-
BERITA APGAI
Oxa, Triset, Watchout, Oxa sepatu, Andre Laurent, Escrava,
Theoryx, Bi One, Allan
Brooke, Osella, Arnet, Luna, Carthago, Arnon Brook, Platini,
Contempo, Hipofant,
Caesar, Gianni Visentin, D&F, Invio, Atmosphere, Executive,
Wood, Wrangler, Et Cetera,
D'Britano, Ricardo, Renoma, Duck-duck, G2, Gabrielle, Gab's,
Harry Potter, Teenation,
Sesame Street, Novel mice, Elle, Police, CDM, Andre Michel,
Farrel, Fleurette, Forex,
Goldmart, Silvermart, Pierre Cardin underwear, Kisoon Harto, CF,
OP, Hotwheels, Elsy's,
L'gs jeans, Wacoal underwear, Ricciman, Guy Laroche, Iebe,
Gablines, Cheval, Cabalo,
Hugo, Walrus, Palatino, Cool, Popeye, JSP, Felix Buhler,
Caserini, Neu'mor, Pingu,
Emba, Rehoboth, Design Center, Spex Symbol, Dancus, Hoi Boy, Go,
La Bette, B Club,
Kemeja batik, baju koko, Graphis, Simplicity, Lee Cooper,
Leone'Uomo, Levi's,
Madonna, Valencia, Buffalo, MOC (Men On Clothes), Sorella,
Venicy, Bruno Piatelli,
Cardinal, Mundo, Mobile Power, Yege, Britania, Natawa, Basta,
Base Ball, Pierre
Cardin, Total, Manhattan, Point One, Fila sepatu, Poppy
Dharsono, Manly, Zado, Joseph
Laurin, Rodeo, Posh Boy, 126, Elegance, Looney Toone, Mickey,
Hush Puppies
Apparel, Henry Adams, Vienna Vair, Yongki shoes, Snoopy,
Cubitus, Lyne Halim,
Celline, Logo, Elle, President tas, Pakalolo sepatu, Fladeo,
Ezpresso, Lee Vierra, Tripl3,
Jack Nicklaus, Jobb, Durban, Rodeo Yr, That Donald, Exit,
Expand, Byford, Hammer,
Nail, Adi Kusuma, Arjuna Weda.***
Edisi II April Juni 2014
DEWAN REDAKSI: Penanggung Jawab:
DPP APGAI Ketua Pengarah:
Suryadi Sasmita Pengarah:
Handrian Lazuardi Pengarah:
Irwan Widjadja Pengarah:
Tommy Kurniadi Pimpinan Redaksi:
Firman Bakri A. Administrasi&Sirkulasi:
Prayitno
-
Review Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.12 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di
DKI Jakarta
Ditulis oleh: Firman Bakri Anom
Direktur Eksekutif APGAI
Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah yang khusus karena di
daerah inilah berkedudukan
sebagai pusat pemerintahan Indonesia. Sebagai sebuah Ibukota,
sudah semestinya DKI
menjadi pusat perhatian dan tolok ukur seluruh wilayah di
Indonesia. Selain sebagai pusat
pemerintahan DKI Jakarta juga sebagai pusat perekonomian
nasional. Kedekatan antara
pusat pemerintahan dan pusat perekonomian seharusnya merupakan
sinergi yang saling
melengkapi. Dimana kompleksitas dunia usaha yang sangat tinggi,
bisa langsung diuraikan
oleh kebijakan yang responsif.
Sayangnya kondisi ideal tersebut tidak
terjadi di DKI Jakarta. Petaka birokrasi justru
terjadi karena besarnya godaan bagi
birokrasi untuk berhubungan dengan dunia
bisnis. Akibatnya Sejak era otonomi daerah
pada tahun 2001 yang lalu, pelayanan
birokrasi usaha di DKI justru jauh tertinggal
dari daerah-daerah lain.
Tidak adanya keseriusan dalam memberikan pelayanan usaha di
Pemerintah DKI tercermin
dari bentuk dan model lembaga pelayanan perizinan di DKI. Ketika
daerah lain sudah sangat
maju dengan bentuk pelayanan perijinan terpadu satu pintu (PTSP)
dimana proses untuk
mendapatkan ijin cukup datang ke satu tempat, DKI masih berkutat
dengan model
pelayanan satu atap banyak jendela. Akibatnya pelayanan
perijinan di DKI menjadi rumit
dan tidak transparan.
