-
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH
MATERI KETENTUAN SHALAT JENAZAH MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD
TOGETHER) SISWA KELAS VII B MTS SUDIRMAN TRUKO
KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
M. DIDIK HASANI
NIM. 114-13-016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
-
ii
-
iii
Imam Mas Arum M, Pd.
Dosen IAIN Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Lamp : 1 Eksemplar
Saudara : M. Didik Hasani
KepadaYth.
Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan
koreksi, maka
naskah skripsi mahasiswa:
Nama : M. Didik Hasani
NIM : 114-13-016
Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN
FIQIH MATERI KETENTUAN SHALAT JENAZAH
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) SISWA KELAS
VII B MTS SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2016/2017
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga untuk
ditujukan dalam sidang munaqasah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
digunakan
sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, September 2018
Dosen Pembimbing,
Imam Mas Arum, M.Pd
NIP. 197905072011101008
-
iv
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga KM.2
Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga
Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
SKRIPSI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MATERI
KETENTUAN SHALAT JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) SISWA KELAS
VII B MTS SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
DI SUSUN OLEH :
M. DIDIK HASANI
NIM 114-13-016
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi
Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal ……………………… dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag, M.Phil
Sekretaris Penguji : Imam Mas Arum, M.Pd
Penguji I : Siti Rukhayati, M.Ag
Penguji II : Drs. Bahroni, M.Pd
DE
KL
AR
AS
I
http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id/
-
v
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : M. Didik Hasani
NIM : 114 13 016
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat
atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik
ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh
Perpustakaan IAIN
Salatiga.
Salatiga, September 2018
Yang menyatakan
M. Didik Hasani
NIM 114 13 016
-
vi
MOTTO
فَإَِرا فََشۡغَث فَٱًَصۡة
Fa-idzaa faraghta faanshab
7. "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain,"
Wa-ila rabbika faarghab
8. "Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap."
(Q.S Alam Nasyrah: 7-8)
-
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku, yang senantiasa mendo‟akan dan memberikan
dukungan.
Keluargaku yang selalu mendukung, mendo'akan dan memberikan
segalanya, baik moral maupun spritual bagi kelancaran studi,
semoga
Allah senantiasa meridhoinya.
Rekan-rekan mahasiswa IAIN Salatiga, dan teman-teman
kerjaku.
-
viii
ABSTRAK
Hasani, M. Didik. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran
Fiqih Materi
Ketentuan Shalat Jenazah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe
NHT (Numbered Head Together) Siswa Kelas VII B MTs Sudirman
Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Institut Agama Islam Negeri
(IAIN)
Salatiga.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT
Tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar
siswa
dengan menerapkan Model Pembelajaran NHT (Numbered Head
Together) pada
mata pelajaran fiqih tentang Shalat jenazah siswa kelas VII MTs
Sudirman Truko
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2016/2017.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan
kelas ini merupakan siklus yang dirancang dalam dua siklus.
Setiap siklus terdiri
dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Sudirman Truko
Kecamatan
Bringin. Analisis data yang digunakan adalah analisis data
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar
fiqih
melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas
VII MTs
Sudirman Truko tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dilihat
dari persentase
siswa yang tuntas pra siklus sebesar 43,75% (14 siswa). pada
siklus I meningkat
menjadi 56,45% (18 orang) dari 32 siswa dan kembali naik pada
siklus II menjadi
87,5% (28 orang). Tidak hanya meningkat tetapi pada siklus II
indikator
ketuntasan klasikal juga terpenuhi yaitu minimal 85% dari
seluruh siswa tuntas.
Selain itu dari rata-rata yang didapat pada siklus I 72,27 dan
naik pada siklus II
menjadi sebesar 77,50. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
pada siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan dan telah mencapai KKM yang
telah ditentukan
yaitu 70.
-
ix
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
Rabb yang
Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan
berbagai
keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya,
penulis
mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini
bisa
terselesaikan.
Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah
Nabi
Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT.
Amin
Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas
penulisan ini bukanlah
merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat.
Akhirnya
dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai
pihak, maka
terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul
“PENINGKATAN
HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MATERI KETENTUAN
SHALAT JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) SISWA KELAS VII B MTS
SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017” Dengan tersusunnya skripsi ini,
penulis
ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Intitut Agama
Islam
Negeri Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam.
-
x
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang
telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.
6. Keluarga dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan
motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
7. Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam angkatan 2013,
yang
telah memberikan banyak cerita dan canda selama menempuh
pendidikan
di IAIN Salatiga.
8. Para sahabat-sahabatku yang tidak bisa saya sebut namanya
satu-persatu,
yang selama ini selalu membantu dan memotivasiku dari sejak
kecil
sampai saat ini.
Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo‟a, semoga
Allah SWT
mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang
berlipat
ganda. Aamiin.
Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih
banyak
kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
saran dan kritik
yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis
terima dengan rasa
senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis pribadi dan
bagi pembaca pada umumnya.
Amin – amin yarobbal ‘alamin
Salatiga, September 2018
Penulis
M. Didik Hasani
-
xi
NIM 114-13-016
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
........................................................................................
i
HALAMAN BERLOGO
.................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
.............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN
..........................................................................
iv
DEKLARASI
...................................................................................................
v
MOTTO
...........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN
............................................................................................
vii
ABSTRAK
.......................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR
.....................................................................................
ix
DAFTAR ISI
....................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL
............................................................................................
xiv
DAFTAR GRAFIK dan GAMBAR
................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN
....................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN
..........................................................................
1
A. Latar Belakang
..............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah
.....................................................................
4
C. Rumusan Masalah
.........................................................................
4
D. Tujuan Penelitian
..........................................................................
4
E. Hipotesis Tindakan
......................................................................
5
F. Manfaat Penelitian
........................................................................
5
F. Sitematika Penulisan
....................................................................
6
-
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..
....................................................................
7
A. Kajian Teori
.............................................................................
7
1. Pengertian Belajar
................................................................
7
2. Ranah Hasil
Belajar..............................................................
10
3. Definisi Hasil Belajar
........................................................... 11
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
......................... 12
a. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ............................
12
b. Definisi NHT
............................................................ 16
c. Langkah-langkah Pembelajaran NHT ......................
17
5. Kelebihan dan Kelemahan Tipe NHT
.................................. 20
6. Shalat Jenazah
....................................................................
23
7. Penelitian Tindakan
Kelas.................................................... 24
a. Definisi PTK
............................................................ 24
b. Prinsip PTK
..............................................................
16
c. Model PTK
...............................................................
17
B. Kerangka Berfikir
.........................................................................
31
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
.................................................. 33
A. Jenis Penelitian
.............................................................................
33
B. Setting Penelitian
..........................................................................
34
1. Tempat Penelitian
................................................................
34
2. Waktu Penelitian
..................................................................
34
3. Subyek dan Karakteristik Penelitian
.................................... 34
4 Variabel Penelitian
................................................................
34
5. Rencana Pelaksanaan Tindakan
........................................... 35
6. Indikator Keberhasilan
......................................................... 41
7. Teknik Analisis Data
............................................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
............................. 43
A. Deskripsi Kondisi Awal
...............................................................
43
B. Deskripsi Siklus I
........................................................................
44
1. Perencanaan Tindakan
........................................................ .. 44
-
xiii
2. Pelaksanaan Tindakan
...................................................... 46
a. Kegiatan Pendahuluan
.............................................. 46
b. Kegiatan Inti
.............................................................
46
c. Kegiatan Penutup
..................................................... 49
3. Hasil Pengamatan dan Observasi
...................................... 49
4. Refleksi
.............................................................................
54
C. Deskripsi Siklus II
........................................................................
55
1. Perencanaan Tindakan
........................................................ .. 55
2. Pelaksanaan Tindakan
...................................................... 57
a. Kegiatan Pendahuluan
.............................................. 58
b. Kegiatan Inti
.............................................................
58
c. Kegiatan Penutup
..................................................... 60
3. Hasil Pengamatan dan Observasi
...................................... 61
4. Refleksi
.............................................................................
65
D. Pembahasan …..
...........................................................................
