Top Banner
ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, ANAK PRA SEKOLAH MODUL SEMESTER 3 Konsep Dasar Neonatus dan Bayi dengan Penyulit dan Komplikasi serta Permasalahannya Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 Nurlailis Saadah Australia Indonesia Partnership for Health System Strengthening (AIPHSS) KEGIATAN BELAJAR IV Asuhan Neonatus dan Bayi dengan Diare dan Obstipasi
17

Modul 6 kb 4

Aug 10, 2015

Download

Health & Medicine

pjj_kemenkes
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Modul 6    kb 4

ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, ANAK PRA SEKOLAH

MODUL

SEMESTER 3

Konsep Dasar Neonatus dan Bayi dengan Penyulit dan Komplikasi serta Permasalahannya

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga KesehatanBadan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Jakarta 2015

Nurlailis Saadah

Australia Indonesia Partnership for Health System Strengthening(AIPHSS)

KEGIATAN BELAJAR IVAsuhan Neonatus dan Bayi dengan Diare dan Obstipasi

Page 2: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

2

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Pendahuluan

Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak disebabkan oleh kegawat daruratan dan penyulit pada masa neonatus, seperti bayi berat lahir rendah (BBLR), asfixia neonatorum, sindromgawat nafas, hiperbilirubinemia, sepsis neonatorum, trauma lahir, dan kelainan kongenital. World healt organization (WHO) dalam pernyataan tentang neonatorum dunia tahun 2001 melaporkan bahwa penyebab langsung kematian neonatus adalah infeksi (32%), asfixia (29%), komplikasi prematuritas (24%), Kelainan bawaan (10%), dan lain-lain (5%). Timbulnya penyulit pada masa neonatus ini sesungguhnya masih dapat di

cegah melalui berbagai upaya antara lain melalui perbaikan tingkat kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir(neonatus).

Modul ini dikemas dalam beberapa kegiatan belajar dalam waktu yang berbeda beda serta tergantung banyak sedikitnya materi yang dibahas. Adapun pembagian kegiatan belajarnya sebagai berikut :Kegiatan belajar 1 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Muntah dan GumohKegiatan Belajar 2 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Oral trush dan Diaper rush

Gambar: Bayi menangis

Kegiatan Belajar 3 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Seborrhea dan MiliariasisKegiatan Belajar 4 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Diare dan ObstipasiKegiatan Belajar 5 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan furunkel dan infeksiKegiatan Belajar 6 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Hemangioma dan Bayi Mati Mendadak

Page 3: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

3Setelah selesai mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan neonatus yang ada pada kegiatan belajar di atas.Pemahaman tentang materi ini bisa berjalan dengan baik jika mahasiswa selain menguasai teori minimal pernah melihat dan mengidentifikasi kasus-kasus tentang penyulit dan komplikasi pada neonatus.Proses pembelajaran ini akan berjalan baik dan lancar apabila saudara juga memahami tentang upaya terjadinya penyulit dan komplikasi pada bayi.

Baiklah bagi semua mahasiswa selamat belajar semoga sukses dalam memahami materi kuliah ini sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan.

Proses pembelajaran untuk materi Deteksi kegawatdaruratan maternal neonatal ini, dapat berjalan dengan lancar apabila Anda mengikuti langkah langkah belajar sebagai berikut:a. Mempelajari dengan seksama, cermat,

dan teliti setiap kegiatan belajar, sehingga diperoleh pengetahuan, pemahaman yang mendalam dan menyeluruh.

b. Pada setiap kegiatan belajar disediakan beberapa tugas, Tugas-tugas tersebut sebaiknya dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Apabila ditemukan kesulitan dalam penyelesaian tugas, perlu dipelajari kembali materi kegiatan belajar yang terkait dengan tugas-tugas yang menyertainya.

c. Setelah belajar dan berlatih dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengerjakan tes formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah yakin mengenai kebenaran hasil tes, barulah masuk ke langkah pencocokan dengan

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Selamat belajar, semoga berhasil

Gambar: Bayi menyusui

kunci jawaban yang tertera dibagian akhir setiap kegiatan belajar.

d. Membaca umpan balik dan tindak lanjut. Jika hasil tes baik atau baik sekali, kegiatan tahap belajar berikutnya dapat ditempuh. Jika hasil tes cukup atau kurang, tes formatif harus diulang sekali lagi. Jika belum berhasil, maka kegiatan belajar perlu diulang kembali, baru melaksanakan tes formatif lagi.

e. Jika kegiatan belajar telah diulang, namun tes formatif masih cukup atau kurang, perlu dilakukan konsultasi khusus dengan dosen.

