Top Banner
IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Shigella sp. TERHADAP JAJANAN CILOK PADA LINGKUNGAN SD NEGERI DI CIRENDEU, PISANGAN, DAN CEMPAKA PUTIH Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H/2016M
85

Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

Feb 07, 2018

Download

Documents

buinhan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN

Shigella sp. TERHADAP JAJANAN CILOK PADA

LINGKUNGAN SD NEGERI DI CIRENDEU,

PISANGAN, DAN CEMPAKA PUTIH

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

Aris Rivaldi Wicaksono

NIM : 1113103000017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438H/2016M

Page 2: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 18 Oktober 2016

Aris Rivaldi Wicaksono

Materai

6000

Page 3: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

iii

IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Shigella sp. PADA CILOK

YANG DIJUAL DI LINGKUNGAN SD NEGERI DI KELURAHAN

CIRENDEU, PISANGAN, DAN CEMPAKA PUTIH

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh :

Aris Rivaldi Wicaksono

NIM. 1113103000017

Menyetujui,

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Yuliati, S.Si, M.Biomed dr. Achmad Lutfhi, Sp.B, KBD NIP.

19690915 200801 2 022 NIP. 19660420 199412 1 001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438H/ 2016M

Page 4: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN

Shigella sp. PADA CILOK YANG DIJUAL DI LINGKUNGAN SD NEGERI

DI KELURAHAN CIRENDEU, PISANGAN, DAN CEMPAKA PUTIH

yang diajukan oleh Aris Rivaldi Wicaksono (NIM 1113103000017), telah

diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 18

Oktober 2016. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran

dan Profesi Dokter.

Jakarta, 18 Oktober 2016

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

Yuliati, S.Si, M.Biomed

NIP. 19690915 200801 2 022

Pembimbing I

Yuliati, S.Si, M.Biomed

NIP. 19690915 200801 2 022

Pembimbing II

dr. Achmad Lutfhi, Sp.B, KBD

NIP. 19660420 199412 1 001

Penguji I

dr. Intan Keumala Dewi, Sp.MK

NIDN. 2004107302

Penguji II

dr. Riva Auda, Sp.A, M.Kes

NIP. 19761217 200801 2 015

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN

Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes

NIP. 19650808 198803 1002

Kaprodi PSKPD

dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT

NIP. 19780507 200501 1 005

Page 5: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya. Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan

kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW serta kepada keluarga, para

sahabat dan seluruh ummatnya sampai akhir zaman.

Dalam pembuatan laporan penelitian ini, penulis merasakan kesulitan ,

kebingungan, kegundahan ketika prosesnya tidak sesuai dengan yang

dibayangkan dan direncanakan. Namun dengan segala dukungan, doa dan

bimbingan dari berbagai pihak, hambatan tersebut tidak menurunkan semangat

saya untuk segera menyelesaikan laporan ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak, diantaranya:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT , selaku Ketua Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D, selaku Penanggung Jawab Riset untuk PSKPD

angkatan 2013

4. Bu Yuliati, S.Si, M.Biomed dan dr. Achmad Luthfi, Sp.B, KBD selaku

Dosen Pembimbing, yang telah memberi pengarahan dan bantuan dalam

bentuk apapun kepada penulis hingga laporan penelitian ini dapat selesai

dengan baik. Terima kasih atas waktu, tenaga dan pemikiran yang telah

ibu dan dokter berikan untuk kelancaran penelitian saya.

5. Dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD KGEH, selaku Pembimbing Akademik

yang memberikan doa dan dukungannya kepada penulis.

6. Kedua orangtuaku tercinta, Sawiono dan Titik Nur Qomariyah yang selalu

memberikan dukungan penuh atas apa yang saya jalani

Page 6: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

vi

7. Seluruh keluarga Uyung, mas Hafiz dan dedek Uwais yang selalu

memberikan semangat

8. Sahabat tercinta Saris, Fahmi, Bagus, Inul dan Yusuf yang selalu support

di tiap waktu.

9. Zenitra Hizba R, Risna Wahyu AP, Zahrotu Romadon teman sekelompok

riset saya, yang selalu saling support dan membantu satu sama lain, tanpa

kalian aku tak berdaya.

10. Tak terlupakan teman-teman OREO CIMSA UIN 2015-2016 yang selalu

dapat membuat hati merasa nano-nano di sela-sela kegiatan perkuliahan

11. Kak Novi, Mas Irul, Mas piyo, dan Bapak Satpam Pascasarjana yang

membantu kelancaran saya melakukan penelitian di Laboratorium

Mikrobiologi kapanpun waktunya.

12. Teman sejawat saya yang selama ini menempuh pendidikan preklinik

bersama dan akan terus bersama sampai lulus nanti. Semoga kita selalu

kompak dalam kebaikan dan kesuksesan “TREITZ PSKPD 2013”

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

memperlancar proses pengerjaan laporan penelitian ini

Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu saya sangat

mengharapkan kritik dan saran atas kurang dan kekeliruan dalam penelitian ini,

agar penelitian ini dapat terus dilanjutkan dan bermanfaat untuk berbagai pihak.

Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat

bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Ciputat, 18 Oktober 2016

Aris Rivaldi

Page 7: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

vii

ABSTRAK

Aris Rivaldi Wicaksono. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Identifikasi Bakteri Escherichia coli dan Shigella sp. pada Cilok yang Dijual

di Lingkungan SD Negeri di Kelurahan Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka

putih. 2016.

Latar Belakang: Angka Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan di Indonesia

tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di Sekolah Dasar

(SD) umumnya disebabkan oleh kontaminasi bakteri patogen. Pada tahun 2014

sebanyak 23,82% Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di Indonesia dinyatakan

tidak memenuhi syarat oleh Bapan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Cilok

merupakan salah satu makanan jajanan yang sering ditemui di lingkungan SD,

perlu diwaspadai kemungkian cilok dapat menyebabkan keracunan pangan oleh

bakteri (foodborne disease). Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi bakteri

Escherichia coli dan Shigella sp. pada jajanan cilok pada SD Negeri di kelurahan

Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih. Metode penelitian menggunakan desain

deskriptif cross sectional. Hasil menunjukkan semua 5 sampel cilok (100%) yang

diuji tidak melebihi ambang batas aman sebesar 1 x 105

CFU/gram dan

teridentifikasi Escherichia coli dan Shigella sp. pada cilok yang diuji.

Kesimpulan menunjukkan bahwa terdapat 1 sampel dari 5 sampel cilok

mengandung Escherichia coli (20%) dan terdapat 3 sampel dari 5 sampel cilok

mengandung Shigella sp. (60%).

Kata kunci: Cilok, Escherichia coli, Shigella sp., Uji biokimia, pewarnaan

Gram, foodborne disease

Page 8: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

viii

ABSTRACT

Aris Rivaldi Wicaksono. Medical Education Study Program. Bacterial

Identification’s of Escherichia coli and Shigella sp. in Cilok Street Food in

Elementary School Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih. 2016.

Background :There are 61 poison outbreak incidence that recorded in Indonesia,

cause of poison outbreak in primary school was contamination of bacterial

pathogens. On 2014, there was 23,82% of street foods on primary school children

in Indonesia cannot not fulfilled requirement by BPOM. Cilok is one of the street

food which often be seen around primary school, it need to watch out the

possibility cilok can cause food poisoning (foodborne disease). The objective of

this study study was descriptif cross sectional. The aim of this study was to

identification of Escheria coli dan Shigella sp on cilok in primary school of

Cirendeu, Pisangan and Cempaka Putih. The results showed all 5 samples

(100%) are not exceeding the safe level for 1 x 105

CFU/gram and identified

contamination of Escherichia coli and Shigella Sp. Conclution of this study shows

that in 5 samples there is 1 positive confirmed result of Escherichia coli (20%)

and 3 samples expected as Shigella sp. (60%).

Key words : Cilok, Escherichia coli, Shigella sp., Bacterial biochemical test,

Gram staining, foodborne disease

Page 9: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xv

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5

2.1. Landasan Teori ......................................................................................... 5

2.1.1. Makanan jajanan dan Pencemarannya ........................................................ 5

2.1.2 Cilok sebagai Makanan Jajanan .............................................................. 7

2.1.3 Bakteri Escherichia coli.......................................................................... 8

2.1.4 Bakteri Shigella sp ................................................................................ 14

2.1.5 Metode perhitungan bakteri ................................................................. 16

2.1.6 Uji Biokimia ......................................................................................... 17

2.2. Kerangka Teori ............................................................................................ 24

2.3. Kerangka Konsep ......................................................................................... 25

2.4. Definisi Operasional .................................................................................... 26

BAB III ................................................................................................................. 27

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 27

Page 10: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

x

3.1 Desain Penelitian .......................................................................................... 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 27

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................... 27

3.3.1 Populasi Penelitian ................................................................................ 27

3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 27

3.4 Variabel Penelitian ........................................................................................ 28

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 28

3.5.1 Alat Penelitian....................................................................................... 28

3.5.2 Bahan Penelitian ................................................................................. 28

3.6. Cara Kerja Penelitian ................................................................................... 28

3.6.1. Tahap Persiapan ................................................................................... 28

3.6.2. Pembuatan Media dan Penanaman Sampel ......................................... 29

3.7 Alur Penelitian .............................................................................................. 35

3.8 Managemen Data .......................................................................................... 35

BAB IV ................................................................................................................. 36

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 36

4.1 Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 36

4.1.1. Hasil Perhitungan Koloni Bakteri dengan Metode TPC ................. 36

4.1.2 Identifikasi Bakteri terhadap Sampel dengan Media Spesifik dan

Pewarnaan Gram ............................................................................................ 39

4.1.3 Uji Konfirmasi dengan Menggunakan Uji Biokomia ..................... 42

4.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 51

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 52

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 52

5.2 Saran ....................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54

LAMPIRAN .......................................................................................................... 60

Page 11: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

xi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori............................................................................... 24

Bagan 2.2 Kerangka Konsep .......................................................................... 25

Bagan 3.1 Alur Penelitian .............................................................................. 35

Page 12: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Operasional 26

Tabel 4.1 Jumlah Koloni Setiap Sampel Sesuai Rumus 37

Tabel 4.2 Interpretasi Penghitungan pada Setiap Sampel 37

Tabel 4.3 Identifikasi Bakteri Berdasarkan Warna Koloni yang Dihasilkan 39

Tabel 4.4 Hasil Uji Biokimia pada Tiap Koloni pada Media EMB 43

Tabel 4.5 Hasil Uji Biokimia pada Tiap Koloni pada Media SSA 48

Page 13: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Makanan Jajanan Cilok 8

Gambar 2.2 Struktur dan Antigen Bakteri Escherichia coli 10

Gambar 2.3 Patogenesis EPEC 12

Gambar 2.4 Patogenesis Shigella sp 15

Gambar 2.5 Hasil Uji MR 18

Gambar 2.6 Hasil Uji VP 19

Gambar 2.7 Hasil Uji SIM 20

Gambar 2.8 Hasil Uji Sitrat 21

Gambar 2.9 Hasil Uji TSIA 22

Gambar 4.1 Pertumbuhan Koloni pada Media NA dengan Pengenceran 10-3

dan 10-4

36

Gambar 4.2 Hasil Koloni pada Media EMB dan SSA 41

Gambar 4.3 Hasil Perwarnaan Gram pada Media EMB dan SSA.....................42

Gambar 4.4 Hasil Uji Biokimia Fermentasi Karbohidrat, Uji TSIA dan Uji

IMVIC pada Koloni Hijau Kilap Logam 47

Gambar 4.5 Hasil Uji Biokimia Fermentasi Karbohidrat, Uji TSIA dan Uji

IMVIC pada Koloni Putih Transparan 51

Page 14: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat dan Bahan Penelitian 59

Lampiran 2 Cara Kerja Penelitian 63

Lampiran 3 Hasil Total Plate Count 65

Lampiran 4 Hasil Perhitungan Penelitian 67

Lampiran 5 Riwayat Penulis 68

Page 15: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

xv

DAFTAR SINGKATAN

ALT : Angka Lempeng Total

BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan

CNF : Cytotoxic Necrotizing Factor

DAEC : Diffusely Adherent Escherichia coli

EAEC : Enteroagregative Escherichia coli

EHEC : Enterohemorrhagic Escherichia coli

EIEC : Enteroinvasive Escherichia coli

EMB : Eosin Methylen Blue

ETEC : Enterotoxigenic Escherichia coli

EPEC : Enteropathogenic Escherichia coli

FAO : Food and Agriculture Organization

KKU : Karbol Kristal Ungu

KLB : Kejadian Luar Biasa

LT : Labile Toxin

MR : Methyl Red

NA : Nutrient Agar

NB : Nutrient Broth

PJAS : Pangan Jajanan Anak Sekolah

SIM : Sulfur Indole Moility

SPC : Standart Plate Count

Page 16: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

xvi

SSA : Salmonella Shigella Agar

ST : Stabile Toxin

Stx : Shiga Toxin

TPC : Total Plate Count

TSIA : Triple Sugar Iron Agar

VP : Voges Proskauer

WHO : World Health Organization

Page 17: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di Indonesia diketahui

mengalami perburukan, hal ini ditunjukkan dengan data perbandingan menurut

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2014 terjadi penurunan profil

PJAS dari tahun 2013 yakni dari 80,79% turun menjadi 76,18%. Menurut laporan

BPOM tahun 2013 terdapat 7 jenis pangan yang diuji yaitu: bakso, jelly/agar-

agar/produk gelatin lainnya, minuman es (es mambo, lolipop, es lilin, es cendol,

es campur, dan sejenisnya), mie, minuman berwarna dan sirup, kudapan (makanan

gorengan seperti bakwan, sosis, batagor, empek-empek, cilok, lontong, dan lain-

lain), makanan ringan (kerupuk, keripik, produk ekstrusi dan sejenisnya). Lalu

semua sampel tersebut diuji dan teridentifikasi 4 makanan tertinggi yang tidak

layak konsumsi yaitu minuman berwarna dan sirup, kategori es, jelly atau agar-

agar, dan bakso.1,2,3

Menurut BPOM tahun 2013 penurunan keadaan PJAS tersebut bisa

dikarenakan penggunaan bahan berbahaya untuk pangan, penggunaan bahan

tambahan pangan melebihi batas maksimal, tercemar logam berat melebihi batas

maksimal, kualitas mikrobiologis yang tidak sesuai dengan syarat. Penyebab

penurunan keadaan PJAS pada tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013

adalah dari tingginya pencemaran mikrobiologi.2,3

Menurut laporan BPOM tahun 2015 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)

keracunan pangan dan tercatat 61 kejadian/kasus yang berasal dari 34 Provinsi

menunjukkan proporsi angka kesakitan dan angka kematian pada kasus KLB

keracunan makanan pada periode Januari-Desember tahun 2015 bahwa jumlah

kasus tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat dengan frekuensi sebanyak 12 KLB,

lalu pada provinsi Banten terjadi KLB sebanyak 3 frekuensi. Kemudian untuk

jenis pangan penyebab KLB keracunan makanan tertinggi berasal dari rumah

tangga sebanyak 25 kejadian (40,98%), lalu disusul dari pangan jajanan sebanyak

14 kejadian (22,95%), pangan jasa boga sebanyak 13 kejadian (21,31%), dan pada

Page 18: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

2

pangan olahan sebanyak 9 kejadian (14,75%). Menurut tempat/lokasi kejadian

KLB keracunan pangan pada tahun 2015 tertinggi berasal dari tempat tinggal

sebanyak 20 kejadian (32,79%), disusul berturut-turut lembaga pendidikan

sebanyak 17 kejadian (27,87%), kantor/pabrik sebanyak 8 kejadian (13,11%),

tempat terbuka sebanyak 7 kejadian (11,48%), asrama/pesantren sebanyak 4

kejadian (6,56%), dan lain-lain seperti hotel, masjid, panti asuhan, restoran, dan

gedung pertemuan masing-masing sebanyak 1 kejadian (1,64%). Pada KLB

keracunan makanan di Sekolah Dasar umumnya disebabkan oleh pangan jajanan

yang terkontaminasi bakteri patogen.4

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2004

tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan memberikan wewenang kepada

