Top Banner
www.money-and-i.com Vol. 6 Jun - Jul 2010 Rp. 25.000,- Road to Wealth You Are Your Wealth Growth Strategies Apakah kita seorang pekerja intelektual? Smart Family Shoes VS House Indonesia 2010 - 2020 The Golden Era
21
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: M&I magz ed 06

w w w. m o n e y - a n d - i . c o m

Vol. 6 Jun - Jul 2010

Rp. 25.000,-

Road to WealthYou Are Your Wealth

Growth StrategiesApakah kita seorang pekerja intelektual?

Smart FamilyShoes VS House

Indonesia 2010 - 2020The Golden Era

Page 2: M&I magz ed 06
Page 3: M&I magz ed 06

- Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 3Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

Pembaca yang budiman,

Indonesia is on the rise. Jumlah penduduk yang besar, potensi alamnya yang luar biasa, tentu menjanjikan wealth bagi rakyatnya. Tambahan lagi, saat ini, kita berada jalur yang benar. Kita sudah menyadari kesalahan bahwa mengesampingkan unsur pendidikan membuat kita tertinggal. Dan konstitusi kita bahkan sudah mengamanatkan 25% Anggaran diberikan kepada sektor Pendidikan. Secara politik Anggaran sudah jelas arahya.

Demikian pula dengan jaminan hak-hak pribadi. Sudah ada legal infrastrukturnya, walaupun penyelenggaraannya masih tertatih-tatih. Makanya, clean government dengan korupsi sebagai seteru abadinya mulai di-address.

Keberhasilan kita sebagai bangsa untuk mensejahterakan rakyatnya sangat tergantung siapa yang memenangkan pertarungan melawan korupsi ini.

Jadi investasi pada pendidikan, jaminan akan hak-hak pribadi dan adanya pemerintahan yang tidak korup sudah di-address, dan keberhasilan kita terhadap 3 hal tersebut di atas merupakan pra-syarat kita untuk memaksimalkan potensi demographic Indonesia yang ada.

Indonesia 2010-2020 The Golden Era memberikan argumentasinya untuk Anda semua pembaca M&I.

Selamat membaca.

05 Special Feature Indonesia 2010 - 2020 The Golden Era 10 Road to Wealth You Are Your Wealth

12 Economic Focus Business in Paradise

14 Interview with The Millionaire

Hermawan Kartajaya

18 Growth Strategies Apakah kita seorang pekerja

intelektual?

20 Small Biz Home Biz Uang Kepeng, Bukan Uang

Biasa

22 Green Business Loloan Brasserie Bali

24 Smart Family Shoes VS House

27 Leisure New Kuta Golf Bali, a Heart of Jimbaran

30 Poling Milyuner Andai Saya Punya Uang satu

Miliar

31 Front of Mind Eric E Schmidt

32 Literature Growth with Character

34 High-Tech Index

35 Sneak Peek

36 After Hour

Pimpinan Perusahaan

Alex P. Chandra

Tim Redaksi M&I Magazine

I Pt Agus Ariawan

danielGABE

Lucky Rukminto

Public Relation

Annisa Era Putri

Desain & Fotografi

Kopi Panas Productions

Supported by:

Alamat Redaksi:PT. BPR SRI ARTHA LESTARIJl. Teuku Umar 110 DenpasarT. (0361) 246706 F. (0361) 246705

E. [email protected] [email protected] Sales & Marketing for AdvertisementT. 0361 744 884www.money-and-i.com

Ilustrasi: Yana

wordsfrom thedirector contents

Special FeatureIndonesia 2010 - 2020 The Golden Era

05

N o t e :Kritik dan saran dapat dikirimkan ke: [email protected]

Economic FocusBusiness in Paradise

12

Road to WealthYou Are Your Wealth

10

Green BusinessLoloan Brasserie Bali

22

Page 4: M&I magz ed 06

4 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 5Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

specia lfeatures

INDONESIA 2010 - 2020THE GOLDEN ERA“Penduduk Indonesia kurang lebih 220 juta. Bayangkan jika 10%- naik kelas. Yaitu yang miskin menjadi menengah, yang menengah menjadi kaya, dan yang tadinya kaya menjadi kaya sekali”

Alex P. ChandraDirektur utama BPR Lestari

Di awal tahun 2010 ini, ketika saya diminta presentasi di hadapan para manager Bali Villa Association, (BVA),

sebenarnya, Bosnya BVA, Pak Ismoyo, maunya saya bicara dan memprediksi kurs dolar Amerika.

Memang, ketika itu makalah yang saya buat berjudul “The Fall of USD”. Saya meramalkan bahwa US dolar akan rontok ‘in value’. Makalah ini kemudian saya tulis secara berseri di edisi Januari dan Februari majalah ini (ketika itu namanya masih Money&You).

Tapi sebenarnya, ada satu bagian yang saya sampaikan juga kepada Pak Ismoyo dan kawan-kawan, yaitu untuk mencermati market domestik. Saya bilang, Indonesia itu potensial sekali. Para pengusaha villa sebaiknya jangan hanya terpaku melihat market luar negeri. Penduduk Jakarta itu 10 juta – setengahnya Australia. Kalau yang menengah dan kaya ada 1%-nya saja maka potensial marketnya ada 100 ribu orang. Kalau satu orang itu mewakili 4 orang (istri dan anak), maka potensial akan ada 400 ribu wisatawan lokal dari Jakarta saja.

Bagaimana dengan Surabaya? Bagaimana dengan Bandung? Bagaimana dengan Medan? Semarang? Makasar? Balikpapan? Dan tentu kota-kota lainnya.

Beberapa hal yang membuat saya optimis. Berikut adalah paparannya.

specia lfeatures

INDONESIA AND THE REST OF THE WORLD

Indonesia untuk pertama kalinya di tahun 2009 diundang dalam forum G-20. Yaitu kelompok 20 besar negara dengan GDP (Gross Domestic Bruto) terbesar di dunia.

Gross Domestic Bruto ini kurang lebih adalah Pendapatan per kapita dikalikan dengan jumlah penduduk. Inilah economic size Indonesia. Atau kalau dalam perusahaan, inilah omzet-nya.

Artinya di tahun 2009 itu, Indonesia masuk negara 20 besar dunia. Dan di Asia cuma kalah oleh Cina dan India saja. Ini saja sudah membanggakan.

Indonesia yang di tahun 1998 terpuruk, dan harus menggadaikan diri berhutang kepada IMF ternyata berhasil bangkit dan selang 11 tahun menjadi salah satu dari 20 negara besar di dunia. Artinya reformasi works! Economically kita on the right track.

Ketika dunia dilanda krisis keuangan (yang sampai sekarang belum sepenuhnya pulih), Indonesia tetap tumbuh. Cuma 3 negara di dunia yang ekonominya tumbuh di 2009, yaitu China, Indonesia dan India.

Indonesia bisa tumbuh dikala semua negara lain shrinking antara lain karena market domestiknya yang besar.

Page 5: M&I magz ed 06

6 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 7Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

specia lfeatures specia lfeaturesJadi secara ringkas pendapat Dent adalah bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja yang terdidik dan terlatih (skilled workforce). Jika tenaga kerja yang terlatih = 0, maka tidak mungkin ada kegiatan ekonomi.

Dan jika infrastrukturnya tersedia, yaitu prinsip-prinsip dasar kapitalisme seperti kepastian hukum, kestabilan politik dan demokrasi, sistem keuangan yang bebas dan teknologi yang memungkinkan, maka masa depan sebuah negara dapat diprediksi dengan mengamati pola konsumsi penduduknya (yang kurang lebih seragam).

Distorsi akan terjadi jika prinsip-prinsip kapitalisme sebagai infrastrukturnya tidak tersedia. Misalnya dalam rezim non-demokratis maka hanya akan ada segelintir elite yang menguasai ekonomi.

Tentunya ini sangat saya sederhanakan. Jika mau tahu lebih detailnya, silakan Bapak/Ibu membaca bukunya.

INDONESIA IS ON THE RIGHT TRACK

Nah sejak runtuhnya kekuasaan Orde Baru, Indonesia memasuki era baru. Katanya era reformasi. Kegiatan-kegiatan ekonomi yang tidak efisien praktis sudah dibersihkan dengan krisis 1998. Dan kegiatan ekonomi yang lebih sehat tumbuh dari reruntuhan ekonomi yang porak poranda.

Reformasi membawa demokrasi ke sistem politik kita. Walaupun tidak efisien dan hingar bingar, walaupun melelahkan, namun in the long run, kita pasti akan memetik manfaatnya.

Kita juga sudah menyadari kesalahan kita karena kurang memberi perhatian terhadap pendidikan. Kita menyadari

Ternyata GDP Indonesia hanya sekitar 25%-30%-nya saja yang berasal dari ekspor. Yang 70%-75% berasal dari konsumsi domestik.

Ini saja sudah modal yang luar biasa besar. Dengan 70% konsumsi yang berasal dari rakyatnya sendiri, kita bisa mencatatkan diri di G-20. Dahsyat tidak ?

Jadi jangan pandang enteng market domestik ini. Jangan pandang enteng Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

HARRY S. DENT, JR.

Baru-baru ini saya membaca bukunya Harry S. Dent Jr., judulnya The Great Depression Ahead. Harry S. Dent ini sudah menulis beberapa buku, diantaranya The Roaring 2000s mengenai prediksinya akan bubble-nya harga saham di tahun 2000, dan memprediksi dengan tepat jatuhnya harga saham di penghujung 2008.

Bukunya yang lain “The Great Boom Ahead” memprediksi bull market dari tahun 1998 sampai tahun 2000.

Dent adalah seorang demographic. Ia mempelajari tingkah laku dan pergerakan penduduk.

Salah satu pendapatnya adalah jika kita tahu tingkat kelahiran penduduk (birth rate), dan mempelajari pola konsumsinya, maka kita bisa memprediksi masa depan negara tersebut.

Contohnya begini:

Rata-rata penduduk suatu negara memasuki dunia kerja adalah di usia 20-21 tahun (range-nya berkisar diantara 15 sampai 28 tahun). Jika suatu negara jumlah penduduknya tertinggi berada di usia 20-21 tahun, maka inflasi pasti akan tinggi. Kenapa? Karena banyak penduduknya yang baru mulai bekerja, belum produktif. Perusahaan-perusahaan akan mengeluarkan biaya untuk melatihnya sampai bisa produktif. Dibutuhkan waktu rata-rata 2,5 tahun bagi seorang yang baru memasuki dunia kerja untuk bisa produktif menghasilkan melebihi biayanya.

Rata-rata kita menikah di usia 26 tahun. Menikah merupakan motivator yang kuat bagi seseorang untuk produktif dan kemudian spending. Jika kebanyakan penduduk di suatu negara mencapai usia ini (26 tahun), maka bisnis retail dan shopping malls akan mengalami masa keemasan.

Rata-rata usia membeli rumah adalah di usia 31 tahun. Penjualan rumah akan peaking. Rumah sewaan di usia 26 tahun. Mereka akan menukar rumahnya ketika usianya di sekitaran 37 – 42. Bisnis trade home akan peaking. Di usia ini biasanya mereka berhutang mortgage tertinggi (KPR).

Bahkan dengan tepat, Dent bisa menjelaskan kapan industri mobil mewah dan motor besar akan booming.Yaitu ketika sebagian besar penduduk suatu negara mencapai usai 45 – 49. Yaitu ketika sebagian besar penduduknya mengalami mid-life crisis.! Menarik bukan?

Perekonomian suatu negara akan booming, jika sebagian terbesar penduduknya berada pada usia puncak spending, yaitu berkisar antara 45 – 50 tahun (angka median yang dipergunakan adalah 46 tahun)

Contohnya adalah Amerika. Jumlah tingkat kelahiran tertinggi di Amerika adalah di tahun 1957-1961. Artinya, jumlah penduduk Amerika bertambah drastis di tahun-tahun ini untuk kemudian menurun. Inilah generasi yang disebut baby boomer. Dan usia puncak seseorang untuk spending adalah 46 tahun. Maka Dent secara sederhana meramalkan bahwa Amerika Serikat akan mengalami puncak booming di tahun 2007 (1961 ditambah 46 tahun).

