Page 1
1 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
MIKROEKONOMI ISLAM
Kuliah 1: Mengapa Mempelajari Ekonomi Islam
- Kegagalan Ekonomi Konvensional
Review Film Capitalism: A Love Story
Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang hanya berpihak kepada segelintir orang
(1% teratas yang mampu mengakses kapital).
Efek kapitalisme:
Mikro pemecatan pegawai, penyitaan rumah akibat gagal bayar, gaji rendah terhadap
pilot.
Makro liberisasi sektor perbankan, ketimpangan gaji antara CEO dengan buruh.
Kegagalan kapitalisme akibat self interest, individualisme, greedy, persaingan bebas,
sistem yang sudah salah namun manusianya membuat kesalahan lebih parah akibat
worldview-nya yang salah.
Kapitalisme adalah sistem ekonomi dan politik dimana aktivitas ekonomi dikuasai
kepemilikan individu dengan tujuan profit
Implikasi adanya kapitalisme adalah penumpukan uang (kekayaan), dominasi self
interest, pasar sebagai filter.
Berjalannya sistem kapitalisme dengan cara pembeli akan mempengaruhi pasar melalui
demand yang mereka lakukan (yang tidak memiliki demand atau ability to purchase
tidak bisa menjangkau pasar), sedangkan intervensi pemerintah akan ditekan seminimal
mungkin. Kemudian produsen hanya berorientasi profit akan memproduksi barang
apapun yang diinginkan konsumen baik bad product maupun good product.
Faktanya menunjukkan bahwa sektor finansial tumbuh jauh lebih cepat daripada sektor
riil (dengan penjelasan segitiga terbalik). Kondisi ini membuat dunia sangat rentan
terhadap krisis ekonomi.
Konsep Kegagalan Ekonomi Konvensional
1. Konflik Antara Worldview dan Tujuan
Positivisme: membangun teori yang bisa mengobservasi secara valid teori yang belum
diobservasi, menitikberatkan cost-benefit analysis, sangat dipengaruhi teori pareto
optimu
Normativisme: menitikberatkan pada tercapainya tujuan sosial-ekonomi seperti
kesejahteraan sosial, memerlukan adjustment dan harmonisasi individu dan kepentingan
sosial
Kegagalan ekonomi konvensional disebabkan konflik tujuan ekonomi yang diturunkan
dari paradigma agama, sedangkan analisa ekonomi positif dipengaruhi paradigma
sekuler.
Dampak konflik
1. Disharmoni antara preferensi individu dan sosial
2. Distribusi pendapatan yang tidak merata
3. Refleksi wants dari mayoritas dalam pembentukan harga
4. Tidak terwujudnya pasar persaingan sempurna
Page 2
2 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
2. Inkonsistensi Mikroekonomi dan Makroekonomi
Tujuan-tujuan makroekonomi seperti full employment dan penyebaran pendapatan
merata tidak akan tercapai dengan mengandalkan kebebasan individu dan pasar bebas
yang masih berbasis positif.
- Ekonomi Islam sebagai Solusi
1. Konsistensi Goal dan Worldview
Perilaku manusia dalam ekonomi tidak terlepas dari apa yang ia anggap benar atau
salah, sedangkan ekonomi konvensional mendukung pandangan sekuler bahwa
kesejahteraan hanya bisa diukur dari materi. Ini berbeda jauh dengan yang ditawarkan
islam, yaitu bahwa manusia merupakan abdi tuhan yang memberikan efek berbeda
terhadap setiap keputusan yang ia ambil.
Ekonomi Islam memiliki beberapa keunggulan:
a. Adanya Pembentukan Perilaku
Setiap individu dituntut untuk menyelaraskan God Interest, Self Interest, Social
Interest, dan Ecological Interest.
b. Harmoni self dan social interest
Keyakinan manusia akan tuhan akan membuat setiap keputusan yang ia ambil
akan ia pertanggungjawabkan di akhirat, sehingga membentuk ulang preferensi
individu, dan menyebabkan harmoni social dan self interest.
c. Peran moral filtering
Filter moral berperan dalam membuat agar setiap keputusan yang diambil tidak
berkonfik dengan tujuan (maqasid) kesejahteraan yang ingin dicapai masyarakat.
Filter dibutuhkan sebelum masuk kedalam mekanisme pasar, untuk memilih
produk yang baik dan halal serta bermanfaat bagi masyarakat.
d. Peran motivasi
Motivasi berperan untuk membuat seseorang terpengaruh filter moral,motivasi
disini berupa keyakinan akan adanya hari akhir. Secara spesifik, ini akan
membuat seseorang memikirkan faktor akhirat dalam penggunaan sumber daya,
baik dengan atau tanpa transaction cost.
