Top Banner
NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK MENURUNKAN PERILAKU MARAH PADA PASIEN PENDERITA HIPERTENSI Disusun oleh : Pujiyatmi S300120018 MAGISTER PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
13

NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

Mar 10, 2019

Download

Documents

hathuan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

NASKAH PUBLIKASI

PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK MENURUNKAN PERILAKU

MARAH PADA PASIEN PENDERITA HIPERTENSI

Disusun oleh :

Pujiyatmi

S300120018

MAGISTER PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

3

PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK MENURUNKAN PERILAKU PARAH

PADA PASIEN PENDERITA HIPERTENSI

Diajukan oleh:

PUJIYATMI

S300120018

Telah disetujui untuk dipertahankan

di depan Dewan penguji

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

Taufik Kasturi, S.Psi.,M.Si,Ph.D Tanggal 2016

HALAMAN PERSETUJUAN

NASKAH PUBLIKASI

ii

Page 3: NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

iii

Page 4: NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

iv

Page 5: NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

1

PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK MENURUNKAN PERILAKU MARAH PADA PASIEN PENDERITA HIPERTENSI

Pujiyatmi Megister Psikologi Sekolah Pascasarjana UMS

Abstrak

Semua orang dari semua budaya mempunyai perilaku marah. Marah yang berlebihan dapat memperburuk kesehatan dan lebih beresiko menderita hipertensi dan dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah hingga kematian mendadak.Meskipun perilaku marah selalu tidak baik dan cenderung merugikan bagi diri sendiri dan orang lain, namun perilaku marah apabila dikelola dengan baik serta dipahami dan dimengerti dapat membawa nilai positif, salah satu cara yaitu dengan regulasi emosi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pelatihan regulasi emosi terhadap penurunan perilaku marah pada pasien penderita hipertensi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan tri solomon design. Subjek penelitian ini adalah para pasien penderita hipertensi pada kelompok binaan Griya Sehat “Ulima Medika”yang berjumlah 120 orang. Hasil penelitian ini pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol 2 memiliki perilaku marah lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol 1.Ditinjau dari jenis usia ada perbedaan perilaku marah antara dewasa awal, madya dan dewasa akhir. Dewasa awal memiliki perilaku marah lebih tinggi dibandingkan dewasa madya dan akhir. Dilihat dari jenis kelamin laki-laki memiliki perilaku marah lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.

Kata kunci : Perilaku marah, pelatihan regulasi emosi dan hypertensi

Page 6: NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK MENURUNKAN PERILAKU PARAH

PADA PASIEN PENDERITA HIPERTENSI

Pujiyatmi

Megister Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

[email protected]

Abstract

All people of all cultures have angry behavior. Excessive anger can aggravate health and

more risk of suffering from hypertension and can lead to rupture of blood vessels to sudden

death. Despite the angry behavior is not always good and tend to harm to oneself and others,

but the angry behavior if managed well and be understood can bring a positive value, one

way is to emotion regulation. The purpose of this study to determine the influence of emotion

regulation training to the decline of angry behavior in patients with hypertension. This study

used an experimental method with tri solomon design. The subjects were patients with

hypertension in the target group Griya Sehat "Ulima Medika" which amounted to 120 people.

The results of this study in the experimental group and the control group 2 had a lower angry

behavior compared to the control group 1. In view of the kind of age no distinction between

adult angry behavior early, middle and late adulthood. Early adulthood have a higher than

angry behavior and late middle age. Judging from the male sex had angry behavior higher

than women.

