Top Banner
Makassar, 15 April 2013 TUTORIAL I MODUL DISTOSIA SKENARIO 1 1. 1102100017 Fani Yustia 2. 1102100025 Regina Amaliah 3. 1102100042 Rini Angraeni 4. 1102100054 Tri Arini Putri M 5. 1102100073 Andi Yaumil Aliyah T. 6. 1102100074 Dini Pratiwi 7. 1102100130 Ainun Rachmi 8. 1102100142 Selvy Dyan Ningsih 9. 1102100131 Lilis Muliyawati 10. 1102100143 Hesty Yulanda Tutor : dr. Sri Wahyu, M.Kes.
52

MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Dec 18, 2014

Download

Documents

Lilis Muliawaty

MODUL I DISTOSIA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Makassar, 15 April 2013

TUTORIAL I

MODUL DISTOSIA SKENARIO 1

1. 1102100017 Fani Yustia

2. 1102100025 Regina Amaliah

3. 1102100042 Rini Angraeni

4. 1102100054 Tri Arini Putri M

5. 1102100073 Andi Yaumil Aliyah T.

6. 1102100074 Dini Pratiwi

7. 1102100130 Ainun Rachmi

8. 1102100142 Selvy Dyan Ningsih

9. 1102100131 Lilis Muliyawati

10. 1102100143 Hesty Yulanda

Tutor : dr. Sri Wahyu, M.Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2013

Page 2: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan

hidayah-Nya sehingga laporan hasil tutorial Modul I (DISTOSIA) Sistem Reproduksi

dengan skenario 1 dari kelompok 6A ini dapat terselesaikan, dan tak lupa kami

kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam pembuatan laporan ini, khususnya kepada tutor kami dr.Sri Wahyu, M.Kes.

yang telah membimbing kami selama proses tutorial berlangsung.

Kami menyadari bahwa segala upaya yang telah kami lakukan belumlah sempurna

dan masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu lewat kesempatan ini

mengharapkan masukan dan kritikan yang sifatnya membangun, dapat diberikan

kepada kami demi penyempurnaan laporan yang kami susun, agar segala yang

menjadi tujuan kita semua dapat terwujud “Insya Allah”.

Penyusun

Kelompok 6A

Page 3: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

SKENARIO

Seorang wanita, usia 19 tahun, tiba di unit gawat darurat RS jam 17.00, dirujuk oleh

bidan puskesmas dengan keterangan persalinan tidak maju. Dari anamnesis diketahui

ini adalah kehamilan anak pertama, sakit perut tembus ke belakang sejak jam 05.00

subuh disertai pelepasan lendir dan darah, pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi

fundus 2 jari bawah processus xyphoideus, punggung di kiri ibu, bagian terendah

kepala. Jarak antara simfisis pubis-tinggi fundus uteri 39 cm, lingkar perut ibu 98 cm,

perlimaan 5/5. Denyut jantung janin 140x/menit. His 3x dalam 10 menit dengan

durasi 40-45 detik. Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan pembukaan 8 cm,

selaput ketuban teraba dan menonjol, bagian terendah kepala.

Kata Sulit:

1. His

Gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah

fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang

tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.

2. Persalinan

Proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke jalan lahir.

3. Distosia

Persalinan macet,persalinan abnormal

4. Perlimaan 5/5

perabaan kepala janin diatas symphysis pubis

Kata Kunci

1. Seorang wanita, usia 19 tahun,

2. persalinan tidak maju.

Page 4: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

3. sakit perut tembus ke belakang sejak jam 05.00 subuh disertai pelepasan lendir

dan darah,

4. tinggi fundus 2 jari bawah processus xyphoideus, punggung di kiri ibu, bagian

terendah kepala.

5. Jarak antara simfisis pubis-tinggi fundus uteri 39 cm, lingkar perut ibu 98 cm,

perlimaan 5/5.

6. Denyut jantung janin 140x/menit.

7. His 3x dalam 10 menit dengan durasi 40-45 detik

8. pembukaan 8 cm.

Pertanyaan:

1. Jelaskan anatomi jalan lahir (rongga panggul)!

2. Jelaskan mekanisme persalinan normal?

3. Bagaimana pemantauan proses persalinan normal?

4. Jelaskan perbandingan antara persalinan primipara dan multipara?

5. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan lama!

6. Bagaimana penatalaksanaan persalinan lama?

7. Komplikasi persalinan lama terhadap ibu dan bayinya?

8. Jelaskan bagaimana perspektif islam sehubungan dengan skenario di atas?

Page 5: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Jawaban:

1. Anatomi jalan lahir (rongga panggul):

Gambar 1.1 rongga panggul

Panggul dewasa terdiri dari empat tulang: sakrum, koksigeus dan dua tulang

inominata. Masing – masing tulang innominata terbentuk dari fusi ilium, iskium dan

pubis. Tulang – tulang innominata itu bersendi secara kuat dengan sakrum pada

sinkondrosis sakroiliaka dan dengan tulang innominata lainnya di simfisis pubis.

Linea terminalis memisahkan panggul palsu dari panggul sejati. Panggul palsu

terletak di atas linea terminalis dan panggul sejati di bawah batas anatomik ini.