Setelah itu akan terus menurun (karena jumlah penduduknya pasca 1961 terus menurun) untuk kemudian naik lagi seiring dengan bertambahnya usia produktif dan spending cycle

anak-anak baby boomer tadi. Jika rata-rata seseorang punya anak di usia 28 tahun dan anak-anaknya akan mencapai puncak produktivitasnya di usia 46, maka the next boom buat Amerika adalah di tahun (1957 – 1961)+ 28 + 46 = 2031-2035.

Berdasarkan analisa pola konsumsi dari kondisi demographic ini Dent meramalkan bahwa peak ekonomi Amerika adalah di tahun 2007 untuk kemudian terus menurun (declining) dan kemudian naik kembali di sekitar 2020 (anak baby boomer memasuki usia kerja) dan mencapai puncaknya lagi di antara tahun 2031 sampai 2035.

Siklus ekonomi tadi tidak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah apapun, sepanjang prinsip-prinsip pasar (kapitalisme) tidak dilanggar. Antara lain: adanya jaminan hak-hak pribadi, adanya kebebasan berusaha, adanya kepastian hukum dan stabilnya politik yang demokratis dan tenaga kerja yang produktif (skilled labour).

Mengapa Dent menyarankan pra-syarat sistem kapitalisme?

Karena menurutnya sistem yang lain terbukti tidak berhasil. Dunia barat (western) telah try and error selama ratusan tahun untuk mencapai kesejahteraan seperti sekarang. Dan kendaraan yang dipakainya dan terbukti berhasil adalah kapitalisme, yaitu adanya kebebasan dan demokrasi dalam politik, adanya jaminan hak-hak pribadi, kebebasan berusaha dan kepastian hukum.

Cina yang komunis saja, sistem pasarnya telah menjadi sangat kapitalis. Dan dalam beberapa dekade saja, Cina berhasil mencapai apa yang dicapai oleh masyarakat Barat dalam ratusan tahun.

Jadi menurut Dent, jalur menuju kesejahteraan telah ditemukan, yaitu dengan sistem kapitalisme. Jadi tinggal copy-paste saja begitu kira-kira katanya. We don’t have to re-invent the wheel, katanya.

mengapa orang-orang Malaysia yang dulu belajar di universitas-universitas Indonesia sekarang lebih pintar dari kita. Mengapa Malaysia yang dulu mengimpor guru-guru dari Indonesia ternyata lebih maju dari kita. Sang murid sudah mengalahkan gurunya. Kita menyadari bahwa kita ketinggalan berinvestasi di bidang pendidikan.

Karenanya Konstitusi kita (UUD 1945 setelah diamandemen) mensyaratkan investasi 20% APBN harus dialokasikan ke sektor pendidikan. Suatu keputusan yang sudah benar dan akan kita nikmati hasilnya di tahun-tahun mendatang.

Sistem ekonomi kita juga terus berbenah. Kepastian hukum terus diupayakan walaupun masih compang-camping, namun hak-hak pribadi dihormati. Kebebasan berusaha dijamin walaupun perijinan dan birokratnya masih korupsi. Korupsi masih merupakan musuh utama kita, namun dengan perjuangan yang tak kenal lelah, kita pasti menang. Kalau kita kalah melawan korupsi, maka Indonesia akan menjadi semakin terbelakang. Pejabatnya kaya raya, namun

Page 6: M&I magz ed 06

8 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 9Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

specia lfeaturesrakyatnya akan miskin melarat. Kemudian pasti akan terjadi lagi revolusi sosial. Prosesnya akan tetap sama, namun mundur.

Walaupun masih compang-camping, basically, Indonesia is on the right track menuju kesejahteraan. Dan ingat, hanya 11 tahun setelah reformasi, Indonesia masuk G-20.

THE RISE OF THE MIDDLE CLASS

Ketika seluruh dunia mengalami krisis, Indonesia tumbuh. Dan hanya tiga negara di dunia yang growth di tahun 2009; Indonesia, India dan China. We are the three musketeers.

Mengapa demikian? Di awal sudah saya katakan karena pasar domestik kita yang luar biasa hebatnya. 70% -75% ekonomi Indonesia ternyata di-drive oleh market domestik.

Bandar Lampung, Palembang, dan yang lainnya. akan tumbuh seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan ?

Dent meramalkan Jakarta akan menjadi salah satu megacity dengan jumlah penduduk di atas 12 juta orang di tahun 2025.

THE GREAT DEPRESION AHEAD

Berdasarkan analisa demography-nya, Dent kemudian meramalkan growth masing-masing negara. Dia mengatakan bahwa di tahun 2065 jumlah penduduk dunia akan mulai menurun. Ketika itu kita akan mengalami depresi besar-besaran.

Dent meramalkan bahwa China akan terganjal laju pertumbuhannya, karena ada generasi yang hilang. “China will grow old before going rich”, demikian katanya. Jepang setelah mencapai peak-nya di tahun 1990 akan terus declining. Demikian juga Amerika Serikat yang mencapai peak di 2007, akan terus declining sampai naik lagi di tahun 2020, untuk kemudian mengalami the second booming di 2030-2035.

Bagaimana dengan Indonesia ? Melihat kondisi demography-nya, Indonesia akan terus tumbuh dari 2010 sampai dengan mencapi peak-nya di tahun 2050.

Pertanyaannya buat Indonesia adalah bagaimana dan seberapa cepat kita mencapai prasyarat dan infrastruktur seperti politikal, kepastian hukum dan seberapa cepat kita mendidik penduduknya?

Menurut saya, the sky looks brighter buat kita di Indonesia. Sekali lagi, we are on the right track.

WHY WE ARE SO LUCKY ?

Malcom Gladwell dalam bukunya ‘Outlier’ mengatakan bahwa seseorang yang super sukses juga dikarenakan timing kelahirannya yang tepat. Seorang Bill Gates kalau saja dia lahir 10 tahun lebih awal, maka ketika terjadi revolusi PC di Silicon Valley, dia sudah sangat sibuk bekerja di IBM. Jika dia lahir 10 tahun lebih awal, dia tidak akan punya begitu banyak waktu luang mengotak-atik sistem pemograman yang ketika itu masih sangat primitif. Dia tidak akan bisa menciptakan Microsoft.

Kalau saja ia lahir 10 tahun belakangan, ia juga masih terlalu muda untuk ‘take advantage’ dari masa kelahiran personal komputer itu. Pendek kata Bill Gates bisa menjadi CEO Microsoft dan orang terkaya di dunia, antara lain karena ia lahir di masa yang tepat, yaitu di tahun 1955.

Nah, kita sekarang juga ‘beruntung’. Kita lahir di masa yang tepat. Indonesia is on the rise. Usia saya 40 tahun sekarang, akumulasi pengetahuan cukup, akumulasi pengalaman cukup, akumulasi dana cukup, untuk bisa ikut menikmati The Golden Era of Indonesia.

Ini sejalan dengan teorinya Dent. Bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan fungsi dari jumlah tenaga kerjanya.

Ingat kita punya 220 juta penduduk. Dengan kondisi pas-pasan seperti sekarang saja, kita masuk G-20. Bayangkan jika investasi kita di sistem politik dan ekonomi memberikan hasil di tahun-tahun mendatang. Bayangkan jika jumlah penduduk yang educated mencapai critical mass. Bayangkan jika 10% saja dari seluruh penduduk Indonesia berhasil naik kelas. Berarti akan ada sekitar 20 juta orang yang naik kelas dari miskin menjadi menengah, yang menengah menjadi kaya dan yang kaya menjadi kaya sekali.

20 juta orang ini setara dengan seluruh penduduk Australia !! Can you imagine ?

Bisakah kita bayangkan bahwa kota-kota seperti Purwokerto, Karawang, Bogor, Serang, Pekalongan, Samarinda, Makasar,

Page 7: M&I magz ed 06

10 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 11Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

road towealth road towealth

Alex P. ChandraDirektur utama BPR Lestari

“Now, here is my secret, a very simple secret. It is only with the heart that one can see rightly; what is essential is invisible to the eye”

Dalam suatu pembicaraan, kawan saya Pak Ben Astono mengatakan bahwa, asset sebuah

perusahaan bukan hanya yang nampak pada balance sheet saja. Tapi, harus diperhitungkan juga, aspek intangible-nya. Bagaimana kualitas SDM perusahaan kita, mentalnya, pengetahuannya, attitute-nya. Bagaimana persepsi pasar terhadap merk yang kita bangun. Bagaimana pengetahuan kita terhadap pasar. Bagaimana relationship kita selama ini dengan para stakeholder. Bagaimana dan seberapa besar penetrasi kita terhadap pasar.

Semuanya yang intangible dan tidak nampai pada balance sheet sebuah perusahaan. Namun yang tidak kelihatan tadi lebih punya arti dalam menentukan berapa nilai perusahaan tersebut sesungguhnya dibandingkan dengan yang kelihatan. Brand-nya Coca Cola dikabarkan lebih besar nilainya dibandingkan dengan nilai seluruh hard assetnya dikumpulkan.

In personal wealth pun berlaku hal yang sama. Banyak orang menganggap kekayaan itu seperti balance sheet suatu perusahaan. Berapa cash-nya, mobilnya apa, rumahnya dimana dan berapa besar. Berapa investment-nya. Berapa besar sahamnya. Dan seterusnya.

Saya berpendapat bahwa selain yang kelihatan tadi, ada hal-hal yang tidak kelihatan, yang merupakan invinsible asset kita. Dan biasanya asset yang visible merupakan hasil dari asset yang invinsible.

Contohnya, darimana datangnya ide sebuah bisnis dan courage untuk mengimplementasikannya. Contact dan relationship yang dibangun untuk membentuk suatu bisnis. Bisakah sebuah ide menjadi kenyataan tanpa komitmen dan determinasi. Tanpa adanya persistensi dan pengetahuan.

Apa yang kita peroleh dalam kenyataan (yang visible) sebenarnyalah merupakan hasil dari asset kita yang invinsible tadi. Jadi basically, we don’t have wealth. We are the wealth.

Walaupun kita belum mempunyai visible asset, tapi dengan secara serius memperbaiki neraca kita yang invinsible, pada akhirnya yang visible akan nampak.

Berikut adalah neraca invinsible yang bisa kita perhatikan untuk kita fokus tingkatkan secara terus menerus:

Invinsible Asset:Kreativitas dan ImaginasiVision, generosityCourage, Boldness, persistence, integrityExpert Connections, customer databaseValuable skills, selling, negotiation, marketing

Bagaimana dengan invinsible liabilities yang harus kita perbaiki :

Small mindednessNegativityFear, Anxiety, HesitancyBad reputationsLazinessBad Habit

Net worth adalah Asset dikurangi Liabilities. Kita menjadi seorang milyuner, jika net worthnya lebih dari satu milyar. Yang tidak pernah kita tahu adalah bahwa neraca-nya selain yang kelihatan, juga ada neraca yang tidak kelihatan. Yang terakhir lebih penting, karena asset yang tidak kelihatanlah yang menciptakan asset yang kelihatan. (Ilustrasi: Yana)

Page 8: M&I magz ed 06

12 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 13Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

economicfocuseconomicfocus

(Telusur Bisnis di Pantai Kuta)Business in Paradise

Oleh Lucky Rukminto

Pantai Kuta di Bali boleh dibilang adalah pantai “surgawi” yang penuh berkah. Sepanjang garis pantainya,

yang berjarak tidak kurang dari 5 kilometer saja, mempu meningkatkan taraf hidup ratusan pedagang dan penjual jasa pariwisata.

Tak ada data yang bisa dicatat dengan pasti, sejak kapan pedagang dan penjual jasa pariwisata ini boleh beroperasi dan menggantungkan hidupnya dari hari ke hari di Pantai Kuta. Yang uniknya lagi, banyak diantara para penjual jasa dan pedagang ini, merupakan regenerasi yang berlangsung secara turun-temurun. Atau paling tidak, kelangsungan usahanya bertahan lewat pertalian keluarga.

