MODUL 1 ANTROPOMETR I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan kerja, berbagai faktor dapat mempengaruhi jalannya suatu pekerjaan. Faktor-faktor ini perlu diperhatikan bukan hanya karena bersifat wajar dan manusiawi tetapi karena apabila tidak diperhatikan dapat menimbulkan berbagai kerugian, sebaliknya apabila diperhatikan dan diatur dengan baik, maka dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi suatu pekerjaan adalah komponen penyusun dari sistem kerja tersebut. Untuk itu dalam perancangan sistem kerja yang melibatkan manusia harus diperhatikan kelebihan dan kekurangan dari manusia itu sendiri baik dari segi fisik maupun psikologisnya. Kelebihan dan kekurangan manusia dari segi fisik harus dapat disesuaikan dengan komponen dari sistem kerja yang berupa fasilitas kerja dan tempat kerjanya. Penyesuaian komponen tersebut akan sangat membantu kerja manusia tersebut, sehingga sistem akan berjalan optimal. Untuk itulah diperlukan suatu pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang dilakukan terhadap dimensi-dimensi tubuh manusia. Hasil dari pengukuran ini kemudian dapat diaplikasikan pada sistem kerja yang melibatkan manusia saat melakukan interaksi dengan komponen sistem kerja tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam melakukan perancangan suatu fasilitas dan tempat kerja dalam suatu sistem diperlukan pengetahuan tentang ergonomi dan antropometri untuk dapat menghasilkan suatu rancangan yang tepat dan optimal dengan memanfaatkan data-data pengukuran dimensi tubuh manusia yang akan berinteraksi dengan fasilitas dan tempat kerja tersebut. Diharapkan nantinya dengan adanya pengetahuan tentang antropometri fasilitas LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MODUL 1A
NTROPOMETRI
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam lingkungan kerja, berbagai faktor dapat mempengaruhi jalannya suatu
pekerjaan. Faktor-faktor ini perlu diperhatikan bukan hanya karena bersifat wajar
dan manusiawi tetapi karena apabila tidak diperhatikan dapat menimbulkan
berbagai kerugian, sebaliknya apabila diperhatikan dan diatur dengan baik, maka
dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi suatu pekerjaan adalah komponen penyusun dari sistem kerja
tersebut. Untuk itu dalam perancangan sistem kerja yang melibatkan manusia
harus diperhatikan kelebihan dan kekurangan dari manusia itu sendiri baik dari
segi fisik maupun psikologisnya. Kelebihan dan kekurangan manusia dari segi
fisik harus dapat disesuaikan dengan komponen dari sistem kerja yang berupa
fasilitas kerja dan tempat kerjanya. Penyesuaian komponen tersebut akan sangat
membantu kerja manusia tersebut, sehingga sistem akan berjalan optimal. Untuk
itulah diperlukan suatu pengukuran antropometri.
Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang dilakukan terhadap
dimensi-dimensi tubuh manusia. Hasil dari pengukuran ini kemudian dapat
diaplikasikan pada sistem kerja yang melibatkan manusia saat melakukan
interaksi dengan komponen sistem kerja tersebut baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dalam melakukan perancangan suatu fasilitas dan tempat kerja
dalam suatu sistem diperlukan pengetahuan tentang ergonomi dan antropometri
untuk dapat menghasilkan suatu rancangan yang tepat dan optimal dengan
memanfaatkan data-data pengukuran dimensi tubuh manusia yang akan
berinteraksi dengan fasilitas dan tempat kerja tersebut. Diharapkan nantinya
dengan adanya pengetahuan tentang antropometri fasilitas dan tempat kerja
dapat membuat keadaan kerja lebih produktif dan nyaman.
1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan praktikum ini secara umum adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan prinsip-prinsip ergonomi dalam merancang fasilitas dan tempat
kerja yang optimum untuk kelancaran sistem kerja.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1
MODUL 1A
NTROPOMETRI
2. Memahami keterbatasan dan kelebihan manusia dari sisi antropometri serta
mampu menggunakannya untuk mengoptimalkan sistem kerja.
