstrak total daun dilakukan dengan mengekstraksi bagian daun
tanaman valerian dengan cara maserasi. Maserasi merupakan cara yang
efektif untuk simplisia yang sudah halus karena memungkinkan direndam
dengan pelarut sehingga dapat melunakkan susunan sel dan zat aktif. Selama
perendaman, cairan pelarut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung senyawa aktif (Anonim, 1986).
Selain cara produksi faktor bahan baku yang berupa simplisia atau
ekstrak tanaman obat juga berpengaruh terhadap mutu obat tradisional
(Anonim, 1986). Ekstrak sebagai bahan awal dianalogikan dengan komoditi
bahan baku obat yang dengan teknologi fitofarmasi diproses menjadi produk
jadi (Anonim, 2000).
Hasil analisis ragam diketahui bahwa tingkat ketersediaan air dan
naungan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar ekstrak total daun tanaman
valerian (Lampiran 1).
Tabel 10. Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada kadar ekstrak
total daun Valeriana javanica (BL.) DC.) (%)
Ketersediaan air (% KL)
Naungan Rerata
0 % 55% 75%
80 29,52 26,30 27,36 27,73
60 29,17 27,32 25,78 27,42
40 30,47 27,79 26,45 28,24
20 30,80 29,06 26,31 28,72
Rerata 29,99 27,62 26,48 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom atau
baris yang sama berbeda tidak nyata pada uji beda jarak berganda Duncan’s (DMRT 5%) ; KL= Kapasitas lapang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Meskipun secara statistik tingkat ketersediaan air dan nauangan tidak
perpengaruh nyata pada kadar ekstrak total daun, namun terlihat bahwa kadar
ekstrak total daun tertinggi mencapai 28,73% dihasikan pada ketersedian air
20% (Tabe 10). Kadar ekstrak total daun terendah pada ketersediaan air 80%
(27,36%), diikuti ketersediaan air 60% (27,43%) dan 40% (28,24%).
Senyawa aktif yang terdapat pada daun Valeriana javanica (BL.) DC.
antara lain alkaloid, saponin, flavonoida dan minyak atsiri (Syamsuhidayat et
al, 1991). Sulandjari at al. (2006) menerangkan bahwa walaupun ada
cekaman kekeringan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman, namun ada kemungkinan yang berbeda terhadap hasil metabolit
sekunder dari tanaman obat. Pada tanaman tertentu pada kondisi kekeringan
akan menghasilkan metabolit sekunder lebih tinggi.
Kombinasi tingkat naungan 0% dan ketersediaan air 20% (N0K4)
menghasilkan kadar ekstrak total daun terbanyak mencapai 30,80%. Kadar
ekstrak total daun terkecil yaitu 25,78% dihasilkan pada kombinasi naungan
75% dan ketersediaan air 60% (N2K2)
Respon tanaman dalam bentuk kadar ekstrak total daun akibat tingkat
ketersediaan air dalam kondisi naungan berbeda sangat barvariasi. Pada
naungan 0% dan naungan 55% respon yang tertinggi dihasilkan pada
ketersediaan air 20% dan kadar ekstrak total daun cendrung menurun sering
meningkatnya ketersediaan air, sedangkan pada naungan 75% kadar ekstrak
total daun tertinggi dihasilkan pada ketersediaan air 80%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
6. Kadar ekstrak total batang
Valerian yang dimanfaatkan sebagai bahan baku obat adalah bagian
akar, namun bagian batangnya juga mengandung senyawa aktif yaitu
alkaloid, saponin, flavonoida dan minyak atsiri (Syamsuhidayat et al, 1991)
sehingga berpotensi sebagai bahan obat.
Analisis ragam pada pengamatan kadar ekstrak total batang
menunjukan bahwa tingkat ketersediaan air berpengaruh sangat nyata,
sedangkan tingkat naungan berpengaruh tidak nyata dan tidak ada interaksi
antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 1).
Tabel 11. Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada kadar ekstrak
total batang Valeriana javanica (BL.) DC.) (%)
Ketersediaan air (% KL)
Naungan Rerata
0 % 55% 75%
80 18,18 15,27 15,29 16,25 a
60 18,67 16,59 16,26 17,17 a
40 19,52 15,60 17,37 17,50 b
20 18,54 17,66 16,32 17,51 b
Rerata 18,73 16,28 16,31 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom atau
baris yang sama berbeda tidak nyata pada uji beda jarak berganda Duncan’s (DMRT 5%) ; KL= Kapasitas lapang
Kadar ekstrak total batang valerian tertinggi (17,51 %) dihasilkan
pada ketersediaan air 20%, menunjukan tidak berbeda nyata dengan
perlakuan ketersediaan air 40% (17,50%) namun berbeda nyata dengan
ketersediaan air 60% (17,17%) dan 80% (16,25%) (Tabel 11). Hal ini diduga
bahwa kekurangan air dapat meningkatkan kadar ekstrak total batang,
komponen ekstrak adalah metabolit primer dan metabolit sekunder. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
tanaman tertentu metabolit sekunder dapat meningkat pada kondisi
lingkungan dalam kondisi kekeringan.
Kombinasi naungan 0% dan ketersediaan air 40% (N0K3)
menghasilkan kadar ekstrak total batang terbesar yaitu 19,52%, sedangkan
perlakuan tingkat naungan 55% dan ketersediaan air 80% (N1K1)
menghasilkan kadar ekstrak total batang terendah yaitu 15,27%.
Kadar ekstrak total batang valerian yang ditanam pada lokasi tidak
ternaungi lebih tinggi dibanding lokasi yang ternaungi. Kadar ekstrak total
batang pada naungan 0% adalah 18,73 % pada naungan 55% (16,28%) dan
naungan 75% (16,31%).
C. Kajian Tanggapan Tingkat Naungan Dan Ketersediaan Air Pada Kandungan Valeric Acid Valeriana javanica (BL.) DC
Tanaman obat yang telah diolah menjadi simplisia dengan kandungan
kimia tertentu sebagai bahan baku obat tradisional bertanggung jawab
terhadap respon biologi pada hewan dan manusia (Anonim, 2000).
Respon kandungan valeric acid pada akar valerian terhadap tingkat
naungan bertolak belakang dengan respon pertumbuhan dan produksi.
Semakin bertambah tingkat naungan menyebabkan kadar valeric acid
semakin meningkat. Pada tingkat naungan 75% menghasilkan kandungan
valeric acid tertinggi mencapai 0,63 % sedangkan pada tingkat naungan 55%
(0,57 %) dan tingkat naungan 0% (0,50%) (Tabel 12). Diduga naungan dapat
mengurangi terjadinya penguapan senyawa aktif terutama yang berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
minyak atsiri, diketahui valeric acid yang merupakan minyak esensial dari
golongan sesquiterpen.
Tabel 12. Pengaruh tingkat naungan dan ketersediaan air pada kandungan
valeric acid akar Valeriana javanica (BL.) DC.) (%)
Ketersediaan air (% KL)
Naungan Rerata
0 % 55% 75%
80 0,64 0,51 0,69 0,61
60 0,62 0,75 0,67 0,68
40 0,33 0,62 0,46 0,47
20 0,40 0,40 0,71 0,50
Rerata 0,50 0,57 0,63 Naungan menyebabkan terjadinya penurunan intensitas cahaya dan
meningkatkan kelembaban udara (Lampiran 8). Sulandjari et al. (2005)
menyatakan bahwa naungan menyebabkan aktivitas fotosintesis dan
transpirasi menurun, tetapi dapat memacu pembentukan metabolit sekunder
pada tanaman pule pandak sebagai mekanisme pertahanan secara fisiologis
tanaman akibat tekanan lingkungan. Hasil yang serupa ditunjukkan
penelitian Morais et al. (2006) bahwa naungan dapat meningkatkan kualitas
kopi dalam hal komposisi biokimia yang termasuk kadar kofein, minyak dan
asam klorogenat. Hasil penelitian Musyarofah et al. (2007) bahwa naungan
65% menghasilkan kandungan tanin yang lebih tinggi dibandingkan pada
naungan 55%, namun Steroid lebih banyak dijumpai pada pegagan di bawah
naungan 55% dibanding naungan 65%.
Respon kandungan valeric acid tanaman valerian akibat tingkat
ketersediaan air pada beberapa kondisi naungan akan berbeda-beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Perlakuan naungan 0% menghasilkan kandungan valeric acid tertinggi
(0,64%) saat ketersediaan air 80%, pada naungan 55% menghasilkan
kandungan valeric acid tertinggi (0,75%) saat ketersediaan air 60%
sedangkan pada naungan 75% kandungan valeric acid tertinggi (0,71%)
dihasilkan saat ketersediaan air 20%.