Fakta menarik ini, mungkin saja bagian dari cerita unik Pantai Kuta itu sendiri. Itu juga sebabnya, jumlah pedagang di pantai ini, tak bisa dicatat dengan pasti. “kadang-kadang penjual aslinya tidak muncul-muncul, tapi diwakili oleh saudaranya. Atau lokasi dagang yang berpindah tangan dari saudara ke saudara,” ujar sorang Satgas Pantai kuta menjelaskan.

Apa pun itu, inilah “keanehan tapi nyata” bisnis sektor informal di pantai yang paling tersohor di dunia ini. Yang jelas, Pantai yang tiap harinya dikunjungi tidak kurang dari 1000 orang ini, telah membawa berkah bagi peningkatan taraf hidup keluarga pedagang di sini. Bu Made saja, penjual kaos dan celana pendek Hawaii, tiap hari bisa mengantongi paling sedikit, Rp. 300 ribu. “Kalau lagi ramai, tambah lumayan dapatnya,” katanya.

Omset segitu, tentu saja kalau pengunjung pantai terbilang sepi. Tapi, kalau pada hari-hari weekend atau hari libur, tidak kurang dari 5000 orang memadati pantai ini tiap harinya. Bayangkan saja, pedagang rujak manis, ibu Jum, di hari sepi saja mampu menjual 100 piring yang tiap piringnya dijual Rp.5000. Penghasilannya hampir berbanding lurus dengan para penjaja minuman dingin di sampingnya. Angka ini tentu saja akan pecah record-nya ketika memasuki masa liburan.

Dari data yang diperoleh di kantor pengelola Pantai Kuta, tercatat ada sekitar 150 pedagang tetap yang mempunyai lokasi berjualan dan 100-an penjaja jasa pariwisata keliling yang tidak mempunyai tempat secara permanen. Biasanya masing-masing pedagang dan penjual jasa ini mempunyai

seorang asisten atau karyawan. Jadi, tidak kurang dari 500 orang yang sibuk tiap harinya di sektor informal ini. Dan itu artinya, tidak kurang dari 1500 orang anggota keluarga yang bisa dijamin hidupnya dari pantai ini.

Dari jumlah para pedagang dan penjual jasa tersebut, prosentase yang dijumpai hampir sama, yaitu 65 persen pedagang berasal dari warga asli seputaran Bali dan sisanya adalah pendatang yang berasal dari luar Bali, seperti dari Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra, dan daerah lainnya di Indonesia. Boleh di bilang, para pedagang dan penjual jasa ini, mewakili kaum sektor informal se-nusantara.

Keragaman bisnis di sektor infornal ini, kalau kita rinci satu persatu, bisa disebutkan antara lain, mereka yang berdagang souvenir ; (patung, kalung dan gelang manik, kerajinan kayu lain) bisnis kuliner, Sewa payung dan kursi pantai, sewa tikar, jasa pijat, kepang rambut, pengecatan kuku, sewa papan surfing, temporary tattoo, hingga bisnis toilet dan jasa parkir kendaraan. Hampir semua ragam bisnis ini, laris manis. Pendeknya, keuntungan yang diperoleh pun tidak sedikit, terutama di musim libur.

Melihat jumlah pengunjung pantai dan deretan kendaraan roda dua dan empat tiap harinya di sepanjang pinggir pantai ini, bolehlah kiranya kita berhitung secara kasar sebagai gambaran jumlah omset yang di dapat di sektor informal ini. Taruhlah tiap pedagang membawa pulang Rp 300.ribu per harinya dengan jumlah pedagang kurang lebih 250 orang. Maka kita memperolah angka omset keseluruhan tidak kurang dari Rp 2,2 miliar tiap bulannya. Angka yang cukup menggiurkan untuk bisnis di sektor informal tentunya.

Ada sisi lain lagi nampaknya yang pantas diangkat dari para pedagang dan penjual jasa ini. Yaitu soal pembagian tidak tertulis lahan atau bidang usaha yang dijalani. Para pedagang kuliner, seperti panganan, minuman, jasa persewaan papan surfing kebanyakan berasal dari luar Bali. Sedangkan jasa kepang rambut, pijat, souvenir, dan temporary Tatto, dan jasa lainnya, biasanya berasal dari Bali. Boleh di bilang, dalam soal menjual jasa pariwisata, orang Bali sedikit lebih unggul. Tapi aturan main ini, tentu saja bukan kesepakatan tertulis. Tiap orang boleh saja mengais rejeki sesuai dengan ijin yang sudah diberikan oleh pengelola pantai.

Memang untuk bisa berdagang di Pantai Kuta tidaklah mudah. Saratnya tentu saja harus mendapat ijin dari pengelola pantai. Selain itu, menurut pengakuan beberapa pedagang, mereka juga dikenakan biaya tempat sewa tiap tahunnya. Harga sewa cukup bervariatif. Mulai dari 5 hingga belasan juta pertahun untuk lokasi seluas kurang lebih 2 meter persegi. Belum lagi iuran yang dikenakan tiap bulan oleh pengelola pantai yang berkisar Rp. 30 – 50 ribu pada tiap pedagang.

Lantas muncul pertanyaan yang menggelitik di sini. Meski penghasilan para pedagang dan penjual jasa ini cukup besar, toh, taraf hidup mereka tak juga bisa beranjak naik. Apa pasal? Tentu saja, lagi-lagi teori ekonomilah yang mampu menjawab semuanya. Itu sebabnya barangkali muncul ekses lain, seperti munculnya film documenter semacam Cowboys in Paradise baru-baru ini. Barangkali sang sutradara cemburu melihat bisnis di Pantai Kuta. Boleh jadi? (Foto: Yana)

Page 9: M&I magz ed 06

14 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 15Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

interviewwiththemillionaire interviewwiththemillionaire

Bulan lalu saya diundang oleh Pak Hermawan Kartajaya ke Surabaya. MarkPlus-nya berulang

tahun yang ke-20.

“Datang ke Surabaya, jadi VIP Guest saya. Kita berulang tahun yang ke-20”, katanya.

Sebelumnya saya juga membaca runtutan tulisannya di Jawa Post “Grow with Character” yang kemudian dibukukan. Cerita Pak Hermawan ketika ia memutuskan keluar dari Sampoerna untuk memulai bisnisnya sendiri “MarkPlus Professional Services”. Bagaimana ia tidak mendapat order selama sebulan? Bagaimana kegalauan hatinya melhat ketidakpastian ‘bisnis’ yang ditekuninya? Bagaimana nasib keluarganya?

Ceritanya itu ‘gue banget”. Saya teringat ketika 10 tahun yang lalu memulai bisnis sendiri BPR Lestari. Bagaimana selama tiga tahun berusaha, tidak mendapatkan satupun nasabah yang bukan keluarga saya? Bagaimana saya hampir ‘menyerah’ dan mencari kerja lagi ?

Cerita Pak Hermawan ternyata bukan hanya ‘miliknya’. Hampir semua entrepreneur yang memulai bisnisnya sendiri dari nol akan mengalami fase yang sama. Dan ketika seorang Hermawan Kartajaya menceritakannya, saya berharap ribuan entrepreneur yang sekarang berada pada ‘fase kritikal’ mengerti bahwa ‘itulah prosesnya. Semoga menginspirasi. Saya menyarankan agar bukunya Grow With Character dibeli dan dibaca.

But, yang saya mau ceritakan adalah bahwa di acara ulang tahun MarkPlus ke-20 itu, saya merasakan “how far is his achievement”. Dari seorang yang bukan siapa-siapa, orang Surabaya yang bukan sarjana, kok bisa menjadi “50 Guru”

HERMAWAN KARTAJAYA“There ain’t mountain so high”

yang membentuk dunia marketing. Dari orang Surabaya biasa-biasa saja kok bisa yah jadi Konsultan perusahaan-perusahaan papan atas nasional. Dari orang yang bahasa Inggrisnya sangat Surabayaan itu kok bisa-bisanya ya pada mengumpulkan Pak Gubernur, Pak Menteri, Pak Dahlan Iskan dll untuk hadir dalam acaranya. Bahkan Pak Ciputra dan Putera Sampoerna memberikan sambutan ‘menghargai’ prestasi Hermawan Kartajaya.

Moral of the story adalah if he can, we can. Kalau dia saja bisa, kita pasti juga bisa. Dan there ain’t mountain so high that we cannot climb. Tidak ada gunung yang terlalu tinggi untuk didaki. Orang yang bahasa Inggris-nya pas-pasan aja bisa nulis buku bareng Philip Kotler kok. Apalagi kita yang bahasa Inggrisnya lebih baik. Gitu deh kira-kiranya.

Inilah yang kemudian melatari permintaan saya untuk meng-interview beliau dan mempresentasikannya untuk Anda sekalian, pembaca M&I.

Tulisan ini bukan membahas profil Hermawan Kartajaya melainkan upaya saya untuk memahami belief systemnya, cara berpikirnya dan cara bertindaknya. Saya percaya orang sukses itu punya belief system yang tertentu, cara berpikir yang tertentu pula dan bertindak secara tertentu pula. They think certain way, belief certain way and act certain way.

Ide dasar saya adalah kalau kita bisa mengerti dan meniru belief systemnya, cara berpikir dan cara bertindaknya, maka kita juga bisa ikutan sukses. Makanya saya menyajikan interview saya dengannya di kolom Interview With Millionare.

Sebagai executive summary hasil eksplorasi saya dengan Hermawan Kartajaya adalah berikut:

PENTINGNYA MENTOR

Pentingnya kita punya mentor. Hermawan Kartajaya secara spesifik mengatakan bahwa ada 3 orang yang menjadi mentornya. Pak Dahlan Iskan, Pak Putera Sampoera dan Pak Ciputra.

Katanya di masa-masa susah, ia teringat sama Dahlan Iskan yang juga sama susahnya membesarkan Jawa Post ketika itu.

ROLE MODELING

Untuk sukses, kita tidak perlu menciptakan sesuatu yang baru. We don’t have to re-invent the wheel. Tidak perlu menciptakan roda yang baru. Sudah ada orang lain yang menciptakannya. Yang perlu kita lakukan adalah mengamatinya, dan memodifikasinya.

Yang menjadi inspirasi dari seorang Hermawan Kartajaya mendirikan MarkPlus sebagai one man one company adalah ternyata Al Ries.

Dia jadi yakin bahwa kalau di Amerika sana Al Ries bisa jalan ‘sendirian’ sebagai konsultan marketing, maka versi Indonesianya MarkPlus juga pasti bisa. Itu yang membuatnya keep on going walaupun the going gets tough.

TALK THE WALK BEFORE YOU WALK THE TALK

Publik komitmen merupakan motivator yang kuat. Dia pernah

mengatakan di muka umum bahwa ia akan menciptakan model pemikirannya sendiri mengenai marketing. Makanya ia berusaha keras menciptakan modelnya, karena kalau tidak akan malu sudah sesumbar di muka banyak orang.

Teknik ini sering saya gunakan. Saya sering sesumbar terhadap sesuatu. Biasanya di depan istri saya, atau di hadapan karyawan saya. Tujuannya adalah untuk memotivasi saya. Kalau tidak tercapai kan saya jadi malu.

Pernah saya sesumbar di muka publik. Ketika itu tahun 2005, asset BPR Lestari adalah 50 Milyar. Ketika diwawancara BaliPost dan JawaPost ketika itu, saya bilang bahwa tahun 2006, kita akan tembus 100 Milyar. Kenaikan 100%.

Kemudian ‘sesumbar’ itu yang saya bawa terus menerus. Kepada seluruh karyawan saya katakan kalau tidak mencapai 100 Milyar, saya malu sama seluruh penduduk Denpasar. Dan hasilnya menjadi kenyataan, di tahun 2006 assetnya BPR Lestari menembus 100 %. Tumbuh 100%.

Inilah yang disebut teknik publik komitment. Self fulfilling prophecy.

FOCUS !

Dalam sebuah kesempatan Hermawan bercerita tentang perjalanannya bersama Philip Kotler ke sebuat musium. Musium-nya adalah musium sirkus. Saking besarnya musium itu, melingkupi hampir seisi kota.

Cerita nama orang pendiri musium itu saya sudah lupa, tapi orang ini memulai karirnya sebagai juggler. Kemudian punya sirkus sendiri dan seterusnya.

Moral of the story adalah jika fokus, seorang juggler, dan di industri sirkus, ternyata bisa suksesnya luar biasa.

