Top Banner
271 MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI KALIMAT EFEKTIF PADA SURAT UNDANGAN (PROJECT BASED LEARNING MODEL ASSISTED WITH CARD MEDIA IN INDONESIAN LANGUAGE LEARNING OF EFFECTIVE SENTENCES ON INVITATIONS) Wahyu Bagja Sulfemi STKIP Muhammadiyah Bogor Jalan. Raya Leuwiliang No.106 Bogor Ponsel: 081298977776 Pos-el: [email protected] Siswanto Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung Pos-el: [email protected] Toni Heryadi Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung Pos-el: [email protected] Anggun Nurfitria Soleh SDIT Mutiara Islam. Depok Jalan Melati Raya No. 129. Depok Jaya, Pancoranmas, Depok Pos-el: [email protected] Abstract This paper on classroom action research aims at increasing motivation, interest, and Indonesian learning outcomes of seventeen 5 th -graders of SDIT Mutiara Islam. This paper was motivated by the students’ low score on Indonesian learning which was on an average of 60 and only 3 students (17.6%) had completed the learning. In the first cycle of learning improvement the average score of the students was 66 points. In the second cycle of learning improvement the students’ average score managed to reach 82 points. There were 15 (88.2%) students who had completed the learning. It is concluded that the use of Project Based Learning models can improve the students’ learning outcomes, motivation, and interest. The use of card media can increase the students’ interest in learning activities. Keywords: Project-Based Learning, card media, Indonesian language Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi, minat, dan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDIT Mutiara Islam dengan jumlah peserta didik 17 orang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar peserta didik mata pelajaran Bahasa Indonesia yang hanya mencapai rata-rata 60 dan hanya tiga orang (17,6 %) yang tuntas dalam pembelajaran. Pada perbaikan pembelajaran siklus pertama nilai rata-rata peserta didik mencapai 66. Pada perbaikan pembelajaran siklus kedua nilai rata-rata peserta didik mengalami
14

MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

Oct 05, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

271

MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI KALIMAT EFEKTIF PADA SURAT UNDANGAN

(PROJECT BASED LEARNING MODEL ASSISTED WITH CARD MEDIA IN INDONESIAN LANGUAGE LEARNING OF EFFECTIVE

SENTENCES ON INVITATIONS)

Wahyu Bagja SulfemiSTKIP Muhammadiyah Bogor

Jalan. Raya Leuwiliang No.106 BogorPonsel: 081298977776

Pos-el: [email protected]

SiswantoBalai Bahasa Provinsi Jawa Barat

Jalan Sumbawa Nomor 11, BandungPos-el: [email protected]

Toni HeryadiBalai Bahasa Provinsi Jawa Barat

Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung Pos-el: [email protected]

Anggun Nurfitria SolehSDIT Mutiara Islam. Depok

Jalan Melati Raya No. 129. Depok Jaya, Pancoranmas, DepokPos-el: [email protected]

Abstract

This paper on classroom action research aims at increasing motivation, interest, and Indonesian learning outcomes of seventeen 5th-graders of SDIT Mutiara Islam. This paper was motivated by the students’ low score on Indonesian learning which was on an average of 60 and only 3 students (17.6%) had completed the learning. In the first cycle of learning improvement the average score of the students was 66 points. In the second cycle of learning improvement the students’ average score managed to reach 82 points. There were 15 (88.2%) students who had completed the learning. It is concluded that the use of Project Based Learning models can improve the students’ learning outcomes, motivation, and interest. The use of card media can increase the students’ interest in learning activities.

Keywords: Project-Based Learning, card media, Indonesian language

Abstrak

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi, minat, dan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDIT Mutiara Islam dengan jumlah peserta didik 17 orang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar peserta didik mata pelajaran Bahasa Indonesia yang hanya mencapai rata-rata 60 dan hanya tiga orang (17,6 %) yang tuntas dalam pembelajaran. Pada perbaikan pembelajaran siklus pertama nilai rata-rata peserta didik mencapai 66. Pada perbaikan pembelajaran siklus kedua nilai rata-rata peserta didik mengalami

Page 2: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

272

Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284

perubahan yang memadai, yaitu 82. Peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 15 orang (88,2%). Disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Project Based Learning mampu meningkatkan hasil belajar motivasi, dan minat peserta didik. Penggunaan media kartu dapat meningkatkan minat peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Kata Kunci: Project Based Learning, media kartu, bahasa Indonesia

2017). Dalam pembelajaran ini peserta didik diharuskan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Artinya, peserta didik harus memahami mata pelajaran Bahasa Indonesia dan mendapatkan nilai sesuai atau melebihi KKM karena KKM dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan peserta didik dalam menerima pembelajaran di sekolah. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari sangat memegang peranan penting. Akan tetapi, pada kenyataannya pembelajaran bahasa Indonesia menjadi tidak menarik dan menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik (Sulfemi, 2020).

Rendahnya hasil belajar pada pelajaran Bahasa Indonesia sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nikmah (2017) dari Universitas Muria Kudus, yaitu “Keterampilan Menulis Surat Undangan di Kelas V SD Tuwang 1 Demak”. Dalam penelitian tersebut terdapat fakta adanya masalah terkait keaktifan peserta didik dan keterampilan menulis dalam pembelajaran yang berefek terhadap kurangnya kemampuan memahami materi. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Isthifa & Fitriani (2014) mengenai “Kemampuan Menulis Surat Undangan Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mesjid Rayai Banda Aceh” dalam jurnal Tunas Bangsa mengungkapkan pentingnya peserta didik mempunyai kemampuan teknik penulisan dan keterampilan menulis surat undangan. Hal itu disebabkan saat ini kemampuan teknik penulisan dan keterampilan menulis peserta didik belum memuaskan dan belum mencapai target yang maksimal.

Penelitian yang dilakukan oleh Murtono, Yuni & Ratnasari, Ika Oktavianti (2012) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik SD Kelas V di Kudus dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing”. Dalam penelitiannya disampaikan bahwa hasil nilai rata-rata ulangan harian kelas V adalah 58. Kondisi ini jauh di bawah rata-rata yang ditargetkan oleh SKM, yaitu 65.