Kandungan valeric acid dihasilkan pada tingkat cekaman air sedang,
hal ini dapat terlihat bahwa pada ketersediaan air 60% menghasilkan
kandungan valeric acid tertinggi yakni mencapai 0,68% dan berurutan diikuti
ketersediaan air 80% (0,60%), ketersediaan air 20% (0,50%) dan ketersediaan
air 40% (0,47%). Senyawa aktif tanaman dapat ditingkatkan pada keadaan
ketersediaan air berbeda-beda.
Penelitian Khaerana et al. (2008) menghasilkan kandungan
xanthorrhizol tertinggi diperoleh pada tanaman yang dipanen umur 7 bulan
dan tanpa mendapatkan cekaman kekeringan. Kandungan xanthorrhizol
terendah diperoleh pada tanaman yang dipanen pada umur 7 bulan dengan
cekaman kekeringan selama 4 minggu sebelum panen. Penelitian
Anggarwulan et al. (2008) menghasilkan kadar polifenol tertinggi pada
tanaman kimpul (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott.) diperoleh pada
ketersediaan air 40%.
Respon kandungan valeric acid yang terdapat pada valerian akibat
tingkat naungan dan ketersediaan air cukup bervariasi. Kombinasi naungan
55% dan ketersediaan air 60% (N1K2) menghasilkan kandungan valeric acid
tertinggi yakni mencapai 0,75% sedangkan pada kombinasi naungan 0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
(tanpa naungan) dan ketersediaan air 40% (N0K3) menghasilkan kandungan
valeric acid terendah yaitu 0,33%. Hal ini diduga bahwa cekaman
lingkungan yang berupa stress air dan stress cahaya dapat merangsang
sintesis metabolit sekunder.
Penelitian Cheruiyot et al. (2007) menghasilkan Akumulasi polifenol
tinggi pada tanaman teh (Camelia sinensis L.) yang mendapat perlakuan
ketersediaan air terbatas (14% kapasitas lapang) selama 12 minggu.
Tanaman pada lingkungan yang mengalami cekaman akan meningkatan
biosintesis metabolit sekunder yang berperan sebagai usaha
mempertahankan diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Naungan 55% (28.120 lux) dan 75% (14.760 lux) berpengaruh
meningkatkan kandungan valeric acid. Tanaman valerian pada naungan
55% dan ketersediaan air 60% menghasilkan valeric acid tertinggi
(0,75%).
2. Pertumbuhan dan produksi tanaman valerian tanpa naungan (jumlah daun,
diameter batang, jumlah cabang, panjang akar, bobot segar tanamn, bobot
kering tanaman, kadar ekstrak total daun, dan kadar ekstrak total batang)
lebih baik daripada dengan naungan.
3. Tingkat ketersediaan air 80% berpengaruh meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah ruas, bobot kering daun dan bobot kering batang.
Sedangkan tingkat ketersediaan air 20% berpengaruh meningkatkan kadar
ekstrak total daun dan kadar ekstrak total batang.
4. Produksi optimal (bobot kering akar 3,64 gram dan kandungan valeric
acid 0,62%) dihasilkan pada tanpa naungan dan ketersediaan air 60%.
B. Saran
1. Valerian dapat dibudidayakan dan menghasilkan Valeric acid optimal
ditempat terbuka pada kondisi ketersediaan air 60% di daerah dataran
tinggi.
2. Perlu dilakukan penelitian untuk pengembangan valerian dengan strategi
lain selain faktor air dan cahaya (naungan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
DAFTAR PUSTAKA Anggarwulan, E., Solichatun, W. dan Mudyantini. 2008 Karakter Fisiologi
Kimpul (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) pada Variasi Naungan dan Ketersediaan Air. Biodiversitas 9 (4) 264-268.
Anonim, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Dirjen POM.
Jakarta. Arifin, M. S. 2002. Cekaman air dan Kehidupan Tanaman. Universitas
Brawijaya. Malang. Brumback W. E., and L. J. Mehrhoff. 2004. Flora Conservanda: New England.
Rhodora 98: 233-361. Campanha, M., M. Silca., R. H. Freitas., G.B. Martinez., H. E. Gracia and S.L.
Fing, 2005. Growth and yield of coffee pants in agroforestry and monoculture system in Minas Gerais, Brazil, Agroforestry Syst. 63 (1): 75-82.
