Learning Organization prepared by : Daniel Doni Sundjojo 1 Modul Learning Organization In the long run, the only sustainable sources of competitive advantage is your organization’s ability to learn faster than its competition Peter Senge Tujuan Pembelajaran Dengan memahami modul ini secara aktif, anda seharusnya mampu : 1. Memahami konsep teoritis maupun praktis mengenai learning organization 2. Memiliki wawasan mengenai implementasi learning organization 3. Mengaplikasikan konsep dan wawasan tersebut dalam situasi praktis. 4. Mengenali kecenderungan diri ketika berhadapan dengan proses learning. Pra Modul Game : The Zoo in your mind
57
Embed
MODUL LEARNING ORGANIZATION by DANIEL DONI SUNDJOJO
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
1
Modul Learning Organization In the long run, the only sustainable sources of
competitive advantage is your organization’s ability to
learn faster than its competition
Peter Senge
Tujuan Pembelajaran Dengan memahami modul ini secara aktif, anda seharusnya
mampu :
1. Memahami konsep teoritis maupun praktis mengenai
learning organization
2. Memiliki wawasan mengenai implementasi learning
organization
3. Mengaplikasikan konsep dan wawasan tersebut dalam
situasi praktis.
4. Mengenali kecenderungan diri ketika berhadapan
dengan proses learning.
Pra Modul
Game :
The Zoo in your mind
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
2
Pendahuluan
Learning organization menjadi phrase paling populer saat ini, bukan
saja di lingkup Human Resources Management, namun juga merambah semua
aspek organisasi dalam menghadapi lingkungan bisnis yang uncontrollable dan
unpredictable. Coba Anda bayangkan, sehebat-hebatnya strategi
perusahaan, sekuat- kuatnya fondasi finansial suatu perusahaan, sesmart-
smartnya sistem informasi perusahaan, sekompak- kompaknya sistem operasi
perusahaan, hingga setangguh- tangguhnya sistem keamanan perusahaan
sekalipun, semua itu akan hancur dalam sekejap, manakala anggota organisasi
itu tidak learning. Banyak sekali contoh yang melukiskan hal tersebut, coba
anda lihat dalam 2 bulan terakhir, berapa perusahaan raksasa yang terpuruk
lantaran tidak melakukan review terhadap lingkungan bisnis, tidak melakukan
sharing knowledge diantara anggota organisasinya serta tidak menumbuhkan
learning culture diantara anggota organisasinya – yang merupakan konsep dari
learning organization. Dengan berbagai fenomena tersebut dan seiring dengan
kesadaran pelaku bisnis akan pentingnya peran Human Resources Management
sebagai pilar utama keberhasilan perusahaan, konsep learning organization
seakan menjadi syarat utama agar organisasi dapat bertahan dalam
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
3
menghadapi lingkungan bisnis yang senantiasa berubah secara cepat dan
radikal ini. Hal ini diperkuat oleh pendapat Senge (1994, 11) :“ In the long
run, the only sustainable sources of competitive advantage is your
organization’s ability to learn faster than its competition”
Seberapa pentingkah konsep learning organization, bagi sebuah
organisasi? Coba kita renungkan : dengan mengimplementasikan konsep
learning organization, maka sebuah organisasi akan memiliki anggota yang
memiliki motivation to learn, memiliki kemampuan untuk mereview lingkungan
bisnis, serta memiliki mental untuk senantiasa meningkatkan perilaku dan
kinerjanya. Hal ini tentu akan berimplikasi kepada peningkatan performance
organisasi secara holistic. Lebih jauh lagi, hal ini tentu akan membuat
konsumen dari organisasi tersebut menjadi semakin puas terhadap kinerja
organisasi tersebut sehingga menjadi pelanggan yang loyal, dan pada akhirnya
membuat profitability organisasi juga meningkat. Bukankah hal ini merupakan
sustainable competitive advantage bagi organisasi tersebut ? Hal ini
diperkuat dengan pernyataan Senge ( 1994, 9) : “ Why build a learning
organization? Because we want a superior performance, to improve quality,
for customers, for competitive advantage “
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
4
Pada Modul ini akan membahas konsep-konsep mengenai learning
organization serta konsep lain yang relevan dengannya, seperti organizing
learning, organizing change, learning culture, knowledge dan berbagai konsep
relevan lainnya.
Learning
Sebelum membahas mengenai learning organization, ada baiknya kita
membahas dulu kata “learning” yang menjadi pokok dalam phrase itu. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita mengenal kata learning, sesuai dengan makna
kamusnya, seperti yang dikutip dari The New Collins Concise English
Dictionary : "1. knowledge gained by study; instruction or scholarship. 2. the
act of gaining knowledge". Dari arti kamus yang masih sangat umum tersebut
Stewart (1992) mendefinisikan learning dalam lingkup Human Resources
Management, yaitu : "learning is natural, continuous, inevitable and occurs
spontaneously within the organism". Dari definisi tersebut, terlihat bahwa
dalam learning, dikenal satu kata kunci : “continuous “ yang berarti, learning
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
5
senantiasa berkelanjutan, dan merupakan perjalanan yang tanpa akhir. Brandt
(2003) menjabarkan learning dalam konteks individu sebagai berikut :
“ Learn what is personally meaningful; what they feel a need to learn ; Learn when they accept challenging goals ; Go through developmental stages ;Learn in their own way ;Construct new knowledge by building on old ; Learn through social interaction ;Need feedback ; Develop and use strategies. (Learn how to learn.) ; Learn well in a positive emotional climate; Learn from the total environment, intended and unintended.”
Sedangkan Charles Handy, memperkenalkan konsep learning baik untuk
tingkatan individu maupun organisasi yaitu konsep “The wheel of learning"
yang terdiri dari 4 tahap learning cycle, : “reflecting (thinking and feeling),
connecting (looking for links or hypotheses), deciding (choosing an action),
and doing.”
Peneliti lain, Loewon and Loo (2004) memiliki pendapat mengenai proses
learning sebagai berikut : “ Learning is seen as involving four critical
processes: action; reflection; meaning; and planning for future action.”
Ketika seseorang ataupun organisasi melakukan learning, sesaat setelah dia
melakukan tindakan, dia akan merefleksikan tindakannya, apakah tindakan ini
benar atau salah, baik atau buruk, relevan atau tidak, berkontribusi atau
tidak dan seterusnya. Setelah itu, dia akan menemukan makna dari
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
6
perenungan itu dan melakukan planning untuk tindakan berikutnya yang tentu
saja semakin sempurna dibandingkan dengan tindakan yang pertama (anggap
saja tindakan pertama dan future action itu merupakan tindakan yang sama
dalam kondisi yang similar.) Intinya, bahwa setiap tindakan kita, setiap
informasi yang kita dapat, haruslah kita olah secara sadar dan bukan sambil
lalu. Dengan adanya proses action – reflection – meaning – planning for futur
action, kita senantiasa learning terhadap apa yang kita lihat, apa yang kita
dengar, apa yang kita kerjakan, apa yang kita rasakan, yang mungkin saja
selama ini berlalu begitu saja, karena mungkin anda merasa “ Hal itu sudah
dari sononya, tidak perlu direfleksikan apalagi dipelajari. Untuk itu sesuai
pendapat Shelton and Darling (2003 untuk dapat meningkatkan capacity to
learn-nya, seseorang dituntut untuk memiliki “The quantum skills” yang
terdiri dari 7 skill, yaitu :
“ Quantum seeing: the ability to see intentionally ; Quantum thinking: the ability to think paradoxically ; Quantum feeling: the ability to feel vitally alive ; Quantum knowing: the ability to know intuitively ; Quantum acting: the ability to act responsibly ; Quantum trusting: the ability to trust life's process ; Quantum being: the ability to be in relationship. “
Knowledge
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
7
Salah satu outcome pokok dari proses learning adalah knowledge. Apa yang
anda dapat setelah kita mengikuti kuliah di MM Unair? Apa yang anda dapat
usai anda mengikuti suatu pelatihan? Apa yang anda dapat usai mengamati
perilaku rekan sekerja ? Apa yang anda dapat usai berdiskusi dengan orang
lain? Semua itu bermuara ke knowledge. Knowledge ada dimana-mana. Dalam
diri kita, dalam hubungan kita dengan orang lain, dalam organisasi dan
sebagainya, kapan saja, di mana saja, dengan siapa saja, dalam kondisi seperti
apapun, oleh siapa saja, knowledge dapat hadir (namun, tidak selalu hadir,
ketika kita tidak learning) . Hal ini sesuai dengan pendapat Blackler (1995) :
“First, knowledge exists in individuals - either in their bodies or in their brains. Thus, knowledge is "embodied" or "embrained". Furthermore, knowledge can exist between people, or, in dialogues; knowledge is "encultured". Another location for knowledge is in routines; knowledge is "embedded". Finally, knowledge can exist in symbols, as for instance words in various kinds of documents. In this approach, knowledge is "encoded". In conclusion, knowledge can either exist in the individuals or outside them, i.e. in the organization in itself.”
