-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
1/38
My World-nyo
SABTU, 22 SEPTEMBER 2012
Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
ini Laporan tutorial kelompok 7 saat masih DMF 2. Semoga
bermanfaat :D
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masalah kedokteran gigi dewasa ini tidak hanya membahas tentang
gigi geligi
saja, tetapi telah meluas ke rongga mulut yang terdiri dari
jaringan keras maupun
jaringan lunak. Penyakit-penyakit jaringan lunak rongga mulut
telah menjadi perhatian
serius oleh para ahli terutama dengan meningkatnya kasus
kematian yang diakibatkan
oleh kanker yang ada di rongga mulut terutama sekali pada
negara-negara yang sedang
berkembang.
Tumor ganas rongga mulut adalah tumor yang tumbuhnya cepat,
infiltrasi ke
jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain
(metastasis). Metastasis
tumor ganas ke organ lainnya dapat melalui pembuluh darah
(hematogen) atau melalui
kelenjar getah bening (limfogen). Berdasarkan asalnya
tumor-tumor ganas di rongga
mulut dapat berasal dari jaringan epitel mukosa dan sel jaringan
ikat mesenkim.
Kanker rongga mulut telah dilaporkan merupakan kanker utama di
india dimana
insiden rata-rata paling tinggi sekitar 20% dari seluruh kanker.
Di Amerika Serikat lebih
dari 30.000 orang mengidap kanker mulut dan faring setiap
tahunnya. Lebih dari
setengahnya terdapat pada usia di atas 65 tahun. Menurut lembaga
demografi FE-UI,
jumlah lansia di Indonesia yang berumur 60 tahun ke atas pada
tahun 2020 mendatang
akan mencapai 11,4%. Di seluruh dunia, kanker mulut merupakan
satu dari sepuluh
jenis kanker yang paling sering dijumpai. Di negara barat,
kanker mulut memiliki
presentase sebesar 3-5% dari semua jenis kanker. Karsinoma sel
squamosa dalam
mulut dijumpai sekitar 1% terhadap kematian yang disebabkan oleh
kanker pada pria
dan wanita di Australia.
Kebanyakan kanker mulut diperkirakan berupa karsinoma sel
squamosa yang
timbul pada permukaan epitel mukosa mulut. Sisanya berupa
adenokarsinoma dari
kelenjar liur minor. Data mengenai tumor rongga mulut di
Indonesia yang sangat besar
pada tahun 2020 mendatang, peraturan yang keras mengenai merokok
dan peredaran
minuman keras belum memadai, pengawasan pemakaian bahan
karsinogenik dalam
makanan yang kurang, masih adanya kebiasan makan sirih pinang
dan menyusur, serta
peningkatan keadaan pra kanker.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana etiologi dan patogenesis tumor ganas rongga
mulut.
2. Bagaimana klasifikasi tumor ganas rongga mulut berikut
gambaran klinis,
gambaran histologi patologi anatomi (HPA) dan gambaran
rontgenologis.
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan etiologi dan patogenesis tumor ganas rongga
mulut.
Cari
FIND HERE
2012 (6)
September (3)
Laptut: Tumor ganasRongga mulut
Download Novel : DiaryDodol Seorang Istri
Cara yg benar pake sumpit
Agustus (3)
ARSIP BLOG
Nana aja
Virgo/Girl/berHijab/Membagikan
apa yg aku tahu pada dunia,
karena dunia jg telah
memberitahukn apa yg IA tahu ^^
Lihat profil lengkapku
MENGENAI SAYA
0 Lainnya Blog Berikut Buat Blog Masuk
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
2/38
2. Menjelaskan klasifikasi tumor ganas rongga mulut berikut
gambaran klinis,
gambaran histologi patologi anatomi (HPA) dan gambaran
rontgenologis.
1.4 Mapping
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
3/38
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklus sel
Sel secara normal mengalami pembelahan secara mitosis dalam
suatu siklus
yang dinamakan siklus sel, berfungsi untuk menghasilkan sel sel
yang baru yang berguna
untuk regenerasi dan untuk memperbaiki kerusakan, rangkaian ini
diatur oleh suatu
rangkaian DNA pada setiap sel, pada masing masing sel mempunyai
gen yang mengatur
proliferasi sel yang disebut protoonkogen seperti gen KI-67 dan
gen yang berfungsi
untuk mengatur penghentian atau penghambatan proliferasi sel
yang disebut supresor
gen seperti P-53, gen gen ini berfungsi sebagai kontrol.
Pada proses pertumbuhan sel ini, dimana gen gen kontrol tersebut
bekerja pada proses
interfase sel, interfase sel terdiri dari beberapa tahapan
seperti :
1. tahap G1
2. tahap S
3. tahap G2
4. tahap M
1) Fase G1 (Growth fase-1)
Lamanya sangat bervariasi dari beberapa jam sampai tahunan. Pada
fase
G1 sel anak yang baru terbentuk setelah mitosis tumbuh menjadi
sel dewasa ,
membentuk protein, enzim, dsb. Dan kromosomnya hanya mengandung
rantai
tunggal DNA (haploid). Sel dewasa masuk ke zone perbatasan
(restriction zone)
yang menentukan apakah sel itu akan:
a) Berhenti tumbuh
Sel yang berhenti tumbuh akan masuk ke fase G0. Sel-sel yang
masuk
dalam fase G0 ada dua golongan yaitu:
Stem sel, yaitu sel yang dapat tumbuh lagi bila ada rangsangan
tertentu,
misalnya untuk mengganti sel yang rusak atau mati, dan kembali
masuk ke
fase-S.
Sel yang tetap tidak akan tumbuh sampai sel itu mati. Hanya sel
syaraf
yang praktis tidak akan tumbuh lagi.
b) Tumbuh terus
Sel yang akan tumbuh lagi masuk ke fase S
2) Fase S (Synthetic phase). Lamanya 6-8 jam.
Pada fase ini dibentuk rantai DNA baru, protein, enzim, dsb
untuk persiapan
fase M berikutnya. Replikasi DNA terjadi dengan bantuan enzim
DNA-
polimerase. Dengan dibentuknya DNA baru maka rantai tunggal DNA
menjadi
rantai ganda.
3) Fase G2 (Growth phase-2). Lamanya 1-2 jam.
Pada fase ini dibentuk RNA, protein, enzim, dsb untuk persiapan
fase M
berikutnya.
4) Mitotic phase. Lamanya 1-2 jam.
http://www.geocities.com/CollegePark/Lab/1580/cycle2.gif
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
4/38
Pada fase M hampir tidak ada kegiatan kimiawi. Yang ada
ialah
pembelahan sel, dari 1 sel induk membelah menjadi 2 sel anak
yang mempunyai
struktur genetika yang sama dengan sel induknya. Di sini rantai
ganda DNA yang
merupakan pembawa informasi gen terbelah menjadi 2 rantai
tunggal, yang masing-
masing untuk satu sel anak baru. Waktu yang diperlukan oleh satu
sel menjalani
siklus pertambahan sangat bervariasi dari beberapa jam sampai
tahunan. Waktu
siklus yang terpendek 24 jam dan yang terpanjang tidak
diketahui, karena ada sel
yang tidak tumbuh lagi. Mengetahui siklus pertumbuhan sel itu
penting sekali untuk
pengobatan kanker dengan sitostatika, karena ada obat-obat yang
bekerja spesifik
hanya pada fase tertentu saja.
2.2 Kontrol sel
Selama siklus sel, terdapat gen-gen yang berfungasi untuk
mengontrol sel di
dalam perjalanan pada fase tersebut, dimana terdapat 2 jenis gen
yang mempunyai
fungsi yang berbeda, seperti gen yang berfungsi untuk melakukan
proliferasi sel seperti
onkogen Ki-67 dan gen yang berfungsi untuk menghentikan dan
menghambat terjadinya
proliferasi sel seperti supresor gen P-53.
Anti onkogen atau supresor gen adalah gen yang resesif, yang
kerjanya
menghambat pertumbuhan dan differensiasi sel, sehingga mencegah
timbulnya
transformasi sel. Biasanya ia bekerja pada alel tipe wild atau
liar. Anti onkogen
mempunyai 2 alel. Jika kedua alelnya hilang baru akan timbul
transformasi sel, jika
hanya satu saja tidak timbul transformasi sel itu.
Gen supresor ini umumnya terdapat pada kromosom 17, pada lengan
pendek
p53. Gen 17p53 ini mensintese protein p53 yang:
1) Bagian ujung ynag satu mengandung amino yang berfungsi
menstranskripsi gen
pertumbuhan.
2) Bagian tengah untuk mengenal dan mengikat DNA lain.
3) Bagian ujung yang lain berisi karboksi, memberi isyarat
lokasi inti dan tempat
fosforilasi.
Kontrol sel tersebut bekerja pada saat checkpoint yang ada pada
fase / tahap
G1 , tahap G2, dan tahap M.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
5/38
Pada checkpoint tersebut terdapat sinyal stop / go ahead yang
berarti sel dapat
berhenti atau terus berjalan ke fase selanjutnya.
Sinyal stop disebabkan teraktivasinya supresor gen P-53 yang
dikarenakan
adanya kerusakan DNA yakni dalam terankripsi dan tranlasi DNA di
dalam sel, sinyal
stop terzsebut akan menyebabkan terhentinya siklus sel sehingga
memberikan waktu
untuk perbaikan DNA.
Dari gambar diatas , dapat dijelaskan bila terjadi suatu
kerusakan DNA
misalnya dikarenakan oleh adanya zat zat karsinogenik, radiasi
sinar ultraviolet, maupun
sinar X, gen P-53 / supresor gen ini akan mengaktivasi gen P-21
untuk melakukan
sinyal stop pada siklus sel sehingga terjadi DNA repair,
tidurnya siklus sel, dan
apoptosis.
Sinyal go ahead, sinyal ini dihasilkan oleh suatu partikuler
protein kinase,
biasanya protein ini tidak aktif dan diaktifkan oleh adanya
cyclin yang kemudian
membentuk suatu komplek CDK (cyclindependentkinase), CDK ini
akan bekerja sama
dengan faktor pertumbuhan sehingga akan merangsang terjadinya
proliferasi sel,
sehingga sel akan meneruskan perjalanannya ke fase selanjutnya
dalam siklus sel. Jika
sel tidak mendapatkan sinyal go ini, maka sel tersebut akan
masuk ke fase Go, dimana
sel itu akan berhenti tumbuh, baik untuk berhenti sementara atau
berhenti selamanya.
2.3 Teknik Biopsy Pada Diagnosa Tumor
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
6/38
Biopsy merupakan pengambilan specimen baik sebagian ataupun
seluruhnya
utuk pemeriksaan mikroskopis dan memperoleh suatu diagnosa dan
mengetahui
prognosis. Sebelum melakukan suatu biopsy dilakukan terlebih
dahulu anastesi.
Pengambilan jarigan biopsy biasanya menggunakan sklpel/ kauter
listrik.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu biopsy :
Harus representative baik secara klinis / mikroskopis. Misalnya
memilih daerah tumor
yang tidak ada nekrosis dan tidak ada infeksi sekunder.
