Top Banner
POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN FUNGSIONAL Haris Sukendar Keywords: mask; functions; ornament; ethnography; ethnoarchaeology How to Cite: Sukendar, H. (1988). Pola-Pola Hias Topeng (Kedok), Suatu Kajian Fungsional. Berkala Arkeologi, 9(2), 32-55. https://doi.org/10.30883/jba.v9i2.529 Berkala Arkeologi https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/ Volume 9 No. 2, September 1988, 32-55 DOI: 10.30883/jba.v9i2.529
25

New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Oct 15, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN FUNGSIONAL

Haris Sukendar

Keywords: mask; functions; ornament; ethnography; ethnoarchaeology

How to Cite:

Sukendar, H. (1988). Pola-Pola Hias Topeng (Kedok), Suatu Kajian Fungsional. Berkala Arkeologi, 9(2), 32-55. https://doi.org/10.30883/jba.v9i2.529

Berkala Arkeologi https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/ Volume 9 No. 2, September 1988, 32-55 DOI: 10.30883/jba.v9i2.529

Page 2: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN FUNGSIONAL

. Oleh : Haris Sukendar

L PEM>AH.LUAN

Pola hias kedok (topeng) di Indonesia muncul sejak masa berburu dan mengumpul makanan tingkat lanjut (epipaleolitik) (Van Heekeren, 1972). Munculnya pahatan kedok pada masa tersebut ditandai dengan bentuk-ben­tuk muka manusia yang digambarkan pada ceruk-ceruk gua karang.

Bentuk-bentuk kedok pada waktu itu masih seder­hana dan tampak distilir. Pola-pola hias kedok tersebut berkembang dan hidup terus pada masa bercocok tanam (neolitik), masa perundagian (logam), dan pada tradisi megalitik. Khususnya pada tradisi megalitik, pola hias ini berkembang sangat subur, dengan variasi yang cu­kup banyak. Pada masa perundagian, pola-pola hias muka manusia ditemukan pada gerabah (Van Heekeren, 1958; Tatik Sujati, 1984), di samping itu ditemukan pula pada benda-benda logam seperti pada kapak-kapak upacara dari perunggu, nekara-negara perunggu, dan moko.

Pola-pola hias kedok merupakan pola hias yang bersifat universal dan ditemukan tersebar hampir di se­luruh dunia, antara lain di Eropa, daratan Asia, Indo­nesia, dan Pasifik (Van Heekeren, 1972; Peter Belwood, 197 8; E. James, 1962; Tom Harrison, 19 59; Walter Kauder, 1938; R.P. Soejono, 1977).

Persamaan-persamaan ide yang muncul dari nenek moyang manusia pada masa prasejarah di berbagai dae­rah di seluruh dunia tentunya tidak harus berarti ada­nya dlftai atau persebaran kebudayaan, tetapi dapat terjadi adanya kebersamaan dalam pola pemikiran ter­hadap salah satu bentuk kepercayaa·n •ipernaturaL Hal

32

Page 3: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Di Arguni, Irian Timur (Papua Nugini) ditemukan pola-pola hias topeng dengan bentuk-bentuk yang aneh, di antaranya adalah kadal (bengkarung) yang mukanya dipahatkan dengan topeng yang menggambarkan muka manusia (Gambar 1 ).

Gambar 1. Pola hias topeng dari Arguni, lrian Timur (Papua Nugini) ,

b. Kedok (topeng) dari masa bercocok tana m

Pola hias to peng pada masa be rcocok tanarri (neo­litik) ditemukan pada beberap a puncak . kendi yang dit e­muka n di situs Melolo .. Van Hee keren ( 197 7: 191) me ­'rnasukkan situ s ini ke dalam peri ode neoi iti ke

Beberapa kendi Me lolo, Sumba Tir nur , terutan1a bagian pun ca knya dih iasi dengan be rbagai be ntuk t o­peng yang semuanya digambarkan tanpa telinga. Mat a digambarkan dalam berbaga i bentuk antara lain ova l, dan berupa gar is lurus. Begi tu juga hi dung dan mulut digambarkan dalam bentuk yang bervariasi. Pola hias tersebut dibuat dengan cara gores (incised). Pola-pole

Berkala Arkeologi IX ( 2 ) 33

Page 4: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

1n1 jelas dapat dimengerti, karf:na dalam keh_idupan rnasa prasejarah banyak dihadap1 tantangan ,(11 luar j'angkauan pemikiran mereka. Kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan supernatural itulah yang melandasi munculnya ide untuk menciptakan suatu bentuk keper­cayaan yang dianggap dapat memberi kekuatan unt~k melawan kekuatan supernatural yang mengganggu keh1-dupan mereka.

Pola hias kedok pada masa prasejarah digarnbar­kan dalam berbaqai bentuk, antara lain terdiri dari

mata dan mulut (Van Heekeren, 1972), hidung dan ma­ta seperti yang terdapat pada menhir Sumatera Barat, ma ta dan mulut yang digayakan (Peter Belwood, 1979, ha l. 26 7), gambar lengkap dengan alls, hidung, mata, mulut, tanpa telinga (Peter Belwood, 1978: 245; Walter Kaudern, 1938: 107), dan gambar mata, hldt.alg, alls, t anpa telinga dan mulut (Walter Kaudern, 1938: 109-111 ).

Dengan bukti-bukti tersebut di atas maka jelas ba hwa penggarnbaran muka manusia (topeng) dari pert­ode yang berbeda dan bentuk yang berbeda pada pr1n­sipnya sama, hanya dalam penampilan secara detil rnen1punyai perbedaan-perbedaan yang tidak prinsip, dan hal ini terjadi karena keinginan dari masing-masing pembuatnya.

