DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
PENGANTARBAB I. Sejarah PerkembanganBahasa IndonesiaBAB II.
Penulisan Huruf, Kata, dan Tanda BacaBAB III. Analisis Kesalahan
Kalimat BAB IV. Paragraf dan PengembangannyaBAB V. Topik dan
PembatasannyaBAB VI. Kerangka Karangan dan PengembangannyaBAB VII.
Kutipan dan Daftar PustakaBAB VIII.Tata PersuratanBAB IX. Penulisan
Esail
PENGANTAR
Alhamdullillah, kami bersyukur kepada Allah SWT yang telah
mengaruniakan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas menyusun materi Buku Ajar MPK Bahasa Indonesia
ini. Tugas penyusunan materi ini sebenarnya sudah pernah dilakukan
oleh sebuah tim yang ditunjuk oleh Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Unsri sebelum mata
kuliah Bahasa Indonesia dipusatkan di UPT MPK Universitas
Sriwijaya. Akan tetapi, hasik kerja tim tersebut tidak dapat
diterbitkan dalam bentuk buku karena berbagai kendala teknis.
Alhamdulillah melalui Penataran dan Lokakarya selama dua hari yang
dilaksanakan oleh UPT MPK Universitas Sriwijaya, gagasan penerbitan
buku itu dapat direalisasikan oleh tim sembilan yang mengikuti
penataran dan lokakarya tersebut. Pada kesempatan yang baik ini,
tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Mulyadi Eko
Purnomo yang telah membantu mengoreksi materi dan penulisan modul
ini. Selain itu, terima kasih kami sampaikan juga kepada Ketua MPK
Universitas Sriwijaya, Bapak Achmad Burhan yang telah memfasilitasi
tempat dan sarana dan prasarana sehingga buku ini dapat
diterbitkan.Penyusun mengharapkan adanya masukan dan kritik dari
pembaca, khususnya para pengampu MPK bahasa Indonesia yang
menggunakan modul ini. Dengan demikian, modul ini dapat diperbaiki
lagi. Agustus 2006
PenyusunBAB I. SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Kompetensi DasarMahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan
bahasa Indonesia.
Indikator1) Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan bahasa
Indonesia 2) Mahasiswa dapat menerapkan Ejaan yang Disempurnakan
(EYD)
MateriSejarah Perkembangan Bahasa Indonesia 1.1. Bahasa Melayu
Dikukuhkan sebagai BahasaIndonesiaBahasa Indonesia bersumber dari
bahasa Melayu. Bahasa Melayu yang digunakan sebagai sumber bahasa
Indonesia adalah bahasa Melayu Riau. Bahasa Melayu dikukuhkan
sebagai bahasa persatuan diikrarkan pada peristiwa Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta.Untuk mengembangkan bahasa
Indonesia, bahasa Indonesia menyerap kosa kata dari bahasa daerah
maupun bahasa asing. Penyerapan itu dikarenakan dalam bahasa
Indonesia tidak ada padanannya.
Bahasa Melayu dikukuhkan sebagai bahasa Nasional pada tanggal 28
Oktober 1928 pada peristiwa Sumpah Pemuda
1.2. Kongres Bahasa IndonesiaDalam pembinaan bahasa Indonesia
dilakukan adanya kongres bahasa Indonesia yang dilakukan pertama di
Solo tahun 1938, kongres Bahasa Indonesia yang kedua di Medan tahun
1954, kongres bahasa Indonesia yang ketiga di Jakarta tahun l968,
kongres bahasa Indonesia keempat tahun 1973 di Jakarta. Kongres
Bahasa Indonesia yang kelima tahun 1978, kongres bahasa Indonesia
yang keenam tahun 1983, kongres bahasa Indonesia yang ketujuh tahun
1993, kongres bahasa Indonesia yang kedelapan tahun 1998, dan
kongres bahasa Indonesia yang kesembilan tahun 2003 di Jakarta.
Pelaksanaan kongres Bahasa Indonesia dari tahun 1938 s.d.
2003
21.3. Ejaan Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia mengalami beberapa
kali penerapan ejaan yaitu ejaan Van Opuysen 1902 sampai dengan
1947, Ejaan Soewandi (Ejaan Republik) tahun 1947 sampai dengan
1972, dan Ejaan yang Disempurnakan tahun 1972 sampai dengan
sekarang.
Ejaan Van Opuysen Ejaan Suwandi EYDoe uu j jy tjtjcdjdj jnjnjny
k
Pemberlakuan Ejaan Bahasa IndonesiaEjaan Van Opuysen (1902
1947), Republik (Soewandi) (19471972), dan EYD (1972sekarang)
1.4. Kedudukan Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa nasional, berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan
nasional, (2) lambang jatidiri (identitas) nasional, (3) alat
pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial
budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan antarbudaya
antardaerah. Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara,
berfungsi sebagai (1) bahasa resmi negara, (2) bahasa pengantar
resmi di lembaga-lembaga pendidikan, (3) bahasa resmi dalam
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan (4) bahasa resmi di
dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dan sebagai
bahasa negara
3
1.5. Kekuatan Hukum Bahasa IndonesiaPada tahun 1928 bahasa
Melayu dikukuhkan sebagai bahasa Nasional dan pada tahun 1945
secara konstitusional dikukuhkan sebagai bahasa negara tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV pasal 36. Untuk pembinaan
bahasa Indonesia sejalan dengan ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara (MPRS) tahun 1966 yaitu Meningkatkan penggunaan
bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu yang ampuh. Upaya pembinaan
bahasa nasional juga dirumuskan dalam ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1983 yaitu Pembinaan dan
Pengembangan bahasa Indonesia dilaksanakan dengan mewajibkan
penggunaan secara baik dan benar (MPR 1978 dan 983 Butir 3, bidang
Kebudayaan). Selain itu dalam ketetapan MPR no 983 tahun 1978
dinyatakan, Pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia perlu makin
ditingkatkan dan diperluas sehingga mencakup semua lembaga
pendidikan dan menjangkau masyarakat luas. Dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara tahun 1988 diarahkan bahwa usaha pembinaan bahasa
Indonesia akan ditingkatkan melalui jalur pendidikan formal dan non
formal. Maka dari itu, pemerintah akan meningkatkan usaha
pemasyarakatan Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Selain itu akan meningkatkan kemampuan dan
keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan
petugas pemerintah, khususnya yang berhubungan dengan masyarakat
(GBHN: Bab 21).
Kekuatan hukum bahasa Indonesia adalah dalam UUD 1945 Bab XV
pasal 36 dan keketapan MPRS, MPR
1.6. Slogan Pembinaan Bahasa IndonesiaPencanangan slogan gunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam upaya pembinaan bahasa
Indonesia mendapat tanggapan yang positif dari warga Indonesia.
Slogan tersebut berisi anjuran kepada masyarakat untuk menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik sesuai dengan lingkungan dan keadaan
yang dihadapi dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA :
Arifin, E Zaenal, dan S. Amran Tasai. 1999. Cermat Berbahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit Akademika
Pressindo.Halim, Amran. Editor. 1976a. Politik Bahasa Nasional.
Jilid 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Halim,
Amran. 1982. Pembinaan Bahasa Indonesia. Makalah dalam Pertemuan
Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.Saadie, Mamur, H.M. Idris Suryana, dan Eddy
Sapardi.1997/1998. Bahasa Bantu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-IIIWidagdho,
Djoko. 1997. Bahasa Indonesia : Pengantar Kemahiran bahasa di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Manajemen PT Raja Grafindo Persada.
Tugas dan Latihana. Jelaskan kapan bahasa Melayu dikukuhkan
sebagai bahasa nasional !
Jawab:
5b. Jelaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
dan sebagai bahasa nasional !
Jawab:
c. Jelaskan berapa kali perubahan Ejaan dan ejaan apa saja yang
digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia dan berikan contoh ejaan
tersebut!
Jawab:
6 d. Jelaskan kekuatan hukum yang menyangkut kedudukan,
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia!
Jawab:
e. Jelaskan Slogan dalam Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan
berikan contohnya!
Jawab:
BAB II. PENULISAN HURUF, KATA, DAN TANDA BACA
Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat menuliskan huruf, kata, dan
tanda baca dengan benar, sesuai dengan kaidah ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan sehingga dapat menyampaikan gagasannya
dengan benar pula dalam memperlancar tugas-tugas
perkuliahannya.
Indikator 1) Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan huruf kapital
dan huruf miring dalam sebuah kalimat.2) Mahasiswa dapat membedakan
penggunaan kata yang dirangkaikan dan yang dipisahkan dalam sebuah
kalimat. 3) Mahasiswa dapat menggunakan tanda baca dengan benar
dalam sebuah kalimat.
MateriPenulisan HurufDalam ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu (1)
penulisan huruf besar atau huruf kapital dan (2) penulisan huruf
miring.
1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital Penulisan huruf
kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang-kadang
menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah penulisan huruf
kapital itu adalah sebagai berikut.a. Huruf besar atau kapital
dipakai sebagai huruf pertama dalam kalimat yang berupa petikan
langsung.Misalnya : 1) Adik bertanya, Kapan kita pulang ?2) Kemarin
Engkau terlambat, katanya.3) Pak Guru menasihatkan ,Rajin-rajinlah
belajar agar lulus dalam ujian.4) Menko Perekonomian
menyatakan,Perekonomian dunia kini belum sepenuhnya lepas dari
cengkeraman resesi dunia.5) Archimedes berkata, Setiap benda yang
dimasukkan ke dalam zat cair akan mendapat tekanan ke atas sehingga
beratnya berkurang seberat zat cair yang dipindahkannya.Dalam karya
ilmiah, khususnya dalam ucapan terima kasih, contohnya.Selain itu,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abah yang selalu
memompa semangat penulis dengan ucapan, Mengapa orang bisa, kita
tidak?.
Catatan:Tanda baca sebelum tanda petik awal adalah tanda koma
(,), bukan titik dua (:). Tanda baca akhir (tanda titik, tanda
seru, dan tanda tanya) dibubuhkan sebelum tanda petik penutup.
b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam
ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan
nama Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganti
ku, mu, dan nya, sebagai kata ganti Tuhan, harus dituliskan dengan
huruf kapital, dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Hal-hal
keagamaan itu hanya terbatas pada nama diri, sedangkan kata-kata
yang menunjukkan nama jenis, seperti jin, iblis, surga, malaikat,
mahsyar, zakat, dan puasa meskipun bertalian dengan keagamaan tidak
diawali dengan huruf kapital.Misalnya:1) Limpahkanlah rahmat-Mu, ya
Allah.2) Dalam Alquran terdapat ayat-ayat yang menganjurkan agar
manusia berakhlak terpuji.Kata-kata keagamaan lainnya yang harus
ditulis dengan huruf kapital adalah nama agama dan kitab suci,
seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Injil, dan Weda.
c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
gelar (kehormatan, keturunan, agama), jabatan, dan pangkat yang
diikuti nama orang. Akan tetapi, jika di dalam rangkaian tulisan
itu sudah ditafsirkan bahwa penyebutan yang tanpa nama mengacu
kepada orangnya, gelar atau jabatan itu harus menggunakan huruf
kapital.Misalnya: 1) Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus
Salim.2) Nabi Ismail adalah anak Nabi Ibrahim alaihissalam.Jika
tidak diikuti oleh nama orang, gelar, jabatan, dan pangkat itu
harus dituliskan dengan huruf kecil. Misalnya:1) Calon jemaah haji
Sumsel tahun ini berjumlah 525 orang.2) Seorang presiden akan
diperhatikan oleh rakyatnya.Akan tetapi, jika mengacu kepada orang
tertentu, nama gelar, jabatan, dan pangkat itu dituliskan dengan
huruf kapital.
Misalnya:1) Pagi ini Menteri Perdagangan terbang ke Nusa Penida.
