MONITORING HEMODINAMIK INVASIF Monitoring hemodinamik menjadi komponen yang sangat penting dalam perawatan pasca operasi atau keadaan kritis pada pasien paska operasi jantung. Fungsi jantung dalam kondisi ini sering abnormal karena kemampuan ventrikel menurun, disfungsi sekunder akut pada prosedur operasi dan penggunaan cardiopulmonary bypass atau kombinasi keduanya. Tekanan yang selalu diukur pada pasien pasca operasi jantung meliputi : tekanan darah arteri, tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonal. Demikian juga dengan cardiac output dan cardiac index. Monitoring hemodinamik hampir selalu menggunakan kateter intravaskuler, tranducer tekanan dan sistem monitoring. Adapun tujuan monitoring hemodinamik secara invasif adalah : 1. Deteksi dini : identifikasi dan intervensi terhadap klinis seperti : gagal jantung dan tamponade. 2. Evaluasi segera dari respon pasien terhadap suatu intervensi seperti obat-obatan dan dukungan mekanik. 3. Evaluasi efektifitas fungsi kardiovaskuler seperti cardiac output dan index. Sebelum dan selama pemantauan hemodinamik secara invasif dilakukan kalibrasi. Kalibrasi merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui fungsi alat This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta. Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MONITORING HEMODINAMIK INVASIF
Monitoring hemodinamik menjadi komponen yang sangat penting
dalam perawatan pasca operasi atau keadaan kritis pada pasien paska
operasi jantung. Fungsi jantung dalam kondisi ini sering abnormal karena
kemampuan ventrikel menurun, disfungsi sekunder akut pada prosedur
operasi dan penggunaan cardiopulmonary bypass atau kombinasi
keduanya.
Tekanan yang selalu diukur pada pasien pasca operasi jantung meliputi :
tekanan darah arteri, tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonal.
Demikian juga dengan cardiac output dan cardiac index. Monitoring
hemodinamik hampir selalu menggunakan kateter intravaskuler, tranducer
tekanan dan sistem monitoring. Adapun tujuan monitoring hemodinamik
secara invasif adalah :
1. Deteksi dini : identifikasi dan intervensi terhadap klinis seperti :
gagal jantung dan tamponade.
2. Evaluasi segera dari respon pasien terhadap suatu intervensi
seperti obat-obatan dan dukungan mekanik.
3. Evaluasi efektifitas fungsi kardiovaskuler seperti cardiac output
dan index.
Sebelum dan selama pemantauan hemodinamik secara invasif
dilakukan kalibrasi. Kalibrasi merupakan hal yang sangat penting untuk
mengetahui fungsi alat seperti monitor dan tranducer dalam keadaan baik.
Adapun tahapan untuk kalibrasi adalah sebagai berikut:
Tentukan titik nol pada pasien yang didapat dari intercostal 4
sejajar sternum mid axila ditarik garis lurus sejajar 3 way stopcock
dari system flushing.
Menutup 3 way ke arah pasien dan membuka 3 way ke arah
udara.
Mengeluarkan cairan ke udara.
Menekan tombol kalibrasi sampai pada layar monitor terlihat
angka nol.
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.1
Membuka 3 way ke arah pasien dan menutup 3 way ke arah
udara.
Memastikan gelombang dan nilai tekanan terbaca dengan baik
MONITORING TEKANAN DARAH ARTERI
A. Pengertian
Tekanan darah arteri adalah tekanan darah yang dihasilkan oleh
ejeksi ventrikel kiri ke aorta dan ke sistemik arteri (Debra et al,
2001).
