PERCOBAAN I
PENENTUAN KANDUNGAN NITRIT MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
UV-VIS
A. TUJUAN PERCOBAAN
Dapat memahami prinsip dasar instrument spektrofotometer
UV-Vis
Dapat melakukan preparasi sampel dalam analisis kandungan nitrit
menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Dapat menentukan kandungan nitrit menggunakan spektrofotometer
UV-Vis dalam sampel
B. DASAR TEORI
Metode analisiss spektrometri adalah metode analisis yang banyak
dipakai dalam analisis kimia, khususnya pada spectra
elektromagnetik daerah ultraviolet dan tampak. Prinsip dasar
spektroskopi adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan
suatu sampel, dan adanya interaksi tersebut menyebabkan terjadinya
perpindahan electron valensi molekul atau atom ke tingkat energi
orbital yang lebih tinggi. Kemudian jumlah intensitas radiasi yang
diserap oleh sampel dihubungkan dengan konsentrasi analit dalam
suatu larutan sampel. Jumlah radiasi yang diserap oleh suatu
larutan sampel digambarkan oleh hokum Beer-Bougeur-lambert :
A = - Log T = Log 1/T = Log Io/I = (bc
A = 2,00 log % T
Dimana :
A = absorbansi
T = transmitansi
B = panjang kuvet (cm )
( = absorsivitas molar ( cm-1.mol-1.liter )
C = konsentrasi larutan ( mol/L )
Io = intensitas sinar dating
I = intensitas sinar yang diteruskan
Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara
spektrometri. Ketiga teknik tersebut adalah :
1. Metode standar tunggalMetode ini sangat praktis karena hanya
menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Astd)
dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan spektrometri. Dari
hukum Beer diperoleh:
Astd = (.b.Cstd
Asmp = (.b.Csmp
(.b = Astd/Cstd
(.b = Asmp/Csmp
Sehingga,
Astd/Cstd = Csmp/Asmp
Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd
Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar,
konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.
2. Metode Kurva KalibrasiDalam metode ini dibuat suatu seri
larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari
larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah selanjutnya adalah
membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang
akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope = .b
atau slope = a.b. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah
absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva
kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang
diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva
kalibrasi.
3. Metoda Adisi StandarMetoda ini dipakai secara luas karena
mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi
lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metoda ini dua atau
lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam
labu takar. Satu larutan diencerkan sampat volume tertentu kemudian
diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar, sedangkan
larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih
dulu dengan sejumlah tertentu tarutan standar dan diencerkan
seperti pada larutan yang pertama.
Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:
Ax = k.Ck AT = k(Cs+Cx)
Dimana,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan
sampel
Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT = absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh Cx = Cs +
{Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur
Ax dan AT dengan spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan
zat standar dapat pula dibuat grafik antara AT lawan Cs garis lurus
yang diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs
Gambar : kurva kalibrai (kiri) dan kurva adisi standar (kanan)
dalam analisis spektrometri
C. ALAT
1. Spektrofotometer sinar tampak dengan kuvet silika
2. Labu ukur 50 mL:250 mL;500 mL dan 100 m:
3. Pipet ukur 1 mL;5 mL;10 mL
4. Pipet tetes
5. Gelas piala 150 mL;250 mL; 600 mL
6. Erlenmeyer 250 mL
7. Dragball
8. Cawan arloji
9. Neraca analitik
D. BAHAN
1. larutan sampel
2. aquades bebas nitrit
3. sulfanilamide (SA)
4. N-(1-naphthyl) ethylene diamine dihydrochloride (NED
dihydrochloride)
5. KMnO46. Larutan induk nitrit
7. H2SO4 pekat
8. FAS
9. Na2C2O4E. CARA KERJA
1. Pembakuan larutan induk nitrit, 250 mg/L NO2-N
a) Pipet 10 mL larutan KMnO4 0,05 N, masukkan kedala Erlenmeyer
250 mL
b) Tambahkan 1 mL H2SO4 pekat
c) Pipet 10 mL larutan induk nitrit, masukkan kedalam larutan
KMnO4 dengan cara ujung pipet berada dibawah permukaan larutan
KMnO4d) Diamkan selama 5 menit
e) Hilangkan warna permanganate dengan penambahan larutan FAS
0,05 N dengan penambahan secara bertahap sebanyak 10 mL
f) Titar kelebihan FASdengan larutan KMnO4 0,05 N sampai sedikit
warna merah muda sebagai titik akhir
g) Hitung kandungan NO2-N dari larutan induk dengan rumus
berikut :
Dimana:
C adalah kadar NO2-N dalam larutan induk, mg/mL NO2-N
V1 adalah jumlah mL total larutan KMnO4 yang digunakan
N1 adalah normalitas larutan KMnO4V2 adalah jumlah mL total
larutan Na2C2O4 atau jumlah mL total larutan FAS
N2 adalah normalitas larutan Na2C2O4 (atau jumlah mL larutan
FAS)
V3 adalah jumlah mL larutan induk NO2-N yang diambil (dititar)2.