T ampaknya pola hias kedok ini terus berkembang sampai dengan masa-masa sekarang. Hal ini dapat dili­hat pada situs-situs tradisi megalitik yang masih ber­lanjut seperti di Sumba Barat dan Sumba Timur yaitu pada kubul'.-~ubur dolmen. Berbagai pahatan yang meng­gambarkan muka-muka manusia banyak menghiasi ku­bur ba tu dolmen.

Pada living megalithic tradition atau pada situs tradisi megalitik yang masih berlanjut di daerah Timar Barat, khususnya di Lewalutas, ditemukan gambar-gam­bar muka manusia yang menghiasi pahatan-pahatan berbentuk tugu. Dengan ditemukannya pahatan-pahatan

34

Page 5: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

muka manusia pads berbagai obyek dari masa praseJa­rah den living mrgeHthlc tradition, akan sangat mem­bantu di dalam memberikan interpretasi. Dalam hal ini, studi analogi etnografi dapat diterapkan di dalam pe­nelitlan tentang latar belakang pahatan atau lukisan topeng.

Sasaran yang ingi n dicapai di dalam penu lisa n ini adalah kejelasan tentang peranan atau fungsi lukisa n, pahatan, atau tonjolan muka manusia yang ber upa t o­peng di dalam masa prasejarah Indonesia .. Menging a t pahatan-pahatan atau lukisan topeng pada masa pra se ­jarah ditemukan pada benda-benda yang sudah tidak di­gunakan lagi dan sudah ditinggalkan oleh penduku ngnya , maka berbagai bukti dari living megalithic tradition dapat dipergunakan sebagai bahan perb~ndingan.

Topeng atau kedok sudah banyak dibahas oleh para ahli pada masa sebelum dan sesudah Perang Dunia II. Dalam hal ini, para ahli lebih banyak mempergunakan istilah human figure atau human face. Ahli-ahli yang sudah membicarakan masalah topeng, antara lain Patri­cia R. Whittier dan Herbert L. Whittier (1974), Tom Harrissson (1959), Simone Waisbard (1978), May Veber (1978), Van der Hoop (1949), dan Walter Kaudern ( 1938).

II. DESKRIPSI BERBAGAI TOPENG (KEDOK) P ADA MASA PRASEJARAH

a. T openg (kedok) dari maaa berburu dan mengum­pul makanan tingkat lanjut (epi-paleolltik)

Di kepulauan Indones ia bagian timur, khususnya di kepulauan Kei dan di pedalaman Irian Jaya, bany_ak di­temukan berbagai pola hies topeng yang dilukiskan pada dinding gua karang. Pola hias topeng ini jugs di­temukan bersama~s ama gambar manusia dslam berbagai posisi den yang paling menarik adalah pole · hies manu­sia kangkang.

Berkala Arkeologi IX (2) 35

Page 6: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

hies t ope ng a tau muka manusla ini di temukan pada kendi yang dlpergunakan sebagai bekal kubur (tt.ieral gift).

~

Beberapa pola hias topeng pada kendi tersebut mempunyai tanda-tanda seperti di bawah ini.

1. Mata bulat , hidung pesek dengan lubang kecil. Mu­lut berbentu k segitiga samakaki, telinga tidak di­

. gambarkan. 2. Mata berbentuk sipi t (slanting), hi dung pesek tanpa

lubang, mulut berben t uk trapesium, dan telinga ti­dak digarnbarkan.

3. Mata bulat kecil, di atas kedua mata terdapat garis patah, mulut berbentuk belah ketupat, dan hanya salah satu telinga yang digambarkan, sedangkan te­linga yang lain tidak jelas.

4. Mata bulat kecil, hidung bulat dan kedua lubangnya digambarkan dengan dua buah garis pendek verti­kal. Mulut bulat dan dibelah oleh garis lurus di te­ngahnya. Motif lingkaran yang seolah-olah meng­gambarkan subang terletak pada kedua p1p1nya (Gambar 2).

Gambar 2. Beberapa po/a hias topeng pada puncak-puncak kendi dari Melo/a , Sumba.

36

Page 7: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Di Kalumpang, Sulawesi Selatan, Van Heekeren (1958) telah menemukan berbagai gerabah dengan pola hias geometris yang beraneka ragam antar lain deism bentuk meander, bulatan, segi empat, dan garis-garis lurus. Di samping itu ditemukan · pula pole hias topeng pada barang tanah liat dengan tanda-tanda mata bulat (tinggal sebelah), hidung · sempit dan panjang, mulut berbentuk setengah lingkaran, dan tanpa telinga. Pola hias pada barang tanah liat i tu tidak diketahui persa­maan fungsinya dengan gerabah Melolo, karena tidak diketahui bentuk benda utuhnya.

c. Topeng (kedok) pada masa ·. peroodagian

Pola hias topeng pada masa perundagian terdiri dari berbagai bentuk yang dilukiskan pada berbagai artef ak perunggu, antara lain di temukan pad a kapak upacara, nekara perunggu, dan moko. Pola hias topeng · pada artef ak perunggu tersebut terdiri dari bentuk­bentuk yang digayakan dan kadang-kadang digambarkan secara tidak lengkap.

Pada nekara tipe Pejeng dari Pura Penataransasih di Bedulu di temukan pola hias topeng dengan mata bu­lat, hidung sempit panjang, alis berbentuk bulat sabit, memakai kumis, telinga panjang dengan anting besar sehingga lubang telinga memanjang (seperti wani ta Dayak), dan bibir tipis dengan mulut lebar (R.P.Soejo­no, 1972: foto 33; Van Heekeren, 1958).

Mako yang di temukan di pulau Alar, Nusa T engga­ra Timur, pada bagian badannya · ditemukan pola hias topeng dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu hanya digambarkan antara lain dengan mata bulat, mulut oval, hi dung sempi t berupa gar is ke bawah, dan · telinga tidak digambarkan (Van der Hoop, 1949; R.P. Soejono, 1977).