Diharapkan agar petunjuk-petunjuk diatas dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan sehingga Anda dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan harapan.

Baiklah Saudara peserta Pendidikan jarak Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal bertugas sebagai bidan di daerah dengan baik.

Page 4: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

4

KegiatanBelajar 4 Asuhan Neonatus dan Bayi dengan

Diare dan Obstipasi

Tujuan Pembelajaran Umum

Tujuan Pembelajaran Khusus

Pokok-Pokok Materi

Kemampuan akhir yang diharapkan setelah saudara menempuh kegiatan belajar ini adalah diharapkan saudara mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan diare dan Obstipasi

Setelah mempelajari kegiatan belajar 4 ini saudara akan mampu :1. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan diare2. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan obstipasi

Dalam kegiatan belajar 4 ini saudara akan mempelajari tentang:1. Konsep dasar asuhan neonatus dengan diare2. Konsep dasar asuhan neonatus dengan obstipasi

Page 5: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

5UraianMateri

Selamat siang………pada pertemuan kali ini saudara akan mempelajari tentang apa itu diare? Dan apa itu Obstipasi…………. Silahkan saudara cermati materi berikut……..

Diare

1. PengertianDiare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000).

2. Tanda dan Gejala(Perawatan Anak Sakit edisi 2, Ngastiyah. 2005)a. Anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat.b. Nafsu makan berkurangc. Tinja cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir.d. Warna tinja menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedue. Anus dan sekitarnya lecet.f. Muntah sebelum dan atau sesudah diare.g. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung.h. Tonus dan turgor kulit berkurang.i. Selaput lendir mulut dan bibir kering.

3. Penyebab(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000).1. Faktor infeksi

a. Infeksi Enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi bakteri, virus, dan parasit.

b. Infeksi parenteral: Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti Otitis media akut (OMA), tonsilitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis.

2. Faktor malabsorbsi, yang terdiri dari malabsorbsi karbohidrat, lemak dan protein.3. Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.4. Faktor psikologis, antara lain rasa takut dan cemas (biasanya dapat terjadi pada anak

yang lebih besar).5. Imunodefisiensi.

Gambar : Bayi menangis

Page 6: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

6

4. Komplikasi(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000)a. Dehidrasi.b. Renjatan hipovolemik.c. Hipokalemia (dengan gejala

meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram).

d. Hipoglikemia.e. Intoleransi sekunder akibat

kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase.

f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

5. Penatalaksanaan/Pengobatan (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000)a. Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi, misalnya

cairan oralit dan makanan cair seperti sup dan minuman yoghurt.b. Pemberian makanan untuk mencegah kurang gizi misalnya bubur, sayur, daging atau

ikan. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur tiap porsi. Berikan pula buah-buahan seperti pisang.

c. Pemberian obat-obatan antidiare meliputi antimotilitas (misal loperamid, difenoksilat, kodein, opium), adsorden (misal norit, kaolin, attapulgit).

6. Perawatannya (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000)a. Bila terjadi dehidrasi ringan, berikan minum sebanyak-banyaknya, kira-kira satu gelas

setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan harus mengandung elektrolit seperti oralit.b. Jika anak terus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu diberikan sonde.c. Bila pemberian cairan peroral tidak dapat dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer

Laktat. Bila terjadi dehidrasi berat, selama empat jam pertama tetesan dipercepat.d. Perhatikan tanda-tanda vital.e. Perhatikan frekuensi BAB anak apakah masih sering, encer atau sudah berubah

konsistensinya.f. Pasien diberi makanan setelah dehidrasi teratasi, makanan harus mengandung cukup

kalori, protein, mineral dan vitamin tetapi tidak menimbulkan diare kembali.g. Untuk mengurangi kelelahan pasien tersebut sebaiknya dirawat di atas eltor bed, yaitu

tempat tidur dari terpal yang dilubangi di tengahnya dan di bawahnya ditempatkan ember penampung kotoran yang telah diisi dengan desinfektan.

