1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Vitamin merupakan suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Di dalam tubuh diperlukan dalam jumlah sedikit (micronutrient). Biasanya tidak disintesis di dalam tubuh. Jika dapat disintesis bermakna jumlah tidak mencukupi kebutuhan tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan. Beberapa vitamin berfungsi langsung dalam metabolisme penghasilan energi. Berdasarkan hidrofobisitasnya (kelarutannya dlm air), vitamin dibagi menjadi 2 : Vitamin yang larut dalam lemak : A, D, E, K Vitamin yang larut dalam air : B kompleks, C Jika konsumsi vitamin berlebihan : a. Vitamin yang larut dalam lemakàdi simpan dlm tubuh b. Vitamin yang larut dalam airà di ekskresi Sebaliknya, gejala defisiensi àlebih sering terjadi pada vitamin yang larut dalam air karena tidak dapat disimpan dalam jaringan tubuh. Mineral merupakan bahan inorganik yang dibutuhkan untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau elemen bebas. Diperoleh dari makanan karena tubuh tidak dapat memproduksi. Berdasar jumlah yang dibutuhkan tubuh dibagi 2 mikromineral dan makromineral yaitu: - Makromineral : natrium, potasium, klorida, magnesium, fosfor dan kalsium - Mikromineral : besi, tembaga, zink, yodium, dan fluoride. Mineral tersebut berfungsi sebagai katalisator berbagai reaksi biokimiawi dalam tubuh yaitu untuk transmisi sinyal atau pesan pada sel saraf, produksi hormon, pencernaan dan penggunaan makanan serta merupakan bagian dari organ vital seperti tulang, darah dan gigi.
55
Embed
micronutrient). Biasanya tidak disintesis di dalam tubuh ...docshare01.docshare.tips/files/21647/216479846.pdf · 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... Kekurangan vitamin dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Vitamin merupakan suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang
berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Di dalam tubuh diperlukan
dalam jumlah sedikit (micronutrient). Biasanya tidak disintesis di dalam tubuh. Jika dapat
disintesis bermakna jumlah tidak mencukupi kebutuhan tubuh sehingga harus diperoleh dari
makanan. Beberapa vitamin berfungsi langsung dalam metabolisme penghasilan energi.
Berdasarkan hidrofobisitasnya (kelarutannya dlm air), vitamin dibagi menjadi 2 :
Vitamin yang larut dalam lemak : A, D, E, K
Vitamin yang larut dalam air : B kompleks, C
Jika konsumsi vitamin berlebihan :
a. Vitamin yang larut dalam lemakàdi simpan dlm tubuh
b. Vitamin yang larut dalam airà di ekskresi
Sebaliknya, gejala defisiensiàlebih sering terjadi pada vitamin yang larut dalam air karena
tidak dapat disimpan dalam jaringan tubuh.
Mineral merupakan bahan inorganik yang dibutuhkan untuk proses kehidupan baik dalam
bentuk ion atau elemen bebas. Diperoleh dari makanan karena tubuh tidak dapat memproduksi.
Berdasar jumlah yang dibutuhkan tubuh dibagi 2 mikromineral dan makromineral yaitu:
- Makromineral : natrium, potasium, klorida, magnesium, fosfor dan kalsium
- Mikromineral : besi, tembaga, zink, yodium, dan fluoride.
Mineral tersebut berfungsi sebagai katalisator berbagai reaksi biokimiawi dalam tubuh
yaitu untuk transmisi sinyal atau pesan pada sel saraf, produksi hormon, pencernaan dan
penggunaan makanan serta merupakan bagian dari organ vital seperti tulang, darah dan gigi.