1. PendahuluanTujuan pendidikan di Indonesia terdapat

pada UUD 1945, Pasal 31, Ayat 3 dan Ayat 5, serta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. UUD 1945, Pasal 31, Ayat 3 menyebutkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Artinya, dalam hal ini tanggung jawab pendidikan nasional ada di tangan pemerintah dengan tujuan pening-katan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia untuk mencerdaskan kehidupan manusia. Selanjutnya, dalam Ayat 5 disebutkan pula bahwa pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa (Sulfemi & Yasita, 2020).

Adapun tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia menurut BSNP (2006) adalah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Dari penjelasan tersebut dapat dirumuskan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia sangat penting sebagai penunjang keilmuan dalam arti untuk mempelajari ilmu-ilmu lain dan kesusastraan bahasa Indonesia itu sendiri. Di sekolah dasar pelajaran Bahasa Indonesia juga menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Dengan demikian, mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan pendidikan, baik bagi perorangan, masyarakat, maupun bangsa dan negara.

Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang resmi di negara Indonesia (Halijah,

Page 3: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

273

Selanjutnya, penelitian Harjono (2012) yang berjudul “Evaluasi Pembelajaran Siswa Aktif Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Sekolah Dasar” diperoleh nilai tertinggi hanya 63, sedangkan nilai terendah adalah 43. Pencapaian nilai rata-rata dari keseluruhan SD adalah 52,81. Pencapaian nilai ini masih jauh dari standar nilai sertifikasi guru, yakni ≥ 85.

Demikian pula dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDIT Mutiara Islam dengan materi penggunaan kalimat efektif dalam surat undangan, peneliti mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Saat pembelajaran peserta didik mendengarkan dan guru menjelaskan materi dengan lancar. Akan tetapi, ketika diberikan soal tes formatif dengan format 10 soal pilihan ganda dan 5 soal esai, nilai peserta didik rata-rata di bawah KKM. KKM pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDIT Mutiara Islam adalah 75, sedangkan KKM rata-rata yang didapat dari kelas tersebut adalah 60.

Jumlah peserta didik di kelas V ada 17 orang. Peserta didik yang tuntas 3 orang atau 17,6 % dan peserta didik yang tidak tuntas 14 orang atau 82,3 %. Hasil pengamatan guru untuk melihat hasil motivasi dan minat belajar peserta didik melalui tanya tanyab diperoleh hanya 4 orang atau 23,52 %, sedangkan peserta didik yang belum menjawab benar sebanyak 13 orang atau 76,47 %. Berdasarkan hasil tes formatif dan pengamatan tersebut terlihat bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan metode ceramah belum mendukung pembelajaran dengan baik sehingga peneliti ingin melakukan kajian tentang penyebab rendahnya nilai peserta didik pada pembelajaran tersebut dengan metode alternatif yang lain. Selain itu, suasana pembelajaran berlangsung pada siang hari dengan kondisi penyejuk ruangan (AC) kelas tidak berfungsi dengan baik dan posisi meja peserta didik pada saat itu saling berhadapan (formasi berkelompok). Dalam kondisi demikian peneliti merasa pembelajaran tidak berjalan dengan maksi-mal karena terdapat beberapa peserta didik yang berdialog antarmereka.

Selanjutnya, rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan oleh banyak fktor, terutama faktor guru dan peserta didik. Guru sebagai komponen penting dalam proses belajar mengajar mempunyai peran yang sangat strategis dalam usaha pembentukan

sumber daya manusia berkualitas. Dalam hal ini guru melaksanakan tugasnya baik sebagai perencana pengajaran, sebagai pelaksana maupun sebagai evaluator pengajaran, bahkan guru diharapkan memodifikasi rancangan dan pelaksanaan pengajaran, berperan aktif, serta menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional yang sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai dengan harapan (Sulfemi & Kamalia, 2020).

Pembelajaran dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen, antara lain: (1) tujuan, (2) subjek belajar, (3) materi pelajaran, (4) strategi pembelajaran, (5) media pembelajaran, dan (6) penunjang. Komponen utama dalam sistem pembelajaran adalah subjek belajar karena berperan sebagai subjek sekaligus objek. Subjek belajar dalam hal ini adalah peserta didik. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur pendidikan formal maupun nonformal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak dapat belajar sendiri tanpa peran guru. (Setiyawan & Tri, 2018; Palettei & Sulfemi, 2019).

Media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi. Ketidakjelasan atau kerumitan materi pembelajaran dapat diatasi dengan menghadirkan media sebagai perantara (Putri, 2018). Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengomunikasikan materi pelajaran. Akan tetapi, perlu diingat bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaanya tidak sejalan dengan esensi tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Untuk itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media (Sulfemi, 2019)

Dengan kehadiran media pembelajaran, posisi guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar tetapi sebagai fasilitator. Guru bukan menjadi satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik melainkan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Untuk memperbaiki pembelajaran peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran baru untuk meningkatkan

Page 4: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

274

Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284

hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model Project Based Learning, yaitu untuk meningkatkan motivasi peserta didik. Peserta didik akan tekun dan berusaha keras dalam mencapai projek dan merasa bahwa belajar dalam projek lebih menyenangkan daripada dalam komponen kurikulum yang lain.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Secara harfiah, penelitian PTK berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classroom Action Reseach yang berarti action reseach (penelitian dengan tindakan atau intervensi tertentu) yang dilakukan di kelas. Model PTK yang digunakan adalah model Elliot. Model ini mensyaratkan bahwa kegiatan penelitian tindakan dilakukan melalui tahapan-tahapan penelitian, yakni perencanaan umum, implementasi, monitoring implementasi, efek, penjelasan kegagalan, dan rancangan ulang (Sulfemi & Mayasari, 2019).

Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDIT Mutiara Islam yang berjumlah 17 orang yang terdiri atas 8 orang laki-laki dan 9 orang peserta didik perempuan. Sekolah ini beralamat di Jalan Melati Raya Nomor 129, Kelurahan Depok Jaya, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok, dengan NPSN 20253357 SDIT dan terakreditasi B.