7. Kebutuhan Dasar Manusia yang Prioritas (Kebutuhan Fisiologis)Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urine, dan pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Begitu pula dengan jumlah nutrisi yang diberikan harus ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada status gizi penderita diare.

Gambar : Bayi menyusui

Page 7: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

7Kebutuhan energi normalnya (dalam kondisi sehat) : 1100 kalori/hariKebutuhan energi dalam kondisi sakit : >1100kalori/hariKaitkan dengan anatomi dan fisiologi : Bila masukan makanan dan cairan kurang serta suhu tubuh tinggi maka cairan dalam tubuh akan berkurang. Untuk itu diperlukan tambahan cairan dan elektrolit serta nutrisi. Cairan tubuh dan nutrisi yang kurang, menurunkan kerja organ tubuh karena distribusi terganggu.

Obstipasi

1. PengertianNecel (Desember 2007 ) obstipasi berasal dari bahasa latin. Ob berarti in the way = perjalanan. Stipare berarti to compress = menekanSecara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. Konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi karena adanya obstruksi intestinal.

Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 x sehari tergantung jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal. Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada feses yang menyangkut konsistensi feses dan frekuensi berhajat. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut peuh akibat adanya feses atau gas dalam perut.

Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih (Endang Khoirunnisa, 2010).

Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Akan tetapi harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi yang menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Hal

Gambar : Mengganti popok bayi

Page 8: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

8

ini masih dikatakan normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan menyebabkan defekasi menjadi lebih jarang dan fesesnya lebih keras (Endang Khoirunnisa, 2010).

Obstipasi atau sembelit adalah tidak buang air besar pada lima hari atau lebih. Obstipasi menetap terutama jika mulai timbul sebelum bayi mencapai usia 1 bulan, biasa menunjukkan gangguan yang serius. Misalnya penyakit Hirshspung (kelainan saraf yang disertai dengan usus yang berukuran besar) atau kelenjar tiroid yang kurang aktif. (Wati Nur M, 2010; 108-109).

2. Etiologia. Menurut Endang Khoirunnisa (2010), obstipasi pada anak dapat disebabkan oleh hal-hal

berikut :1. Kebiasaan makanan

Obstipasi dapat timbul bila feses terlalu kecil untuk membangkitkan keinginan untukbuang air besar. Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi dan mengkonsumsi makanan yang kurang selulosa.

2. Hypothyroidisme Obstipasi merupakan gejala dai dua keadaan, yaitu kreatinisme dan myodem yang

menyebabkan tidak cukupnya ekskresi hormon tiroid sehingga semua proses metabolisme berkurang.

3. Keadaan-keadaan mental Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi, terutama

depresi berat yang tidak memedulikan keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak usia 1-2 tahun. Jika pada anak usia 1-2 tahun pernah mengalami buang air besar yang keras dan terasa nyeri, maka mereka cenderung tidak mau buang air besar untuk beberapa hari, bahkan beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudahnya karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses dalam beberapa hari/minggu/bulan, maka akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan menjadi terasa nyeri, sehingga anak menjadi semakin malas buang air besar. Kondisi anak dengan keterbelakangan mental juga merupakan penyebab terjadinya obstipasi karena anak dilatih untuk buang air besar.

4. Penyakit organik Obstipasi bisa terjadi berganti-ganti dengan diare pada kasus karsinoma kolon dan

divertikulus. Obstipasi bisa terjadi bila terasa nyeri saat buang air besar dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani atau wasir yang mengalami thrombosis.

5. Kelainan congenital Adanya penyakit seperti atresia, stenosis, megakolon aganglionik kogenital (Penyakit

Hirshsprung). Obstruksi bolus usus illeus mekonium, atau sumbatan mekonium. Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan mekonium dala 36 jam pertama.

6. Penyebab lain

Gambar : Bayi menangis

Page 9: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

9 Penyebab lainnya adalah diet yang salah, tidak mengkonsumsi makanan yang

mengandung serat selulosa sehingga bisa mendorong terjadinya peristaltik atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit dimana anak masih kekurangan cairan.

b. Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :1. Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda

kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.

2. Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirshsprung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.

3. Sering menahan terselit karena nyeri saat buang air besar.4. Obstipasi akibat obstruksi dari instralumen usus meliputi akbat adanya kanker dalam

dinding usus.5. Obstipasi akibat obstruksi dari instralumen usus, biasanya akibat penekanan usus

oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.

c. Penyebab faktor non organik :1. Kurang makanan yang tinggi serat2. Kurang cairan3. Penggunaan obat atau zat kimiawi tertentu seperti antihistamin, anticholinergic dan

opioids.4. Kelainan hormonal/metabolik5. Kelainan psikososial6. Perubahan / kurang exercise

d. Penyebab faktor organik :1. Tanda kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor)2. Kelainan otot dasar panggul3. Kelainan persyarafan : M. Hirschprung4. Kelainan dalam rongga panggul5. Obstruksi mekanik : atresia ani, stenosis ani, obtruksi usus

3. Gejala a. Pada neonatus jika tidakmengeluarkan

mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari lebih.

b. Sakit dan kejang pada perut.c. Pada pemeriksaan rectal, jari akan

merasa jepitan udar dan mekonium yang menyemprot

d. Feses besar dan tidak dapat digerakkan dalam rectum

e. Feses kerasf. Bising usus yang janggalg. Merasa tidak enak badan dan sakit

kepala.h. Terdapat luka pada anusi. Sering menangisj. Susah tidur

Gambar : Bayi diperiksa kesehatannya

Page 10: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

10

k. Gelisahl. Perut kembungm. Kadang-kadang muntahn. Abdomen distensi dan Anoreksiao. Frekuensi BAB kurang dari normalp. Menyusu/makan/minum kurang

4. Patofisiologi dan PatogenesisPada keadaan normal sebagian besar rektum dalam keadaan kosong kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam rectum yang terjadi sekali atau dua kali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dan refleks defekasi. Dengan adanya stimulus pada arkus aferen tersebut akan menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu sebagai berikut :a. Asupan cairn yang adekuatb. Kegiatan fisik dan mentalc. Jumlah asupan makanan berserat

Dalam keadaan normal, ketika bahan makan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan elektrolit diabsorsbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan merangsang untuk defekasi. Apabila anak tidak mengonsumsi cairan secara adekuat, produk pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini dapat menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air besar yang dapat menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik usus, dan lain- lain. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang berlebihan (Endang Khoirrunnisa, 2010)

Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke saluran yang lebih besar. Sumbatan pada usus dapat juga menyebabkan obstipasi (Endang Khoirunnisa, 2010)

5. Pembagiana. Obstipasi obstruksi total

Gambar : Bayi makan makanan yang sehat

Page 11: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

11 Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur di dapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.

b. Obstipasi obstruksi parsial Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.

c. Obstipasi akut Rektum tetap mempertahankan tonusnya dan defeksi timbul secara mudah dengan stimulasi laksatif, supositoria, atau enema (Endang Khoirunnisa, 2010)

d. Obstipasi kronik Rektum tidak kosong dan dindingnya mengalami peregangan berlebihan secara kronik, sehingga tambahan feses yang datang mencapai tempat ini tidak menyebabkan rectum meregang lebih lanjut. Reseptor sensorik tidak memberikan respons pada dinding rektum lebih lanjut, flaksid dan tidak mampu untuk berkontraksi secara efektif (Endang Khoirunnisa, 2010).