Keywords: Behavioral anger, emotion regulation training and hypertension

PENDAHULUAN

Perilaku marah merupakan salah

satu jenis perilaku yang dianggap sebagai

perilaku dasar dan bersifat survival. Semua

orang dari semua budaya mempunyai

perilaku marah, marah yang berlebihan

dapat memperburuk kesehatan. Kemarahan

merupakan puncak kegagalan seseorang

dalam mengawal emosi, berbagai peristiwa

hidup akan menciptakan berbagai emosi

dalam diri seseorang yang kadang-kadang

membuat perilaku marah tidak menentu

dan bisa menimbulkan musibah pada

kehidupan seseorang baik secara psikis

maupun fisik. Secara fisik perilaku marah

dan mudah tersinggung dapat

menyebabkan masalah kesehatan diantara

imsomnia, melemahnya sistem imun,

diabetes, hipertensi serta jantung. Marah

pada kasus yang lebih parah terutama pada

penderita hipertensi, dapat mengakibatkan

pecahnya pembuluh darah hingga

kematian mendadak (Aditya, 2013;

Gemilang, 2013)

Menurut Triantoro (2012) bahaya

marah dijelaskan oleh para ahli psikologi

antara lain dapat dilihat dari tiga

perspektif. Pertama, bahaya fisiologis dari

aspek medis menurut para ahli, marah dan

kekecewaan akan mempengaruhi

kesehatan seseorang. Kedua disamping

melemahkan jasmani, marah juga

berimplikasi negatif dari segi psikologis.

Marah akan menciptakan berbagai akibat

psikologis yang membahayakan. Setelah

sadar diri atau tenang kembali, biasanya

seseorang yang telah sadar dari kemarahan

akan dipenuhi oleh rasa penyesalan

terhadap tingkah lakunya yang tidak

terkendali. Rasa penyesalan ini kadang-

2

Page 7: NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

kadang sangat mendalam sehingga

menyebabkan pengutukan terhadap diri

sendiri, hingga depresi atau rasa bersalah

yang menghantui untuk waktu yang lama.

Ketiga marah pada seseorang dapat

mengakibatkan biaya sosial yang sangat

mahal baginya. Watak pemarah

menyebabkan hubungan disharmonis,

seperti putusnya hubungan dengan orang

yang dicintai, putusnya persahabatan,

kehilangan pekerjaan bahkan sampai

penganiayaan dan pembunuhan karena

ujung dari kasus marah.

Diding (2006) menambahkan

bahwa dalam ilmu psikoneuroimunologi

pikiran, emosi marah dapat berdampak

pada tubuh di dalam sistem yang kompleks

seperti imun, sistem endokrin, sistem saraf

dan sistem kardiovaskuler.

Menurut Purwanto dan Mulyono

(2006) pemicu orang marah sebenarnya

bisa datang dari luar maupun dalam diri

orang tersebut. Oleh karena itu secara garis

besar penyebab seseorang marah terdiri

atas faktor fisik dan psikis: Pertama faktor

fisik kelelahan yang berlebih, zat-zat

tertentu yang dapat menimbulkan marah

misalnya otak kekurangan zat asam dan

obat-obatan terapi pada pasien yang

menderita penyakit jantung, diabetes,

tekanan darah tinggi yaitu, kanker darah

dan talasemia. Kedua faktor psikis yang

menimbulkan marah berkaitan erat dengan

self concept yaitu anggapan salah (negatif)

seseorang terhadap dirinya sendiri. Hal ini

akan menilai dirinya sangat berlainan

sekali dengan kenyataan yang ada.

Beberapa self concept yang negatif dapat

dibagi antara lain: rendah diri, sombong,

egois.

