Nilai-nilai Konfusianisme dalam Pemerintahan Park Chung Hee dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Ekonomi Korea Selatan Tahun 1961-1979 Serly Kusumadewi, Zaini M Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia [email protected]Abstrak Skripsi ini membahas peranan nilai-nilai Konfusianisme sebagai pandangan fundamental bangsa Korea keseluruhan dalam pemerintahan Park Chung Hee secara khusus dan pengaruhnya terhadap perkembangan ekonomi Korea Selatan tahun 1961-1979. Pembahasan tersebut akan mengurai bagaimana pengaruh internal (nilai-nilai Konfusianisme) dan eksternal (pengaruh Amerika Serikat dan Jepang) berpengaruh kepada Park Chung Hee dan pemerintahannya. Penelitian akan dibuktikan dengan analisis kualitatif deskriptif atas nilai-nilai Konfusianisme yang terkandung dalam kepemimpinan Park Chung Hee, kebijakan-kebijakan pemerintahan Park serta resistensinya terhadap Konfusianisme dan pengaruh asing. Hasil studi ini membuktikan adanya hubungan antara nilai-nilai Konfusianisme dengan kepemimpinan Park Chung Hee tahun 1961-1979 dalam peranannya terhadap perkembangan ekonomi Korea Selatan. Kata kunci: Konfusianisme, Park Chung Hee, perkembangan ekonomi, Korea Selatan Confucian Values in Park Chung Hee’s Era and Its Influences toward South Korea’s Economy Development 1961-1979 Abstract The focus of this study is to explain the role of Confucian values as Korean’s fundamental view in Park Chung Hee’s era specifically and its influences toward South Korea’s economy development 1961-1979. This study would describe how both internal factor (Confucian values) and external factor (USA and Japan) give influences toward Park Chung Hee himself and his government. This study will be conducted by descriptive-qualitative analysis of Confucian values on Park’s era, Park government’s policies, and also their resistance towards Confucianism itself and foreign influences. This study itself concludes that there is a correlation between Confucian values and Park Chung Hee’s era (1961-1979) due to its role toward South Korea’s economy development. Key words: Confucianism, Park Chung Hee, Economy Development, South Korea. Nilai-Nilai Konfusianisme ..., Serly Kusumadewi, FIB UI, 2013
18
Embed
Nilai-nilai Konfusianisme dalam Pemerintahan Park Chung ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Nilai-nilai Konfusianisme dalam Pemerintahan Park Chung Hee dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Ekonomi Korea Selatan
Tahun 1961-1979
Serly Kusumadewi, Zaini M
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
Skripsi ini membahas peranan nilai-nilai Konfusianisme sebagai pandangan fundamental bangsa Korea keseluruhan dalam pemerintahan Park Chung Hee secara khusus dan pengaruhnya terhadap perkembangan ekonomi Korea Selatan tahun 1961-1979. Pembahasan tersebut akan mengurai bagaimana pengaruh internal (nilai-nilai Konfusianisme) dan eksternal (pengaruh Amerika Serikat dan Jepang) berpengaruh kepada Park Chung Hee dan pemerintahannya. Penelitian akan dibuktikan dengan analisis kualitatif deskriptif atas nilai-nilai Konfusianisme yang terkandung dalam kepemimpinan Park Chung Hee, kebijakan-kebijakan pemerintahan Park serta resistensinya terhadap Konfusianisme dan pengaruh asing. Hasil studi ini membuktikan adanya hubungan antara nilai-nilai Konfusianisme dengan kepemimpinan Park Chung Hee tahun 1961-1979 dalam peranannya terhadap perkembangan ekonomi Korea Selatan.
Kata kunci: Konfusianisme, Park Chung Hee, perkembangan ekonomi, Korea Selatan
Confucian Values in Park Chung Hee’s Era and Its Influences toward South Korea’s
Economy Development 1961-1979
Abstract
The focus of this study is to explain the role of Confucian values as Korean’s fundamental view in Park Chung Hee’s era specifically and its influences toward South Korea’s economy development 1961-1979. This study would describe how both internal factor (Confucian values) and external factor (USA and Japan) give influences toward Park Chung Hee himself and his government. This study will be conducted by descriptive-qualitative analysis of Confucian values on Park’s era, Park government’s policies, and also their resistance towards Confucianism itself and foreign influences. This study itself concludes that there is a correlation between Confucian values and Park Chung Hee’s era (1961-1979) due to its role toward South Korea’s economy development.