Sejak Pemerintahan Jokowi-Ahok di DKI Jakarta yang telah
memiliki pengalaman dalam
pembentukan PTSP di daerahnya, rintisan perbaikan perijinan di
DKI langsung dimulai.
Tantangan utama pasangan Jokowi-Ahok adalah perlawanan birokrasi
yang sudah terlalu
lama bertahan dengan kultur yang menguntungkan mereka. Namun
demikian tonggak
perubahan birokrasi pelayanan perijinan usaha di DKI kemudian
dapat dituangkan dalam
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi DKI Jakarta No.12 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu di DKI Jakarta.
-
Secara ringkas muatan perda terangkum sebagai berikut:
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui
Perda No.12 Tahun 2013, menetapkan
pembentukan pelayanan perijinan terpadu
satu pintu.
Penyelenggaraan PTSP ditujukan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan perijinan
dan non-perijinan. Pada gilirannya turut
mendorong dalam memberikan
kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh pelayana perijinan
dan non
perijinan. Melalui PTSP diharapkan akan terujud pelayanan publik
yang cepat, murah,
mudah transparan pasti terjangkau dan akuntabel;
Untuk mendukung kelembagaan PTSP, ditunjang dengan kewenangan
yang paripurna.
Dimana untuk mendapatkan perijinan, masyarakat cukup datang
kesatu tempat untuk
mengajukan permohonan hingga mengambil ijin yang sudah
diterbitkan. Termasuk
kewenangan dalam pelayanan 26 jenis urusan pemerintahan;
Untuk menunjang kinerja dan efisiensi pelayanan terhadap 26
urusan tersebut yang bisa
saja akan menangani ratusan jenis perijinan, PTSP akan didukung
dengan struktur
kelembagaan bertingkat. Susunan badannya akan mulai dari yang
tertinggi di level
provinsi hingga pada level kelurahan;
Guna mendukung kelembagaan yang berjenjang ini, PTSP akan
didukung dengan
perangkat sistem informasi yang memadai. Sehingga tidak akan
terjadi keterlambatan
pelayanan, meskipun permohonan diajukan pada level terendah
sekalipun;
Dengan sejumlah dukungan kelembagaan yang bisa dikatakan sangat
memadai tersebut,
PTSP DKI Jakarta bukannya tanpa tantatangan. Sejumlah tantangan
yang bisa berpotensi
menjadi hambatan diantaranya adalah:
Kultur dan pejabat birokrasi yang masih kental dengan paradigma
lama sampai saat ini
masih ada dan nyata, sehingga tanpa adanya pengaturan yang jelas
baik secara
keseluruhannya maupun dalam hal peralihannya, niscaya akan
menjadi tantangan
terbesar bagi PTSP DKI Jakarta;
Kewenangan dan beban tugas yang terlampau besar tentunya
bukanlah pekerjaan yang
mudah. Diantaranya adalah kewenangan terhadap pelayanan hingga
26 jenis urusan
pemerintahan, bisa jadi dalam teknisnya akan banyak sekali jenis
perijinan yang
-
ditangani oleh PTSP. Untuk menjaga kelancaran perlu dukungan
standar operasional
prosedur yang kuat, sehingga tidak ada potensi tarik-menarik
kewenangan terhadap
instansi teknis;
Permasalahan perijinan bukan semata permasalahan administrasi
belaka, namun juga
terkait dengan permasalahan teknis substansi yang lebih dipahami
oleh instansi teknis
terkait. Sehingga perlu dukungan sumber daya manusia yang
memadai sekaligus
dukungan instansi teknis terkait sebagai penanggung jawab
substansi;
Perlu adanya peningkatan/upgrading petugas dan sistem
operasional di masing-masing
kecamatan dan kelurhan di seluruh DKI untuk menyesuaiakan dengan
standar PTSP.