Pembuatan kurva kalibrasi
a) Optimalkan spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan
alat
b) Ke dalam masing-masing 25 mL larutan standart tambahkan 0,5
mL larutan sufanilamida, kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8
menit
c) Tambahkan 0,5 mL larutan NED dihirochlorida, kocok dan
biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi
(pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam)
d) Baca masing-masing absorbansinya pada panjang gelombang 543
nm
e) Buat kurva kalibrasinya
3. Prosedur analisis sampel
a) Pipet 10 mL sampel, masukkan kedalam gelas piala 200 mL
b) Tambahkan 0,2 mL larutan sulfanilamide, kocok dan biarkan 2
menit sampai dengan 8 menit
c) Tambahkan 0,2 mL larutan NED dihirochlorida, kocok dan
biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi
(pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam)
d) Baca masing-masing absorbansinya pada panjang gelombang 543
nm
e) Hitung kadar nitrit dalam sampel menggunakan kurva
standar
PERCOBAAN II
PENENTUAN KANDU LOGAM BESI (Fe) DALAM OBAT ATAU MAKANAN
MENGGUNAKAN AAS
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat memahami prinsip dasar instrumen AAS
Mahasiswa dapat melakukan preparasi sampel obat atau makanan
dalam analisis logam Fe menggunakan AAS
Mahasiswa dapat menentukan kandungan logam Fe dalam obat atau
makanan
B. DASAR TEORI
Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di
dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom
unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan
tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap
tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar (groung state).
Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan
oleh sumber radisi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan
sehingga terjadi proses eksitasi energi atom. Panjang gelombang
yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang
gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala.
Penyerapan energi/sinar (absorbansi) oleh atom pada panjang
gelomabang tertentu akan mengikuti hukum Lambert-Beer, yakni
absorbansi berbanding lurus dengan panjang kuvet yang dilalui sinar
dan konsentrasi uap atom dalam nyala. Tetapi panjang kuvet dapat
dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung dengan
konsentrasi analit dalam larutan sampel.
Hukum Lambert-Beer sebagai berikut:
Keterangan:
A = absorbansi
T = transmitansi
b = panjang kuvet (cm)
= absortivitas molar (L/cm.mol)
c = konsentrasi larutan (mol/L)
Io = intensitas sinar datang
I = intensitas sinar yang diteruskan
C. ALAT
Spektroskopi Serapan Atom (AAS)
Neraca
Gelas beker
Labu ukur
Pipet volume / pipet gondok
Pipet tetes
Kaca arloji
Pengaduk kaca
Erlenmeyer
Dragball
Corong kaca
dll
D. BAHAN
Larutan induk Fe 1000 ppm
Sampel obat/makanan yang mengandung Fe
Akuades
HNO3 pekat
E. CARA KERJA
1. Preparasi Sampel
a. Destruksi (lebih diutamakan)ambil 0,005 g sampel dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 10 mL HNO3 pekat kemudian
panaskan sampai sampel larut seluruhnya dan larutan menjadi
kering/hampir kering. Encerkan sampel dengan larutan HNO3 0,1M
menggunakan labu ukur 10 mL.
b. Tanpa Destruksi
Ambil 0,05 gram sampel dan larutkan di dalam beker dengan HNO3
pekat kemudian diencerkan menggunakan labu ukur 10 mL. 1mL larutan
tersebut diambil dan diencerkan menggunakan 10 mL labu ukur.