Sebuah kapak upacara yang di temukan di Ujung Pandang yang oleh R.P. Soejono dikelompokkan pada tipe IA, di temukan juga pahatan muka manusia pads

Berkala Arkeologi IX (2 ) 37

Page 8: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

bagian lehernya. Pola muka manusia i tu dilukiskan dengan tanda-tanda mats sipit (alantlng), kening me­nonjol, hldung panjang aemplt dan agak melebar di ba­gian bawah, mulut berbentuk oval menyudut, dan pada pipi terdapat tonjolan yang menyerupai segitiga (R.P. Soejono, 1977; Van der Hoop, 1949).

Salah satu kapak upacara yang ditemukan di danau Sentani, Irian Jaya (tipe Soejono 1B) terdapat pola hias topeng yang sangat sederhana, hanya digambarkan hi­dung, mulut, alis, dan dahi. Mata dan telinga tidak ke­lihatan.

Di pulau Roti di temukan kapak perunggu tipe Soe­jono VIII, jenis Candl'asa, terdapat kedok yang meng­gambarkan muka manusia berbentuk sederhana.

Gambar 3. Sa/ah satu po/a hias topeng pada benda perunggu.

d. Topeng (kedok) pada masa berkembangnya tradi­si megalitik

Pada masa berkembangnya tradisi megalitik, pola­pola hias topeng muncul pada peninggalan-peninggalan yang khususnya berkaitan dengan upacara-upacara pe­nguburan. Pola-pola hias topeng di temukan pada berba­gai peninggalan an tar a lain pad a waruga, kubur ba tu sekunder di Sulawesi Utara (Bertling, 1931 ), kalamba (stone Vat) dari Sulawesi Tengah (Walter Kaudern,

38

Page 9: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

1938), sarkof agus (R.P. Soejono, 1977), kubur-kubur dolmen di Sumba (Haris Sukendar, 1983-1985) dan tugu batu di Timor Barat (Haris Sukendar, 1983).

Pola hias topeng (kedok) pada masa tradisi mega­litik ini bersifat universal, sehingga tidak hanya terda­pat di Indonesia saja tetapi ditemukan juga di lua r In­donesia. Untuk gambaran tentang bentuk-bent uk pola hias topeng pada peninggalan tradisi megali t ik akan di­uraikan satu persatu seperti di bawah ini ..

Pola hies topeng waruga

Pola hias topeng ini di temukan pada bagian sam­ping atas waruga yang bentuknya menyerupai bagian atap sebuah rumah. Pada salah satu waruga ditemukan tiga gambaran muka manusia yang bentuknya berbeda­beda. Muka-muka manusia yang berupa kedok ·pada wa­r.uga i tu mempunyai bagian-bagian muka yang lengkap baik alis, mata, hidung dan mulut, sedangkan telinga tidak dipahatkan. Bentuk hidungnya ada yang besar lebar, ada yang sempit panjang dan ada pula yang sedang. Mata bulat melotot dan ada yang bulat kecil. Mulut lebar dan ada juga yang kecil.

Selain bentuk pola hias topeng tersebut di atas, ditemukan juga pahatan-pahatan yang menggambarkan tokoh-tokoh manusia yang dihias dengan phallus.

Pola hiaa topeng pada kalamba

Pola-pol a hias pada· kalamba (atone vats) di temu­kan di Sulawesi T engah, khususnya di dataran tinggi Napu dan Besoa, kalamba-kalamba yang di temukan di dataran tinggi Bada (Lore Selatan) biasanya poloe. To­peng-topeng yang ada pada kubur kalamba terdapat pada dinding-dinding kalamba bagian luar. T openg ter­sebut digambarkan dengan bentuk-bentuk aneh. Topeng pada kubur kalamba ini mempunyai variasi yang cukup banyak (Walter Kaudern, 1938), dan digambarkan tidak lengkap.

Berkala Arkeologi IX (2) 39

Page 10: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Bentuk topang tidak lengkap, yaitu hanya terdiri dari rnata serta hidung yang biasanya disertai alis me­nonjol. Mata biasanya sipit, tetapi ada yang digambar­kan dengan garis lengkung dan bulat. Mata sipit dengan posisi miring dipadukan dengan kening menonjol dan hi­dung mancung. Tetapi ada pula meta sipit dalam posisi miring dipadukan dengan kening menonjol dan hidung lebar. Selain itu, bentuk mate lengkung setengah ling­karan, dipadukan dengan kening menonjol dan hidung panjang. Tetapi ada pule mata bulat, hidung sempit panjang dan kening menonjol.

Seisin itu ditemukan pule bentuk topeng yang di­gayakan terdiri dari mate dan mulut lebar, mate sipit, alls- menonjol dan hidung sempit panjang, dan mulut berbentuk elips; mate sipit, hidung panjang dengan bentuk mulut sederhana ·

Pola hias topeng pada sarkofagus

Tonjolan-tonjolan yang menggambarkan muka ma­nusia pad a sarkof agus dapat diartikan sebagai topeng yang mempunyai arti khusus dalam upacara penguburan di Bali. Pola-pola hias topeng tersebut beraneka rag 9m dan semuanya mempunyai bentuk yang dapat diklasifi­kasikan antara lain dalam gaya melawak, dan menakut­kan (mengerikan). Lima buah bentuk tonjolan yang me­rupakan topeng mempunyai tanda-tanda seperti berikut. Mata digambarkan dengan berbagai bentuk antara lain bulat, lonjong (oval) dan sipi t (slanting). Telinga pan­jang sempit, panjang lebar dan ada pula yang digam­barkan tanpa telinga. Mulut digambarkan sangat lebar dengan gigi-gigi besar yang hanya kelihatan pada bagi­an rahang atas, ada pula mulut yang digambarkan da­lam bentuk "monyong" dan terbuka. Di samping itu ada pula yang digambarkan sebagai garis lengkung. Bentuk pipi ada yang menonjol tak beraturan. (Gam bar 4).