Analisis data diawali dengan penelaahan data, pengelompokkan data, penulisan yang sistematis, penafsiran data, dan terakhir verifikasi data. Selanjutnya, data dikumpulkan untuk dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase agar terlihat secara signifikan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua siklus perbaikan. Pada proses perbaikan pembelajaran, peneliti melakukan beberapa tahapan, yaitu (1) melakukan perencanaan kegiatan pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran; (3) mela-kukan pengamatan dalam proses KBM; dan (4) melakukan refleksi dari hasil KBM. (Sulfemi & Yuliana, 2019; Irmawati, 2019)

Data yang terkumpul dari hasil tes tertulis dianalisis pada setiap siklus dengan cara sebagai berikut: (1) pada prasiklus terdapat 5 soal pilhan ganda dan 5 soal isian dengan penilaian yang telah ditentukan; (2) pada siklus 1 terdapat 5 soal pilihan ganda dan 10 soal isian dengan poin penilaian yang telah ditentukan; (3) pada

siklus 2 terdapat 5 soal pilihan ganda dan 5 soal isian dengan penilaian yang telah ditentukan. Untuk mengisi lembar pengamatan dilakukan penilaian dan diskusi dengan guru kelas tentang kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran (Arikunto, 2007).

Rumus dalam menghitung hasil evaluasi belajar peserta didik pada setiap siklus adalah jumlah jawaban benar dibagi total skor dikalikan 100. Selanjutnya, menentukan rentang nilai (R) siklus dengan rumus R = nilai terbesar dikurangi nilai terkecil. Tahap berikutnya adalah menentukan banyak kelas interval (B) dengan rumus B = 1+3,3 logsn. Tahap terakhir adalah menentukan panjang dari interval kelas dengan menggunakan rumus P = Rentang Nilai dibagi Banyak Kelas. (Putri, 2018; Prihatiningsih. dkk, 2018; Wardani, 2014)

2. Kerangka Teori2.1 Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Menurut Jihad (2013:14), menyampaikan hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemprosesan ma-sukan (input). Menurut Anitah (2019:27), hasil belajar peserta didik juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor dari dalam diri peserta didik, yaitu kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, kelemahan, kesehatan, dan kebiasaan peserta didik. Kedua, faktor lingkungan fisik dan nonfisik, termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan, lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah pelaksana pembelajaran, dan teman sekolah.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar pada hakikatnya adalah suatu usaha dalam mewujudkan tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia yang ada dalam kurikulum pendidikan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik sekolah dasar mulai dari kelas I sampai kelas VI. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia menurut kurikulum meliputi komponen berbahasa dan kemampuan bersastra.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar dimaksudkan agar peserta didik tidak hanya mempelajari bahasa Indonesia dalam lingkup teori semata, tetapi peserta didik dapat menggunakan kemampuannya secara fungsional, otentik, dan utuh dalam

Page 5: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

275

berkomunikasi (Resmini, 2009:28). Lebih lanjut Djuanda (2014:4) mengemukakan bahwa ketika pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung peserta didik harus dihadapkan pada kondisi pembelajaran bahasa yang mirip dengan kondisi pada waktu peserta didik menggunakan bahasa itu dalam kehidupan sehari–hari. Bahasa harus dilihat sebagai suatu totalitas yang melibatkan peserta didik secara utuh bukan sekadar intelektual semata.

2.2 Model Pembelajaran Project Based Learning Menurut Alimah & Marianti (2016:

13), model pembelajaran merupakan cara pembelajaran yang memiliki tujuan dan sintaksis tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu, Maulana (2011:86) menyampaikan model pembelajaran sebagai pola interaksi peserta didik dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Model pembelajaran berbasis projek (project based learning) adalah pembelajaran inovatif yang berpusat pada peserta didik (student centered) dan menetapkan guru sebagai motivator dan fasilitator sehingga peserta didik diberi peluang bekerja secara otonom mengonstruksi belajarnya (Aqib, 2013:66). Menurut Afriana (2015) pembelajaran berbasis projek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dalam memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Pengalaman belajar peserta didik dan konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis projek.

Menurut Lindawati (2013:43), Project Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang membenturkan peserta didik pada masalah-masalah praktis melalui stimulus dalam belajar. Peranan guru sangat penting dalam memberikan stimulus-stimulus agar peserta didik dapat melakukan pembelajaran secara mandiri, menemukan pemahamannya sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya secara kolaboratif. Lebih lanjut Sari (2015:4) mengatakan Project Based Learning adalah pendekatan yang berpusat pada prinsip dalam

konsep utama suatu disiplin, dalam prosesnya melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya. Hal ini mendorong peserta didik untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata.

Daryanto (2014:42) memyampaikan bahwa kelebihan dari pembelajaran berbasis projek adalah (1) meningkatkan motivasi peserta didik; (2) menjadikan peserta didik tekun dan berusaha keras dalam mencapai projek sehingga lebih menyenangkan daripada komponen kurikulum yang lain; (3) meningkatkan kemampuan memecahkan masalah; (4) meningkatkan kolaborasi antarkelompok; 5) meningkatkan keterampilan mengelola sumber belajar; (6) menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik berkembang sesuai dengan dunia nyata; dan (7) membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga peserta didik dan pendidik menikmati proses pembelajaran.

2.3 Pengertian Media Pembelajaran Kartu Iswidayati (2010:2) menyatakan bahwa

media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pem-belajaran dan mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Media kartu merupakan media grafis bidang datar yang memuat tulisan, gambar, dan simbol tertentu. Sebagai media pembelajaran kartu dapat dibuat dengan berbagai bentuk dan model.

Media kartu merupakan media visual diam yang tidak diprojeksikan. Menurut Uno & Lamatenggo (2010:131), berbagai media yang tidak diprojeksikan seperti gambar, poster, chart, atau lainnya yang akan digunakan dalam proses pembelajaran kadang kala membutuhkan tempat untuk memamerkan atau memajang.

Menurut Indriana (2011:69), media kartu memiliki beberapa kelebihan, yaitu (1) mudah dibawa ke mana-mana; (2) praktis dalam membuat dan menggunakannya sehingga kapan pun anak didik dapat belajar dengan baik menggunakan media ini; (3) mudah diingat, karena kartu ini bergambar yang sangat menarik perhatian; dan (4) menyenangkan sebagai media pembelajaran, bahkan dapat digunakan dalam permainan.

Page 6: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

276

Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284

2.4 Hakikat Penelitian Tindakan KelasPenelitian tindakan kelas adalah penelitian

yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar peserta didik meningkat. Karakter penelitian tindakan kelas, yaitu (1) adanya masalah dalam PTK yang diawali dengan kesadaran guru bahwa praktik mengajar yang dilakukannya selama ini di kelas belum maksimal dalam mengajar dan (2) guru merasa ada hal yang harus diperbaiki dalam praktek mengajar selama ini (Wardani, 2014:16—17).

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh pendidik di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai tenaga pendidik sehingga hasil belajar peserta didiknya dapat meningkat (Kunandar, 2011:45). Iskandar (2009:21) menambahkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis, dan empiris reflektif terhadap suatu tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti.

3. Hasil dan PembahasanPenelitian ini diawali dengan tahap

prasiklus dan kemudian dilanjutkan dengan tahap perbaikan pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 dengan waktu 3 x 35 menit atau 3 jam pembelajaran. Selama proses pembelajaran dan perbaikan pembelajaran peneliti didampingi wali kelas dan kepala sekolah di SDIT Mutiara Islam, untuk mengamati kelemahan dan kekuatan guru dalam melakukan proses pembelajaran.

Proses pembelajaran prasiklus dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Januari 2020 dengan menggunakan metode ceramah, buku pegangan siswa dan guru, LKS, serta media papan tulis. Berikut ini kegiatan pembelajaran prasiklus. Tahap pertama melakukan perencanaan dengan rincian kegiatan, yaitu (a) membuat rencana pembelajaran, (b) mencari indikator sekaligus tujuan dalam pembelajaran, (c) membuat dan menentukan langkah-langkah dalam proses KBM, (d) menentukan materi, (e) mencari, menentukan, dan membuat alat atau media, (f) menyiapkan

dan membuat lembar kerja untuk siswa, dan (g) membuat dan menyusun evaluasi belajar. Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan. Tahap ini dipilah menjadi kegiatan awal, inti, dan akhir atau penutup. Kegiatan awal dilaksanakan dengan tahapan (a) guru memberikan salam pada siswa serta mengajak siswa untuk berdoa, (b) melakukan presensi peserta didik, (c) memberikan motivasi dengan melakukan tepuk fokus dan menyayikan lagu “Halo-Halo Bandung,” (d) menyampaikan tujuan dalam pembelajaran, dan (e) melakukan tanya jawab. Selanjutnya, pembelajaran inti dilakukan dengan tahapan (a) guru menjelaskan materi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Penulisan Kalimat Efektif dalam Surat Undangan, (b) peserta didik diperintahkan untuk memerhatikan teks surat, (c) peserta didik dipersilakan menanyakan jika belum memahami meteri, dan (d) tanya jawab antara guru dan peserta didik. Kegiatan terakhir adalah kegiatan penutup yang dilakukan dengan tahapan (a) siswa dipersilakan bertanya mengenai materi yang belum diketahui, (b) guru bersama siswa menyimpulkan materi, (c) siswa diminta untuk mengerjakan lembar kerja, (d) guru memberikan nilai hasil evaluasi, (e) guru memberikan dan menyampaikan umpan balik, (f) guru memberikan motivasi dan penguatan materi serta menutup pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan saat prasiklus diperoleh jumlah keseluruhan sebesar 1024, rata-rata kelas 60, nilai tertinggi 84, dan nilai terendah 40. Hasil belajar ini masih di bawah KKM yang ditetapkan, yaitu 75. Peserta didik yang tuntas hanya 3 orang atau 17,6 % 14 orang atau 82,3% mendapat nilai di bawah KKM.

Berdasarkan data, hasil perhitungan interval nilai hasil belajar pada prasiklus berada pada rentang kelas 44. Banyak kelas interval adalah 49,6 dibulatkan menjadi 5, dan panjang kelas interval 8,8 dibulatkan menjadi 9. Berdasarkan data, hasil perhitungan interval kelas yang berada di rentang nilai 77—85 terdapat 2 orang (11,76%), di rentang nilai 68—76 terdapat 4 orang (23,53%), di rentang nilai 59—67 terdapat 3 orang (17,65%), di rentang nilai 50—58 terdapat 4 orang (23,53%), di rentang nilai 40—49 terdapat 4 orang (23,53%), Berikut hasil perhitungan interval kelas yang disajikan dalam bentuk grafik frekuensi hasil belajar prasiklus.

Page 7: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

277

Grafik 3.1 Distribusi Frekuensi Prasiklus

Berdasarkan Tabel 3.1, peserta didik terbanyak berada di rentang nilai 50—58 dan rentang nilai 40—49. Dengan demikian, hasil pembelajaran pada prasiklus didominasi oleh nilai yang berada di bawah KKM.

Dari hasil pengamatan guru untuk melihat motivasi dan minat belajar pada saat pembelajaran prasiklus terdapat 4 peserta didik atau 23,52% yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara langsung, sedangkan sebanyak 13 orang peserta didik atau 76,47% belum dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, hampir sebagian besar peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Setelah pembelajaran prasiklus dilakukan, dilaksanakan refleksi untuk membuat analisis, sintesis, interpretasi, atau penjelasan terhadap semua informasi yang diperoleh dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Kemudian, temuan tersebut didiskusikan untuk mengetahui persentase pelaksanaan prasiklus yang diperoleh. Dari hasil temuan Prasiklus dapat diketahui rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi Penulisan Kalimat Efektif dalam Surat Undangan. Masalah ini harus segera ditindaklajuti agar pada pembelajaran berikutnya hasil belajar, minat, dan motivasi peserta didik dapat ditingkatkan.

