Page 1
i
MISKONSEPSI IPA BIOLOGI PADA GURU KELAS V SEKOLAH
DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Maria Ayu Dwi Lestari
NIM: 151134064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 2
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 3
iii
PENGESAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 4
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk keluarga saya, terutama kedua orang tua
saya. Terimakasih sudah membesarkan dan mengajarkan saya untuk menjadi
wanita yang kuat dan mandiri. Saya sungguh merasa beruntung dicintai dan
mencintai kalian dalam hidup saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 5
v
MOTTO
In every life we have some trouble, but when you worry you make it double
-Bob Marley
Berusaha untuk lebih percaya diri, berusaha untuk tidak selalu mencari contoh
-EnyWinarti, Ph. D.
Manusia kadang lupa kalau Tuhan cuma punya 3 jawaban, yaitu 1. Iya 2. Tidak 3.
Nanti
-Vanesya Gabriella
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 6
vi
PERNYATAAN KEASILAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Juli 2019
Peneliti
Maria Ayu Dwi Lestari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 7
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Maria Ayu Dwi Lestari
Nomor Mahasiswa : 151134064
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
MISKONSEPSI IPA BIOLOGI PADA GURU KELAS V SEKOLAH
DASAR
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 26 Juli 2019
Yang menyatakan
Maria Ayu Dwi Lestari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 8
viii
ABSTRAK
MISKONSEPSI IPA BIOLOGI PADA GURU SEKOLAH KELAS 5
SEKOLAH DASAR
Maria Ayu Dwi Lestari
Universitas Sanata Dharma
2019
Ilmu Pengetahuan Alam berperan penting dalam menyokong kemajuan
teknologi. Siswa memiliki berbagai cara untuk belajar dan memahami IPA.
Selama proses belajar IPA dapat terjadi miskonsepsi. Hal ini dapat dibuktikan
dengan ditemukannya miskonsepsi dalam memahami IPA Biologi pada siswa-
siswa di SD Mentari Bersinar (bukan nama sebenarnya). Contohnya, siswa-siswa
tersebut mengatakan bahwa semua ikan pasti memiliki labirin. Hal ini mendorong
peneliti untuk mengekplorasi bagaimana pemahaman IPA Biologi pada Bapak
Sua (pseudonym) dan Ibu Hayati (pseudonym). Kedua guru tersebut adalah guru
yang mengampu pelajaran IPA di kelas V SD Mentari Bersinar (bukan nama yang
sebenarnya).
Usaha yang dilakukan untuk mempelajari kasus tersebut, peneliti
menggunakan metode fenomenologi. Data diambil melalui observasi, dept
interview interview, dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh lalu dianalisis
menggunakan triangulasi sumber. Dari beberapa proses tersebut ditemukan bahwa
partisipan utama, yaitu Bapak Sua (pseudonym) mengalami miskonsepsi pada
materi IPA Biologi kelas V sebesar 7,7% sedangkan Ibu Hayati (pseudonym)
sebesar 31%. Hal ini tentunya mempengaruhi partisipan lain, yaitu siswa yang
diajar oleh kedua guru tersebut. Sebagian besar miskonsepsi yang dialami oleh
siswa dikarenakan oleh guru, namun adapun faktor lain seperti buku dan orangtua.
Kata kunci: Miskonsepsi, IPA, Biologi, Guru, Sekolah Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 9
ix
ABTRACT
SCIENCE BIOLOGY MISCONCEPTION IN ELEMETARY SCHOOL 5th
GRADE TEACHER
Maria Ayu Dwi Lestari
Sanata Dharma University
2019
Natural sciences contribute role to support technology development.
Students has various way to learn and understand science.Throughout the
learning process, individual may experience misconception. This can be proven
from the students in Mentari Bersinar Elementary School (not the real name) who
got misconception towards Biology subject. For instance, the students claim that
all kind of fish have labyrinth. This case eventually triggered the reseacher to
explore the understanding of the related teachers about Biology, namely Mr. Sua
(pseudonym) and Ms. Hayati (pseudonym). The two teachers were the Biology
teachers who taught grade V students in Mentari Bersinar Elementary School (not
the real name).
The effort to investigate the case was the researcher employed
phenomenology method. The data was taken from observation, dept interview,
and documentation study. The collected data then were being analysed using
triangulation source. From the following process, it was found that Mr. Sua
(pseudonym) got misconceptions towards some Biology materials for 5th grade of
7,7% and Mrs. Hayati (pseudonym) of 31%. It absolutely affected other
participants; all the students who were taught by the two teachers. The major
factor of misconception experienced by the students was because of the teachers.
However, books and parents are also the other possible factors.
Keywords: misconception, Natural Sciences, Biology, teachers, Elementary
School
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 10
x
KATA PENGANTAR
Peneliti berusaha untuk menyelesaikan karya tulis yang berjudul
“Miskonsepsi IPA Pada Guru Sekolah Dasar” dengan sebaik mungkin, namun
semua ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai macam
pihak. Puji dan syukur peneliti ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat-Nya, sehingga peneliti selalu sehat jasmani dan tetap
memiliki semangat dalam proses pengerjaan karya tulis ini. Ucapan terimakasih
kepada Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Ibu Christiyanti
Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Universitas Sanata Dharma, Ibu Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku
Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata
Dharma. Selain itu, ucapan terimakasih kepada Ibu Wahyu Wido Sari, S. Si., M.
Biotech selaku dosen pembimbing satu atas kesediaannya berbagi pengetahuan
dan meluangkan waktu dan Ibu Eny Winarti, Ph. D selaku dosen pembimbing
akademik sekaligus dosen pembimbing dua, untuk segala dukungan dan dorongan
untuk peneliti lebih percaya diri, ketersediaan berbagi pengetahuan dan
pengalaman yang telah dituangkan selama membimbing, serta sudah meluangkan
waktu untuk peneliti.
Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada kepala sekolah, guru,
karyawan sekolah, serta siswa-siswa yang telah bersedia membantu. Peneliti
sangat bersyukur dapat berproses dan belajar banyak hal baru selama proses
pembuatan karya tulis ini. Selain itu, peneliti mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya untuk kedua orang tua yang sangat peneliti cintai Bapak Guruh
Paryono dan Ibu Emakulata, terimakasih sudah tangguh dan menjadi orang tua
yang hebat untuk peneliti. Kepada saudara-saudari peneliti, Romanus Angga
Pradipta, Bernadus Supranoto, Maria Nadia Sri Lestari, dan Veneranda Dian
Puspita Sari, terimakasih atas semangat dan canda tawa yang sudah kalian
utarakan untuk menghibur peneliti. Selain itu, ucapan terimakasih kepada sepupu
peneliti Jenny, Elisda, dan Calvin yang selalu menemani peneliti disaat susah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 11
xi
Tidak lupa, peneliti juga mengucapkan banyak terimakasih kepada sahabat-
sahabat peneliti yang terkasih Mieke, Denny, Adisty, Rita, Bena, Maya, Ludo,
Ivana, sahabat-sahabat Asrama Trenggono, serta sahabat-sahabat IPS 1 SMA
Stella Duce II yang tidak bisa peneliti ucapkan satu persatu, terimakasih atas
dukungan, saran, dan waktu yang telah kalian berikan untuk menemani peneliti
selama proses penulisan karya tulis ini. Ucapan terimakasih yang terakhir
keteruntuk teman-teman kelas A PGSD 2015, tanpa kalian peneliti hanya akan
menjadi manusia putus asa, terimakasih atas dinamika yang sudah dilalui
bersama.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini tidak sempurna dan memiliki
kekurangan, sehingga peneliti menerima kritik dan saran dengan terbuka. Semoga
karya ini dapat menjadi bahan pengetahuan yang baru dan pembelajaran yang
bermanfaat bagi pembaca.
Peneliti
Maria Ayu Dwi Lestari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 12
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
PERSEMBAHAN .................................................................................................. iv
MOTTO .................................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASILAN KARYA ................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABTRACT ............................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 6
D. Batasan Masalah ................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
F. Definisi Operasional ............................................................................. 9
BAB II ................................................................................................................... 10
LANDASAN TEORI ............................................................................................ 10
A. Kajian Pustaka .................................................................................... 10
1. Ilmu Pengetahuan Alam ........................................................... 10
2. Biologi ...................................................................................... 11
3. Deskripsi Materi IPA Biologi Kelas V ..................................... 11
4. Miskonsepsi .............................................................................. 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 13
xiii
5. Penyebab Miskonsepsi .............................................................. 24
B. Hasil dari Penelitian yang Relevan .................................................... 27
C. Literatur Map...................................................................................... 32
D. Kerangka Berpikir .............................................................................. 33
BAB III ................................................................................................................. 36
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 36
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 36
B. Setting Penelitian................................................................................ 37
1. Waktu Penelitian ....................................................................... 37
2. Lokasi Penelitian ...................................................................... 37
C. Desain Penelitian ................................................................................ 38
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 42
1. Observasi .................................................................................. 42
2. Wawancara ............................................................................... 43
3. Dokumen ................................................................................... 45
F. Instrumen Penelitian ........................................................................... 45
G. Kredibiltas dan Transferabilitas ......................................................... 49
H. Teknik Analisis Data .......................................................................... 52
BAB IV ................................................................................................................. 54
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 54
A. Observasi ............................................................................................ 54
1. Bapak Sua (pseudonym) ........................................................... 54
2. Ibu Hayati (pseudonym) ........................................................... 57
B. Wawancara ......................................................................................... 60
1. Bapak Sua (pseudonym) ........................................................... 60
2. Ibu Hayati (pseudonym) ........................................................... 68
3. Siswa ......................................................................................... 78
C. Dokumentasi....................................................................................... 84
BAB V ................................................................................................................... 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 14
xiv
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 86
A. Kesimpulan......................................................................................... 86
B. Keterbatasan ....................................................................................... 87
C. Saran ................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 89
LAMPIRAN .......................................................................................................... 94
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 15
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 INSTRUMEN WAWANCARA SEMITERSTRUKTUR ............................. 47
Tabel 2 HASIL OBSERVASI GURU ..................................................................... 54
Tabel 3 HASIL OBSERVASI GURU ..................................................................... 55
Tabel 4 HASIL OBSERVASI GURU ..................................................................... 56
Tabel 5 HASIL OBSERVASI GURU ..................................................................... 57
Tabel 6 HASIL OBSERVASI GURU ..................................................................... 58
Tabel 7 HASIL OBSERVASI GURU ..................................................................... 59
Tabel 8 HASIL MISKONSEPSI GURU................................................................. 76
Tabel 9 MISKONSEPSI KELAS PURNAMA ........................................................ 79
Tabel 10 MISKONSEPSI 1 KELAS BINTANG ..................................................... 80
Tabel 11 MISKONSEPSI 2 KELAS BINTANG ..................................................... 81
Tabel 12 MISKONSEPSI 3 KELAS BINTANG ..................................................... 82
Tabel 13 MISKONSEPSI 4 KELAS BINTANG ..................................................... 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 16
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I membahas (A) Latar Belakang Masalah, (B) Rumusan Masalah, (C)
Tujuan Penelitian, (D) Batasan Masalah, (E) Manfaat Penelitian, dan (F)
Definisi operasional
A. Latar Belakang Masalah
“Sains hari ini adalah teknologi hari esok” merupakan semboyan yang
berkali-kali dibuktikan kebenarannya oleh sejarah (Sumaji, 1998: 31). Kalimat
tersebut menyatakan bahwa sains atau Ilmu Pengetahuan Alam berperan penting
dalam menyokong kemajuan teknologi. Sebagai mahasiswa Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, peneliti harus mengusai muatan pelajaran IPA sekolah dasar. Hal
ini menunjukkan peran guru penting dalam IPA, namun bagaimana jika terjadi
kesalahan saat mengajarakan atau mempelajari IPA?
Darmojo (dalam Samatowa, 2011: 2) menjelaskan secara singkat bahwa
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan
segala isinya. Selain itu, Susanto (2016: 167) menjelaskan IPA adalah usaha sadar
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada
sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran guru,
khususnya sains di sekolah dasar, diharapkan mengetahui dan mengerti hakikat
pembelajaran IPA, sehingga dalam pembelajaran IPA guru tidak kesulitan dalam
mendesain dan melaksanakan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 18
2
Adapun tujuan dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut Badan
Nasional Standar Pendidikan (dalam Susanto, 2016: 171), yaitu:
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;
b) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; c)
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat; c) mengembangkan keterampilan proses
untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan; d) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; e) memperoleh
bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP.
Pembelajaran IPA sangat penting untuk dipelajari di sekolah dasar. Hal ini
dapat dibuktikan dalam Samatowa (2011: 5) yang menjelaskan bahwa ada
berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam
kurikulum. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat, yakni:
a) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kira tidak perlu dipersoalkan
panjang lebar. IPA merupakan dasar tekonologi, sering disebut-sebut
sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk
teknologi adalah IPA; b) bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 19
3
maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan
kesempatan berpikir kritis c) bila IPA diajarkan melalui percobaan-
percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah
merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka; d) mata
pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi
yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Indonesia berpartisipasi dalam Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) merupakan studi yang diinisiasi oleh the International
Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA). Dalam
Kemendikbud, dijelaskan bahwa:
TIMSS adalah studi internasional yang mengukur kemampuan siswa di
bidang matematika dan sains. TIMSS dilakukan dalam rangka
membandingkan prestasi Matematika dan IPA siswa kelas 8 dan kelas 4
di beberapa negara di dunia. TIMSS diselenggarakan secara rutin setiap 4
tahun sekali dan memungkinkan setiap negara melakukan pemantauan
tren antar siklus survei.
Siswa kelas IV SD baru diujikan pada tahun 2015 dalam Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS). Indonesia mendapatkan peringkat 45
dari 48 negara dalam bidang Sains, dimana Singapura yang merupakan negara
tetangga mendapatkan peringkat 1 dalam bidang yang sama. Jika dilihat dari
ranking, hasil dari TIMSS memperlihatkan bahwa Indonesia masih rendah dalam
pemahaman Sains.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 20
4
Hasil TIMSS tersebut menggambarkan kondisi yang didapatkan oleh
peneliti. Melalui wawancara tidak langsung di sebuah Sekolah Dasar di
Yogyakarta, peneliti menemukan bahwa siswa mengalami kesalahan konsep pada
materi organ pernapasan hewan. Wawancara tersebut dilakukan kepada 11 orang
siswa kelas 5. Awalnya peneliti bertanya “apa yang kalian ketahui tentang ikan?”
Salah satu siswa menjawab “ikan itu selalu hidup di air bu”, Peneliti kembali
bertanya “apakah kalian tahu yang disebut labirin pada ikan?” Kemudian siswa
yang berbeda menjawab “labirin itu selalu berpasangan dengan insang” Peneliti
lalu melanjutkan pertanyaan “berarti apakah semua ikan memiliki labirin?”
Secara bergantian siswa kelas V mengatakan bahwa semua ikan memiliki labirin.
Kemudian peneliti kembali bertanya “apakah kalian yakin?” Salah satu siswa
menjawab, “ya bu, karena jika ada ingsang pasti ada labirin.”
Pada materi yang berbeda, yakni pencernaan manusia. Peneliti bertanya
“apakah bakteri yang ada di dalam tubuh akan selalu bersifat negatif?”
Mayoritas siswa menjawab bahwa bakteri tidak selalu bersifat negatif, namun
beberapa siswa menjawab sebaliknya, yakni semua bakteri yang ada di dalam
tubuh akan bersifat negatif. Hal ini menunjukkan, tidak semua siswa sepakat
dengan jawaban bakteri tidak selalu bersifat negatif.
Kasus yang ditemukan merujuk pada kesalahan konsep atau miskonsepsi.
Hal ini dibuktikan dalam Azmiyawati, dkk (2008: 7)
Labirin berguna untuk menyimpan udara. Bagi ikan-ikan yang hidup di
air keruh atau di rawa-rawa, labirin sangat membantu untuk bernapas. Di
tempat-tempat tersebut kandungan oksigennya kurang. Oleh karena itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 21
5
ikan sering menuju permukaan air untuk mengambil oksigen dari udara.
Oksigen tersebut disimpan dalam labirin. Ikan yang memiliki labirin,
misalnya ikan gabus dan lele.
Sedangkan pada materi yang berbeda, dalam Prakoso (2018: 30) di usus besar
terdapat bakteri Escherichia coli yang berguna membusukkan sisa makanan
menjadi kotoran. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua bakteri yang ada di
dalam tubuh akan bersifat negatif.
Tentunya miskonsepsi adalah salah satu hambatan. Hal ini dapat dibuktikan
dalam Sumaji (1998: 55) yang mengungkapkan bahwa para ahli pendidikan
percaya bahwa miskosepsi dapat menghalangi pembelajaran pada aras yang lebih
maju, sebab konsepsi-konsepsi itu berbeda dengan konsepsi-konsepsi yang
esensial untuk memahami dan untuk belajar secara efisien. Sedangkan jika dilihat
dari definisi, Fowler (dalam Suparno, 2005: 5) menjelaskan dengan rinci arti
miskonsepsi yaitu sebagai pengertian yang tidak akurat dengan konsep,
penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan
konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak
benar.
Berdasarkan kasus miskonsepsi yang sudah ditemukan pada siswa kelas V
SD yang telah ditemukan oleh peneliti. Maka dari itu, peneliti mencoba
menemukan bagaimana pemahaman IPA Biologi pada guru yang mengajar siswa-
siswa tersebut. Partisipan utama dari penelitian ini adalah guru muatan pelajaran
IPA kelas V pada salah satu sekolah dasar negeri di Yogyakarta. Alasan peneliti
melakukan penelitian di sekolah tersebut adalah sekolah ini termasuk 10 sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 22
6
terbaik di suatu kecamatan, dimana terdapat lebih dari 50 SD dalam regional
tersebut. Perolehan nilai ujian nasional yang didapatkan sekolah tersebut
tergolong tinggi, yaitu pada tahun ajaran 2015/2016 dengan rata-rata nilai 91,56,
tahun ajaran 2016/2017 dengan rata-rata nilai 85,51, dan pada tahun ajaran
2017/2018 dengan rata-rata nilai 84,29.
Peneliti menyamarkan nama sekolah dasar tersebut dengan sebutan “SD
Mentari Bersinar” (nama sekolah disamarkan). Pengubahan nama juga
diberlakukan pada partisipan penelitian. Guru pertama disamarkan menjadi
“Bapak Sua (pseudonym)” dan guru kedua menjadi “Ibu Hayati (pseudonym)”.
Hal ini dilakukan agar memudahkan penyebutan nama guru dan sekolah pada
pembahasan selanjutnya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik
untuk mengkaji lebih dalam mengenai pemahaman guru kelas V pada materi IPA
Biologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan pertanyaan
“Bagaimana pemahaman guru kelas V SD Mentari Bersinar terhadap materi IPA
Biologi?”
C. Tujuan Masalah
Mengetahui pemahaman guru kelas V SD Mentari Bersinar terhadap materi
IPA Biologi.
D. Batasan Masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 23
7
Peneliti membatasi fokus penelitian pada Kompetensi Inti dan Kompestensi
Dasar Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI kelas V, yaitu:
Kompetensi Inti (KI)
3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara
mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, mahluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-
benda yang dijumpai di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
Kompetensi Dasar (KD)
3.1 Menjelaskan alat gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia serta
cara memelihara kesehatan alat gerak manusia; 3.2 Menjelaskan organ
pernafasan dan fungsinya pada hewan dan manusia, serta cara memelihara
kesehatan organ pernapasan manusia; 3.3 Menjelaskan organ pencernaan
dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan
organ pencernaan manusia; 3.5 Menganalisis hubungan antar komponen
ekosistem dan jaring-jaring makanan di lingkungan sekitar.
Alasan peneliti memilih KI KD IPA di atas adalah Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan salah satu muatan pelajaran inti di sekolah dasar. Selain itu, siswa
kelas V adalah golongan siswa kelas atas, dimana siswa kelas V akan disiapkan
untuk menghadapi ujian kelulusan dari sekolah dasar. Hal tersebut membuat siswa
harus mendapatkan bimbingan sebaik mungkin dari guru, khusunya muatan
pelajaran IPA.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 24
8
Hasil dari penelitian dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki
miskonsepsi yang terdapat di dalam muatan pelajaran IPA Biologi kelas V.
2. Mahasiswa PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)
Hasil dari penelitian dapat menambah wawasan bagi mahasiswa
tentang miskonsepsi IPA Biologi, sehingga dapat menghindari miskonsepsi.
3. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat membantu siswa kelas V dalam memahami
dan memperbaiki miskonsepsi dalam muatan pelajaran IPA Biologi.
4. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan pandangan baru tentang adanya
miskonsepsi dalam muatan pelajaran IPA Biologi kelas V, sehingga guru
dapat memperbaiki jika terjadi kesalahan atau miskonsepsi dalam
pembelajaran IPA Biologi.
5. Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi warga sekolah
untuk mengurai dan menghindari mikonsepsi pada muatan pelajaran IPA
Biologi kelas V.
6. Bagi Pembaca
Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
dalam memahami muatan pelajaran IPA Biologi, serta meminimalisir
miskonsepsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 25
9
F. Definisi Operasional
1. IPA (KBBI: Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah pengetahuan
sistematis yang diperoleh dari sesuatu observasi, penelitian, dan uji coba
yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang
diselidiki, dipelajari, dan sebagainya
2. Biologi (KBBI: Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah ilmu tentang
keadaan dan sifat mahluk hidup (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan).
3. Miskonsepsi (Suparno, 2005) adalah suatu konsep yang tidak sesuai
dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam
bidang itu.
4. Guru (KBBI: Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah orang yang
pekerjaannya mengajar.
5. Sekolah Dasar (KBBI: Kamus Besar Bahasa Indonesia) sekolah
adalah tempat memperoleh pendidikan sebagai dasar pengetahuan untuk
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 26
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II membahas (A) kajian pustaka, (B) hasil penelitian yang relevan, (C)
literatur map, (D) kerangka berpikir
A. Kajian Pustaka
1. Ilmu Pengetahuan Alam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 mengenai
Standar Isi mendefinisikan IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis. Selain itu, Susanto (2016: 167) menjelaskan
IPA adalah usaha sadar manusia dalam memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan
dijelaskan dengan penalaran guru, khususnya sains di sekolah dasar,
diharapkan mengetahui dan mengerti hakikat pembelajaran IPA, sehingga
dalam pembelajaran IPA guru tidak kesulitan dalam mendesain dan
melaksanakan pembelajaran. Definisi lain diungkapkan oleh Wahyana
(dalam Uno, 2010: 136) yang menjelaskan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Berdasarkan pengertian mengenai IPA dari beberapa sumber di atas,
dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan definisi IPA menurut Standar Isi
dengan Wahyana. Hal ini nampak dari ungkapan dari kedua sumber, yang
mengatakan bahwa IPA adalah pengetahuan tentang alam yang didapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 27
11
secara sistematis. Selain itu, Susanto juga menjelaskan bahwa IPA lebih
pada sebuah usaha sadar manusia dalam memahami alam dengan berbagai
proses. Namun, terdapat kesamaan dari ketiga definisi tersebut, dimana
masing-masing ahli mengungkapkan bahwa bahwa IPA adalah ilmu yang
mempelajari tentang alam serta gejala-gejala di dalamnya. Maka,
berdasarkan dari pendapat ahli-ahli tersebut, peneliti percaya bahwa IPA
adalah pengetahuan tentang alam dengan segala gejala alam di dalamnya,
yang dapat dipelajari dengan berbagai macam cara, seperti melakukan
pengamatan.
2. Biologi
IPA Biologi merupakan salah satu muatan pelajaran inti di sekolah
dasar. Menurut Brum (dalam Firmansyah, dkk: 2009) istilah biologi berasal
dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup dan logos yang berarti
ilmu. Sehingga, biologi adalah sebuah ilmu tentang kehidupan. Adapun
pengertian biologi secara umum oleh KBBI (2019) biologi adalah ilmu
tentang keadaan dan sifat makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan).
Kedua sumber tersebut mengatakan hal yang sama. Brum mengatakan
hal yang lebih luas, yaitu biologi adalah ilmu tentang kehidupan. Sedangkan
KBBI mengatakan lebih mendetail, yaitu ilmu tentang sifat mahluk hidup
seperti manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan.
3. Deskripsi Materi IPA Biologi Kelas V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 28
12
Peneliti memilih materi kelas V dari KD 3.1, 3.2, 3.3, dan 3.5, yaitu:
a. Alat Gerak Manusia
Salah satu ciri mahluk hidup adalah bergerak. Jika dilihat
definisi umum, bergerak adalah berpindah dari tempat atau kedudukan
(KBBI, 2019). Pravesti, dkk (2018: 49) bergerak adalah perpindahan
posisi seluruh atau sebagian tubuh mahluk hidup karena adanya
ransangan. Setiap mahluk hidup dalam melakukan sebuah gerakan
didukung oleh organ gerak. Organ gerak manusia dan hewan memiliki
kesamaan. Prakoso (2018: 1) menjelaskan alat gerak manusia ada dua
macam, yaitu alat gerak pasif berupa tulang dan alat gerak aktif
berupa otot. Tulang disebut alat gerak pasif karena tulang tidak dapat
bergerak dengan sendirinya. Otot disebut alat gerak aktif karena otot
memiliki suatu senyawa kimia yang membuatnya dapat bergerak.
Irene, dkk (2016: 3) menjelaskan alat gerak terdiri atas dua
macam, yaitu alat gerak aktif dan alat gerak pasif. Alat gerak aktif
berupa otot dan alat gerak pasif berupa tulang. Otot disebut alat gerak
aktif karena otot dapat bergerak. Tulang disebut alat gerak pasif
karena tanpa adanya gerakan otot, tulang tidak dapat bekerja
melakukan gerakan. Selain itu, Maryanto (2017) juga menjelaskan
tulang disebut alat gerak pasif karena tulang tidak dapat bergerak
dengan sendirinya, sedangkan otot disebut alat gerak aktif karena otot
memiliki suatu senyawa kimia yang membuatnya dapat bergerak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 29
13
Ketiga ahli tersebut mengungkapkan hal yang sama bahwa otot
disebut alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak pasif.
b. Organ Pernapasan Hewan
Ciri utama mahluk hidup adalah bernapas. Pravesti, dkk (2018:
49) bernapas adalah proses memasukkan udara (oksigen) ke dalam
tubuh dan menghembuskan karbondioksida sebagai sisa
pernapasan.mahluk hidup mempunyai cara dan alat pernapasan yang
berbeda-beda. Salah satunya adalah insang. Pravesti, dkk (2018: 97)
menjelaskan alat pernapasan ikan adalah insang yang berjumlah empat
pasang, terletak di sebelah kiri dan kepala. Ikan yang hidup di air
berlumpur memiliki alat tambahan bernapasan, yang disebut labirin.
Labirin adalah lipatan-lipatan pada insang yang berfungsi untuk
menyimpan cadangan oksigen. Jenis ikan yang memiliki labirin yaitu,
lele, gurame, dan gabus.
Selain itu, Haryanto (2004: 7) menjelaskan ikan bernapas
dengan insang yang berjumlah 4 pasang. Ikan yang hidup di tempat
kurang air, misalnya lumpur, mempunyai lipatan-lipatan pada insang.
Lipatan-lipatan insang itu disebut labirin. Labirin juga menyimpan
cadangan oksigen. Jenis ikan yang biasa hidup di lumpur antara lain
ikan betok, lele, gabus, dan gurami. Penjelasan lain datang dari
Yousnelly, dkk (2010: 6) dimana ikan bernapas dengan insang. Pada
beberapa jenis ikan, insang mengalami perluasan ke atas membentuk
labirin. Labirin ini berfungsi untuk menyimpan cadangan oksigen,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 30
14
sehingga ikan dapat tetap hidup pada keadaan kekurangan oksigen.
Contoh ikan yang memiliki labirin adalah ikan lele dan ikan gabus.
Dari ketiga penjelasan diatas, terdapat kesamaan dimana ketiga
ahli tersebut menjelaskan bahwa ikan bernapas dengan insang. Selain
itu ketiga ahli tersebut menjelaskan juga bahwa ikan yang hidup di
perairan yang minim mempunyai labirin. Fungsi labirin adalah tempat
menyimpan cadangan oksigen.
Hewan selanjutnya adalah katak. Prakoso (2018: 16)
menjelaskan katak termasuk hewan amfibi, yaitu hewan yang hidup di
darat dan di air. Saat masih berupa kecebong, katak hidup di dalam air
dan bernapas menggunakan insang. Setelah berumur 9 hari, kecebong
bernapas menggunakan insang dalam. Insang dalam akan menyusut
seiring mulai berfunsinya paru-paru dalam akan menyusut seiring
mulai dan katak muda pun tumbuh menjadi katak dewasa. Katak
dewasa bernapas menggunakan paru-paru dan permukaan kulit.
Hermana (2009: 13) menjelaskan hal yang sama, yaitu katak
dapat hidup di air dan di darat. Berudu bernapas dengan insang.
Namun, setelah menjadi katak dewasa organ pernapasannya adalah
paru-paru dan kulitnya. Sedangkan, Haryanto (2004: 6) menjelaskan
bahwa katak dapat hidup di dua alam, yaitu di darat dan di air. Oleh
karena itu, katak disebut hewan amfibi. Tahap perkembangan katak
dimulai dari telur, berudu, katak muda, dan kata dewasa. Berudu
bernapas dengan tiga pasang insang luar yang terdapat di kepala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 31
15
bagian belakang. Insang luar tersebut terdiri dari lembaran-lembaran
kulit luar yang halus dan mengandung kapiler darah. Setelah berumur
sembilan hari, berudu bernapas dengan insang dalam. Selanjutnya,
insang dalam akan menyusut seiring dengan mulai berfungsinya paru-
paru. Berudu terus tumbuh menjadi katak muda. Kemudian, katak
muda menjadi katak dewasa. Katak dewasa dengan paru-paru kanan
dan paru-paru kiri.
Ketiga ahli tersebut memiliki penjelasan yang sama. Hal ini
nampak pada cara ketiga ahli tersebut memaparkan proses pernapasan
katak dari berudu hingga katak dewasa. Mereka menjelaskan bahwa
katak adalah hewan yang dapat bernapas di darat dan di air. Berudu
bernapas dengan insang, dan seiring berjalannya waktu insang akan
menyusut menjadi paru-paru.
c. Gangguan Pernapasan Pada Manusia
Manusia dapat mengalami berbagai gangguan pernapasan.
Contohnya gangguan pernapasan seperti influenza dan asma. Prakoso
(2018: 20) menjelaskan bahwa influenza merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini timbul dengan gejala
bersin-bersin, demam, dan pilek. Yousnelly, dkk (2010: 6) juga
menjelaskan influenza disebabkan oleh virus. Gejala-gejala yang
timbul pada orang yang terkena influenza antara lain demam,
menggigil, batuk-batuk, sakit kepala, seta rasa sakit pada punggung,
dan persendian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 32
16
Berbeda dengan penjelasan Haryanto (2004: 10) bahwa
influenza biasa disebut flu, merupakan penyakit menular yang paling
sering menyerang. Orang mudah terserang influenza jika kondisi
tubuhnya sedang lemah. Prakoso dan Yousnelly mengungkapkan
bahwa influenza disebabkan oleh virus, serta gejala-gejala yang
timbul saat sakit tersebut muncul, sedangkan Haryanto lebih
menjelaskan tentang penularan penyakit influenza.
Sedangkan penyakit asma ditandai dengan kesulitan saat
bernapas. Pravesti, dkk (2018: 24) memaparkan asma disebabkan oleh
penyempitan saluran pernapasan. Hermana (2009: 10) menjelaskan
asma merupakan penyakit menurun atau karena alergi. Penyakit ini
disebabkan oleh penyempitan bronkiola dalam paru-paru yang tiba-
tiba menyempit, mengakibatkan susah bernapasan. Selain itu, Shohib
(2017: 117) juga menjelaskan asma adalah penyakit yang ditandai
dengan kesulitan saat bernapas karena terjadi kontraksi yang kaku dari
bronkiolus. Jika dilihat dari pendapat para ahli, walaupun dikemas
dalam bahasa yang berbeda, mereka mempunyai pandangan yang
sama mengenai penyakit asma.
d. Sistem Pencernaan Manusia
Pencernaan adalah organ tubuh yang berfungsi sebagai pencerna
makanan sehingga menjadi lumat dan cair serta dapat terserap ke
dalam darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh (KBBI: 2019). Mulut
merupakan tempat awal masuknya makanan ke dalam tubuh manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 33
17
Di rongga mulut terdapat lidah, air ludah, dan gigi yang membantu
proses pencernaan. Pravesti, dkk (2018: 25) menjelaskan dalam
rongga mulut, makanan dicerna dengan dua cara, yaitu pencernaan
secara mekanis dan pencernaan kimiawi. Pencernaan secara mekanis
yang merupakan pencernaan makanan dengan cara dikunyah oleh gigi
dan dibantu lidah, sedangkan pencernaan kimiawi yang merupakan
pencernaan yang dilakukan oleh enzim.
Haryanto (2004: 13) menjelaskan bahwa ada dua jenis proses
pencernaan makanan dalam tubuh. Pencernaan makanan secara
mekanis yang terjadi di dalam mulut. Pencernaan makanan secara
kimia dilakukan oleh enzim, yang berlangsung di dalam mulut,
lambung, dan usus. Yousnelly, dkk (2010: 10) menjelaskan proses
pencernaan pada tubuh terjadi secara mekanis dan kimiawi.
Pencernaan secara mekanis adalah proses penghancuran makanan
dengan gerakan organ pencernaan, misalnya penghancuran makanan
oleh gigi dan gerak dinding lambung. Pencernaan secara kimiawi
adalah proses penghancuran makanan dengan bantuan enzim.
Dari ketiga penjelasan ahli diatas, menunjukkan bahwa mereka
memiliki pendapat yang sama tentang proses pencernaan mekanis dan
kimiawi. Mekanis penghancuran makanan menggunakan organ
pencernaan, sedangkan kimiawi menggunakan enzim.
e. Gangguan Pencernaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 34
18
Salah satu gangguan pencernaan adalah penyakit diare. Shohib
(2017: 127) menjelaskan diare dapat disebabkan bakteri kolera dan
bakteri lain yang biasanya patogen usus besar. Selain itu, Korompis,
dkk (2013: 43) menjelaskan hal yang berbeda, yaitu pada umumnya
diare akut di Indonesia disebabkan oleh masalah kebersihan
lingkungan, kebersihan makanan, dan juga infeksi mikroorganisme
(bakteri, virus, dan jamur).
Yousnelly, dkk (2010: 13) mengungkapkan bahwa diare adalah
bertambahnya jumlah air pada feses dan mengakibatkan seringnya
buang air. Umumnya diare disebabkan oleh masuknya bakteri pada
makanan dan terus terbawa sampai usus besar. Ketiga ahli tersebut
berpendapat bahwa diare dapat bersumber dari bakteri, namun
Korompis menambahkan bahwa selain virus, diare juga dapat
disebabkan oleh jamur dan virus.
f. Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu, berkembang baik
dengan cara membelah diri, hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop (Dwijoseputro, 1998). Tidak semua bakteri di dalam tubuh
bersifat negatif. Salah satu bakteri yang berguna untuk tubuh adalah
Escherichia coli. Prakoso (2018: 30) menjelaskan pada usus besar
terdapat bakteri Escherichia coli yang berguna membusukkan sisa
makanan menjadi kotoran. Sisa makanan yang sudah busuk
dikeluarkan melalui anus dalam bentuk feses atau tinja. Adapun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 35
19
penjelasan dari Pravesti, dkk (2018: 87) yaitu pada usus besar terdapat
bakteri pembusukan Eschericia coli untuk membantu proses
pembusukan makanan.
Selain itu, Irene, dkk (2016: 3) mengungkapkan di dalam usus
besar ampas akan mengalami pembusukan oleh bakteri Eschericia
coli. Prakoso, Pravesti, dan Irene menjelaskan hal yang sama, bahwa
bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang berfungsi untuk
pembusukkan sisa makanan yang ada di dalam tubuh.
g. Pengelompokkan Hewan Berdasarkan Jenis Makanan
Hewan memiliki jenis makanan yang berbeda, yaitu tumbuhan
maupun sesama hewan lain. Terdapat 3 kelompok hewan yang dibagi
berdasarkan jenis makanannya, yaitu karnivora, herbivora, dan
omnivora. Pravesti, dkk (2018: 87) menjabarkan hewan memiliki jenis
makanan yang berbeda-beda baik berupa tumbuhan maupun sesama
hewan lainnya. Adapun golongan hewan, berdasarkan jenis
makanannya, yaitu: herbivora (hewan pemakan tumbuh-tumbuhan),
karnivora (golongan hewan pemakan daging atau hewan lain), dan
omnivora (hewan pemakan daging dan tumbuhan).
Prakoso (2018: 48) juga menjelaskan hal yang sama, yaitu
kelompok hewan herbivora merupakan hewan yang makanannya
berasal dari tumbuhan. Kelompok karnivora adalah kelompok hewan
yang memakan hewan lain (daging). Kelompok hewan omnivora
merupakan kelompok hewan yang makanannya berasal dari tumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 36
20
maupun hewan lain. Haryanto (2004: 58) menjelaskan hewan yang
memakan disebut herbivora. Hewan yang memakan hewan lain
disebut karnivora. Hewan yang memakan tumbuhan dan hewan
disebut omnivora. Ketiga ahli tersebut, mempunyai pemahaman yang
sama, yaitu herbivora adalah hewan pemakan tumbuhan, karnivora
pemakan hewan lain (daging), dan omnivora adalah pemakan
tumbuhan dan hewan lain.
h. Siklus Hidup
Setiap hewan mengalami tahapan perkembangan tersendiri dan
khas. Pravesti, dkk (2018: 87) menjelaskan daur hidup adalah
tahapan-tahapan kehidupan mahluk hidup sejak lahir hingga menjadi
dewasa. Prakoso (2018: 30) menjabarkan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan suatu hewan disebut daur hidup. Selain itu, Haryanto
(2016: 32) menjelaskan daur hidup adalah seluruh tahap perubahan
yang dialami mahluk hidup selama hidupnya. Prakoso, Pravesti, dan
Haryanto memiliki kesamaan. Para ahli tersebut memaparkan bahwa
daur hidup adalah tahapan dari perkembangan mahluk hidup.
Di dalam daur hidupnya, ada hewan yang mengalami perubahan
bentuk, ada yang tidak. Prakoso (2018: 51) menjelaskan hewan yang
mengalami perubahan bentuk pada tahap kembangnya disebut
mengalami metamorfosis. Selain itu, adapun hewan yang tidak
mengalami metamorfosis. Prakoso (2018: 51) menjelaskan contoh
jenis hewan yang tidak mengalami metamorfosis adalah ayam, bebek,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 37
21
ikan, dan kadal. Hewan yang tidak mengalami metamorfosis, yang
berarti hewan yang tidak mengalami perubahan bentuk.
Pravesti, dkk (2018: 92) menjelaskan pada daur hidup tanpa
metamorfosis, tidak ada perubahan bentuk yang berbeda antara ketika
lahir dan dewasa. Contoh hewan yang tidak mengalami daur hidup
tanpa metamorfosis sebagai berikut, ayam, sapi, dan kucing. Haryanto
(2016: 35) menjelaskan sebagian besar hewan mengalami daur hidup
tanpa metamorfosis. Ayam tidak mengalami metamorfosis. Begitu
juga dengan kucing, kambing, ikan, burung, dan banyak hewan lain.
Prakoso dan Pravesti mengungkapkan penjelasan yang sama,
yaitu hewan yang hidup tanpa metamorfosis tidak mengalami
perubahan bentuk pada tubuhnya. Selain itu, ketiga ahli tersebut
memberi contoh hewan yang tidak mengalami metamorfosis, seperti
ayam. Terdapat pula hewan yang mengalami metamorfosis yang
sempurna dan tidak sempurna.
Prakoso (2018: 51) menjelaskan metamorfosis sempurna adalah
hewan yang baru menetas bentuknya berbeda bentuknya dengan
hewan dewasa, sedangkan metamorfosis tidak sempurna adalah hewan
yang baru menetas tidak terlalu berbeda bentuknya dengan hewan
dewasa. Pravesti, dkk (2018: 88) menjelaskan metamorfosis sempurna
mempunyai ciri yaitu adanya fase kepompong atau pupa. Biasanya
hewan yang mengalami metamorfosis sempurna mengalami empat
fase, yaitu: fase telur, larva, pupa (kepompong) dan imago (dewasa).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 38
22
Selain itu, Haryanto (2016: 35) juga menjelaskan pada
metamorfosis sempurna, bentuk hewan saat lahir berbeda sekali
dengan bentuknya ketika hewan dewasa. Prakoso dan Haryanto
mengungkapkan bahwa hewan yang mengalami metamorfosis
sempurna akan terlihat berbeda dari lahir hingga dewasa, sedangkan
Pravesti menjelaskan dengan lebih detail, yaitu metamorfosis
sempurna akan melewati empat fase, seperti fase telur, larva, pupa
(kepompong) dan imago (dewasa).
i. Rantai dan Jaring-jaring Makanan
Terdapat perbedaan pada rantai dan jaring-jaring makanan.