2. Metode Standar Kalibrasi
Buatlah larutan standar Fe 0.0 ; 0.5 ; 1 ; 2 ; 4 ; 6 ; 8 ; 10
ppm dengan mengencerkan larutan induk Fe 100 ppm dengan larutan
HNO3 0,1M menggunakan labu ukur 10 mL.
3. Metode Standar Addisi
Buatlah larutan standar Fe 0.0 ; 0.5 ; 1 ; 2 ; 4 ; 6 ; 8 ; 10
ppm dengan mengencerkan larutan induk Fe 100 ppm dengan larutan
HNO3 0,1M menggunakan labu ukur 10 mL. Kemudian ditambahkan 1mL
larutan sampel pada setiap variasi konsentrasi.
4. Pengukuran Standar dan Sampel
Lakukan pengukuran larutan standar dari metode standar kalibrasi
dan standar addisi yang dimulai dari konsentrasi terendah secara
berurutan. Catat absorbansi masing-masing larutan standar tersebut.
Buatlah grafik standar antara konsentrasi versus absorbansi.
Kemudian lakukan pengukuran larutan sampel yang telah dibuat.
Apabila absorbansinya berada di luar kurva standar maka lakukanlah
pengenceran terhadap larutan sampel. Hitunglah kandungan logam besi
(Fe) dalam sampel menggunakan kurva standar.
PERCOBAAN IIIEKSTRAKSI DAN ANALISA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
BAHAN ALAM
TUJUAN
1. Mengekstraksi senyawa kimia dari bahan alam dengan
menggunakan ekstraksi cair-cair.
2. Menganalisis ektrak daun nyamplung dengan metode kromatografi
lapis tipis.
DASAR TEORI
Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan kimia (partisi
kimia) berdasarkan perbedaan distribusi komponen sampel di dalam
dua pelarut dengan sifat kepolaran yang berbeda. Adapun metode
ekstraksi dengan menggunakan pelarut:
1. Cara dingin
a. Maserasi
Proses pengekstrakan dengan menggunakan pelarut dengan beberapa
kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang.
b. Perkolasi
Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan
pada temperatur ruang.
2. Cara panas
a. Refluks
Ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
b. Sokletasi
Ekstraksi yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga
terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.Kromatografi adalah suatu metode
analitik untuk pemurnian dan pemisahan senyawa-senyawa organik dan
anorganik. Metode ini berguna untuk fraksionasi campuran kompleks
dan pemisahaan untuk senyawa yang sejenis. Dalam kromatografi,
komponen-kompenen terdistribusi menjadi dua fasa, yaitu fasa diam
dan fasa gerak. Transfer fasa gerak dan fasa diam terjaddi bila
molekul-molekul campuran terserap pada permukaan partikel (terserap
di dalam pori-pori partikel).
ALAT DAN BAHAN
ALAT
BAHAN
1. Corong pisah1 buah
1. Daun nyamplung10 lembar
2. Pipa kapiler
1 buah
2. Methanol
100 mL3. Chamber KLT1 buah
3. n-heksana
57 mL4. Hot plate
1 buah
4. Etil asetat
4 mL5. Lampu uv
1 buah
5. Kloroform
16 mL6. Gelas beaker 250 mL3 buah
6. Aseton
1 mL7. Gelas ukur 50 mL1 buah
7. Plat KLT
3 buahCARA KERJA
1. Daun nyamplung dimaserasi dengan metanol selama
semalaman.
2. Maserat disaring dan ditambahkan n-heksana untuk kemudian
diekstraksi dengan menggunakan corong pisah3. N-heksana dipisahkan
dari campuran dan dievaporasi hingga diperoleh ekstrak kental.