Di Nusa Penida Menteri meresmikan sebuah kolam renang. Pada sore
hari beliau kembali ke Jakarta.d. Kata-kata van, den, da, de, di,
bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama orang, tetap ditulis
dengan huruf kecil, kecuali kata-kata itu terletak pada awal
kalimat. Misalnya:1) Tanam Paksa di Indonesia diselenggarakan oleh
Van den Bosch.2) Perdagangan rempah-rempah itu dipimpin oleh Mursid
bin Hatim.
e. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama bangsa, suku, dan bahasa.Misalnya:1) Dalam bahasa Sunda
terdapat kata lahan.2) Kita bangsa Indonesia, harus bertekad untuk
menyukseskan pembangunan.Seperti contoh di atas, kata bangsa dan
bahasa tetap dituliskan dengan huruf awal kecil. Akan tetapi, jika
nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi awalan dan akhiran
sekaligus, ia harus ditulis dengan huruf kecil.Misalnya:Lafal
ucapannya masih menampakkan kesunda-sundaan.Demikian juga, kalau
tidak membawa nama suku, nama itu harus dituliskan dengan huruf
kecil.Misalnya: petai cina, jeruk bali, dodol garut.
f. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.Misalnya:Pada bulan Agustus terdapat hari yang sangat
bersejarah bagi bangsa Indonesia.
g. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
khas geografi.Misalnya:Salah satu daerah pariwisata di Sumatera
adalah Danau Toba. Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas
geografi, kata-kata sepertiselat,teluk, terusan, gunung, kali,
danau, dan bukit ditulis dengan huruf kecil.Misalnya:Nelayan itu
berlayar sampai ke teluk.
h. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama
dokumen resmi.Misalnya:Program Orang Tua Asuh dikampanyekan oleh
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.Akan tetapi, jika
tidak menunjukkan nama resmi, kata-kata seperti itu ditulis dengan
huruf kecil.Misalnya:Menurut undang-undang dasar kita, semua warga
negara mempunyai kedudukan yang sama.
i. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata partikel seperti: di, ke, dari, untuk, dan
yang, yang tidak terletak pada posisi awal.Misalnya:Idrus mengarang
buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
j. Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama
gelar dan sapaan, kecuali gelar dokter.Misalnya:Proyek itu dipimpin
oleh Dra. Jasika Murni.
Catatan:Ada perbedaan antara gelar Dr. dan dr. (doktor
dituliskan dengan D kapital dan r kecil jadi Dr., sedangkan dokter,
yang memeriksa penyakit dan mengobati orang sakit, singkatannya
ditulis dengan d dan r kecil, jadi dr).
k. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara,
kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Kata Anda juga diawali huruf kapital.Misalnya:Surat Saudara sudah
saya terima.Samsi bertanya kepada ibunya, Pagi tadi Ibu menjemput
siapa di pelabuhan?.Akan tetapi, jika tidak dipakai sebagai kata
ganti atau sapaan, kata penunjuk hubungan kekerabatan itu ditulis
dengan huruf kecil.Misalnya:Kita harus menghormati ibu kita dan
bapak kita.
2. Penulisan Huruf Miringa. Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip
dalam karangan. Dalam tulisan tangan atau ketikan, kata yang harus
ditulis dengan huruf miring ditandai oleh garis bawah
satu.Misalnya: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menerbitkan
majalah Bahasa dan Kesusastraan. Catatan:Garis bawah satu, sebagai
tanda kata yang dicetak miring, harus terputus-putus, kata demi
kata.b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.Misalnya:Bab
ini tidak membicarakan penulisan huruf besar.c. Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau
ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang sudah
disesuaikan ejaannya.Misalnya:Apakah tidak sebaiknya kita
menggunakan kata penataran untuk kata upgrading?Catatan:Dalam
tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak
miring diberi satu garis di bawahnya. Sebenarnya, banyak penulisan
huruf miring yang lain ataupun penandaan suatu maksud dengan
memakai bentuk huruf tertentu (ditebalkan dan sebagainya). Akan
tetapi, soal itu lebih menyangkut masalah tipografi pencetakan.
B. Penulisan Kataa. Kita mengenal bentuk kata dasar, kata
turunan atau kata berimbuhan, kata ulang, dan gabungan kata. Kata
dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri, sedangkan
pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran)
dituliskan serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata,
hanya mendapat awalan atau akhiran saja, awalan atau akhiran itu
dituliskan serangkai dengan kata yang bersangkutan saja. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Bakuberitahukan beri tahukanmemberitahu
memberi tahuKalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan
akhiran, bentuk kata turunannya itu harus dituliskan
serangkai.Misalnya: Bentuk Tidak Baku Bentuk Bakumenghancur
leburkan menghancurleburkanpemberi tahuan
pemberitahuandianak-tirikan dianaktirikanmenguji-cobakan
mengujicobakan
b. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung. Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan,
hendaknya dibatasi pada tulisan cepat atau pencatatan saja. Pada
tulisan yang memerlukan keresmian, kata ulang ditulis secara
lengkap.
c. Gabungan kata, termasuk yang lazim disebut kata majemuk,
bagian-bagiannya ditulis terpisah.Misalnya: Bentuk Tidak BakuBentuk
Bakuibukota ibu kotatatabahasa tata bahasakerjasama kerja
samalokakarya loka karya dutabesarduta besar sepakbolasepak
bola
d. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis
serangkai.Misalnya:Bentuk Tidak BakuBentuk Bakumana kala
manakalasekali gus sekaligusbila mana bilamanadari pada daripadaapa
bila apabilapada hal padahalbarang kali barangkalimata hari
mataharihulu balang hulubalangbagai mana bagaimanasapu tangan
saputangan
e. Kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai
suatu kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam
kombinasi, haruslah dituliskan serangkai dengan unsur
lainnya.Misalnya: Bentuk Tidak Baku Bentuk Bakua moral amoralantar
warga antarwargaantar pulau antarpulaucatur tunggal
caturtunggaldasa darma dasadarmadwi warna dwiwarnaekstra kurikuler
ekstrakurikulermaha siswa mahasiswakontra revolusi
kontrarevolusipurna bakti purnabaktipurna wirawan purnawirawansapta
krida saptakridasub bagian subbagiansub sistem subsistemtuna netra
tunanetratuna rungu tunarungupasca sarjana pascasarjanapoli gami
poligamipoli teknik politekniknon formal nonformal non muslim
nonmuslimnon RRC non-RRCnon Indonesia non-Indonesiaperi bahasa
peribahasaperi laku perilakuperikemanusiaan peri
kemanusaiaanperikeadilan peri keadilan
f. Penulisan ku, kau, mu, dan nya: Misalnya: Sepatuku, sepatumu,
dan sepatunya boleh kauambil
g. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali jika berupa gabungan kata yang sudah padu
benar seperti kepada dan daripada.Misalnya: 1) Ia terpaksa
diungsikan di tempat yang aman ketika terjadi gempa bumi.2) Saya
akan pergi ke Jakarta untuk menghadiri wisuda adik bungsu saya.3)
Surat pemberitahuan pengunduran diri itu sudah saya sampaikan
kepada Dekan.4) Lebih baik menjadi raja di negeri sendiri daripada
menjadi buruh di negeri orang.
h. Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena
pun sudah hampir seperti kata lepas. Misalnya: 1) Jika saya
berangkat, ia pun ingin berangkat.2) Siapa pun yang terpilih harus
kita dukung. 3) Tidak satu pun orang rela diperkosa haknya.Akan
tetapi, kelompok kata berikut ini, yang sudah dianggap padu benar,
ditulis serangkai. Jumlah kata seperti itu terbatas, hanya dua
belas kata, yaitu adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun,
kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun (yang berarti
walaupun), sungguhpun, dan walaupun.Misalnya: 1) Sekalipun rumah
kami berdekatan, tak sekali pun kami bertegur sapa.2) Bagaimanapun
juga akan dicobanya mengemban amanat berat itu.3) Walaupun tidak
mempunyai uang, ia tetap gembira.4) Kendatipun hari hujan, ia tetap
berangkat menuju tempatnya bekerja.5) Biarpun banyak rintangan,
mereka tetap menikah sesuai dengan rencana.
i. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', atau 'tiap'
ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendampinginya.Misalnya:
1) Harga kain itu Rp10.000,00 per meter.2) Saya diangkat menjadi
pegawai negeri per Oktober 1987.3) Calon kepala dan wakil kepala
sekolah itu dipanggil satu per satu.
j. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat dan digunakan juga menomori
karangan atau bagian-bagian karangan. Misalnya: Hotel Swarna Dwipa,
Kamar 13Bab XV, Pasal 26Surat Ali Imron, Ayat 12
k. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.1) Abad XX ini dikenal juga dengan abad
teknologi.2) Abad ke-20 ini ditandai dengan banyaknya jumlah
perempuan daripada laki-laki.3) Abad kedua puluh ini diwarnai
dengan adanya perang saudara.
l. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti
cara berikut.1) A. A. Navis adalah pujangga angkatan 60-an.2) Saya
menukar uang dengan lembaran 1.000-an.3) Meskipun keluaran tahun
80-an, mesin mobil ini masih bagus.
m. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambing dipakai
secara berurutan, seperti dalam perincian atau pemaparan.1) Dia
sudah memesan dua ratus batang bibit kayu jati.2) Ada sekitar
seribu calon mahasiswa yang tidak diterima di Unsri.3) Sriwijaya
Post memberitakan 70 perkara yang terdiri atas 20 perkara
pencurian, 25 perkara tanah, dan 25 perkara kawin cerai.
n. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika
perlu susunan kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat lagi pada awal kalimat.1)
Dua belas orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu.2)
Sebanyak 150 orang tamu tamu diundang dalam reoni Unsri itu. 3)
Sedikitnya 250 orang meninggal dalam serangan Israel ke Lebanon
Selatan.
o. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi,
bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus.
Contoh berikut salah:1) Jumlah pegawai di perusahaan itu 12 (dua
belas) orang.2) Di perpustakaan kami terdapat 100 (seratus) judul
buku.3) Sebanyak 350 (tiga ratus lima puluh) orang perserta
mengikuti lomba itu.
C. Pemakaian Tanda Baca1. Tanda Titika. Tanda titik dipakai pada
akhir singkatan nama orang Misalnya 1) W. S. Rendra 2) Abdul Hadi
W. M. 3) Endang S. b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar,
jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Prof. Dr. Ir. H. Ahmad
Munif, M.Sc.Ed. Sdr. Abdullah Ahmad Nawawi Kol. Burlian
c. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang
sudah umum, yang ditulis dengan huruf kecil. Singkatan yang terdiri
atas dua huruf diberi dua titik, sedangkan singkatan yang terdiri
atas tiga huruf atau lebih hanya diberi satu tanda titik. Misalnya:
1) s.d. (sampai dengan) 2) a.n. (atas nama) 3) d.a. (dengan
alamat)4) u.p. (untuk perhatian) 5) dkk. (dan kawan-kawan) 6) dst.
(dan seterusnya)
d. Tanda titik dugunakan pada angka yang menyatakan jumlah,
untuk memisahkan ribuan, jutaan, dst.Misalnya: 1) Tebal buku itu
1.250 halaman.2) Minyak tanah 2.500 liter tumpah. 3) Jarak dari
desa ke kota 30.000 meter. 4) NIP 131694732 5) Dia membuka buku
halaman 1250.
e. Tanda titik tidak digunakan pada singkatan yang terdiri atas
huruf-huruf awal kata atau suku kata dan pada singkatan yang dieja
seperti kata (akronim).
Misalnya: 1) DPR 2) SMA Negeri 1 Palembang 3) Sekjen Depdagri 4)
tilang
f. Tanda titik tidak dipakai di belakang singkatan lambang
kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.Misalnya:
1) Harga kertas kuarto itu Rp30.000,00 perpak. 2) Cu adalah lambang
kuprum. 3) Seorang pialang membeli 10 kg emas batangan.
g. Tanda titik tidak digunakan di belakang judul yang merupakan
kepala karangan, kepala ilustrasi tabel, dan sebagainya.Misalnya:
1) Acara Orientasi Mahasiswa 2) 1.1 Latar Belakang3) Dari Ave Maria
ke Jalan Lain ke Roma
h. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim dan
tanggal surat dan di belakang nama dan alamat penerima surat.