Hermawan Kartajaya terkenal dengan kata-katanya “I eat, sleep and dream with Marketing”.

Ketika saya membisikkan saran untuk berinvestasi di properti, jawabnya sederhana “Ah…saya ini di Marketing saja”. Hmm…mungkin kefokus-an-nyalah yang membuatnya sukses.

BISNIS HARUS PUNYA PURPOSE YANG LEBIH TINGGI DARI UANG

Dalam forum MicroBanking yang diadakan di Denpasar, dan dihadiri oleh sekitar 500-an banker dari kalangan BPR seluruh Indonesia, ada sharing dari success story BPR Eka di Lampung.

Dan Pak Eko, Dirutnya bercerita betapa strategi bisnisnya dipengaruhi oleh ajaran-ajarannya Pak Hermawan. Mulai dari 4C Analisa Landskap-nya, dan 9 Elemen Marketingnya.

Di mobil dalam perjalanan ke kantor BPR Lestari untuk jamuan makan malam, Pak Hermawan mengatakan bahwa “ia senang bahwa ajarannya membuat orang lain sukses”.

“That means a lot to me. More than money”.

Supaya sustain, bisnis harus punya spiritual value. Not only money making machine.

Apakah anda sependapat ?

Page 10: M&I magz ed 06

16 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 17Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

interviewwiththemillionaire interviewwiththemillionaire

HermawanKartajaya

Hidup itu Harus Meaning Full Buat Orang Banyak20 tahun sudah dia mengabdi untuk dunia marketing

Indonesia. Dan masih akan terus “mengggali dan menggali” begitu tekadnya. Oleh The Chartered Institute of Marketing yang bermukim di Inggris, Hermawan Kartajaya dinobatkan sebagai 50 Gurus Who Have Shaped The Future of Marketing. “Saya dikejar waktu, we talk about the future, kita bicara masa depan.” Seperti biasanya selalu memompa motivasi.

Berikut ini wawanca M & I dengan founder Mark Plus. Inc, yang kini menginjak usia 63 tahun. Bicaranya masih ceplas-ceplos, renyah, khas soroboyoan Berikut petikannya :

Sebagai seorang marketer, bagaimana Bapak melihat diri Bapak saat ini ?Belum apa-apa! Saya kepingin terus-menerus menyempurnakan diri dan terus memberikan konstribusi. Saya ndak pernah merasa selesai dan tidak pernah mau glorified the past. Penyakit orang senior itu selalu membanggakan masa lalu.

Mestinya bagaimana ?Yang paling penting apa yang bisa saya lakukan 10 tahun ke depan atau sampai tahun 2020. Jadi apa yang saya lakukan 20 tahun lalu itu, gak penting. Yang lebih penting apa yang saya lakukan 10 tahun mendatang.

Sewaktu memutuskan keluar dari pekerjaan dan mendirikan Mark Plus, apa sih yang pertama ada di pikiran anda ? Ini sudah sering saya ceritakan. Intinya, pada Mei 1990, aku keluar dari pekerjaanku itu karena malu saja tiap hari dari dalam mobil melihat ada warung nasi rawon buka, dia itu entrepreneur, aku kok… ?, malu aku, jadi aku mesti berani buka sendiri. Waktu tahun 1990, aku lihat gak ada orang ngerti marketing, jadi aku mulailah memperkenalkan marketing. Saat orang gak percaya, dan bertanya, apa sih marketing itu? Dan gak ada yang percaya.

Apa yang membuat anda sendiri percaya? Apa ada sebuah model yang anda lihat dan percayai ?Waktu itu saya juga masih belajar. Tapi, saya lihat di luar sana sudah berkembang, terutama pada perusahaan multi nasional. Sebetulnya bukan Philip Kotler yang membuat saya percaya tentang marketing, walau pun saya belajar dan membaca bukunya dia. Tapi yang membuat saya tambah yakin, terus terang saja adalah Sean Ellis and Jack Trout. Bukunya ditulis dalam bahasa yang sederhana, enak dan menggelitik saya. Dari situlah saya terus menggali dan terus menggali lagi apa itu marketing, sampai sekarang ini.

Waktu pertama memulai tidak takut gagal ?Ya takut juga, tapi sudah tekad ya… nekad aja. Lagipula, aku kan sudah banyak merasakan kegagalan. Sudah gagal jadi guru, jadi pegawai di perusahaan, terus pindah lagi ke perusahaan Sampoerna, terus keluar, mulai dari awal lagi, he he he... Padahal panggilan jiwa saya sebenarnya dulu jadi guru lho. Keliru ini, hahahaha… Tapi semua itu ada hikmahnya, Jadi praktisi juga kan malah bisa banyak melihat kenyataan di lapangan dan sekarang bisa jadi “guru” buat banyak orang.

Tidak ada keinginan untuk kembali saja ke pekerjaan yang lama di Sampoerna, misalnya ?Ya itu itu, ketika sudah 3 bulan Markplus berjalan, kok gak ada yang datang. Sampai-sampai ngomong gratis aja gak ada yang mau dengar. Sempat juga aku ketakutan. Gak ada orang mau ikut saya, gak ada orang mau bayar saya, Padahal waktu itu saya sangat yakin, saya merasa sudah cukup dikenal, saya sering menulis kolom di Jawa Pos selama 3 tahun terakhir, saya merasa semua orang sudah tahu saya.

Bisa dibilang waktu itu masa kritis dalam karir anda ?Mungkin ya. Apalagi ternyata mereka itu mau dekat sama saya kalau saya masih direktur di Sampoerna. Begitu saya keluar dari Sampoerna, gak orang yang mau dekat saya. Terus saya pergi ke Putra Sampoerna, mungkin bos iba karena saya waktu itu bawa anak saya Michael yang masih SMP, akhornya saya dapat proyek pertama saya.

Sempat diminta kembali oleh Sampoerna ?Tapi disuruh balik lagi jadi direktur Sampoerna, aku gak mau. Itu tidak terpikir. Malah pada waktu mau keluar, aku diketawain sama Putra Sampoerna. “Kamu itu maunya apa sih, mau kerja apa?” Seolah-olah aku itu kurang terima kasih. Padahal gajiku besar waktu itu. Aku pembayar pajak no 48 se-jawa Timur pada tahun 1989.

Bicara tentang visi, buat anda saat ini, mana yang lebih

penting, strategi atau filosofi ?Buat saya marketing itu sekarang sudah filosofi. Kalau ngomong taktik, strategi, saya kan kurang dalam hal-hal teoritis, yah pokoknya yang textbook – textbook begitu, saya enggak bisa. Mesti orang lain yang lebih telaten, Cuma yang aku lihat gambaran besarnya, semua orang butuh marketing, semua perusahaan kalau mau bertahan butuh marketing, pokoknya orang hidup di dunia ini ya butuh marketing.

Ada tidak masa kritis dan kapan itu terjadi ? Dan kapan anda merasa confident ?Terus terang ketika saya ketemu Kotler, itu tahun 1998 di Rusia. Kotler bilang, welcome to the world state , saya ketemu dia, negara kita dalam masa-masa krisis tahun 1998 itu, Saya diundang ke Rusia dan berbicara di sana. Jadi saat bertemu Kotler itulah confident saya terbangun. Meski sebetulnya, saya lebih banyak memberi ketimbang Kotler memberikan kepada saya. Tapi dia tetap diperlukan untuk memberikan rasa percaya diri. Orang sampai bertanya-tanya, kok Kotler bisa percaya sama saya. Bahkan jujur saja, semua ide bukunya itu berawal dari saya. Tapi dia bulan inspirasi saya. Melalui Kotler-lah saya mendapatkan confidence itu

Sejujurnya Ellis dan Jack Trout-lah yang menginspirasi saya. Ini terima kasih saya dapat pertanyaan seperti ini jadi saya bisa menjelaskan hal-hal semacam ini

Ada tidak sistem atau semacam modul yang bisa mempercepat jalan sukses ?Ya kalau yang dimaksud sistem mentor atau mentoring, memang ada alatnya, Mentoring itu sebetulnya bisa dibagi dalam dua kategori, misalnya kapan saat yang terbaik dalam perjalanan karir kita dan kapan saat kritis dalam seluruh pengalaman karir kita. Nah kalau itu sudah kita identifikasi, baru kita bisa berikan semacam option, misalnya nanti kamu bisa seperti ini dan begini atau begitu. Jadi mentor itu tidak perlu membuat yang di mentor jadi mirip seperti mentornya. Tapi mentor membantu yang dimentori untuk dapat melihat potensi dan kekuatannya.

Dengan kesuksesan dan wisdom seperti sekarang ini, bisa tidak anda menjadi mentor sukses seseorang dan butuh berapa lama ?Ya sebetulnya bisa karena sistem dan modulnya ada. Tapi, sekali lagi tergantung orangnya. Tiap step-nya harus tepat dan continue dilakukan, dan yang lebih penting lagi, harus ada kepercayaan terhadap mentornya tanpa harus jadi seperti mentornya. Lain dengan model permuridan yang memang harus jadi seperti gurunya. Jadi bisa dipercepat, karena ada tools-nya.

Apa sih yang anda rasakan saat ini ?Saya sekarang merasa ketakutan, takut tak punya waktu lagi untuk mengejar obsesi dan keinginan-keinginan saya. Jadi sekarang ini, saya merasa sedang kejar-kejaran dengan waktu.. Saat ini saya harus bisa mengerjakan banyak hal dan itu harus saya percepat. Saya bukan tipe orang yang glorified the past, yang puas dengan apa yang sudah saya buat.. Kehidupan itu baru punya arti kalau kita berbuat untuk orang banyak. Our life has to be meaningfull for others! Itu credo saya. (Foto: Gabe)

Maksudnya ?Ya visioning the future, itu istilah yang sering saya lontarkan. Kita harus punya visi ke depan. Makanya saya berpikir, dunia marketing pada tahun 2020 kayak apa sih. Saya mau kembangkan kekuatan daya imajinasi saya terus menerus. Nah ini, (Hermawan Kartajaya menunjuk buku terbarunya yang berjudul “Connect ! Surfing New Wave Marketing). Tiga komponen yang paling penting. Kalau anda mau menguasai Mind Share mesti menguasai Youth, mau mengusai Market Share mesti Women dan mau mengusasi Hard Share mesti Netizen. Inilah yang akan menguasai masa depan: youth, women & netizenJadi bagaimana cara kita menyikapi proses perkembangan yang terjadi di dunia marketing ?Kalau kita ngomong the past atau masa lalu, marketing the past itu ya, textbook, journal dan sejenisnya. Ini kan, selalu ketinggalan karena dia cuma hasil kumpulan dari success story dari yang lama-lama. Kita kan harus bisa menggunakan imajinasi, harus punya visi. Marketing nanti pada tahun 2020 kayak apa ? Enggak usah terlalu jauhlah, percuma juga kalau terlalu jauh, karena landscape-nya juga berubah terus. Cukup 10 tahun ke depan. Dan ingat, pada 2015 nanti Indonesia itu sudah bagian dari Asean, batas-batas negara ini betul-betul hilang.

Oleh Gabe & Lucky Rukminto

Page 11: M&I magz ed 06

18 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 19Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

growths trategiesgrowths trategies

I Made Wenten B.Kabid Support& OperationBPR Lestari

Tanggal 17 April bulan lalu DPD Perbarindo Bali bekerja sama dengan MarkPlus.Inc mengadakan

acara yang berjudul “MarkPlus Microbanking Forum”, pesertanya adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) seluruh Indonesia.

Setelah acara tersebut selesai beberapa BPR yang tergabung kedalam DPD Perbarindo Riau mengadakan kunjungan dan studi banding ke BPR Lestari.

Apakah kita seorang pekerja intelektual?

Saya jadi teringat mertua saya. Beliau disamping seorang guru juga seorang seorang petani. Dan apabila dia ingin meningkatkan hasil dan kualitas dari padi yang akan dipanen, maka mertua saya akan merawat dan memberi pupuk yang cukup untuk tanaman padi tersebut.