Namun dalam proses learning dengan konteks organisasi, knowledge dituntut
untuk benar-benar ada dalam setiap aktivitas organisasi dan disimpan dalam
suatu memory organisasi. Untuk itu perlu adanya tempat khusus yang
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
8
berfungsi sebagai memory organisasi, misalnya arsip mengenai feedback dari
pelanggan, hasil dari suatu proses benchmark ataupun brainstorming, dan
sebagainya, haruslah tersimpan dalam sistem informasi organisasi sehingga
kapanpun dibutuhkan, hal-hal itu dapat dengan mudah ditemukan. Hal ini
sesuai dengan paradigma Ortenblad (2001) :
“However, in order to be valid as organizational learning, the knowledge must be stored in the memory of the organization. This consists of routines, rules, procedures, documents and culture (i.e. shared mental models). Thus, knowledge acquired by the individuals is transferred to the organizational memory. The shared mental models preserve that the individuals learn the "correct" knowledge for the organization. In conclusion, the learning entities are both the individuals and the organization as an individual, and the knowledge exists outside the single individuals.”
Untuk memproduksi knowledge dalam organisasi, perlu dibentuk team learning
dalam organisasi. Tujuannya, agar knowledge yang dihasilkan dapat dipandang
dari berbagai sudut pandang secara holistik, sehingga akan menghasilkan
knowledge yang dapat diandalkan. Mengenai team learning, Senge (1990, 241)
berpendapat :
“In dialogue, a group explores complex difficult issues from many points of view. Individuals suspend their assumptions but
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
9
they communicate their assumptions freely. The result is a free exploration that brings to the surface the full depth of people's experience and thought, and yet can move beyond their individual views”
Dengan adanya team learning, maka akan mempercepat proses sharing
knowledge di kalangan anggota organisasi. Hal yang penting dilakukan oleh
pimpinan adalah menjadi katalis bagi proses learning dan bukannya
menghambat. Hal ini ditekankan oleh Ortenblad (2001) :
“Since the knowledge acquired by dthe individuals is seldom made organizational, the knowledge exists, to a great extent, in the individuals (i.e. their bodies and brains). The transfer of knowledge in learning organizations is suppose to go on between individuals (see e.g. Garvin, 1993) not between individuals and the memory of the company. Organization provides a climate that facilitates the learning of the individuals, and the managers are supposed to be coaches instead of directors . In conclusion, the individuals learn and the knowledge is mainly located inside the individuals, but also outside them.”
Untuk membentuk team learning, psikolog B. W. Tuckman tahun 1970 an
memperkenalkan 4 tahap untuk mentransformasi suatu team menjadi team
learning yang optimal, yaitu:
“First : Forming: When a group is just learning to deal with one another; a time when minimal work gets accomplished. ; Second : Storming: A time of stressful negotiation of the terms under which
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
10
the team will work together; a trial by fire. ; Third : Norming: A time in which roles are accepted, team feeling develops, and information is freely shared. ; And Finally, Performing: When optimal levels are finally realized—in productivity, quality, decision making, allocation of resources, and interpersonal interdependence.”
Learning Environtment versus Learning Space
Seperti apakah lingkungan yang mampu menstimulasi proses learning dari
anggota organisasi? Rifkin and Fulop (1997) memiliki pendapat mengenai
gambaran lingkungan yang mampu menstimulasi proses learning dalam
organisasi yaitu Learning Environtment dan Learning Space, yang dijabarkan
sebagai berikut :
“The Learning Environtment is a set of conditions to which a manager can contribute by implementing particular processes and policies. It is an arena, rather than a bounded set of individuals or practices, that supports learning. By contrast, the Learning Space is a space opened by a release of control by management and by a relaxation of privileging forces. In the Learning Space, people have freedom to think and explore and to engage in uninhibited questioning of such things as managerial control. Managers are meant to reflect on and engage in practices that are not controlling or "managing". “Learning Environtment, is refer to an approach where primary importance is placed on meanings, actions and understanding or
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
11
the interpretive capacities of individuals as the building blocks for learning.
Dalam hal ini, untuk mendukung proses learning, pimpinan dituntut melakukan
upaya-upaya untuk mengkondisikan terciptanya learning environtment, atau
bahkan learning space. Namun tentu saja, perlu adanya aturan main yang perlu
disepakati oleh seluruh anggota organisasi, sehingga adanya “freedom”
tidaklah disalah artikan sebagai “totally free” karena hal ini justru dapat
menjadi bumerang yang berimplikasi pada kehancuran organisasi, dan pada
akhirnya juga merugikan anggota organisasi itu sendiri. Dengan adanya
kebebasan mengeluarkan pendapat, paradigma “tidak ada orang yang akan
dihukum karena menyampaikan pendapat atau berbuat kesalahan” , seringkali
diartikan oleh anggota organisasi secara harafiah, sehingga menimbulkan
ekses negatif. Burgoyne (1996) melihat learning environtment sebagai :
The Management processes embodied in the concept of the Learning Environtment also include such things as an emphasis on self-development of employees but also adoption of styles of dialogue that illuminate and accept differences, willingness among members of an organization to state critical feedback constructively and honestly, and willingness of members to share tacit knowledge.
Mengenai learning space, Rifkin and Fulop (1997) menyatakan :
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
12
Learning Space represents an idealized, and what some would view as radical, concept that draws attention to the importance of understanding the individualizing and organizing processes that shape micro processes of work and go beyond the idea of a Learning Environtment . In the Learning Space, the focus shifts to the emergent patterning by participants of relationships and interactions in localized contexts.
Learning culture
Terbentuknya learning culture, merupakan salah satu ukuran terlaksananya
konsep learning organization. Apabila organisasi telah memiliki learning
culture, maka setiap anggota organisasi akan senantiasa meningkatkan
kompetensi, kinerja dan behaviornya tanpa bantuan pihak manapun. Mereka
akan senantiasa learning, bahkan dengan upayanya sendiri. Mereka dengan
senang hari mengikuti studi banding, pelatihan, seminar, bahkan dengan biaya
sendiri, karena learning sudah merupakan kebutuhan dan bukan kewajiban
atau bahkan beban.
Hill ( 1996) mendefinisikan learning culture dari suatu organisasi sebagai : “
a constantly changing, multi-faceted organism which draws on the collective
energies of the learning conditions of its people. “ Lebih lanjut, Hill
menyatakan : “ learning culture as a mutable state on a continuum of five
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
13
phases moving between the two extreme conditions of prescriptive
dependency and enabled independence.” Dimana, ke 5 fase tersebut adalah :
1. Languishing. Pada fase ini, organisasi baru menampakkan sedikit atau
bahkan belum sama sekali upaya untuk menciptakan learning
opportunities. Learning terjadi “secara tidak sengaja dan tidak
disadari “ serta hanya terjadi pada sedikit orang yang bisa jadi
memang pada dasarnya memiliki motivasi untuk senantiasa learning.
Namun karena learning itu belum dimanage dengan baik, maka
kemunculannya sekedar spontanitas dan tidak kontinyu, sehingga
organisasi tetaplah stagnan.
