Top Banner

of 23

Odontektomi (Kel 2)

Nov 05, 2015

Download

Documents

Inddah Nii

odontektomi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

ODONTEKTOMI

OLEH :

Andi Fachrudi10610019Dhiny Pramita10610008Erwinda Ratna Sari10610014Indah Purnamawati10610018M. Effrin J10610026Maria Angelina 10610024Sondy Wildan A10610036Tegaryanti Ik10610038Theresia Paskaedith10610039

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIINSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI2013KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan makalah dengan judul ODONTEKTOMI tanpa halangan suatu apapun.Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moral maupun bantuan material. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada :1. Drg. Widiastomo Sp. BM sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah.1. Orangtua dan teman-teman yang telah banyak membantu lewat doa dan semua dukungannya1. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan makalah ini.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi kami apabila diberikan saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan pengetahuan dan kesempurnaan tulisan ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Kediri, Oktober 2013

Penyusun

ii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I : PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah11.3 TujuanMasalah2BAB II : TINJAUAN PUSTAKA32.1 Impaksi 2.1.1 Definisi 2.1.2 Tanda atau Keluhan Gigi Impaksi 2.1.3 Klasifikasi Impaksi Menurut Pell dan Gregory 2.1.4 Pemeriksaan Klinis Gigi Impaksi 2.1.5 Gambaran umum Perawatan gigi Impaksi2.2 Pemeriksaan2.3 Odontektomi 2.3.1 Indikasi dan Kontra Indikasi 2.3.2 Persiapan Tindakan Odontektomi 2.3.3 Penatalaksanaan Tindakan Odontektomi 2.3.4 Teknik Odontektomi Berdasarkan Tipe Impaksi 2.3.5 Faktor Penyulit Odontektomi 2.3.6 Komplikasi Odontektomi 2.3.7 Instruksi Pasca Odontektomi2.4 Alat OdontektomiBAB III : PENUTUP3.1 Kesimpulan3.2 SaranDAFTAR PUSTAKA

iii18

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKasus gigi impaksi sering dijumpai pada praktek dokter gigi sehari-hari. Pada prinsipnya gigi impaksi merupakan gigi yang tidak bisa tumbuh semuanya atau sebagian karena terhalang tulang, jaringan lunak maupun keduanya (Firmansyah, 2008).Gigi yang demikian biasanya menimbulkan penyakit karena gigi tersebut susah untuk dibersihkan sehingga menjadi sarang bakteri. Jika dibiarkan maka akan terjadi infeksi dan merusak gigi sebelahnya. Gigi akan menjadi rusak, gusi bengkak bahkan lama kelamaan bisa menjadi kista atau tumor. Gejala-gejala yang timbul seperti migren, kepala pusing, sakit saat buka mulut, dan telinga berdengung. Jika terjadi seperti ini harus dilakukan pencabutan gigi impaksi yang disebut dengan odontektomi (Couldhard et al., 2003).Pada prinsipnya perawatan untuk gigi impaksi yaitu diawali dengan pembukaan flap mukoperiostel untuk mencapai tulang rahang, kemudian untuk mencapai gigi dilakukan pengasahan tulang secara konseratif (Pedersen, 1996)

1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan impaksi ?2. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan sebelum di dilakukan odontektomi ?3. Apa yang dimaksud dengan odontektomi ?