2
1.2 TUJUAN
Masalah gizi menyebabkan kualitas sumber daya manusia menjadi rendah. Oleh itu,
diperlukan kesadaran pentingnya vitamin dan mineral sebagai salah satu komponen dalam
mencapai gizi seimbang. Kekurangan vitamin dan mineral banyak membawa penyakit-penyakit
Sumber: R.E. Olson, 1973 dalam Wilson, E.D, K.H Fisher dan P.A. Garcia,
Principles of Nutrition, 1979
4.6 Metabolisme Vitamin K
Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain cukup tidaknya sekresi empedu
dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan vitamin K. Hanya sekitar 40 -70% vitamin K
dalam makanan dapat diserap oleh usus. Setelah diabsorbsi, vitamin K digabungkan dengan
kilomikron, diangkut melalui saluran limfatik, kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke
hati. Sekitar 90% vitamin K yang sampai di hati disimpan dalam bentuk menaquinone. Dari hati,
vitamin K disebarkan ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukan melalui darah. Saat di darah,
vitamin K bergabung dengan VLDL dalam plasma darah.
Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme menjadi komponen larut air
dan produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K diekskresikan melalui urin dan
feses. Sekitar 20% dari vitamin K diewkskresikan melalui feses. Pada gangguan penyerapan
lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai 70 -80 %.
4.7 Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan
28
Angka kecukupan vitamin K yang dianjurkan untuk berbagai golongan umur dan jenis kelamin
untuk Indonesia adalah seperti berikut:
Golongan Umur *AKG (microgram) Golongan Umur *AKG (microgram)0-6 bulan 5 Wanita: 457-12 bulan 10 10-12 tahun 551-3 tahun 15 13-15 tahun 604-6 tahun 20 16-19 tahun 657-9 tahun 20 20-50 tahun 65
46-59 tahun 65> 60 tahun 65
Pria:10-12 tahun 45 Hamil 6513-15 tahun 6516- 19 tahun 70 Menyusui20-45 tahun 80 0-6 bulan 6546-59 tahun 80 7-12 bulan 65> 60 tahun 80 Sumber: Widyakarya Pangan dan Gizi, 1998.
*Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan.
4.8 Defisiensi Vitamin K
Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini dapat
meyebabkan pendarahan atau hemoragik. Bagaimanapun, kekurangan vitamin K jarang terjadi
karena hampir semua orang memperolehnya dari bakteri dalam usus dan dari makanan. Namun
kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan mereka masih steril dan tidak
mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K, sedangkan air susu ibu mengandung
hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir.
Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena minimnya konsumsi sayuran atau
mengonsumsi antobiotik terlalu lama. Antibiotik dapat membunuh bakteri menguntungkan
dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K disebabkan oleh
penyakit liver atau masalah pencernaan dan kurangnya garam empedu.
29
Diagnosa adanya defisiensi vitamin K adalah timbulnya gejala-gejala, antara lain
hipoprotrombinemia, yaitu suatu keadaan adanya defisiensi protrombin dalam darah. Selain itu,
terlihat pula perdarahan subkutan dan intramuskuler.
BAB 5
Mineral Besi ( Ferum)
5.1 Kasus Defisiensi Mineral Besi (ferum)
Seorang laki-laki berusia, 60 datang dengan keluhan rasa lemah,letih,pusing,dan kurang
nafsu makan yang mengakibatkan menurunnya kemampuan kerja.Bapak A sememangnya
mengalami nyeri epigastik kronik dan sering kali menggunakan antacid sebagai solusi. Pada
vertical, dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
· Atrofi papila lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena
papil lidah menghilang.
· Stomatitis angularis : adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga
tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
· Disfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
· Atropi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.
3. Gejala penyakit dasar
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi
penyebab anemia defisiensi. Misalnya pada anemia akibat penyakit cacing
tambang dijumpai dyspepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan
berwarna kuning.
39
5.8 Dampak Defisiensi Besi
1. Anak-anak :
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
c. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun.
2. Wanita :
a. Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
b. Menurunkan produktivitas kerja.
c. Menurunkan kebugaran.
3. Remaja putri :
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
d. Mengakibatkan muka pucat.
4. Ibu hamil :
a. Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
b. Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau BBLR (<2,5>
c. Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.
5.9 Kelompok Rentan
AGB bisa diderita siapa saja, namun ada masa rentan AGB.Diantaranya pada masa
kehamilan, balita, remaja, masa dewasa muda dan lansia. Pada ibu hamil, prevalensi anemia
defisiensi berkisar 45-55%, artinya satu dari dua ibu hamil menderita AGB.