3. Mampu menganalisis, menilai, dan memperbaiki serta merancang suatu
fasilitas dan tempat nyasar.
4. Memahami alat-alat yang digunakan dalam pengukuran antropometri.
5. Mengaplikasikan ilmu ergonomi pada dunia kerja nantinya.
6. Mengetahui pentingnya perancangan fasilitas dan tempat kerja yang
ergonomis untuk meghindari kecelakaan dan rasa sakit pada saat bekerja.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan praktikum ini secara khusus adalah sebagai berikut :
1. Mampu mengukur dimensi-dimensi tubuh manusia sesuai antropometri.
2. Menganalisis dan merancang suatu komponen sistem kerja (fasilitas dan
tempat kerja) yang sesuai dengan dimensi ukuran tubuh manusia dari hasil
simulasi kerja.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2
MODUL 1A
NTROPOMETRI
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian Ergonomi
Pengertian Ergonomi dalam buku Sritomo Wignjosoebroto adalah Ergonomi
(ergonomics) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja
dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan
sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari
kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk
buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-
batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat
berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat
keras/hard-ware ( mesin, peralatan kerja dll ) dan perangkat lunak/soft-ware
(metode kerja, sistem dan prosedur, dll ). Dengan demikian terlihat jelas bahwa
ergonomi adalah suatu keilmuan yang multi disiplin, karena disini akan
mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan ( kedokteran,
biologi ), ilmu kejiwaan (psychology ) dan kemasyarakatan ( sosiologi ).
Dalam perkembangan selanjutnya, ergonomi dikelompokkan atas empat
bidang penyelidikan, menurut Iftikar Sutalaksana dalam bukunya yaitu :
1. Penyelidikan tentang tampilan ( display ).
Tampilan (display) adalah suatu perangkat antara (interface) yang
menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan, dan
mengkomunikasikannya pada manusia dalam bentuk tanda-tanda, angka,
lambang dan sebagainya.
2. Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia
Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja,
dan kemudian dipelajari cara mengukur aktivitas-aktivitas tersebut
3. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja.
Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan tempat kerja
yang sesuai dengan ukuran (dimensi) tubuh manusia, agar diperoleh tempat
kerja yang baik, yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia.
4. Penyelidikan tentang lingkungan kerja.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
3
MODUL 1A
NTROPOMETRI
Penyelidikan ini meliputi kondisi lingkungan fisik tempat kerja dan
fasilitas kerja seperti pengaturan cahaya, kebisingan suara, temperatur,
getaran dll. Yang dianggap dapat mempengaruhi tingkah laku manusia.
Berkenaan dengan bidang-bidang penyelidikan yang tersebut diatas, maka
terlihat sejumlah disiplin dalam ergonomi, yaitu :
1. Anatomi dan fisiologi, yang mempelajari struktur dan fungsi tubuh manusia.
2. Antropometri, yaitu ilmu mengenai ukuran/dimensi tubuh manusia.
3. Fisiologi psikologi, yang mempelajari sistem saraf dan otak manusia.
4. Psikologi eksperimen, yang mempelajari tingkah laku manusia.
Maksud dan tujuan dari disiplin ilmu ergonomi adalah untuk mendapatkan
rancangan sistem manusia dan teknologi yang optimal. Permasalahan sistem ini
tentu saja diselesaikan dengan proses pendekatan sistem pula. Disiplin akan
mencoba membawa ke arah proses perancangan mesin yang tidak saja memiliki
kemampuan yang canggih, melainkan juga memperhatikan aspek kemampuan
dan keterbatasan manusia. Dengan demikian sistem tersebut bisa berjalan
dengan efektif dan efisien.