Meski masih begitu banyak tantangan dan pekerjaan rumah bagi
penyelenggara PTSP dan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, namun dengan dukungan komitmen
politik yang kuat dari
kepala daerah PTSP DKI Jakarta setidaknya akan membawa nuansa
perubahan terhadap
kultur pelayanan birokrasi usaha di DKI Jakarta. Selain itu
tekanan dari pusat terhadap
Pemprov DKI Jakarta karena menjadi tolok ukur survey doing
business oleh world bank
tentunya juga menyisakan harapan terhadap perbaikan birokrasi di
DKI Jakarta.***
-
REVIEW UNDANG-UNDANG PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Undang
Undang Baru Bersemangat Nasionalis
Setelah hampir 69 tahun Indonesia
merdeka dan mungkin bisa dikatan sudah
melenceng cukup lama dengan janji
proklamasi untuk pengalihan dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya, akhirnya
Indonesia baru memiliki Undang-Undang
Perdagangan Versi Indonesia. Selama
proses panjang tersebut, tidak terhitung
permasalahan yang muncul dalam dunia
businis di Indonesia. Sehingga kehadiran UU Perdagangan
menggantikan UU Perdagangan
lama yang merupakan warisan dari Pemerintah Hindia Belanda
(Burgerlijk Wetboek).
Dalam perspektif konstitutional, perdagangan nasional disusun
sebagai rangkaian aktivitas
perekonomian yang dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan
umum dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kegiatan perdagangan harus
menjadi penggerak utama
pembangunan perekonomian nasional yang memberikan daya dukung
dalam meningkatkan
produksi, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan ekspor
dan devisa, memeratakan
pendapatan, serta memperkuat daya saing produk dalam negeri demi
kepentingan nasional.
Hasil pembahasan RUU Perdagangan
rasanya kental dengan nilai-nilai
nasioanlisme, yang terlihat dalam
keberpihakan pada kepentingan
nasional dan produksi dalam negeri.
Dalam RUU Perdagngan kepentingan
nasional menjadi asas utama, yang juga
mewarnai sejumlah ketentuan lain.
Keberpihakan terhadap produksi dalam
negeri dilakukan melalui promosi,
sosialisasi, atau pemasaran dan menerapkan kewajiban menggunakan
produk dalam negeri
untuk pembelanjaan negara.
Secara lebih mendalam UU Perdagangan membahas sejumlah hal,
diantaranya:
Pertama mengenai devinisi perdagangan, Perdagangan adalah
tatananan kegiatan yang
terkait dengan transaksi barang dan/atau jasa di dalam negeri
dan melampaui
batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas barang
dan/atau jasa
untuk memperoleh imbalan atau kompensasi.
-
Kedua, Pemerintah mengedepankan pembangunan, pemberdayaan, dan
peningkatan
kualitas pengelolaan pasar rakyat sebagai salah satu sarana
perdagangan. Dalam
pelaksanaannya pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintah
daerah.
Ketiga, terhadap pengaturan pasar rakyat, pusat perbelanjaan,
toko swalayan, dan
perkulakan dilakukan melalui pengaturan perizinan, tata ruang,
zonasi dengan
memperhatikan jarak dan lokasi pendirian. Kemitraan dilakukan
melalui kerjasama
usaha pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya.
Pemenuhan pasar dalam negeri diutamakan berasal dari
produk-produk dalam
negeri.
Keempat, Mengenai sarana perdagangan berupa Gudang, Gudang wajib
didaftarkan oleh
setiap pemilik sesuai dengan penggolongannya menurut
kapasitas
penyimpanannya.
Kelima, Dalam rangka pengembangan, pemberdayaan dan penguatan
perdagangan dalam
negeri, pemerintah, pemerintah daerah dan/atau pemangku
kepentingan lainnya
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mengupayakan
peningkatan penggunaan
produk dalam negeri melalui keberpihakan, promosi atau
pemasaran.
Keenam, Barang yang diperdagangkan di dalam negeri harus
memenuhi SNI atau
persyaratan yang telah diberlakukan secara wajib, dan wajib
menggunakan atau
melengkapi label bahasa Indonesia.
Ketujuh, Presiden dapat membentuk Komite Perdagangan Nasional
untuk mendukung
percepatan pencapaian tujuan pengaturan kegiatan perdagangan
yang diketuai
oleh Menteri dan biaya pelaksanaan tugas komite perdagangan
bersumber dari
APBN.
