Page 1
1
Modul 5
INFEKSI JAMUR
SUB MODUL 5.1. DERMATOFITOSIS
Tujuan Umum:
Pembelajaran dan pelatihan modul ini dirancang untuk menyiapkan peserta
didik agar mampu membangun diagnosis dan melakukan penatalaksanaan
pasien dermatofitosis
Tujuan khusus pembelajaran:
Setelah pelaksanaan diskusi modul diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan gejala dan tanda klinis kandidiasis superfisial
2. Menjelaskan proses anamnesis dan pemeriksaan klinis kandidiasis
superfisial
3. Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding kandidiasis superfisial
4. Menjelaskan pemeriksaan penunjang sederhana pemeriksaan KOH
5. Menjelaskan penatalaksanaan kandidiasis superfisial secara paripurna
6. Menjelaskan tentang komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien.
Referensi Buku Wajib
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, LeffellDJ. Fitzpatrick’s
dermatology in general medicine, 7th ed. New York: The McGraw-Hill; 2008
GAMBARAN UMUM
BATASAN
Dermatofitosis (= Tinea, Ringworm) adalah infeksi jamur dermatofit (spesies
Microporum, Trichophyton dan Epidermophyton) yang menyerang epidermis
bagian superfisial (stratum korneum), kuku dan rambut.
PATOSIFIOLOGI
1. Ada 3 cara penularan (antropofilik, zoofilik, geofilik)
1.1 Pada antropofilik (pada manusia ke manusia)
Spesies antropofilik (E. floccosum, M. audouinii, M. ferrugineum, T.
mentagrophytes var. Interdigitale / T. interdigitabel, T. rubrum, T.
tonsurans) mengakibatkan reaksi radang ringan dan kronis / kambuh-
kambuhan
1.2 Pada Zoofilik (pada binatang ke manusia)
Spesies Zoofilik (M. canis pada anjing dan kucing, T. mentagrophytes var.
mentagrophytes / T. mentagrophytes pada binatang mengerat)
mengakibatkan reaksi radang hebat/ akut, sembuh jarang kambuh.
1.3 Pada geofilik (pada tanah ke manusia)
Spesies Geofilik (M. gypseum) mengakibatkan reaksi radang hebat/ akut,
sembuh jarang kambuh.
Page 2
2
2. Reaksi radang tergantung :
Tempat infeksi, imunitas penderita, rambut halus (vilus) folikelnya sebagai
reservoir hingga sering kambuh. Hanya di lapisan keratin oleh karena adanya
serum faktor penghambat jamur dermatofit memasuki ruangan
ekstravaskuler yang berfungsi melindungi jaringan sehingga mencegah
penetrasi ke lapisan lebih dalam.
3. Faktor predisposisi :
Higiene sanitasi jelek, daerah tropis, faktor penyebab maserasi di pelipatan,
sakit berat, penderita diabetes mellitus, neurodermatitis, leukorrhoe.
4. Microporum : 5 dari 17 spesies menginfeksi manusia pada rambut dan kulit
Trichophyton : 11 dari 22 spesies menginfeksi manusia pada rambut, kulit
dan kuku.
Epidermophyton : 1 dari 2 spesies menginfeksi manusia pada kulit dan jarang
pada kuku.
GEJALA KLINIS
Ada 9 bentuk :
Tinea kapitis, Tinea favosa (tidak ada di Indonesia), Tinea korporis, Tinea
imbrikata, Tinea kruris, Tinea unguium, Tinea pedis, Tinea manum dan Tinea
barbae (jarang ditemukan lagi).
TINEA KAPITIS
Infeksi dermatofit pada kepala, alis dan bulu mata
Umumnya pada anak-anak.
1. Infeksi ektotrik : Miselium menjadi arthrokonidia di sekitar batang rambut/
bawah kutikula dan destruksi kutikula
Ada 2 bentuk :
a. Gray patch (antropofilik : M.ferrugineum)
Berskuama disertai radang ringan, gatal ringan/sangat, rambut/ keabuan,
kusut, rapuh terpotong beberapa milimeter di atas kepala menyebabkan
alopesia, dengan lampu wood (+) hijau terang
b. Kerion (Zoofilik)
- Karena M.canis
Peradangan berat, dengan lampu Wood (+) hijau terang
- Karena T.mentagrophytes dan T.verrucosum
Kerion celsi (+), nyeri, rambut mudah putus, dengan lampu wood (-)
2. Infeksi endotrik : Miselium menjadi arthokonidia di dalam batang rambut,
selalu antropofilik (T. violaceum), lesi mutipel, banyak, terpencar, tidak
semua rambut di lesi terkena menyebabkan alopesia.