Data dari Perhimpunan Dokter

Hipertensi Indonesia (InaSH)

menyebutkan angka kematian di Indonesia

mencapai angka 56 juta jiwa terhitung dari

tahun 2000-2013. Diketahui bahwa faktor

kematian paling tinggi adalah hipertensi,

menyebabkan kematian pada sekitar 7 juta

penduduk Indonesia. Dari 35 daerah

diprovinsi Jawa Tengah, terutama

Kabupaten Wonosobo dan Wonogiri

mengalami peningkatan yang sangat cepat,

karena penyakit darah tinggi merupakan

penyakit yang sering kali tidak disadari

oleh masyarakat awam, seperti yang terjadi

di Kabupaten Karanganyar dan Sragen

hipertensi juga menjadi penyakit yang

perlu ditangani dengan serius (Judianto,

Laras, 2014). Hal itu ditunjukan pada

pasien kelompok binaan klinik griya sehat

“Ulima Medika” dimana dari jumlah total

pasien binaan 658 orang yang menderita

hipertensi berjumlah 263 pasien. Orang

bisa dikatakan hipertensi apabila

mempunyai tekanan darah sistolik > 130

(mmHg) dan tekanan darah diastolik >90

mmHg (WHO, 2012).

Dari 263 orang yang menderita

hipertensi tersebut sebagian besar tidak

menyadari bahwa mereka menderita

hipertensi, hal itu dapat dipengaruhi oleh

latar belakang pendidikan yang rata-rata

tidak lulus sekolah dasar (SD), atau hanya

lulusan sekolah dasar (SD) selain itu juga

dipengaruhi oleh latar belakang pekerjaan

mereka sendiri yaitu sebagai petani, buruh

tani, pemecah batu, serta penyulam kain

kasur. Berdasarkan latar belakang pasien

diatas maka perlu penanganan yang lebih

serius terutama dalam menangani perilaku

marahnya karena hal itu sangat

berpengaruh pada tingkat kesehatan

mereka.

Untuk menghadapi semua situasi

yang menekan dan untuk meminimalisasi

dampak negatifnya secara psikologis, kita

membutuhkan sebuah kemampuan untuk

mengelola emosi secara efektif. Maka dari

3

Page 8: NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

itu untuk membantu memberikan solusi

bagi seseorang yang mempunyai kebiasaan

marah karena menderita penyakit akut

peneliti melakukan “Pelatihan regulasi

emosi untuk menurunkan perilaku marah

pada pasien penderita hipertensi”

LANDASAN TEORI

Perilaku Marah

Perilaku marah merupakan reaksi

spontan, bukan tingkah laku yang

direncanakan atau suatu keadaan

emosional yang kemunculanya bisa

beragam mulai dari perasaan terganggu

yang ringan, hingga amarah yang ekstrem

dan mengandung kekerasan.Perasaan -

perasaan yang mendasari reaksi marah

membuat seseorang merasa rentan dan

lemah. Orang yang sedang marah,

biasanya cenderung menunjukan tingkah

laku agresif, bahkan ketika emosi marah

memuncak segala sifat buruk yang ada

dalam diri seseorang akan susah

dikendalikan akibatnya emosi marah yang

berlebihan dapat memperburuk kondisi

kesehatan (Aditya, 2013).

Regulasi Emosi

Regulasi emosi tidak bisa

dipisahkan dari kehidupan manusia.

Kesadaran atau proses kognitif membantu

individu mengatur emosi-emosi atau

perasaan- perasaan, dan menjaga emosi

tersebut agar tidak berlebihan, misalnya

setelah atau sedang mengalami stres

(Garnefski, Kraaj & Spinhoven, 2001).

Selain itu kejadian bunuh diri akibat

masalah kesehatan fisik yang terjadi di

Indonesia cukup tinggi, bahkan hal itu bisa

terjadi pada semua lapisan masyarakat,

tidak melihat seberapa tinggi tingkat

pendidikan, status sosial, maupun status

ekonomi. Maka dari itu apabila seseorang

dapat menguasai emosi-emosi yang negatif

bisa membuat mereka sanggup mengontrol

emosi dalam banyak situasi. Menurut

(Mappiare, 2000) dalam Syahadat

penguasaan emosi tersebut membuat

seseorang dapat mengendalikan emosinya

sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan

bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Maka dari itu perlu dikaji secara empirik

pelatihan regulasi emosi untuk

menurunkan perilaku marah.

