NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA REMAJA oleh CANDRAWATI PUSPITASARI H. FUAD NASHORI. S.Psi., M.Si., Psi FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
30
Embed
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KETERAMPILAN … · pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendi, 2003). Menurut Sarwono (2002), komunikasi adalah sebagian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA
REMAJA
oleh
CANDRAWATI PUSPITASARI
H. FUAD NASHORI. S.Psi., M.Si., Psi
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN
RESOLUSI KONFLIK PADA REMAJA
Telah Disetujui Pada Tanggal
_________________
Dosen Pembimbing
(H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., Psi)
HUBUNGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA
REMAJA
Candrawati Puspitasari
H. Fuad Nashori, S.Psi.,M.Si.,Psikolog
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis apakah ada hubungan positif antara
keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada remaja. Hipotesis awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada remaja. Semakin tinggi keterampilan komunikasi interpersonal remaja, semakin tinggi pula resolusi konfliknya. Sebaliknya, semakin rendah keterampilan komunikasi interpersonal remaja, semakin rendah pula resolusi konfliknya.
Subyek dalam penelitian ini adalah Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri I Prembun, Kebumen. Subyek penelitian berjumlah 169 responden, terdiri dari 50 laki-laki dan 119 perempuan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah dibuat secara mandiri oleh peneliti. Adapun skala yang digunakan adalah skala resolusi konflik dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Jamil (2007) dan skala keterampilan komunikasi interpersonal dengan mengacu pada aspek-aspek yang dituliskan oleh DeVito (1997).
Metode analis data yang digunakan menggunakan program SPSS (Statistical Programme for Social Science) 13.0 for Window. Hasil korelasi product moment dari pearson menunjukan angka korelasi sebesar r = 0.559 dan p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada remaja. Jadi hipotesis penelitian diterima. Sedangkan sumbangan efektif yang diberikan variabel keterampilan komunikasi interpersonal terhadap variabel resolusi konflik sebesar 35.2% yang berarti masih ada 64.8% faktor lain yang mempengaruhi resolusi konflik. Kata Kunci : Resolusi Konflik, Keterampilan Komunikasi Interpersonal
PENGANTAR
Salah satu hal yang dapat memicu timbulnya masalah remaja dengan orang
tua, teman sebaya, dan guru adalah faktor komunikasi. Dengan komunikasi yang
baik berbagai masalah dapat diatasi dengan lebih baik. Dengan komunikasi orang
tua, teman sebaya, guru akan tahu apa yang diinginkan dan sebaiknya dilakukan oleh
seorang remaja agar hubungan di antara keduanya dapat terjalin dengan baik sehingga
tidak terjadi penyimpangan dan tindakan yang tidak diinginkan.
Menurut teori komunikasi, komunikasi adalah proses yang dilakukan satu
sistem untuk mempengaruhi sistem lain melalui pengaturan signal-signal yang
disampaikan. Tidak berbeda jauh dengan teori komunikasi, komunikasi menurut Kurt
Lewin adalah pengaruh satu wilayah pesona pada wilayah pesona lain sehingga
perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan berkaitan dengan wilayah
lain (Suharnan, 2005
Agar dapat sukses dalam mempengaruhi orang lain, individu harus bisa
berkomunikasi interpersonal dengan baik atau berkomunikasi dengan efektif.
Komunikasi efektif menurut Tubbs dan Moss (Suharnan, 2005) paling tidak
menimbulkan lima hal, yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan
yang makin baik dan tindakan. Pengertian dimaksudkan bahwa penerimaan yang
cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kesenangan
bermaksud untuk menimbulkan kesenangan, menjadikan hubungan hangat, akrab dan
menyenangkan. Dalam hal ini pemahaman tentang komunikasi interpersonal sangat
diperlukan.
Setiap konflik membutuhkan solusi dalam rangka untuk penyelesaian
masalah. Konflik menurut Jamil (2007) adalah hubungan antara dua pihak atau lebih
(individu atau kelompok) yang memiliki atau mereka menganggap memiliki tujuan
yang bertentangan. Konflik terjadi karena seseorang mengejar sesuatu yang
bertentangan. Konflik merupakan bagian dari keberadaan seseorang baik bersifat
mikro dan interpersonal hingga ke level kelompok, organisasi, komunitas dan bangsa.
Konflik muncul akibat ketidakseimbangan pada hubungan kemanusiaan, meliputi
hubungan sosial, hubungan ekonomi maupun hubungan kekuasaan. Oleh karena itu di
butuhkan solusi untuk mengatasi konflik yang terjadi.