2. Peran Socio-Economic dalam Ekonomi Islam
Socio-economic berperan untuk mewujudkan tujuan sosial dan ekonomi yang sulit
diwujudkan tanpa adanya faktor tersebut. Restrukturisasi ekpol, keuangan, dan sosial
diperlukan untuk mewujudkan ini. Restrukturisasi akan membantu memahami
pentingnya realisasi tujuan syariah dalam ekonomi, sehingga mewujudkan sistem
ekonomi yang kuat sehingga mempengaruhi lingkungan sosial, dan hubungan timbal
balik ini menguat agar tujuan ekonomi islam dapat terealisasi
3. Ekonomi sebagai disiplin ilmu dan hubungannya dengan ekonomi konvensional
Ekonomi islam melihat ekonomi dari sisi “goal realization”, dengan demikian,
kajian dan analisa faktor positif dan negatif dalam pencapaian tujan harus
dilakukan.
Page 3
3 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
Ukuran-ukuran dalam realisasi tujuan harus dibentuk secara jelas agar setiap
individu maupun institusi dalam alokasi/distribusi sumberdaya mengetahui
sejauh mana posisi mereka dalam merealisasikan tujuan ekonomi islam.
Ekonomi islam dapat mengambil manfaat dari perkembangan ekonomi
konvensional, seperti literatur mengenai analisa perilaku mansia, dan mengisi
ruang kosong yang belum disentuh ekonomi konvensional, seperti restrukturisasi
sosial.
Kuliah 2: Masalah Dasar dan Tujuan Ekonomi
- Apakah Scarcity merupakan Masalah Dasar Ekonomi?
Scarcity dalam ekonomi konvensional berperan besar sebagai landasan memilih pilihan
terbaik untuk memaksimalkan preferensi dan memperhitungkan cost yang harus
dikorbankan untuk mencapai benefit tertentu. Konsep scarcity muncul seiring dengan
semakin seringnya pendekatan utilitarian (keputusan yang dibuat manusia saat
terjadinya kelangkaan) digunakan dalam analisa ekonomi.
- Perspektif Islam atas Scarcity
1. Scarcity bersifat relatif
Secara makro (eksistensi), sumber daya diciptakan cukup/berlebih untuk
kehidupan manusia di dunia, sehingga tidak ada scarcity secara makro.
Secara mikro (availability), sumber daya yang ada belum tentu bisa digunakan
secara optimal karena berbagai faktor dan pilihan manusia.
Islam meyakini 4 level rizki yang jika dipercaya akan bisa menghilangkan
pandangan bahwa kelangkaan adalah masalah utama: (1) jaminan bagi seluruh
makhluk hidup, (2) bergerak linear dengan usaha, (3) tambahan rizki bagi
orang yang bersyukur, (4) rizki orang bertaqwa bersifat unpredicted to comes.
2. Scarcity merupakan masalah turunan
Tindakan ekonomi diambil karena adanya tujuan, dengan atau tidaknya
scarcity
Masalah ekonomi dalam analisa ekonomi islam akan muncul dengan atau tanpa
kelangkaan
Masalah ekonomi islam adalah mendorong individu untuk memilih keputusan
ekonomi yang merealisasikan maqasid syariah
Ekonomi islam muncul untuk menjawab dan menganalisa agar tujuan syariah
dapat terealisasi dalam aktivitas ekonomi
- Kesejahteraan sebagai Tujuan Ekonomi: Perspektif Islam
Dalam ekonomi konvensional, khususnya neoklasik, tujuan utama yang ingin dicapai
sangat bertumpu dengan pendekatan pareto optimum. Sedangkan dalam perspektif
islam, konsep kesejahteraan menggunaan konsep maslahah (komparabel, objektif, dan
berbasis need) dan maqasid syariah (integratif dan dinamis).
Page 4
4 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
Realisasi kesejahteraan dalam ekonomi islam
1. Membangun kriteria objektif: maksimisasi kebutuhan seseorang harus
menggunakan kriteria tertentu yaitu barang-barang yang halal dan baik, tidak
berlebihan/sederana, dan memaksimalkan resource.
2. Identifikasi faktor yang mempengaruhi: faktor yang dapat mempengaruhi realisasi
objektif harus diketahui, faktor ini bisa merupakan faktor positif yang mendorong
realisasi ataupun faktor negatif yang sebaliknya.
Kuliah 3: Model Perilaku Manusia (Bagian I)
- Evaluasi Konsep Rasionalitas
Rasionalitas dalam ekonomi
1. Pilihan yang membuat satisfaction terbaik
2. Memiliki rational set of preference yang konsisten
3. Memiliki rational belief terhadap konsekuensi tindakan ada ekspektasi hasil
Evaluasi rasionalitas
1. Seseorang disebut rasional apabila preferensinya dapat direpresentasikan dalam
teori utilitas dan pilihannya memaksimulkan utilitas
2. Utilitas tidak menggambarkan kepuasan/manfaat, melainkan preferensi
3. Rasionalitas merupakan konsep normatif yang digunakan dalam bangunan ekonomi
yang positif
- Rasionalitas: Perspektif Islam
Dalam Islam Rasionalitas tetaplah penting sebagai:
1. Fungsi analitis: asumsi dasar dalam pembangunan teori (efek kenaikan harga
terhadap konsumsi)
2. Fungsi deskriptif: menjelaskan realitas (kenaikan tingkat bunga dilakukan untuk
mengurangi inflasi, tapi juga menaikkan pembiayaan bank syariah)
3. Fungsi preskriptif: Apa yang seharusnya dilakukan secara rasional (kenaikkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat karena dukungan pemerintah dan
dampak produktif)
Manusia memiliki sifat multi interest (sef+social+(+tuhan)), yang dibuktikan dari
responden APEB yang memiliki variasi tujuan, misalnya membahagiakan keluarga,
mengisi waktu, dan ibadah. Islamic rational man adalah orang yang memilih pilihan
yang tepat dalam aktivitas ekonominya, dalam aspek self maupun social interest.
Perbedaan rasionalitas dalam islam dengan konvensional adalah social interest
merupakan bagian dari private dan self interest, berarti adanya hak bagi orang lain
dalam hak pribadi.
Self interest adalah hal yang mungkin terjadi pada manusia. (QS Hud/11 :87, QS Al
Isra/17: 100)
Page 5
5 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
Tapi adanya social interest adalah lebih baik (QS Al Imran/3 : 14, 17)
Aksioma rasionalitas islam
Transitivity: A>B dan B>C, maka A>C
Completeness: A>B atau B>A atau indifferent
Continuity: jika A>B, maka segala yang mendekati A akan disukai
Pilihan A harus merefleksikan nilai sosial, moral, dan agama yang lebih baik
Halal
Prioritas darurat-hajiyat-tahsiniyat
Orientasi maslahat
- Satisfaction of Wants vs Fullfillment of Need
Seseorang yang rasional akan menentukan keinginan mana yang harus dipenuhi dan
yang tidak perlu dipenuhi. Berarti, seseorang yang rasional akan memenuhi keinginan
yang merefleksikan kebutuhan, bukan keinginan. Keinginan adalah tidak terbatas,
seperti dalam hadits riwayat Bukhari bahwa seseorang yang diberi lembah emas akan
terus meminta lembah emas yang selanjutnya. Prioritas dapat dilakukan melalui 3 level
maslahah, yaitu:
Keinginan yang apabila tidak dipenuhi akan mengancam kehidupan
Keinginan yang apabila tidak dipenuhi akan mengganggu kehidupan
Keinginan yang tidak mengganggu apabila tidak dipenuhi
Kuliah 4: Model Perilaku Manusia (Bagian II)
- Utility Maximizer: Evaluasi Konsep Konvensional
Manusia rasional akan berusaha mencapai suatu preferensi yang memaksimumkan
kesejahteraan, kesejahteraan ini bisa utilitas/profit/dll. Dalam konteks individu islam,
ini berarti individu tersebut akan berusaha memaksimalkan maslahah untuk mencapai
falah.
Utilitas dan maslahah
Utilitas: terkait dengan ukuran nilai guna suatu benda, subjektif, bisa sama/berbeda
antar individu
Maslahah: subjektif tapi bisa dibandingkan,konsisten dengan maslahah sosial,
ditetapkan oleh syariah, mengikat, menyatukan seluruh pembangunan ekonomi
Maslahah dan manfaat
Maslahah lebih obyektif karena diturunkan dari syariah, dan lebih luas karena
mencakup dimensi diluar diri sendiri. Maslahah pasti mengandung unsur manfaat
(utilitas).
Page 6
6 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
Maslahat bermakna menarik manfaat dan menghindarkan bahaya, manusia juga ingin
meraih maslahat tapi belum tentu sesuai dengan hukum islam, maslahat dicapai dengan
memelihara tujuan hukum islam
Menentukan hal yang memberikan maslahah segala aktivitas yang meningkatkan
kesejahteraan sesuai dengan tujuan/maqasid syariah akan memberikan maslahah
Komponen Maslahah
Maslahah terdiri dari interaksi 4 komponen yakni (1) Manfaat, (2) Berkah, (3) Rahmat,
dan (4) Pahala. Ekonomi islam berfokus pada komponen dunia (komponen 1 dan 2)
karena komponen akhirat (3 dan 4) adalah hasil dari aktivitas dunia.
Maslahah = f(Manfaat, Berkah, Rahmat, Pahala)
- Perspektif Islam atas Perilaku Maksimisasi Kesejahteraan: Konsep
Keseimbangan dan Maksimisasi Maslahah
Maksimalisasi maslahah dilakukan dengan meningkatkan level maqasid (harta, jiwa,
keturunan, akal, agama). Namun maksimisasi maslahah saja belum cukup karena perlu
juga keseimbangan semua elemen maqashid.
Ayat-ayat tentang keseimbangan: Ar-Rahman (55):7-9, Al-Hijr (15): 19-21, Al-Furqan
(25): 67.
Manusia pada umumnya cenderung mencari keseimbangan pada aktivitas hidup,
sehingga menjaga keseimbangan merupakan sikap positif. Contohnya adalah pola hidup
sehat ala Rasul dengan mengisi perut dengan udara, air, dan makanan.
Manusia akan cenderung untuk kearah keseimbangan dalam aktivitasnya, tapi manusia
juga bisa tidak seimbang, contohnya sikap hedonis dan destruktif.
- Konsep Diri, Keluarga, dan Lingkunga: Perspektif Islam
Keluarga merupakan elemen terkecil yang akan mendorong keseimbangan dari luar,
signifikansi keluarga tercakup dalam maqasid syariah yang mencantumkan faktor
keturunan. Elemen selanjutnya adalah lingkungan sosial, sedangkan elemen-elemen
selanjutnya (masyarakat dan negara) merupakan bagian ekonomi makro.
Page 7
7 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
Ilustrasi Kurva Maslahah
Kurva Hubungan Maslahah dengan Maqashid
Maslahah
45 Maqashid shariah
Grafik maslahah dan maqasid syariah akan membentuk sumbu 45 derajat karena kedua
variabel ini memiliki hubungan positif dan naiknya satu variabel akan juga menaikkan
variabel lainnya dengan jumlah yang sama.
Kurva Hubungan Maslahah-Manfaat dengan Komponen Berkah
Maslahah Maslahah yang
mengandung komponen
berkah
Berkah sebagai
pengganda
Maslahah = Manfaat
Manfaat
Berkah memberi efek multiplier kepada maslahah sehingga grafiknya akan lebih
condong kepada maslahah daripada manfaat, karena adanya maslahah yang
mengandung komponen berkah.
M = Maslahah
B = Benefit
b = Berkah
M = ����𝑏 = ��(1+��)
0< b < ~ Ketika tidak ada berkah, maka hanya benefit yang didapatkan
Berkah bersifat unlimited
Page 8
8 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
Kuliah 5: Teori Perilaku Konsumen (Bagian I)
- Teori Konsumsi Konvensional
Konsumsi merupakan aktivitas yang menghabiskan nilai guna atau manfaat barang dan
jasa untuk mencapai level kepuasaan tertentu.
Aksioma dalam Teori Konsumsi Konvensional
1. Complete
2. Transitivity
3. Continuity
Penjelasan sudah ada di
bab sebelumnya
4. More is better than less
- Perspektif Islam atas Konsumsi
Tambahan Aksioma dalam Teori Konsumsi Islam
5. Non-Haram Items: seorang konsumen Islam tidak akan mengonsumsi barang haram.
6. Maslahah Oriented: konsumen hanya akan memberikan item yang memberikan
maslahah terbaik.
7. Higher Income Represent Higher Maslahah: harta yang merupakan unsur maqashid,
peningkatannya akan selaras dengan peningkatan maslahah.
Non-Haram Items
Aturan syariah telah dengan jelas membedakan mana barang yang haram mana barang
yang halal, sehingga sangat rasional bagi individu tersebut untuk mengonsumsi hanya
barang yang halal.
Jika X adalah barang Halal dan Y adalah barang Haram, maka konsumsi seorang
muslim akan membentuk corner solution.
Barang Y
IC
Barang X
Maslahah Oriented
Dalam menentukan preferensi pilihan terbaik (diantara barang halal), tidak semudah
dalam menentukan akan mengonsumsi barang halal dan barang haram. Sehingga konsep
utilitarian tetap bisa digunakan, namun dengan menambah komponen berkah yang
akhirnya memunculkan konsep maslahah.
Page 9
9 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
Maslahah = Utility(x,y) + Berkah
Perilaku konsumen Islam yang rasional bukan hanya untuk mendapatkan utilitas namun
juga maslahah dari barang yang dikonsumsi. Sehingga pilihan terbaik seorang muslim
terhadap kombinasi barang adalah yang memberikan maslahah tertinggi.
Jika barang X dan barang Y sama-sama memberikan manfaat namun barang X
memberikan maslahah yang lebih besar, maka konsumsi seorang muslim akan condong
lebih banyak mengonsumsi barang X.
X
Y
Higher Income Represent Higher Maslahah
Dalam realisasi maqashid syariah, ekonomi Islam lebih menitik beratkan pada
komponen maal (harta), namun dengan adanya konsep keseimbangan maka adanya
peningkatan harta akan membuat 4 komponen lain juga diberikan bagian dalam
penggunaan harta sehingga maslahah secara keseluruhan akan tetap meningkat.
Jika barang Y hanya memberikan manfaat, sedangkan barang X selain memberikan
manfaat juga memberikan maslahah, maka kenaikan pendapatan akan membuat
konsumen memperbanyak konsumsi barang X, dan mengurangi konsumsi barang Y.
X
Y
Page 10
Konsekuensi lanjutan dari barang Y yang tidak atau kurang memberikan maslahah jika
digambarkan dalam kurva pendapatan,
I
Y
- Pilihan dan Preferensi Konsumsi Islami
Untuk menganalisa prilaku konsumen dari perspektif maslahah secara komprehensif
maka perilaku konsumen tersebut dapat dibagi ke dalam 4 level dilihat dari prioritas
pilihan yang harus di ambil.
Di mana dalam setiap level rational Islamic man harus menentukan pilihan yang terbaik.
Dari pilihan-pilihan rasional yang diambil maka akan terbentuk maslahah.
Tingkat Pertama
1. Pengeluaran untuk Kepentingan Dunia
2. Pengeluaran untuk Kepentingan Akhirat
Bagi seorang muslim menentukan pengeluaran yang untuk kepentingan dunia dan
akhirat berada di level pertama karena berhubungan dengan kesuksesan sejati seorang
muslim baik di dunia maupun di akhirat. A
s
Pd
D1 D2
M
IC1
BL1
s
IC2
BL2
D
D
Kurva disamping merupakan sedikit modifikasi dari
kurva yang ada pada PPT kelas agar lebih mudah
dipahami, namun substansinya sama.
Dari kurva pertama (paling atas), ketika harga barang-
barang kebutuhan dunia turun maka budget line akan
rotate dari BL1 ke BL2 yang seolah kesejahteraan kita
menambah karena bisa lebih banyak membeli barang
dengan income yang sama. Kurva indeferen akan
meningkat dari IC1 ke IC2 (efek substitusi) dengan
penekanan bahwa seorang Islamic man ketika
kesejahteraannya meningkat maka dia akan menambah
konsumsi barang dunia dan barang akhirat (bukan hanya
salah satu barang) sehingga letak IC2 berada seperti di
m gambar.
M3 u
M2
M1
10
D1 D2 D
Page 11
11 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
Lalu kurva pertama diturunkan ke kurva kedua untuk menjelaskan permintaan harga
dunia. Dengan sumbu x antara kurva pertama dan kurva kedua yakni barang dunia.
Ketika terjadi penurunan harga dunia maka konsumsi terhadap barang-barang dunia
akan meningkat dari D1 ke D2. Lalu dari kurva kedua ditarik lagi ke kurva ketiga untuk
melihat maslahah yang dihasilkan dari mengonsumsi barang-barang dunia. Ketika
barang dunia yang dikonsumsi adalah barang yang tidak memiliki berkah, maka
maslahah yang didapatkan hanya sebatas M1 namun jika barang yang dikonsumsi
memiliki nilai berkah maka maslahah yang didapatkan akan sebesar M2 yang
sebenarnya konsumsi dengan maslahah M2 adalah konsumsi barang dunia tanpa berkah
sebanyak D2. Kemudian jika konsumsi sebanyak D2 pada barang yang memiliki
komponen berkah maka maslahah yang didapatkan akan sebesar M3.
Tingkat Kedua
1. Pengeluaran untuk Konsumsi Sekarang
2. Pengeluaran untuk Konsumsi Masa Depan
Pada level kedua, seorang muslim menentukan proporsi pengeluaran untuk masa
sekarang dengan masa depan. Intertemporal consumption ini sangat dipengaruhi oleh
seberapa besar tingkat suku bunga [i] (dengan asumsi hidup di negara bukan bersyariat
Islam) dan atau ekspektasi imbal hasil minus zakat [E(r)-z] (dengan asumsi di negara
yang memiliki sistem bagi hasil).
C
s
E(r)-z, i
BL1
s
IC2
BL2
Ct+1
Penjelasan kurva disamping hampir sama dengan
penjelasan kurva konsumsi tingkat pertama. Namun pada
kurva ini, perlu diperhatikan bahwa sumbu kurva
pertama, sumbu kurva adalah konsumsi di masa sekarang
[c] dengan konsumsi di masa yang akan datang [ct+1].
Lalu pada kurva kedua, yang menjadi penentu seberapa
besar orang ingin mengonsumsi di masa mendatang
adalah ekspektasi tingkat imbal hasil dan tingkat suku
bunga. Semakin tinggi ekspektasi tingkat imbal hasil yang
diberikan atau semakin tinggi tingkat suku bunga yang
diberikan maka semakin banyak orang akan menahan
konsumsinya dimasa sekarang yang pada kurva
direpresentaskan dengan peningkatan tingkat konsumsi di
M m
M3 u
M2
Ct+1
masa yang akan datang. Kemudian selebihnya pada kurva
ketiga penjelasannya sama dengan penjelasan konsumsi
pada level pertama.
Ct+1
Page 12
12 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
Tingkat Ketiga
1. Kebutuhan Dharuriyyat
2. Kebutuhan Hajjiyat
3. Kebutuhan Tahsiniyat
Pada level ketiga, seorang konsumen muslim akan bertindak rasional dengan memilih
konsumsi berdasarkan kerangka maqashid syariah. Seorang muslim pada level
dharuriyyat dibolehkan mengonsumsi barang dan jasa apapun yang sekiranya jika tidak
dikonsumsi akan membahayakan jiwanya. Namun jika income sudah mencukupi untuk
membeli kebutuhan yang sesuai syariah maka, asumsi rasionalnya akan kembali
menjadi seorang Islamic man.
Tingkat Keempat
Pada level keempat, pilihan konsumsi sudah merupakan pilihan antara barang yang
memiliki tingkat substitusi dengan pilihan terbaik saat manfaat dan kepuasan yang
diterima dari berbagai barang adalah sama.
Untuk menganalisa konsumsi level tiga dan empat, dapat menggunakan kurva 4
kuadran
M Y
D H T
I
Page 13
13 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
Kuliah 6: Teori Perilaku Konsumen II
- Analisis Perilaku konsumsi berdasarkan Kerangka Kerja Maslahah dan
Maqashid Syariah
Ilustrasi indifference curve antara barang yang memberikan maslahah dengan barang
yang kurang/tidak memberikan maslahah
X
C
B
A
Y
Dengan asumsi barang X adalah barang yang memberikan maslahah besar dan
barang Y adalah barang yang kurang atau tidak memberikan maslahah. Maka sebagai
seorang Islamic man maka pola konsumsinya akan semakin mendekati garis vertikal
pada setiap pertambahan pendapatannya yang berarti mengurangi konsumsi barang Y.
Lalu jika ternyata pertambahan pendapatan membuat seorang muslim tetap
membelanjakan pendapatannya untuk kedua barang, maka seorang muslim tersebut
masih bisa dibilang rasional asalkan secara maslahah totalnya masih terjadi
pertambahan.
X
y
Page 14
14 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
1
Sehingga maslahah dalam persamaan ekonomi dapat ditulis dengan:
M = ∅(x, y) M = maslahah, ∅ = berkah, x = berkah, y = barang y
𝑑𝑀
Sehingga 𝑑Ǿ
≥ 0 karena berkah tidak mungkin kurang dari 0. Lalu jika barang x
maupun barang y memberikan maslahah maka, 𝑑𝑀
𝑑y
≥ 0, 𝑑𝑀
𝑑X
≥ 0. Namun jika hanya x
yang memberikan maslahah atau dengan kata lain barang y tidak memberikan maslahah 𝑑𝑀
maka, 𝑑y ≤ 0. Sehingga secara total, pertambahan maslahah yang didapatkan dari
konsumsi barang x dan barang y adalah dM = ∂ M
∂X
dx + ∂
M
∂y
dy.
Optimalisasi konsumsi individu bisa dilakukan dengan menggunakan metode
Lagrangian U(X,Y) + λ( I – PxX –PyY)
- Analisa Dinamis di dalam Perilaku Konsumsi dalam Perspektif Konvensional
Perbedaan utama amtara perilaku konsumsi intertemporal konvensional dan Islam
terletak pada insentif menahan konsumsi sekarang. Jika dalam konvensional sudah jelas
insentifnya adalah bunga sedangkan dalam Islam adalah ekspektasi imbal hasil.
Derivasi Intertemporal Budget Constraint
Period 1: the present
Period 2: the future
Notation
Y1, Y2 = income in period 1, 2
C1, C2 = consumption in period 1, 2
S = Y1 - C1 = saving in period 1
r = Discount Rate atau bunga
(S < 0 if the consumer borrows in period 1)
Budget constraint periode kedua:
C2 = Y2 + (1 + r)S
C2 = Y2 + (1 + r)(Y1 − C1)
C2 = Y2 + (1 + r)Y1 − (1 + r)C1
(1 + r)C1 + C2 = (1 + r)Y1 + Y2
Persamaan disamping sebenarnya ingin
melihat intertemoporal income [Y1 + Y 2 ], income di masa sekarang [Y1] (1+r)
ditambah income di masa mendatang [Y2] yang dinilai dengan nilai masa
sekarang sehingga dibagi dengan nilai
present value [1 + r]. Sehingga
didapatkan intertemporal income sebagai Y 2 C2
Y2 [Y1 + ]. Income tersebut sekaligus
C1 + (1 + r)
= Y1 + (1 + r)
(1+r)
menjadi budget constraint bagi
intertemporal consumption [ C + C 2
]
Page 15
15 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
(1+r)
Page 16
16 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
B
A
C2
(1 + r)Y 1 + Y2
C2
Y2
0 C1 Y1 Y2 C1 Y1 +
(1 + r)
Kurva diatas menunjukkan budget constraint antar waktu. Sumbu y menunjukkan
konsumsi di masa mendatang [C2] dan sumbu x menunjukkan konsumsi di masa
sekarang [C1]. Seberapa besar yang dapat dikonsumsi di masa depan dan sekarang
tergantung besarnya pendapatan sekarang dan di masa depan juga. Di sekarang,
konsumsi maksimal dapat dilakukan sebesar pendapatan sekarang [Y1] ditambah Y2
pinjaman dari pendapatan masa depan [ (1+r)
]. Namun konsekuensi dari konsumsi yang
melebihi pendapatan di masa sekarang [C1>Y2] adalah pengurangan konsumsi di masa
depan karena sebagian pendapatan dari masa depan digunakan untuk melakukan
konsumsi di masa sekarang. Begitu juga konsumsi di masa depan, maksimal dapat
dilakukan sebesar pendapatan di masa depan [Y2] ditambah saving beserta bunganya
yang mungkin dia lakukan dari masa sekarang [(1 + r)Y 1].
Membaca kurva: Asumsikan pendapatan masa sekarang dan masa depan berada di titik A. Pendapatan sekarang sebesar dari titik 0 sampai Y1 dan pendapatan di masa depan
sebesar dari titik 0 sampai Y2, Jika konsumsi seorang individu berapa di titik A yang
berarti konsumsi di masa sekarang sebesar titik 0 sampai Y1 dan di masa depan dari titik
0 sampai Y2, maka tidak ada saving atau borrowing dari konsumsinya. Namun sekarang
bayangkan dia mengonsumsi pada titik B, maka di masa sekarang dia hanya akan
mengonsumsi dari titik 0 hingga titik C1. Padahal dia masih memiliki pendapatan yang
lebih untuk mengonsumsi dari C1 ke Y1. Karena tingkat konsumsinya yang lebih kecil
dari pendapatannya [C1<Y1] maka sebagian pendapatannya akan dia tabung untuk
konsumsi di masa depan. Dampaknya bisa kita lihat di masa depan, konsumsinya akan
sebesar dari titik 0 hingga C2 yang mana ini melebihi pendapatannya yang sebenarnya
hanya sampai Y2. Hal ini berlaku sebaliknya ketika dia berada di garis borrowing yang
artinya dia harus merelakan konsumsinya di masa depan karena sebagian
pendapatannya dia gunakan untuk konsumsi di masa sekarang.
Page 17
17 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
- Analisa Dinamis di dalam Perilaku Konsumsi dalam Perspektif Islam
Dalam perspektif Islam, formula perhitungan intertemporal budget constraint hampir
sama dengan konvensional, namun tingkat bunga [r] yang menjadi dasar penghitungan
present value [1+r] diganti dengan tingkat imbal hasil minus zakat [E(r) - z].
C2 = Y2 + [1 + E(r) − z]S
C2 = Y2 + (1 + E(r) − z)(Y1 − C1)
C2 = Y2 + (1 + E(r) − z)Y1 − (1 + E(r) − z)C1
(1 + E(r) − z)C1 + C2 = (1 + E(r) − z)Y1 + Y2
C2 Y2
C1 + (1 + E(r) − z)
= Y1 + (1 + E(r) − z)
Kuliah 7: Interaksi Sosial dan Etika
- Pendekatan Utilitarian dalam Menganalisa Perilaku Konsumen Islam
X
C
B
A
Y
Grafik diatas menunjukkan bagaimana seharusnya konsumen muslim berperilaku
dengan memilih lebih banyak barang x jika barang x merupakan barang yang
memberikan maslahah lebih besar daripada barang y yang kurang memberikan
maslahah.
Pendekatan utilitarian memberikan gambaran bagaimana individu rasional berusaha
memaksimalkan preferensinya untuk mendapatkan maslahah tertinggi dengan batasan
pada budget. Oleh karena itu baik di ekonomi konvensional maupun ekonomi Islam,
pendekatan utilitarian tetap digunakan.
Page 18
18 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
- Evaluasi Kelemahan Pendekatan Utilitarian
Pendekatan utilitarian hanya menjelaskan bagaimana seorang individu memaksimalkan
kepuasannya di tengah keterbatasannya. Kelemahan pendekatan utilitarian adalah tidak
bisa membedakan motivasi seseorang dalam memilih barang x atau y. Dengan demikian
pendekatan utilitarian tidak bisa menjelaskan antara individu yang bermoral dengan
yang tidak bermoral.
Bagaimanakah caranya moralitas, self-interest, dan rasionalitas digabungkan?
Contoh kasus:
Orang tua yang menunda beli peralatan kerja untuk membelikan keperluan anaknya
sekolah.
Seorang yang membantu tetangganya yang mengalami musibah, padahal dia letih
baru pulang kerja.