Dalam implementasinya nanti Undang-Undang Perdagangan yang baru
ini, mensyaratkan/
mengamanatkan untuk dibentuknya sejumlah peraturan pelaksanaan.
Diantaranya yaitu:
A. Peraturan Pemerintah
1. Sanksi administrasi terhadap gudang yang tidak melakukan
pendaftaran;
2. Kewajiban dan pengenaan sanksi terhadap penyedia jasa yang
tidak memiliki tenaga
teknis yang kompeten;
3. Cara pembayaran dan cara penyerahan barang dalam kegiatan
Ekspor dan Impor;
4. Perdagangan perbatasan;
5. Tata cara penetapan dan pemberlakuan standarisasi barang
dan/atau jasa;
6. Transaksi perdagangan melalui sistem elektronik;
7. Tindakan pengamanan perdagangan, tindakan antidumping dan
tindakan imbalan;
8. Tata cara peninjauan kembali dan pembatalan perjanjian
perdagangan internasional;
9. Sistim imformasi perdagangan.
B. Peraturan Presiden
-
1. Pembangunan, pemberdayaan dan peningkatan kualitas
pengelolaan pasar rakyat;
2. Pengaturan perizinan, tata ruang, dan zonasi terhadap pasar
rakyat, pusat
perbelanjaan, toko swalayan dan perkulakan;
3. Pengendalian ketersediaan barangkebutuhan pokok dan barang
penting;
4. Pengendalian ketersediaan barang kebutuhan pokok dan/atau
barang penting;
5. Penyimpanan barang pokok dan/atau penting;
6. Barang yang diperdagangkan yang terkait dengan keamanan,
keselamatan,
kesehatan dan lingkungan hidup;
7. Pendaftaran barang serta penghentian kegiatan perdagangan
barang dan penarikan
barang yang terkait dengan keamanan, keselamatan, kesehatan dan
lingkungan
hidup;
8. Barang dan/atau jasa yang dilarang atau dibatasi
perdagangannya;
9. Pemberdayaan koperasi serta usaha mikro, kecil dan menengah
di sektor
perdagangan;
10. Pelaksanaan kampanye pencitraan Indonesia dalam rangka
promosi dagang untuk
memperkenalkan barang dan/atau jasa di dalam dan di luar
negeri;
11. Pembentukan tim perunding yang bertugas mempersiapkan dan
melakukan
perundingan;
12. Tata cara pemberian preferensi kepada negara kurang
berkembang;
13. Komite Perdagangan Nasional;
14. Perdagangan barang dalam pengawasan pemerintah.
C. Peraturan Menteri
1. Penggunaan atau kelengkapan label berbahasa Indonesia;
2. Distribusi barang;
3. Tata cara pendaftaran gudang;
4. Pencatatan administrasi barang;
5. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri;
6. Perdagangan antar pulau;
7. Perizinan di bidang perdagangan dalam negeri dan
pengecualiannya;
8. Penetapan sebagai eksportir;
9. Tata cara pengenaan sanksi administratif terhadap eksportir
yang tidak bertanggung
jawab terhadap barang yang diekspor;
10. Pengenal sebagai importir;
11. Dan sejumlah ketentuan lainnya.
-
KEWAJIBAN PENCANTUMAN LABEL DALAM BAHASA INDONESIA PADA
BARANG
Secara tersurat devinisi label adalah setiap keterangan mengenai
barang yang berbentuk
gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang
memuat informasi tentang
barang dan keterangan pelaku usaha serta informasi lainnya
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bentuk kewajiban pencantuman label berbahasa Indonesia termuat
dalam Pasal 2 ayat (1)
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 67/M-DAG/PER/11/2013 yaitu
Pelaku usaha yang
memproduksi atau mengimpor barang untuk diperdagangkan di pasar
dalam negeri
sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan menteri ini wajib
mencantumkan Label
dalam Bahasa Indonesia. Selanjutnya dalam ayat (3) disebutkan
bahwa Pencantuman
label sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
menggunakan bahasa
Indonesia yang jelas dan mudah dimengerti. Namun demikian
dikecualikan dari ketentuan
tersebut apabila kalimat tersebut tidak ada padanannya dalam
bahasa Indonesia.