Ibu hamil rentan terhadap AGB disebabkan kandungan zat besi yang tersimpan tidak
sebanding dengan peningkatan volume darah yang terjadi saat hamil, ditambah dengan
penambahan volume darah yang berasal dari janin. Wanita secara kodrat harus kehilangan darah
setiap bulan akibat menstruasi, karenanya wanita lebih tinggi risikonya terkena AGB
dibandingkan pria. Anak anak dan remaja juga usia rawan AGB karena kebutuhan zat besi cukup
40
tinggi diperlukan semasa pertumbuhan. Jika asupan zat besinya kurang maka risiko AGB
menjadi sangat besar.
Penyakit kronis seperti radang saluran cerna, kanker, ginjal dan jantung dapat menggangu
penyerapan dan distribusi zat besi di dalam tubuh yang dapat menyebabkan AGB.
5.10 Pemeriksaan Laboratorium
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah
sebagai berikut:
1. Kadar hemoglobin (Hb) dan indeks eritrosit. Didapatkan anemia mikrositer
hipokromik dengan penurunan kadar Hb mulai dari ringan sampai berat. RDW
meningkat yang menunjukan adanya anisositosis. Indeks eritrosit sudah mengalami
perubahan sebelun kadar Hb menurun. Apusan darah menunjukkan anemia mikrositer
hipokromik, anisositosis, poikilositosis anulosit, leukosit dan trombosit normal,
retikulosit rendah.
2. Kadar besi serum menurun kurang dari 50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC)
menigkat lebih dari 350 mg/dl dan saturasi transferin kurang dari 15%.
3. Kadar serum feritin. Jika terdapat inflamasi, maka feritin serum sampai dengan 60
Ug/dl.
4. Protoporfirin eritrosit meningkat (lebih dari 100 Ug/dl)
5. Sumsum tulang. Menunjukkan hiperflasia normoblastik dengan normoblast kecil-kecil
dominan.
5.11 Pencegahan Defisiensi Besi
1. Diet Tinggi Zat Besi
Kekurangan zat besi merupakan faktor utama AGB. Pria dewasa angka kecukupan gizi
zat besi (AKG) yang dianjurkan adalah 13 mg/hari, wanita 14-26 mg/hari, sedangkan ibu hamil
ditambah 20 mg dari AKG wanita.
41
AGB dapat dicegah dengan menjalani pola makan sehat dan bervariasi. Pilih bahan
pangan yang tinggi akan zat besi, folat, vitamin B12 dan vitamin C. Vitamin B12 bermanfaat
untuk melepaskan folat sehingga dapat membantu pembentukan sel darah merah. Sedangkan
vitamin C penting dikonsumsi penderita AGB karena dapat membantu penyerapan zat besi.
Selain diet tinggi zat besi, pemulihan AGB biasanya diperlukan tambahan suplemen folat,
vitamin B12 serta zat besi. Pemulihan terapi diet yang disertai pemberian suplemen penderita
AGB biasanya akan pulih setelah 6 bulan menjalani terapi.
a. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi.
- Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau
tua, kacang-kacangan, tempe).
- Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun
katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat
untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
b. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah.
2. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti kecacingan,
malaria dan penyakit TBC.
5.12 Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Kausal.
Terapi kausal bergantung pada penyebabnya misalnya pengobatan cacing tambang,
hemoroid dam menoragi.
2. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh.
Biasanya diberikan secara peroral atau parenteral.
- Zat besi Peroral.
Pengobatan melalui oral jelas aman dan murah dibandingkan dengan parenteral. Zat besi
melalui oral harus memenuhi syarat bahwa tiap tablet atau kapsul berisi 50-100 mg besi
elemental yang mudah dilepaskan dalam lingkungan asam, mudah diabsorpsi dalam bentuk
42
fero, dan kurang efek samping. Ada 4 bentuk garam besi yang dapat diberikan melalui oral
yaitu sulfat, glukonat, fumarat dan suksinat. Efek samping yang terjadi biasanya pirosis dan
konstipasi. Pengobatan diberikan sampai 6 bulan setelah kadar Hb normal untuk mengisi
cadangan zat besi tubuh.