BPOM untuk melaksanakan pengawasan mutu, keamanan dan gizi pangan yang

beredar di Indonesia. Menurut laporan BPOM tahun 2013, higiene dan sanitasi

masih menjadi masalah serius dalam produksi pangan di Indonesia. Hal ini

dibuktikan dengan temuan kandungan mikroba dalam sampel pangan yang

nantinya makanan tersebut dapat menimbulkan penyakit (foodborne disease).3,5

Terjadinya foodborne disease dapat disebabkan oleh tertelannya bahan

makanan yang tercemar bahan kimia atau mikroorganisme. Mikroorganisme

penyebab foodborne disease salah satunya adalah bakteri. Beberapa bakteri

penyebab foodborne disease pada negara berkembang diantaranya adalah

Escherichia coli strain Enterotoxigenic (10-20%), Escherichia coli strain

Enteropatogenik (1-5%) dan Shigella sp. (5-15%). Escherichia coli biasanya

ditemukan di saluran pencernaan manusia, sementara itu kebanyakan strain

merupakan strain merugikan. Infeksi Escherichia coli biasanya ditransmisikan

melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces. Sumber makanan

yang tersering mengalami kontaminasi Escherichia coli adalah daging yang tidak

matang dan susu mentah. Bakteri Shigella merupakan genus bakteri yang dapat

menyebabkan diare berdarah/disentri, bakteri ini transmisi ke manusia melalui

konsumsi makanan dan air yang terkontaminasi, dan sering terdapat pada salad

atau sayuran mentah. Kedua bakteri ini bisa menyebabkan penyakit diare

akut.6,7,8,9,10

Page 19: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

3

Cilok dapat mengalami kontaminasi bakteri penyebab foodborne disease.

Oleh karena hal tersebut peneliti melakukan identifikasi bakteri Escherichia coli

dan Salmonella sp. pada jajanan cilok yang dijual di lingkungan Sekolah Dasar

Negeri di Kelurahan Cirendeu, Pisangan dan Cempaka Putih untuk mengetahui

apakah cilok aman dikonsumsi oleh anak Sekolah Dasar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat cemaran bakteri pada jajanan cilok yang dijual di sekitar

lingkungan SD Negeri di Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih?

2. Apakah terdapat bakteri Shigella sp. dan Escherichia coli pada pengujian

uji biokimia pada koloni yang tumbuh di media spesifik?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya bakteri Escherichia coli dan Shigella sp. pada

jajanan cilok yang dijual di lingkungan SD Negeri di Cirendeu, Pisangan, dan

Cempaka Putih.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jumlah koloni bakteri pada jajanan cilok dengan

berbagai konsentrasi yang dijual di lingkungan SD Negeri Cirendeu,

Pisangan, dan Cempaka Putih.

2. Untuk mengkonfirmasi adanya bakteri Shigella sp. dan Escherichia

coli melalui pengujian uji biokimia pada jajanan cilok yang dijual di

lingkungan SD Negeri di Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih.

Page 20: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

4

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama

menjalani pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam

mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri dari makanan serta uji

biokimia bakteri.

3. Memperoleh pengalaman dalam proses pembuatan karya ilmiah yang

berhubungan dengan ilmu kedokteran.

4. Sebagai syarat kelulusan pendidikan pre-klinik Program Studi

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 21: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Makanan jajanan dan Pencemarannya

Makanan jajanan menurut FAO (Food and Agricultural Organization)

adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang

kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung

dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut.11

Makanan yang dikonsumsi yang berasal dari makanan jajanan bisa

berpotensi menjadi makanan tidak aman dan bisa menyebabkan penyakit atau

disebut dengan foodborne disease. Foodborne disease bisa disebabkan oleh

keracunan toksin atau bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh, tetapi penyebab

tersering foodborne disease disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit. Beberapa

bakteri yang bisa menyebabkan foodborne disease seperti Campylobacter sp.,

Clostridium botulinum, Clostridium perfringens, Escherichia coli, Listeria

monocytogenes, Salmonella sp., Shigella sp., Vibrio sp.6,11,12

Berbagai macam makanan bisa tercemar oleh bakteri, termasuk juga cilok

yang terbuat dari daging ayam, tepung kanji, telur dan berbagai macam rempah.

Daging ayam termasuk sumber bahan makanan protein yang mengandung kadar

air tinggi dan nutrien sehingga dapat menunjang pertumbuhan bakteri. Komposisi

daging yaitu air 56%, lemak 24%, protein 22%, dan bukan protein terlarut

(karbohidrat, garam organik, nitrogen terlarut, mineral dan vitamin) 3,5% serta

sering mengandung bakteri yang dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri lain.

Faktor intrinsik yang menunjang pertumbuhan bakteri pada daging terdiri dari air,

nutrisi, kondisi pH daging sekitar 5,6-5,8 setelah penyembelihan yang

menyebabkan bakteri tumbuh dengan baik karena hampir seluruh bakteri tumbuh

optimal pada pH 7 dan tidak tumbuh di pH <4 atau >9. Pada faktor ekstrinsik

yang menunjang pertumbuhan bakteri termasuk kandungan oksigen, suhu serta

kondisi daging. Selain itu, pertumbuhan utama bakteri berasal dari bahan

Page 22: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

6

makanan. Bakteri yang terdapat pada hewan hidup dapat bertahan hingga proses

pengolahannya selesai, proses penyembelihan dan pemotongan ayam dapat

meningkatan penularan bakteri dari satu unggas ke unggas lainnya. Bakteri yang

biasanya terdapat pada daging yaitu Campylobacter, Salmonella sp., Escherichia

coli., Yersinia enterolitic., dan Listeria monocytogenes. Selain bahan-bahan untuk

membuat cilok juga terdapat bahan pendamping saat memakan cilok seperti saus

tomat, kecap, sambal, dan bumbu penyedap rasa.13,14

Menurut Karlah, Fatimawali dan Novel (2014) pada penelitian analisis

cemaran bakteri coliform yang menggunakan sampel saus tomat pada jajanan

bakso tusuk yang dijual di daerah Manado dengan menggunakan metode Angka

Lempeng Total (ALT) menunjukkan bahwa pada 12 sampel saus tomat yang

digunakan, semua sampel dinyatakan dinilai tidak memenuhi syarat kesehatan

mutu berdasarkan SNI 01-3546-2004 tentang batas cemaran mikroba.

Untuk menghindari terjadinya pencemaran makanan oleh mikroorganisme

yang menyebabkan foodborne disease, beberapa hal bisa dilakukan menurut

WHO (World Health Organization) diantaranya menjaga agar tetap tetap bersih,

pisahkan makanan matang dan mentah, masak dengan utuh/matang, simpan

makanan pada suhu yang tepat, gunakan air dan bahan mentah yang aman.16

Menjaga kebersihan sebelum, saat, dan setelah mengolah makanan

merupakan hal yang esensial, contohnya adalah dengan mencuci tangan sebelum

memegang makanan dan saat menyiapkan makanan, cuci tangan setelah pergi ke

toilet, cuci dan desinfeksi semua permukaan dan peralatan yang digunakan untuk

menyiapkan makanan, lindungi area dapur dan makanan dari serangga, hama dan

binatang lain.16

Untuk memisahkan bahan mentah dan matang bisa dengan memisahkan

daging mentah dan makanan laut dari makanan yang lain, gunakan peralatan yang

terpisah seperti pisau dan talenan untuk memproses bahan mentah, simpan

makanan di dalam kontainer untuk menghindari kontak antara bahan mentah dan

makanan yang sudah matang.16

Beberapa cara untuk memastikan makanan telah dimasak secara secara

matang ialah dengan; masak makanan sampai matang khususnya bahan daging,

unggas, makanan laut dan telur, masak makanan seperti sup dan rebusan untuk

Page 23: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

7

memastikan bahwa makanan telah dimasak sampai 700C, panaskan makanan yang

telah dimasak secara merata.16

Berikut cara untuk menjaga makanan pada suhu yang aman yaiu dengan

tidak tinggalkan makanan yang telah dimasak pada suhu ruang selama lebih dari 2

jam, masukkan dalam lemari es segera semua makanan yang telah dimasak dan

bahan yang tidak bertahan lama, pertahankan suhu makanan diatas 600C saat

disajikan, tidak menyimpan makanan terlalu lama di dalam lemari es, tidak

mencairkan makanan beku pada suhu ruang.16

Untuk penggunaan air dan bahan mentah yang aman bisa dengan cara

menggunakan air yang aman atau masak air untuk memastikan agar aman, pilih

makanan yang segar, memilih makanan yang telah diproses untuk keamanan

seperti susu pasteurisasi, mencuci buah dan sayuran khususnya jika dimakan

mentah, jangan gunakan makanan melebihi batas tanggal kadaluarsa.16

2.1.2 Cilok sebagai Makanan Jajanan

Makanan jajanan sekolah yang aman adalah makanan yang tidak

menggunakan bahan makanan dilarang untuk pangan, tidak mengandung cemaran

logam berat melebihi batas maksimal, tidak menggunakan bahan tambahan

pangan melebihi batas maksimal, dan kualitas mutu biologis yang memenuhi

syarat.17

Menurut Judarwanto Widodo (2011) tentang perilaku makan anak sekolah

menyatakan bahwa makanan jajanan pada anak usia sekolah menyumbang asupan

energi sebanyak 36%, zat besi 52%, dan protein 29%, dalam hal tersebut peranan

makanan jajanan cukup signifikan dalam menyumbang energi dan zat-zat gizi

pada anak usia sekolah.

Pada pemeriksaan mutu pangan jajanan anak Sekolah Dasar oleh BPOM

tahun 2013, cilok dikategorikan sebagai makanan kudapan bersama dengan

bakwan, tahu goreng, sosis, batagor, empek-empek, lontong, dan lain-lain. Cilok

adalah sebuah makanan khas Jawa Barat yang terbuat dari tepung tapioka yang

kenyal dengan tambahan bumbu pelengkap seperti sambal kacang, kecap, dan

saus. Bentuk cilok berupa bulat seperti bakso, pada cilok di dalamnya berisikan

telur atau daging cincang. Karena terbuat dari bahan tepung tapioka, tekstur cilok

Page 24: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

8

terasa kenyal saat dikonsumsi. Cilok termasuk jenis makanan tepung dan

olahannya menurut pedoman kriteria cemaran pada pangan siap saji dan industri

BPOM 2012.3,19,20

Menurut Riyanto Agus dan Dian A. (2012) pada penelitian mengenai

faktor yang mempengaruhi kandungan Escherichia coli pada makanan jajanan SD

di daerah Cimahi dengan meneliti sampel makanan jajanan anak sekolah seperti

cilok dan hubungan variabel terkait menyatakan cilok bisa terkontaminasi oleh

bakteri karena kebersihan orang yang mengolah makanan, peralatan yang

digunakan untuk mengolah makanan, bahan makanan yang digunakan, dan sarana

penjualan.

Gambar 2.1 Makanan Jajanan Cilok

Sumber: Iklimah (2015) Perpustakaan digital Budaya Indonesia

2.1.3 Bakteri Escherichia coli

2.1.3.1 Morfologi dan Taksonomi dan Sifat Pertumbuhan Escherichia coli

Escherichia coli termasuk ke dalam bakteri Gram-Negatif, motil, berflagel

tipe peritrik berbentuk batang dan tumbuh dengan baik pada media agar

MacConkey (MAC). Escherichia coli bisa tumbuh secara aerobik maupun

anaerobik. Dapat memfermentasi semua D-glukosa, dan mayoritas memproduksi

gas dari fermentasi substratnya dan juga bisa memfermentasi karbohidrat.22

Page 25: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

9

Taksonomi Escherichia coli menurut Strum, Tasha dan Cabrillo College

(2015).

Kingdom : Bacteria

Divisi : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

Kelompok genus dari Escherichia dikelompokkan ke dalam famili

Enterobacteriaceae, Escherichia coli dan bakteri feses coliform lain mayoritas

terdapat pada limbah dan air yang terkontaminasi oleh limbah. Karenanya infeksi

sering terjadi saat tertelan makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh air

yang tidak diproses sebelumnya. Maksud air yang diproses sebelumnya adalah

dimasak atau di lakukan penyaringan sehingga mikroba yang terkandung dalam

air tersebut bisa hilang/berkurang sesuai batas ambang bakteri. Kebersihan

personal juga berperan penting dalam penyebaran infeksi terkait Escherichia coli.

Beberapa kasus penyakit infeksi yang berhubungan dengan infeksi Escherichia

coli yang telah diketahui diantaranya; diare, septikemia, gastroenteritis dan

meningitis neonatus. Juga terdapat 70% kasus yang berkaitan dengan infeksi

saluran kemih.24

Bakteri Escherichia coli pada tubuh manusia dapat tumbuh berlebihan jika

mengonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh feses, beberapa bahan atau

produk makanan yang sering terkontaminasi seperti daging mentah, daging yang

tidak sempurna dalam proses pengolahan, susu, pangan, atau air. Saat bakteri ini

tumbuh berlebih maka bisa berubah sifatnya menjadi patogen, Escherichia coli

yang patogen dapat tumbuh pada suhu rendah yaitu sekitar 70C dan pada suhu

tinggi yaitu sekitar 440C, tetapi pertumbuhan Escherichia coli lebih optimal pada

suhu antara 350C-37

0C, pH optimum 7-7,5. Selain itu, Escherichia coli relatif

sensitif terhadap panas, dapat hidup ditempat lembab, dan akan mati pada proses

Page 26: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

10

pemasakan makanan dengan suhu yang relatif tinggi atau dengan proses

pasteurisasi.25,26,27

2.1.3.2 Patogenesis Escherichia coli

Mayoritas dari strain Escherichia coli dapat menghasilkan endotoxin,

enterotoxin yang labil terhadap panas dan enterotoxin yang stabil terhadap panas.