Rendahnya hasil belajar ini tidak lepas dari kekurangan metode ceramah, yaitu (1) penguasaan materi oleh peserta terbatas pada materi yang dikuasai oleh guru; (2) metode ceramah yang disajikan tanpa alat peraga mengakibatkan verbaisme; (3) ada kebosanan dan kejenuhan peserta didik; dan (4) pembelajaran menjadi pasif karena peserta didik hanya berperan sebagai pendengar dan penonton

materi yang disajikan guru (Sulfemi, 2019). Setelah dilaksanakan pembelajaran

prasiklus, nilai rata-rata peserta didik berada di bawah KKM. Oleh karena itu, dilakukan perbaikan pembelajaran siklus 1 yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 31 Januari 2020. Metode yang digunakan adalah metode visual dan demonstrasi. Tahapan perencanan pembelajaran serta pelaksanaan pendahuluan dan kegiatan akhir hampir sama dengan pada saat prasiklus, tetapi perbedaan pada saat pelaksanaan kegiatan inti adalah tahapan sebagai berikut: 1) guru mengeluarkan beberapa contoh surat undangan dan ditunjukan pada siswa; 2) siswa diminta mengamati satu persatu surat undangan tersebut; 3) beberapa siswa diminta untuk maju ke depan kelas untuk menjelaskan apakah kalimat yang ada pada surat undangan itu sudah menggunakan kalimat efektif atau belum, serta sesuai dengan EYD atau tidak; 4) guru mempersilakan siswa yang ingin bertanya kepada temannya; 5) guru mengamati dan mencatat siswa yang aktif dalam pembelajaran; dan 6) guru menjelaskan materi yang sudah disiapkan dengan menggunakan salindia (power point).

Dalam pembelajaran siklus 1 didapatkan fakta bahwa hasil bahwa hasil belajar mengalami peningkatan rata-rata kelas dari 60 ke 66 meskipun rata-rata tersebut masih di bawah KKM. Dari 17 orang anak di kelas V SDIT Mutiara Islam yang tuntas atau mendapat nilai di atas KKM sebanyak 5 orang atau 29,41 %, sedangkan yang belum tuntas sebanyak 12 orang atau 70,58%. Jumlah nilai keseluruan berjumlah 1127, nilai tertinggi dengan nilai 100 dan nilai terendah 36.

Berdasarkan data tersebut kemudian dibuat perhitungan interval, yaitu banyak kelas interval 49.6 dibulatkan menjadi 5, dan panjang kelas interval 12.8 dibulatkan menjadi 13. Berdasarkan data hasil perhitungan interval kelas peserta didik yang berada di rentang nilai 89—102 ada 3 orang atau 17,65%, peserta didik yang berada di rentang nilai 76—88 ada 2 orang atau 11,76%, peserta didik yang berada di rentang nilai 63—75 pada 5 orang atau 29,41%, peserta didik yang berada di rentang nilai 50—62 ada 4 orang atau 23.53%, dan peserta didik yang berada di rentang nilai 36—49 ada 3 orang peserta didik atau 17,65%. Dengan demikian, dalam siklus 1

Page 8: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

278

Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284

nilai mulai didominasi oleh peserta didik yang berada di rentang 63—75, yaitu sejumlah 5 orang atau 29,41%. Berikut hasil perhitungan interval kelas yang disajikan grafik frekuensi hasil belajar siklus 1.

Grafik 3.2 Distribusi Frekuensi Siklus 1

Berdasarkan Grafik 3.2, pada pembelajaran siklus 1 nilai mulai didominasi oleh peserta didik yang berada di rentang nilai 63—75 dengan jumlah 5 orang atau 29,41%. Akan tetapi, hasil ini belum mencapai kriteria hasil ketuntasan minimal.

Untuk melihat motivasi dan minat belajar guru melakukan pengamatan. Hasil pengamatan guru pada saat pembelajaran siklus 1 didapati bahwa peserta didik yang sudah dapat menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 7 orang atau 41,17%, sedangkan peserta didik yang belum mampu menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 10 orang atau 58, 82%.

Hasil dari siklus 1 ini selajutnya diamati dan direfleksi dengan hasil sebagai berikut (1) metode yang digunakan sudah cukup baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa; (2) media belajar yang digunakan sudah cukup baik, namun salindia yang digunakan masih terlihat monoton; dan (3) masih terlihat ada beberapa siswa mengobrol dan belum termotivasi untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus 1, ternyata nilai rata-rata peserta didik masih ada yang berada di bawah KKM. Oleh karena itu, peneliti dan teman sejawat berdiskusi untuk melakukan pembelajaran siklus 2 dengan tujuan perbaikan pembelajaran dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

Siklus 2 dilaksanakan Rabu, 18 Februari

2020. Metode yang digunakan pada siklus 2 adalah dengan metode Pembelajaran Berbasis Projek. Pada pembelajaran ini dibuat projek untuk menarik minat dan motivasi peserta didik dalam belajar. Peserta didik diminta membuat kartu undangan ulang tahun dan mengisinya dengan kalimat efektif untuk mengajak teman-temannya hadir dalam acara ulang tahunnya. Berikut ini kegiatan dalam pembelajaran pada siklus 2: (1) guru menjelaskan ringkasan materi tentang penggunaan kalimat efektif pada surat undangan; (2) siswa diminta mengeluarkan dan menyiapkan perlengkapan yang sudah dibawa dari rumah; (3) guru memberikan penjelasan tentang prosedur pelaksanaan dan batas waktu pembuatan projek; (4) siswa mulai mengerjakan pembuatan surat undangan ulang tahun; (5) guru mengamati dan mencatat siswa yang aktif dalam pembelajaran dalam lembar pengamatan; (6) guru berkeliling melihat apakah ada siswa yang memerlukan bantuan; (7) guru mengingatkan batas waktu pengerjaan projek; dan (8) setelah waktu habis guru meminta siswa untuk mengumpulkan projek.