Dalam Pravesti, dkk (2018: 96) menjelaskan rantai makanan
merupakan peristiwa makan dan dimakan dengan urutan tertentu antar
mahluk hidup. Sedangkan, jaring-jaring makanan adalah kumpulan
dari dua atau lebih rantai makanan yang saling berhubungan. Prakoso
(2018: 52) menjelaskan bahwa rantai makanan adalah hubungan yang
khas antara sekelompok produsen dan konsumen atau bisa diartikan
perjalanan pemakan dan dimakan dengan urutan tertentu antar mahluk
hidup. Sedangkan, kumpulan dari beberapa rantai makanan di dalam
sebuah ekosistem disebut jaring-jaring makanan.
Irene, dkk (2016: 74) menjelaskan terbentuk interaksi makan
dan dimakan antarmahluk hidup yang disebut rantai makanan. Dalam
lingkungan, beberapa rantai makanan dapat membentuk hubungan
makan dan dimakan yang lebih kompleks, yaitu jaring-jaring
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 39
23
makanan. Ketiga ahli tersebut menyatakan yang sama, dimana rantai
makanan dan jaring makanan berbeda. Rantai makanan adalah
peristiwa makan dan dimakan antar mahluk hidup, sedangkan jaring-
jaring makanan adalah hubungan makan dan dimakan yang lebih
kompleks atau kumpulan rantai makanan dalam sebuah ekosistmen.
4. Miskonsepsi
Terdapat berbagai macam pengertian miskonsepsi. Suparno (2005: 30)
menjelaskan jika dilihat dari segi filosofis, terjadinya miskonsepsi dapat
dijelaskan melalui filsafat kontruktivisme. Filsafat kontruktivisme secara
singkat menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk (dikontruksi) oleh
siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang
dipelajari. Mereka mengkontruksi sendiri hal itu karena pengalaman hidup
mereka. Inilah yang disebut prakonsepsi atau konsep awal siswa.
Sedangkan, Suparno (2005: 4) menjelaskan bahwa miskonsepi atau salah
konsep menunjukan pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian
ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para pakar dalam bidang itu.
Fowler (dalam Suparno, 2005: 5) menjelaskan arti miskonsepsi yaitu
sebagai pengertian yang tidak akurat dengan konsep, penggunaan konsep
yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep
yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar.
Filsafat kontruktivisme menjelaskan miskonsepsi dapat timbul dari
adanya kontruksi pemikiran manusia. Hal ini terjadi karena setiap manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 40
24
mampu mengkontruksi pengetahuan yang didapat melalui lingkungan,
tantangan, maupun bahan yang dipelajari. Sedangkan Fowler dan Suparno
memiliki penjelasan yang serupa, yaitu miskonsepsi adalah sebuah konsep
yang tidak sesuai dan tidak akurat. Maka dari itu, peneliti mendefinisikan
miskonsepsi adalah ketidak sesuaian, ketidak akuratan, dan ketidak
lengkapan suatu konsep yang dapat terjadi karena proses pengkontruksian
pemikiran dan pengalaman tiap individu.
5. Penyebab Miskonsepsi
Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal yang menjadi
penyebab miskonsepsi pada siswa. Suparno (2005: 5) menjelaskan
penyebab miskonsepsi, yaitu: a) Siswa/mahasiswa, miskonsepsi dapat
dialami siswa. Beberapa yang menyebabkan miskonsepsi pada siswa, yaitu:
prakonsepsi atau konsep awal siswa, pemikiran asosiatif, pemikiran
humanistik, reasoning yang tidak lengkap/salah, intuisi yang salah, tahap
perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa, dan minat belajar siswa.
b) Guru/pengajar, tidak hanya siswa, guru/pengajar sekalipun dapat
menjadi penyebab miskonsepsi. Beberapa guru mengajarkan suatu bahan
secara keliru. Oleh karena siswa menganggapnya sebagai benar, maka siswa
memegang konsep itu kuat-kuat. Akibatnya, miskonsepsi siswa sangat kuat
dan sulit diperbaiki lagi. Selain itu, kadang-kadang beberapa guru
memberikan penjelasannya secara sangat sederhana untuk membantu siswa
lebih mudah menangkap bahan yang disajikan. Demi menyederhanakan
bahan itu, terkadang dalam menjelaskan tidak lengkap atau menghilangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 41
25
sebagian unsur yang penting. Akibatnya siswa salah menangkap inti bahan
itu.
c) Buku Teks, buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa yang
sedang belajar dapat juga menumbuhkan miskonsepsi karena mereka sulit
mengkap isinya. Akibatnya, mereka menangkap hanya sebagian atau bahkan
tidak mengerti sama sekali. Pengertian yang tidak utuh ini dapat
menimbulkan miskonsepsi yang besar. d) Konteks, di dalam konteks
terdapat 4 pembagian, yaitu dapat berasal dari pengalaman, bahasa sehari-
sehari, teman, bahkan keyakinan ajaran agama.
e) Metode mengajar, beberapa metode mengajar yang digunakan guru,
terlebih yang menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti,
meskipun membantu siswa menangkap bahan, tetapi sering mempunyai
dampak jelek, yaitu memunculkan miskonsepsi siswa. Adapun metode-
metode tersebut, yaitu metode ceramah, penggunaan analogi dalam
mengajarkan konsep, metode pratikum, metode demontrasi, metode diskusi,
dan pemberian pekerjaan rumah. Metode ceramah, yang tanpa memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya dan juga untuk mengungkapkan
gagasannya, sering kali meneruskan dan memupuk miskonsepsi, terlebih
pada siswa yang kurang mampu.
Penggunaan analogi dalam mengajarkan konsep juga dapat
menimbulkan miskonsepsi. Hal ini dijelaskan Dupin (dalam Suparno,
2005:50) bahwa penggunaan analogi, baik dan membantu memudahkan
siswa menangkap konsep, tetapi kadang-kadang juga menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 42
26
miskonsepsi yang baru. Metode pratikum, meskipun sangat membantu
dalam proses pemahaman, dapat juga menimbulkan miskonsepsi karena
siswa hanya menangkap sejauh dapat dialami dalam pratikum. Dengan kata
lain, abstraksi yang lebih luas sering sulit ditangkap karena data-data yang
ditemukan dalam pratikum sengat terbatas. Metode demontrasi yang selalu
menampilkan yang benar, karena sudah direkayasa, dapat juga membuat
siswa salah mengerti. Metode diskusi, terlebih diskusi diantara teman. Bila
dalam diskusi itu semua siswa mempunyai konsep yang salah, maka
miskonsepsi mereka semakin diperkuat, bila guru tidak membantu
menanggapi dan memperbaikinya. Terakhir, guru sering memberikan
pekerjaan rumah (PR) yang harus dikerjakan di rumah sebagai perangsang
agar anak terus belajar. Seringkali guru-guru tidak mau mengoreksi hasil
pekerjaan siswa. Dengan tanpa dikoreksi, siswa yang mempunyai
miskonsepsi akan tetap mempunyai konsep yang salah karena merasa
pekerjaannya benar.
Yuliati (2017: 50) juga menjelaskan ada banyak hal yang menjadi
faktor penyebab terjadinya miskonsepsi yang dialami oleh siswa
diantaranya adalah prakonsepsi yang dimiliki siswa itu sendiri, guru,
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, atau bahkan bahan ajar yang
digunakan. Selain itu, Iowi dan Uludotun (dalam Pujayanto: 2006)
menjelaskan a) Buku pelajaran, ditulis dalam bahasa Inggris yang
merupakan bahasa kedua; b) Lingkungan, sebagian siswa berasal dari
lingkungan yang tidak berpendidikan dan tidak mengenal teknologi modern;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 43
27
c) Guru, miskonsepsi ada pula pada guru. Miskonsepsi terjadi karena
transfer informasi dari persepsi yang salah. Seseorang yang mempunyai
miskonsepsi akan mempunyai dampak yang cukup serius dalam berbagai
masalah dalam belajar dan pembelajarannya. Ketiga ahli tersebut masing-
masing menjelaskan bahwa miskonsepsi dapat terjadi karena siswa, guru,
dan buku pelajaran atau bahan ajar yang digunakan oleh guru. Namun
Suparno menambahkan bahwa sebuah konteks, seperti pengalaman, bahasa
sehari-sehari, teman, bahkan keyakinan ajaran agama juga menjadi sebuah
faktor terjadinya miskonsepsi.
B. Hasil dari Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan di dalam negeri, “Identifikasi Miskonsepsi IPA
Kelas V di SD Kanisius Beji Tahun Pelajaran 2015/2016” oleh Esti
Wahyuningsih menyimpulkan bahwa jumlah subjek sebanyak 18 siswa
menunjukkan bahwa ditemukan miskonsepsi pada beberapa materi yang terdapat
pada indikator a) menyebutkan organ pencernaan manusia dan fungsinya
sebanyak 5 siswa yaitu terbalik dalam menyebutkan bagian organ pencernaan
usus halus dengan usus besar, b) menyebutkan organ peredaran darah manusia
dan fungsinya sebanyak 5 siswa yaitu terbalik menyebutkan bagian-bagian
jantung dan terbalik memahami fungsi pembuluh vena dengan pembuluh nadi,
dan c) mengumpulkan data tentang sifat benda, seperti bentuk, warna, kelenturan,
kekerasan, dan bau sebelum dan sesudah mengalami perubahan sebanyak 11
siswa yaitu salah dalam memahami perubahan yang terjadi pada semen yang
dicampur dengan air. Faktor terjadinya miskonsepsi adalah presepsi yang salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 44
28
tentang kanan kiri. Siswa menyamakan bagian kanan dan kiri pada tangan dengan
bagian kanan dan kiri pada gambar, sehingga siswa salah dalam memahami
bagian kanan dan kiri pada jantung dan kurangnya minat belajar siswa.
Miskonsepsi IPA tidak hanya terjadi pada siswa sekolah dasar, bahkan pada
mahasiswa di tingkat universitas. Hal ini nampak dari kedua penelitian yang
sudah dilakukan, seperti penelitian dengan subjek mahasiswa Program Studi
Sekolah Dasar (PGSD) di kedua Universitas dan kota yang berbeda. “Miskonsepsi
dalam Materi IPA Sekolah Dasar” oleh Dek Ngurah Laba Laksana menyimpulkan
bahwa konsepsi paling rendah adalah pada konsep gerak jatuh bebas dan konsepsi
paling tinggi pada konsep gerhana matahari. Sementara konsepsi ilmiah calon
guru dengan persentase lebih besar atau sama dengan 50% adalah konsep zat yang
diperlukan dalam proses fotosintesis, konsep zat yang dihasilkan dalam proses
fotosintesis, konsep pernafasan pada tumbuhan, konsep air dalam wujud gas,
konsep perbedaan berat dan massa, konsep tekanan pada benda cair, konsep kuat
arus listrik, konsep rotasi bumi, konsep benda-benda langit yang memancarkan
cahayanya sendiri, konsep revolusi bumi, konsep gerhana bulan, konsep gerhana
matahari. Sementara itu, dari hasil tes diagnostik dan wawancara pada informan
menunjukkan bahwa dalam setiap item tes diagnostik terdapat miskonsepsi.
Penelitian terakhir dari dalam negeri dengan judul “Miskonsepsi Mahasiswa
PGSD” oleh Wahyu Wido Sari dan Rahmawati menunjukkan bahwa ketika
dilontarkan pertanyaan mengenai “makhluk hidup seperti apa mikroorganisme
bagi Anda?” ada satu orang mahasiswa yang menjawab tidak tahu. Lalu 47
mahasiswa yang lain menjawab bahwa mikroorganisme adalah bakteri, maka satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 45
29
mahasiswa yang menjawab tidak tahu kemudian menyampaikan bahwa
menurutnya mikroorganisme adalah kuman penyakit. Dari hasil diskusi ini
disimpulkan bahwa seluruh kelas, atau 100% mahasiswa setuju bahwa
mikroorganisme adalah bakteri. Diskusi berlanjut dengan pertanyaan kedua,
ketika mereka masih berusia 6-12 tahun bagaimana mereka mendeskripsikan
bakteri. Dalam diskusi ini mahasiswa menyampaikan pendapat mereka mengenai
bakteri sebagai kuman penyakit (97.91%). Mahasiswa beranggapan jika semua
bakteri berasal dari sesuatu yang kotor dan menyebabkan penyakit pada manusia.
“Karena setiap kali ada yang sakit, ada yang berkata sakit disebabkan oleh bakteri
yang masuk kedalam tubuh, menyerang sistem kekebalan tubuh, entah berasal
dari makanan ataupun dari udara”.
Hanya satu mahasiswa (2.08%) yang mengatakan bahwa ada pula bakteri
yang baik sebagaimana diiklankan dalam TV. “Seingat saya, dulu ada iklan susu
yang isinya bakteri baik melawan bakteri jahat”. Sepertinya, dalam diskusi ini
hampir tidak ada mahasiswa yang menyadari bahwa mikroorganisme (termasuk
bakteri) ada yang digunakan dalam industri, terutama dalam industri pangan.
Mereka sering mengkonsumsi makanan hasil fermentasi seperti tempe, tape,
yogurt, kecap, tanpa menyadari bahwa ada peran mikroorganisme dalam
pengolahan pangan tersebut. Miskonsepsi mahasiswa PGSD terhadap
mikroorganisme tampaknya dilatar belakangi oleh pengetahuan dasar mengenai
makhluk hidup ini dari orang tua, guru, masyarakat, dan iklan dari televisi.
Penelitian adanya miskonsepsi IPA tidak hanya di Indonesia, melainkan di
beberapa negara lainya. “Determining the misconceptions of primary school
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 46
30
students related to sound transmission throught drawing” oleh Merve Sozen dan
Mualla Bolat menyimpulkan dari perolehan data yang dianalisis dengan
pertanyaan-pertanyaan kuantatif dan kualitatif menunjukkan bahwa siswa
memiliki miskonsepsi berhubungan dengan transmisi suara. Pada penelitian
“Relationship between 5th Grade Students towards Science and Technology
Course and Misconseption” oleh Bahtiar dan Bastruk menemukan terjadi juga
miskonsepsi di sekolah dasar.
Adapun penelitian dengan subjek berbeda adalah “Misconceptions of
science teacher candidates about heat and temperature” oleh Tezcan Kartal dkk
menunjukkan bahwa pada item pertama 62% siswa menjawab dengan benar pada
item pertama tes sementara 38% dari mereka memilih jawaban yang salah. Siswa
yang memiliki kesalahpahaman dan dengan demikian memilih jawaban yang
salah tahu konsep panas dan suhu dan berpikir bahwa konsep tersebut bisa
digunakan secara bergantian. Item kedua dari tes itu dijawab benar oleh 30%
siswa sedangkan 35% diantaranya memilih jawaban yang salah dan 35% di
antaranya tidak jawab pertanyaannya. Alasan di balik ini mungkin terkait dengan
fakta bahwa siswa bertepatan dengan jumlah konsep untuk pertama kalinya atau
tidak bisa mengingat konsep ini dengan benar. Itu terlihat pada item ketiga itu
45% dari siswa memilih jawaban yang benar sementara 55% dari mereka
memberikan jawaban yang salah. Jawaban yang salah adalah kesalahpahaman
yang dimiliki siswa tentang bagaimana panas ditransmisikan di lingkungan
material. Kesalahpahaman yang dimiliki anak-anak dalam hal ini adalah mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 47
31
berpikir bahwa tidak akan ada perubahan dalam ukuran suatu zat karena tidak ada
perubahan dalam jumlah besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 48
32
C. Literatur Map
Jurnal 1
Identifikasi Miskonsepsi IPA Kelas V di
SD Kanisius Beji Tahun Pelajaran
2015/2016
Wahyuningsih, Esti. 2016.
Jurnal 2
Miskonsepsi dalam Materi IPA Sekolah
Dasar. Laksana, Dek Ngurah Laba. 2016.
Jurnal 3
Miskonsepsi Mahasiswa PGSD Terhadap
Mikroorganisme. Sari, Wahyu Wido dan
Rahmawati, Layung. 2015.
MISKONSEPSI IPA
BIOLOGI PADA GURU
SEKOLAH DASAR
Lestari, Maria Ayu Dwi.
2019
Jurnal 4
Determining the misconceptions of primary
school students related to sound
transmission throught drawing. Sozen,
Merve, dan Bolat, Mualla. 2011.
Jurnal 5
Relationship between 5th Grade Students
towards Science and Technology Course and
Misconseption. Bahtiyar, Asiye dan Ramazan
Basturk. 2012.
Jurnal 6
Misconceptions of science teacher candidates
about heat and temperature.
Tezcan Tezcan, dkk. 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 49
33
Berdasarkan literatur map di atas, peneliti membuat pemetaan yang
menunjukkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Alasan yang
mendasar dalam melakukan penelitian ini adalah ditemukannya miskonsepsi pada
siswa, sehingga peneliti terdorong untuk ingin mengetahui pemahaman guru yang
mengajar siswa tersebut.
D. Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA mencakup dasar-dasar dari kehidupan sehari-hari tentang
alam. IPA lebih menekankan pada usaha sadar manusia dalam memahami alam
semesta melalui sebuah pengamatan dan pembelajaran terarah. Dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah, khususnya dalam pembelajaran IPA terdapat sebuah
hambatan yang berupa miskonsepsi. Fenomena yang ditemukan peneliti adalah
siswa yang memiliki kesalahpahaman atau miskonsepsi mengenai fungsi labirin
pada ikan. Selain itu, terdapat juga miskonsepsi pada sifat bakteri yang ada di
dalam tubuh. Bagaimana siswa-siswa tersebut dapat mengalami miskonsepsi?
Apakah peran guru besar dalam pemahaman siswa-siswa tersebut?
Adapun penelitian relevan dan terdahulu dari dalam negeri tentang
miskosepsi IPA, antara lain: “Identifikasi Miskonsepsi IPA Kelas V di SD
Kanisius Beji Tahun Pelajaran 2015/2016” oleh Esti Wahyuningsih
menyimpulkan bahwa terdapat miskonsepsi IPA pada siswa di SD Kanisius Beji.
Selain itu, “Miskonsepsi dalam Materi IPA Sekolah Dasar” oleh Dek Ngurah
Laba Laksana menyimpulkan bahwa adanya miskonsepsi mahasiswa PGSD.
Penelitian terakhir dengan judul “Miskonsepsi Mahasiswa PGSD” oleh Wahyu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 50
34
Wido Sari dan Rahmawati menyimpulkan bahwa adanya miskonsepsi pada siswa
sekolah dasar hingga mahasiswa PGSD.
Penelitian tentang miskonsepsi IPA pun dapat ditemukan dari luar negeri,
antara lain: “Determining the misconceptions of primary school students related
to sound transmission throught drawing” oleh Merve Sozen dan Mualla Bolat
menyimpulkan bahwa siswa mengalami miskonsepsi berhubungan dengan
transmisi suara. Selain itu, pada penelitian “Relationship between 5th Grade
Students towards Science and Technology Course and Misconseption” oleh
Bahtiar dan Bastruk menemukan terjadi juga miskonsepsi di sekolah dasar.
Adapun penelitian dengan subjek berbeda adalah “Misconceptions of science
teacher candidates about heat and temperature” oleh Tezcan Kartal dkk
menyimpulkan bahwa adanya miskonsepsi pada calon guru sains. Dari beberapa
penelitian diatas, disimpulkan sama seperti penelitian dalam negeri bahwa
miskonsepsi dapat terjadi dijenjang apapun.
Berdasarkan dari penelitian-penelitian relevan terdahulu, terdapat
miskonsepsi dialami oleh siswa sekolah dasar hingga mahasiswa perguruan tinggi.
Selain itu, berdasarkan kasus miskonsepsi yang ditemukan, peneliti terdorong
untuk mencari sumber dari miskonsepsi tersebut. Terdapat berbagai hal yang
menyebabkan miskonsepsi, yaitu siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode
belajar. Peran guru sangat besar dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah,
namun guru juga dapat menjadi salah satu penyebab dari miskonsepsi, lalu
bagaimana pemahaman guru terhadap materi IPA Biologi? Oleh karena itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 51
35
penelitian ini ingin mencoba mengetahui bagaimana pemahaman guru terhadap
materi IPA Biologi khususnya materi IPA Bilogi kelas V.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan kasus yang sudah dilihat dan dialami.
Adapun alasan peneliti memilih llmu Pengetahuan Alam, merupakan salah satu
muatan pelajaran inti di sekolah dasar. Selain itu, siswa kelas V adalah golongan
siswa kelas atas, dimana siswa kelas V akan disiapakan untuk mengahadapi ujian
kelulusan dari sekolah dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 52
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III membahas (A) Jenis Penelitian, (B) Setting Penelitian, (C) Desain
Penelitian, (D) Partisipan Penelitian, (E) Teknik Pengumpulan Data, (F)
Instrumen Penelitian, (G) Kredibiltas dan Transferabilitas, (H) Teknik Analisis
Data
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Peneliti ingin
mengetahui sebuah fenomena miskonsepsi yang ditemukan pada siswa. Moleong
(2008: 6) menjelaskan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan
Patton (dalam Ahmadi, 2014: 15) metode kualitatif adalah untuk memahami
fenomena yang sedang terjadi secara alamiah (natural) dalam keadaan-keadaan
yang sedang terjadi secara ilmiah.