Key words: Confucianism, Park Chung Hee, Economy Development, South Korea.
perkembangan ekonomi Korea Selatan tahun 1961-1979? Berdasarkan permasalahan yang
telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan hubungan antara nilai-nilai
Konfusianisme dengan kepemimpinan Park Chung Hee tahun 1961-1979 dalam peranannya
terhadap perkembangan ekonomi Korea Selatan.
Tinjauan Teoritis
Meski bukan pemerintahan Konfusian seperti masa kerajaan Joseon (1392-1910),
dalam pemerintahan Park Chung Hee masih terdapat nilai-nilai Konfusianisme. Nilai-nilai
Konfusianisme yang masih terasa pada masa pemerintahan Park Chung Hee merupakan
sebuah warisan yang sulit dihilangkan. Hal tersebut dijelaskan oleh Kim Woon-Tai (2001)
yang menuangkan pikirannya dalam salah satu bagian dalam buku Understanding Korean
Politic: an Introduction bahwa ada tiga faktor yang dapat diidentifikasi sebagai faktor yang
berkontribusi terhadap budaya politik di Korea. Pertama adalah nilai-nilai tradisional dan
evolusi sosial-budaya seperti shamanisme, Konfusianisme dan pengalaman historis. Kedua,
pemerintahan kolonial Jepang juga menjadi salah satu faktor pembentuk pola budaya politik
Korea. Ketiga, proses modernisasi telah mempercepat pergantian budaya dengan
menyebarkan paham individualisme, konsumsi massa, dan nilai plural.
Ajaran Konfusianisme sebagai Dasar Budaya Politik Korea
Konfusianisme secara esensial merupakan sebuah manifestasi filosofi politik yang
berasal dari Cina. Paham ini berkembang selama ratusan tahun di semenanjung Korea sejak
Zaman Tiga Kerajaan1. Pengaruh Konfusianisme yang telah berkembang selama ratusan
tahun di Korea merupakan basis politik ideal bagi bangsa Korea dan telah menjadi tendensi
filosofi bangsa Korea pra-modern bahkan pengaruhnya pun masih terasa dalam masyarakat
Korea sekarang (Hong,1973). Dalam buku Korean Politics, John (1999) berpendapat senada
dengan Kim (2001) bahwa bangsa Korea mendapat pengaruh dari Konfusianisme dalam
perkembangan pemerintahannya.
Konfusianisme mengandung dua aspek utama yang secara simultan berkaitan satu
sama lain, yakni, “pembinaan diri” (etika) dan “memerintah orang lain” (politik).
Konfusianisme merupakan sistem yang mengintegrasi “pembinaan diri” yang harus dimiliki
oleh cendekiawan, untuk nantinya “memerintah orang lain” (Kang, 2006).
1 Masa Tiga Kerajaan merujuk kepada tiga kerajaan besar yang menguasai semenanjung Korea sekitar abad ke-4 sampai dengan abad ke-7. Tiga kerajaan besar tersebut terdiri dari Koguryo, Baekje, dan Silla.
mempertahankan posisinya dalam lingkungan organisasi dengan cara memposisikan orang-
orang di sekitarnya sebagai anggota keluarganya. Dalam konteks ini, nepotisme merupakan
sebuah hal yang lumrah dalam masyarakat Korea. Hal tersebut didukung pula dengan nilai
Konfusianisme yang beredar di masyarakat Korea mengenai pentingnya menjaga sebuah
hubungan (Crane, 1999).
Pengaruh Pemerintah Kolonial Jepang terhadap Korea Selatan
Swindler (1986) dan Kim (2001) mengemukakan bahwa perubahan historis spesifik
memiliki andil dalam pembentukan pola tindakan seseorang dan memberi corak pada budaya
politik sebuah pemerintahan. Oleh karena itu, periode penjajahan Jepang atas semenanjung
Korea pada tahun 1876 sampai tahun 1945 merupakan salah satu periode penting bagi bangsa
Korea. Pada tahun 1876, ketika Korea masih berada dalam sistem sino-sentris3, dimulailah
sebuah transisi modernisasi. Diplomasi dan budaya Barat mulai menggeser sistem tradisional.