Untuk pelaksanaan kegiatan penutup, dilakukan proses pembelajaran (1) guru melakukan penilaian keterampilan siswa dalam membuat projek sesuai panduan rubrik yang sudah dibuat guru; (2) guru memberikan apresiasi untuk hasil projek siswa yang bagus, dengan tepuk Good Job; (3) guru melakukan tanya jawab singkat tentang pembelajaran; dan (4) siswa melakukan refleksi atas kegiatan yang sudah dilakukan.

Pada siklus 2 terjadi peningkatan hasil belajar yang cukup baik. Rata-rata nilai KKM peserta didik sudah melampaui rata-rata KKM yang sudah ditetapkan, yaitu pada nilai 82 dari 75 nilai KKM yang ditetapkan. Jumlah nilai keseluruhan 1.398, nilai tertinggi 100 didapat oleh 3 orang peserta didik dan nilai terendah dengan nilai 66 didapat oleh 2 peserta didik. Peserta didik yang tuntas sebanyak 15 orang atau (88,2 %) dan yang tidak tuntas sebanyak 2 orang atau (11,7%).

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil perhitungan interval nilai hasil belajar pada siklus 2 diperoleh rentang kelas 34. Banyak kelas interval ialah 49,6 dibulatkan menjadi 5 dan panjang kelas interval ialah 6,8 dibulatkan menjadi 7. Berdasarkan hitungan interval dapat diketahui jumlah peserta didik yang berada di

Page 9: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

279

rentang nilai 95—100 ada 3 orang atau 17,65%, peserta didik yang berada di rentang nilai 88—94 ada 2 orang atau 11,76%, jumlah peserta didik yang berada di rentang nilai 81—87 ada 4 orang atau 23,53%, jumlah peserta didik yang berada di rentang nilai 74—80 ada 6 orang atau 35,29%, dan jumlah peserta didik yang berada di rentang nilai 66—73 ada 2 orang atau 11,76%. Berikut grafik distribusi frekuensi hasil belajar siklus 2.

Grafik 3.3 Distribusi Frekuensi Siklus 2

Berdasarkan grafik 3.3 peserta didik yang terbanyak berada pada rentang 74—80. Dengan demikian pembelajaran siklus 2 ini sudah didominasi oleh peserta didik yang berada di atas ketentuan minimal atau dalam katagori tuntas, sedangkan dari hasil pengamatan guru pada saat pembelajaran siklus 2 terdapat 13 peserta didik atau sebesar 76,47% yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara langsung dan sebanyak 4 peserta didik atau 23,52% belum dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Data tersebut kemudian dihitung persentase hasil pengamatannya pada setiap siklus dan dirangkum dalam bentuk tabel. Berikut adalah hasil rangkumannya.

Tabel 3.1 Rangkuman Persentase Keberhasilan Hasil Belajar Peserta Didik

No KriteriaPrasiklus Siklus 1 Siklus 2

Jmlh % Jmlh % Jmlh %

1 Tuntas 3 17,6 5 29,41 15 88,2

2 Belum Tuntas 14 82,3 12 70,58 2 11,7

3 Rata-Rata 60 66 82

Dengan melihat Tabel 3.1, perbandingan

perolehan nilai ketuntasan belajar pada prasiklus, siklus 1, dan siklus 2 terus mengalami peningkatan. Berikut rangkuman hasil belajar setiap siklus yang disajikan dalam grafik dan tabel berikut ini.

Grafik 3.4 Ketuntasan Belajar Peserta Didik Setiap Siklus

Grafik 3.4 menunjukan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik di setiap siklusnya. Pada prasiklus peserta didik yang tuntas hanya 3 orang (17,65), kemudian di siklus 1 menjadi 5 orang (29,415), dan meningkat pada siklus 2 menjadi 15 orang peserta didik yang tuntas atau 88,2%, sedangkan untuk rangkuman hasil rata-rata pembelajaran setiap siklus disampaikan dalam grafik berikut ini.

Grafik 3.5 Persentase Pembelajaran

Grafik 3.5 menunjukan terjadinya peningkatan hasil belajar dari prasiklus dengan nilai rata-rata 60 kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 66. Pada siklus 2 terjadi peningkatan yang cukup besar dengan rata-rata 82.

Berikut hasil rekap data pengamatan guru terhadap peserta didik yang dapat menjawab dan tidak menjawab pada Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2 yang disajikan dalam tabel 2 berikut ini.

Page 10: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

280

Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284

Tabel 3.2 Persentase Hasil Pengamatan

No. KriteriaPrasiklus Siklus 1 Siklus 2

Jmlh % Jmlh % Jmlh %

1 Dapat Menjawab 4 23,52 7 41,17 13 76,52

2Tidak Dapat

Menjawab13 76,47 10 58,82 4 23,52

Tabel 3.2 menunjukkan perbandingan perolehan motivasi dan minat belajar yang dilakukan lewat tanya jawab dengan guru pada prasiklus, siklus 1, dan siklus 2 terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran meningkat pula.

Berikut adalah rangkuman pengamatan proses belajar peserta didik pada setiap siklus yang disajikan di dalam Grafik 3.6.

Grafik 3.6 Hasil Pengamatan

Grafik 3.6 menunjukan peserta didik yang mampu menjawab pertanyaan mengalami peningkatan dari prasiklus sebanyak 4 orang, siklus 1 sebanyak 7 orang, dan terus meningkat pada siklus 2 sebanyak 12 orang, sedangkan peserta didik yang tidak dapat menjawab terlihat menurun dari 13 orang pada prasiklus, turun menjadi 10 orang pada siklus 1, dan turun lagi pada siklus 2 menjadi sebanyak 4 orang.