Misalnya: 1) Jalan Seduduk Putih I RT 18 Nomor 4 Palembang 2)
Palembang, 29 Agustus 2006 3) Yth. Sdr. Eduwar Jaya Kesuma Jalan R.
Soeprapto 13 Palembang
2. Tanda Komaa. Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur
dalam suatu perincian atau pembilangan. Jika perincian itu hanya
terdiri dari dua unsur, sebelum kata dan tidak perlu dibubuhi tanda
koma.Misalnya: 1) Alat tulis yang digunakan dalam kegiatan
ituadalah pena, kertas, dan tinta.2) Satu, dua, . tiga.3) Kegiatan
itu hanya membutuhkan tenaga danpikiran.
b. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara
yang satu dengan kalimat setara yang lain yang didahului oleh kata
tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya: 1) Dia bukan mahasiswa
Unsri, melainkan mahasiswa Unpal. 2) Saya bersedia membantu, tetapi
Anda harus berusaha lebih dahulu. 3) Ia mempunyai seperangkat
komputer, sedangkan temannya mempunyai kemampuan
mengoperasikannya.
c. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induknya.
Jika anak kalimat tersebut mengikuti induknya, tanda koma tidak
digunakan. Biasanya anak kalimat didahului oleh kata penghubung
seperti: bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun, apabila, jika,
meskipun, dan sebagainya. Misalnya: 1) Karena sibuk, ia lupa
makan.2) Ia lupa makan karena sibuk.3) Apabila belajar
sungguh-sungguh, ia akan berhasil.4) Ia akan berhasil apabila
belajar sungguh-sungguh.5) Jika tidak hujan, saya akan berangkat.6)
Saya akan berangkat jika tidak hujan.
d. Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk
di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan
tetapi, namun, meskipun demikian, dalam hubungan itu, sementara
itu, sehubungan dengan itu, dalam pada itu, oleh sebab itu,
sebaliknya, selanjutnya, pertama, kedua, misalnya, sebenarnya,
selain itu, kalau begitu, kemudian, malah, dan sebagainya.
Misalnya: 1) Oleh karena itu, kita harus menghormati pendapat orang
lain.2) Jadi, hak-hak sipil di Indonesia belum sepenuhnya
dilindungi. 3) Namun, kita harus tetap waspada.
e. Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata seperti o,
ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
1) O, kalau begitu saya setuju.2) Ya, Anda boleh mencobanya lebih
dahulu. 3) Wah, selamat Anda sukses mengelola kegitan itu.
f. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat. Misalnya: 1) "Saya sedih sekali," kata
paman, "karena kamu tidak lulus".2) Kata petugas LLAJ itu, "Anda
telah melanggar Perda No. 18 tahun 2002".3) "Kami akan mengusut
masalah ini sampai tuntas," kata polisi itu.
g. Tanda koma digunakan untuk memisahkan (1) nama dan alamat,
(2) bagian-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, dan (4) nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: 1)
Keponakan saya kuliah di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas PGRI Palembang, Jalan Gotong Royong, 9 Ulu,
Palembang. 2) Abdan Syakuron, Jalan Musyawarah, Griya Mitra 2 Tahap
4 Blok B No. 007, Bukit Lama, Palembang, Sumatera Selatan 3)
Palembang, 30 Agustus 2006
h. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:1) Nurgiantoro,
Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
GadjahMadaUniversity Press. 2) Mukmin, Suhardi. 2005. Transformasi
Akhlak dalam Sastra: Kajian Semiotika Robohnya Surau Kami.
Palembang: Penerbit Universitas Sriwijaya.3) Mukmin, Suhardi (Ed.).
2006. Puspa Ragam Bahasa dan Sastra: Seuntai Tulisan untuk Drs. H.
Zainal Abidin Gaffar. Palembang: Penerbit Universitas
Sriwijaya.
i. Tanda koma digunakan di antara nama orang dengan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dengan singkatan
nama keluarga atau marga. Misalnya: 1) Agus Saripudin, M.Ed.2)
Izzah, S.Pd., M.Pd.3) Surip Suwandi, M.Hum.j. Tanda koma digunakan
untuk mengapit keterangan tambahan.Misalnya: 1) Seorang dosen, yang
cantik itu, disenangi mahasiwa.2) Di Program Studi Bahasa
Indonesia, misalnya, masih ada mahasiswa yang mengeluhkan nilai
akhir semester. 3) Pada tahun ini, kalau saya tidak salah, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni memperoleh PHK A2.
3. Tanda Titik KomaTanda tidik koma dapat dipakai untuk
memisahkan kalimat setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai
pengganti kata penghubung. Misalnya: Para pemikir mengatur strategi
yang harus ditempuh; para pelaksana melakukan tugas sebik-baiknya;
para penyandang dana menyediakan biaya yang diperlukan.
4. Tanda Titik Duaa. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya:
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas Sriwijaya
mempunyai dua program studi: Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia dan Daerah dan Program Studi Pendidikan Bahasa
Inggris. b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau
pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas
Sriwijaya mempunyai Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah dan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.
5. Tanda Hubunga. Tanda hubung dapat digunakan untuk memperjelas
hubungan bagian-bagian ungkapan. Misalnya:1) mesin-potong tangan
(mesin potong yang digunakan dengan tangan)2) mesin potong-tangan
(mesin khusus untuk memotong tangan) b. Tanda hubung digunakan
untuk merangkaikan (1) se- dengan kata berikutnya yang didahului
dengan huruf kapital, (2) ke- dengan angka, (3) angka dengan an,
dan (4) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya:1) Lomba baca puisi itu diikuti oleh murid SD se-Sumatera
Selatan.2) Rakyat sekarang sudah mulai sadar ber-KTP. 3) Siapa
sesungguhnya dalang G-30-S PKI itu?
6. Tanda PisahTanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat, menjelaskan
adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang
berarti 'sampai dengan' atau di antara dua nama kota yang berarti
'ke' atau 'sampai'. Misalnya:1) Buku itumenurut hemat sayaakan
terbit dalam waktu dekat ini.2) Universitas Sriwijaya berada di
Jalan Raya PalembangPrabumulih km 32. 3) Acara itu berlangsung
tanggal 12 September 2006 di Indralaya.
7. Tanda Petik Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan
langsung, judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus
atau kurang dikenal.Misalnya: 1) Ia memakai celana "cutbrai".2)
Sajak "Aku" karya Chairil Anwar itu telah mendunia.
8. Tanda Petik TunggalTanda petik tunggal mengapit terjemahan
atau penjelasan kata atau ungkapan bahasa daerah atau asing.
Misalnya: Ia berjaga-jaga pada malam lailatul qodar 'malam
bernilai' itu.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 2004. Cermat Berbahasa
Indonesia. Yogyakarta: NSP.
Arifin, E. Zainal dan Farid Hadi. 2000. 1001 Kesalahan
Berbahasa. Jakarta: CV Akademika Pressindo.
Arifin E. Zainal. 2000. Berbahasa Indonesia dengan Benar.
Yogyakarta: NSP.
Supadmo dan Muhammad Yunus. 2002. Keterampilan Dasar Menulis.
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Tugas dan Latihan Latihan: Tulislah kembali kalimat berikut
dengan benar!1. buku itu dikarang oleh prof dr ir h m iskandar
msc
2. terlambat melakukan sesuatu lebih baik dari pada tidak sama
sekali
3. korban banjir itu menerima dua kg. beras dua m. kain dan dua
l. minyak tanah
4. sekalipun rumah berdekatan kami tidak sekalipun saling
mengunjungi
5. cerpen terkenal yang dikarang a a navis berjudul robohnya
surau kami
6. banyak pejabat-pejabat yang dimutasikan mem PTUN kan
atasannya
7. harga formulir caleg parpol itu rp. 10000000 perlembar
8. indonesia dan filipina telah menandatangani perjanjian non
agresi
9. apa kabar paman? tanyaku ketika itu
10. beliau menjawab paman akan segera menikah
11. pak ali dosen kami akan segera menikah
12. 300 ekor ayam potong di musnahkan karena terjangkit flu
burung
13. mahasiswa yang sedang mengikuti ujian tidak boleh melihat
kekiri
14. parpol sekarang didominasi oleh mahasiswa tahun 80 an
15. pada hal banyak gadis-gadis lain yang memujanya
16. jadi persoalannya tidak semudah itu
17. kita harus menghindari kesimpang siuran berita
18. mahasiswa unsri berpeluang besar untuk bekerja di p.t. aman
sejahtera
19. pasien itu terpaksa di rumah sakitkan karena terjangkit
penyakit menular
20. perahu itu sudah 2 hari terdampar disungai sekanak
21. penyusun undang undang dasar 1945 mengamanatkan agar
kekayaan negara dimanfaatkan sebanyak banyaknya untuk kepentingan
rakyat
22. kongres bahasa indonesia ke VII di jakarta berlangsung
dengan tertib
23. surat itu dialamatkan kepada simatupang mahasiswa unsri
jalan raya palembang prabumulih indralaya ogan ilir sum-sel
24. kita bersyukur atas rahmatnya berupa hujan yang datang
secara tiba-tiba
25. walau pun soal ini sulit kami harus menyelesaikannya dengan
benar
Tugas: 1. Klipinglah sebuah berita di dalam surat kabar terbitan
Palembang!
2. Kemukakanlah kesalahan penulisan huruf, kata, dan tanda
bacanya!
3. Buatlah perbaikannya!
KUNCI JAWABAN
1. Buku itu dikarang oleh Prof. Dr. Ir. H. M. Iskandar, M.Sc. 2.
Terlambat melakukan sesuatu lebih baik daripada tidak sama
sekali.3. Korban banjir itu menerima 2 kg beras, 2 m kain dan 2 l
minyak tanah.4. Sekalipun rumah berdekatan, kami tidak sekali pun
saling mengunjungi.5. Cerpen terkenal yang dikarang A. A. Navis
berjudul Robohnya Surau Kami.6. Banyak pejabat yang dimutasikan
mem-PTUN-kan atasannya.7. Harga formulir caleg parpol itu
Rp10.000.000,00 per lembar.8. Indonesia dan Filipina telah
menandatangani perjanjian nonagresi.9. "Apa kabar paman?" tanyaku
ketika itu.10. Beliau menjawab, "Paman akan segera menikah."11. Pak
Ali, dosen kami, akan segera menikah.12. Tiga ratus ekor ayam
potong dimusnahkan karena terjangkit flu burung.13. Mahasiswa yang
sedang mengikuti ujian tidak boleh melihat ke kiri.14. Parpol
sekarang didominasi oleh mahasiswa tahun 80-an.15. Padahal banyak
gadis lain yang memujanya.16. Jadi, persoalannya tidak semudah
itu.17. Kita harus menghindari kesimpangsiuran berita.18. Mahasiswa
Unsri berpeluang besar untuk bekerja di PT Aman Sejahtera.19.
Pasien itu terpaksa dirumahsakitkan karena terjangkit penyakit
menular.20. Perahu itu sudah dua hari terdampar di Sungai
Sekanak.21. Penyusun Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan agar
kekayaan negara dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan
rakyat. 22. Kongres Bahasa Indonesia ke VII di Jakarta berlangsung
dengan tertib.23. Surat itu dialamatkan kepada Simatupang,
mahasiswa Unsri, Jalan Raya PalembangPrabumulih, Insralaya, Ogan
Ilir, Sumatera Selatan.24. Kita bersyukur atas rahmat-Nya berupa
hujan yang datang secara tiba-tiba.25. Walaupun soal ini sulit,
kami harus menyelesaikannya dengan benar.
BAB III. ANALISIS KESALAHAN KALIMAT
Kompetensi DasarMahasiswa dapat menyusun kalimat bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
IndikatorMahasiswa dapat menerapkan struktur kalimat bahasa
Indonesia dalam ragam formal.
Materi1. Struktur Kalimat1.1. Pola Struktur Bahasa
IndonesiaKetika calon penutur ingin menyampaikan pesan melalui
suatu kalimat, maka penutur harus mampu mengidentifikasikan apakah
kalimat yang disusunnya sudah memenuhi syarat pola struktur kalimat
bahasa Indonesia: ( S - P ), ( S - P - O ), atau ( S - P - O - K ).