40

Page 11: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Gambar 4. Beberapa contoh tonjolan pada sarkofagus yang merupakan to­peng ( Kedok). (dari Soejono, 1977).

Berkala Arkeologi IX (2) 41

Page 12: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

III. PEMBAHASAN

Topeng a tau kedok oleh para ahli biasanya dikai t­kan dengan kekuatan gaib (R.P. Soejono, 1977; Van der Hoop, 1949). Pola hias topeng sebenarnya merupakan gambar yang dianggap oleh pembuatnya mempunyai kekuatan gaib yang dapat menolak suatu bahaya yang datang dari luar. Kekuatan dari topeng diperoleh mela­lui penggambaran yang aneh, menakutkan, jenaka (me­lawak). Dengan bentuk-bentuk tersebut, make gambaran bagian tubuh manusia dianggap dapat mengusir bahaya yang datang. Bagian-bagian · tubuh manusia biasanya dianggap mempunyai kekuatan sakti, lebih-lebih bagian muka manusia dan bagian matanya (Van der Hoop, 1949).

Pola-pols hias topeng umumnya di temukan pada obyek-obyek purbakala yang berhubungan dengan kegi­atan religius. Pola-pola hias semacam ini ditemukan pada obyek penguburan seperti pada kubur-kubur peti batu (Tom Harrison, 1959; P.R. Whittier dan A.L. Whit­tier, 1974), kalamba (atone-vats) (Walter Kaudern, 1938), kubur dolmen (Haris Sukendar, 1983, 1985), dan pada sarkofagus (R.P. Soejono, 1977). Di samping ' itu pol a hias topeng juga di temukan pada benda-benda un­tuk upacara dari berbagai periode, seperti kapak-kapak perunggu, nekara perunggu, dan moko (Van der Hoop, 1949; Van Heekeren, 1958). Tampaknya peranan pola hias dalam bentuk muka manusia (topeng) tidak jauh berbeda dengan pola-pola hias dalam bentuk manusia secara utuh. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh R.P. Soejono (1977) dalam disertasinya.

Pola-pola hies topeng (kedok)

Pola-po la hias tersebut kadang-kadang di temukan pada benda-benda pusaka seperti pada sarung keris, sarung tombak, "cerana" pemujaan di salah satu ke­diaman raja, dan pada benda-benda lain.

42

Page 13: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Pola-pola hies topeng (kedok) pada masa hindu biasanya dipahatkan pada bagian etas pintu-pintu rnasuk candi dan urnumnya dipahatkan tanpa rehang bawah (Van der Hoop, 1949). Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa pola hies topeng rnemang memegang peranan penting dalam kehidupan masyara­kat dan berkaitan dengan tujuan-tujuan yang be rsif at sakral.

Malena Pola Hiaa T openg dari kehidupan Gua

Dari hasil penelitian Peter Bellwood (1979 : 275) di Lautan T eduh, dapat diketahui berbagai pola hias (mo­tif) muka manusia dari daerah itu. (Gamba r 5).

Gambar 5. Beberapa lukisan kedok (topeng) dari Pasifik.

Pola-pola hias 1n1 digambarkan dengan cat-cat yang berwarna hi tarn dan . merah yang mernang biasa dipakai untuk memberi warna pada benda-benda yang bersifat religius (sakral). Mengenai motif-motif topeng pada gua-gua karang di Kepulauan Pasifik ini masih belum diketahui rnaknanya.

. Berkala Arkeologi IX (2) 43

Page 14: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Wama-warna merah dan hitam banyak dijumpai di berbagai situs dari perk>de yang berbeda. Van der Hoop (1932) telah menyebutkan bahwa warna hltam den war­ns merah dipergunakan pada kubur-kubur batu Tegur­wangi, Sumatra Selatan. Sebagian dari dinding batu berhias cat merah dan hitam itu dapat disaksikan di Museum Nasional (koleksi Prasejarah). Warna-warna lain yang kadang-kadang muncul adalah putih. Pada masa berburu dan mengumpul makanan tingkat lanjut di Su­lawesi Selatan ditemukan gambar-gambar (cap) yang mempergunakan warn a hi tam dan merah (R.P. Sae jono, 1981: 81 ). Di gua-gua di Pulau Seram, Muna, Irian Jaya, cat-cat hitam dan warria merah sangat dominan.

Warna-warna hitam, merah, dan putih yang dipakai pada pola-pola hias masa prasejarah tersebut berkaitan dengan kegiatan religius. Demikian juga warna hitam dan merah pada topeng di Lautan Teduh bentuknya tidak terlepas dari tujuan-tujuan tersebut di atas. Tam­paknya penelitian tentang topeng di Lautan Teduh ter­sebut belum tuntas sehingga belum diketahui latar be­lakangnya.

Melihat bentuk-bentuk topeng yang kurang propor­sional tersebut dapat diperkirakan bahwa topeng-topeng itu merupakan simbul yang mempunyai tujuan tertentu, yang belum diketahui secara pasti. Mungkin topeng i tu merupakan simbul dari supernatural, simbul kematian, simbul kesuburan, kekuasaan atau mungkin pula meru­pakan simbul lain.

Dalam hal ini apa yang tersirat di dalam lukisan­lukisan pola hias topeng di daerah Pasifik mencermin­kan bentuk-bentuk yang berorientasi pada matahari. Beberapa i pola hias menunjukkan pancaran sinar-sinar yang d_apat diasosiasikan kepada sinar matahari (Gam­bar . 5). Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa matahari merupakan salah satu sumber kehidupan di lautan Te­duh yang luas itu.