Menurut Suharnan (2005) komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk
memperoleh dan memberikan informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau
mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternative atas konflik dan
mengambil keputusan dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan. Dengan remaja
melakukan keterampilan komunikasi dengan kualitas yang baik diharapkan remaja
akan dapat matang secara logika dalam menghadapi konflik yang ada sehingga dapat
mendapat solusi yang tepat.
1. Resolusi Konflik
Resolusi konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam usaha yang
dilakukan untuk melokasikan suatu solusi bagi kontroversi yang terjadi, yang dapat
diterima oleh semua pihak. Sedangkan menurut Evans (2002), resolusi konflik adalah
suatu pendekatan yang digunakan untuk mencari solusi atas masalah antara satu
orang dengan orang lain. Berbeda dengan pendapat di atas, menurut Woodhouse, dkk
(2002), penyelesaian konflik adalah sebuah usaha yang lebih ambisius di mana pihak-
pihak yang bertikai diundang untuk mengkonseptualisasikan ulang konflik dengan
sebuah pandangan untuk menemukan hasil yang kreatif, hasil menang-menang.
Melalui sikap yang kooperatif seseorang melepaskan perbedaan-perbedaan yang tidak
prinsipil dan lebih banyak menemukan titik-titik persamaannya, serta tidak mencoba
untuk mempertahankan kemenangan pihak sendiri dan tidak mengharuskan pihak lain
mengalah (Kartono, 1994). Menurut Jamil (2007) tipe-tipe konflik antara lain :
a. Kondisi tanpa konflik (no conflict). Tipe ini adalah jenis kondisi yang di
inginkan, jika ingin bertahan lama, maka harus hidup dan dinamis,
menyatukan konflik tingkah laku dan tujuan serta menyelesaikannya secara
kreatif.
b. Konflik laten (latent conflict). Konflik ini berada di bawah permukaan dan
konflik ini perlu di bawa ke permukaan sebelum dapat di selesaikan secara
efektif.
c. Konflik terbuka (open conflict). Konflik ini mengakar secara dalam serta
tampak jelas serta membutuhkan tindakan untuk mengatasi penyebab yang
mengakar serta efek yang tampak.
d. Konflik permukaan (surface conflict). Konflik ini mempunyai akar yang tidak
dalam atau tidak mengakar. Konflik permukaan ini muncul karena kesalahan
pemahaman mengenai sasaran dan dapat diatasi dengan perbaikan
komunikasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik menurut Klem (Jamil, 2007)
adalah:
• Pemicu (triggers), yaitu peristiwa yang memicu sebuah konflik namun tidak
di perlukan dan tidak cukup memadai untuk menjelaskan konflik itu sendiri.
• Faktor inti atau penyebab dasar (pivotal factors or root causes), yaitu terletak
pada akar konflik yang perlu ditangani supaya pada akhirnya dapat mengatasi
konflik.
• Faktor yang memobilitasi (mobilizing factors), yaitu masalah-masalah yang
emobilitasi kelompok untuk melakukan tindak kekerasan.
• Faktor yang memperburuk (aggravating factors), yaitu faktor yang
memberikan tambahan pada faktor inti dan faktor yang memobilitasi, namun
tidak cukup untuk dapat menimbulkan konflik itu sendiri.
Ada beberapa macam aspek resolusi konflik menurut Jamil (2007), yaitu :
a. Hubungan struktural. Hubungan ini dibentuk untuk mencapai kepentingan
masing-masing yang berkonflik sehingga dapat mencegah perluasan perilaku
konflik.
b. Kepentingan. Mempunyai kepentingan yang tidak berbenturan. Dengan
kepentingan yang berbeda maka resolusi konflik tidak dapat di capai,
sebaliknya dengan menyatukan kepentingan yang sama membuat resolusi
konflik dapat terlaksana secara optimal.
c. Perilaku yang mengungkapkan pandangan instrumental sumber-sumber
konflik. Seperti emosi (takut, marah, benci), perasaan , kepercayaan dan
keinginan. Perilaku ini lebih bersifat kerjasama atau pemaksaan, bahasa tubuh
yang mengandung persatuan (conciliation), atau permusuhan (hostility).
Sedangkan aspek pemecahan masalah menurut Heppner et al (2004), yaitu :
• Kepercayaan dalam penyelesaian masalah (Problem Solving Confidence).
Penyelesaian masalah ini mengacu pada kepercayaan atau keyakinan yang
efektif dalam mengatasi suatu permasalahan. Seperti contoh ketika
dihadapkan dalam suatu permasalahan seorang individu akan mempunyai
kepercayaan akan mampu mengatasi permasalahannya itu ataukah tidak. Jika
seorang individu yakin akan dapat mengatasi masalahnya dengan baik maka
permasalahan yang dihadapi akan tertangani dengan baik. Akan tetapi kalau
seorang individu tidak yakin untuk dapat menyelesaikan permasalahannya
dengan baik maka permasalahan tidak dapat terselesaikan dengan baik.
• Gaya dalam penyelesaian masalah (Approach-Avoidance Style). Gaya
mengacu pada suatu kecenderungan umum untuk mendekati atau menghindari
aktivitas penyelesaian masalah. Individu yang baik cenderung untuk
melakukan usaha untuk menyelesaikan masalah, bukan menghindari masalah.
• Kendali pribadi (Personal control). Kendali pribadi digambarkan sebagai
suatu kepercayaan atau keyakinan individu untuk dapat bertanggung jawab
dan mengontrol emosi dan perilaku dalam penyelesaian masalah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri resolusi konflik
mempunyai tiga macam, yaitu hubungan struktural, kepentingan, perilaku yang
Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis mengenai adanya hubungan
positif antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada
remaja. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi
konflik pada remaja. Dengan demikian maka hipotesis diterima dan ditunjukkan
dengan nilai r = 0.559 dan p = 0.000 ( p < 0.01 ), yaitu adanya hubungan positif
antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada remaja.
Salah satu pernyataan yang berbunyi “Setiap masalah yang saya hadapi, saya
bicarakan dengan orang tua” yang mewakili aspek keterbukaan memberikan
sumbangan efektif sebesar 16,3009%. Aspek empati yang diwakili dengan
pernyataan “Ketika teman saya sedang membicarakan masalahnya, saya dapat
mendengarkan keluh kesah mereka dengan baik” memberikan sumbangan efektif
sebesar 0,1098%. Sumbangan efektif sebesar 1,2772% diberikan oleh aspek
dukungan dengan salah satu pernyataannya adalah “ Ketika orang tua saya sedang
mempunyai masalah, saya dapat memotivasi dengan baik”. Salah satu pernyataan
dari aspek rasa positif yaitu “Saya merasa kalau kritikan dari orang tua adalah untuk
kebaikan saya” memberikan sumbangan efektif sebesar 9,0531%. “Saya tidak suka
berbicara dengan guru yang mempunyai jenis kelamin berbeda dengan saya”
merupakan pernyataan yang mewakili aspek kesetaraan dengan memberikan
sumbangan efektif sebesar 8,4078%.
Pada SMA NI Prembun, banyak sekali orang dengan berbagai golongan
ekonomi serta latar belakang yang berbeda. Daerah tempat asal juga sangat
mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang
individu. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa nara sumber, bahwa pada
SMA ini banyak terdapat murid atau siswa yang berasal dari daerah-daerah yang
rawan akan tindakan yang negatif. Winong, Wirogaten, Pekutan, Ambal, Mirit
adalah beberapa contoh daerah yang mempunyai tindakan kriminalitas yang tinggi
seperti pemalakan di jalan-jalan. Latar belakang seperti itu membuat tingkah laku
siswa di sekolah menjadi negatif. Hal ini dikarenakan pada siswa-siswa remaja
sedang mengalami masa-masa krisis, baik emosi, kepribadian, agama, fisik maupun
kognitif (Yusuf, 2004)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, Penulis menyimpulkan bahwa
berbicara dengan orang lain untuk meluapkan perasaan dan pikiran mempunyai
kontribusi dalam rangka untuk membantu seseorang dalam menghadapi realita yang
ada, sehingga diharapkan seseorang dapat berfikir objektif. Dengan demikian
masalah yang ada dapat dicarikan pemecahan yang tepat. Berdasarkan uji hipotesis
di dapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada remaja, yang
berarti semakin tinggi keterampilan komunikasi interpersonal dalam hal ini antara
remaja-orang tua, remaja-guru, remaja-teman sebaya maka akan semakin tinggi pula
kemampuan resolusi konflik pada remaja. Kategori skor keterampilan komunikasi
interpersonal berada dalam kategori sedang, begitu pula kategori skor resolusi konflik
pada remaja juga berada dalam kategori sedang.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan oleh
peneliti. Beberapa saran tersebut antara lain:
1. Bagi subjek penelitian
Remaja di harapkan mampu melakukan komunikasi secara baik dan intensif
kepada orang tua, guru dan teman sebaya sehingga apapun yang tengah di alami oleh
seorang remaja dapat di ketahui oleh orang lain sehingga permasalahan atau pun
konflik yang sedang di hadapi oleh remaja dapat teratasi dengan bantuan orang lain.
Dengan demikian penyelesaian masalah atas diri remaja dapat tertangani dengan baik.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan tema yang sama di saran
kan untuk lebih meratakan subjek penelitian sehingga semua karakteristik subjek
yang ditentukan sebelumnya dapat terwakili. Selain itu, akan lebih baik kalau lebih
menfokuskan lagi sehingga hasil yang di dapat akan lebih optimal.