2. Forming. Pada fase ini, organisasi sudah mulai berupaya untuk
memanage learning. Pada tahap ini, walaupun learning belum berjalan
secara optimal, namun kebutuhan akan adanya learning culture sudah
mulai disadari oleh manajemen, dan juga oleh karyawan. Pada fase ini,
upaya-upaya empowerment, self-development, brainstorming, personal
development plans menjadi agenda pembicaraan di kalangan manajemen
dan sangat dinantikan oleh karyawan.Namun, pada tahap ini, seringkali
muncul ekses negatif, ketika upaya-upaya learning tersebut tidak
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
14
dikendalikan secara benar, yang ada justru kesulitan-kesulitan baru :
karyawan menjadi banyak menuntut, kebebasan seringkali disalah
artikan menjadi kebebasan sebebas-bebasnya, sehingga karyawan
cenderung berbudaya santai, atau bahkan decision making berjalan
lambat karena semua pihak mendadak ingin didengarkan masukannya.
Untuk itu, perlu adanya aturan main yang jelas dalam upaya-upaya
learning ini sehingga tidak menimbulkan euphoria berlebihan yang
justru akan menghambat kemajuan organisasi, atau bahkan
menghancurkan organisasi. Hal ini dapat terjadi karena paradigma
learning organization yang anti hirarkis, tidak ada orang yang dihukum
karena memberikan feedback, bahkan kesalahan pun dianggap sebagai
proses belajar seringkali disalah artikan oleh anggota organisasi
sehingga justu menimbulkan ekses negatif yang berimplikasi pada
menurunnya performance organisasi.
3. Continuing. Dalam fase ini, learning sudah mulai disusun aturan main
yang jelas, terstruktur dan sesuai dengan persepsi masing-masing
pihak. Pada fase ini, karena aturan main telah ada maka anggota
organisasi mulai didorong untuk senantiasa learning. Berbagai upaya
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
15
learning yang terkoordinasi seperti teamworking, learning groups,
problem-solving activities, sharing knowledge, gugus kendali mutu dan
berbagai kegiatan sejenis marak diadakan dan menjadi suatu agenda
tetap bagi organisasi itu. Manajemen tidaklah berlaku sebagai raja,
namun menjadi katalis dan penjaga bagi proses learning. Mereka
menjalankan fungsi : “coaching, shaping and supporting role, the
gatekeepers of the organization's collective learning worth.” Dalam
tahap ini, upaya-upaya learning menjadi lebih teratur dan sistematis.
4. Transforming. Pada tahap ini, berbagai upaya learning, seperti
teamworking, learning groups dan berbagai problem-solving activities
tidak lagi dipandang sebagai suatu “ wadah khusus” namun sudah
bertransformasi menjadi bagian dari kehidupan organisasi tersebut.
Dalam tahap ini, orang sudah menyadari kebutuhan untuk senantiasa
learning, dan senantiasa berubah sebagai konsekuensi proses learning.
Mereka sudah mulai menyukai dua kata ini : learning dan change dan
menyikapinya dengan penuh optimisme serta kepercayaan diri yang
tinggi
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
16
5. Transcending. Dalam tahap ini, energi dan learning telah terpusat pada
seluruh anggota organisasi. Tidak hanya itu, mereka juga senantiasa
menjaga kontinyuitas learning dalam organisasi tersebut. Learning
culture telah terbentuk sempurna, yang terpenting adalah bagaimana
menjaga energi dan motivasi untuk senantiasa learning, tidak saja pada
kondisi buruk, namun juga saat kondisi sedang berjalan baik, atau
bahkan sedang di puncak kejayaan sekalipun, learning tetap tidak boleh
ditinggalkan.
Learning organization
Sebenarnya, cikal bakal learning organization sudah dimulai sejak tahun
1930 – 1940 an. Reginald Revans, yang dijuluki sebagai "father" of action
learning, sudah mulai mengemukakan value yang didapat oleh organisasi yang
memiliki iklim learning-to-learn. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya
tenaga kerja yang memiliki skill learning-to-learn, yang merupakan salah satu
falsafah dalam learning organization. Kemudian Argyris dan Schon (1978),
yang merupakan tokoh penting dalam konsep organizational learning,
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
17
memperkenalkan konsep single-loop dan double-loop learning dalam
organisasi sebagai berikut :
“Organisational learning involves the detection and correction of error. When such detection and correction enables the organisation to continue with current policies and objectives, the result is single-loop learning. Double-loop learning, on the other hand, is generated by detection-correction activities which modify and change the organisation's fundamental norms and aims, often through challenging traditional norms and values and resolving subsequent conflict.”
Dari penjabaran itu, double-loop learning memunculkan iklim learning
dalam suatu organisasi, mulai dari level terendah hingga tertinggi, level
operasional hingga level strategic. Double loop learning memiliki
keunggulan dibanding single-loop learning, karena menawarkan value yang
lebih besar dari level of learning, yaitu : pada tingkatan double loop
learning, anggota organisasi secara kontinyu berani mempertanyakan dan
menchallenge norma, value, maupun beliefs yang selama ini dipercaya
benar dan dilakukan di organisasi tersebut. Hal inilah yang dituntut untuk
dilaksanakan oleh organisasi yang learning. Berkaitan dengan single loop
dan double loop learning, Sun and Scott (2003) menjabarkan :
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
18
“The learning processes can be broadly defined as single-loop learning and double-loop learning. Single-loop learning is limited to changes to the current norms and assumptions of the organization, whereas double-loop learning questions and changes these norms and assumptions.”
Berikut disajikan gambar konsep single loop learning secara umum :
Gambar 1 Single Loop Learning
Sumber : Stacey, R.D. 2000. Strategic Management and Organizational Dynamics : The Challenge of Complexity. Harlow : Prentice Hall
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
19
Sedangkan gambar 2 menunjukkan konsep double loop learning secara
umum. Perbedaaan utama dengan single loop learning adalah adanya
keberanian untuk mempertanyakan “mental model” yang selama ini
dianggap benar, misalnya value, beliefs, ataupun culture, yang telah
mengakar dalam kehidupan berorganisasi ( Senge bahkan menyebutnya
sebagai “sacred cows” ) dan kemudian menggantinya dengan “new
mental model”.
Gambar 2 Double Loop Learning
Sumber : Stacey, R.D. 2000. Strategic Management and Organizational Dynamics : The Challenge of Complexity. Harlow : Prentice Hall
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
20
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
21
Sedangkan Desimone, Werner dan Harris ( 2002, 597 ) menjabarkan ada
tiga tingkatan learning yaitu :
Single – loop learning, menekankan pada identifikasi masalah dan
kemudian melakukan tindakan untuk memperbaikinya., dalam hal ini
anggota organisasi diajak belajar untuk mengidentifikasi masalah
dan membetulkannya
Double-loop learning, menekankan kepada pemahaman mengenai
asumsi dasar dan core values yang dapat menimbulkan masalah, dan
bersedia untuk merubahnya. Hal ini lebih sulit karena memang sulit
untuk merubah asumsi dasar dan core values yang sudah mengakar
dalam perilaku maupun kebiasaan kerja anggota organisasi
Deuterolearning, merupakan level learning yang tertinggi dimana
merujuk pada proses learning untuk meningkatkan performa
organisasi dalam melakukan singe dan double loop learning, dalam
hal ini secara substansi dapat dijelaskan sebagai” learning to learn”
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
22
Akhirnya, pada tahun 1990 an, Senge, melalui bukunya The Fifth Discipline:
The Art and Practice of Learning Organization” (1990) mempopulerkan
konsep learning organization di kalangan dunia bisnis maupun akademisi.