Black dot : rambut putus tepat di orifisium folikel rambut, kronis dapat
berlangsung sampai dewasa, dengan lampu Wood (-)
Page 3
3
TINEA KORPORIS
Infeksi dermatofit pada kulit halus (glabrous skin)
2 bentuk tersering : bentuk annular dan bentuk iris
Efloresensi : makula eritematus berbatas jelas, tepi polisiklis, aktif (meninggi,
ada papul, vesikel, meluas), sembuh di tengah (central healing) tertutup skuama.
TINEA IMBRIKATA
Bentuk tinea korporis karena T. concentricum dan terdapatnya terbatas di
daerah tertentu (pulau Pasifik, Asia tenggara, Amerika tengah, dan selatan).
Efloresensi khas : polisiklik, makula papulo skuamous, tersusun cincin yang
konsentris, meluas ke seluruh badan, stratum korneum terlepas dan tepi
bebasnya menghadap tengah. Kepekaan T. concentricum dipengaruhi gen
autosomal resesif.
TINEA KRURIS
Infeksi dermatofit pada sela paha, perineum dan daerah perianal dapat
meluas ke daerah gluteus dan pubis. Efloresensi = Tinea korporis, bilateral tetapi
tidak simetris, paha dimana sisi skrotum yang lebih turun lesinya lebih luas.
Sktrotum dan penis tidak terkena, skrotum sebagai reservoir dapat
menyebabkan kambuh-kambuhan.
TINEA UNGUIUM
Invasi dermatofit ke lempeng kuku. (lihat bab Onikomikosis).
TINEA PEDIS
Infeksi dermatofit pada kaki, mengenai sela jari kaki dan telapak kaki
1. Intertriginosa kronis : bentuk tersering
Kulit mengelupas, maserasi dan pecah-pecah, tersering antara jari kaki IV
dan V serta III dan IV tertutup epidermis dan debris mati, putih, maserasi,
meluas ke telapak kaki, tumit & dorsum pedis, khas hiperhidrosis dan bau
khas tidak enak.
2. Bentuk hiperkeratotik papuloskuamosa kronis
Khas daerah kulit merah muda, tertutup skuama putih keperakan,
bilateral,berupa bercak-bercak. Moccasin foot :bila mengenai seluruh kaki.
3. Bentuk vesikular
Khas lesi vesikel, vesikulo pustula dan dapat bula, jarang pada tumit dan
daerah depan, seperti erisipelas, sering + reaksi id.
4. Bentuk ulseratif akut
Proses eksematoid vesikupustula dan penyebaran cepat, disertai infeksi
sekunder bakteri.
Page 4
4
TINEA MANUUM
Infeksi dermatofit pada daerah interdigitalis, permukaan palmar dan
dorsum manus. Bentuk tersering adalah Hiperkeratosis difusa. Unilateral, dapat
disertai 1 atau 2 kaki terkena (Tinea pedis), kuku tidak/ dapat terkena.
TINEA INKOGNITO
Infeksi dermatofit yang berubah karena kortikosteroid sistemik atau topical
yang diberikan karena kelainan yang telah ada atau salah diagnosis tinea.
DERMATOFITOSIS REKALSITRAN
Dapat diketahui dengan adanya peradangan atau hiperkeratosis yang cukup
jelas, proses skuama menyeluruh pada kulit yang terus menerus atau sering
kambuh.
DERMATOFITOSIS PADA PENDERITA HIV / IMUNOKOMPROMAIS
Biasanya sering kambuh. Tinea unguium tersering bentuk superficial white
onychomycosis (SWO) yang umumnya pada kuku kaki, maka akan mengenai juga
kuku tangan, juga bentuk Proximal Subungual Onychomycosis (PSO) (lihat bab
onikomikosis)
DIAGNOSIS
1. Anamnesis dan gejala klinis khas
2. Laboratorium :
2.1 Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20 % / dapat + tinta Parker
2.1.1 Dari kerokan kulit / skuama / kuku terlihat :
a. Hifa bersepta : gambar double contour (2 garis lurus
sejajar, transparan)
Bersepta / sekat dan dikhotomi (cabang dua-dua)
b. Arthrokonidia / arthrospora
Spora berderet, merupakan pecahan-pecahan ujung hifa
2.1.2 Dari rambut, terlihat salah satu
a. Arthrokonidia kecil-kecil / besar pada ektothriks (diluar
rambut)
b. Arthrokonidia besar-besar endothriks (di dalam rambut)
2.1.3 Hasil KOH negatif : tidak menyingkirkan diagnosis
dermatofitosis
2.2 Kultur
Dengan media :
Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA) + chloramphenicol +
Chyclohexamide (Actidion) : Mychobiotik – mycosel, tumbuh rata-rata
10 – 14 hari
Page 5
5
2.3 Pemeriksaan lampu Wood
Pada tinea kapitis
Fluoresensi positif : warna hijau terang menunjukkan spesies
mikrosporum
Fluoresensi negatif : karena spesies Trichophyton, atau memang
bukan karena tinea kapitis. (Tinea favosa yang disebabkan oleh
Trichophyton sconleinii memberi warna fluoresensi warna hijau tua,
tetapi jamur ini tidak ada di Indonesia sehingga kasusnya tidak ada)
DIAGNOSIS BANDING
Tergantung lokasi kelainannya
Dermatitis, Pyoderma, Kandidias, Erythema anulare sentrifugum, Erythema
intertrigo, Morbus Handen (MB), Psoriasis vulgaris, Pityriasis rosea, Alopesia,
Trichotilllomania, Onikholisis, Distrofik unguium.