44

Page 15: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Pola hias muka manuals topeng yang berkai tan de­ngan kekuasaan atau kekuatan seorang pimplnan, dapat dlamati melalui data yang telah di tulle oleh Je88e D Jennings ( 1979) di dalam bukunya yang berjudul The Prehlatary , of Polyneala. Jennings telah menguralkan den memberikan berbagai bentuk gambar topeng seba­gal hiasan pakaian-pakalan plmpinan di Tahiti (Polyne­sia). Apa yang telah digambarkan dan diuraikan oleh Jennings memberi petunjuk bahwa pole hies itu berka­itan dengan sesecirang yang mempunyai kekuasaan, yang dituntut menjadi pelindung bagi rakyatnya. Pola hias yang ada pada pakaian pimpinan itu sekaligus mempu ­nyai unsur-unsur penerang (pelindung). Dengan demikian pola-pola hias muka manusia di daerah itu dapat diar­tikan sebagai penolak bahaya dan sebagai simbul ke­kuatan sakti.

Garis-garis lurus yang dilukiskan pada topeng di daerah itu, tampaknya diasosiasikan kepada matahari yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan se­mua mahluk. Pola-pola hias di Polynesia ini dibuat dalam bentuk sederhana. Kesederhanaan pola-pola hias pada pakaian pimpinan di Polynesia mengingatkan ben­tuk-bentuk pola hias Neuvulayo di Nias yang hanya di­pahatkan pada benda-benda keramat dari pimpinan suku (adat) di daerah itu. Neuvulayo merupakan lambang kekuatan dari pimpinan sehingga setiap bends yang berpola hias tersebut tidak boleh diganggu.

Hampir semua motif muka manusia di Lautan Te­duh ini digayakan sehingga terdapat beberapa variasi antara lain muka manusia yang bersinar (seperti mata­hari), mata dan hidung, digambarkan sederhana.

Pola hias muka manusia pada gerabah lapita, La­utan T eduh, dibuat dengan teknik tera (lmpresaed) yang digambarkan dengan beberapa ciri. Penggambarannya cukup sempurna antara lain, alis lengkung den mata berbentuk elips, hidung sempit dan panjang, mulut ha­nya digambarkan seperti garis lengkung, kumis tebal

Berkala Arkeologi IX ( 2) 45

Page 16: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

9ar1 -m~I~hgk~.n,g" ke 6awah, -sef<~lnnfg' · -rniika" terdapat pol~ _·h.tiis .:~~'pert! ~nyalnarY; 9 da~~~iii~~&~iiitfrllriarti ·a ter-9AA"al / ~ul~~~h-bulatiih ~etH betii<Jn·~an\; ;')_-~:·; -· _ Y1 ::;:~'' ,,,.,-~y}· ·• ' -·· ;Y •: s:·/q, _•;.,g_l( rr ... :F, ~ F . ·.

'' t ,~:rPQ¼a~,hias .:topeng ::tPQfl.a.,.)gei:~h laplta ·-~ yang ditemu­k£10--dl r·P!Jieu Sa.11l~ __ Cr,~_1;,--ini bentuknya jauh)ebih maju d!baQdlngkan ·dengao -pole topeng . pads puncak kendi Melo lo:. maupun pads gerabah dari situs Kalumpang. Sayang bahwa Peter Bellwood tidak menyebutkan data konkrit tentang situs maupun pertanggalan situs ternpat bend a tersebut di ternukan.

Malena Pola Hise topeng paa obyek ~li~k Tom Harrison (1959) telah rnelakukan penelitian

terhadap pol a · hias top ·eng pada peti batu yang di temu­kan di Batang Kayan. Pola-pola hias yang te ·rdapat pada kaki sebuah p~tt batu dikerja~c1n sangat rnenarik. Pola hias tersebut ·menggambarkan pola hias · sulur dan tanda X. Salah satu kaki peti batu _ ya.itt.1 pada bagian puncaknya terdapat gambar topeng ·1 dengan; ·tanda-tanda muka berbentuk segi tig~, mata sipi t (slanting), hfdung biasa, mulut oval, alis dan telinga tidak digambarkan.

Pola hias muka manusia lain di temukan pada situs penguburan tel ah di tulis oleh P .R~ ·Whittier dan H.L. Whittier (1974) di dalarn artikel yang -berjudul "Some Apo Kayan Megaliths". Pola hias tarsebut ditemukan pada sebuah kubur batu pahat yang berkaki di Data Dian (Data Dian Tom). Pola muka manusia _dipahatkan . pada bagian kaki. Pola hias ini rnempunyai bentuk se­derhana, digambarkan bagian kepala saja dengan matR tanpa alis, hidung, telinga dan mulut. Mata digambar­kan dengan garis lurus horizontal, sedang hidung di­gambarkan dengan gar is lurus vertikal. _

Dari kedua · pola hias topeng yang di ternukan pada kubur-kubur peti batu tersebut di atas, jelas bahwa tidak terdapat tanda-tanda untuk · menggambar atau memahat dalam bentuk yang · lebih proporsional dan

46

Page 17: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

lengkap. Ketidakhediran paheten alis meupun telinge pads pola hies dari kubur peti batu di Batang Kayan dan tidak adanya mulut, alls, den telinga pads gambar muka manusia dari peti batu di Oaten Dian, tampaknya mempunyai kesengajaan. Sementara itu mereka dapat memahat kubur peti batu dengan pahatan jauh lebih sulit dari pada membuat pola hias tersebut di atas. Hal ini tentunya sesuai dengan tujuan pembuatan ton­jolan sarkofagus yang dibuat dengan bentuk-bentuk mu-­lut yang dipahatkan tidak sempurna.