Berdasarkan dari kedua definisi ini, peneliti mendapatkan pemahaman baru,
dimana sebuah penelitian dapat berasal dari sebuah fenomena yang dapat
dideskripsikan secara ilmiah melalui kualitatif. Maka dari itu, peneliti berusaha
selalu memperhatikan fenomena yang terjadi di sekitar peneliti, kemudian
mencoba mengetahui sumber dari fenomena tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 53
37
sebagai manusia, peneliti harus peka dalam memahami fenomena yang terjadi di
sekitar. Moleong (2008: 9) menjelaskan dalam penelitian kualitatif, jika
memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih
dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak
mungkin untuk mengadakan penyesuain terhadap kenyataan-kenyataan di
lapangan. Selain itu, hanya manusia sebagai alat yang dapat berhubungan dengan
responden atau objek lainnya, dan hanya manusia lah yang mampu memahami
kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan (Moleong, 2008: 9).
Berangkat dari pemahaman tersebut, peneliti sendiri atau dengan bantuan
orang lain adalah instrumen penelitian utama dalam penelitian ini. Selain
menempatkan diri sebagai instrumen penelitian, peneliti menggunakan
kemampuannya untuk mengetahui kondisi yang ada. Kondisi yang dimaksudkan
adalah keadaan partisipan utama dan partisipan lain, cara mengajar partisipan
utama, serta dokumentasi penunjang pembelajaran yang digunakan oleh partisipan
utama.
B. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian selama 9 bulan, yang dimulai dari bulan
Juli 2018 hinggan April 2019.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian kualitatif ini dilaksanakan pada sekolah negeri yang terletak
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Nama sekolah ini disamarakan menjadi SD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 54
38
Mentari Bersinar. SD Mentari Bersinar memiliki 24 tenaga pendidikan. 1
kepala sekolah, 12 guru kelas, 1 guru olahraga, 2 guru agama Islam, 1 guru
agama Kristen, 1 guru agama Hindu, 1 penjaga perpustakaan, 2 karyawan
TU, 1 tukang kebun, dan 2 satpam. Sekolah ini berada tengah kota, dimana
terdapat beberapa sekolah, pusat perbelanjaan, dan kuliner. Lingkungan
sekolah yang bersih dan rindang, karena banyak pohon dan tanaman di
halaman sekolah.
C. Desain Penelitian
Peneliti menemukan fenomena yang terjadi selama melakukan kegiatan PPL
(Program Pengalaman Lapangan). Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti
berusaha mencari tahu bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi, kemudian
membandingkannya dengan teori. Metode yang tepat untuk penelitian ini adalah
fenomenologi. Kholifah dan Suyadnya (2018: 117) menjelaskan mengenai istilah
fenomenologi sendiri bertolak dari bahasa Yunani pheinomena (pheinomai,
menampakkan diri) dan logos (akal budi). Kiswarno (dalam Kholifah dan
Suyadnya, 2018: 124) menjelaskan menurut Husserl dengan fenomenologi kita
dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang
mengalaminya sendiri. Artinya melalui fenomenologi, peneliti berusaha
menelusuri bagaimana seseorang memaknai objek dalam pengalamannya, yang
tentunya menjadi penting dalam penelitian ini.
Peneliti melakukan pengamatan pada peristiwa-peristiwa di sekitar, serta
memahami peristiwa tersebut dari sudut pandang orang yang mengalaminya
sendiri. Fenomena yang ditemukan oleh peneliti adalah adanya miskonsepsi atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 55
39
kesalahpahaman siswa kelas V terhadap materi IPA Biologi di sekolah dasar.
Siswa-siswa tersebut beranggapan bahwa ikan selalu memiliki labirin, selain itu
pada materi lain siswa juga beranggapan bahwa semua bakteri yang ada di dalam
tubuh memiliki dampak yang negatif bagi manusia. Hal ini mendorong peneliti
untuk mengidentifikasi dari mana pemahaman tersebut berasal.
Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah mengetahui pemahaman
guru yang mengajar siswa-siswa tersebut, melalui melakukan observasi dan
wawancara semiterstuktur. Langkah selanjutnya, peneliti akan membandingkan
pemahaman guru dengan materi IPA yang berasal dari buku dan jurnal ilmiah.
Setelah itu, ditarik kesimpulan tentang kesesuaian pemahaman guru tersebut
dengan buku maupun jurnal ilmiah tentang IPA. Berbekal dengan kesimpulan
tersebut, peneliti lalu menghubungkan apakah pemahaman siswa tersebut timbul
dari pemahaman guru yang mengajar mereka atau terdapat faktor lainnya.
D. Partisipan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti membutuhkan partisipan demi
memperoleh hasil yang ingin diketahui. Rahmawati (2018: 28) mengungkapkan
penelitian kualitatif menetapkan posisi partisipan setara dengan peneliti, dengan
kata lain proses penelitian mengutamakan prinsip kesetaraan dan tidak
menganggap partisipan sebagai objek atau subjek penelitian. Berangkat dari
pemahaman ini, peneliti menganggap bahwa partisipan adalah informan yang
memberikan penjelasan terhadap fenomena miskonsepsi yang telah terjadi.
Peneliti memilih partisipan yang ada di dalam lingkup sekolah tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 56
40
Dua guru kelas V dan siswa-siswa yang diajar oleh kedua guru tersebut,
dianggap dapat memberikan data yang relevan terkait miskonsepsi yang terjadi
pada siswa. Hal ini dikarenakan keduanya adalah guru kelas V, sehingga mereka
mengajarkan beberapa muatan pelajaran khususnya IPA Biologi. Peneliti memilih
dua guru yang menjadi partisipan utama, yaitu guru muatan pelajaran IPA kelas V
A dan V B SD Mentari Bersinar.
Bapak Sua (pseudonym) adalah salah satu partisipan utama. Pria kelahiran
Klaten ini adalah lulusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) di salah satu
universitas di Yogyakarta. Bapak Sua (pseudonym) sudah menjadi guru sejak
tahun 2010 dan diangkat menjadi PNS pada tahun 2011. Sejak diangkat menjadi
PNS, Bapak Sua (pseudonym) sudah pernah mempunyai pengalaman di dua SD.
Pernah mengampu di kelas II, kelas V dan sekarang menjadi wali kelas VI, serta
guru untuk muatan pelajaran IPA.
Prestasi yang pernah Bapak Sua (pseudonym) pernah dapatkan selama
menjadi guru adalah juara 2 dalam lomba media pembelajaran tematik yang
diadakan oleh salah satu univeritas di Yogyakarta. Selain itu, Bapak Sua
(pseudonym) pernah membuat 3 buku untuk pegangan siswa dalam mempelajari
IPA. Buku ini berisi ringkasan materi dan soal-soal latihan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama 3 bulan, muatan pelajaran
IPA sering sekali dikemas dengan sebuah media seperti visual, audio, hingga
eksperimen secara mandiri. Dalam rangka olimpiade Sains, Bapak Sua
(pseudonym) pernah membimbing siswa hingga mendapatkan juara 2 pada tingkat
kecamatan pada tahun 2017. Selain itu, hasil belajar muatan pelejaran IPA pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 57
41
semester lalu mencapai rata-rata 82, sedangkan KKM IPA adalah 75, hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata siswa mampu mendapatkan nilai diatas KKM.
Muatan pelajaran IPA juga menjadi muatan yang memiliki hasil akhir yang
tertinggi, jika dibandingkan dengan muatan pelajaran lainnya.
Partisipan utama kedua adalah Ibu Hayati (pseudonym). Ibu Hayati
(pseudonym) lahir di Sleman. Pendidikan terakhir Ibu Hayati (pseudonym) adalah
sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di salah satu universitas
Yogyakarta. Setelah lulus pada tahun 2013 lalu, Ibu Hayati (pseudonym) sempat
menjadi tenaga honorer selama setengah tahun dan diangkat menjadi PNS pada
tahun 2015.
Menjadi guru selama 4 tahun lebih, Ibu Hayati (pseudonym) mempunyai
pengalaman mengajar di kelas I, II, dan V. Ibu Hayati (pseudonym) mengaku
penggunaan media dalam pembelajaran IPA sebanyak 40%. Pembelajaran lebih
banyak menggunakan buku seperti biasa, namun dalam beberapa materi Ibu
Hayati (pseudonym) menggunakan media dalam pembelajaran seperti video,
gambar, dan power point.
Guru menjadi partisipan utama, sedangkan siswa menjadi partisipan lain
dalam penelitian ini. Peneliti mewawancarai partisipan utama, kemudian hasil dari
wawancara semi terstruktur dengan guru (partisipan utama) ini menghasilkan
pengetahuan pemahaman yang ada di dalam guru tentang materi IPA Biologi
kelas V. Berangkat dari pemahaman guru, kemudian peneliti kembali mewancarai
siswa dan menarik kesimpulan apakah terdapat keterhubungan pemahaman guru
dengan siswa yang diajar oleh kedua guru tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 58
42
E. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan teknik triangulasi dalam mengumpulkan data.
Winarni (2018: 168) menjelaskan triangulasi dapat diartikan teknik pengumpulan
data dengan menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam proses
pengumpulan data. Winarni (2018: 168) juga menjelaskan dalam hal triangulasi,
Susan Stainback menyatakan bahwa “the aim is not to determine the truth about
some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s
understanding of what ever is being investigated”, yang berarti tujuan dari
triangulasi bukan mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih
pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
Adapun teknik triangulasi yang digunakan oleh peneliti, yaitu:
1. Observasi
Dalam langkah ini peneliti menggunakan teknik observasi pasrtisipan.
Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti yang
berperan sebagai anggota yang berperan serta dalam kehidupan masyarakat
topik penelitian (Emzir, 2012: 39). Peneliti menempatkan diri sebagai
observer pasrtisipan. Hal ini nampak pada peneliti berperan sebagai anggota
dalam sekolah, karena penelitian ini dilakukan pada saat peneliti sedang
melakukan kegiatan magang PPL (Program Pembelajaran Lapangan). Selain
itu, peneliti juga mengumpulkan data tentang pemahaman siswa dan guru
yang ada di sekolah tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 59
43
Langkah pertama adalah peneliti menggali lebih mendetail bagaimana
pemahaman guru yang mengajar siswa-siswa tersebut. Dimulai dengan
melakukan observasi saat guru mengajar, peneliti menjabarkan bagaimana
guru tersebut mengajar dan siswa saat diajar. Saat melakukan observasi,
peneliti duduk di belakang kelas sehingga murid akan tetap terfokus kepada
guru dan tidak merasa terganggu terhadap kehadiran peneliti. Setelah itu,
peneliti melakukan observasi mengenai bahasa tubuh pada saat melakukan
wawancara semiterstruktur bersama guru. Hal ini membuat peneliti harus
melihat guru secara menyeluruh, maka dari itu peneliti selalu mengusahakan
untuk menghadap kearah guru, dan memperhatikan setiap mimik maupun
bahasa tubuh yang dikeluarkan oleh guru.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara
semiterstruktur. Jenis wawancara semiterstruktur sudah termasuk dalam
kategori in dept interview dengan pelaksanaan yang lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur (Winarni, 2018: 164). Teknik
wawancara jenis ini dipilih oleh peneliti karena membantu peneliti untuk
mengetahui lebih dalam mengenai pemahaman guru pada materi IPA
Biologi. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Winarni (2018: 164)
yaitu tujuan dari wawancara jenis ini adalah menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan
ide-ide. Maka dari itu, pada bagian ini peneliti membuat rubrik pertanyaan
berdasarkan KD, kemudian rubrik tersebut menuntun peneliti untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 60
44
menanyakan materi pada informan. Walaupun pada saat berhadapan
langsung dengan informan, peneliti tidak akan menggunakan alat bantu
seperti teks panduan wawancara.
Wawancara semiterstruktur ini, membantu peneliti dalam bertanya,
namun tidak membatasi informan dalam menjawab pertanyaan tersebut
sehingga peneliti akan mendapatkan jawaban yang mendalam. Waktu dalam
melaksanakan wawancara adalah ketika istirahat dan sepulang sekolah.
Wawancara dilakukan pada 2 kelompok partisipan, yaitu guru (partisipan
utama) dan siswa (partisipan lain).
Dimulai dengan melakukan wawancara dengan guru. Peneliti bertanya
dengan menunjukkan rasa penasaran terhadap materi IPA Biologi, lalu
bertanya kepada guru tentang pemahaman mereka. Hal ini bertujuan agar
kedua guru tidak merasa terintimidasi dan tetap memberikan jawaban
dengan apa adanya. Pada saat mewawancarai guru, peneliti melakukan
wawancara dengan materi IPA Biologi yang lebih detail. Bersumber dari 4
KD (Kompetensi Dasar), peneliti akan menggali pemahaman guru terhadap
materi-materi tersebut. Wawancara semiterstruktur ini dikemas dengan
menanyakan pertanyaan-pertanyaan terbuka, sehingga sampai pada tujuan
peneliti dalam mengetahui pemahaman guru. Wawancara semiterstruktur ini
juga dilakukan dengan 2 guru di waktu dan tempat yang berbeda, namun
dengan pertanyaan yang sama.
Setelah mendapat semua pemahaman guru melalui wawancara,
peneliti kembali melakukan wawancara kepada siswa. Wawancara kembali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 61
45
dilakukan dengan maksud melihat apakah pemahaman guru sama dengan
pemahaman siswa, sehingga dapat ditarik kesimpulan darimana miskonsepsi
awal yang ditemukan pada siswa berasal. Melalui wawancara ini, peneliti
juga berusaha mengetahui sumber lain dari pemahaman siswa terhadap
materi IPA Biologi yang telah mereka ketahui.
3. Dokumen
Peneliti menggunakan studi dokumentasi dalam penelitian ini. Hal ini
dilakukan dengan menjabarkan bahan ajar guru, karena pemahaman yang
diketahui oleh guru mungkin bersumber dari apa yang dibaca oleh mereka.
Sesuai dengan penjelasan Bodgan dan Biken (dalam Ahmadi, 2014: 179)
dokumen adalah mengacu pada material (bahan) seperti fotografi, video,
film, memo, surat, diari, rekaman kasus klinis, dan sejenisnya, yang dapat
digunakan sebagai informasi suplemen sebagai bagian dari kajian kasus
yang sumber data utamanya adalah observasi partisipan atau wawancara.
Berangkat dari pemahaman ini, peneliti akan menampilkan buku-buku
yang digunakan guru untuk mengajar. Hal ini bertujuan untuk menjadi data
pendukung setelah melakukan observasi dan wawancara. Peneliti juga akan
mengidentifikasi sumber lain yang digunakan guru dalam menunjang
belajar.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ini, yang menjadi instrumen adalah peneliti
sendiri. Jika memanfaatkan alat yang bukan-manusia dan mempersiapkan dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 62
46
terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka
sangat tidak mungkin mengadakan penyesuain terhadap kenyataan-kenyataan
yang ada di lapangan (Moleong, 2008: 9). Selain itu, hanya manusia sebagai alat
instrumen sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya,
dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di
lapangan (Moleong, 2008: 9).
Pada awal melakukan observasi dengan siswa, ditemukan bahwa siswa
melontarkan pemahaman yang salah. Peneliti sempat ingin langsung memperbaiki
pemahaman siswa tersebut, namum setelah berefleksi dengan singkat, peneliti
memilih untuk bertanya lebih mendalam tentang pemahaman tersebut. Hal ini
dirasakan saat peneliti mencoba untuk mendengarkan dengan baik apa yang
disampaikan oleh informan.
Ketika melihat ke belakang, saat peneliti masih duduk di sekolah dasar,
peneliti adalah orang yang cepat mengambil kesimpulan terhadap suatu hal. Hal
ini membuat peneliti pernah berpikir bahwa kesimpulan peneliti lah yang paling
benar, namun tidak berusaha melakukan pembuktian. Salah satu contohnya adalah
peneliti pernah berpikir bahwa hewan pemakan segala atau omnivora akan
memakan segala hal yang ada di hadapannya, termasuk benda mati seperti kursi,
kandang, dan lain-lain. Pemikiran tersebut timbul karena guru pernah mengatakan
bahwa “agar kalian bisa cepat mengingat, karnivora adalah pemakan daging,
herbivora adalah pemakan tumbuhan, sedangkan omnivora adalah pemakan
segalanya yang ia temukan”. Selain itu peneliti beranggapan bahwa, di setiap
siklus kehidupan katak, ia selalu bernapas menggunakan kulit, sehingga peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 63
47
mengganggap bahwa katak adalah hewan yang tidak boleh disentuh kulitnya,
karena jika disentuh maka katak tersebut akan mati. Terlihat bahwa terdapat
kesalahpahaman atau miskonsepsi terhadap peneliti di masa lalu, hal ini
menunjukkan kesamaan seperti yang ditemukan pada siswa saat peneliti
melakukan observasi. Walaupun pada materi yang berbeda, siswa juga mengalami
miskonsepsi.
Saat di bangku sekolah dasar, peneliti juga hidup di pedalaman Kalimantan,
dimana sulit menemukan buku, hanya guru lah yang memiliki buku pada saat itu.
Pada masa itu, internet juga belum populer, sehingga semakin menyulitkan
peneliti untuk menelusuri materi-materi pelajaran. Jadi, guru lah satu-satu nya
yang menjadi sumber dimana peneliti belajar. Selain itu, orang tua peneliti selalu
mengajarkan konsep Matematika dan Bahasa Indonesia di rumah, sehingga
peneliti tidak pernah belajar tentang muatan pelajaran yang lain.
Selain peneliti sendiri sebagai instrumen, adapun rubrik wawancara
semiterstruktur yang menunang penelitian ini, yaitu:
TABEL 1 INSTRUMEN WAWANCARA SEMITERSTRUKTUR
Kompetensi Dasar (KD) Materi Instrumen Pertanyaan
3.1 Menjelaskan alat gerak
dan fungsinya pada
hewan dan manusia serta
cara memelihara
kesehatan alat gerak
manusia.
Alat gerak manusia 1. Bagaimana pemahaman
anda tentang “tulang
adalah salah satu alat
gerak”?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 64
48
Kompetensi Dasar (KD) Materi Instrumen Pertanyaan
3.2 Menjelaskan organ
pernafasan dan fungsinya
pada hewan dan manusia,
serta cara memelihara
kesehatan organ
pernapasan manusia.
Organ pernapasan
hewan
2. Apakah menurut anda
semua ikan memiliki
labirin (menyimpan
cadangan oksigen)?
Mengapa?
3. Bagaimana pemahaman
anda terhadap siklus
kehidupan katak?
Gangguan
Pernafasan
4. Apa yang menyebabkan
penyakit influenza?
5. Bagaimana seseorang
dapat mengalami
penyakit asma?
3.3 Menjelaskan organ
pencernaan dan fungsinya
pada hewan dan manusia
serta cara memelihara
kesehatan organ
pencernaan manusia.
Organ Pencernaan
manusia
6. Bagaimana pemahaman
anda tentang
pencernaan mekanis?
7. Apakah menurut anda
bakteri yang ada di
dalam tubuh akan
bersifat negatif?
Mengapa?
8. Apa pemahaman anda
tentang penyebab dari
diare?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 65
49
Kompetensi Dasar (KD) Materi Instrumen Pertanyaan
3.5 Menganalisis hubungan
antar komponen
ekosistem dan jaring-
jaring makanan di
lingkungan sekitar.
Pengelompokkan
hewan berdasarkan
jenis makanan
9. Apakah pernyataan
“omnivora adalah
hewan pemakan segala”
dapat dibenarkan?
Mengapa?
Siklus hidup 10. Apakah yang disebut
daur hidup dan proses
metamorfosis sama?
Mengapa?
11. Apakah terdapat hewan
yang tidak mengalami
proses metamorfosis?
12. Apa yang membedakan
metamorfosis yang
tidak sempurna dengan
yang tidak mengalami
metamorfosis sama
sekali?
Rantai dan jaring-
jaring makanan
13. Apakah rantai makanan
dan jaring-jaring
makanan sama?
Sumber: Analisis penulis, 2018
G. Kredibiltas dan Transferabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 66
50
Dalam sebuah penelitian, validitas merupakan hal yang penting. Sesuai yang
dijelaskan oleh Maxwell (dalam Bandur, 2016: 281) bahwa validitas sebagai
‘correctness or credibility of a description, conclusion, explanation, interpretion’.