Untuk barang Impor, pada saat barang memasuki kepabeanan telah
dicantumkan label
dalam bahasa Indonesia. Artinya, barang tersebut telah
dibubuhi/dilekati label pada saat
masih berada di negara asal. Pencantuman label, harus bersifat
tetap (permanen) berupa: a)
embos atau tercetak pada barang, atau b) label yang secara utuh
melekat pada barang.
Untuk dapat mencantumkan label dalam bahasa Indonesia secara
benar, produsen mapun
importir wajib mengajukan permohonan SKPLBI (Surat Keterangan
Pencantuman Label
Dalam Bahasa Indonesia). Permohonan diajukan kepada Direktur
Jenderal Standarisasi dan
Perlindungan Konsumen melalui Direktur Pemberdayaan
Konsumen.
Direktur Pemberdayaan Konsumen wajib menerbitkan
penerimaan/penolakan barang
dalam kelompok satu paling lama 5 (lima) hari kerja, terhitung
sejak permohonan diterima
secara lengkap. Jangka waktu berlakunya SKPLBI adalah selama
perusahaan memproduksi
atau mengimpor barang yang tercantum dalam SKPBLI.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 67/M-DAG/PER/11/2013 mulai
berlaku efektif
terhitung 6 (enam) bulan sejak diundangkannya. Jika peraturan
tersebut ditandatangani
pada tanggal 26 November 2013 oleh Menteri Perdagangan, maka
pengundangannya
adalah pada tanggal 11 Desember 2013. Sehingga peraturan ini
mulai berlaku pada tanggal
11 Juli 2014.
Terlampir adalah matrik tata cara pencantuman label pada
barang/kemasan untuk masing-
masing produk terkait dengan Garmen berdasarkan pada Kode
HS-nya.
-
TATA CARA PENCANTUMAN LABEL PADA BARANG/KEMASAN
No Nomor HS Nama Barang
Uraian Barang Keterangan Penjelasan Penempatan Label
Barang Kemasan* 1 6115.10.10.00
6115.10.90.00 6115.21.00.00 6115.22.00.00 6115.29.10.00
6115.30.10.00 6115.94.00.00 6115.95.00.00 6115.96.00.00
Kaos Kaki o Kaus Kaki dikempa bergradasi
o Dari serat sintetik, ukuran tiap benang tunggal kurang dari 67
desiteks;
o Dari serat sintetik, ukuran tiap benang tunggal kurang dari 67
desiteks atau lebih;
o Dari kapas o Dari kapas o Dari wol atau bulu hewan halus o
Dari kapas o Dari serat sintetik
a. Nama Barang; b. Merek barang; c. Nama & Alamat produsen
untuk barang
produksi dalam negeri; d. Nama & alamat importir untuk
barang impor e. Ukuran f. Label pemeliharaan g. Negara pembuat atau
made in
- a/b/c
2 6103.10.00.00 6103.22.00.00 6103.23.00.00 6103.32.00.00
6103.33.00.00 6103.39.00.00 6103.42.00.00 6103.43.00.00
6103.49.00.00 6105.10.00.00 6105.20.00.10 6105.20.00.90
6107.11.00.00
Pakaian jadi lelaki dan anak lelaki
o Setelan; o Ensemble dari kapas o Ensemble dari serat sintetik
o Jas dan blazer dari kapas; o Jas dan blazer dari serat sintetik;
o Jas dan blazer dari rami, linen atau sutra; o Celana panjang,
pakaian terusan penutup di depan
dan bertali, celana panjang sampai lutut dan celana pendek dari
serat kapas;
o Celana panjang, pakaian terusan penutup di depan dan bertali,
celana panjang sampai lutut dan celana pendek dari serat
sintetis;
o Celana panjang, pakaian terusan berpenutup di depan dan
bertali, celana panjang sampai lutut dan celana pendek dari bahan
tekstil lainnya selain dari serat sintetik kapas, wol atau bulu
hewan halus.