67
Bab V PENUTUP…………………
............................................................ 69
A. Kesimpulan…….
........................................................................
69
B. Saran
........................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Ketuntasan Belajar Pra Siklus
.......................................................... 1
Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran NHT Menurut Slavin
..................................... 18
Tabel 4.1 Hasil Belajar Fikih Pra Siklus
.......................................................... 44
Tabel 4.2 Hasil Observasi Guru Siklus 1
......................................................... 50
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus 1
......................................... 52
Tabel 4.4 Hasil Pembelajaran Siklus 1
............................................................ 53
Tabel 4.5 Hasil Observasi Guru Siklus 2
......................................................... 62
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus 2
......................................... 63
Tabel 4.7 Hasil Pembelajaran Siklus 2
............................................................ 65
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart
.......................................... 30
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
.........................................................................
31
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Soal Evaluasi Siklus 1
Soal Evaluasi Siklus 2
Rencana Pembelajaran Siklus 1
Rencana Pembelajaran Siklus 2
Daftar Nilai Siswa Pra Siklus
Datar Nilai Siswa Siklus 1
Daftar Nilai Siswa Siklus 2
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lembar Konsultasi Skripsi
Daftar Riwayat Hidup
-
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu indikator untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran
adalah hasil belajar. Hasil belajar adalah suatu akibat dari
proses belajar
dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun
secara
terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan
(Sudjana, 2006:
47). Tidak semua hasil belajar dari siswa itu baik. Beberapa
kejadian justru
menunjukkan bahwa hasil belajar menjadi masalah yang serius. Hal
ini salah
satunya juga terjadi pada siswa kelas VII MTs Sudirman Truko
Kecamatan
Bringin Kabupaten Semarang. Persentase siswa yang tuntas pada
pokok
materi sholat jenazah hanya mencapai 43,75%. Hasil tersebut
dapat kita lihat
pada Tabel 1.1 dan secara detail terdapat dalam lampiran
1.1.
Tabel 1.1
Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII MTs Sudirman Truko
No Kriteria Frekuensi Persentase
1 Tuntas 14 43,75%
2 Tidak Tuntas 18 56,25%
-
xviii
Jumlah 32 100%
Nilai Rata-rata Kelas 64
KKM 65
-
2
Hasil belajar tidak terlepas dari proses. Hasil belajar yang
belum
memuaskan mengindikasikan adanya proses yang belum tepat. Oleh
karena
itu dilaksanakan observasi terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung di
MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin. Saat observasi terlihat
bahwa
model yang digunakan guru adalah model konvensional. Guru
memberikan
materi melalui metode ceramah dan siswa hanya duduk, diam,
dengar, catat
dan hafal (3DCH) sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
menjadi
monoton dan terlihat beberapa siswa tidak memperhatikan. Guru
sebenarnya
sudah memberi kesempatan siswa untuk mengerjakan soal di depan
kelas,
namun hanya siswa-siswa tertentu saja yang berani maju dan
beberapa siswa
justru hanya sekedar meniru apa yang dilakukan siswa
sebelumnya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
menciptakan pembelajaran yang lebih berfokus pada siswa adalah
model
Cooperatif Learning. Cooperative learning merupakan salah
satu
pembelajaran yang mendorong siswa untuk menerima orang lain,
membantu
orang lain, menghadapi tantangan dan bekerja dalam tim.
Cooperative
learning menjadikan pembelajaran ini tidak terfokus pada
penjelasan guru,
tetapi keterlibatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran
(Slavin, 2003: 87).
Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang memberi peluang
yang sama
kepada siswa terpilih untuk mengungkapkan pendapat, menjawab
pertanyaan
guru dan mengerjakan soal adalah melalui tipe Numbered Head
Together
(NHT).
NHT merupakan varian dari diskusi kelompok (Huda, 2013:
203).
-
3
Model ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam
diskusi
kelompok. Langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut
Trianto
(2008), Slavin (2003), dan Ibrahim (2008) adalah penomoran,
mengajukan
pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab. Pembelajaran
kooperatif tipe
NHT siswa menempatkan dalam tim belajar beranggotakan beberapa
orang,
yang kemudian tiap siswa dalam kelompok diberi nomor sebagai
dasar
penentuan siswa yang harus menjawab (Trianto, 2008: 16). Guru
menyajikan
pelajaran, siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan
seluruh anggota
tim telah menguasai pelajaran tersebut. Saat belajar
berkelompok, siswa
saling membantu untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Guru
memantau
dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan
siswa
yang memerlukan bantuan guru. Kemudian guru memanggil salah satu
nomor
secara acak untuk mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi
kelompok
mereka. Dengan demikian, siswa memiliki peluang yang sama untuk
aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran fiqih
di
Kelas VII MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin, maka
dilakukan
penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar
fiqih
melalui perbaikan proses pembelajaran. Adanya teori dan hasil
penelitian
mengenai tipe NHT menjadi dasar pemilihan model yang akan
diterapkan
dalam pembelajaran fiqih sebagai upaya tindak lanjut atas
permasalahan yang
terjadi. Penelitian ini diberi judul " Peningkatan Hasil Belajar
Mata Pelajaran
Fiqih Materi Ketentuan Shalat Jenazah Melalui Model
Pembelajaran
-
4
Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Siswa Kelas VII B
MTs
Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran
2016/2017".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi
masalah
sebagai berikut.
1. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih menggunakan
metode
konvensional yaitu metode ceramah monoton dan pemberian tugas
tanpa
memberikan kesempatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
2. Sebagian besar siswa kelas VII MTs Sudirman Truko terlihat
pasif dalam
pembelajaran. Siswa hanya duduk, diam, mendengarkan,
memperhatikan
penjelasan guru dan mencatat.
3. Saat siswa diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan
soal, masih
didominasi siswa tertentu dan lainnya hanya menyalin jawaban di
papan
tulis.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah, “Apakah penerapan
model
NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar
mata
pelajaran fiqih tentang Ketentuan Sholat jenazah pada siswa
kelas VII MTs
Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran
2016/2017?”.
D. Tujuan Penelitian
-
5
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
siswa
dengan menerapkan Model Pembelajaran NHT (Numbered Head
Together)
mata pelajaran fiqih tentang Sholat jenazah pada siswa kelas VII
MTs
Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran
2016/2017.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini
adalah: “Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dapat
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran fiqih materi ketentuan
sholat
jenazah pada siswa kelas VII B MTs Sudirman Truko Kecamatan
Bringin
Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017”.
F. Manfaat Penelitian
1. Memperbaiki proses pembelajaran yang berfokus pada siswa guna
tujuan
pembelajaran fiqih.
2. Penerapan NHT memberi kesempatan siswa untuk lebih aktif
dalam proses
pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
3. Sebagai sumber referensi guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran
melalui penerapan metode pembelajaran yang tepat.
4. Menginspirasi guru untuk menerapkan pembelajaran tipe NHT
pada materi
lainnya ataupun pada mata pelajaran lain.
5. Memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka pelaksanaan
supervisi
sehingga dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran.
-
6
6. Peneliti mendapat pengalaman langsung dalam proses belajar
mengajar
pembelajaran Pendidikan Agama Islam sekaligus Model
pembelajaran
yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan kelak.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas :
Bagian Awal yang berisi Sampul, Halaman Berlogo, halaman
judul
skripsi, Persetujuan Pembimbing, lembar pengesahan kelulusan,
motto dan
persembahan, abstrak, kata pengantar dan daftar isi.
BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat
penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka, berisi Pengertian hasil belajar, metode
NHT,
materi ketentuan sholat jenazah.
BAB III Pelaksanaan penelitian, paparan hasil penelitian yang
terdiri
dari Jenis penelitian, Setting Penelitan, Tempat dan waktu
penelitian
pelaksanaan siklus I dan silkus II.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi Diskripsi
Kondisi
Awal, Diskripsi Siklus I dan II, analisis penelitian dan
pembahasan penelitian.
Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
Bagian Akhir, berisi datar pustaka, lampiran-lampiran dan
daftar
riwayat hidup peneliti.