Dua cerita diatas merupakan contoh kasus yang sederhana bagi kita dalam mengelola asset penting. Contoh pertama adalah contoh yang tidak tepat. Dimana sesuatu dianggap asset penting, tetapi tidak ada tindakan yang cukup untuk meningkatkan kualitas terhadap asset tersebut. Dan contoh yang kedua adalah contoh yang tepat.

Yang diatas tadi adalah contoh kasus, nah yang sekarang kita menginjak ke kasus yang perlu kita pikirkan dan renungkan.

Kasusnya kita mulai dengan pertanyaan, “Apakah anda seorang pekerja intelektual?”. Kalau jawabannya iya, maka kita lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya.

“Apakah kita lebih banyak bekerja menggunakan otak, pikiran, kecerdasan kita ataukah menggunakan badan dan tenaga kita?” Kalau jawaban anda adalah lebih banyak menggunakan otak dan pikiran berarti kurang lebih benar anda seorang pekerja intelektual.

Tetapi kalau anda lebih banyak menggunakan badan dan tenaga ketimbang pikiran, maka anda adalah seorang pekerja kasar. Walaupun dalam bekerja selalu menggunakan setelan kemeja dan celana panjang. Dan saya percaya pertanyaan diatas pasti anda jawab dengan jawaban “otak dan pikiran”.

Kita lanjutkan lagi kasus kita dengan pertanyaan, “ Apakah penghargaan yang kita terima bersumber dari apa yang dihasilkan otak, pikiran kita ataukah tenaga kita?”. Tentu saja jawabannya adalah apa yang dihasilkan otak dan pikiran kita.

Nah bagian pertanyaan-pertanyaan terakhir ini, anda tidak perlu menjawab. Cukup dijawab dalam hati saja, jawaban hanya untuk konsumsi diri sendiri. Bagian pertanyaan terakhir adalah:

Apakah kita sudah memberikan perhatian dan - melakukan kegiatan untuk meningkatkan kualitas otak kita?

Apakah kita sudah - memberikan nutrisi yang cukup kepada otak kita berupa pengetahuan, wawasan dan kebijakan agar pikiran kita berbuah lebih bagus?

Apapun jawaban terhadap pertanyaan diatas, kita telah belajar dari dua contoh diatas bahwa sumber darimana kita mendapatkan pendapatan/penghargaan merupakan asset penting. Dan asset penting harus dirawat, dan ditingkatkan kualitasnya seperti petani yang memberikan pupuk kepada tanamannya. Jadi kalau kita seorang pekerja intelektual maka kita harus . . . . . . . . . (silahkan isi sendiri). (Ilustrasi: Yana)

Pada saat kita sesama BPR berbagi cerita ada satu topik pembicaraan yang menarik. Topik tersebut adalah “Apakah asset terpenting bagi kita sebagai sebuah organisasi, yang berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan bisnis organisasi?”. Semua orang yang terlibat dalam diskusi tersebut sepakat dan serempak menjawab “SDM”.

Kemudian diskusi kita lanjutkan dengan pertanyaan, “Kalau memang SDM merupakan asset terpenting, sudahkah kita memberikan perhatian dan perlakuan yang cukup untuk pengembangan dan peningkatan kualitas SDM?”. Hampir semua hadirin yang ada tengak-tengok ke rekan sebelahnya sambil senyam-senyum. Dan kurang lebih arti senyam-senyum itu adalah tidak.

Jadi mereka menganggap bahwa SDM itu penting, tetapi mereka tidak melakukan kegiatan yang cukup untuk pengembangan SDM yang mereka anggap penting. Kesimpulannya “tidak nyambung”.

Alasan mereka sih banyak. Tentang kenapa program pengembangan SDM mereka kurang sekali, dari yang klise yaitu “tidak ada dana” sampai alasan yang aneh yaitu “rugi memberikan pendidikan atau training, karena kapasitas karyawan mereka terlalu rendah untuk diberikan training.”

Page 12: M&I magz ed 06

20 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 21Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

smal lb izhomebiz smal lb izhomebiz

Uang Kepeng, Bukan Uang BiasaOleh Prad

Buat Masyarakat Bali, Uang Kepeng memiliki funsi tersendiri dalam kehidupan mereka. Selama

upacara keagaaman Hindu di Bali masih berlangsung, maka selama itu pula Uang kepeng diperlukan.

Masyarakat memerlukan uang kepeng (Pis Bolong) sebagai bahan yadnya dalam upacara keagamaan. Jumlahnya tak bisa dipastikan; bisa hanya puluhan saat upacara di rumah sehari-hari atau ratusan saat ada odalan besar di pura. Uang kepeng diyakini bisa menambah kekuatan aura, tempat upacara berlangsung.

Uang kepeng atau pis bolong sudah menjadi bagian hidup masyarakat Bali sejak dulu. Fungsinya, sebagai alat pembayaran dan sarana upacara. Penggunaan uang kepeng sebagai alat pembayaran pertama kali disebut Stephen DeMeulenaere dalam situs appropriate-economics.org, sekitar tahun 900 M.

Seiring perkembangan zaman, jumlah uang kepeng semakin menipis. Karena itulah I Made Sukma Swacita tergerak untuk bergerak di bidang ini. “Dulu uang kepeng Cina yang dipakai di Bali,” ujarnya. “Karena uang kepeng kian langka, timbul keinginan supaya uang kepeng tak punah.

Melalui SK Gubernur No.68 Tahun 2003, dibentuk Bali Heritage Trust, lembaga yang bertugas melakukan upaya-upaya melestarikan budaya Bali, salah satunya uang kepeng. Dalam uang kepeng Cina, yang tergambar adalah nama kaisar yang berkuasa saat pembuatan uang kepeng itu. Karena itu, Bali Heritage Trust dan komponen masyarakat yang peduli, memikirkan desain uang kepeng sesuai budaya Bali. Pilihannya, uang kepeng panca-aksara dan padma. “Padma melambangkan dewata nawa sanga,” ujar Sukma Swacita.

Selain untuk mencari penghasilan, industri ini juga secara tidak langsung berperan melestarikan budaya Bali, karena uang kepeng itu bisa digunakan untuk pengganti uang kepeng lama dalam upacara keagamaan. Karena itu, bahan bakunya harus mengandung panca-datu (lima kekuatan hidup yang dipengaruhi kekuatan panca-dewata), yaitu besi, perak, tembaga, emas, perunggu dan kuningan. Besi adalah kekuatan Dewa Wisnu, berwarna hitam dan berada di utara; perak adalah kekuatan Dewa Iswara, berwarna putih dan berada di timur; tembaga adalah kekuatan Dewa Brahma, berwarna merah dan berada di selatan; emas adalah kekuatan Dewa Mahadewa, berwarna kuning dan berada di barat; perunggu dan kuningan adalah kekuatan Dewa Siwa, berwarna-warni dan berada di tengah. “Panca-datu adalah syarat mutlak dalam upacara karena memenuhi kelima unsur arah mata angin,” katanya.

Permintaan tidak hanya datang dari Bali saja, melainkan dari masyarakat Hindu di Jawa Barat, Lampung, Gorontalo, NTB, Jakarta dan Manado menjadi pelanggan Uang kepeng di Kamasan Bali. Selain itu, Sukma Swacita juga menerima pesanan dari Singapura, Thailand, Prancis, Swedia, dan Belanda. “Sebagian ada yang memberi desain pada kami, sebagian membeli yang sudah ada,” ujarnya. Harga jual produknya bervariasi. Harga jual produknya bervariasi. Kalau Uang kepengnya sendiri seharga Rp 700 sampai Rp 800,- per kepingnya. Sedangkan yang berbentuk suvenir berkisar dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah. (Foto: Prad)

Lantas di mana letak sisi bisnisnya? Dari sanalah terbersit gagasan untuk melakukan inovasi. Dibuatlah suvenir dan aksesori dari uang kepeng. “Uang kepeng kalau belum diupacarai, hanya aksesori biasa. Karena itu, dengan kreativitas saya mengembangkan uang kepeng menjadi berbagai macam produk,” ujarnya.

Jadilah bentuknya bermacam-macam, mulai dari bentuk bangunan atau barang yang langka atau dibentuk seperti lumbung arta, gedong arta, bale gading, pabuan. Berbagai ragam patung seperti patung Siwa, patung Ganesha, patung Dewi Kwam In, patung penari Tamulilingan juga dibuatnya.

Page 13: M&I magz ed 06

22 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 23Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

Loloan Brasserie BaliOleh Lucky Rukminto

greenbusinessgreenbusiness

Yummy… ! Barangkali itu kata yang pas sehabis kita menikmati santapan yang

tersaji di Loloan Restaurant yang berlokasi di bilangan Petitenget, Kuta, Bali. Ya, Loloan Brasserie Bali begitu nama lengkapnya. Pokoknya semua menu olahan restaurant ini, cita rasanya dijamin top dan bahan bakunya memenuhi standar kesehatan.

Tak salah memang. Tengok saja ke ruang dapurnya. Semua bahan baku, seperti wortel, kentang, selada, tomat, hingga aneka bumbunya, memang produk pertanian organik. Begitu juga hanya daging pilihan dengan standar “bintang lima” yang disajikan di tempat ini.

Karena semua serba pilihan dan organik, maka tak heran, hampir semua jenis menu yang tersaji mempunya cita rasa lembut, spicy dan lezat. “Kita punya bumbu rahasia yang namanya soonacekoo with BBQ sauce, ” ujar GM Loloan, Pasek Arthawan.

Pantas saja, semua menu jadi terasa spesial. Apalagi unit dapur resto ini, juga dikendalikan oleh seorang chef yang punya pengalaman overseas dengan dibantu juru masak lokal yang handal. Maka tak heran jika bumbu racikan dan menu yang ada di sini merupakan “East meets West”, alias pertemuan Timur dan Barat yang pas di lidah siapa saja.

Makanya, tamu yang datang cukup beragam. Mulai dari wisatawan lokal, Asia, hingga tamu yang berasal dari daerah western. “Karena menu yang kita buat sudah disesuaikan dengan cita rasa siapa saja yang menikmatinya. Dijamin rasa dan harganya juga pas,”janji pengendali restaurant ini.

Buka setiap harinya, resto daily ini memang menyediakan breakfast dan lunch. Jadi kalau mau sarapan agak lambat, masih bisa dilayani di sini. Begitu juga makan siangnya. Menunya yang sangat variatif, sudah barang tentu mengundang selera. Untuk appetizers, ada udang kacang tiger, Dom ka kung, salada pelangi. Terus yang agak berat, ada Ulam Segara lobster, lamb dan juga grill item lainnya.

Restaurant Loloan ini sejak awalnya memang mengusung bahan baku yang serba organik yang dihasilkan dari green farm-nya sendiri. Artinya semua proses di resto ini, dari bahan baku sampai jadi menu yang siap disajikan, diolah dan mendapat perlakuan secara organik treated dengan tehnik cooking yang tepat.

Kalau sudah ada menu yang enak, tentu saja kita juga butuh tempat yang nyaman. Soal yang satu ini, anda mesti datang sendiri merasakan kenyamanan konsep face front yang terbuka dan asri dari resto Loloan ini. Apalagi buat dinner, pasti lebih romantic dikelilingi pohon lampu di sekeliling taman dan candle di atas kolam teratai. Coba saja.

Restaurant Loloan Bali: Jl. Kayu Jati 9XPetitenget Beach Seminyak,Kuta, Bali.

Page 14: M&I magz ed 06

24 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 25Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

Oleh Suzana Chandra

smar tf amily smar tf amily

Kalau boleh berbagi, saya ingin sekali menceritakan pengalaman saya menjalani rumah tangga selama 14 tahun ini. Kisahnya akan saya buka dengan sebuah pertanyaan: Bagaimana cara yang paling efektif menggetarkan hati suami?”.

Jawabannya, ternyata, bukan dengan masakan yang lezat, bukan dengan berdandan secantik Luna Maya

(ya dengan ini getar sedikit lha), tapi dengan selebaran undangan “SALE” yang saya terima dari toko favorit saya.