Biasanya yang bisa menghasilkan toksin tersebut berasal dari Escherichia coli

strain group O. Faktor virulensi lain termasuk fimbriae dan vili yang dibantu

dengan tambahan hemolisin, dan substansi seperti Shiga-toxin (shiga toxin

menghambat sintesis protein dan menyebabkan kematian sel). Terdapat 2 antigen

lain selain antigen O yaitu antigen H dan antigen K yang diproduksi oleh group

strain lain.28

Vili pada bakteri Escherichia coli berperan dalam faktor virulensi sebagai

mediator untuk penempelan pada permukaan epitel manusia. Mayoritas

Escherichia coli mengekspresikan vili tipe 1 atau vili pada umumnya. Vili tipe 1

mengikat sisa D-mannosa yang umumnya terdapat pada permukaan epitel

manusia dan hal ini bertindak sebagai pengikat dengan berbagai variasi tipe sel.

Vili yang bertindak sebagai pengikat pada sel enterosit ditemukan diantara

penyakit diare yang disebabkan oleh Escherichia coli.29

Gambar 2.2 Struktur dan Antigen Bakteri Escherichia coli

Sumber: Ahmad Nafees, dkk 2014

Page 27: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

11

Escherichia coli dapat memproduksi berbagai jenis protein eksotoksin

yang ditemukan diantara famili Enterobacteriaceae. Beberapa toksin yang bisa

diproduksi Escherichia coli diantaranya adalah pore-forming sitotoxin, inhibitor

sistesis protein, dan sejumlah toksin yang bisa menganggu jalur pembawa pesan

(messenger pathway) pada sel inang. Toksin yang termasuk dalam jenis pore-

forming sitotoxin salah satunya ialah α-hemolisin yang bisa masuk ke dalam

membran plasma dari berbagai sel inang dengan cara yang mirip dengan

Streptolysin O dan α-toxin Staphylococcus aureus. Toksin tersebut bisa

menyebabkan kebocoran plasma yang nantinya akan menyebabkan kematian sel.

Sampai saat ini telah diketahui terdapat toksin yang diproduksi dan menyangkut

dengan α-hemilisin yaitu cytotoxic necrotizing factor (CNF). CNF ini bekerja

dengan cara menganggu protein G yang menyebabkan berbagai macam efek

seperti penyusunan ulang sitoskeleton dan apoptosis.28

Toksin labil yang diproduksi juga oleh Escherichia coli, maksud dari labil

toksin ialah sifat fisiknya terhadap panas yang labil, toksin ini jika menyerang sel

enterosit menyebabkan stimulasi sekresi klorida keluar dari sel dan menghambat

absorbsi NaCl, pada akhirnya akan menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke

dalam lumen usus. Toksin stabil juga menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit

ke dalam lumen usus.28

Menurut sifat virulensinya dalam menginfeksi saluran pencernaan,

terdapat beberapa macam golongan Escherichia coli dengan berbagai patogenesis

diare yang berbeda. Klasifikasinya sebagai berikut:

1.) ETEC (Enterotoxigenic Escherichia coli).

Berhubungan dengan penyakit diare baik pada anak maupun orang

dewasa, khususnya menyerang bayi. Jenis ini terdapat pada daerah tropis

maupun sub tropis. Infeksi ETEC sering disebut juga dengan traveler’s

diarrhea, karena orang yang terinfeksi biasanya pasca bepergian dari

negara industri ke negara berkembang. Gejala yang terlihat jelas pada

ETEC adalah nyeri perut, diare, dan seringkali disertai mual dan muntah.

Transmisi ETEC melalui konsumsi air dan makanan yang terkontaminasi

oleh manusia yang terinfeksi, yang merupakan resiko tinggi terkena

infeksi adalah makanan yang belum dimasak seperti salad, dan asinan

Page 28: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

12

daging atau sayur. Patogenesis diare ETEC disebabkan oleh strain

Escherichia coli yang memproduksi toksin stabil dan/atau toksin labil

pada proksimal usus halus. Pada ETEC toksin stabil lebih dominan dari

pada toksin labil, penempalan pada permukaan mikrovili dimediasi oleh

berbagai macam faktor Kolonisasi (CF/Colonizing Factor) vili yang

penting untuk pengantaran toksin yang efisien ke enterosit target. Bakteri

yang masih tersisa di permukaan vili enterosit menyebabkan aktivasi

“adenylate cyclase-stimulating” yang akan menyebabkan aksi toksin

membuat aliran elektrolit dan air dari enterosit ke lumen intestinal.

Mukosa menjadi hiperemis tapi tidak terdapat lesi/cedera dan tidak

terdapat inflamasi atau invasi pada diare ETEC.22,28,29,30

2.) EPEC (Enteropathogenic Escherichia coli)

Merupakan penyebab terbesar diare pada bayi, hal ini utamanya

didukung saat keadaan sanitasi yang buruk. Infeksi terjadi saat lahir

dengan cara sel bakteri menempel ke mukosa usus halus yang nantinya

menyebabkan mual, muntah, demam dan diare berair.29,30

Gambar 2.3 Patogenesis EPEC

Sumber: Ahmad Nafees, dkk 2014

Patogenesis awalnya dengan penempelan EPEC ke enterosit usus

halus dengan vili “bundle-forming”, lalu lesi berkembang dengan

degenerasi brush border lokal, kehilangan mikrovili, dan perubahan pada

morfologi sel. Pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan mitokondria

dan menginduksi apoptosis, hubungan perubahan morfologi dengan diare

Page 29: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

13

tidak diketahui tetapi sekresi protein yang diinjeksikan menyebabkan

perubahan transport elektrolit melewati membran lumen.29,30

3.) EHEC (Enterohemorrhagic Escherichia coli).

Penyakit klasik yang disebabkan oleh EHEC menyebabkan diare

berair yang berkembang menjadi diare berdarah disertai nyeri perut, ada

dengan/tanpa demam subfebris. Patogenesis EHEC sama seperti EPEC

kecuali pada EHEC mempunyai vili tersendiri untuk menempel pada vili

yang lebih erat ikatannya pada mukosa usus besar dari pada di usus halus

dan pada EHEC tidak membentuk mikro koloni lokal pada mukosa usus.

EHEC menghasilkan 2 toksin yaitu verotoksin I dan verotoksin II,

verotoksin I merupakan toksin yang identik diproduksi oleh Shigella

dysentriae atau disebut sebagai Shiga toxin (Stx). Produksi Stx

menyebabkan terjadinya trombosis kapiler dan inflamasi pada tempat

kolonisasi pada mukosa yang bisa menuju ke penyakit colitis

hemoragik.28,30

4.) EIEC (Enteroinvasive Escherichia coli)

Tanda infeksi EIEC berupa demam, nyeri perut yang berat, diare

berair dan malaise. Patogenesis EIEC sama seperti Shigella sp. yang

diawali dengan penetrasi, lalu invasi dan kemudian destruksi mukosa usus.

Strain EIEC menginvasi sel kolon dan menyebabkan diare berair, tetapi

beberapa juga bisa menyebabkan diare berdarah karena hasil dari destruksi

mukosa yang sampai pada bagian pembuluh darah.22,28

5.) Enteroadherent Escherichia coli

Terdapat 2 jenis enteroadherent Escherichia coli yaitu

Enteroagregative Escherichia coli (EAEC) dan Diffusely Adherent

Escherichia coli (DAEC). EAEC ditandai dengan diare berair yang

berkepanjangan (>14 hari), bisa disertai lendir dan darah, EAEC

membentuk mukus tebal berupa biofilm bakteri pada permukaan usus

yang akan menyebabkan diare. Diare pada DAEC berhubungan dengan

infeksi saluran kemih dan diare pada anak-anak di negara berkembang,

juga berhubungan dengan pielonefritis akut pada wanita hamil dan sistitis

pada anak-anak.28

Page 30: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

14

2.1.4 Bakteri Shigella sp

2.1.4.1 Morfologi, Taksonomi dan Sifat Pertumbuhan Shigella sp

Bakteri Shigella termasuk ke dalam famili Enterobacteriaceae,

terdapat 4 subgroup Shigella yaitu; subgroup A atau Shigella dysentriae,

subgroup B atau Shigella flexneri, subgroup C atau Shigella boydii, dan

subgroup D atau Shigella sonnei. Semua genus Shigella termasuk bakteri

batang-Gram negatif, coccobasil yang tumbuh baik pada agar MAC

Conkey, nonmotil, tidak mendekarboksilasi lysin, tidak menggunakan

sitrat, malonat maupun sodium asetat (tidak berlaku pada Shigella

flexneri), dan tidak menghasilkan H2S. Shigella sp. bertanggung jawab

atas terjadinya penyakit disentri atau shigellosis.22,28,31,32

Klasifikasi bakteri Shigella sp. menurut Kanneth Todar (2012) :

Kingdom :Bacteria

Filum :Proteobacteria

Kelas :Gammaproteobacteria

Ordo :Enterobacteriales

Famili :Enterobactericeae

Genus :Shigella

Spesies :Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, Shigella boydii,

Shigella sonnei

Shigella sp. merupakan bakteri fakultatif anaerob, tetapi bisa tumbuh

lebih baik pada keadaan aerob, bentuk koloni pada media berbentuk konveks,

sirkular, warna transparan dengan pinggiran yang utuh dengan diameter mencapai

2 mm pada inkubasi 24 jam. Semua memfermentasi D-glukosa tanpa produksi

gas, pada strain Shigella sonnei bisa memfermentasi sukrosa dan laktosa pada

inkubasi yang lebih lama.22,31

2.1.4.2 Patogenesis Shigella sp.

Shigella sp. merupakan bakteri yang tahan asam sehingga bisa melewati

asam lambung dan mencapai bagian usus, mulanya pada usus bakteri Shigella sp.

menginvasi sel M, kemudian bakteri akan bermultifikasi di dalam sel dan

Page 31: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

15

mendorong tubuh bakteri melewati sitoplasma sel dan akan menginvasi sel yang

berdekatan. Saat bakteri mulai memasuki sel enterosit akan difagosit oleh

makrofag, tetapi Shigella sp. dapat menginduksi makrofag untuk terjadi

apoptosis.29

Gambar 2.4 Patogenesis Shigella sp.

Sumber: Ahmad Nafees, dkk 2014

Makrofag yang apoptosis mengeluarkan bakteri Shigella sp. yang akan

mengalami transport retrogard melalui bagian basolateral pada mukosa menuju

ke enterosit, lalu akan terjadi proses invasi yang difasilitasi oleh membran luar

polipeptida dan akan bereproduksi di dalam enterosit yang menyebabkan enterosit

apoptosis. Invasi akan berlanjut dari sel satu ke sel yang lainnya dan menetap

sampai pada bagian mukosa kolon dan jarang menyebar ke peredaran darah,

invasi Shigella sp. akan menghancurkan enterosit yang akan membentuk ulkus

pada mukosa yang umumnya terbentuk di kolon, ulkus akan menyebabkan

perdarahan oleh karena itu pada uji feses menandakan tanda klasik disentri yang

hasilnya menunjukkan terdapat sel darah putih, sel darah merah, bakteri dan lain-

lain. Shigella dysentriae juga memproduksi “shigatoxin” yang dapat

menyebabkan kerusakan pada tempat kolonisasi di epitel usus yang akan

Page 32: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

16

menyebabkan diare dengan BAB cair sebagai tanda awal terjadinya shigellosis

dan sindrom hemolitik-uremic, tetapi ini jarang terjadi.22,29,31

2.1.5 Metode perhitungan bakteri

Terdapat metode perhitungan bakteri secara langsung maupun tidak

langsung. Metode dengan cara langsung yaitu petrof hausser cell counter,

mikroba dihitung dengan alat haemocytometer secara keseluruhan baik yang

masih hidup ataupun mati, cara tidak langsung dapat dilakukan dengan berbagai

cara seperti hitung cawan (plate count), pengukuran berat kering sel, filtrasi atau

penyaringan, pengukuran konsumsi nutrien, dan pengukuran aktivitas

metabolisme.34,35

Perhitungan koloni bakteri pada cawan dapat dilakukan dengan perhitungan

Standar Plate Count (SPC), salah satu metode yang digunakan adalah Uji Total

Plate Count (TPC). Uji TPC merupakan uji yang bertujuan untuk mendeteksi

kuantitas/jumlah dari sel-sel bakteri yang ada pada bahan yang diujikan, setiap

koloni yang terbentuk baik besar maupun kecil dan menjalar yang bergabung akan

dianggap menjadi satu koloni. Uji TPC dimulai dari pengenceran bahan yang

dijadikan sampel, lalu dihomogenisasi dengan media cair NB dengan pengenceran

100 sampai pengenceran 10

-7, kemudian hasil pengenceran diinokulasi dalam

media padat NA dengan menggunakan metode spread plate lalu diinkubasi dalam

suhu 370C selama 24 jam. Setelah diinkubasi koloni bakteri yang tumbuh akan

dihitung dengan menggunakan colony counter atau hitung manual dengan kriteria

inklusi jumlah bakteri dalam 1 cawan adalah 30-300 koloni. Setelah menghitung

jumlah koloni dalam 1 cawan dan termasuk dalam kriteria inklusi maka akan

dimasukkan ke rumus sebagai berikut.34,35

Page 33: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

17

Contoh sampel 1:

Pada pengenceran 10-2

Jumlah koloni=163

Koloni per ml= 163 x 1

10-2

Koloni per ml= 163 x 102

Koloni per ml= 16.300

Setelah menentukan koloni per ml pada setiap pengenceran, selanjutnya

dapat menghitung jumlah kuman pada satu sampel dengan rumus sebagai

berikut.34,35

2.1.6 Uji Biokimia

2.1.6.1 Fermentasi Karbohidrat

Fermentasi merupakan proses oksidasi secara anaerob yang membutuhkan

karbohidrat sebagai substratnya. Fermentasi karbohidrat harus mengandung

senyawa yang bisa dioksidasi dan difermentasi oleh bakteri, hasil dari proses

fermentasi berbeda-beda tergantung sifat dari tiap bakteri. Ka v vcdrbohidrat

yang sering digunakan dalam uji ini adalah glukosa, laktosa, maltosa, mannitol,

dan sukrosa.

Koloni per ml = jumlah koloni x 1

Konsentrasi pengenceran

Bakteri (CFU/gram) = Akumulasi total koloni dalam satu sampel

Jumlah pengenceran yang dihitung

Page 34: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

18

Kaldu karbohidrat digunakan untuk mengetahui apakah bakteri

menghasilkan asam dan gas, untuk mengetahui proses fermentasi menghasilkan

asam bisa dideteksi dengan cara melihat apakah terjadi penurunan pH dengan

menggunakan indikator. Indikator yang digunakan biasanya brom timol biru atau

brom kresol ungu.