Apa yang telah dituliskan oleh Tom Harrison ten­tang pola kedok manusia di Malaysia, Kalimantan Uta­ra, telah memberikan sumbangan besar, paling tidak sudah memberi bukti adanya kedok yang mempunyai fungsi dalam kaitannya dengan penguburan. Hal ini ter­dapat persamaan dengan situs-situs di Indonesia ..

Walter Kaudern seorang arkeolog bangsa Swedia, telah mencoba memberi gambaran tentang berbagai bentuk pola topeng pada dinding Kalamba dari bentuk yang sangat sederhana sampai dengan bentuk yang lebih maju (Walter Kaudern, 1938). Semua topeng di­gambarkan beraneka ragam, yang semuanya dapat dika­takan kurang proporsional, karena bagian-bagian muka yang lain seperti telinga, mulut dan alis tidak digam­barkan.

Tiap-tiap Kalamba mempunyai jumlah dan bentuk pola hias yang berbeda-beda. Bahkan ada satu Kalamba yang mempunyai puluhan pola topeng. Hal ini mungkin berkai tan dengan jumlah individu yang dimakamkan di dalamnya. Setiap individu diwakili oleh satu topeng. Hasil Ekskavasi yang dilakukan penulis pada kalamba di situs padang Birantua memberikan bukti ten tang hal ini. Dalam h satukalamba ditemuken puluhen tengkorek beserta berbagai bekal kubur. Selain mencerminkan jumlah individu, pola-pola hias topeng itu rnungkin jugs berfungsi untuk menjaga keselamatan si mati delam "dunianya".

Berkala Arkeolog1 IX · ( 2 47

Page 18: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Pola-pol a hias manusia pada kubur sarkof agus di Ball telah dibahas secara panjang lebar oleh R.P. Soe­jono (1977). Pola-pola hias yang berupa tonjolan muka manusia digambarkan dengan bentuk-bentuk yang aneh, tampaknya mempunyai fungsi ganda yai tu praktis, es­tetis, den rellgius.

Fungsi praktis dari tonjolan yang digambarkan dengan muka manusia itu diperlukan sebagai tempat untuk mengikatkan tali pada waktu mengangkut maupun memasukkan sarkofagus tersebut dalam lubang. Fungsi estetis dan religius, pola hias muka manusia pada sar­kof agus itu mempunyai nilai-nilai estetis yang tinggi. Pemahatan ~ be.ntuk-bentuk ) muka manusia sangat halus dan mengandung nilai seni. Penggambaran bentuk-ben­tuk aneh juga berperan dalam menolak bahaya dan menjamin kehidupan di alam arwah · (R.P. Soejono, 1977).

Kubur yang mempunyai tonjolan berbentuk muka manusia · dijumpai juga pada kubur-kubur dolmen di Sumba. Pada beberapa situs di Melolo ditemukan pola muka manusia yang dipahatkan kaku dengan bagian muka yang tidak lengkap. Pola hias topeng terseb4t ditempatkan pada bagian atas meja batu atau pada penjl (menhir ).

Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat dikatakan bahwa pahatan tersebut merupakaf"' pengawal. Hal ini diartikan sebagai penjaga arwah dari gangguan yang mengancam.

Istilah pengawal ini diberikan oleh penduduk kepa­da pahatan-pahatan area menhir dari situs Kawangu, Sumba Timur (Haris Sukendar, 1983). Bentuk-bentuk pola hias muka manusia di Sumba ini mempunyai per­samaan dengan pola hias topeng pada kubur batu di Kalimantan Utara, Malaysia, khususnya dalam segi bentuk yang sama-sama mempunyai proporsi tidak sem­purna den dioahatkan secara tidak lengkap, seperti yang telah dfqt'"81Ran den digambarkan oleh Tom Harriso!1•

48

Page 19: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Pol~-pola hias topeng pada kubur dolmen di Sumba belum dibahas oleh para peneliti terdahulu. Hal ini mengingat bahwa obyek llvlng megalithic tradition Sumba lni belum pernah ditelltl secara rincl baik oleh arkeolog sebelurn Perang Dunia II maupun sesudahnya .

Pola-pol a hias topeng pada kubur batu VJ arug a telah dibahas oleh Bertling walaupun tldak terlalu rin­ci. Dokumentasi lengkap baru dilakukan oleh Santosa Soegondho, Hadimulyono, dan Sumiati As dalam peneli­tian di daerah i tu.

Pola-pol a hias topeng pada t radisi megali tik yang berkembang pada masa Islam awal dapat disaksikan di Kata Gadang, Sumatra Barat. Salah satu menhir yang dipergunakan untuk tanda kubur, di puncaknya terdapat pahatan mata dan hidung (Haris Sukendar, 1985; 1986).

Dalam penelitian Barus, Tapanuli Timur, yang dila­kukan oleh Bidang Arkeologi Islam, Puslit Arkenas, telah berhasil menemukan pole hias topeng yang dipa­hatkan pada sebuah puncak nisan Islam. Pola hias ini digayakan sehingga tida~ jelas bahwa lukisan tersebut merupakan sebuah topeng. Mata sebelah kanan terben­tuk dari sulur yang merupakan "lingkaran memusar". Bagian hidung juga digayakan, demikian pula bagian mulutnya. Mata sebelah kiri tidak begitu jelas.

Berdasarkan atas uraian di etas jelas bahwa pola hias topeng mempunyai masa hidup yang cukup pan­jang, yaitu sejak masa berburu dan mengumpul makan­an tingkat lanjut, bercocok tanam, perundagian, tradisi megali tik, sampai masa Islam, dan bahkan sampai seka­rang. Pola hies topeng paling dominan pada kubur-ku­bur megali tik, dan mengacu kepada maksud religius untuk mengatasi pengaruh-pengaruh jahat yang ·dapat berupa arwah moyang, binatang, dan alam.