Pesan atau informasi yang disampaikan tidak banyak membantu
mengetahui apakah kalimat tersebut sudah memenuhi pola kalimat
baku.1.2. Kalimat yang Berpola Struktur ( S - P )Apabila suatu
pernyataan terdiri lebih dari satu kelompok, berarti pernyataan
tersebut telah memiliki lebih dari satu fungsi. Setiap kelompok
akan menduduki satu fungsi yang kemudian di antara kelompok atau
fungsi tersebut memungkinkan untuk dipermutasikan, sedangkan
pernyataan yang hanya terdiri dari satu kelompok tidak bisa
dipermutasikan karena distribusinya yang tetap. Contoh berikut akan
memperjelasnya.
1a. Sayamenangis S P
1b. Diamahasiswa S P 1c. Yang bertandatangan di bawah inidosen
FKIPSatu kelompok Satu kelompok 1 2 S P Kalimat 1a, 1b, 1c, bisa
dipermutasikan menjadi kalimat 2a, 2b, 2c.
2a. Menangis saya
P S
2b. Mahasiswa dia P S
2c. Saya dosen FKIPyang bertandatangan di bawah ini Satu
kelompok Satu kelompok 1 2 P S
3a. Kebun percobaan jurusan Biologi FKIP Satu kelompok
Pernyataan 3a merupakan pernyataan satu kelompok karena tidak
mungkin dipermutasikan, sehingga kejanggalan itu akan terlihat pada
pernyataan 3b, 3c.
3b. Jurusan Biologi FKIP kebun percobaan 3c. FKIP kebun
percobaan jurusan Biologi
1.3. Pernyataan yang Hanya Terdiri dari Satu FungsiPola struktur
kalimat ragam formal, minimal memiliki unsur S - P atau P - S.
Pernyataan yang masih berupa frase dapat juga dikenali melalui
intonasi. Frase berintonasi datar dan tidak ada jeda perhentian
diantara frase itu sendiri, dari suku pertama sampai suku terakhir
berintonasi 2. Hanya suku kedua dari belakang berintonasi 3. Lihat
contoh berikut:
1a. Tuti yang memakai ba jubiru i tu 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
Intonasi 1a adalah intonasi frase berbeda dengan intonasi pada
kalimat 1b yang berpola S - P:
1b. Yang berbaju merah itu / Tuti 2 2 2 2 2 2 3 2 3 11.4.
Kalimat yang Berverba TransitifKalimat yang berpola struktur S P -
O - (K) dalam bahasa Indonesia ditandai oleh kehadiran objek yang
diisyaratkan oleh verba transitif pengisi predikat.
Contoh:Tutimembawapayung S P OKitaakan menggunakanpreposisi
tertentuVerba transitif S P O1.5. Preposisi dalam Bahasa
IndonesiaPreposisi dalam bahasa Indonesia jumlahnya cukup banyak
dan frekuensi pemakaiannya pun cukup tinggi. Kesalahan pemakaian
preposisi tampaknya cukup banyak. Ketidakpahaman tentang preposisi
merupakan faktor utama terjadinya kesalahan.1.6. Preposisi sebagai
Penanda Frase EksosentrikPreposisi sebagai penanda frase
eksosentrik berarti kehadirannya selalu bervalensi dengan unsurnya,
dengan kata lain kehadirannya wajib, tidak bersifat mana suka, dan
letaknya selalu di awal frase. Lihat contoh:
1a. Ia marah terhadap saya2a. Melaluisurat ini kami sampaikan
salam sejahtera
terhadap pada kalimat 1a adalah preposisi yang tidak bisa
dihilangkan sehingga bisa dikatakan kehadirannya wajib, demikian
juga kata melalui. Lihat kalimat 1b di bawah menjadi tidak
berterima;01b. Ia marah saya
bandingkan kalimat 1a dengan kalimat 3a berikut:
3a. Ia membicarakan tentang masalah ini
kata tentang pada kalimat 3a harus dihilangkan karena kata
membicarakan adalah verba transitif sehingga bisa langsung diberi
objek masalah.
1.7. Preposisi sebagai Penanda Hubungan Makna TertentuSetiap
preposisi selalu menyatakan makna tertentu, sedangkan makna yang
dimaksud di sini adalah makna yang muncul dari hubungan antar
unsurnya. Lihat contoh:
1a. Kalender itu terletak di ruang tamu
kalimat 1a menggunakan kata depan di yang menyatakan makna
berada. Kata depan di tidak sama maknanya dengan kata depan pada,
sehingga kalimat 1a tidak bisa diubah menjadi kalimat 1b karena
makna pada menyatakan arah. Lihat di bawah:
1a. Kalender itu terletak pada ruang tamu
1.8. Preposisi Memiliki Valensi TertentuPemakaian preposisi
tidak hanya dilihat dari aspek wajib dan tidaknya serta maknanya
saja, tetapi unsur yang mengikutinya juga harus diperhatikan. Lihat
contoh di bawah:
1a. Ia berbicara kepada saya
pemakaian kata kepada kalimat 1a bila dilihat unsur yang
mengikutinya berupa kategori bernyawa / manusia bisa dikatakan
benar. Akan tetapi kata kepada tidak bisa diganti ke karena ke
harus diikuti oleh kategori yang menyatakan tempat walaupun ke dan
kepada sama-sama bermakna menyatakan arah tetapi dilihat dari
valensinya berbeda. Lihat kalimat 1b berikut yang tidak
berterima:
1b. Ia berbicara ke saya
1.9. Kehadiran Preposisi di awal Subyek dan Obyek Selalu
Bersifat OpsionalPola struktur kalimat bahasa Indonesia tidak
selalu dimulai dengan subyek, namun terdapat juga pola struktur
yang diawali keterangan sehingga dimungkinkan terjadi pola struktur
( K - S - P - O ), ( K - S - P ). Preposisi biasanya selalu
mengawali frase yang mengisi fungsi keterangan, sehingga
dimungkinkan preposisi di awal kalimat. Lihat contoh berikut:
1a. Sejak tahun 1994 Indonesia sudah mengalami krisis
ekonomi
1b. Mengenai hal itu saya tidak mengerti
sejak pada kalimat 1a dan mengenai pada kalimat 1b adalah
preposisi di awal kalimat.
1.10. Kata Penghubung atau Konjungsi dalam Bahasa
IndonesiaKonjungsi termasuk salah satu jenis kata yang bersifat non
referensial, maksudnya kata yang tidak dapat dijelaskan maknanya
tanpa kehadiran unsur lain. Konjungsi meiliki fungsi gramatik
menghubungkan dua klausa / predikat atau lebih.
1.11. Fungsi KonjungsiKalimat yang memiliki dua klausa /
predikat atau lebih sering dikatakan kalimat luas. Adapun konjungsi
berfungsi untuk menghubungkannya. Lihat contoh berikut:
Iacantik S PIapelit S P
IacantiktapipelitS Predikat Konjungsi Predikat
Peterpannaik panggungS P
Penontonhisteris S P
Lampu menyala dari segala penjuru
KetikaPeterpannaik panggungpenontonhisterisS P1 S P2danlampu pun
menyaladari segala penjuru. S P3 Ket
Ketika, adalah penghubung antara P1 dan P2, dan sebagai
penghubung P2 dan P3.
1.12. Makna yang Dinyatakan oleh KonjungsiKalimat yang terdiri
dari dua klausa atau lebih memiliki hubungan makna antar klausanya,
adapun makna yang dinyatakan oleh hubungan antar kalusa ditandai
suatu konjungsi tertentu, lihat contoh berikut:
1Iamendendangkanlagu S P O
Iamenghentak-hentakkankakinyaS P O
2
3
3Penontonhisteris S P
Ia mendendangkan lagu sambil menghentak-hentakkan kaki, sehingga
penonton histeris.
Pernyataan 1 dan 2 menyatakan hubungan makna kebersamaan. Kata
penghubung yang digunakan yaitu sambil.Pernyataan 1,2 dan 3
menyatakan hubungan makna sebab akibat sehingga menggunakan kata
sehingga.
DAFTAR PUSTAKA
Ramlan, M. 1985. Sintaksis Bahasa Indonesia. Gadjah Mada
Express.Pusat Bahasa Indonesia. 1985. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Kaswanti, Bambang. 1980. Untaian Sintaksis. Arcan.
Tugas dan Latihan
1. Perbaikilah kalimat-kalimat di bawah ini dengan menghilangkan
kata depan yang terletak di depan objek!a. Kami menyarankan untuk
tindakan prophylaxis pasca pada penderita-penderita.
Jawab:
`b. Seminar ini akan membahas mengenai masalah lingkungan
hidup.
Jawab:
c. Akhiran kanmempengaruhi terhadap makna verba yang
dilekatinya.
Jawab:
d. Tujuan penelitian ini semata-mata hanya akan berusaha
mendeskripsikan tentang afiks kandalam pemakaian bahasa Indonesia
dewasa ini.
Jawab:
e. Sangatlah tepat apabila pemerintah memperhatikan mengenai
pariwisata.
Jawab:
f. Orang tua wajib mengawasi tentang perilaku anaknya.
Jawab:
g. Orang tua wajib mengawasi langsung kepada putra-putrinya.
Jawab:
2. Dalam kalimat-kalimat di bawah ini terdapat kesalahan
penggunaan penghubung. Betulkan atau ganti dengan penghubung yang
lebih tepat!
a. Sebuah benturan memang terjadi, tetapi Glagat Putih harus
terdorong dua langkah.
Jawab:
b. Pemimpin kelompok Sidat Macan itu melihat serangan Glagat
putih, tetapi ia sama sekali tidak menghindar.
Jawab:
c. Sugih tanpa bandha diberi arti kaya tanpa harta danSekti
tanpa pusaka ataudiungkapkan dalam bahasa Indonesia sebagai sakti
tanpa pusaka.
Jawab:
d. Di negeri saya ajaran itu sulit diterima dan sukar untuk
dilaksanakan karena logika orang Jepang ajaran itu tidak logis.
Jawab:
e. Menurut pendapat saya, ajaran itu merupakan penegasan,
sesungguhnya kekayaan itu tidak didukung oleh harta karena harta
itu bersifat tidak abadi.
Jawab:
f. Lelaki itu menatapku aneh dan sulit dimengerti.
Jawab:
g. Bila Max Braddy tidak datang, maka saya mencarinya.
Jawab:
h. Dia seorang pelukis, pula seorang penari.
Jawab:
BAB IV. WACANA DAN PENGGOLONGANNYA
Kompetensi Dasar (1) Mahasiswa dapat menulis bermacam-macam
wacana, yaitu eksposisi, argumentasi, persuasi, narasi dan
deskripsi. (2) Mahasiswa dapat membedakan berbagai wacana itu
berdasarkan ciri khas tiap-tiap wacana.Indikator (1) Mahasiswa
dapat menulis/membuat 5 macam jenis wacana/karangan, yaitu
eksposisi, argumentasi, persuasi, narasi dan deskripsi. (2)
Mahasiswa dapat membedakan kelima macam wacana itu berdasarkan ciri
khas tiap-tiap wacana.
MateriSecara garis besar Keraf (1995) membagi wacana dalam 2
bagian, yakni wacana ilmiah dan wacana nonilmiah. Pengertian
tulisan/wacana ilmiah dapat dilihat dari dua sudut, yaitu sudut
bahasa dan sudut analisisnya. Dari sudut bahasa, tulisan ilmiah
menggunakan bahasa teknis yang diwarnai dengan istilah-istilah
sesuai dengan bidang garapan/topik yang dibicarakan. Pilihan kata
(diksi) pada wacana ini tidak mengandung ambiguitas. Dengan
demikian, bahasa yang digunakan pun adalah bahasa yang objektif dan
rasional. Bahasa yang demikian ini, cenderung memungkinkan dibaca
oleh pembaca dengan pendidikan dan pengetahuan yang tinggi.Dari
sudut analisis, tulisan ilmiah harus menggunakan metode dan teknik
analisis berdasarkan kerangka teori atau acuan tertentu.