Transisi ini didapatkan Korea secara tidak langsung melalui Jepang, tidak seperti negara Asia
lainnya yang mendapatkan pengaruh Barat secara langsung dari bangsa Barat (Macdonald,
1990).
Kolonialisasi pada dasarnya merupakan intensifikasi peningkatan rasa nasionalisme
dengan memberikan batasan jelas antara pihak internal dan pihak asing di luar lingkaran
keluarga. Pembatasan tersebut mendorong keinginan bangsa terjajah untuk bangkit dari
keadaan pasca kolonialisme termasuk dari segi pencapaian ekonomi. Dalam konteks
semenanjung Korea, posisi Jepang sebagai bangsa penjajah yang serumpun telah memberi
kepercayaan diri kepada bangsa Korea untuk meniru kesuksesan ekonomi Jepang. Hal
tersebut didasari anggapan bahwa kesamaan latar belakang budaya Jepang dengan Korea
lebih mudah diterima dibandingkan bangsa Barat yang sama sekali asing bagi bangsa Korea
(Eckert, 1990:408).
Modernisasi Korea dan Resistansi Konfusianisme terhadap Modernisasi
Menurut Rostow (1960), proses modernisasi merupakan proses transisi komunitas dari
komunitas tradisional yang bermatapencaharian dari sektor pertanian menjadi komunitas yang
berbasis perdagangan dan industri. Dalam konteks modernisasi Korea, Hong Yi-Sup (1973)
dalam bukunya Korea’s Self Identity mengemukakan bahwa perlu diperhatikan dua hal dalam
melihat modernisasi Korea, yakni proses modernisasi tersebut terjadi pada kondisi masyarakat
3 Sinosentris merupakan sistem hierarkial internasional yang tumbuh di Asia Timur sebelum masuknya sistem westphalian. Sinosentris mengacu kepada gagasan kuno bahwa China merupakan pusat budaya dunia.
Korea saat itu yang masih berada di bawah pengaruh Konfusianisme; dan beberapa bentuk
Konfusianisme yang masih aktif dalam beberapa kelompok masyarakat pra-modern.
Ajaran Konfusianisme yang berkembang di Korea mengalami modernisasi seiring
transformasi modern yang dialami bangsa Korea. Sebagian konsep Konfusianisme
berasimilasi dengan pengaruh asing seperti Kapitalisme dan bertahan hingga masa modern
sedangkan sebagian lainnya menjadi tidak aktif dalam tatanan masyarakat. Hal tersebut
merupakan bentuk seleksi terhadap transformasi modern. Bentuk resistansi Konfusianisme
terhadap modernisasi yang berhasil bertahan karena didukung oleh pengalaman historis yang
panjang dan penanaman nilai-nilai Konfusianisme secara alami yang dimulai sejak
pendidikan dasar dalam keluarga di Korea.
Pengaruh Amerika Serikat Terhadap Korea Selatan
Melalui penandatanganan Deklarasi Kairo pada November 1943, Amerika Serikat
mulai memberi perhatian terhadap semenanjung Korea secara khusus sebagai bagian dari
rencana pasca Perang Dunia II terkait kekaisaran Jepang. Kemudian pada Agustus 1945,
semenanjung Korea terbagi dua dan Korea Selatan menjadi negara perwalian Amerika Serikat
(Kim, 2007). Dominasi bantuan Amerika Serikat terhadap sektor finansial Korea Selatan
membuat Amerika Serikat selama masa perwalian membuatnya memiliki hak pilih mayoritas
atas Korea Selatan. Selain itu, kurangnya kekuatan Korea Selatan di berbagai bidang
menjadikan Korea Selatan negara yang mudah diserang. Hal tersebut mengakibatkan Korea
Selatan menjadi negara yang sangat bergantung kepada Amerika Serikat (Park, 1970).