-
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan
para
guru memiliki pemahaman yang tepat terhadap tipe tersebut dalam
membantu
proses belajar. Oleh karena itu, perlu pemahaman akan
pokok-pokok bahasan
berikut.
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Manusia sebagai mahluk hidup yang mempunyai akal dan pikiran
tidak akan pernah berhenti dari proses belajar. Belajar secara
sadar atau
tidak telah dilakukan manusia secara terus menerus untuk
memenuhi
segala kebutuhan akan pengetahuan.
Berikut ini pendapat tentang pengertian belajar:
a. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap
dan
terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman (Morgan dalam
Saptorini, 2004:3).
b. Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan
seseorang
yang dicapai melalui upaya yang dilakukan dan perubahan itu
-
8
bukan diperoleh secara langsung dari proses pertumbuhan
dirinya
secara alamiah (Gagne dalam Slameto, 2003).
c. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku
pada
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
individu
dan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi
dengan lingkungannya (Burton W. H dalam Usman 1994:4).
d. Belajar adalah suatu proses dimana ditimbulkan atau
diubahnya
suatu kegiatan karena mereaksi dengan keadaan (Hilgard E.R
dalam Usman 1994: 5).
e. Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang
berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu
pengertian
(Witherington H. C. dalam Usman 1994:5).
Dari berbagai pendapat mengenai belajar tersebut, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dan
kemampuan seseorang karena bereaksi dengan keadaan. Belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan
manusia.
perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses
pertumbuhan
yang bersifat fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang
terjadi
karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam
kebiasaan,
kecakapan-kecakapan atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan,
sikap,
dan keterampilan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang
paling
pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung
arti,
-
9
bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh
peserta
didik atau siswa.
Belajar bukan merupakan tujuan melainkan suatu proses untuk
mencapai tujuan, jadi belajar merupakan langkah-langkah atau
prosedur
yang ditempuh (Hamalik, 2001) sehingga dapat dikatakan belajar
sebagai
suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
penting
dalam setiap penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Hal
ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu
tergantung dari proses yang dialami siswa, baik ketika di
sekolah,
lingkungan rumah atau keluarga.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari
proses
belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes
yang
disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun
tes perbuatan.
Adapun Nasution (2003: 22) berpendapat bahwa hasil belajar
adalah
suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya
mengenai
pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan
dalam
diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil
yang
diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari
mata
pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk
melihat
hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang
bertujuan
untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi
atau
belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan
oleh
-
10
suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin
tercapainya
kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta
didik
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam
Himam,
dalam Fatkhurrohman, 2004: 18). Hasil belajar dapat dilihat dari
hasil
nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester
(Sub
sumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif).
2. Ranah Hasil Belajar
Dalam pelaksanan penilaianya guru harus memperhatikan
prinsip-
prinsip penilaian hasil belajar agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
Prinsip-prinsip penilaian hasil belajar itu sebagai berikut
(Sudjana, 2006)
a. Valid/sahih artinya penilaian hasil belajar oleh pendidik
harus
mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar
isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan standar
kelulusan. Penilaian valid adalah menilai apa yang
seharusnya
dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur
kompetensi.
b. Obyektif artinya penilaian hasil belajar peserta didik
hendaknya
tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, perbedaan
latar
belakang agama, sosial ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan
hubungan emosional.
c. Transparan/terbuka artinya penilaian hasil belajar oleh
pendidik
dalam prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan
-
11
keputusan hasil belajar dapat diketahui secara umum baik
oleh
peserta didik, instansi terkait, maupun masyarakat.
3. Definisi Hasil Belajar
Menurut Subiyanto (2008), hasil belajar adalah sesuatu yang
digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan
kepada
siswa dalam waktu tertentu. Menurut Sutrisno (2008), hasil
belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman
belajarnya.
Selanjutnya Tonga (2011), secara umum hasil belajar dapat
diartikan sebagai suatu hasil pekerjaan yang telah dicapai
dengan usaha
atau diperoleh dengan jalan keuletan bekerja yang dapat diukur
dengan
alat ukur yang disebut dengan tes. Hasil belajar menurut Sudjana
(2006:
22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia
menerima pengalaman belajarnya.
Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan
dengan
berbagai cara salah satunya adalah dengan melakukan evaluasi dan
tes.
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjamin,
dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan
pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai
bentuk
pertanggungjawaban penyelenggara pendidikan (UU No 20 tahun
2003
-
12
tentang Sisdiknas). Ulangan adalah proses yang dilakukan
untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara
berkelanjutan
dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan
perbaikan
hasil belajar peserta didik.
Menurut Lina (2009) hasil belajar merupakan bukti keberhasilan
yang
telah dicapai oleh seseorang. Hasil belajar adalah usaha
maksimal yang
dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Jadi
hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses
belajar
yang telah dilakukannya.
Berdasarkan pendapat tersebut maka definisi hasil belajar
dalam
penelitian ini mengacu pada definisi hasil belajar sebagai
penilaian hasil
usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka,
huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together
(NHT)
a. Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa
yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah
masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu
untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Menurut Suherman dkk
(2007:260) cooperative learning menekankan pada kehadiran
-
13
teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai
sebuah
tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau
tugas.
Menurut Suherman dkk (2007:260) ada beberapa hal yang
perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih
menjamin
para siswa bekerja secara kooperatif, hal tersebut meliputi:
pertama
para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa
bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai
tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua para siswa yang
tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa
masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa
berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung
jawab
bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk
mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung
dalam
kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam
mendiskusikan
masalah yang dihadapinya.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh
antar
siswa untuk memahami materi pelajaran. Unsur-unsur
pembelajaran kooperatif paling sedikit ada empat macam yakni
(Fatkhurrohman, 2004: 78):
1) Saling ketergantungan positif, artinya dalam
pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antar
-
14
sesama. Dengan saling membutuhkan antar sesama, maka
mereka merasa saling ketergantungan satu sama lain;
2) Interaksi tatap muka, artinya menuntut para siswa dalam
kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka
dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi
juga dengan sesama siswa. Dengan interaksi tatap muka,
memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber
belajar, sehingga sumber belajar menjadi variasi. Dengan
interaksi ini diharapkan akan memudahkan dan membantu
siswa dalam mempelajari suatu materi.
3) Akuntabilitas individual, artinya meskipun pembelajaran
kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui
tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran
dilakukan secara individual. Hasil penilaian secara
individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru
kepada kelompok agar semua anggota kelompok
mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan
bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat
memberikan bantuan
4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, artinya
melalui pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan
keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Hal ini
-
15
dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif menekankan
aspek-aspek: tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
mengkritik ide dan bukan mengkritik orangnya, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang
lain, mandiri, dan berbagai sifat positif lainnya.
Menurut Ibrahim (2008 : 6), pembelajaran kooperatif memiliki
sejumlah karakteristik tertentu yang membedakan dengan
model-
model pembelajaran lainnya antara lain :
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3) bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
4) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang
individu.
Terdapat enam langkah-langkah kooperatif, dimulai dengan
guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa
untuk
belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali
dengan
bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa
dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahapan ini diikuti
bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk
menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir
pembelajaran
-
16
kooperatif meliputi fersentasi hasil kerja kelompok atau
evaluasi
tentang apa tang telah mereka pelajari dan memberi
penghargaan
terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Adapun
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat di lihat
pada
table berikut.
b. Definisi Numbered Heads Together (NHT)
NHT merupakan pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai
alternatif
terhadap kelas tradisional (Slavin, 2003: 34).NHT yang
dikembangkan oleh Spencer Kagan melibatkan banyak siswa
dalam menelaah materi dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman terhadap isi materi yang dipelajari tersebut.
Pembelajaran kooperatiftipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe
ini dikembangkan oleh Kagen (Ibrahim, 2001: 28) dengan
melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup
dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut. Ibrahim (2008: 29) mengemukakan tiga
tujuan
yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengantipe
NHT yaitu:
1) Hasil belajar akademik stuktural
-
17
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-
tugas akademik.
2) Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok
dan sebagainya.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Penerapan pembelajaran kooperatiftipeNHTmerujuk pada
konsep Kagen (dalam Ibrahim, 2008: 28) dengan tiga langkah
yaitu:
1) Pembentukan kelompok
2) Diskusi masalah
3) Tukar jawaban antar kelompok.
Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2008:27-28) tahapan dalam
pembelajaran kooperatiftipe NHT antara lain yaitu penomoran,
mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab.
1) Tahap 1: Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan
3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5,
-
18
berguna untuk memudahkan dalam memanggil siswa
dengan penomoran kepala.
2) Tahap 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik
dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan.
3) Tahap 3: Berpikir bersama,
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban itu.
4) Tahap 4: Menjawab
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan
tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas.
Tabel 2.1
Sintak Pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Slavin (2003:
34)
NO Fase Kegiatan
-
19
1 Penomoran Guru membagi siswa ke dalam
kelompok beranggotakan 5
orang dan setiap anggota
kelompok diberi nomor 1-5
2 Mengajukan
pertanyaan
Guru mengajukan sebuah
pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan dapat bervariasi.
Pertanyaan dapat spesifik dan
dalam bentuk kalimat tanya
atau bentuk arahan.
3 Berpikir bersama Siswa menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui
jawaban itu.
4 Menjawab Guru memanggil siswa dengan
nomor tertentu, kemudian
siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan
mencoba untuk menjawab
pertanyaan untuk seluruh
kelas.
-
20
Tabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Penomoran: Guru membagi siswa dalam kelompok yang
beranggotakan 5 orang dan kepada setiap anggota diberi
nomor 1-5. Siswa bergabung engan anggotanya masing-
masing
2) Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan
berupa tugas untuk mengerjakan soal-soal di LKS.
3) Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
dalam media pembelajaran tersebut dan meyakinkan
tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tersebut.
4) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan
tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan
atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan
untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi
kelompok tersebut.
5) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing
kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang
belum berhasil dengan baik.
-
21
6) Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan
terhadap hasil dari pengerjaan pertanyaan di LKS.
5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatiftipe NHT
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatiftipe NHT
menurut
Slavin (2003: 37) adalah
a. Kelebihan model pembelajaran kooperatiftipe Numbered
Heads
together:
1) Setiap siswa menjadi siap semua
2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang
pandai
4) Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
b. Kelemahan model pembelajaran kooperatiftipe Numbered
Heads
Together:
1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh
guru
2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
6. Shalat Jenazah
a. Pengertian dan hukum shalat jenazah dan dalilnya
Menurut bahasa shalat jenazah berarti mendo‟akan jenazah,
sedangkan menurut istilah syariah berarti shalat yang
dilaksanakan
dengan empat kali tanpa rukuk dan sujud. Rasulullah saw
-
22
memberikan tuntutan agar kita menyalatkan orang yang
meninggal,
sebagaimana sabdanya:
بن ماجه ْ . رواه ا َصلُّوا عَََل َمْوتَُكم
Artinya :“ Shalatkanlah oleh mu orang-orang yang meninggal
“.
( HR Ibnu Majah )
Hukum melaksanakan shalat jenazah adalah fardhu kifayah
artinya apabila jenazah telah dishalatkan oleh beberapa orang
maka
gugur kewajiban bagi orang lain. Akan tetapi jika tidak ada
yang
menyalatkan maka semua muslim yang ada di lingkungan jenazah
tersebut berdosa. Menyalatkan jenazah non muslim (kafir dan
musyrik) haram hukumnya. Allah SWT berfirman :
ْن َُِّ ً ِ ٍِ ۖ إ شِ ثْ َ ٰى ق َ ل ْن َع ُ ق َ ََل ج َّ ا ذً َ
ت َ اَت أ ْن َه ُِ ٌْ ذٍ ِه َح َ ٰى أ َ ل َُصلِّ َع ََل ج َّ
ُْىَ ق اِس َ ْن ف ُُ َّ ُْا اج َه َّ َِ ِ ْل سُ َس َّ ِ اَّللَّ
ِ ّا ت فَُش كَ
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah)
seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu
berdiri
(mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir
kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan
fasik”. (Qs. At-Taubah :84)
b. Syarat dan Rukun Shalat Jenazah
1) Syarat shalat jenazah yaitu :
a) Suci badan, pakaian, dan tempat shalat dari hadas dan
najis serta menutup aurat dan menghadap kiblat
-
23
b) Shalat dilakukan sesudah jenazah selesai dimandikan dan
dikafani
c) Letak jenazah kea rah ka‟bah, kecuali apabila shalat gaib
2) Rukun shalat jenazah
a) Niat
b) Berdiri jika mampu
c) Takbir empat kali dengan takbiratul ihram
d) Membaca al-fatihah setelah takbiratul ihram
e) Membaca selawat atas nabi setelah takbir kedua
f) Membaca do‟a untuk jenazah sesudah takbir ketiga
g) Membaca salam
c. Tata cara shalat jenazah
1) Jika jenazahnya laki-laki, imam berdiri sejajar kepala
jenazah,
jika jenazah perempuan, posisi imam berdiri sejajar dengan
pinnggang mayat.
2) Mengucapkan takbir yang pertama dengan mengangkat tangan
seperti takbiratul ihram, sambil berniat
3) Bersedekap atau meletakan tangan di dada seperti shalat
biasa
4) Membaca ta’awuz dan Al-Fatihah
5) Takbir yang kedua dengan mengangkat tangan
6) Membaca selawat Nabi seperti seperti tahiyyat akhir pada
shalat biasa
7) Takbir ketika dengan mengangkat tangan
-
24
Membaca do‟a untuk jenazah
اَْكِشْم ًُُضلََُ )َُا( َّ ٌَُْ )َُا( اْعُف َع َّ َِ )َُا( َعافِ
َّ ْسَحْوَُ )َُا( َّ ُنَّ اْغفِْشلََُ )َُا( أَللَِّ
اْغِسْلَُ َّ ِسْع َهْذَخلََُ )َُا( َّ َِ )َُا( ِهَي
اْلَخطَاٌَاَي َكَوا َّ ًَقِّ َّ اْلثََشِد, َّ الثَّْلِج َّ )َُا(
تِااْلَواِء
ًٍْشا ِهْي ُْالً َخ أَ َّ ٍِ )َُا( ًٍْشا ِهْي َداِس اَْتِذْلَُ
)َُا( َداًسا َخ َّ ًَِس ُب ْاَلَْتٍَُض ِهَي الذَّ ْْ ٌٌَُقَّى
الثَّ
َُ( َِ ِج ّْ ًٍْشا ِهْي َص ًجا َخ ّْ َص َّ َِ )َُا( ُْلِ َعَزاَب
الٌَّاسِ أَ َّ َِ )َُا( فِْحٌَةَ اْلقَْثِش قِ َّ ا(
8) Takbir yang keempat dengan mengangkat tangan.
Do‟a,setelah
takbir keempat :
ََل َّ ُنَّ ََل جَْحِشْهٌَا أَْجَشٍُ )َُا( ٌَْي أَللَِّ
اًٌَِاالَِّز َْ ْخ ِِلِ َّ لََُ )َُا( َّ ْغفِْشلٌََا َّ جَْفحٌَِّا
تَْعَذٍُ )َُا(
تٌَِا ِغاّلً ْْ ََل جَْجَعلََي فًِ قُلُ َّ ٌَْواِى ًَا تِاْاِِل
ْْ ٍْنُ َسثَقُ ِح ٌف الشَّ ّْ َاإًََِّك َسأُ ا َستٌَّ ْْ ٌَْي
أََهٌُ لِلِّز
9) Mengucapkan salam
7. Penelitian Tindakan Kelas
a. Definisi Penelitian Tindakan Kelas
Konsep penelitian tindakan bermula dari pandangan seorang
ahli psikologi sosial yang bermana Kurt Lewin (1946). Lewin
menggunakan pendekatan penelitian tindakan setelah usainya
perang dunia ke dua dalam usaha menyelesaikan berbagai
masalah
sosial. Lewin pada saat itu mengemukakan dua ide pokok
penelitian tindakan yaitu; (1) keputusan bersama, dan (2)
komitmen untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi kerja.