Penyajiannya pun harus didukung oleh data yang akurat dan disajikan
secara logis dan sistematis.Setiap karya ilmiah menuntut penulisnya
menguasai sejumlah syarat, antara lain sebagai berikut.(1)
Menguasai aspek kebahasaan : kosa kata, tata bahasa, sintaksis, dan
gaya bahasa yang lugas.(2) Menguasai topik bahasan dengan baik
serta menguasai kerangka acuan atau prinsip ilmiah sesuai dengan
topik dan bidang yang ditulisnya.(3) Memiliki kemampuan penalaran
yang baik untuk menganalisis dan memecahkan persoalan-persoalan
yang dihadapi serta mampu menyusun semua hasil analisis dan
pemecahan masalahnya secara sistematik.(4) Menguasai kemampuan
analisis bidang ilmunya untuk memecahkan objek garapan secara
kritis.(5) Menguasai dan menerapkan metode-metode dan teknik
pengumpulan dan pengolahan data secara tepat.(6) Mengetahui,
menguasai, dan menggunakan konvensi-konvensi pernaskahan yang
berlaku, sehingga dapat menyajikan tulisannya dalam bentuk dan
perwajahan yang menarik.
1.1. Wacana sebagai Bentuk BahasaPengertian wacana dapat
dibatasi dari dua sudut yang berlainan. Pertama dari sudut bentuk
bahasa dan kedua dari sudut tujuan umum sebuah karangan yang utuh
atau sebagai bentuk sebuah komposisi.Dari sudut bentuk bahasa atau
yang bertalian dengan hierarki bahasa, yang dimaksud wacana adalah
bentuk bahasa di atas kalimat yang mengandung sebuah tema. Satuan
bentuk yang mengandung tema ini biasanya terdiri atas
paragraf-paragraf, bab-bab, atau karangan-karangan utuh, baik yang
terdiri atas bab-bab maupun tidak. Jadi, tema merupakan ciri sebuah
wacana. Tanpa tema tidak akan ada wacana. Berdasarkan tujuannya,
karangan yang utuh dapat dibedakan menjadi 5 macam, yakni sebagai
berikut.
(1) Eksposisi :Ditinjau dari sudut penulis wacana ini bertujuan
memenuhi keinginan manusia untuk memberi informasi kepada orang
lain, sedangkan dari sudut pembaca wacana ini berkeinginan untuk
memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal.
(2) Argumentasi Wacana ini jika ditinjau dari sudut penulis
memiliki tujuan meyakinkan pendengar atau pembaca mengenai suatu
kebenaran dan lebih jauh mempengaruhi sikap dan pendapat orang
lain. Sebaliknya, jika dilihat dari pihak pembaca atau pendengar,
mereka ingin mendapatkan kepastian tentang kebenaran itu.
(3) Persuasi Wacana persuasif sebenarnya merupakan sebuah varian
dari argumentasi. Wacana ini lebih cenderung mempengaruhi manusia
(sasaran) daripada mempertahankan kebenaran mengenai suatu objek
tertentu. Walaupun tidak seratus persen mempertahankan kebenaran,
bentuk wacana ini masih termasuk dalam wacana ilmiah, bukan wacana
fiksi.(4) Deskripsi Penulis atau pembicara dalam wacana ini
berkeinginan untuk menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk
atau wujud suatu barang atau objek. Selain itu, wacana ini juga
dipergunakan untuk mendeskripsikan cita rasa sesuatu, menggambarkan
peristiwa, atau mencandrakan suatu bunyi.
(5) Narasi Dalam wacana ini penulis atau pembicara ingin
menceritakan pada orang lain kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik yang dialami sendiri maupun
yang didengarnya dari orang lain. Dengan cara ini,
penulis/pembicara memenuhi pula kebutuhan para pendengar atau
pembacanya untuk memperoleh cerita tentang kejadian itu. Perlu
dicatat bahwa ciri khas wacana ini adalah kronologisnya. Artinya,
sebuah cerita dari awal hingga akhir atau sebaliknya diceritakan
secara runut atau dengan urutan waktu tertentu.
1.2. Jenis Wacana dan Penjelasannya1.2.1. Eksposisi1.2.1.1.
Pengertian EksposisiEksposisi adalah suatu bentuk wacana yang
berusaha menguraikan suatu obyek sehingga memperluas pandangan atau
pengetahuan pembaca. Bentuk wacana ini menyajikan penjelasan yang
akurat dan padu mengenai topik-topik yang mungkin rumit,
menyampaikan pernyataan yang lengkap dan dapat dipercaya, serta
dilengkapi dengan penjelasan tentang suatu objek.Secara singkat
dapat dikatakan bahwa eksposisi adalah bentuk wacana yang tujuan
utamanya memberitahukan atau memberi informasi mengenai objek
tertentu. Melalui informasi itu, pengetahuan para pembaca
diharapkan menjadi bertambah luas. Apakah pembaca menerima semua
informasi yang disampaikan penulisnya atau tidak, tidak menjadi
masalah. Karena itu, jenis wacana ini sama sekali tidak bermaksud
mempengaruhi atau mengubah sikap dan pendapat orang
lain/pembacanya.Wacana eksposisi mengandung tiga bagian utama,
yaitu sebuah pendahuluan, tubuh/isi eksposisi, dan simpulan.
1.2.1.2. Teknik Penulisan EksposisiPada bagian pendahuluan
dikemukakan latar belakang, alasan memilih topik/pentingnya topik
itu, permasalahan, tujuan, dan kerangka acuan yang digunakan.
Selanjutnya, untuk menulis bagian isi/tubuh eksposisi terlebih
dahulu dibuat kerangka karangan yang berupa pengembangan topik yang
dipilih itu. Setelah itu, penulis menyajikan secara rinci tiap-tiap
bagian dari kerangka karangan. Bagian-bagian ini ditulis secara
sistematis, sehingga informasi yang diberikan dapat dipahami oleh
pembaca. Penulisan eksposisi dapat menggunakan salah satu atau
perpaduan dari beberapa metode yang ditawarkan. Beberapa metode itu
adalah (1) identifikasi, (2) analisis (analisis umum, analisis
bagian, analisis kausal, analisis fungsi, dan analisis proses), (3)
klasifikasi, dan (4) definisiPada bagian akhir atau simpulan
dikemukakan mengenai hal-hal yang telah disajikan, tidak berisi
saran untuk mempengaruhi pembaca.
1.2.1.3. Contoh EksposisiVariabel merupakan karakteristik atau
ciri-ciri dari orang, benda-benda atau keadaan yang mempunyai
nilai-nilai yang berbeda, seperti usia, pendidikan, kedudukan
sosial, kedudukan ekonomi, jenis kelamin.Ada dua bentuk variabel:1)
Variabel Kategorikal ( Categorical Variable ) yaitu: Variabel yang
membagi responden menjadi dua kategori atau beberapa kategori.
Variabel yang terdiri dari dua kategori disebut variabel dikotomi
sedangkan variabel yang terdiri dari banyak kategori disebut
politomi.2) Variabel BersambunganVariabel yang nilai-nilainya
merupakan suatu skala, baik bersifat ordinal maupun rasio.Contoh:
umur, jumlah pendapatan, jumlah pengeluaran rumah tangga, tingkata
efektifitas, tingkat prevalensi, kontrasepsi modern, tingkat
sentuhan media masa, tingkat kriminalitas (Djojosuroto dan M.L.A.
Sumaryati:2004).
1.2.2. Argumentasi1.2.2.1. Pengertian ArgumentasiArgumentasi
adalah bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran.
Lebih jauh dapat dikatakan bahwa sebuah argumentasi berusaha
mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk
menerima suatu kebenaran yang didukung bukti-bukti mengenai objek
yang diargumentasikan itu. Argumentasi dilihat dari sudut proses
berpikir adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan
menurunkan simpulan serta menerapkannya pada suatu kasus, misalnya
perdebatan.Argumentasi dibedakan dari bentuk wacana yang lain
karena fungsi utamanya adalah membuktikan. Pertama, metode
pembuktian dalam argumentasi direduksi atau disusutkan hingga
menjadi atau berdasarkan suatu ilmu, yang dikenal sebagai
logika.Kedua, argumentasi sering bertalian dengan masalah-masalah
kebijaksanaan. Masalah kebijaksanaan dibedakan dari masalah fakta.
Artinya, kebijaksanaan bertalian dengan apa yang seharusnya
dilakukan berdasarkan standar tertentu, bukan pada apa yang
dianggap benar.Secara singkat dapat disimpulkan bahwa argumentasi
adalah bentuk wacana yang bertujuan mengubah pikiran, sikap, dan
pandangan, seseorang dengan menyodorkan sejumlah data dan bukti
.
1.2.2.2. Teknik Penulisan ArgumentasiSeperti jenis tulisan
lainnya, argumentasi selalu terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
pendahuluan, isi argumentasi, dan simpulan.
(1) PendahuluanPendahuluan berfungsi menarik perhatian pembaca
dengan menyajikan fakta-fakta pendahuluan untuk memusatkan
perhatian untuk memahami argumentasi yang akan disampaikan nanti
dalam isi karangan.
(2) Isi ArgumentasiSeluruh isi argumentasi diarahkan kepada
usaha penulis untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran dari
masalah yang dikemukakan, sehingga kesimpulannya juga benar.
(3) SimpulanPenulis harus memperhatikan bahwa kesimpulan yang
diturunkan tetap menjaga pencapaian tujuan, yaitu membuktikan
kebenaran untuk mengubah sikap dan pendapat pembaca.1.2.2.3. Contoh
ArgumentasiDi pihak lain, kualitas hasil pendidikan kita mulai dari
SD sampai Perguruan Tinggi, dirasakan sangat rendah. Hal ini, bukan
dikarenakan guru dan dosen kita tidak berkualitas, tetapi
intensitas pengajaran dan perkualiahan kita kurang. Kekurangan
Intensitas ini tidak lain Karena guru dan dosen itu tidak
memberikan waktu cukup didalam pemberian pengajaran dan
perkuliahan, karena mereka terpaksa mengajar atau bekerja lain
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bukan rahasia lagi jika ada guru
yang mengojek, untuk menambah kebutuhannya,karena dari gaji sebagai
guru atau dosen, sulit untuk hidup mereka bersama keluarganya
(Mimbar Masyarakat, No. 9, Juli 2006).
1.2.3. Persuasi1.2.3.1. Pengertian dan Dasar PersuasiPersuasi
adalah suatu bentuk wacana yang merupakan penyimpangan dari
argumentasi , dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para
pembaca, agar para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi
orang yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya
tidak terlalu percaya akan apa yang dikatakan itu. Karena itu,
persuasi lebih condong menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek
psikologis untuk mempengaruhi orang lain.Argumentasi bertujuan
membuktikan suatu kebenaran, dank arena itu akan berusaha sekuat
tenaga dengan teknik-teknik yang rasional untuk mempertahankan
kebenaran itu. Karena itu sasaran selanjutnya adalah mencapai
persesuaian rasional mengenai kebenaran itu dengan orang lain.
Sebaliknya, persuasi bertujuan mencapai kesepakatan dengan orang
yang dipersuasi dengan menggunakan pendekatan psikologis.