Meskipun demikian, masuknya Amerika Serikat ke semenanjung Korea telah memberikan
jaminan keamanan yang secara langsung telah mengakomodasi lingkungan politik yang
konduktif bagi perkembangan kapitalisme (Eckert, 1990:395). Ketergantungan Korea Selatan
dan dominasi Amerika Serikat pada Korea Selatan merupakan penjelasan yang eksplisit atas
krusialnya peran Amerika Serikat terhadap Korea Selatan.
Pengenalan Park Chung Hee
Park Chung Hee (���) lahir pada 14 November 1917 di sebuah desa kecil yang
terletak 69 mil dari barat laut Daegu. Dia merupakan anak termuda diantara 5 putra dan 3
putri dari Park Song Bin, seorang aktivisTonghak4. Dalam salah satu karyanya berjudul
Minjokui Cheoryeok, Park mendedikasikan 40 halaman dari 44 halaman terhadap pergerakan 4Tonghak adalah pergerakan akademik dalam Neo-Konfusianisme Korea yang didirikan oleh Choi Je-U sebagai reaksi dari munculnya Seohak (western learning). Tonghak merupakan pergerakan reformasi dan kebangkitan ajaran Konfusian.
kepatuhan dan efisiensi hubungan hierarkial birokratis, Park telah menyukseskan
program repelita pertama serta repelita-repelita sesudahnya.
4. Penguatan grup Chaebol. Sebagai kelanjutan dari program repelita, jiwa
kewirausahaan bangsa Korea mulai ditingkatkan melalui penguatan grup Chaebol5.
Hubungan antara pemerintah-Chaebol tersebut merupakan perwujudan hubungan
berdasarkan pola hierarkial Konfusian, antara penguasa dan bawahan (Eckert,
1990: 409). Dengan menjaga kewajiban tiap peran, maka akan membawa harmoni.
Keefektifan pola tersebut dibuktikan dengan kesuksesan ekonomi yang dibuktikan
oleh kemajuan ekonomi Korea Selatan. Selain itu, keefektifan manipulasi elemen
budaya Konfusianisme dalam rangka menguatkan grup chaebol merupakan
indikasi kuat peranan Park sebagai pemegang kendali pemerintahan. Sebagai
penggagas dan penggerak transformasi tersebut, Park memanipulasi berbagai
faktor yang dimilikinya baik nilai Konfusianisme dan juga hasil pengalaman
hidupnya sebagai produk elite militer Jepang.
5. Program Saemaul Undong 6 . Orientasi sebagian masyarakat Korea terhadap
pertanian merupakan peninggalan nyata sebagai bagian dari masyarakat pasca-
Konfusian. Upaya Park yang mencoba untuk mengembalikan kembali posisi
sektor pertanian dalam kebijakan Saemaul Undong dapat dilihat sebagai salah satu
upaya mengembalikan keadaan masyarakat Konfusian kepada bangsa Korea.
Secara implisit, Park juga terlihat seperti mengakui keberadaan agrikultur dalam
masyarakat Konfusian sebagai faktor pembentuk harmoni antara kemajuan dan
tradisi. Pembangunan desa-desa sebagai pusat lahan agrikultur merupakan upaya
nyata yang dilakukan Park untuk mewujudkan keseimbangan antara industri dan
pemeliharaan tradisi.
Rangkaian kebijakan dalam pemerintahan Park Chung Hee tersebut bila dilihat dari
ajaran Konfusianisme menunjukkan perwujudan sentralisasi kontrol dan pengaplikasian
sistem hubungan hierarkial birokratis. Tak hanya secara sistem, semangat dan mental nasional
juga terbentuk berdasarkan nilai-nilai Konfusian. Meskipun demikian, seiring peningkatan
5 Chaebol didefinisikan oleh Yoo &Lee (1987), sebagai kelompok bisnis yang memiliki perusahaan-perusahaan besar yang dimiliki dan dikelola oleh anggota keluarga atau kerabat dengan are bisnis yang beragam (Kim, 2001: 144). 6 Saemaul Undong atau dikenal juga dengan New Village Movement merupakan salah satu program kebijakan pemerintahan Park yang diresmikan pada musim dingin tahun 1971-1972. Kebijakan pembangunan daerah pertanian dan pedesaan ini dilakukan dalam rangka mengatasi dampak yang timbul akibat industrialisasi seperti urbanisasi dll (Eckert, 1990:367).
pasar. Kestabilan politik dan mulusnya pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut tentu
memudahkan pencapaian tujuan kebangkitan perekonomian nasional (Hahm, 1999:47).