o Kemeja rajutan atau kaitan dari kapas. o Kemeja rajutan atau
kaitan dari sintetik; o Kemaja rajutan atau kaitan dari serat
artifisial; o Celana kolor dan celana dalam dari kapas, rajutan
a. Nama barang; b. Merek barang; c. Jenis bahan atau komposisi;
d. Nama dan alamat produsen untuk barang
produksi dalam negeri; e. Nama dan alamat importir untuk
barang
impor; f. Ukuran; g. Label pemeliharaan (cara label) h. Negara
pembuat atau made in
- b/c b/c - - b/c b/c b/c
a/b/c a/b/c a/b/c a/b/c a/b/c a/b/c a/b/c a/b/c
-
No Nomor HS Nama Barang
Uraian Barang Keterangan Penjelasan Penempatan Label
Barang Kemasan* 6107.12.00.00 6107.21.00.00 6107.22.00.00
6107.91.00.00 6109.10.10.00 6109.90.10.00 6203.12.00.00
6203.19.10.10 6203.19.10.90 6203.19.90.11 6203.19.90.19
6203.19.90.90 6203.22.00.10 6203.22.00.90 6203.23.00.00
6203.29.90.00 6203.32.00.10
atau kaitan; o Celana kolor dan celana dalam dari serat
buatan,
rajutan atau kaitan; o Kemeja tidur dan piyama dari kapas,
rajutan atau
kaitan; o Kemeja tidur dan piyama dari serat buatan,
rajutan atau kaitan; o Pakaian mandi, dressing gown dan
barang
semacam itu dari kapas, rajutan atau kaitan; o T-shirt, singlet
dan kaus kutang lainnya, rajutan
atau kaitan dari kapas; o T-Shirt, singlet dan kaus kutang
lainnya, rajutan
atau kaitan, dari rami, linen atau sutra; o Setelan dari serat
sintetik; o Setelan dari kapas, dicetak dengan proses batik
tradisional; o Setelan dari kapas, tidak dicetak dengan
proses
batik tradisional; o Setelan dari sutra, dicetak dengan proses
batik
tradisional; o Setelan dari sutra, tidak dicetak dengan
proses
batik tradisional; o Setelan selain dari bahan tekstil lainnya
dicetak
dengan proses batik tradisional maupun tidak; o Ensemble dari
kapas, dicetak dengan proses batik
tradisional; o Ensemble dari kapas, tidak dicetak dengan
proses
batik tradisional; o Ensemble dari serat sintetik dicetak dengan
proses
batik tradisional maupun tidak; o Ensemble dari bahan tekstil
lainnya dicetak
dengan proses batik tradisional mapun tidak; o Jas dan blazer
dari kapas, dicetak dengan proses
batik tradisional;
-
No Nomor HS Nama Barang
Uraian Barang Keterangan Penjelasan Penempatan Label
Barang Kemasan* 6203.32.00.90 6203.33.00.00 6203.39.00.00
6203.41.00.00 6203.42.10.00 6203.42.90.00 6203.43.00.00
6203.49.00.10 6203.49.00.90 6205.20.00.10 6205.20.00.90
6205.30.00.00 6205.90.90.11 6205.90.90.19
o Jas dan blazer dari kapas, tidak dicetak dengan proses batik
tradisional;
o Jas dan blazer dari serat sintetik, dicetak dengan proses
batik tradisional mapun tidak;
o Jas dan blazer dari bahan tekstil lainnya, dicetak dengan
proses batik tradisional maupun tidak;
o Celana panjang, pakaian terusan berpenutup di depan dan
bertali, celana panjang sampai selutut dan celana pendek dari wol
atau bulu hewan halu;
o Celana panjang, pakaian terusan berpenutup di depan dan
bertali, celana panjang sampai lutut dan celana pendek dari kapas
berupa, Bib dan brace overall;
o Celana panjang, pakaian terusan berpenutup di depan dan
bertali, celana panjang sampai lutut dan celana pendek dari kapas
berupa Bib dan brace averall
o Celana panjang, pakaian terusan berpenutup di depan dan
bertali, celana panjang sampai lutut dan celana pendek dari serat
sintetik;
o Celana panjang, pakaian terusan berpenutup di depan dan
bertali, celana panjang sampai lutut dan celana pendek dari
sutra;
o Celana panjang, pakaian terusan berpenutup di depan dan