1.2.3.2. Teknik PenyajianYang membedakan persuasi dari
argumentasi adalah teknik penyajiannya. Beberapa teknik penyajian
yang biasa digunakan dalam persuasi adalah rasionalisasi,
identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, penggantian, dan
proyeksi. Teknik yang dipilih tentu harus disesuaikan dengan
masalah yang dihadapi.Beberapa teknik penyajian persuasi dapat
dibaca pada uraian di bawah ini.(1) Rasionalisasi(2)
Identifikasi(3) Sugesti (4) Konformitas(5) Kompensasi(6)
PenggantianCiri khas persuasi dimulai dari judul yang dibuat secara
provokatif, yang membuat pembaca "tergiur" untuk melihat, bahkan
memiliki dan menggunakan produk/iklan/promosi tertentu. Selain itu,
gaya penulisan juga mengandung data dan fakta yang bertujuan supaya
pembaca tertarik dan mengikuti apa yang ditulis. Gaya bahasa ini
didukung dengan diksi yang "menggoda" pembaca. Di samping itu,
penulis juga menampilkan bukti-bukti secara konkret, detil, dan
masuk akal.1.2.3.3. Contoh Persuasi:
Pesona Pulau Paling Eksotis
ChrismasIsland tampak mungil di peta, namun kenyataannya adalah
pulau karang yang kokoh di Samudera India. Alam tropis di
ChrismasIslandmenghadirkan pesona eksotis yang menakjubkan dan tak
dimiliki oleh pulau lainnya.Chrismas IslandResort, sebuah resort
berbintang 5 dengan kemewahan eksklusifnya, menambah suasana
liburan Anda di Chrismas Island lebih menyenangkan dan
bergairah.Hanya 45 menit dari Jakarta, berarti kurang dari satu jam
Anda sudah berada di ChrismasIslandmelalui jadwal penerbangan 5
kali seminggu bersama Sempati Air.Aneka petualangan rekreatif dapat
Anda lakukan sendiri seperti, melakukan kegiatan yang menantang
keberanian Anda: memancing di laut lepas (game fishing), berolah
raga bukit karang sekaligus menikmati keindahan pemandangan di
laut, menyelam di dasar Samudera India untuk mengagumi pesona
karang dan kekayaan lain miliknya (scuba diving), atau bersantai
dalam kemewahan resort eksklusif bertaraf internasional (dalam
Suparno dan Mohammad Yunus, 2002).
Melalui contoh di atas, jelas terlihat bahwa wacana ini
tergolong persuasi. Judulnya benar-benar diplih, sehingga membuat
pembaca :tergiur. Demikian pula pilihan katanya. Penulis sengaja
memilih diksi, seperti menghadirkan pesona eksotis yang menakjubkan
dan tak dimiliki oleh pulau lainnya, dengan harapan supaya pembaca
makin tergiur berkunjung ke pulau itu. Selain itu, pada paragraph
kedua sengaja ditulis Hanya 45 menit dari Jakarta, berarti kurang
dari satu jam Anda sudah berada di Chrismas Island melalui jadwal
penerbangan 5 kali seminggu bersama Sempati Air. Yang demikian ini,
benar-benar menggiring pembaca untuk sampai ke pulau itu.Contoh
lain dalam bentuk iklan berbahasa Palembang berikut ini.
FIF Motornyo wonk qito
Lahkeren, Hargo Enteng pulok DP. 1,5 Juta, hanya.
( Lah pacak bawa balek motor HONDA )HADIAH LANGSUNG : Jaket
Vinyl Semi Kulit & Potongan Angsuran s.d. Rp.30.000,-/Bln Via
FIFHubungi :, Tempatnyo.wonk qito
Jl. A. Yani 200-201, 8 Ulu PalembangTelp.512551, 511078
Jl. Lintas Sumatera KM. 32 IndralayaTelp.7084278, 7082702
Di dalam iklan di atas dipromosikan hal-hal seperti keren, hargo
enteng harga enteng, dengan membayar hanya Rp700.000,00 motor
tersebut dapat dibawa pulang. Hal-hal yang ditulis ini adalah diksi
yang sengaja dipilih untuk menjerat pembaca supaya membeli produk
yang dimaksudkan itu.
1.2.4. Deskripsi1.2.4.1. Pengertian DeskripsiDeskripsi adalah
bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal
sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan
mata pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu.
Deskripsi memberi suatu citra mental mengenai suatu hal yang
dialami, misalnya pemandangan, orang, ruang, atau sensasi.Deskripsi
dibedakan dari eksposisi dalam hal bahwa fungsi utamanya adalah
membuat para pembacanya seolah-olah melihat, menyaksikan, atau
merasakan suatu benda, orang, keadaan, atau barang-barang yang
digambarkan dalam suatu wacana.
1.2.4.2. Cara Menulis Wacana DeskripsiYang paling utama harus
dilakukan penulis untuk menulis wacana deskripsi adalah
mengidentifikasi dan menyusun detil-detil objek atau sesuatu yang
akan dideskripsikan itu. Ada beberapa macam yang dapat
dideskripsikan, yaitu (1) deskripsi orang yang meliputi fisiknya,
keadaan sekitar orang itu, watak atau tingkah lakunya, dan
gagasan-gagasan orang/tokoh yang dideskripsikan itu. (2) Deskripsi
tempat, yaitu gambaran tentang lingkungan atau ruang
tertentu.Berdasarkan uraian di atas, maka langkah-langkah yang
perlu dilakukan dalam penulisan deskripsi adalah sebagai berikut:1)
Menentukan apa yang akan dideskripsikan2) Merumuskan tujuan
deskripsi (sebagai alat Bantu karangan eksposisi, argumentasi,
narasi, atau persuasi).3) Menetapkan bagian apa saja yang akan
dideskripsikan (fisik, watak, dll.)4) Merinci hal-hal apa saja yang
harus dideskripsikan sehingga membuat pembaca tergambar mengenai
apa yang diceritakan penulis.
1.2.4.3. Contoh Wacana Deskripsi:Laki-laki itu diam. Dan
manakala aku mengerling baru aku ingat bahwa dia tadinya duduk di
bangku paling belakang, dekat seorang laki-laki sebayanya yang
memakai jaket biru, yang kini sudah di seberang. Kukira dia sedang
mengenangkan sesuatu, jelas tampak pada air mukanya yang tenang,
bersih, tak berkumis ataupun jenggot., tapi dikotori
debu.Kata-kataku seperti tak didengarnya. Hanya kepalanya
digerakkannya, meletakkan dagunya pada belakang tangannya atas
besi-besi terali, sedangkan matanya mamandang lebih tenang ke bawah
(B. Yass dalam Sastrawan Bertanya Siswa Menjawab, 2006).
1.2.5. Narasi1.2.5.1. Pengertian NarasiNarasi adalah bentuk
wacana yang berusaha menyajikan suatu peristiwa atau kejadian,
sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh
pembaca. Secara singkat dapat dikatakan bahwa narasi bertujuan
menyajikan suatu peristiwa kepada pembaca, mengisahkan apa yang
terjadi, dan bagaimana kejadian itu berlangsung. Yang perlu
digarisbawahi bahwa untuk membedakan narasi dari jenis wacana
lainnya adalah bahwa narasi ditulis secara kronologis, sesuai
dengan urutan waktu tertentu.
1.2.5.2. Cara Penulisan NarasiCara menulis narasi adalah sebagai
berikut.(1) Menentukan tema dan amanat(2) Menetapkan sasaran
pembaca: dewasa, anak-anak, atau secara umum(3) Merancang peristiwa
secara kronologis(4) Membagi peristiwa ke dalam 3 tahap: awal,
perkembangan, dan akhir cerita(5) Merinci detil-detil
peristiwa/kejadian sebagai pendukung cerita(6) Menuliskan tokoh,
watak, latar, dan sudut pandang penulisan
1.2.5.3. Contoh NarasiAda dua tengkorak kepala yang sampai saat
ini masih membuat aku harus menghela napas dalam-dalam. Dua
tengkorak kepala manusia yang paling memberikan arti bagi
hidupku.Aku harus berurusan dengan dua tengkorak kepala itu. Ini
bermula dari telepon interlokal Umi, ibuku: aku harus segera
berangkat ke Lhok Seumawe, Aceh.Umi telah dua kali
menginterlokalku. Kata beliau, aku telah diangkat menjadi Ketua
Panitia pemindahan kuburan kakekku. Aku sudah paham benar, umi
jangan sampai menginterlokal yang ketiga kali. Aku tentu tak mau
menjadi anak durhaka.Kali ini aku memilih pulang kampong lewat
jalan darat. Dalam perjalanan dari Lampung hingga ke Aceh Selatan,
banyak sekali jalan raya yang buruk. Lagi pula, kota-kota yang
kulewati tak memberikan suasana batin bagiku (Busye dalam Dua
Tengkorak Kepala, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Djojosuroto, K. dan M. L. A. Sumaryati. 2004. Prinsip-Prinsip
Dasar Penelitian Bahasa dan SastraBandung: Nuansa.
Suparno dan Mohammad Yunus. 2002. Keterampilan Dasar Menulis.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Keraf, G. 1995. Eksposisi: Komposisi Lanjutan II. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Sastrawan Bicara Siswa
Bertanya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Majalah Mimbar Masyarakat No. 9, Juli 2006. "Dunia Pendidikan
Kita Sekarang".
Busye, M. 2000. "Dua Tengkorak Kepala" dalam Kumpulan Cerpen Dua
Tengkorak Kepala. Kenedi Nurhan (ed.). Jakarta: Harian Kompas.
Latihan dan TugasLatihan(1) Buatlah sebuah karangan eksposisi
dengan memilih salah satu kata kunci berikut ini:a) berkebun
cabe
rRRR
b) memasak nasi goreng
c) membuat karangan
(2) Secara sepintas tampaknya argumentasi dan persuasi itu sama.
Apakah yang membedakan kedua wacana itu?
(3) Deskripsikanlah salah satu ruang di rumah Saudara, sehingga
pembaca seolah-olah melihat secara langsung ruang yang digambarkan
itu!
(4) Dari kelima wacana itu, manakah wacana yang cenderung ilmiah
dan mana pula yang sebaliknya. Jelaskan dengan bukti-bukti.
Tugas dan Bahan Diskusi
(1) Carilah cuplikan atau karangan utuh yang berbentuk wacana
eksposisi, argumentasi, persuasi, deskripsi, dan narasi.
(2) Amatilah kelima macam contoh wacana yang Anda temukan itu,
lalu carilah perbedaan satu sama lain.
BAB V. TOPIK DAN PEMBATASANNYA
Modul ini akan berbicara tentang topik yang dirinci menjadi (1)
pengertian topik, (2) hal yang harus diperhatikan ketika menentukan
topik, (3) dan cara membatasi topik. Setelah Anda mempelajari modul
ini diharapkan Anda dapat:1. Mengemukakan pengertian topik
karangan.2. Mengemukakan hal yang harus diperhatikan ketika Anda
akan menentukan topik tulisan.3. Membatasi topik tulisan yang telah
Anda tentukan dengan menggunakan salah satu cara yang biasa
digunakan.
KEGIATAN BELAJARSebelum Anda menuangkan ide atau gagasan Anda
dalam bentuk tulisan, Anda harus melakukan langkah persiapan atau
yang biasa disebut tahap prapenulisan. Satu di antara tahap
prapenulisan itu adalah menentukan topik tulisan.Apakah topik
tulisan itu? Secara sempit topik dapat disebut sebagai hal pokok
yang dibicarakan. Secara luas topik dapat dikatakan sebagaihal
pokok yang dituliskan atau diungkapkan dalam karangan. Oleh sebab
itu, topik karangan harus ditentukan sebelum seorang penulis
memulai tulisannya.Untuk mencari topik tulisan bukan hal yang
mudah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika kita akan
menentukan topik tulisan/karangan kita. Topik karangan harus
ditentukan dengan sejumlah pertimbangan. Apa sajakah yang perlu
dipertimbangkan penulis ketika ia akan menentukan topik
karangan/tulisannya? Setidaknya ada lima hal yang harus kita
perhatikan. Kelima hal itu adalah sebagai berikut.
a. Kemanfaatan dan Kelayakan DibahasKetika Anda akan menentukan
topik karangan, Anda harus memperhatikan pembaca yang akan membaca
tulisannya. Oleh sebab itu, penulis harus mempertimbangkan manfaat
apakah yang dapat diterima pembaca tulisannya. Dalam hal ini,
penulis tentu saja harus melakukan analisis kebutuhan pembaca.
Sebuah topik akan bermanfaat bagi pembaca apabila topik itu
berkaitan dengan kebutuhan pembacanya. Sebagai contohnya, jika
pembaca tulisan Anda adalah para remaja, tentu saja topik yang
menarik bagi mereka adalah masalah seputar remaja. Selain itu,
topik yang dipilih harus layak dibahas. Kelayakan ini baik
dipandang dari sudut penulis dan sudut pembacanya.
b. KemenarikanSelain bermanfaat, topik yang dipilih juga harus
menarik. Diharapkan topik yang dipilih tidak saja menarik bagi
penulis, tetapi yang lebih penting lagi adalah bahwa topik itu
menarik bagi pembaca. Kemenarikan ini berkaitan erat dengan
kemanfaatan. Pembaca akan tertarik pada sebuah tulisan jika tulisan
itu dirasakan pembaca bermanfaat bagi dirinya. Sebagai contohnya,
hal yang bermanfaat bagi para petani di pedesaan adalah cara
meningkatkan produksi pertanian. Dengan adanya manfaat yang akan
diperoleh pembaca, mereka akan tertarik kepada bacaan/tulisan
itu.
c. KeaktualanSelain bermanfaat dan menarik, topik yang dipilih
juga harus bersifat aktual. Artinya, topik itu merupakan hal yang
hangat dibicarakan. Oleh sebab itu, topik terkini merupkan topik
yang harus dipertimbangkan untuk dipilih.
d. Dikenal dengan BaikTopik yang dipilih hendaklah merupakan
topik yang tidak asing bagi penulis. Hal ini menyangkut penguasaan
terhadap topik yang akan ditulisnya. Dengan dikenalnya topik itu
oleh penulis, diharapkan penulis mengetahui segala sesuatu tentang
topik itu.
e. Ketersediaan BahanKetersediaan bahan ini harus diperhatikan
mengingat bahan merupakan hal yang penting dalam menulis.
Ketersediaan bahan memungkinkan penulis mengembangkan topik itu ke
dalam tulisan secara luas dan dalam. Sebaliknya, jika topik itu
tidak didukung oleh ketersediaan bahan, penulis akan mengalami
kesulitan ketika ia harus mengembangkan topik itu ke dalam
tulisannya.
f. Tidak terlalu luas dan atau terlalu sempitTopik yang terlalu
luas akan menyulitkan penulis. Konsekwensinya penulis harus
memiliki pengetahuan yang sebanyak-banyaknya tentang topik itu.
Jika tidak, tulisannya menjadi tidak dalam dan luas.Hal ini akan
menyebabkan pembaca menjadi bosan. Sebaliknya, topik yang terlalu
sempit juga harus dihindari. Topik yang terlalu sempit akan
berakibat penulis akan membahas topik itu secara berulang-ulang.
Jika hal ini terjadi, pembaca juga akan mengalami kebosanan.
3. Cara Membatasi TopikMengingat topik perlu dibatasi, berikut
ini disajikan beberapa cara yang biasa digunakan untuk membatasi
topik karangan. Cara itu adalah sebagai berikut.
a. Menggunakan Diagram Jarum JamDiagram ini disebut diagram
jarum jam karena bentuk pembatasannya menyerupai jarum jam. Cara
ini dilakukan dengan menempatkan topik yang masih luas sebagai
pusatnya. Di sekelilingnya ditempatkan topik-topik yang merupakan
pembatasan topik itu ditinjau dari berbagai sudut. Penggunaan
pembatasan topik berdasarkan diagram jarum jam ini dapat dilihat
dari contoh berikut.
Diagram Jarum Jam
Ilmu kelautan
Laut sebagai sumber energi masa depanKekayaan di lautan
Laut AtlantikLaut sebagai lapangan kerjaLAUT
Kandungan kimia air lautKehidupan dalam laut
Peranan laut dalam hubungan antarbangsa
Diagram PohonLautan
PemasarannyamineralLaut sebagai sumber energiLautan sebagai
lapangan kerja yang potensialKekayaan di
lautanfaunafloraikanudangKerang mutiaraPembudiyaannyamineral
Piramida Terbalik
laut
kerangfaunaKekayaan laut IndonesiaLautan Indonesia
Pembudidayaan kerang mutiara di Maluku Selatan
BAB VI. PARAGRAF DAN PENGEMBANGANNYA
KOMPETENSI DASAR:Mahasiswa dapat membuat karangan ilmiah dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.Mahasiswa dapat
membuat paragraf yang baik yang memiliki kesatuan, kepaduan, dan
kelengkapan.
INDIKATOR:Mahasiswa dapat membuat paragraf yang baik yang
memiliki kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.Mahasiswa dapat
menentukan topik suatu paragraf;1) mahasiswa dapat menunjukkan
letak kalimat topik suatu paragraf;2) mahasiswa dapat membedakan
paragraf yang baik dan yang tidak/kurang baik;3) mahasiswa dapat
membuat contoh paragraf yang baik.
MATERI
PARAGRAFIstilah paragraf sering disejajarkan dengan istilah
alenia. Kedua istilah itu sebenarnya dapat dibedakan. Paragraf
dapat diartikan sebagai suautu karangan mini, berisi satu kesatuan
ide yang dibangun dari kalimat atau beberapa kalimat yang saling
berhubungan. Sedangkan alenia adalah penanda suatu paragraf ada
alenia menjorok ke dalam, alenia menggantung, alenia penuh. Tulisan
ini menggunakan alenia menjorok ke dalam.Berapa panjang paragraf
yang baik itu? Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan mutlak
karena panjang atau pendek paragraf tidak mencirikan bahwa paragraf
itu baik atau tidak. Ada paragraf yang panjang, baik; dan ada pula
paragraf yang panjang tapi tidak baik. Baik atau tidaknya suatu
paragraf ditentukan oleh syarat-syarat yang harus dipenuhinya.
SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAFSuatu paragraf yang baik yang disebut
juga paragraf efektif harus memenuhi 3 syarat berikut.1) Kesatuan
(unity) Satu paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran. Paragraf
dikatakan memiliki kesatuan bila seluruh kalimat yang membangun
paragraf itu membicarakan hal yang sama, satu pokok pikiran. Bila
dalam satu paragraf terdapat dua atau lebih ide pokok, maka
paragraf tersebut harus dijabarkan menjadi dua atau lebih paragraf.
Jadi, paragraf memiliki kesatuan bila paragraf itu memiliki satu
pokok pikiran.
2) Kepaduan (kohesi)Kalimat-kalimat yang membangun suatu
paragraf harus padu, adanya kekompakan hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain. Kekompakan hubungan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan penanda kohesi atau dengan menggunakan
keruntutan hubungan semantis. Beberapa penanda kebahasaan yang
dapat digunakan untuk membangun paragraf adalah:(1) Penunjukan,
yaitu penggunaan kata untuk menunjukkan/mengacu atau suatu acuan
yang sudah disebutkan. Misalnya: kata itu, tersebut, demikian,
ini.(2) Penggantian, yaitu penanda hubungan kalimat yang
menggunakan kata yang lain yang sudah disebutkan sebelumnya.
Misalnya: menggunakan kata ganti orang (dia, mereka), hal itu,
begitu, begini, sana, sini, itulah.(3) Pelesapan, yaitu
melesapkan/menghilangkan unsur suatu kalimat pada kalimat
berikutnya karena kehadiran unsur itu dapat diperkirakan dan untuk
penghematan/ efektifitas.(4) Perangkaian, yaitu penggunaan
kata-kata perangkai/transisi untuk menghubungan antarkalimat dalam
paragraf. Misalnya: seperti, sebaliknya, walaupun demikian, oleh
karena itu.(5) Pengulangan, yaitu mengulangi suatu kata/bentukan
yang terdapat dalam suatu kalimat pada kalimat selanjutnya.
Tujuannya adalah untuk penekanan atau pementingan.
3) KelengkapanSuatu paragraf yang memiliki satu pokok pikiran
yang dikembangkan harus memiliki kelengkapan, ada ketuntasan
pembicaraan pada paragraf itu. Suatu paragraf tidak memiliki
kelengkapan bila pada pokok pikiran dinyatakan ada dua masalah
utama pembelajaran bahasa Indonesia, tetapi dalam paragraf itu
hanya dijelaskan satu masalah.
Contoh paragraf yang baik:
Dunia tumbuhan terbagi atas empat divisi yang besar, yaitu
tumbuhan daun (talofita), lumut (briofita), paku-pakuan
(pteridofita), dan tumbuhan bunga (spermatofita). Setiap divisi itu
terbagi lagi atas kelas, kelas atas bangsa, bangsa atas marga, dan
marga atas jenis. Setiap jenis mempunyai satu varietas atau
lebih.(paragraf di atas memiliki kesatuan, kepaduan, dan
kelengkapan)
Contoh paragraf yang tidak baik:
Hukum memegang peranan sentral dalam menciptakan dan
mempertahankan persaingan yang sehat dalam berusaha. Peran itu
dapat ditentukan dalam tiga fungsi hukum, yaitu sebagai alat untuk
menciptakan tumbuhnya persaingan yang sehat, dan alat kontrol
terhadap perilaku-perilaku yang menyimpang. Oleh karena itu,
kehadiran peraturan persaingan yang sehat patut disambut dalam
rangka pembangunan ekonomi nasional, tanpa mengabaikan kepentingan
penegakan hukum. Adapun kredibilitas suatu peraturan dapat diuji di
dalam praktik atau penegakannya di tengah masyarakat oleh anggota
masyarakat, khususnya para pelaku ekonomi, aparatur pemerintah, dan
penegak hukum. Di sini hukum harus benar-benar ditegakkan untuk
mencapai tujuan hukum. Demikian peranan hukum sebagai alat
pengendali perilaku-perilaku curang dalam persaingan.(paragraf di
atas kurang padu dan tidak lengkap)
LETAK KALIMAT TOPIK DALAM SUATU PARAGRAF
Suatu paragraf memiliki topik, penjelas, kalimat topik, dan
kalimat penjelas. Topik suatu paragraf diletakkan dalam suatu
kalimat topik. Letak kalimat topik dalam suatu paragraf dapat di
awal, di akhir, di awal dan di akhir, di tengah, atau di seluruh
paragraf.1) Contoh letak kalimat topik di awal paragraf (paragraf
deduktif):Saat ini banyak sekali hewan yang mendiami bumi dan
banyak pula yang hidup pada zaman yang telah silam. Kekaburan orang
tentang hewan yang hidup di darat dan di laut kini dapat
dihindarkan. Jenis-jenis hewan itu saat ini sudah dapat ditentukan.
Angka yang menyatakan beberapa jumlah hewan di muka bumi ini
peratama kali dikemukakan oleh Linaeus tahun 1758, yaitu 4.236
jenis. Pada tahun 1859 Agassiz dan Brown menghitung ada 129.370
jenis dan masih banyak yang belum diberi nama.
2) Contoh letak kalimat topik di akhir paragraf (paragraf
induktif)Bulu domba dapat dipakai sebagai sumber bahan pakaian,
benang sutera dari ulat sutera juga sebagai bahan pakaian.
Kelenjar-kelenjar dari alat-alat hewan merupakan bahan pembuatan
hormon atau obat-obatan lain. Madu tawon, kulit penyu, spons alam
merupakan hasil hewan yang digunakan manusia. Penyediaan daging,
pengawetan ikan dan daging, pengalengan daging dan ikan merupakan
kegiatan yang berhubungan dengan hasil hewan. Memang hewan tidak
saja merupakan sumber protein, tetapi juga sebagai sumber bahan
pakaian atau sumber bahan keperluan lain.
3) Contoh letak kalimat topik di awal dan di akhir paragraf
(paragraf campuran)Dalam kehidupan tiada satu hewan pun yang hidup
sendiri, mereka selalu bergantung pada faktor-faktor lingkungan,
baik yang biotik maupun yang abiotik. Sebagian hewan mempunyai
hubungan yang erat dengan musuh-musuhnya, penyakit, dan saingannya.
Seluruh interaksi antara faktor-faktor itu menimbulkan jaringan
hidup atau keseimbangan alam, termasuk di dalamnya manusia. Memang
semua hewan yang hidup selalu bergantung pada faktor lingkungan,
baik yang biotik maupun yang abiotik.
4) Contoh letak kalimat topik di tengah paragraf Jam meja yang
biasanya berdering pukul 04.30 untuk membangunkan saya, sekali ini
membisu karena lupa diputar. Akibatnya, saya terlambat bangun.
Cepat-cepat saya pergi ke kamar mandi, ternyata sabun mandi habis.