6. DiagnosaObstipasi di diagnosa melalui cara :a. Anamnesa

Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial. Anamnesa ditujuakan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi.Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeripada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstipasi neoplasma.

b. Pemeriksaan fisikPemeriksan abdomen standart seperti inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi untuk melihat apakah ada masa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon. Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus. Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon dapat terjadi akibat herniainguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifkasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum.

c. Pemeriksaan penunjang1). Laboratorium (feses rutin, khusus)2). Pemeiksaan Hb3). Pemeriksaan urine4). Radiologi (foto polos, kontras dengan enema)5). Manometri6). USG

d. Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan kontras.Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara memandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara memandakan

Gambar : Bayi yang sedang diperiksa fisiknya

Page 12: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

12

partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat dilakukan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.Laboratorum seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi dan ketidak seimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus misal akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan menentukan sebab obstipasi.

7. KomplikasiMenurut Endang Khoirunnisa (2010), komplikasi yang bisa terjadi pada penderita obstipasi adalah sebagai berikut :a. Perdarahanb. Ulserasic. Obstruksid. Diare intermittene. Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rectum yang mengawali proses

defekasi

8. Manajemen TerapiBerikut adalah penilaian yang perlu dilakukan pada saat melakukan menejemen kebidanan menurut Endang Khoirunnisa (2010):a. Penilaian asupan makanan dan cairanb. Penilaian dari kebiasaan usus (kebiasaan pola makan)c. Penilaian penapakan stress emosional pada anak yang dapat mempengaruhi pola

defekasi bayi.

9. Penanganana. Perawatan medis

Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah da aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit.

b. OperasiUntuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Ostipasi obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakibatkan perforasi usus karena peningkatan tekanan feses yang besar.

c. DietPada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapat diberikan makanan cair dan obat-obatan.

10. Penatalaksanaana. Mencari penyebab obstipasi (Endang Khoirunnisa, 2010).b. Menegakkan kecuali kebiasaan defekasi yang normal dengan mempertahankan gizi,

tambahan cairan, dan kondisi psikis (Endang Khoirunnisa, 2010)c. Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk

menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum bisa dilakukan engan

Gambar : Bayi akan dioperasi

Page 13: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

13disimpaksi digital, enema minyak zaitun, dan laksatif (Endang Khoirunnisa,2010).

d. Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat, buah – buahan dan sayur-sayuran

e. Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja.f. Peningkatan intake cairan.g. Bila diduga terdapat penyakit Hirschprung dapat dilakukan test tekanan usus. Jika hasil

positif maka dilakukan tindakan pembedahan untuk selanjutnya.h. Penggantian hormone tyroid untuk tingkat hormone tyroid yang rendah.i. Suplemen kalsiun untuk tingkat kalsium abnormalj. Banyak minumk. Latihanl. Cegah makanan dan obat yang menyebabkan konstipasim. ASI lebih baik dari susu formulan. Kolaborasi untuk intervensi bedah jika ada indikasio. Perawatan kulit peranalp. Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang memadai bisa

diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan pada botol pagi dan malam hari.q. Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan.r. Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi atau jus

alpokat, buah prem kering atau buah prem.s. Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti buah-buahan,

kacang polong, sereal, keripik graham, buncis dan bayam.

Asuhan neonatus dan bayi dengan diare :a. Beritahu ibu untuk selalu memberikan ASI-nya agar bayi tidak mengalami dehidrasi.b. Beritahu ibu untuk makan makanan yang kaya serat seperti sayuran dan buah-buahan.c. Beritahu ibu untuk menambah asupan cairan agar ASI nya memiliki kandunangan air yang

lebih agar dapat memperlancar BAB pada bayi.

Asuhan Neonatus dan Bayi Dengan ObstipasiPengkajian

1. Data subyektif1). Tidak BAB selama 3 hari2). Sakit pada perut3). Feses keras4). Sakit kepala5). Sering menangis6). Susah tidur7). Gelisah8). Perut kembung9). Kadang-kadang muntah

Gambar : Ibu memberikan ASI

Page 14: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

14

Diare adalah defekasi lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah dan lender dalam tinja sedangkan obstipasi adalah terhalangnya pergerakan feces dalam usus.

Obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus ( adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. Konstipasi disebabkan selain dari obstruksi inestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.

Rangkuman

10). Tidak nafsu makan dan minum2. Diagnosa Masalah

Bayi usia 1 bulan, KU bayi baik dengan obstipasi

Intervensia. Informasikan pada ibu hasil pemeriksaanb. Anjurka ibu memberikan asi yang adekuatc. Anjurka ibu banyak makan-makanan yang berseratd. Anjuka ibu menghentikan pemakaian obat diaree. Berikan terapi obatf. Anjurka kunjungan ulang

Implementasi 1. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan

kesadaran : baikTTV : S : 37oCRR : 40x/menitN : 120x/menit

2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin tanpa dijadwalkan.3. Menganjurkan ibu banyak makan-makanan yang berserat yaitu makan sayur dan buah

yang hijau.4. Menganjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare, karena asupan makanan yang

diperoleh bayi di dapat dari asupan makanan ibunya.5. Memberikan terapi obat berupa Lactulose 5 ml selama 3 hari pertama.6. Menganjurkan ibu untuk kembali 3 hari lagi kalau BAB bayi belum juga keluar.

Evaluasi1. Ibu tidak nampak cemas lagi2. Ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan3. Ibu paham dan mau melakukan apa yang dianjuran.

Page 15: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

15

Petunjuk:• Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!• Pilihlah :

A. Jika jawaban 1,2 dan 3 benarB. Jika jawaban 1 dan 3 benarC. Jika jawaban 2 dan 4 benarD. Jika hanya 4 saja yang benarE. Jika semua benar

1. Penyebab diare pada anak adalah sebagai berikut :1. Faktor infeksi 2. Makanan basi, beracun, alergi3. Faktor mal absorbsi4. Faktor psikologis

2. Tanda dan gejala pasti diare adaah di bawah ini :1. Mual mual tetapi tidak muntah2. Pada bayi ubun2 besar cekung3. Bibir pecah-pecah4. Anus sedikit lecet

3. Pernyataan dibawah ini merupakan komplikasi diare, bukan termasuk didalamnya adalah :A. Renjatan hipovolemik B. Hipoglikemi C. Hipokalemia D. DehidrasiE. Hipoksia

4. Macam cairan yang bisa diberikan pada anak yang mengalami diare adalah:1. Larutan gula garam 2. Teh encer3. Air tajin 4. Sus tanpa gula

5. Tanda dan gejala diare pada bayi adalah1. Anak kejang, gelisah 2. Nafsu makan berkurang3. Tinja encer

EvaluasiFormatif

Page 16: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

16

4. Anus sekitarnya lecet

6. Komplikasi diare antara lain :1. Dehidrasi 2. Renjatan hipovolemik3. Hipoglikemia 4. Kejang

7. Penyebab dari pada bayi menali :A. Malabsorsi B. Makanan basi C. ImmaodefisiensiD. OMPE. Faktor psikologis

8. Etiologi obstipasi antara lain :1. Membiasakan makan2. Hyperthyroidisme3. Hipotyroidisme4. Gangguan pencernaan

9. Penyebab obstipasi dari faktor non organik adalah :A. Kurang makanan tinggi seratB. Kelainan hormonalC. Kelainan otot dasar panggulD. Kelainan psikososialE. Kurang exersial

10. Gejala obstipasi pada bayi1. Susah tidur 2. Gelisah3. Perut kembung 4. 4. Sering menangis

Page 17: Modul 6    kb 4

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

17

TugasMandiri

Buatlah laporan bagaimana saudara membedakan BAB yang terjadi pada bayi termasuk dalam katagori diare dari sudut konsistensi, frekuensi maupun baunya.

Amati kejadian obstipasi disekeliling saudara, biasanya terjadi karena apa, coba anda identifikasi dan buat laporanya

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 4, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah:

90% - 100% : baik sekali80% - 89% : baik70% -79% : cukupkurang dari 70% : kurang

Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 ini dan dapat melanjutkan pada kegiatan belajar 5. Tetapi jika pencapaian Anda kurang dari 80%, maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 4, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai!

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

KUNCI JAWABAN1. E2. B3. E4. A5. E6. E7. D8. C9. C10. E