Ungkapan ini menekankan bahwa validitas sebagai suatu ketepatan atas
dekskripsi, kesimpulan, penjelasan, dan interpretasi hasil penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan kredibilitas sebagai strategi untuk mencapai
validitas. Mengacu pada penjelasan Bandur (2016: 284) yaitu para penelitian
kualitatif dalam tiga dekade terakhir (Guba, 1981; Maxwell, 1996; Lewis, 2009;
Miles & Huberman, 1994; Shento, 2004), menyediakan beberapa strategi untuk
mencapai validitas, seperti internal penelitian kualitatif (kredibilitas), validitas
eksternal penelitian kualitatif (transferbilitas), reabilitas (dependabilitas), dan
konfirmabilitas (objektivitas). Penelitian ini menggunakan kredibilitas dan
transferbilitas.
Peneliti akan mengumpulkan data dengan mengutamakan kredibilitas dalam
penyampain data. Kredibilitas berarti peneliti dipercaya telah mengumpulkan data
yang real di lapangan serta menginterpretasikan data autentik tersebut dengan
akurat (Bandur, 2016: 284). Usaha yang dilakukan peneliti adalah menjabarkan
hasil penelitian dengan sebenar-benarnya.
Tahap berikutnya adalah triangulasi data. Triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu (Winarni, 2018: 183). Adapun macam-macaum
triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 67
51
triangulasi waktu. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi
pengumpulan data dan triangulasi sumber.
Tiga cara yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan
bantuan informan atau partisipan utama dan partisipan lain. Peneliti mempunyai
kedekatan dengan guru (partisipan utama) dan murid (partisipan lain). Hal ini
membuat peneliti percaya bahwa mereka dapat memberikan informasi dengan
sebenar-benarnya.
Tahap berikutnya adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber menguji
kredibilitas data yang dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber (Winarni, 2018: 184). Peneliti memulai triangulasi
sumber ini dari mengetahui pemahaman guru secara mendetail. Kemudian
menyajikan materi IPA Biologi yang bersumber dari buku dan jurnal. Setelah itu,
peneliti kembali mewawancarai siswa untuk mendapatkan data pendukung. Dari
ketiga sumber, yaitu guru, buku/jurnal, dan siswa akan terlihat apakah terdapat
keterkaitan pemahaman siswa dengan pemahaman guru yang mengajarnya. Selain
itu, sumber buku dan jurnal juga akan digunakan untuk membandingkan
pemahaman yang ada pada guru.
Dalam hal ini, peneliti melakukan penjabaran penelitian dengan sebenar-
benarnya, yang didapat melalui observasi, wawancara, serta dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti yang juga sebagai instrumen dalam penelitian ini. Selain
itu, peneliti juga belajar bagaimana mencari sumber dari suatu permasalahan tanpa
mencampurkan opini dari dalam peneliti sendiri, sehingga tidak cepat mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 68
52
kesimpulan terhadap suatu fenomena. Peneliti berusaha untuk menjadi pendengar
yang baik tanpa membuat informan merasa tertekan maupun terancam.
Pada tahap transferbilitas. Beberapa ahli (Guba, 1981; Lincoln & Guba,
1985) menyatakan bahwa transferbilitas suatu hasil penelitian merupakan hak dan
tanggung jawab peneliti berikutnya yang hendak membandingkan hasil
penelitiannya dengan hasil-hasil penelitian terdahulu, bukan pada peneliti yang
telah melakukan penelitian (Bandur, 2016: 288). Pada tahap ini, peneliti meyakini
bahwa konsep dari penelitian ini dapat diterapkan pada penelitian dengan kasus
yang serupa, yaitu miskonsepsi IPA Biologi di sekolah dasar. Keyakinan peneliti
timbul karena KI KD IPA Biologi kurikulum 2013 kelas V di semua sekolah
sama. Hal ini yang menunjukkan semua guru dan siswa mempelajari materi yang
sama, namun yang membedakan adalah setiap manusia memiliki persepsi yang
berbeda, sehingga penelitian ini dapat diterapkan pada penelitian lain.
H. Teknik Analisis Data
Peneliti menganalisi data menggunakan epoche dan reduksi fenomenologi.
Langkah pertama dari penelitian kualitatif pada penelitian ini adalah epoche.
Kholifah dan Suyadnya (2018: 117) menjelaskan epoche berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “menjauh dari” dan “tidak memberikan suara”. Selai itu
definisi lain dari epoche adalah pemutusan hubungan dengan pengalaman dan
pengetahuan, yang kita miliki sebelumnya (Kholifah dan Suyadnya, 2018: 117).
Dalam hal ini, peneliti berusaha tidak ikut campur dalam pemikiran informan. Hal
ini dimaksudkan agar hasil yang didapatkan adalah murni dari pemikiran
informan tersebut. Adapun cara dalam melakukan ini adalah peneliti bersikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 69
53
ingin tahu terhadap hal yang ditanyakan, sehingga guru tidak merasa sedang diuji
dan terintimidasi.
Langkah berikutnya adalah reduksi fenomenologi. Kholifah dan Suyadnya
(2018: 125) menjelaskan ketika epoche adalah langkah awal untuk “memurnikan”
objek dari pengalam dan prasangka awal, maka tugas reduksi fenomenologi
adalah menjelaskan susunan bahasa bagaimana objek tersebut terlihat. Reduksi
adalah melihat dan mendengar fenomena dalam tekstur aslinya (Kholifah dan
Suyadnya, 2018: 125). Pada tahap ini, peneliti berusaha untuk membandingkan
pemahaman yang sudah dijabarkan oleh guru dengan buku maupun jurnal-jurnal
ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 70
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV membahas (A) Observasi, (B) Wawancara, (C) Dokumentasi
A. Observasi
Peneliti melakukan observasi dengan tujuan mengetahui cara mengajar yang
dilakukan oleh kedua guru. Peneliti melakukan observasi terhadap Bapak Sua
(pseudonym) dan Ibu Hayati (pseudonym). Observasi dilakukan sebanyak tiga
kali, selama peneliti melakukan kegiatan magang di SD Mentari Bersinar. Berikut
adalah penjabaran dari hasil observasi:
1. Bapak Sua (pseudonym)
a. Observasi 1
TABEL 2 HASIL OBSERVASI GURU
No. Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan
1 Penyajian materi Pada awal pembelajaran, guru
memberi penjelasan melalui
media power point, kemudian
guru melakukan tanya jawab
dengan siswa. Jika siswa
melakukan kesalahan, guru
langsung berusaha melakukan
pembenaran. Setelah memahami
materi kerangka manusia, guru
meminta satu persatu siswa maju
ke depan untuk menunjuk bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 71
55
rangka manusia dengan media
tengkorak yang sudah disediakan.
2 Metode Pembelajaran Presentasi, tanya jawab, dan
diskusi.
3 Penggunaan Bahasa Bahasa Indonesia baku dan
beberapa Bahasa Jawa.
4 Aktivitas siswa Memperhatikan penjelasan
tentang rangka manusia melalui
media tengkorak dan power point.
Pada observasi pertama, peneliti melihat siswa sangat aktif dan
antusias saat belajar. Guru selalu meminta siswa menyimpulkan
materi yang sudah dijelaskan terlebih dahulu. Setelah siswa
menyampaikan kesimpulan, guru akan membenarkan konsep yang
salah dan menyimpulkan kembali konsep yang benar.
b. Observasi 2
TABEL 3 HASIL OBSERVASI GURU
No. Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan
1 Penyajian materi Siswa dibagi ke dalam kelompok,
kemudian siswa diminta untuk
membawa hewan insekta, pisces,
amfibi, reptil, aves, dan mamalia.
Setelah itu, siswa
mmengidentifikasi organ
pernapasan hewan tersebut dan
membuat laporan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 72
56
2 Metode Pembelajaran Presentasi, tanya jawab, dan
diskusi.
3 Penggunaan Bahasa Bahasa Indonesia baku.
4 Aktivitas siswa Membawa jenis-jenis hewan dan
mengidentifikasinya secara
berkelompok.
Pada observasi kedua, siswa terlihat sangat serius dalam
mengidentifikasi hewan yang ada di kelompoknya. Guru membantu
dan membimbing siswa dalam melakukan observasi. Pada akhir
pembelajaran siswa dan guru menyimpulkan bersama hasil yang
sudah didapatkan.
c. Observasi 3
TABEL 4 HASIL OBSERVASI GURU
No. Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan
1 Penyajian materi Guru melakukan presentasi singkat
mengenai sistem pencernaan
manusia. Setelah memperhatikan
siswa diminta guru menggambar
dan membuat laporan sederhana
mengenai sistem pencernaan
manusia secara berkelompok.
2 Metode Pembelajaran Presentasi, tanya jawab, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 73
57
diskusi.
3 Penggunaan Bahasa Bahasa Indonesia baku.
4 Aktivitas siswa Memperhatikan presentasi yang
diberikan guru, kemudian secara
berkelompok membuat laporan.
Pada observasi ketiga, guru terlihat selalu mengulangi dan
membuat penekanan terhadap konsep yang sulit dipahami siswa. Pada
saat melakukan diskusi dan pembuatan laporan, guru terlihat selalu
memperhatikan hasil siswanya. Setelah kegiatan tersebut selesai, guru
meminta siswa mempresentasikan dan menyimpulkan bersama-sama.
2. Ibu Hayati (pseudonym)
a. Observasi 1
TABEL 5 HASIL OBSERVASI GURU
No. Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan
1 Penyajian materi Guru memulai pembelajaran
dengan menjelaskan materi alat
gerak hewan dan manusia secara
singkat, kemudian siswa diminta
untuk mengerjakan soal. Setelah
selesai mengerjakan soal, siswa dan
guru mengoreksi bersama soal
tersebut.
2 Metode Pembelajaran Tanya jawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 74
58
3 Penggunaan Bahasa Bahasa Indonesia baku.
4 Aktivitas siswa Mendengarkan penjelasan dari guru
dan mengerjakan soal.
Pada observasi pertama, guru langsung menjelaskan secara
singkat materi yang akan dipelajari. Siswa diminta untuk menjawab
soal yang sudah disediakan, kemudian setelah menjawab soal siswa
dan guru mengoreksi soal tersebut bersama-sama. Terlihat beberapa
kali siswa nampak kebingungan dan bertanya, namun guru tidak
menjawab dan meminta siswa tersebut untuk mencari jawabannya
secara mandiri.
b. Observasi 2
TABEL 6 HASIL OBSERVASI GURU
No. Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan
1 Penyajian materi Guru memulai pembelajaran
dengan bertanya mengenai kelainan
pada alat gerak yang pernah
dialami oleh orang-orang disekitar
lingkungan rumah siswa, kemudian
guru menjelaskan contoh-contoh
dan ciri kelainan alat gerak
menggunakan foto. Setelah itu,
guru meminta siswa membuat
laporan sederhana yang dilengkapi
foto tentang apa saja kelainan pada
alat gerak manusia dan cara
penyembuhannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 75
59
2 Metode Pembelajaran Tanya jawab, diskusi, dan
presentasi
3 Penggunaan Bahasa Bahasa Indonesia baku.
4 Aktivitas siswa Siswa berkelompok dan membahas
berbagai kelainan alat gerak di
perpustakaan menggunakan buku
dan internet. Setelah itu, siswa
mempresentasikan hasil tersebut.
Pada observasi kedua, siswa nampak lebih dibebaskan oleh guru
untuk mencari informasi. Setelah semuanya selesai mengerjakan
laporan, siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil
kelompoknya. Guru terlihat tidak memberi kesimpulan atas hasil
presentasi siswa, karena waktu mengajar sudah habis.
c. Observasi 3
TABEL 7 HASIL OBSERVASI GURU
No. Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan
1 Penyajian materi Guru menjelaskan dengan detail
materi organ pernapasan manusia
dan fungsinya menggunakan power
point. Siswa kemudian diberi soal
dan dikoreksi bersama-sama.
2 Metode Pembelajaran Ceramah.
3 Penggunaan Bahasa Bahasa Indonesia baku.
4 Aktivitas siswa Siswa mendengarkan guru
menjelaskan dan mengerjakan soal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 76
60
Pada observasi ketiga, siswa bekerja secara mandiri dalam
mengerjakan soal. Setelah selesai, siswa diminta untuk
mengumpulkan soal kemudian beristirahat.
Berdasarkan cara mengejar kedua guru dapat disimpulkan bahwa masing-
masing memiliki perbedaan dan cara mengajar yang berbeda. Bapak Sua lebih
mengarahkan siswa melakukan kegiatan yang bersifat eksploratif, namun pada
akhir pembelajaran Bapak Sua selalu memberi kesimpulan dan membahas materi
yang dipelajari bersama siswanya. Berbeda dengan Ibu Hayati yang lebih banyak
menjelaskan dan memberikan tugas, namun jarang menyimpulkan materi bersama
siswa diakhir pembelajaran.
B. Wawancara
Kelas V di Sekolah Mentari Bersinar diampu oleh dua guru, yakni Bapak
Sua (pseudonym) dan Ibu Hayati (pseudonym). Wawancara tidak langsung ini
dilakukan dengan pada waktu yang berbeda, yaitu pada tanggal 1 November 2018
bersama Bapak Sua (pseudonym) dan pada tanggal 3 November bersama Ibu
Hayati (pseudonym). Peneliti melakukan wawancara dengan tujuan untuk
mengetahui pemahaman guru mengenai materi IPA Biologi kelas V. Berdasarkan
wawancara yang telah dilaksanakan, ditemukan jawaban berbeda dari tiap guru.
Berikut adalah penjabaran dari hasil wawancara semiterstruktur:
1. Bapak Sua (pseudonym)
Wawancara dilakukan pukul 08.00 WIB, sebelum Bapak Sua
(pseudonym) memulai pembelajaran di kelas. Peneliti memulai pertanyaan
dari materi alat gerak manusia pada KD 3.1, yang berisi menjelaskan alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 77
61
gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara
kesehatan alat gerak manusia. Peneliti bertanya “bagaimana pemahaman
anda tentang tulang adalah salah satu alat gerak?” Bapak Sua (pseudonym)
dengan cepat menjawab “kalau tulang pasif, yang aktif kan ototnya. Kalau
ga ada tulang ga ada otot kan gaada koordinasi alat gerak.” Berdasarkan
jawaban yang diberikan oleh Bapak Sua (pseudonym) disimpulkan bahwa
tidak ada miskonsepsi yang ditemukan. Hal ini dibuktikan dalam Prakoso
(2018: 1) alat gerak pasif berupa tulang dan alat gerak aktif berupa otot.
Pada KD 3.2 yang berisi menjelaskan organ pernafasan dan fungsinya
pada hewan dan manusia, serta cara memelihara kesehatan organ
pernapasan manusia. Peneliti melajutkan pertanyaan dari materi organ
pernapasan hewan, yaitu “apakah menurut anda semua ikan memiliki labirin
(menyimpan cadangan oksigen)? Mengapa?” Bapak Sua (pseudonym)
tersenyum dan menarik napas, lalu menjawab “tidak semua ikan punya
labirin, hanya beberapa ikan yang hidupnya itu di tempat-tempat khusus
seperti ikan lele, ikan gabus punya labirin, karena memang untuk adaptasi
dia di tempat yang kurang oksigen, kan biasanya tempatnya di lumpur,
kubangan yang minim oksigen sehingga dia harus menyimpan oksigennya
di dalam labirin.” Dari jawaban ini menunjukkan bahwa Bapak Sua
(pseudonym) tidak ada miskonsepsi.
Jawaban dikuatkan dengan pernyataan Azmiyawati, dkk (2008: 7)
labirin berguna untuk menyimpan udara. Bagi ikan-ikan yang hidup di air
keruh atau di rawa-rawa, labirin sangat membantu untuk bernapas. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 78
62
tempat-tempat tersebut kandungan oksigennya kurang. Oleh karena itu, ikan
sering menuju permukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Oksigen
tersebut disimpan dalam labirin. Ikan yang memiliki labirin, misalnya ikan
gabus dan lele.
Peneliti kembali bertanya tentang hewan lain, yaitu “bagaimana
pemahaman anda terhadap siklus kehidupan katak?” Wajah Bapak Sua
(pseudonym) nampak seperti mencoba mengingat dan melontarkan jawaban
dengan pelan “kalau pas dia fase berudu dia pakai ingsang, terus ketika dia
mulai jadi katak berekor dia dibantu paru-paru dan kulit, tapi kalau dia
sudah jadi katak dewasa yan dominan paru-parunya.” Pada pertanyaan ini,
tidak ditemukan miskonsepsi pada Bapak Sua (pseudonym). Hal ini terbukti
dalam Prakoso (2018: 16) saat masih berupa kecebong, katak hidup di
dalam air dan bernapas menggunakan insang. Katak dewasa bernapas
menggunakan paru-paru dan permukaan kulit.
Bergeser dari pernapasan hewan, peneliti lalu bertanya mengenai
pernapasan manusia, yaitu “apa yang menyebabkan penyakit influenza?”
Dengan cepat pertanyaan tersebut dijawab oleh Bapak Sua (pseudonym)
“itu virus, virus influenza. Bapak Sua (pseudonym) kembali bisa menjawab
pertanyaan dengan benar, yang artinya tidak ditemukan miskonsepsi.
Jawaban yang sama dapat ditemukan dalam Pravesti, dkk (2018: 16)
selesma (influenza) disebabkan oleh virus.
Masih dalam materi pernapasan manusia, peneliti mengajukan
pertanyaan yaitu “bagaimana seseorang dapat mengalami penyakit asma?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 79
63
Bapak Sua (pseudonym) terdiam sejenak, lalu menjawab “kalau asma itu
tergantung, asma kan kalau dilihat definisinya kan penyempitan saluran
pernapasan, itu faktornya banyak. Ada karena debu, terus karena ruangan
pengap, terus karena suhu yang panas, mungkin karena mikroorgansme
juga bisa. Faktornya banyak.” Bapak Sua (pseudonym) kembali berhasil
menjawab pertanyaan dengan benar yang membuktikkan bahwa tidak ada
miskonsepsi. Pravesti, dkk (2018: 24) asma disebabkan oleh penyempitan
saluran pernapasan, hal yang sama dinyatakan oleh Bapak Sua
(pseudonym).
Pertanyaan kembali dilayangkan peneliti kepada Bapak Sua
(pseudonym). Pada KD 3.3 yaitu menjelaskan organ pencernaan dan
fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ
pencernaan manusia. Peneliti bertanya memulai pertanyaan “apakah
pencernaan mekanis adalah proses penghancuran makanan dengan enzin
pak?”, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Bapak Sua (pseudonym)
menjawab pertanyaan ini “kalau mekanis dengan gerakan, bisa gerakan
meremas yang ada di dalam lambung, bisa gerak gigi mengunyah.
Sedangkan enzin sifatnya lebih ke kimiawi.” Dari jawaban tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak ada miskonsepsi yang ditemukan, karena dalam
Pravesti, dkk (2018: 25) pencernaan secara mekanis yang merupakan
pencernaan makanan dengan cara dikunyah oleh gigi dan dibantu lidah.
Disusul dengan pertanyaan selanjutnya, yaitu “lalu menurut bapak
apakah bakteri yang ada di dalam tubuh akan bersifat negatif?” Sejenak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 80
64
Bapak Sua (pseudonym) menatap ke atas dan dengan yakin menjawab
“kalau bakteri memang kebanyakan, bakteri yang dari luar terutama, dari
luar yang masuk ke tubuh sifatnya sangat merugikan, tapi ada beberapa
bakteri yang sudah ada di dalam tubuh, seperti bakteri el colli pencernaan
itu fungsinya untuk membantu pencernaan pada tahap pembusukan. Jadi,
tidak semua, tetapi kebanyakan memang yang berasal dari luar terus masuk
ke tubuh kita akan mengganggu metabolisme.” Jika dilihat dari jawaban
Bapak Sua (pseudonym) tidak ditemukan miskonsepsi. Jawaban Bapak Sua
(pseudonym) dikuatkan dalam Prakoso (2018: 30) di usus besar terdapat
bakteri Escherichia coli yang berguna membusukkan sisa makanan menjadi
kotoran.
Masih membahas bakteri, peneliti kembali bertanya “menurut anda
apa penyebab penyakit diare?” Pertanyaan ini membuat Bapak Sua
(pseudonym) tampak bingung. Nampak dari raut wajahnya yang langsung
mengerutkan dahi, namun tetap mencoba menjawab dengan suara yang
pelan “satu-satunya penyebabnya adalah bakteri, bakterinya namanya lupa
saya.” Berdasarkan jawaban yang telah diberikan, ditemukan miskonsepsi
pertama kalinya pada Bapak Sua (pseudonym), karena diare disebabkan
oleh bakteri dan rotavirus yang masuk pada makanan/minuman dan masuk
pada usus besar (Komunikasi langsung, Sari: 2018). Dalam Shohib (2017:
127) dijelaskan diare dapat disebabkan bakteri kolera dan bakteri lain yang
biasanya patogen usus besar. Selain itu, dalam Korompis, dkk (2013: 43)
menjelaskan bahwa pada umumnya diare akut di Indonesia disebabkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 81
65
masalah kebersihan lingkungan, kebersihan makanan, dan juga infeksi
mikroorganisme (bakteri, virus, dan jamur).