Kedua ide pokok tersebut sekarang menjadi karakteristik
dasar
-
25
penelitian tindakan yang menegaskan perlunya usaha
kolaboratif
atau usaha secara bersama-sama dalam meningkat mutu prestasi
kerja.
Pada tahun 1953, ide Lewin dikembangkan oleh Stephen
Corey di New York sebagai pendekatan penelitian yang
diselenggarakan oleh guru-guru sekolah. Pada Tahun 1976 Jhon
Elliot menggunakan pendekatan ini untuk membantu guru
mengembangkan usaha inkuiri dalam pengajaran dan
pembelajaran
di dalam kelas yang kemudian dikenal dengan penelitian
tindakan
kelas (Wiriatmadja, 2008: 54).
Banyak ahli memberikan definisi tentang penelitian tindakan
kelas (PTK) berikut ini akan disajikan beberapa definisi PTK
yang
dikemukakan oleh para ahli tersebut, (1) Standford (1970)
mendefinisikan penelitian tindakan adalah ‘analysis, fact
finding,
conceptualization, planing, execution, more fact finding or
evaluation; and then repetition of this whole circle of
activities;
indeed, a spiral of such circles, (2) Tim proyek PGSM (1999)
mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang
dilakukan
untuk meningkatkan kemantaban rasional dari tindakan mereka
dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki
kondisi
dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan, (3) Mukhlis,
-
26
Abdul dan Nur, Mohamad (2001) mendefinisikan penelitian
tindakan kelas sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat
sistematis
dan siklustis, (4) Kemis, Stephen dalam D. Hopkins (1992)
mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah „action research
is
a form of self reflective inquiry undertaken by participants in
a
social (including educational) situation inorder to improve
the
rationality and justice of (a) their own social or
educational
pratices, (b) their understanding of these practices, and (c)
the
situations in which practices are carried out’ (penelitian
tindakan
adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri melalui refleksi
diri
yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu
dalam
situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki
rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktek-praktek sosial
atau
kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman
mereka terhadap praktek-praktek tersebut, (c) situasi di
tempat
praktek itu dilaksanakan).
Mills (2003) mendefinisikan penelitian tindakan kelas
sebagai berikut; „Any systematic inquiry conducted by
teacher
researchers ... to gather information about how their
particular
schools operate, how they teach, and how well their students
learn‟. Rapoport (1991) mendefinisikan penelitian tindakan
kelas
sebagai berikut; „Action research aims to contribute both to
the
practical concerns of people in an immediate problematic
situation
-
27
and to the goals of social science (including education) by
joint
collaboration within a mutually acceptable ethical
framework.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai sebuah
proses investigasi terkendali yang berdaur ulang (bersiklus)
dan
bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk
melakukan
perbaikan-perbaiakan terhadap sistem, cara kerja, proses,
isi,
kompetensi, atau situasi.
b. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Hopkins (1993) menyebutkan ada 6 (enam) prinsip dasar
yang melandasi penelitian tindakan kelas.
1) Prinsip pertama, bahwa tugas guru yang utama adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.
Untuk itu, guru memilki komitmen dalam mengupayakan
perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara
terus menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran ada kemungkinan
tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil, maka ia harus
tetap berusaha mencari alternatif lain.
2) Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral
dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu
maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan
-
28
penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan
pembelajaran, yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan
pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran
(observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran
(evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil
pembelajaran
(reflection).
3) Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan
bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan
dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur
pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah
dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan
yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya,
merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan
skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data
dan analisis data.
4) Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah
masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan
tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap
pemerolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan
bahwa diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata
yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang
sesungguhnya.
-
29
5) Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian
dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena
upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat
dilakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan
pelaksanaan yang sungguh-sungguh.
6) Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian
tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah
pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada
tataran di luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau
lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi
sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan
kualitas pendidikan.
c. Model Penelitian Tindakan Kelas
Model penelitian tindakan kelas menurut Wiriatmadja (2007)
ada beberapa macam, diantaranya adalah model Lewin yang
ditafsirkan oleh Kemmis, Model Lewin menurut Elliot, Model
McKernan dan Model Spiral Kemmis dan Taggart. Model Lewin
yang ditafsirkan oleh Kemmis menggambarkan sebuah spiral
dari
beberapa siklus kegiatan. Kegiatan yang terdapat pada siklus
terdiri
dari mengidentifikasi gagasan umum, menyusun rencana umum,
mengembangkan langkah tindakan yang pertama,
mengimplementasikan langkah tindakan yang pertama,
-
30
mengevaluasi dan memperbaiki rancangan umum.
Model Lewin menurut Elliot merupakan revisi dari model
Lewin dengan menegaskan bahwa masalah yang diangkat dalam
penelitian tetap berada dalam lingkup permasalahan yang
dihadapi
guru/ dosen dalam praktek kesehariannya di kelas, dan
merupakan
sesuatu yang ingin diubah atau diperbaiki. Sedangkan model
Spiral
dari Kemmis dan Taggart menjelaskan secara mendetail tahap-
tahap penelitian tindakan. Tahapan tersebut dimulai dari
rencana
(plan), kemudian dilakukan tindakan (act), pengamatan
(observe)
dan refleksi (reflect).
Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah Model
Kemmis dan Taggart yang merinci apa yang dilakukan dari
perencanaan sampai dengan refleksi.Bagan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Rencana awal/
Rancangan
Rencana yang
direvisi
Siklus 1
Siklus 2
-
31
Gambar 2.1
Model PTK Kemmis dan Mc Taggart
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu
gejala yang
menjadi obyek permasalahan.kerangka berfikir disusun berdasarkan
pada tinjauan
pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Kerangka berfikir ini
merupakan suatu
argumentassi kita dalam merumuskan hipotesis. Penyususnan
kerangka berfikir
dengan menggunakan argument-argumen yang dapat
dipertanggungjawabkan ini
akhirnya melahirkan kesimpulan. Kesimpulan tersebut yang menjadi
rumusan
hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap pemecahan masalah
penelitian kita.
Berdasarkan informasi-informasi yang telah terkumpul pada
kajian
pustaka, model pembelajaran NHT merupakan sebuah konsep
pembelajaran yang
melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut
Penggunan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini selain guru
menjelaskan
materi, disini siswa juga akan dibuat aktif belajar, terlibat
untuk berdiskusi dengan
teman kelompoknya. Pembelajaran tidak hanya monoton guru yang
aktif, tetapi
siswa dapat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok dan
mempresentasikannya
didepan kelas dengan kesempatan yang sama. Adapun kerangka pikir
dapat
-
32
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.2
Kerangka Berfikir
Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa
pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagai variabel bebas, sedangkan hasil
belajar fiqih sebagai
variabel terikat. Keadaan pembelajaran yang selama ini masih
terfokus pada guru
yang menyebabkan siswa kurang aktif, dengan pelaksanaan
pembelajaran
kooperatif tipe NHT ini akan meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran
sehingga hasil belajarnya akan mengalami peningkatan.
Pembelajaraan kooperatif
tipe NHT
Hasil Belajar
Fiqih
-
33
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang
dalam
mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat
mempelajari
pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain (Sukardi, 2003).
Ciri
utama dalam penelitian tindakan kelas yaitu adannya
tindakan-tindakan
(aksi) tertentu serta adanya siklus untuk memperbaiki proses
pembelajaran
di kelas.
Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis &
Mc
Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar
yang
diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja komponen acting
(tindakan)
dengan obserfing (pengamatan) dijadikan sebagai suatu kesatuan
karena
keduanya merupakan kegiatan yang tak terpisahkan terjadi dalam
waktu
yang sama. Model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart
terdiri
dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi.
Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai
suatu
siklus. Pengertian siklus dalam hal ini adalah putaran kegiatan
yang terdiri
dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Wijaya
Kusumah &
Dedi Dwitagama, 2010: 20-21).