Dalam kaltannya dengan arwah nenek moyang, topeng telah dluralkan oleh May Veber (1978), dan di­aebutkan bahw .a bentuk menyerupai topeng yang dlbuat darl tengkorak manuals yang dllapis tanah llet dlhu­bungkan dengan pemujaan arwatt nenek moyang.

Berkala Arkeologi IX (2) 49

Page 20: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Selanjutnya Simone Waisbard (1978) memberikan gambaran menarik, berisikan batu merah yang dipahat sebagai topeng atau muka-muka manusia dengan bentuk yang beraneka ragam. Topeng-topeng tersebut ditem­patkan pada dinding suatu "candi". Tampaknya topeng­topeng yang beraneka ragam erat kaitannya dengan upacara tertentu, yang kemungkinan juga erat kai tan­nya dengan fungsi dari bangunan itu sendiri.

Pada tahun 400-600 SM sebuah topeng yang dibuat dari tanah liat dan diberi cat merah, coklat dan kuning tel ah di temukan di situs T eotihuacan (Astek). T openg tersebut dipergunakan dalam suatu upacara religius. Pada tempat yang sama, telah di temukan pula sebuah topeng yang dibuat dari semacam batu hijau dilapis dengan kerang dan dihias dengan untaian manik-manik (Olivier de Maguy, 1978). Di Peru topeng manusia di­pergunakan untuk menutup muka jenasah pemimpin orang-orang Monica (Casper Montebelli, 1978).

Pola-pola hias topeng yang terdapat pada obyek­obyek pemujaan seperti menhir dan tugu peringatan dijumpai juga di Situs Tundrumbaho, Nias _Selatan (Ha­ris Sukendar, 1981 ), di situs Lewalutas :<Jan s~tlals Kiraga­walariki (Haris Sukendar, 1983). Pola hias topeng ter­sebut ditemukan pada obyek-obyek pemujaan seperti pada menhir-menhir dan tugu peringatan.

Pola hias topeng pada living megalithic tradition di Lewalutas dan Kiragawalariki, Timar Barat, mempu­nyai peranan dalam usaha memperoleh kekuatan agar suku-suku di daerah itu dapat terus bersatu dan tidak saling menyerang atau membunuh. Tampaknya suku di desa tersebut percaya · bahwa dengan menggambar to­peng pada tugu yang mereka puja-puja itu akan diper­oleh kekuatan gaib. Dalam menggambarkan topeng, me­reka dengan sengaja membuat bentuk-bentuk yang aneh­aneh misalnya mata berbentuk elips tanpa alis, hidung lebar, mulut persegi empat panjang dengan gigi-gigi kecil, dan telinga tidak dipahatkan ~Bentuk-bentuk aneh

50

Page 21: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

<

itu jelas disengaja oleh pemahatnya, meskipun dia da­pat memahatkan pola-pola hies geometrik dan sulur­sulur 'yang sangat indah dan halus, yang dipahatkan di sekeliling pahatan muka manusia tersebut.

Berdasarkan data tersebut . tentunya si pemahat dapat menggambarkan bentuk muka m~nusia yang lebih sempurna. Unsur-unsur kekuatan gaib yang akan diper­oleh dari pahatan muka manusia tampaknya menjadi konsep dasar dan sumber inspirasi bagi pendukung tra­disi megalitik, sehingga bentuk-bentuk yang dihasilkan hanya dalam batas-batas sederhana dan kaku dengan bentuk-bentuk yang tidak proporsional.

Sampai pada masa Klasik maupun . Islam penggam­baran topeng tetap kaku, menakutkan dan dengan bagi­an muka yang kadang-kadang tidak dipahatkan. Sebagai contoh kalamakara pada candi-candi dan pola hias to­peng pada salah satu makam di Barus menunjukkan bukti seperti tersebut di atas.

KESIMPULAN

Adanya persamaan-persamaan fungsi topeng yang terdapat di beberapa negara menimbulkan pertanyaan tentang penyebarannya yang hampir mencapai seluruh tempat di dunia.

Bagi seorang difusionis akan mencari sumber ke­munculan topeng tersebut, dengan mencari konsep-kon­sep dasar yang dapat dipakai jawaban mengapa topeng tersebut muncul di tengah-tengah masyarakat.

Kekuatan supernatural tersebut dapat disebabkan oleh berbagai sumber antara lain oleh arwah nenek, orang yang jahat, binatang, dan kekuatan alam. Mereka akan selalu berusaha mencari jalan agar terhaindar dari pengaruh jahat tersebut sehingga mereka akan mencip­takan sesuatu yang dapat melindungi mereka baik pada masa mereka menciptakan sesuatu pada kehidupan se­telah mati. Sarena yang dianggap dapat mengusir pe­ngaruh jahat tersebut antara lain terdiri dari menhir, area menhir, batu datar, arc~ perwujudan, dan topeng.

Berkala Arkeologi IX (2) 51

Page 22: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

T openg yang dibuat dengan bentuk-bentuk mengeri­kan, jenaka, dan kak:u dianggap dapat mengusir penga­ruh jahat yang datang dari luar. Topeng semacam ini dipakai dalam upacara-upacara penguburan, sehingga baik mereka yang masih hidup maupun yang meninggal akan selalu dilindungi oleh kekuatan sakti (magis) yang dimiliki oleh topeng tersebut.