Jika terjadi penurunan pH maka akan terjadi perubahan warna media

menjadi warna kuning, tetapi jika pH diatas 7 maka akan berwarna biru pada

brom timol biru atau ungu pada brom kresol ungu. Selain uji pembentukan asam

setelah proses fermentasi, pembentukan gas juga diuji dan untuk itu digunakan

tabung durham yang bila terbentuk gas maka gas akan masuk ke dalam tabung

durham dan akan terlihat seperti gelembung udara yang terperangkap dalam

tabung durham. Setelah masa diinkubasi maka dapat diamati perubahan warna

dan pembentukan gas dalam tabung yang bisa digunakan sebagai acuan dalam

identifikasi bakteri.28,30

Gambar 2.5 Hasil Uji MR: (a). Tidak ada inokulasi, (b).Positif,

(c). Negatif Sumber: Cappuccino James G, Sherman N, 2014

2.1.6.2 Uji MR-VP

Tujuan uji MR yaitu untuk mengetahui apakah bakteri mampu untuk

menggunakan glukosa monosakarida heksosa sebagai substrat utama untuk

menghasilkan energi pada mikroorganisme enterik, hasil akhir dari produksi

energi akan bervariasi setiap mikroorganisme. Tes MR akan mendeteksi tingginya

Page 35: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

19

konsentrasi asam sebagai produk akhir. Indikator MR akan berubah menjadi

merah pada kisaran pH 4, pada pH 6 tetap akan menunjukkan adanya asam tetapi

dengan sedikit konsentrasi ion hidrogen dan indikator akan berubah menjadi

warna kuning yang berarti negatif.36

Tujuan uji VP yaitu untuk mengetahui kemampuan bakteri untuk

menghasilkan produk akhir yang bersifat tidak asam atau ber-pH netral seperti

asetil metil karbinol. Reagen yang digunakan pada test ini menggunakan reagen

Barrit yang berisi campuran alkohol α-naftol dan 40% larutan potasium hidroksida

(KOH). Reaksi ini bisa terjadi dengan adanya katalis α-naftol dan kelompok

guanida yang ada pada pepton di media MR-VP, hasilnya berupa kompleks warna

pink mawar. Hasil positif pada VP ditunjukkan dengan adanya warna pink mawar

yang bertahan sampai 15 menit saat ditambahkan reagen Barrit, hasil negatif

ditunjukan dengan tidak terjadi perubahan warna menjadi pink mawar.36

Gambar 2.6. Hasil Uji VP: (a). Tidak ada inokulasi, (b). Negatif,

(c). Positif Sumber: Cappuccino James G, Sherman N, 2014

2.1.6.3 Uji SIM

Media agar SIM mengandung substrat triptofan yang akan dikonversi

menjadi indol, asam piruvat dan amonia dengan bantuan enzim triptopanase.

Adanya produksi indol dideteksi dengan penambahan reagen Kovac yang

menghasilkan lapisan warna merah cherri.

Page 36: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

20

Indol positif ditunjukkan dengan perubahan warna merah cherri saat

dilakukan penambahan reagen kovac. Dan hasil negatif ditunjukkan dengan tidak

berubahnya warna SIM agar menjadi merah cherri saat penambahan reagen Kovac

yang menunjukkan tidak terjadinya hidrolisis triptofan.36

Gambar 2.7. Hasil Uji Produksi Indol: (a). Tidak ada inokulasi, (b). Negatif,

(c). Positif Sumber: Cappuccino James G, Sherman N, 2014

2.1.6.4 Uji Sitrat

Tujuan uji sitrat adalah untuk mengetahui apakah bakteri dapat

menggunakan sitrat sebagai sumber karbon untuk sumber energinya karena tidak

bisa memfermentasi glukosa dan atau laktosa. Kemampuan ini tergantung adanya

permease sitrat yang berguna sebagai transport sitrat masuk ke dalam sel, sitrat

aktif saat terdapat enzim sitrase yang akan memproduksi asam oksaloasetik dan

asetat.

Produk tersebut kemudian secara enzimatik akan dirubah menjadi asam

piruvat dan karbon dioksida, selama proses ini media agar menjadi bersifat basa

yang berasal dari proses penggabungan karbon dioksida dengan sodium dan air

yang membentuk sodium bikarbonat yang bersifat basa. Keadaan basa ini akan

mengubah indikator bromtimol blue yang ada pada media agar menyebabkan

perubahan warna dari hijau menjadi biru Prussian gelap. Hasil positif sitrat setelah

diinkubasi adalah dengan tumbuhnya koloni pada bagian lereng disertai

perubahan warna menjadi biru, hasil positif akan terlihat dengan tidak adanya

pertumbuhan koloni pada bagian lereng dengan warna hijau.36

Page 37: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

21

Gambar 2.8. Hasil uji Sitrat:

(a). Hasil negatif tidak ada pertumbuhan di lereng,

(b). Hasil positif ada pertumbuhan pada lereng Sumber: Cappuccino James G, Sherman N, 2014

2.1.7.5 Uji TSIA

Tujuan uji TSIA adalah untuk membedakan genus yang berbeda-beda dari

Enterobacteriaceae, yang semua termasuk dari bakteri batang Gram-negatif yang

bisa memfermentasi glukosa dengan memproduksi asam dan membedakan

Enterobacteriaceae dari bakteri batang Gram-negatif usus lainnya. Perbedaan

terletak pada pola fermentasi karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida. Untuk

melihat pola penggunaan karbohidrat, pada bagian lereng TSIA mengandung

laktosa dan sukrosa dengan konsentasi 1% dan glukosa dengan konsentasi 0.1 %.

Indikastor asam basa juga ditambahkan berupa phenol red untuk mengetahui

fermentasi karbohidrat yang diindikasikan dengan perubahan warna media dari

merah-orange ke warna kuning yang menandakan adanya produksi asam. Pada

lereng TSIA dibutuhkan inokulasi dengan prosedur “stab-and-streak” yang

dilakukan dengan cara memasukkan ose jarum yang streril secara lurus dari lereng

ke dasar media TSIA. Berikut hasil inkubasi aktivitas fermentasi bakteri.36

Page 38: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

22

1. Lereng alkali (merah) dan dasar asam (kuning) dengan atau tanpa produksi

gas (pecahnya dasar agar). Hal ini menandakan hanya terjadi fermentasi

glukosa dengan pembentukan asam pada permukaan lereng yang

dioksidadi secara cepat. Produksi alkali muncul karena penggunaan pepton

dalam media. Pada dasar TSIA reaksi asam dipertahankan karena hasil

dari penurunan tensi oksigen dan pertumbuhan yang lambat dari bakteri.36

2. Lereng asam (kuning) dan dasar asam (kuning) dengan atau tanpa

produksi gas. Hal ini menandakan telah terjadi fermentasi laktosa dan atau

sukrosa. Karena 2 substansi ini ada dengan konsentrasi yang tinggi maka

akan digunakan juga sebagai substrat untuk melanjutkan aktivitas

fermentasi dengan mempertahankan reaksi asam baik pada lereng maupun

dasar.36

3. Lereng alkali (merah) dan dasar alkali (orange-merah). Hal ini

menandakan bahwa tidak terjadi fermentasi, pepton mengalami

katabolisme secara aerobik dan atau aerobik yang mengakibatkan pH

alkali karena asil dari produksi ammonia. Jika hanya terjadi degradasi

aerobik pada pepton maka reaksi alkali hanya terjadi pada bagian lereng.

Jika terjadi penggunaan pepton secara aerobik dan anaerobik maka reaksi

alkali ada pada bagian lereng dan dasar.36

Gambar 2.9. Hasil Uji TSIA (a). Tidak terjadi inokulasi, (b). Lereng basa dan

dasar asam dengan H2S, (c). Lereng basa dan dasar asam, (d). Lereng asam dan

sadar asam dengan gas, dan (e). Lereng asam dan dasar asam Sumber: Cappuccino J G, Sherman N, 2014

Page 39: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

23

Untuk mendapatkan hasil yang akurat pada uji TSIA diharapkan inkubasi

selama 18-24 jam, pada media agar TSIA juga mengandung sodium tiosulfat yang

merupakan substrat untuk produksi hidrogen sulfida, dan ferrosulfat untuk

mendeteksi hasil akhir tanpa warna. Pada mikroorganisme yang bisa

memprosukdi H2S akan menunjukkan warna hitam pada bagian dasar karena hasil

dari endapan ferro sulfida yang tidak larut. Berikut hasil reaksi TSIA pada

beberapa mikrooganisme.36

1. Lereng asam dengan dasar asam tidak menghasilkan H2S, contoh bakteri

nya yaitu Escherichia, Klebsiella, Enterobacter

2. Lereng asam dengan dasar asam menghasilkan H2S, contoh bakteri nya

yaitu Citrobacter, Arizona, beberapa Proteus sp.

3. Lereng alkali dengan dasar asam idak menghasilkan H2S, contoh bakteri

nya yaitu Shigella,dan beberapa Proteus sp.

4. Lereng alkali dengan dasar asam memproduksi H2S, contoh bakteri nya

yaitu mayoritas Salmonella, Arizona, Citrobacter.

5. Lereng alkali dengan dasar alkali tidak menghasilkan H2S, contoh bakteri

nya yaitu Alcaligenes, Pseudomonas, Acinetobacter.

Page 40: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

24

2.2. Kerangka Teori

Bahan Makanan

Terbuat dari

kanji,daging dan

telur

Higienitas

penjual kurang

Sarana

Tempat

pertumbuhan

mikroorganisme

Higienitas buruk

Pertumbuhan dan

perkembangan bakteri

Shigella sp. Escherichia coli

Bakteri

Foodborne disease Infeksi pangan

Peningkatan

permeabilitas sel epitel

usus

invasi di mukosa kolon Sekresi toksin LT dan ST

Diare

Perpindahan cairan

ke lumen usus

Pengeluaran

Shigatoxin

Kerusakan epitel usus

membentuk ulkus

Diare berdarah

Jajanan Cilok

Kebersihan

Pengolahan

Penjualan Peralatan

Page 41: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

25

2.3. Kerangka Konsep

Sampel Cilok

Pengenceran

Uji

Biokimia

Perubahan pada

masing-masing

media yang diuji

Pembiakan pada

media NA

Pembiakan pada media spesifik

(EMB dan SSA)

Penghitungan koloni

bakteri

Pewarnaan

Gram

Bakteri Escherichia coli

dan Shigella sp.

teridentifikasi

Jumlah koloni

bakteri

Page 42: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

26

2.4. Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil

ukur Skala ukur

1. Cilok

Makanan yang terbuat dari

tepung tapioka, telur atau

daging cincang yang

biasanya disajikan dengan

saus kacang atau saus tomat,

kecap, sambal dan bumbu

penyedap rasa.

- - -

2. Enterobacterichiae

Bakteri Gram negatif,

berbentuk batang pendek

(coccobasil) seperti

Escherichia coli dan

Shigella sp.

Mikroskop

Warna

dan

bentuk

bakteri

-

3. Pertumbuhan

koloni bakteri

Kemampuan tumbuh bakteri

dalam media NA

Spidol,

colony

counter,

dan

hitungan

manual

Jumlah

area

tumbuh

koloni

Numerik

4. Pewarnaan Gram

Pewarnaan differensial

untuk menentukan sifat dan

morfologi bakteri

Pewarna

KKU,

Lugol,

alkohol

96%,

safranin,

mikroskop

Gram

(-) atau

Gram

(+)

Kategorik

5. Uji Biokimia

Kemampuan bakteri

memfermentasi karbohidrat,

uji IMViC

Manual

Warna

dan

bentuk

media

-

Page 43: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penelitian Cross

Sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif hidayatullah Jakarta, pada bulan Januari 2016

sampai dengan Juli 2016.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Penjual cilok yang berada di lingkungan Sekolah Dasar Negeri di kelurahan

Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel berupa cilok yang diambil dari penjual cilok di lingkungan Sekolah

Dasar Negeri di kelurahan Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih. Sampel cilok

terdiri dari:

1. Sampel 1 : Cilok dengan saus tomat, kecap, sambal, dan bumbu

penyedap rasa

2. Sampel 2 : Cilok dengan saus tomat, kecap, sambal, dan bumbu

penyedap rasa

3. Sampel 3 : Cilok dengan saus kacang, sambal, dan kecap

4. Sampel 4 : Cilok dengan saus tomat, kecap, sambal, dan bumbu

penyedap rasa

5. Sampel 5 : Cilok dengan saus tomat, kecap, sambal, dan bumbu

penyedap rasa

Page 44: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

28

3.4 Variabel Penelitian

Variable penelitian ini adalah cilok (variable bebas) dan Eschericia coli,

Shigella sp. (variable terikat).

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beker

(250 mL, 500 mL dan 1000 mL), tabung erlenmeyer (500 mL), tabung

ukur (100 mL dan 10 mL), tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri,

bunsen, spatula, pinset, pipet, ose, batang L, korek api, tip (1000 μL dan

100 μL), mikropipet (1000 μL dan 100 μL), blender, autoklaf, oven,

inkubator, kulkas, laminar, vortex, timbangan, hot plate,magnetic stir, tisu,

kapas, handscoon, masker, minyak immerse, mikroskop, dan swab kapas

kering.

3.5.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah cilok, media NB,

NA, SSA, dan EMB, larutan untuk pewarnaan Gram (kristal karbol ungu,

lugol, alkohol 90%, safranin), serbuk bom chresol, reagen KOH, reagen

methyl red, dan reagen erlich atau kovac.

3.6. Cara Kerja Penelitian

3.6.1. Tahap Persiapan

3.6.1.1. Sterilisasi Alat dan Bahan

A. Sterilisasi basah

Bahan dan alat yang di sterilisasi dalam autoklaf yaitu media (NA, EMB,

dan akuades) dalam tabung erlenmeyer, (gula-gula, indol, MR-VP, sitrat, TSIA,

dan NB) dalam tabung reaksi, dan tip. Media yang dimasukkan ke dalam tabung

reaksi dan tip terlebih dahulu dibungkus dengan plastik tahan panas, lalu

dimasukkan ke dalam autoklaf selama ± 1-2 jam.

Page 45: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

29

B. Sterilisasi kering

Bahan dan alat yang di sterilisasi dalam oven seperti pinset, spatula dan

cawan petri. Sebelum dimasukan ke dalam oven telah dibungkus dengan kertas.

Kemudian masukkan ke dalam oven ± 1 jam hingga mencapai suhu 150˚C.

3.6.1.2. Pengambilan dan Persiapan Sampel

Sampel dibeli di penjual cilok di SD Negeri yang terdapat di kelurahan

Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih, sampel dibeli kisaran pukul 09.00-12.00

WIB. Jika tidak langsung digunakan sampel yang telah dibeli dimasukkan di

lemari es dengan suhu 30

C, sehingga kondisi sampel tidak mengalami perubahan.

Ketika sampel akan digunakan sebelumnya terlebih dahulu diblender sampai

halus dan encer, lalu ditimbang sebanyak 10 gram.

3.6.2. Pembuatan Media dan Penanaman Sampel

3.6.2.1. Pembuatan Media NB dan Pengenceran

Media NB ditimbang sebanyak 4 gr, lalu dimasukkan ke dalam gelas

beker yang telah berisi akuades 306 mL, kemudian panaskan pada hotplate selama

± 15 menit, 150˚C. Setelah itu masukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing

9 mL sebanyak 14 tabung dan masing-masing 90 mL pada 2 tabung erlenmeyer

250 mL dan tutup semua tabung dengan kapas. Masukkan seluruh tabung reaksi

ke dalam plastik lalu sterilisasi bersama tabung erlenmeyer di autoklaf selama ±

1-2 jam, kemudian masukkan ke dalam kulkas bersuhu 3˚C.

Setelah media siap digunakan persiapkan sampel, yaitu dengan

memblender sampel sampai halus dan tercampur, lalu sampel ditimbang dengan

ukuran 10 gram, kemudian disiapkan 7 tabung yang berisi masing-masing 9 mL

NB dan media NB 90 mL dalam tabung erlenmeyer. Kemudian sampel sebanyak

10 gr dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer berisi 90 mL NA divortex sampai

homogen, setelah homogen ambil 1 ml campuran NB dan sampel dengan

menggunakan menggunakan tip 1000 μL dan dimasukan pada tabung reaksi ke-1

dengan pengenceran 10-1

. Dari tabung reaksi ke-1 yang telah berisi media NB 9

mL dan sampel 1 mL di vortex hingga homogen dan diambil 1 ml dengan

Page 46: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

30

mengunakan tip 1000 μL dan dimasukan pada tabung ke-2, lalu di vortex hingga

homogen. Dilakukan hal yang sama pada tabung-tabung selanjutnya sampai

dengan tabung ke-6. Pada tabung ke-7 isi dengan 9 mL NB tanpa sampel yang

nantinya digunakan sebagai kontrol negatif.

3.6.2.2. Pembuatan Media NA dan Penanaman Sampel

Media NA ditimbang sebanyak 8 gr, lalu dimasukkan ke dalam gelas

beker yang telah berisi akuades 560 mL, kemudian panaskan pada hotplate selama

± 20 menit, 150˚C. Setelah itu masukkan ke dalam tabung erlenmeyer 500 mL dan

tutup dengan kapas, kemudian sterilisasi di autoklaf selama ± 1-2 jam. Setelah itu,

tuang media ke dalam cawan petri masing-masing ± 20 mL dan dinginkan, bila

telah mengeras masukkan ke dalam kulkas bersuhu 3˚C.

Setelah tahap pengenceran, ambil 0,1 mL dengan mikropipet diambil dari

tabung reaksi yang telah di vortex ulang dengan konsentari 10-1

, 10-2

, 10-3

, 10-4

,

10-5

(sesuai dengan koloni bakteri yang dihasilkan) dan kontrol negatif. Ambil 0,1

mL dan diletakkan pada 2 cawan petri lalu diberikan label sesuai dengan

pengenceran, contoh: 1-1, 1-2 sampai dengan 4-1, 4-2. Pada kontrol negatif,

teteskan 0,1 mL NB dari tabung reaksi ke 7 lalu diletakkan pada satu cawan petri

dan diberi label “kontrol”. Rendam batang L dalam larutan alkohol, lalu setiap

akan digunakan keluarkan batang L dari larutan alkohol, kemudian dilewatkan

diatas api 1-2 kali, diamkan sebentar hingga sudah tidak panas kemudian goreskan

batang L diatas media untuk meratakan larutan sampel yang telah diteteskan.

Kemudian inkubasi cawan selama 24 jam, lalu lakukan hitung jumlah koloni yang

terbentuk.

3.6.2.3. Pembuatan Media EMB dan Penanaman Sampel

Media EMB ditimbang sebanyak 1,5 gr, masukkan ke dalam gelas beker

yang telah berisi 40 mL akuades, lalu panaskan pada hotplate selama ± 20 menit,

150˚C. Kemudian masukkan ke dalam tabung erlenmeyer 250 mL dan tutup

dengan kapas. Setelah itu sterilisasi di autoklaf selama ± 1-2 jam, kemudian tuang

media ke dalam cawan petri masing-masing ±20 mL dan dinginkan, bila telah

mengeras masukkan ke dalam kulkas bersuhu 3˚C.

Page 47: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

31

Setelah tahap pengenceran dan penanaman larutan sampel pada media NA.

Ambil 0,1 mL dengan menggunakan mikropipet pada tabung reaksi dengan

pengenceran 10-1

, lalu diletakkan pada media EMB. Rendam batang L dalam

larutan alkohol, lalu setiap akan digunakan keluarkan batang L dari larutan

alkohol, kemudian dilewatkan diatas api 1-2 kali, diamkan sebentar hingga sudah

tidak panas kemudian goreskan batang L diatas media untuk meratakan larutan

sampel yang telah diteteskan. Kemudian cawan diinkubasi selama 24 jam, setelah

itu amati koloni yang tumbuh yang selanjutnya dilakukan pewarnaan dan uji

biokimia.

3.6.2.4. Pembuatan Media SSA dan Penanaman Sampel

Masukkan akuades 40 mL ke dalam tabung erlenmeyer 250 mL dan tutup

dengan kapas, lalu sterilisasi di autoklaf selama ± 1-2 jam. Timbang media SSA

sebanyak 2,4 gr, lalu masukkan media SSA ke dalam tabung erlenmeyer yang

telah di sterilisasi, kemudian dipanaskan pada hotplate selama ± 15 menit, 150˚C.

setelah itu, tuang media ke dalam cawan petri masing-masing ±20 mL dan

dinginkan, bila telah mengeras masukkan ke dalam kulkas bersuhu 3˚C.

Setelah tahap pengenceran dan penanaman larutan sampel pada media NA.

Ambil 0,1 mL dengan menggunakan mikropipet pada tabung reaksi dengan

pengenceran 10-1

, lalu diletakkan pada SSA. Rendam batang L dalam larutan

alkohol, lalu setiap akan digunakan keluarkan batang L dari larutan alkohol,

kemudian dilewatkan diatas api 1-2 kali, diamkan sebentar hingga sudah tidak

panas kemudian goreskan batang L diatas media untuk meratakan larutan sampel

yang telah diteteskan. Kemudian cawan diinkubasi selama 24 jam, setelah itu

amati koloni yang tumbuh yang selanjutnya dilakukan pewarnaan dan uji

biokimia.

3.6.2.5. Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram

Bakteri yang telah tumbuh di media spesifik EMB Agar, dan SSA

dilakukan pewarnaan Gram. Mula-mula panaskan ose di atas api, ambil NaCl

dengan menggunakan ose dan teteskan di atas kaca objek yang telah diberi batas

bentuk oval dibagian bawahnya dengan spidol. Panaskan ose di atas api kembali,

dinginkan dan ambil koloni bakteri dalam cawan media lalu oleskan pada kaca

Page 48: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

32

objek dan ratakan dengan NaCl yang telah diteteskan sebelumnya (tidak melewati

batas). Keringkan dengan dilewatkan di atas api 2-3 kali atau diamkan hingga

mengering dengan sendirinya. Teteskan Gentian Violet atau Kristal Karbol Ungu

(KKU), diamkan selama 5 menit, bilas dengan air mengalir. Teteskan lugol,

diamkan selama 3 menit, bilas dengan air mengalir. Teteskan alkohol 96%, hingga

tidak ada lagi larutan ungu yang luntur. Teteskan safranin, diamkan selama 45

detik hingga 1 menit, bilas dengan air mengalir. Keringkan dengan menggunakan

tisu kering dengan tidak mengusap bagian atas gelas objek. Teteskan minyak

immersi, lihat di bawah mikroskop dengan menggunakan pembesaran 100x.

3.6.2.6. Pembuatan dan Identifikasi Koloni dengan Uji Biokimia

1. Fermentasi karbohidrat

Serbuk gula-gula (glukosa, laktosa, maltosa, mannitol, dan sukrosa)

ditimbang sebanyak 1 gr dan air pepton 1 gr, lalu masukkan ke tabung erlenmeyer

(250 mL) yang telah berisi 100 mL akuades, kemudian dipanaskan pada hotplate

selama ± 15 menit, 1500C. Selama memanaskan masukkan sebuk bom chresol

purple secukupnya hingga warna menjadi ungu homogen. Setelah dipanaskan

tuang ke dalam tabung reaksi sebanyak 4 ml dan masukkan tabung durham ke

dalam tabung reaksi, lalu masukkan seluruh tabung reaksi ke dalam plastik

kemudian sterilisasi di autoklaf selama ± 1-2 jam, setelah itu masukkan ke dalam

kulkas bersuhu 30C.

Panaskan ose lalu tunggu hingga dingin, ambil koloni bakteri (dari media

spesifik SSA dan EMB) lalu masukkan ke dalam tiap tabung reaksi yang berisi uji

gula-gula dan kocok hingga koloni menyebar. Lakukan tahap ini pada koloni yang

berbeda. Lalu inkubasi tabung selama 24 jam pada suhu 350C. Setelah 24 masa

inkubasi akan terjadi reaksi dan perubahan pada warna uji gula-gula, hasil (+)

ditunjukkan dengan warna uji gula-gula berubah menjadi kuning yang

menandakan keadaan asam dengan atau tanpa pembentukan gas pada tabung

durham.

Page 49: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

33

2. SIM

Serbuk media SIM ditimbang sebanyak 4 gr, lalu masukkan ke dalam

tabung erlenmeyer (250 mL) yang telah berisi 100 mL akuades, kemudian

panaskan pada hotplate selama ± 15 menit, 150˚C. Setelah dipanaskan masukkan

ke dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL, lalu masukkan seluruh tabung reaksi ke

dalam plastik kemudian sterilisasi di autoklaf selama ± 1-2 jam, kemudian

masukkan ke dalam kulkas bersuhu 30C.

Panaskan ose jarum dan diamkan hingga idak panas, lalu tusuk lurus tepat

di tengah pada media uji SIM, lalu inkubasi selama 24 jam pada suhu 300-35

0C.

Amati terjadinya perubahan dengan memberikan 1 mL larutan reagen erlich atau

kovac pada tabung, perubahan yang terjadi berupa warna cincin merah pada uji

SIM.

3. MR-VP

Serbuk media MR-VP ditimbang sebanyak 5 gr, lalu masukkan ke dalam

tabung erlenmeyer (250 mL) yang telah berisi 100 mL akuades, kemudian

panaskan pada hotplate selama ± 15 menit, 150˚C. Setelah dipanaskan masukkan

ke dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL, lalu masukkan seluruh tabung reaksi ke

dalam plastik kemudian sterilisasi di autoklaf selama ± 1-2 jam, kemudian

masukkan ke dalam kulkas bersuhu 30C.

Panaskan ose bulat di atas bunsen, lalu ambil koloni dan masukkan ke

dalam tabung reaksi berisi MR dan kocok agar koloni menyebar, kemudian

inkubasi selama 24 jam pada suhu 300-35

0C. Amati terjadinya perubahan dengan

memberikan 1 ml reagen methyl red pada tabung. Hasil (+) berupa warna cincin

merah pada keadaan asam dan berubah menjadi kuning pada keadaan basa.

Panaskan ose bulat diatas bunsen, lalu ambil koloni dan masukkan ke

dalam tabung reaksi berisi VP dan kocok agar koloni menyebar, kemudian

inkubasi selama 24 jam pada suhu 300-35

0C. Amati terjadinya perubahan dengan

memberikan 1 ml reagen KOH pada tabung. Perubahan yang bisa terlihat adalah

perubahan menjadi warna merah pada medium.

Page 50: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

34

4. Uji Sitrat

Serbuk media sitrat ditimbang sebanyak 3 gr, lalu masukkan ke dalam

tabung erlenmeyer (250 mL) yang telah berisi 100 mL akuades, kemudian

panaskan pada hotplate selama ± 15 menit, 150˚C. Setelah dipanaskan masukkan

ke dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL, lalu masukkan seluruh tabung reaksi ke

dalam plastik kemudian sterilisasi di autoklaf selama ± 1-2 jam, kemudian

masukkan ke dalam kulkas bersuhu 30C.

Ambil koloni bakteri dengan ose jarum yang sebelumnya telah

dipanaskan, diamkan sebentar lalu oleskan ose tersebut pada bagian lempeng

media sitrat, kemudian inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. Amati perubahan

warna, perubahan yang tampak adalah perubahan warna media menjadi biru yang

menandakan adanya peningkatan pH.

5. TSIA

Serbuk media TSIA ditimbang sebanyak 3 gr, lalu masukkan ke dalam

tabung erlenmeyer (250 mL) yang telah berisi 100 mL akuades, kemudian

panaskan pada hotplate selama ± 15 menit, 150˚C. Setelah dipanaskan masukkan

ke dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL, lalu masukkan seluruh tabung reaksi ke

dalam plastik kemudian sterilisasi di autoklaf selama ± 1-2 jam, kemudian

masukkan ke dalam kulkas bersuhu 30C.

Panaskan ose jarum dan diamkan sebentar hingga tidak terlalu panas, lalu

ambil koloni pada media spesifik, kemudian letakkan koloni dengan cara tusuk

lurus (stab) dan diratakan pada bagian lempengnya. Setelah itu inkubasi selama

24 jam pada suhu 300-35

0C dan amati terjadinya perubahan. Perubahan menjadi

warna hitam menandakan terbentuknya gas H2S, merah menandakan basa, dan

warna kuning menandakan asam.

Page 51: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

35

3.7 Alur Penelitian

3.8 Managemen Data

Data penelitian dari identifikasi bakteri Escherichia coli serta Salmonella

sp. pada cilok, dijelaskan secara deskriptif berbentuk tabel untuk menjelaskan

jumlah koloni bakteri yang diperoleh dari makanan cilok, serta hasil uji biokimia

terhadap koloni yang tumbuh pada media SSA dan EMB Agar.

Pengenceran dengan

media NB 90 ml

Kontrol negatif Pengenceran 10

-1

9 ml

Media NA Media SSA dan

EMB agar

Pewarnaan

Gram

Penghitungan

koloni bakteri

Inkubasi selama 24

jam, suhu 37˚C

Sampel cilok

yang dihaluskan

Pengenceran 10-2

,

10-3

,10-4

Menghitung

jumlah koloni

bakteri

Uji

biokimia

Terjadi perubahan

warna dan bentuk

pada medium

Lihat bakteri

dalam

mikroskop

(100x)

Page 52: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

4.1.1. Hasil Perhitungan Koloni Bakteri dengan Metode TPC

Berdasarkan hasil inokulasi sampel pada media NA, tampak

beberapa koloni bakteri seperti tampak pada gambar berikut.

Gambar 4.1 Pertumbuhan Bakteri pada Media NA dengan konsentrasi 10-3

dan 10-4

Pada gambar 4.1 terlihat beberapa koloni bakteri yang berbentuk

bulat, berwarna putih dan tersusun tidak beraturan. Koloni yang terbentuk

merupakan hasil dari pertumbuhan bakteri dari media NA yang merupakan

media universal. Pada media NA dilakukan perhitungan jumlah koloni

bakteri untuk menentukan jumlah bakteri yang tumbuh, tetapi dengan cara

ini tidak dapat menentukan jenis bakterinya.

Setiap koloni dalam lempeng agar dihitung, kemudian untuk

menentukan jumlah koloni bakteri pada setiap sampel, dilakukan

perhitungan sesuai rumus perhitungan koloni sehingga didapatkan hasil

jumlah bakteri pada setiap sampel cilok yang dapat dilihat pada tabel

berikut.