Disiplin ergonomi ini sangat banyak sekali diaplikasikan dalam perancangan
produk. Sebagai contoh, pernahkah Anda menyadari makna di balik susunan
huruf yang ada pada keyboard komputer? Mengapa huruf “a, s, d, f” terletak di
sebelah kiri secara berurutan, sedangkan tombol spasi terletak di bagian bawah?
Mengapa tombol anak panah ada di sebelah kanan bawah, tidak ditaruh di
tengah saja? Itu semua adalah hasil aplikasi dari ilmu ergonomi. Susunan huruf
dibuat sedemikian rupa sehingga tombol huruf yang sering digunakan untuk
menulis akan berada dalam jangkauan yang lebih dekat dari tangan kita. Tombol
spasi diletakkan di bagian bawah dan ukurannya lebih luas dibanding yang lain,
karena tombol ini hampir selalu kita tekan setiap, tatkala selesai menulis sebuah
kata. Begitu juga dengan letak tombol panah yang mudah dijangkau tangan
kanan, karena tangan kanan kita lebih sensitif sehingga memudahkan untuk
mengarahkan pointer.
2.2Sejarah Ergonomi
Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah
lama dilakukan oleh manusia, antara lain terlihat pada perubahan rancangan
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
4
MODUL 1A
NTROPOMETRI
peralatan-peralatan yang digunakan, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk
menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari
batu tersebut. Perubahan pada alat sederhana ini menunjukkan bahwa manusia
sejak awal kebudayaan berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk
memudahkan pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang
bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih
memudahkan dan menggerakkan pemakaiannya.
Pengembangan yang lebih mendalam dilakukan setelah perang dunia kedua,
tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris oleh sekelompok ilmuwan yang terdiri
dari: ahli anatomi, ahli psikologi, dan insinyur. Hal itu dianggap sebagai hari
lahirnya ergonomi.
Pada hari itu diadakan pertemuan di British Admiralty yang membentuk
suatu Human Resources Group untuk orang-orang yang berminat terhadap
masalah manusia dalam berkerja. Baru pada tanggal 16 Februari 1950
terminologi ergonomi diadopsi dan ergonomi menjadi suatu disiplin ilmu.
Pada abad ke-20 orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikan tersebut
dan secara khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini terus berkembang
terus menerus. Istilah untuk ilmu baru ini berbeda di beberapa Negara, seperti:
“Arbeltswissenschaft” di Jerman, “Bioteknologi” dinegara-negara Skandinavia,
“Human Engineering” atau “Human Factor Engineering” di negara-negara
Amerika bagian Utara. Perbedaan nama-nama diatas hendaknya tidak dijadikan
masalah, karena secara praktis istilah-istilah tadi mempunyai maksud yang
sama.
2.3 Interaksi Man-Mesin
Sistem manusia mesin merupakan kombinasi antara satu atau beberapa
manusia dengan satu atau beberapa “mesin” dimana salah satu dengan yang
lainnya akan saling berinteraksi untuk mengahasilkan keluaran keluaran
berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh (Sritomo,2008:35). Yang
dimaksud dengan “mesin” dalam hal ini mencakup semua objek fisik seperti
peralatan, perlengkapan, fasilitas, dan benda-benda yang biasa digunakan
manusia dalam melaksanakan pekerjaannya.
Terdapat tiga macam hubungan dalam kaitannya dengan sistem manusia
mesin yang meliputi: manual man machine system, semi automatic machine
system, automatic man machine system.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
5
MODUL 1A
NTROPOMETRI
1. Manual Man-Machine System
Dalam site mini input akan langsung ditransformasikan oleh mausia
menjadi output. Di sini manusia masih memegang kendali secara penuh
didalam melaksanakan aktivitasnya. Peralatan kerja yang ada hanyalah
sekedar menambah kemampuan kapabilitas dalam menyelesaikan pekerjaan
yang semakin kapabilitas dalam menyelesaiakan pekerjaaan yang
dibebankan kepadanya. Sistem dimana manusia secara penuh berfungsi
sumber tenaga dan pengendalian langsung dikenal sebagai manual system.