Dengan segala keunikan, kelebihannya, serta kekurangannya, sudah lumrah bila kaum perempuan menjadi target market yang sangat luar biasa potensialnya bagi segala macam produk. Yang saya maksud dengan segala macam, ya benar-benar segala macam. Pendeknya, kaum hawa adalah target dari big corporation, small corporation, organisasi sosial, agen-agen MLM (multi level marketing), pedagang kaki keliling, petugas kelurahan sampai petugas Banjar. Boleh dibilang “absolutely from Everybody and everything”

Kaum Perempuan di bombardir dengan tawaran credit cards dengan free interest (limited time), paket-paket diskon liburan, paket kecantikan, pakaian, sepatu, pendidikan anak, makanan, kerja sosial, penggalangan

dana dari Banjar, arisan, tukang bakso, tukang rujak dan sebagainya. (Listnya bisa tidak selesai-selesai nih).

Jadi bisa dibayangkan bagaimana tekanan untuk berkonsumsi yang didapatkan kaum perempuan. Dua kata saja ; Buanyaaaak banget dan Beraaaaaat banget. Jadi kaum Bapak, sedikit mengertilah, kalau kaum Ibu berbelanja memang bakal sedikit lebih dari yang diperlukan.

Berkonsumsi bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Justru perekonomian kita akan lumpuh kalau kita berhenti berkonsumsi. Indonesia masuk ke dalam Negara G20 (sesuatu yang sangat membanggakan), mungkin salah satunya adalah karena kita memiliki konsumsi domestik yang sangat luar biasa. Sehingga apa yang terjadi di seluruh dunia (diluar Indonesia) tidak memiliki banyak efek negatif terhadap pertumbuhan perekonomian kita. Tapi, rugi juga ya, karena export negara kita jadi blessing in disguised dalam masa krisis dunia sekarang.

The Evil Side of Consumption (Sisi buruk dari Konsumsi)

Satu hal yang harus diwaspadai adalah kalau “Consumption Consumed our lives”. Artinya adalah kalau hidup kita hanya untuk berkonsumsi. Kita lihat banyak sekali orang yang berkarir dan berpenghasilan sangat tinggi, tinggal di apartemen, rumah mewah, naik European car, selalu keluar masuk restaurant mahal, holiday selalu keluar negeri, tas tentengnya paling tidak LV, Gucci dan Hermes. Mereka mungkin kelihatan “kaya” tapi apakah mereka “asset rich”, ini mungkin soal lain.

Di salah satu episode Sex in the City, Carrie (pemeran utama) yang koleksi “investment-nya” terdiri dari puluhan sepatu Manolo Blahnik, mengeluh karena akan di usir dari apartemennya, sedangkan dia tidak punya uang untuk deposit membeli apartemen. Harga sepatu Manolo Blahnik rata-rata adalah $600. Ketika dia lihat tempat sepatunya, paling tidak dia punya sekitar 40 pasang sepatu.

Bayangkan $24,000 (atau sejumlah Rp. 220 juta rupiah) yang nota bene cukup untuk deposit membeli apartment, sudah dia habiskan untuk membeli sepatu yang cantik, dan sekarang dia terancam tidak punya tempat tinggal. Tragis sekali ya, cantik, single, 40 pasang Manolo Blahnik shoes, tapi tidak ada tempat berteduh.

Buying Shoes or Buying House (keputusan yang sangat susssaaahhh)

Inti dari cerita saya diatas adalah, bahwa ada “the other

side of Consumption” yaitu “Investment atau Investasi” tentang sesuatu yang biasanya orang takut mendengar apalagi mendiskusikan. Takut kelihatan sok pintar katanya, kalau berbicara masalah investasi.

Carrie (dari cerita diatas), ternyata mampu mengumpulkan uang untuk deposit apartment, kalau saja dia rajin mengumpulkan dananya “instead of buying shoes” . Dia menyadari hal ini, pada saat sudah akan diusir dari apartment sewaannya. Oopsie, too late!

Kebanyakan karena selain “consumption pressures” dari external (seperti iklan dan komunitas), kita tidak berani berinvestasi karena merasa “penghasilan” kita belum cukup untuk investasi. Seringkali kita dengar, “lha buat hidup sehari-hari aja nge-pas, apalagi mikirin investasi kalaupun ada sisa, enggak ngefek lha kalo diinvestasikan”

Rumusnya adalah sangat sederhana; Konsumsi kita HARUS dibawah Disposable Income. Harus ada yang disisihkan untuk membeli “asset”. Aset berarti sesuatu yang akan “grow in value” atau memberikan “income stream”. Seberapa kecil sisa yang kita investasikan, karena asetnya growing, maka akan naik valuenya. Learn from the “Carrie story”, jangan tunggu sampai diusir dari apartment untuk menyadari “power of investment”

Untuk menjawab pertanyaan, Buying Shoes VS Buying House, jawaban saya adalah sederhana. Selama saya tidak “membayar” uang sekolah anak-anak saya dengan “shoes”, ya saya pilih beli rumah. Nah, lho.

Page 15: M&I magz ed 06

26 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 27Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

New Kuta Golf Bali,a Heart of Jimbaran

Banyak yang percaya keputusan penting bisa muncul dari lapangan golf. Ini mungkin ada benarnya. Golf memang permainan dan olah raga prestisius. Di tempat ini, kita memang bisa berolah raga sambil tetap menjalin lobi, negosiasi, sosialisasi, atau cuma ingin sekadar rileks, juga boleh.

Oleh Lucky Rukminto

l eisure

Sensasi ketenangan dan udara yang fresh, sudah terasa ketika kita memasuki pintu gerbang kawasan Pecatu Indah Resort, Jimbaran, Bali, yang merupakan lokasi New Kuta Golf. Sebuah lokasi yang betul-betul eksotis.

Tepat di ujung pantai Dreamland, menjorok ke laut. Tak berlebihan barangkali kalau area ini disebut heart of Jimbaran.

Page 16: M&I magz ed 06

28 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 29Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

l eisurel eisureLalu, bayangkan saat pagi hari ketika matahari beranjang naik atau mungkin anda menanti sunset sambil bermain golf. Desir angin pantai yang sejuk, hangat sinar matahari, rumput hijau dengan kontur sempurna yang ditata apik. Suasana apa lagi yang ingin anda cari? Ini semua ada di sini.

Sejak beroperasi 3 tahun lalu, lapangan golf yang mempunyai 18 Hole, dengan luas area mencapai 85 hektar ini, memang menyediakan semua yang diperlukan pecinta golf, baik amatir maupun bagi pegolf profesional. Pendeknya, semua ada di sini. New Kuta Golf juga punya banyak kelebihan yang tak dimiliki course golf kebanyakan. “Lapangan ini di disain dengan konsep terbuka. Makanya kita sebut golf link,” ujar GM-nya Raja Balasingham.

Begitu banyak fasilitas yang dimilikinya, memang pantas bila New Kuta Golf, disebut-sebut sebagai surganya para pegolf, baik dalam maupun luar negeri. Club House yang nyaman dan artistik, restaurant, fasilitas spa, ProShop yang menyediakan segala keperluan golf, hingga ruang pertemuan (meeting room) yang luas, yang bisa digunakan untuk berbagai acara, seperti wedding, misalnya. “Ruang ini di disain dengan tingkat privatisasi yang tinggi, serta nyaman, dan mampu menampung 200 orang,” ujar PR Managernya, Dewi Lestari.

Dengan konsep link golf resort yang hanya berjarak 250 meter dari bibir pantai Dreamland, memang bak doble bonus bagi para pegolf. Konsep terbuka dengan kontur lapangan sempurna berumput empuk kualitas nomor wahid, masih ditambah dengan view pantainya yang indah. Maka, tak heran bila tiap Hole-nya kita seperti diajak tour menikmati tiap Par bola putih seberat 46 gram yang kita pukul itu dengan tingkat kerumitan yang menantang.

Merasakan bermain golf di tempat ini, memang kita bakal banyak mendapat kesenangan. Tapi, golf tetaplah sebuah olah raga. Coba saja, misalnya anda bermain penuh sebanyak 18 Hole yang tersedia di New Kuta Golf ini. Paling tidak 70 pukulan harus anda selesaikan dengan jarak tiap Hole-nya masing-masing berkisar 200-500 meter. Jika bisa bermain rutin tiap minggu saja, pasti dijamin makin sehat dan segar.

Tapi, kalau setelah beberapa Hole anda tak mampu lagi berjalan kaki, cuma masih punya keinginan menyelesaikan Hole terakhir, itu juga perkara gampang. New Kuta Golf, menyediakan golf carts yang mampu membawa 4 penumpang beserta peralatan golf-nya. Di beberapa Hole, tempat ini juga menyediakan Bar mungil, buat melepas dahaga. Pokoknya, golf seharian di tempat ini, betul-betul menyenangkan.

Kalau soal harga yang harus dibayar untuk menikmati bermain golf di tempat ini, sebenarnya, sepadan dengan apa yang kita peroleh. Tak terlalu mahal kok untuk ukuran sebuah resort golf. atau kalau mau coba-coba dulu, tempat ini juga menyediakan Driving Range sepanjang 250 meter. Perangkat golf bisa juga disewa di tempat ini. Memang sih, kalau golf dibilang olah raga mahal,

itu relatif masih boleh diperdebatkan. Maklum olah raga yang sudah ada sejak tahun 1672 ini, dulunya di Scotlandia dimainkan oleh para aristokrat. Perkembangan selanjutnya, golf memang lebih popular di Eropa dan Amerika. Di Queensland, Australia, misalnya, gak aneh kalau kita menemukan para karyawan biasa atau sopir taksi bermain golf. Sebenarnya, di sini pun, sekarang sudah banyak para remaja yang bermain golf.

So, mengapa harus ragu bermain golf. Siapa tahu, anda berbakat dan bisa menyandang gelar sebagai pegolf profesional dan malah bisa kaya raya macam pegolf Dale Irwin, Arnold Palmer atau bahkan Tiger Woods. Ok, lah, minimal kalau ada yang Tanya berapa handicap anda, jadi enggak bingung. New Kuta Golf dekat kok, Jaraknya cuma 20 menit dari Bandara Ngurai Rai, Bali. Jadi, golfing aja mulai sekarang. (Foto: Gabe)

Page 17: M&I magz ed 06

30 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 31Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

p oll ingm i l l ionaire frontofm ind

Pada masa kampanye dulu, Barack Obama

pernah meminta bantuannya. Dan konon ketika Obama menyusun kabinet, Schmidt diminta nasihatnya. Belakangan, dia juga mundur dari dewan

komisaris perusahaan komputer Apple untuk menghindari konflik kepentingan

dengan Google. Banyak yang bilang lelaki paruh baya yang kini menjabat sebagai Chief Executive Officer Google Inc. ini, bertangan dingin. Perusahaan mana pun yang dia kemudikan, bakal melesat dalam tempo singkat. Begitu juga, sekarang ini, dia berhasil membawa Google, perusahaan teknologi berbasis internet yang bermarkas di lembah silicon Palo Alto, Atlanta itu, bertengger di puncak singgasana.Eric Emerson Schmidt. Begitu nama lengkapnya, yang lahir 27 April 1955 di Washington DC, sejak remaja dikenal sebagai anak yang cerdas. Ayahnya seorang ekonom, ibunya cuma seorang ibu rumah tangga biasa. Setelah menyelesaikan SMA di Virginia, Schmidt melanjutkan kuliah jurusan science di Princeton University. Pada 1982, gelar PhD-komputer-nya diperoleh dari University of California, dengan disertasi berjudul “Manajemen pendistribusian dan pengambangan software”. Hebatnya, hingga kini, Schmidt masih sesekali mengajar di Stanford Business School.Sebagai milyuner, Eric Schmidt ternyata orang yang gemar menimba berbagai ilmu. Kabar terakhir terdengar, dia bukan saja rajin mengkampanyekan tentang pemanfaatan energi yang ramah lingkungan, tapi juga ikut mendukung penelitian tentang berbagai energi alternatif. Untuk ini Schmidt mendirikan The Schmidt Family Foundation.Perjalanan karirnya, memang cukup berliku. Sebelum bergabung dengan Larry Page dan Sergey Brin, dua orang penemu mesin pencari fenomenal bernama Google pada 2001, beberapa perusahaan teknologi pernah merasakan tangan dinginnya. Zilog and Xerox’s Research Center, Bells Labolatory, Sun Microsystems, Novell, misalnya. Di Tangan Schmidt-lah, Google yang didirikan oleh dua anak muda itu, melesat secara dramatis dalam tempo tak lebih dari 10 tahun.Berdiri paling depan di perusahaan Google Inc, posisi Eric Schmidt memang unik diantara Larry dan Sergey. Pada mulanya, karena jarak usia cukup jauh dengan kedua