Panggul palsu di bagian belakang dibatasi oelh vertebra lumbalis dan di lateral oleh

fosa iliaka, dan di depan batas – batasnya dibentuk oleh bagian bawah dinding

abdomen anterior. Ukuran panggul palsu berbeda – beda di antara para wanita sesuai

dengan pelebaran tulang – tulang iliaka, tetapi bagian ini tidak memiliki kepentingan

obstetri.

Panggul sejati terletak di bawah linea terminalis dan merupakan bagian yang

penting dalam persalinan. Panggul sejati dibatasi di atas oleh promontorium dan ala

sakrum, linea terminalis, dan tepi – tepi atas tulang pubis, dan di bawah oleh pintu

Page 6: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

bawah panggul. Rongga panggul sejati dapat digambarkan sebagai silinder bengkok

yang terpotong secara oblik dengan tinggi terbesar di bagian posterior, karena dinding

anteriornya di simfisis pubis berukuran sekitar 5 cm dan dinding posteriornya sekitar

10 cm.

Dinding samping panggul sejati normalnya agak cekung. Terdapat spina

iskiadikus menonjol dari pertengahan margo posterior masing – masing iskium.

Tonjolan ini mempunyai arti obstetri yang penting, karena jarak antara mereka

biasanya menyatakan diameter laterla terpendek rongga panggul. Lagipula karena

spina iskiadika dapat diraba dengan mudah pemeriksaan vaginal atau rektal, tonjol –

tonjol ini berfungsi sebagai tanda yang besar nilainya dalam menentukan seberapa

jauh bagian presentasi janin telah turun ke panggul sejati.

Sakrum membentuk dinding posterior rongga panggul. Tepi anterior atas, yang

berhubungan dengan korpus vertebra sakralis pertama, promontorium, dapat diraba

pada pemeriksaan vagina dan dapat memberikan titik tanda untuk pelvimetri klinis.

Normalnya sakrum mempunyai kecekungan vertikal yang jelas dan kecekungan

horizontal yang kurang mencolok, yang pada panggul abnormal, dapat mengalami

variasi penting.

Sebuah garis lurus yang ditarik dari promontorium ke ujung sakrum biasanya

berukuran 10 cm, sementara jarak sepanjang lengkungan itu rata – rata 12 cm.

Ada 4 bidang imajiner utama untuk dapat menerangkan bentuk panggul yakni:

1. Bidang atas panggul (pintu superior),

2. Bidang bawah panggul (pintu inferior),

3. Bidang panggul tengah (dimensi panggul terkecil), dan

4. Bidang panggul terbesar.

Page 7: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Gambar 1.2 rongga panggul

a. Pintu atas panggul

Pintu atas panggul di belakang dibatasi oleh promontorium dan ala sakrum, di

lateral oleh linea terminalis dan di anterior oleh rami horizontal tulang – tulang pubis

dan simfisis pubis.

Empat diameter pintu atas panggul biasanya disebutkan: anteroposterior,

transversal, dan dua oblik. Diameter anteroposterior yang penting secara obstetrik

adalah jarak terpendek antara promontorium sakrum dan simfisis pubis yang disebut

konjugata obstetrik.

Diameter anteroposterior pintu atas panggul yang diidentifikasi sebagai konjugata

vera, tidak mewakili jarak terpendek promontorium sakrum dan simfisis pubis. Jarak

terpendeknya adalah konjugata obstetrik yang merupakan diameter anteroposterior

terpendek yang harus dilewati kepala untuk turun melalui pintu panggul.

Konjugata obstetrik tidak dapat dikur secara langsung oleh karena itu cara

menentukannya adalah dengan pengukuran secara tidak langsung dengan mengukur

dari tepi bawah simfisis ke promotorium sakrum yakni konjugata diagonalis, dan

mengurangi 1,5 – 2 cm dari hasil ini.

b. Panggul Tengah

Panggul tengah di tingkat spina iskiadika (bidang tengah atau dimensi terkecil

panggul) mempunyai kepetingan kuhus dalam obstetri setelah kepala janin engage di

Page 8: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

dalam persalinan yang terhalang. Diameter interspinosa, 10 cm atau agak lebih,

biasanya merupakan diameter terkecil panggul. Diameter anteroposterior, sampai

tinggi spina iskiadika, normalnya berukuran sekurang – kurangnya 11, 5 cm.

Komponen posterior antara sakrum dan perpotongan dengan diameter interspinosa

biasanya sekurang – kurangnya 4,5 cm.

c. Pintu bawah panggul

Pintu bawah panggul terdiri dari dua daerah yang kira – kira berbentuk segitiga

tidak pada bidang yang sama, yang merupakan satu garis yang ditarik di antara dua

tuberositas iskium. Tiga diameter pintu bawah panggul biasanya disebut:

anteroposterior, transvrsal dan sagital posterior. Diameter anteroposterior (9,5 sampai

11, 5 cm) berjalan dari tepi bawah simfisis pubis ke ujung sakrum. Diameter

transversal (11 cm) adalah jarak antara tepi – tepi dalam tuberositas iskium. Diameter

sagital posterior berjalan dari ujung sakrum ke perpotongan tegak lurus dengan suatu

garis antara kedua tuberositas iskium. Normalnya, diameter sagital posterior

berukuran 7,5 cm.