Indikasi :
a. Lesi yang menetap > 2 minggu
b. Lesi yang membesar , tidak memberikan reaksi pada
perawatan
c. Lesi hiperkeratotil yang menetap
d. Pembesaran tanpa penyebab dan menetap pada waktu yang
lama
e. Setiap penonjolan yang dicurigai sebagai suatu neoplasma
2.3.1 Macam Biopsy
a. Brush
b. Insisi
c. Eksisi
d. Aspirasi
a. Brush
Merupakan tehnik jaringan biopsy untuk jaringan lunak rongga
mulut . mukosa. Tehnik
ini adalah pemeriksaan tambahan yang digunakan sebagai metode
pemeriksaan lesi
mulut yang tidak memerlukan biopsy pembedahan. Pada tehnik ini
menggunakan sejenis
sikat yang mampu mengambil sel pada seluruh lapisan epitel,
termasuk basal dan yang
paling superficial di bawah lapisan epitel. Pada tehnik brush
ini tidak perlu melakukan
suatu anastesi, Sikat yang digunkan yakni sikat disposibel
steril. Yaitu sejenis sikat yang
berbentuk melingkar .
Cara penggunaan :
1. Sikat atau brush untuk mengumpulkan sampel sel epitel
dilembabkan dengan airatau air liur pasien.
2. Diaplikasikan pada permukaan lesi
3. Kontak antar sikat dan permukaan mukosa dapat di sepanjang
permukaan sikatyang melingkar maupun yang datar tergantung
lokasi
4. Sikat diputar dengan tekanan cukup 5-10 x sampai timbul
bintik pendarahan danitu berarti sikat memasuki lamina propia.
5. Sel yang di dapat dipindahkan ke kaca objek
6. Fiksasi alcohol 7. Dibiarkan kering di udara
8. Sampel sel diskrining dengan computer yang telah deprogram
untuk mendeteksi
perubahan sitologi
b. Eksisi
Yaitu tehnik biopsy dengan cara mengambil seluruh jaringan lesi,
melibatkan
jaringan normal. Digunakan untuk pengambilan lesi kecil yang
secara klinis merupakan
lesi jinak.
c. Insisi
Yaitu tehnik biopsy dengan cara mengambil sebagian jaringa lesi,
mengikut
sertakan jaringan normal sekitarnya.
Indikasi:
1. Lesi besar d > 1 cm
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
7/38
2. Jika eksisi total sulit dilakukan
d. Aspirasi
Biasanya dilakukan pada lesi kelenjar liur
Indikasi:
1. Lesi yang diperkirakan berisi cairan
2. Menggunakan spuit ( syringe) yang menggunakan jarum 189 4
ugc
3. Anastesi local, tidak melibatkan banyak jaringan
4. Biasanya setelah aspirasi dilakukan insist.( eksisi)
2.4 Karsinogen
Karsinogen dibagi rnenurut asal:
1. Eksogen: Kimiawi, virus, fisik.
2. Endogen: Hormon.
Pembagian berdasarkan jenis:
1. Kimiawi.
2. Virus.
3. Fisis.
4. Hormon.
Tiga faktor karsinogen utama dari kanker mulut adalah
tembakau, alkohol, dan virus. Sekitar 60% kanker mulut berkaitan
dengan
HPV.
1. Karsinogen Kimia
Karsinogen kimia meliputi jelaga, tir, zat warna, bahan
alkali,
plastik, asap rokok, dan aflatoxin. Tir mengandung zat aktif
hidrokarbon
polisiklik. Hidrokarbon yang mempunyai daya karsinogenik,
minimal
harus mempunyai 3 ikatan karbon aktif yang disebut
phenantrene.
Tubuh manusia mempunyai enzim benzpyrene hidroksilase atau
enzim lain yang terdapat dalam retikulum endoplasmik yang
berkhasiat menghilangkan daya karsinogenik dari karsinogen
hidrokarbon. Rendahnya insidensi tumor usus halus mungkin
karena
kadar hidrokarbon hidroksilase aromatik pada usus yang relatif
tinggi.
a. Zat warna azo
Dimethylaminoazobenzene (butter yellow) dapat menimbulkan
kanker
hati pada tikus, bila ada clefisiensi vitamin riboflavin.
Vitamin ini
merupakan ko-enzim untuk memecah zat warna tersebut.
b. Zat warna anilin
Sering menimbulkan kanker kandung kemih. Karsinogen aktif di
sini
adalah beta naphthylamme.
c. Bahan alkali
Nitrogen mustard yang berkhasiat radiomimetik.
d. Plastik
Karsinogen fisik karena mengganggu hubungan antar-sel
jaringan
yang berkontak dengan bahan ini.
e. Asap rokok
Menimbulkan kanker paru. Hidrokarbon yang terisap dalam asap
rokok
memengaruhi terbentuknya karsinoma bronkhogenik. Secara
statistik
dibuktikan bahwa orang yang lebih banyak dan lebih lama merokok,
lebih
banyak terkena kanker paru.
Perubahan yang dapat terjadi pada mukosa bronkhus orang yang
banyak
merokok adalah hiperplasia atipik, metaplasia skuamosa,
displasia,
carcinoma in situ. Makin banyak merokok, makin banyak
perubahan
yang terjadi.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
8/38
f. Jamur Pencillium griseofulvum
Berasal dari jamur Aspergillusflavus yang terdapat di kacang
tanah. Hewan yang
diberi makanan kacang tanah sering menderita kanker hati. Afla
toksin ditemukan
pula pada susu sapi yang diberi makan kacang tanah
Mekanisme kerja karsinogen kimiawi
Sebagian besar karsinogen kimiawi adalah mutagen. Ikatannya
secara
langsung pada DNA dan pada tempat khusus dalam molekul yang
menginduksi
kesalahpemberian kode selama transkripsi dan replikasi. Namun,
kemungkinan
beberapa ikatan pada RNA atau protein sitoplasma dapat juga
menjadi
karsinogenik.
Sifat karsinogenik agen kima bergantung pada dosis. Dosis yang
lebih kecil
yang diberikan berkali-kali dalam jangka panjang memiliki sifat
onkogenik yang
sama seperti dosis setara tunggal. Transformasi neoplastik yang
dihasilkan oleh
bahan kimawi adalah suatu proses multitahap yang dinamik. Proses
ini dapat dibagi
secara luas menjadi 2 tahap yaitu inisiasi dan promosi. Inisiasi
adalah induksi
perubahan ireversibel tertentu (mutasi) pada genom sel. Sel yang
terinisiasi bukanlah
sel yang mengalami transformasi, sel ini tidak memiliki otonomi
pertumbuhan dan
tidak memiliki karakteristik fenotip yang unik. Namun, berbeda
dengan sel normal,
sel yang terinisiasi dapat memanifestasikan tumor bila cukup
mendapat stimuli oleh agen
promosi. Dua atau lebih inisitator, apakah agen kimia, virus
onkogenik atau energi
radiasi, dapat bekerja sama (ko-karsinogenesis) menginduksi
transformasi ganas.
Promosi adalah proses induksi tumor oleh zat kimia promotor pada
sel yang
sebelumnya diinisiasi. Pengaruh promotor relatif berusia pendek
dan reversibel.
Promotor tidak memengaruhi DNA dan bersifat non-tumorigenik.
Contohnya,
tembakau merusak DNA sel, alkohol mencegah perbaikan DNA yang
rusak.
Alkohol menghambat pembentukan protein p53 yang diperlukan
sehingga
menghambat kemampuan tubuh untuk memperbaiki sel yang rusak.
Para ilmuwan telah menyadari bahwa mutasi multipel pada gen
spesifik
terjadi pada kanker leher dan kepala. Dua tipe gen karakteristik
yang sudah diketahui
adalah proto-onkogen dan gen supresor tumor. Proto-onkogen yang
mengkode
protein untuk menstimulasi pembelahan sel berubah menjadi
onkogen dan
menyebabkan stimulasi berlebih pada protein dengan hasil
pembelahan sel
menjadi lebih cepat. Sekarang sudah dapat diidentifikasi onkogen
EGFR
(epithelial growth factor receptor), famili ras, c-myc, int-2,
hst-1, PRAD-1 atau
siklin DI, dan bcl-I yang mungkin berpartisipasi dalam kanker
leher dan kepala.
Gen supresor tumor mengkode protein yang menghambat pembelahan
sel. Bila gen
ini mengalami mutasi, protein yang terkait tidak terbentuk
dengan balk dan
terjadilah pembelahan sel yang seharusnya tidak terjadi. Pada
kanker kepala dan
leher, gen supresor tumor yang diinaktivasi adalah gen Rb, p16,
dan p53.
Gen p53
Gen p53 adalah salah satu genom sel yang mengatur pengikatan
protein DNA yang dapat memengaruhi fungsi sel termasuk siklus
sel,
sintesis DNA, dan apoptosis (kematian sel yang terprogram).
Gen p53 menarik minat ilmuwan untuk diteliti karena molekul
gen
ini dapat menghentikan tumor bila fungsinya baik. Gen ini
terletak pada
lengan pendek kromosom 17, bekerja bila ada kerusakan DNA sel
dan
menghentikan proses pertumbuhan dan pembelahan sel sampai
kerusakan
All diperbaiki. Gen p53 berfungsi sebagai gen supresor tumor
yaitu
menahan gen yang rusak akibat efek mutagenik karsinogen agar
tidak
melanjutkan pembelahan sel. Penahanan terjadi di fase G1 pada
siklus sel
agar memungkinkan sel untuk memperbaiki kerusakan DNA. Bila
gagal,
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
9/38
p53 menyiapkan kondisi untuk kematian sel, menyebabkan sel
mengalami
apoptosis.
Mutasi gen p53 terjadi pada hampir 60% kanker yang terjadi
pada
manusia. Gen p53 yang mengalami mutasi akan gagal menahan fase
GI,
akibatnya sel dengan DNA yang rusak dapat melanjutkan
pembelahan
sehingga akumulasi mutasi yang terjadi dapat mengakibatkan
transformasi
neoplastik. Fungsi p53 sebagai gen suppresor tumor akan
mengalami
inaktivasi ketika proses keganasan berkembang.
Karsinogen kimiawi misal tembakau dapat mengeluarkan efek
karsinogen dengan meningkatkan mutasi gen p53. Alkohol dapat
menambah efek tembakau dengan lebih meningkatkan frekuensi
mutasi
gen p53. Mutasi gen p53 dapat timbul pada kanker yang tidak ada
kaftan
dengan rokok, namun mutasi gen ini terbatas sedangkan pada
mereka yang
merokok mempunyai kecenderungan inaktivasi gen p53.
2. Karsinogen Virus
Berbagai virus telah terbukti bersifat onkogenik. Virus onkogen
dibagi
dalam 2 kelompok yaitu virus RNA rantai tunggal dan virus DNA
rantai
ganda. Contoh virus RNA adalah HIV (Human immunodeficiency
virus)
dan contoh virus DNA adalah HPV.
Virus HIV pada penderita AIDS berperan dalam terjadinya
sarkoma Kaposi. Virus Hepatitis B, C, E berperan dalam
terjadinya
karsinoma sel hepar. HPV berperan dalam terjadinya papiloma dan
kanker
leher rahim.
_Pic67
Gambar 2.2. Sarkoma Kaposi pada palatum penderita AIDS
(Silverman,
1996).
Mekanisme kerja karsinogen virus
Virus masuk ke dalam sel melalui membran sel dan menyebabkan
transformasi sel. Kemampuan karsinogenesis virus bergantung
pada
kemampuannya untuk mentidakaktifkan gen supresor tumor.
Sel yang mengalami transformasi akan mengalami:
1. Perubahan pola pertumbuhan sel: peningkatan kecepatan
pertumbuhan
dan penurunan perlekatan sel dengan suatu substrat.
2. Perubahan pada permukaan sel: peningkatan kecepatan
pemindahan nutrisi sel, peningkatan sekresi protease atau
aktivator
protease, perubahan komposisi glikoprotein dan glikolipid,
kadang-
kadang terbentuk protein tersandi virus.
3. Perubahan nukleotida siklik, aktivasi atau represi gen
tertentu.
4. Tumorigenisitas: contoh virus HPV berkontak dengan sel
epitel
mukosa yang terinfeksi dan melakukan replikasi dalam sel
epitel
sehingga terjadi proliferasi sel epitel.
Pada kelompok usia muda yang tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi alkohol, virus merupakan faktor penyebab yang
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
10/38
berkaitan dengan terjadinya kanker. HPV dapat ditularkan
melalui
hubungan seks antarpasangan dan terlibat dalam terjadinya
peningkatan risiko terjadinya kanker mulut pada kelompok usia
muda
yang ticlak merokok.
HPV memiliki lebih dari 100 strain. Sebanyak 5 strain HPV
terutama HPV16 dan 18 berisiko tinggi menyebabkan displasia
atau
kanker terutama kanker leher rahim dan orofaring (meliputi
bagian
tengah faring-laring, palatum lunak, ventral lidah, dan tonsil).
Sekitar 30
strain virus HPV berisiko renclah dan dapat menyebabkan
papiloma.
Umumnya penderita memiliki lebih dari satu strain virus ini.
HPV
merusak p53 dalam sel. Penderita yang terinfeksi virus ini
Bering tidak
menyaclarinya karena virus mempunyai masa inkubasi yang
panjang
dan infeksi ini dapat menyebar luas (terutama melalui hubungan
seksual)
dan dapat menyebabkan perkembangan ke arah praganas dan
gangs.
Virus herpes dianggap memberikan kontribusi dalam
terjadinya kanker mulut. DNA dari FIPV dan virus herpes
tertentu
termasuk virus Epstein Barr, virus sitomegalo, dan virus
herpes
simpleks terdeteksi pada jaringan biopsi kanker mulut. Gen
yang
terkode virus-virus ini terlibat dalam stadium inisiasi dari
stadium multi
pada tahapan karsinogenesis.
Virus baru yang dinamakan virus human herpes 8 ditemukan
berkaitan dengan sarkoma Kaposi pada penderita AIDS. Diduga
virus ini
terlibat dalam perkembangan sarkoma Kaposi, karena dijumpai
pada
semua bentuk sarkoma Kaposi. Sekitar 50% sarkoma Kaposi pada
penderita AIDS bermanifestasi dalam mulut dengan tempat
predileksi
pada palatum keras dan gingiva)
3. Karsinogen Fisis
Karsinogen fisis yang sangat penting adalah sinar radioaktif
yang clihasilkan oleh sinar-X, radium, dan born atom. Karsinogen
ini
dapat menimbulkan kanker kulit, leukemia, sarkoma tulang,
adenokarsinoma mammae dan timid.
Sinar menyebabkan perubahan nukleoprotein kromosom sel
sehingga terjadi kanker. Penyinaran mengenai atom molekul asam
nukleat,
menyebabkan terlepasnya elektron sehingga terjadi perubahan
fisik
atom tersebut dan perubahan kimia dalam molekul.
Sinar matahari dan ultraviolet juga dapat menyebabkan kanker
bibir
dan bagian lain dari kulit tubuh. Populasi berkulit putih yang
bekerja di
lapangan terbuka sering mendapat kanker kulit muka (basalioma).
Kanker
ini jarang dijumpai pada ras kulit hitam karena kulitnya
dilinclungi pigmen
melanin. Insidensi kanker bibir akhir-akhir ini menurun, mungkin
karena
adanya kesadaran akan bahaya terpajan sinar matahari dalam waktu
lama
dan penggunaan krim pelindung sinar matahari.
Faktor fisis lain adalah sinar-X. Pemeriksaan radiografi rutin
dan sinar-X di
praktik dokter gigi adalah aman, namun pajanan radiasi akan
berkumulasi
selama hidup. Sinar-X ini berperan dalam beberapa kanker leher
dan
kepala.
4. Hormon
Karsinogen hormon bekerja dengan mernengaruhi fisiologi
jaringan
sedemikian rupa sehingga mudah dipengaruhi oleh karsinogen
yang
sebenarnya. Contohnya, estrogen dapat menimbulkan
adenokarsinoma
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
11/38
mammae dan serviks uteri. Androgen yang berasal dari testis atau
kelenjar
adrenal dapat menimbulkan karsinoma prostat.
Hormon menyebabkan terjadinya kanker pada alai tubuh yang
dipengaruhinya setelah adanya karsinogen lain yang bekerja
sebagai
promotor.
5. Ko-Karsinogen
Termasuk ko-karsinogen adalah diet, umur, keturunan,
rangsang
menahun, dan trauma.
Diet
Butter yellow, dengan defisiensi vitamin B 2 dapat
menyebabkan
kanker hati. Defisiensi choline yang lama dapat menimbulkan
karsinoma hati dan paru.
Efek perlinclungan yang signifikan dari diet terhadap terjadinya
kanker inulut
terlihat pada populasi yang mengkonsumsi sayuran yang kaya akan
beta
karotin dan buah-buahan yang mengandung asam sitrat. Populasi
ini
mempunyai insidensi kanker mulut yang rendah.
Umur
Kebanyakan kanker terjadi pada usia lanjut, karena pada usia
lanjut sering
timbul ketidakseimbangan hormon dan waktu yang lama memberi
kesempatan bagi karsinogen untuk bekerja menimbulkan kanker.
Keturunan
Tumor yang menunjukkan adanya pengaruh faktor genetik/keturunan
antara
lain adalah neuroblastoma, polip multipel pada usus besar, dan
xeroderma
pigmentosum.
Rangsang Menahun
Penderita batu piala ginjal sering mengalami karsinoma piala
ginjal.
Penderita schistosomiasis sering menderita karsinoma kandung
kemih.
Rangsang menimbulkan radang yang menyebabkan kerusakan
jaringan yang kemudian akan dipulihkan. Kerusakan dan
pemulihan
jaringan yang berulang akan mengganggu keseimbangan set sehingga
set
berkembang menjadi kanker. Keadaan ini sering terdapat pada
mulut,
lidah, dan lambung. Iritasi kronis seperti gigi yang tajam, gigi
tiruan
atau tambalan yang mengiritasi dapat menyebabkan terjadi ulkus
dan
leukoplakia. Banyak kanker mulut berasal dari ulkus dan
leukoplakia ini.
Trauma
Trauma tidak mungkin menimbulkan kanker dalam waktu singkat.
Trauma
merupakan promotor pada tempat yang telah lama dipengaruhi
oleh
initiator yang telah menimbulkan kanker laten.
2.5 Penyebaran Tumor Ganas
2.5.1 Penyebaran tumor ganas :
1. Lokal : penjalaran sel sel tumor dari tumor induk ke jaringan
sehat sekitarnya secara
infiltratif, massa sel tumor berhubungan dengan sel induk
tumor.
2. Metastasis / penyebaran jauh : pelepasan sel tumor dari tumor
induk, diangkut oleh
aliran darah atau getah bening ke tempat jauh, mebentuk
pertumbuhan baru atau anak
sebar atau metastase. Massa tumor anak sebar tak berhubungan
dengan massa tumor
induk.
2.5.2 Syarat terjadinya penyebaran tumor ganas :
1. Adanya pelepasan sel-sel tumor yang dapat hidup otonom
Tumor ganas, proliferasi sel tumor menyebabkan bertambahnya isi
dan tekanan
mekanik. Terjadinya penurunan kadar kalsium dinding sel
menyebabkan turunnya
kohesi sel tumor ganas menyebabkan pelepasan sel tumor dari
induknya.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
12/38
Sel-sel tumor mengeluarkan enzim litik seperti kolagenase,
hyaluronidase,
mucinase yang mempengaruhi jaringan atau sel sekitarnya sehingga
sel-sel tumor dapat
bebas bergerak masuk ke ruang antar sel atau menembus sitoplasma
sel otot.
Kemudaian membentuk pertumbuhan infiltratif.
Pada tumor ganas, sel yang terpisah sanggup hidup otonom karena
sel tumor
ganas tidak mengandiung faktor anitgen sehingga tubuh tidak
membentuk zat anti untuk
menahan invasi sel tumor ganas tersebut.
2. Adanya jalan penyebaran
a. Secara Hematogen
Jenjang metastatic dapat dibagi menjadi dua fase yaitu fase
invasi
matriks ekstrasel serta penyebaran dan pergerakan sel tumor
menuju sasaran
melalui pembuluh darah.
Invasi Matriks Ekstrasel
Jaringan manusia tersusun menjadi serangkaian kompartmen
yang
dipisahkan satu sama lain oleh dua jenis matriks ekstrasel :
membran basal dan
jaringan ikat intersisium. Tiap-tiap komponen ECM ini terdiri
dari kolagen,
glikoprorein dan proteoglikan. Sel tumor harus berinteraksi
dengan ECM di
beberapa tahapan jenjang metastatic.
Invasi ECM merupakan suatu proses aktif yang diselesaikan dalam
empat
langkah :
1. Terlepasnya sel tumor satu sama lain.
2. Melekatnya se tumor ke komponen matriks
3. Penguraian ECM
4. Migrasi sel tumor
Langkah pertama dalam jenjang etastaik adalah mereganggnya
sel
tumor. E-kaderin bekerja sebagai lem antarsel, dan bagian
E-kadern yang
berada di sitoplasa berikatan dengan -katenin. Molekul E-kaderin
yang
berdekatan mempertahankan agar sel tetap menyatu, sedangkan
perlekatan
homotipik yang diperantarai oleh E-kaderin menyalurkan sinyal
antipertumbuhan
melalui -katenin. -katenin bebas dapat menngaktifjan transkripsi
gen yang
mendorong pertumbuhan. Fungsi E-Kaderin sebagai suatu lem
antrsel lenyap
hampir di semua kanker sel epitel.
Langkah kedua, melekatnya sel tumor ke berbagai protein ECM,
seperti laminin dan fibronektin. Sel epitel normal memiliki
reseptor untuk laminin
membran basal yang terpolarisasi di permukaan basalnya.
Sebaliknya, sel
karsinoma memiliki lebih banyak reseptor dan reseptor ini
tersebar di seluruh
membran sel.
Langkah ketiga adalah degradasi local membran basal dan jaringan
ikat
intersisium. Sel tumor itu sendiri mengeluarkan enzim proteolitk
atau
menginduksi sel pejamu (misalnya fibroblas) untuk mengeluarkan
protease.
Beberapa enzim penghancur matriks yang disebut
metalloproteinase, temasuk
gelatinase, kolagenase dan stromelisin ikut berperan. Kolagenase
tipe IV adalah
suatu gelatinase yang memecah kolagen tipe IV dan membran basal
vascular.
Langkah keempat yaitu pergerakan. Pergerakan mendorong sel
tumor
berjalan menembus membran basal yang telah rusak dan matriks
telah
mengalami lisis. Migrasi tampaknya diperantarai oleh berbagai
sitokin yang
berasal dari sel tumor, misalnya faktor motilitas autokrin.