- Zat besi Parenteral
Diberikan bila ada indikasi seperti malabsorpsi, kurang toleransi melalui oral, klien
kurang kooperatif, dan memerlukan peningkatan HB secara cepat (pre operasi hamil
trisemester terakhir).
Preparat yang tersedia adalah iron dextran complex dan iron sorbitol citic acid complex yang
dapat diberikan secara IM dalam atau IV. Efek samping pada pemberian IM biasanya sakit
pada bekas suntikan sedangkan pemberian IV bias terjadi renjatan atau tromboplebitis.
Pengobatan lain
Pengobatan lain yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
1. Diet : Sebaiknya diberikan makanan bergizi yang tinggi protein
terutama protein hewani.
2. Vitamin C : Diberikan 3x100mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi.
3. Tranfusi darah : Indikasi pemberian tranfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah
adanya penyakit jantung anemik, anemia yang simtomatik dan penderita memerlukan
peningkatan kadar HB yang cepat.
43
BAB 6
YODIUM
6.1 Kasus Defisiensi Yodium
Seorang anak perempuan P, berusia 16 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan
demam sejak 2 atau 3 hari yang lalu dan dengan pembengkakan pada bahagian kanan mukanya.
Bengkak pada mukanya dikatakan semakin membesar dalam 24 jam yang terakhir. P
mengatakan dia tidak mempunyai sebarang kelainan gigi. Pada pemeriksaan fisik dipalpasi nodul
pada lobus tiroid kanan. Sonografi menunjukkan nodul 2cm pada lobus tiroid kanan .
GAKY merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan retardasi mental, namun
sebelumnya sangat mudah dicegah. Penyakit ini bisa disebut defisiensi yodium atau kekurangan
yodium. Penyakit ini sangat sedikit diketahui oleh masyarakat dan mungkin masih merupakan
problem yang ditelantarkan. Saat ini diperkirakan 1.6 miliar penduduk dunia mempunyai risiko
kekurangan yodium, dan 300 juta menderita gangguan mental akibat kekurangan yodium. Kira-
kira 30.000 bayi lahir mati setiap tahun, dan lebih dari 120.000 bayi kretin, yakni retardasi
mental, tubuh pendek, bisu tuli atau lumpuh.
Sebagian besar dari mereka mempunyai IQ sepuluh poin di bawah potensinya. Di antara
mereka yang lahir normal, dengan konsumsi diet rendah yodium akan menjadi anak yang kurang
intelegensinya, bodoh, lesu dan apatis dalam kehidupannya. Sehingga, kekurangan yodium akan
menyebabkan masyarakat miskin dan tidak berkembang, sementara pada anak menyebabkan
kesulitan belajar.
Risiko itu karena kekurangan yodium dalam dietnya, dan berpengaruh pada awal
44
perkembangan otaknya. Yodium merupakan elemen yang sangat penting untuk pembentukan
hormon tiroid.
Hormon itu sangat diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan mental dan
fisik, baik pada manusia maupun hewan. Efek yang sangat dikenal orang akibat kekurangan
yodium adalah gondok, yakni pembesaran kelenjar tiroid di daerah leher.
Di Indonesia telah diadakan penelitian pada anak sekolah dasar antara tahun 1980-1982 di 26
provinsi, didapatkan prevalensi goiter lebih dari 10% apda 68,3% dari 966 kecamatan yang
diperiksa, dan di beberapa desa lebih dari 80% penduduknya dengan gondok.
Pada tahun 1998 dilakukan pemeriksaan terhadap 46.000 anak sekolah dari 878
kecamatan yang telah diseleksi pada tahun 1980-1982, dibandingkan data terdahulu prevalensi
gondok yang terlihat (visible goiter prevalences) menurun sekitar 37,2 sampai 50%.
