LAPORAN KASUS Identitas Penderita Nama : An. AS Umur : 11 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Sunda Agama : Islam Status : Belum menikah Pekerjaan : Pelajar Alamat : Jalan Manunggal no.35 kecamatan bogor barat Tanggal Pemeriksaan : 8 Oktober 2013 Anamnesis Keluhan utama: kedua mata terasa kabur a. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan mata terasa kabur sejak lebih kurang satu tahun yang lalu. Mata kabur timbul secara perlahan, awalnya mata kabur dirasakan tidak terlalu mengganggu yang kemudian lama – kelamaan dirasakan pasien mengganggu kegiatan hariannya seperti membaca dan melihat papan tulis saat di sekolah. Pasien juga mengeluhkan mata terasa kabur jika membaca agak jauh tetapi lebih jelas waktu baca dekat. b. Riwayat penyakit dahulu Riwayat sakit mata sebelumnya dan terkena benda asing pada mata disangkal. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KASUS
Identitas Penderita
Nama : An. AS
Umur : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Sunda
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jalan Manunggal no.35 kecamatan bogor barat
Tanggal Pemeriksaan : 8 Oktober 2013
Anamnesis
Keluhan utama: kedua mata terasa kabur
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata terasa kabur sejak lebih kurang satu tahun
yang lalu. Mata kabur timbul secara perlahan, awalnya mata kabur dirasakan tidak
terlalu mengganggu yang kemudian lama – kelamaan dirasakan pasien
mengganggu kegiatan hariannya seperti membaca dan melihat papan tulis saat di
sekolah. Pasien juga mengeluhkan mata terasa kabur jika membaca agak jauh
tetapi lebih jelas waktu baca dekat.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sakit mata sebelumnya dan terkena benda asing pada mata disangkal.
c. Riwayat pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya, riwayat memakai kacamata disangkal.
d. Riwayat kebiasaan
Pasien mengatakan bahwa ia hobi bermain komputer hingga berjam-jam tanpa
istirahat.
1
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Takanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : Afebris
Pernafasan : 16x/menit
Kepala : Normocephali
Mata : ( Lihat Status Oftalmologi)
Telinga : Normotia, tidak ada serumen maupuin sekret
Hidung : Normosepta, tidak ada deviasi septum
Mulut : Bibir tidak kering maupun sioanosis
Tenggorokan : Tidak hiperemis, T1-T1 tenang
Leher : KGB dan Tiroid tidak teraba membesar
Thoraks
Jantung : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara nafas vesikuler, tidak ditemukan ronkhi atau
wheezing
Abdomen : Supel, tidak ditemukan nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba
Bising usus normal
Ekstremitas : Keempat ekstremitas hanga dan tidak oedem
IV. Status Oftalmologi
OD OS
Visus 1,0 f 0,5 f
Kedudukan Bola Mata
Posisi Orthoforia Orthoforia
Eksoftalmus - -
Enoftalmus - -
2
Pergerakan Bola Mata
Supersilia
Alopesia - -
Palpebra Superior
Edema - -
Spasme - -
Hiperemis - -
Benjolan - -
Ulkus - -
Fistel - -
Hordeolum - -
Khalazion - -
Ptosis - -
Palpebra Inferior
Edema - -
Hiperemis - -
Benjolan - -
Ulkus - -
Fistel - -
Hordeolum - -
Khalazion - -
Margo Palpebra Superior et Silia
Edema - -
Hiperemis - -
Ektropion - -
Entropion - -
Sekret - -
3
Benjolan - -
Trikasis - -
Madarosis - -
Ulkus - -
Fistel - -
Margo Palpebra Inferior et Silia
Edema - -
Hiperemis - -
Ektropion - -
Entropion - -
Sekret - -
Benjolan - -
Trikasis - -
Madarosis - -
Ulkus - -
Fistel - -
Area Kelenjar Lakrimalis
Edema - -
Hiperemis - -
Fistel - -
Benjolan - -
Punctum Lakrimalis
Edema - -
Hiperemis - -
Fistel - -
Epikantus - -
Konjungtiva Tarsalis Superior
Kemosis - -
Hiperemis - -
4
Anemis - -
Folikel - -
Papil - -
Lithiasis - -
Simblefron - -
Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis - -
Hiperemis - -
Anemis - -
Folikel - -
Papil - -
Lithiasis - -
Simblefron - -
Konjungtiva Forniks Superior et Inferior
Kemosis - -
Hiperemis - -
Folikel - -
Simbleferon - -
Konjungtiva Bulbi
Kemosis - -
Pterigium - -
Pinguekula - -
Flikten - -
Simbleferon - -
Injeksi Konjungtiva - -
Injeksi Silier - -
Injeksi Episklera - -
Perdarahan
Subkonjungtiva- -
5
Kornea
Kejernihan + +
Edema - -
Ulkus - -
Flikten - -
Macula - -
Leukoma - -
Leukoma adherens - -
Stafiloma - -
Neovaskularisasi - -
Pigmen iris - -
Bekas jahitan - -
Tes fluoresin - -
Tes sensibilitas + +
Tes placid Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Limbus Kornes
Arkus Senilis - -
Bekas Jahitan - -
Sklera
Sklera biru - -
Episkleritis - -
Skleritis - -
COA
Kejernihan Jernih Jernih
Iris