PENYULIT
Tergantung lokasi yang terkena
Infeksi sekunder, alopesia, reaksi id, kekambuhan, hiperpigmentasi
PENATALAKSANAAN
1. Lesi basah / infeksi sekunder
1.1. Kompres sol sodium chlorida 0,9 % 3-5 hari
1.2. Antibiotik oral 5-7 hari
2. Obat topikal
2.1 Indikasi
Lesi tidak luas pada tinea korporis, Tinea kruris, Tinea manuum dan tinea
pedis ringan
2.2 Obat
2.2.1 Salep whitfield sehari 2 kali (= AAV I/Half Strengh Whitfield
ointment)
(= AAV I => Acidum salicylicium 3 % + acidum benzoic 6 %)
(dapat AAV II => Acidum salicylicium 6 % + acidum benzoic 12 %)
2.2.2 Salep 2-4 / 3-10 sehari 2 kali
(Acidum salicylicium 2-3 % + sulfur presipitatum 4-10 %)
2.2.3 Golongan azole (Miconazole dan Ketokonazol krim, sehari 2 kali)
Pengobatan umumnya minimal selama 3 minggu (2 minggu sesudah KOH
negatif / klinis membaik), untuk mencegah kekambuhan pada obat
fungistatik.
3. Obat oral
3.1 Indikasi :
3.1.1 Tinea kapitis, Tinea imbrikata, Tinea inguium dan Tinea barbae
Page 6
6
3.1.2 Tinea Korporis / kruris / pedis / manuum yang berat / luas /
sering kambuh / tidak sembuh dengan obat topikal / mengenai
daerah berambut.
3.2 Cara
3.2.1 Tergantung obat oral yang digunakan, lokasi dan penyebab
3.2.2 Lamanya
a. Obat fungistatik : 2-4 minggu
b. Obat fungisidal : 1-2 minggu
3.3 Obat oral
3.3.1 Griseofulvin
Anak : 10 mg/kgBB/hari (microsize)
5.5 mg/kgBB/hari (ultra microsize)
Dewasa : 500 – 1000 mg/hari
3.3.2 Ketoconazole
Anak : 3-6 mg/kgBB/hari
Dewasa : 1 tablet (200 mg)/hari
3.3.3 Itrakonazole
Anak : 3-5 mg/kgBB/hari
Dewasa : 1 kapsul (100 mg)/hari
3.3.4 Terbinafine
Anak : 3-6 mg/kgBB/hari
10-20 kg : 62,5 mg (1/4 tablet)/hari
20-40 kg : 125 mg (1/2 tablet)/hari
Dewasa : 1 tablet (250 mg)/hari
Keadaan khusus
4.1 Tinea kapitis
4.1.1 Obat oral
a. Griseofulvin (gold standard), 6-12 minggu
20 mg/kgBB/hari (microsize)
15 mg/kgBB/hari (ultra microsize)
4.1.2 Ajuvan
a. Shampo selenium sulfid 1-1,8 %
b. Shampo ketoconazole 1-2 % seminggu 2-3 kali
c. Rambut tidak perlu dipotong / dicukur
4.2 Tinea unguium
4.2.1 Obat topikal
a. Indikasi
a. SWO, dikerok dulu
b. DLSO terbatas pada kurang 2/3 bagian distal (terbaik 1/3
bagian distal) dan nyang terkena tak lebih dari 3 kuku
c. Kombinasi obat oral
d. Pencegahan kambuh
Page 7
7
b. Macam obat topikal
a. Ciclopirox 8 % lacquer
- 1 x / minggu 6 bulan atau
- Bulan I : seminggu 3 kali
Bulan II : seminggu 2 kali
Bulan III : seminggu 1 kali
4.2.2 Obat oral
a. Terbinafine : 1 tablet / hari
Tangan : 6-8 minggu, kaki : 12-16 minggu
b. Itraconazole
a. Sehari 2 kapsul
Tangan : 6 minggu, kaki : 12 minggu
b. Terapi denyut (pulse treatment)
Pemberian obat dengan dosis tinggi dalam waktu singkat sehingga
menimbulkan efek fungisidal sekunder karena terjadi fungitoksik.