Menyentuh KD terakhir, yaitu KD 3.5 menganalisis hubungan antar
komponen ekosistem dan jaring-jaring makanan di lingkungan sekitar. Pada
KD ini peneliti menyiapkan lima pertanyaan bagi Bapak Sua (pseudonym).
“Apakah pernyataan “omnivora adalah hewan pemakan segala” dapat
dibenarkan?” Mendengar pertanyaan yang peneliti lontarkan, Bapak Sua
(pseudonym) langsung tersenyum dan tertawa kecil lalu menjawab “nah...
kadang memang untuk mudah mengajari ke anak itu kalau karnivora
pemakan daging, herbivora pemakan tumbuhan, omnivora pemakan
segalanya itu sebenarya agak keliru. Segalanya itu berati bisa tanah bisa
batu, yang tepat itu memang kombinasi antara karnivora dan herbivora,
jadi di satu sisi dia bisa makan tumbuhan tapi disisi lain ketika dia dapat
mangsa hewan dia juga bisa mengomsumsi. Jadi yang dimaksud semua itu
bukan berarti semua yang ada di alam bisa dimakan tapi ya kombinasi
antara pemakan daging dengan tumbuhan. Kalau saya pribadi tidak dapat
dibenarkan.” Jawaban Bapak Sua (pseudonym) tersebut tidak menunjukan
adanya miskonsepsi. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Prakoso (2018: 40)
bahwa omnivora adalah kelompok hewan yang makanannya berasal dari
tumbuhan maupun hewan lain. Didukung oleh pernyataan Pravesti, dkk
(2018: 88) bahwa omnivora adalah hewan pemakan daging dan tumbuhan.
Dari kedua pernyataan tersebut tidak ada yang menyatakan bahwa omnivora
adalah pemakan segala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 82
66
Masuk pada pertanyaan berikutnya, yaitu “apakah yang disebut daur
hidup dan proses metamorfosis sama?” dan Bapak Sua (pseudonym)
menjawab dengan perlahan “kalau daur hidup dan metamorfosis ya, kalau
daur hidup itu memang sebenarnya beda, kalau daur hidup itu lebih ke jadi
setelah dia lahir setelah dia menetas sampai dia dewasa itu memang ada
perubahan tapi sedikit. Kalau metamorfosis itu memang mengalami
perubahan yang sangat signifikan. Contohnya kalau daur hidup itu ayam
lah, ayam kan mengalami daur hidup juga. Ada telur telur terus dia
menetas jadi ayam kecil lalu dewasa, seperti itu, kalau metamorfosis ada
fase-fase yang dari tiap fase itu memang bentuknya berubah begitu.” Bapak
Sua (pseudonym) kembali dapat menjawab pertanyaan dengan benar, yang
artinya pemahaman Bapak Sua (pseudonym) sudah sesuai dengan konsep.
Prakoso (2018: 49) Tahapan pertumbuhan dan perkembangan suatu hewan
disebut daur hidup. Di dalam daur hidupnya, ada hewan yang mengalami
perubahan bentuk, ada yang tidak. Hewan yang mengalami perubahan
bentuk pada tahap tumbuh kembangnya disebut metamorfosis.
Peneliti kembali menggali dengan pertanyaan, yaitu “apakah terdapat
hewan yang tidak mengalami proses metamorfosis?” tidak membutuhkan
waktu yang lama untuk Bapak Sua (pseudonym) menjawab “kalau
metamorfosis contohnya itu kan kebanyakan di serangga dan katak. Ada
hewan seperti unggas terus aves seperti burung itu daur hidup sampai dia
lahir sampai dia menetas sampai dia mati kan siklus hidup, ada daur
hidupnya. Jadi ada.” Dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 83
67
ada miskonsepsi yang ditemukan, karena dalam Pravesti, dkk (2018: 88)
pada daur hidup tanpa metamorfosis, tidak ada perubahan bentuk yang
berbeda antara ketika lahir dan dewasa. Contoh hewan yang mengalami
daur hidup tanpa metamorphosis adalah ayam, sapi, dan kucing.
Peneliti melontarkan pertanyaan lanjutan “Menurut bapak apa yang
membedakan metamorfosis yang tidak sempurna dengan yang tidak
mengalami metamorfosis sama sekali?” Seperti sebelumnya, nampak sekali
bahwa Bapak Sua (pseudonym) sangat menguasai materi sehingga dengan
cepat ia menjawab “kalau untuk mengajarkan ke anak SD, kalau tidak
sempurna dia mirip hanya ukuran mungkin kalau di dunia serangga itu,
belum ada sayapnya. Kalau yang tidak mengalami metamorfosis seperti
ayam, itu kan dia bertelur, menetas, terus yaudah tapi kalau tidak sempurna
contohnya kecoak, waktu menetas memang mirip tapi tidak semirip seperti
ayam yang daur hidup tadi ya. Jadi kalau kecoak itu kan bentuknya mirip
hanya mungkin pertama ukuran, dia belum punya sayap karena belum
berkembang.” Pada jawaban tersebut, Bapak Sua (pseudonym) mencoba
menjelaskan mengenai metamorfosis dengan menggunakan contoh. Sama
dengan sebelumnya, tidak ditemukan miskonsepsi pada hampir semua
jawabannya. Terbukti dalam Pravesti, dkk (2018: 88) bahwa pada daur
hidup tanpa metamorfosis, tidak ada perubahan bentuk yang berbeda antara
ketika lahir dan dewasa. Selain itu, Prakoso (2018: 50) menyatakan bahwa
metamorfosis tidak sempurna terjadi pada hewan yang mengalami
perubahan bentuk yang tidak terlalu berbeda setiap perkembangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 84
68
Sampai pada pertanyaan terakhir “apakah rantai makanan dan jaring-
jaring makanan sama?” dan jawaban yang diberikan oleh Bapak Sua
(pseudonym) adalah “kalau rantai itu hanya pada satu aliran, aliran
perpindahan energi, contohnya dari padi dimakan belalang terus dimakan
katak dimakan ular itu kalau rantai. Kalau jaring itu dia lebih kompleks,
jadi ada cabangnya contohnya padi dimakan belalang sebagai herbivora
terus dimakan tikus juga sebagai herbivora juga bisa terus padi dimakan
ulat juga. Jadi, lebih kompleks. Jawaban terakhir dari Bapak Sua
(pseudonym) kembali diungkapkannya menggunakan contoh dan tidak
ditemukan miskonsepsi. Jawaban tersebut memiliki kesamaan dengan
Pravesti, dkk (2018: 96) bahwa rantai makanan merupakan peristiwa makan
dan dimakan dengan urutan tertentu antar mahluk hidup, sedangkan jaring-
jaring makanan adalah kumpualan dari dua atau lebih rantai makanan yang
saling berhubungan.
2. Ibu Hayati (pseudonym)
Wawancara dilakukan pukul 11.30 WIB pada waktu lengang ketika
Ibu Hayati (pseudonym) selesai mengajar di kelas. Pertanyaan pertama
diambil dari materi alat gerak manusia pada KD 3.1, yang berisi
menjelaskan alat gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara
memelihara kesehatan alat gerak manusia. Peneliti bertanya “bagaimana
pemahaman anda tentang tulang adalah salah satu alat gerak?” Ibu Hayati
(pseudonym) menjawab sambil memainkan bola matanya ke kanan dan ke
kiri “menurut saya tulang itu bukan alat gerak yang aktif ya, karena alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 85
69
gerak yang aktif yaitu adalah otot. Jadi tulang tanpa otot tidak bisa
bergerak, seperti itu.” Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh Ibu
Hayati (pseudonym) disimpulkan bahwa tidak ada miskonsepsi yang
ditemukan. Hal ini dibuktikan dalam Prakoso (2018: 1) alat gerak pasif
berupa tulang dan alat gerak aktif berupa otot.
Selanjutnya, KD 3.2, yang berisi menjelaskan organ pernafasan dan
fungsinya pada hewan dan manusia, serta cara memelihara kesehatan organ
pernapasan manusia. Beranjak menuju pertanyaan selanjutnya, dari materi
organ pernapasan hewan, yaitu “apakah menurut anda semua ikan memiliki
labirin (menyimpan cadangan oksigen)?” Ibu Hayati (pseudonym) terdiam
cukup lama, namun pada akhirnya menjawab “sepertinya iya”, dengan nada
suara yang mencoba meyakinkan peneliti atas jawabannya. Dari jawaban ini
menunjukkan bahwa Ibu Hayati (pseudonym) terdapat miskonsepsi. Dalam
Azmiyawati, dkk (2008: 7) labirin berguna untuk menyimpan udara. Bagi
ikan-ikan yang hidup di air keruh atau di rawa-rawa, labirin sangat
membantu untuk bernapas. Di tempat-tempat tersebut kandungan
oksigennya kurang. Oleh karena itu, ikan sering menuju permukaan air
untuk mengambil oksigen dari udara. Oksigen tersebut disimpan dalam
labirin. Ikan yang memiliki labirin, misalnya ikan gabus dan lele.
Kemungkinan faktor terjadinya miskonsepsi pada materi ini adalah Ibu
Hayati (pseudonym) beranggapan bahwa labirin merupakan bagian dari
insang, maka dari itu semua ikan memiliki labirin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 86
70
Pertanyaan kembali dilontarkan “bagaimana pemahaman anda
terhadap siklus kehidupan katak?” Sambil menggerakan jemari-jemari
tangannya Ibu Hayati (pseudonym) menjawab “kalau setahu saya dari yang
saya belajar dulu itu kayaknya tidak, kan dari apa dari beludru itu dia
pakai insang terus habis ketika dia sudah berubah jadi katak itu kan dia
pakai paru-paru dan bantuan kulitnya yang basah itu.” Pada pertanyaan ini,
tidak ditemukan miskonsepsi pada Ibu Hayati (pseudonym). Hal ini terbukti
dalam Prakoso (2018: 16) saat masih berupa kecebong, katak hidup di
dalam air dan bernapas menggunakan insang. Katak dewasa bernapas
menggunakan paru-paru dan permukaan kulit.
Setelah selesai menjawab pertanyaan di atas, peneliti melanjutkan ke
pertanyaan “apa yang menyebabkan penyakit influenza?” Ibu Hayati
(pseudonym) nampak ragu dan menjawab dengan perlahan “kalau tidak
salah virus ya.” Setelah sempat miskonsepsi pada pertanyaan sebelumnya,
Ibu Hayati (pseudonym) kembali bisa menjawab pertanyaan dengan benar,
yang artinya tidak ditemukan miskonsepsi. Jawaban yang sama dapat
ditemukan dalam Pravesti, dkk (2018: 16) selesma (influenza) disebabkan
oleh virus.
Sampai pada pertanyaan terakhir pada KD ini, yaitu “bagaimana
seseorang dapat mengalami penyakit asma?” Ibu Hayati (pseudonym)
dengan cepat menjawab “kalau asma itu kan ada macam-macam
penyebabnya, kalau ga salah bisa karena lingkungan juga, karena genetik
juga, bisa karena itu kayaknya.” Jawaban Ibu Hayati (pseudonym) “kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 87
71
ga salah bisa karena lingkungan juga” adalah faktor penyakit asma dapat
kambuh yang artinya adalah faktor eksternal, sedangkan jawaban Ibu Hayati
(pseudonym) “karena genetik juga” merujuk pada Pravesti, dkk (2018: 24)
asma disebabkan oleh penyempitan saluran pernapasan. Walaupun Ibu
Hayati (pseudonym) tidak menjelaskan secara spesifik penyebab utama dari
adanya penyakit asma, namun Ibu Hayati (pseudonym) tidak mengalami
miskonsepsi.
Pertanyaan kembali dilayangkan peneliti kepada Ibu Hayati
(pseudonym). Terdapat tiga pertanyaan pada KD 3.3, yaitu menjelaskan
organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara
memelihara kesehatan organ pencernaan manusia. Ketiga pertanyaan
tersebut berasal dari satu materi yaitu organ pencernaan manusia. “Apakah
pencernaan mekanis adalah proses penghancuran makanan dengan enzin
bu?” Ibu Hayati (pseudonym) kembali menjawab pertanyaan dengan cepat
“kalau mekanis itu bukan dengan enzim, kalau dengan enzim itu namanya
kimiawi.” Dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
miskonsepsi yang ditemukan. Sesuai dalam Pravesti, dkk (2018: 25)
pencernaan secara mekanis yang merupakan pencernaan makanan dengan
cara dikunyah oleh gigi dan dibantu lidah, sedangkan pencernaan kimiawi
yang merupakan pencernaan yang dilakukan oleh enzin.
“Lalu menurut ibu, apakah bakteri yang ada di dalam tubuh akan
bersifat negatif? Mengapa?” Kembali lagi Ibu Hayati (pseudonym)
memainkan bola matanya ke kanan dan kiri, lalu menjawab “setahu saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 88
72
tidak, ada beberapa bakteri yang membantu di dalam tubuh contohnya
bakteri el colli itu ya untuk membantu proses pencernaan.” Jika dilihat dari
jawaban Ibu Hayati tidak ditemukan miskonsepsi. Jawaban tersebut
dikuatkan dalam Prakoso (2018: 30) di usus besar terdapat bakteri
Escherichia coli yang berguna membusukkan sisa makanan menjadi
kotoran.
Peneliti melanjutkan kembali pada pertanyaan yang masih membahas
bakteri, yaitu “menurut anda apa penyebab penyakit diare?” Ibu Hayati
(pseudonym) menjawab dengan ragu “kalau diare itu kalau ga salah hanya
dari bakteri ya mbak ya.” Berdasarkan jawaban yang telah diberikan,
ditemukan kembali miskonsepsi pada Ibu Hayati (pseudonym), karena diare
disebabkan oleh bakteri dan rotavirus yang masuk pada makanan/minuman
dan masuk pada usus besar (Komunikasi langsung, Sari: 2018). Dalam
Shohib (2017: 127) dijelaskan diare dapat disebabkan bakteri kolera dan
bakteri lain yang biasanya patogen usus besar. Selain itu, dalam Korompis,
dkk (2013: 43) menjelaskan bahwa pada umumnya diare akut di Indonesia
disebabkan oleh masalah kebersihan lingkungan, kebersihan makanan, dan
juga infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, dan jamur).
Menyentuh KD terakhir, yaitu KD 3.5 menganalisis hubungan antar
komponen ekosistem dan jaring-jaring makanan di lingkungan sekitar. Pada
KD ini peneliti menyiapkan lima pertanyaan bagi Ibu Hayati (pseudonym).
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diambil berdasarkan tiga materi. Dari materi
pengelompokkan hewan berdasarkan jenis makanan, pertanyaan dilontarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 89
73
oleh peneliti “apakah pernyataan “omnivora adalah hewan pemakan segala”
dapat dibenarkan?” Ibu Hayati (pseudonym) kembali menjawab pertanyaan
dengan cepat “ya kalau dibiliang segala mungkin iya.” Jika dilihat dari
jawaban Ibu Hayati (pseudonym) ditemukan adanya miskonsepsi. Hal ini
nampak dalam Prakoso (2018: 40) kelompok hewan yang makanannya
berasal dari tumbuhan maupun hewan lain. Selain itu, Pravesti, dkk (2018:
88) omnivora adalah hewan pemakan daging dan tumbuhan. Dari kedua
pernyataan tersebut tidak ada yang menyatakan bahwa omnivora adalah
pemakan segala. Miskonsepsi pada Ibu Hayati (pseudonym) adalah ketika di
bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, Ibu Hayati
(pseudonym) diajarkan bahwa omnivora adalah pemakan segala. Hal ini
diketahui berdasarkan pernyataan Ibu Hayati sendiri.
Kedua pertanyaan diambil dari materi siklus hidup. “Apakah yang
disebut daur hidup dan proses metamorfosis sama? Mengapa?” dan Ibu
Hayati (pseudonym) menjawab dengan perlahan “kalau proses
metamorfosis itu kan dari yang, dari awalnya bentuk awalnya dengan
dewasa itu kan beda ya, kalau daur hidup itu kan dari misal kan kayak telur
dengan apa namanya ulat, kepompong, kupu-kupu sampai nanti telur lagi,
kalau menurut saya beda sih.” Miskonsepsi yang terlihat pada Ibu Hayati
(pseudonym) ketika menjelaskan bahwa “kalau daur hidup itu kan dari
misal kan kayak telur dengan apa namanya ulat, kepompong, kupu-kupu
sampai nanti telur lagi.” Hal ini menunjukkan bahwa Ibu Hayati
(pseudonym) menjelaskan kupu-kupu adalah salah satu hewan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 90
74
mengalami daur hidup, sedangkan dalam Prakoso (2018: 50) contoh hewan
yang mengalami metamorfosis sempurna adalah katak dan kupu-kupu.
Selain itu Prakoso (2018: 49) menjelaskan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan suatu hewan disebut daur hidup. Di dalam daur hidupnya,
ada hewan yang mengalami perubahan bentuk, ada yang tidak. Hewan yang
mengalami perubahan bentuk pada tahap tumbuh kembangnya disebut
metamorfosis.
Berlanjut pada pertanyaan berikutnya yaitu “apakah terdapat hewan
yang tidak mengalami proses metamorfosis?”, tidak membutuhkan waktu
yang lama untuk Ibu Hayati (pseudonym) menjawab “iya ada beberapa
hewan yang tidak mengalami proses metamorfosis, jadi dari awal dia lahir
atau bertelur itu sampai besarnya itu mirip begitu.” Dari jawaban tersebut
dapat disimpulkan bahwa tidak ada miskonsepsi yang ditemukan, karena
dalam Pravesti, dkk (2018: 88) pada daur hidup tanpa metamorfosis, tidak
ada perubahan bentuk yang berbeda antara ketika lahir dan dewasa. Contoh
hewan yang mengalami daur hidup tanpa metamorfosis sebagai berikut;
ayam, sapi, dan kucing.
Peneliti kembali bertanya “apa yang membedakan metamorfosis yang
tidak sempurna dengan yang tidak mengalami metamorfosis sama sekali?”
Ibu Hayati (pseudonym) menjawab dengan perlahan-lahan “kalau tidak
mengalami metamorfosis sama sekali itu mirip kayak gitu. Kalau
metamorfosis yang tidak sempurna mungkin hanya bentuknya saja mungkin
ya, kayak apa ya, apa ya contohnya yang tidak sempurna, hmmm... kecoa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 91
75
itu kali ya, pokoknya kalau dia ga pakai kepompong itu kan kurang
sempurna kan ya. Nah itu, kayak kecoa tu, dari dia betelur kan ya, jadi dari
awal dia ada apa bertuelur kan itu kalau ga salah, ya dari kecoa kecil
sampai ke kecoa besar itu tidak terlalu nampak perbedaannya.” Pada
pertanyaan ini, Ibu Hayati (pseudonym) menjawab menggunakan contoh
dan tidak ditemukan miskonsepsi. Terbukti dalam Pravesti, dkk (2018: 88)
pada daur hidup tanpa metamorfosis, tidak ada perubahan bentuk yang
berbeda antara ketika lahir dan dewasa. Selain itu, Prakoso (2018: 50)
metamorfosis tidak sempurna terjadi pada hewan yang mengalami
perubahan bentuk yang tidak terlalu berbeda setiap perkembangannya.
Sampai pada pertanyaan terakhir “apakah rantai makanan dan jaring-
jaring makanan sama?”, jawaban yang diberikan oleh Ibu Hayati
(pseudonym) adalah “kalau rantai makanan itu kan cuma misalkan
produsen, konsumen 1, konsumen 2, sampai pengurai nanti. Kalau jaring-
jaring nanti kan nanti berbagai macam ya produsen, nanti disitu ada
konsumennya kan nanti banyak jadi bercabang-cabang lebih dari satu,
seperti itu menurut saya.” Jawaban terakhir dari Ibu Hayati (pseudonym)
kembali diungkapkannya menggunakan contoh dan tidak ditemukan
miskonsepsi. Jawaban tersebut memiliki kesamaan dengan Pravesti, dkk
(2018: 96) rantai makanan merupakan peristiwa makan dan dimakan dengan
urutan tertentu antar mahluk hidup, sedangkan jarring-jaring makanan
adalah kumpualan dari dua atau lebih rantai makanan yang saling
berhubungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 92
76
TABEL 8 HASIL MISKONSEPSI GURU
MISKONSEPSI IPA BIOLOGI PADA GURU
Pertanyaan
Bapak Sua
(pseudonym)
Ibu Hayati
(pseudonym)
Ya Tidak Ya Tidak
1. Bagaimana pemahaman anda
tentang “tulang adalah salah satu
alat gerak”?