Tekanan arteri sistemik terdiri dari:
Tekanan sistolik adalah tekanan darah maksimal ketika darah
dipompakan dari ventrikel kiri. Range normal berkisar 100-
130 mmHg
Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung
pembuluh darah yang harus dihadapi oleh jantung. Range
normal berkisar 60-90 mmHg
Mean Arterial Pressure atau tekanan arteri rata-rata selama
siklus jantung. MAP dapat diformulasikan dengan rumus :
Sistolik + 2. Diastolik x 1/3. MAP menggambarkan perfusi
aliran darah ke jaringan
Pengukuran tekanan darah arteri secara invasif dilakukan
dengan memasukkan kateter ke lumen pembuluh darah arteri dan
disambungkan ke sistem transducer. Tekanan intra arteri melalui
kateter akan dikonversi menjadi sinyal elektrik oleh tranducer lalu
disebar dan diteruskan pada osciloskope, kemudian diubah
menjadi gelombang dan nilai digital yang tertera pada layar
monitor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan arteri :
Curah jantung Volume darah Umur
Resistensi perifer Viskositas darah Aktivitas Elastisitas pembuluh
arteri Berat badan Emosi
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.2
B. Indikasi pemantauan tekanan darah arteri secara invasif
1. Monitor tekanan darah invasif diperlukan pada pasien dengan
kondisi kritis atau pada pasien yang akan dilakukan prosedur
operasi bedah mayor sehingga apabila ada perubahan tekanan
darah yang terjadi mendadak dapat secepatnya dideteksi dan
diintervensi, atau untuk evaluasi efek dari terapi obat-obat yang
telah diberikan
a) prosedur operasi bedah mayor seperti : CABG, bedah thorax,
bedah saraf, bedah laparotomy, bedah vascular
b) pasien dengan status hemodinamik tidak stabil
c) pasien yang mendapat terapi vasopressor dan vasodilator
d) pasien yang terpasang IABP
e) pasien yang tekanan intrakranialnya dimonitor secara ketat
f) pasien dengan hipertensi krisis, dengan overdiseksi
aneurisma aorta
2. Pemeriksaan serial Analisa Gas Darah
a) pasien dengan gagal napas
b) pasien yang terpasang ventilasi mekanik
c) pasien dengan gangguan asam basa (asidosis/ alkalosis)
d) pasien yang sering dilakukan pengambilan sampel arteri
secara rutin
Kontra indikasi relatif pada pemantauan tekanan darah arteri
secara invasif
1. Pasien dengan perifer vascular disease
2. Pasien yang mendapat terapi antikoagulan atau terapi trombolitik
3. Penusukan kanulasi arteri kontraindikasi relatif pada area yang
mudah terjadi infeksi, seperti area kulit yang lembab, mudah
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.3
berkeringat, atau pada area yang sebelumnya pernah dilakukan
bedah vascular
C. Persiapan alat untuk pemantauan hemodinamik secara invasif
1. Sistem flushing yang terdiri dari :
Cairan NaCl 0,9% 500 ml yang sudah diberi heparin 500 UI
(perbandingan NaCl 0,9% dengan heparin 1:1), masukkan dalam
pressure bag dan diberi tekanan 300 mmHg.
2. Monitoring kit (single, double, triple lumen)
3. 3 way buntut
4. Manometer line
5. 3 way
6. Monitor
7. Tranducer/ pressure cable
8. Abocath no. 22 – 18
9. Sarung tangan steril
10. Alcohol
11. Betadhine
12. Kassa
13. Lidocain
14. Spuit 1 cc
15. Souit 10 cc
16. Basic Element (tranducer holder)
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.4
D. Lokasi pemasangan kateter arteri
Lokasi penempatan kateter intraarteri meliputi arteri radialis,
brachialis, femoralis, dorsalis pedis, dan arteri axilaris (Scheer et
al,2002)
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.5
Pertimbangan penting pada penyeleksian lokasi insersi
kateter meliputi, adanya sirkulasi darah kolateral yang adekuat,
kenyamanan pasien, dan menghindari area yang beresiko tinggi
mudah terjadi infeksi.
Lokasi penempatan
Keuntungan Kerugian
Art. Radialis Art. Radialis terletak dipermukaan sehingga mudah untuk dilakukan kanulasi
Lokasinya tidak mengganggu kelancaran padasemua jenis operasi bedah
Adanya supply sirkulasi ganda/sirkulasi kolateral kedaerah tangan sehingga resikoterjadinyainsuffisiensi aliran darah kedaerah distal lebih kecil
Kenyamanan pasien terjaga
Lokasi penempatan katheter mudah untuk diimobilisasikan
Resiko terjadinya pembentukan trombus pada penggunaan jangka panjang
Kemungkinan terjadi hematoma atau trauma pada lokasi insersi
Ukuran lumen pembuluh darah yang relatif kecil sehingga dibutuhkan ukuran katheter yg kecil sehingga mudah terjadi artefak,mudah terjadi oklusi dan trombus pada catheter