Pengenceran 10-3

Pengenceran 10-4

Page 53: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

37

Tabel 4.1 Jumlah Koloni Setiap Sampel Sesuai Rumus

Sampel

Konsentrasi Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5

10-1

~ 97 x 101 ~ ~ ~

10-2

68 x 102 57 x 10

2 ~ 64 x 10

2 24 x 10

2

10-3

38 x 103

25 x 103

23 x 103 50 x 10

3 19 x 10

3

10-4

7 x 104

6 x 104

8 x 104 19 x 10

4 12 x 10

4

Kontrol 0 0 0 0 0

Keterangan:

~: terlalu banyak untuk dihitung

Kontrol: Media NA yang dicampur dengan NB

Sehingga apabila dihitung menggunakan rumus Coloni Form Unit,

akan didapatkan jumlah rerata bakteri pada masing-masing sampel adalah

sebagai berikut.

Tabel 4.2 Interpretasi Penghitungan pada Setiap Sampel

Sampel Rata-Rata Jumlah Bakteri

(CFU/gram) Keterangan

1 2,2 x 104 Tidak melebihi ambang batas

2 3,3 x 103 Tidak melebihi ambang batas

3 8 x 103

Tidak melebihi ambang batas

4 2,8 x 104 Tidak melebihi ambang batas

5 1,2 x 104

Tidak melebihi ambang batas

Keterangan:

CFU : Coloni Form Unit

Sampel 1 : SDN Cirendeu 01

Sampel 2 : SDN Cempaka putih 03

Sampel 3 : SDN Cirendeu 02

Sampel 4 : SDN Cempaka Putih 02

Sampel 5 : SDN Pisangan 01

Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa pada sampel 4

memiliki hasil rata-rata jumlah bakteri tertinggi dibandingkan dengan

sampel lain, yaitu 2,8 x104

CFU/gram,dan hasil terendah terdapat pada

sampel 2 sebesar 3,3 x103

CFU/gram. Berdasarkan pedoman kriteria

cemaran pada pangan siap saji dan pangan industri rumah tangga dari

BPOM tahun 2012 cilok dimasukkan ke dalam kategori makanan tepung

dan olahannya yang memiliki ambang batas cemaran maksimum 1 x 105

Page 54: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

38

koloni/g menggunakan parameter Uji ALT (Angka Lempeng Total),

dengan kondisi seperti ini dapat dinyatakan bahwa semua sampel cilok

yang diuji layak untuk dikonsumsi karena hasil dari uji ALT semua

sampel tidak melebihi ambang batas.37

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziah Riska R.

(2013) dengan menggunakan 13 sampel cilok dan 30 sampel bakso,

penelitian ini menggunakan metode TPC. Hasil dari penelitian diperoleh

92% sampel cilok dan 70% sampel bakso memiliki kandungan TPC diatas

ambang batas maksimum menurut standart SNI yaitu melebihi 1 x 105

CFU/g dengan hasil kandungan TPC tertinggi pada sampel 39 sebesar

>1010

CFU/g, sehingga dapat disimpulkan ternyata sebanyak 70% sampel

cilok tidak layak dikonsumsi.

Penelitian lain dilakukan oleh Wariyah Chatarina dan Dewi Sri H.

(2014) yang meneliti 134 sampel makanan dan minuman yang termasuk

didalamnya cilok pada sekolah dasar di Kabupaten Kulon Progo

menggunakan metode Angka Lempeng Total (ALT) diperoleh hasil bahwa

dari 134 sampel yang diteliti, sebanyak 51,06% pada makanan dan 58,07%

pada minuman sampel PJAS dinyatakan tidak memenuhi syarat. Menurut

keputusan dirgen POM No. 03726/B/SK/VII/89 tentang batas maksimum

cemaran mikroba dalam makanan.

Penelitian yang dilakukan oleh Aref (2016) yang meneliti 15

sampel bakso bakar menggunakan metode TPC (Total Plate Count)

diperoleh hasil bahwa sebanyak 53,33% dari total sampel bakso bakar

memiliki kandungan TPC diatas ambang batas maksimum yang ditetapkan

oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3818-2009, artinya lebih dari

setengah sampel yang diteliti tidak layak dikonsumsi.

Menurut Riyanto Agus dan Abdillah A. D. (2012) faktor yang

mempengaruhi kandungan Escherichia coli pada makanan jajanan SD di

Cimahi Selatan seperti makanan cakue, cireng, cilok, mi goreng, dan sosis

goreng dengan pengukuran variabel penjamah makanan, peralatan, bahan

Page 55: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

39

makanan, penyajian, dan sarana penjualan dengan metode observasi dan

wawancara serta uji pemeriksaan bakteriologik. Hasil penelitian diperoleh

hanya 4 variabel yang berhubungan bermakna dengan kandungan bakteri

Escherichia coli yaitu kebersihan orang yang mengolah makanan,

peralatan makanan, bahan makanan, dan sarana penjualan makanan. Dari

hasil analisa tersebut, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai

higienitas dan sanitasi pada penjual dan lingkungan penjualan makanan

jajanan cilok.

4.1.2 Identifikasi Bakteri terhadap Sampel dengan Media Spesifik dan

Pewarnaan Gram

Hasil isolasi bakteri ke dalam media spesifik SSA dan EMB

kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35-360C, maka terbentuk

koloni seperti hasil berikut:

Tabel 4.3 Identifikasi bakteri berdasarkan warna koloni yang dihasilkan

Pengambilan EMB SSA

Sampel 1 Ke-1 Tidak tumbuh Tidak tumbuh

Ke-2 Tidak tumbuh Putih transparan

Sampel 2 Ke-1 Pink, ungu

Putih transparan, pink,

putih dengan titik hitam

Ke-2 Ungu Pink

Sampel 3

Ke-1 Ungu Putih transparan, pink

Ke-2 Ungu, hitam, pink Pink, putih dengan titik

hitam

Sampel 4

Ke-1 Pink, ungu, hijau kilap

logam Pink

Ke-2 Pink, ungu, hitam,

hijau kilap logam Pink

Sampel 5 Ke-1 Hitam, pink, ungu Pink

Ke-2 Hitam, pink, ungu Pink

Berdasarkan tabel 4.3 hasil isolasi bakteri pada media EMB

tumbuh koloni berwarna pink, ungu, hitam, dan hijau kilap logam.

Menurut Hardy Diagnostic (2016) dan Jawetz E. (2012) media EMB

digunakan untuk isolasi bakteri batang Gram-negatif dan membedakan

bakteri yang dapat memfermentasi laktosa atau tidak. Koloni bakteri

berwarna ungu menunjukkan bahwa bakteri mampu memfermentasi

laktosa, beberapa contoh bakteri yang dapat memfermentasi laktosa pada

Page 56: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

40

EMB seperti Enterobacter sp., dan Escherichia coli, tetapi pada

Escherichia coli biasanya sering terbentuk warna koloni ungu yang

disertai hijau kilap logam. Pada koloni berwarna pink terbentuk karena

bakteri tidak mampu memfermentasikan laktosa, contoh bakterinya seperti

Salmonella sp. dan Shigella sp., tetapi menurut Hardy Diagnostic (2016)

juga menjelaskan bahwa koloni bakteri Salmonella sp. dan Shigella sp.

dapat terlihat tembus/transparan dengan warna kuning atau tidak berwarna

(colorless). Berdasarkan penelitian (tabel 4.3) makanan cilok yang

mengandung Escherichia coli diduga sebesar 20%.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Djodjoka J. A.,

Malonda N., dan Punuh M. I. (2014) di lingkungan Sekolah Dasar kota

Manado yang menggunakan 7 sampel bakso tusuk dengan metode MPN,

ternyata tidak ditemukan kuman Escherichia coli pada uji penegasan.

Penelitian juga dilakukan oleh Novianti Dewi (2015) di pasar

tradisional kota Palembang yang menggunakan 5 sampel baso dengan

metode MPN, ternyata tidak ditemukan Escherichia coli pada uji

penegasan.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3. bakteri yang diisolasi

pada media SSA menghasilkan koloni putih transparan, pink, putih dengan

titik hitam. Menurut Hardy Diagnostic (2016) dan Aryal Sagar (2016)

menyatakan bahwa pada media SSA menghasilkan koloni berwarna putih

transparan/colorless dikarenakan hasil dari aktifitas bakteri yang tidak bisa

menfermentasi laktosa, contoh seperti Shigella sp., contoh bakteri lain

yang berwarna transparan/ colorless ialah Proteus sp. dan beberapa spesies

Salmonella sp., tetapi biasanya disertai dengan titik hitam pada tengah

koloni. Berdasarkan hal tersebut diatas, bahwa koloni yang berwarna putih

transparan diduga bakteri Shigella sp., koloni berwarna pink menunjukkan

bahwa bakteri bisa memfermentasi laktosa, diduga bakteri tersebut adalah

Escherichia coli, Enterobacter, dan Klebsiella.

Page 57: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

41

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sulaeman Pratiwi L.

(2015) terdapat bakteri Shigella sp. sebesar 100% (6 sampel) pada sampel

telur balado yang diuji, menunjukkan hasil inokulasi pada media SSA

berupa koloni bakteri berwarna bening/transparan.

SSA EMB

Gambar 4.2. Hasil koloni pada media spesifik SSA dan EMB.

Berdasarkan isolasi bakteri pada media EMB (tabel 4.3.) ada yang

menghasilkan koloni berwarna hijau kilap logam, menurut Hardy

Diagnostic (2016) koloni tersebut sesuai dengan ciri khas bakteri

Escherichia coli. Artinya sampel cilok yang mengandung bakteri

Escherichia coli terdapat sebanyak 1 sampel dari 5 sampel yang diuji,

diduga sampel cilok yang mengandung Escherichia coli sebesar 20%.

Pada media SSA dari hasil isolasi bakteri (tabel 4.3.) ada yang

menghasilkan koloni berwarna putih transparan, menurut Hardy

Diagnostic (2016) koloni tersebut sesuai dengan ciri khas bakteri Shigella

sp. Artinya sampel cilok yang mengandung bakteri Shigella sp. terdapat

sebanyak 3 sampel dari 5 sampel yang diuji, diduga sampel cilok yang

mengandung Shigella sp. sebesar 60%.

Pada penelitian ini, setelah bakteri diisolasi pada media SSA dan

EMB, maka dapat diketahui bakteri tersebut adalah Escherichia coli dan

dapat diduga bakteri Shigella sp., selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram

Page 58: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

42

untuk mengetahui sifat dan morfologi bakteri. Hasil pewarnaan dapat

dilihat sebagai berikut.

A B

Gambar 4.3. Hasil Pewarnaan. a.) pada Media Spesifik EMB, b.) pada

Media Spesifik SSA

Berdasarkan hasil pengamatan mikroskop dengan pembesaran

100x didapatkan hasil pewarnaan Gram dari bakteri Escherichia coli dari

media EMB dengan ciri-ciri bakteri berbentuk coccobasil, sususan

tunggal, dan bersifat Gram negatif (bakteri berwarna merah), pada bakteri

Shigella sp. pada media SSA dengan bentuk coccobasil, susunan tunggal,

dan bersifat Gram negatif (bakteri berwarna merah).

4.1.3 Uji Konfirmasi dengan Menggunakan Uji Biokomia

1. Uji Biokimia pada Media EMB

Setelah dilakukan isolasi pada media spesifik dan pewarnaan

Gram, identifikasi bakteri dikonfirmasi dengan melakukan uji biokimia.

Berikut hasil uji biokimia pada tiap koloni pada media spesifik EMB:

Page 59: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

43

Tabel 4.4 Hasil Uji Biokimia pada tiap koloni pada media EMB

Uji Biokimia

Warna koloni

Hijau kilap

logam Pink Hitam Ungu

Glukosa +g +g +g +g

Laktosa +g - +g -

Maltosa +g - +g +

Mannitol +g +g +g +g

Sukrosa +g +g - +g

Indol - - - -

Motilitas + + + +

MR + + - +

VP - - - -

Sitrat - - + +

TSIA +/+ gas +/+ -/+ -/+ gas

Berdasarkan tabel 4.4., hasil uji biokimia pada koloni hijau kilap

logam dapat memfermentasi semua karbohidrat disertai pembentukan gas,

menurut Mahon C. R., Lehman D. C.,dan Manuselis G. (2015) apabila

bakteri mampu memfermentasi dapat dilihat dengan adanya perubahan

warna ungu menjadi kuning karena media mengandung indikator berupa

phenol red yang bereaksi jika bakteri bersifat asam, asam yang terbentuk

kemudian diubah menjadi H2 dan CO2 sehingga menghasilkan gas yang

bisa dilihat pada tabung durham, hal ini sesuai dengan uji fermentasi

karbohidrat pada bakteri Escherichia coli yang dapat meragi semua jenis

karbohidrat.

Berdasarkan hasil penelitian ini (tabel 4.4.) bakteri yang diisolasi

pada media EMB menghasilkan koloni yang berwarna hijau kilap logam

menghasilkan uji TSIA (+/+g), hal ini sesuai dengan hasil uji fermentasi

karbohidrat koloni bakteri yang berwarna hijau kilap logam (tabel4.4)

yang dapat meragi glukosa, laktosa dan sukrosa. Menurut Mahon C. R.,

Lehman D. C.,dan Manuselis G. (2015) hasil uji TSIA pada bakteri

Escherichia coli yaitu (-/+ gas atau -/+ atau +/+g), berdasarkan tabel 4.4.

koloni yang berwarna hijau kilap logam hasil uji TSIA (+/+ gas), artinya

hasil uji TSIA yang dilakukan peneliti pada koloni yang berwarna hijau

kilap logam sesuai dengan ciri khas bakteri Escherichia coli. Menurut

Page 60: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

44

Acharya Tankeshwar (2013) hasil uji TSIA pada bakteri Escherichia coli

yaitu +/+ gas, berdasarkan hal tersebut pada uji TSIA pada koloni hijau

kilap logam menunjukkan hasil sesuai dengan bakteri Escherichia coli.

Hasil uji biokimia menurut MacWilliam, Maria. P. Strurm, L.

Tasha. (2013) dalam penelitian Kurniawan Arri (2013) pada hasil uji

biokimia Escherichia coli menunjukkan bahwa pada uji indol positif dan

menurut Acharya Tankeshwar (2013) pada hasil uji IMViC bakteri

Escherichia coli yaitu (+, +, -, -), hal ini tidak sesuai dengan yang

dilakukan oleh peneliti karena pada hasil uji IMViC pada koloni yang

berwarna hijau kilat logam didapatkan hasil (-, +, -, -), menurut

Cappuccino James G. dan Sherman Natalie (2014) dikarenakan pada uji

indol untuk hasil positif membutuhkan waktu inkubasi selama 24-48 jam

dengan penambahan reagen erlich sebanyak 5-10 tetes, tetapi pada

penelitian yang dilakukan pada penelitian ini lama inkubasinya hanya 24

jam dan penambahan reagen erlich sebanyak 2 tetes, memungkinkan

bakteri yang terdapat pada media SIM belum tumbuh pada batas minimal

yang diperlukan, sehingga menunjukkan hasil negatif ketika ditambahkan

reagen Kovac.

Hasil uji IMViC pada koloni yang berwarna hijau kilat logam

didapatkan hasil (-, +, -, -), menurut Mahon C. R., Lehman D. C.,dan

Manuselis G. (2015) hasil IMViC pada bakteri Escherichiae yaitu (+/-, +, -

, -), artinya hasil uji IMViC pada koloni yang berwarna hijau kilat logam

sesuai dengan hasil uji IMViC bakteri Escherichia coli, dikarenakan hasil

uji indol bisa positif atau negatif.