Hal ini menunjukkan bahwa ada dimensi social interest dalam konsep preferensi atau
yang disebut sebagai perilaku self-sacrifice.
Namun dalam Islam, ada contoh lebih ekstrem tentang self-sacrifice yang mungkin
sudah diluar rasionalitas,
Nabi Ibrahim menyembelih putranya sendiri?
Siti Hajar lari dari Saffa ke Marwah bolak-balik sebanyak 7 kali?
Rasionalitas dalam Islam sudah bukan lagi berupa social interest namun berupa God
interest.
- Motivasi dalam Membentuk Preferensi
Sebelum bisa sepenuhnya menjawab pertanyaan mengapa preferensi seseorang terhadap
sesuatu bisa lebih tinggi daripada orang lain, maka perlu mengalisa dulu apakah yang
disebut baik dan buruk karena tentu seseorang tersebut memiliki preferensi berdasarkan
apa yang dianggapnya baik dan buruk
Filosofi moral mencoba mendefinisikan apa yang disebut baik dan buruk dengan
pendekatan rasional. Baik adalah apa yang membuat seseorang better off tanpa
membuat orang lain worse off. Sedangkan buruk adalah apa yang membuat seseorang
better off dengan membuat orang lain worse off. Sehingga kebaikan adalah sesuatu yang
jika dipilih tidak akan membuat individu yang rasional menolak untuk memilihnya.
Dalam contoh kasus ketika seseorang menemukan dompet namun tidak
mengembalikannya maka dampak yang timbul setidaknya ada rasa bersalah dan dampak
lebih besar jika diketahui oleh masyarakat adalah adanya hukuman (tidak harus
Page 19
19 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
hukuman positif, namun dengan hukuman normatif seperti hilangnya kepercayaan
seseorang terhadap dia).
Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang memilih preferensi terhadap kebaikan:
1. Grip to society, preferensi terhadap kebaikan lebih disebabkan desakan dari
lingkungan untuk mematuhi aturan tertentu.
2. Self-Consiousness, preferensi terhadap kebaikan bergantung apakah kebaikan tersebut
bisa diterima dengan akal moral.
Grip to Society (Cooperative Games)
I
40,40 0,50 50, 0 1, 1
3,3 1,4 4,1 2,2
Dengan contoh kasus adanya Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) yang
diadakan. Maka individu I memiliki pilihan untuk UP (yang berarti ikut siskamling)
atau DOWN (yang berarti memilih tidur di rumah). Bagi idealnya bagi individu I, baik
partnernya UP atau DOWN dia pasti akan selalu memilih UP karena nilai yang
didapatkan saat dia sama-sama UP dengan rekannya maka mendapatkan poin 3
(anggaplah poin ini adalah penilaian masyarakat terhadap dia). Sedangkan ketika
rekannya DOWN maka dia mendapat poin 4.
Namun bayangkan ketika dia memilih DOWN ketika temannya UP, dia akan
mendapatkan poin 1 atau jika kedua orang sama-sama DOWN maka mendapatkan poin
2. Seharusnya Nash Equilibrium dalam Game Theory ini terjadi saat poin (3,3) dengan
mendasarkan bahwa grip to society berperan serta dalam menekan individu tersebut
untuk memilih pilihan yang memberikan kebaikan bagi seluruh masyarakat.
Page 20
20 | P a g e
© Dept. Pendidikan dan Kajian IBEC FEB UI
- Perspektif Islam dalam Membentuk Preferensi
Dengan mendasarkan pada worldview Islam, bebera faktor yang mempengaruhi
pembentukan preferensi dalam Islam antara lain:
1. Makrifatullah (Kesadaran akan Keberadaan Allah)
Di dalam Islam mengenal siapa sesungguhnya manusia itu dan untuk apa dia
diciptakan dapat membentuk pemehaman manusia tetang hakikat kehidupan.
Keberadaan manusia sebagai khalifah dan abdi Tuhan di dunia yang dijelaskan oleh
setiap rasul yang diutus Tuhan dapat memberikan pencerahan kepada manusia
tentang hakikat kehidupanya di dunia. Pemahaman manusia akan hakikatnya
tersebut itulah yang dapat menjadi faktor kunci pembentukan preferesi dirinya akan
baik dan buruk. Sehingga kita mengetahui kenapa X lebih disukai ketimbang Y
(X≥Y) atau (X ≈ Y). (Model Self-Consiousness)
2. Hukum Syariah
Penerapan hukum syariah membuat individu mau tidak mau harus mematuhi
aturan yang berlaku. (Model Grip to Society)
3. Keluarga dan Lingkungan
Norma yang berlaku dikeluarga atau lingkungan seringkali menjadikan landasan
seseorang dalam menentukan preferensinya. (Model Grip to Society)
Ketika preferensi seseorang bisa ditetapkan berdasarkan perpekstif Islam, maka individu
tersebut bisa dikatakan sebagai Morally Rational. [MCF]