Dalam buku itu, Senge (1990, 3) menyatakan bahwa learning organizations
adalah :
“ organizations where people continually expand their capacity to create the results they truly desire, where new and expansive patterns of thinking are nurtured, where collective aspiration is set free, and where people are continually learning to see the whole together.“
Dari definisi ini tampak bahwa Senge menekankan bahwa dalam sebuah
learning organization terdapat keinginan dari setiap anggotanya untuk
senantiasa meningkatkan kemampuannya, adanya pola pikir yang baru dan
ekspansif di mana setiap anggota organisasi bebas menyatakan pendapatnya
serta adanya paradigma bahwa setiap anggota organisasi senantiasa secara
bersama sama melihat segala sesuatu secara keseluruhan, sehingga learning
organization akan menghasilkan knowledge dimana anggotanya senantiasa
melakukan sharing, responsive terhadap perubahan lingkungan, melihat
kegagalan bukan sebagai sesuatu yang memalukan dan harus ditindak, namun
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
23
lebih kepada sebuah kesempatan dan investasi untuk belajar. Dengan
mengalami kegagalan, seseorang seharusnya dapat belajar dari kegagalan
tersebut dan memperbaikinya. Lebih penting lagi, dia juga dapat melakukan
sharing kepada anggota organisasi yang lain agar tidak terjebak pada
kesalahan yang sejenis. Dalam hal ini menurut menurut Desimone, Werner dan
Harris ( 2002, 599 ) ada beberapa kondisi organisasi yang dituntut untuk
dimiliki sebagai syarat dari sebuah learning organization yaitu :
Structure , dimana salah satu dimensi kunci dari sebuah learning
organization adalah mengurangi atau menghilangkan batas hirarki
yang memisahkan manajemen dengan karyawan
Information acquisition, sharing and retention, untuk menciptakan
learning organization, hendaknya informasi serta pengetahuan baru
harus diperoleh, disimpan serta harus dibagikan kepada seluruh
anggota organisasi, hal ini sesuai visi learning organization yang
memungkinkan setiap organisasi dan tim dapat belajar, memecahkan
masalah serta menciptakan ide ide baru
HRM Practices, sejumlah kegiatan dari HRM harus menunjang
konsep learning organization dengan menekankan kepada proses
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
24
learning yang berkelanjutan misalnya sistem penilaian kinerja yang
merujuk kepada performance jangka panjang
Organizational culture, dalam learning organization, kultur
organisasi hendaknya mengandung elemen elemen yang senantiasa
mendukung adanya proses learning serta pengembangan
pengetahuan baru. Dalam learning organization, setiap resiko yang
ada dalam setiap kesempatan untuk belajar bukan saja
diperbolehkan, bahkan jika perlu diberi reward Kesalahan
hendaknya dilihat sebagai kesempatan untuk belajar dan bukan
sebagai kegagalan
Leadership, leadership merupakan hal yang sangat penting dalam
learning organization, karena leadership lah yang dapat
menggerakkan semua elemen yang lainnya untuk mendukung learning
organization. , Senge ( 1990,p 135 ) mengatakan bahwa leadership
bukan saja dibutuhkan hanya pada tingkatan tertinggi dari learning
organization tapi juga dalam semua tingkatan
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
25
Senge ( 1994,6) lebih lanjut menjabarkan bahwa inti dari learning
organization terletak pada lima “ learning discipline “yaitu :
Personal Mastery yaitu learning untuk memperbesar kapasitas
anggota organisasi untuk mencapai hasil yang kita inginkan serta
menciptakan lingkungan organisasi yang dapat membuat anggota
organisasi tersebut memiliki keberanian untuk mengembangkan diri
dalam usahanya mencapai tujuan yang mereka pilih
Mentals Models : selalu merefleksikan , mengklarifikasi , serta
meningkatkan wawasan kita terhadap dunia luar serta
menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan maupun
tindakan kita
Shared Visions : membangun komitmen pada diri setiap anggota
group dengan dengan senantiasa melakukan sharing terhadap apa
yang ingin dikerjakan di masa mendatang serta senantiasa
membangun prinsip dan petunjuk mengenai hal hal yang ingin kita
capai dimasa mendatang
Team learning : melakukan transfer conversational dan collective
thinking skill sehingga kelompok individu tersebut dapat secara
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
26
konsisten mengembangkan kemampuan dan intelligence yang
melebihi dari total semua talenta yang dimiliki oleh anggota
kelompok tersebut
System thinking : pada dasarnya merupakan cara berpikir kita,
merupakan bahasa untuk mendeskripsikan dan mengerti sesuatu ,
yang merupakan kekuatan dan interrelaitonship yang terbentuk
dalam perilaku sistem tersebut. Discipline ini membantu kita untuk
dapat merubah sistem menjadi lebih efektif serta untuk dapat
berbuat lebih dalam dunia nyata maupun ekonomi
Senge (1994, 49 ) juga memberikan check list untuk mendeteksi apakah
sebuah organisasi telah memiliki proses learning :
Do you continuously test your experiences ?Are you willing to examine and challenge your sacred cows – not just during crises but in good times ? ; Are you producing knowledge ? Knowledge, in this case means the capacity for effective action ; Is the knowledge shared ? Is it accessible to all of the organization’s member ? ; Is the learning relevant ? I don’t use the label irrelevance to screen out new idea per se , but ask yourself Is this learning aimed at the organization’s core purpose ? Can people make use of it ? “
Sedangkan kriteria learning organization menurut Senge (1994, 51) yaitu :
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
27
“People feel they’re doing something that matters – to them personally and to the larger world. ;Every individual in the organization is somehow stretching, growing, or enhancing his capacity to create. ; People are more intelligent together that they apart. If you want something really creative done, you ask a team to do it – instead of sending one person off to do it on his or her own. ; The organization continually becomes more aware of its underlying knowledge base – particular the store of tacit, unarticulated knowledge in the heart and minds of employees. ;Visions of the direction of the enterprise emerge from all levels. The responsibility of top management is to manage the process whereby new emerging visions become shared visions. ; Employees are invented to learn what is going on that every level of the organization, so they can understand how their actions influence others. ; People feel free to inquire about each others (and their own) assumption and biases. There are few (if any) sacred cows or undiscussable subjects. ; People threat each other as colleagues. There’s a mutual respect and trust in the way they talk to each other, and work together, no matter what their positions may be. ; People feel free to try experiments, take risks, and openly assess the results. No one is killed for making a mistake.”
Sedangkan Ron Brandt (2003) memberikan karakteristik dari suatu Learning
Organization, yaitu
“Have an incentive structure that encourages adaptive behavior ; Have challenging but achievable shared goals ; Have members who can accurately identify the organization's stages of development ; Gather, process, and act upon information in ways best suited to their purposes ; Have an institutional knowledge base and processes for creating new ideas ; Exchange information frequently with relevant external sources ; Get feedback on products and services ; Continuously refine their basic
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
28
processes ;Have a supportive organizational culture ; Are "open systems" sensitive to the external environment, including social, political, and economic conditions.”
Organizational Learning versus Learning Organization
Banyak pendapat yang menganggap bahwa learning organization sama dengan
organizational learning. Bahkan, di banyak literatur, seolah olah learning
organization dan organizational learning adalah dua konsep yang sama persis
dan seringkali, tidak sedikit peneliti di bidang learning organization yang ragu
bahwa dia tengah melakukan penelitian mengenai learning organization atau
organizational learning. Sun dan Scott (2003), membedakan definisi learning
organization dan organizational learning :
Organizational Learning: “ This is a learning process used in the organization. It deals with the question of how individuals in the organization learn.The learning process in the organization “ may“ result in a change in behavior or may be considered potentially useful for the future. Learning Organization : This is where learning takes places that moves an organization toward a desired state. Thus : “ Learning must transfer from individuals ( s ) to collective ( s) to organizational to inter organizational and vice versa, and must result in changes in behavior” .
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
29
Dari pernyataan tersebut, terungkap bahwa organizational learning
merupakan proses pembelajaran dalam organisasi, sedangkan organisasi yang
telah melakukan learning disebut learning organization. Dalam organizational
learning, adanya perubahan perilaku akibat proses learning “ boleh jadi
sudah ada” namun dalam learning organization, perubahan perilaku akibat
proses learning “ pasti ada”
Sedangkan Rifkin and Fulop (1997) membedakan konsep learning organization
dan organizational learning sebagai berikut :
The Learning Organization theme emerges in the literature that prescribes an organization that is already learning. By contrast, the Organizational Learning theme usually contains reference to measures to implement "organizational learning" and/or to create the "learning organization". Organizational Learning often implies the existence of some model of an individual or organizational learning process
Pendapat lain, dari Orthenblad (2001) membedakan learning organization dan
organization learning sebagai berikut :
“The two most common ways to distinguish between organizational learning and learning organization in existing literature are that learning organization is a form of organization while organizational learning is activity or processes (of learning) in organizations, and that learning
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
30
organization needs efforts while organizational learning exists without any efforts. “
Practical Implication
Bolehkah kita melakukan kritik terhadap organisasi tempat kita berkarya
di luar organisasi ( ke masyarakat luas, media dan sebagainya)?