Dari hasil siklus 2 sebagian besar peserta didik mengalami peningkatan dalam hasil belajarnya. Dengan metode pembelajaran berbasis projek (Project Bases Learning / PjBL) peserta didik lebih termotivasi dalam belajar. Hal itu sesuai dengan pendapat Suciani (2018) dan Rizkamariana (2019) yang mmenyatakan bahwa kelebihan PjBL di antaranya adalah meningkatkan motivasi dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Daryanto (2014:42) menegaskan

bahwa model pembelajaran berbasis projek (project based learning) memberikan manfaat (1) meningkatkan motivasi peserta didik; (2) meningkatkan kemampuan memecahkan masalah; (3) meningkatkan kolaborasi; (4) meningkatkan keterampilan mengelola sumber; (5) meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber belajar; (6) menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik berkembang sesuai dengan dunia nyata; dan (7) membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga peserta didik dan pendidik menikmati proses pembelajaran. Pembelajaran ini dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi siswa, baik lisan maupun tulis yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari–hari siswa bukan sekadar mendapat teori semata, tetapi mendapat keterampilan penggunaan kalimat efektif dalam surat undangan terutama pada peserta didik kelas V di SDIT Mutiara Islam.

Demikian pula penggunaan media kartu seperti yang disampaikan Nayazik (2019), Septiana (2019) dan Arsyad (20011:26) yang menyatakan bahwa media pembelajaran kartu memberikan kelebihan (1) dapat memperjelas penyajian materi; (2) meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat membangun motivasi belajar; (3) mempermudah interaksi langsung antara guru dengan siswa; dan (4) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

Walaupun demikian, ada beberapa peserta didik yang tidak mengalami peningkatan hasil belajar dengan metode Project Based Learning (PjBL) berbantu media kartu ini. Penyebabnya cenderung karena peserta didik memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi. Hasil ini sudah membuktikan bahwa metode Project Based Learning pada materi Penggunaan Kalimat Efektif pada Surat Undangan telah memberikan hasil belajar dan motivasi yang cukup baik untuk peserta didik. Peneliti dan penyelia 2 menganggap perbaikan pembelajaran telah berhsil dilakukan karena nilai rata-rata peserta didik telah melampaui KKM.

4. Penutup4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan

Page 11: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

281

Kelas (PTK) melalui pembelajaran prasiklus, dan perbaikan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 di kelas V SDIT Mutiara Islam pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Penggunaan Kalimat Efektif pada Surat Undangan dapat disimpulkan (1) nilai rata-rata peserta didik naik di setiap siklusnya, dari nilai rata-rata prasiklus 60, meningkat menjadi 66 pada siklus 1, dan terus meningkat menjadi 82 pada siklus 2; (2) dari hasil pengamatan guru, motivasi dan minat peserta didik mengalami peningkatan, yaitu pada prasiklus sebanyak 4 orang, pada siklus 1 sebanyak 7 orang, dan terus meningkat pada siklus 2 sebanyak 12 orang. peserta didik yang tidak dapat menjawab terlihat menurun, yaitu 13 orang pada prasiklus, turun menjadi 10 orang pada siklus 1, dan semakin menurun pada siklus 2 menjadi sebanyak 4 orang; (3) penggunaan metode pembelajaran berbasis projek mampu meningkatkan hasil belajar dan motivasi peserta didik. Hal ini dapat terlihat dari hasil pembelajaran di setiap siklus; (4) penggunaan media kartu undangan dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat dan motivasi hasil belajar. Selain itu, kegiatan itu

menjadi pengalaman belajar yang menyebabkan peserta didik dapat berkembang sesuai dengan dunia nyata dan membuat suasana belajar menjadi menyenangkan bagi peserta didik dan pendidik dalam menikmati proses pembelajaran.

4.2 SaranBerdasarkan beberapa simpulan yang telah

disebutkan, ada beberapa saran dan tindak lanjut yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta didik, antara lain (1) guru hendaknya mampu memilih metode dan media yang tepat dalam pembelajaran sehingga hasil belajar peserta didik dapat diperoleh dengan maksimal; (2) guru hendaknya mampu membiasakan diri dalam menganalisis hasil belajar peserta didik secara terus-menerus dan berkesinambungan; (3) kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan bentuk peningkatan profesional guru sebagai tenaga pendidik; (4) hendaknya seorang guru sering melakukan penelitian dan menghadiri kegiatan seminar dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas guru sebagai tenaga pendidik.

Daftar PustakaAnitah W., Sri, et al. 2019. Strategi Pembelajaran di Sekolah Dasar. Tangerang Selatan: Universitas

Terbuka. Afriana, Jaka. 2015. “Project Based Learning (PjBL)”. Makalah untuk Tugas Kuliah Pembelajaran IPA

Terpadu”. Bandung: Program Studi Pendidikan IPA Pasca-sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajan Kontekstual (Inovatif). Bandung: CV Yrama Widya.

Alimah, S. dan Marianti, A. 2016. Jelajah Alam Sekitar: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran Biologi Berkarakter untuk Konservasi. Semarang: FMIPA UNNES.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad. 2011. Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.BSNP 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah. Jakarta.Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.Djuanda, D. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung:

Pustaka Latifah. Halijah. 2017. “Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Indonesia dengan Menerapkan Model

Pembelajaran Think Pair Share”. Jurnal Global Edukasi. Vol. I No. 3, hlm. 325—330. http://jurnal. goretanpena.com/index.php/JGE.

Page 12: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

282

Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284

Harjono, Nyoto. 2012. “Evaluasi Pembelajaran Siswa Aktif Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 5 Sekolah Dasar”. Seloka. Vol. 1 No. 1, hal. 17—28. https://journal. unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/117.

Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: Diva Press.Isthifa, K. dan Fitriani. 2014. “Kemampuan Menulisi Surat Undangan Siswa Kelas V D MIN Masjidi

Rayai Banda Aceh”. Jurnal Tunas Bangsa, Vol 1. No.1, hlm.15—29. https://ejournal. bbg.ac.id/tunasbangsa/article/view/592/550.

Iswidayati, Sri. 2010. Pemanfaatan Media Pembelajaran Seni Budaya. Semarang: UNNES. Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada.Irmawati, A. 2019. “Keefektifan Model Experiential Learning dalam Pembelajaran Menulis

Puisi Naratif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dua Pitue Kabupaten Sidrap”. Totobuang. Vol.7.No.1, hlm139—155. https://totobuang.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/totobuang/article/view/113/90.