4. Ekstak daun nyamplung dilakukan analisa dengan kromatografi
lapis tipis dengan eluen yang berbeda. (n-heksana : etil asetat
4:6, kloroform : aseton 9:1, dan kloroform : n-heksana 7:3)
5. Hitung Rf dari masing-masing noda yang tampak.
PERCOBAAN IV
PEMISAHAN KOMPONEN SENYAWA DARI EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa L
) MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KOLOM
A. TUJUAN
1. Memahami teknik penggunaan kromatografi kolom
2. Melakukan pemisahan komponen-komponen senyawa dari ekstrak
kunyit menggunakan kromatografi kolom
3. Melakukan identifikasi kurkumin dari hasil pemisahan secara
kromatografi kolom menggunakan KLT
B. DASAR TEORI
Kromatografi adalah suatu metode yang digunakan untuk memisahkan
senyawa organik dan anorganik sehingga senyawa tersebut dapat
dianalisis dan dipelajari. Kromatografi digunakan sebagian orang
untuk mengetahui komponen apa saja yang terdapat dalam suatu sampel
zat padat atau zat cair.
Metode kromatografi adalah cara pemisahan dua atau lebih senyawa
atau ion berdasarkan pada perbedaan migrasi dan distribusi senyawa
atau ion ion tersebut dalam dua fasa yang berbeda. Dua fasa ini
bisa berwujud padat-cair, cair-cair, atau gas-cair. Zat terlarut
didalam suatu fasa gerak mengalir pada suatu fasa diam. Fasa diam
adalah fasa yang tidak bergerak, sedang kan fasa gerak adalah fasa
yang bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen komponen
senyawa yang akan dipisahkan. Zat terlarut yang memiliki afinitas
terhadap fasa gerak yang lebih besar akan tertahan lebih lama pada
fasa gerak, sedangkan zat terlarut yang afinitas terhadap fasa
gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada fasa diam. Dengan
demikian senyawa-senyawa dapat dipisahkan komponen demi komponen
akibat perbedaan migrasi di dalam fasa gerak dan fasa diam. Jika
terdapat komponen A yang terdistribusi dalam fasa gerak (mobile)
dan fase diam (stationary) :
A mobile A stationary
Kd = f= fraksi mol A dalam fasa gerak = keakuratan hasil
pemisahan dengan metode kromatografi bergantung pada beberapa
faktor berikut :
1. Pemilihan absorben sebagai fasa diam
2. Kepolaran pelarut atau pemilihan pelarut yang sesuai sebagai
fasa gerak
3. Ukuran kolom (panjang dan diameter)
4. Laju elusi atau kecepatan fasa gerak
Terdapat empat jenis kromatografi : kromatografi cair,
kromatografi gas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi
kertas. Dalam kromatografi lapis tipis, fasa gerak adalah pelarut
sedangkan fasa diamnya adalah plat tipis yang dilapisi absorben
tertentu.
Kromatografi kolom merupakan jenis kromatografi serapan yang
didasarkan pada distribusi zat diantara padatan penyerap (fasa
diam) dan pelarut (fasa gerak). Kolom kromatografi dapat berupa
tabung kaca yang dilengkapi dengan kran pada salah satu ujungnya.
Ukuran kolom biasanya berdiameter 1-5 cm dan panjangnya 10-100 cm.
Perbandingan ukuran antara diameter dengan panjang kolom ditentukan
oleh kesukaran pemisahan. Pada prinsipnya dalam kromatografi kolom,
apabila suatu cuplikan yang merupakan campuran dari beberapa
komponen dimasukan melalui bagian atas kolom, maka komponen yang
diserap lemah oleh adsorben akan keluar lebih cepat bersama eluen,
sedangkan komponen yang diserap kuat akan keluar lebih lama.