Berdasarkan kesesuaian hasil uji biokimia pada koloni hijau kilap

logam dengan hasil uji biokimia bakteri Escherichia coli, pada penelitian

ini dapat terkonfirmasi koloni yang berwarna hijau kilap logam merupakan

bakteri Escherichia coli.

Hasil uji fermentasi karbohidrat pada koloni yang berwarna pink

pada Tabel 4.3. menunjukkan bakteri dapat memfermentasi glukosa,

Page 61: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

45

mannitol dan sukrosa, hal ini sesuai menurut Acharya Tankeshwar (2013)

bahwa bakteri yang tidak memfermentasi laktosa akan berwarna pink/tidak

berwarna (colorless) pada EMB agar, contoh bakteri yang tidak

memfermentasi laktosa dan dapat tumbuh pada media EMB agar seperi

Salmonella sp. dan Shigella sp.

Hasil isolasi koloni yang berwarna pink (tabel 4.4.) menunjukkan

hasil uji TSIA (+/+), hal ini tidak sesuai dengan hasil uji fermentasi

karbohidrat koloni bakteri yang berwarna pink (tabel 4.4), karena bakteri

tidak bisa memfermentasi laktosa. Menurut Cappuccino James G. dan

Sherman Natalie (2014) bakteri yang tidak bisa memfermentasi laktosa

akan memberikan hasil -/+ dengan atau tanpa H2S.

Hasil uji IMViC pada koloni yang berwarna pink (tabel 4.4.)

menunjukkan hasil (-, +, -, -), menurut Mahon C. R., Lehman D. C.,dan

Manuselis G. (2015) hasil IMViC tersebut sesuai seperti pada bakteri

Salmonella sp., Shigella sonnei, beberapa spesies Yersinia sp., dan Proteus

Penneri.

Hasil uji fermentasi karbohidrat pada koloni yang berwarna hitam

(tabel 4.4) menunjukkan bahwa bakteri dapat memfermentasi glukosa,

laktosa, maltosa, dan mannitol. Hal ini sesuai menurut Hardy Diagnostic

(2016) bahwa koloni bakteri yang tumbuh pada EMB jika dapat

memfermentasi laktosa akan menghasilkan warna coklat hingga biru-

hitam, contoh bakteri yang memiliki kemampuan memfermentasi laktosa

yang dapat tumbuh pada EMB agar seperti Escherichia coli dan

Enterobacter sp.

Hasil uji TSIA pada koloni yang berwarna hitam (tabel 4.4) yaitu (-

/+), hal ini sesuai dengan hasil uji fermentasi karbohidat koloni bakteri

yang berwarna hitam (tabel4.4) yang tidak bisa meragi sukrosa. Menurut

Cappuccino James G. dan Sherman Natalie (2014) bakteri yang tidak

dapat memfermentasi sukrosa tetapi bisa memfermentasi glukosa akan

Page 62: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

46

memberikan hasil (-/+) pada uji TSIA, beberapa contoh bakteri dengan

hasil uji TSIA (-/+) seperti Shigella sp. dan beberapa Proteus sp.

Hasil uji IMViC pada koloni yang berwarna hitam (tabel 4.4.)

adalah (-, -, -, +), hal tersebut tidak sesuai menurut Cappuccino James G.

dan Sherman Natalie (2014) bahwa bakteri akan memberikan hasil (+)

pada MR dan negatif pada VP, hal ini berlaku sebaliknya dengan inkubasi

selama 24-48 jam. Pada hasil uji biokimia koloni yang berwarna hitam

menunjukkan hasil negatif baik pada MR maupun VP, kemungkinan

terjadi hasil negatif palsu antara uji VP atau MR karena pada penelitian

hanya dilakukan inkubasi selama 24 jam yang dapat menyebabkan jumlah

bakteri masih terlalu sedikit untuk dapat bereaksi dengan MR atau VP saat

ditambahkan reagen.

Hasil uji fermentasi karbohidrat pada koloni yang berwarna ungu

pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa bakteri memiliki kemampuan untuk

memfermentasi glukosa, maltosa, mannitol,dan sukrosa. Menurut Hardy

Diagnostic (2016) bakteri yang dapat tumbuh pada media EMB agar dan

dapat memfermentasikan sukrosa tetapi tidak memfermentasikan laktosa

dapat menghasilkan warna koloni biru-hitam, contoh bakteri seperti

Yersinia enterocolitica.

Hasil uji TSIA pada koloni yang berwarna ungu (tabel 4.4) yaitu (-

/+ gas), hal ini sesuai dengan hasil uji fermentasi karbohidrat koloni

bakteri yang berwarna ungu (tabel 4.4) karena bakteri dapat

memfermentasi glukosa tetapi tidak bisa memfermentasi laktosa. Menurut

Scarlab (2005) menjelaskan contoh bakteri dengan uji TSIA (-/+ gas)

seperti Klebsiella pneumoniae, Salmonella choleraesuis, Proteus

mirabilis, dan Morganella morganii.

Hasil uji IMViC pada koloni yang berwarna ungu (tabel 4.4.)

adalah (-, +, -, +), menurut Mahon C. R., Lehman D. C.,dan Manuselis G.

(2015) hasil IMViC tersebut sesuai seperti pada bakteri Salmonella

Page 63: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

47

choleraesuis, Pragia fontium, Escherichia blattae,dan Klebsiella

pneumoniae.

Dari hasil uji biokimia koloni yang berwarna ungu (tabel 4.4)

menurut Mahon C. R., Lehman D. C., dan Manuselis G. (2015)

menjelaskan bahwa bakteri Salmonella choleraesuis dapat meragi glukosa,

mannitol dan maltosa tetapi tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa,

tetapi menurut Scarlab (2005) bakteri Salmonella choleraesuis dapat

memfermentasi laktosa atau sukrosa sehingga menyebabkan hasil uji TSIA

(-/+ gas), berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan koloni yang

berwarna ungu mendekati ciri khas hasil uji biokimia dengan bakteri

Salmonella choleraesuis.

Gambar 4.5. hasil uji biokimia Fermentasi Glukosa, uji TSIA, dan IMViC pada

koloni hijau kilap logam

2. Uji Biokimia pada Media SSA

Berikut hasil uji biokimia pada koloni yang tumbuh pada media

SSA yang disajikan dalam tabel berikut.

Page 64: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

48

Tabel 4.5 Hasil Uji Biokimia pada tiap koloni pada media SSA

Uji Biokimia

Warna Koloni

Pink Putih

transparan Pink bertitik hitam

Glukosa +g +g +g

Laktosa - - -

Maltosa +g +g +

Mannitol +g + +g

Sukrosa +g +g +g

Indol - - -

Motilitas - + +

MR + - +

VP - - -

Sitrat + - +

TSIA -/+ -/+ gas -/+ H2S

Pada hasil uji biokimia koloni putih transparan pada tabel 4.5.

didapatkan hasil tidak memfermentasi laktosa, hal ini sesuai menurut

Tankeshwar Acharya (2013) yang menjelaskan bahwa Shigella sp. tidak

memfermentasikan laktosa. Menurut MacWilliam, Maria. P. Strurm, L.

Tasha. (2013) dalam penelitian Arri Kurniawan (2013) pada hasil uji

biokimia Shigella sp. dapat memfermentasi glukosa, sukrosa dan maltosa,

tetapi menurut Connie R. Mahon dkk (2015) menjelaskan bahwa pada 4

spesies Shigella sp. yaitu Shigella boydii, Shigella dysentriae, Shigella

flexneri, dan Shigella sonnei semua menunjukkan tidak menfermentasi

sukrosa dan laktosa, tetapi memfermentasi mannitol dan hanya Shigella

sonnei yang dapat memfermentasi maltosa.

Pada uji TSIA koloni putih transparan menunjukkan uji TSIA (-/+

gas), hal ini sesuai dengan hasil uji fermentasi karbohidrat koloni yang

berwarna putih transparan (tabel 4.5.) yang dapat memfermentasikan

glukosa dan tidak memfermentasikan laktosa, menurut Scarlab (2005)

menjelaskan bahwa pada hasil pengujian TSIA bakteri Shigella sp. dapat

memfermentasi glukosa disertasi pembentukan asam dan gas, dan tidak

memfermentasi laktosa.

Uji IMViC pada koloni putih transparan (tabel 4.5.) adalah (- - - -),

hasil ini tidak sesuai dengan Shigella sp. menurut MacWilliam, Maria. P.

Strurm, L. Tasha. (2013) dalam penelitian Arri Kurniawan (2013) yang

Page 65: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

49

memiliki hasil Uji IMViC (- + - -), menurut James G. Cappuccino dan

Natalie Sherman (2014) uji MR dilakukan dengan inkubasi selama 48 jam,

tetapi di penelitian melakukan inkubasi selama 24 jam, sehingga

kemungkinan terjadi kurangnya waku inkubasi yang menyebabkan hasil

uji MR negatif.

Hasil uji fermentasi karbohidrat pada koloni yang berwarna pink

menunjukkan bakteri mampu memfermentasi glukosa, maltosa, mannitol,

dan sukrosa tetapi tidak bisa memfermentasi laktosa. Menurut Hardy

Diagnostic (2016) koloni bakteri yang tumbuh pada media SS agar jika

tidak memfermentasi laktosa akan memberikan warna transparan/colorless

dan koloni bakteri yang memfermentasi laktosa akan berwarna pink,

berdasarkan hal tersebut berbeda dengan hasil pada koloni yang berwarna

pink (tabel 4.5) karena tidak bisa memfermentasi laktosa tetapi terbentuk

koloni yang berwarna pink. Menurut Aryal Sagar (2016) menjelaskan

bahwa contoh koloni bakteri yang tidak memfermentasi laktosa seperti

Shigella sp. akan menghasilkan warna koloni transparan/colorless dan

Salmonella sp. akan menghasilkan warna transparan/colorless disertai titik

hitam.

Hasil uji TSIA pada koloni yang berwarna pink (tabel 4.5.) yaitu (-

/+), hal ini sesuai dengan hasil fermentasi karbohidrat koloni yang

berwarna pink (tabel 4.5.) yang bisa memfermentasikan glukosa yan

bersifat asam tetapi tidak bisa memfermentasi laktosa. Menurut Scarlab

contoh bakteri dengan hasil uji TSIA (-/+) adalah Salmonella choleraesuis

dan Shigella sp., menurut Mahon C. R., Lehman D. C.,dan Manuselis G.

(2015) menjelaskan contoh bakteri dengan hasil uji TSIA (-/+) adalah

Providencia rettgeri, Morganella morganii, Citrobacter sp., Escherichi

coli, Yersinia pestis, dan Serratia sp.

Hasil uji IMViC pada koloni yang berwarna pink yaitu (-, +, -, +),

menurut Mahon C. R., Lehman D. C.,dan Manuselis G. (2015)

menjelaskan contoh bakteri dengan hasil uji IMViC (-, +, -, +) seperti

Citrobacter gillenii.

Page 66: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

50

Dari hasil uji biokimia koloni yang berwarna pink (tabel 4.5)

berdasarkan hasil uji TSIA dan IMViC mendekati ciri khas uji biokimia

pada bakteri Citrobacter gillenii, tetapi menurut Mahon C. R., Lehman D.

C.,dan Manuselis G. (2015) menjelaskan bakteri Citrobacter gillenii dapat

meragi semua jenis karbohidrat, tetapi pada hasil uji fermentasi koloni

yang berwarna pink (tabel 4.5.) menunjukkan tidak memfermentasi

laktosa.

Hasil fermentasi karbohidrat pada koloni bakteri yang berwarna

putih titik hitam (tabel 4.5.) menunjukkan bahwa bakteri dapat

memfermentasi glukosa, maltosa, mannitol dan sukrosa tetapi tidak

memfermentasi laktosa, hal ini sesuai dengan penelitian Aryal Sagar

(2016) menjelaskan bahwa contoh koloni bakteri yang tidak

memfermentasi laktosa seperti Salmonella sp. akan menghasilkan warna

transparan/colorless disertai titik hitam.

Hasil uji TSIA pada koloni yang berwarna putih dengan titik hitam

(tabel 4.5.) ialah (-/+ H2S), hal ini sesuai dengan hasil fermentasi

karbohidrat pada koloni bakteri yang berwarna putih dengan titik hitam

karena memfermentasi glukosa yang menghasilkan asam tetapi tidak

memfermentasikan laktosa. Menurut Scarlab (2005) menjelaskan bahwa

contoh bakteri dengan hasil TSIA (-/+ H2S) seperti Salmonella enteritidis

dan Salmonella typhi.

Hasil uji IMViC pada koloni bakteri yang berwarna putih dengan

titik hitam adalah (-, +, -, +), menurut Mahon C. R., Lehman D. C.,dan

Manuselis G. (2015) menjelaskan contoh bakteri dengan hasil IMViC (-,

+, -, +) adalah Salmonella enterica.

Dari hasil uji biokimia koloni yang berwarna putih dengan titik

hitam (tabel 4.5) berdasarkan hasil uji fermentasi, IMViC, dan TSIA

mendekati ciri khas uji biokimia pada bakteri Salmonella sp.

Page 67: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

51

Gambar 4.6. Hasil uji biokimia fermentasi Glukosa, TSIA, dan IMViC pada

koloni putih transparan

4.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti menemukan beberapa keterbatasan

penelitian, yaitu:

1. Tidak meneliti kebersihan dan sanitasi pembuatan dan penjualan jajanan

cilok

2. Tidak diketahui penyakit foodborne disease yang disebabkan kontaminasi

bakteri Escherichia coli dan Shigella sp. menyebabkan manifestasi klinis

seperti diare/disentri.

3. Tidak meneliti hubungan cemaran bakteri dengan kondisi klinis anak

sekolah dasar, sehingga tidak dapat diketahui apakah makanan jajanan

cilok dapat menyebabkan keracunan makanan.

4. Penelitian ini tidak melakukan pengulangan pada uji biokimia dan tidak

dilakukan kontrol positif untuk memastikan hasil yang diuji sehingga

memungkinkan adanya hasil negatif palsu atau positif palsu pada hasil uji

biokimia.

Page 68: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Semua sampel cilok yang diuji menunjukkan cemaran bakteri dengan

perhitungan Total Plate Count (TPC) tidak melebihi ambang batas yang

telah ditentukan oleh BPOM RI tahun 2012 dengan batas cemaran

maksimum 1 x 105.

2. Terkonfirmasi pada sampel 4 cilok yang diuji mengandung bakteri

Escherichia coli, dan diduga pada sampel 2, 4, dan 5 sampel cilok yang

diuji mengandung bakteri Shigella sp.

3. Pada sampel cilok 1 dan 3 tidak mengandung bakteri Escherichia coli dan

Shigella sp.

4. Sampel cilok dengan bumbu kacang dan tidak bumbu kacang tidak

mempengaruhi banyaknya jenis bakteri.