1.3 Tujuan masalah1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan impaksi.2. Untuk mengetahui pemeriksaan yang dilakukan sebelum dilakukan odontektomi..3. Untuk mengetahui tentang odontektomi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 ImpaksiGigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang pada kisaran waktu yang diperkirakan. Suatu gigi mengalami impaksi akibat gigi tetangga, lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak yang tebal dan menghambat erupsi. Karena gigi impaksi tidak erupsi, maka akan tertahan seumur hidup pasien kecuali dilakukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Namun, harus diingat bahwa tidak semua gigi yang tidak erupsi dinyatakan mengalami impaksi. Jadi, diagnosis impaksi membutuhkan pemahaman tentang kronologi erupsi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi potensi erupsi (Peterson dkk., 2004).Umumnya, suatu gigi mengalami impaksi akibat panjang lengkung gigi yang kurang adekuat dan ruangan erupsi lebih kecil dibandingkan dengan panjang total lengkung gigi. Gigi-geligi yang seringkali mengalami impaksi adalah gigi molar tiga rahang atas dan bawah, gigi kaninus rahang atas dan premolar rahang bawah. Gigi molar tiga paling sering mengalami impaksi karena merupakan gigi yang paling terakhir erupsi, ruangan erupsi yang dibutuhkannya kurang adekuat. Sejumlah penelitian mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi potensi erupsi gigi molar tiga. Dua faktor yang dinyatakan paling prognostik adalah angulasi gigi molar tiga dan ruang yang tersedia untuk erupsi (Miloro, 2004). Erupsi gigi molar tiga akan selesai pada usia 20-24 tahun. Namun, satu atau beberapa gigi M3 mengalami kegagalan erupsi pada 1:4 orang dewasa. Menurut SOP Odontektomi 2 beberapa penelitian longitudinal, gigi yang terlihat mengalami impaksi pada usia 18 tahun memiliki kesempatan sebesar 30-50% untuk erupsi sempurna pada usia 25 tahun. Dalam serangkaian penelitian di Swedia, prevalensi impaksi ditemukan sebesar 45,8% (Anonim, 1997)