F ungsi religius topeng dapat dilihat baik di bebe­rapa situs di Indonesia maupun di negara-negara lain. Di Indonesia antara lain di temukan di Sulawesi Utara dan Sulawesi T engah, Bali, Sumba, Timor Barat, dan Pulau Nias, sedangkan di luar Indonesia fungsi topeng dapat ditemukan antara lain, di Peru, Meksiko, Pulau Tiahuanaco (Amerika Selatan), Jericho (Mediterania), Mycenia, Yunani (Emmanuelle Hubert, 1978), Kaliman­atan Utara (Malaysia), dan di Kepulauan Pasi fik.

Berdasarkan atas perbandingan-perbandingan terse­but di atas maka tampak adanya kecenderungan bahwa topeng mempunyai fungsi yang berkai tan dengan mag is religius yang ditemukan baik pada tempat-tempaf pe­nguburan maupun tempat-tempat pemujaan. Bentuk yang aneh tentunya tidak lepas dari tujuan magis reli­gius. Dengan menggambarkan bentuk-bentuk yang ' luar biasa seperti tersebut di atas diharapkan bahwa topeng mempunyai kekuatan magis yang lebih besar, untuk melindungi masyarakat yang masih hidup atau arwah nenek moyang dari pengaruh jahat.

52

Page 23: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Bank, E. 1937. "Some megalithic remains from the Kalabit country in Sarawak with some notes on the Kalabits themselves, Sarawak Museum." Ionmal no. 15, vol. IV part IV. Kuching, Sarawak.

Bellwood, Peter. 1979. Mans conqnest of the Pacific, New York.

Bellwood, Peter. 1985. Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago, Academic Press.

Bertling, C. T. 1931. "De Minahasische, Waruga en Hockerbestattung", NION, vol. XVI.

Caspar Montibelli. 1978 "The search for Eldorado, land of gold" dalam The worlds last Mysteries, Reader's Digest Sydney.

Harrison, Tom. 1948.Megalithic Remains in South Sumatra and Central Borneo, Journal of The South Seas Society, Vol. V, no.2

Harrison, Tom. 1959. More "Megaliths" from Inner Borneo. The Sarawak Museum Journal vol. IX. no. 13-14. issued by the Museum, Kuching, Sarawak.

Hubert Emmanuelle. 1978. "Gazetteer of mysterious sites around the world", The worlds last mysteries, Reader Digest Sydney.

DAFTAR PUSTAKA

Berkala Arkeologi IX (2) 53

Page 24: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Heekeren, H.R. van. 1931. "Megalithische overblijfselen in Besoeki, Java", Djawa vol. XI, 1 - 18.

Heekeren, H.R. van. 1958. "The Bronze-Iron Age of Indonesia", Verhandelingen van het Koninklijke Instituut voor Taal, Land-en Volkenkunde, vol. XXII, The Hague, Martinus Nijhoff.

Heine Geldern, R. van. 1935. The Archaeology and Art of Sumatra, pp. 305 - 331 of Sumatra by E.M. Loeb.

Heine Geldern, R. van. 1945. "Prehistoric Research in the Netherlands Indies", Science and Scientist in the Netherlands Indies, New York.

Hoop, A.N.J. Th.a. Th. van der. 1932. Megalithic Remains in South Sumatra, Trans. by W. Shirlaw. Zuthpen:. W.J. Thieme.

Hoop, A.N.J. Th.a. Th. van der. 1935. "Steenkistgraven in Goenoeng Kidoel", TITLV, vol. 75, 83 - 100.

Hoop, A.N.J. Th.a. Th. van der. 1938. "De Prehistoire", Geschiedenis van Nederlandsch Indie, Amsterdam, Uitg. Joost van den Vandel.

Hoop, A.N.J. Th.a. Th. van der. 1949. Indonesiasche Siermotieven, Ragam-ragam Perhiasan Indonesia, Indonesian Ornamental Design, Hit gegeven door het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.

Kaudern, Walter. 1921. "I Celebes obygder" (In Wild Celebes), Stokholm, Albert Bonniers Forlag.

Kaudern, Walter. 1938. Megalithic Finds in Central Celebes. Ethnographical Studies in Celebes, V. Goteborg.

54

Page 25: New POLA-POLA HIAS TOPENG (KEDOK), SUATU KAJIAN … · 2020. 3. 5. · Pola hies topeng waruga sam bagian ditemukan berbeda kedok ·pada wa r.uga bagian-bagian lengkap baik dan telinga

Loofs, H.H.E. 1967. Elements of the Megalithic Complex in Southeast Asia, Australian NationalUniversity Press.

May Veber. 1978. "The worlds first cities", The Worlds Last Mysteries, Reader Digest Sydney.

Oliver de Magny. 1978. "Teotihuacan, city of the gods" dalam The Worlds Last Mysteries, Reader Digest Sydney.

Patrick C. McCoy. 1979. "Easter Island", The Prehistory of Po­lynesia, Harvard University Press·.

Soejono, R.P. 1977. Sistim-sistim penguburan pada akhir masa prasejarah di Bali (disertasi).

Soejono, R.P. 1982. "On the megaliths in Indonesia", Megalithic Cultures in Asia, Monographs, No. 2, Hanyang University Press.

Atmosudiro, S. (1980). TINJAUAN SEMENTARA TENTANG ARCA MENHIR GUNUNG KIDUL. Berkala Arkeologi, 1(1), 24-41. https://doi.org/10.30883/jba.v1i1.274

Whittier, R. Patricia and Whittier L. Herbert. 1974. "Some Apo Kayan Megaliths", SarawakMuseum Journal, special issue. The peoples of Central Borneo, vol. XXII.

Willems, WJA. 1938. "Het Onderzoek der Megalithen te Pakoeman bij Bondowoso", Oudheidkun­dige Dienst in Nederlands Indie, Rapporten no. 3.

Berkala Arkeologi IX (2) 55