Pelatihan regulasi emosi

Pelatihan regulasi emosi yang

digunakan dalam penelitian ini dilakukan

dengan empat tahapan yaitu pertama (1)

Teknik ceu-controlled relaxation yaitu

penggabungan pernafasan dengan kalimat-

kalimat atau segesti-sugesti. Ke dua (2)

ketrampilan mengekspresikan emosi

dengan membagi perasaan kepada orang

lain serta mencari penyelesaianya sehingga

beban psikologis yang dirasakan dapat

berkurang. Selain itu pengungkapan juga

bisa dilakukan dengan menulis

permasalahan didalam kertas kemudian

mencari penyelesaianya. Ke tiga (3)

autogenic relaxation yaitu didasarkan pada

proses imajinasi dan teknik relaksasi ini

dilakukan dengan cara fokus pada

kontraksi, relaksasi pada otot-otot tubuh.

Latihan ini bisa membantu seseorang

untuk fokus pada perbedaan antara

ketegangan dan relaksasi otot. Ke empat

(4) Visualisasi dengan relaksasi pernafasan

merupakan teknik yang dilakukan dengan

membentuk citra mental untuk mengambil

sebuah perjalanan visual dalam kondisi

serta situasi yang damai. Merupakan suatu

cara untuk menenangkan fisik, pikiran dan

jiwa dari kehidupan setiap hari sehingga

dapat menstimuli syaraf-syaraf agar

menjadi lebih tenang.

4

Page 9: NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

Pelatihan Regulasi Emosi Untuk

Menurunkan Perilaku Marah Pada

Penderita Hipertensi

Thomsone (Gross 2006)

mendefinisikan bahwa regulasi emosi

sebagai kemampuan untuk memonitor,

mengevaluasi dan memodivikasi reaksi

emosional seseorang untuk mencapai

tujuan seseorang. Kemampuan individu

dalam mengelola emosi akan berakibat

bahwa individu akan mampu menghadapi

ketegangan dalam kehidupanya. Regulasi

emosi memiliki beberapa aspek yang

saling berkaitan antara satu dengan yang

lain, yaitu penilaian emosi, pengaturan

emosi dan pengungkapan emosi (Gross &

John, 2003). Subjek dikatakan mampu

melakukan regulasi emosi pada dirinya

jika mampu untuk menilai, mengatur dan

mengungkapkan emosinya dengan cara

yang tepat sehingga bisa berpengaruh pada

penurunan kadar tekanan darah. Menurut

Triantoro (2012) bahwa pengungkapan dan

mengkomunikasikan kemarahan secara

verbal dan asertif dapat mencegah

kekacuan sistem metabolisme serta

mencegah kerusakkan fungsi tubuh

sehingga hormon-hormon yang bekerja

dalam tubuh terutama adrenalin dan

kortisol bisa menurun yang dapat

menurunkan kemarahan seseorang.

HIPOTESIS

Ada pengaruh pemberian

pelatihan regulasi emosi terhadap

penurunan perilaku marah pada pasien

penderita hipertensi

METODE PENELITIAN

Proses penelitianya menggunakan

metode penelitian experimen dengan tri

group solomon design, yaitu desain

Solomon yang menggunakan tiga

kelompok dengan penempatan subjek

kedalam kelompok secara acak. Adapun

tiga jenis kelompok (ada tiga baris): baris-

1 (KE), baris-2 (KK1), baris-3 (KK2).

Desain ini memiliki dua kelompok kontrol

sehingga dapat mengatasi efek interaksi

dari pre-test dan perlakuan eksperimen K2

tidak diberi pre-test tetapi diberi perlakuan

X. Skor Y2 pada 3 kelompok untuk

menilai efek interaksi melalui

perbandingan skor-skor Y2. Meskipun KE

(Y2) memiliki rata-rata lebih tinggi

dibanding kelompok kontrol pertama (K1),

namun belum pasti perbedaan ini

disebabkan perlakuan X.