2.1.1 Definisi Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya terhalang atau terhambat, biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi tersebut tidakkeluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi. Umumnya gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi posterior dan jarang pada gigi anterior. Namun gigi anterior yang mengalami impaksi terkadang masih dapat ditemui. Pada gigi posterior, yang sering mengalami impaksi adalah sebagai berikut : 1. Gigi molar tiga (48 dan 38) mandibula2. Gigi molar tiga (18 dan 28) maksila3. Gigi premolar (44,45,34 dan 35) mandibula4. Gigi premolar (14,15,24 dan 25) maksila(Hidayat, 2007).Sedangkan gigi anterior yang dapat ditemui mengalami impaksi adalah sebagai berikut: 1. Gigi caninus maksila dan mandibula (13,23,33,dan 43)2. Gigi incisivus maksila dan mandibula (11,21,31,dan 41Untuk mengetahui ada atau tidaknya kemungkinan suatu gigi mengalami impaksi atau tidak sangatlah penting mengetahui masa erupsi masing-masing gigi pada setiap lengkung rahang. Gigi impaksi dapat disebabkan oleh banyak faktor, menurut Berbagai penyebab gigi terpendam antara lain :a. Kausa Lokal, merupakan faktor local yang dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi adalah : 1. Abnormalnya posisi gigi2. Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut4. Kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi5. Gigi desidui persistensi (tidak mau tanggal)6. Pencabutan prematur pada gigi7. Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa disekitar gigi8. Penyakit yang menimbulkan nekrosis tulang karena inflamasi atau abses.9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada anak-anak(Hidayat, 2007).b. Kausa Umur,Faktor umur dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi walaupun tidak ada kausa lokal antara lain :1. Kausa Prenatala) keturunanb) miscegenation2. Kausa Postnatala) ricketsiab) anemic) syphilis congenitald) TBCe) gangguan kelenjar endokrinf) malnutrisi3. Kelainan Pertumbuhana) cleido cranial dysostosisb) oxycephalic) progeriad) achondroplasiae) celah langit-langit(Hidayat, 2007).2.1.2 Tanda Atau Keluhan Gigi ImpaksiAda beberapa orang yang mengalami masalah dengan terjadinya gigi impaksi. Dengan demikian mereka merasa kurang nyaman melakukan hal-hal yang berhubungan dengan rongga mulut. Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya gigi impaksi adalah :a. Inflamasi, yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan pada gusi disekitar gigi yang diduga impaksib. Resorpsi gigi tetangga, karena letak benih gigi yang abnormal sehingga meresorpsi gigi tetanggac. Kista(folikuler)d. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yanglama (neuralgia)e. Fraktur rahang (patah tulang rahang) (Tetradis, 2002).2.1.3 Klasifikasi Impaksi Menurut Pell dan Gregorya) Berdasarkan letak molar ketiga di dalam rahang :1. Posisi A, bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal.2. Posisi B, bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis oklusal tapi masih lebih tinggi daripada garis servikal molar kedua.3. Posisi C, bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis servikal molarkeduab) Klasifikasi Menurut George WinterKlasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana. Gigi impaksi digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar kedua. Posisi-posisi meliputi :1. Vertical2. Horizontal3. Inverted4. Mesioangular (miring ke mesial)5. Distoangular (miring ke distal)6. Bukoangular (miring ke bukal)7. Linguoangular (miring ke lingual)8. Posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusual position (Tetradis, 2002).2.1.4 Pemeriksaan Klinis Gigi ImpaksiAda banyak penderita gigi terpendam atau gigi impaksi. Terkadang diketahui adanya gigi impaksi pada seseorang diawali karena adanya keluhan, namun tidak semua gigi impaksi menimbulkan keluhan dan kadang-kadang penderita juga tidak mengetahui adanya kelainan pada gigi geliginya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gigi impaksi dapat diketahui denganpemeriksaan klinis, meliputi :a) Keluhan - keluhan yang ditemukan dapat berupa :1. PerikoronitisPerikoronitis dengan gejala-gejala rasa sakit di region tersebut, pembengkakan, mulut bau (foeter exore), pembesaran limfe-node sub-mandibular2. Karies pada gigi tersebut. Dengan gejala ; pulpitis, abses alveolar yang akut. Hal yang sama juga dapat terjadi bila suatu gigi mendesak gigi tetangganya, hal ini dapat menyebabkan terjadinya periodontitis.3. Pada penderita yang tidak bergigi. Rasa sakit ini dapat timbul karena penekanan protesa sehingga terjadiperikonitis.4. Parastesi dan neuralgia pada bibir bawah, terjadinya parastesi atau neuralgia pada bibir bawah mungkin disebabkankarena tekanan pada n.mandibularis. Tekanan pada n.mandibularis dan dapat juga menyebabkan rasa sakit pada gigi premolar dan kaninus (Tetradis, 2002).b) Pemeriksaan Ekstra Oral, pada pemeriksaan ekstra oral yang menjadi perhatian adalah adanya pembengkakan, adanya pembesaran limfenode (KGB), adanya parastesi.c) Pemeriksaan Intra Oral, pada pemeriksaan intra oral yang menjadi perhatian adalah :1. Keadaan gigi,erupsi atau tidak2. Adanya karies,perikoronitis3. Adanya parastesi4. Warna mukosa bukal, labial dan gingival5. Adanya abses gingival6. Posisi gigi tetangga,hubungan dengan gigi tetangga7. Ruang antara gigi dengan ramus (pada molar tiga mandibula)d) Pemeriksaan Ro-Foto, pada pemeriksaan yang berdasarkan radiografi yang menjadi perhatian yakni dental foto (intra oral), oblique, occlusal foto/bite wing (Tetradis, 2002).2.1.5 Gambaran Umum Perawatan Gigi ImpaksiSecara umum sebaiknya gigi impaksi dicabut baik itu untuk gigi molartiga, caninus, premolar, incisivus namun harus diingat sejauh tidak menyebabkan terjadinya gangguan pada kesehatan mulut dan fungsi pengunyahan disekitar rahang pasien maka gigi impaksi tidak perlu dicabut. Pencabutan pada gigi impaksi harus memperhatikan indikasi dan kontraindikasi yang ada. Indikasi dan kontra indikasi pencabutan meliputi :a. Indikasi, yang termasuk dalam indikasi pencabutan yakni :1. Pencabutan Preventif/Propilaktik. Pencabutan preventif ini sangatlah penting yaitu untuk mencegah terjadinya patologi yang berasal dari folikel atau infeksi yang timbul akibat erupsi yang lambat dan sering tidaksempurna, serta pada kondisi tertentu dapat mencegah terjadinya kesulitan pencabutan nanti jika gigi itu dibiarkan lebih lama dalam lengkung rahang, misalnya karena celah ligamentum mengecil atau tidak ada adalah indikasi pencabutan bagi gigi yang impaksi.2. Pencabutan patologis dan mencegah perluasan kerusakan oleh gigi impaksi. Pencabutan karena pencegahan terjadinya patologi dan mencegah perluasan kerusakan dalam lengkung rahang karena adanya gigi yang impaksi juga menjadi indikasi pencabutan pada gigi yang impaksi. Adapun tindakan pencegahan itu meliputi :a) Pencegahan penyakit periodontalb) Pencegahan caries dentalc) Pencegahan perikonitisd) Pencegahan resorpsi akare) Pencegahan munculnya kista odontogenik dan tumorf) Pencegahan terjadinya fraktur rahang karena gigi impaksi Ada banyak referensi tentang indikasi pencabut gigi impaksi, namun secara umumpencabutan selalu diindikasikan oleh dua hal diatas, adapun indikasi lain pencabutan adalah usia muda, adanya penyimpangan panjang lengkung rahang dan membantu mempertahankan stabilisasi hasil perawatan ortodonsi, kepentingan prostetik dan restoratif.b. Kontraindikasi. Pencabutan gigi impaksi juga tergantung pada kontraindikasi yang muncul, ada pasien-pasien tertentu yang tidak dapat dilakukan pencabutan dengan berbagai pertimbangan, adapun kontraindikasi pencabutan gigi impaksi adalah :1. Pasien dengan usia sangat ekstrim, telalu muda atau lansia2. Compromised medical status3. Kerusakan yang luas dan berdekatan dengan struktur yang lain4. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut5. Apabila tulang yang menutupi gigi yang impaksi sangat termineralisasi dan padat6. Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh kondisi fisik atau mental tertentu (Tetradis, 2002).2.2 Pemeriksaan Gigi impaksi dapat menimbulkan gangguan ringan sampai serius jika gigi tersebut tidak erupsi. Tidak semua gigi impaksi menimbulkan masalah klinis yang signifikan, namun setiap gigi impaksi memiliki potensi tersebut. Gigi yang tidak erupsi akan menimbulkan rasa nyeri jika terjadi infeksi. Saat pemeriksaan, ketiadaan gigi, karies atau mobilitas gigi tetangga harus diperhatikan. Terjadinya infeksi dapat dilihat dari pembengkakan, pengeluaran pus, trismus, dan pelunakan limfonodus servikal regional (Coulthard dkk., 2003).Pemeriksaan radiografik harus didasarkan pada penelusuran riwayat dan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan radiografik sangat penting sebelum pembedahan dilakukan namun tidak perlu dilakukan saat pemeriksaan awal, jika terdapat infeksi atau gangguan lokal lainnya. Pemeriksaan radiologis gigi impaksi harus dapat menguraikan hal-hal berikut ini (Coulthard dkk., 2003) :a. Tipe dan orientasi impaksi serta akses untuk mencapai gigi b. Ukuran mahkota dan kondisinyac. Jumlah dan morfologi akard. Tinggi tulang alveolar, termasuk kedalaman dan densitasnyae. Lebar folikulerf. Status periodontal dan kondisi gigi tetanggag. Hubungan atau kedekatan gigi-geligi rahang atas dengan kavitas nasal atau sinus maksilarish. Hubungan atau kedekatan gigi-geligi rahang bawah dengan saluran interdental, foramen mentale, batas bawah mandibula. Jenis radiografi yang dapat digunakan, antara lain:a. Periapikal, tomografi panoramik atau oblique lateral dan CT scan untuk gigi molar tiga rahang bawahb. Tomografi panoramik (atau oblique lateral, atau periapikal yang adekuat) untuk gigi molar tiga rahang atas.c. Parallax film (dua periapikal atau satu periapikal dan satu film oklusal) untuk gigi kaninus rahang atasd. Radiografi periapikal dan true occlusal untuk gigi premolar dua rahang bawah; radiografi panoramik juga dapat digunakan jika radiografi periapikal tidak dapat menggambarkan seluruh gigi yang tidak erupsi.

2.3 OdontektomiMenurut (Pederson, 1996) odontektomi adalah tindakan pembedahan untuk mengeluarkan gigi yang tidak dapat dilakukan dengan ekstraksi biasa atau pembedahan yang diindikasikan untuk gigi yang impaksi atau tertanam di bawah tulang atau mukosa.2.3.1 Indikasi dan Kontraindikasi Odontektomia) Indikasi untuk perawatan odontektomi antara lain:1. Adanya impaksi gigi yang terlihat mendesak gigi molar kedua2. Tejadi maloklusi gigi3. Terdapat keluhan ras sakit atau pernah merasa sakit4. Bila terjadi infeksi (focus selulitis)5. Sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya infeksi karena erupsi yang terlambat dan abnormal, serta mencegah berkembangnya folikel menjadi keadaan patologis (kista odontogenik dan neoplasia)6. Akan mengganggu perawatan di bidang konservasi atau pembuatan mahkota gigi pada gigi molar kedua7. Diperkirakan akan mengganggu perawatan orthodonsia dan pembuatan protesa.

b) Kontraindikasi untuk perawatan odontektomi, antara lain:1. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut2. Panjang akar belum mencapai sepertiga atau dua pertiga3. Bila tulang yang menutupi gigi yang tertanam terlalu banyak4. Bila tulang yang menutupi sangat termineralisasi dan padat yaitu pada pasien berusia lanjut.(Danudiningrat, 2006).

2.3.2 Persiapan Tindakan OdontektomiDalam mempersiapkan tindakan odontektomi perlu diperhatikan adalah melakukan rontgen foto. Dengan adanya foto rontgen maka akan didapatkan informasi tentang:1. Bentuk , jumlah, ukuran gigi serta bentuk akar2. Posisi akar atau mahkota dengan gigi tetangga atau struktur lain3. Klasifikasi impaksi gigi4. Posisi bukal atau lingual gigi impaksi5. Hubungan akar gigi impaksi dengan struktur anatomis penting di dekatnya

2.3.3 Teknik/atau Penatalaksaan Tindakan Odontektomi

Gambar a. Insisi envelope [amplop] seringkali digunakan untuk membuka jaringan lunak mandibula dalam pencabutan gigi impaksi molar tiga: Perluasan insisi keposteriorharus divergen ke arah lateral agar tidak terjadi perlukaan saraf lingual (Anonim,2009).

Gambar b. Insisi envelope dibuka ke arah lateral sehingga tulang yang menutupi gigi impaksi terbuka.

Gambar c. Jika digunakan flap tiga-sudut, insisi pembebas dibuat pada aspek mesial gigi molar dua (Anonim,2009).

Gambar d. Saat flap jaringan dibuka pada insisi pembebas, akan diperoleh lapangan pandang yang lebih luas, terutama pada aspek apikal daerah pembedahan (Anonim,2009).

E

Gambar e. Setelah jaringan lunak dibuka, tulang yang menutupi permukaan oklusal gigi dibuang menggunakan bur fissure atau chisel tangan (Anonim,2009).

F

Gambar f. Kemudian, tulang pada aspek bukal dan distal gigi impaksi dibuang menggunakan bur (Anonim,2009).2.3.4 Teknik odontektomi berdasarkan tipe impaksi gigia) Impaksi vertical

Jika gigi yang terbentuk tidak erupsi sempurna menembus batas gusi. Tulang pada aspek bukal dan distal mahkota dibuang, dan gigi dipotong menjadi bagian mesial dan distal. Jika akar gigi bengkok, menyatu atau tunggal, bagian distal mahkota dipotong seperti dalam impaksi mesioangular. Aspek posterior mahkota diungkit terlebih dahulu menggunakan Cryer elevatorsampai ke titik pengeluaran pada sisi distal gigi (Anonim,2009).

Elevator digunakan untuk mengangkat aspek mesialgigi dengan gerakan putar dan ungkit (Anonim,2009).b) Impaksi mesio angularImpaksi mesioangular merupakan tipe yang sering ditemukan (43% kasus). Gigi menjorok ke depan, mengarah ke depan mulut.

Dalam pencabutan impaksi mesioangular, tulang pada sisi bukal dan distal dibuang agar mahkota gigi dan batas servikalnya terlihat. Aspek distal mahkota dipotong. Terkadang, perlu dilakukan pemotongan seluruh gigi menjadi dua bagian, bukanhanya memotong bagian distal mahkota saja (Anonim,2009).

Setelah bagian distal mahkota dikeluarkan, diinsersikan elevator kecilpada titikungkit di aspek mesial gigi molar tiga, dan gigi dikeluarkan menggunakan gerakan putar dan ungkit (Anonim,2009).

2.3.5 Faktor Penyulit Tindakan OdontektomiTerdapat faktor-faktor yang mempersulit tindakan pembedahan odontektomi, diantaranya:1. Lengkung akar yang abnormal, baik dalam arah mesial, distal, atau berbentuk seperti kait2. Bentuk anatomi, misalnya akar terpisah akar terpisah atau mengalami fusi3. Gigi mengalami anklylosis dan hipersementosis4. Keadaan gigi impaksi dengan kanalis mandibularis5. Gigi yang terletak pada zona yang dalam6. Ketebalan tulang yang ekstrim, khususnya pada pasien tua7. Akses yang sulit ke daerah operasi, seperti Orbicularis oris yang kecil, ketidakmampuan pasien membuka mulut lebar, lidah yang besar dan tidak terkontrol gerakannya, penderita sensitive terhadap benda asing yang masuk ke rongga mulut (Pedersen, 1996)

2.3.6 Komplikasi Odontektomi Dalam pembedahan odontektomi ada komplikasi yang terjadi ada komplikasi pada saat pembedahan dan komplikasi pasca bedah.Pada komplikasi pada saat pembedahan, biasanya terjadi:1. Perdarahan 2. Tertekan/putusnya nervus alveolaris inferior3. Fraktur akar4. Fraktur processus alveolaris lingual5. Fraktur tulang rahang bagian lingual6. Fraktur mandibula terutama daerah angulus7. Trauma pada gigi tetangga8. Rusaknya tumpatan atau mahkota pada gigi molar kedua di samping molar ketiga yang dilakukan odontektomi9. Masuknya gigi/sisa akar gigi ke dalam submandibula. Space, kanalis mandibularis atau spasia region lingual10. Syok anafilaktik11. Patahnya instrument12. Alergi obat (obat anastesi, antibiotik, analgesik).Pada komplikasi pasca bedah, biasanya akan terjadi:1. Terjadi pembengkakan2. Terjadi perdarahan sekunder3. Terjadi dry socket4. Infeksi pada jaringan lunak maupun tulang5. Adanya memar pada jaringan lunak ekstraoral dan dapat meluas sampai ke region leher dan dada di region odontektomi atau bilateral6. Terjadi trismus7. Adanya facial abses8. Terjadi emphysema9. Terdapat luka di daerah sudut bibir(Gary, 1989)2.3.7 Instruksi Pasca OdontektomiSetelah dilakukan pembedahan, dokter gigi perlu menginstruksikan kepada pasien untuk melakukan hal-hal seperti berikut:1. Gigit tamponsekitar 30-60 detik, tampon diganti dengan tampon steril sampai beberapa kali2. Tidak mengisap-isap luka3. Tidak diperkenakan kumur4. Fungsi kunyah dikurangi5. Jaga kebersihan luka 6. Menjaga kebersihan mulut dengan tetap menggosok gigi dan dihindari untuk berkumur keras7. Hindari makan dan minum panas8. Tidak diperkenakan merokok(Pedersen, 1996)2.4 Alat Odontektomi1. Elevator :a. elevator lurus : Untuk mengetes anastesi, memisahkan perlekatan epitel, mengungkit ujung akar dan frakmennya.b. Elevator bengkok : untuk menggeser gigi dan frakmen akarnya menjauhi titik tumpu dari alat ini