Pemerintahan otoriter dan terpusat milik Park bertujuan untuk membasmi korupsi,
meningkatkan kekuatan dan kemampuan otonomi masyarakat, serta menyelenggarakan
keadilan sosial. Selama pemerintahannya tersebut, Park telah berhasil mencapai kebangkitan
ekonomi Korea Selatan melalui kebijakan-kebijakannya. Hal tersebut dilakukannya dengan
tidak meninggalkan nilai tradisional Konfusianisme, namun justru menggunakan elemen
budaya tersebut dan memanipulasinya untuk mewujudkan tujuan kebangkitan nasional Korea
dalam bidang ekonomi.
Daftar Pustaka
Sumber Buku
김, 경일. (1999). 공자가죽어야나라가산다 (Konfusius Harus Mati Agar Negara Bisa Hidup).서울: 바다출판사.
이, 승환. (2004). 유교담론의지형학 (Geomorfologi dari teori Konfusianisme).파주: (주)도서출판푸른숲.
홍, 사항. (2005). 주식회사대한민국 CEO 박정희(Park Chung Hee, CEO PT.Korea Selatan). 서울: 국일미디어.
Anderson, James E. (2006). Public Policymaking: An Introduction, 6th ed. Boston: Houghton
Brazinsky, Gregg. (2007). Nation Building in South Korea: Koreans, Americans, and The Making of a Democracy. North Carolina: The University of North Carolina Press.
Cheng, Tien-His. (1947). China Moulded by Confucius. London: Stevens&Sons ltd.
Chung, Chong-Sik & Ro, Jae-Bong. (1979). Nationalism in Korea. Seoul: Research Center for Peace and Unification.
Chung, Chulhee&Kwang, Yeong Shin. (2001). Cultural Tradition and Democracy in South Korea. Korean Studies at The Dawn of Milenium, 2nd Biennial Conference Korean Studies Association of Australia 2001, hal 51-65. Australia: Monash University.
Crane, Paul S. (1999). Korean Patterns. Seoul: Seoul Press.
Creel, H.G. (1951). Confucius: The Man and The Myth. London: Routledge&Kegan Paul Ltd.
Eckert, C.J., Lee, K.B., Lew, Y.I., Robinson, M., Wagner, E.W. (1990). Korea Old and New A Hystory. Seoul: Ilchokak Publisher.
Ellis, Ralph D. (1998). Just Results: Ethical Foundations for Policy Analysis. Washington, DC: Georgetown University Press.
Graham, Edward M. (2003). Reforming Korea's Industrial Conglomerates. Washington, DC: Institute for International Economics.
Hahm, Shaibong. “The Confucian Tradition and Economic Reform." Mo, Jongryn and Moon, Choong-In. Democracy and the Korean Economy. Standford: Hoover Intitution Press, 1999. Hal 35-54.
Hong, Yi-Sup. (1973). Korea's Self Identity. Seoul: Yonsei University Press.
Huang, Yu-ling. (2009). The Population Council and Population Control in Postwar East Asia. Binghamton: State University of New York.
Jin, Duk-Kyu. (2005). Historical Origins of Korean Politics. Seoul: Jisik-sanup Publications Co., Ltd.
Kang, Jae-eun. (2006). The Land of Scholars : Two Thousand Years of Korean Confusianism (Suzanne Lee, penerjemah). Korea: Hangilsa Publishing Co., Ltd.
Keum, Jang-Tae. (2000). Confusianism and Korean Thoughts. Seoul: Jimoondang Publishing Company.
Khaled, Mortuza. (2007). Park Chung Hee’s Industrialization Policy and its Lessons for Developing Countries. A paper for the world Congress for Korean Studies 2007. Busan:-.
Kihl, Young whan. (2004). The Legacy of Confucian Culture and South Korean Politics and Economics: An Interpretation. Anthology of Korean Studies, Vol VI. Seoul: Hollym International Corp.
Kim, Chong-Shin. (1967). Seven Years with Korea’s Park Chung Hee. Seoul: Hollym Corp.