Penderita akan lebih patuh dan tidak sering lupa sehingga kesembuhan
lebih baik dan kekambuhan jarang terjadi.
a. Tinea unguium
400 mg sehari 2 kali 2 kapsul selama 1 minggu
Istirahat 3 minggu / siklus
- Kuku tangan : 2 siklus
- Kuku kaki : 3-4 siklus
4.2.3. Bedah kuku
a. Curettage
a) SWO
b) Subungual debris, mengurangi bebankuku yang harus diobati oral
b. Pencabutan kuku tak dilakukan
4.3. Dermatofitosis rekalsitrant
4.4.1. Obat Topikal
a. Pada infeksi ringan atau oral tidak dapat diberikan
b. Krim terbinafin sering 2 kali selama 4 minggu
c. + pelembab (krim urea 10 %)/ keratolitik (salep acidum
salicylicum 3-5%) dioleskan ½ jam sebelum terbinafine
dioleskan.
4.42. Obat Oral
a. Lesi luas / terapi topikal gagal
b. Terbinafine 250 mg/hari 2-4 minggu
c. Itraconazole 100 mg / hari selama 4 minggu atau 400 mg
hari selama 1 minggu (terapai denyut)
d. Pelembab/ karatolitik (4.4.1.c)
Page 8
8
PENCEGAHAN
1. Sesudah mandi dikeringkan dan ditaburi bedak biasa/ bedak anti jamur
(pelipatan, kaki)
2. Pemakaian sepatu yang enak, tidak tertutup (Kulit, sepatu sandal)
3. Pakaian longgar dan katun
4. Kaos kaki katun
5. Sering pakaian dan handuk direndam air mendidih + 15 menit / dry cleaning
6. Desinfeksi sepatu / ganti sepatu baru
7. Pakai sandal karet / plastik di tempat umum / hotel / tempat olah raga.
8. Hewan peliharaan yang terinfeksi jamur (petal) di obati juga.
Kegagalan pengobatan dipikirkan
1. Diagnosa yang tidak tepat
2. Penggunaan obat yang tidak tepat (memilih obat, dosis dan cara penggunaan)
3. Obat tidak teratur
4. Infeksi sekunder yang tidak diobati
5. Reinfeksi
6. Resistensi obat.
TUGAS DISKUSI MODUL
Diskusi kasus untuk dipresentasikan
Buatlah ilustrasi kasus penderita tinea korporis untuk dipresentasikan yang
berisikan :
1. Identitas
2. Anamnesis / riwayat penyakit
3. Pemeriksaan klinis
4. Diagnosis banding
5. Pemeriksaan penunjang
6. Diagnosis
7. Penatalaksanaan
Page 9
9
SUB MODUL 5.2. KANDIDIASIS SUPERFISIAL
Tujuan Umum:
Pembelajaran dan pelatihan modul ini dirancang untuk menyiapkan peserta
didik agar mampu membangun diagnosis dan melakukan penatalaksanaan
pasien kandidiasis supefisial
Tujuan khusus pembelajaran:
Setelah pelaksanaan diskusi modul diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan gejala dan tanda klinis kandidiasis superfisial
2. Menjelaskan proses anamnesis dan pemeriksaan klinis kandidiasis
superfisial
3. Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding kandidiasis superfisial
4. Menjelaskan pemeriksaan penunjang sederhana pemeriksaan KOH
5. Menjelaskan penatalaksanaan kandidiasis superfisial secara paripurna
6. Menjelaskan tentang komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien.
Referensi Buku Wajib
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, LeffellDJ. Fitzpatrick’s
dermatology in general medicine, 7th ed. New York: The McGraw-Hill; 2008
GAMBARAN UMUM
BATASAN
Kandidiasis (= Kandidosis) adalah infeksi primer atau sekunder dari genus
Cadida, dimana yang penting disebabkan oleh Candida albicans. Manifestasi
klinisnya sangat bervariasi dari akut, subakut dan kronis ke episodik. Yang
terkena dapat local dimulut, tenggorokan kulit, kepala, vagina, jari-jari tangan,
kuku, bronki, paru-paru atau saluran pencernaan makanan atau menjadi
sistemik seperti septisemia, endokarditis dan meningitis. Proses patologis yang
timbul juga berbagai macam dari iritasi dan inflamasi sampai supurasi akut dan
kronis atau reaksi granulomatosis, karena C. albicans merupakan spesies
endogen, penyakitnya merupakan infeksi oportunistik.