Eric E SchmidtCEO Google yang Punya Dua Processor

Andai Saya

Punya Uang Satu

Miliar

anak muda milyuner pemilik google ini, Schmidt kerap kali bertindak bagai ayah bagi keduanya. Larry gampang berubah dan cepat pindah dari satu hal ke lain hal. Sedangkan Sergey lebih konsisten dan cukup manajerial. “Saya seperti mempunyai dua processor yang berlainan karakter,” ujar Schmidt suatu ketika.Untungnya, Schmidt yang sudah kenyang asam-garam selama 20 tahun di dunia bisnis teknologi ini, piawai meng-eksplor potensi kedua anak muda ini. Bahkan, lebih jauh lagi Schmidt mampu menciptakan budaya kerja Google di jalur yang tepat dan nyaman hingga segalanya berjalan mulus. Kini, ketiganya tercatat sebagai orang terkaya di dunia versi majalah Forbes. Schmidt sendiri pada tahun sejak tahun 2009 lalu, sudah nongkrong di urutan 126 dengan nilai kekayaan ditaksir mencapai 6,6 miliar dolar.Operasional Google yang sudah mengglobal di bawah komando Schmidt, bukan berarti perusahaan mesin pencari ini bisa melenggang dengan nyaman. Raksasa lain seperti Yahoo, Apple, Microsoft, MSN, AOL dan yang lainnya, terus mengintip dan mencari celah untuk menghambat laju perkembangan Google. Buktinya, baru-baru ini saja, Schmidt dengan nada khawatir mengungkapkan bahwa sebagian kekayaan intelektual perusahaannya berhasil di bajak dan

mendapat serangan cyber secara rutin.Meski Google masih cukup perkasa menghadapi lawan-lawannya, toh Schmidt secara jujur mengungkapkan ketakutannya juga. Sebagai mesin pencari paling popular, google memang menguntungkan sekaligus merugikan banyak pihak. Masa depan surat kabar dan percetakan buku, dan privasi negara lain, misalnya, menganggap google adalah ancaman di masa depan.

Menanggapi ini semua. Schmidt merespon dengan santai. “Google ikut bertanggung jawab terhadap budaya demokrasi yang sehat dan peradaban umat manusia. Dan itu akan kita dukung,” ujarnya yang dilansir berbagai media baru-baru ini. Lagi-lagi Schmidt menunjukan tangan dinginnya. Tapi kita tunggu saja daftar perusahaan yang bakal jadi korban akusisi pria berkaca mata yang kini tinggal di California bersama istrinya Wendy itu.Oleh Lucky Rukminto

Poling ini dibuat sekadar untuk merekam persepsi atau cara pandang seseorang terhadap nilai sejumlah uang.

dan juga mengukur seperti apa pola konsumsi responden. Tentu saja, nilai sejumlah uang tersebut, menggambarkan keinginan dan kebutuhan yang paling diharapkan responden saat ini.

Persepsi dan cara pandang tentang uang - yang dimiliki seseorang - tentu saja dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya adalah; latar belakang pendidikan, strata ekonomi, lingkungan sosial-budaya dan kondisi psiko-grafis yang bersangkutan.

Poling ini memberikan beberapa pertanyaan kepada 12 orang responden di kota Denpasar, yang rentang usianya berkisar 20 – 45 tahun. Pendidikan responden juga terpaut satu jenjang, yaitu 66,67 % tamat SLTA dan sisanya sebanyak 33,33% tamat perguruan tinggi. Mereka terdiri dari; 4 orang karyawan, 4 orang ibu rumah tangga dan 4 orang mahasiswa.

Pertanyaan yang diajukan kepada responden tersebut diantaranya : Apakah anda pernah berpikir tentang uang sebanyak satu miliar rupiah? Jika anda mendapatkan uang sebesar satu miliar rupiah saat ini, mau digunakan untuk apa? Apa alasannya? Menurut anda bagaimana cara mendapatkan uang satu miliar yang paling cepat?

Hasil verifikasi dan analisis dari poling ini adalah: Para karyawan atau 33,3 % responden menjawab bahwa mereka pernah berpikir tentang uang satu miliar rupiah. Rata-rata dari meraka juga memang mempunyai angan-angan tentang hidup yang lebih baik ditandai dengan rumah dan kendaraan yang lebih mewah.

Sementara para ibu rumah tangga atau 25 % responden menjawab bahwa mereka tidak pernah terpikir tentang uang satu miliar rupiah. Namun, 33,3 % para ibu ini berpikir dan berangan-angan mempunyai rumah yang lebih baik dan perabotan rumah tangga yang lebih modern.

Sedangkan seluruh responden mahasiswa atau 33,3 % menjawab bahwa mereka tidak terpikir dengan uang satu miliar, tapi semua mempunyai angan-angan dapat memiliki kendaraan pribadi roda empat yang tengah trend saat ini.

Beranjak ke pertanyaan berikutnya, yaitu apa yang pertama dilakukan bila mereka memilki uang satu miliar rupiah saat

ini, rata-rata responden atau tidak kurang dari 66,67 % menjawab, bila mereka memiliki uang sebanyak satu miliar rupiah saat ini, mereka mau membeli mobil dan rumah. Dan 33,3 % berencana membeli mobil bagus dan bersenang-senang (Holiday).

Tidak kurang dari 75 % responden juga hamipr sama menjawab tentang apa yang pertama sekali akan mereka lakukan dengan uang satu miliar tersebut. Kalau pun ada perbedaan, barangkali hanya soal yang mana yang lebih cepat dan mudah mereka dapatkan. Alasan lain yang hampir seragam pun (100 %) diberikan oleh responden.

Menurut mereka, mobil dan rumah adalah lambang tingginya status sosial seseorang di mata masyarakat.

Namun, ketika masuk dalam pertanyaan, bagaimana cara paling cepat mendapatkan uang satu miliar tersebut, hampir rata-rata responden (75%) mengalami kebingungan menjawab. 25% Responden dengan status karyawan menjawab; Pinjam di bank; Dapat hadiah atau undian dari bank, membuka usaha (tanpa penjelasan). Sedangkan kebanyakan ibu rumah tangga, menjawab tidak tahu (33,3%). Sementara rata-rata mahasiswa (25%) menjawabnya; menikah dengan anak pejabat, mendapat warisan dan berjudi atau pasang nomor undian.

Dari jawaban yang diperoleh, kita bisa melihat persepsi dan pola konsumsi para responden. Persepsi atas nilai-nilai subjektif yang ada di masyarakat saat ini, jelas sangat mempengaruhi tata nilai konsumsi responden. Tak ada satu kelompok responden pun yang berniat menambah added value (memberikan nilai tambah) terhadap uang yang diperoleh.

Asumsi sementara: Kualitas konsumsi meningkat tajam. Kualitas produksi (kerja keras) mengalami penurunan yang dramatis. Meski begitu, tiap orang sah kok, menjadi miliuner.

Kesimpulan: Hasil survei ini menjawab mengapa 10% populasi penduduk di dunia menguasai 90% wealth (kekayaan). Dan ketika seluruh wealth dibagi rata, dalam 5-10 tahun ke depan, komposisi akan kembali menjadi seperti semula, yaitu 10% menguasai 90% populasi.Ini disebabkan karena karena sebagian besar populasi yang memiliki uang, lebih bersifat konsumtif dan kurang mempertimbangkan uang yang dimilikinya untuk berinvestasi.

Page 18: M&I magz ed 06

32 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 33Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

l iterature l iterature

Pribadi BudionoDirektur BPR Lestari

Hermawan Kartajaya adalah pendiri dan Presiden Markplus, Inc, marketing professional services firm

yang dirintisnya sejak tahun 1990. Hermawan telah menulis sejumlah buku dan artikel yang diterbitkan di dalam negeri maupun luar negeri. Selain aktif menulis buku, Hermawan juga kerap diundang sebagai pembicara dalam berbagai forum internasional, mulai dari Asia, Eropa sampai di Amerika Serikat. Sejak tahun 2002 Hermawan menjabat sebagai Presiden World Marketing Association (WMA) dan oleh The Chartered Institute of Marketing yang berkedudukan di Inggris (CIM-UK) dinobatkan sebagai salah seorang dari “50 Gurus Who Have Shaped The Future of Marketing”’ satu dari dua orang Asia di daftar tersebut selain Keniche Ohmae.

Karya terbaru dari Hermawan adalah GROW with CHARACTER. Buku ini diluncurkan di Surabaya, tanggal 01 Mei 2010. Pada hari itu, Markplus Inc tepat berusia dua puluh tahun. GROW with CHARACTER merupakan kumpulan artikel Hermawan yang dimuat oleh Jawa Pos selama 100 hari berturut-turut. Para Fans Hermawan sangat beruntung artikel yang dimuat di Jawa Pos dikumpulkan menjadi sebuah buku, selama ini mereka banyak mengkliping tulisan sehingga tidak takut klipingannya hilang atau robek.

Buku GROW with CHARACTER ini semacam buku Biografi Bisnis dan Marketing Hermawan Kartajaya. Di dalam buku ini adalah menuliskan cerita tentang bagaimana Hermawan mendirikan, mempertahankan serta mengembangkan Markplus ini. Hermawan mempergunakan bahasa bercerita agar tidak membosankan. Gaya bercerita orang Surabaya lugas dan apa adanya. Kalau Anda membaca tulisan Herwaman ini, seringkali terasa muatan emosionalnya, pada bagian tertentu tulisannya sangat meledak-ledak tapi di bagian lain terasa sangat lemah dan memilukan, bahkan sambil mengingat kembali masa lampau menuangkan ceritanya

sambil menangis, tanpa sadarpun kita membaca akan terbawa emosional Hermawan.

Buku GROW with CHARACTER merupakan buku biografi bisnis dan marketing Hermawan Kartajaya, yang pada intinya terdiri dari 2 bagian yaitu petama adalah perjalanan sebagai Entrepreneur dalam membangun Markplus, Inc. Markplus sendiri merupakan bisnis Hermawan yang fokus di dunia marketing yang terdiri dari 3 unit yaitu Consulting, Research dan Training. Perjalanan Entrepreneur Hermawan dimulai di usia yang tidak muda lagi yaitu usia 43 tahun tepatnya tanggal Satu Mei 1990, sehingga tanggal tersebut bagi Hermawan merupakan tanggal yang sangat keramat sehingga menjadi seorang Ayatullah Marketing nya Indonesia. Itulah hari pertama Hermawan tidak menjabat Direktur Distribusi PT. HM Sampoerna dan itulah hari pertamanya untuk memulai MarkPlus. MarkPlus merupakan bisnis konsultan di bidang marketing.

Keberanian seorang Hermawan sangat luar biasa tinggi untuk memulai sebagai Entrepreneur, Betapa tidak! ……. Hermawan mengorbankan jabatan karier yang luar biasa tinggi yaitu sebagai Direktur Distribusi HM Sampoerna, yang kita tahu saat ini merupakan perusahaan rokok yang memberikan keuntungan terbesar di Indonesia mengalahkan Gajah “Gudang Garam”. Untuk memulai sesuatu yang baru, baru untuk Hermawan. Kenapa Baru……….? Dalam artian ….baru sebagai Entrepreneur yang tidak dapat gaji bulanan, yang sebelumnya.. baik gaji yang lumayan gede dengan segala tunjangannya. Semuanya ditinggal, untuk memulai yang baru yaitu membangun MarkPlus. Bisnis yang dimasuki oleh Hermawan juga bisnis yang relatif baru di Indonesia yaitu Konsulting marketing. Sangat berani...bagi seorang Hermawan untuk memulai bisnis yang relative baru dan saat itu dunia marketing belum dibutuhkan. Pada waktu itu, kalau ingin menjadi pengusaha yang hebat tidak perlu marketing yang canggih, namun hanya cukup untuk dekat dengan penguasa alias “ber KKN ria” istilah Amien Rais.