C. ALAT
Kolom kromatografi
1 buah
Chamber
1 buah
Lampu UV
1 set
Gelas beker
2 buah
Gelas ukur
1 buah
Pipet volume
1 buah
Pipet tetes
1 buah
Corong gelas
1 buah
Dragball
1 buah
Pengaduk kaca
1 buah
Pipa kapiler
1 buah
Hot plate
1 buah
Hair dryer
1 buah
Flakon kaca
10 buah
D. BAHAN
Ekstrak kunyit
1 tetes
CH2Cl2
100 mL
CH3OH
1 mL
Plat KLT
1 lembar
Silika gel
15 gram
E. CARA KERJA
Pembuatan kolom dilakukan dengan cara 15 gram silika gel
dilarutkan dengan eluen CH2Cl2 : CH3OH (99 :1) kemudian dimasukan
secara perlahan kedalam kolom kromatografi, kondisi kolom harus
selalu basah dengan pelarut, kemudian teteskan ekstrak kunyit
secara perlahan pada bagian atas kolom ( jangan sampai merusak
permukaan kolom yang sudah rata). Lakukan elusi hingga komponen
terpisah menjadi beberapa fraksi, tampung fraksi kedalam flakon
kaca sesuai dengan perbedaan warna komponen, gabungan fraksi yang
mengandung komponen pertama ini diuapkan kemudian ditotolkan pada
plat KLT, dimasukan kedalam chamber yang berisi eluen CH2Cl2 :
CH3OH (99:1), plat KLT dikeringkan, noda pada plat KLT dilihat
menggunakan lampu UV.
PERCOBAAN V
PENENTUAN KADAR LOGAM KROM (Cr) DALAM SAMPEL
MENGGUNAKAN HPLC
A. TUJUAN
1. Menjelaskan prinsip kerja HPLC.
2. Menganalisis kaandungan logaam krom dalam sampel menggunakan
HPLC baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
B. DASAR TEORI
High Performance Liquid Chromatography atau kromatografi cair
kinerja tinggi (HPLC) merupakan salah satu contoh kromatografi
cair. Pemisahan dalam HPLC normalnya lebih efisien dan tidak
membutuhkan kolom yang panjang. Proses pemisahan komponen -
komponen dalam suatu sampel dengan menggunakan HPLC dibutuhkan
tekanan yang cukup tinggi sehingga proses pemisahannya lebih
sempurna dan cepat.
Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan mencocokkan waktu
retensi dan similarity indeks (SI) kromatogram sampel dengan
standard yang akan dianalisis atau dengan metode spiking sampel
dengan standard yang akan dianalisis. Sedangkan analisis
kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode,
seperti :
1. Metode standard tunggal atau spiking standard tunggal
2. Metode kurva kalibrasi/kurva standard
3. Metode standard adisi
C. ALAT
1. Seperangkat alat HPLC dengan detector UV 254 nm kolom C18
2. Syringe 25 l
3. Pipet ukur 10 ml
4. Pipet tetes
5. Erlenmeyer
6. Gelas beker 50 ml
7. Labu ukur 25 ml
8. Corong gelas
D. BAHAN
1. Sampel krom
2. Larutan standard krom
3. Aquabides
4. Kertas saring
E. CARA KERJA
Panaskan alat HPLC selama beberapa jam sebelum digunakan untuk
menstabilkan alat dan mencuci kolom dengan eluen yang akan
digunakan selama pemanasan. Ambil 1 ml larutan Cr(NO3)2 10 ppm dan
encerkan menjadi 25 ml sehingga diperoleh larutan A. Kemudian
injeksikan larutan A ke dalam tempat sampel HPLC menggunakan eluen
aquabides dengan syringe. Catat waktu retensi, intensitas, dan luas
puncak utama dari kromatogram standard tersebut. Ambil 1 ml sampel
krom kemudian diencerkan sebanyak 25 ml dengan aquabides sehingga
diperoleh larutan B. Injeksikan larutan B ke dalam tempat sampel
HPLC dengan syringe menggunakan eluen dan kondisi yang sama.
Selanjutnya tambahkan 1 ml larutan A ke dalam 9 ml larutan B
kemudian dilarutkan menjadi 25 ml dengan aquabides sehingga
diperoleh larutan C. Injeksikan larutan C pada HPLC menggunakan
eluen dan kondisi yang sama. Analisislah kromatogram yang diperoleh
dan hitung kadar krom dalam sampel :
= atau :
= dimana :
I = intensitas
A = luas permukaan peak
C = konsentrasi
PERCOBAAN VI
PENENTUAN ETANOL DALAM MINUMAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS
(GC)
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menjelaskan prinsip kerja kromatografi gas.