Kandidias superfisialis adalah kandidiasis pada dermatomokosis superfisialis,
yang sering dijumpai adalah :
1. Mengenai Mukosa :
Oral, vaginitis dan balanitis
2. Mengenai kulit
Intertriginosa dan generalisata, paronikhia dan onikomikosis, daerah popok /
diaper / napkin
Page 10
10
PATOFISIOLOGI
Infeksi kandida merupakan infeksi oportunis yang dimungkinkan karena
menurunnya pertahanan tubuh pejamu. Faktor-faktor predisposisi yang
dihubungkan dengan meningkatnya insidensi kolonisasi dan infeksi kandida
yaitu :
1. Faktor mekanis
Trauma (luka bakar, abrasi, penggunaan IUD, meningkatnya frekuensi
koitus) dan oklusi lokal, kelembaban atau maserasi (gigi palsu, pakaian
sistetik/ketat atau balut tertutup, kegemukan)
2. Faktor nutrisi
Avitaminosis, defisiensi besi, malnutrisi generalis
3. Perubahan fisiologi
Umur sangat muda / sangat tua, kehamilan, mentruasi
4. Penyakit sistemik
Diabetes mellitus dan endokrinopathies tertentu lainnya, uremia, malignansi
dan keadaan immunodefisiensi intrinsik (misalkan infeksi HIV / AIDS)
5. Penyebab latrogenik
Faktor barier lemah (pemasangan kateter, penyalahgunaan obat iv) radiasi
sinar X, obat-obatan oral, parenteral, topikal, dan aerosol (kortikosteroid dan
imunosupresi lainnya, antibiotik spektrum luas metronidazole, transquilizer,
kontrasepsi oral / estrogen, cilchisine, phenylbultazone dan histamin 2
blocker)
6. Idiopatik
Kemampuan ragi berubah bentuk menjadi hifa dianggap sebagai mekanisme
patogen primer dan terbukti bila bentuk hifa melekat lebih kuat pada
permukaan epitel, namun sekarang diketahui bahwa bentuk ragi (yeast)
mampu invasi dan tidak lagi dianggap hanya sebagai komensal.
GEJALA KLINIS
1. Mengenai mukosa
1.1. Kandidiasis Oral (KO)
1.1.1. Kandidiasis pseudomembran akut (= thrush)
Lesih putih tebal pada mukosa bukal, gusi atau lidah, plaknya
dapat dikerok, terasa nyeri, eritem, dan dapat berdarah.
1.1.2. Kandidiasis eritema
Nampak eritema dan oedema
a. Kandidiasis atrofi akut (= stomatitis antibiotik)
b. Kandidiasis atrofi kronis (= stomatitis gigi palsu dan glositis)
1.1.3. Kandidiasis hiperplastik kronis (= kandida leukoplakia)
Bercak putih dapat diraba sampai plak kasar melekat erat dan
tidak dapat dikerok, pada lidah, palatum atau mukosa bukal.
Sering pada perokok.
Page 11
11
1.1.4. Angular kheilitis (= perleche, kandida kheilosis)
Eritema dan fisura pada ujung mulut, pada pemakai gigi palsu yang
tidak pas, biasa menjilat bibir, usia lanjut dengan kulit kendor pada
lubang mulut.
1.2. Kandidias Vulvo Vaginalis (= Kandida Vulvo Vaginitis = KVV)
Gatal dan rasa sangat panas pada vulva dan vagina. Keluar cairan tebal,
putih seperti susu dan plak putih melekat pada vulva, vagina atau
serviks. Disuria dan dispareunia. Sering pada 1 minggu sebelum
mentruasi dan kehamilan.
Kandidias Vulvo Vaginalis Rekuren (KVVR) yaitu penderita yang terkena
gejala simptomatik KVV empat kali atau lebih dalam satu tahun.
1.3. Kandida balanitis / kandida balanoposthitis
Erosi merah superfisialis dan pustul berdidnding tipis diatas glans penis
dan sulkus koronarium (balanitis) dan juga pada preputium penis yang
tidak disirkumsisi (balanoposthitis)
2. Mengenai kulit
2.1 Kandidiasis intertriginosa (= kandida intertrigo) dan kandidiasis
generalisata.
Mengenai daerah pelipatan-pelipatan badan, umbilikus, pannikulus
(lipatan lemak badan) dan dapat meluas ke kulit badan (generalisata).
Dapat mengenai skrotum dan penis kulit nyeri, inflamasi, eritematus dan
ada satelit vesikel / pustul, bula atau papulopustular yang pecah
meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi yang erosi.
2.2 Erosio interdigitale blastomycetica (kandidiasis interdigitalis)
Kandidiasis mengenai sela jari tangan (tersering) / sela jari kaki.
Tersering pada sela jari tiga. Pada yang sering / terus menerus terkena
air.
2.3 Paronikhia dan Onikomikosis
2.3.1 Kandida paronikhia
Infeksi lipatan kuku proksimal atau kotikula, khas adanya eritema,
oedema, dan cairan purulen, tebal, pus putih, membentuk kantong
yang mungkin menyebabkan infeksi kuku. Terasa nyeri.