PARTISIPAN

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien

penderita hipertensi yang berasal dari

kelompok binaan griya sehat “Ulima

Medika” di Sragen, berusia antara 25-65

tahun, mempunyai emosi yang meledak-

ledak dan mempunyai tekanan darah

sistole > 130 mmHg dan diastole >90

mmHg. Sampel yang diambil dari

perumusan besaran sampel sebanyak 120

pasien penderita hipertensi, kemudian

dirandom kembali menjadi tiga kelompok

yaitu 40 pasien hipertensi dalam kelompok

eksperimen, 40 pasien hipertensi

kelompok kontrol pertama dan 40 pasien

penderita hipertensi dalam kelompok

kontrol kedua.

TAHAPAN PENELITIAN

Adapun tahapan dalam penelitian

ini sebagai berikut :

1. Screening

Penyaringan dilakukan untuk

mengetahui kondisi subyek sebelum

dilakukan penelitian. Dalam hal ini

kondisi yang dimaksud adalah pasien

yang mempunyai tekanan darah

5

Page 10: NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

sistolik >130 (mmHg) dan tekanan

darah diastolik >90 (mmHg) WHO

(1992), mempunyai perilaku marah

yang meledak-ledak serta berusia

antara 25 th sampai 65 th. Hasil dari

proses Screening ini akan dijadikan

sebagai acuan dalam pemilihan subjek

penelitian baik untuk kelompok

eksperimen maupun sebagai

kelompok kontrol.

2. Randomisasi

Randomisasi bertujuan untuk

mengontrol variabel sekunder baik

dalam kelompok eksperimen (KE),

kelompok kontrol 1 (KK1), agar

kedua kelompok dalam keadaan

setara. Randomisasi dilakukan saat

pengelompokan subjek.

3. Melakukan Pretest

Pretest menggunakan lembaran

soal yang berisi item-item untuk

mengungkap 5 aspek yaitu biologis,

emosional, intelektual, sosial dan

spiritual. Pretest ini bertujuan untuk

mengetahui skor awal kemampuan

subjek dalam meregulasi emosi marah

dalam kelompok kontrol 1 dan

kelompok eksperimen

4. Pemberian perlakuan

Pemberian perlakuan ini berupa

pelatihan regulasi emosi dengan cara

mengenali marah sampai dengan

mengungkapkan marah secara asertif

diberikan dalam subjek pada

kelompok eksperimen ( KE) dan

kelompok kontrol 2 (KK2). Perlakuan

ini dilakukan 5 kali pertemuan selama

1 minggu. Sekali pertemuan selama 60

menit.

5. Melakukan Posttest

Posttest dilakukan kepada subjek

penelitian ini baik kelompok

eksperimen, kelompok kontrol 1

maupun kelompok kontrol 2 setelah

diberikan perlakuan berupa pelatihan

regulasi emosi. Lembaran soal pada

posttest sama dengan lembar soal pada

pretest. Perlakuan posttest ini

bertujuan untuk mengetahui adanya

perbedaan kemampuan meregulasi

emosi marah sebelum dan sesudah

pemberian perlakuan pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol 2

dan juga untuk mengetahui perbedaan

kemampuan meregulasi emosi marah

antara kelompok eksperimen,

kelompok kontrol 1 dan kelompok

kontrol 2.

UJI ASUMSI

Sebelum analisis data dilakukan,

data harus memenuhi uji prasyarat sebagai

berikut :

Uji normalitas sebaran. Uji normalitas

sebaran bertujuan untuk mengetahui

normal atau tidaknya penyebaran dari

variabel penelitian dalam populasi. Hasil

uji normalitas sebaran variabel masing-

masing kelompok yaitu kelompok

eksperimen nilai kolmogorof smirnov Z =

0,647, tarif signifikasni 0,797 (p>0,05)

dengan interprestasi normal, kelompok

kontrol 1 nilai kolmogorof smirnov Z=

0,612, tarif signifikasni 0,848 (p>0,05)

dengan interprestasi normal dan kelompok

kontrol 2 nilai kolmogorof smirnov

Z=0,548, tarif signifikasni 0,924 (p>0,05)

dengan interprestasi normal.