Art.Brachialis Ukuran lumen lebih besar dibanding art. Radialis sehingga lebih mudah dilakukan kanulasi
Adanya aliran darah kolateral sehingga mengurangi kemungkinan terjadi insuffisiensi vaskular
Sulituntukdiimmobilisasikan, restriksi pada siku membuat pasien tidak nyaman
Kemungkinan terjadi injuri pada nervus median, hematom,atau trauma pada area penusukan
Mengurangi kenyamanan pasien melakukan aktivitas
Mudah terjadi pembentukan trombus
Art.Femoralis Lokasi penempatan bermanfaat pada situasi pasien dengan shock ketika pulsasi perifer sulit dipalpasi
Cocok untuk ukuran
Plak atheroskerosis mudah terlepas sehingga bisa terjadi emboli
Kemungkinan terjadi pembentukan hematoma retroperitoneal
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.6
katheter yang besar sehingga minim untuk terjadi artefak
Lokasi penempatan sulit untuk diimmobilisasikan terutama pada pasien yang gelisah/agitasi
Art.Axilaris Bermanfaat pada pasien dengan penyakit Raynaud (peripher vascular disease)
Memberikan morfologi gelombang yang hampir serupa dengan arkus aorta
Bermanfaat digunakan pada kondisi pasien shock ketika pulsasi perifer yang lainnya sulit untuk dipalpasi
Kemungkinan terjadi emboli cerebral ketika melakukan flushing sesudah mengambil sampel darah (micro bulble)
Kemungkinan terjadi injuri pada nervus,hematoma
Memiliki kesulitan tinggi dalam tehnik pemasangan
Pasien merasa tidak nyaman karena lengan harusdalamposisiekstensidan hiperabduksi dari bahu
Art.Dorsalipedis Bermanfaat pada situasi ketika arteri pada ekstremitas atas tidak tersedia seperti trauma atau yang lainnya
Adanya sirkulasi kolateral meminimalkan resiko terjadi insuffisiensi vaskular
Tidak nyaman untuk pasien Ukuran pembuluh darah
yang relatif lebih kecil sehingga mudah terjadi oklusi trombus
MAP kurang akurat pada pasien dengan defisit flow regional
E. Interpretasi gelombang tekanan darah arteri
Gelombang tekanan arteri dihasilkan dari mulainya usaha
untuk membuka katup aorta, kemudian diikuti dengan peningkatan
tekanan arteri sampai tekanan puncak (maksimum ejeksi ventrikel)
tercapai.
Tekanan di ventrikel turun secara cepat sehingga tekanan
aorta menjadi lebih tinggi dari tekanan ventrikel kiri. Perbedaan
tekanan tersebut mengakibatkan katup aorta tertutup, penutupan
katup aorta menghasilkan “dicrotic notch” pada gelombang tekanan
arteri
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.7
Dicrotic notch
sistolik diastolik
Sistolik pressure
MAP
Diastolik
pressure
115 mmHg
85
Gelombang tekanan arteri sistolik digambarkan naik turun,
hal ini menyatakan dimulainya usaha pembukaan katup aorta diikuti
ejeksi cepat darah dari ventrikel, kemudian gambaran menurun ke
bawah, karena adanya penurunan tekanan sehingga katup aorta
tertutup sehingga terbentuk “dicrotic notch”. Periode diastolik yaitu
saat jantung relaksasi digambarkan dengan penurunan untuk
kemudian dimulai periode awal sistolik.
F. Teknik pengukuran
1. Cuci tangan
2. Yakinkan kateter arteri tidak tertekuk
3. Atur posisi tidur yang nyaman untuk pasien
4. Lakukan kalibrasi
5. Membaca nilai yang tertera di layar monitor, pastikan morfologi
gelombang tidak underdamped atau overdamped
6. Mengkorelasi nilai yang tertera pada monitor dengan kondisi klinis
pasien
7. Dokumentasikan nilai tekanan dan laporkan bila ada trend
perubahan hemodinamik
G.Komplikasi
1. Hematoma
2. Perdarahan
3. Gangguan neurovaskuler
4. Iskemik atau nekrosis pada bagian distal dari pemasangan kateter
5. Emboli
6. Insuffisiensi vaskuler
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.8
7. Infeksi
H. Troubleshooting monitoring tekanan arteri
Tidak selamanya gelombang yang tertangkap di monitor
adalah gelombang yang sempurna. Kelainan bentuk gelombang
tekanan darah arteri dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain letak
insersi kateter arteri, cairan dan sistem flushing bag. Beberapa
bentuk gelombang yang sering dijumpai adalah :
Trouble shooting pada gelombang overdamped
Langkah-langkah Rasional1) Cuci tangan2) Identifikasi gelombang
overdamped
Mengurangi tranmisi dari mikroorganisme
Identifikasi masalah yang terjadi3) Periksa kondisi klinis
pasien Adanya episode hipotensi yang
mendadak dapat terlihat seperti gelombang overdamped
4) Periksa tekanan inflasi pada pressure bag sekitar 300 mmHg