2.3.2 Kandida onikomikisis (= kandida onikhia)
Lihat bab onikomikosis
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% (dapat ditambah tinta parker
superchrome blue black). Tampak budding yeast cells (2 spora seperti angka
8) dengan atau tanpa pseodohifa. Pseudohifa (gambar seperti untaian sosis) /
hifa pada infeksi membrana mukosa adalah patognomonis, sedang pada
kandidias kutis tidak selalu ada. Spesimen harus baru dan segera diperiksa.
Page 12
12
2. Pengecatan gram
Elemen jamur (budding yeast cell / blastospora / blastokonidia / pseudohifa
/ hifa) tampak sebagai gram positif dab sporanya lebih besar dari bakteri.
Dilakukan pada kandidias mukosa.
3. Kultur
Spesimen harus baru dan kultur dengan media :
a. Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA) + khloramfenikol + gentamisin
b. Mycobiotik / mycosel (SDA + khloramfenikol + sikloheksamid) dalam 2-3
hari akan tumbuh
4. Histopatologi
Dengan pengecatan PAS (periodic acid-Schiff) atau GMS (Gomori’s
methenamic silver) pilihan untuk kandida leuklopakia dan bila diperlukan
pada kandidiasis kutis
5. Glukose darah dan reduksi urine untuk melihat diabetes mellitus
DIAGNOSIS
1. Anamnesis dan gejala klinis yang pas
2. Pemeriksaan penunjang no 1 dan / atau no 2 harus dilakukan apabila
hasilnya positif sudah dapat memastikan diagnosis. Bila hasilnya negatif
tidak menyingkirkan diagnosis apabila anemnesis dan diagnosis klinisnya
menyokong.
3. Kultur untuk memastikan spesies penyebab
4. Histo PA dilakukan bila diagnosis meragukan
DIAGNOSIS BANDING
1. Kandidiasis oral : difteria, leuklopakia karena keganasan dan kheilitis.
2. Kandidiasis vulvovaginalis : trikhomoniasis vaginalis, bakterial vaginosis dan
leukorhoe fisiologis pada kehamilan
3. Kandidias balanitis : infeksi bakteri, herpes simpleks, psoriasis dan likhen
planus.
4. Kandidias kutis : dermatofitosis, dermatitis seborrhoika, eritema intertrigo,
eritrasma, psoriasis, pyoderma.
PENYULIT
1. Infeksi sekunder
2. Candida id reaction
PENATALAKSANAAN
1. Umum
1.1. Mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi.
1.2. Mengobati infeksi sekunder dengan kompres sol. Sodium khlorida 0,9 %
selama 3 hari dan antibiotik yang tidak berspektrum luas (eritromisin,
kotrimoksasol, linkomisin, dan klindamisin) selama 5-7 hari.
Page 13
13
2. Kandidiasis oral
2.1 Obat topikal
2.1.1 Nystatin oral suspensi
- 4-6 ml (400.000-600.000 I.U), sehari 4 x sesudah makan
- Harus ditahan dimulut beberapa menit sebelum ditelan
- Bayi : 2 ml, sehari 4 x
Kasus kronis beberapa bulan
2.1.2 Solusio gentian violet 1 %
Dioleskan sehari 2 x selama 3 hari
2.2 Tablet oral
Indikasi :
a. Risiko tinggi terjadinya disseminasi (kandidiasis sistemik) yaitu pada :
- Penderita granulositopenia / immunokompromais
- Mendapat therapy immunosurpresif
b. Dengan terapi topikal hasilnya gagal atau tidak sembuh.
2.2.1 Tablet ketoconazole 200 mg - 400 mg (1-2 tablet) / hari selama
2-4 minggu. Untuk infeksi kronis perlu 3-5 minggu
2.2.2 Kapsul itraconazole 100-200 mg (1-2 kapsul) / hari selama 4
minggu
3. Kandidias vulvovaginalis
3.1 Obat topikal
Nystatine suppositoria vagina
1 tablet (100.000 I.U) / malam selama 12 hari
Indikasi obat topikal :
a. Pada wanita hamil / sudah menikah
b. KVV akut (ringan sedang)
3.2 Tablet oral
Indikasi :
a. Wanita belum menikah
b. KVV berat / KVVR perlu jangka lama 10-14 hari
3.2.1 Tablet ketokonazol (200 mg)
Sehari 2 kali 1 tablet selama 5 hari
3.2.2 Kapsul itrakonazol (100 mg)
Sehari 2 kali 1 kapsul selama 2-3 hari
Sehari 2 kali 2 kapsul selama 1 hari setiap 8 jam
3.2.3 Profilaksis pada KVVR
Sesudah KVVR diobati sembuh diteruskan :
- Tablet ketonoconazole 100 mg (1/2 tablet) / hari selama 6
bulan, ini yang terbaik sesudah gejala tidak tampak dalam
3-6 bulan pengobatan profilaksis dapat dihentikan
Page 14
14
4. Kandida balanitis / balano posthitis
4.1 Golongan azole (Mikonazol dan Ketokonazol krim)
Dioleskan pagi dan malam selama 1 minggu
4.2 Memeriksa dan mengobati pasangannya
5. Kandidias kutis
5.1 Obat topikal
Golonga azol (Miconazole dan Ketokonazol krim)
Dioleskan sehari 2 kali selama 14 hari, dapat lebih sampai 4
minggu, sebaiknya 1-2 minggu sesudah sembuh / KOH negatif.