Warna Cokelat Cokelat
Kripta Nyata Nyata
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
6
Ukuran 3mm 3mm
Isokoria Isokor Isokor
RCL + +
RCTL + +
Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Vitreus Humour
Kejernihan Jernih Jernih
Funduskopi
Funduskopi Tidak ada kelainan Tidak ada kelianan
Tekanan Intra Okuler
Palpasi Normal Normal
Tonometer Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Dengan menggunakan kartu Snellen ditemukan :
VOD : 0,2 C-3,50 1,0
VOS : 0,25 C-3,00 1,0
Resume
Pasien perempuan berumur 11 tahun datang dengan keluhan mata terasa kabur sejak
lebih kurang satu tahun yang lalu. Mata kabur timbul secara perlahan, awalnya mata
kabur dirasakan tidak terlalu mengganggu yang kemudian lama – kelamaan dirasakan
pasien mengganggu kegiatan hariannya seperti membaca dan melihat papan tulis saat
di sekolah. Pasien juga mengeluhkan mata terasa kabur jika membaca agak jauh tetapi
lebih jelas waktu baca dekat. Pasien memiliki kebiasaan bermain computer berjam-
jam. Pada pemeriksaan dengan kartu snelen didapatkan VOD : 0,2 C-3,50 ; VOS :
0,25 C-3,00
7
Diagnosis :
ODS Miopia moderate
Penatalaksanaan :
Autogentonic eye drop 4 tetes/hari ODS
Vitanorm tab 2x1
Koreksi dengan kacamata spheris negative monofocal dengan kekuatan lensa
OD : -3,50
OS : -3,00
Prognosis
ODS : Ad vitam : ad bonam
Ad visam : dubia ad bonam
BAB I
PENDAHULUAN
8
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata
mempunyai susunan lensa, sistem difragma yang dapat berubah-ubah (pupil) dan
retina yang dapat disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas empat
perbatasan refraksi : (1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2)
permukaan antara permukaan anterior kornea dan humor aqueous, (3) perbatasan
antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalina dan (4) perbatasan
antara permukaan posterior lensa dan vitrous humor.
Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti pungtum proksimum
merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas.
Pungtum remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan
jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan retina atau
faveola bila mata istirahat. Pada emetropia pungtum remotum terletak di depan mata
sedang pada mata hipermetropia titik semu dibelakang mata.
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, iris, pupil, retina, cairan mata, lensa, benda kaca dan panjangnya
bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan
panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui
media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut
sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya
pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan
dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya
pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan
membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda
yang dekat. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan
pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan
panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat
terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai emetropia yang dapat berupa
miopia, hipermetropia atau astigmat.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Miopia berasal dari bahasa latin μυωπία, muōpia, “nearsightedness”. Miopia adalah
mata dengan daya lensa positif lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari
tak terhingga difokuskan didepan retina.
2.2 Klasifikasi
Menurut penyebabnya, miopia dibagi menjadi :
1. Miopia aksialis
Oleh karena jarak anterior dan posterior terlalu panjang. Normal jarak ini 23
mm. Pada miopia 3 D = 24mm, miopia IOD = 27mm. Dapat merupakan kelainan
congenital ataupun akwisita, juga ada faktor herediter. Yang congenital didapatkan
pada markoftalmus, sedangkan yang akwisita terjadi :
a. Bila anak membaca terlalu dekat, maka ia harus berkonvergensi
berlebihan, muskulus rectus internus berkontraksi berlebihan, bola mata
terjepit oleh otot-otot mata luar yang menyebabkan polus posterior mata ,
tempat yang paling lemah dari bola mata, memanjang.
b. Muka yang lebar juga menyebabkan konvergensi yang berlebihan bila
hendak mengerjakan pekerjaan dekat, sehingga menimbulkan hal yang
seperti diatas.
c. Bendungan , peradangan atau kelemahan dari lapisan yang mengelilingi
bola mata, disertai dengan tekanan yang tinggi disebabkan oleh penuhnya
vena dari kepala, akibat membungkuk dapat menyebabkan tekanan pula
pada bola mata, sehingga polus posterior menjadi memanjang.
Pada orang dengan miopia 6 dioptri, punctum remotumnya 100/6 = 15cm. jadi
harus membaca pada jarak yang sangat dekat sehingga ia harus mengadakan
konvergensi yang berlebihan. Akibatnya polus posterior mata lebih
memanjang dan miopia nya bertambah. Jadi didapatkan suatu lingkaran setan
antara miopia yang tinggi dan konvergensi. Semakin lama miopia nya semakin
progresif.
10
2. Miopia pembiasan
Penyebabnya dapat terletak pada :
a. Kornea
Congenital : keratokonus dan keratoglobus
Akwisita : keratektasia, karena menderita keratitis kornea menjadi lemah.
Oleh karena tekanan intraokuler, kornea menonjol kedepan
b. Lensa
Lensa terlepas dari zonula zinii, pada luksasi lensa atau subluksasi lensa,
oleh kekenyalannya sendiri lensa menjadi lebih cembung. Pada katarak
imatur, akibat masuknya humor akueus, lensa mennjadi cembung
c. Cairan mata
Pada penderita diabetes mellitus yang tak diobati, kadar gula dari humor
akueus meninggi menyebabkan daya biasnya ikut meninggi.
Berdasar tinggi dioptri nya :
1. Miopia sangat ringan : 1 dioptri
2. Miopia ringan : 1-3 dioptri
3. Miopia sedang : 3-6 dioptri
4. Miopia tinggi : 6-10 dioptri
5. Miopia sangat tinggi : >10 dioptri
Berdasar klinis dibedakan :
a. Miopia stasioner, miopia simpleks, miopia fisiologik
Timbul pada umur masih muda, kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit pada
waktu atau segera setelah pubertas, atau didapat kenaikan sedikit sampai umur 20
tahun. Besar dioptri nya kurang dari -5D atau -6D. Tajam penglihatan dengan
koreksi yang sesuai dapat mencapai keadaan normal.
b. Miopia progresif
Dapat ditemukan pada semua umur dan dimulai sejak lahir. Kelainan mencapai
puncaknya sewaktu masih remaja, bertambah terus sampai umur 25 tahun atau
lebih. Besar dioptri melebihi 6 dioptri.
11
c. Miopia maligna
Miopia progresif yang lebih ekstrim. Miopia progresif dan miopia maligna disebut
juga miopia patologik atau degenerative, karena disertai degenerasi koroid dan
bagian lain pada mata.
Miopia kadang-kadang dibagi berdasarkan usia terjadinya miopia, yaitu:
1. Kongenital miopia atau infantil miopia, muncul pada saat lahir dan menetap
selama masa infant.
2. Miopia onset usia muda, terjadi sebelum usia 20 tahun
Miopia masa sekolah, biasanya terjadi pada masa anak-anak, ketika usia
sekolah. Bentuk miopia ini diakibatkan penggunaan mata untuk bekerja secara
dekat selama masa sekolah.
3. Miopia onset usia tua
Miopia onset usia dewasa awal, terjadi antara usia 20 dan 40 tahun.
Miopia onset usia dewasa akhir, terjadi setelah usia 40 tahun.
Miopia juga dapat dibagi berdasarkan gambaran klinisnya, yaitu :
a. Miopia simple, lebih sering daripada tipe-tipe miopia lainnya dan di cirikan
dengan mata yang terlalu panjang untuk tenaga optiknya (yang ditentukan dengan
kornea dan lensa kristal) atau optik terlalu kuat dibandingkan panjang aksisnya.
b. Miopia nocturnal, night miopia atau twilight miopia, merupakan keadaan dimana
mata mempunyai kesulitan untuk melihat pada area dengan cahaya kurang, namun
penglihatan pada siang hari normal.
c. Pseudomiopia, terganggunya penglihatan jauh yang diakibatkan oleh spasma otot
siliar.
d. Miopia yang didapat, terjadi karena terkena bahan farmasi, peningkatan level gula
darah, sklerosis nukleus atau kondisi anomali lainnya.
e. Nearwork Induced Transient Myopia (NITM)
2.3 Patogenesis
Refraksi :
Penyebab miopia tersering adalah karena mata yang terlalu panjang,
penjelasan etiologik harus bisa menjelaskan pemanjangan aksial tersebut. Sampai saat
12
ini, tidak ada teori yang bisa menjelaskan secara baik pemanjangan ini. Pada
pertengahan tahun 1900, para ahli mata percaya miopia merupakan penyakit
keturunan dan pengaruh bekerja secara dekat terhadap terjadinya miopia tampaknya
terjadi secara insedental.
