Top Banner

of 30

naskah-publikasi-04320004

Oct 14, 2015

Download

Documents

naskah-publikasi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • NASKAH PUBLIKASI

    HUBUNGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI

    INTERPERSONAL DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA

    REMAJA

    oleh

    CANDRAWATI PUSPITASARI

    H. FUAD NASHORI. S.Psi., M.Si., Psi

    FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

    JURUSAN PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

    YOGYAKARTA

    2008

  • NASKAH PUBLIKASI

    HUBUNGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN

    RESOLUSI KONFLIK PADA REMAJA

    Telah Disetujui Pada Tanggal

    _________________

    Dosen Pembimbing

    (H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., Psi)

  • HUBUNGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI

    INTERPERSONAL DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA

    REMAJA

    Candrawati Puspitasari

    H. Fuad Nashori, S.Psi.,M.Si.,Psikolog

    INTISARI

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis apakah ada hubungan positif antara

    keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada remaja. Hipotesis awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada remaja. Semakin tinggi keterampilan komunikasi interpersonal remaja, semakin tinggi pula resolusi konfliknya. Sebaliknya, semakin rendah keterampilan komunikasi interpersonal remaja, semakin rendah pula resolusi konfliknya.

    Subyek dalam penelitian ini adalah Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri I Prembun, Kebumen. Subyek penelitian berjumlah 169 responden, terdiri dari 50 laki-laki dan 119 perempuan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah dibuat secara mandiri oleh peneliti. Adapun skala yang digunakan adalah skala resolusi konflik dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Jamil (2007) dan skala keterampilan komunikasi interpersonal dengan mengacu pada aspek-aspek yang dituliskan oleh DeVito (1997).

    Metode analis data yang digunakan menggunakan program SPSS (Statistical Programme for Social Science) 13.0 for Window. Hasil korelasi product moment dari pearson menunjukan angka korelasi sebesar r = 0.559 dan p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada remaja. Jadi hipotesis penelitian diterima. Sedangkan sumbangan efektif yang diberikan variabel keterampilan komunikasi interpersonal terhadap variabel resolusi konflik sebesar 35.2% yang berarti masih ada 64.8% faktor lain yang mempengaruhi resolusi konflik. Kata Kunci : Resolusi Konflik, Keterampilan Komunikasi Interpersonal

  • PENGANTAR

    Salah satu hal yang dapat memicu timbulnya masalah remaja dengan orang

    tua, teman sebaya, dan guru adalah faktor komunikasi. Dengan komunikasi yang

    baik berbagai masalah dapat diatasi dengan lebih baik. Dengan komunikasi orang

    tua, teman sebaya, guru akan tahu apa yang diinginkan dan sebaiknya dilakukan oleh

    seorang remaja agar hubungan di antara keduanya dapat terjalin dengan baik sehingga

    tidak terjadi penyimpangan dan tindakan yang tidak diinginkan.

    Menurut teori komunikasi, komunikasi adalah proses yang dilakukan satu

    sistem untuk mempengaruhi sistem lain melalui pengaturan signal-signal yang

    disampaikan. Tidak berbeda jauh dengan teori komunikasi, komunikasi menurut Kurt

    Lewin adalah pengaruh satu wilayah pesona pada wilayah pesona lain sehingga

    perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan berkaitan dengan wilayah

    lain (Suharnan, 2005

    Agar dapat sukses dalam mempengaruhi orang lain, individu harus bisa

    berkomunikasi interpersonal dengan baik atau berkomunikasi dengan efektif.

    Komunikasi efektif menurut Tubbs dan Moss (Suharnan, 2005) paling tidak

    menimbulkan lima hal, yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan

    yang makin baik dan tindakan. Pengertian dimaksudkan bahwa penerimaan yang

    cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kesenangan

    bermaksud untuk menimbulkan kesenangan, menjadikan hubungan hangat, akrab dan

    menyenangkan. Dalam hal ini pemahaman tentang komunikasi interpersonal sangat

    diperlukan.

  • Setiap konflik membutuhkan solusi dalam rangka untuk penyelesaian

    masalah. Konflik menurut Jamil (2007) adalah hubungan antara dua pihak atau lebih

    (individu atau kelompok) yang memiliki atau mereka menganggap memiliki tujuan

    yang bertentangan. Konflik terjadi karena seseorang mengejar sesuatu yang

    bertentangan. Konflik merupakan bagian dari keberadaan seseorang baik bersifat

    mikro dan interpersonal hingga ke level kelompok, organisasi, komunitas dan bangsa.

    Konflik muncul akibat ketidakseimbangan pada hubungan kemanusiaan, meliputi

    hubungan sosial, hubungan ekonomi maupun hubungan kekuasaan. Oleh karena itu di

    butuhkan solusi untuk mengatasi konflik yang terjadi.

    Menurut Suharnan (2005) komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk

    memperoleh dan memberikan informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau

    mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternative atas konflik dan

    mengambil keputusan dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan. Dengan remaja

    melakukan keterampilan komunikasi dengan kualitas yang baik diharapkan remaja

    akan dapat matang secara logika dalam menghadapi konflik yang ada sehingga dapat

    mendapat solusi yang tepat.