Namun Hermawan menangkap peluang yang sangat Hebat di bisnis ini, bisnis ini tidak ada pesaingnya. Inilah yang membedakan dari diri Hermawan muda yang innovative. Karena apa? Dunia kedepan akan global dimana persaingan bisnis sangat ketat, dan tidak bisa mengandalkan KKN lagi. Bisnis harus bersih, transparan dan professional. Ini yang ditangkap...! Hermawan mengembangkan MarkPlus menjadi bisnis Konsulting, research dan training terbesar di Indonesia.

Perjalanan untuk memulaipun tidak mudah, Hermawan memulai dari tempat tinggalnya sendiri, tanpa karyawan lagi (one man show). Merancang, membuat, memasarkan semuanya dilakukan sendiri, sampai-sampai Hermawan tidak bisa mendapatkan klien, karena bisnis consulting marketing pada saat itu belum diperlukan. Untuk pecah telur dalam mencari klien, diceritakan dalam GROW with CHARACTER, Hermawan memberanikan diri untuk menemui bosnya di HM Saampoerna yaitu Putra Sampoerna, untuk minta pekerjaan. Putra sampoerna akhirnya memberikan kontrak selama 1 tahun. Inilah titik balik dari perjalanan Hermawan dalam membangun MarkPlus yang sangat luar biasa, akhirnya kontrak consulting, research dan training berdatangan dari mana-mana.

Setiap perjalanan sukses seseorang, pasti ada model yang ditiru atau guru-nya. Siapa guru Hermawan Kartajaya? Yang memberikan inspirasi Hermawan untuk terjun sebagai Entrepreneur yaitu :

Dahlan Iskan (pemilik Jawa pos), Perjuangan luar 1. biasa Dahlan Iskan dalam membesarkan Jawa pos dari Koran yang hampir bangkrut menjadi Koran yang terbesar setelah kompas,

Putra Sampoerna, (atasan Hermawan Kartajaya 2. sekaligus pemilik HM sampoerna), disini HM sampoerna merupakan tempat sekolah Hermawan dalam memulai bisnis, maupun membesarkannya.

Ciputra (Group Citra), Ciputra sangat getol untuk 3. mendorong Entrepenuership di Indonesia. Ciputralah yang mendorong Hermawan untuk terjun sebagai Entrepreneur dan Hermawan muda menggunakan pemikirannya sebagai modelnya.

Bagian kedua dari buku GROW with CHARACTER yaitu perjalanan Hermawan dalam mengembangkan KONSEP MARKETING di Indonesia maupun dunia. Bisnis MarkPlus sudah sangat berkembang, Hermawan sudah mendapatkan job dari mana-mana, baik sebagai consulting maupun sebagai speaker (pembicara). Seperti diceritakan di buku GROW with CHARACTER, bahwa KONSEP MARKETING Hermawan lahir akibat “kecelakaan”…

Lha kok kecelakaan... Diceritakan dalam buku terbarunya ... pada suatu hari Hermawan berceramah di seminar public, kemudian ada seorang peserta yang mengajukan pertanyaan. “Pak, kenapa Anda hanya bisa mengatakan konsep dari si A atau si B. Yang dari Anda sendiri mana?”. Hermawan seperti terkena “halilintar” padahal tidak ada hujan, nah mulai saat itu Hermawan dengan tekun untuk memulai membuat konsep marketing sendiri. Pada akhirnya lahirlah 9 elemen marketing yang sangat fenomenal.

Dalam pencarian KONSEP MARKETING HERMAWAN, yang disebabkan halilintar diatas tadi, mulailah Hermawan untuk melakukan pencarian dan belajar kemana-mana, banyak buku tentang marketing, manajemen dibaca, mulai dari Al Ries, Troud, Peter Drucker, Phllip Kotler, Kenichi Ohmae dan lain-lain. Dalam mengembangkan konsep marketing 9 elemen, Hermawan banyak terinspirasi dari Al Ries yang terkenal dengan bukunya Positioning, The battle Your Mind dan Phillip Kotler mbah-nya marketing dunia. Kedua orang inilah yang membawa Hermawan dalam mengembangkan konsep marketingnya sendiri dan berkat keduanya pula Hermawan saat ini bukan hanya milik Indonesia namun sudah sangat mendunia.

Buku terbaru Hermawan GROW with CHARACTER sangat Inspiratif, semoga buku ini pulalah dapat memberikan Inspirasi pada Anda semua untuk mengawali segala sesuatunya.

Selamat Membaca. Terima kasih

Page 19: M&I magz ed 06

34 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 35Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

s neakpeek

Bollywood Kembali

Mengoyang Hollywood

dengan KHAN

C A P T U R E I TT H A N U P L O A D I T !

high-t ech index

Sekali lagi Bollywood menggetarkan Hollywood! Setelah Slum dog Millionaire, kini giliran My Name

is Khan. Tapi di film ini tidak akan ada Tuan Takur yang jahat dan Inspektur Vijay. Film baru ini berhasil membuat Shakrukh Khan diingat penonton kembali setelah kuch-kuch hota hai. Bersama Kajol, mereka berhasil membawa penonton untuk melupakan popcorn dan softdrink-nya dan fokus menonton perjuangan hebat seorang Rizwan Khan (Shakrukh Khan) yang mengidap sindrom Asperger dalam kehidupannya.

Alur “maju mundur” yang di pilih Karan Johar sang sutradara mampu di rangkum apik dengan adegan yang mengharukan dan indah. Sayangnya bencana badai di salah satu adegan tampak nyata bahwa itu permainan studio, apalagi scene Presiden Amerika Serikat jelas terlihat “maksa”. Tetapi keseluruhan penampilan Shakrukh Khan untuk tetap berusaha berperilaku konyol namun jujur dan tulus mampu menutupi segala kekurangan teknologi tadi.

Kisah yang menceritakan kehidupan Rizwan Khan seorang Muslim yang taat dan paham akan ajaran agamanya namun sulit untuk menguasai keadaan karena syndrome asperger mampu diselesaikan dengan baik berkat nasihat sang Ibu “ Perbedaan satu orang dengan orang lain adalah perilaku mereka”, “ Orang baik melakukan hal yang baik”.

Hingga sekarang sudah bersaing cukup baik dengan sekuel Iron Man ke-2, meski tetap m e m p e r t a h a n k a n adegan slow motion dengan lagu-lagu khas film Bollywood. Jujur saja film ini mampu menghadirkan India dengan setting Amerika yang sangat menarik.

Oleh Elly Tan

Sony selalu melakukan inovasi-invoasi kreatif pada tiap produknya. Ini salah satunya: Bloggy, inovasi kreatif

pada waktu yang tepat dimana sharing video sudah menjadi keseharian. Gadget tepat bagi Anda yang hobi merekam gambar dan meng-upload hasilnya ke situs seperti Youtube dan lainnya, kini tidak perlu repot lagi membawa camcorder yang berukuran besar. Pasalnya, Sony telah meluncurkan camcorder terbaru yang sangat kecil dan praktis.

Layaknya menggenggam sebuah ponsel, camcorder terbaru besutan Sony yang diberi nama Bloggie MP4 Camera MHS-PM5 dan PM5K ini adalah sebuah camcorder yang memiliki ukuran cukup kecil, sehingga sangat pas jika dimasukkan ke saku celana maupun baju.

Yang lebih hebatnya, Sony Bloggie MP4 Camera MHS-PM5 dan PM5K menawarkan kemudahan dan kenyamanan saat Anda menggunakan. Karena, pada bodi camcorder ini telah disediakan slot untuk kartu memori Stick dan juga SD/SDHC. Selain itu, ditambah lagi dengan USB Arm yang bisa digunakan untuk mentransfer video hasil rekaman ke komputer ataupun perangkat pendukung lain.

Untuk lensa, ditawarkan lensa Swivel yang dapat diputar sampai 270 derajat. Dengan begitu, sangat berguna untuk mengambil sudut pandang yang sulit untuk dijangkau. Dan yang menariknya lagi, camcorder ini dilengkapi dengan built-in PMB Portable Software yang dapat berguna untuk mengedit video tanpa perlu mengeditnya di komputer. Selain itu, aplikasi yang disediakan ini juga bisa digunakan untuk meng-upload video langsung ke Youtube.

Ditambah lagi dengan layar LCD berukuran 2,4 inci dan juga fitur Face Detection untuk mempermudah Anda dalam proses pengambilan video maupun foto, meski camcorder ini mampu merekam video Full HD (1920 x 1080p) dan juga mengambil foto hingga mencapai 5MP. Untuk Seri MHS-PM5K disediakan lensa tambahan 360-degree video yang mampu mengambil gambar pemandangan hingga 360 derajat.

Page 20: M&I magz ed 06

36 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 37Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0 -

af terh our

Sri MulyaniBintangnya Makin KinclongMulai 1 Juni lalu, Sri Mulyani sudah berkantor di Washington DC. Jabatannya tentu saja cukup mentereng. Tak tanggung-tanggung, Bank Dunia mempercayakannya sebagai Managing Director. Promosi luar biasa itu, tentu saja bikin kita semua bangga.

Perempuan yang lahir di Tanjung Karang, Sumatra Selatan 26 Agustus 1962 ini, boleh dibilang cemerlang sepanjang karirnya. Beberapa jabatan bergengsi pernah dipegangnya. Tercatat, mbak Ani - begitu dia biasa disapa - pernah ngepos sebagai Executive Director IMF pada 2002-2004, Dia juga pernah menjadi konsultan USAID di Atlanta, AS. Nama Sri Mulyani mencuat kala Indonesia mengalami krisis moneter 1998 lalu. Dan sejak itu, dia mulai masuk ke Pemerintahan dan dipercaya menjadi Dewan Ekonomi Nasional. Terakhir, dia ditunjuk menjadi orang nomor satu di Departemen Keuangan.

Sebagai ekonom yang terbilang kritis, mbak Ani pernah juga dianugarahi Bung Hatta Award. Bahkan Majalah Forbes pun pernah menempatkannya sebagai perempuan paling berpengaruh di dunia di urutan ke-23 pada 2007. Hebatnya lagi, dia juga pernah dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik di Asia oleh Emerging Markets mewakili komunitas internasional.

Agnes MonicaJadi Juri Idol 2010Kalau ditanya siapa juri Indonesian Idol 2010 yang masih lajang, muda dan cantik? Jawabannya tak bakal salah, tentu Agnes Monica. Gadis kelahiran Jakarta 1 Juli 1986 ini, memang banyak yang bilang, pantas jadi juri Indoesia Idol. Agnes memang diyakini punya etos kerja yang baik. Selain dia juga termasuk penyanyi yang handal dan punya reputasi yang baik.

Makanya, tak salah, panitia Indonesia Idol tahun ini, memilihnya sebagai salah satu juri, disamping Rossa, Anang Hermansyah dan Erwin Gutawa. Acara yang merupakan ajang pencari bakat yang cukup spektakuler ini, diikuti tidak kurang dari 5000 peserta dari seluruh penjuru tanah air. Meski sebagai juri termuda, gadis cantik yang memulai karir menyanyi sejak usia 6 tahun itu, terlihat cukup mumpuni melontarkan penilaian dan komentarnya. Tak heran, Agnes memang dikenal sebagai artis multi talenta dan sudah kenyang dengan segala macam penghargaan bergengsi di bidang musik. Tutup tahun 2009 lalu saja, 2 penghargaan sebagai “MTV Favorite Artist of the Year” dia bawa pulang.

Karir Agnes memang terbilang cemerlang, Mulai menyanyi di usia kanak-kanak dan tergabung dalam group penyanyi cilik trio kwek kwek. Memasuki masa remaja, dia memutuskan bersolo karir. Sejak itu, bintangnya makin kinclong. Selain menyanyi, puluhan sinetron dia bintangi, Sebagai presenter pun Agnes cukup disukai. Sejumlah iklan dia bintangi. Hebatnya, artis yang melejit dalam sinetron “Pernikahan Dini” ini, selama 10 tahun berprediket artis terpavorit. Ini baru idol.

Page 21: M&I magz ed 06

38 - Vo l . 6 J u n - J u l 2 0 1 0