Tahun 1991, dilakukan survei di Indonesia bagian Timur (Maluku, Irian Jaya, NTT,
Timor Timur) pada 29.202 anak sekolah dan 1749 ibu hamil, didapatkan gondok pada anak
sekolah 12-13% dan ibu hamil 16-39%. Kemudian pada tahun 1996, dilakukan survei di 6
propinsi, didapatkan gondok 3,1-5%, di Maluku 33%.
Pada tahun 1998, mulai ada Thyro Mobile, yang memproses data ukuran kelenjar gondok dan
kadar yodium dalam urin.
Berdasarkan data survei pada tahun 1980-1982, diperkirakan 75.000 menderita kretin, 3,5 juta
orang dengan gangguan mental, bahkan di beberapa desa 10-15% menderita kretin.
Dari data hasil penelitian pada anak sekolah dasar. maka pengertian tentang kekurangan
yodium sudah jauh dari hanya menyebabkan gondok saja. Yakni menyebabkan pada tumbuh
kembang anak, termasuk perkembangan otaknya, sehingga istilahnya saat ini disebut sebagai
''Gangguan Akibat Kekurangan Yodium'' atau disingkat GAKY.
6.2 Etiologi Kekurangan Yodium
45
Sebagian besar yodium berada di samudera / lautan, karena yodium (melalui pencairan
salju dan hujan) pada permukaan tanah, kemudian dibawa oleh angin, aliran sungai, dan banjir
ke laut. Kondisi ini, terutama di daerah yang bergunung-gunung di seluruh dunia, walau dapat
juga terjadi di lembah sungai.
Yodium yang berada di tanah dan lautan dalam bentuk yodida. Ion yodida dioksidasi oleh
sinar matahari menjadi elemen yodium yang sangat mudah menguap, sehingga setiap tahun kira-
kira 400.000 ton yodium hilang dari permukaan laut. Kadar yodium dalam air laut kira-kira 50
mikrogram/liter, di udara kira-kira 0,7 mikrogram/meter kubik. Yodium yang berada dalam
atmosfer akan kembali ke tanah melalui hujan, dengan kadar dalam rentang 1,8 - 8,5
mikrogram/liter. Siklus yodium tersebut terus berlangsung selama ini.
Kembalinya yodium ke tanah sangat lambat dan dalam jumlah sedikit dibandingkan saat
lepasnya. Proses ini akan berulang terus menerus sehingga tanah yang kekurangan yodium
tersebut akan terus berkurang kadar yodiumnya. Di sini tidak ada koreksi alamiah, dan defisiensi
yodium akan menetap. Akibatnya, populasi manusia dan hewan di daerah tersebut yang
sepenuhnya tergantung pada makanan yang tumbuh di daerah tersebut akan menjadi kekurangan
yodium.
Melihat hal tersebut maka sangat banyak populasi di Asia yang menderita kekurangan
yodium berat karena mereka hidup dalam sistem mencari nafkah dengan bertani di daerah
gunung atau lembah.
Kekurangan yodium akan menimpa populasi di daerah tersebut yang dalam
makanannya tidak ada suplemennya yodium atau tidak ada penganekaragaman dalam
makanannya dengan makanan dari daerah lain yang tidak kekurangan yodium.
6.3 Akibat Kekurangan Yodium
Istilah GAKY menggambarkan dimensi baru dari pengertian spektrum kekurangan
yodium. Berakibat sangat luas dan buruk pada janin bayi baru lahir, anak dan remaja serta orang
dewasa dalam populasi yang kekurangan yodium tersebut. Akibat hal itu dapat dikoreksi dengan
pemberian yodium.