Gambar 2.1 Bagan Input-output dari Sistem Manusia Mesin Hubungan Manual Sumber: Wignjosoebroto, 2008
2. Semi – Automatic Man-Machine System
Tidak seperti halnya pada manual system maka dalam semi automatic
man-machine system akan ada mekanisme khusus yang akan mengolah
input atau informasi dari luar sebelum masuk ke dalam sistem kerja manusia
dan demikian pula reaksi yang berasal dari sistem manusia ini akan diolah
atau dikontrol terlebih dahulu melewati suatu mekanisme tertentu sebelum
suatu output berhasil diproses.
Gambar 2.2 Bagan Input-output dari Sistem Manusia Mesin Hubungan Semi Otomatis/Mekanis
Sumber: Wignjosoebroto, 2008
3. Automatic Man-Machine System
Di dalam sistem ini manusia akan melaksanakan fungsi dua sekaligus
yaitu menerima rangsangan dari luar dan pengendali aktifitas seperti
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
6
MODUL 1A
NTROPOMETRI
umumnya yang dijumpai pada prosedur kerja yang normal. Fungsi operator
di sini hanyalah memonitor dan menjaga agar supaya mesin tetap bekerja
deangan baik serta memasukkan data atau mengganti dengan program-
program baru apabila diperlukan.
Gambar 2.3 Bagan Input-output dari Sistem Manusia Mesin Hubungan Otomatis Sumber: Wignjosoebroto, 2008
Dibandingkan dengan mesin, manusia sebagai komponen yang ada di dalam
proses produksi akan memiliki beberapa keterbatasan antara lain sebagai
berikut:
1. Tidak bisa menghasilkan tenaga fisik ataupun tekanan dalam jumlah besar,
sebagai contoh tenaga yang besar guna memotong logam.
2. Tidak bisa menggunakan kekuatan ototnya dengan intensitas yang tetap
dan/atau tingkat akurasi yang tinggi.
3. Tidak bisa menampilkan kecepatankerja yang tinggi dan gerakan-gerakan
yang berulang tanpa kenal lelah, bosan maupun menimbulkan kesalahan.
4. Tidak bisa melakukan analisis dan kalkulasi perhitungan masalah-masalah
yang terlalu kompleks secara cepat dan tepat.
5. Tidak bisa mengenrjakan berbagai macam pekerjaan yang berbeda-beda
secara serentak dalam waktu yang relatif bersamaan.
6. Tidak bisa menyimpan dan memanggil/mengingat kembali sejumlah data
dalam jumlah besar secara secara tepat dan akurat.
7. Tidak bisa memberikan tanggapan secara cepat terhadap sinyal kendali yang
berubah-ubah dalam frekuensi yang seringkali.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
7
MODUL 1A
NTROPOMETRI
8. Tidak bisa memberikan performance dan fungsi kerja secara memeuaskan
bilamana kondisi lingkungan fisik kerja seperti panas, dingin, bising,
kelembaban, dan sebagainya berada di atas ambang batas kesanggupannya.
Selanjutnya dibandingkan dengan manusia, mesin – istilah ini juga dipakai
untuk menyebut fasilitas kerja lainnya yang “non-human” – secara umum juga
akan memliki keterbatasan-keterbatasan antara lain seperti berikut.
1. Tidak bisa memberi tanggapan terhadap “perintah-perintah” yang di luar
batas kemampuan yang telah dirancang sebelumnya.
2. Tidak bisa memberi tanggapan terhadap kejadian-kejadian yang tidak
diramalkan sebelumnya.
3. Tidak bisa “berpikir” induktif, yaitu menarik kesimpulan umum dari hal-hal
yang bersifat khusus.
4. Tidak bisa bertindak fleksibel, seperti menggunakan alternate-alternatif baru
yang tidak dirancang/diprogramkan sebelumnya.
5. Tidak bisa berfungsi secara layak di luar batas beban atas kapasitas
normalnya.