    1. Resolusi Konflik

    Resolusi konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam usaha yang

    dilakukan untuk melokasikan suatu solusi bagi kontroversi yang terjadi, yang dapat

    diterima oleh semua pihak. Sedangkan menurut Evans (2002), resolusi konflik adalah

    suatu pendekatan yang digunakan untuk mencari solusi atas masalah antara satu

    orang dengan orang lain. Berbeda dengan pendapat di atas, menurut Woodhouse, dkk

  • (2002), penyelesaian konflik adalah sebuah usaha yang lebih ambisius di mana pihak-

    pihak yang bertikai diundang untuk mengkonseptualisasikan ulang konflik dengan

    sebuah pandangan untuk menemukan hasil yang kreatif, hasil menang-menang.

    Melalui sikap yang kooperatif seseorang melepaskan perbedaan-perbedaan yang tidak

    prinsipil dan lebih banyak menemukan titik-titik persamaannya, serta tidak mencoba

    untuk mempertahankan kemenangan pihak sendiri dan tidak mengharuskan pihak lain

    mengalah (Kartono, 1994). Menurut Jamil (2007) tipe-tipe konflik antara lain :

    a. Kondisi tanpa konflik (no conflict). Tipe ini adalah jenis kondisi yang di

    inginkan, jika ingin bertahan lama, maka harus hidup dan dinamis,

    menyatukan konflik tingkah laku dan tujuan serta menyelesaikannya secara

    kreatif.

    b. Konflik laten (latent conflict). Konflik ini berada di bawah permukaan dan

    konflik ini perlu di bawa ke permukaan sebelum dapat di selesaikan secara

    efektif.

    c. Konflik terbuka (open conflict). Konflik ini mengakar secara dalam serta

    tampak jelas serta membutuhkan tindakan untuk mengatasi penyebab yang

    mengakar serta efek yang tampak.

    d. Konflik permukaan (surface conflict). Konflik ini mempunyai akar yang tidak

    dalam atau tidak mengakar. Konflik permukaan ini muncul karena kesalahan

    pemahaman mengenai sasaran dan dapat diatasi dengan perbaikan

    komunikasi.

    Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik menurut Klem (Jamil, 2007)

  • adalah:

    Pemicu (triggers), yaitu peristiwa yang memicu sebuah konflik namun tidak di perlukan dan tidak cukup memadai untuk menjelaskan konflik itu sendiri.

    Faktor inti atau penyebab dasar (pivotal factors or root causes), yaitu terletak pada akar konflik yang perlu ditangani supaya pada akhirnya dapat mengatasi

    konflik.

    Faktor yang memobilitasi (mobilizing factors), yaitu masalah-masalah yang emobilitasi kelompok untuk melakukan tindak kekerasan.

    Faktor yang memperburuk (aggravating factors), yaitu faktor yang memberikan tambahan pada faktor inti dan faktor yang memobilitasi, namun

    tidak cukup untuk dapat menimbulkan konflik itu sendiri.

    Ada beberapa macam aspek resolusi konflik menurut Jamil (2007), yaitu :

    a. Hubungan struktural. Hubungan ini dibentuk untuk mencapai kepentingan

    masing-masing yang berkonflik sehingga dapat mencegah perluasan perilaku

    konflik.

    b. Kepentingan. Mempunyai kepentingan yang tidak berbenturan. Dengan

    kepentingan yang berbeda maka resolusi konflik tidak dapat di capai,

    sebaliknya dengan menyatukan kepentingan yang sama membuat resolusi

    konflik dapat terlaksana secara optimal.

    c. Perilaku yang mengungkapkan pandangan instrumental sumber-sumber

    konflik. Seperti emosi (takut, marah, benci), perasaan , kepercayaan dan

  • keinginan. Perilaku ini lebih bersifat kerjasama atau pemaksaan, bahasa tubuh

    yang mengandung persatuan (conciliation), atau permusuhan (hostility).

    Sedangkan aspek pemecahan masalah menurut Heppner et al (2004), yaitu :

    Kepercayaan dalam penyelesaian masalah (Problem Solving Confidence). Penyelesaian masalah ini mengacu pada kepercayaan atau keyakinan yang

    efektif dalam mengatasi suatu permasalahan. Seperti contoh ketika

    dihadapkan dalam suatu permasalahan seorang individu akan mempunyai

    kepercayaan akan mampu mengatasi permasalahannya itu ataukah tidak. Jika

    seorang individu yakin akan dapat mengatasi masalahnya dengan baik maka

    permasalahan yang dihadapi akan tertangani dengan baik. Akan tetapi kalau

    seorang individu tidak yakin untuk dapat menyelesaikan permasalahannya

    dengan baik maka permasalahan tidak dapat terselesaikan dengan baik.

    Gaya dalam penyelesaian masalah (Approach-Avoidance Style). Gaya mengacu pada suatu kecenderungan umum untuk mendekati atau menghindari

    aktivitas penyelesaian masalah. Individu yang baik cenderung untuk

    melakukan usaha untuk menyelesaikan masalah, bukan menghindari masalah.