2. Needle holder : untuk penjahitan digunakan needle holder. Instrumen ini dipegang dengan ibu jari dan jari manis memegang cincin sedangkan telunjuk ditempatkan sepanjang tangkai. 3. Roun bur/tappered fissure : digunakan untuk memecah gigi dan untuk pembuatan lubang kaitan untuk elevator4. Benang jahit : benang jahit dibagi menjadi yang bisa diabsorbsi dan yang tidak bisa diabsorbsi. Secara umum jahitan yang terletak pada permukaan luar tubuh menggunakan bahan non absorbsi sedangkan yang terletak dibawah kulit menggunakan yang dapat di absorbsi. Tipe bahan non absorbsi yang menonjol adalah sutera, katun, nilon. Benang polyglycolic acid yang dapat diasorbsi.5. Bone file : digunakan untuk menghaluskan permukaan dan tepi tulang6. Scalpel : digunakan untuk insisi jaringan lunak dan biasanya menggunakan handle scalpel sebagai pegangan.7. Spuit disposible : digunakan untuk penyuntikan obat, irigasi saline dari alat rotasi, dan daerah-daerah pembedahan serta untuk aspirasi lesi tertentu(Pedersen, 1996)

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KesimpulanKasus gigi impaksi biasanya menimbulkan penyakit karena gigi tersebut susah untuk dibersihkan sehingga menjadi sarang bakteri, apabila menimbulkan gejala-gejala seperti migren, kepala pusing, sakit saat buka mulut, dan telinga berdengung harus dilakukan pencabutan gigi impaksi yang disebut dengan odontektomi3.2 SaranDiharapkan kepada mahasiswa fakultas kedokteran gigi dapat memahami mengenai pokok bahsan tentang Odontektomi.

18

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1997. National Clinical Guidelines 1997. Faculty of dental surgeryAnonim. 2009. ProsedurStandarOdontektomi Gigi Impaksi. Available at: http://www.pinoydental.com. Accessed at: 17Oktober. 2010.Coulthard P, Horner K, Sloan P, dkk. 2003. Master dentistry: oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine. Elsevier Science Limited. Churchill Livingstone. England.Firmansyah, 2008. Fraktur Patologis Mandibula Akibat Komplikasi Odontektomi Gigi Molar 3 Bawah. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jakarta.Miloro Michael.2004. Petersons of oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. BC Decker Inc. Hamilton, London.Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, dkk. 2004. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 4th ed. Mosby company. Royal College of Surgeons of England.Gordon W. Pedersen, D.D.S., M.S.D. 1996. Buku ajar praktis bedah mulut. EGC : JakartaWind, Gary G. 1989. Prinsip-prinsip teknik bedah. Alih bahasa dr. Sudjoko kuswadji. Hipokrates: JakartaHidayat, Wahyu. 2007. Gambaran Distribusi Teknik Foto Rontgen Gigi. Bandung : UNPAD Press.

Tetradis, Sotirios. 2002. Radiographic aids in The Diagnosis of Periodontal Disease. Philadelpia.

19