-
34
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Sudirman Truko, yang
beralamat di Truko, kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada pembelajaran fiqih
kelas
kelas VII.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan
Februari tahun 2017 pada semseter II tahun ajaran 2016/2017,
pada
mata pelajaran fiqih.
3. Subjek Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Sudirman
Truko, dengan jumlah murid 32 siswa. Karakteristik subjek yang
akan
diteliti bahwa siswa kelas kelas VII MTs Sudirman Truko
mempunyai
sikap yang pemalu untuk mengeluarkan pendapat dan kemampuan
berpikir siswa sangat tinggi. Hal tersebut menyebabkan
pembelajaran
masih terfokus pada guru, sedangkan siswa lebih banyak mencatat
apa
yang ada di papan tulis. Saat guru meminta siswa untuk maju
mengerjakan di papan tulis, masih didominasi oleh siswa-siswa
tertentu
yang memiliki kemampuan.
4. Variabel Penelitian
-
35
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel
terikat.
a) Variabel bebas
Variabel bebas (X), adalah variabel yang mempengaruhi, dalam
hal
ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b) Variabel Terikat
Variabel terikat (Y), adalah variabel yang dipengaruhi, dalam
hal
ini adalah hasil belajar fiqih.
5. Rencana Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah dan desain penelitian ini mengikuti prinsip
dasar
yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Wiriatmadja,
2008: 11). Pelaksanaan tindakan dilakukan sampai target yang
diinginkan tercapai. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian
adalah
sebagai berikut.
1. Persiapan (Planning)
Dalam tahap persiapan, peneliti melakukan observasi untuk
mengetahui permasalahan yang terjadi pada siswa. Selanjutnya
pengkajian teori dan hasil penelitian. Kemudian peneliti
mengajukan judul untuk mengatasi permasalahan yang ada pada
siswa, dan tahap persiapan yang terakhir adalah pengajuan
proposal.
2. Pelaksanaan Siklus
-
36
Penelitian pada siklus I dilaksanakan pada
tanggal 13 Februari 2018 Masing-masing pertemuan
dilaksanakan pukul 07.00 - 08.10 WIB. Kegiatan Siklus I
meliputi
4 tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
hasil
pengamatan atau observasi, dan refleksi. Berikut uraian di
ketiga
pertemuan ditinjau dari 4 tahap tersebut.
a) Perencanaan
Langkah–langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan
adalah sebagai berikut:
1) Diskusi dengan guru untuk menentukan materi dan
waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
2) Menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran
sesuai dengan skenario yang telah ada. Diantaranya
menyiapkan: puzlle urutan sholat jenazah untuk
pembagian kelompok, Identitas kelompok untuk
mempermudah penamaan kelompok; Topi bernomor dan
berwarna sebagai identitas siswa; Pembuatan Sumpit
Bernomor dan Berwarna untuk proses pemanggilan
siswa; Mendesain Lembar Kerjas Siswa (LK) untuk
mempermudah jalannya head together (diskusi
-
37
kelompok), membuat Rewards sticker smile untuk hadiah
kepada siswa yang mengerjakan soal.
4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai
skenario dan berdasarkan standar proses KTSP
5) Menyusun lembar observasi untuk kegiatan guru dan
lembar observasi untuk aktifitas belajar siswa
6) Membuat instrumen penilaian yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar pada siklus I.
7) Mencari pakar untuk memvalidasi instrument yang
disusun.
b. Tindakan
Pada tahap ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan 3 kali
pertemuan. Setiap siklus pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan materi yang berbeda. Berikut tahap-tahap yang
dilakukan dalam pelaksanaan tindakan.
1) Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
dilanjutkan berdoa dan menanyakan kabar siswa.
b) Guru memotivasi siswa dan melakukan apersepsi.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a) Guru melakukan kegiatan eksplorasi
b) Guru membagi Kartu Urutan Sholat jenazah
-
38
c) Guru melakukan kegiatan elaborasi
d) Guru membagi kelompok (Pembagian Kelompok)
e) Guru membagikan topi bernomor dan berwarna
(Penomoran)
f) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LK)
g) Siswa bertanya jawab tentang materi yang disampaikan
(Bertanya)
h) Guru melakukan kegiatan konfirmasi
i) Guru melakukan pemanggilan siswa (Pemanggilan
Siswa)
j) Siswa terpilih mengerjakan soal yang diberikan
(Menjawab)
3) Penutup
a) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran
b) Guru memberikan evaluasi kapada siswa
c) Guru menutup pembelajaran
c. Observasi
Tahap observasi dilakukan bersama tahap tindakan.
Setiap tindakan atau aktivitas yang dilakukan siswa diamati
oleh obsever dengan menggunakan lembar observasi
keaktifan siswa, dan mengamati jalannya pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dalam penggunaan model pembelajara
Numbered Head Together.
-
39
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan semua
kemunculan baik dari aktivitas belajar siswa selama
treatment
dilaksanakan, serta aktivitas guru dari kegiatan siklus I
sampai
dengan siklus II setelah siswa mencapai ketuntasan
sebagaimana indikator kinerja. Penelitian ini termasuk
penelitian kualitatif.
e. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
dokumentasi, observasi, dan tes.
1) Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan dokumen yang diperoleh
selama penelitian. Dalam penelitian ini dokumen yang
diperoleh berupa dokumen mengenai data siswa,
dokumentasi saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
2) Metode Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati terhadap
hal yang menjadi fokus penelitian. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa
dan aktivitas guru selama proses pembelajaran
3) Metode Tes
-
40
Tes dilakukan untuk pengumpulan informasi
tentang pemahaman
siswa terhadap penggunaan metode eksperimen pada
pembelajaran. Tes di laksanakan pada awal penelitian,
pada akhir setiap tindakan, dan pada akhir setelah
diberikan serangkaian tindakan. Sebelum tes diberikan
kepada siswa terlebih dahulu tes tersebut divaliditas dan
direalibilitas.
f. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar
observasi dan lembar tes. Lembar observasi pada penelitian
ini
terdapat 2 macam yaitu lembar observasi untuk aktifitas guru
dan lembar observasi untuk aktifitas siswa.
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk
memperoleh data yang diinginkan. Lembar observasi guru
beserta kisi-kisinya disusun berdasarkan sintaks Number Head
Together dan sesuai standar KTSP, adapun lembar observasi
siswa disusun sesuai dengan aktifitas yang ingin diamati.
Lembar Observasi guru dan kisi-kisi dapat dilihat pada
lampiran…. dan lembar observasi siswa dapat dilihat pada
lampiran….
Penggunaan lembar observasi guru dilakukan dengan cara
memberik poin yang berkisar antara 0 sampai 2, adapun
-
41
penggunaan lembar observasi siswa dilakukan dengan cara
memberikan tanda centang sesuai kategori yang telah
ditentukan pada lembar observasi. Berikut kriteria yang
digunakan dalam pemberian skor pada lembar observasi
aktifitas guru.
Skor 0 = Jika pelaksanaan yang dilakukan guru dalam
kategori kurang baik.
Skor 1 = Jika pelaksanaan yang dilakukan gurudalam
kategori cukup baik.
Skor 2 = Jika pelaksanaan yang dilakukan guru dalam
kategori sangat baik.
Lembar tes dikemas dalam bentuk soal tes tertulis
berbentuk pilihan ganda dan isian. Soal tes tertulis
digunakan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pembelajaran
pada setiap siklus.
6. Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian, indikator keberhasilan merupakan ketentuan
atau patokan suatu penelitian dikatakan berhasil atau tidak.
Dalam
penelitian ini yang menjadi indikator keberhasilan setelah
pelaksanaan
tindakan adalah sebagai berikut.
a. Nilai tes siswa mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70
-
42
b. Rata-rata kelas telah mengalami peningkatan setelah
pelaksanaan
tindakan yang dapat dilihat melalui perbandingan pada tiap
siklus.
c. Telah memenuhi syarat minimal klasikal yang dapat dilihat
dari
ketercapaian klasikal siswa yang tuntas mencapai minimal
85%.