Kim, Choong-Nam. (2007). The Korean Presidents: Leadership for nation building. Norwalk: EastBridge.
Kim, Youngok. (2001). Determinants of Financial Reporting System: The Case of South Korea. Korean Studies at The Dawn of Milenium, 2nd Biennial Conference Korean Studies Association of Australia 2001, hal 139-154. Australia: Monash University.
Koh, Byong-ik. (2004). Confucianism and Its Modern Transformation in East Asia. Anthology of Korean Studies, Vol VI. Seoul: Hollym International Corp.
Kramers,R.P. (1950). K’ung Tzu Chia Yu: The School Sayings of Confucius. Leiden: E.J. Brill.
Kye, Seung B. (2008). Confucian Perspective on Egalitarian Thought in Traditional Korea. International Journal of Korean HistoryVol.12 August 2008, hal 57-88.
Lee, Chong-Sik. (2012). Park Chung Hee, From Poverty to Power. Palos Verdes: The KHU Press.
Limongi, Adam Przeworski and Fernando. (1997). "Modernization: Theories and Facts." World Politics 49.2, 155-183.
Macdonald, Donald Stone. (1990). The Koreans : contemporary politics and society. Colorado: Westview Press.
Mas'oed, Mohtar and Yang, Seung-Yoon. (2010). "Sejarah Politik Korea." Syamsudin, Mukhtasar dkk. Politik dan Pemerintahan Korea. Yogyakarta: INAKOS dan Pusat Studi Korea UGM, 23-38.
Moon, Soong Hoom Kil&Chung-in. (2001). Understanding Korean Politics : An Introduction. New York: State University of New York Press, Albany.
Nak-Chung, Paik. (2005). “How to Think about the Park Chung Hee Era”. Korea Focus May-June 2005, Vol.13, No.3, 116-124.
Oh, John Kie-Chiang. (1968). Korea: Democracy on Trial. New York: Cornell University.
Oh, John Kie-Chiang. (1999). Korean Politics. USA: Cornell University Press.
Park, Chung-Hee. (1970). The Country, the Revolution and I. Seoul: Hollym Corporation.
Rostow, W.W. (1960). The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto. Cambridge: Cambridge Press.
Roxborough, Ian. (1979). Theories of underdevelopment. London: The Macmillan Press ltd.
Sabarguna, H. Boy S. (2004). Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI-Press.
Shin, Gi-wook. (2006). Ethnic Nationalism in Korea: Genealogy, Politics, and Legacy. Standford: Standford University Press.
Shin, Yong Ha. (1990). Formation and Development of Modern Korean Nationalism. Seoul: Dae Kwang Munhwasa.
Soong, Hoom-Kil and Moon, Chung-In. (2001). Understanding Korean Politics, An Introduction. New York: State University of New York Press.
Sutrisno, Gaya Nitiya. (2012). “Paternalisme dalam pemerintahan Syngman Rhee dan Pengaruhnya terhadap Nilai-nilai Demokrasi di Korea” Skripsi. Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea FIB UI. Depok: Universitas Indonesia.
Swidler, Ann. (1986). Culture in Action: Symbols and Strategies. American Sociological Review, Vol. 51, No. 2, hal 273-286. USA: American Sociological Association.
Weber, Max. (1951). The Religion of China Confucianism and Taoism (diterjemahkan dan diedit oleh Hans H.Gerth). Illinois: The Free Press.
Yi-Sup, Hong. (1973). Korea's Self Identity. Seoul: Yonsei University Press.
Kim, Terri. Confucianism, Modernities, and Knowledge: China, South Korea, and Japan. (t.t). Academia. Diakses tgl. 14 Mei 2013. <http://www.academia.edu/901308/Confucianism_Modernities_and_Knowledge_China_South_Korea_and_Japan>
Legge, James. (t.t). The Chinese ClassicsVolume One: Confucian Analects. Diakses tgl 21 April 2013. < http://gutenberg.net>
Konfucius. (2012). The Analects of Confucius. Translated Version by R.Eno. Diakses tgl 21 April 2013. <http://www.indiana.edu/~p374/Analects_of_Confucius_(Eno-2012).pdf>
Setiawan, Ebta. (2010-2012). KBBI Offline versi 1.4 freeware. Diunduh 29 April 2013.