Uji homogenitas varians dimaksudkan

untuk mengetahui apakah varian skor

subjek dari dua kelompok yang diteliti

mempunyai ciri-ciri yang relatif sama.

Hasil uji homogenitas variabel pada

kelompok perilaku marah dengan jenis

kelamin dengan nilai levene statistic

1,186,taraf signifikansi 0,278 (p>0,05),

6

Page 11: NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

interprestasi sebaran homogen dan

kelompok perilaku marah dilihat dari segi

usia nilai levene statistic1,858,taraf

signifikansi 0,161 (p>0,05) , interprestasi

sebaran homogen.

ANALISIS DATA

Perhitungan analisis data menggunakan

teknik analisis paired sample test karena

jumlah sampel tiap kelompok sama. Analisis

ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

perilaku marah antara kelompok eksperimen,

kontrol 1 dan kelompok kontrol 2. Hasil dari

analisis data dapat dilihat pada tabel berikut:

Berdasarkan hasil analisa data ini

perilaku marah tidak hanya dilihat dari

tingkatan usia yaitu dewasa awal

memiliki perilaku marah lebih tinggi

dibandingkan dewasa madya dan akhir,

artinya semaki tinggi usia seseorang maka

akan semakin mampu mengendalikan

perilaku marahnya, tetapi juga dilihat dari

jenis kelamin pasien bahwa wanita

memiliki perilaku marah lebih rendah

dibandingkan pria. Karena pada ada laki-

laki juga terdapat gen SRY (Sex Determining

Region Y) yaitu gen yang menentukan gender

seorang anak adalah laki-laki, gen ini

berpengaruh dalam pembentukan testis laki-

laki. Gen SRY yang hanya terdapat pada lak-

laki ini juga dapat mempengaruhi tingkat

agresifitasnya saat berada dalam keadaan stres.

Maka dapat dikatakan bahwa laki-laki

cenderung lebih agresif daripada perempuan

(Mirani, 2009). Sedangkan pada perempuan,

perkembangan dipengaruhi oleh hormon

estrogen dan progesteron. Yang bisa

menyebabkan perempuan lebih mengutamakan

perasaan, ingin dimanja, dan penuh perhatian.

(Priyono dkk, 2009).

PEMBAHASAN

Berdasarkan data pengukuran yang

diperoleh dari hasil pretest dan postest

didapatkan skor rata-rata nilai pertest dan

postest pada kelompok eksperimen (KE),

kelompok kontrol 1 (KK1) dan kelompok

kontrol 2 (KK2) nilai t-hitung yang

dihasilkan pada kelompok eksperimen

dengan kelompok kontrol 1 adalah -4.070

pada derajat 39 yang ternyata lenih besar

dari nilai t-tabel sedang nilai probabilitas

(p) pada kolom sig (2-tailed) adalah 0.000

lebih kecil dari pada nilai kritik 0.05.

berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa dikarenakan nilai p <

0.05 maka Ho yang menyatakan tidak ada

perbedaan antara pretest dan postest

ditolak, hingga yang diterima adalah H1

yang menyatakan bahwa ada perbedaan

antara hasil pretest dan postest. Tingkat

signifikansi tersebut dapat dilihat dari nilai

t yang diperoleh t hitung > t tabel maka dapat

disimpulkan bahwa terdapar perbedaan

yang jelas dan nyata. Pada perhitungan

diatas didapat t hitung (4.070) maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang jelas dan nyata antara sekor pretest

dan posttest denga diberikan perlakuan

berupa pelatihan regulasi emosi dengan

teknik relaksasi

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya dapat disimpulkan :

t = 4,070 p=0.000 (sig)