√ √
2. Apakah menurut anda semua
ikan memiliki labirin
(menyimpan cadangan oksigen)?
Mengapa?
√ √
3. Bagaimana pemahaman anda
terhadap siklus kehidupan katak?
√ √
4. Apa yang menyebabkan penyakit
influenza?
√ √
5. Bagaimana seseorang dapat
mengalami penyakit asma?
√ √
6. Apakah pencernaan mekanis
adalah proses penghancuran
makanan dengan enzin?”
√ √
7. Apakah menurut anda bakteri
yang ada di dalam tubuh akan
bersifat negatif? Mengapa?
√ √
8. Menurut anda apa penyebab dari
penyakit diare?
√ √
9. Apakah pernyataan “omnivora
adalah hewan pemakan segala”
dapat dibenarkan? Mengapa?
√ √
10. Apakah yang disebut daur hidup
dan proses metamorfosis sama?
Mengapa?
√ √
11. Apakah terdapat hewan yang
tidak mengalami proses
metamorfosis?
√ √
12. Apa yang membedakan
metamorfosis yang tidak
sempurna dengan yang tidak
mengalami metamorfosis sama
sekali?
√ √
13. Apakah rantai makanan dan
jaring-jaring makanan sama?
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 93
77
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa Bapak Sua (pseudonym)
dan Ibu Hayati (pseudonym) mempunyai miskonsepsi pada penyebab dari
penyakit diare. Selain itu, Ibu Hayati (pseudonym) lebih banyak
miskonsepsi jika dibandingkan dengan Bapak Sua (pseudonym). Ibu Hayati
(pseudonym) beranggapan bahwa semua ikan memiliki labirin, selain itu
Ibu Hayati (pseudonym) lebih meyakini bahwa “omnivora adalah hewan
pemakan segala”, dan pada materi yang berbeda Ibu Hayati (pseudonym)
menyampaikan bahwa proses daur hidup sama dengan proses metamorfosis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 94
78
3. Siswa
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, ditemukan bahwa terdapat
miskonsepsi pada Bapak Sua (pseudonym) dan Ibu Hayati (pseudonym).
Terdapat satu miskonsepsi pada Bapak Sua dan tiga miskonsepsi pada Ibu
Hayati. Setelah miskonsepsi tersebut ditemukan, peneliti mewawancarai
siswa untuk melihat apakah miskonsepsi pada Bapak Sua (pseudonym) dan
Ibu Hayati (pseudonym) terjadi pula pada murid-murid yang diajar kedua
guru tersebut.
a. Siswa Kelas Purnama (bukan nama sebenarnya)
Peneliti mewawancarai siswa kelas Purnama yang merupakan
siswa dari Bapak Sua. Peneliti mewawancarai 8 siswa, pada saat jam
istirahat. “kalian pernah sakit diare?”, semua siswa menjawab pernah
mengalami sakit diare, kemudian peneliti bertanya kembali “ada yang
tahu penyebab penyakit diare yang pernah kalian rasakan?”, semua
siswa nampak berpikir dan salah siswa 1 menjawab “dari bakteri kan
bu? Soalnya aku pernah baca buku dari bakteri makanan yang tidak
sehat”, lalu siswa 2 mengatakan “iyaaa bu, satu-satunya penyebab
diare tu bakteri, Pak Sua (pseudonym) juga bilang kayak gitu yo”.
Peneliti kembali bertanya “berarti diare hanya disebabkan oleh
bakteri saja ya? Selain dari yang diberi tahu Bapak Sua, kalian tahu
dari mana? Dan semua siswa mengangguk setuju, kemudian siswa 3
menjawab “ibuk saya juga bilang gitu bu, kalo ga cuci tangan itu lo
bu bahaya, banyak bakterinya”, kemudian siswa 4 menjawab “dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 95
79
makanan ga sehat juga contohnya bu, kalo ga sehat kan kadang ada
bakteri jahatnya”.
TABEL 9 MISKONSEPSI KELAS PURNAMA
MISKONSEPSI IPA BIOLOGI PADA SISWA
Materi Pertanyaan Jawaban siswa Penyebab
miskonsepsi
Penyebab
diare
Menurut kalian apa
penyebab diare?
Siswa 1 :
Dari bakteri kan bu?
Soalnya aku pernah baca
buku dari bakteri makanan
yang tidak sehat
Siswa 2 :
Iyaaa bu, satu-satunya
penyebab diare tu bakteri,
Pak Sua (pseudonym) juga
bilang kayak gitu yo
Siswa 3 :
Ibuk saya juga bilang gitu
bu, kalo ga cuci tangan itu
lo bu bahaya, banyak
bakterinya.
Siswa 4 :
Dari makanan ga sehat juga
contohnya bu, kalo ga sehat
kan kadang ada bakteri
jahatnya
Buku, guru,
dan orang
tua
Berdasarkan tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa
Kelas Purnama mengalami miskonsepsi sama seperti guru yang
mengajar mereka. Miskonsepsi yang timbul pada materi ini, tidak
hanya berasal dari guru, namun dari buku dan nasehat orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 96
80
a. Siswa Kelas Bintang (bukan nama sebenarnya)
Sama seperti siswa Bapak Sua (pseudonym), peneliti juga
mewawancarai siswa yang diajar oleh Ibu Hayati (pseudonym).
Peneliti mewawancarai mengenai tiga materi kepada siswa kelas
Bintang. Peneliti memulai dengan pertanyaan “kemarin kan kalian
bilang sama ibu, semua ikan pasti memiliki labirin, masih ingat?”
enam siswa menjawab secara bergantian yakni mereka masih masih
mengingatnya, kemudian peneliti kembali bertanya “kalian
mengetahui semua ikan mempunyai labirin darimana?” lalu siswa 1
menjawab “Bu Hayati dulu pernah menjelaskan. Semua ikan pasti
memiliki labirin, kecuali ikan yang mamalia kaya paus gitu bu”.
“Selain dari Ibu Hayati kalian pernah membaca atau mencari tahu
dimana?” siswa 2 menjawab “gak tahu bu”.
TABEL 10 MISKONSEPSI 1 KELAS BINTANG
MISKONSEPSI IPA BIOLOGI PADA SISWA
Materi Pertanyaan Jawaban siswa Penyebab
miskonsepsi
Alat
pernapasan
ikan
Apakah menurut
kalian semua ikan
memiliki labirin?
Siswa 1 :
Bu Hayati dulu pernah
menjelaskan. Semua ikan
pasti memiliki labirin,
kecuali ikan yang
mamalia kaya paus gitu
bu.
Guru
Tabel di atas telah merangkum jawaban siswa. Ditemukan
bahwa miskonsepsi siswa berasal dari guru yang mengajar mereka.
Dimana 1 siswa meyakini bahwa semua ikan pasti memiliki labirin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 97
81
Peneliti kembali bertanya pada materi selanjutnya, “kalian
pernah mengalami penyakit diare?” lalu siswa 3 menjawab “pernah
bu, sakit banget hahaha”, “kira-kira penyebab diare itu apa ya
menurut kalian?” siswa 3 kembali menjawab “bakteri bu, kita baru
belajar kemarin”, siswa 2 juga kembali ikut menjawab “iya bu, dari
jajanan yang ga bersih gitu bu” siswa 4 ikut menjawab “di buku juga
bilang gitu bu, penyebab diare biasanya dari bakteri”.
Peneliti menelaah lebih dalam lagi, dengan bertanya “kalau di
kelas ini apakah pernah dibahas bersama Ibu Hayati?” siswa 6
menjawab “pernah bu, cuma lupa Bu Hayati bilang apa.”
TABEL 11 MISKONSEPSI 2 KELAS BINTANG
MISKONSEPSI IPA BIOLOGI PADA SISWA
Materi Pertanyaan Jawaban siswa Penyebab
miskonsepsi
Penyebab
diare
Menurut kalian apa
penyebab diare?
Siswa 3 :
bakteri bu, kita baru
belajar kemarin
Siswa 2 :
iya bu, dari jajanan yang
ga bersih gitu bu
Siswa 4 :
buku juga bilang gitu bu,
penyebab diare biasanya
dari bakteri
Buku
Jawaban siswa diatas menunjukkan bahwa miskonsepsi berasal
dari buku. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua miskonsepsi
disebabkan oleh penjelasan gur yang mengajar mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 98
82
Pada materi penggolongan hewan, peneliti bertanya
“sebenarnya omnivora itu pemakan segala ga menurut kalian?”
siswa 5 menjawab “iyaaa bu karnivora kan daging, herbivora
tumbuhan, kalau omivora pemakan segala”, peneliti bertanya lagi
“kalian sering mendapat pernyantaan seperti ini dari mana?” siswa 5
kembali menjawab “loh di buku bilang gitu bu, sama Bu Hayati juga
selalu bilang omnivora itu pemakan segala” peneliti kembali
melambungkan pertanyaan “sebenarnya kalian setuju ga dengan
pernyataan tersebut?” 6 siswa menyatakan setuju. Peneliti mencoba
menggali lebih dalam dengan bertanya “hewan pemakan segala itu
apa sih menurut kalian? Apakah makan daging dan tumbuhan atau
bisa makan kayu, batu, dan tanah juga?” kemudian siswa 6
menjawab “yang pastinya daging dan tumbuhan, tapi mungkin bisa
juga bu makan benda yang ada di dekat mereka”.
TABEL 12 MISKONSEPSI 3 KELAS BINTANG
MISKONSEPSI IPA BIOLOGI PADA SISWA
Materi Pertanyaan Jawaban siswa Penyebab
miskonsepsi
Penggolongan
hewan
berdasarkan
makanan
Apakah
pernyataan
“omnivora adalah
hewan pemakan
segala” dapat
dibenarkan?
Siswa 5 :
iyaaa bu karnivora kan
daging, herbivora
tumbuhan, kalau omivora
pemakan segala
Siswa 6 :
loh di buku bilang gitu bu,
sama Bu Hayati juga
selalu bilang omnivora itu
pemakan segala
Buku dan
guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 99
83
yang pastinya daging dan
tumbuhan, tapi mungkin
bisa juga bu makan benda
yang ada di dekat mereka
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa
mengalami juga miskonsepsi yang dialami oleh guru yang mengajar
mereka. Hal ini dapat dilihat saat siswa menjawab mengetahui
pengetahuan tersebut dari buku yang dibaca dan guru yang memberi
tahu mereka. Siswa juga tampak sulit membedakan makanan yang
dikonsumsi oleh hewan omnivora.
Materi terakhir, yaitu daur hidup dan proses metamorfosis.
Peneliti memulai dengan pertanyaan “menurut kalian daur hidup dan
proses metamorfosis sama ngga?”, kemudian siswa 5 menjawab
“beda buuuu” Lalu peneliti langsung bertanya kembali
“perbedaannya dimana?” Siswa 5 kembali menjawab “biasanya kalo
daur hidup itu tahapannya” Siswa 6 membantu temannya menjawab
“iya bu.. kalau metamorfosis itu, tahapan perkembangan hidup juga
tapi ada yang berubah bentuk atau engga itu loh bu.” Siswa lain
menyatakan setuju dengan kedua penjelasan dari siswa 5 dan 6.
Peneliti kembali bertanya “coba berikan ibu contoh hewan yang
mengalami daur hidup dan metamorfosis sempurna maupun tidak
sempurna!” Siswa 1 langsung menjawab “daur hidup itu ayam bu,
terus metamorfosis sempurna itu seperti kupu-kupu”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 100
84
TABEL 13 MISKONSEPSI 4 KELAS BINTANG
MISKONSEPSI IPA BIOLOGI PADA SISWA
Materi Pertanyaan Jawaban siswa Penyebab
miskonsepsi
Siklus
hidup
Siswa 5:
“biasanya kalo daur hidup
itu tahapannya”
Siswa 6:
“iya bu.. kalau metamorfosis
itu, tahapan perkembangan
hidup juga tapi ada yang
berubah bentuk atau engga
itu loh bu.”
Siswa 1 :
“daur hidup itu ayam bu,
terus metamorfosis
sempurna itu seperti kupu-
kupu”
-
Berdasarkan jawaban yang telah diberikan siswa, dapat
disimpulkan bahwa siswa tidak mengalami miskonsepsi.
C. Dokumentasi
Bapak Sua (pseudonym) dan Ibu Hayati (pseudonym), menggunakan
berbagai bahan ajar. Kedua guru tersebut menyatakan mempunyai referensi yang
sama, yaitu buku paket kurikulum 2006 dan 2013. Buku kurikulum 2013 yang
digunakan oleh guru, yaitu berjudul “Organ Gerak Hewan dan Manusia Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 1 Kelas V SD” (Maryanto, 2017),
“Udara Bersih bagi Kesehatan Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 2
Kelas V SD” (Heny Kusumawati, 2017), “Makanan Sehat Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013 Tema 3 Kelas V SD” (Fransiska Susilawati, 2017), “Sehat itu
Penting Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 4 Kelas V SD” (Ari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 101
85
Subekti, 2017), dan “Ekosistem Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 5
Kelas V SD” (Diana Puspa Karitas, 2017).
Adapun buku kurikulum 2006, yaitu berjudul “Ilmu Pengetahuan Alam
kelas 4 SD BSE” (Aprilia, dkk, 2009), “Ilmu Pengetahuan Alam kelas 4 SD BSE”
(Budi Wahyono, dkk, 2008), “Ilmu Pengetahuan Alam kelas 4 Salingtemas”
(Choiril Azmiyawati, dkk, 2008), “Ilmu Pengetahuan Alam kelas 4 SD BSE”
(Choirul Amin, dkk, 2009), “Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD BSE” (Heri
Sulistyanto, dkk, 2009), “Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD BSE” (Ikhwan SD,
dkk, 2009), “Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD SD BSE” (Mulyati Arifin, dkk,
2009), “Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 Salingtemas BSE” (Choiril Azmiyawati,
dkk, 2008), “Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 BSE” (Amin Priyono, dkk, 2008),
“Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 BSE” (Maryanto, dkk, 2009), “Ilmu
Pengetahuan Alam kelas 5 BSE” (Munawar Kholil, dkk, 2009), “Ilmu
Pengetahuan Alam dan Lingkungan kelas V SD BSE” (Mulyati Arifin, dkk,
2009), “Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkungan kelas V SD BSE”
(Suliatyowati, dkk, 2009), dan “Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkungan kelas V
SD BSE” (S. Rositawaty, dkk, 2008). Selain menggunakan buku-buku diatas,
guru juga memanfaatkan sumber materi dari internet sebagai bahan belajar. Bapak
Sua (pseudonym) dan Ibu Hayati (pseudonym) juga sering membuat modul untuk
memudahkan siswa kelas V dalam muatan pelajaran IPA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 102
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab IV membahas (A) Kesimpulan, (B) Keterbatasan, (C) Saran
A. Kesimpulan
Hasil dan pembahasan penelitian dapat menjawab pertanyaan besar
penelitian ini, yaitu “Bagaimana pemahaman guru kelas V SD Mentari
Bersinar terhadap materi IPA Biologi?” Peneliti menelaah pengetahuan guru
mengenai materi-materi IPA Biologi kelas V yang bersumber dari KD 3.1,
3.2, 3.3, dan 3.5. Dari hasil penelitian nampak bahwa kedua guru, yaitu
Bapak Sua (pseudonym) dan Ibu Hayati (pseudonym) mengalami
miskonsepsi.
Bapak Sua mengalami miskonsepsi IPA pada materi penyebab diare,
sedangkan Ibu Hayati mengalami miskonsepsi IPA pada materi organ
pernapasan ikan, penyebab diare, dan penggolongan hewan. Setelah
menemukan pemahaman dari kedua guru tersebut, peneliti kembali
menggali pemahaman siswa yang diajar oleh mereka. Ditemukan bahwa
beberapa siswa mengalami miskonsepsi yang disebabkan oleh guru, selain
itu disebabkan juga oleh orang tua dan buku.
Terlihat bahwa pemahaman yang dimiliki guru, sangat mempengaruhi
pembentukan konsep materi pada siswa-siswa yang diajar. Jika terjadi
miskonsepsi pada guru, siswa juga berpotensi mengalami miskonsepsi. Hal
ini disebabkan karena guru adalah perantara yang membantu siswa
memahami materi IPA Biologi. Dari beberapa proses yang sudah di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 103
87
lakukan, ditemukan bahwa partisipan utama, yaitu Bapak Sua (pseudonym)
mengalami miskonsepsi pada materi IPA Biologi kelas V sebesar 7,7%
sedangkan Ibu Hayati (pseudonym) sebesar 31%.
Peneliti juga mencari tahu darimana pemahaman tersebut timbul
kepada kedua guru tersebut. Bapak Sua (pseudonym) menganggap bahwa
satu-satunya penyebab penyakit diare adalah bakteri, karena hampir semua
buku referensi untuk ia mengajar mengatakan hal tersebut. Sedangkan, Ibu
Hayati (pseudonym) mengatakan pengalam belajarnya di Sekolah
Menengah Atas (SMA) yang banyak mempengarhi pemahaman IPA Biologi
yang ia yakini sekarang.
B. Keterbatasan
Penelitian ini telah disusun berdasarkan kaidah penulisan serta
prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Hanya beberapa materi yang dipilih dalam menggali pemahaman guru
terhadap IPA Biologi kelas V, hal ini membuat peneliti tidak bisa
mengetahui secara menyeluruh pengetahuan guru terhadap IPA Biologi.
2. Kemampuan peneliti dalam membuat pertanyaan dan melakukan
wawancara masih kurang. Peneliti tidak mempunyai kemampuan
investigasi yang tinggi terhadap pertanyaan yang seharusnya menggali
pemahaman dari infroman hingga tuntas. Pertanyaan terbuka peneliti
tampaknya belum mengungkap fakta secara keseluruhan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 104
88
partisipan penelitian merasa malu atau segan dalam mengungkapkann
pemahamannya.
3. Keterbatasan ruang yang kondusif dan waktu dalam wawancara
membuat peneliti maupun partisipan terkadang membuat kurang
berkonsentrasi.
C. Saran
Saran bagi peneliti adalah mengembangkan kemampuan dalam
berkomunikasi dengan pertisipan. Jika melakukan peneliti serupa, pelajari
cara menyusun pertanyaan terbuka, karena akan baik jika partisipan dapat
leluasa mengugkapkan pemahamannya. Penting juga bagi peneliti untuk
tidak membenarkan atau menyalahkan partisipan, agar hasil yang
didapatkan murni dari pemikiran partisipan itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 105
89
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam Rose KR. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
Anonim. 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Dipetik
September 17, 18.35, 2018, dari https:kbbi.web.id/
Anonim. 2018. Standar Isi. Dipetik Januari, 16, 23.15, dari https: http://bsnp-
indonesia.org/standar-isi/
Azmiyawati, Choiril. 2008. IPA Salingtemas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Bahtiyar, Asiye dan Ramazan Basturk. 2012. Relationship between 5th grade
Attitudes towards Science and Technology Course and Misconceptions.
www.sciencedirect.com. Diunduh tanggal 14 Maret 2018
Bandur, Agustinus. 2016. Penelitian Kualitatif Metodologi, Desain, dan Teknik
Analisis Data Hdengan NVIVO 11 Plus. Jakarta: Mitra Wacana Media
Dwijoseputro, D. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
Emzir, 2012 Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta
Firmansyah, Rikky, dkk. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Haryanto, Drs. 2004. Sains Jilid 5 untuk Kelas V. Jakarta: Erlangga
Haryanto, Drs. 2016. Sains Jilid 4 untuk kelas IV.Jakarta: Erlangga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 106
90
Herdiyasyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmi-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Hermana, Dodo. 2009. Ayo Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA, Kelas 5 SD.
Yogyakarta: Kanisius.
Irene, Dr. dan M. Si. Wini Kristianti, dkk. 2016. BUPENA Buku Penilaian Tema
Organ Gerak Hewan dan Manusia. Jakarta: Penerbit Erlangga
Irene, Hilda Karli, Khristiyono. 2016. ESPS IPA Kelas 5: Erlangga Straight
Point Series (ESPS) IPA Kelas. Jakarta: Erlangga
Kartal, Tezcan, dkk. 2011. Misconceptions of science teacher candidates about
heat and temperature. www.sciencedirect.com. Diunduh tanggal 14 Maret
2018
Kemendikbud. 2018. Mengenai TIMSS. Dipetik Januari, 16, 23.50, dari https:
http:
https://puspendik.kemdikbud.go.id/seminar/upload/Hasil%20Seminar%20P
uspendik%202016/TIMSS%20infographic.pdf
Kholifah, Siti dan I Wayan Sudyanya. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif:
Berbagai Pengalaman Dari Lapangan. Depok: Rajawali Press
Korompis, Fras, dkk .2013. Studi Penggunaan Obat Pada Penderita Diare Akut
Di Intalasi Rawat Inap Blu Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode
Januari – Juni 2012. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT. Vol 2, No. 01. Hal
42-50. www.googlescholar.com. Diunduh tanggal 14 Maret 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 107
91
Laksana, Dek Ngurah Laba. 2016. Miskonsepsi dalam Materi IPA Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol 5, No. 2. Hal 843-852.
www.googlescholar.com. Diunduh tanggal 14 Maret 2018
Maryanto. 2017. Organ Gerak Hewan dan Manusia. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Prakoso, Jarot. 2018. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas VI Semester 1.