Cheruiyot, E.K., L.M. Mumera., W.K. Etich., A. Hassanali., and F. Wachira.
2007. Polyphenols as potential indicators for drought tolerance in tea (Camelia sinensis L.). Bioscience, Biotechnology and Biochemistry 71 (9): 2190-2197.
Dalimarta, S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. PT. Puspa Swara.
Jakarta. Daniel, T. W., J.A. Helms and F.S. Baker, 1992. Prinsip-Prinsip Silvikultur
(Terjemahan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Dechaine, J.M., G. Gardner and C. Weinig. 2009 Phytochromes differentially
regulate seed germination responses to light quality and temperature cues during seed maturation. Plant Cell Environ. 32, 1297–1309.
Fitter, A.H. and R.K.M. Hay. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman Penerjemah:
Andani, S. dan E.D. Purbayanti. UGM Press. Yogyakarta. Gardner, F.P., R. B. Pearce and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Terjemahan Susilo, H. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Harjadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Herbert, R. B. 1995, Biosintesis Metabolit Sekunder Edisi 2 Terjemahan Srigandono, B., IKIP Press, Semarang.
Hikino H., Y. Hikino., R. Nakamara., M. Ono and T. Takemoto. 2002
Constituents of wild Japanese valerian root. Yakugaku Zasshi 92 (3):498-502.
Hornok, L. 1992. Cultivation and Processing of Medicinal Plants. John Wiley
and Sons, London Houghton, P. J. 1999. The scientific basis for the reputed activity of Valerian. J
Pharm Pharmacol 51:505-512. Islami, T. dan W. H. Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang. Iwu M. M. 1993. Handbook of African medicinal plants. Boca Raton: CRC Press,
2 : 64-65 Khaerana., G. Munif dan E. D. Purwakusumah. 2008. Pengaruh Cekaman
Kekeringan dan Umur Panen Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Xanthorhizol Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb. Bul. Agrom. 36 (3)241 – 247.
Kristie, C., L. C. Theresa and V. Sunita. 2006. Valerian: Practical management of
adverse effects and drug interactions. Clinical Brief 139:39-41. Kurniawati. A. Ġ., L. K. Darusman dan Y. R. Rani. 2005. Pertumbuhan, Produksi
dan Kandungan riterpenoid Dua Jenis Pegagan (Centella asiatica L. (Urban)) Sebagai Bahan Obat pada Berbagai Tingkat Naungan Bul. Agron. (33) (3) 62 – 67.
Lakitan, B. 1995. Hortikultura; Teori, Budidaya dan Pasca Panen, PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. Lawlor, D. W. 2002. Limitation to photosynthesis in water-stress leaves:stomata
vs metabolism and role of ATP. Annals of Botany 89: 871-885. Levitt, J. 1980. Responses of Plant to Environmental Stresses. Academic Press.
New York. Manitto, P. 1992. Biosynthesis of Natural Producs, John Wiley & Sons. New
York. Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press.
London.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Moftah, A and E. Abdurahman, I. H 2005. Effects of Antitranspirants on Water Relations and Photosynthetic Rate of Cultivated Tropical Plant (Polianthes tuberose L.). Pol. J. Ecol. 53 (2): 165 – 175.
Morais, H., P. Caramori., A. M. Ribeiro., J. C. Gomes and M. S. Koguishi. 2006.
Microclimiatic characterization and productivity of coffee plants grown under shade of pigeon pea in Southern Brazil. Peq. Agropec. 41(5):763-770
Musyarofah, N., S. Susanto., A. Sandra dan S. Kartosoewarno. 2007. Respon
Tanaman Pegagan (Centella asiatica L. Urban) Terhadap Pemberian Pupuk Alami di Bawah Naungan. Bul. Agron. (35) (3) 217 – 224.
Niken, C. 2009. Identifikasi Morfologi dan Ekologi Valerian (Valerine javanica
(BL.)DC) di Gunung Lawu. Skripsi. F.Pertanian. UNS. Surakarta. Oktavidiati, E., M.A. Chozin., N. Wijayanto., M. Ghulamahdi dan L. K.
Darusman, 20011 Pertumbuhan Tanaman dan Kandungan Total Filantin dan Hipofilantin Aksesi Meniran (Phyllanthus sp. L) Pada Berbagai Tingkat Naungan. Jurnal Littri. 17(1), 2011.