    Kendali pribadi (Personal control). Kendali pribadi digambarkan sebagai suatu kepercayaan atau keyakinan individu untuk dapat bertanggung jawab

    dan mengontrol emosi dan perilaku dalam penyelesaian masalah.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri resolusi konflik

    mempunyai tiga macam, yaitu hubungan struktural, kepentingan, perilaku yang

  • mengungkapkan pandangan instrumental sumber-sumber konflik.

    Menurut Jamil (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi resolusi konflik

    adalah sebagai berikut :

    Komunikasi. Dengan komunikasi pengungkapan atau penyampaian pikiran dan perasaan dari satu pihak ke pihak lain dapat di lakukan dengan baik.

    Keterampilan komunikasi yang buruk di antara para pihak dapat mendorong dan

    meningkatkan intensitas konflik meskipun diantara kedua belah pihak tidak ada

    perbenturan kebutuhan dan kepentingan. Beberapa hal yang dapt

    mempengaruhi komunikasi para pihak adalah salah persepsi terhadap pihak lain,

    adanya pandangan-pandangan stereotipe di antara berbagai kelompok

    masyarakat. Manoppo (2005) menambahkan faktor yang mempengaruhi

    resolusi konflik adalah keterampilan komunikasi. Hubungan antara para pihak

    adalah setara (equal). Pendekatan ini memberikan tekanan utama pada proses

    interaksi (interactional) di antara para pihak. Para pihak melakukan

    identifikasi, interpretasi dan pemaknaan bersama terhadap masalah yang

    dihadapi. Secara kooperatif, integratif dan interaktif mengambil keputusan

    bersama (joint decision) untuk mencari solusi atas masalah.

    Emosi. Emosi merupakan tenaga penggerak dari setiap konflik. Jika seseorang mampu berfikir dan berperilaku tenang, rasional dan objektif, maka akan dapat

    memfokuskan diri pada bagaimana menyelesaikan perbedaan-perbedaan di

    antara kedua belah pihak sehingga konflik tidak akan berkembang ke arah

  • kekerasan

    Struktur. Merupakan faktor di luar diri para pihak, antara lain keseimbangan maupun ketidakseimbangan kekuatan hukum, sosial, politik dan ekonomi,

    situasi atau lingkungan fisik, aturan-aturan yang berlaku, keterbatasan sumber

    daya

    Tata nilai. Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan keyakinan atau pandangan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang tentang apa

    yang dianggap baik atau buruk maupun juga prinsip-prinsip apa yang

    seharusnya menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup.

    2. keterampilan Komunikasi Interpersonal

    Komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin communicatio.

    Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang berarti sama (sama makna dan

    arti). Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu

    pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendi,

    2003). Menurut Sarwono (2002), komunikasi adalah sebagian dari hubungan atau hal

    yang membentuk hubungan antar pribadi. Berbeda dengan Sarwono, komunikasi

    menurut Bungin (2006) adalah sebuah proses memaknai yang dilakukan oleh

    seseorang terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk

    pengetahuan, pembicaraan, gerak gerik atau sikap, perilaku dan perasaan-perasaan

    sehingga seseorang membuat reaksi-reaksi terhadap informasi, sikap, dan perilaku

    tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dialami

  • Menurut Kumar (Wiryanto, 2004) dan DeVito (1997) efektivitas komunikasi

    interpersonal mempunyai lima ciri, yaitu :

    a. Keterbukaan (openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi

    yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Keterbukaan disini

    mencakup tiga aspek, yaitu : terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi,

    kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang

    dan menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Terbuka dalam hal ini

    adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang

    milik komunikator dan komunikator bertanggung jawab atas itu (DeVito,

    1997).

    b. Empati (empathy), yaitu kemampuan untuk dapat merasakan apa yang dirasakan

    orang lain. Empati yang akurat melibatkasn baik kepekaan perasaan yang ada

    maupun fasilitas verbal untuk mengkomunikasikan pengertian ini. Menurut

    DeVito (1997) langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai empati

    adalah pertama, menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan dan

    mengkritik. Kedua, semakin banyak untuk mengenal seseorang terhadap

    keinginannya, pengalamannya, kemampuannya, ketakutannya sehingga akan

    semakin mampu untuk melihat sebab dan akibat mengapa seseorang bersikap

    tertentu. Ketiga, mencoba untuk belajar merasakan apa yang dirasakan oleh orang

    lain dari sudut pandang nya.

    c. Dukungan (supportiveness). Situasi terbuka untuk mendukung komunikasi

    berlangsung efektif. Untuk memperlihatkan dukungan dengan bersikap (1)

  • deskriptif, bukan evaluatif (2) spontan, bukan strategik (3) profesional dan bukan

    sangat yakin (DeVito, 1997).

    d. Rasa positif (positiveness), yaitu memiliki perasaan positif terhadap diri,

    mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi

    komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Menurut DeVito (1997),

    seseorang mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal

    dengan menggunakan dua cara, yaitu menyatakan sikap positif dan secara positif

    mendorong seseorang berinteraksi. Sikap positif memiliki dua aspek dalam

    komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi interpersonal akan terbina jika

    seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri dan perasaan positif

    untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk berinteraksi yang

    efektif dalam hal ini menikmati komunikasi yang sedang dilakukan. Selain sikap,

    hal yang juga penting dalam sikap positif ini adalah dorongan. Dorongan dalam

    hal ini berupa pujian atau penghargaan.

    e. Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak

    menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk di

    sumbangkan.

    Ditambahkan oleh DeVito (1997), ciri-ciri komunikasi interpersonal adalah

    sebagai berikut :

    a. Percaya diri. Komunikator yang efektif mempunyai kepercayaan diri sosial yang

    tinggi, merasa nyaman bersama orang lain dan merasa nyaman dalam situasi

    komunikasi. Kepercayaan diri dalam hal ini, seperti bersikap santai, tidak kaku,

  • fleksibel dalam suara dan gerak tubuh, tidak terpaku pada nada suara tertentu dan

    gerak tubuh tertentu, terkendali, tidak gugup, atau canggung.

    b. Kebersatuan (immediacy). Kebersatuan dalam hal ini adalah mengacu pada

    penggabungan antara pembicara dan pendengar, terciptanya kebersamaan dan

    kesatuan.

    c. Manajemen interaksi. Dalam manajemen interaksi antara komunikator maupun

    komunikan tidak ada yang merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting.

    Masing-masing mempunyai kontribusi dalam komunikasi.

    d. Pemantauan diri (self monitoring). Pemantauan diri adalah manipulsi citra yang

    kita tampilkan kepada pihak lain. Pemantauan diri yang cermat selalu

    menyesuaikan perilaku menurut umpan balik dari pihak lain, dengan tujuan untuk

    mendapatkan kesan yang paling menyenangkan. Seseorang melakukan

    manipulasi interaksi antar pribadi yang positif adalah untuk menciptakan kesan

    antar pribadi yang terbaik dan paling efektif. Sedangkan seseorang yang

    melakukan manipulasi interaksi antar pribadi yang kurang baik tidak terlalu

    memancarkan citra yang dipancarkan kepada pihak lain.

    e. Daya ekspresi (expressiveness). Daya ekspresi dalam hal ini adalah keterampilan

    mengkomunikasikan keterlibatan tulus dalam interaksi.

    f. Berorientasi kepada pihak lain. Orientasi kepada pihak lain adalah dapat

    menyesuaikan diri dengan lawan bicara selama melakukan komunikasi dengan

    orang lain yang mencakup pengkomunikasian perhatian dan minat terhadap apa

    yang dikatakan lawan bicara.

  • METODE PENELITIAN

    A. Subjek Penelitian

    Subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu remaja dengan karakteristik

    masih duduk di Sekolah Menengah Atas, berusia 14 -18 tahun, laki-laki maupun

    perempuan. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    teknik Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan lebih

    mengutamakan tujuan penelitian dari pada sifat populasi dalam menentukan sampel

    penelitian ( Bungin, 2004)

    B. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala

    yaitu skala psikologis untuk mengungkap atribut psikologis yang di jadikan variabel

    dalam penelitian ini. Skala ini terdiri dari skala resolusi konflik dan keterampilan

    komunikasi interpersonl.

    1. Skala Resolusi Konflik

    Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap seberapa tinggi resolusi konflik pada

    subjek. Skala ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri pemecahan

    masalah yang dikemukakan oleh Heppner, et al. (2004) yaitu: problem solving

    confidence (PSC), approach-avoidance style (AAS), dan personal control (PC) dan

    skala resolusi konflik yang dikemukakan oleh Jamil (2007) yaitu hubungan

    struktural, kepentingan, perilaku yang mengungkapkan pandangan instrumental

    sumber-sumber konflik.

  • Skala resolusi konflik terdiri dari 60 aitem. Skala ini disusun dengan

    menggunakan skala Likert, yaitu metode yang digunakan untuk mengukur sikap

    (Jannah & Prasetyo, 2005). Skala ini terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu:

    Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

    Aitem-aitem yang terdapat pada skala terdiri dari aitem yang bersifat favourable dan

    unfavourable terhadap atribut yang di ukur. Sifat dari aitem tersebut yang

    menentukan skor yang akan diberikan.

    Pemberian skor pada aitem favourable, yaitu untuk jawaban Sangat Sesuai (SS)

    diberi skor 4, Sesuai (S) diberi skor 3, Tidak sesuai (TS) diberi skor 2, Sangat Tidak

    Sesuai (STS) diberi skor 1. Sedangkan pada aitem unfavourable pemberian skornya

    adalah untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 1, Sesuai (S) diberi skor 2,

    Tidak sesuai (TS) diberi skor 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 4. Semakin

    tinggi total skor yang diperoleh subjek pada skala resolusi konflik, maka akan

    semakin tinggi resolusi konfliknya. Sebaliknya semakin rendah total skor yang

    diperoleh subjek pada skala resolusi konflik, maka semakin rendah pula resolusi

    konfliknya. Distribusi penyebaran aitem dari tiap-tiap dimensi pada skala resolusi

    konflik sebelum uji coba dapat dilihat pada tabel berikut

    Tabel 1 Distribusi Aitem Skala pemecahan masalah Sebelum Uji Coba (mengacu pada aspek Heppner)

    Dimensi Aitem Favourable Aitem Unfavourable Nomor aitem Jml Nomor aitem Jml

    PSC 1,7,13,19,25,31,37,43,49,55 10

    4,10,16,22,28,34,40,46, 52,58 10

    AAS 2,8,14,20,26,32,38,44,50,5 10 5,11,17,23,29,35,41,47, 10

  • 6 53,59 PC 3,9,15,21,27,33,39,45,51,5

    7 10 6,12,18,24,30,36,42,48, 54,60 10

    30 30

    2. Skala Keterampilan Komunikasi interpersonal

    Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap seberapa tinggi tingkat keterampilan

    komunikasi interpersonal subjek. Skala ini di susun sendiri oleh peneliti berdasarkan

    aspek-aspek komunikasi interpersonal yang dikemukakan DeVito (1997) yaitu:

    keterbukaan, empati,dukungan, rasa positif dan kesetaraan.

    Skala komunikasi interpersonal terdiri dari 60 aitem. Skala ini disusun dengan

    menggunakan skala Likert, yaitu metode yang digunakan untuk mengukur sikap

    (Jannah & Prasetyo, 2005). Skala ini terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu:

    Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

    Aitem-aitem yang terdapat pada skala terdiri dari aitem yang bersifat favourable dan

    unfavourable terhadap atribut yang diukur. Sifat dari aitem tersebut yang menentukan

    skor yang akan diberikan.

    Pemberian skor pada aitem favourable, yaitu untuk jawaban Sangat Sesuai (SS)

    diberi skor 4, Sesuai (S) diberi skor 3, Tidak sesuai (TS) diberi skor 2, Sangat Tidak

    Sesuai (STS) diberi skor 1. Sedangkan pada aitem unfavourable pemberian skornya

    adalah untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 1, Sesuai (S) diberi skor 2,

    Tidak sesuai (TS) diberi skor 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 4. Semakin

    tinggi total skor yang diperoleh subjek pada skala keterampilan komunikasi

    interpersonal, maka akan semakin tinggi tingkat keterampilan komunikasi

  • interpersonalnya. Sebaliknya semakin rendah total skor yang diperoleh subjek pada

    skala keterampilan komunikasi interpersonal, maka semakin rendah pula tingkat

    keterampilan komunikasi interpersonalnya. Distribusi penyebaran aitem dari tiap-tiap

    aspek pada skala keterampilan komunikasi interpersonal sebelum uji coba dapat

    dilihat pada tabel berikut

    Tabel 2 Distribusi Butir Skala Keterampilan Komunikasi interpersonal Sebelum Uji Coba

    Aspek Butir favorable Butir Unfavorable

    Nomor aitem Jml Nomor aitem jml Keterbukaan 1, 11, 21, 31, 41, 51 6 6, 16, 26, 36, 46, 56 6 Empati 2, 12, 22, 32, 42, 52 6 7, 17, 27, 37, 47, 57 6 Dukungan 3, 13, 23, 33, 43, 53 6 8, 18, 28, 38, 48, 58 6 Rasa positif 4, 14, 24, 34, 44, 54 6 9, 19, 29, 39, 49, 59 6 Kesetaraan 5, 15, 25, 35, 45, 55 6 10, 20, 30, 40, 50, 60 6 30 30

    C. Metode Analisis Data

    Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional, yaitu mencari hubungan

    antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada remaja.

    Untuk metode analisis data, peneliti menggunakan analisis statistik. Penelitian ini

    menggunakan uji korelasi product moment dari Pearson. Teknik korelasi ini

    digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara keterampilan komunikasi

    interpersonal dengan pemecahan masalah (resolusi konflik) pada remaja. Untuk

    pengolahan data, peneliti menggunakan program komputer SPSS 13.00 for Windows.

  • HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subyek Penelitian

    Berdasarkan data-data dari kuesioner, maka di dapatkan gambaran mengenai keadaan

    subjek, sebagai berikut :

    Tabel 8 Distribusi kelas subjek penelitian

    Kelas Jumlah Kelas X 58 (34,3%) Kelas XII 111 (65,7%) 169 (100%) Tabel 9 Distribusi Umur subjek penelitian

    Umur Jumlah 14 tahun 8 (4,7 %) 15 tahun 44 (26,0%) 16 tahun 24 (14,2%) 17 tahun 83 (49,1%) 18 tahun 9 (5,3%) Missing 1 (0,6%) Jumlah 169 (100%)

    Tabel 10 Distribusi Jenis kelamin subjek penelitian

    Jenia kelamin Jumlah Laki-laki 50 (29,6%) Perempuan 119 (70,4%) Jumlah 169 (100%)

    2. Deskripsi Data Penelitian

    Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi Product

    Moment.Akan tetapi di lakukan uji asumsi terlebih dahulu sebelum melakukan

    analisis.Namun sebelum dilakukan analisis dilakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji

  • asumsi tersebut meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji asumsi dan uji hipotesis

    dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 13.0 for windows.

    Gambaran umum data penelitian dapat dilihat pada tabel deskripsi data penelitian

    yang meliputi variabel resolusi konflik dengan keterampilan komunikasi

    interpersonal. Adapun gambaran umum data tersebut diperlihatkan pada tabel

    Tabel 12 Deskripsi Statistik Data Penelitian

    Variabel Hipotetik Empirik

    X min X max Mean SD

    X min X max Mean SD

    Resolusi konflik 35 140 87, 5 17, 5 76 132 103 10

    Keterampilan Komunikasi interpersonal

    49 196 122, 5 24, 5 132 180 154 11

    Penelitian selanjutnya mengelompokkan skor skala resolusi konflik pada remaja

    menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

    Ketegori jenjang bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-

    kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan

    atribut yang diukur (Azwar, 1999).

    Skala resolusi konflik terdiri dari 35 aitem, setiap aitem diberi skor dari 1

    sampai 4. Skor terendah yang mungkin diperoleh subjek pada skala ini didapat dari

    jumlah aitem dikalikan dengan skor minimal (35 x 1). Sedangkan skor tertinggi yang

    mungkin diperoleh subjek adalah perkalian jumlah aitem dengan skor maksimal (35 x

    4). Sehingga rentang skor sebesar 140 35 = 105. Rentangan skor tersebut kemudian

  • dibagi dalam satuan deviasi standar sehingga diperoleh = 105/6 = 17,5. Distribusi

    normal terbagi atas enam bagian atau enam satuan deviasi standar, tiga bagian berada

    di sebelah kiri mean bertanda negatif dan tiga bagian di sebelah kanan mean bertanda

    positif (Azwar, 2002). Dibawah ini adalah tabel deskripsi kategori resolusi konflik

    pada subjek penelitian berdasarkan mean hipotetik dan juga mean empirik

    Tabel 14 Deskripsi Kategorisasi Resolusi Konflik Pada Subyek Penelitian

    Hasil perhitungan kategorisasi skala keterampilan komunikasi interpersonal

    adalah sbb :

    Tabel 15 Deskripsi Kategorisasi Keterampilan Komunikasi Interpersonal Pada Subyek Penelitian

    Mean Hipotetik Mean Empirik Skor Kategori Frek (%) Skor Kategori Frek (%)

    X < 56 56 < X < 77 77 < X < 98 98 < X 119

    Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

    0 2

    48 111

    8

    0 1,2

    28,4 65,7 4,7

    X < 85 85 < X < 97 97< X < 109 109 121

    Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

    7 40 71 48 3

    4,1 23,7 42,0 28,4 1,8

    Total 169 100 Total 169 100

    Mean Hipotetik Mean Empirik Skor Kategori Frek (%) Skor Kategori Frek (%)

    X < 78,4 78,4

  • 3. Hasil Uji Asumsi

    Uji asumsi di lakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi meliputi

    dua macam, yaitu uji normalitas dan uji linieritas.

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas di gunakan untuk melihat apakah sebaran skor (jawaban yang

    diberikan subjek) normal ataukah tidak. Sebaran yang normal menunjukkan bahwa

    data yang diperoleh telah mewakili keseluruhan data. Sebaliknya, sebaran tidak

    normal di tunjukkan dari hasil data yang di peroleh tidak mewakili keseluruhan data.

    Uji normalitas sebaran pada penelitian ini menggunakan teknik analisis One Sample

    Kolmogorov Smirnov Test, yang digunakan untuk membandingkan frekuensi harapan

    dan frekuensi amatan, apabila ada perbedaan antara frekuensi harapan dan frekuensi

    amatan dengan taraf signifikansi 5% (p0,05) maka distribusi sebaran dinyatakan normal.

    Hasil uji normalitas terhadap kedua skala menunjukkan sebaran yang normal

    dengan koefisien K-SZ 0.821 dengan p = 0.510 (> 0.05) untuk skala resolusi konflik.

    Sedangkan skala keterampilan komunikasi interpersonal mempunyai koefisien K-SZ

    0.957 dengan p = 0,319 (> 0.05). Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa kedua

    skala tersebut memiliki sebaran normal.

    b. Uji Linearitas

    Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan kedua variabel

    yaitu variabel dependent dan variabel independent merupakan merupakan linier atau

    tidak.

  • Tabel 16 Hasil Uji Linieritas

    Variabel F p Keterangan

    Keterampilan Komunikasi interpersonal Resolusi Konflik

    76,202 0.000 Linier

    Hasil uji asumsi linearitas menunjukkan koefisien F sebesar 76,202 dengan p

    = 0.000 (< 0.01). Hal ini berarti hubungan antara variabel resolusi konflik dan

    keterampilan komunikasi interpersonal memenuhi asumsi linieritas. menunjukkan

    bahwa hubungan kedua variabel dalam penelitian ini merupakan garis lurus atau

    linier, sehingga asumsi linieritas terpenuhi.

    3. Uji Hipotesis

    Hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif

    antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada remaja.

    Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini yaitu

    analisis korelasi product moment dari Pearson..

    Tabel 17 Hasil Analisis Pearson Corelation

    Variabel Rxy p Sig

    Keterampilan Komunikasi interpersonal Resolusi Konflik

    0,559 0.000 Sangat signifikan

    Hasil analisis data dari Pearson diperoleh Rxy = 0,559 dengan taraf signifikansi

    p= 0,000 (p < 0,01), berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara

    keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada remaja. Dengan

    demikian hipotesis penelitian ini di terima.

  • Tabel 18 Hasil Analisis Regresi

    Variabel Bebas Sumbangan

    Efektif Variabel

    tergantung R

    Keterbukaan 16,3009 % Resolusi Konflik

    0, 352 Empati 0,1098 % Dukungan 1,2772 % Rasa Positif 9,0531 % Kesetaraan 8,4078 %

    PEMBAHASAN

    Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis mengenai adanya hubungan

    positif antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada

    remaja. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa ada hubungan positif yang

    sangat signifikan antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi

    konflik pada remaja. Dengan demikian maka hipotesis diterima dan ditunjukkan

    dengan nilai r = 0.559 dan p = 0.000 ( p < 0.01 ), yaitu adanya hubungan positif

    antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada remaja.

    Salah satu pernyataan yang berbunyi Setiap masalah yang saya hadapi, saya

    bicarakan dengan orang tua yang mewakili aspek keterbukaan memberikan

    sumbangan efektif sebesar 16,3009%. Aspek empati yang diwakili dengan

    pernyataan Ketika teman saya sedang membicarakan masalahnya, saya dapat

    mendengarkan keluh kesah mereka dengan baik memberikan sumbangan efektif

    sebesar 0,1098%. Sumbangan efektif sebesar 1,2772% diberikan oleh aspek

    dukungan dengan salah satu pernyataannya adalah Ketika orang tua saya sedang

  • mempunyai masalah, saya dapat memotivasi dengan baik. Salah satu pernyataan

    dari aspek rasa positif yaitu Saya merasa kalau kritikan dari orang tua adalah untuk

    kebaikan saya memberikan sumbangan efektif sebesar 9,0531%. Saya tidak suka

    berbicara dengan guru yang mempunyai jenis kelamin berbeda dengan saya

    merupakan pernyataan yang mewakili aspek kesetaraan dengan memberikan

    sumbangan efektif sebesar 8,4078%.

    Pada SMA NI Prembun, banyak sekali orang dengan berbagai golongan

    ekonomi serta latar belakang yang berbeda. Daerah tempat asal juga sangat

    mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang

    individu. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa nara sumber, bahwa pada

    SMA ini banyak terdapat murid atau siswa yang berasal dari daerah-daerah yang

    rawan akan tindakan yang negatif. Winong, Wirogaten, Pekutan, Ambal, Mirit

    adalah beberapa contoh daerah yang mempunyai tindakan kriminalitas yang tinggi

    seperti pemalakan di jalan-jalan. Latar belakang seperti itu membuat tingkah laku

    siswa di sekolah menjadi negatif. Hal ini dikarenakan pada siswa-siswa remaja

    sedang mengalami masa-masa krisis, baik emosi, kepribadian, agama, fisik maupun

    kognitif (Yusuf, 2004)

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, Penulis menyimpulkan bahwa

    berbicara dengan orang lain untuk meluapkan perasaan dan pikiran mempunyai

    kontribusi dalam rangka untuk membantu seseorang dalam menghadapi realita yang

    ada, sehingga diharapkan seseorang dapat berfikir objektif. Dengan demikian

  • masalah yang ada dapat dicarikan pemecahan yang tepat. Berdasarkan uji hipotesis

    di dapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara

    keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada remaja, yang

    berarti semakin tinggi keterampilan komunikasi interpersonal dalam hal ini antara

    remaja-orang tua, remaja-guru, remaja-teman sebaya maka akan semakin tinggi pula

    kemampuan resolusi konflik pada remaja. Kategori skor keterampilan komunikasi

    interpersonal berada dalam kategori sedang, begitu pula kategori skor resolusi konflik

    pada remaja juga berada dalam kategori sedang.

    SARAN

    Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan oleh

    peneliti. Beberapa saran tersebut antara lain:

    1. Bagi subjek penelitian

    Remaja di harapkan mampu melakukan komunikasi secara baik dan intensif

    kepada orang tua, guru dan teman sebaya sehingga apapun yang tengah di alami oleh

    seorang remaja dapat di ketahui oleh orang lain sehingga permasalahan atau pun

    konflik yang sedang di hadapi oleh remaja dapat teratasi dengan bantuan orang lain.

    Dengan demikian penyelesaian masalah atas diri remaja dapat tertangani dengan baik.

    2. Bagi peneliti selanjutnya

    Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan tema yang sama di saran

    kan untuk lebih meratakan subjek penelitian sehingga semua karakteristik subjek

    yang ditentukan sebelumnya dapat terwakili. Selain itu, akan lebih baik kalau lebih

    menfokuskan lagi sehingga hasil yang di dapat akan lebih optimal.

  • Daftar Pustaka

    Azwar, S. 1999. Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta : Pustaka pelajar ________. 2002. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bungin, B. 2006. Sosiologi komunikasi. Jakarta : Kencana

    ________. 2004. Metodologi penelitian kuantitatif. Jakarta : Prenada media

    Cangara, H. H. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo

    Darmawan, A. 2002. Hubungan antara komunikasi interpersonal dengan keterlibatan kerja pada tenaga perawat. Jurnal Psikodinamik. Vol 4. No 2. 103 112.

    DeBono, E. 1990. Berpikir lateral. Jakarta : Binarupa Aksara DeVito, J.A. 1997. Komunikasi Antar Manusia edisi kelima. Jakarta : Professional

    Book Effendi, O. U. 2003. Ilmu, teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT Remaja

    Rosdakarya Ellis, H.C., & Hunt, R.H. 1993. Fundamental of cognitive Psikology. 5th ed.

    Cambridge. University Press Evans, B. 2002. You cant come to my birthday party : conflict resolution with young

    children. Michigan : High/Scope

    Fathurohman, P. 2007. Strategi belajar mengajar. Bandung : PT Refika Aditama

    Gunarsa, Y.S.D., & Gunarsa, S.D. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia

    Hardjana, A. M. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Yogyakarta :

    Kanisius

    Hayes, R.B. 1978. Cognitive Psychology : Thinking & creating. United States of America : The Dorsey Press

  • Heppner, P. P., Witty, T. E., & Dixon, W. A. 2004. Problem solving appraisal & human adjustment : A review of 20 years of research using the problem solving inventory. Journal of American Psychological Association : The counseling Psychologist, 32, 344

    Jamil, M.K. 2007. Mengelola konflik membangun damai : teori, strategi dan

    implementasi resolusi konflik. Semarang : Walisongo mediation center

    Kartono, K. 2005. Patologi Sosial 2 : Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

    ________. 1994. Psikologi sosioal untuk manajemen, perusahaan dan industri.

    Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Liliweri, A. 2007. Dasar-dasar komunikasi kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Manoppo, P. G. 2005. Resolusi konflik interaktif berbasis komunitas korban.

    Surabaya : Srikandi Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional Muhammad, A. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara

    Nay, R. W. 2007. Mengelola Kemarahan. Jakarta : Serambi Patton, P. 2002. EQ : Pengembangan sukses lebih bermakna. Jakarta : Mitra media Peale, N. V. 2006. Berpikir positif untuk remaja. Jakarta : Baca

    Poerwanti, E., & Widodo, N. 2002. Perkembangan peserta didik. Malang : Universitas Muhamadiyah Malang

    Prasetyo, B. & Jannah, L.M. 2005. Metode penelitian kuantitatif. Jakarta : PT

    Grafindo Persada Pruitt, D. G., & Rubin, J. Z. 2004. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Prasetyo, E., Nurtjahjanti, H., & Indrawati, E.S. 2005. Komitmen organisasi ditinjau

    dari komunikasi interpersonal yang efektif ditempat kerja. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol 2 No 1. 33 39.

  • Rakhmat, J. 1988. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

    _________. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

    Santoso, S. 2003. SPSS versi 10 : mengolah data statistik secara profesional. Jakarta : PT Elex media komputindo

    Santrock, J. W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup jilid dua.

    Jakarta : Erlangga Sarwono, S. W. 2002. Psikologi sosial individu dan teori-teori psikologi sosial.

    Jakarta: Balai Pustaka Sasmitawati, T.A.2005. kemampuan problem solving anak ditinjau dari adversity

    quotion dan intelligence quotion. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia

    Setianingsih, E., Uyun, Z. l ., & Yuwono, S. 2006. Hubungan penyesuaian sosial dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan kecenderungan perilaku delinkuen pada remaja. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol 3. No 1. 29 - 35

    Soekanto, S. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta

    Stein, S. J., & Book. H. E. 2004. Ledakan EQ : 15 prinsip dasar kecerdasan emosional meraih sukses. Bandung : Kaifa

    Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi Sundari, S. & Rumini, S. 2004. Perkembangan anak dan remaja. Jakarta : Rineka

    cipta Suryabrata, S. 2000. Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta : Andi offset Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi pengantar studi. Jakarta : Rineka Cipta

    Willis, S. S. 2005. Remaja dan permasalahannya. Bandung : Alfabeta Wiryanto. 2004. Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta : Grasindo

  • Woodhouse, O.R.T., & Miall, H. 2002. Resolusi damai konflik kontemporer. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

    Yusuf, S. 2004. Psikologi perkembangan anak dan remaja Bandung : PT Remaja

    Rosdakarya

  • IDENTITIAS

    NAMA : CANDRAWATI PUSPITASARI

    ALAMAT : WIRONATAN RT 01 / 03, BUTUH, PURWOREJO, JAWA TENGAH

    NO. TELP : (0275) 3140643 / 081389040080