7. Teknik Analisis Data
Data yang didapat dari penelitian ini terdapat data kualitatif
dan
kuantitatif. Kuantitatif digunakan untuk membandingkan data
yang
diperoleh dari hasil tes berbentuk angka – angka yang
dilaksanakan
pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Sedangkan data
kualitatif akan
digunakan untuk menganalisis guna mendeskripsikan hasil
observasi
dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas.
Ciri
utama dalam penelitian tindakan kelas yaitu adannya
tindakan-tindakan
(aksi) tertentu serta adanya siklus untuk memperbaiki proses
pembelajaran di kelas.
-
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan
permasalahan
yang terjadi di kelas VII MTs Sudirman Truko. Langkah pertama
yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan kegiatan
belajar mengajar
di kelas. Observasi dilaksanakan selama 1 minggu dalam
pembelajaran fiqih
pada tanggal 30 Januari – 6 Februari 2017. Hasil observasi
menunjukkan
bahwa proses kegiatan belajar mengajar lebih didominasi guru,
Guru
menjelaskan materi dengan metode ceramah dilanjutkan dengan
pemberian
pertanyaan kepada siswa. Adapun pada proses latihan soal, Guru
hanya
menunjuk siswa yang dianggap bisa untuk mengerjakan soal di
papan tulis.
Selama proses pembelajaran terlihat bahwa siswa kurang
bersemangat. Hal
ini dapat dilihat dari sedikitnya siswa yang langsung mencoba
mengerjakan
-
44
soal guru memberikan pertanyaan sebagian besar dari mererka
menunggu
jawaban guru atau jawaban dari teman yang mengerjakan di papan
tulis.
Hasil dari proses pembelajaran tersebut tidak optimal. Hal ini
salah
satunya dilihat dari rekap hasil ulangan harian yang ditampilkan
Tabel 4.1.
Meskipun nilai tertinggi yang diraih siswa sebesar 80, namun
masih terdapat
siswa yang mendapat nilai 55. Rata-rata dari 32 siswa tersebut
hanya
mencapai 64. Nilai ini masih di bawah KKM di tentukan yaitu 65.
Selain itu,
siswa yang masuk dalam kategori tuntas juga hanya mencapai
43,75%,
Adapun yang 66,25% lainya tidak mencapai KKM. Hal ini tidak
sesuai
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan dalam
kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) VII MTs Sudirman Truko yang
menyatakan bahwa suatu kelas dikatakan telah tuntas belajarnya
apabila
sekurang-kurangnya 75% siswa telah mencapai KKM. Oleh karena itu
perlu
adanya tindakan perbaikan guna meningkatkan hasil belajar fiqih
pada kelas
VII MTs Sudirman Truko. Salah satunya dengan dilakukan
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
Tabel 4.1
Hasil Belajar Fiqih pada Pra Siklus
Jumlah
Siswa
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Nilai
Rata-
Rata
Kelas
Siswa yang Tuntas Siswa yang Belum
Tuntas
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
32 80 55 64 14 43,75% 18 56,25%
B. Deskripsi Siklus I
-
45
Penelitian pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 Februari
2017
Masing-masing pertemuan dilaksanakan pukul 07.00 - 08.10 WIB.
Kegiatan
Siklus I meliputi 4 tahap, yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan,
hasil pengamatan atau observasi, dan refleksi. Berikut uraian
diketiga
pertemuan ditinjau dari 4 tahap tersebut.
1. Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan diperlukan sebagai pedoman pada
pelaksanaan
tindakan dalam pembelajaran. Perencanaan pembelajaran disusun
dengan
memperhatikan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe
NHT.
Berikut kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap
perencanaan
tindakan.
a) Diskusi dengan guru untuk menentukan materi dan waktu
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
b) Menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran sesuai
dengan skenario yang telah ada. Diantaranya menyiapkan:
gambar
urutan sholat jenazah untuk pembagian kelompok, Identitas
kelompok untuk mempermudah penamaan kelompok; Topi
bernomor dan berwarna sebagai identitas siswa; Pembuatan
Sumpit
Bernomor dan Berwarna untuk proses pemanggilan siswa;
Mendesain Lembar Kerjas Siswa (LK) untuk mempermudah
-
46
jalannya head together (diskusi kelompok), membuat Rewards
sticker smile untuk hadiah kepada siswa yang mengerjakan
soal.
d) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai skenario
dan
berdasarkan standar proses KTSP
e) Menyusun lembar observasi untuk kegiatan guru dan lembar
observasi untuk aktifitas belajar siswa
f) Membuat instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur
hasil
belajar pada siklus I.
g) Mencari pakar untuk memvalidasi instrument yang disusun.
2. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian pada siklus I dilaksanakan selama 70 Menit. Pada
siklus I ini Standar Kompetensi yang direncanakan adalah
“Melaksanakan sholat wajib selain sholat 5 waktu”.
Pelaksanaan
tindakan ini dilakukan oleh guru mata pelajaran yang bertindak
sebagai
guru, Adapun peneliti bertindak sebagai observer. Berikut
deskripsi
setiap pertemuan pada siklus I.
a. Kegiatan Pendahuluan
Pelaksanaan tindakan pada siklus satu pertemuan pertama
diawali dengan meminta ketua kelas untuk memimpin doa. Guru
memberi salam dan menanyakan kabar siswa. Sesuai rencana
yang
dibuat, guru melakukan absensi dengan cara yang efisien
yaitu
dengan menanyakan siswa yang tidak hadir.
-
47
Langkah selanjutnya, guru menyampaikan dan menulis tujuan
pembelajaran di papan tulis. Guru sengaja menulis di papan
tulis
agar dapat membantu siswa dalam menuliskan di buku catatan
masing-masing. Selanjutnya, guru memberi kesempatan siswa
untuk
mencatat tujuan tersebut.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan eksplorasi, dimulai dari tahap I, yaitu pembentukan
kelompok. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, guru
membagi puzlle gambar sholat jenazah kepada masing-masing
siswa. Siswa mencari meja bergabung dengan kelompoknya.
Selanjutnya sebagai tahap penomoran, guru membagikan
topi bernomor (1,2, dan 3) yang nomornya berwarna (Merah
Muda,
Merah Tua, Biru Muda dan Biru Tua). Kemudian siswa
mengenakan
topi bernomor (1,2, dan 3) yang nomornya berwarna (Merah
Muda,
Merah Tua, Biru Muda dan Biru Tua).
Sebagai kegiatan elaborasi, guru membagikan LKS (Lembar
Kerja Siswa) kepada seluruh siswa.. LK berisi tentang urutan
kegiatan sholat jenazah. Kelompok berdiskusi tentang materi
tersebut dan anggota kelompok mempunyai tugas untuk
mengerjakan soal yang sama.
Selanjutnya sebagai tahap berpikir bersama, siswa diberi
kesempatan untuk berdiskusidalam mengerjakan LKS (Lembar
Kerja Siswa) soal nomor 1 sampai dengan 3.
-
48
Sebagai tahap pemangilan siswa, guru mengambil sumpit
bernomor (memilih nomor pada kepala bernomor yang dikenakan
oleh siswa) dilanjut mengambil sumpit berwarna (memilih
warna
kelompok pada identitas kelompok). Guna menjawab soal nomor
1,
guru mengambil 1 sumpit berwarna dan 1 sumpit bernomor.
Sebagai contoh, guru mengambil sumpit bernomor secara acak
dan
memperoleh nomor 1, selanjutnya guru mengambil sumpit
berwarna
secara acak dan memperoleh warna Merah, siswa yang
memperoleh
nomor 1 berwarna Merah Muda dan Merah Tua diminta untuk
mempersiapkan jawaban mereka untuk dibahas di papan tulis.
Jadi
ada 2 siswa yang mengerjakan soal yang sama di papan tulis
yang
masing-masig siswa berasal dari 2 kelompok yang berbeda
yaitu
kelompok Merah Muda dan kelompok Merah Tua. Langkah ini
dilakukan berulang kali sehingga soal di nomor 2 sampai
dengan
soal di nomor 3 terselesaikan. Meskipun demikian, guru
melakukan
variasi dalam teknik pemanggilan siswa.Untuk soal nomor
ganjil,
guru mengambil sumpit bernomor baru mengambil sumpit
berwarna.