Implementasi learning organization, seringkali menimbulkan pertanyaan di
benak anggota organisasi : bolehkah kita mengkritik organisasi kita sendiri di
luar organisasi sebagai bentuk learning? Katakanlah di media? Bukankah ada
ungkapan yang mengatakan “ Seseorang dapat belajar ketika dia mampu
menertawakan diri sendiri?“ Fenomena ini seringkali disebut whistle-blowing .
Geoff Hunt (1997) mendefinisikannya sebagai “ Whistle-blowing is the public
disclosure, by person working within an organization, of acts, omissions,
practices or policies perceived as morally wrong by that person and is a
disclosure regarded as (or said to be, or treated as) wrongful by that
organization’s authority.“
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
31
Dalam konteks learning organization, hal ini dapat dibenarkan apabila :
1. Seluruh upaya untuk melakukan proses learning dengan memberikan
feedback mengenai upaya pembenahan organisasi sudah dilakukan dan
tidak ada lagi cara untuk memperbaiki organisasi tersebut dari
sesuatu yang buruk. Hal ini mungkin pimpinan, culture ataupun hal lain
yang dalam organisasi tersebut sudah demikian bobroknya.
2. Memiliki paradigma untuk meluruskan, memperbaiki, meningkatkan
proses yang ada dalam organisasi.
3. Dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab.
4. Dilakukan dengan tujuan yang baik dan benar. Mengkritik keburukan
organisasi di luar, sepertinya benar, namun bisa jadi tidak baik bagi
organisasi tersebut dan justru akan menurunkan reputasi organisasi
yang pada akhirnya juga berimplikasi pada anda. Terutama bila kritik
yang tidak terkendali atau dilakukan dengan tendensi mencari
popularitas atau sensasi belaka.
When you involved in learning organization.
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
32
Ketika anda mencanangkan learning organization, anda harus siap menghadapi
hambatan-hambatan yang siap menghadang anda. Hambatan yang paling sering
ditemui adalah :
1. Paradox. Di satu sisi orang merasa perlu untuk learning, namun di sisi
lain, orang malas untuk learning ; di satu sisi orang memerlukan
perubahan, namun di sisi lain, orang anti perubahan. Hal ini membuat
proses learning seringkali tidak dapat dijalankan secara optimal.
2. Organizational Defence Routines. Saat kita learning, dan mendapati
ada sesuatu yang tidak beres dalam organisasi dan berniat untuk
mengubahnya, kita akan mengalami suatu hambatan dari anggota
organisasi. Hal ini karena berkaitan dengan apa yang selama ini
dianggap benar oleh anggota organisasi, entah itu norma, beliefs, value
maupun kaidah-kaidah yang lain. Seringkali mereka mengungapkan
ungkapan dalam bahasa jawa “ Ngene wae wis payu, la opo dirubah?”
3. The fear of losing control. Hal yang seringkali menghambat proses
learning adalah ketakutan anggota organisasi untuk kehilangan kontrol,
sehingga mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menghambat
proses learning. Misalnya, manajer yang selama ini bergaya diktaktor,
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
33
dengan adanya pencanangan learning organization, dia dituntut untuk
melibatkan anggotanya dalam proses pengambilan keputusan, sehingga
dia merasa kewenangannya dikurangi dan pada akhirnya dia berusaha
menghambat proses learning itu.
4. Informasi yang tidak lengkap. Seringkali proses learning terhambat
oleh informasi yang tidak tepat, sehingga menimbulkan keresahan,
salah mengambil keputusan dan sebagainya. Untuk itu hendaknya
proses gathering information dan disseminating information dituntut
untuk berjalan optimal. Sehingga kita dapat menerima informasi yang
benar dan bersifat first hands information, di sisi lain, kita juga
dituntut untuk mendistribusikan informasi pada seluruh anggota
organisasi.
Management in Action
Bagaimana melakukan perubahan sebagai konsekuensi dari learning
organization ?
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
34
1. Planning : Mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu dichange. Tahap ini
hendaknya direncanakan dengan hati-hati, cermat, dan didekati dari
seluruh sudut pandang yang mungkin. Seringkali, ketika kita hanya
melihat dari sudut pandang yang terbatas, kita salah menentukan aspek
yang akan dichange, sehingga masalah yang sebenarnya justru tidak
terselesaikan, dan bisa jadi justru menimbulkan masalah baru.
2. Assessment : Mendefinisikan gap antara kondisi saat ini, dan kondisi
yang menjadi tujuan kita.
3. Analysis : Menganalisis metode yang paling tepat untuk menjembatani
gap yang ada, sehingga change dapat berjalan dengan smooth.
4. Design : Mendesain petunjuk teknis proses change termasuk : person in
charge, sasaran yang akan dicapai, tolok ukur keberhasilan, target,
alternatif tindakan yang perlu dilakukan,analisis dampak change.
5. Development : Mempersiapkan materi, people dan system agar siap
menghadapi change. Pada tahap ini hendaknya dilakukan sosialisasi dan
komunikasi intensif kepada anggota organisasi sehingga tidak timbul
keresahan dan ekses negatif lainnya.
6. Implementation : Selama pelaksanaan hendaknya tetap ada proses
konseling terhadap anggota organisasi yang terkena dampak change.
7. Evaluation : Menghimpun feedback dan mengevaluasi change yang
dilakukan.
Case
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
35
Kasus Snopy Net
Snopy Net adalah sebuah perusahaan yang bergerak di jasa internet provider
dan beroperasi di beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya, dan Malang.
Dalam 5 tahun operasionalnya, Snopy Net berhasil meraih peringkat sebagai
salah satu internet provider yang paling inovatif di wilayahnya. Sampai suatu
hari, Chieft Executive Officer sekaligus Owner Snopy Net, Ageng Yudha
Anggoro, MBA. M.Sc, Ph.D merasa bahwa perusahaan tersebut sudah siap
dilepas, didelegasikan ke orang lain untuk mengelola perusahaan tersebut. Hal
ini juga disebabkan karena sebagai CEO dan juga pemilik beberapa
perusahaan lain, dia sangat sibuk untuk terus berkonsentrasi di Snopy Net.
Untuk itu, dia merasa perlu mengangkat seorang General Manager yang
bertanggung jawab penuh terhadap seluruh operasional, strategi, serta
pengembangan perusahaan tersebut, sehingga sebagai CEO, dia tidak perlu
lagi turun dalam hal-hal yang bersifat operasional, strategi, maupun
pengembangan dan beralih ke pengembangan bisnisnya yang lain. Beberapa
nominasi sempat terlintas di benaknya, dan 2 kandidat yang menurutnya
terbaik adalah :
1. Arie Djatmiko, M.Sc., Ph.D, adalah Chieft Information Officer, yang
mengepalai semua staf yang berkaitan dengan Teknologi Informasi, dan
merupakan otak dari semua inovasi produk perusahaan tersebut.
Namun, Arie juga memiliki kekurangan, yaitu buruknya kemampuannya
dalam bidang manajemen dan public relation, serta komunikasi
terhadap rekan sekerja, membuatnya kurang disukai oleh kalangan non-
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
36
IT di perusahaannya. Sebaliknya, mengingat kepintarannya yang luar
biasa, dirinya benar-benar disukai oleh kalangan IT perusahaan
tersebut. Dan bukan rahasia umum, diantara kalangan IT dan non IT
terdapat jurang yang membuat mereka sering beda pendapat. Namun
selama ini berbagai jurang tersebut dapat diatasi oleh Pak Ageng
Yudha yang kebetulan juga orang IT.
2. Alex Hadidharma, MBA. Dia adalah tangan kanan dari Pak Ageng.
Kemampuannya dalam bidang manajemen tidak perlu diragukan, dialah
yang berperan dalam marketing communication, public relation serta
beragam fungsi manajemen lainnya dalam perusahaan tersebut. Selain
itu, sosoknya yang supel dan menyenangkan membuat banyak orang
bahkan customer menyukainya. Satu satunya kekurangannya, dia bukan
berasal dari kalangan IT, itu sebabnya kalangan IT di perusahaan
tersebut tidak menyukainya. Bahkan dengan ekstrem, mereka sempat
melontarkan ultimatum, jika Alex yang menjadi General Manager, maka
mereka akan resign dari perusahaan tersebut.
Pertanyaan untuk diskusi :
1. Apabila anda berada dalam posisi Ageng Yudha Anggoro, MBA. M.Sc,
Ph.D, apa yang anda lakukan?