Pada partus macet yang disebabkan oleh sempitnya panggul tengah dan/atau pintu

bawah panggul, prognosis untuk persalinan pervaginam sering tergantung pada

panjang diameter sagital posterior pintu bawah panggul.

d. Bidang dimensi panggul terbesar

Bidang dimensi panggul terbesar tidak mempunyai kepentingan obstetrik. Sebagai

yang dikesankan oleh namanya, bagian ini sangat lapang. Bidang ini membentang

dari pertengahan permukaan posterior simfisis pubis ke persambungan vertebra sakral

kedua dan ketiga dan berjalan ke lateral melewati tulang – tulang iskium di atas

permukaan asetabulum. Diameter rata – rata anteroposterior dan transversalnya

adalah 12,5 cm. Karena diameter obliknya berujug pada foramina obturatoria dan

takik sakroskiatika, panjangnya tidak dapat dipastikan.

Page 9: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Ada 4 tipe panggul dasar karakteristik, menurut klasifikasi Caldwell-Moloy:

1. Tipe gynaecoid

Bentuk pintu atas panggul seperti ellips melintang kiri-kanan, hampir mirip

lingkaran. Diameter transversal terbesar terletak di tengah. Dinding samping panggul

lurus. Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female type).

2. Tipe anthropoid

bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Diameter

transversal terbesar juga terletak di tengah. Dinding samping panggul juga lurus.

Merupakan jenis panggul tipikal golongan kera (ape type).

3. Tipe android :

bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter transversal terbesar terletak

di posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin

sempit ke arah bawah. Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type).

4. Tipe platypelloid

bentuk pintu atas panggul seperti "kacang" atau "ginjal". Diameter transversal

terbesar juga terletak di tengah. Dinding samping panggul membentuk sudut yang

makin lebar ke arah bawah. Pada banyak kasus, bentuk panggul merupakan

tipecampuran.

Gambar 1.3 Jenis jenis pelvis

Page 10: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Bidang Hodge

Gambar 1.3 bidang hodge

Bidang-bidang sepanjang sumbu panggul yang sejajar dengan pintu atas panggul,

untuk patokan/ukuran kemajuan persalinan (penilaian penurunan presentasi janin).

1. Bidang Hodge I

adalah bidang pintu atas panggul, dengan batas tepi atas simfisis.

2. Bidang Hodge II

adalah bidang sejajar H-I setinggi tepi bawah simfisis.

3. Bidang Hodge III

adalah bidang sejajar H-I setinggi spina ischiadica.

4. Bidang Hodge IV

adalah bidang sejajar H-I setinggi ujung bawah os coccygis.

2. Mekanisme persalinan normal.

Tanda –tanda inpartu :

a. Nyeri abdomen oleh adanya kehamilan 22 minggu dan semakin kuat,sering

dan teratur.

b. Desertai keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak

karena robekan-robekan serviks.

c. Kadang ada pengeluaran air dari vagina secara tiba-tiba atau ketuban pecah

dengan sendirinya.

Page 11: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

d. Serviks terasa melunak; adanya pemendekan dan pendataran serviks secara

progresif

e. Dilatasi serviks; peningkatan diameter pembukaan serviks yang diukur dalam

sentimeter.

Mekanisme Persalinan Normal

Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada

presentasi kepala ini ditemukan ±58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, ±23%

di kanan depan,±11% di kanan belakang, dan ±8% di kiri belakang. Keadaan ini

mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid

dan rektum.

Menjadi pertanyaan mengapa janin dalam presentase yang tinggi berada dalam

uterus dengan presentasi kepala? Keadaan ini mungkin disebabkan kepala relatif

lebih besar dan lebih berat. Mungkin pula bentuk uterus sedemikian rupa sehingga

volume bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada di atas, di ruanganyang lebih

sempit. Ini dikenal sebagai teori akomidasi. Dalam mempelajari mekanisme partus

ini, imaginasi stereometrik kepala janin dan ruang panggul harus benar-benar

difahami.

Seperti telah dijelaskan terdahulu 3 faktor penting yang memegang peranan pada

persalinan ialah: (1) kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan

kekuatan mengejan; (2) keadaan jalan lahir; (3) janinnya sendiri.

His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang mnyebabkan serviks membuka dan

mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala

akan turun dan mulai masuk kedalam rongga panggul.

Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus,

ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.

Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin

miring dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus anterior menurut Naegele

adalah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas

Page 12: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

panggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut Litzman; ialah apabila keadaan

adalah sebaliknya dari asinklitismus anterior.

Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme

turunnya kepala dengan mekanisme anklitismus posterior karena ruangan pelvis di

daerah posterior lebih luas jika dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah

anterior. Hal asinklitismus penting, apabila daya akomodasi panggul agak terbatas.

Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu

lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala

yang akan menurun mengakibatkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga

panggul menurut hukum Koppel: a kali b = c kali d. Pergeseran di titik B lebih besar

daripada di titik A.

Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling

kecil, yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (9.5 cm) dan dengan

sirkumferensia suboksipito bregmatikus (32 cm) sampai didasar panggul kepala janin

berada dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui

diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi

elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine disebabkan oleh his yang

berulang ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Didalam

hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar kearah depan, sehingga didasar

panggul ubun-ubun kecil dibawah simfisis, dan dengan suboksiput sebagai

hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap

his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin

lebar dan tipis, anus membuka dinding rectum. Dengan kekuatan his bersama dengan

kekuatan mengejan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya panggul.

Sesudah kepala lahir, kepala segera melakukan rotasi, yang disebut putaran paksi

luar. Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali ke posisi sebelum putaran paksi

dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.

Bahu melintasi pintu atas panggul dalam kadaan miring. Di dalam rongga

panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya,

Page 13: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada pada

posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru

kemudian trochanter belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya.

Bila mekanisme partus yang fisiologik ini dipahami dengan sungguh-sungguh,

maka pada hal-hal yang menyimpang dapat segera dilakukan koreksi secara manual

jika mungkin, sehingga tindakan-tindakan operatif tidak perlu dilakukan.

Apabila bayi telah lahir tali pusat dijepit diantara dua cunam pada jarak 5 dan 10

cm, kemudian digunting diantara kedua cunam tersebut, lalu diikat. Umumnya bila

telah lahir lengkap, bayi segera akan menarik nafas dan menangis.

Bila bayi telah lahir uterus mengecil. Partus berada dalam kala III ( kala uri).

Walaupun bayi telah lahir, kala uri idak kalah pentingnya daripada kala I dan II.

Kematian ibu karena perdarahan pada kala uri tidak jarang terjadi apabila pimpinan

kala III kurang cermat dikerjakan. Seperti telah dikemukakan, segera setelah bayi

lahir, his mempunyai amplitudo yang kira-kira sama tingginya, hanya frekuensinya

yang berkurang. Akibat his ini, uterus akan mengecil sehingga perlekatan placenta

dengan dinding uterus akan lepas. Melepasnya placenta dari dinding uterus ini dapat

dimulai dari (1) tengah (sentral menurut Schultze); (2) pinggir (marginal matthew –

Duncan); (3) kombinasi satu dan dua. Yang terbanyak ialah yang menurut Schultze.

Umumnya kala III berlangsung selama 6-15 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala

III kira-kira 2 jari di bawah pusat.

3. Pemantauan proses persalinan normal

a. Pemeriksaan Leopold

Pemeriksaan ini terdiri dari 4 tindakan yang masing-masing dilakukan untuk

mengetahui presentasi (kedudukan) bagian tubuh janin dalam uterus. Empat

pemeriksaan Leopold tersebut adalah:

Page 14: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Leopold I

Gambar 2.1 leopold 1

1) Tujuan

Bertujuan untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui

bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri (bagian atas perut ibu).

2) Teknik pemeriksaan

Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua tangan

untuk meraba fundus.

3) Mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri

a) Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah

keras,bundar dan melenting (seperti mudah digerakkan).

b) Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah

lunak, kurang bundar, dan kurang melenting.

c) Fundus kosong apabila posisi janin melintang pada rahim.

4) Menentukan usia kehamilan

a) Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas

simpisis. 

b) Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis

dan pusat.

c) Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah

pusat. 

d) Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat.

Page 15: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

e) Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat.

f) Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara

prosesus xipoideus dan pusat.

g) Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah

prosesus xipoideus.

h) Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara

prosesus xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara

dengan pasien untuk membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).

Gambar 2.2 tinggi fundus uteri

Leopold II

Gambar 2.3 leopold II

1) Tujuan

Bertujuan untuk menentukan di mana letak punggung ataupun  kaki janin

pada kedua sisi perut ibu.

Page 16: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

2) Teknik pemeriksaan 

a) menghadap ke kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi perut

ibu, raba (palpasi) kedua bagian sisi perut ibu.

b) Menentukan di mana letak punggung ataupun  kaki janin pada kedua sisi

perut ibu 

c) bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat

digerakkan.

d) bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/posisi

tidak jelas dan menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara

aktif maupun pasif.

Leopold III

Gambar 2.4 leopold III

1) Tujuan

Bertujuan untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang

terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah

menyentuh pintu atas panggul.

2) Teknik pemeriksaan 

a) Pemeriksa hanya menggunakan satu tangan.

b) Bagian yang teraba, bisa kepala, bisa juga bokong

c) Cobalah apakah bagian yang teraba itu masih dapat digerakkan atau tidak.

Page 17: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Apabila tidak dapat digoyangkan, maka janin sudah menyentuh pintu atas

panggul.

Leopold IV

Gambar 2.5 leopold IV

1) Tujuan

Bertujuan untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di

bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin

telah memasuki pintu atas panggul.

2) Teknik pemeriksaan

a) pemeriksa menghadap kaki pasien

b) dengan kedua tangan ditentukan bagian janin apa (bokongkah atau

kepalakah?) yang terletak di bagian bawah perut ibu.

3) Mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas

panggul

Apabila konvergen (jari-jari kedua tangan bertemu), berarti baru sedikit janin

memasuki pintu atas panggul. Apabila divergen (jarak antara kedua jari pemeriksa

jauh), janin (kepala janin) telah banyak memasuki pintu atas panggul).

b. Pemeriksaan Perlimaan

Penurunan presentasi (pada persalinan normal: kepala) janin dapat dari

pemeriksaan Leopold saja maupun dari konfirmasi pemeriksaan dalam, dinilai

Page 18: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

dalam berapa perlimaan bagian kepala janin yang masih berada di luar pintu atas

panggul (5/5 belum masuk, sampai 0/5 sudah masuk).

Kepala disebut "engaged" bila bagian terbesar kepala sudah masuk pintu atas

panggul.

Gambar 2.6 perlimaan

Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu. Raba kepala janin dengan bagian

palmar jari-jari tangan kanan untuk menentukan berapa bagian dari kepala janian

masih berada di pintu atas panggul.

Hasil:

1) Jika seluruh kepala janin dapat diraba dengan kelima jari dan digerakkan,

maka hasil pemeriksaan dinyatakan sebagai 5/5. Semua jari pemeriksa dapat

mencakup kepala janin diatas pintu atas panggul, berarti kepala janin belum

masuk pintu atas panggul atau belum engaged,

2) Penurunan kepala janin 4/5 bila hanya sebagian kecil dari kepala janin

memasuki pintu atas panggul,

3) Penurunan kepala janin 3/5 bila hanya 3 dari 5 jari-jari dapat meraba seluruh

kepala janin,

4) Bila kepala janin teraba 2/5 pada bagian atas pintu atas panggul, maka hanya

2 jari dapat meraba kepala janin.Sebagian besat kepala sudah masuk ke dalam

rongga panggul, kepa janin sudah tidak dapat digerakkan lagi

5) Bila kepala janin 1/5, maka hanya bagian belakang kepala yang dapat teraba

dari bagian luar

Page 19: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

6) 0/5 bila kepala janin seluruhnya sudah masuk rongga panggul

c. taksiran berat badan janin

Jika memungkinkan dalam palpasi diperkirakan juga taksiran berat janin

(meskipun kemungkinan kesalahan juga masih cukup besar). Pada kehamilan

aterm, perkiraan berat janin dapat menggunakan rumus cara Johnson-Tossec

yaitu : tinggi fundus (cm) - (12/13/14)) x 155 gram. Atau dengan rumus tinggi

fundus uteri (TFU) cm x LP cm.

d. penghitungan denyut jantung janin

Gambar 2.7 laennec dan doppler

Dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang ditempelkan di daerah

punggung janin, dihitung frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima,

kemudian dijumlah dan dikalikan 4 untuk memperoleh frekuensi satu menit. Ideal

perhitungan frekuensi jantung dilakukan 1 menit penuh. Jika ada alat CTG, bisa

direkam untuk 10 menit. Sebenarnya pemeriksaan auskultasi yang ideal adalah

denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit. Dengan Laennec

daapt didengar pada kehamilan 18-20 minggu dan dengan Doppler dapat didengar

pada 10 minggu.

Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit.

Takikardi menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban / stress pada

Page 20: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

janin (fetal stress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi

beban / stress pada janin (fetal distress/gawat janin).

1) Batasan waktu untuk menilai bradikardi: frekuensi denyut jantung di bawah

normal selama lebih dari 2 menit.

2) Batasan waktu untuk menilai akselerasi: peningkatan frekuensi denyut jantung

di atas 15 denyut per menit selama kurang dari 2 menit.

3) Batasan waktu untuk menilai takikardi: frekuensi denyut jantung di atas

normal selama lebih dari 2 menit.

4) Pemeriksaan normal/baik: waktu relaksasi frekuensi jantung normal, waktu

kontraksi terjadi takikardia.

5) Tanda hipoksia akut : waktu relaksasi dan kontraksi bradikardia.

6) Tanda hipoksia kronik : waktu relaksasi normal, waktu kontraksi bradikardia.

7) Jika ada infeksi intra partum : fetal takikardi.

8) Jika ada gawat janin : fetal bradikardi

e. Melakukan pemeriksaan his

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai

dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal

gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus

daerah tersebut. Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal

mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir)

yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.

Terjadinya his, akibat :

1) kerja hormon oksitosin

2) regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3

3) rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa

konsepsi.

His yang baik dan ideal meliputi :

1) kontraksi simultan simetris di seluruh uterus

Page 21: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

2) kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus

3) terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.

4) terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his

5) serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung

serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka

secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan

internum pun akan terbuka.

Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :

1) iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus

hipogastrikus diteruskan ke sistem

2) saraf pusat menjadi sensasi nyeri.

3) peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum,

menjadi rangsang nyeri.

4) keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau

eksitasi).

5) prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress

Pengukuran kontraksi uterus:

1) amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak

cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.

2) frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit).

3) satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).

Page 22: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Gambar 2.8 grafik aktifitas uterus

Sifat his pada berbagai fase persalinan

1) Kala 1 awal (fase laten)

Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks

terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.

Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir terjadi peningkatan rasa nyeri,

amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-

90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).

2) Kala 2

Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi

juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal

yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu,

dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk

mengeluarkan bayi.

Page 23: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

3) Kala 3

Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus

menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga

tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).

f. Pemeriksaan dalam vagina dan struktur yang dapat dinilai

Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada

persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-temuan yang

ada pada partogram.

1) Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut:

a) warna cairan amnion

b) dilatasi serviks

c) penurunan kepala

2) Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin

diagnosis inpartu belum dapat ditegakkan. Jika terdapat kontraksi yang menetap,

periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks.

Pada tahap ini, jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam

keadaan inpartu, jika terdapat perubahan, maka diagnosisnya adalah persalinan

palsu.

3) Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap jam.

4) Hal-hal yang diamati pada pemeriksan dalam:

a) Luka atau benjolan (termasuk kondilomata),

b) Varises pada vulva atau rectum,

c) Parut pada perineum,

d) Darah lendir,

e) Darah,

f) Cairan ketuban,

Page 24: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

g. Partograf

Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu, janin

dan seluruh proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada

penyimpangan / masalah dari persalinan, sehingga menjadi partus abnormal dan

memerlukan tindakan bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan.

Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang

menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan.

Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap

garis perjalanan waktu (horisontal).

Partograf mulai diisi bila:

1) Mereka yang masuk dalam persalinan

a) fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10’,

lamanya<20".

b) fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10’, lamanya<20".

2) Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :

a) bila infus oksitosin dimulai

b) bila persalinan dimulai

3) Masuk untuk induksi persalinan :

a) pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin

b) induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian prostaglandin)

c) bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.

Partograf tidak perlu diisi bila:

1) Masuk dengan kala 1 akhir fase aktif pembukaan 9 cm atau lebih

2) Sectio cesarea elektif

3) Sectio cesarea darurat saat datang

4) Usia kehamilan kurang dari 34 minggu

Page 25: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Penggunaan Partograf

WHO 2000 telah memodifikasi partograf agar lebih sederhana dan lebih

mudah digunakan. Fase laten telah dihilangkan, dan pencatatan pada partograf

dimulai dari fase aktif ketika pembukaan serviks 4cm.

Partograf harus digunakan untuk:

1) Semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sampai dengan kelahiran bayi,

sebagai elemen penting asuhan persalinan,

2) Semua tempat pelayan persalinan,

3) Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama

persalinan dan kelahiran.

Halaman depan partograf

Mencantumkan observasi dimulai pada fase aktif persalinan; dan

menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil – hasil pemeriksaan selama

fase aktif persalinan, termasuk:

1) Informasi tentang ibu:

2) Waktu pecahnya selaput ketuban

3) Kondisi janin

4) Jam dan waktu

5) Kontraksi uterus

6) Obat – obatan dan cairan yang diberikan

7) Kondisi ibu

8) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya.

Page 26: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Gambar 2.9 halaman depan partograf

Halaman belakang partograf

Merupakan bagian untuk mencatat hal – hal yang terjadi selama proses persalinan

dan kelahiran, serta tindakan – tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I

hingga IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut catatan

persalinan. Catatan persalinan terdiri dari:

1) Data dasar

2) Kala I

3) Kala II

4) Kala III

5) Bayi baru lahir

Page 27: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

6) Kala IV

Gambar 2.10 halaman belakang partograf

Page 28: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

4. Perbedaan Persalinan Primipara dan Multipara

Primipara Multipara

Pendataran dan Dilatasi

Serviks

Serviks mendatar

(effacement) dulu baru

dilatasi

Mendatar dan membuka

bias bersamaan

Durasi Berlangsung 13-14 jam Berlangsung 6-7 jam

Kala I 13 jam 7 jam

Kala II 1 jam ½ jam

Kala III ½ jam ¼ jam

Serviks Penurunan janin terjadi

secara lambat

Penurunan janin bisa

berlangsung dengan cepat

Majunya kepala Biasanya pada kala II,

majunya kepala setelah

masuk ke dalam rongga

panggul

Majunya kepala dan

masuknya kepala ke dalam

rongga panggul biasanya

bersamaan

Table 4.1 perbedaan persalinan primipara dan multipara

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan lama:

Hambatan dalam persalinan normal sering terjadi karena adanya factor-faktor

resiko yang tidak terdeteksi dengan baik pada masa kehamilan. Kata distosia terjadi

jika perslinan normal gagal terjadi, jika proses persalinan tidak selesai selama 18 jam

pada pirimivara dan 12 jam pada multipara.

Page 29: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Penyebab distosia secara umum yaitu :

a) Kelainan tenaga (Power)

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebaban kerintangan

pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat di atasi

sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.

b) Kelainan janin (passenger)

Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam

letak atau dalam bentuk janin.

c) Kelainan jalan lahir (passage)

Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan

persalinan atau menyebabkan kemacetan.