Adapun untuk soal nomor genap, guru mengambil sumpit
berwarna
baru mengambil sumpit bernomor.Hal ini bertujuan untuk
menumbuhkan antusias siswa dalam mengerjakan soal.
Dalam kegiatan konfirmasi, guru meminta 2 siswa terpilih
untuk mengerjakan soal nomor 1 di papan tulis (tahap menjawab)
.
Untuk mengerjakan soal di papan tulis tanpa membawa LK. Guru
-
49
bersama siswa lainnya mengoreksi hasil pekerjaan teman yang ada
di
papan tulis. Apabila ada kesalahan guru mempersilahkan siswa
yang
lain untuk mengoreksi kesalahan dari teman mereka. Siswa
yang
mampu mengerjakan soal dengan benar akan diberi rewards
berupa
sticker smile. Tiga sticker smile diberikan jika jawaban benar
dan
mengerjakan paling cepat, Dua sticker smile jika jawaban
benar
namun selesai lebih lambat, dan Satu sticker smile jika
jawaban
salah (karena sudah berani maju ke depan).
Selanjutnya sebagai tahap konfirmasi, guru memberikan soal
individu kepada siswa dan seluruh siswa diminta mengerjakan
soal
secara individu.
c. Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran. Guru
memberi bantuan berupa contoh soal sehingga siswa dapat
menyebutkan 4 sub materi yang telah dipelajari yaitu urutan
sholat
jenazah. Guru memberikan tindak lanjut berupa Pekerjaan
Rumah.
Siswa diminta mengerjakan PR, PR diberikan dalam bentuk
lembaran kertas. PR dapat dilihat pada lampiran dari RPP.
Guru
memberi salam penutup dan mengajak siswa berdoa sesuai
kepercayaan masing-masing.Setelah selesai, siswa diminta
mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
selanjutnya.
3. Hasil Pengamatan atau Observasi
-
50
Hasil pengamatan pada siklus I secara terperinci sebagai
berikut.
a. Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Guru
Lembar observasi guru diisi oleh observer M. Didik Hasani,
yang
merupakan Mahasiswa IAIN SAlatiga, Lembar observasi tersebut
terbagi atas 2 bagian yaitu bagian persiapan dan pelaksanaan
pembelajaran. Lembar observasi bagian persiapan digunakan
untuk
mengukur kesesuaian RPP berdasarkan model pembelajaran NHT
dan
kurikulum yang berlaku. Adapun lembar observasi bagian
pelaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengukur
kesesuaian proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan RRP
dan
keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Rekapitulasi hasil pengamatan tersebut disajikan pada Tabel
4.2.
Tabel 4.2
Hasil Observasi Guru Siklus I
Aspek Persentase Kategori
Kesesuaian dengan Kurikulum
KTSP
90,90% Baik Sekali
Kesesuaian dengan NHT 90,90% Baik Sekali
Kegiatan Awal 87,50% Baik Sekali
Kegiatan Inti 83,33% Baik Sekali
Kegiatan Penutup 83,83% Baik Sekali
Keterampilan guru dalam mengajar 82,14% Baik Sekali
-
51
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa persentase hasil pengamatan
pelaksanaan siklus I yang terdiri dari 4 aspek yaitu kegiatan
awal
sebesar 87,50%, kegiatan inti sebesar 83,33%, kegiatan
penutup
sebesar 83,83% dan keterampilan guru dalam mengajar sebesar
82,14%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keempat aspek
pelaksanaan siklus I termasuk dalam kategori sangat baik
karena
persentase tiap aspek >75,01%. Namun ada beberapa kekurangan
pada
kegiatan inti yaitu Guru masih menulis sambil memberikan
penjelasan, dan masih terdapat beberapa siswa yang tidak
mendengarkan penjelasan guru. Dominasi guru masih cukup
tinggi,
dan guru masih kesulitan dalam menilai aktifitas siswa. Guru
belum
memberikan peraturan penggunaan topi bernomor sehingga
beberapa
siswa yang melepas topi bernomor. Guru belummengatur posisi
duduk
siswa untuk memungkinkan siswa untuk berdiskusi dan guru
belum
mengatur jalannya diskusi antar kelompok sehingga terlihat
seperti
anggota kelompok mengerjakan sendiri-sendiri.
b. Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Belajar Siswa
Proses pembelajaran diamati dengan menggunakan lembar
pengamatan terhadap aktivitas siswa pada saat kegiatan
pembelajaran.
Lembar observasi siswa terbagi menjadi 4 aspek yaitu
kegiatan
klasikal, diskusi kelompok, presentasi, dan individu. Dalam
kegiatan
klasikal mencangkup memperhatikan guru, aktifitas bertanya,
dan
aktifitas menjawab.Kegiatan diskusi kelompok mencangkup
aktifitas
-
52
mengerjakan LK dan aktifitas berdiskusi. Kegiatan presentasi
mencangkup keberanian maju dan kelancaran menjelaskan hasil
temuan.Kegiatan individu mencangkup kejujuran, ketekunan
dalam
mengerjakan tugas/tes. Rekapitulasi hasil pengamatan
tersebut
disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Rekapitulasi Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I
Tahap
Pembelajaran
Kategori
Kurang Cukup Baik Baik sekali
Jum-
lah
Persen-
tase
Jum-
lah
Persen-
tase
Jum-
lah
Persen-
tase
Klasikal 15 46,87% 15 46,87% 2 6,25%
Kelompok 16 50% 16 50% 0 0%
Presentasi 0 0% 19 59,37% 13 40,62/%
Individu 13 40,62% 12 37,5% 7 21,87%
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada siklus I dalam kegiatan
klasikal, sebagian siswa masuk dalam kategori cukup baik dan
kurang
baik (46,87%). Hal ini dikarenakan sebagian siswa tidak
-
53
memperhatikan guru bahkan tidak menjawab pertanyaan dari guru
dan
siswa belum banyak yang berani bertanya tentang materi yang
belum
jelas. Hanya ada satu siswa yang masuk dalam kategori baik
sekali
(6,25%), hal ini dikarenakan siswa tersebut memperhatikan
guru,
berani bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru.
Dalam kegiatan kelompok, sebagian besar siswa sudah masuk
dalam kategori kurang (50%). Hal ini menunjukkan bahwa pada
siklus
I diskusi belum terlihat, anggota kelompok seperti
mengerjakan
sendiri-sendiri.
Dalam hal presentasi, masuk dalam kategori cukup baik (50%),
hal
ini dikarena dalam pelaksanaannya banyak siswa yang kurang
cermat
dalam mengerjakan soal atau bahkan tidak selesaiHasil Penilaian
Tes
Siklus (Hasil Belajar)
Hasil dari pembelajaran siklus I dengan menggunkan model
Numbered Heads Together dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut
ini.
Tabel 4.4
Hasil Pembelajaran Siklus I
Jumlah
Siswa
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Nilai
Rata-
rata
Kelas
Siswa yang
Tuntas
Siswa yang
Belum Tuntas
Jum-
lah
Persen-
tase
(%)
Jum-
lah
Persen-
tase
(%)
32 90 55 72,27 18 56,25% 14 43,75
-
54
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diraih
siswa
sebesar 90 nilai terendah diraih siswa 55. Adapun
rata-ratanya
mencapai 72,27 telah mencapai KKM yang telah
ditetapkan.Kriteria
Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan dalam
kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) VII MTs Sudirman Truko yang
menyatakan bahwa suatu kelas dikatakan telah tuntas
belajarnya
apabila sekurang-kurangnya 75% belum terpenuhi. Siswa yang
masuk
dalam kategori tuntas mencapai 56,25%, Adapun yang 43,75
lainnya
tidak mencapai KKM.
Meskipun hasil belajar rata-rata kelas meningkat serta KKM
terpenuhi, namun Kriteria Ketuntasan Minimal belum terpenuhi,
oleh
karena itu diperlukannya siklus II.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan baik terhadap persiapan dan
pelaksanaan oleh guru atau aktifitas siswa dalam mengikuti
proses
pembelajaran dan berdasarkan analisis Hasil Belajar s