Dari perbandingan di atas, dapat dilihat bahwa manusia dan mesin (non-
human) memiliki keterbatasan-keterbatasan dan kelebihan yang bila keduanya
digabungkan akan dapat menghasilkan sebuah stasiun kerja baru yang lebih
baik. Oleh karena itu, perancangan mengenai stasiun kerja dengan
penggabungan sub-sistem manusia dan sub-sistem mesin haruslah sesuai untuk
keduanya. Seperti peletakkan panel-panel kontrol yang sesuai dengan tinggi
siku, display instrumen sesuai dengan tinggi pandangan mata, dan sebagainya.
Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.4 Interaksi Kerja dalam Sistem Manusia-MesinSumber: Wignjosoebroto, 2008
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
8
MODUL 1A
NTROPOMETRI
Dengan memperhatikan kelebihan ataupun keterbatasan manusia
dibandingkan mesin , tabel dibawah ini akan memberikan semacam kesimpulan
umum tentang perbandingan manusia-mesin untuk beberapa masalah tertentu.
Tabel 2.1 Perbandingan Antara Manusia-Mesin Ditinjau dari Beberapa AspekMasalah Manusia Mesin
Kecepatan Lambat Cepat
Tenaga (Power)Kecil , terbatas dan berubah-ubah
Dapat diatur dengan baik , bisa besar dan tetap
KeseragamanTidak dapat diandalkan , perlu dimonitor dengan mesin
Seragam/standart cocok untuk pekerjaan rutin dan massal
Ingatan (Memory)
Bisa mengingat segala macam,dengan pendekatan dari berbagai sudut , baik untuk menentukan dasar-dasar pikiran maupun strategi
Baik untuk menyimpan dan memproduksi sesuatu yang sudah ditentukan baik untuk jangka oendek maupun panjang (komputer)
Berpikir Induktif Baik Deduktif baik
KalkulasiLambat dan sangat mungkin melakukan kesalahan tetapi memiliki kemampuan koreksi
Cepat dan tepat , tetapi tidak memiliki kemampuan koreksi
Reaksi terhadap yang berlebihan
Degradasi , kemampuan akan turun secara bertahap
Kerusakan terjadi tiba-tiba
KepintaranDapat menyesuaikan sesuatu yang terduga/dapat diduga dapat meramal , menganalisa
Tidak ada , hanya bisa memutuskan ya/tidak sesuai dengan program.
Sumber: Wignjosoebroto , Sritomo . (2003 : 41)
Dari perbedaan antara manusia dan mesin tersebut di atas, maka diharapkan
akan dapat dirancang suatu sistem manusia-mesin dimana interaksi hubungan
antara manusia dan mesin tersebut akan saling melengkapi satu dengan lainnya.
Disini kita melihat bahwa kelebihan utama manusia dibandingkan dengan
mesin adalah sifatnya yang mudah untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Manusia bisa merubah peranannya dengan cepat dan teratur,
sehingga memungkinkannya untuk bisa bekerja dalam kondisi apapun. Tetapi
sifat yang mudah berubah-ubah dari manusia ini juga membuktikan sifat
ketidakstabilan manusia, yaitu cara atau apa yang dihasilkan sekarang belum
tentu sama denan yang dihasilkan yang akan datang. Hal lain berbeda dengan
sifat mesin yang relatif lebih stabil dibandingkan dengan manusia. Dengan kata
lain, sistem manusia-mesin pada hakekatnya akan lebih banyak dipengaruhi oleh
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
9
MODUL 1A
NTROPOMETRI
kemampuan dan keterbatasan manusia. Dengan mempelajari komponen
manusia sebagai salah satu komponen dalam sistem manusia – mesin,
diharapkan dapat memperoleh hasil yg optimal.