bertali, celana panjang sampai lutut dan celana pendek dari bahan
tekstil lainnya;
o Kemeja dari kapas dicetak dengan proses batik tradisional;
o Kemeja dari kapas tidak dicetak dengan proses batik
tradisional;
o Kemeja dari serat buatan; o Kemeja dari wol atau bulu hewan
halus dicetak
dengan proses batik tradisional; o Kemeja dari wol atau bulu
hewan halus tidak
-
No Nomor HS Nama Barang
Uraian Barang Keterangan Penjelasan Penempatan Label
Barang Kemasan* 6203.90.90.90
dicetak dengan proses batik tradisional; o Kemeja dari bahan
lainnya dicetak dengan proses
batik tradisional maupun tidak;
6104.13.00.00 6104.19.20.00 6104.22.00.00 6104.23.00.00
6104.32.00.00 6104.33.00.00 6104.42.00.00 6104.43.00.00
6104.44.00.00 6104.52.00.00 6104.53.00.00 6104.61.00.00
6104.62.00.00 6104.63.00.00 6106.10.00.00 6106.20.00.00
Pakaian jadi wanita dan anak wanita
o Setelan dari serat sintetik, rajutan atau kaitan; o Setelan
dari kapas, rajutan atau kaitan; o Ensemble dari kapas, rajutan
atau kaitan; o Ensemble dari serat sintetik, rajutan atau kaitan; o
Jas dan blazer dari kapas, rajutan atau kaitan; o Jas dan blazer
dari serat sintetik, rajutan, atau
kaitan; o Gaun dari kapas, rajutan atau kaitan; o Gaun dari
serat sintetik, rajutan, atau kaitan; o Gaun dari serat artifisial,
rajutan atau kaitan; o Rok dan rok terpisah dari kapas, rajutan
atau
kaitan; o Rok dan rok terpisah dari serat sintetik, rajutan,
atau kaitan; o Celana panjang, pakaian terusan berpenutup di
depan dan bertali, celana panjang sampai lutut dancelana pendek
dari wol atau bulu hewan halus, rajutan atau kaitan;
o Celana panjang, pakaian terusan berpenutup di depan dan
bertali, celana panjang sampai lutut dan celana pendek dari kapas,
rajutan atau kaitan;
o Celana panjang, pakaian terusan berpenutup di depan dan
bertali, celana panjang sampai lutut dan celana pendek dari serat
sintetik, rajutan atau kaitan;
o Blus, kemeja, dan kemeja blus, untuk wanita atau anak-anak
perempuan dari kapas, rajutan atau kaitan;
o Blus, kemeja dan kemeja blus, untuk wanita atau anak perempuan
dari serat buatan, rajutan atau kaitan;
a. Nama barang; b. Merek dagang c. Jenis bahan atau komposisi;
d. Nama dan alamat produsen untuk barang
produksi dalam negeri; e. Nama dan alamat importir untuk barang
impor; f. Ukuran; g. Label pemeliharaan; h. Negara pembuatan atau
made in
- b/c b/c b/c
a/b/c a/b/c a/b/c a/b/c
-
No Nomor HS Nama Barang
Uraian Barang Keterangan Penjelasan Penempatan Label
Barang Kemasan* 6106.90.00.00 6108.11.00.00 6108.19.30.00
6108.19.90.10 6108.21.00.00 6108.22.00.00 6108.31.00.00
6108.32.00.00 6108.91.00.00 6108.92.00.00 6204.12.00.10
6204.12.00.90 6204.13.00.00 6204.19.00.11 6204.19.00.19
6204.19.00.90 6204.22.00.10
o Blus, kemeja dan kemeja blus, untuk wanita atau anak perempuan
dari bahan tekstil lainnya, rajutan atau kaitan;
o Rok dalam dan petticoat dari serat buatan, rajutan atau
kaitan;
o Rok dalam dan petticoat dari kapas, rajutan atau kaitan;
o Rok dalam dan petticoat dari sutra, rajutan atau kaitan;
o Celana dalam dan panty dari kapas, rajutan atau kaitan;
o Celana dalam dan panty dari serat buatan, rajutan atau
kaitan;
o Gaun tidur dan piyama dari kapas, rajutan atau kaitan;
o Gaun tidur dan piyama dari serat buatan, rajutan atau
kaitan;
o Pakaian mandi, dressing gown dan barang semacam itu dari
kapas, rajutan atau kaitan;
o Pakaian mandi, dressing gown dan barang semacam itu dari serat