Plushner, S. L. 2000. Valeriana officinalis. Am J Health Syst Pharm. 5 (7) : 333-
335. Prakash, M and K. Ramachandran. 2000 Effects of chemical ameliorants in brinjal
(Solanum melongena L.) under moisture stress conditions. – J. Agron. Crop Sci. 185: 237–239.
Prawiranata, W., S. Haran dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar-Dasar Fiologi
Tumbuhan. Jilid II. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Plushner, S. L. 2000. Valeriana officinalis. Am J Health Syst Pharm. 5 (7) : 333-
335. Rahardjo, M., S.M.D. Rosita., R. Fathan dan Sudiarto. 1999. Pengaruh cekaman
air terhadap mutu simplisia pegagan (Centella asiatica L.). Jurnal Littri 5 (3): 92- 97.
Rahardjo, M. dan I. Darwati. 2000. Pengaruh cekaman air terhadap produksi dan
mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L.). Jurnal Littri 6 (3): 73-79. Rosita S.D., M. Nurhayati dan M. Raharjo. 2008 Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
Terhadap Hasil Akar dan Kadar Minyak AtsiriValerian (Valeriana officinalis L.), Jurnal Bahan Alam Indonesia 6 (4):149-155.
Salisbury, F. B and C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Terjemahan
Diah R. Lukman dan Sumaryono. ITB. Bandung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Sharma, M. U., K. Jain., A. Patel and N. Gupta 2010. A Comprehensive
Pharmacog-nostic Report on Valerian. IJPSR 1 (7):6-40. Sitompul, S. M dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta. Suhartono, R. A., Z. M. Sidqi dan A. Khoiruddin. 2008. Pengaruh Interval
Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine max L.) pada Berbagai Jenis Tanah. Embryo 5 (1): 98-112
Sukarman., I. Darwati dan D. Rusmin. 2000. Karakter morfologi dan fisiologi
tapak dara (Vinca rosea L.) pada beberapa cekaman air. Jurnal Littri 6 (2): 50-54.
Sulandjari., S. Pramono., S. Wisnubroto dan D. Indradewa. 2005. Hubungan
Mikroklimat dengan Pertumbuhan dan Hasil Pule Pandak (Rouvolfia serpentine Benth.) Agrosains 7(2):71-76.
Sulanjari, 2008. Tanaman Obat Rouvolfia serpentine – Ekofisiologi dan
Budidaya, Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta. Syamsuhidayat, S dan J. R. Hutapea, 1991. Inventarisasi Tumbuhan Obat
Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. Thies, P. W dan S. Funke. 1996. On the active ingredients in baldrian. Detection
and isolation of isovalerian acid esters with sedative effect from roots and rhizomes of various valerian and kentranthus species. Tetrahedron Lett. 11:1155-62.
Tucci M. S., M. A. Bovi., S. H. Spiering and S. Machado. 2000 – Stomatal
frequency and size in leaves of pejibaye (Bactris gasipaes Kunth). – Acta Hort. 516: 145–154.
Verpoorte, R. 1987. Plant Cell Culture as Tool in the Production on Secondary
Metabolites Prospects and Problems. Pharmaceutical Science, Netherland. _________. 2000. Metabolic Engineering of Plant Secendary Metabolism,
Kluwer Academic Publishers. London. Widiyastuti., L. Tohari dan E. Sulistyaningsih. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya
dan Kadar Dominosida Terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan dalam Pot. Ilmu Pertanian 11 (2):35 – 42.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Lampiran 1. Ringkasan Uji F terhadap variabel pengamatan pada perlakuan tingkat naungan dan ketersediaan air serta interaksinya terhadap Valerian (Valeriana javanica (BL,) DC.)
No Variabel pengamatan Ketersediaan
air Tingkat naungan
Interaksi
1,, Tinggi tanaman ns ns ns 2, Diameter batang ** ns ns 3, Jumlah daun ** ns ns 4, Jumlah ruas * * ns 5, Jumlah cabang ** ns ns 6, Panjang akar ** ns ns 7, Bobot segar tanaman ** * ns 8, Bobot kering daun ** * ns 9, Bobot kering batang ** * ns 10. Bobot kering akar ** ns ns 11, Kadar ekstrak total daun ns ns ns 12, Kadar ekstrak total batang ** ns ns
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Lampiran 2. Hasil uji F pada tingkat naungan dan ketersediaan air serta interaksinya terhadap Valerian (Valeriana javanica (BL,) DC.)