Jihad, Asep Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.Kusnandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai pengembangan Profesi Guru.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.Lindawati, F., Siska D. dan Maftukhin, A. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Project Based

Learning untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa MAN I Kebumen”. Jurnal Radiasi, Vol. 3, (1). 42—45.

Maulana. 2011. Dasar-Dasar Keilmuan dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Royyan Press.Murtono, Yuni. & Ratnasari, Ika Oktavianti. 2012. “Peningkatan Hasil Belajar Siswa SD Kelas 5

di Kudus dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing”. Jurnal Sosial dan Budaya. Vol. 5, No. 2, hal. 36—43. DOI: https://doi.org/10.26858/jkp.v1i1.5041.

Nayazik, A., Suwignyo, J. dan Meidika, F. 2019. “Peningkatan Kemampuan Kognitif dalam Mengurutkan Lambang Bilangan melalui Media Kartu Angka”. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 9 (2), hal.160—171. Doi: https://doi.org/ 10.24246/j.js.2019.v9.i2.p160—171

Nikmah, E. F. 2017. “Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Undangan melalui Model Quantun Writing Berbantuan Media Puzzle Kelas VD SD Tuwang 1 Demak”. Thesis. Universitas Muria Kudus. DOI: https://doi.org/10.24090/insania.v23i1.2005.

Palettei, Arsyad Djamaluddin, dan Sulfemi, W. Bagja. 2019. “Pengaruh Kelompok Kerja Guru (KKG) terhadap Peningkatan Kompetensi Pedagogik dan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah”. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia (JPDI). 7 (2). 53—58.DOI: http://dx.doi.org/10.26737/jpdi.v4i2.1522

Putri, H. P.. 2018. “Penerapan Metode Hypnoteaching untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Anak pada Siswa Kelas III SDN 030 Bagan Jaya”. Jurnal Basicedu, Vol.2. No. 1, hlm. 148—153. DOI: https://doi.org/ 10.31004/basicedu.v2i1.133

Prihatiningsih, Euniceo. 2018. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Picture and Pictur dan Model Make A Match terhadap Hasil Belajar Siswa”. JPSD. Vol. 4. No. 1, hal 1—14. DOI: http://dx.doi.org/10.30870/jpsd.v4i1.1441

Rizkamariana, Wulan, A. R. 2019. “Penerapan Project Based Learning untuk Melatih Kemampuan Literasi Tumbuhan Abad 21 pada Siswa SMA”. Assimilation:Indonesian Journal of Biology Education, 2(1), hal. 19—23. DOI: https://doi.org/10.17509/ aijbe.v2i1.15203.

Resmini, R. 2009. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press

Page 13: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

Wahyu Bagja S. et al: Model Project Based Learning ...

283

Sari, Erika Manda. 2015. “Pengaruh Model Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS di Kelas V. Artikel penelitian. Pontianak: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Dasar, Universitas Tanjung Pura.

Setiyawan, H. dan Tri, N. H. Y. 2018. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give pada Siswa Sekolah Dasar”. JPSD Vol. 4. No. 2, hal 162—174. DOI: http://dx. doi.org/10.30870/jpsd.v4i2.3859.

Septiana, Suaebah, S. 2019. “Edukasi Media Kartu Bergambar Berpengaruh terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak dalam Pemilihan Jajanan Sehat di SD Negeri Pontianak Utara. Pontianak Nutrition Journal (PNJ), 1(2), hal. 56—59. DOI: 10.30602 /pnj.v1i2.288.

Suciani, Tititri, et al. 2018. “Pemahaman Model Pembelajaran sebagai Kesiapan Praktik Pengalaman Lapangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Boga”. Jurnal Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. https://ejournal.upi.edu/ index.php/Boga/article/view/11599

Sulfemi, Wahyu Bagja. 2019. “Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping Berbantu Audio Visual dalam Meningkatkan Minat, Motivasi, dan Hasil Belajar IPS”. Jurnal PIPSI (Jurnal Pendidikan IPS Indonesia), 4 (1), hal. 13—19. DOI: http: //dx.doi.org/10.26737/jipips.v4i1.1204.

Sulfemi, Wahyu Bagja dan Mayasari, Nova. 2019. “Peranan Model Pembelajaran Value Clarification Technique Berbantuan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS”. Jurnal Pendidikan. 20. (1). 53-68. DOI: https://doi.org/ 10.33830/jp.v20i1.235.2019.

Sulfemi, Wahyu Bagja & Yuliana, Desi. 2019. “Penerapan Model Pembela-jaran Discovery Learning Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan”. Jurnal Rontal Keilmuan Pancasila dan Kewarganegaraan, 5 (1), hal. 17—30. DOI: http://dx.doi.org/ 10.29100/jr.v5i1.1021.

Sulfemi, Wahyu Bagja dan Yuliani, Nunung. 2019. “Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantu Media Miniatur Lingkungan untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS”. Edunomic: Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.7 (2). Hal. 73—84. DOI: 10.33603/ ejpe.v7i2. 1970|

Sulfemi, W. Bagja. 2020. “Pengaruh Rasa Percaya Diri dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru”. Nidhomul Haq: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), hal. 157—179. https://doi.org/ 10.31538/ndh.v5i2.557.

Sulfemi, W. B. dan Yasita, O. 2020. “Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Perilaku Bullying”. Jurnal Pendidikan. 21(2), hal. 133—147. https:// doi.org/10.33830/jp.v21i2.951.2020

Sulfemi, W. B. dan Kamalia, Y. (2020). “Jigsaw Cooperative Learning Model Using Audiovisual Media To Improve Learning Outcomes”. JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar). 6 (1), hal. 30—42. DOI: http://dx.doi.org/10.30870 /jpsd. v6i1.4919.

Uno, Hamzah dan Nina Lamatenggo. 2010. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta.

Wardani, IGAK. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Page 14: MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU MEDIA KARTU …

284

Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2020:271—284