buatan, rajutan atau kaitan;
o Setelan dari kapas, dicetak dengan proses batik
tradisional;
o Setelan dari kapas, selain dicetak dengan proses batik
tradisional;
o Setelan dari serat sintetik; o Setelan dari sutra, dicetak
dengan proses batik
tradisional; o Setelan dari sutra, selain dicetak dengan
proses
batik tradisional; o Setelan dari bahan tekstil lainnya; o
Ensemble dari kapas, dicetak dengan proses batik
tradisional;
-
No Nomor HS Nama Barang
Uraian Barang Keterangan Penjelasan Penempatan Label
Barang Kemasan* 6204.22.00.90 6204.23.00.00 6204.29.00.90
6204.32.00.10 6204.32.00.90 6204.33.00.00 6204.39.00.11
6204.39.00.19 6204.39.00.90 6204.42.00.10 6204.42.00.90
6204.43.00.00 6204.44.00.00 6204.49.00.11 6204.49.00.19
6204.49.00.90 6204.52.00.10 6204.53.00.00 6204.59.00.11
6204.59.00.19
o Ensemble dari kapas, selain dicetak dengan proses batik
tradisional;
o Ensemble dari serta sintetik; o Ensemble dari sutra, selain
dicetak dengan proses
batik tradisional; o Jas dan blazer dari kapas, dicetak dengan
proses
batik tradisional; o Jas dan blazer dari kapas, selain dicetak
dengan
proses batik tradisional; o Jas dan blazer dari serat sintetik;
o Jas dan blazer dari sutra, dicetak dengan proses
batik tradisional; o Jas dan blazer dari sutra, selain dicetak
dengan
proses batik tradisional; o Jas dan blazer dari bahan tekstil
lainnya; o Gaun dari kapas, dicetak dengan proses batik
tradisional; o Gaun dari kapas, selain dicetak dengan proses
batik tradisional; o Gaun dari sserat sintetik; o Gaun dari
serat artifisial; o Gaun dari sutra, dicetak dengan proses
batik
tradisional; o Gaun dari sutra, selain dicetak dengan proses
batik
tradisional; o Gaun dari bahan tekstil lainnya; o Rok dan rok
terpisah dari kapas, dicetak dengan
proses batik lainnya; o Rok dan rok terpisah dari serat
sintetik, selain
dicetak dengan proses batik lainnya; o Rok dan rok terpisah dari
sutra dicetak dengan
proses batik tradisional; o Rok dan rok terpisah dari sutra
selain dicetak
dengan proses batik tradisional;
-
No Nomor HS Nama Barang
Uraian Barang Keterangan Penjelasan Penempatan Label
Barang Kemasan* 6204.62.00.00 6204.63.00.10 6204.63.00.90
6204.69.00.00 6206.10.00.10 6206.10.00.90 6206.30.00.10
6206.30.00.90 6206.40.00.00 6206.90.00.00
o Celana panjang, bib dan brace averall, celana panjang sampai
lutut dan celana pendek dari kapas;
o Pakaian penerbang dari serat sintetik; o Celana panjang, bib
dan brace overall, celana
panjang sampai lutut dan celana pendek lainnya dari serat
sintetik;
o Celana panjang, bib dan brace overall, celana panjang sampai
lutut dan celana pendek lainnya dari bahan tekstil lainnya;
o Blus, kemeja dan blus kemeja, untuk wanita atau anak perempuan
dari sutra atau sisa sutra, dicetak dengan proses batik
tradisional;
o Blus, kemeja dan blus kemeja, untuk wanita atau anak perempuan
dari sutra atau sisa sutra, selain dicetak dengan proses batik
tradisional;
o Blus, kemeja dan blus kemeja, untuk wanita atau anak perempuan
dari kapas, dicetak dengan proses batik tradisional;
o Blus, kemeja dan blus kemeja, untuk wanita atau anak perempuan
dari kapas, selain dicetak dengan proses batik tradisional;
o Blus, kemeja dan blus kemeja, untuk wanita atau anak perempuan
dari serat buatan;
o Blus, kemeja dan blus kemeja, untuk wanita atau anak perempuan
dari bahan tekstil lainnya;
*) Keterangan: a. Embos; b. Tercetak; c. Melekat secara utuh