5.2 Saran

Sesuai dengan keterbatasan penelitian, peneliti memberikan saran

sebagai berikut:

1. Penelitian lebih lanjut mengenai faktor yang mempengaruhi kontaminasi

bakteri pada jajanan cilok

2. Penelitian lebih lanjut mengenai manifestasi foodborne disease hasil dari

makanan yang tercemar bakteri pada anak sekolah dasar

3. Dilakukan kontrol positif pada uji biokimia bakteri Shigella sp. dan

Escherichia coli dan melakukan pengulangan uji biokimia pada koloni

yang sama.

Page 69: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

53

Page 70: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

54

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan POM RI. Dialektika TVRI Bandung; Keamanan Pangan

Jajanan; 2016 [cited 2016 mei 20] Available from:

http://www.pom.go.id/new/index.php/view/berita/8036/Dialektika-

TVRI-Bandung---Keamanan-Pangan-Jajanan.html

2. Badan POM RI. Laporan Kinerja Badan POM Tahun; 2014 [cited

2016 Mei 28]. Available from:

http://www.pom.go.id/ppid/2015/R2TN2014.pdf

3. Badan POM RI. Informasi Kandungan Gizi Pangan Jajanan Anak

Sekolah; 2013 [cited 2016 Mei 8]. Available from:

http://klubpompi.pom.go.id/id/petunjuk-pedoman/infromasi-

kandungan-gizi

4. Badan POM RI. Laporan Tahunan Badan POM ; 2015 [cited 2016 Mei

05]. Available from:

http://www.pom.go.id/ppid/2016/kelengkapan/laptah2015.pdf

5. Kemenkes RI. Situasi pangan jajanan anak sekolah. Infodatin pusat

data dan informasi kesehatan RI; 2014. [cited 2016 Mei 8]. Available

from:

www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-pjas.pdf

6. WHO. Foodborne disease; 2016 [cited 2016 september 12]. Available

from: http://www.who.int/topics/foodborne_diseases/en/

7. WHO. Dysentery; 2016 [cited 2016 september 12]. Available from:

http://www.who.int/topics/dysentery/en/

8. WHO.Escherichia coli infections; 2016 [cited 2016 september 12].

Available from:

http://www.who.int/topics/escherichia_coli_infections/en/

9. WHO.Penyakit bawaan makanan: suatu permasalahan kesehatan dan

ekonomi global; [cited 2016 Mei 19]. Available from:

who.int/iris/bitstream/10665/42428/3/9794487074_chapter1_ind.pdf

10. Food Safety. Shigella; 2016 [cited 2016 Oktober 2]. Available from:

https://www.foodsafety.gov/poisoning/causes/bacteriaviruses/shigella/

Page 71: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

55

11. Riadi Muchlisin, Definisi Makanan Jajanan; 2016 [cited 2016 Mei 05].

Available from:

http://www.kajianpustaka.com/2013/11/definisi-dan-kandungan-

berbahaya-dalam.html

12. CDC. Foodborne Germs and Illness. [cited 2016 oktober 13] Available

from http://www.cdc.gov/foodsafety/foodborne-germs.html

13. Siagian A. Mikroba Patogen pada makanan dan sumber

pencernaannya. USU institutional Repository. 2001 Juni. cited 2016

Mei

14. Betty dan Yendri. Cemaran mikroba terhadap telur dan daging ayam.

Dinas Peternakan Provinsi Sumatra Barat, Padang. 2007.

15. Mansauda Karlah L. R., Fatimawali, Kojong Novel. 2014. Analisis

Cemaran Bakteri Coliform pada Saus Tomat Jajanan Bakso Tusuk

yang Beredar di Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3

No. 2 Mei 2014 ISSN 2302 – 2493

16. WHO. Prevention of Foodborne Disease: The Five Keys to Safer Food

[cited 2016 Mei 28] Available from:

http://who.int/topics/food_safety/flyer_keys_en.pdf

17. Kemenkes RI. Situasi pangan jajanan anak sekolah. Infodatin pusat

data dan informasi kesehatan RI. 7 april 2014.

18. Judarwanto, Widodo. Perilaku Makan Anak Sekolah 2012. [cited 2016

Mei 19] Available from:

http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/perilaku-makan-

anak-sekolah.pdf

19. Iklimah. Perpustakaan Digital Budaya Indonesia; 2015 [cited 2016

September 20]. Available from: http://budaya-indonesia.org/Cilok-1/

20. Kokim. Perpustakaan Digital Budaya Indonesia;2016 [cited 2016

September 20]. Available from:

http://budaya-indonesia.org/Cilok-Bandung/

21. Riyanto Agus, Abdillah A. D. Faktor yang Memengaruhi Kandungan

E. coli Makanan Jajanan SD di Wilayah Cimahi Selatan.2012

Page 72: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

56

22. Jorgensen James H., dkk.2015.Manual of Clinical Microbiology 11th

Edition. Washington, DC: ASM PRESS. Page 685-699

23. Strum, Tasha dan Cabrillo College. E. coli Gram Stain. 2015. [cited

2016 September 22] Available from:

http://www.microbeworld.org/component/jlibrary/?view=article&id=1

3348

24. Mishra Saroj K., Agrawal Dipti. 2013. A Concise Manual of

Pathogenic Microbiology. Hoboken, New Jersey: Wiley-Blackwell,

page 71-75

25. Motarjemi. 2006. Dasar-dasar keamanan pangan untuk petugas

kesehatan. Jakarata: EGC.

26. Yersi Tangahu. Uji kuantitatif cemaran bakteri pada makaan siomay di

kota gorontalo. Fakultas farmasi. UG. 2014.

27. Safriana. Perilaku memilih jajanan pada siswa sekolah dasar di SD

negeri garot kecamatan darul imarah kabupaten aceh besar tahun.

Fakultas kesehatan masyarakat. UI. 2012.

28. Mahon Connie R., Lehman Donald C., Manuselis George. 2015.

Texbook of Diagnostic Microbiology 5th

Edition, Missouri: Saunders

Elsevier, page 421-451

29. Ahmad Nafees, dkk. 2014. Sherris Medical Microbiology 6th

Edition.

Unites States: McGraw Hill Education, page 579-598

30. Pommerville Jeffey C. 2011. Alcamo’s Fundamental of Microbiology

9th

Edition.United States of America: Jones and Barlett Publisher, page

351-358

31. Kayser Fritz H., dkk. 2005. Medical Microbiology. New York: Thieme

Stuttgart, page 278-289

32. Jawetz, Melnick, & Adelberg. 2012. Mikrobiologi kedokteran.

Penerjemah: aryandhito Widhi Nugroho, dkk. Ed. 25 Jakarta: EGC

Halaman 223-236

33. Todar, Kanneth. 2012. Todar’s Online Textbook of Bacteriology.

[cited 2016 September 22] Available from:

http://textbookofbacteriology.net/Shigella.html

Page 73: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

57

34. Harti AS, Dra., M.S.i. MIKROBIOLOGI KESEHATAN: Peran

Mikrobiologi dalam Bidang Kesehatan. Edisi 1. Yogyakarta: Andi.

2015. Halaman 184-105

35. Hartono, Andry. Penyakit Bawaan makanan: Fokus Pendidikan

Kesehatan. Jakarta. EGC. 2006. Halaman 58-1

36. Cappuccino James G, Sherman Natalie. 2014. Microbiology: A

Laboratory Manual 10th

Edition, Unites States of America: Pearson.

Halaman 153-177

37. BPOM. Pedoman kriteria cemaran pada pangan siap saji dan industri

BPOM 2012. [cited 2016 oktober 15] Available from:

http://standarpangan.pom.go.id/

38. Fauziah Riska Rian. Kajian Keamanan Pangan Bakso dan Cilok yang

Beredar di Lingkungan Universitas Jember Ditinjau dari Kandungan

Boraks, Formalin dan TPC. FTP. Universitas Jember. 2013

39. Wariyah Chatarina, Dewi Sri Hartati C. Cemaran Mikrobia pada

Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di Wilayah Kabupaten Kulon

Progo - DIY . Fakultas Agroindustri. Universitas Mercu Buana

Yogyakarta. 2014

40. Aref. Analisis Aspek Mikrobiologi Bakso Bakar yang Dijual di

Kecamatan Tampan. Fakultas Pertanian dan Peternakan. Universitas

Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 2016

41. Hardy diagnostic. Instruction For Use EMB AGAR. [cited 2016

September 29] Available from:

https://catalog.hardydiagnostics.com/cp_prod/Content/hugo/EMBAgar

.htm

42. Djodjoka Jilbi A., Malonda Nancy S.H, Punuh Maureen I. Identifikasi

Bakteri Escherichia coli pada Jajanan Bakso Tusuk di Sekolah Dasar

Kota Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam

Ratulangi Manado. 2014

43. Novianti Dewi. Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia coli pada

Jajanan Bakso Tusuk di Pasar Tradisional Kota Palembang. Fakultas

MIPA. Universitas PGRI Palembang. 2015

Page 74: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

58

44. Hardy diagnostic. Instruction For Use SS AGAR. [cited 2016

September 29] Available from:

https://catalog.hardydiagnostics.com/cp_prod/Content/hugo/SSAgar.ht

m

45. Aryal Sagar. Salmonella Shigella (SS) Agar- compotition, Principle,

Uses, Preparation and Result Interpretation. [cited 2016 September

29] Available from:

http://www.microbiologyinfo.com/salmonella-shigella-ss-agar-

composition-principle-uses-preparation-and-result-interpretation/

46. Sulaeman, Pratiwi Linda. Deteksi Bakteri Escherichia coli dan

Shigella sp Dalam Telur Balado Serta Resistensinya terhadap

Beberapa Antibiotik. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015. 02/08/2016

47. Acharya Tankeshiwar. Triple Sugar Iron Agar (TSI) : Principle,

Procedure adn Interpretation [cited 2016 September 29] Available

from:

https://microbeonline.com/triple-sugar-iron-agar-tsi-principle-

procedure-and-interpretation/

48. Kurniawan Arri. Deteksi Bakteri Patogen dalam Es Balok yang di jual

di Depot Es Balok di Pasar Tradisional Bandar Lampung. Fakultas

Kedokteran. Universitas Lampung. 2013

49. Acharya Tankeshiwar. IMViC Test: Principle, Procedure and Results

[cited 2016 September 29] Available from:

http://microbeonline.com/imvic-tests-principle-procedure-and-results/

50. Acharya Tankeshiwar. Eosin Methylene Blue (EMB) Agar :

Composition, uses and colony characteristics. [cited 2016 oktober 12]

from:

https://microbeonline.com/eosin-methylene-blue-emb-agar-

composition-uses-colony-characteristics/

51. Scarlab. Triple Sugar Iron Agar (TSI Agar) [cited 2016 oktober 12]

Available from:

http://www.scharlabmagyarorszag.hu/katalogus/01-192_TDS_EN.pdf

Page 75: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

59

52. Acharya Tankeshiwar. Shigella: Disease, properties, pathogenesis and

laborator diagnosis [cited 2016 September 29] Available from

https://microbeonline.com/shigella-disease-properties-pathogenesis-

and-laboratory-diagnosis/

Page 76: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

60

LAMPIRAN

Lampiran 1

Alat dan Bahan Penelitian

Timbangan digital Blender Hotplate

Vortex Kulkas penyimpanan

media steril Laminar air flow

Kulkas nonsteril Rak tabung reaksi Rak tabung reaksi

Page 77: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

61

Lampiran 1

Alat dan Bahan Penelitian

Gelas beker 500 ml Tabung erlenmeyer 500 ml Tabung ukur 100 ml

Mikropipet 1000 µl Cawan petri Batang L

Spatula Ose bulat dan jarum Bunsen

Page 78: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

62

Lampiran 1

Alat dan Bahan Penelitian

Set pewarnaan Gram Mikroskop

Sampel Cilok Media NB Media NA

Media EMB Media SSA Autoklaf

Page 79: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

63

Lampiran 1

Alat dan Bahan Penelitian

Inkubator Oven

Indikator uji biokimia

Page 80: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

64

Lampiran 2

Cara Kerja Penelitian

Timbang media Pembuatan media Stir pada hot plate

Pembuatan uji biokimia Penuangan pada tabung

reaksi Sterilisasi media

Sterilisasi alat di oven Sampel di blender Penimbangan

sampel

Page 81: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

65

Lampiran 2

Cara Kerja Penelitian

Vortex sampel Pengenceran pada

media NB

Vortex pengenceran

media NB

Isolasi sampel pada

cawan petri(NA,EMB,

SSA)

Uji biokimia koloni

Page 82: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

66

Lampiran 3

Hasil Total Plate Count

10-1

(1) 10-1

(2) 10-2

(1)

10-2

(2) 10-3

(1) 10-3

(2)

10-4

(1) 10-4

(2) Kontrol

Page 83: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

67

Lampiran 3

Hasil Total Plate Count

Media SSA Media EMB

Page 84: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

68

Lampiran 4

Hasil Perhitungan Penelitian

Konsentrasi Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

10-1

ke 1 ~ 96 62 108 133 ~ ~ 144 188 236

10-1

ke 2 ~ ~ 118 99 82 ~ 154 117 96 ~

10-2

ke 1 48 62 58 71 52 ~ 40 67 12 26

10-2

ke 2 103 57 31 65 7 115 47 99 27 30

10-3

ke 1 37 39 23 34 18 26 46 24 5 59

10-3

ke 2 53 21 12 28 8 37 120 8 3 6

10-4

ke 1 18 0 15 0 4 1 29 18 7 18

10-4

ke 2 1 7 7 0 21 2 24 3 4 17

Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah Koloni pada Setiap Pengambilan

Konsentrasi Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

10-1

~ ~ 90 104 108 ~ ~ 131 142 ~

10-2

76 60 45 68 30 ~ 44 83 20 28

10-3

45 30 18 31 13 32 83 16 4 33

10-4

10 4 11 0 13 2 27 11 6 18

kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel Jumlah Rata-rata Koloni Bakteri Setiap Konsentrasi pada setiap

Pengambilan Sampel

Sampel

Konsentrasi

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5

10-1

~ 97 x 101 ~ ~ ~

10-2

68 x 102 57 x 10

2 ~ 64 x 10

2 24 x 10

2

10-3

38 x 103

25 x 103

23 x 103 50 x 10

3 19 x 10

3

10-4

7 x 105

6 x 104

8 x 104 19 x 10

4 12 x 10

4

Kontrol 0 0 0 0 0

Tabel Jumlah Koloni pada Setiap Sampel

Page 85: Oleh: Aris Rivaldi Wicaksono NIM : 1113103000017 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33504/1/Aris... · tahun 2015 sebanyak 61 kejadian, penyebab KLB keracunan di

69

Lampiran 5

Riwayat Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : Aris Rivaldi Wicaksono

Jenis kelamin : Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir : Gresik, 10 Desember 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya BalongPanggang Gresik No.4

Email : [email protected]

Riwayat pendidikan :

1. TK Hidayatul Ummah Balongpangang Gresik 1999-2001

2. MI Hidayatul Ummah Balongpangang Gresik 2001-2007

3. MTs Negeri Gresik 2007-2010

4. MA.Unggulan Amanatul Ummah Mojokerto 2010-2013

5. PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-Sekarang