Daftar Pustaka
Azwar, S. 1999. Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta : Pustaka pelajar ________. 2002. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bungin, B. 2006. Sosiologi komunikasi. Jakarta : Kencana
________. 2004. Metodologi penelitian kuantitatif. Jakarta : Prenada media
Cangara, H. H. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo
Darmawan, A. 2002. Hubungan antara komunikasi interpersonal dengan keterlibatan kerja pada tenaga perawat. Jurnal Psikodinamik. Vol 4. No 2. 103 – 112.
DeBono, E. 1990. Berpikir lateral. Jakarta : Binarupa Aksara DeVito, J.A. 1997. Komunikasi Antar Manusia edisi kelima. Jakarta : Professional
Book Effendi, O. U. 2003. Ilmu, teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Ellis, H.C., & Hunt, R.H. 1993. Fundamental of cognitive Psikology. 5th ed.
Cambridge. University Press Evans, B. 2002. You can’t come to my birthday party : conflict resolution with young
children. Michigan : High/Scope
Fathurohman, P. 2007. Strategi belajar mengajar. Bandung : PT Refika Aditama
Gunarsa, Y.S.D., & Gunarsa, S.D. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia
Hardjana, A. M. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Yogyakarta :
Kanisius
Hayes, R.B. 1978. Cognitive Psychology : Thinking & creating. United States of America : The Dorsey Press
Heppner, P. P., Witty, T. E., & Dixon, W. A. 2004. Problem solving appraisal & human adjustment : A review of 20 years of research using the problem solving inventory. Journal of American Psychological Association : The counseling Psychologist, 32, 344
Jamil, M.K. 2007. Mengelola konflik membangun damai : teori, strategi dan
implementasi resolusi konflik. Semarang : Walisongo mediation center
Kartono, K. 2005. Patologi Sosial 2 : Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
________. 1994. Psikologi sosioal untuk manajemen, perusahaan dan industri.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Liliweri, A. 2007. Dasar-dasar komunikasi kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Manoppo, P. G. 2005. Resolusi konflik interaktif berbasis komunitas korban.
Surabaya : Srikandi Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional Muhammad, A. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara
Nay, R. W. 2007. Mengelola Kemarahan. Jakarta : Serambi Patton, P. 2002. EQ : Pengembangan sukses lebih bermakna. Jakarta : Mitra media Peale, N. V. 2006. Berpikir positif untuk remaja. Jakarta : Baca
Poerwanti, E., & Widodo, N. 2002. Perkembangan peserta didik. Malang : Universitas Muhamadiyah Malang
Prasetyo, B. & Jannah, L.M. 2005. Metode penelitian kuantitatif. Jakarta : PT
Grafindo Persada Pruitt, D. G., & Rubin, J. Z. 2004. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Prasetyo, E., Nurtjahjanti, H., & Indrawati, E.S. 2005. Komitmen organisasi ditinjau
dari komunikasi interpersonal yang efektif ditempat kerja. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol 2 No 1. 33 – 39.
Rakhmat, J. 1988. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
_________. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Santoso, S. 2003. SPSS versi 10 : mengolah data statistik secara profesional. Jakarta : PT Elex media komputindo
Santrock, J. W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup jilid dua.
Jakarta : Erlangga Sarwono, S. W. 2002. Psikologi sosial individu dan teori-teori psikologi sosial.
Jakarta: Balai Pustaka Sasmitawati, T.A.2005. kemampuan problem solving anak ditinjau dari adversity
quotion dan intelligence quotion. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia
Setianingsih, E., Uyun, Z. l ., & Yuwono, S. 2006. Hubungan penyesuaian sosial dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan kecenderungan perilaku delinkuen pada remaja. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol 3. No 1. 29 - 35
Soekanto, S. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta
Stein, S. J., & Book. H. E. 2004. Ledakan EQ : 15 prinsip dasar kecerdasan emosional meraih sukses. Bandung : Kaifa
Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi Sundari, S. & Rumini, S. 2004. Perkembangan anak dan remaja. Jakarta : Rineka
cipta Suryabrata, S. 2000. Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta : Andi offset Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi pengantar studi. Jakarta : Rineka Cipta
Willis, S. S. 2005. Remaja dan permasalahannya. Bandung : Alfabeta Wiryanto. 2004. Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta : Grasindo
Woodhouse, O.R.T., & Miall, H. 2002. Resolusi damai konflik kontemporer. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Yusuf, S. 2004. Psikologi perkembangan anak dan remaja Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
IDENTITIAS
NAMA : CANDRAWATI PUSPITASARI
ALAMAT : WIRONATAN RT 01 / 03, BUTUH, PURWOREJO, JAWA TENGAH