Penyebab distosia secara khusus yaitu :

Dalam scenario tidak ada kelainan his dan tidak ada disebutkan adanya kelainan

jalan lahir. Berdasarkan scenario tinggi fundus uteri 39 cm dan lingkar perut ibu 98

cm, sehingga berdasarkan data tersebut TBJ sebesar 3822 gram. Sehingga penyebab

distosia pada scenario yaitu adanya kelainan janin (passenger), dalam hal ini janin

wanita tersebut besar/berat.

6. penatalaksanaan persalinan lama:

Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan ibu yg

bersangkutan harus diawasi dengan seksama. Tekanan darah di ukur tiap empat jam,

bahkan pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabila ada gejala preeklampsia.

Jantung janin di catat setiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II.

Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya. Karena

ada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakuan tindakan pembedahan

dengan narkosis, hendaknya ibu jangan di beri makan biasa melainkan dalam bentuk

cairan. Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5 % dan larutan NaCL isotonik

secara intravena berganti-ganti. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan petidin

50mg yang dapat diulangi; pada pemulaan kala I dapat diberikan 10mg morfin.

Pemeriksaan dalam perlu dilakukan , tetapi harus selalu disadari bahwa setiap

Page 30: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

pemeriksaan dalam mengandung bahaya infeksi. Apabila persalinan berlangsung 24

jam tanpa kemajuan yang berarti, perlu diadakan penilaian yang seksama tentang

keadaan. Selain penilaian keadaan umum, perlu di tetapkan apakah persalinan benar-

benar sudah mulai atau masih dalam tingkat fase labour, apakah ada inersia uteri

incoordinate uterine action; dan apakah tidak ada disproporsi sepalopelvik biarpun

ringan. Untuk menetapkan hal yang terkhir ini , jika perlu dilakukan pelvimetri

reontgenologik atau magnetic resonance imaging (MRI). Apabila serviks sudah

terbuka untuk sedikit-sedikitnya 3cm, dapat diambil kesimpulan bahwa persalinan

sudah mulai.

Dalam menentukan sikap lebih lanjut perlu diketahui apakah ketuban sudah atau

belum pecah. Apabila ketuban sudah pecah, maka keputusan untuk menyelesaikan

persalinan tidak boleh ditunda terlalu lama berhubung dengan bahaya infeksi.

Sebaiknya dalam 24jam setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan apakah

perlu dilakukan seksio sesarea dalam waktu singkat atau persalinan dapat dibiarakan

berlangsung terus.

7. Komplikasi persalinan lama terhadap ibu dan bayinya:

Komplikasi pada ibu :

1. Infeksi intrapartum.

Infeksi dapat menjadi komplikasi yang memperlama proses persalinan dan dapat

memberikan efek serius terhadap janin dan ibu. Setelah membran ruptur, bakteri

dapat memasuki cairan amnion, melewati amnion, dan menginvasi pembuluh darah

desidua dan plasenta, sehingga dapat menyebabkan bakteremia dan sepsis pada ibu

dan janin. Selain itu pemeriksaan serviks menggunakan jari harus dikurangi saat

terjadi distosia karena dapat menjadi salah satu jalan masuknya infeksi.

2. Ruptur uteri.

Penipisan abnormal pada segmen bawah rahim dapat membahayakan selama

proses persalinan terutama pada wanita dengan tingkat paritas tinggi. Ketika terjadi

disproporsi antara kepala janin dengan pelvis sehingga tidak terjadi penguncian atau

Page 31: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

penurunan, segmen bawah uterin mengalami pemelaran yang dapat diikuti terjadinya

robekan.

3. Pembentukan fistul.

Ketika bagian tebawah janin mengungkit bagian bawah pelvis namun tidak terjadi

kemajuan persalinan seiring berjalannya waktu, jaringan pada jalan lahir mengalami

penekanan yang luar biasa. Karena sirkulasi yang terganggu, nekrosis dapat terjadi

dan beberapa hari setelah melahirkan, akan timbul fistula vesikovaginal, vesikorektal,

dan vesikoserviks.

4. Cedera panggul.

Selama proses kelahiran bayi, lantai panggul terekspos oleh penekanan kepala

janin yang diperkuat oleh usaha mengedan ibu. Tekanan yang kuat ini dapat

menggeser otot, saraf dan jaringan ikat. Pergeseran ini dapat menimbulkan tanda –

tanda inflamasi.

Efek terhadap janin:

1. Caput succedaneum.

Jika pelvis mengalami kontraktur, selama persalinan terjadi perubahan bentuk

kepala janin yang luar biasa. Yang apabila berlangsung lama dapat menyebabkan

kelainan otak pada janin.

2. Kepala janin menyusut (molding).

Jika terlalu lama molding terjadi pada janin maka dapat menyebabkan fraktur

tulang kepala bahkan dapat merusak otak.

3. Kematian pada janin

8.Perspektif islam sehubungan dengan skenario diatas:

Asal Usul Manusia menurut Islam dan Tahapan kejadian manusia :

a. Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)

Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah

yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya.

Page 32: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup.

Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :

"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai

penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering

(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)

Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia

pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits Rasulullah

saw bersabda :

"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah".

(HR. Bukhari).

b. Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)

Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam

keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak

menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (istri). Hal ini dijelaskan

oleh Allah dalam salah satu firman-Nya : "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan

pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari

diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin : 36).

Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An

Nisaa’ ayat 1 yaitu :

"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu

dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada

keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat

banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) : 1).

Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :

"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR.

Bukhari-Muslim)

Page 33: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

c. Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)

Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa

kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an

dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.Di dalam Al Qur’an proses kejadian

manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati

(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)

dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal

darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging

itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan

daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha

Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).

Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :

"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan.

Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya

(kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian

selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu

pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa

malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat

kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)."

(HR. Bukhari-Muslim).

Allah SWT sebagai pencipta makhluk, telah menjelaskan proses demi proses

penciptaan manusia di dalam rahim seorang perempuan. Proses perubahan janin dari

setetes mani hingga menjadi manusia yang sempurna. Sebelum teknologi

berkembang, hal itu merupakan perkara ghaib yang tidak diketahui oleh manusia,

karena letaknya yang sangat dalam. Belum ada alat yang dapat menjangkau hingga ke

dalam rahim tersebut.Walaupun begitu, Al-Quran telah berbicara tentang proses

penciptaan manusia di dalam rahim tahap demi tahap. Menakjubkan, sejak 14 abad

Page 34: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

yang lalu dan ternyata sekarang terbukti, semua kandungan Al-Quran tersebut benar

dan tidak salah sedikitpun.

Allah SWT berfirman: Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang

kebangkitan ( dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan

kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,

kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak

sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetap kan dalam rahim, apa

yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah di tentukan. Kemudian kami

keluarkan kamu sebagi bayi, kemudian(dengan berangsur-angsur) kamu sampailah

kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang di wafatkan dan ( ada pula) di

antara kamu yang di panjangkan umurnya sampai pikun ,supaya dia tidak

mengetahui lagi suatupun yang dahulu telah di ketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini

kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumu itu dan

suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang

indah.“(QS.Al-Hajj: 5

Artinya: “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes air mani,

sesudah itu dari segumpal darah, kemudian di lahir kan kamu sebagai seorang anak.

Kemudian(kamu di biarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa ( dewasa).

Kemudian (di biarkan hidup lagi ) sampai tua. Di antara kamu ada yang di wafatkan

sebelum itu. Kami perbuat demikian supaya kamu sampai kepada ajal yang di

tentukan dan supaya kamu memahami(nya)”.(QS.Al-Mu’min: 67)

Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati

(berasal dari tanah). Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)

dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal

darah. Lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging. Dan segumpal

daging kami jadikan tulang belulang. Lalu tulang belulan itu kami bungkus dengan

daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka maha suci

Allah, pencipta yang paling baik.”(QS.Al-Mu’minun:12-14)

Page 35: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

Doa dan wirid mempermudah proses persalinan:

Setiap wanita yang hendak melahirkan mengalami cobaan yang berat, terutama

ketika mengalami kesulitan ketika melahirkan. Maka dianjurkan untuk banyak

berzikir dan berdoa. Syeikh Utsaimin Rahimallahu menyebutkan beberapa ayat Al-

Qur’an yang dapat dibacakan kepada wanita yang hendak melahirkan :

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah : 185:

“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan Dia tidak menghendaki

kesulitan bagi kalian”.

QS. Al-Fuhsilat : 47 :

“dan tidak ada buah-buahan yang keluar dari kelopaknya dan tidak seorang

perempuanpun mengandung dan tidak pula melahirkan, melainkan dengan

sepengetahuan –Nya.”

Hal ini dapat bermanfaat dengan izin Allah sebagaimana telah dijelaskan

dalam Al-Qur’an :

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an yang merupakan obat dan rahmat bagi

orang-orang beriman dan tidak menambah bagi orang-orang yang zhalim kecuali

kerugian.”

Page 36: MODUL I DISTOSIA KELOMPOK 6A

REFERENSI

1. Sarwono Prawirohardjo.Editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo; 2011. H. 288, 315-325.

2. Saifuddin Abdul Bari, editor. Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI; 2001. h. 100-121.

3. Dorland, W. A. Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland Ed. 29, Jakarta :

EGC.

4. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal – POGI

5. Sobotta Atlas Der Anatomie In Einem Band 22nd 2007 hal: 721, 724.

6. Anthonius Budi Marjono. Obstetri Ginekologi. [online]. 2013 [cited 2013

April 12]; Available from: URL:

http://fkunmul04.files.wordpress.com/2008/11/catkul_-obgynui.pdf

7. Desiyani Nani. Pemeriksaan Leopold. [online]. 2013 [cited 2013 April 12];

Available from:URL:http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul

%20/Modul%20A3%20-%20Pemeriksaan%20Leopold.pdf

8. Fiqhi Islam. Doa dan Wirid mempermudah persalinan. [online]. 2013 [cited 2013 April 12]; Available from: URL: http : //www.fiqhislam.com/index.php? option=com_content&view=article&id=15321&Itemid=26 3