2. Apabila anda adalah seorang konsultan yang diminta menangani masalah
pergantian pimpinan tersebut, apa yang Anda lakukan?
Kasus Fakultas Bisnis Universitas Suara Rakyat
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
37
Fakultas Bisnis Universitas Suara Rakyat merupakan salah satu Fakultas
paling favorit di kota Surabaya. Dengan pengajar yang terdiri dari akademisi
dan praktisi yang memiliki komitmen tinggi di bidang pendidikan, serta
ditunjang karyawan yang memiliki kualifikasi di atas rata-rata menjadikan
Fakultas Bisnis Universitas Suara Rakyat menjadi Fakultas Bisnis yang benar-
benar diakui kehandalannya oleh masyarakat luas. Selain itu di bawah kendali
Dekan Ir. Budi Noviansyah, MBA., Ph.D yang terkenal tegas dan tidak
memiliki toleransi terhadap ketidakberesan , Fakultas Bisnis Universitas
Suara Rakyat terkenal memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi diantara
Fakultas lain yang dimiliki oleh Universitas Suara Rakyat.
Setelah menjabat 4 tahun, maka Pak Budi digantikan oleh Astrid Yanuarti,
MBA., M.Sc. sebagai Dekan yang baru. Ibu Astrid, merupakan seseorang yang
terkenal komit terhadap learning organization dan komitment. Ibu Astrid
juga memiliki gaya kepemimpinan yang lebih humanis dibanding pendahulunya.
Kalau pendahulunya terkesan diktaktor dalam menjalankan kebijakan, Ibu
Astrid tidaklah demikian. Beliau mencoba melibatkan dosen dan karyawan
untuk ikut berpartisipasi dalam setiap pengambilan keputusan. Dia ingin,
semua keputusan melibatkan dosen dan karyawan dan sedapat mungkin dapat
diterima oleh semua pihak. Bahkan dalam wawancara yang dilakukan oleh
majalah kampus, Ibu Astrid mengakui kalau dia bisa saja tidak menjalankan
kebijakan yang sebenarnya dia akui benar, apabila tidak disetujui oleh dosen
dan karyawan. Selain itu, tidak seperti pendahulunya yang cenderung strict
dan tidak memiliki toleransi, Ibu Astrid lebih toleran dan mau memahami
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
38
berbagai masalah yang menimpa bawahannya. Menurut Ibu Astrid, yang
terpenting baginya adalah timbulnya motivation to learn di kalangan dosen
dan karyawan. Dan motivasi itu, menurut Ibu Astrid, tidak akan muncul
apabila pimpinan di organisasi itu strict dan diktaktor. Bagi Ibu Astrid, yang
penting adalah komitmen mereka dan bukan kepatuhan. Menurut Ibu Astrid,
apabila seseorang komit, maka tidak masalah ada pimpinan apa tidak, mereka
akan bekerja dan senantiasa learning dengan baik. Namun jika mereka
dikendalikan dengan model yang diktaktor, maka mereka menuruti pimpinan
karena takut dan terpaksa. Dan diakui atau tidak, di era Pak Budi, dosen dan
karyawan cenderung takut dan bukannya segan.
Sepintas, suasana kerja yang coba dibangun oleh Ibu Astrid sangat positif.
Dosen dan karyawan, yang selalu dibuat deg-deg an karena takut berbuat
salah di era kepempinan Pak Budi, menjadi rileks dan tidak tertekan. Namun
di balik semua itu, ada semacam bom waktu yang meledak setiap saat, dimana
dosen dan karyawan tidaklah sedisiplin jaman Pak Budi berkuasa. Selain itu,
dosen dan karyawan semakin sering menuntut dan bertindak semaunya
sendiri. Mereka benar-benar memanfaatkan gaya kepemimpinan Ibu Astrid
yang sangat toleran. Banyak dosen dan karyawan yang tidak mentaati jam
kerja, bahkan banyak diantara mereka yang mencari proyek di luar. Akibatnya
citra kedisiplinan Fakultas Bisnis Universitas Suara Rakyat yang sangat
terkenal di era Pak Budi menjadi luntur, imbasnya, pelayanan ke mahasiswa
pun semakin menurun. Hal ini memicu protes di kalangan mahasiswa terhadap
kinerja Fakultas Bisnis Universitas Suara Rakyat.
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
39
Pertanyaan untuk diskusi :
1. Apa analisis saudara terhadap fenomena tersebut?
2. Menurut anda, dengan menurunnya tingkat kedisiplinan dan adanya
protes dari mahasiswa, apakah berarti konsep learning organization
juga memiliki dampak buruk bagi organisasi?
3. Menurut anda ,atas efek buruk tersebut, apakah berarti konsep
learning organization tidak cocok diterapkan di Fakultas Bisnis
Universitas Suara Rakyat?
4. Menurut Anda, gaya kepemimpinan Bapak Budi atau Ibu Astrid yang
lebih baik untuk diterapkan di Fakultas Bisnis Universitas Suara
Rakyat?
5. Apabila Anda ditunjuk sebagai Dekan Fakultas Bisnis Universitas Suara
Rakyat, gaya kepemimpinan seperti apa yang anda adopsi, dan
kebijakan apa yang anda laksanakan berkaitan dengan learning
organization?
6. Apabila anda berada dalam posisi Ibu Astrid, setelah melihat dampak
negatif dari gaya kepemimpinan Anda, apa yang Anda lakukan?
7. Menurut anda, learning organization itu hanyalah teori, atau mungkin
dilaksanakan? Mengapa?
8. Apabila anda adalah sahabat Ibu Astrid, dengan banyaknya ekses
negatif yang terjadi, apa nasehat anda?
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
40
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
41
Kasus Uno Group
Uno Group, adalah sebuah konsorsium bisnis terkemuka di Jakarta. Uno
Group memiliki 17 unit bisnis diantaranya : pabrik mie, pabril alat-alat rumah
tangga, pabrik permen, hotel dan resort, diskotik, taksi, dealer mobil,
training dan konsultasi dan masih banyak lagi. Laba yang dihasilkan oleh
jaringan itu juga luar biasa, dan selalu membuat jajaran komisaris puas.
Namun Presiden Direktur jaringan bisnis tersebut, Diana Dhalia, Ph.D belum
puas dengan kinerja Uno Group. Secara revenue, memang tidak masalah,
namun dari segi cost yang dikeluarkan juga sangat besar. Diana mensinyalir
bahwa sistem masih belum tangguh, sehingga masih belum efisien dan efektif
untuk organisasi sekaliber Uno Group, terutama dalam mengatasi masalah
kebocoran. Sudah bukan rahasia lagi, bahwa hampir setiap pembelian di setiap
unit bisnis selalu dilakukan mark up.
Untuk membenahi hal tersebut, Diana tidak mau memakai orang dalam, karena
takut sudah terkontaminasi budaya di Uno Group. Maka dari itu, Diana
menghire Prof. Dr. Arifun Kusumowidagdo, MBA, Ak. yang terkenal sebagai
seorang konsultan bisnis dan akuntan publik terkemuka di Jakarta sebagai
Managing Director baru di Uno Group, menggeser kedudukan Budi
Soeharso.MM. selaku Managing Director yang lama.
Hari pertama Arifun bekerja di Heaquarter, dia langsung melakukan
kebijakan tegas dalam hal keuangan, dengan mengeluarkan Surat Keputusan
yang berbunyi sebagai berikut :
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
42
SURAT KEPUTUSAN
No. : 001/ Managing-Director/ VII/ 2004
Menimbang : dan seterusnya
Mengingat : dan seterusnya
Memutuskan :
Sebagai Managing Director yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab
penuh terhadap operasional Uno Group, maka saya memutuskan :
1. Untuk mengantisipasi kebocoran dana yang berimplikasi pada tingginya
cost yang ditanggung perusahaan, maka seluruh transaksi pembelian di
lingkup Uno Group akan ditangani headquarter .
2. Berkaitan dengan poin 1, setiap Direktur Finance diwajibkan melakukan
proses pengajuan permintaan barang secara lengkap (termasuk
spesifikasinya ) kepada headquarter selambat-lambatnya 14 hari kerja
sebelum barang dibutuhkan.
3. Headquarter berhak untuk menolak pengajuan barang yang dirasa
belum diperlukan.