Untuk kandida paronikhia perlu waktu 3-4 bulan.
5.2 Obat oral
Indikasi :
a. Bila lesi luas
b. Penderita imunokompromais berat
c. Paranokhia yang gagal dengan obat tipikal / berat / kronis
5.2.1 Tablet ketoconazole
Sehari 1 tablet selama 1-2 minggu
5.2.2 Kapsul Itraconazole
Sehari 2 kapsul selama 7 hari
6. Kandida onikomikosis (Lihat bab onikomikosis)
TUGAS DISKUSI MODUL
Diskusi kasus untuk dipresentasikan
Buatlah ilustrasi kasus penderita kandidiasis kutis untuk dipresentasikan yang
berisikan :
1. Identitas
2. Anamnesis / riwayat penyakit
3. Pemeriksaan klinis
4. Diagnosis banding
5. Pemeriksaan penunjang
6. Diagnosis
7. Penatalaksanaan
Page 15
15
SUB MODUL 5.3. PITIRIASIS VERSIKOLOR
Tujuan Umum:
Pembelajaran dan pelatihan modul ini dirancang untuk menyiapkan peserta
didik agar mampu membangun diagnosis dan melakukan penatalaksanaan
pasien pitiriasis versikolor
Tujuan khusus pembelajaran:
Setelah pelaksanaan diskusi modul diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan gejala dan tanda klinis pitiriasis versikolor
2. Menjelaskan proses anamnesis dan pemeriksaan klinis pitiriasis versikolor
3. Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding pitiriasis versikolor
4. Menjelaskan pemeriksaan penunjang sederhana pemeriksaan KOH
5. Menjelaskan penatalaksanaan pitiriasis versikolor secara paripurna
6. Menjelaskan tentang komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien.
Referensi Buku Wajib
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, LeffellDJ. Fitzpatrick’s
dermatology in general medicine, 7th ed. New York: The McGraw-Hill; 2008
GAMBARAN UMUM
BATASAN
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisialis kronis, asimtomatik
menyerang lapisan stratum korneum dan disebabkan oleh Malassezia furfur.
PATOFISIOLOGI
Malazzesia furfur merupakan “lipophilic yeast”, dimana dalam keadaan
biasa merupakan flora normal yang terdapat pada permukaan kulit.
Malassezia furfur yang berbentuk ragi/ spora dapat berubah menjadi patogen
dalam bentuk filamen/ hifa oleh faktor-faktor predisposisi sebagai berikut :
- Endogen : kulit berminyak, hiperhidrosis, genetika, imunodefisiensi,
sindroma Cushing, malnutrisi.
- Eksogen : kelembaban dan suhu tinggi, higiene, okllusi pakaian, penggunaan
emolien yang berminyak.
Pitiriasis ersikolor tidak lagi digolongkan sebagai penyakit menular. Timbulnya
infeksi jamur ini lebih disebabkan oleh faktor-faktor individual yang spesifik
yang belum dapat diketahui dengan pasti. Aspek-aspek endogen (genetik)
merupakan faktor-faktor kontributor yang menyebabkan timbulnya Pitiriasis
Versikolor.
GAMBARAN KLINIS
1. Gatal bila berkeringat
2. Lokasi lesi pada umumnya terdapat pada badan (dada, punggung), leher,
lengan atas, selangkang. Bisa ditemukan pada daerah lain termasuk muka.
Page 16
16
3. Terdapat 3 bentuk lesi
a. Makular ; Soliter dan biasanya saling bertemu (koalesen) dan tertutup
skuama
b. Papular : Bulat kecil-kecil perifokiluler, sekitar folikel rambut dan
tertutup skuama
c. Campuran lesi makular dan papular
4. Warna lesi bervariasi : putih (lesi dini) kemerahan, coklat dan kehitaman
(lesi lama) Bentuk kronis akan didapatkan bermacam warna.
5. Selesai terapi biasanya didapatkan depigmentasi residual tanpa skuama di
atasnya yang akan menetap dalam beberapa bulan sebelum kembali normal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan mikologis kerokan kulit
Pengambilan bahan dapat dengan kerokan biasa atau dengan menggunakan
cellotape ditempel pada lesi. Setelah diambil,bahan diletakkan di atas gelas
obyek lalu diteteskan larutan KOH 20% atau campuran 9 bagian KOH 20%
dengan 1 bagian tintan Parke blueblack superchrome X akan lebih
memperjelas pembacaan karena memberi tampilan warna biru yang cerah
pada elemen-elemen jamur.
- Hasil positif :
Hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i, v, j) dan gerombolan spora
building yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphaghetti with
meatballs.
- Hasil negatif :
Bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan Pitiriasis versikolor walaupun
ada spora.
2. Lampu Wood
Untuk membantu menegakkan diagnosis dan untuk menentukan luasnya lesi
dapat dilakukan pemeriksaan dengan penyinaran lampu Wood pada seluruh
tubuh penderita dalam kamar gelap. Hasilnya positif apabila terlihat
fluoresensi berwarna kuning emas pada lesi tersebut.
Malassezia furfur tidak dapat dikultur pada media rutin karena memerlukan
lipid untuk tumbuh. Kultur yang dilakukan pada jamur ini tidak mempunyai nilai
diagnostik, karena Malassezia furfur bentuk ragi/spora merupakan bagian dari
flora normal kulit.
DIAGNOSIS
Diagnosis penyakit ini ditegakkan atas dasar :
1. Gambaran klinis yang khas
2. Pemeriksaan sedian langsung kerokan kulit dengan KOH 20%
3. Pemeriksaan fluoresensi lesi kulit dengan lampu wood
Page 17
17
DIAGNOSIS BANDING
1. Diagnosis banding Pitiriasis versikolor dengan lesi hiperpigmentasi yaitu
pitiriasis Rosea, Eritrasma, Dermatitis Seboroika, Tinea Korporis
2. Diagnosis banding Pitiriasis versikolor dengan lesi hipopigmentasi yaitu :
Pitiriasis Alba, Vitiligo, Morbus Hansen tipe Tuberkuloid Hipopigmentasi
paska Inflamasi
PENATALAKSANAAN
Menghilangkan faktor-faktor predisposisi
Pengobatan : - Menyeluruh
- Tekun dan teratur
- Obat topikal atau sistemik
A. Obat topikal
1. Krim Miconazole 2%, dioleskan sehari 2 kali selama 3 – 4 minggu untuk
lesi di muka dan badan yang tidak luas.
2. Solusio natrium thiosulfate 25%, dioleskan sehari 2kali selama 2 minggu
(kurang dianjurkan oleh karena bisa menyebabkan iritasi, berbau tidak
enak dan tidak boleh untuk daerah wajah dan leher)
3. Krim Tretinoin 0,05% - 0,1% untuk lesi hiperpigmentasi dioleskan sehari
2 kali selama 2 minggu
4. Shampo Ketoconazole 1 – 2% dioleskan pada lesi selama 10 – 15 menit
sebelum mandi seminggu 2 kali selama 2 – 4 minggu.
5. Larutan propylene glycol 50% dalam air dioleskan seluruh tubuh sehari 2
kali selama 2 minggu. Merupakan sediaan yang murah, efektif, kosmetik
bagus, memberikan hasil bagus dan sangat kecil efek iritasi kulitnya.
B. Obat sistematik (digunakan bila lesi luas, resisten terhadap obat topikal,
sering kambuh)
1. Ketoconazole :
- Dosis anak-anak : 3,3 – 6,6 mg/kgBB/hari
- Dosis dewasa : 200 mg/hari
- Diberikan sehari sekali sesudah makan pagi
- Lama pemberian : 10 hari
PROGNOSIS
1. Kekambuhan tinggi (40 – 70%)
2. Perlu pengobatan pemeliharaan untuk mencegah kambuh : Ketoconazole
400mg satu kali/ bulan atau ketoconazole 200mg selama 3 hari berturut-
turut tiap bulan selama faktor predisposisi masih ada, rata-rata selama 1
tahun
Page 18
18
3. Hipopigmentasi lama bertahan, penjelasan ke penderita sangat penting.
Topikal kortikosteroid sedang/ringan dan preparat coal tar Liquor Carbonas
Detergen (LCD) 5% malam hari dapat membantu repigmentasi kulit.
TUGAS DISKUSI MODUL
Diskusi kasus untuk dipresentasikan
Buatlah ilustrasi kasus penderita Pitiriasis versikolor untuk dipresentasikan
yang berisikan :
1. Identitas
2. Anamnesis / riwayat penyakit
3. Pemeriksaan klinis
4. Diagnosis banding
5. Pemeriksaan penunjang
6. Diagnosis
7. Penatalaksanaan