46
6.4 Kebutuhan Yodium
Kebutuhan yodium setiap hari di dalam makanan yang dianjurkan saat ini adalah:
• 50 mikrogram untuk bayi (12 bulan pertama)
• 90 mikrogram untuk anak (usia 2-6 tahun)
• 120 mikrogram untuk anak usia sekolah (usia 7-12 tahun)
• 150 mikrogram untuk dewasa (diatas usia 12 tahun)
• 200 mikrogram untuk ibu hamil dan meneteki
6.5 Kekurangan Yodium pada Janin
Kekurangan yodium pada janin akibat Ibunya kekurangan yodium. Keadaan ini akan
menyebabkan besarnya angka kejadian lahir mati, abortus, dan cacat bawaan, yang semuanya
dapat dikurangi dengan pemberian yodium. Akibat lain yang lebih berat pada janin yang
kekurangan yodium adalah kretin endemik.
Kretin endemik ada dua tipe, yang banyak didapatkan adalah tipe nervosa, ditandai
dengan retardasi mental, bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada kedua tungkai. Sebaliknya yang
agak jarang terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai dengan kekurangan hormon tiroid
dan kerdil.
Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan sangat
penting untuk perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium sejak awal
kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum kelenjar tiroid janin berfungsi.
Jadi perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon tiroid ibu pada trimester
pertama kehamilan, bilamana ibu kekurangan yodium maka akan berakibat pada rendahnya
kadar hormon tiroid pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua dan ketiga kehamilan, janin
sudah dapat membuat hormon tiroid sendiri, namun karena kekurangan yodium dalam masa ini
maka juga akan berakibat pada kurangnya pembentukan hormon tiroid, sehingga berakibat
hipotiroidisme pada janin.
47
6.6 Kekurangan Yodium pada Saat Bayi Baru Lahir
Yang sangat penting diketahui pada saat ini, adalah fungsi tiroid pada bayi baru lahir
berhubungan erat dengan keadaan otak pada saat bayi tersebut lahir. Pada bayi baru lahir, otak
baru mencapai sepertiga, kemudian terus berkembang dengan cepat sampai usia dua tahun.
Hormon tiroid pembentukannya sangat tergantung pada kecukupan yodium, dan hormon ini
sangat penting untuk perkembangan otak normal.
Di negara sedang berkembang dengan kekurangan yodium berat, penemuan kasus ini
dapat dilakukan dengan mengambil darah dari pembuluh darah balik talipusat segera setelah bayi
lahir untuk pemeriksaan kadar hormon T4 dan TSH. Disebut hipotiroidisme neonatal, bila
didapatkan kadar T4 kurang dari 3 mg/dl dan TSH lebih dari 50 mU/mL.
Pada daerah dengan kekurangan yodium yang sangat berat, lebih dari 50% penduduk
mempunyai kadar yodium urin kurang dari 25 mg per gram kreatinin, kejadian hipotiroidisme
neonatal sekitar 75-115 per 1000 kelahiran. Yang sangat mencolok, pada daerah yang
kekurangan yodium ringan, kejadian gondok sangat rendah dan tidak ada kretin, angka kejadian
hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6 per 1000 kelahiran.
Dari pengamatan ini disimpulkan, bila kekurangan yodium tidak dikoreksi maka
hipotiroidisme akan menetap sejak bayi sampai masa anak. Ini berakibat pada retardasi
perkembangan fisik dan mental, serta risiko kelainan mental sangat tinggi. Pada populasi di
daerah kekurangan yodium berat ditandai dengan adanya penderita kretin yang sangat mencolok.
6.7 Kekurangan Yodium pada Masa Anak
Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium menunjukkan
prestasi sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang berasal
dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini dapat disimpulkan kekurangan yodium
mengakibatkan keterampilan kognitif rendah. Semua penelitian yang dikerjakan di daerah
kekurangan yodium memperkuat adanya bukti kekurangan yodium dapat menyebabkan kelainan
otak yang berdimensi luas.
Dalam penelitian tersebut juga ditegaskan, dengan pemberian koreksi yodium akan
48
memperbaiki prestasi belajar anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3 kelenjar
hipofisis adalah kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3 serum, sebaliknya terjadi pada hati,
ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang rendah, yang dapat dibuktikan pada tikus yang kekurangan
yodium, didapatkan kadar T4 serum yang rendah, akan menjadi normal kembali bila dilakukan
koreksi terhadap kekurangan yodiumnya.
Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh dan
lesu, hal ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan lesu ini dapat
kembali normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain halnya bila keadaan yang terjadi di
otak. Ini terjadi pada janin dan bayi yang otaknya masih dalam masa perkembangan, walaupun
diberikan koreksi yodium otak tetap tidak dapat kembali normal.
6.8 Kekurangan Yodium pada Dewasa
Pada orang dewasa, dapat terjadi gondok dengan segala komplikasinya, yang sering
terjadi adalah hipotiroidisme, bodoh, dan hipertiroidisme. Karena adanya benjolan/modul pada
kelenjar tiroid yang berfungsi autonom. Disamping efek tersebut, peningkatan ambilan kelenjar
tiroid yang disebabkan oleh kekurangan yodium meningkatkan risiko terjadinya kanker kelenjar
tiroid bila terkena radiasi.
6.9 Penatalaksanaan
Pemecahan masalah sebenarnya sangat sederhana, berikan satu sendok yodium pada
setiap orang yang membutuhkan, dan terus menerus. Karena yodium tidak dapat disimpan oleh
tubuh dalam waktu lama, dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sehingga harus
berlangsung terus menerus.
Pada daerah kekurangan yodium endemik akibat tanah dan hasil panen serta rumput untuk
makanan ternak tidak cukup kandungan yodiumnya untuk dikonsumsi oleh penduduk setempat,
maka suplementasi dan fortifikasi yodium yang diberikan terus menerus sangat tinggi angka
keberhasilannya.
49
Yang paling sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam beryodium
dan suplementasi minyak beryodium.
Pilihan pertama tentunya dengan garam beryodium karena biayanya sangat murah, dan
teknologinya mudah. Untuk suplementasi minyak beryodium, keuntungannya praktis, sebaiknya
hanya untuk intervensi pada populasi yang berisiko, walaupun mudah pemakaiannya, namun
memerlukan teknologi yang lebih ruwet.
Penyuluhan kesehatan secara berkala pada masyarakat perlu dilakukan, demikian juga
perlu diberikan penjelasan pada pembuat keputusan, dan tentunya juga diberikan tambahan
pengetahuan kepada tenaga kesehatan.
Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan pendekatan
multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi, untuk menemukan cara yang
terjamin dan mudah penerapannya. GAKY yang terlihat di masyarakat atau populasi, hanya
sebagai puncak gunung es.
Di daerah endemik, gondoklah yang terlihat dari bagian puncak gunung es tersebut,
namun efek dari kekurangan yodium yang utama yaitu kerusakan otak merupakan komponen
yang tersembunyi dan tidak terlihat dalam tragedi ini.
Sehingga problem dari GAKY ini sebenarnya adalah pada perkembangan otak, tidak
hanya pembesaran kelenjar tiroid atau gondok. Dengan melihat besarnya populasi yang
mempunyai risiko seperti diatas, pantas bila GAKY menjadi problem nasional maupun
internasional.
Dengan diadakannya pertemuan ilmiah nasional GAKY 2001 yang tema ''Perkembangan
Mutakhir tentang Masalah GAKY dalam rangka Indonesia Sehat 2010'' harapan kita tentunya
dapat mendapatkan konsep, pemikiran.
Strategi Penanggulangan GAKY
Sentra Produksi Garam Nonsentra Produksi Garam
50
Konsumsi Garam
Beryodium
Cukup
KATEGORI 1
Strategi :
Mempertahankan produksi
dan
konsumsi Garam Beryodium
yang memenuhi syarat.
Upaya :
Meneruskan pengawasan di
tingkat produksi, distribusi
dan konsumsi, penegakan
hukum, peningkatan status
social ekonomi pegaram,
teknologi yodisasi dan
survailans.
KATEGORI 2
Strategi :
Mempertahankan pasokan dan
konsumsi Garam Beryodium
yang memenuhi syarat.
Upaya :
Menjamin pasokan Garam
Beryodium dan pengawasan
mutu garam di tingkat
distribusi dan konsumsi secara
intensif serta memperkuat
penegakan perundangan
Garam Beryodium dan
survailansKonsumsi Garam
Beryodium
Tidak Cukup
KATEGORI 3
Strategi :
Meningkatkan produksi dan
konsumsi Garam Beryodium
memenuhi syarat.
Upaya :
Meningkatkan konsumsi
Garam Beryodium melalui
promosi intensif, penegakan
norma sosial dan hukum,
meneruskan pengawasan di
tingkat produksi, distribusi
dan konsumsi secara intensif,
peningkatan status sosial
ekonomi pegaram dan
teknologi yodisasi serta
survailan
KATEGORI 4
Strategi :
Meningkatkan pasokan dan
konsumsi Garam Beryodium
yang memenuhi syarat.
Upaya :
Menjamin pemenuhan
pasokan Garam Beryodium
disertai dengan promosi
intensif konsumsi Garam
Beryodium,
penegakan norma sosial dan
hukum, pengawasan mutu
garam di tingkat distribusi dan
konsumsi serta survailans.
51
Dalam mencapai tujuan dan target program penanggulangan GAKY, sesuai dengan rekomendasi
dari WHO/CCIDD/UNICEF, ada 10 indikator yang digunakan untuk menilai pencapaian
program.
a) Pengembangan kelembagaan ditandai dengan adanya Tim GAKY
b) Adanya komitmen politik tentang USI
c) Adanya organisasi pelaksana yang kuat di setiap tingkatan
d) Legislasi dan regulasi tentang USI di semua tingkatan
e) Komitmen dalam monitoring dan evaluasi, dengan adanya data yang akurat
f) KIE dan mobilisasi sosial untuk mengkonsumsi garam beryodium
g) Adanya data garam beryodium secara reguler pada tingkat produsen, pasar dan
konsumen
h) Adanya data EYU anak sekolah secara reguler pada daerah endemik berat
i) Adanya kerjasama dengan produsen garam untuk pengawasan mutu garam beryodium
j) Adanya data hasil monitoring dan penyebarluasannya termasuk data garam dan EYU
52
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 180-184
Bauernd, JC. 1994. Nutrification of Foods. In Shils, MD.; Olsm, JA.; Shike, M. Ed.a. Modern nutrition in health an disease. Lea and Febiger, 8th Edition, Chaper
Burgi, H.; Supersaxo, Z.; Selz, B. 1990. Iodine deficiency diseases in Switernlandb. one hundred years after Theatre Kocher's survey: A historical review with somec. new goitre prevalence data. Acta Endocrinologica. Copenhagen.
Cegah Kekurangan Vitamin A http://www.gizi.net/cgiin/berita/fullnews.cgi?
Payne, NR., Hasegawa, DK., 1984. Vitamin K deficiency in newborns: a case report in alpha- 1-antitrypsin deficiency and a review of factors predisposing to hemorrhage. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Vitamin%20K%20deficiency%20in%20newborns:%20a%20case%20report%20in%20alpha antitrypsin%20deficiency%20and%20a%20review%20of%20factors%20predisposing%20to%20hemorrhage [Accesed 2nd February 2011]
Permono,B., Ugrasena,IDG.,Ratwita, A., 2006. Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K. Available from: http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0 &pdf=&html=07110-kiao236.htm [Accesed 2nd February 2011]
Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A, Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen
Prinsip dasar ilmu gizi / Sunita Almatsier. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001.
WHO. 1995. Global prevalence of vitamin A deficiency. WHO Micronutrient DeficiencyOnformation Systems: Working Paper Number 2. WHO, Geneva, Switzernland.
WHO. 1994. Indicator for assesing iodine deficiency disorders and their controlthrough salt iodization. WHO/UNICEF/ICCIDD.Doc. WHO, Geneva, Switzernland.
WHO. 1992. National strategies for overcoming micronutrient malnutrition EB89/27.45th World Health Assembly Provisional Agenda Item 21; WHO, Geneva,Switzernland.
World Banka. 1994. Enriching Lives. Overcoming vitamin A and mineral malnutrition in developing countries. The World Bank. DC, USA.