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
43
Demikian surat keputusan ini agar dilaksanakan sebagaimana mestinya. Surat
keputusan ini berlaku sejak ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta, 10 Juli 2004,
Managing Director Uno Group,
Prof. Dr. Arifun Kusumowidagdo, MBA, Ak.
Tembusan :
1. Presiden Direktur Uno Group
2. Direktur Utama unit – unit bisnis di Uno Group
Setelah itu, surat dikirimkan kepada Direktur Keuangan masing-masing unit
bisnis. 2 minggu setelah surat keputusan itu dikirimkan, diterima 17 surat
balasan dari Direktur Keuangan yang isinya kurang lebih sama :
“Sebelumnya saya ucapkan selamat atas terpilihnya bapak sebagai Managing
Director yang baru. Selamat bergabung dengan Uno Group. Saya rasa ide
bapak itu sangat brilliant, saya tidak heran karena bapak memang seorang
pakar manajemen dan akuntan publik kenamaan. Saya siap melaksanakan isi
surat keputusan bapak. “
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
44
2 bulan berlalu, namun tidak ada satupun pengajuan permintaan barang ke
headquarter. Sementara itu, menurut Direktur HRM Uno Group, Dr. Iswanti
Giriyono, MBA., yang secara teratur menggelar rapat di tiap unit bisnis Uno
Group mengatakan bahwa aktivitas di setiap unit bisnis yang dikunjunginya
sangat sibuk dan semua berjalan seperti biasa.
Pertanyaan untuk diskusi :
1. Apa pendapat anda terhadap fenomena tersebut?
2. Menurut anda, siapa yang melakukan kesalahan pada kasus ini , dan apa
kesalahannya ?
3. Apabila yang direkrut Diana adalah anda, dan bukan Arifun, apa yang
anda lakukan ?
4. Apabila anda menjadi Diana, apa yang anda lakukan ?
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
45
Kasus PT Selalu Makmur
‘’ Saya mencanangkan PT Selalu Makmur sebagai Learning Organization “
begitu pernyataan Decky Purwanto dalam acara General Staff Meeting PT
Selalu Makmur. Sejak itu, Decky Purwanto langsung mengeluarkan kebijakan
yang mendukung proses learning diataranya :
1. Mewajibkan karyawan untuk melakukan proses sharing knowldge setiap
hari Sabtu setelah jam kerja.
2. Membentuk Gugus Kendali Mutu, dimana karyawan dituntut untuk
mengadakan dan/atau mengusulkan perbaikan di unit kerjanya.
3. Memberi hotline 24 jam untuk menampung feedback karyawan.
4. Dalam performance appraisal, diberikan penilaian khusus terhadap
setiap ide yang masuk.
5. Karyawan dituntut untuk melakukan minimal 1 pembaharuan inovatif di
unit kerjanya setiap bulannya.
Namun setelah berjalan 7 minggu, tidak ada aktivitas berarti yang berkaitan
dengan 5 poin kebijakan Decky tersebut : kegiatan sharing knowledge justru
menjadi ajang ngobrol-ngobrol yang tidak ada “isi”nya, gugus kendali mutu
juga tidak ada gregetnya, sedikit sekali feedback yang masuk, itupun
kebanyakan hanyalah kritik dan rasan-rasan yang ditujukan kepada orang lain,
apalagi masalah ide inovatif, hanya sedikit yang mengajukan ide inovatif,
itupun terkesan asal-asalan.
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
46
Pertanyaan untuk Diskusi :
1. Apa pendapat anda terhadap fenomena yang terjadi pada kasus ini?
2. Pada kasus ini, menurut anda, siapa yang salah, Pak Decky, atau
karyawan? Mengapa?
3. Setelah kejadian itu, apabila ada mesin waktu yang mengembalikan
waktu ke saat sebelum Pak Decky mencanangkan Learning
Organization, dan kebetulan anda mengambil peran Pak Decky,
apakah anda akan mencanangkan learning organization seperti yang
dilakukan Pak Decky? Mengapa?
Catatan :
Kasus ini adalah kasus real. Demi privacy organisasi, maka nama perusahaan,
nama orang dan lokasi disamarkan.
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
47
Self Assessment
Pilihlah dari dua pernyataan tersebut mana yang lebih sering anda
pikirkan ?
No Pernyataan A Setuju A
Pernyataan B Setuju B
1 Masalah ini di luar jangkauan saya
Siapa berani akan menang
2 Tidak ada gunanya membenturkan kepala saya ke dinding
Saya harus mencari jalan lain
3 Sekarang ini semua orang sedang mengalami masa sulit
Seharusnya saya lebih tahu
4 Apa yang tadi saya pikirkan ?
Saya rasa waktunya tidak tepat
5 Masalah itu bukan salah saya
Tak seorangpun dapat meramalkan datangnya yang satu ini
6 Ini selalu terjadi Seluruh industri sedang menderita
7 Saya harus mencari cara lain
Perusahaan tempat saya bekerja ini kacau
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
48
DAFTAR PUSTAKA
Argyris, C,., and Schön, D.A. 1978. Organizational Learning: A Theory of Action Perspective. London : Addison-Wesley.
Argyris, C. 1994. Good Communication That Blocks Learning. Harvard Bussiness Review on Organizational Learning. (July/Agustus) ; 87-109
Argyris, C., and Schön, D.A, 1996. Organizational Learning II: Theory, Method, and Practice,. London : Addison-Wesley, Reading.
Argyris, C. 1999. On Organizational Learning. Oxford : Blackwells
Barney, J. 1991. Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of Management, 17, 1, 99-120.
Beckett, R., Murray, P. 2000. Learning by Auditing : a Knowledge Creating
Approach. The TQM Magazine, 12, 2, 125-36.
Blackler, F, 1995. Knowledge, knowlege work and organizations: an overview and interpretation. Organization Studies Journal, 1, 6, 1021-46.
Brandt, R. 2003.Is The School a Learning Organization ? Journal of Staff Development. Winter
Brown, J.S. and Duguid, P. 2000. Balancing Act : How to Capture Knowledge
without Killing It. Harvard Bussiness Review on Organizational Learning. (May/June) ; 45-59
Collins, H.M. 1993. The structure of knowledge.Social Research Journal, 60, 1, 95-116.
Collins, D. 1996. Control and isolation in the management of empowerment. Empowerment in Organization Journal. Volume 4 Number 2 p. 29-39.
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
49
Cook, S.D.N, Yanow, D. 1993. Culture and organizational learning . Journal of Management Inquiry, 2, 4, 373-90.
Desimone, R.L., J.M. Werner, and D.M.Harris. 2002. Human Resources Development. Orlando: Harcourt Inc.
Dixon, N. 1994. The Organizational Learning Cycle: How We Can Learn Collectively. McGraw-Hill, Maidenhead.
Dodgson, M, 1993. Organizational learning: a review of some literatures . Organization Studies, 14, 3, 375-94.
Eisenhardt, K,. and Galunic, D.C. 2000. Coevolving : At least, a Way to Make Synergies Work. Harvard Bussiness Review on Organizational Learning. (January/February) ; 111-138.
Fiol, C.M., and Lyles, M.A. 1985. Organizational Learning. Academy of
Management Review 10 : 803. Faerman, S. 1996. Learning Organization. Section of PAD633 Organization
Development and Analysis course at the University at Albany Garratt, B. 2000. The Learning Organization: Developing Democracy at
Work. London: Harper Collins Publishers. Garvin, David.A. 2000. Learning in Action : A Guide to Putting The Learning
Organization to Work. Boston : Harvard Bussiness School Press. Grant, R.M., 1991. The Resources Based Theory of Competitive Advantage :
Implications for Strategy Formulation. California Management Review, 33, 3, 114-35.
Harris, M. 1997. Human Resource Management : A Practical Approach.Orlando: Harcourt Brace & Company.
Henkin, A.B., and D.M. Marchiori. 2003. Empowerment and Organizational
Commitment of Chiropractic Faculty. Journal of Manipulative and Physiological Therapeutics. (Vol. 26): Number 5.
Hill, R. 1996. A Measure of The Learning Organization. Journal of Industrial
and Commercial Training. Volume 28 Number 1 p. 19-25. Hlalele, R.B.T., and J.H. Buitendach. 2003. Psychological Empowerment and
Job Satissfaction of Engineers in a Petrochemical Industri. Oral presentation at the 06th Annual Industrial Psychology Conference, Pretoria, South Africa.