2. Menganalisis kandungan etanol dalam minuman dengan
menggunakan kromatografi gas, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
B. DASAR TEORI
Prinsip dasar kromatografi gas sama seperti kromatografi
lainnya. Perbedaannya hanya pada eluen, dimana pada GC menggunakan
eluen gas.
Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan mencocokkan waktu
retensi dan similarity indeks (SI) kromatogram sampel terhadap
kromatogram standar, atau dengan metode spiking sampel terhadap
standar.
Analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode, seperti:
1. Metode standar tunggal.
2. Metode kurva kalibrasi/kurva standar.
3. Metode standar adisi.
C. METODOLOGI PERCOBAAN
1. ALAT
Seperangkat alat GC (detektor UV 254 nm, kolom C18)
Syringe 50 L Pipet volume 1 mL Pipet volume 5 mL Labu ukur 5 mL
Gelas beker 25 mL Pipet tetes Glassfin2. BAHAN
Larutan standar etanol 98%
Sampel minuman beralkohol
D. CARA KERJA
Panaskan alat GC selama beberapa jam sebelum digunakan, dan
mencuci kolom dengan eluen selama pemanasan.
Siapkan larutan standar, sampel, dan campuran standar+sampel
(perbandingan 3:2 dan 6:4) masing-masing 5 mL.
Injeksikan larutan standar sebanyak 0,5 L ke dalam tempat sampel
GC menggunakan syringe.
Catat waktu retensi, intensitas, dan luas permukaan peak utama
dari kromatogram.
Injeksikan larutan sampel minuman sebanyak 0,5 L ke dalam tempat
sampel GC dengan eluen dan kondisi yang sama.
Injeksikan larutan campuran sebanyak 0,5 L ke dalam tempat
sampel GC dengan eluen dan kondisi yang sama.
Analisa kromatogram yang dihasilkan, hitung kadar etanol dalam
sampel minuman dan dalam larutan campuran dengan metode standar
tunggal.
Buat 5 larutan deret standar dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%,
20%, dan 25% sebanyak 5 mL.
Injeksikan masing-masing standar sebanyak 0,5 L ke dalam tempat
sampel GC, dilanjutkan dengan larutan sampel.
Analisa data kromatogram. Hitung kadar etanol dalam sampel
dengan metode kurva kalibrasi.
Metode standar tunggal
As : respon sinyal standar
Ax : respon sinyal sampel
Cs : konsentrasi standar
Cx : konsentrasi sampel
PERCOBAAN VIIANALISA GUGUS FUNGSI MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
INFRA MERAH (IR)
A. Tujuan
Memahami prinsip kerja dari FTIR
Memahami dan mampu menganalisa gugus fungsi yang ada dalam suatu
sampel menggunakan FTIRB. Dasar Teori
Pada spektrofotometer Infra merah (IR) didasarkan pada interaksi
antara radiasi elektromagnetik dengan vibrasi suatu molekul
sehingga terjadi eksitasi tingkat energi vibrasi molekul. Besarnya
energi ini tergantung pada massa atom tereduksi dari atom-atom yang
berikatan, kekuatan, panjang dan jenis ikatan. Tingkat energi ini
spesifik terhadap gugus fungsi tertentu sehingga dapat dijadaikan
instrumen dalam menganalisis gugus fungsi dalam suatu sampel.C.
Alat
Spektrofotometer IR
Pencetak pellet
Neraca analitikD. Bahan
KBr
Anilin
Asam benzoatE. Cara Kerja
Haluskan serbuk KBr kemudain diambil 1 mg untuk dibuat pellet
menggunakan alat pembuat pellet bertekanan tinggi. Selanjutnya,
gerus sampel dan serbuk Kbr dengan perbandingan tertentu sampai
homogen. Kemudian diambil 1 mg untuk di buat pellet. Pellet
dianalisis menggunakan FTIR pada bilangan gelombang 400-4000 cm-1.