(p<0,01_)

t = 2,733 p=0.009 (sig)

(p<0,01_)

Klp eksperimen Klpk. Kontrol 1 Klpk. Kontrrol 2

t = -1,419 p=0.164

(p>0,05) (tdk sig)

7

Page 12: NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

Ada perbedaan yang sangat signifikan

antara kelompok (KE, KK2) yang

diberikan perlakuan berupa pelatihan

regulasi emosi dengan autogenik relaksasi

dengan kelompok (KK1) yang tidak

diberikan pelatihan regulasi emosi

Perbedaan yang sangat signifikan itu

benar-benar karna pengaruh perlakuan

(treatmen) berupa pelatihan regulasi emosi

dengan relaksasi. Hal ini ditunjukan

dengan tidak adanya perbedaan yang

signifikan antara posttest kelompok

eksperimen (KE) dan kelompok kontrol 2

(KK2) yang diberikan perlakuan, dan

adanya perbedaan yang signifikan antara

postest kelompok kontrol 1 (KK1) dan

kelompok kontrol 2 (KK2) yang mana

kelompok kontrol 1 (KK1) tidak diberikan

perlakuan dan kelompok kontrol 2 (KK2)

diberikan perlakuan.

Melalui metode pengenalan

masalah ceu-controlled relaxation yaitu

penggabungan pernafasan dengan kalimat-

kalimat atau sugesti-sugesti, ketrampilan

mengekspresikan emosi dengan membagi

perasaan kepada orang lain dan mencari

penyelesaianya, autogenic relaxation

berdasarkan pada proses imajinasi dan

teknik relaksasi ini dilakukan dengan cara

fokus pada kontraksi pada otot-otot tubuh,

Visualisasi dengan cara merubah emosi

negatif menjadi positif, sehingga dapat

disimpulkan bahwa pelatihan regulasi

emosi dengan cara relaksasi cukup efektif

menurunkan perilaku marah pada

penderita hipertensi.

Saran

Dihapkan para responden lebih

mampu mengelola emosinya serta mampu

mengalihkan kegiatan yang negatif

kekegiatan yang positif, peningkatan

kesehatan masyarakat yang ada di sekitar

minimal dengan cara pemberian

pendidikan kesehatan baik secara fisik

maupun psikis, pelatihan ini tidak hanya

diberikan pada masyarakat yang menderita

hipertensi saja tetapi juga untuk penderita

penyakit degeneratif lainnya.

Daftar Pustaka

Aditya, c. (2013). Terapi beragam

masalah emosi harian. Jogjakarta :

Sabil

Aesijah, Siti (2014). Pengaruh Regulasi

Emosi Terhadap Kebahagiaan

Remaja di Panti Asuhan Yatim

Piatu. Surakarta: UMS

Aivazi (2011), Factor in Relation with Self

Regulation of Hypertension, Based

on the Model of Goal Directed

Behavior In Yard City University

of Medical Sciences, Yard, Iran

Azwar. (2006). Jogjakarta, Pustaka

Pelajar: penyusunan Skala

psikologi.

Diding, H.P. (2006).

Psikoneuroimunologi. Surakarta:

UNS Perss

F.J. Monk dkk, (2004) Psikologi

Perkembangan. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press

Gemilang, J. (2013). In Menejemen Stres

dan Emosi (pp. 1-27). Jogjakarta:

Mantra Books.

Garnefski, N., Kraaj, V., & Spinhoven, P,

(2002) “Personality and

differences 30”, Pergamon,

Netherlands

Garnefski, Salovary and Sulter (2005)

cognitive emotion regulation

strategies and internalizing and

externalizing psychopathology.