Honeggen, K., and Appelbaum, S.H. 1988. The Impact of Perceived Control
and Desire to be Empowered : an Analysis of Perception and Reality. Managing Service Quality Journal. Volume 8 Number 6 p. 426-438.
Jashapara, A. 2003. Cognition, Culture and Competition : an Empirical Test of
the Learning Organization. The Learning Organization Journal. Volume 10 Number 1 p.31-50.
King, A.W., Seithaml, C.P. 2001. Competencies and Firm Performance:
Kleiman, L.S. 1997. Human Resource Management : A Tool for Competitive
Advantage. St. Paul: West Publishing Company Leonard- Barton, Dorothy. 1995. Wellsprings of Knowledge : Building and
Sustaining the Sources of Innovation. Boston: Harvard Bussiness School Press.
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
51
Liden, R.C., Sparrowe, R.T., and Wayne, S.J. 2000. An examination of the mediating role of psychological empowerment on the relations between the job, interpersonal relationships and work outcomes. Journal of Applied Pschology, 85, 407-416.
Loewon, P., and Loo, R.. 2004. Assessing team climate by qualitative and quantitative
Lee, W.W., and Krayer, K.J. 2003. Organizing Change. San Fransisco : John Wiley &
Sons, Inc. Manville, B., and Ober, J.M. 2003. Beyond Empowerment : Building a Company of
Citizen. Harvard Bussiness Review on Motivating People. (January) ; 1-18 McClelland, D.C., and Burnham, D. H.. 2003. Power is the Great Motivator.. Harvard
Bussiness Review on Motivating People. (January) ; 103-130.
McGill, I., Beaty, L., 1993. Action Learning: A Practitioner's Guide. London : Kogan Page
Mc Shane, S.L., and M. Von Glinow. 2003. Organizational Behavior. New York: The McGraw – Hill Company, Inc.
Murray, P. 2003. Organizational Learning, Competencies, and Firm Performance :
Empirical Observations. The Learning Organization Journal. (Vol 10): Issue 5.
McLeod, W.T. (managing ed.), 1982. The New Collins Concise English Dictionary. Glaslow : William Collins Sons & Co. Ltd.
Ortenblad, A. 1998. On differences between organizational learning and learning organization. Presentation at the conferences “ Emergent Fields in Management Connecting Learning and Critique”. 15-17 July 1998, Leeds University, UK.
Pedler, M, Burgoyne, J, and Boydell, T, 1991. The Learning Company: A Strategy for Sustainable Development. London : McGraw-Hill/
Peters, T.J., Waterman, R.H. Jr. 1993. In Search of Excellence. New York : Harper Collins.
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
52
Pfeffer, J, and Sutton, R.I. 1999. The Smart-Talk. Harvard Bussiness Review on Organizational Learning. (May-June) ; 21-44
Pfeffer, J, and Sutton, R.I. 1999. The Smart-Talk. Harvard Bussiness Review
on Organizational Learning. (May-June) ; 21-44 Rifkin W., and Fulop, L. 1997. A Review and Case Study on Learning
Organization. Learning Organization Journal. Vol 4. No. 4 Ross, K.. 1992 .The learning company. Training and Development Journal,
July. Senge, P.1990. The Fifth Discipline : The Art and Practice of the Learning
Organization. London: Nicholas Brealey Publishing Limited. Senge, P. 1994. The Fifth Discipline Fieldbook. London: Nicholas Brealey
Publishing Limited. Shelton, C.D., and J.R. Darling. 2003. From Theory to Practice :Using New
Science Concept to Create Learning Organizations. The Learning Organization Journal. (Vol 10): Number 6.
Stacey, R. D. 2000. Strategic Management and Organizational Dynamics:
The Challenge of Complexity. Harlow: Pearson Education Limited. Stacey, R. 2003. Learning as an activities of interdependent people.
Learning Organization Journal. Vol 10. No 6. Stewart, J. 1992, Towards a model of HRD, Training and Development
Journal. October 1992. Sun, P.Y.T., and J.L. Scott. 2003. Exploring The Divide – Organizational
Learning and Learning Organization. The Learning Organization Journal. (Vol 10): Issue 4.
Thompson,A.A., and A.J. Strickland. 2003. Strategic Management : Concepts
and Cases. New York: The McGraw- Hill Company, Inc.
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
53
Wenger, E.C, and Snyder, W.M. 2000. Communities of Practice : The
Willcoxson, L. 2000. Defining and creating a high performance organization.
Australian Journal of Management and Organizational Behavior. (Vol. 4), No 1: 100–106.
Wilson, J. P. (Edit).1999. Human Resources Development. London: Kogan Page
Limited. www.freedomtocare.org
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
54
Appendix The Learning Organization’s Buzzword
1. Metanoia Berasal dari bahasa yunani : meta, yang berarti diatas atau melebihi, dan noia yang diturunkan dari kata nous yang berarti pikiran. Metanoia dapat diterjemahkan sebagai „ melebihi pikiran“
2. Adaptive larning Learning yang bertujuan untuk beradptasi dengan lingkungan. Senge (1990, 14) menyebut adaptive learning sebagai survival learning.
3. Generative learning Senge (1990, 14) mendefinisikan generative learning sebagai „ learning that enhances our capacity to create.“ Mana yang lebih penting? Adaptive atau generative learning? Senge (1990, 14) menyatakan bahwa : “ Adaptive learning must be joined by generative learning.”
4. Community Development. Suatu budaya organisasi yang menganggap bahwa semua anggota organisasi, dari semua level adalah citizen bagi organisasi tersebut, dan sebagai citizen, mereka memiliki hak untuk dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan sesuai dengan porsi mereka. Di lain pihak, mereka dituntut untuk berdedikasi untuk organisasi.
5. Creative Tension
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
55
Gap diantara state kita saat ini dan state yang kita inginkan yang pada akhirnya menghasilkan suatu pemikiran bahwa kita perlu berubah untuk mencapai state yang kita inginkan.
6. Defensive Reasoning Hal ini merupakan penghambat proses learning. Yaitu ketakutan dalam diri kita sehingga kita mempersepsikan bahwa proses learning pasti membahayakan kedudukan kita, dan berakibat negatif bagi kita.
7. Cybernetics Merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mengkontrol aktivitas manusia, sehingga melakukan suatu pola tertentu.
8. Negative or damping feedback Stacey (2000, 22) mendefinisikannya sebagai : “ the outcome of a previous action is compared to some desired and the disrepancy between the two is fed backs as information that guides thenext action in such way that the discrepancy is reduced until it disappear.”
9. Positive Feedback Feedback yang timbul dari upaya-upaya untuk melakukan perubahan dalam organisasi
10. Dynamic Equilibrium
Stacey (2002, 24) : “ a state in which a system continuously adapts to alternation in a continually changing environtment.”
11. Ashby’s Law “ The complexity and speed of the firm’s response must match the complexity and speed of change of the environtment.”
12. Anticipatory regulation
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
56
Adalah langkah antisipasi terhadap gangguan yang mungkin menimpa organisasi yang dilakukan sebelum gangguan tersebut benar-benar menimpa organisasi.
13. Error- controlled regulation Adalah langkah untuk memperbaiki gangguan setelah gangguan tersebut benar-benar menimpa organisasi.
14. Detail complexity Suatu keadaan di mana masalah terdiri dari beberapa variabel.
Learning Organization
prepared by : Daniel Doni Sundjojo
57
15. Dynamics complexity
Senge (1990, 71) mendefinisikanya sebagai : “ Situatuons where cause and effect are subtle, and where the effects over time of interventions are not obvious.”
16. Delay Suatu jeda waktu diantara actions dan consequences, jeda antara efek dari suatu kejadian ke kejadian yang lain. Seringkali ketika kita mengalami suatu kejadian, kita lambat untuk meresponsnya, saat itulah terjadi delay.
17. Leverages Suatu prinsip yang didasari pada paradigma bagaimana agar perubahan yang dilakukan dengan upaya yang minimum bisa menghasilkan hasil yang optimum, bertahan dalam waktu yang lama, dan memiliki tingkat perbaikan yang signifikan.