Analisa spektra IRPERCOBAAN VIII
ANALISIS STRUKTUR SENYAWA ALKOHOL MENGGUNAKAN SPEKTROMETER
RESONANSI MAGNETIK INTI
A. Tujuan Percobaan
1. Mampu mengetahui manfaat spektrometer resonansi magnetik inti
pada analisis kimia
2. Mengetahui bagaimana cara penggunaan spektrometer resonansi
magnetik inti untuk analisis struktur suatu senyawa
B. Dasar Teori
Unsur yang mempunyai nomor atom dan nomor massa ganjil, inti
atomnya mempunyai spin inti yang dapat diamati menggunakan
spektrometer resonansi magnetik inti (NMR). Sebagai contoh
sederhana adalah proton yang mempunyai nomor atom 1, perputaran
(spin) pada proton tersebut dapat menimbulkan medan magnet yang
disebut momen magnet. Perbedaan energi yang ditimbulkan oleh medan
magnet yang kuat dapat dijelaskan dengan persamaan berikut :
dimanaE = perbedaan energi antara spin dan
(keadaan spin pada energi rendah dan spin pada energi
tinggi)
= perbedaan giro energi (26753 / detik / Gauss untuk proton)
h = tetapan Planck
Ho = kekuatan medan magnet eksternal
sedangkan untuk energi foton dapat dijelaskan sebagai :
dimana = frekuensi gelombang elektromagnetik
maka
Medan magnet untuk frekuensi resonansi 60 Hz adalah sebesar 1402
Gauss. NMR menyajikan berbagai macam medan magnet yang diplot pada
grafik dari absorbsi energi sebagai fungsi kekuatan medan
magnet.
Jenis pertama spektometer NMR terdiri dari 4 bagian, yaitu :
1. Magnet yang stabil dengan pengontrol yang sensitif dan dapat
menghasilkan medan magnet precise.
2. Frekuensi radio (transmitter RF)
3. Detektor yang mengukur energi RF absorbsi sampel
4. Pencatat (recorder)
Grafik absorbsi terjadi pada ordinat Y sebagai fungsi medan
magnet pada axis X. Grafik medan magnet yang kuat akan berada di
sebelah kanan (upfield), sedangkan grafik magnet yang lemah akan
berada pada bagian kiri (downfield). Absorbansi pada proton yang
lebih shielded pada upfield di sebelah kanan. Sebaliknya pada
proton yang kurang shielded akan berada pada downfield berada pada
posisi sebelah kiri.
C. Alat dan Bahan
1. Spektrometer Resonansi Magnetik Inti
2. Komputer pengendali
3. Tempat sampel (kuvet)
4. Pelarut TMS
5. Metanol
D. Cara Kerja
1. Menghidupkan alat NMR
a. Hidupkan magnetic console (diperlukan waktu sampai 7 hari
agar medan magnet yang dihasilkan stabil)
b. Hidupkan FT NMR (diperlukan waktu 2 jam sebelum dilakukan
pengukuran)
c. Hidupkan pompa untuk memutar (spinning sample)
d. Hidupkan komputer pengendali
e. Tentukan parameter-parameter untuk membuat medan magnet yang
dihasilkan stabil
2. Melakukan pengukuran senyawa standar
Lakukan pengukuran untuk senyawa sekunder dan bandingkan spektra
yang dihasilkan dengan spektra sekunder
3. Melakukan pengukuran
a. Masukkan sampel alkohol ke dalam tabung kuvet sampai
kira-kira tingginya tabung
b. Tambahkan 3 tetes TMS
c. Masukkan tabung kuvet ke dalam tempat penyimpanan sampel dan
biarkan selama 15 menit supaya suhu sampel sama dengan suhu
pengukuran
d. Pasang tabung kuvet ke dalam tempat pengukuran, pastikan
spinning pada posisi eject kemudian masukkan tabung dan putar
dengan memutar knop pada posisi spin
e. Tentukan parameter pengukuran
f. Analisis spektra yang dihasilkan