Journal of adolescence

Gorm, C. L., & Clore, G.L. 2003. Four

Latents Trait Emotional Experience

and theirs involment in Well-

Being, coping and attribution

Style.Cognition and Emotion. 16(4)

495-518

Greenberg, L.S. (2002). Emotion-focused

therapy: Coaching clients to work

through their feelings. Washington,

DC: American Psychological

Association.

Gross, J. J, (2003) “Emotion and emotion

regulation”, Dalam L. A. Pervin &

8

Page 13: NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN REGULASI EMOSI UNTUK … · dibandingkan dengan wanita. Kata kunci: ... dapat menguasai emosi-emosi yang negatif ... dilakukan dengan cara fokus pada

O. P. John (Ed.), Theory and

research (2nd edition) (p. 525-

552), Guilford, New York.

Gross, J.J. & Thompson, R. A. (2006).

Emotion regulation: Conceptual

foundations. In J. J. Gross (Ed.),

Handbook of emotion regulation.

New York: Guilford Press.

Hardiyani (2010), Perbedaan

Pengendalian Emosi Marah

Antara Laki-Laki dan Perempuan

Pada Masa Dewasa Awal.

Malang, Universitas Brawijaya

Hershorn, Michael, (2002).60 Second

Anger Managemant. Jakarta: PT :

Bhuana Ilmu Populer

Imam Nawawi, (2001) Hadits Arba’in.

Hadits No 16.

James, (2013) “Hubungan antara

Hipertensi dan Marah” Clemson,

Amerika Serikat.

J.A.McCubbin, M.M (2013).

cardiovascular-emotional

dampening: The relationship

between blood pressure and

recognition of emotion.

Psychosomatic Medicine.

Junaedi , P (2014). Kapita Selekta

Kedokteran, Media Aesculapius,

FKUI. Jakarta

Kasule, Dr, Prof. (2007) Kuliah

Kedokteran Islam, Yogyakarta,

Forum Kedokteran Islam

Lazarus & Folkman, S. (1991). Emotions

and Adaptation. New York:

Oxford Uiversity Perss

Mappiare, A,(2000) “Psikologi remaja”,

Usaha Nasional, Surabaya. amon,

Netherlands.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan

Masyarakat : Prinsip-Prinsip

Dasar . Jakarta: PT. Rineka

Cipta. Hal. 116, 131

Nur, H. (2005). Hubungan marah dengan

daya tahan tubuh. Universitas

Islam Indonesi

Press Gross, J. J. & Thompson, R. A.

(2006). Emotion regulation:

Conceptual

Psikologi dalam Al Quran terapi Qurani

dalam penyembuhan kejiwaan.

Penerjemah M.Zaka Al Farisi.

Bandung.CV pustaka Setia,

(2005). Cet I

Pulih (2003) mengelola rasa marah.

Jakarta

Purnawan (2008) Kapita selekta

kedokteran, universitas Indonesia,

Jakarta

Purwanto & Mulyono (2006). Psikologi

Marah dalam Perspektif Islam.

Refika Aditama

Safaria T, dan Saputra, N (2007).

Efektifitas terapi Kognitif-

Perilaku Untuk Menurunkan

Kecemasan menjelang Pensiun.

Laporan Penelitian. Yogyakarta:

Fakultas Psikologi Universitas

Ahmad Dahlan.

Triantoro & Nofrans (2012) Menejemen

Emosi: Sebuah Panduan Cerdas

Bagaimana Mengelola Emosi

Positif dalam Hidup Anda.

Jakarta : Bumi Aksara.

Wardani (2011) anger management pada

waria. Surabaya

Wahyuni. (2013). hubungan efikasi diri

dan regulasi emosi. e-jurnal

universitas mulawarman.

Widuri. (2013), Regulasi emosi dan

resiliensi, UAD: Yogyakarta

Wirtz dkk. (2013), Low social support and

poor emotional regulation are

associated with inccreased stress

hormone reactivity to mental

stress in systemic hypertension,

Clemson University.

9