Yogyakarta
Pravesti, Vika, dkk. 2018. Top No. 1 Sukses RPAL Super Lengkap. Yogyakarta:
EMC
Pujayanto. 2006. Miskonsepsi IPA (Fisika) Pada Guru SD. Jurnal Materi dan
Pembelajaran Fisika. Vol 1, No. 1. Hal 22-24. www.googlescholar.com.
Diunduh tanggal 14 Maret 2018
Rahmawati, Layung. 2018. “Kenakalan” Sebagai Upaya Mendapat “Kekuasaan”
(Sebuah Fenomena). Skripsi.
Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Jakarta Barat:
Indeks.
Sari, Wahyu wido dan Layung Rahmawati. 2015. Miskonsepsi Mahasiswa Pgsd
Terhadap Mikroorganisme. Jurnal Penetian. Vol 19, No. 1. Hal 43-47.
www.googlescholar.com. Diunduh tanggal 14 Maret 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 108
92
Shohib, Ibnu. 2017. Genius Book RPAL Superkomplet. Yogyakarta: Charissa
Publisher
Sozen, Merve, dan Mualla Bolat. 2011. Determining the misconceptions of
primary school students related to sound transmission throught drawing.
www.sciencedirect.com. Diunduh tanggal 14 Maret 2018
Sumaji, Soehakso, Mangun Wijaya, dkk. 1998. Pendidikan Sains yang
Humanistis. Yogyakarta: Kanisus
Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenandamedia Group
Uno, Hamzah B. 2010. Teori motivasi & pengukurannya: analisis di bidang
pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Wahyuningsih, Esti. 2016. Identifikasi Miskonsepsi IPA Kelas V di SD Kanisius
Beji Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Edisi 22 Tahun ke-5 2016. www.googlescholar.com. Diunduh tanggal 14
Maret 2018
Winarni, Endang Widi dan Retno Ayu Kusumaningtyas. 2018. Teori dan Praktik
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
Research and Development (R&D). Jakarta: Bumi Aksara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 109
93
Yousnelly, Puty Oky S., Dian Zunaeldi. 2010. IPA 5: Ilmu Pengetahuan Alam SD
kelas V. Jakarta: Yudhistira.
Yuliati, Yuyu. 2017. Miskonsepsi Siswa Pada Pembelajaran IPA Serta
Remediasinya. Jurnal Bio Educatio. Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017,
Hal. 50-58. https://journal.uny.ac.id/. Diunduh tanggal 27 April 2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 110
94
LAMPIRAN
Kompetensi Dasar (KD) Materi Instrumen Pertanyaan
3.1 Menjelaskan alat gerak
dan fungsinya pada hewan
dan manusia serta cara
memelihara kesehatan alat
gerak manusia.
Alat gerak manusia 1. Bagaimana pemahaman
anda tentang “tulang
adalah salah satu alat
gerak”?
3.2 Menjelaskan organ
pernafasan dan fungsinya
pada hewan dan manusia,
serta cara memelihara
kesehatan organ
pernapasan manusia.
Organ pernapasan
hewan
2. Apakah menurut anda
semua ikan memiliki
labirin (menyimpan
cadangan oksigen)?
Mengapa?
3. Bagaimana pemahaman
anda terhadap siklus
kehidupan katak?
Gangguan
Pernafasan
4. Apa yang
menyebabkan penyakit
influenza?
5. Bagaimana seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 111
95
Kompetensi Dasar (KD) Materi Instrumen Pertanyaan
dapat mengalami
penyakit asma?
3.3 Menjelaskan organ
pencernaan dan fungsinya
pada hewan dan manusia
serta cara memelihara
kesehatan organ
pencernaan manusia.
Organ Pencernaan
manusia
6. Apakah pencernaan
mekanis adalah proses
penghancuran makanan
dengan enzin?
7. Apakah menurut anda
bakteri yang ada di
dalam tubuh akan
bersifat negatif?
Mengapa?
8. Apa pemahaman anda
tentang penyebab dari
diare?
3.5 Menganalisis hubungan
antar komponen ekosistem
dan jaring-jaring makanan
Pengelompokkan
hewan berdasarkan
jenis makanan
9. Apakah pernyataan
“omnivora adalah
hewan pemakan segala”
dapat dibenarkan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 112
96
Kompetensi Dasar (KD) Materi Instrumen Pertanyaan
di lingkungan sekitar. Mengapa?
Siklus hidup 10. Apakah yang disebut
daur hidup dan proses
metamorfosis sama?
Mengapa?
11. Apakah terdapat hewan
yang tidak mengalami
proses metamorfosis?
12. Apa yang membedakan
metamorfosis yang
tidak sempurna dengan
yang tidak mengalami
metamorfosis sama
sekali?
Rantai dan jaring-
jaring makanan
13. Apakah rantai makanan
dan jaring-jaring
makanan sama?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 113
97
Kompetensi Dasar (KD) Materi Instrumen Pertanyaan Jawaban Bapak Sua (pseudonym)
3.1 Menjelaskan alat gerak dan
fungsinya pada hewan dan
manusia serta cara
memelihara kesehatan alat
gerak manusia.
Alat gerak manusia 1. Bagaimana pemahaman anda
tentang “tulang adalah salah satu
alat gerak aktif?”
Kalau tulang pasif, yang aktif kan ototnya. Kalau
gaada tulang gaada otot kan gaada koordinasi alat
gerak.
Jawaban Ibu Hayati (pseudonym)
Menurut saya tulang iu bukan alat gerak yang aktif ya,
karena alat gerak yang aktif yaitu adalah otot. Jadi
tulang tanpa otot tidak bisa bergerak, seperti itu.
3.2 Menjelaskan organ
pernafasan dan fungsinya
pada hewan dan manusia,
Organ pernapasan
hewan
2. Apakah menurut anda semua ikan
memiliki labirin (menyimpan
cadangan oksigen)? Mengapa?
Jawaban Bapak Sua (pseudonym)
Tidak semua ikan punya labirin, hanya beberapa ikan
yang hidupnya itu di tempat-tempat khusus seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 114
98
serta cara memelihara
kesehatan organ pernapasan
manusia.
ikan lele, ikan gabus punya labiri, karena memang
untuk adaptasi dia di tempat yang kurang oksigen, kan
biasanya tempatnya di lumpur, kubangan yang minim
oksigen sehingga dia harus menyimpan oksigennya di
dalam labirin.
Jawaban Ibu Hayati (pseudonym)
Sepertinya iya.
3. Bagaimana pemahaman anda
terhadap siklus kehidupan katak?
Jawaban Bapak Sua (pseudonym)
Kalau pas dia fase berudu dia pakai ingsang, terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 115
99
ketika dia mulai jadi katak berekor dia dibantu paru-
paru dan kulit, tapi kalau dia sudah jai katak dewasa
yan dominan paru-parunya.
Jawaban Ibu Hayati (pseudonym)
Kalau setahu saya dari yang saya belajar dulu itu
kayaknya tidak, kan dari apa dari beludru itu dia
pakai insang terus habis ketika dia sudah berubah jadi
katak itu kan dia pakai paru-paru dan bantuan
kulitnya yang basah itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 116
100
Gangguan
Pernafasan
4. Apa yang menyebabkan penyakit
influenza?
Jawaban Bapak Sua (pseudonym)
Itu virus, virus influenza.
Jawaban Ibu Hayati (pseudonym)
Kalau tidak salah virus ya.
5. Bagaimana seseorang dapat
mengalami penyakit asma?
Jawaban Bapak Sua (pseudonym)
Kalau asma itu kan ada macam-macam penyebabnya,
kalau ga salah bisa karena lingkungan juga, karena
genetik juga, bisa karena itu kayaknya.
Jawaban Ibu Hayati (pseudonym)
Kalau asma itu tergantung, asma kan kalau dilihat
definisinya kan penyempitan saluran pernapasan, itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 117
101
faktornya banyak. Ada karena debu, terus karena
ruangan pengap, terus karena suhu yang panas,
mungkin karena mikroorgansme juga bisa. Faktornya
banyak.
3.3 Menjelaskan organ
pencernaan dan fungsinya
pada hewan dan manusia
serta cara memelihara
kesehatan organ pencernaan
manusia.
Gangguan pada
pencernaan
manusia
6. Bagaimana pemahaman anda
tentang pencernaan mekanis?
Jawaban Bapak Sua (pseudonym)
Kalau mekanis dengan gerakan, bisa gerakan
meremas yang ada di dalam lambung, bisa gerak gigi
mengunyah. Sedangkan enzin sifatnya lebih ke
kimiawi.
Jawaban Ibu Hayati (pseudonym)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 118
102
Kalau mekanis itu bukan denga enzin, kalau dengan
enzim itu namanya kimiawi.
7. Apakah menurut anda bakteri yang
ada di dalam tubuh akan bersifat
negatif? Mengapa?
Jawaban Bapak Sua (pseudonym)
Kalau bakteri memang kebanyakan, bakteri yang dari
luar terutama, dari luar yang masuk ke tubuh sifatnya
sangat merugikan, tapi ada beberapa bakteri yang
sudah ada di dalam tubuh, seperti bakteri el colli
pencernaan itu fungsinya untuk membantu pencernaan
pada tahap pembusukan. Jadi, tidak semua, tetapi
kebanyakan memang yang berasal dari luar terus
masuk ke tubuh kita akan mengganggu metabolisme.
Jawaban Ibu Hayati (pseudonym)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 119
103
Setahu saya tidak, ada beberapa bakteri yang
membantu di dalam tubuh contohnya bakteri el colli
itu ya untuk membantu proses pencernaan.
8. Apa pemahaman anda tentang
penyebab dari diare?
Jawaban Bapak Sua (pseudonym)
Satu-satunya penyebabnya adalah bakteri, bakterinya
namanya lupa saya.
Jawaban Ibu Hayati (pseudonym)
Kalau diare itu kalau ga salah bakteri ya mbak ya.
3.5Menganalisis hubungan
antar komponen ekosistem dan
jaring-jaring makanan di
lingkungan sekitar.
Pengelompokkan
hewan berdasarkan
jenis makanan
9. Apakah pernyataan “omnivora
adalah hewan pemakan segala”
dapat dibenarkan? Mengapa?
Jawaban Bapak Sua (pseudonym)
Nah... kadang memang untuk mudah mengajari ke
anak itu kalau karnivora pemakan daging, herbivora
pemakan tumbuhan, omnivora pemakan segalanya itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 120
104
sebenarya agak keliru. Segalanya itu berati bisa tanah
bisa batu, yang tepat itu memang kombinasi antara
karnivora dan herbivora, jadi di satu sisi dia bisa
makan tumbuhan tapi disisi lain ketika dia dapat
mangsa hewan dia juga bisa mengomsumsi. Jadi yang
dimaksud semua itu bukan berarti semua yang ada di
alam bisa dimakan tapi ya kombinasi antara pemakan
daging dengan tumbuhan. Kalau saya pribadi tidak
dapat dibenarkan.
Jawaban Ibu Hayati (pseudonym)
Ya kalau dibiliang segala mungkin iya.
Siklus hidup 10. Apakah yang disebut daur hidup dan Jawaban Bapak Sua (pseudonym)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 121
105
proses metamorfosis sama?
Mengapa?
Kalau daur hidup dan metamorfosis ya, kalau daur
hidup itu memang sebenarnya beda, kalau daur hidup
itu lebih ke jadi setelah dia lahir setelah dia menetas
sampai dia dewasa itu memang ada perubahan tapi
sedikit. Kalau metamorfosis itu memang mengalami
perubahan yang sangat signifikan. Contohnya kalau
daur hidup itu ayam lah, ayam kan mengalami daur
hidup juga. Ada telur telur terus dia menetas jadi
ayam kecil lalu dewasa, seperti itu, kalau metaorfosis
ada fase-fase yang dari tiap fase itu memang
bentuknya berubah begitu.
Jawaban Ibu Hayati (pseudonym)
Kalau proses metamorfosis itu kan dari yang, dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 122
106
awalnya bentuk awalnya dengan dewasa itu kan beda
ya, kalau daur hidup itu kan dari misal kan kayak telur
dengan apa namanya ulat, kepompong, kupu-kupu
sampai nanti telur lagi, kalau menurut saya beda sih.
11. Apakah terdapat hewan yang tidak
mengalami proses metamorfosis?
Jawaban Bapak Sua (pseudonym)
Kalau metamorfosis contohnya itu kan kebanyakan di
serangga dan katak. Ada hewan seperti unggas terus
aves seperti burung itu daur hidup sampai dia lahir
sampai dia menetas sampai dia mati kan siklus hidup,
ada daur hidupnya. Jadi ada.
Jawaban Ibu Hayati (pseudonym)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 123
107
Iya ada beberapa hewan yang tidak mengalami proses
metamorfosis, jadi dari awal dia lahir atau bertelur itu
sampai besarnya itu mirip begitu.
12. Apa yang membedakan
metamorfosis yang tidak sempurna
dengan yang tidak mengalami
metamorfosis sama sekali?
Jawaban Bapak Sua (pseudonym)
Kalau untuk mengajarkan ke anak SD, kalau tidak
sempurna dia mirip hanya ukuran mungkin kalau di
dunia serangga itu, belum ada sayapnya. Kalau yang
tidak mengalami metamorfosis seperti ayam, itu kan
dia bertelur, menetas, terus yaudah tapi kalau tidak
sempurna contohnya kecoak, waktu menetas memang
mirip tapi tidak semirip seperti ayam yang daur hidup
tadi ya. Jadi kalau kecoak itu kan bentuknya mirip
hanya mungkin pertama ukuran, dia belum punya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 124
108
sayap karena belum berkembang.
Jawaban Ibu Hayati (pseudonym)
Kalau tidak mengalami metamorfosis sama sekali itu
mirip kayak gitu. Kalau metamorfosis yang tidak
sempurna mungkin hanya bentuknya saja mungkin ya,
kayak apa ya, apa ya contohnya yang tidak sempurna,
hmmm... kecoa itu kali ya, pokoknya kalau dia ga
pakai kepompong itu kan kurang sempurna kan ya.
Nah itu, kayak kecoa tu, dari dia betelur kan ya, jadi
dari awal dia aa apa bertuelur kan itu kalau ga salah,
ya dari kecoa kecil sampai ke kecoa besar itu tidak
terlalu nampak perbedaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 125
109
Rantai dan jaring-
jaring makanan
13. Apakah rantai makanan dan jaring-
jaring makanan sama?
Jawaban Bapak Sua (pseudonym)
Kalau rantai itu hanya pada satu aliran, aliran
perpindahan energi, contohnya dari padi dimakan
belalang terus dimakan katak dimakan ular itu kalau
rantai. Kalau jaring itu dia lebih kompleks, jadi ada
cabangnya contohnya padi dimakan belalang sebagi
herbivora terus dimakan tikus juga sebagai herbivora
juga bisa terus padi dimakan ulat juga. Jadi, lebih
kompleks.
Jawaban Ibu Hayati (pseudonym)
Kalau rantai makanan itu kan cuma misalkan
produsen, konsumen 1, konsumen 2, sampai pengurai
nanti. Kalau jaring-jaring nanti kan nanti berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 126
110
macam ya produsen, nanti disitu ada konsumennya
kan nanti banyak jadi bercabang-cabang lebih dari
satu, seperti itu menurut saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 127
111
Kompetensi Dasar Pembagian Materi Pertanyaan
Respon Siswa
Siswa Bapak Sua Siswa Ibu Hayati
3.2 Menjelaskan organ
pernafasan dan fungsinya
pada hewan dan manusia,
serta cara memelihara
kesehatan organ
pernapasan manusia.
Organ Pernapasan
Hewan
Apakah ikan memiliki
labirin (menyimpan
cadangan oksigen)?
- Siswa 1 :
Bu Hayati dulu pernah
menjelaskan. Semua ikan pasti
memiliki labirin, kecuali ikan
yang mamalia kaya paus gitu bu.
3.3 Menjelaskan organ
pencernaan dan fungsinya
pada hewan dan manusia
serta cara memelihara
kesehatan organ
pencernaan manusia.
Organ Pencernaan Menurut bapak/ibu apa
penyebab penyakit diare?
Siswa 1 :
Dari bakteri kan bu? Soalnya
aku pernah baca buku dari
bakteri makanan yang tidak
sehat
Siswa 2 :
Iyaaa bu, satu-satunya
penyebab diare tu bakteri, Pak
Sua (pseudonym) juga bilang
kayak gitu yo
Siswa 3 :
Ibuk saya juga bilang gitu bu,
kalo ga cuci tangan itu lo bu
Siswa 3 :
bakteri bu, kita baru belajar
kemarin
Siswa 2 :
iya bu, dari jajanan yang ga
bersih gitu bu
Siswa 4 :
buku juga bilang gitu bu,
penyebab diare biasanya dari
bakteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 128
112
bahaya, banyak bakterinya.
Siswa 4 :
Dari makanan ga sehat juga
contohnya bu, kalo ga sehat
kan kadang ada bakteri
jahatnya
3.5 Menganalisis hubungan
antar komponen ekosistem
dan jaring-jaring makanan
di lingkungan sekitar.
Pengelompokkan
Hewan Berdasarkan
Jenis Makanan
Apakah pernyataan
“omnivora adalah hewan
pemakan segala” dapat
dibenarkan?
- Siswa 5 :
iyaaa bu karnivora kan daging,
herbivora tumbuhan, kalau
omivora pemakan segala
Siswa 6 :
loh di buku bilang gitu bu, sama
Bu Hayati juga selalu bilang
omnivora itu pemakan segala
Yang pastinya daging dan
tumbuhan, tapi mungkin bisa
juga bu makan benda yang ada
di dekat mereka
Siklus Hidup Apakah yang disebut daur
hidup dan proses
metamorfosis sama?
- Siswa 5:
“biasanya kalo daur hidup itu
tahapannya”
Siswa 6:
“iya bu.. kalau metamorfosis itu,
tahapan perkembangan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 129
113
juga tapi ada yang berubah
bentuk atau engga itu loh bu.”
Siswa 1 :
“daur hidup itu ayam bu, terus
metamorfosis sempurna itu
seperti kupu-kupu”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 130
114
BUKU YANG DIGUNAKAN GURU UNTUK MENGAJAR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 131
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 132
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 133
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 134
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 135
119
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Maria Ayu Dwi Lestari lahir di Sleman pada tanggal 16 Januari
1997. Peneliti adalah anak kedua dari Bapak Guruh Paryono dan
Ibu Emakulata. Riwayat pendidikannya yaitu, tamat dari SD Negeri
04 Putussibau pada tahun 2009, tamat dari SMP Negeri 2 Pontianak
pada tahun 2012, dan tamat dari SMA Stella Duce 2 pada tahun 2015. Setelah
menyelaskan tingkat sekolah menengah atas, peneliti melanjutkan studi S1 di
Universitas Sanata Dharma dengan memilih Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) pada tahun 2015.
Memiliki pengalaman kepanitiaan, berorganisasi, dan lomba selama
menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma, yaitu Bendahara Bidang
Umum Parade Gamelan Anak 9 pada tahun 2016, Bendahara Umun Parade
Gamelan Anak 10 pada tahun 2017, Himpunan Mahasiswa Divisi Jurnalistik pada
tahun 2016 hingga 2017, Himpunan Mahasiswa Divisi Bidang Kreatif dan Desain
pada tahun 2017, serta juara 2 Lomba Mading Kreativitas Mahasiswa FKIP pada
2017.
Selan itu peneliti juga aktif di berbagai komunitas non formal, seperti
volunteer Sekolah Generasi Muda Boro (SGMB) dari tahun 2016 hingga
sekarang, Program Belajar Bahasa Isyarat Indonesia tingkat dasar pada tahun
2018, dan Program Belajar Bahasa Isyarat Indonesia Level II pada tahun 2018.
Memiliki pengalaman bekerja sebagai guru les privat sekolah dasar dari tahun
2018 hingga 2019 dan sebagai tim Humas Universitas Sanata Dharma 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 136
120
Pernah menjadi penulis artikel berjudul “Merugikan Diri Sendiri” dalam rubrik
Kompas Muda Indonesia tahun 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI