1
1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana
carapenggunaan mikroskop yang benar dalam mengamati suatu
mikroorganisme , mengetahui bagian bagian mikroskop beserta fungsi
fungsinya , dan untuk mengetahui cara mempersiapkan preparat yang
akan digunakan. Dalam praktikum ini diajarkan juga pewarnaan
bakteri. Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui berbagai macam
cara pewarnaan , yaitu pewarnaan sederhana , pewarnaan gram ,
pewarnaan spora bakteri , dan pewarnaan spora yeast. Dari pewarnaan
ini kita dapat mengetahui cirri cirri bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif , dan perbedaan antara bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan
makhluk yang bersifat mikroskopik yang disebut dengan
mikroorganisme atau jasad renik, yaitu makhluk yang mempunyai
ukuran sel sangat kecil di mana setiap selnya hanya dapat dilihat
dengan pertolongan mikroskop. Dalam teknologi pangan, mikrobiologi
merupakan ilmu yang sangat penting, misalnya dalam hubungannya
dengan kerusakan atau kebusukan makanan, sehingga dapat diketahui
tindakan pencegahan atau pengawetan yang paling tepat untuk
menghindari terjadinya kerusakan tersebut. Di samping itu,
mikrobiologi juga penting dalam fermentasi makanan, sanitasi,
pengawasan mutu pangan, dan sebagainya (Fardiaz, 1992).
Mikroskop adalah alat untuk mengamati benda-benda, bagian-bagian
sel atau sistem iluminasi yang menyebabkan terlihatnya suatu objek.
Perbesaran mikroskop merupakan hasil dari dua sistem lensa, yaitu
lensa objektif yang terletak di dekat objek dan lensa okuler yang
terletak di bagian atas, di dekat mata orang yang melihat. Dengan
menggunakan mikroskop, kita dapat mengamati benda-benda dengan
perbesaran yang besar. Karena fungsi mikroskop yang berguna ini,
mikroskop banyak digunakan pada penelitian-penelitian ilmiah.
Mikroskop secara umum dibedakan menjadi dua yaitu
1
2
mikroskop cahaya dan mikroskop elektron (John & Janet,
1989).
Kata mikroskop sendiri berasal dari bahasa Yunani di mana mikros
berarti kecil dan skopeo berarti melihat. Ilmuwan yang pertama kali
diakui melihat bakteri menggunakan suatu instrumen optik yang
terdiri dari lensa-lensa bikonveks yang disebut mikroskop pada
tahun 1675 adalah Anton Van Leeuwenhoek. Bakteri yang ditemukannya
dalam berbagai cairan seperti cairan tubuh, air, ekstrak lada, dan
bir membuka peluang untuk dilakukannya penelitian-penelitian
mengenai terjadinya proses fermentasi dan penemuan jasad renik
penyebab penyakit (Fardiaz, 1992).
Mikroskop merupakan alat utama yang sering digunakan di
laboratorium mikrobiologi. Dengan pertolongan mikroskop kita dapat
mengamati bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mikroskop berfungsi untuk membesarkan benda yang dilihat sehingga
membantu untuk mengamati benda renik. Mata telanjang tidak dapat
membedakan benda dengan diameter < 0,1 mm. Mikroskop secara
garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : mikroskop optik
(cahaya) dan mikroskop elektron. Mikroskop optik menggunakan lensa
dari gelas dan cahaya matahari atau lampu sebagai penyinaran.
Sedangkan mikroskop elektron memakai magnit sebagai pengganti
lensa, dan elektron sebagai pengganti cahaya; karena elektron
mempunyai panjang gelombang yang lebih pendek daripada cahaya putih
sehingga mempunyai daya tembus yang besar (Lay, 1994).
Jenis mikroskop beragam antara lain : mikroskop kontras,
mikroskop medan gelap, mikroskop ultraviolet, mikroskop fluoroesen
dan mikroskop elektron. Meskipun berbeda namun semuanya mempunyai
mekanisme kerja yang sama (Fardiaz, 1992). Cara memakai mikroskop
adalah dengan cara mengarahkan tubus pada objek, pilih lensa
obyektif dengan perbesaran lemah dengan menggunakan revolver,
membuka diafragma sampai maksimum, melihat ke dalam okuler,
mengamati preparat dengan menggunakan secara bergantian (Nasir et
al., 1993). Daya total perbesaran setiap mikroskop dapat ditentukan
dengan mengalikan daya perbesaran lensa objektif dengan perbesaran
lensa okuler (Volk & Wheeler, 1993).3
Di dalam laboratorium-laboratorium pada umumnya menggunakan
mikroskop cahaya, bukan lagi mikroskop sederhana (lensa tunggal),
tetapi mikroskop yang kita sebut mikroskop majemuk karena mempunyai
2 perangkat lensa. Komponen utama mikroskop majemuk adalah :
1. Tabung yang memisahkan lensa objektif dan okuler.
2. Cermin untuk memantulkan cahaya.
3. Kondensor untuk memusatkan cahaya.
4. Diafragma iris untuk mengatur banyak sedikit cahaya yang
masuk ke spesimen.
5. Penyesuaian halus dan kasar untuk menaikkan dan menurunkan
lensa objektif.
6. Pentas untuk meletakkan spesimen.
7. Kerangka untuk menyangga semua bagian mikroskop
( Volk & Wheeler, 1993 ).Mikroskop biasanya dibagi menjadi 2
bagian, yaitu :
1. Bagian optik, yang terdiri atas :
a. Lensa okuler, terdapat di ujung atas tubus mikroskop yang
menghadap mata kita waktu pengamatan.
b. Lensa objektif, terdapat di bagian bawah tubus yang menghadap
kaca preparat.
c. Kondensor, berfungsi untuk menangkap cahaya yang akan
diteruskan pada objek dan terus ke lensa.
d. Sumbu cahaya
e. Penyambung listrik
2. Bagian non optik, yang terdiri atas :
a. Alas mikroskop, berfungsi untuk mendudukkan mikroskop di atas
meja.
b. Meja mikroskop, berfungsi untuk meletakkan objek yang
diamati.
c. Penggeser objek, berfungsi untuk menggeser objek.
d. Pemutar fokus, terdiri dari dua jenis : pemutar fokus kasar
(untuk menggerakkan meja benda atau tubus lensa dengan gerakan
cepat) dan pemutar fokus halus (untuk menggerakkan meja benda atau
tubus lensa dengan gerakan halus).
e. Lengan mikroskop, berfungsi untuk memegang mikroskop pada
waktu membawa mikroskop.(Kartasapoetra, 1991).
4
Mikroskop cahaya (optik) memiliki kelengkapan optik sebagai
berikut:
1. Lensa okuler, yang terletak di bagian atas tubus mikroskop
yang menghadap mata pada waktu pengamatan. Lensa okuler dibuat
dalam berbagai perbesaran yang berbeda, yaitu 5x, 10x, dan 15x,
namun yang lazim digunakan yaitu 10x. Lensa okuler berada lepas
dari tubus okulernya.
2. Lensa objektif, bekerja mengatur fokus sinar lampu pada objek
yang ditempatkan dan memperbesar objek sehingga menghasilkan
bayangan nyata yang diproyeksikan pada bidang fokal dari lensa
okuler. Biasanya terdapat beberapa lensa yang terpasang pada bagian
yang disebut revolver. Lensa objektif tersebut biasanya terdiri
dari :
Lensa objektif berkekuatan rendah (16 mm) jarak kerja 5 8,3
mm.
Lensa objektif berkekuatan tinggi (4 mm) jarak kerja 0,46 0,72
mm.
Lensa objektif minyak imersi (1,8 mm) jarak kerja 0,13 0,14
mm.
Lensa-lensa objektif tersebut mempunyai perbesaran
berbeda-beda.
3.Kondensor, untuk mengumpulkan sinar yang dipantulkan oleh
cermin. Kondensor dilengkapi dengan diafragma, alat pengatur
diafragma, dan penyaring cahaya. Letak kondensor dapat digerakkan
ke atas atau ke bawah.
4.Sumber cahaya, berfungsi untuk memberikan cahaya pada objek
yang akan diamati. Cahaya ini berasal dari matahari atau lampu,
kemudian diteruskan ke kondensor.
5.Bagian penyambung listrik, berfungsi untuk memberikan arus
listrik pada mikroskop sehingga lampu dapat menyala (Fardiaz,
1992).
Sedangkan perlengkapan non-optik terdiri dari:
1. Alas mikroskop, bagian bawah mikroskop untuk membuat
mikroskop dapat berdiri.
2. Meja mikroskop, letaknya di atas alas mikroskop tepat di atas
kondensor. Bagian tengahnya terdapat lubang untuk melalukan cahaya.
Berfungsi untuk meletakkan objek yang akan diamati. Agar objek
tetap pada meja, maka dilengkapi dengan penjepit.
3. Penggeser objek, jumlahnya dua dan letaknya pada meja benda
atau di sampingnya. Berguna untuk menggerakkan objek ke kiri atau
ke kanan, ke depan atau ke belakang.
5
4. Pengatur fokus, ada dua macam yaitu pemutar fokus kasar
disebut makrometer, untuk menggerakkan meja benda atau tubus lensa
dengan gerakan cepat. Pemutar fokus halus disebut mikrometer untuk
menggerakkan meja benda atau tubus lensa dengan gerakan halus.
5. Lengan mikroskop, bagian yang digunakan pegangan sewaktu
membawa mikroskop (Fardiaz, 1992).
Dalam pengamatan preparat menggunakan mikroskop, ada 2 macam
preparat yang dapat digunakan:
1. Preparat yang bersifat basah (wet mount preparation)
Ada 2 macam preparat basah, yaitu lekapan basah (wet mount) dan
tetes gantung. Pada kedua preparat ini menggunakan setetes cairan
yang mengandung mikroba hidup. Preparat semacam ini digunakan dalam
mikrobiologi karena memungkinkan dilakukannya pengamatan bentuk dan
ukuran organisme secara individu, pengelompokan khas sel-sel
bakteri serta mengetahui apakah organisme tersebut bergerak atau
tidak.
2. Olesan yang diwarnai
Preparat ini lebih umum digunakan untuk mengamati mikroba secara
mikroskopis. Namun pada olesan mikroorganisme, mikroorganisme yang
diwarnai hanya dapat diamati setelah organisme tersebut mati
(Hadioetomo, 1993).
Perbesaran yang dicapai oleh suatu mikroskop majemuk adalah
hasil kerja lensa obyektif, yaitu lensa yang terdekat dengan
spesimen, dan lensa okular yaitu lensa yang dekat dengan mata.
Sistem lensa obyektif menghasilkan bayangan nyata, yang kemudian
diproyeksikan ke atas lensa okuler sehingga menghasilkan bayangan
maya (Hadioetomo, 1993). Daya total perbesaran setiap mikroskop
dapat ditentukan dengan mengalikan daya perbesaran lensa objektif
dengan perbesaran lensa okuler (Volk & Wheeler, 1993).
Bila memakai obyektif 100x harus menambahkan minyak imersi,
antara lensa depan obyektif dengan gelas penutup. Pemakaian minyak
imersi akan memperbesar NA,
6
sehingga akan memperbesar limit daya pisah pada mikroskop
tersebut. Bila kondensor mempunyai NA melebihi 0,9 maka dianjurkan
memakai minyak imersi, dapat juga memakai air (Waluyo, 2004).
Pertumbuhan mikroba hanya dimungkinkan apabila kondisi fisik dan
kimiawi lingkungannya sesuai. Kondisi fisik contohnya suhu dan
struktur bahan. Sedangkan kondisi kimiawi untuk pertumbuhan
ditentukan oleh komponen yang menyusun media pertumbuhan seperti
air, sumber karbon, sumber energi, sumber nitrogen, mineral, faktor
pertumbuhan, maupun konsentrasi ion hidrogen (pH) (Hadioetomo,
1993). Jika media biakan yang disiapkan tidak disterilkan dan
didiamkan selama beberapa hari, maka mikroorganisme akan tumbuh dan
menyebabkan kekeruhan media. Sehingga hasil jernih yang didapat
menunjukan bahwa media tidak tercemar oleh mikroorganisme
kontaminan (Lay, 1994).
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan
pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Pertumbuhan kapang mula-mula berwarna
putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna
tergantung dari jenis kapang. Salah satu jenis kapang adalah
Aspergillus. Ciri-cirinya :
1. Hifa septat dan miselium bercabang, biasanya tidak berwarna,
yang terdapat dibawah permukaan hifa vegetatif, sedangkan yang
muncul di atas permukaan umumnya merupakan hifa fertil.
2. Koloni kompak
3. Konidiofora septat atau nonseptat, muncul dari foot cell
(yaitu miselium yang membengkak dan berdinding tebal).
4. Konidia membengkak menjadi vesikel pada ujungnya, membawa
sterigma dimana tumbuh konidia.
5. Sterigma biasanya sederhana, berwarna, atau tidak
berwarna.
6. Konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat atau
hitam (Fardiaz, 1992).
7
Rhizopus stolonifer sering dijumpai tumbuh pada roti dengan
miselium berbentuk kapas dan berwarna putih. Selain Rhizopus
stolonifer, khamir dengan spesies Endomycopsis fibuligera dan
Trichosporon variable juga dapat menyebabkan bintik-bintik putih
seperti kapur pada roti. Namun kasus seperti ini adalah kasus yang
tidak umum terjadi. Selain kedua warna tadi, jika roti ditumbuhi
oleh Penicillium expansum atau Penicillium stoloniferum, maka pada
roti akan tampak warna hijau yang berasal dari spora Penicillium
tersebut. Namun warna hijau ini juga dapat disebabkan oleh adanya
Aspergillus niger yang memiliki kepala konidia yang berwarna
kehijauan atau coklat keunguan hingga hitam (Frazier &
Westhoff, 1988). Aspergillus termasuk dalam famili Moniliaceae
dengan warna koloni adalah putih, sporanya disebut dengan sel kaki
(Cappuccino dan Sherman, 1983).Bakteri merupakan mikroorganisme
uniseluler sehingga untuk dapat mengamati morfologinya harus
dilakukan secara mikroskopik. Untuk mengidentifikasi bakteri dapat
digunakan berbagai macam pengecatan bakteri. Pewarnaan perlu
dilakukan karena pada umumnya sel-sel bakteri yang tidak diwarnai
tampak tembus pandang (transparan) sehingga sukar dilihat bila
diamati dengan mikroskop cahaya biasa (Hadioetomo, 1993).
Bakteri dibedakan atas dua kelompok berdasarkan komposisi
dinding sel serta sifat pewarnaannya, yaitu meliputi bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif (Fardiaz, 1998). Disebut bakteri
gram positif, yaitu apabila mikroorganisme yang dijadikan obyek
pewarnaan dapat menahan kompleks pewarna primer ungu kristal iodium
sampai akhir prosedur (sel-sel tampak biru gelap atau ungu).
Sedangkan disebut bakteri gram negatif, yaitu apabila
mikroorganisme yang dijadikan obyek pewarnaan kehilangan kompleks
warna ungu kristal pada waktu pembilasan dengan alkohol, namun
kemudian terwarnai oleh pewarna tandingan, yaitu safranin (sel-sel
tampak merah muda) (Hadioetomo, 1993).
8
Bakteri pada umumnya mempunyai ukuran sel 0,5 1,0 m kali 2,0 5,0
m, dan terdiri dari tiga bentuk dasar yaitu bentuk bulat atau
kokus, bentuk batang atau basillus, dan bentuk spiral. Berdasarkan
pengelompokan selnya, bakteri berbentuk bulat dapat dibedakan
menjadi diplokoki, streptokoki, tetrad, stapilokoki, sarcine.
Bakteri batang bisa saling berpasangan (diplobasili) atau membentuk
rantai (streptobasili). Bakteri berbentuk spiral terdapat secara
terpisah-pisah (tunggal), tetapi masing-masing spesies berbeda
dalam panjang, jumlah dan amplitudo spiralnya, serta ketegaran
dinding selnya. Bakteri yang ukurannya pendek dengan spiral yang
tidak lengkap disebut bakteri koma atau vibrio (Fardiaz, 1992).
Bakteri berbentuk kokus ( bulat ) seperti Streptococcus
pneumoniae. Ada pula basil ( berbentuk silinder atau batang ). Dan
yang terakhir adalah berbentuk spiral (Volk&Wheeler,1988).Sifat
bakteri yang tidak berwarna sehingga hanya sedikit perbedaan
warnanya dengan lingkungan di sekitarnya, membuat bakteri sulit
diamati secara mendetail baik bagian selnya atau pun bentuknya.
Oleh karena itu harus dilakukan suatu usaha untuk menambah
perbedaan warna antara bakteri dengan lingkungan sekitarnya, dan
usaha tersebut adalah pewarnaan. Namun masih ada kesukaran yang
ditemui selama pewarnaan, yaitu tidak bisa masuknya pewarna ke
dalam tubuh bakteri hidup, dan untuk menyelesaikan masalah tersebut
maka dilakukan usaha pembunuhan bakteri dengan fiksasi panas,
karena pada umumnya fiksasi panas dilakukan di atas 60 0C sehingga
bisa membunuh bakteri yang tahan panas (Bibiana, 1994).
Pengamatan terhadap bakteri, lebih sering dilakukan dengan
olesan terwarnai, daripada bakteri dalam keadaan hidup. Artinya,
mikroorganisme yang akan diamati telah diberi zat pewarna kimia
supaya lebih mudah dilihat dan dipelajari. Pada umumnya, olesan
bakteri terwarnai dapat mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan
ada atau tidaknya struktur internal seperti spora dan butiran (Volk
& Wheeler, 1993).
9
Teknik pengecatan bakteri dibedakan menjadi beberapa,
diantaranya yaitu :
1. Pengecatan sederhana
Adalah pengecatan sel mikrobia dengan satu pewarna dan satu
tahap pengecatan saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarna sederhana karena
sitoplasma bersifat basofilik (suka dengan basa), maka pewarna
sederhana yang digunakan umumnya bersifat alkalin. Adapun pewarna
yang sering digunakan adalah pewarna basa seperti : metylen blue,
basic fuchin, dan violet kristal. Prosedur pewarnaan sederhana
sangat mudah dan cepat sehingga pewarnaan ini sering digunakan
untuk melihat bentuk, ukuran, dan penataan organisme.
2. Pengecatan Gram
Pewarnaan gram merupakan contoh pewarnaan yang memisahkan
bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram negatif.
3. Pengecatan struktur atau endospora
Pengecatan ini hanya mewarnai satu bagian sel, sehingga dapat
digunakan untuk membedakan bagian lain dari mikrobia. Bakteri
pembentuk endospora umumnya adalah bakteri berbentuk batang dan
setelah membentuk endospora, sporangium mati dan akhirnya lisis.
Endospora yang dibentuk oleh bakteri sangat tahan terhadap panas
dan kondisi lingkungan yang bervariasi. Adanya endospora yang
terbentuk dapat digunakan untuk membantu identifikasi bakteri yang
tidak diketahui. Namun tidak adanya endospora tidak berarti bahwa
bakteri tersebut tidak termasuk salah satu dari genus tersebut.
Kemungkinan kultur tersebut terlalu mudah sehingga belum membentuk
endospora atau mungkin tidak adanya nutrisi untuk pembentukan spora
(Hadioetomo, 1993).
Pengecatan ini bertujuan agar kontras antara sel dan latar
belakang dapat dipertajam. Selain itu juga bertujuan untuk
mempermudah pengamatan sel-sel bakteri. Penggunaan zat warna
memungkinkan pengamatan struktur sel seperti spora, flagella, dan
bahan inklusi yang mengandung zat pati dan granula fosfat (Lay,
1994).
10
Hubungan bakteri dengan zat perwarna basa yang menonjol
disebabkan oleh adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam
protoplasma sel. Jadi jika bakteri diwarnai, muatan negatif dalam
asam nukleat bakteri bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa.
Oleh karena itu, pada percobaan digunakan metilen leoffer yang
memiliki sifat basa dan alkalin sebagai pewarna sederhana. Pewarna
alkalin lain yang umumnya digunakan dapat berupa pewarna basa
seperti metylen blue, basic fuschin, dan violet kristal (Volk &
Wheeler, 1993).
Sebelum melakukan pengecatan diperlukan penyiapan preparat yang
baik, yaitu tidak terlalu tebal atau terlalu tipis dan tetap
melekat pada gelas preparat selama pencucian berulang-ulang
sehingga sel-selnya tidak berubah bentuk atau morfologi setelah
fiksasi dan pengecatan (Hadioetomo, 1993).Dinding sel bakteri dapat
dengan mudah mengatur keluar masuknya zat-zat kimia yang berada
disekitarnya, sedangkan protoplasma yang terkandung didalamnya
mengandung suatu zat volatin, yaitu zat yang dapat dengan mudah
menghisap zat warna tertentu, yaitu zat warna yang bersifat basa
sehingga warna pada methylen blue loefler sebagai pewarna dalam
pengecatan sederhana dapat menempel pada bakteri tersebut
(Hadioetomo, 1993).
Olesan bakteri yang dipanaskan secara berlebihan akan
menyebabkan pecahnya dinding sel. Dalam keadaan demikian maka sel
sel gram positif akan melepaskan warna primer dan menerima pewarna
tandingan. Reaksi gram bergantung pada struktur dinding sel
(Hadioetomo, 1993).
Proses pewarnaan bakteri yang paling umum, ialah metode
pengecatan sederhana. Disebut sebagai pengecatan sederhana, karena
dalam prosesnya hanya digunakan 1 jenis zat warna untuk mewarnai
suatu jenis organisme, sehingga dapat meningkatkan kontras antara
mikroorganisme dan sekelilingnya. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi
dengan pewarna sederhana, karena sitoplasmanya bersifat basofilik
(suka basa), dan zat-zat
11
warna yang digunakan dalam pengecatan sederhana umumnya bersifat
alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif) (Hadioetomo,
1993).
Pewarnaan sederhana hanya menggunakan satu jenis agen pewarna
yaitu pewarna basa, dan hanya melalui satu tahap pewarnaan.
Pewarnaan ini diawali dengan fiksasi panas yaitu menggoreskan
kultur pada kaca preparat sehingga terbentuk lapisan tipis dan
setelah itu dikeringkan baru kemudian dipanaskan. Pewarnaan ini
hanya bisa untuk melihat bentuk dan susunan sel (Bibiana,
1994).
Pengecatan sederhana memang memungkinkan untuk melihat bentuk
morfologi bakteri dengan jelas, tetapi tidak dapat membedakan
jenis-jenis bakteri berdasakan komposisi penyusun dinding selnya.
Untuk dapat membedakan jenis-jenis bakteri berdasakan komposisi
penyusun dinding selnya, yaitu untuk mengetahui apakah suatu
bakteri termasuk gram positif atau gram negatif, maka dapat
dilakukan pengecatan gram (Hadioetomo, 1993).
Pada setiap proses pengecatan yang dilakukan, baik pengecatan
sederhana, pengecatan gram, ataupun pengecatan endospora, selalu
dilakukan proses fiksasi. Proses fiksasi ini dilakukan dengan cara
melewatkan gelas benda pada nyala api spiritus beberapa kali selama
1-2 detik. Proses ini bertujuan untuk lebih melekatkan bakteri pada
gelas benda dan mematikan bakteri, karena sebenarnya bakteri yang
hidup tidak dapat diamati. Hal ini dikarenakan pada bakteri hidup
selnya tidak mengandung pigmen atau transparan, sehingga indeks
bias sitoplasmanya hampir sama dengan indeks bias lingkungannya
yang bersifat cair (Lay, 1994).
Dalam pengecatan sederhana pada umumnya digunakan larutan biru
metilen Leoffer (bersifat basa) sebagai zat pewarna karena
sitoplasma bakteri bersifat basofilik, sehingga pewarna tersebut
dapat masuk ke dalam sel dan mengadakan reaksi kimia dengan
komponen sel, sehingga warna biru metilen Leoffer tetap tertinggal
di dalam sel dan dapat dilakukan pengamatan dengan mikroskop.
Pengecatan sederhana bertujuan untuk mengetahui bentuk mikroba
dengan bantuan mikroskop (Timotius, 1982).
12
Pada proses pengecatan dilakukan fiksasi, fiksasi dapat
digunakan untuk meletakkan bakteri diatas gelas obyek, dapat pula
mematikan bakteri, serta mempermudah pengamatan karena sel bakteri
menjadi lebih jelas terlihat setelah diwarnai. Pengecatan ini untuk
melihat bentuk bentuk bakteri dan biasanya warna bakteri merata
tetapi kadangkala ada bakteri yang terwarnai lebih gelap daripada
sel lainnya ( Lay, 1994 ).
Pengecatan gram merupakan contoh pewarnaan yang akan memilahkan
bakteri menjadi dua kelompok yaitu gram positif dan gram negatif.
Bakteri yang dapat menahan pewarna primer yaitu ungu kristal,
sedangkan iodium sampai pada akhir prosedur (sel-sel tampak biru
gelap atau ungu) disebut dengan gram positif. Prosedur didalam
pewarnaan sederhana ini sangat mudah dan cepat didalam
pelaksanaannya sehingga pewarnaan ini sering digunakan (Fardiaz,
1992).
Perbedaan antara bakteri gram positif dan gram negatif :
Pada saat pengecatan dengan cat utama, bakteri gram positif
maupun gram negatif akan mengikat violet kristal dan menunjukkan
warna ungu atau biru tua.
Pada saat penambahan mordan, pada bakteri gram positif maupun
gram negatif sama - sama akan terbentuk kompleks violet kristal
dengan lugol atau iodin dan tetap berwarna biru.
Pada saat pelarutan, bakteri gram positif akan mengalami
dehidrasi membran sel namun tidak sampai pecah dan pori - porinya
mengecil sehingga kompleks violet kristal dan lugol atau iodin
tetap tertinggal di dalam sel dan bakteri tetap berwarna biru atau
ungu. Sedangkan pada bakteri gram negatif, akan terdehidrasi sampai
lemaknya terekstraksi dan pori - pori pada membrannya akan melebar
sehingga semua kompleks violet kristal dan lugol atau iodin akan
keluar dan sel bakteri menjadi tidak berwarna.
Pada saat penambahan cat penutup, bakteri gram positif tidak
berpengaruh apa - apa dan warnanya tetap biru atau ungu. Sedangkan
bakteri gram negatif akan mengikat cat penutup tersebut dan menjadi
berwarna merah (Trihendrokesowo, 1989).13Pengecatan gram dapat
digunakan untuk membedakan bakteri dalam dua kelompok besar, yaitu
:
Bakteri yang dapat menahan pewarna primer yaitu ungu kristal,
iodium, sampai pada akhir prosedur (sel-sel tampak biru gelap atau
ungu) disebut gram positif.. Contohnya Bacillus subtilis Bakteri
yang kehilangan kompleks warna ungu kristal pada waktu pembilasan
dengan alkohol namun kemudian terwarnai oleh pewarna tandingan atau
cat penutup safranin (sel-sel nampak merah muda) disebut gram
negatif.
Contohnya Escherichia coli.(Gaman & Sherrington, 1994).
Disebut bakteri gram positif, yaitu apabila organisme yang
dijadikan obyek pengecatan dapat menahan kompleks pewarna primer
ungu kristal iodium sampai akhir prosedur (sel-sel tampak biru
gelap atau ungu). Sedangkan bakteri gram negatif, yaitu apabila
organisme yang dijadikan obyek pengecatan kehilangan kompleks warna
ungu kristal pada waktu pembilasan dengan alkohol, namun kemudian
terwarnai oleh pewarna tandingan, yaitu safranin (sel-sel tampak
merah muda) (Hadioetomo, 1993).
Menurut Hadioetomo (1993), sebaiknya pengecatan gram dilakukan
beberapa kali, untuk mendapatkan hasil akhir yang akurat. Sebagian
besar dinding sel bakteri gram positif terdiri dari peptidoglikan,
sedangkan pada dinding sel bakteri gram negatif memiliki kandungan
lipida lebih besar dibandingkan dengan dinding sel bakteri gram
positif. Lipida akan larut dalam alkohol dan aseton sebagai larutan
pemucat, sehingga pori-pori dinding sel gram membesarkan dan
meningkatkan daya larut kompleks kristal violet iodium pada dinding
sel bakteri gram negatif, sehingga proses pemucatan berlangsung
lebih cepat dibanding bakteri gram positif dan akhirnya terwarnai
oleh cat penutup safranin yang berwarna merah (Lay, 1994).
14Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri batang yang
berbentuk menyerupai spiral, gram negatif, dan fakultatif anaerob
(Waluyo, 2004). E.coli merupakan bakteri gram negatif yang
berbentuk batang pendek yang termasuk famili Enterobactericeace
(Fardiaz, 1992). E.coli merupakan bakteri gram negatif dan
merupakan bakteri yang kehilangan kompleks warna ungu kristal pada
waktu pembilasan dengan alkohol, namun kemudian terwarnai oleh cat
penutup safranin sehingga sel tampak merah (Gaman &
Sherrington, 1994).
Jenis bakteri yang termasuk gram positif adalah famili
Micrococcaceae seperti Microsoccocus, Staphylococcus dan famili
Streptococcaceae seperti Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus,
Aerococcus. Streptococcus merupakan bakteri berbentuk bulat yang
hidup secara berpasangan, atau membentuk rantai pendek dan panjang
tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhannya (Fardiaz,
1992).
Berikut ini tabel sewaktu pewarnaan gram
(Volk&Wheeler,1988)
Setelah mendapatGram PositifGram Negatif
Lembayung Kristal Ungu mudaUngu muda
YodiumUngu mudaUngu muda
Pencucian dengan alkohol 95%Ungu mudaTidak berwarna
SafraninUngu mudaMerah
15
Klasifikasi gram positif dan gram negatif
(Volk&Wheeler,1988)
Gram positifGram negatif
BasilBacteroid
Clostridium Bardetella
Bakteri corynBrucella
Lactobacillus Enterobacter
Listeria Escherichia
Micrococcus Franciscella
Staphylococcus Haemophillus
Streptococcus Klebsiella
Neisseria
Pasteurella
Proteus
Pseudomonas
Salmonella
Shigella
Vibrio
Yersinia
Bacillus subtilis merupakan bakteri yang menghasilkan spora
berbentuk silinder yang tidak membengkak, sporanya langsing dan
tidak melebihi diameter 0,9 m. Bacillus subtilis ini bersifat
aerobik sampai anaerobik fakultatif, katalase positif, dan gram
positif. Bakteri Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif
(Fardiaz, 1992). Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri gram
negatif (Gaman & Sherrington, 1994). Sel khamir yang termasuk
jenis Saccharomyces mungkin berbentuk bulat, oval, atau memanjang,
dan mungkin membentuk pseudomiselium (Fardiaz, 1992).
16Pewarnaan endospora, sebenarnya merupakan pewarnaan yang hanya
mewarnai satu bagian sel saja, sehingga dapat digunakan untuk
membedakan dengan bagian lain dari
mikroba bersangkutan. Endospora merupakan struktur yang dibentuk
di dalam bakteri tipe-tipe tertentu, yang terbentuk pada akhir fase
logaritmik, dan dibentuk oleh sel basilus, bersifat sangat tahan
terhadap pemanasan, pengeringan, disinfektan, dan setelah diwarnai
sukar untuk dihilangkan. Endospora ini dibentuk pada kondisi yang
tidak memungkinkan untuk pertumbuhan sel vegetatif (Fardiaz,
1992).
Tujuan dilakukannya pemanasan pada pengecatan endospora adalah
supaya endospora dalam bakteri menjadi aktif, karena endospora
dalam bakteri akan aktif jika pada saat lingkungan ekstrim dan
kandungan airnya rendah saja (Fardiaz, 1992). Pemanasan akan
mempercepat pengecatan, dimana pemanasan membantu zat warna
menembus dinding endospora. Sehingga meskipun dilakukan pencucian
dengan air mengalir, semua zat warna bagian sel akan luntur kecuali
zat warna pada endospora tetap tertinggal (Tortora et al.,
1995).
Pengecatan struktur merupakan pengecatan yang jarang dilakukan
karena biasanya untuk melakukan pewarnaan pada flagela, endospora
ataupun kapsula. Dimana tidak semua bakteri memilikinya. Namun
pengecatan ini juga dapat dipakai untuk klasifikasi bakteri, karena
dengan pengecatan ini dapat diketahui keberadaan endospora, dan
kemudian bakteri yang mengandung endospora dikelompokkan ke dalam
genus tertentu; namun ada kelemahan dalam klasifikasi ini yaitu
bila ada bakteri yang tidak tampak endosporanya setelah pengecatan
maka belum tentu bisa dimasukkan ke dalam golongan bakteri tidak
berendospora tapi mungkin saja karena lingkungan tidak terlalu
buruk untuk melakukan pembentukan endospora. Endospora umumnya
cukup besar dan berwarna hitam. Cara yang paling sering dipakai
dengan memakai cat safranin dan malachite green yang dapat mewarnai
spora di dalam sel (Fardiaz.1992).
17
Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan kekurangan nutrien,
tahan terhadap panas, dan unsur-unsur fisik lainnya seperti
pembekuan, kekeringan, radiasi ultraviolet, serta terhadap bahan
kimia yang dapat menghancurkan bakteri yang tidak membentuk spora.
Ketahanan tersebut karena adanya selubung spora yang tebal dan
keras. Sifat endospora yang demikian itu menyebabkan dibutuhkannya
perlakuan yang keras untuk mewarnainya. Hanya bila diberi perlakuan
panas yang cukup, pewarna yang sesuai dapat menembus spora.
Endospora yang terbentuk untuk membantu identifikasi bakteri yang
tidak diketahui. Jenis bakteri yang biasanya membentuk endospora
adalah Bacillus dan Clostridium (Hadioetomo, 1993).
Endospora tidak melakukan aktifitas metabolisme, oleh karena itu
bersifat dorman pada waktu germenasi sifat dorman endospora hilang
sehingga sudah mulai menjadi aktifitas metabolisme yang
mengakibatkan sel dapat tumbuh. Proses germinasi ini dirangsang
oleh perlakuan kejutan panas pada suhu subletal, yaitu suhu dimana
tidak mematikan. Faktor ini juga yang mendasari dilakukan proses
pemanasan pada percobaan pewarnaan endospora (Fardiaz, 1992).
Warna hijau gelap adalah bakteri berendospora yang berkoloni,
sedangkan warna hijau muda adalah bakteri berendospora yang
memisah. Lalu sel vegetatif yang berwarna merah muda ini didapat
dari penambahan safranin. Penambahan safranin ini disebabkan karena
sel vegetatif yang terdapat pada Bacillus subtilis tidak berwarna.
Oleh karena itu penambahan safranin yang merupakan zat warna basa
akan mengikat muatan negatif yang terdapat pada permukaan sel
sehingga sel vegetatif berwarna merah muda kekuningan. Dalam hal
ini safranin tidak masuk ke dalam spora (Lay,1994). Spora akan
menyerap warna dan tidak akan melepaskannya lagi meskipun diberi
etanol, sedangkan ruang sel selebihnya akan kehilangan warnanya
(Schlegel & Shmidt, 1994).
Sel khamir yang termasuk jenis Saccharomyces sp mungkin
berbentuk bulat, oval, atau memanjang, dan mungkin membentuk
pseudomiselium, dengan permukaan yang halus. Reproduksi khamir ini
dilakukan dengan cara pertunasan multipolar, atau melalui
pembentukan askospora. Askospora dapat terbentuk setelah terjadi
konjugasi, atau
18
berasal sari sel diploid (Fardiaz, 1992). Spora akan menyerap
warna dan tidak akan melepaskannya lagi meskipun diberi etanol,
sedangkan ruang sel selebihnya akan kehilangan warnanya (Schlegel
& Shmidt, 1994).3. MATERI METODA
3.1. Materi
3.1.1. Alat
Dalam praktikum mikroskop , alat-alat yang digunakan antara lain
adalah mikroskop, kaca preparat, kaca penutup, jarum ose, tabung
reaksi (yang berisi biakan mikroorganisme), pipet tetes, kipas
angin (sebagai pengering), pemanas bunsen, korek api, tisu dan
masker. Sedang dalam praktikum pewarnaan bakteri , alat-alat yang
digunakan antara lain adalah bunsen, korek api, gelas objek/ kaca
preparat, pipet tetes, jarum ose, mikroskop, masker, serbet, dan
kertas tissue.3.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pratikum ini antara lain adalah
minyak imersi, biakan Aspergillus niger, Penicillium SP4 , Bacillus
subtilis, Streptococcus thermophillus, Yersinia enterolitica ,
Saccharomyces cerevisiae , Saccharomyces uvarum , larutan pewarna
methylen blue, aquades , lugol , alkohol , larutan pewarna violet
kristal, larutan pewarna safranin, larutan pewarna malachite green
(hijau malasit) dan larutan lugol.
3.2. Metoda
3.2.1. Mikroskop
Slide kultur jamur ( As. Niger , Penicillium SP4 ) diambil. Lalu
kaca penutup dibersihkan dengan menggunakan alcohol. Slide ditutup
dengan kaca penutup dan diamati dengan menggunakan mikroskop. Apa
yang terlihat di mikroskop digambar dan diberi keterangan yang
meliputi perbesaran , warna , bentuk , dan bagian bagiannya.
3.2.1.1. Preparasi
Mula mula , kaca preparat ditambah dengan alcohol dan dilap
dengan tissue. Lalu ditambahkan biakan ( dilakukan dengan ose ) dan
dikeringkan. Setelah dikeringkan difiksasi , lalu siap untuk masuk
ke tahap pewarnaan.
19
20
3.2.2. Pewarnaan
3.2.2.1. Pewarnaan Sederhana
Pada pewarnaan sederhana , Bacillus Subtilis diwarnai oleh
kelompok 1 dan S.thermophillus diwarnai oleh kelompok 2. Cara
pewarnaan pada kedua kelompok ini sama persis. Biakan diberi warna
dengan menggunakan methylen blue , lalu dibilas dengan menggunakan
aquades. Setelah dibilas , dikeringkan dan diamati dengan
mikroskop.
3.2.2.2. Pewarnaan Gram
Bakteri yang digunakan yaitu Yersinia enterolitica untuk
kelompok 3 dan S.thermophillus untuk kelompok 4. Bakteri ini diberi
warna violet kristal lalu didiamkan selama 1 menit. Setelah itu
dibilas dengan air mengalir dan ditetesi dengan lugol. Kemudian
didiamkan 1 menit lagi , dan warnanya dihilangkan dengan
menggunakan alcohol. Setelah warna dihilangkan , diberi pewarna
yang kedua yaitu pewarna safranin dan didiamkan selama 20 detik.
Lalu dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Setelah benar
benar kering , diamati dengan menggunakan mikroskop. Biasanya dalam
pengamatan pewarnaan gram, sebelum diamati dengan mikroskop , kaca
preparat ditetesi dengan sedikit minyak imersi.
3.2.2.3. Pewarnaan Spora Bakteri
Biakan yang digunakan pada kelompok 5 yaitu B.Subtilis.Untuk
kelompok 6 , biakan yang digunakan yaitu Yersinia Enterolitica.
Kedua biakan ini ditambahkan pewarna hijau malasit lalu dipanaskan
selama 3 menit ( jangan sampai kering ). Setelah dipanaskan ,dbilas
dengan air dan ditambahkan pewarna safranin. Lalu didiamkan selama
10 detik dan dibilas dengan air mengalir. Setelah dibilas , biakan
tersebut dikeringkan dan diamati dengan menggunakan mikroskop.
3.2.2.4. Pewarnaan Spora Yeast
Biakan yang digunakan kelompok 7 yaitu Sacharomyces Cereviseae
dan kelompok 8 yaitu Sacharomyces uvarum. Biakan tersebut ditambah
dengan pewarna violet kristal ,
21
lalu dipanaskan selama 3 menit dan dibilas dengan alcohol.
Setelah itu dikeringkan dan ditambahkan pewarna safranin. Lalu
didiamkan 10 detik dan dicuci dengan air mengalir. Setelah selesai
pewarnaan , preparat siap untuk diamati dengan mikroskop.
4. HASIL PENGAMATAN
4.1. Mikroskop
Kultur jamur yang diamati dapat dilihat pada table di bawah
ini.
Tabel 1: Gambar mikroorganisme dan bagian - bagiannya
Jenis mikroorganismeGambarKeterangan
Aspergillus nigerPerbesaran : 40 x 10
Warna : Bening
Bagian bagian :
1. Konidiofor
2. Vesikel
3. Sterigme
4. Konidia
5. Foot cell
Penicillium SP4Perbesaran : 10 x 100
Warna : bening
Bagian bagian :
1. Sterigma
2. Konidiofor
3. Konidia
Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh 2 gambar yang
berbeda. Karena jenis dari kedua jamur ini berbeda , maka bagian
bagian yang diamati pada mikroskop pun juga berbeda beda. Dari
hasil pengamatan , didapat hasil bahwa pada A.niger memiliki bagian
bagian yang lebih lengkap dibanding Penicillium SP4. Namun ,
keterangan lebih lengkapnya akan dibahas di pembahasan sesuai
dengan tipus.
22
23
4.2. Pewarnaan
Pada praktikum ini , dilakukan 4 jenis pewarnaan yaitu :
pewarnaan sederhana , pewarnaan gram , pewarnaan spora bakteri ,
dan pewarnaan spora yeast. Pada setiap tipe pewarnaan digunakan
mikroorganisme yang berbeda beda satu sama lain. Setelah dilakukan
pewarnaan , mikroorganisme tersebut diamati pada mikroskop. Hasil
pengamatan dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Gambar hasil pengecatan mikroorganisme dan
keterangannya.
Jenis pengecatanKelompokJenis mikroorganismeGambarKeterangan
Pengecatan sederhana1Bacillus subtilis
Perbesaran : 10 x 100
Warna : biru kehijauan
Bentuk:batang berhubungan
Pengecatan sederhana2Streptococcus thermophilus
Perbesaran : 10 x 100
Warna : bening
Bentuk :batang
Pengecatan gram3Yersinia enterolitica
Perbesaran : 10 x 100
Warna : merah muda
Bentuk : batang
Pengecatan gram4Streptococcus thermophilus
Perbesaran : 10 x 100
Warna : merah muda
Bentuk : batang
24
Pengecatan spora bakteri5Bacillus subtilis
Perbesaran : 10 x 100
Warna : hijau
Bentuk : bulat
Pengecatan spora bakteri6Yersinia enteroliticaPerbesaran : 10 x
100
Warna : merah muda
Bentuk : bulat
Pengecatan spora yeast7Saccharomyces cereviseaePerbesaran : 10 x
100
Warna : ungu
Bentuk : bulat
Pengecatan spora yeast8Saccharomyces uvarumPerbesaran : 10 x
100
Warna : merah muda
Bentuk : bulat
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa setiap
mikroorganisme mempunyai bentuk dan warna yang berbeda beda. Warna
dapat dipengaruhi oleh reagent pewarna yang ditambahkan saat proses
pewarnaan. Namun , lebih detailnya akan dibahas pada pembahasan
yang sesuai dengan tinjauan pustaka.
5. PEMBAHASAN
5.1. Mikroskop
Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
mikroorganisme. Mikroorganisme memiliki ukuran yang sangat kecil ,
sehingga tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Oleh karena itu
, kita menggunakan bantuan mikroskop untuk mengamati mikroorganisme
yang sangat kecil itu. Kata mikroskop sendiri berasal dari bahasa
Yunani di mana mikros berarti kecil dan skopeo berarti melihat
(Fardiaz, 1992). Mikroskop berfungsi untuk membesarkan benda yang
dilihat sehingga membantu untuk mengamati benda renik. Mata
telanjang tidak dapat membedakan benda dengan diameter < 0,1 mm.
(Lay, 1994).
Dalam praktikum ini , diajarkan bagaimana cara penggunaan
mikroskop yang benar. Menurut Nazir (1993) , cara memakai mikroskop
adalah dengan cara mengarahkan tubus pada objek, pilih lensa
obyektif dengan perbesaran lemah dengan menggunakan revolver,
membuka diafragma sampai maksimum, melihat ke dalam okuler,
mengamati preparat dengan menggunakan secara bergantian.
Mikroba yang digunakan dalam praktikum ini adalah Aspergillus
niger dan Penicillium SP4. Perbesaran yang digunakan dalam
praktikum ini adalah 40 x 10. Daya total perbesaran setiap
mikroskop dapat ditentukan dengan mengalikan daya perbesaran lensa
objektif dengan perbesaran lensa okuler (Volk & Wheeler,
1993).Mikroskop biasanya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Bagian optik, yang terdiri atas :
a. Lensa okuler, terdapat di ujung atas tubus mikroskop yang
menghadap mata kita waktu pengamatan.
b. Lensa objektif, terdapat di bagian bawah tubus yang menghadap
kaca preparat.
c. Kondensor, berfungsi untuk menangkap cahaya yang akan
diteruskan pada objek dan terus ke lensa.
25
26
d. Sumbu cahaya
e. Penyambung listrik
2. Bagian non optik, yang terdiri atas :
a. Alas mikroskop, berfungsi untuk mendudukkan mikroskop di atas
meja.
b. Meja mikroskop, berfungsi untuk meletakkan objek yang
diamati.
c. Penggeser objek, berfungsi untuk menggeser objek.
d. Pemutar fokus, terdiri dari dua jenis : pemutar fokus kasar
(untuk menggerakkan meja benda atau tubus lensa dengan gerakan
cepat) dan pemutar fokus halus (untuk menggerakkan meja benda atau
tubus lensa dengan gerakan halus).
e. Lengan mikroskop, berfungsi untuk memegang mikroskop pada
waktu membawa mikroskop.
(Kartasapoetra, 1991).
Mikroskop cahaya (optik) memiliki kelengkapan optik sebagai
berikut:
1. Lensa okuler, yang terletak di bagian atas tubus mikroskop
yang menghadap mata pada waktu pengamatan. Lensa okuler dibuat
dalam berbagai perbesaran yang berbeda, yaitu 5x, 10x, dan 15x,
namun yang lazim digunakan yaitu 10x. Lensa okuler berada lepas
dari tubus okulernya.
2. Lensa objektif, bekerja mengatur fokus sinar lampu pada objek
yang ditempatkan dan memperbesar objek sehingga menghasilkan
bayangan nyata yang diproyeksikan pada bidang fokal dari lensa
okuler. Biasanya terdapat beberapa lensa yang terpasang pada bagian
yang disebut revolver. Lensa objektif tersebut biasanya terdiri
dari :
Lensa objektif berkekuatan rendah (16 mm) jarak kerja 5 8,3
mm.
Lensa objektif berkekuatan tinggi (4 mm) jarak kerja 0,46 0,72
mm.
Lensa objektif minyak imersi (1,8 mm) jarak kerja 0,13 0,14
mm.
Lensa-lensa objektif tersebut mempunyai perbesaran
berbeda-beda.
27
3.Kondensor, untuk mengumpulkan sinar yang dipantulkan oleh
cermin. Kondensor dilengkapi dengan diafragma, alat pengatur
diafragma, dan penyaring cahaya. Letak kondensor dapat digerakkan
ke atas atau ke bawah.
4.Sumber cahaya, berfungsi untuk memberikan cahaya pada objek
yang akan diamati. Cahaya ini berasal dari matahari atau lampu,
kemudian diteruskan ke kondensor.
5.Bagian penyambung listrik, berfungsi untuk memberikan arus
listrik pada mikroskop sehingga lampu dapat menyala (Fardiaz,
1992).
Sedangkan perlengkapan non-optik terdiri dari:
1. Alas mikroskop, bagian bawah mikroskop untuk membuat
mikroskop dapat berdiri.
2. Meja mikroskop, letaknya di atas alas mikroskop tepat di atas
kondensor. Bagian tengahnya terdapat lubang untuk melalukan cahaya.
Berfungsi untuk meletakkan objek yang akan diamati. Agar objek
tetap pada meja, maka dilengkapi dengan penjepit.
3. Penggeser objek, jumlahnya dua dan letaknya pada meja benda
atau di sampingnya. Berguna untuk menggerakkan objek ke kiri atau
ke kanan, ke depan atau ke belakang.
4. Pengatur fokus, ada dua macam yaitu pemutar fokus kasar
disebut makrometer, untuk menggerakkan meja benda atau tubus lensa
dengan gerakan cepat. Pemutar fokus halus disebut mikrometer untuk
menggerakkan meja benda atau tubus lensa dengan gerakan halus.
5. Lengan mikroskop, bagian yang digunakan pegangan sewaktu
membawa mikroskop (Fardiaz, 1992).
Sebelum diamati , perlu disiapkan preparat terlebih dahulu
dengan baik. Pertama tama , kaca preparat disemprot dengan alcohol.
Setelah itu dilap dengan tissue dan ditambahkan biakan. Hal ini
dilakukan secara ose. Artinya apa yang dilakukan harus
28
benar benar aseptis agar tidak ada mikrobia yang
mengkontaminasi. Setelah itu dikeringkan dan difiksasi. Baru masuk
ke tahap pewarnaan.
Hal pertama yang kita akan bahas adalah percobaan mengenai
mikroskop. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, bagian bagian dari
Aspergillus niger tampak berbeda dengan Penicillium SP4.
Aspergillus niger merupakan salah satu jenis kapang Kapang adalah
fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada
makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti
kapas. Pertumbuhan kapang mula-mula berwarna putih, tetapi jika
spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari
jenis kapang (Fardiaz, 1992). Aspergillus termasuk dalam famili
Moniliaceae dengan warna koloni adalah putih, sporanya disebut
dengan sel kaki (Cappuccino dan Sherman, 1983). Dari pengamatan
dengan mikroskop , bagian bagian dari Aspergillus niger yaitu
konidiofor ,vesikel , sterigme , konidia , dan foot cell. Ciri -
ciri lain yang tampak pada gambar yaitu koloninya tampak. Foot cell
atau sel kaki adalah spora yang terbentuk pada Aspergillus
(Cappuccino dan Sherman, 1983). Bagian bagian yang lain sesuai
dengan pernyataan Fardiaz (1992) yaitu adanya konidiofora septat
atau nonseptat, muncul dari foot cell (yaitu miselium yang
membengkak dan berdinding tebal). Konidia membengkak menjadi
vesikel pada ujungnya, membawa sterigma dimana tumbuh konidia.
Sterigma biasanya sederhana, berwarna, atau tidak berwarna. Koloni
kompak dan konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat
atau hitam. Hifa septat dan miselium bercabang, biasanya tidak
berwarna, yang terdapat dibawah permukaan hifa vegetatif, sedangkan
yang muncul di atas permukaan umumnya merupakan hifa fertil. Pada
morfologi Aspergillus sp. yang merupakan golongan Pycetomycetes,
terbentuk sel hifa, sel kaki bercabang yang membentuk hifa tegak
lurus, serta ujungnya berupa gelembung. Dari gelembung tersebut
keluar sterigma, dan pada sterigma tersebut tumbuh
konidium-konidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian
mutiara berwarna kuning kehijauan. Aspergillus sp merupakan jamur
yang bersepta dan sel kakinya berwarna hijau, serta memiliki
konidia berwarna hitam (Hadioetomo, 1993). Pada tabel hasil
pengamatan , praktikan menulis adanya vesikel pada bagian
Aspergillus niger. Namun hal ini kurang tepat karena tidak sesuai
dengan tipus. Selain mengamati bagian bagian dari
29
Apergillus niger , warna juga diamati. Dalam tabel pengamatan
ditulis warnanya bening. Hal ini salah karena seharusnya warna dari
Aspergillus niger adalah hijau karena memiliki kepala konidia yang
berwarna kehijauan atau coklat keunguan hingga hitam (Frazier &
Westhoff, 1988). Kesalahan ini dapat disebabkan karena mungkin
adanya efek pantulan cahaya dari lampu mikroskop yang terlalu
terang (Frazier & Westhoff, 1988).Selain Aspergillus niger ,
dalam praktikum ini juga diamati Penicillium SP4. Dalam pengamatan
dengan mikroskop , terdapat 3 bagian dari Penicillium ini. Yaitu
sterigma , konidiofor , dan konidia. Sedangkan warnanya yaitu
bening. Akan tetapi menurut Frazier & Westhoff (1988) , spora
Penicillium berwarna hijau. Hal ini tidak sesuai dengan pengamatan
yang dilakukan praktikan , dapat disebabkan karena kesalahan
praktikan dalam mengatur pencahayaan oleh mikroskop sehingga efek
pemantulan cahayanya tidak sempurna. 5.2. Pewarnaan
Pada praktikum ini dilakukan 4 jenis pewarnaan , yaitu :
pewarnaan sederhana , pewarnaan gram , pewarnaan spora bakteri ,
dan pewarnaan spora yeast. Dalam pewarnaan ini , preparat yang
digunakan berbeda beda. Pengecatan mikrobia sangat penting dalam
pengamatan ini karena sebagian besar sel mikrobia tidak memiliki
pigmen ( tidak berwarna ) dan tidak dapat membiaskan cahaya
sehingga tidak dapat dilihat dengan mudah dengan mikroskop. Oleh
karena itu harus dilakukan suatu usaha untuk menambah perbedaan
warna antara bakteri dengan lingkungan sekitarnya, dan usaha
tersebut adalah pewarnaan. Namun masih ada kesukaran yang ditemui
selama pewarnaan, yaitu tidak bisa masuknya pewarna ke dalam tubuh
bakteri hidup, dan untuk menyelesaikan masalah tersebut maka
dilakukan usaha pembunuhan bakteri dengan fiksasi panas, karena
pada umumnya fiksasi panas dilakukan di atas 60 0C sehingga bisa
membunuh bakteri yang tahan panas (Bibiana, 1994). Pengamatan
terhadap bakteri, lebih sering dilakukan dengan olesan terwarnai,
daripada bakteri dalam keadaan hidup. Artinya, mikroorganisme yang
akan diamati telah diberi zat pewarna kimia supaya lebih mudah
dilihat dan dipelajari. Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai
dapat
30
mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan ada atau tidaknya
struktur internal seperti spora dan butiran (Volk & Wheeler,
1993). Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur sel
seperti spora, flagella, dan bahan inklusi yang mengandung zat pati
dan granula fosfat (Lay, 1994). Pewarna alkalin lain yang umumnya
digunakan dapat berupa pewarna basa seperti metylen blue, basic
fuschin, dan violet kristal (Volk & Wheeler, 1993).
Pada setiap pengecatan yang dilakukan , harus dilakukan secara
hati hati dan bersih. Sebelum melakukan pengecatan diperlukan
penyiapan preparat yang baik, yaitu tidak terlalu tebal atau
terlalu tipis dan tetap melekat pada gelas preparat selama
pencucian berulang-ulang sehingga sel-selnya tidak berubah bentuk
atau morfologi setelah fiksasi dan pengecatan (Hadioetomo, 1993).
Pada saat mempersiapkan preparat , pengambilan harus dilakukan
secara asepsis. Dan persiapan preparat ini selalu melewati masa
fiksasi sebelum pewarnaan dilakukan. Proses fiksasi ini dilakukan
dengan cara melewatkan gelas benda pada nyala api spiritus beberapa
kali selama 1-2 detik. Proses ini bertujuan untuk lebih melekatkan
bakteri pada gelas benda dan mematikan bakteri, karena sebenarnya
bakteri yang hidup tidak dapat diamati. Hal ini dikarenakan pada
bakteri hidup selnya tidak mengandung pigmen atau transparan,
sehingga indeks bias sitoplasmanya hampir sama dengan indeks bias
lingkungannya yang bersifat cair (Lay, 1994).
Dalam pengecatan sederhana , digunakan preparat Bacillus
subtilis dan S. thermophillus. Kedua bakteri ini menggunakan
perbesaran 10 x 100. Disebut sebagai pengecatan sederhana, karena
dalam prosesnya hanya digunakan 1 jenis zat warna untuk mewarnai
suatu jenis organisme, sehingga dapat meningkatkan kontras antara
mikroorganisme dan sekelilingnya. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi
dengan pewarna sederhana, karena sitoplasmanya bersifat basofilik
(suka basa), dan zat-zat warna yang digunakan dalam pengecatan
sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya
bermuatan positif) (Hadioetomo, 1993).
31
Hubungan bakteri dengan zat perwarna basa yang menonjol
disebabkan oleh adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam
protoplasma sel. Jadi jika bakteri diwarnai, muatan negatif dalam
asam nukleat bakteri bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa.
Oleh karena itu, pada percobaan digunakan metilen leoffer yang
memiliki sifat basa dan alkalin sebagai pewarna sederhana. Pewarna
alkalin lain yang umumnya digunakan dapat berupa pewarna basa
seperti metylen blue, basic fuschin, dan violet kristal (Volk &
Wheeler, 1993). Hal serupa juga diungkapkan oleh Timotius (1982)
bahwa dalam pengecatan sederhana pada umumnya digunakan larutan
biru metilen Leoffer (bersifat basa) sebagai zat pewarna karena
sitoplasma bakteri bersifat basofilik, sehingga pewarna tersebut
dapat masuk ke dalam sel dan mengadakan reaksi kimia dengan
komponen sel, sehingga warna biru metilen Leoffer tetap tertinggal
di dalam sel dan dapat dilakukan pengamatan dengan mikroskop. Dalam
praktikum ini penambahan warna yang digunakan hanya 1 macam saja
yaitu methylen blue. Proses yang dilakukan dalam pengecatan ini
adalah preparat ditambah methylen blue lalu dibilas dengan aquades.
Setelah itu dikeringkan dan diamati dengan mikroskop. Hal ini
sesuai dengan Bibiana (1994) yang mengemukakan bahwa pewarnaan
sederhana hanya menggunakan satu jenis agen pewarna yaitu pewarna
basa, dan hanya melalui satu tahap pewarnaan. Pewarnaan ini diawali
dengan fiksasi panas yaitu menggoreskan kultur pada kaca preparat
sehingga terbentuk lapisan tipis dan setelah itu dikeringkan baru
kemudian dipanaskan. Proses fiksasi ini dilakukan dengan cara
melewatkan gelas benda pada nyala api spiritus beberapa kali selama
1-2 detik. Proses ini bertujuan untuk lebih melekatkan bakteri pada
gelas benda dan mematikan bakteri, karena sebenarnya bakteri yang
hidup tidak dapat diamati. Hal ini dikarenakan pada bakteri hidup
selnya tidak mengandung pigmen atau transparan, sehingga indeks
bias sitoplasmanya hampir sama dengan indeks bias lingkungannya
yang bersifat cair (Lay, 1994). Pewarnaan ini hanya bisa untuk
melihat bentuk dan susunan sel (Bibiana , 1994). Pengecatan
sederhana bertujuan untuk mengetahui bentuk mikroba dengan bantuan
mikroskop (Timotius, 1982). Pengecatan sederhana memang
memungkinkan untuk melihat bentuk morfologi bakteri dengan jelas,
tetapi tidak dapat membedakan jenis-jenis bakteri berdasakan
komposisi penyusun dinding selnya (Hadioetomo, 1993).
32
Pada pengamatan Bacillus subtilis didapat hasil bahwa bentuk
dari bakteri ini adalah batang berhubungan. Bakteri ini memiliki
warna biru kehijauan. Pengamatan ini sesuai dengan pernyeataan
Fardiaz (1992) bahwa bakteri pada umumnya mempunyai ukuran sel 0,5
1,0 m kali 2,0 5,0 m, dan terdiri dari tiga bentuk dasar yaitu
bentuk bulat atau kokus, bentuk batang atau basillus, dan bentuk
spiral. Bakteri batang bisa saling berpasangan (diplobasili) atau
membentuk rantai (streptobasili). Bacillus subtilis merupakan
bakteri yang menghasilkan spora berbentuk silinder yang tidak
membengkak, sporanya langsing dan tidak melebihi diameter 0,9 m.
Bacillus subtilis ini bersifat aerobik sampai anaerobik fakultatif,
katalase positif, dan gram positif. Bakteri Bacillus subtilis
merupakan bakteri gram positif. Kelompok Bacillus disebut juga
sebagai bakteri yang memiliki spora. Spora ini tahan terhadap
beberapa faktor seperti tahan terhadap unsur unsur fisik (
pembekuan , kekeringan , radiasi ) dan juga tahan dalam keadaan
yang kekurangan nutrien. Hanya bila diberi perlakuan panas yang
cukup, pewarna yang sesuai dapat menembus spora. Endospora yang
terbentuk untuk membantu identifikasi bakteri yang tidak diketahui.
Jenis bakteri yang biasanya membentuk endospora adalah Bacillus dan
Clostridium (Hadioetomo, 1993). Warna yang diamati oleh praktikan
yaitu berwarna biru kehijauan. Hal ini cukup sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Lay (1994) bahwa warna hijau gelap merupakan
ciri dari bakteri yang berendospora. Jika warna yang dilihat hijau
muda , artinya bakteri berendospora memisah.
Selain bakteri Bacillus subtilis , dalam pengecatan sederhana
ini juga digunakan preparat bakteri S.thermophillus. Menurut hasil
pengamatan , bakteri jenis ini memiliki bentuk batang dan berwarna
bening. Namun hasil pengamatan tersebut tidak sesuai dengan tipus.
Streptococcus merupakan bakteri berbentuk bulat yang hidup secara
berpasangan, atau membentuk rantai pendek dan panjang tergantung
dari spesies dan kondisi pertumbuhannya (Fardiaz, 1992). Kesalahan
ini dapat disebabkan karena kesalahan praktikan saat melakukan
fiksasi sehingga menyebabkan banyaknya bakteri yang mati. Oleh
karena itu yang terlihat hanya sisa sisanya yang masih bertahan
yaitu
33
seperti batang dan tidak berpasangan. Warna yang dihasilkan
seharusnya berwarna agak kebiruan karena pengaruh dari methylen
blue yang ditambahkan pada proses pewarnaan.
Pengecatan sederhana memang memungkinkan untuk melihat bentuk
morfologi bakteri dengan jelas, tetapi tidak dapat membedakan
jenis-jenis bakteri berdasakan komposisi penyusun dinding selnya
(Hadioetomo, 1993). Oleh karena itu , untuk membedakan jenis
bakteri berdasarkan penyusun dinding selnya , yaitu gram positif
atau gram negatif , maka dilakukan pengecatan gram.Pada pengecatan
gram digunakan 2 jenis bakteri. Yaitu Yersinia enterolitica dan
S.thermophillus. Pengecatan gram ini bertujuan untuk menentukan
jenis bakteri tersebut , apakah bakteri tersebut termasuk gram
positif atau gram negatif. Disebut bakteri gram positif, yaitu
apabila organisme yang dijadikan obyek pengecatan dapat menahan
kompleks pewarna primer ungu kristal iodium sampai akhir prosedur
(sel-sel tampak biru gelap atau ungu). Sedangkan bakteri gram
negatif, yaitu apabila organisme yang dijadikan obyek pengecatan
kehilangan kompleks warna ungu kristal pada waktu pembilasan dengan
alkohol, namun kemudian terwarnai oleh pewarna tandingan, yaitu
safranin (sel-sel tampak merah muda) (Hadioetomo, 1993). Pada
pengecatan gram , dilakukan lebih dari 1 tahap pewarnaan. Pertama
tama ditetesi dengan violet kristal dan didiamkan 1 menit. Setelah
dibilas dengan air ditetesi dengan lugol dan didiamkan kembali 1
menit. Setelah itu dihilangkan dengan alkohol dan ditambah pewarna
safranin. Lalu didiamkan 20 detik dan dibilas dengan air mengalir.
Setelah kering baru diamati dengan mikroskop. Oleh karena itu
penambahan safranin yang merupakan zat warna basa akan mengikat
muatan negatif yang terdapat pada permukaan sel sehingga sel
vegetatif berwarna merah muda kekuningan. Dalam hal ini safranin
tidak masuk ke dalam spora (Lay,1994). Metode yang dilakukan
tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lay (1994), di
mana dalam pengecatan gram pada bakteri, digunakan zat warna primer
(violet kristal), larutan mordan (iodin), bahan peluntur (alkohol),
dan
34
zat warna penutup (safranin). Larutan mordan berfungsi untuk
meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri, sehingga
pengikatan zat warna oleh bakteri menjadi lebih kuat, memperjelas
zat warna, mempersulit pelarutan zat warna, dan menyebabkan
terbentuknya persenyawaan kompleks kristal violet-yodium. Adanya
penambahan etanol ( alkohol ) berfungsi untuk melunturkan zat warna
primer dengan daya kerja lambat, sehingga memperkecil kemungkinan
terjadinya pemucatan yang berlebihan. Fungsi penambahan zat warna
penutup adalah sebagai pembeda (kontras) terhadap zat warna primer
dan juga untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan zat
warna primernya. Sebagian besar dinding sel bakteri gram positif
terdiri dari peptidoglikan, sedangkan pada dinding sel bakteri gram
negatif memiliki kandungan lipida lebih besar dibandingkan dengan
dinding sel bakteri gram positif. Lipida akan larut dalam alkohol
dan aseton sebagai larutan pemucat, sehingga pori-pori dinding sel
gram membesarkan dan meningkatkan daya larut kompleks kristal
violet iodium pada dinding sel bakteri gram negatif, sehingga
proses pemucatan berlangsung lebih cepat dibanding bakteri gram
positif dan akhirnya terwarnai oleh cat penutup safranin yang
berwarna merah. Dalam pengamatan bakteri gram positif dan negatif
ini diperlukan juga minyak immersi saat pengamatan dengan
mikroskop. Bila memakai obyektif 100x harus menambahkan minyak
imersi, antara lensa depan obyektif dengan gelas penutup. Pemakaian
minyak imersi akan memperbesar NA, sehingga akan memperbesar limit
daya pisah pada mikroskop tersebut. Bila kondensor mempunyai NA
melebihi 0,9 maka dianjurkan memakai minyak imersi, dapat juga
memakai air (Waluyo, 2004).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan bakteri
pada kedua percobaan ini adalah merah muda. Demikian pula bentuknya
yaitu batang. Apabila hanya diamati dari perubahan wana yang
ditimbulkan maka kedua bakteri tersebut tergolong pada bakteri gram
negatif. Tipus menunjukan bahwa apabila organisme tersebut
kehilangan warna ungu kristal saat pembilasan alkohol dan
menghasilkan warna merah muda setelah diberi penambahan safranin ,
maka bakteri tersebut tergolong bakteri gram negatif (Hadioetomo,
1993). Pada kelompok 3 , hasilnya sesuai dengan tipus. Akan tetapi
, pada kelompok 4 seharusnya tergolong sebagai bakteri gram
positif. Menurut Fardiaz (1992) jenis bakteri yang termasuk gram
positif adalah famili
35
Micrococcaceae seperti Microsoccocus, Staphylococcus dan famili
Streptococcaceae seperti Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus,
Aerococcus. Kesalahan ini dapat disebabkan karena perlakuan yang
kurang tepat. Misalnya saat penetesan warna atau saat didiamkan
terkena sedikit kontaminasi.
Percobaan yang selanjutnya adalah pengecatan spora bakteri.
Dalam percobaan ini digunakan 2 jenis bakteri yaitu B.subtilis dan
Yersinia enterolitica. Dalam pewarnaan atau pengecatan spora
bakteri , setelah dilakukan tahap fiksasi maka preparat ditambah
dengan pewarna hijau malasit. Setelah itu dilakukan adanya
pemanasan selama 3 menit dan dibilas dengan air. Kemudian
ditambahkan pewarna safranin dan didiamkan selama 10 detik. Bilas
kembali dengan air dan dikeringkan. Setelah dikeringkan diamati
dengan mikroskop. Pengecatan struktur merupakan pengecatan yang
jarang dilakukan karena biasanya untuk melakukan pewarnaan pada
flagela, endospora ataupun kapsula. Dimana tidak semua bakteri
memilikinya. Namun pengecatan ini juga dapat dipakai untuk
klasifikasi bakteri, karena dengan pengecatan ini dapat diketahui
keberadaan endospora, dan kemudian bakteri yang mengandung
endospora dikelompokkan ke dalam genus tertentu; namun ada
kelemahan dalam klasifikasi ini yaitu bila ada bakteri yang tidak
tampak endosporanya setelah pengecatan maka belum tentu bisa
dimasukkan ke dalam golongan bakteri tidak berendospora tapi
mungkin saja karena lingkungan tidak terlalu buruk untuk melakukan
pembentukan endospora. Endospora umumnya cukup besar dan berwarna
hitam. Cara yang paling sering dipakai dengan memakai cat safranin
dan malachite green yang dapat mewarnai spora di dalam sel
(Fardiaz.1992).
Pada B.subtilis , warna yang tampak dengan perbesaran 10 x 100
adalah warna hijau. Bentuk yang dilihat yaitu berbentuk bulat.
Warna hijau gelap adalah bakteri berendospora yang berkoloni,
sedangkan warna hijau muda adalah bakteri berendospora yang
memisah. Lalu sel vegetatif yang berwarna merah muda ini didapat
dari penambahan safranin. Penambahan safranin ini disebabkan karena
sel vegetatif yang terdapat pada Bacillus subtilis tidak berwarna.
Oleh karena itu penambahan safranin
36
yang merupakan zat warna basa akan mengikat muatan negatif yang
terdapat pada permukaan sel sehingga sel vegetatif berwarna merah
muda kekuningan. Dalam hal ini safranin tidak masuk ke dalam spora
(Lay,1994). Selain itu jenis bakteri yang biasanya membentuk
endospora adalah Bacillus dan Clostridium (Hadioetomo, 1993). Maka
dapat disimpulkan Bacillus subtilis selain bakteri gram positif
juga merupakan bakteri dengan endospora terpisah. Hal ini cukup
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lay (1994) bahwa warna
hijau gelap merupakan ciri dari bakteri yang berendospora. Jika
warna yang dilihat hijau muda , artinya bakteri berendospora
memisah.Pada Yersinia enterolitica , warna yang dihasilkan adalah
merah muda dan bentuknya bulat. Pengamatan ini dilakukan dengan
perbesaran 10 x 100. Warna hijau gelap adalah bakteri berendospora
yang berkoloni, sedangkan warna hijau muda adalah bakteri
berendospora yang memisah. Lalu sel vegetatif yang berwarna merah
muda ini didapat dari penambahan safranin. Oleh karena itu
penambahan safranin yang merupakan zat warna basa akan mengikat
muatan negatif yang terdapat pada permukaan sel sehingga sel
vegetatif berwarna merah muda kekuningan. Dalam hal ini safranin
tidak masuk ke dalam spora (Lay,1994). Jadi , bisa disimpulkan
bahwa percobaan ini benar karena warna merah yang diamati itu
adalah sel vegetatifnya. Berdasarkan tabel yang ditunjukan pada
tinjauan pustaka ( Volk & Wheeler , 1988) menunjukkan bahwa
Yersinia merupakan bakteri gram negatif.
Percobaan yang terakhir yaitu pengecatan spora yeast. Yeast yang
digunakan yaitu Saccharomyces cereviseae dan Saccharomyces uvarum.
Pada pengecatan spora yeast , ditambahkan pewarna violet kristal.
Setelah itu didiamkan 3 menit dan dibilas dengan alkohol. Setelah
dikeringkan , ditambah dengan pewarna Safranin dan didiamkan selama
10 detik. Kemudian dicuci dengan air mengalir dan diamati pada
mikroskop. Pada hasil pengamatan didapat hasil untu Saccharomyces
cereviseae memiliki warna ungu , bentuk bulat. Percobaan ini
dilakukan pada perbesaran 10 x 100. Sedangkan untuk Saccharomyces
uvarum didapat hasil berwarna merah muda , bentuknya bulat ,
perbesaran 10 x 100. Sel khamir yang termasuk jenis Saccharomyces
mungkin berbentuk bulat, oval, atau memanjang, dan mungkin
membentuk pseudomiselium
37
(Fardiaz, 1992). Jadi , apa yang diamati praktikan benar karena
sesuai dengan tipus. Menurut Lay (1994), sel vegetatif yang
berwarna merah muda ini didapat dari penambahan safranin.
Penambahan safranin ini disebabkan karena sel vegetatif yang
terdapat pada Saccharomyces cerevisiae tidak berwarna. Oleh karena
itu penambahan safranin yang merupakan zat warna basa akan mengikat
muatan negatif yang terdapat pada permukaan sel sehingga sel
vegetatif berwarna merah muda. Dalam hal ini safranin tidak masuk
ke dalam spora. Spora akan menyerap warna biru dari violet kristal
dan tidak akan melepaskannya lagi meskipun diberi etanol, sedangkan
ruang sel selebihnya akan kehilangan warnanya dan dapat menyerap
zat warna lain (Schlegel & Shmidt, 1994). Oleh karena itu ,
pada Saccharomyces cereviseae berwarna ungu dan pada Saccharomyces
uvarum berwarna merah muda. Reproduksi khamir ini dilakukan dengan
cara pertunasan multipolar, atau melalui pembentukan askospora.
Askospora dapat terbentuk setelah terjadi konjugasi, atau berasal
sari sel diploid (Fardiaz, 1992).6. KESIMPULAN
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan
makhluk yang bersifat mikroskopik yang disebut dengan
mikroorganisme atau jasad renik, yaitu makhluk yang mempunyai
ukuran sel sangat kecil di mana setiap selnya hanya dapat dilihat
dengan pertolongan mikroskop.
Mikroskop adalah alat untuk mengamati benda-benda, bagian-bagian
sel atau sistem iluminasi yang menyebabkan terlihatnya suatu
objek.
Cara memakai mikroskop adalah dengan cara mengarahkan tubus pada
objek, pilih lensa obyektif dengan perbesaran lemah dengan
menggunakan revolver, membuka diafragma sampai maksimum, melihat ke
dalam okuler, mengamati preparat dengan menggunakan secara
bergantian
Perbesaran yang dicapai oleh suatu mikroskop majemuk adalah
hasil kerja lensa obyektif, yaitu lensa yang terdekat dengan
spesimen, dan lensa okular yaitu lensa yang dekat dengan mata.
Kondensor adalah bagian mikroskop yang berfungsi untuk
mengumpulkan sinar yang dipantulkan oleh cermin. Pemutar fokus
kasar disebut makrometer berfungsi untuk menggerakkan meja benda
atau tubus lensa dengan gerakan cepat.
Pemutar fokus halus disebut mikrometer untuk menggerakkan meja
benda atau tubus lensa dengan gerakan halus.
Pertumbuhan mikroba hanya dimungkinkan apabila kondisi fisik dan
kimiawi lingkungannya sesuai.
Bakteri pada umumnya mempunyai ukuran sel 0,5 1,0 m kali 2,0 5,0
m, dan terdiri dari tiga bentuk dasar yaitu bentuk bulat atau
kokus, bentuk batang atau basillus, dan bentuk spiral.
Penampakan warna Aspergillus niger dipengaruhi oleh kepala
konidianya yang berwarna kehijauan atau coklat keunguan hingga
hitam.
38
39
Bacillus subtilis tampak berbentuk koloni dan berwarna hijau
kekuningan yang dipengaruhi oleh warna pantulan cahaya lampu
mikroskop.
Proses pewarnaan bakteri yang paling umum, ialah metode
pengecatan sederhana. Pengecatan sederhana adalah pengecatan sel
mikrobia dengan satu pewarna dan satu tahap pengecatan saja.
Pengecatan Gram merupakan contoh pewarnaan yang memisahkan
bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram negatif.
Pengecatan struktur atau endospora hanya mewarnai satu bagian
sel, sehingga dapat digunakan untuk membedakan bagian lain dari
mikrobia.
Bakteri dibedakan atas dua kelompok berdasarkan komposisi
dinding sel serta sifat pewarnaannya, yaitu meliputi bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif.
Bakteri gram positif dapat menahan kompleks pewarna primer ungu
kristal iodium sampai akhir prosedur (sel-sel tampak biru gelap
atau ungu).
Bakteri gram negatif kehilangan kompleks warna ungu kristal pada
waktu dicuci, namun kemudian terwarnai oleh pewarna safranin
menjadi merah muda.
Terbentuknya warna hijau muda pada spora adalah akibat bentuk
koloni yang memisah atau individu.
Sel dari mikroorganisme yang dapat diberi pewarnaan pada
sporanya adalah bentuk sel batang.
Warna pewarnaan dari Saccharomyces cerevisiae adalah biru dan
merah muda, karena spora tetap mengikat warna biru dari pewarna
violet kristal, sedangkan sel vegetatifnya menyerap warna merah
dari safranin.
Proses fiksasi ini dilakukan dengan cara melewatkan gelas benda
pada nyala api spiritus beberapa kali selama 1-2 detik. Proses ini
bertujuan untuk lebih melekatkan bakteri pada gelas benda dan
mematikan bakteri, karena sebenarnya bakteri yang hidup tidak dapat
diamati.
40
Preparat untuk pengamatan harus disiapkan secara hati-hati,
yaitu tidak terlalu tebal atau terlalu tipis dan tetap melekat pada
kaca preparat selama pencucian berulang kali.Semarang , 13 Juni
2008
Asisten Dosen
Praktikan
Shierly Feronica
Arya Widinata7.DAFTAR PUSTAKA
Bibiana, W. L. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Cappucino, J. G. & N. Sherman. (1983). Microbiology: A
Laboratorium Manual. Addison Wesley Publishing Company Inc.
USA.
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Fardiaz, S. (1998). Mikrobiologi Pangan. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Gaman, P. M. & K. B. Sherrington. (1994). Ilmu Pangan :
Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Hadioetomo, R. S. (1993). Mikobiologi Dasar Dalam Praktek,
Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
John, H. P. & L. H. Janet. (1989) The Nature of Life.
Mcgraw-Hill Publishing Company. USA.
Kartasapoetra, A. G. (1991). Pengantar Anatomi
Tumbuh-tumbuhan(Tentang sel dan jaringan). Rineka Cipta.
Jakarta.
Lay, B. W. (1994) . Analisis Mikroba Dalam Laboratorium. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Nasir, M.; Sugiyanto; Johanes; Situmorang; & Jesmandt.
(1993). Penuntun Praktikum Biologi Umum. Debdikbud. Yogyakarta.
41
42
Schlegel, H. G. & K. Schmidt. (1994). Mikrobiologi Umum.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Timotius, K. H. (1982). Mikrobiologi Dasar. Universitas Kristen
Satya Wacana. Salatiga.
Tortora, G. J. ; B. R. Funke ; & C. L. Case. (1995).
Microbiology an Introduction 5th Edition. The Benjamin / Cummings
Publishing Company, Inc. USA.
Trihendrokesowo. (1989). Petunjuk Laboratorium Mikrobiologi
Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta.
Volk, W. A. & M. F. Wheeler. (1988). Mikrobiologi Dasar.
Erlangga. Jakarta.
Volk, W. A. & M. F. Wheeler. (1993). Mikrobiologi Dasar.
Erlangga. Jakarta.
Waluyo, L. (2004). Mikrobiologi umum. UMM Press. Malang.
8. LAMPIRAN
8.1. Gambar
Aspergillus niger
Penicillium
B.subtilis
S.cereviseae
43
44
S.thermophillus
Yersinia enterolitica
8.2. Laporan Sementara