Penyebaran Vaskular dan Sasaran Sel Tumor
Saat berada di dalam sirkulasi, sel tumor rentan terhadap
destruksi oleh
sel imunpejamu. Di dalam aliran daah, sebagian sel tumor
membentuk embikus
dengan membentuk gumpalan dan melekat ke leukosit, terutama
trombist; sel
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
13/38
tumor yang menggumpal tersebut akan sedikit banyak memperoleh
perlindungan
dari serangan sel efektor antitumor pejamu. Ekstravasasi sel
tumor bebas atau
embolus sel memerlukan perlekatan endotel vascular yang
dikuti
olehpergerakan melalui membran basal dengan mekanisme yang
serupa dengan
yang berperan dalam invasi.
b. Secara Limfogen
Penyebaran ini spesifik untuk karsinoma. Sel-sel yang telah
menembus
pembuluh limfe diangkut oleh cairan getah bening sebagai
embolous, kemudian
tersangkut pada kelenjar getah bening regional. Anak sebar yang
mungkin
menyebabkan terbendungnya aliran cairan getah bening sehingga
terjadi aliran
retrograde(pertumbuhan menuju ke belakang / menelusuri jalan
yang telah dilalui
sebelumnya) dan menimbulkan penyebaran retrograde.
c. Penyebaran dengan transplantasi langsung
Penyebaran ini terjadi pada tumor rongga serosa (rongga
perut,pleura) yang
disebut transcoelomic spread. Anak tumor akan menyebar dari
tempat yang lebih
tinggi ke bawah karena adanya gaya gravitasi bumi.
3. Adanya lingkungan yang memungkinkan untuk hidup sel tumor di
tempat yang
baru.
Lingkungan yang baru harus cocok untuk pertumbuhan sel tumor
agar dapat
membentuk anak sebar.
2.6 Stage Kanker Mulut
Untuk menentukan stage kanker mulut menggunakan TNM sistem dari
UICC ( Union
Internationale Contre le Cancer) atau dari AJCC ( American Joint
Committee on
Cancer). TNM sistem menurut UICC, (1980) yaitu :
T : Tumor primer
TX : Tumor yang belum dapat dideteksi
T0 : Tidak adanya bukti tumor primer
TIS : Tumor permukaan ( Carsinoma in situ )
T2 : Ukuran tumor antara 2-4 cm
T3 : Ukuran Tumor lebih dari 4 cm.
T4 : Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti
tulang korrtikal
atau otot-otot lidah.
N : Kelenjar getah bening regional.
NX : Kelenjar getah bening regional tidak dapat
diperkirakan.
N0 : Tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional.
N1 : Metastasis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal
dengan ukuran
kurang dari 3 cm.
N2 : Metastasis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal
dengan
ukuran 3-6 cm atau bilateral atau melibatkan kelenjar getah
bening multipel dengan
ukuran kurang dari 6 cm atau melibatkan kelenjar getah bening
kontra lateral
dengan ukuran kurang dari 6 cm.
N2a : Metastasis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal
dengan ukuran
3-6 cm.
N2b : Metastasis ke kelenjar getah bening multiple dengan ukuran
kurang
dari 6 cm.
N2c : Metastasis ke kelenjar getah bening kontra lateral dengan
ukuran
kurang dari 6 cm.
N3 : Metastasis ke kelenjar getah bening dengan ukuran lebih
dari 6 cm.
M : Metastasis jauh tumor primer.
MX : Adanya metastasis jauh tidak dapat diperkirakan.
M0 : Tidak adanya metastasis jauh dari tumor primer.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
14/38
M1 : Ada metastasis jauh dari tumor primer.
Dari TNM sistem di atas, maka derajat tumor dapat di
kalsifikasikan sebagai
berikut :
Stage 1 : T1 N0 M0
Stage 2 : T2 N0 M0
Stage 3 : T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
Stage 4 : T4 N0 M0
T1, T2, atau T3 dengan N2 atau N3 dan M0
T1, T2, atau T3 N2 atau N3 dan M1
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Tumor ganas rongga mulut
3.1.1 Etiologi tumor ganas ( kanker) rongga mulut
a. Faktor internal ( herediter dan faktor pertumbuhan).
b. Faktor eksternal ( bakteri, virus, jamur, bahan kimia,
obat-obatan, radiasi,
trauma, panas, dingin dan diet).
Kedua kategori di atas disebut bahan-bahan karsinogen.
Faktor-faktor dapat
berperan secara individual atau kombinasi dengan faktor-faktor
lain dimana sebenarnya
faktor tersebut bukan penyebab kanker, tetapi mereka membantu
karsinogen untuk
mutasi atau dengan menekan fungsi sel ( ko-promotor).
3.1.2 Patogenesis Tumor Rongga Mulut
Skema tentang patogenesa neoplasma
Tumor ganas terbentuk akibat terjadinya mutasi beberapa gen
seperti pada gen
tumor supresor, gen onkogen sehingga pertumbuhan sel tidak
terkontrol. Sel yang
mengalami mutusi berproliferasi merusak membran basalis
infiltrasi ke jaringan
ikat dibawahnya infiltrasi ke pembuluh darah atau jaringan limfe
bermetastasis
keluar dan proliferasi ke organ lain.
Sel normal yang terkena bahan Karsinogenik dapat mengalami
mutasi gen dan
akan membentuk sel baru. Setelah terbentuk sel baru dengan
adanya hal tersebut maka
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
15/38
jaringan akan rusak menembus basal-basal membran dan menjadi sel
kanker. Selain
bahan karsinogenik yang memicu adanya sel kanker ialah Hormon,
Virus, Penyinaran
atau Radiasi dan bahan kimia lain.
a. Pertumbuhan dan Penyebaran Tumor Ganas Rongga Mulut
Kanker mulut umumnya bermetastasis secara local ke kelenjar
limfe regional,
terutama di bagian leher, selanjutnya membentuk anak sebar di
paru, hati, atau tulang.
Sebanyak 30-80 % penderita kanker mulut mengalami metastasis ke
kelenjar servikal.
Tumor primer sekunder merupakan karsinoma primer tambahan yang
terjadi pada 10-
15 % penderita kanker mulut dan umumnya terlihat pada karsinoma
gingival, dasar
mulut, lidah dan bukal. Tumor primer sekunder ini juga dapat
terjadi di setiap tempat
saluran pencernaan bagian atas.
Selain bermetastasis, tumor stadium lanjut juga menginvasi
struktur jaringan
yang letaknya lebih dalam, terutama pada kanker mulut karena
mempunyai potensi
membentuk tumor primer sekunder.
b. Metastasis
Sel-sel ganas mempunyai kemampuan untuk mengadakan invasi baik
secara
local maupun ke tempat yang jauh (metastasis). Ada dua sifat
berbahaya dari tumor
ganas yang membedakannya dengan tumor jinak yaitu kemampuannya
untuk menginvasi
jaringan normal dan kemampuannya untuk bermetastasis.
Metastasis merupakan kemempuan sel kanker dari tumor primer
untuk
menginfiltrasi jaringan normal dan menyebar ke seluruh tubuh.
Metastasis merupakan
salah satu penyebab terbesar kematian penderita kanker. Hal ini
disebabkan karena
metastasis sudah terjadi sebelum tumor primer itu sendiri
terdeteksi.
Proses metastasis ini terutama melalui aliran lymphe dan
pembuluh darah, namun
demikian dapat juga melalui rongga dalam tubuh misalnya rongga
abdomeyn dan melalui
cairan tubuh misalnya liquor cerebrospinalis. Kemampuan
metastasis ini disebabkan
karena kemampuan sel kanker untuk melakukan invasi ke dalam
jaringan sekitarnya dan
seterusnya ke pembuluh darah atau pembuluh lymphe. Proses
terjadinya metastasis
terutama disebabkan oleh perubahan sifat sel ganas. Sifat sel
ganas itu antara lain
perubahan biokimia permukaan sel, pertambahan motilitas,
kemampuan mengeluarkan
zat litik, dapat membentuk pembuluh darah baru (angiogenesis),
berkurangnya adhesi
sel tumor satu dengan lainnya dan hilangnya daya pertumbuhan
bersama antara sesama
sel tumor dan sel normal diantaranya.
c. Patobiologi Metastasis
Konsep dasar dari langkah-langkah terjadinya metastasis yang
dianut sekarang
ini, pertama adalah proses terlepasnya sel-sel tumor dari
kelompoknya (detachment)
dan kemudian sel-sel ini akan melengket pada membrana basalis
pembuluh darah,
kemudian sel ini akan mengeluarkan enzim yang menyebabkan
lisisnya membrana
basalis pembuluh darah. Sel kanker tersebut kemudian masuk ke
dalam pembuluh
darah melalui defek yang terjadi tadi. Walaupun sel tersebut
telah masuk pembuluh
darah, dan beredar dalam aliran darah, hal ini belum menjamin
terjadinya metastasis
yang berhasil, karena tidak jarang banyak sel kanker dalam
sirkulasi, namun tidak
terjadi metastasis.
Agar sel tumor dapat menembus extra cellular matrix (ECM) yang
berada di
sekitar sel tumor, maka sel tumor harus melekat pada ECM. Hal
ini dimungkinkan
karena sel tumor mempunyai reseptor terhadap laminin dan
fibronektin yang merupakan
komponen dari ECM. Sel epithel normal mengexpresikan reseptor
dengan affinitas
tinggi terhadap laminin pada membrana basalis, akan tetapi sel
kanker mempunyai
reseptor yang lebih banyak lagi yang terdistribusi pada membran
sel. Karena itu
nampaknya derajat invasi tumor berkorelasi dengan jumlah
reseptor laminin pada
membran sel. Selain reseptor laminin sel tumor juga
mengexpresikan integrin yang
berfungsi sebagai reseptor untuk komponen lain pada ECM yaitu
fibronektin, kollagen
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
16/38
dan vitronektin. Sebagaimana halnya dengan reseptor laminin,
tampak terdapat juga
korelasi antara expressi integrin alpha4beta1 (VLA-4) dengan
kemampuan metastasis
sel melanoma, namun demikian nampaknya hal ini tidak bersifat
umum, karena ada juga
melanoma yang kurang mengandung melanin tetapi mampu mengadakan
metastasis,
sehingga diduga mungkin terdapat jalur lain sel tumor untuk
melekatkan diri dengan
ECM.
Setelah sel tumor melekat pada ECM, maka sel tumor harus
menciptakan jalan
untuk migrasi. Sel-sel tumor harus menghancurkan ECM dengan
mengeluarkan enzym
proteolitik dan merangsang sel fibroblast dan sel-sel macrophage
untuk memproduksi
enzym protease, yang sampai saat ini dikenal tiga enzym protease
yaitu serine, cysteine
dan metalloprotease. Salah satu metalloprotease adalah
kollagenase tipe IV yang
mampu memotong kollagen tipe IV pada membran basalis pembuluh
darah dan sel
epithelial.
Beberapa Carcinoma yang sangat invasif ternyata mengandung
kollagenase tipe
IV yang sangat tinggi, sedang adenoma atau carcinoma in situ
mengandung kolagenase
tipe IV yang rendah. Walaupun sel-sel kanker mengeluarkan enzim
untuk
menghancurkan ECM, sel stroma juga mengeluarkan antiprotease
untuk
menghancurkan enzim tersebut. berbagai penelitian juga
mengindikasikan bahwa sel
kanker berusaha juga untuk menghambatdampak dari anti protease
yang dihasilkan sel
stroma 1.11Dapat dibayangkan bahwa metastasis tidak berlangsung
dengan mudah,
tetapi merupakan resultant dari perang yang dahsyat antara
antara sel kanker dan
jaringan pertahanan tubuh, masing-masing mengeluarkan senjata
pamungkasnya, dan
perangkat persentaan tersebut mengalami "evolusi" juga artinya
masing-masing pihak
berusaha mempertahankan eksistensinya sehingga selalu saja
terjadi modifikasi dari
arsenal dari pihak sel kanker, demikian pula halnya dengan
pertahanan tubuh yang
senantiasanya memperbaiki sistem pertahanan tubuh untuk
mengimbangi kecanggihan
sel kanker.
Pada binatang percobaan nampak bahwa adanya inhibitor terhadap
kollagenasi
tipe IV akan sangat menurunkan kejadian metastasis. Saat ini
telah diisolasi Tissue
Inhibitor Metallopreteinase (TIMP). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penyuntikkan
TIMP dapat menurunkan dengan mencolok kejadian metastasis. 9,
12-14Enzim dalam
serum misalnya Cathepsin-D dan plasminogen aktivator tipe
urokinase juga berperan
penting dalam degradasi ECM, sehingga penderita dengan kadar
tersebut yang tinggi
dapat memberi probabilitas kejadian metastasis yang lebih tinggi
dari pada penderita
dengan kadar rendah.
Setelah sel tumor menghancurkan ECM dan membran basal pembuluh
darah,
maka tahap selanjutnya adalah bagaimana sel tumor masuk kedalam
pembuluh darah,
untuk maksud ini diperlukan adanya proses gerakan (motilitas).
Tampaknya sel tumor
ini mengeluarkan suatu zat yang disebut autocrine motility
factor oleh karena memberi
dampak balik pada sel yang mengeluarkannya untuk mengadakan
pergerakan. Setelah
sel kanker memasuki aliran darah, maka tidak serta merta sel-sel
tersebut dapat
mengadakan metastasis, oleh karena begitu masuk aliran darah
akan dihadapi sel sel
pembunuh (Natural Killer Cell) dan sistem kekebalan humoral dan
selluler yang akan
berusaha menghancurkan sel tersebut. Untuk menghadapi serangan
tersebut dalam
sirkulasi, maka sel kanker berusaha untuk saling berikatan,
dengan mengadakan adhesi
antara sesama sel kanker atau dengan platet. Agregasi akan
meningkatkan kemampuan
hidup sel kanker, hal ini bisa dipahami karena sel kanker berada
di bagian sentral akan
sulit dijangkau oleh sel immunokompetent. Platelet yang melekat
pada sel-sel kanker
akan berfungsi sebagai pelindung dari serangan immunokomptent
sel. Di samping
menghadapi serangan sel-sel immunokompetent sel, sel kanker juga
bisa juga hancur
karena tekanan mekanik dari sel-sel darah merah yang mengalir
dalam sirkulasi. Sel
kanker yang masih dapat bertahap hidup dalam sirkulasi akhirnya
akan memilih suatu
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
17/38
tempat untuk pertumbuhannya. Hal ini dimungkinkan karena adanya
interaksi antara
molekul endothel pembuluh darah dari jaringan yang akan
merupakan tempat
metastasis. Sel kanker akan mengeluarkan molekul adhesi, yang
mempunyai reseptor
pada endothel pembuluh darah. Salah satu molekul adhesi yang
banyak dikenal adalah
molekul CD44. Dalam keadaan normal molekul ini diekspresikan sel
limfosit T yang
berguna untuk menghancurkan enzim tersebut dan untuk migrasi
limfosit T menuju
tempat selektif dalam jaringan limfoid. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa sel
kanker dengan kadar CD44 yang tinggi mempunyai kemampuan
penyebaran yang
tinggi. Setelah sel kanker melekat pada sel endothel, maka
terjadi lagi proses seperti
pada waktu sel kanker memasuki aliran darah.
hmc-metastasis
Skema Metastasis Tumor Ganas
Tumor ganas sebagai serangkaian penyakit dimana sel berhasil
meloloskan diri
dari mekanisme control yang pada keadaan normal akan menghalangi
pertumbuhannya.
Kerusakan genetic nonletal merupakan hal sentral dalam
karsinogenesis.
Kerusakan (atau mutasi) genetic semacam ini mungkin didapat
akibat pengaruh
lingkungan, seperti zat kimia, radiasi, atau virus, atau
diwariskan dalam sel
germinativum. Hipotesis genetic pada tumor ganas mengisyaratkan
bahwa massa tumor
terjadi akibat ekspansi klonal satu sel progenitor yang telah
mengalami kerusakan
genetic (yaitu tumor bersifat monoklonal).
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
18/38
Tiga kelas gen regulatorik normal antara lain:
1. Protoonkogen, yang mendorong pertumbuhan.
2. Suppressor gen (gen penekan tumor), yang menghambat
pertumbuhan.
3. Gen yang mengatur kematian sel/ aspoptosis, gen ini merupakan
sasaran
utama pada kerusakan genetic.
Selain ketiga kelas gen tersebut, kategori keempat yaitu gen
yang mengatur
perbaikan DNA ynag rusak, berkaitan dengan karsinogenesis. Gen
yang memperbaiki
DNA mempengaruhi proliferasi atau kelangsungan hidup sel secara
tidak langsung
dengan mempengaruhi kemampuan organisme memperbaiki kerusakan
nonletal dig en
lain, termasuk protoonkogen, suppressor gen, dang en yang
mengendalikan apoptosis.
Enam tanda utama tumor ganas, antara lain:
1. Self-sufficiency (menghasilkan sendiri) sinyal
pertumbuhan
2. Insensitivitas terhadap sinyal penghambat pertumbuhan
3. Menghindari apoptosis
4. Potensi replikasi tanpa batas
5. Angiogenesis berkelanjutan
6. Kemampuan menginvasi dan beranaksebar (metastasis)
Skema tentang peran TP 53 dalam mempertahankan integritas
genom.
Apabila gen yang secara normal mendeteksi dandan memperbaiki
kerusakan
DNA ini terganggu atau lenyap, instabilitas genom yang terjadi
akan cenderung
memudahkan terjadinya mutasi pada gen yang mengendalikan keenam
kemampuan
didapat sel tumor ganas diatas.
1. Self-sufficiency (menghasilkan sendiri) sinyal
pertumbuhan
Gen yang meningkatkan pertumbuhan otonom pada sel kanker
disebut
onkogen. Gen ini berasal dari mutasi di protoonkogen dan
ditandai dengan
kemampuan mendorong pertumbuhan sel walaupun tidak terdapat
sinyal pendorong
pertumbuhan yang normal. Produk gen ini, yang disebut
onkoprotein, mirip dengan
produk normal protoonkogen, kecuali bahwa onkoprotein memiliki
elemen
regulatorik yang penting, dan produksi gen tersebut dalam sel
yang mengalami
transformasi tidak bergantung pada factor pertumbuhan atau
sinyal eksternal lainnya.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
19/38
Untuk lebih memahami sifat dan fungsi onkoprotein, kita perlu
secara singkat
membahas rangkaian kejadian yang menjadi cirri proliferasi sel
normal. Pada
keadaan fisiologik, proliferasi sel dapat dengan mudah dibagi
menjadi langkah-
langkah berikut:
- Terikatnya suatu factor pertumbuhan ke reseptor spesifiknya di
membrane
sel.
- Aktivasi reseptor factor pertumbuhan secara transient dan
terbatas, yang
kemudian mengaktivkan beberapa protein transduksi sinyal di
lembar dalam
membrane plasma.
- Transmisi sinyal ditransduksi melintasi sitosol menuju inti
sel melalui perantara
kedua.
- Induksi dan aktivasi factor regulatorik inti sel yang memicu
transkripsi DNA.
- Sel masuk ke dalam dan mengikuti siklus sel yang akhirnya
menyebabkan sel
membelah.
Dengan latar belakang ini, kita dapat mengidentifikasi berbagai
strategi yang
digunakan sel kanker untuk memperoleh self sufficiency dalam
sinyal pertumbuhan.
2. Insensitivitas terhadap sinyal penghambat pertumbuhan
Walaupun onkogen memproduksi berbagai protein yang mendorong
pertumbuhan sel, terdapat produk gen penekan tumor yang menjadi
rem bagi
proliferasi sel. Gangguan terhadap gen ini menyebabkan sel
refrakter terhadap
inhibisi pertumbuhan sel dan mirip dengan efek mendorong
pertumbuhan onkogen.
Gen RB merupakan gen penekan tumor yang pertama kali ditemukan.
Produk
gen RB adalah suatu protein pengikat DNA yang diekspresikan pada
semua sel yang
diteliti; protein tersebut berada dalam bentuk
terhipofosforilasi aktif dan
terhipofosforilasi tidak aktif.. pada keadaan aktif, RB
berfungsi sebagai rem untuk
menghambat melajunya sel dari fase G1 ke S pada siklus sel.
Apabila sel dirangsang
oleh factor pertumbuhan, protein RB diinaktifkan melalui
fosforilasi, rem dilepas, dan
sel melewati tahap G1S. saat masuk fase S, sel bertekad untuk
membelah tanpa
memerlukan stimulasi faktor pertumbuhan tambahan. Selama fase M
berikutnya,
gugus fosfat dikeluarkan dari RB oleh fosfat seluler sehingga
kembali dihasilkan
bentuk RB terdefosforilasi.
3. Menghindari apoptosis
Akumulasi sel neoplastik dapat terjadi tidak saja karena
aktivasi onkogen yang
mendorong pertumbuhan tumor atau inaktivasi gen penekan tumor
yang menekan
pertumbuhan, tetapi juga karena mutasi di gen yang mengendalikan
apoptosis.
Seperti pertumbuhan sel yang dikendalikan oleh gen yang
mendorong dan
menghambat apoptosis.
Pembebasan sitokrom c diperkirakan merupakan kejadian kunci
dalam
apoptosis, dan hal ini dikendalikan oleh gen pada family BCL2.
beberapa anggota
family ini (missal, BCL2, BCL-XL) menghambat apoptosis dengan
mencegah
pembebasan sitokrom c, sedang yang lain, seperti BAD, BAX, dan
BID
mencetuskan apoptosis dengan mendorong poelepasan sitokrom c.
efek
proapoptotik dari TP53 yang dipicu oleh kerusakan DNA tampaknya
diperantarai
oleh peningkatan sisntesis BAX. Demikian juga, kaspase 8
mengaktifkan protrein
proapoptotik BID.
4. Potensi replikasi tanpa batas
Sebagian besar sel manusia normal memiliki kapasitas
menggandakan diri 60
sampai 70 kali. Setelah itu sel kehilangan kemampuan membelah
diri. Ini dianggap
terjadi karena pemendekan progresif telomere di ujung-ujung
kromosom. Pada
setiap kali pembelahan, telomere memendek, dan setelah titik
tertentu, hilanmgnya
telomere menyebabkan kelainan massif kromosom dan kematian.
Menuanya
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
20/38
fibroblast manusia dalam biakan dapat dihindari secara parsial
dengan melumpuhkan
gen RB dan TP53. namun, sel ini akhirnya juga mengalami suatu
krisis, yang ditandai
dengan kematian sel massif. Dapat diperkirakan bahwa agar tumor
tumbuh tanpa
batas, seperti yang biasanya terjadi, hilangnya hal-hal yang
membatasi pertumbuhan
belumlah memadai.
5. Angiogenesis berkelanjutan
Tumor akan membesar jika memiliki vaskularisasi. Diperkirakan
zona 1 sampai
2 mm merupakan jarak maximum dari pembuluh darah yang dapat
ditempuh oleh
okjsigen dan nutrient melalui proses difusi. Diatas ukuran ini,
tumor akan sulit
membesar tanpa vaskularisasi karena hipoksia memicu apoptosis
dengan
mengaktifkan TP53. neovaskularisasi memiliki efek ganda pada
pertumbuhan tumor :
Perfusi menyalurtkan nutrient dan oksigen, dan sel endotel yang
baru merangsang
pertumbuhan sel tumor disekitarnya dengan mengeluarkan berbagai
polipeptida,
seperti insulin like-growth factor (factor pertumbuhan mirip
insulin), PDGF,
granulocyte macrographage colony- stimulating factor (GM-CSF,
factor perangsang
koloni granulosit-makrofag), dan interleukin-1. angiogenesis
dibutuhkan tidak saja
untuk keberlanjutan pertumbuhan tumor, tetapi juga untuk
metastasis. Tanpa akses
ke pembuluh darah, sel tumor tidak dapat bermetastasis.
Angiogenesis merupakan
aspek biologic yang sangat penting pada keganasan.
6. Kemampuan menginvasi dan beranaksebar (metastasis)
Dilihat dari Gen TP53 sebagai pengawal genom
Gen penekan tumor TP53 adalah salah satu gen yang paling
sering
mengalami mutasi pada kanker manusia. Gen ini memiliki banyak
fungsi. TP53 dapat
menimbulkan efek antiproliferasi, tetapi yang tidak kalah
penting, gen ini juga
mengendalikan apoptosis. Secara mendasar, TP53 dapat dipandang
sebagai suatu
monitor sentral untuk stres, mengarahkan sel untuk memberikan
tanggapan yang
sesuai baik berupa penghentian siklus maupun apoptosis. Berbagai
stres dapat
memicu jalur respon TP53 termasuk anoksia, ekspresi onkogen yang
tidak sesuai
dan kerusakan pada integritas DNA. Dengan mengendalikan respon
kerusakan
DNA, TP53 berperan penting dalammempertahankan integritas
genom.
TP53 normal di dalam sel yang tidak mengalami stres memiliki
waktu
paruh yang pendek (20 menit). Waktu paruh yang pendek ini
disebabkan oleh ikatan
dengan MDM2, suatu protein yang mencari TP53 untuk
menghancurkannya. TP53
mengalami modifikasi pascatranskripsi yang membebaskannya dari
MDM2 dan
meningkatkan waktu paruhya. Selama proses pembebasan dari MDM2,
TP53 juga
menjadi aktif sebagai suatu proses transkripsi. Sudah ditemukan
lusinan gen yang
transkripsinya dipicu oleh TP53. Gen tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 2
kategori umum-gen yang menyebabkan penghentian siklus sel dan
gen yang
menyebabkan apoptosis.
Penghentian siklus sel diperantarai oleh TP53 dapat dianggap
sebagai
respon primordial terhadap kerusakan DNA. Hal ini terjadi pada
akhir fase G1 dan
disebabkan terutama oleh transkripsi CDK1 dependen-TP53 CDKN1A
(p21). Gen
CDKN1A, seperti telah dijelaskan, kompleks siklin/CDK dan
mencegah fosforilasi
RB yang penting agar sel dapat masuk ke fase G1. Penghentian
siklus sel ini
disambut baik karena memberi napas bagi sel untuk memperbaiki
kerusakan
DNA. TP53 juga membantu proses menginduksi protein tertentu,
seperti GADD45
(penghentian pertumbuhan dan kerusakan DNA), yang membantu
perbaikan DNA.
Apabila kerusakan DNA berhasil diperbaiki, TP53 meningkatkan
(upregulate)
transkripsi MDM2, yang kemudian menekan (down-regulate) TP53,
sehingga
hambatan terhadap siklus sel dapat dihilangkan. Apabila selama
jeda kerusakan
DNA tidak dapat diperbaiki, TP53 normal mengarahkan sel ke liang
kubur dengan
memicu apoptosis. Protein ini melakukannya dengan memicu
apoptosis. Protein ini
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
21/38
melakukannya denagn memicu gen pencetus apoptosis seperti
BAX.Bagaimana
TP53 mendeteksi kerusakan DNA dan bagaimana gen tersebut menilai
kelayakan
perbaikan DNA masih belum dipahami sepenuhnya.
Secara singkat, TP53 mendeteksi kerusakan DNA melalui
mekanisme
yang tidak diketahui dan membantu perbaikan DNA yang menyebabkan
penghentian
G1 dan memicu gen yang memperbaiki DNA. Sel yang mengalami
kerusakan DNA
dan tidak dapat diperbaiki diarahkan oleh TP53 untuk mengalami
apoptosis.
Berdasarkan aktivitas ini, TP53 layak disebut pengawal genom.
Apabila terjadi
kehilangan TP53 secara homozigot, kerusakan DNA tidak dapat
diperbaiki dan
mtasi akan terfiksasi di sel yang membelah sehingga sel akan
masuk jalan satu arah
menuju transformasi keganasan.
Pentingnya TP53 dalam mengontrol karsinogenesis dibuktikan oleh
kenyataan
bahwa lebih dari 70% kanker pada manusia memperlihatkan cacat
pada gen ini, dan
sisanya memperlihatkan cacat pada gen yang terletak di sebelah
hulu hilir dari TP53.
Kehilangan gen TP53 secara homozigot ditemukan pada hampir semua
jenis kanker.
Pada sebagian besar kasus, sel somatik mengalami mutasi
inaktivasi yang mengenai
kedua alel TP53. Yang lebih jarang ditemukan adalah pasien yang
mewarisi satu alel
mutan TP53. Seperti gen RB, pewarisan satu alel mutan merupakan
predisposisi
terbentuknya tumor ganas karena hanya diperlukan satu hit
tambahan untuk
menginaktifkan alel kedua yang normal. Orang seperti ini
dikatakan mengalami sindrom
Li-Fraumeni, memperlihatkan peningkatan resiko 25 kali lipat
mengidap tumor ganas
pada usia 50 tahun dibandingkan dengan populasi umum. Berbeda
dengan pasien yang
mewarisi satu alel Rb mutan , spektrum tumor yang timbul pada
pasien sindrom Li-
Fraumeni bervariasi.jenis tumor tersering adalah sarkoma.
Seperti protein Rb, TP53 normal juga dapat dibuat nonfungsional
oleh
beberapa virus DNA tertentu. Protein yang dikode oleh HPV
onkogenik, virus
hepatitis B (HBV), dan mungkin virus Epstein Barr (EBV) dapat
mengikat protein
TP53 normal dan menghilangkan fungsi protektifnya. Oleh karena
itu,virus DNA
dapat menumbangkan dua dari gen penekan tumor yang paling
dikenal RB dan
TP53.
3.2 Klasifikasi Tumor Ganas Rongga Mulut
Tumor ganas rongga mulut adalah tumor yang tumbuhnya cepat,
infiltrasi ke
jaringan sekitar, dan dapat menyebar ke organ-organ lain
(metastase). Metastase
tumor ganas ke organ lainnya dapat melalui darah (hematogen)
atau melalui kelenjar
getah being (limfogen). Tumor-tumor ganas berasal dari sel-sel
epitel mukosa, sel
jaringan ikat mesenkim, sel-sel pembentuk gigi, dan sel kelenjar
ludah.
1. Tumor Ganas Rongga Mulut Berasal dari Epitel Mukosa
a. Karsinoma sel skuamous
Gambaran klinis :
Merupakan kanker yang sering terjadi pada rongga mulut.
Plak keratosis
Ulserasi
Tepi lesi indurasi dan kemerahan.
Dapat terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut.
Pemeriksaan DNA menunjukkan mutasi oncogenes p53.
Etiologi
Etiologi belum diketahui dengan pasti. Beberapa kondisi yang
diduga berperan
adalah infeksi kronis yang mengikuti karies gigi, permukaan gigi
yang tajam, tambalan
yang kasar, dan gigi palsu yang tidak baik. Faktor-faktor
lainnya yang diduga
berhubungan dengan terjadinya tumor adalah tembakau, alkohol,
sifilis, sinar matahari
jangka waktu lama, radiasi sinar matahari yang lama, misal pada
radioterapi, lesi intra-
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
22/38
oral lainnya seperti leukoplakia, herpes simpleks, liken planus,
kandidiasis, serta
melanosis oral. Metastasis biasanya ke kelenjar getah bening
regional.
Gambaran HPA:
Adanya proliferasi sel-sel epitel skuamous infiltrasi sel-sel
karsinoma ke
jaringan di bawahnya membentuk anak tumor ( tumor nest).
Disertai infiltrasi sel-sel limfosit di tumor stromal
Terlihat sel-sel yang atipia yang disertai perubahan bentuk rete
peg
processus.
Pembentukan keratin yang abnomal.
Pertambahan proliferasi basaloid sel.
Susunan sel menjadi tidak teratur dan mebentuk tumor nest ( anak
tumor)
yang berinfiltrasi.
Gambaran klinis sebuah lesi pada margin lidah mulai dari dorsum
lidah dan
meluas ke ventral lidah, berupa plak putih (1), ulserasi (2),
dengan tepi yang
sedikit indurasi (3)
Ket :
1 : Proliferasi sel-sel skuamous infiltrasi sel-sel karsinoma ke
jaringan
dibawahnya membentuk tumor nest
2: Infiltrasi sel-sel limfosit ditumor stromal
WHO mengkasifikasikan SSC secara histologis menjadi :
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
23/38
1. Well differentiated ( Grade I) : yaitu proliferasi sel-sel
tumor dimana sel-
sel basaloid tersebut masih berdiferensiasi dengan baik
membentuk keratin
( keratin pearl).
2. Moderate differentiated ( Grade II) : yaitu proliferasi
sel-sel tumor dimana
sebagian sel-sel basaloid tersebut masih menunjukkan
differensiasi,
membentuk keratin.
3. Poorly differentiated ( Grade III) : Yaitu proliferasi
sel-sel tumor dimana
seluruh sel-sel basaloid tidak berdiferensiasi membentuk
keratin, sehinga
sel sulit dikenali lagi.
SCC Well differentiated, terlihat proliferasi sel-sel skuamous
disertai
pembentukan keratin (keratin pearl)
SCC Moderate differentiated, terlihat proliferasi karsinoma
dimana sebagian sel-
sel skuamous berdiferensiasi dengan pembentukan keratin didalam
sitoplasma sel
tumor (tanda panah)
SCC poorlydifferentiated, terlihat proliferasi sel karsinoma
tanpa adanya
diferensiasi sel sehingga sel menjadi sangat atipikal dan sulit
dikenali.
b. Karsinoma sel basal ( Basal Cell Carsinoma / BCC)
Gambaran klinis :
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
24/38
Umumnya terjadi pada kulit akibat terpapar sinar matahari
yang
berlebihan.
Terutama pada orang yang berkulit terang atau putih.
Lokasinya pada bibir dan berkembang dari sel-sel basal
epidermis,terutama dari benih folikel rambut atau mukosa.
Lesi terlihat menonjol dengan bagian tengah lesi mengalami
ulserasi.
Gambaran HPA :
Tumor berkembang dari proliferasi sel-sel basal epitel atau
dermis
membentuk basophilic atypical basaloid sel yangmelekat ke
epidermis
atau protrusi ke permukaan.
Tumor nest membentuk lobulus-lobulus dimana basaloid layer
tersusun dari sel-sel berbentuk palisade dan di tengah lobulus
terlihat
kistik space yang berisi material seperti material mukus.
Di bagian tengah membentuk rongga kistik yang berisi material
seperti
mukus, inti sel terlihat jelas, dan berwarna bashopilic
Tanpa adanya diferensiasi menuju keratinisasi.
Terlihat proliferasi basaloid sel karsinoma protusi ke
permukaan, tumor nest
membentuk lobul-lobul yang mempunyai basaloid layer tersusun
rehuler oleh sel-
sel yang berbentuk palisade (1) dan dibagian tengah membentuk
rongga kistik
(2) yang berisi material seperti mucus, inti sel terlihat jelas
dan berwarna
bashopilic (3) tanpa adanya diferensiasi menuju
keratinisasi.
2. Tumor Ganas Rongga Mulut Berasal dari Epitel Kelenjar
Ludah
a. Karsinoma mukoepidermoid ( Mucoepidermoid carsinoma)
Gambaran klinis :
Pada umumnya melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar
ludah
parotis.
Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang
paling
sering melibatkan kelenjar ludah minor di palatum.
Sering terjadi pada orang dewasa.
Penderita wanita mempunyai resiko lebih tinggi daripada
laki-laki.
Tumor ini tumbuh lambat.
Berasal dari sel epithelium duktus.
Berpotensi metastasis.
5-10% melibatkan kelenjar ludah mayor dan paling sering adalah
kelenjar
ludah parotis.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
25/38
Gambaran HPA:
Dibedakan atas low grade, intermediate grade, dan high grade.
Gambaran HPA
menunjukkan campuran sel skuamous, sel kelnjar penghasil mucus,
dan sel epitel tipe
intermediate. Ketiga sel ini berasal dari sel duktus yang
berpotensi mengalami
metaplasia. Tipe low grade merupakan massa yang kenyal dan yang
mengandung solid
proliferasi sel tumor, pembentukan struktur seperti duktus, dan
adanya cystic space
yang terdiridari epidermoid sel ( sel skuamous) dan sel
intermediate, sel-sel sekresi
kelenjar mucus. Tipe intermediate ditandai dengan massa tumor
yang lebih solid
sebagian besar sel epidermoid dan sel intermediate dengan
sedikit emproduksi kelenjar
mucus. Tipe poorly differentiated ditandai dengan populasi
sel-sel pleomorfik dan tidak
terlihat sel-sel berdiferensiasi.
Karsinoma Mukoepidermoid tipe well differentiated, terlihat
cystic space
yang berisi sekresi mucus (1) yang dilapisi sel-sel intermediate
(sel duktus
) (2) bercampur dengan proliferasi sel skuamous (3) dengan
ditandai
adanya keratin dan bentukan seperti duktus (4)
c. Karsinoma adenoid kistik ( Adenod cystic carsinoma)
Gambaran klinis:
Tumbuhnya lambat.
Cenderung local invasive.
Kambuh setelah operasi.
Sepertiga angka kejadian terjadi pada kelenjar ludah mayor.
Dapat pula timbul pada kelenjar lakrimalis, bagian bawah
salura
pernafasan, nasopharinx, rongga hidung, dan sinus
paranasalis.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
26/38
Umumnya terjadi pada penderita usia 40-60 tahun.
Gambaran HPA :
Gambarannya bervariasi.
Sel-sel tumor berukuran kecil.
Sitoplasma jelas.
Tumbuh dalam suatu massa padat, kelompok sel yang beruntai
membentuk kolumnar.
Sel-sel tumor saling berhubungan membentuk suatu rongga
kistik
menghasilkan suatu kelompok tumor yang solid, tubulus, atau
cribriform.
Sel-sel tumor menghasilkan membrane basalis ynag homogen
sehingga
menunjukkan suatu gambaran yang sangat spesifik menyerupai
bentuk
silindris.
Tumor kemungkinan berasal dari sel-sel yang berdiferensiasi ke
sel-sel
duktus intercalated dan ke sel mioepithelium.
Menunjukkan pertumbuhan cribiform diantara celah mirip cystic
yang
berisi bahan basofilik.Cystic space merupakan pseudocyst yang
dikelilingi
oleh sel-sel mioepitelium
d. Karsinoma Sel Asinar ( Acinic cell carsinoma)
Gambaran klinis :
Tumor ganas kelenjar ludah parotis yang jarang terjadi.
Umumnya pada laki-laki muda usia 20-30 tahun.
Tumor ini tidak berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel
yang
membentuk massa bulat, dengan diameter kurang dari 3 cm.
Tumor ini bisa bermetastasis ke limfonodi regional.
Gambaran HPA :
Tumor berisi sel-sel asinar yang seragam dengan nucleus kecil
berada
dis entral dengan sitoplasma yang basofilik dan padat mirip
sel-sel sekretorius(
asinar) dari kelenjar ludah normal.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
27/38
A) Menunjukkan proliferasi sel-sel asinar berinfiltrasi hingga
kebawah
mukosa karena tumor ini tidak berkapsul.
B) Sel-sel tumor berkelompok atau soliter dalam suatu stroma
jaringan
hialin,struktur seperti lobus kelenjar ludah (1) dengan inti sel
asinar
yang bulat, uniform, tersusun tidak teratur (2) dengan
sitoplasma
yang basopilik dan bergranul (3)
Tumor ganas rongga mulut dari jaringan ikat mesenkim
1. Fibrosarcoma
Gambaran klinis
Merupakan tumor ganas jaringan ikat fibrosa.Sarkoma adalah tumor
ganas jaringan
mesenkim, missal limfosarkoma, osteosarkoma, kondrosarkoma.
Predileksi tempat : dapat terjadi dimana saja dalam rongga
mulut. Lebih sering pada
jaringan ikat fibrosa rahang bawah disbanding di maksila. Tumor
pada rahang biasanya
berasal dari jaringan periosteum atau endosteum. Laki-laki lebih
sering dibanding
wanita.
Predileksi umur : pada semua umur
Gejala klinis : pembengkakan yang sakit, gigi goyang.
Gambaran HPA
Gambaran fibrosarkoma biasanya sangat seluler, sehingga
kadang-kadang stroma tumor
tidak dapat dibedakan lagi. Sel tumor menyebar secara merata.
Sel tumor terdiri dari sel
fibroblast yang sudah berubah menjadi sel dengan inti
pleomorfik, hiperkromatik.
Mitosis sering ditemukan.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
28/38
Fibrosarkoma Sel-sel ganas mesoblastik yang menyebar
Sel tumor berbentuk mesoblastik, menyebar atau tidak membentuk
sarang-
sarang sel, dengan inti hiperkromatik dan pleomorfik.
Stroma terdiri dari jaringan ikat.
Sel-sel atypik umumnya membesar ( Sel Bizare).
Susunan sel menjadi tidak teratur, pada beberapa tempat masih
dapat di
pisahkan oleh bentukan berkas-berkas.
2. Neurosarcoma
Gambaran klinis
Juga disebut malignant schwannoma atau fibrosarkoma dari
selubung saraf.
Tumor yang berkembang dari sel schwann atau dari saraf
perifer
Biasanya lesi primer terjadi sepanjang proksimal batang saraf
utama
Tumor biasanya asimtomatis sampai terjadi adanya
neuropraksia
Pemeriksaan menunjukan massa fusiform yang besar
Gambaran HPA :
Pola fibrillar yang renggang.
Menunjukkan multiple mitotic dan menunjukkan pola eosinofilik
dari jaringan
neural dengan inti yang berbentuk koma
Ada lesi yang undifferentiated diperlukan pemeriksaan mikroskop
elektron
untuk membedakannya dengan fibrosarcoma.
neurosarcoma
3. Liposarcoma
Gejala klinis :
Terjadi di daerah leher, pipi, bibir dan palatum lunak.
Dapat berkembang pada setiap usia, tetapi kebanyakan kasus
terjadi pada
kelompok umur setengah baya, dengan usia rata-rata 45 tahun.
Memperbesar perlahan, tanpa rasa sakit, permukaan massa lembut
tanpa
ulserasi atau perdarahan.
Bermetastasis
Kadang kasus tumbuh dengan kecepatan yang mengkhawatirkan
Gambaran radiografis : Transillumination menunjukkan area
kepadatan
berkurang.
Gambaran HPA
Lesi luas terdiri dari seprai dan berkas adipocytes admixed
Tampak sedikit lipoblasts
Dipisahkan oleh septa fibrosa yang mengandung sel-sel gelendong
dengan
init hyperchromatic dan agak pleomorphic
Kadang tampak Signet-sel ring
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
29/38
Serat kolagen tampak longgar kadang cukup padat
liposarcoma
4. Osteosarcoma
Gambaran klinis
Merupakan tumor primer jaringan mesenkim pembentuk tulang yang
paling ganas.
Sering bermetastasis secara hematogen ke paru-paru.
Predileksi umur : Biasanya ditemukan pada usia dekade ke 2-3,
jarang di atas 50 tahun,
kecuali pada penderita penyakit paget.
Ada dua bentuk osteosarkoma :
1. Tipe osteoblastik / sklerosing : pada gambaran radiologist
memberi gambaran
sun ray.
2. Tipe osteolitik : lebih banyak penghancuran tulang disbanding
pembentukan.
Pembentukan tempat : metastasis tulang panjang, seperti distal
femur, proksimal
tibia, humerus, fibula. Pada tulang rahang, lebih sering pada
mandibula, terutama daerah
simfisis, ramus ascendesns.
Terlihat sebagai pembengkakan yang tumbuh cepat, sakit,
kesemutan pada bibr
da dagu karena tertekannya saraf alveolaris inferior,
terbatasnya pergerakan, gigi
goyang dan malposisi. Pada rahang atas dapat terjadi obstruksi
nasal dan tertekannya
mata. Ulserasi pada kulit dan mukosa mulut terjadi pada fase
lanjut.
Gambaran HPA
Gambarannya bervariasi. Sel osteoblast dengan bentuk bervariasi,
berbentuk spindle
atau olihedral, inti hiperkromatik dan pleomorfik. Kadang-kadang
mengandungtulang
rawan. Pada tipe osteolitik, biasanya osteosarkoma mengandung
sel datia tumor dan
banyak gambaran mitosis.
Osteosarkoma
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
30/38
Sel-Sel tumor inti hiperkromatik, pleomorfik
Sel tumor berbentuk spindel / polihedral dengan inti
pleomorfik,
hiperkromati dengan jaringan osteoid.
5. Chondrosarcoma
Gambaran klinis
Merupakan tumor ganas tulang rawan.
Predileksi tempat : tulang panjang, anggota badan, tulang rusuk,
pelvis.
Dapat terjadi pada tulang rahang. Lebih sering pada daerah
alveolar rahang atas. Jarang
ditemukan pada jari tangan dan kaki.
Predileksi umur : usia dekade 5-6. Laki-laki lebih sering
dibanding wanita.
Gambaran HPA
Adanya sel tulang rawan primitive yang menimbulkan kerusakan
jaringan tulang
sekitarnya. Tumor mengandung jaringan mesenkim yang malignan
yang memproduksi
sel tulang rawan abnormal.
Chondrosarcoma, Terlihat sel tumor dengan inti besar,
pleomorfik, dan
hiperkromatik
Terlihat sel tumor dengan inti besar, pleomorfik, hiperkromatik,
kadang-
kadang berinti dua dan ada kerusakan jaringan.
6. Angiosarcoma
Gambaran klinis :
Jarang terjadi di mulut, tumor telihat sebagai massa daging yang
terulserasi,
warna merah atau keunguan.
Bentuk lesi tidak khas
Mudah terbentuk anak sebar yang luas dengan prognosa yang
sangat
buruk.
Gambaran HPA :
Tumor anaplastik dengan tipe sel yang tidak teratur tetapi
dengan
pembentukan beberapa pembuluh darah.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
31/38
7. Malignant melanoma
Makroskopis
Melanoma intraoral biasanya berwarna coklat tua atau hitam atau
jika tidak berpigmen,
berwarna merah. Dapat berbentuk makula, papula, atau ulserasi.
Melanoma superfisial
jarang ditemukan pada mukosa mulut, karena biasanya melanoma
bersifat invansif,
kecuali bila ditemukan pada stadium dini, namun stadium dini
sulit dideteksi. Stadium
awal bersifat asimptomatis. Tempat predileksi dalam mulut adalah
palatum keras, diikuti
oleh gingiva, bibir dan mukosa bukal.
Biasanya melanoma kulit terjadi pada usia yang lebih muda
dibandingkan dengan
melanoma intraoral yang biasanya nampak pada usia diatas 50
tahun.
Patologi
Melanoma dapat timbul akibat transformasi neoplastik dari
melanosit atau sel-sel
nevus. Melanoma intraoral diawali oleh melanosit. Pola
pigmentasi yang mengarah pada
melanoma adalah campuran warna yang bervariasi seperti coklat,
hitam, biru dan merah
asimetri dengan tepi yang tidak beraturan. Melanoma kulit dan
melanoma intraoral
dapat menunjukkan pertumbuhan radial dan superfisial yang
berlangsung lama dan
terjadi pada perbatasan epitel dengan jaringan ikat sebelum
memasuki suatu
pertumbuhan vertikal yang invansif.
Melanoma intraoral umumnya datar, eritematous atau pigmentasi,
jarang berbentuk
massa yang menonjol. Melanoma intraoral berbeda dengan melanoma
ekstraoral dalam
faktor pajanan sinar matahari, riwayat keluarga atau nevi
atipik, dan faktor prognosis.
Prognosis sangat buruk dengan angka kesintasan 2-3 tahun.
Melanoma dengan derajat
keganasan rendah tanpa invansi vaskular mempunyai angka
kesintasan 8 tahun. Faktor
yang memperburuk prognosis adalah invansi vaskular, populasi sel
polimorfik, dan
nekrosis.
Mikroskopis
Berisi sel-sel ganas yang menginvansi ke jaringan yang lebih
dalam. Sel mempunyai
gambaran khas berbintik-bintik atau mengandung pigmen malanin
dalam jumlah banyak.
Pada nodular melanoma, sel ganas mempunyai pola pertumbuhan
vertikal. Bentuk
melanoma yang paling sering dijumpai adalah melanoma dengan
penyebaran superfisial.
Gbr : melanoma malignan
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
32/38
MELANO MALIGNA.jpg8.a. Leukemia
Ada berbagai macam manifestasi mulut sesuai dengan tipe
leukimia. Akut
leukimia akan menghasilkan gambar seperti bunga, dan akut
monoblastik leukimia akan
menghasilkan tanda-tanda mulut yang paling buruk. Metode
perawatan modern,
terutama untuk leukimia akut, telah banyak merubah tanda-tanda
klinis yang ada dalam
mulut. Untungnya, sekarang tidak banyak penderita lesi mulut
yang besar.
Kira-kira 80% dari penderita akut monositik anemia mempunyai
tanda-tanda
mulut yang sama. Tanda yang paling sering terlihat adalah
pembengkakan gusi, yang
terisi penuh dengan sel leukimia. Perdarahan dan infeksi gingiva
sering terlihat pada
keadaan ini. Daerah jaringan yang luas akan mengalami nekrose,
menghasilkan daerah-
daerah ulser yang besar. Pasien akan sulit mengunyah makanan dan
mulutnya berbau
tidak enak. Kematian akan diterima dengan senang hati bila
seluruh tanda keadaan ini
telah manifestasi dalam mulut.
Hampir 50% penderita akut leukimia mempunyai manifestasi mulut.
Bila terlihat
pula adanya limpadenopati, maka persentase tersebut akan menjadi
lebih tinggi.
Perdarahan gingiva merupakan tanda mulut yang paling sering
terlihat, yang terdapat
pada seperempat keadaan. Gejala lain yang lebih jarang terjadi
adalah ulser yang tidak
khas. Hampir 5% dari penderita mengalami pembentukan petechiae
perdarahan atau
daerah ekimosis yang luas. Daya tahan jaringan mulut berkurang
sehingga
memungkinkan terjadinya infeksi seperti infeksi Vincent dan
candida albikan. Infeksi
Vincent sangat jarang terjadi pada anak-anak, sehingga keadaan
yang terlihat harus
dirawat seperti leukimia, kecuali bila telah diketahui
diagnosanya. Infeksi-infeksi ini juga
dapat terjadi pada akut monoblastik leukimia. Palsi wajah jarang
terjadi karena adanya
deposit jaringan leukimia yang merusak saraf wajah.
Bila akut leukimia sering terjadi pada anak-anak, kronik
leukimia biasanya
terlihat pada orang dewasa serta dapat berakhir sebagai akut
leukemik. Kronik limpatik
leukimia merupakan penyakit jarang terlihat pada orang lanjut
usia. Seringkali ditemukan
lesi yang sangat tersembunyi sehingga pasien meninggal karena
penyakit-penyakit lain,
tanpa disertai dengan leukimia. Manifestasi mulut timbul hanya
pada 12% pasien dengan
kronik leukimia. Disini sekali lagi kasus limpadenopati tidak
diperhitungkan. Beberapa
gejalanya mirip dengan akut leukimia tetapi tidak terlalu
parah.
Pencabutan gigi sebaiknya jangan dilakukan pada pasien dengan
akut leukimia,
karena luka sering tidak mau menutup serta merupakan awal lesi
mulut yang sangat
menjengkelkan. Pada leukimia kronis keadaan ini tampaknya tidak
sering terjadi.
Herpes zoster merupakan keadaan yang sering menyertai kronik
leukimia. Herpes
simplek tipe sekunder juga sering terjadi dan berlangsung cukup
lama.
Lesi mulut jarang merupakan lesi primer pada kronik leukimia,
tetapi pada akut
leukimia lesi mulut malah tidak terlihat. Pemeriksaan
haematologi dianjurkan pada
semua penderita lesi mulut yang tidak dapat didiagnosa dengan
mudah. Perdarahan
yang terjadi setelah pencabutan sangat jarang merupakan
manifestasi primer.
Sebagian besar penderita leukimia umumnya juga mengalami anemia,
tetapi
kadang-kadang terlihat keadaan kronik limpatik leukimia yang
hanya disertai dengan
anemia yang sangat ringan. Sebagian besar leukimia dapat
didiagnosa dari hasil
pemeriksaan darah periper, tetapi kadang-kadang harus dilakukan
pemeriksaan
sumsum, untuk membuktikan diagnosa tersebut.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
33/38
Gambaran HPA :
8.b. Myeloma
Myeloma terdiri dari :
a. Myeloma jaringan lunak
Gambaran klinis :
Merupakan bentuk hiperplasia gingivitis dimana potongan jaringan
terisi penuh dengan
sel plasma, tetapi tidak menunjukkan pembentukan myeloma
jaringan lunak karena
myelomatosis tidak terjadi pada keadaan tersebut.
b. Myeloma Soliter
Gambaran klinis :
Merupakan tumor yang timbul pada rahang. Membentuk pembengkakan
yang terasa
sakit dan merusak tulang di sekitarnya.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
34/38
c. Myeloma Myelomatosis
Gambaran klinis :
Disertai rasa sakit dan pembengkakan.
Merupakan penyakit orang lanjut usia.
Lebih sering pada wanita daripada pria.
Dapat di diagnosa dengan berdasar pada monoklonal
hipergammaglobulinemia ( kecepatan sedimentasi darah sangat
meningkat).
Myeloma
9. Lymphoma
Limfoma merupakan tumor ganas jaringan limfoid, berbentuk massa
padat pada
kelenjar. Ada dua tipe limfoma, yaitu limfoma Hodgkin dan
limfoma non-Hodgkin.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
35/38
1.Limfoma Hodgkin
Gambaran klinis :
Predileksi tempat : kelenjar getah bening leher dan kepala.
Predilesi umur : teradi pada usia dewasa muda ( sekitar 20
tahun) dan usia dekade ke-
5.
Gambaran HPA :
Ciri khas limfoma Hodgkin adalah adanya sel datia Reed
Sternberg, meskipun
kadang-kadang tidak dijumpai. Sel lain yang juga merupakan ciri
khas adalah sel
lakunar ( menyerupai sel datia Reed Stenberg, tetapi lebih
kecil) dan sel mononuclear
Hodgkin. Sel datia Reed Stenberg mempunyai gambaran khas, tampak
besar dengan
dua inti yang saling berhadapan atau disebut mirror image,
karena letak kedua inti sel
seperti bayangan objek pada cermin. Kadang-kadang ditemukan sel
tumor yang
dikelilingi oleh zona halo dan nucleolus yang jelas sehingga
dinamakan owl eye.
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
36/38
Arsitektur kelenjar limfe sudah hilang.
Sel lakunar, sel mononuklear Hodgkin dan sel datia Stenberg.
2.Limfoma non-Hodgkin
Gambaran klinis :
Merupakan tumor ganas berbentuk padat dan berasal dari jaringan
limforetikuler
perifer.
Predileksi tempat : Jaringan limforetikuler perifer kelenjar
limfe, kelenjar limfe palatum,
gusi, pipi, dasar mulut dan tonsil.
Gambaran HPA
Tampak jaringan kelenjar limfe dengan arsitekstur sudah tidak
teratur,
menghilang dan sebagian besar sudah diganti oleh sel ganas yang
bentuknya lebih besar
dari sel limfosit. Inti sel tampak hiperkromatik, pleomorfik
dengan nucleoli nyata.
Mitosis biasanya terlihat jelas.
Arsitektur kelenjar limfe sudah hilang.
Sel dengan inti besar, hiperkromatik, dan pleomorfik.
BAB IV KESIMPULAN
1. Patogenesis Terjadinya Neoplasia
Pada tahap G1 siklus sel, adanya suatu rangsangan ekstraseluler
yang menganai sel,
maka sel akan memacu keluarnya kinase, yang nantinya akan
teraktivasi dan berikatan
dengan cyclin membentuk suatu komplek yang bernama cyclin
dependentkinase ( CDK
), sehingga terjadinya proliferasi sel ke tahap selanjutnya.
Bila pada tahap mitosis dihasilkan DNA yang mengalami kerusakan,
akan
mengaktifkan suatu supresesor gen P-53 sehingga gen P-21 akan
teraktivasi, yang
berfungsi untuk memberhentikan siklus sel tersebut yang
bertujuan untuk melakukan
repair atau perbaikan DNA sel yang rusak tersebut.
Bila terjadi gangguan pada gen P-53 tersebut maka proses
proliferasi sel tersebut
tidak akan terkontrol dengan pembelahan sel secara berlebihan
dan tidak terkendali
(neoplasi).
-
8/29/14 My World-nyo: Laptut: Tumor ganas Rongga mulut
blogmyworldduniaku.blogspot.com/2012/09/laptut-tumor-ganas-rongga-mulut_1970.html
37/38
2. Etiologi Tumor Ganas Rongga Mulut
a. Faktor internal ( herediter dan faktor pertumbuhan).
b. Faktor eksternal ( bakteri, virus, jamur, bahan kimia,
obat-obatan, radiasi, trauma,
panas, dingin dan diet).
3. Siklus Tumor Ganas
Tumor ganas terbentuk akibat terjadinya mutasi beberapa gen
seperti pada gen tumor
supresor, gen onkogen sehingga pertumbuhan sel tidak terkontrol.
Sel yang mengalami
mutasi b