Mau sarapan, nasi hangus. Sial benar nasib saya hari ini. Ditambah
lagi, mau berpakaian, semua baju kotor sehingga saya terpaksa
memakai baju bekas kemarin. Pada saat naik kendaraan ke sekolah
mogok pula. Ketika turun dari kendaraan, hujan lebat sehingga badan
saya basah kuyup.5) Contoh 6) 7) letak kalimat topik di seluruh
paragraf (paragraf deskriptif)Sandal ITB adalah sandal yang terbuat
dari ban bekar. ITB singkatan dari Ieu tilas ban (ini bekas ban).
Sandal ini sangat menarik karena dibuat dari ban bekas yang
dilengkapi dengan aksesori yang menarik sehingga memikat hati
pembelinya. Dari satu ban dapat dibuat 10 pasang sandal cantik yang
laku dijual seharga Rp10.000,-/pasang.
Sebuah karangan terdiri atas beberapa paragraf. Jenis paragraf
yang dibuat untuk suatu tulisan/karangan, baik karangan eksposisi,
argumentasi, narasi, deskripsi, maupun persuasi, dapat dibedakan
atas paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup
PENGEMBANGAN PARAGRAFPengembangan paragraf berkaitan erat dengan
kemudahan pemahaman terhadap paragraf tersebut. Paragraf yang
dikembangkan dengan baik akan memberikan kemudahan kepada pembaca
untuk memahami maksud/isi paragraf tersebut. Sebaliknya, pembaca
akan mengalami kesulitan memahami maksud suatu paragraf karena
paragraf itu tidak dikembangkan dengan baik.Beberapa model
pengembangan paragraf, yaitu: paragraf contoh, paragraf
klasifikasi, paragraf definisi, paragraf perbandingan, paragraf
klimaks dan anti klimak, paragraf deduksi, dan paragraf
induksi.Berikut disampaikan beberapa contoh.1) Contoh paragraf yang
dikembangkan melalui definisi:Reaksi redoks adalah gabungan reaksi
oksidasi dan reaksi reduksi yang berjalan secara bersamaan. Reaksi
oksidasi adalah proses pelepasan elektron oleh sesuatu reaktan
sehingga reaktan tersebut akan mengalami kenaikan nilai bilangan
oksidasinya. Adapun reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan
elektron oleh suatu reaktan, sehingga reaktan tersebut akan
mengalami penurunan bilangan oksidasinya.
2) Contoh paragraf yang dikembangkan melalui perbandingan:Bila
ditinjau dari segi bangunnya, paragraf dan esai itu memiliki
kesamaan. Misalnya, paragraf diawali dengan kalimat topik. Dalam
esai, paragraf pertama merupakan pendahuluan yang memperkenalkan
bahan bahasan dan menetapkan fokus topik. Begitu pula tubuh
karangan terdiri atas rangkaian paragraf yang memperluas dan
menunjang gagasan yang dikemukakan dalam paragraf pendahuluan.
Akhir sebuah paragraf dapat berisi penegasan kembali, kesimpulan,
atau pengamatan. Demikianjuga dengan sebuah karangan, mempunyai
sarana yang memberi ketuntasan gagasannya, khususnya pada wacana
eksposisi.3) Contoh paragraf yang dikembangkan dengan contoh:Saat
ini pelbagai upaya pemerataan itu sudah dilakukan. Misalnya,
program-program inpres, kemitraaan usaha antara bapak angkat dan
anak angkat, serta penyebaran proyek pembangunan di semua daerah.
Hal yang lebih baru dan mendasar adalah pengalihan saham dari
perusahaan besar dan sehat-kepada koperasi serta penyediaan kredit
usaha kecil oleh perbankan.
DAFTAR PUSTAKA
Dra.Hj. Zahra Alwi, M.PD, S. Dardjowidjojo, H.Lapoliwa, dan A.M.
Moeliono. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, E. Zainal. 1987. Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa
Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Melton Putra.
Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 1999. Cermat Berbahasa
Indonesia. Jakarta: Akapres.
Depdikbud. 1995. Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia. 1995.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Depdikbud. 1997. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Depdiknas. 2000. Ikhtisar Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Depdiknas. 2002. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka
Halim, Amran. 1988. Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Depdikbud,
PPPB.
Keraf, Goris. 1988. Komposisi. Ende, Flores: Nusa Indah.Sugono,
D. 1994. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Zakaria, Syofyan. 1998. Wisata Bahasa:Kapita Selekta Bahasa
Indonesia. Bandung: Humaniora Utama Press.
TUGAS DAN LATIHAN
1. Silakan Saudara mengkliping 4 contoh paragraf dari koran atau
majalah, bacalah paragraf tersebut kemudian:1) tentukan dan
tuliskan topik dari setiap paragraf;2) tuliskan letak kalimat topik
dari setiap paragraf;3) analisislah paragraf tersebut, sudah
memilikikesatuan, kepaduan dan kelengkapankah?4) Tuliskanlah jenis
pengembangan paragraf tersebut! 2. Buatlah 2 contoh paragraf yang
baik, dapat Saudara kembangkan dari hasil 1.4!
LEMBAR JAWABAN:
1.Tempelkan paragraf yang dikliping di sini!
NILAI:DOSEN :
NAMA: ...............................NIM:
...............................Fak.:
...............................
1) a. Topik paragraf 1 adalah:
b. Topik paragraf 2 adalah:
Jawab:
c. Topik paragraf 3 adalah:
Jawab:
Jawab:d. Topik paragraf 4 adalah:
Jawab:
2) a. letak kalimat topik paragraf 1:
Jawab:
b. letak kalimat topik paragraf 2:
Jawab:
c. letak kalimat topik paragraf 3:
Jawab:
d. letak kalimat topik paragraf 4:
Jawab:
3) Analisis paragraf:
ParagrafKesatuanKepaduanKelengkapan
1
2
3
4
4) a. Jenis pengembangan paragraf 1:
Jawab:
b. Jenis pengembangan paragraf2:
Jawab:
c. Jenis pengembangan paragraf 3:
Jawab:
d. Jenis pengembangan paragraf 4:
Jawab:
2. Contoh paragraf yang baik:
Jawab:
Jawab:
BAB VII.KERANGKA KARANGAN
KOMPETENSI DASARMahasiswa dapat membuat karangan ilmiah dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
INDIKATORMahasiswa dapat membuat kerangka karangan ilmiah dengan
benar.
MATERI1. Kerangka KaranganKerangka karangan (out line) adalah
kerangka tulisan yang menggambarkan bagian-bagian atau butir-butir
isi karangan dalam tataan yang sistematis. Tataannya yang
sistematis ini menggambarkan organisasi isi karangan. Gambaran isi
yang demikian itu menampakkan butir-butir isi karangan dalam
hubungannya dengan butir-butir yang lain. Dalam kerangka karangan
itu akan tampak butir-butir isi karangan yang menggambarkan (1)
sub-subtopik karangan baik dari segi jumlah maupun dari segi
jenisnya, (2) urutan sub-subtopik isi karangan, (3) hubungan
antarsubtopik dalam karangan: hubungan logis atau kronologis, dan
hubungan setara atau hubungan bertingkat.
2. Kegunaan Kerangka KaranganPenyusunan kerangka karangan
sanngat dianjurkan karena akan menghindarkan penulis dari
kesalahan-kesalahan yan tidak perlu terjadi. Secara rinci kegunaan
kerangka karangan dikemukakan oleh Suparno dan Yunus (2002:3.8)
sebagai berikut.1) Kerangka karangan memungkinkan Anda dapat
mengarang secara terarah karena isi karangan sebenarnya
mengambarkan arah sebuah karangan. Arah yang jelas itu akan tampak
pada bab-bab karangan, sub-subbab karangan beserta isi karangan
yang perlu dituliskan, urutan sub-subbab karangan, dan hubungan
antarisi karangan. Akhadiah (1989:25) menegaskan bahwa kerangka
karangan dapat membantu penulis menyusun karangan secara teratur
dan tidak membahas satu gagasan dua kali dan mencegah penulis
keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik atau judul.2)
Kerangka karangan memungkinkan Anda dapat memasukkan dan
menempatkan materi tulisan yang baru Anda temukan dalam bab atau
subbab tertentu, bahkan dalam bab atau subbab yang baru. Dengan
demikian, penulis dapat memperluas isi tulisan jika diperlukan
untuk memperjelas isi tulisan.3) Kerangka karangan memungkinkan
Anda dapat bekerja lebih feksibel dari segi penyelesaian bagian
karangan. Karangan tidak harus dimulai dari bagian awal. Anda dapat
memulainya dari bagian tengah, bahkan dari bagian belakang. Anda
juga dapat menulis bagian tertentu tidak sampai tuntas karena
terkendala materi misalnya. Bahkan karena hanya ingin melakukan
variasi berpikir dalam proses mengarang, antara lain karena
kejenuhan, Anda dapat menuliskan karangan dengan variasi pindah ke
bagian karangan lain. Dengan teknologi komputer, fleksibelitas
kerja dapat Anda lakukan dengan mudah dan tanpa resiko dalam
penataan isi karangan.4) Kerangka karangan akan memperlihatkan
kepada penulis bahan-bahan atau materi yang diperlukan dalam
pembahasan isi karangan (Akhadiah, 1989:26).5) Kerangka karangan
yang berfungsi sebagai miniatur atau prototipe tulisan akan
memudahkan pembaca melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai
umum sebuah tulisan. Kerangka karangan akan menjadi daftar isi
karya ilmiah yang Anda buat (Utorodewo, dkk. 2004:71).
3. Syarat-syarat Kerangka KaranganAda empat syarat kerangka
karangan yaitu (1) tema/tesis harus jelas, (2)tiap unit mengandung
satu gagasan, (3) topik-topik disusun secara logis, (4) sistem
penomoran konsisten. Penjelasan yang lebih rinci diuraikan sebagai
berikut.1) Tema/tesis harus dirumuskan dengan jelas karena rumusan
yang jelas membantu penulis mengungkapkan gagasan dengan mudah dan
lancar.2) Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu
gagasan yang akan diuraikan secara tuntas. Rangkaian antara gagasan
sentral dan gagasan bawahan tersusun dengan baik. Gagasan bawahan
harus mengandung dukungan dan alasan bagi gagasan sentralnya.
Dengan demikian, fakta yang terhimpun dapat menjelaskan dengan baik
gejala/topik yang ditulis.3) Pokok-pokok dalam kerangka karangan
harus disusun secara logis. Hanya dengan penyusunan yang logis,
Anda dapat mencapai tujuan dengan baik. Rangkaian sebab-akibat
harus tersusun dengan baik agar pembaca mudah menarik kesimpulan.4)
Setiap topik, sub-subtopik harus menggunakan penomoran yang
konsisten, misal I, A, 1, a dan seterusnya.
4. Bentuk Kerangka KaranganBentuk kerangka karangan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu kerangka karangan kalimat dan kerangka
karangan topik. Menurut Suparno dan Yunus (2002:3.8) dua bentuk
kerangka karangan ini dibedakan berdasarkan redaksi kerangka
karangan tersebut. Kerangka karangan kalimat yaitu kerangka
karangan yang mengunakan kalimat lengkap untuk merumuskan setiap
topik, subtopik maupun sub-subtopik. Contoh dapat dilihat sebagai
berikut.
Judul Karangan: Pupuk AlamKerangka Kalimat: 1. Pupuk Alam dapat
dikategorikan menjadi dua macam yaitu pupuk kandang dan pupuk
buatan. 2. Pupuk alam memiliki keuntungan-keuntungan. 3. Pupuk alam
lebih murah daripada pupuk buatan. 4. Pupuk alam tidak merusak daya
kesuburan tanah. 5. Pupuk alam tidak mematikan organisme di
lahan.6. Pupuk kandang berguna untuk menghamorniskan sistem
ekologi.
Sebaliknya, kerangka karangan topik adalah kerangka karangan
yang diredaksikan dengan kata atau frasa. Setiap bagian karangan
diungkapkan dengan kata atau frasa. Pada umumnya, kata atau frasa
yang digunakan dalam kerangka karangan adalah kata benda s(nomina)
atau frasa benda (frasa nominal).
Perhatikan contoh berikut.Judul Karanga