Hipoinflasi atau hiperinflasi pada pressure bag dapat mengubah bentuk gelombang
5) Melakukan tes respon dinamik jika gelombang arteri terlihat overdamped
Overdamping harus secepatnya dikaji untuk memastikan keakuratan gelombang dan mencegah clotting pada catheter
6) Apabila gelombang arteri masih terlihat overdamped, ikuti langkah-langkah berikut ini:
Pada penempatan di arteri radialis, adanya pergerakan pergelangan tangandapat membuat katheter kinking
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.9
Gambar :
A. Gambaran system arteri line damping
B. Overdamp arteri line
C. Underdamp arterial
a) Periksa penempatan insersi arteri line untuk mengecek posisi katheter
b) Periksa adanya buble udara, bila terdapat adanya buble udara segera dikeluarkan
c) Periksa sistem tubing untuk mencegah adanya kebocoran atau diskoneksi dari sambungan
d) Coba diaspirasi dan flush sambungan katheter, hati-hati adanya mikro buble
sehingga dapat terjadi gelombang overdamped
Buble udara dapat membuat gelombang tekanan arteri menjadi overdamped, selain itu juga menyebabkan emboli
Untuk memastikan semua sambungan selang rapat, tidak ada kebocoran
Dengan diaspirasi membantu mengeluarkan buble udara pada tubing atau adanya klotting pada katheter
Trouble shooting pada gelombang underdamped
Langkah-langkah Rasional1. Identifikasi gelombang
underdamped Identifikasi masalah yang
terjadi2. Cuci tangan Mengurangi transmisi mikro
organisme, sebagai standar precaution
3. Periksa adanya buble udara, bila terdapat adanya buble udara segera dikeluarkan
Buble udara dapat menyebabkan gelombang underdamped, selain itu dapat menyebabkan emboli
4. Periksa panjang dari sistem tubing dan tekanan pressure bag
Pastikan panjang tubing minimize untuk mencegah terjadi underdamped
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.10
MONITORING TEKANAN VENA SENTRAL
A. Definisi
Tekanan vena sentral merupakan tekanan pada vena besar
thorak yang menggambarkan aliran darah ke jantung (Oblouk,
Gloria Darovic, 2002).
Tekanan vena sentral merefleksikan tekanan darah di atrium
kanan atau vena kava (Carolyn, M. Hudak, et.al, 1998). Pada
umumnya jika venous return turun, CVP turun, dan jika venous
return naik, CVP meningkat.
B. Indikasi pemantauan tekanan vena sentral
1. Mengetahui fungsi jantung
Pengukuran CVP secara langsung mengukur tekanan atrium
kanan (RA) dan tekanan end diastolic ventrikel kanan. Pada
pasien dengan susunan jantung dan paru normal, CVP juga
berhubungan dengan tekanan end diastolic ventrikel kiri.
2. Mengetahui fungsi ventrikel kanan
CVP biasanya berhubungan dengan tekanan (pengisisan)
diastolik akhir ventrikel kanan. Setelah ventrikel kanan terisi,
maka katup tricuspid terbuka yang memungkinkan komunikasi
terbuka antara serambi dengan bilik jantung. Apabila tekanan
akhir diastolik sama dengan yang terjadi pada gambaran
tekanan ventrikel kanan, CVP dapat menggambarkan
hubungan antara volume intravascular, tonus vena, dan fungsi
ventrikel kiri.
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.11
3. Menentukan fungsi ventrikel kiri
Pada orang-orang yang tidak menderita gangguan jantung,
CVP berhubungan dengan tekanan diastolik akhir ventrikel kiri
dan merupakan sarana untuk mengevaluasi fungsi ventrikel
kiri.
4. Menentukan dan mengukur status volume intravascular.
Pengukuran CVP dapat digunakan untuk memeriksa dan
mengatur status volume intravaskuler karena tekanan pada
vena besar thorak ini berhubungan dengan volume venous
return.
5. Memberikan cairan, obat obatan, nutrisi parenteral
Pemberian cairan hipertonik seperti KCL lebih dari 40 mEq/L
melalui vena perifer dapat menyebabkan iritasi vena, nyeri,
dan phlebitis. Hal ini disebabkan kecepatan aliran vena perifer
relatif lambat dan sebagai akibatnya penundaan pengenceran
cairan IV. Akan tetapi, aliran darah pada vena besar cepat
dan mengencerkan segera cairan IV masuk ke sirkulasi.
Kateter CVP dapat digunakan untuk memberikan obat
vasoaktif maupun cairan elektrolit berkonsentrasi tinggi.
6. Kateter CVP dapat digunakan sebagai rute emergensi insersi
pacemaker sementara.
Kontraindikasi pemasangan kateter vena sentral
Adapun kontraindikasi termasuk adanya :
1. infeksi pada tempat insersi,
2. renal cell tumor yang menyebar ke atrium kanan, atau
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.12
3. large tricuspid valve vegetatious (sangat jarang).
C. Persiapan alat untuk pemasangan kateter vena sentral
1. Sistem flushing : cairan NaCl 0,9% 500 ml yang sudah diberi
heparin 500 UI (perbandingan cairan dengan heparin 1:1),
masukkan dalam pressure bag dan beri tekanan 300 mmHg.
2. Monitoring kit
3. Manometer line
4. Tranduser
5. Monitor
6. 3 way
7. Instrumen CVP set (pinset anatomi dan cirurghis, naufooder,
duk lubang, gunting)
8. Benang Mersilk 338
9. Bisturi
10. CVP set (1 – 5 lumen)
11. Sarung tangan steril
12. Gaun steril
13. Kassa
14. Betadhin
15. Alcohol
16. Lidokain
17. Spuit 5 cc
18. Spuit 10 cc
19. Tutup kepala
20. Masker
D. Penempatan kateter vena sentral
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.13
Penempatann kateter vena sentral melalui vena jugularis interna,
vena subklavia, vena jugularis eksternal, dan vena femoralis.
Pada umumnya pemantauan dilakukan melalui vena subklavia.
E. INTERPRETASI GELOMBANG CVP
Gelombang atrial biasanya beramplitudo rendah sesuai dengan
tekanan rendah yang dihasilkan atrium. Rata rata RAP berkisar
0 sampai 10 mmHg, dan LAP kira kira 3 sampai 15mmHg.
Tekanan jantung kiri biasanya melampaui tekanan jantung kanan
karena terdapat perbedaan resistensi antara sirkulasi sistemik
dengan sirkulasi paru. Pengukuran secara langsung tekanan
atrium kiri biasanya hanya dilakukan di icu setelah operasi
jantung.
Gelombang CVP Normal
Gelombang CVP normal yang tertangkap pada monitor
merupakan refleksi dari setiap peristiwa kontraksi jantung. Kateter
CVP menunjukkan variasi tekanan yang terjadi selama siklus
jantung dan ditransmisi sebagai bentuk gelombang yang
karakteristik. Pada grlombang CVP terdapat tiga gelombang
positif (a, c, dan v) yang berkaitan dengan tiga peristiwa dalam
siklus mekanis yang meningkatkan tekanan atrium dan dua
gelombang (x dan y) yang dihubungkan dengan berbagai fase
yang berbeda dari siklus jantung dan sesuai dengan gambaran
EKG normal.
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.14
1) Gelombang a : diakibatkan oleh peningkatan tekanan atrium
pada saat kontraksi atrium kanan. Dikorelasikan dengan
gelombang P pada EKG
2) Gelombang c : timbul akibat penonjolan katup atrioventrikuler
ke dalam atrium pada awal kontraksi ventrikel iso volumetrik.
Dikorelasikan dengan akhir gelombang QRS segmen pada
EKG
3) Gelombang x descent : gelombang ini mungkin disebabkan
gerakan ke bawah ventrikel selama kontraksi sistolik. Terjadi
sebelum timbulnya gelombang T pada EKG
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.15
4) Gelombang v : gelombang v timbul akibat pengisisan atrium
selama injeksi ventrikel (ingat bahwa selama fase ini katup AV
normal tetap tertutup) digambarkan pada akhir gelombang T
pada EKG
5) Gelombang y descendent : diakibatkan oleh terbukanya
tricuspid valve saat diastol disertai aliran darah masuk ke
ventrikel kanan. Terjadi sebelum gelombang P pada EKG.
Gelombang Status Cardiac
Gelombang a tidak ada Atrial fibrillation, sinus tachycardia
Gelombang flutter Atrial flutter
Gelombang a prominen AV Block derajat I
Gelombang a yang besarStnosis tricuspid, miksoma atrium kanan, hipertensi pulmonal, stenosis pulmonal
Cannon a waves Diassosiasi atrioventrikuler, VT
Gelombang x descent tidak ada Regurgitasi trikuspid
Gelombang x descent prominenKondisi karena gelombang a yang besar
gelombang cv yang besarRegurgitasi tricuspid, perikarditis konstriktif
Gelombang y descent yang pelan
Stenosis tricuspid, myxoma atrium kanan
Gelombang y descent yang cepat
Perikarditis konstriktif, gagal jantung kanan severe
Gelombang y tidak ada tamponade
F. Teknik pengukuran tekanan vena sentral
1. Cuci tangan
This document is copyrighted to ICU Surgikal Dewasa, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Not allowed for Commercial Distribution, just for Scientific Interest.16