2.4Pengertian Antropometri
Istilah antropometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthro yang berarti
manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definitif, antropometri dapat
dinyatakan sebagai studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh
manusia. Menurut Nurmianto (2004), antropometri merupakan kumpulan data
numerik yang berhubungan dengan karateristik tubuh manusia, ukuran, bentuk,
dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah
desain. Data antropometri ini dapat diterapkan jika tersedia nilai mean (rata-rata)
dan SD (standar deviasi) dari suatu distribusi normal.
Menurut Sanders & Mc Cormick ; Pheasant (1988) ; dan Pulat (1992),
antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karateristik fisik tubuh
lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang.
Secara luas, antropometri akan digunakan sebagai pertimbangan-
pertimbangan ergonomis dalam merancang interaksi manusia dalam sebuah
sistem. Data antropometri ini akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi
yang tepat berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan
mengoperasikannya atau menggunakan produk tersebut (Wignjosoebroto,2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan dimensi tubuh manusia
(Sritomo, 2000) adalah sebagai berikut :
1. Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan antara dimensi tubuh pria dan tubuh wanita. Pada
umumnya, tubuh pria lebih besar dibanding tubuh wanita. Oleh karena
perbedaan tersebut, maka data antropometri untuk kedua jenis kelamin
tersebut dibedakan.
2. Suku Bangsa
Suku bangsa yang berbeda akan memiliki karateristik tubuh yang
berbeda juga antara satu dengan lainnya.
Berikut ini gambar yang menunjukkan perbedaan dimensi tinggi dari
berbagai suku bangsa (5th dan95th) :
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
10
MODUL 1A
NTROPOMETRI
Gambar 2.5 Perbedaan Tinggi Tubuh Manusia dalam Posisi Berdiri Tegak untuk Berbagai Suku Bangsa
Sumber: Wignjosoebroto, 2008
Keterangan :
1. Amerika 6. Italia (militer)
2. Inggris 7. Perancis (militer)
3. Swedia 8. Jepang (militer)
4. Jepang 9. Turki (militer)
5. Amerika (pilot)
3. Usia
Usia digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu balita, anak-anak,
remaja, dewasa, dan lanjut usia. Hal tersebut mempengaruhi desain ketika
diaplikasikan untuk kelompok usia tertentu. Hal ini dikarenakan manusia
memiliki fase bertumbuh dari waktu ke waktu. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Amerika Serikat, disimpulkan bahwa pria akan tumbuh dan
berkembang sampai dengan usia 21 tahun, sedangkan wanita 17 tahun.
Bahkan ada sekitar 10% yang masih terus bertambah tinggi hingga usia 23
tahun untuk pria, dan 21 tahun untuk wanita. Setelah itu, tidak akan ada lagi
pertumbuhan, bahkan justru akan cenderung terjadi penyusutan atau
penurunan yang dimulai sekitar umur 40 tahun-an.
4. Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam
seleksi karyawannya. Misalnya pekerjaan buruh mengharuskan orang-orang
yang berpostur lebih besar dibanding pekerja kantoran. Sedangkan menurut
Wignjosoebroto (2003) dimensi tubuh manusia juga dipengaruhi oleh tingkat
sosio ekonomi. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi
tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan
dengan negara-negara berkembang. LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA11
MODUL 1A
NTROPOMETRI
5. Pakaian
Pakaian merupakan sumber variabilitas yang dipengaruhi oleh keadaan
daerah. Misalnya saat musim dingin, manusia akan memakai baju yang lebih
tebal.
6. Faktor Kehamilan pada Wanita
Wanita hamil jelas memiliki perbedaan dimensi tubuh dengan wanita
yang tidak hamil. Terutama yang berkaitan dengan analisis perancangan
produk dan analisis perancangan kerja.
7. Cacat Tubuh
Dengan perkembangan zaman, maka ada satu rancangan fasilitas untuk
para penderita cacat tubuh secara fisik, misalnya kursi roda dan tangan
palsu.
8. Posisi Tubuh
Sikap atau postur tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Oleh
sebab itu, posisi tubuh standar harus diterapkan dalam survei pengukuran.
Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:
a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions)
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan
tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya
representative. Disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana
tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap
tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara
lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun
duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat berdiri atau
duduk, panjang lengan, dan sebagainya. Antropometri struktural ini
diantaranya: tinggi selangkang, tinggi siku, tinggi mata, rentang bahu,
tinggi pertengahan pundak pada posisi duduk, jarak pantat-ibu jari kaki,
dan tinggi mata pada posisi duduk.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
12
MODUL 1A
NTROPOMETRI
Gambar 2.6 Pengukuran Struktur Dimensi Tubuh dalam Posisi Berdiri dan Duduk Tegap
Sumber : Wignjosoebroto , Sritomo (2003 :63)
b. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions)
Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan
yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.
Hasil yang diperoleh merupakan ukuran tubuh yang nantinya akan
berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Antropometri dalam
posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak
diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja.
Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai
posisi tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih
sulit diukur. Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:
1) Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti
keadaan mekanis dari suatu aktivitas.
Contoh: dalam mempelajari performa atlet.
2) Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja.
Contoh: Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja
yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.
3) Pengukuran variabilitas kerja.
Contoh: Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari
seorang juru ketik atau operator komputer.
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
13
MODUL 1A
NTROPOMETRI
Gambar 2.7 Pengukuran Dimensi Fungsional Tubuh dalam Posisi Berbagai Posisi Gerakan Kerja
Sumber : Wignjosoebroto , Sritomo (2003 :64)
2.5Data Antropometri dan Pengukuran
Data antropometri adalah data mengenai ukuran dimensi tubuh manusia.
Untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat diaplikasikan dalam
berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan pengambilan
ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran dimensi
antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada gambar
berikut :
Gambar 2.8 Antropometri Tubuh Manusia yang Diukur DimensinyaSumber : Nurmianto, 2008
Keterangan gambar :
1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak
2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak
3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak
4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak
5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan)
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
14
MODUL 1A
NTROPOMETRI
6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk
7. Tinggi mata dalam posisi duduk
8. Tinggi bahu dalam posisi duduk
9. Tinggi siku dalam posisi duduk
10. Tebal atau lebar paha
11. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut
12. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari ujung lutut
13. Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk
14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha
15. Lebar dari bahu
16. Lebar pinggul/pantat
17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung
18. Lebar perut
19. Panjang siku yang diukur dari siku sampai ujung jari dalam posisi siku tegak
lurus
20. Lebar kepala
21. Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari dalam
posisi tegak
22. Lebar telapak tangan
23. Lebar tangan dalam posisi terbentang
24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak
25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak
26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan
Tabel 2.2 Antropometri masyarakat Indonesia yang didapat dari interpolasi masyarakat British dan Hongkong terhadap masyarakat Indonesia
Dimensi Pria Wanita5% X 95% SD 5% X 95% SD
1 Tinggi tubuh posisi berdiri tegak 1532
1632
1732
61 1464
1563
1662
60
2 Tinggi Mata 1425
1520
1615
58 1350
1446
1542
58
3 Tinggi Bahu 1347
1338
1429
55 1184
1272
1361
54
4 Tinggu Siku 932 1003
1074
43 886 957 1028
43
5 Tinggi Genggaman Tangan (kuckle) pada posisi duduk
665 718 782 39 646 708 771 38
6 Tinggi Badan pada posisi Duduk 809 864 919 33 775 834 893 367 Tinggi Mata pada posisi Duduk 694 749 804 33 666 721 776 33
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMIPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
15
MODUL 1A
NTROPOMETRI
8 Tinggi Bahu pada posisi Duduk 523 572 621 30 501 550 599 309 Tinggi Siku pada posisi Duduk 181 231 282 31 175 229 283 3310
Tebal Paha 117 140 163 14 115 140 165 15
11
Jarak dari pantat ke lutut 500 545 590 27 488 537 586 30