Ada dua mekanisme dasar yang menyebabkan miopia : kehilangan bentuk
(juga dikenal dengan kehilangan pola) dan defokus optik. Kehilangan bentuk terjadi
jika kualitas gambar pada retina menurun, defokus optik terjadi jika sinar difokuskan
di depan atau dibelakang retina. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
miopia adalah :
Kombinasi faktor genetik dan lingkungan : “kelemahan genetik” terhadap faktor
lingkungan dikatakan merupakan salah satu penjelasan berbedanya miopia antara
individu atau populasi. Namun jika terjadi perubahan lingkungan – adanya televisi
dan komputer- dapat mengubah insiden dari miopia. Sehingga dapat disimpulkan
beberapa orang-dipengaruhi oleh genetik-memiliki resiko tinggi menjadi miopia
jika dipengaruhi kondisi lingkungan modern dengan banyak bekerja secara dekat.
Faktor genetik : banyaknya variasi miopia pada etnik tertentu merupakan bukti
tambahan yang mendukung pengaruh genetik pada terjadinya miopia. Peneliti
juga menemukan adanya kerusakan pada gen PAX6 berhubungan dengan terjadi
miopia pada penelitian menggunakan orang kembar. Faktor genetik dapat bekerja
melalui berbagai cara biokimia untuk menyebabkan miopia, lemahnya atau
hancurnya jaringan ikat merupakan salah satu yang penting. Faktor genetik
termasuk keturunan, peningkatan kelemahan terhadap pengaruh lingkungan dan
fakta bahwa seseorang tidak menderita miopia pada situasi tertentu merupakan
indikasi faktor keturunan berpengaruh pada setiap kasus.
Faktor lingkungan : teori lain menduga mata menjadi tegang diakibatkan kerja
tambahan secara terus-menerus secara dekat dan menetap pada posisi dekat dan
latihan mata dapat melonggarkan otot siliar dan memperbaiki kemampuan untuk
melihat jauh.
2.4 Epidemologi
Prevalensi secara global terhadap gangguan refraksi diperkirakan sebanyak 800 juta
sampai 2.3 miliar. Insiden dari miopia dalam sampel populasi berbeda-beda dan
dipengaruhi oleh usia, negara, jenis kelamin, ras, etnik, pekerjaan, lingkungan dan
faktor lainnya. Pada daerah tertentu yaitu Cina, India dan Malaysia, lebih dari 41%
13
populasi dewasa menderita miopia sampai 1 dioptri dan lebih dari 80% populasi
dewasa menderita miopia sampai 0.5 dioptri. Penelitian terbaru di Inggris terhadap
siswa yang baru lulus mendapatkan 50% orang Inggris kulit putih dan 53.4% siswa
Asia-Inggris menderita miopia. Di Australia, prevalensi miopia secara keseluruhan
(lebih dari 0.5 dioptri) diperkirakan sebesar 17%. Sedangkan prevalensi miopia di
Amerika sebesar 20%. Perbedaan etnik dan ras juga mempengaruhi prevalensi dari
miopia. Prevalensi miopia dilaporkan sebesar 70-90% pada beberapa Negara Asia,
30-40% di Eropa dan Amerika serta 10-20% di Afrika. Beberapa penelitian
menunjukkan insiden miopia bertambah dengan meningkatkannya tingkat pendidikan
dan adanya hubungan antara miopia dan IQ. Menurut Arthur Jensen, penderita miopia
memiliki IQ 7-8 lebih tinggi dibandingkan bukan penderita miopia. Karakteristik
personal lainnya seperti, penghargaan diri, pencapaian sekolah, waktu yang
dihabiskan untuk membaca, kemampuan bahasa dan waktu yang dihabiskan untuk
kegiatan olahraga berhubungan dengan munculnya miopia pada beberapa penelitian.
2.5 Tanda dan Gejala Klinis
Gejala subjektif miopia antara lain:
a. Kabur bila melihat jauh.
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat.
c. Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi).
d. Astenovergens
Gejala objektif miopia antara lain:
1. Miopia simpleks :
a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf
optik.
2. Miopia patologik :
a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.
b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan
pada.
14
1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan
kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia.