Top Banner
METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
98

METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Mar 01, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Page 2: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab iii .

ii Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Hak cipta dilindungi oleh Undang - undang.Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit.

Isi diluar tanggung jawab percetakan.

Ketentuan pidana pasal 72 UU No. 19 tahun 20021. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat

1 atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratur juta rupiah).

Page 3: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab iii .

ii Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Yusraini, S.Ag., M.Pd.IDr. Musli, S.Ag., M.Pd

Editor:Dr. H. Kasful Anwar, US., M.Pd

Layout & Desain Kaver;Murjoko, S.Kom

PUSAKA2017

Page 4: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab v .

iv Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARABYusraini, S.Ag., M.Pd.IDr. Musli, S,Ag., M.Pd@September 2017

Hak Cipta dilindungi Undang-UndangAll right reserved

Editor:Dr. H. Kasful Anwar, US., M.Pd

Proofreader: Murjoko, S.Kom

Layout & Desain Cover: Murjoko, S.Kom

Diterbitkan oleh: Pusat Studi Agama dan Kemasyarakatan (PUSAKA)email: [email protected]

Cetakan I, September 2017viii + 90 halaman; 15,5 x 23 cm.ISBN:

Page 5: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab v .

iv Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

#Kata Pengantar

Dekan Fakultas Tarbiyah dan KeguruanUIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, buku dengan judul ”Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab” ini dapat diterbitkan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw, yang telah mencerahkan kehidupan manusia dengan ilmu, iman, dan amal shaleh.

Selaku pimpinan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, kami menyatakan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada penulis yang telah menuangkan gagasan dan pemikirannya dalam buku ini, sehingga dapat menambah produktivitas, karya, serta buku referensi yang dapat digunakan oleh semua pihak, terutama mahasiswa di perguruan tinggi dalam melakukan tradisi keilmuan dengan kajian-kajian yang relevan dengan apa yang dituangkan dalam buku ini.

Buku ini hadir untuk melengkapi kurangnya referensi yang ada dan terkait dengan masalah yang diangkat dalam buku ini. Sudah barang tentu disadari mungkin masih jauh dari harapan karena kekhilafan dan kekurangan yang ada. Karena itu, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, saya mendorong kepada penulis untuk tetap menulis demi kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan pada masa-masa yang akan datang.

Jambi, September 2017Dekan,

Dr. H. Kasful Anwar Us, M.Pd

Page 6: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab vii .

vi Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

#Prakata

Penulis memanjatkan syukur ke hadirat Allah swt. atas rahmat, hidayah dan taufik-Nya, penulisan buku ajar yang berjudul Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang paling fashih dalam berbahasa Arab, nabi akhir zaman, panutan umat Islam dalam menjabarkan ajaran Islam di berbagai peri kehidupan, keluarganya, para sahabatnya yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kesusastraan, dan semua pengikutnya yang setia dari awal sampai akhir.

Dalam buku ini dipaparkan hakekat bahasa, pembelajaran bahasa Arab dan problematika pembelajaran, keterampilan berbahasa Arab, metodologi pembelajaran bahasa Arab dan beberapa materi pokok yang berkaitan dengan metode dan strategi pembelajaran bahasa arab lainnya.

Di Perguruan Tinggi yang memiliki Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, di samping akan sangat bermanfaat bagi para pecinta bahasa Arab, terutama bagi mereka yang ingin mengetahui pembelajaran Bahasa Arab dan cara Mengajarkan bahasa Arab. Akhirnya penulis berdoa semoga buku ini bermanfaat bagi banyak pihak, dan semoga segala bantuan, baik perhatian maupun materi yang telah diberikan kepada penulis semoga diterima oleh Allah swt. dan memperoleh pahala yang berlipat ganda. Tiada gading yang tak retak, untuk itu segala kritik yang konstruktif atas semua kekurangan dalam penyusunan buku ini akan kami terima dengan hati terbuka.

Jambi, Agustus 2017 Penulis,

Yusraini, S.Ag., M.Pd.I Dr. Musli, S.Ag., M.Pd.I

Page 7: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab vii .

vi Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

HalamanPengantar Dekan ............................................................................................. vPrakata ............................................................................................................ viDaftar Isi .......................................................................................................... viiKESATU HAKEKAT BAHASA

A. Definisi Bahasa ............................................................................ 1B. Karakteristik Bahasa Arab .......................................................... 2C. Kedudukan Bahasa Arab ............................................................ 3

KEDUA PEMBELAJARAN BAHASA ARABA. Beberapa Terminologi Pembelajaran Bahasa Arab................... 5B. Sistem dan Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab......................... 14

KETIGA PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB 1. Masalah Kebahasaan ..................................................................... 232. Masalah Psikologis ........................................................................ 243. Masalah Tenaga Pengajar dan Metode Pengajarannya ............ 26

KEEMPAT KETERAMPILAN BAHASA ARAB DAN PERMAINAN KETERAMPILAN BAHASA ARAB

A. Keterampilan Berbahasa Arab ................................................... 29B. Permainan Keterampilan Berbahasa Arab ................................ 34

KELIMA METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARABA. Sejarah Perkembangan Metode Pembelajaran Bahasa Arab .. 43B. Ragam Metode Pembelajaran Bahasa Arab............................... 45C. Faktor-faktor yang perlu Dipertimbangkan dalam Memilih Metode Pembelajaran Bahasa Arab ............................ 53

#Daftar Isi

Page 8: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 1 .

viii Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

KEENAM MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA ARABA. Media dan Alat Bantu Pembelajaran ......................................... 57B. Hubungan Media Pembelajaran, Alat Bantu Pembelajaran, Alat Pembelajaran, Dan Teknologi Pembelajaran .................................................................................. 59C. Sejarah Penggunaan Media Pembelajaran ................................ 61D. Jenis Media Pembelajaran ........................................................... 62E. Manfaat Media Pembelajaran ..................................................... 65F. Kriteria Umum Pembilihan Media ............................................ 65G. Pentingnya Media Dalam Pengajaran Bahasa ......................... 68

KETUJUH EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

A. Tujuan Evaluasi Pembelajaran .................................................... 72B. Fungsi Evaluasi Pembelajaran ..................................................... 73C. Beberapa Prinsip Evaluasi Pembelajaran Bahasa .................... 74D. Beberapa Kriteria Tes Yang Baik .............................................. 75E. Jenis Tes Bahasa Berdasarkan Bentuknya ................................ 75F. Evaluasi Kurikulum Keterampilan Berbahasa ......................... 78

Daftar Pustaka ................................................................................................ 83

Penulis ............................................................................................................ 87

Page 9: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 1 .

viii Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

#KESATU

HAKEKAT BAHASA

A. Definisi Bahasa

Definisi bahasa yang dikemukakan oleh para pakar sangatlah beragam. Keragaman tersebut diakibatkan perbedaan tujuan pembahasan dan tinjauannya. Di sini akan dikemukakan definisi bahasa sesuai dengan tujuan kita, yaitu untuk pengajaran bahasa Arab. Bahasa adalah suatu sistem arbitrer pada setiap kode bunyi yang digunakan untuk saling tukar menukar fikiran dan perasaan antara sesama anggota masyarakat yang menggunakan bahasa yang sama. Definisi ini mengandung beberapa pengertian sebagai berikut: 1. Bahasa merupakan sistem. Bahasa itu tunduk kepada sistem tertentu

atau dapat melahirkan suatu sistem pada tataran bunyi, fonem, bentuk kata, tata kalimat, dan makna. Dengan kata lain bahwa bahasa itu bukan suatu ungkapan yang sporadis, melainkan tunduk pada sistem tertentu.

2. Sistem bahasa itu bersifat arbitrer Sistem yang berlaku pada suatu bahasa tidak didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan rasional, melainkan berdasarkan kesepakatan. Inilah yang merupakan dasar dari sifat bahasa yang arbitrer. Sebagai contoh, ada beberapa bahasa yang pada setiap kalimatnya biasa diawali dengan kata benda ( isim), seperti pada bahasa Inggris. Dan ada pula bahasa-bahasa yang pada awal kalimatnya biasa dimulai oleh kata kerja (fi‟il). Seseorang tidak

Page 10: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 3 .

2 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

bisa mengatakan bahwa yang pertama lebih baik dan lebih rasional dari pada yang kedua, atau sebaliknya. Persoalan tersebut terletak pada kenyataan bahwa bahasa tidak tunduk pada logika.

3. Prinsip utama bahasa adalah bunyi. Manusia telah mengucapkan bahasa sebelum mereka menuliskannya. Sebagai contoh, seorang bayi telah dapat berbicara sebelum dia dapat menulis. Demikian juga pada kebanyakan manusia, mereka dapat ber-bicara tanpa terlebih dahulu mereka dapat menulis. Aktifitas bahasa yang paling utama adalah berbicara, sedangkan menu-lis merupakan bentuk kedua dari bahasa. Dengan ungkapan lain bahwa esensi bahasa itu berbicara, sedangkan menulis merupakan gambaran dari ucapan.

4. Bahasa itu simbol. Kata-kata merupakan simbol dari suatu objek yang ditunjuknya. Dan bukannya esensi dari objek itu. Sebagai contoh, kata Rumah merupa-kan simbol dari objek yang dinamakan rumah itu sendiri; akan tetapi bukan dzat dari rumah itu sendiri. Dengan demikian bahasa merupakan sistem persimbolan. Bagi pendengar atau pembaca hendaklah meng-analisis simbol-simbol dari sistem ini agar dapat memahami objek-objek yang ditunjuk oleh simbol-simbol tersebut.

5. Fungsi bahasa adalah mengekspresikan fikiran dan perasaan. Fungsi dari bahasa tidak saja sebagai media untuk mengekspresikan isi fikiran seseorang, akan tetapi juga berfungsi untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya. Fungsi bahasa sebagai media untuk mengeks-presikan perasaan seseorang tergambar dalam aktifitas interaksi manu-sia ketika dia menghormat, bersikap baik, dan menganggap sama pada seseorang. Pada situasi-situasi tersebut mereka tidak saja bertukar fikiran; akan tetapi juga bertukar perasaan. Maka dalam kondisi ter-sebut bahasa berfungsi sebagai media komunikasi batin.

B. Karakteristik Bahasa Arab

Pada umumnya bahasa mempunyai beberapa karakteristik. 1. Berdasarkan aspek sosiologis tiap-tiap bahasa mempunyai beberapa

ragam bahasa. Perbedaan tersebut didasarkan atas perbedaan kelas ekonomi dan budaya penuturnya. Bahasa yang digunakan oleh kalangan budayawan akan sangat berbeda dengan bahasa yang

Page 11: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 3 .

2 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

digunakan oleh orang yang tidak bisa membaca dan menulis. Bahasa yang digunakan oleh para mahasiswa akan sangat berbeda dengan ragam bahasa yang digunakan oleh para petani. Demikian juga bahasa yang digunakan oleh dosen di perguruan tinggi akan sangat berbeda dengan para kuli ba-ngunan.

2. Berdasarkan aspek geografis tiap-tiap bahasa mempunyai dialek yang berbeda-beda. Dialek bahasa Arab di Aljazair berbeda dengan dialek bahasa Arab di Sudan, Siria, dan Irak. Demikian juga dialek bahasa Inggris di Irlandia berbeda dengan dialek bahasa Inggris di Skontlandia.

3. Setiap bahasa mempunyai peringkat-peringkat. Ada yang disebut ba-hasa fushha (resmi) dan ada juga yang dinamakan bahasa ‘amiyah (sehari-hari).

4. Ekspresi bahasa bisa melalui media lisan; dan bisa juga melalui media tulisan.

5. Dalam mengucapkan suatu bahasa, setiap individu akan berbeda antara seseorang dengan yang lainnya. Inilah yang dinamakan dengan Lahjah Fardiyyah (gaya bahasa perorangan).

6. Bahasa itu mempunyai beberapa tingkatan dalam pembentukannya. Ada tingkatan bunyi, morfem, kosa kata, tata kalimat, dan pemak-naan. Sekumpulan bunyi akan membentuk morfem atau unit sharf, dan sekumpulan morfem akan membentuk kosa kata atau kata, dan sekumpulan dari kata-kata dapat membentuk kalimat.

C. Kedudukan Bahasa Arab

Bahasa Arab mempunyai kedudukan tersendiri dibanding dengan bahasa-bahasa lainnya. Pentingnya kedudukan tersebut semakin hari semakin meningkat mengingat faktor-faktor sebagai berikut.1. Bahasa Arab merupakan bahasa Al-Quran. Setiap muslim yang ingin

membaca dan memahami AlQuran harus bisa bahasa Arab. Dengan memahami AlQuran seorang muslim bisa mengetahui perintah-perintah Allah, larangan-larangan-Nya, dan hukum-hukum syariat yang ada di dalamnya.

2. Bahasa Arab merupakan bahasa dalam shalat. Setiap muslim yang akan melaksanakan ibadah shalat hendaklah melaksanakannya

Page 12: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 5 .

4 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

dengan menggunakan bahasa Arab. Bahasa Arab sangat erat kaitannya dengan pokokpokok dari rukun Islam. Dengan demikian mempelajari bahasa Arab merupakan kewajiban bagi setiap muslim.

3. Bahasa Arab merupakan bahasa Al-hadits. Seorang muslim yang ingin membaca Al-hadits dan memahaminya hendaklah dia mengetahui bahasa Arab.

4. Posisi ekonomi dunia Arab yang strategis. Dunia Arab sekarang ini mempunyai pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Mereka mempunyai kelebihan berupa kekayaan minyak dan hasil tambang. Minyak memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian dan politik. Pentingnya kedudukan ekonomi, politik, dan bahasa tersebut memberikan kontribusi yang besar bagi penduduknya.

5. Banyaknya jumlah penutur bahasa Arab. Bahasa Arab digunakan sebagai bahasa pertama di dua puluh dua negara Arab. Dan dijadikan sebagai bahasa kedua pada sebagian negara-negara Islam. Ini berarti bahwa sepertujuh negara-negara di dunia menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa pertamanya. Dan sebagian besar masyarakat di negara-negara Islam mempunyai kesiapan mental untuk menerima bahasa Arab, karena sangat berhubungan dengan agama pada masyarakat tersebut.

*****

Page 13: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 5 .

4 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

#KEDUA

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

A. Beberapa Terminologi Pembelajaran Bahasa Arab

Di dalam pembelajaran bahasa Arab, ada beberapa terminologi yang perlu diketahui, di antaranya adalah empat keterampilan berbahasa, partikulasi bahasa Arab, pendekatan, metode, teknik dan media pembelajaran. Keenam terminologi ini sesungguhnya sering dijumpai oleh pendidik ketika melaksanakan proses pembelajaran. Di samping materi (bahan ajar) yang harus dikuasainya secara detail dan komprehensif. Di sisi lain pendidik hendaknya memiliki seni mengajar, sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan menjemukan ketika terjadi interaksi pembelajaran. Interaksi pembelajaran dimaksud adalah terjadinya komunikasi dua arah antara peserta didik dan pendidik secara aktif. Untuk mewujudkan hal tersebut pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik seluas mungkin, serta menstimulus dan memancing kreativitas mereka dengan berbagai strategi yang telah dikuasainya. Untuk menghindari kesalahpahaman, maka perlu dipaparkan secara detail berikut ini terkait keenam terminologi di atas. Di samping sistem dan prinsip pembelajaran bahasa Arab yang akan dipaparkan kemudian.

1. Empat Keterampilan Berbahasa

Latihan unsur bahasa (al-ashwat, al-mujradat, al-qawa’id) sangat vital

Page 14: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 7 .

6 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

bagi peserta didik, karena ia merupakan partikulasi dari bahasa itu sendiri. Latihan format ini tentunya membutuhkan penguasaan dan pemahaman, di samping harus diekspresikan secara interaktif, sebab term ini sangat membantu mereka dalam pengaktualisasiannya.1 Aspek ini juga merupakan parsial dari kajian struktur bahasa yang tidak cukup untuk mengakurasikan penguasaan peserta didik terhadap keterampilan berbahasaan sich.2

Di antara keterampilan yang sangat strategis untuk dikuasai oleh peserta didik adalah keterampilan mendengar, berbicara, membaca dan menulis (Insya). Dan keempat keterampilan ini memiliki hubungan hierarkis yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Untuk memberikan pemahaman detail dan holistik, akan dipaparkan berikut secara komprehensif.

a. Keterampilan Mendengar

Interpretasi terhadap terntinologi mendengar adalah di mana seseorang memfokuskan pemikirannya untuk memerhatikan lawan bicara, dengan tendensi memahami konten (isi) pembicaraannya, di samping mengadakan analisis, dan bahkan bila perlu mengadakan kritikan.3 Jadi yang dimaksud mendengar dalam konteks ini adalah bukan hanya mendengarkan pembicara secara pasif, akan tetapi lebih aktif dan produktif, maksudnya seseorang yang sedang mendengar pembicaraan lawan harus mampu mengorelasikan simbol (tanda) dan argumentasi yang diekspresikan oleh si pembicara tadi, serta mengadakan analisis sejauh mana kebenaran dan kevaliditasan argumentasi yang dikemukakan.

Di samping itu, keterampilan mendengar dapat dicapai melalui beberapa latihan, yaitu mendengarkan beberapa perbedaan bunyi unsur kata (fonern) dengan unsur kata lainnya berdasarkan makhraj al-huruf yang benar, baik langsung dari penutur asli maupun melalui rekaman (tape) piringan hitam. Di sisi lain, keterampilan mendengar

1 Mahmud Isma’il Shini, et.al., Mursyid a1-Mu’allirn f Tadris al-Lughah al-Ara-biyyah Li Ghairi al-Nathiqinabiha-Tathbiqat amaliyyah Li Taqdim al-Durus Wa Ijrak al-Tadribat, Riyad, Maktab al-Tarbiyah al-Arabi, Cet. ke-2, hlm. 109.

2 Ibid., hlm. 109.3 ‘Nasir Abdullah al-Ghani dan Abdul Hamid Abdullah, Usus I’dad al Kutub al Ta’limiyyah Li

Ghairi al-Nathiqinabiha bi al-Arnbiyyah, Dar al-I’tisham, Tanpa Tahun, hlm. 51.

Page 15: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 7 .

6 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

ini dapat dicapai melalui nuansa latihan unsure kata yang terpisah dari pemahaman arti maupun bunyi kata dan kalimat dengan pemahaman arti yang terkandung.

b. Keterampilan Berbicara

Interpretasi terhadap terminologi berbicara di sini adalah mengucapkan bunyi-bunyi bahasa Arab secara benar, di mana bunyi-bunyi tersebut ke luar dari makharij al-huruf yang telah menjadi konsensus pakar bahasa.4 Keterampilan berbicara ini dapat dicapai melalui beberapa latihan (praktik) dari apa yang didengar secara pasif dalam latihan mendengar. Sebab tanpa latihan lisan secara intensif, maka sangat sulit bagi peserta didik untuk mencapai penguasaan bahasa Arab secara sempurna. Salah satu teknik latihan untuk mencapai kemampuan keterampilan berbahasa lisan secara efektif-maksudnya dari yang sederhana sampai kepada yang rumitadalah dengan menggunakan latihan pola kalimat (al-tamarin bi al-namazij), istilah lain yang lebih populer adalah (pattern drill).

c. Keterampilan Membaca

Membaca adalah salah satu faktor yang sangat urgen di dalam membina kepribadian seseorang, di samping memberikan motivasi tersendiri. Dengan membaca, secara otomatis seseorang mendapatkan pengetahuan dan pengalaman.5 Jadi tanpa membaca jangan bermimpi seseorang dapat memperluas wawasan dan paradigma berpikir, apalagi mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalarnan yang memadai. Di dalam keterampilan membaca ini, ada dua aspek yang menjadi titik sentralnya, pertama, mengenal simbol-simbol tertulis. Dan kedua, memahami konten tulisan (karangan). Yang dimaksud mengenal sismbol-simbol tertulis adalah peserta didik dikenalkan alfabet Arab terlebih dahulu, sebab sistem penulisannya berbeda dengan alfabet latin. Sedangkan yang dimaksud dengan memahami konten tulisan adalah memperkenalkan terhadap peserta didik kosakata baru dari bacaan tersebut dengan memberi syakal (hal ini khusus bagi siswa pemula). Di samping itu, peserta didik dibekali perbendaharaan yang cukup, terutama yang sudah termasuk

4 Ibid., hlm. 54.5 Ibid., hlm. 57.

Page 16: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 9 .

8 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

perbendaharaan bahasa Indonesia, seperti: Kursi, Mistar,. Kitab, dan lain-lain.

d. Keterampilan Menulis

Menulis adalah suatu aktivitas yang sangat rumit untuk direalisasikan, oleh sebab itu untuk dapat menulis dengan baik merupakan persoalan yang sangat sulit dicapai.6 Kendati kasus ini sangat sulit, masih dapat dicermati melalui kesungguhan dan keuletan. Adapun yang dimaksud keterampilan menulis di sini adalah keterampilan di dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan (karangan). Bagi level pemula dapat direalisasikan melalui guided composition (mengarang terbimbing), kemudian diadakan bimbingan secara bertahap, hingga akhirnya berkembang menjadi free composition (mengarang bebas). Contoh konkret mengarang terbimbing adalah peserta didik diperintahkan untuk menyalin kalimat, memodifikasi kalimat, mengganti salah satu unsur dalani kalimat (takmilah al jumlah) dan sebagainya.

Sedangkan contoh konkret mengarang bebas adalah peserta didik diberi kebebasan untuk menulis sebuah karangan dengan kosa kata dan pola kalimat yang bebas (tanpa ada ketentuan dari pendidik). Hal ini tentunya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang sudah dikenal peserta didik, seperti: menulis tentang aktivitas bangun tidur, pergi ke pasar, korespondensi dan lain-lain.

2. Partikulasi Bahasa Arab

Mencermati kembali kurikulurn yang telah direalisasikan pada seluruh lembaga pendidikan Islam di Indonesia ini, maka dapat diketahui secara pasti bahwa partikulasi bahasa Arab yang eksis di dalam-nya adalah: membaca alfabet Arab dan Qira’ah, menulis, termasuk di dalamnya Insya, Imla’, kaidah nahwu, sharaf, balaghah, tadribnt, muhndatsah/hiwar dan mahfudzat. Variativitas partikulasi bahasa Arab ini, senada dengan pendapat Abdul Az.izAbdul Majid bahwa partikulasi bahasa Arab adalah al-Muthala’ah, al-Insya al-syafahi wa al-Tahriri, cerita,

6 Ibid., hlm. 63.

Page 17: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 9 .

8 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

mnhfuuzat, Imla, kaidah nahwu, sharaf, balaghah dan sastra.7 Dengan materi ini diharapkan pendidik dan peserta didik mampu merealisasikan tujuan yang telah dicanangkan Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Kurikulum Bahasa Arab.

3. Pendekatan (Approach/Madkhal)

Pendekatan (Madkhal/Approach) secara etimologis adalah tempat masuk.8 Atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan dengan substansi bahasa dan pembelajaran bahasa. Kondisi sedikit berbeda dikemukakan oleh HD. Hidayat bahwa Pendekatan di dalarn Pembelajaran Bahasa Arab ada dua aspek yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Aspek Karakteristik Bahasa, dan;b. Aspek Karakteristik Proses Pembelajaran.9

Dengan demikian, pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Arab merupakan seperangkat asumsi yang merniliki hubungan hierarkis dengan metode dan teknik pembelajaran, di samping saling melengkapi, dan ia bersifat aksiomatis, sedangkan metode bersifat prosedural, kemudian teknik merupakan aplikasi praktis/operasional.

Untuk merinci kedua aspek di atas tegas HD. Hidayat perlu adanya sample. Maka yang paling relevan dijadikan sampel adalah Aural-Oral Approach dan Communicative Approach. Sebab kedua jenis pendekatan ini mencakup seluruh keterampilan berbahasa yang empat (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) sebagaimana yang telah dipaparkan di muka. Di dalam pendekatan pembelajaran Bahasa Arab perlu diperhatikan beberapa aspek berikut:

a. Approach yang Berkaitan dengan Karakteristik Bahasa

1) Bahasa adalah ujaran yang memiliki simbol-simbol untuk menuju suatu pengertian.

7 Abdul Aziz Abdul Majid, al-Lughah al-Arabiyyah Ushuluha al-Nafsiyyah wa Thuruq Tadrisiha, h1m.18.

8 Louis al Nia›luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A›lam. Beirut: Dar al-Masvriq, 1986, Cet. ke-30, hlm. 208.

9 HD. Hidayat, Mukhtasar Thuruq Tadris at-Lughah al-Arabiyyah Li Tullah nl- Madaris wa al-Ma›ahid al-Indunisiyyah, Jakarta, 1986, Tidak diterbitkan, hlm. 3.

Page 18: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 11 .

10 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

2) Bahasa asing-satu sama lainnya saling berbeda.3) Bahasa merupakan suatu kebiasaan yang membutuhkan repetitif.4) Pola Bahasa, proporsi dan deskripsinya dapat disingkap secara

teratur.Setelah aneka asurnsi ini dikemukakan, maka materi bahasa disusun

secara teratur dengan memprioritaskan pembelajaran keterampilan mendengar dan berbicara, kemudian disajikan berikutnya adalah keterampilan membaca dan menuiis.

b. Approach yang Berkaitan dengan Proses Pembelajaran Bahasa

Term ini mengacu kepada diversifikasi approach yang berkaitan dengan karakteristik bahasa, sebagaimana yang telah dipaparkan di atas. Adapun nuansa approach yang relevan dengan proses pembelajaran bahasa adalah:1) Keterampilan mendengar dan berbicara lebih diprioritaskan untuk

disajikan, dari dua keterampilan lainnya, yaitu: (keterampilan membaca dan menulis).

2) Ketika bahasa merupakan kebiasaan, dan kebiasaan itu timbul karena adanya repetitif dan selalu digunakan, maka kedua aspek tersebut memainkan peranan penting dalam pembelajaran bahasa.

3) Ketika bahasa berbeda satu sama lainnya, maka studi komparasi antara bahasa ibu dan bahasa yang dipelajari tidak berfungsi, dan bahkan menyebabkan blenditasi dan skeptisis.Dari seperangkat asumsi di atas, maka dapat dijadikan sinopsis

bahwa Aural-Oral Approach merupakan cerminan dari berbagai metode, seperti: Mimic Memorize dan Patterr. Drills. Jadi nuansa approach yang memungkinkan untuk diiadikan sampel adalah: Aural-Oral Approach, Communication Approach, dan Functtional Approach.

4. Metode (al-Thariqah)

Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan meniadai, perlu dikemukakan di sini pengertian metode (ai-thariqah) secara etimoiogis dan terminologis. Metode (al-thariqah) secara etimologis adalah jalan, cara, sistem, mazhab, aliran, haluan, keadaan, tiang tempat berteduh,

Page 19: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 11 .

10 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

orang muiia, goresan (garis pada sesuatu).10 Sedangkan pengertian metode (al-thariqah) secara terminntoais adalah teknik pendidik di dalam menyajikan materi pelajaran ketika terjadi proses pembelajaran.11 Term ini senada dengan ungkapan yang terdapat dalam ‘Kamus Besar Bahasa Indonesia’ yaitu cara kerja yang bersistem untak memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.12

Dengan demikian, maka metode (al-thariqah) adalah aspek teoretis yang dapat memotivisir suatu proses aktivitas pembelajaran secara maksimal dan ideal, dengan ungkapan lain bahwa metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan, namun ia bukan merupakan tujuan akhir pembelajaran suatu bahasa, karena metode (al-Thariqah) itu sendiri bersifat prosedural.

Kendati demikian tidak ada metode yang paling baik dan ideal di dalam pembelajaran bahasa sebagaimana juga tidak ada satu metode yang dapat digunakan dan cocok untuk semua situasi dan kondisi pembelajaran bahasa.13 Ekspresi ini bisa dianggap benar, karena pemilihan dan penggunaan suatu metode itu sendiri harus didasarkan kepada: Tujuan Pembelajaran Bahasa Asing, bentuk materi yang diajarkan, Latar belakang pendidikan peserta didik, Sarana dan prasarana yang tersedia. Di samping itu, metode juga memiliki unsur yang mencakup empat aspek, yaitu: Memilih materi yang akan diajarkan, Menyusun materi yang telah diseleksi tentunya disesuaikan dengan stratifikasi kompetensi peserta didik, menentukan teknik dan media pembelajaran untuk memperagakan materi yang telah diseleksi, serta mengadakan evaluasi.Selain dari empat unsur metode di atas, maka di dalain menyusun metode itu sendiri hendaknya memerhatikan beberapa faktor berikut.

10 A.WMunawwir, Kamus a(-Munawwir-Arab-Indonesia Terlengkap, Yogyakarta, Pustaka Progressif, 1984, Cet. ke-1, hlm. 910.

11 Engkoswara, Dasar-dasar Methodologi Pengajaran, Jakarta, Bina Aksara, 1988, Cet. ke-2, hlm. 45.

12 Dep Dik Bud., Op.Cit., hln. 58113 “Moh. Matsna, HS., Usaha Mencari Metode Efektif Da(am Pengajaran Bahasa Arab di

Indonesia-Mimbar Agama dan Budaya-IAIN Jakarta, 1992/1993, No. 25, Th X, hlm. 55 mengutip tulisan Dr. Mahmud Kamil al-Naqah dalam bukunya Asasiynt Ta’lim al-Lughah al-Arnbiyynh Li Ghairil Arab.

Page 20: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 13 .

12 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

a. Karakterisiik Peserta DidikDi sini dapat diketahui perbedaan individual dalarn stratifikasi umur dan pengalaman antar mereka.

b. Tujuan Pembelajaran Bahasa

Di antara tujuan pembelajaran bahasa adalah:1) Mengenal peradaban Islam dan pola produk pikir Arab.2) Mampu berkomunikasi dan bergaul dengan bangsa Arab3) Mampu berkomuninasi dengan aneka media tertentu, seperti:

Majalah Diplomasi, Gambar dan sampel, Informasi. Bisnis dan Pariwisata.

c. Sarana dan Prasarana

Dalam proses pembelajaran bahasa Arab, alat bantu modern sangat dibutuhkan, karena ia merupakan sarana dan prasarana ideal seperti: OHP, VCD, LCD, Komputer, Gambar dan Sampel. Pada prinsipnya, lengkap atau tidaknya alat bantu tersebut sangat membantu dan sekaligus sebagai penghambat guru di dalam menentukan metode. Namun bukan berarti proses pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa fasilitas dimaksud. Karena metode pembelajaran lebih bermakna, jika dibandingkan sarana dan prasarana, akan tetapi aspek ini tidak bisa diabaikan begitu saja, sebab ia merupakan pendukung proses pembelajaran. Konteks ini dapat dipahami bahwa metode pembelajaran bukan hanya teknis memperagakan materi saja, akan tetapi merupakan acuan yang harus dicermati pendidik di dalam merealisasikan aktivitas proses pembelajaran bersama peserta didik setelah menentukan metode yang akan diimplementasikannya, kemudian mempersiapkan dan menyusunnya, serta menentukan dan menetapkan media/sarana dan prasarana apa yang akan dipresentasikan kepada peserta didik.

5. Teknik dan Media Pembelajaran

Teknik pembelajaran adalah perencanaan, pengaturan, langkah-langkah media berperan sebagai subjek di dalam kelas-serta digunakan untuk mencapai tujuan proses pembelajaran dalam situasi pembelajaran

Page 21: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 13 .

12 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

itu sendiri.14 Oleh kareaa itu dapat dipahami bahwa hakikat teknik pembelajaran merupakan praktik seni yang sangat menggantungkan kepada pendidik dan kompetensinya di dalam mengelola kelas. Teknik pembelajaran ini dari satu kondisi ke kondisi lain berbeda, bahkan dalam kondisi yang sama pun akan terjadi perbedaan. Dengan demikian, teknik pembelajaran adalah aktivitas spesifik yang diimplementasikan dalam ruang belajar relevan dengan metode dan pendekatan yang telah ditentukan. Di samping itu, tujuan pembelajaran bahasa Arab di seluruh institusi pendidikan yang ada di Indonesia, dari level dasar sampai pada level perguruan tinggi tampak berbeda-beda, kendati gambaran tujuan pembelajarannya secara umum sama. Maka perbedaan tujuan, materi/bahan ajar. latar belakang peserta didik dan sarana prasarana pembelajaran sangat membutuhkan strategi dan teknik di dalam memilih serta menentukan metode dan pendekatan.

Adapun media pembelajaran adalah alat bantu yang mendekatkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran, baik yang berupa auditif (kaset) maupun yang berbentuk visual (gambar, sampel dan model).15 Definisi senada dipaparkan oleh Abdul Majid Sayyid Ahmad Mansyur dalam bukunya Sikulujiyah al-Wasail al-Ta’limiyyah wa Masail Tadris al-Lughah al-Arabiyyah bahwa media pembelajaran adalah salah satu alat peraga yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran dengan tujuan memberikan pengetahuan, fakta, ide, dan interpretasi kepada peserta didik.16 Jadi dengan motivisir media pembelajaran, tenaga edukatif akan lebih mudah dan praktis di dalam memberikan pemahaman terhadap peserta didik ketika menjelaskan materi yang disajikan, sebab kasus tersebut dapat disaksikan langsung oleh peserta didik dan mereka merupakan bukti fisik yang konkret.

Selanjutnya, aspek proses pembelajaran yang paling terakhir adalah Evaluasi yaitu proses pengklasifikasian, penganalisaan dan interpretasi data (kuantitas maupun kualitas) dari satu aspek, situasi-kondisi, serta tindakan, dengan tujuan untuk membantu memperoleh nilai atau ketentuan. Istilah lain Evaluasi merupakan proses penilaian dari suatu

14 HD, Hidayat, Op. Cit., film. 515 HD. Hidayat, Ibid., hlm. 5.16 Abdul Majid Sayyid Ahmad Mansyur, Sikulujiyah al-Wasai( al-Ta’limiyyah wa Mnsail Tadris

al-lughah al-Arabiyyah, hlm. 38.

Page 22: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 15 .

14 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

aktivitas untuk membuktikan, apakah aktivitas tersebut sudah berhasil atau belum. Konteks ini dipertegas Good dalam buku Asasiyat al-Qiyas wa al-Taqwim fi at-Tarbiyah wa al-Ta’lim, hlm. 21 bahwa Evaluasi aaalah proses akurasi aktivitas pembelajaran dengan memberikan penilaian untuk membantu keberhasilan kegiatan tersebut. Di samping itu, evaluasi pembelajaran bahasa memiliki tujuan tertentu, di antaranya adalah: seleksi (peyaringan), mengukur kemarnpuan umumr (profuiency), mengukur bakat bahasa (aptitude), mengukur kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran (diagnostic), dan mengukur kemampuan belajar (achievement).17

Dengan kelima aspek tujuan evaluasi ini, maka muncul gambaran bahwa evaluasi merupakan aplikasi praktis tujuan yang akan dicapai peserta didik dan pendidik dalam suatu aktivitas pembelajaran, di samping itu evaluasi bukanlah suatu aktivitas sederhana yang mudah untuk direalisasikan, akan tetapi sebaliknya, sebab ia mencakup berbagai unsur dan dimensi serta diimplementasikan dengan berbagai langkah.Menganalisis paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan, metode dan teknik pembelajaran mempunyai hubungan hierarkis yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Sebab teknik adalah penjabaran dari metode, sedangkan metode merupakan penjabaran dari pendekatan. Dan pendekatan itu sendiri bersifat aksiomatis, maksudnya adalah menyatakan pendirian, falsafat, keyakinan yaitu sesuatu yang diyakini, tetapi tidak mesti dapat dibuktikan, karena ia merupakan seperangkat asumsi, sedangkan metode bersifat prosedural, dan teknik bersifat operasional.

B. Sistem dan Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab

Selanjutnya dalam pembelajaran bahasa Arab sistem dan prinsip pembelajaran sangat urgen bagi pendidik untuk merealisasikan proses pembelajaran dimaksud, karena setiap bahasa terdapat unsur dan keterampilan yang dapat dilihat secara seperatif atau secara integratif,

17 ‘’Fu’ad Effendy dan HD. Hidayat, Seri Evaluasi Belajar Bahasa Arab-Penataan Guru Madrasah Ibtidaiyynh (MI) ProgramJarakJauh (PJJ), Depag RI, 1984/1985, hlm. 4.

Page 23: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 15 .

14 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

sehingga terformat sebuah paradigma dan fenomena yang dinamakan bahasa. Performansi dan keterampilan berhahasa juga sangat variatif, ada yang berbentuk lisan, dan tulisan, bahkan ada juga yang bersifat reseptif (keterampilan menyimak dan membaca) serta ada yang bersifat produktif (keterampilan berbicara dan menulis). Sistem pembelajaran bahasa Arab dimaksud, adalah sistem integrasi (nad,zariyatal-wihdah) dan sistem separasi(nadznriynt al furu’). Berikutnya prinsip pembelajaran bahasa Arab yang diinginkan dalam kajian ini adalah prinsip prioritas, prinsip akurasi, prinsip gradasi, prinsip motivasi dan prinsip validasi. Paparan secara komprehensif, dapat dilihat berikut ini.

1. Sistem Pembelajaran Bahasa Arab

a. Sistem Integrasi (Nadzariyah al-Wihdah)

Terminologi Sistem Integrasi di dalam pembelajaran bahasa Arab adalah, bahwa bahasa merupakan kesatuan yang erat kaitannya, dan bukan disajikan dalam bentuk separasi (terpisah-pisah). Karena untuk merealisasikan sistem ini mengambil sebuah tema atau teks sebagai poros yang mencakup keseluruhan pelajaran bahasa.18 Tema atau teks tersebut memiliki fungsi untuk Qira’at, ta.dribat, qawa’id, muhadatsah, Insya, imla’, dan mahfudzat. Kemudian teks tadi diajarkan dan diterangkan dari aspek nahwu dan sharafnya. Maka wajar kalau sistem ini tidak mengenal alokasi waktu untuk setiap cabang pembelajaran bahasa. Adapun prinsip dasar linguistik dari sistem ini, sejalan dengan penggunaan bahasa, baik dalam ujaran atau tulisan semua komponen bahasa tercakup di dalamnya merupakan kesatuan yang erat dan saling berkaitan. Dengan istilah yang lebih populer, ketika berbicara tidak membuka kamus terlebih dahulu untuk mencari kosa kata dan menerangkan qawa’id, akan tetapi spontanitas.

Kekuatan sistem ini adalah landasan teoretisnya sangat kuat, baik dalam perspektif teori psikologis, teori linguistik, maupun teori kependidikan. Adapun kelemahannya, jika diterapkan pada level

18 Abdul Alim Ibrahim, al-Muwajjih n1-Fanni Li Mudarrisi al-Lughah al-Arabiyah, al Qahirah, Dar al-Ma’arif, 1962, Cet. ke-10, hlm. 50.

Page 24: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 17 .

16 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

perguruarn tinggi kurang dapat mengakomodir kebutuhan pendalaman unsur bahasa atau keterampilan berbahasa tertentu yang memang menjadi kebutuhan nyata bagi para pembelajar bahasa. Selanjutnya sistem ini direalisasikan pada mayoritas sekolah negeri yang ada di Indonesia, hal ini dimulai dari level dasar hingga level menengah.

b. Sistem Separasi (Nazariyah al-Furu’)

Terminologi Sistem Separasi di dalam pembelajaran bahasa adalah bahwa bahasa itu sendiri memiliki cabang-cabang, dan setiap cabang memiliki kurikulum, buku pegangan, jam pelajaran tertentu. Seperti: muthala’ah, qawa’id, Insya, imla’, dan balaghah. Untuk merealisasikan sistern ini, menggunakan kurikulum dan jam pelajaran rertentu.19 Sistem ini banyak diterapkan di pondok pesantren, baik pesantren modern maupun pesantren tradisional. Jadi di dalam implementasinya, kedua sistem ini sangat berbeda, sebab masing-masing memiliki karakteristik dan faedah. Kekuatan sistem separasi ini, bahwa pendidik dan clesainer kurikultarn mendapatkan kesempatan yang cukup untuk memberikan atensi khusus dalarn kajian Ulang bidang studi tertentu yang menurut pandangannya sangat fital. Sedangkan kelemahannya, sistem ini memporak-porandakan keutuhan bahasa, dan menghilangkan esensi serta watak alamiahnya. Hal ini berimplikasi kepada kompetensi dan pengalaman peserta didik terputus-putus, sehingga mereka tidak mampu merealisasikannya secara benar dalam kehidupan faktual. Di sisi lain, sistem ini juga menyebabkan ketidak seimbangan antar berbagai unsur bahasa dan keterampilan berbahasa, baik dalam proses pembelajaran maupun hasilnya.

1) Ciri-ciri Sistem Separasi

a) Adanya jam pelajaran tertentu di dalam setiap cabangnya.b) Setiap cabang memiliki buku paket tertentu.c) Setiap cabang mempunyai kurikulum tertentu.d) Setiap saat ujian, nilai dari masing-masing cabang dibagikan.

19 Abdul Alim Ibrahim, Ibid., hlm. 51.

Page 25: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 17 .

16 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

2) Faedah Sistem Separasi

a) Pendidik dalam waktu tertentu hanya dapat memusatkan satu unsur bahasa saja dalam proses pembelajaran dengan penuh perhatian.

b) Pendidik dapat menampung problematika yang perlu diajarkan. Kasus ini berbeda dengan sistem integrasi, yaitu tanpa menampung problem tertentu.

3) Kekurangan Sistem Separasi

a) Dapat merusak kealamiahan bahasa, kasus ini merupakan salah satu implikasi peserta didik kurang mampu untuk menggunakan bahasa dalam kondisi yang tepat, sebab mereka hanya bisa memberi syakal pada pelajaran qawa’id saja, di samping perhatian mereka terhadap bentuk kata di dalam materi imla’. Sedang membiasakan berbicara hanya dalam bidang studi muhadatsah.

b) Tidak adanya balansi dan konsiderasi di dalam perkembangan bahasa.

c) Sistem ini sedikit sekali latihan muhadatsah, padahal muhadatsah merupakan substansi bahasa secara keseluruhan.

4) Bagaimana Mengonvergensikan Sistem Integrasi dan Sistem Separasi

Untuk mengonvergensikan kedua sistem ini, maka hendaknya memerhatikan aspek kebaikan yang eksis padanya, dengan tanpa menafikan aspek kekurangan yang ada. Jadi teknis sinergisitasnya adalah:

a) Jangan menganggap bahwa bahasa itu berdiri sendiri dan bahkan terpisah dari lainnya. Akan tetapi, hendaknya kita berasumsi , bahwa semua cabang yang ada merupakan parsial yang memiliki hubungan hierarkis, yaitu: Bahasa.

b) Pendidik harus beranggapan bahwa pengklasifikasian ini bersifat kamuflase, dengan tendensi proses pembelajaran berjalan baik dan bahkan ada perhatian khusus terhadap problem serta waktu tertentu.

Page 26: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 19 .

18 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

c) Sistem integrasi diterapkan pada peserta didik pemula (elementery), sedangkan sistem separasi diaplikasikan pada level tinggi (advanced), dengan syarat, pendidik menjelaskan setiap cabang bahasa tanpa kaku (monoton).

5) Hubungan antara Partikulasi Bahasa

Partikulasi bahasa ini memiliki hubungan yang sangat natural, karena semuanya saling berkaitan satu sama lainnya untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan, yaitu: paham terhadap bahasa tersebut, serta mampu untuk memahamkannya terhadap orang lain. Untuk lebih jelas memahami tema di atas, perhatikan penjelasan konkret berikut ini.

a) Muthala’ah selain sebagai arena latihan membaca dan memahami, juga sebagai bahan latihan berbicara, praktik bahasa dan imla’.

b) Qawa’id di samping sebagai arena latihan penggunaan bahasa yang benar, juga sebagai bahan latihan berbicara dan imla’.

c) Mahfudzat dan balaghah di samping untuk memahami dan merasakarn nilai sastra bahasa serta perkembangannya, juga sebagai bahan latihan membaca dan berbicara serta menggunakan bahasa itu sendiri.

d) Muhndatsah dan Insya di samping sebagai arena latihan mengekspresikan isi hati, juga sebagai lahan latihan untuk memahami bahasa dan memahamkan orang lain, serta menggunakannya secara benar.

6) Keistimewaan Hubungan antara Sistem Integrasi dan Separasi

a) Peserta didik dapat merasakan bahwa bahasa merupakan kesatuan. Unsur yang memiliki hubungan hierarkis satu sama lainnya.

b) Bahasa dapat menghilangkan rasa bosan bagi peserta didik di dalam belajar. Bahkan mereka menguasai cabang-cabang bahasa secara akurat dan natural sejalan dengan fungsi bahasa serta implementasinya

Page 27: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 19 .

18 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

2. Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab

Secara linguistik, bahasa Arab bagi bangsa Indonesia merupakan bahasa Asing, bukan sebagai bahasa kedua (seperti bahasa Inggris di India), dan bukan pula sebagai bahasa Ibu (seperti bahasa Jawa bagi penduduk asli Jawa Tengah dan Jawa Timur). Pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing bagi pelajar Indonesia, pasti berbeda dengan pembelajaran bahasa Indonesia bagi mereka sebagai bahasa ibunya. Di saat seorang anak belajar bahasa ibunya, `pita rekaman bahasa’ yang terdapat di dalam akalnya masih kosong bersih dari bahasa apa pun, sehingga akan dengan lancar dan mudah materi bahasa yang diajarkan oleh keluarganya terekam dalam pita rekaman tersebut. Sedang di saat dia mulai belajar bahasa Arab atau bahasa asing lainnya, pita rekaman di otaknya sudah lebih dahulu penuh dengan materi bahasa ibu. Dari sinilah nahasa asing yang baru dipelajarinya itu akan selalu dipengaruhi oleh struktur kata dan kalimat bahasa ibu yang sudah begitu mendominasi. Tidak aneh disaat ia berusaha berbahasa asing, secara tidak sadar ia menggunakan sistem sharaf atau sistem nahwu bahasa ibunya yang dalam banyak hal berbeda dengan sistem sharaf/nahwu bahasa asing yang dipelajarinya. Makin banyak perbedaan antara kedua bahasa tersebut, makin besar kemungkinan anak berbuat kesalahan dikala ia berbahasa asing itu.20 Untuk mengatasi kasus di atas, maka para pendidik perlu memerhatikan beberapa prinsip pembelajaran bahasa Arab berikut ini.

a. Prinsip Prioritas

Prinsip ini secara mayoritas diterapkan pada sekolah-sekolah modern, dengan acuan sebagai berikut: 1) Latihan menyimak dan bercakap lebih diprioritaskan sebelum

ditampilkan latihan membaca dan menuiis.2) Mengajarkan kalimat diprioritaskan sebelum mengajarkan kata.3) Mengajarkan kosa kata yang berfrekuensi tinggi, lebih diprioritaskan

walaupun mengandung unsur syaz atau mu’tal, sebelum mengajarkan kosa kata yang lain.

20 HD. Hidayat, Pedoman Pelaksanaan Penataran Methode Pengajaran Membaca al- Qur›an dan Memahami Maknanya bagi Guru-Guru SD, SUP, SLTA tahun 1990/1991 Angkatan II, DKI Jakarta, hlm. 29.

Page 28: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 21 .

20 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

4) Mengajarkan bahasa harus dengan kecepatan normal, seperti halnya yang biasa dilakukan oleh penutur asli, artinya di dalam mengajarkan bahasa tidak usah lambat-lambat.21

b. Prinsip Akurasi

Terminologi prinsip akurasi adalah sejak awal peserta didik jangan dibiarkan berbuat kesalahan, hat ini untuk menghindari terbentuknya kebiasaan berbahasa yang salah, baik dari aspek bunyi, struktur maupun makna. Prinsip akurasi merupakan standar yang akan direalisasikan, di samping kondisi setiap istilah yang muncul secara sinonim, seperti kata:

Semua kata ini merupakan deskripsi yang tidak mungkin diukur, karena bukan sesuatu hal yang konkret, seperti halnya Termometer.22

c. Prinsip Gradasi

Terminologi gradasi di sini adalah mencerminkan bahwa:1) Peserta didik diajarkan sesuatu dilmulai dari yang diketahui sampai

kepada yang belum diketaluii, atau dari hal yang mudah menuju ke hal yang sulit.

2) Materi pelajaran yang akan disajikan sekarang, mengacu kepada materi pelajaran yang lalu, baik dari aspek kosa kata, nahwu, sharaf, maupun makna.

d. Prinsip Motivasi

Untuk mewujudkan prinsip motivasi ini, dapat ditempuh melalui langkah-langkah berikut:1) Menghargai setiap jawaban peserta didik yang benar dengan

memberikan pujian langsung.2) Menumbuhkan semangat kompetitif di kalangan peserta didik.3) Memasukkan unsure simulasi dalam aktivitas rill (latihan)4) Menciptakan komunikasi edukatif yang harmonis antara pendidik

dan peserta didik.5) Memvariasikan aktivitas pembelajaran.

21 Ibid., hlm. 30-3122 Kamal Ibrahim Badri dan Shaleh Muhammad Nashir, Usus Ta’lim al-Lughah alArabiyyah,

Ma’ahid Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah bi Indunisia, hlm. 25.

Page 29: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 21 .

20 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

e. Prinsip Validasi

Prinsip validasi dimaksud, adalah:1) Pembelajaran dilaksanakan secara praktik, bukan melalui penjelasan

gramatika, khususnya bagi pemula.2) Penjelasan suatu makna kalimat dilakukan sedapat mungkin melalui

hal-hal konkret, antara lain dengan menggunakan media visual, gambar-gambar hidup dan realistik.

3. Pendidik memberikan pemahaman terhadap peserta didik dengan cara merepetisi aneka contoh yang dapat dijelaskan melalui cara termudah dan lebih banyak kaitannya dengan arti yang berbentuk tulisan. Contoh: Jika pendidik akan mengajarkan isim, maka benda-benda yang sebaiknya dijadikan contoh adalah, buku, pena, buku tulis dan benda-benda lainnya terutama yang terdapat di dalam kelas.

Page 30: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 23 .

22 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Page 31: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 23 .

22 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

#KETIGAPROBLEMATIKA PEMBELAJARAN

BAHASA ARAB

Problematika pengajaran bahasa arab disini adalah persoalan-persoalan atau permasalahan dalam proses belajar mengajar bahasa arab.

Di Indonesia bahasa Arab tidaklah asing dalam kehidupan ummat Islam sejak dahulu kala, karena motif keagamaan merupakan alasan yang paling mendasar dalam mempelajarinya. Oleh karena itu studi bahasa arab dan islam di Indonesia, hampir merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dan kenyataan memang menunjukkan bahwa kedua bidang studi tersebut hampir bersamaan. Bahasa Arab dikenal di Indonesia sama dengan dikenalnya agama islam, atau dengan kata lain bahasa Arab di Indonesia sama tuanya dengan agama Islam. Namun bahasa Arab tetaplah bahasa asing bagi bangsa Indonesia. Jadi dalam belajar dan mengajar bahasa Arab terdapat kesulitan dan permasalahan, antara lain :

A. Masalah Kebahasaan

a. Kesulitan dalam aspek bunyi, hal ini terasa sekali, karena adanya perbedaan dalam bunyi, ada fonem-fonem bahasa arab yang tidak ada bandingannya (persamaannya) dalam bahasa Indonesia. Seperti ظ ط ص ض ف غ ع ش ز ذ خ ح ث:

b. Kesalahan dalam mendengarkan suatu huruf yang berdekatan

Page 32: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 25 .

24 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

makhrajnya, seperti : ق ك ث س ش ص ح ه

c. Ada yang tidak sama antara yang didengar dengan yang tertulis. Ada yang diucapkan tetapi tidak ditulis, seperti alif pada kata هذا, هذه dan tanwin ketika dibaca waqaf seperti kata madrasah. Ada yang sebaliknya, tertulis tetapi tidak diucapkan : seperti alif setelah waw jama’ :

fa’alu فعلو darabu ضربوا

dan waw pada kata ‘Amrun عمورAda pula yang satu ketika terdengar dan tertulis. Seperti al (syamsiah)

dan al (qamariyah). Asy-syamsuالشمس Al-qamaruالقمر

Pada al (syamsiah) lam diganti dengan syin dalam bacaannya tetapi dalam tulisannya tetap lam.154

B. Masalah Psikologis.

Indonesia termasuk negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Acara-acara keagamaan dilindungi oleh pemerintah, syiar agama Islam memancar dimana-mana, mulai dari tingkat pusat sampai kedaerah-daerah. Hari-hari besar islam sudah ditetapkan sebagai hari besar Nasional. Namun kepedulian bangsa Indonesia terhadap bahasa arab belum seimbang, bahkan masih banyak orang Islam yang bahasa Arabnya hanya bacaan-bacaan shalat dan do’a-do’a. itupun masih terbatas pada sekedar hafal, belum sampai kepada mengetahui arti/maksud dari bacaannya. Rosul bersabda yang artinya “Tidak sah shalat seseorang bila tidak membaca surat fatihah”.55

Hadis tersebut mengandung maksud bahwa setiap shalat harus membaca

54 Mamduh Nuruddin, Ta’lim Maharatil-Kitabah, Al-Muwijjih, fi ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyah Ligairin-Natiqina Biha, al-‘Adad al-Salis, Jakarta, 1410 H/1990 M, hal. 48-49

55 Al-Bukhari, Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ismail, Matn al-Bukhari. Juz I, Maktabah wa matba’ah Sulaiman Mar’I, Singapura, tt, hal. 138.

56 Hidayat, M.A Musykilat Tadris al-lughah al-Arabiyah fi Indonesia wa ‘ilajuha, Al-Muhajjih, fi ta’lim al-Lughah al-Arabiyah Lingairin-Natiqina Biha, Jakarta, 1998, hal.60

57 Nababan, P.W.J., Sosiolinguistik, Gramedia, Jakarta, 1984, hal. 65

Page 33: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 25 .

24 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

fatihah. Sedangkan surat ini berbahasa Arab, maka orang yang hendak mengerjakan shalat harus belajar bahasa Arab, minimal untuk sahnya pelaksanaan shalat. Sehingga seringa dujumpai ummat Islam merasa cukup lega telah dapat membaca surat al-fatihah dan menghafalnya dengan baik, serta surat-surat pendek meskipun mereka tidak mengetahui arti dan maksudnya.

Bahasa Arab tak ubahnya bahasa-bahasa lain di dunia. Ia dapat dikuasai dan dimiliki bila dipraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi orang yang ingin menguasai bahasa Arab hendaknya lingkungannya mendukung, seperti lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Kenyataannya di Indonesia jarang dijumpai kecuali di lingkungan pondok pesantren Moderen, Gontor Ponorogo misalnya. Pada umumnya para pelajar belajar bahasa Arab terbatas dilingkungan sekolah (kelas), itupun mereka tidak menginginkan untuk berbicara dengan bahasa Arab, bahkan mereka merasa malu memakainya.56 Mereka lebih bangga bila berbicara dalam bahasa Inggris.

Bahasa Arab dipandang sebagai bahasa Islam semata bahasa yang digunakan dalam forum-forum keagamaan. Seperti pengajian, khutbah, shalat, do’a-do’a dan lain-lain: Bahasa yang hanya dimiliki oleh orang-orang islam, bahasa yang jarang digunakan dalam pertemuan tingkat nasional maupun tingkat internasional. Sehingga kalau mereka belajar bahasa Arab kurang banyak manfaatnya dikalangan masyarakat. Akibatnya mereka belajar bahasa Arab disekolah sekedar untuk lulus, bukan untuk berbahasa Arab.

Secara psikologis, yaitu belajar bahasa dilihat dari motifasi, Nababan mengelompokkan motifasi belajar bahasa asing itu kepada tiga bentuk: a. Motifasi Integratif, yaitu belajar bahasa karena ingin hidup ditengah-

tengah masyarakat pemilik bahasa itu.b. Motifasi Instrumental, yaitu belajar bahasa karena ia sebagai alat

untuk mencapai tujuan lain, seperti untuk mempelajari agama.c. Identifikasi kelompok social, yaitu belajar bahasa karena untuk

berkomunikasi didalam masyarakat tertentu.57

Dengan demikian jelas bahwa pada umumnya masyarakat Indonesia dalam mempelajari bahasa arab adalah cenderung kepada motifasi instrumental, yaitu bahasa dipakai sebagai alat untuk belajar agama Islam. Suatu kenyataan menunjukkan bahwa pendidikan bahasa Arab

Page 34: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 27 .

26 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

pada semua tingkat pada umumnya hanya terbatas pada terminologi agama saja.258

Dan bahkan dalam belajar bahasa Arab mereka tidak ingin untuk dapat berbicara bahasa Arab, tetapi sekedar untuk dapt membaca dan menulis, menulis dalam arti meniru bukan mengarang.

C. Masalah Tenaga Pengajar dan Metode Pengajarannya.

Tenaga pengajar (guru) di Indonesia sedikit yang menguasai pelajaran bahasa Arab. Mereka mengajar bahasa Arab ala Indonesia, maksudnya mereka mengajar bahasa arab dengan menggunakan pengantar bahasa Indonesia. Hal seperti ini tidak dapat dipungkiri, karena mereka tidak dipersiapkan untuk itu, tetapi mereka mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mengajar bahasa Arab, meskipun pasif Metode yang mereka gunakan adalah metode mengajar dimana mereka mendapatkan pelajaran dari gurunya dulu yang pada umumnya menggunakan metode gramatika dan terjemah (thariqoh al-Qowaid wat-tarjamah). Metode ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Gramatika yang diajarkan ialah gramatika formal.b. Kosa kata tergantung pada bacaan yang telah dipilih.c. Kegiatan belajar terdiri dari penghafalan kaidah-kaidah tata bahasa,

penterjemahan kata-kata tanpa konteks, kemudian penterjemahan bacaan-bacaan pendek, pentafsiran.

d. Latihan ucapan tidak diberitakan, kalaupun diberikan hanyalah sekali-kali saja.59

Metode ini hanya mengharapkan para siswa untuk bias membaca teks dan menghafal qawa’id-qawa’id yang ada, tetapi mereka tidak pernah mendapat latihan-latihan untuk memantapkan pengertian Qawa’id-qawa’id yang sudah dihafalnya. Padahal oleh Muhammad Arfah: “Rahasia keberhasilan pengajaran bahasa Arab adalah dengan latihan dan

58 Strenbrink. Karel, Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern, LP3ES, Jakarta, 1974, hal. 202

59 Mujianto Sumardi, Dr, Pengajaran Bahasa Asing, Sebuah tinjauan dari segi Metodologi, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hal.37

60 Mardio, Drs, Beberapa Alternatif Untuk Meningkatkan Perkuliahan Bahasa Arab di IAIN Walisongo, Semarang, Majalah, walisongo, Edisi 29, Semarang, Februari 1990, hal. 11

61 Ibid

Page 35: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 27 .

26 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

pengulangan, sedang kegagalannya adalah karena tidak banyak latihan, tetapi hanya memberikan kaidah-kaidah atau aturan-aturannya saja. Kalau tukang jahit umpamanya, mendidik muridnya hanya memberikan latihan menjahit, tentu saja hasilnya akan No 1.

Sebaiknya, jika guru bahasa Arab melatih muridnya menghafal gaya bahasa Arab yang balig, berbicara setiap hari dan juga mengulang-ngulang latihan menulis, maka tentu pengajaran bahasa ini akan berhasil dengan baik”.60

Sedang menurut khotib al-Umam “Metode yang baik adalah yang menggunakan latihan dan drill, karena bahasa adalah kemampuan dan keterampilan. Sedang kemampuan tidak bias dicapai hanya dengan kaidah-kaidah saja, tetapi harus dengan latihan dan pengulangan.”61

Page 36: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 29 .

28 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Page 37: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 29 .

28 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

#KEEMPATKETERAMPILAN DAN PERMAINAN

BERBAHASA ARAB

A. Keterampilan Berbahasa Arab

تدريس املهارات اللغوية

مهارات اللغة :

الترابط متحقق بين املهارات ، فبعضها يخدم بعضا إذا

استخداما صحيحا نمت مهارتا) الكالم والكتابة (إذا استخدمت مهارتا اإلرسال

؛ ألن اللغة ممارسة ، فإذا لم تتكلم اللغة وتكتب) االستماع والقراءة (االستقبال

باللغة، ال تنمو عندك اللغة ، ولهذا فإن البيئة الصحيحة لتعلم اللغة تسرع

تعلم اللغة وكذلك فإن ملهارتي االستقبال أثر في نمو مهارتي اإلرسال

BAB IV

KETERAMPILAN BERBAHASA ARAB

DAN PERMAINAN KETERAMPILAN

BERBAHASA ARAB

A. KETERAMPILAN BERBAHASA ARAB

تدريس المھارات اللغوية

مھارات اللغة :

الترابط متحقق بین المھارات ، فبعضھا يخدم بعضا إذا

الكالم والكتابة (إذا استخدمت مھارتا اإلرسال استخداما صحیحا نمت مھارتا )

االستماع والقراءة (االستقبال ؛ ألن اللغة ممارسة ، فإذا لم تتكلم اللغة وتكتب )

باللغة، ال تنمو عندك اللغة ، ولھذا فإن البیئة الصحیحة لتعلم اللغة تسرع تعلم

اللغة وكذلك فإن لمھارتي االستقبال أثر في نمو مھارتي اإلرسال

ا

ستماع ارة م

ارة التحدثم

الكتابة ارة م

القراءة ارة م

Page 38: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 31 .

30 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

تدريس مهارة

االستماع

أنواع االستماع :

1. املسموع املكثف :

الهدف من االستماع املكثف مثله في ذلك مثل القراءة املكثفة، تدريب الطالب على

االستماع إلى بعض عناصر اللغة كجزء من برنامج تعليم اللغة العربية، كما يهدف

االستماع املكثف إلى تنمية القدرة على استيعاب محتوى النص املسموع بصورة

مباشرة.

وهذا النوع من االستماع املكثف ال بد أن يجرى تحت إشراف املعلم مباشرة، وهو في

ذلك مخالف لالستماع املوسع .

2- املسموع املوسع:

ويهدف االستماع املوسع إلى االستماع إلى نصوص جديدة في حدود املستوى، وقد

يكون بإعادة االستماع إلى مواد سبق أن عرضت على الطالب، ولكن تعرض اآلن في

صورة جديدة أو موقف جديد. كما أنه يتناول مفردات أو تراكيب ال يزال الطالب غير

قادر على استيعابها أو لم يألفها بعد .

• بعد التأكد من فهمهم للنص يمكن أن يسمح لهم بقراءته

• مهارة فهم املسموع أصعب مهارة، لذا ال بد من التدرج في عرضها بما

يناسب املستوى اللغوي.

• ال تقدم لهم في االستماع موضوعات يعرفونها تماما؛ ألن فهم املسموع ال

يتحقق باإلجابة عن أسئلة االستيعاب، بل من معلوماتهم السابقة،

ومثل االستماع في ذلك القراءة.

• بعد التأكد من فهمهم للنص يمكن أن يسمح لهم بقراءته

• مهارة فهم املسموع أصعب مهارة، لذا ال بد من التدرج في عرضها بما

يناسب املستوى اللغوي.

ال تقدم لهم في االستماع موضوعات يعرفونها تماما؛ ألن فهم املسموع •

Page 39: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 31 .

30 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

ال يتحقق باإلجابة عن أسئلة االستيعاب، بل من معلوماتهم السابقة،

• ومثل االستماع في ذلك القراءة.

تدريس مهارة التحدث

توجيهات لتدريس التحدث

• يمكن اصطناع مقابالت خارج الصف وداخله بتنسيق مع املعلم ، ودون

علم الطالب يمكن اصطناع مقابالت خارج الصف وداخله بتنسيق مع

املعلم ، ودون علم الطالب .

• يوزع الطالب إلى مجموعات صغيرة لزيادة فرصة الحديث من كل طالب .

• . تختار موضوعات للكالم من اهتمام الطالب ، ومما يرغبون الحديث فيه .

ممارسة الكالم بالعربية

إن أفضل طريقة لتعليم الطالب الكالم ، هي أن نعرضهم ملواقف تدفعهم للتحدث

باللغة ؛ ليتعلم الطالب الكالم عليه أن يتكلم . ونود أن ننبه هنا إلى أن الطالب ال

يتعلم الكالم إذا ظل املدرس هو الذي يتكلم طول الوقت والطالب يستمع . ومن هنا

فإن املدرس املاهر يكون قليل الكالم ، أقرب إلى الصمت عند تعليم هذه املهارة ، إال

عند عرض النماذج ، وإثارة الطالب للكالم ، وتوجيه األسئلة .

تدريس مهارة القراءة

والقراءة تعليميا نوعان :

أوال – القراءة املكثفة :

القراءة املكثفة تنمي قدرات الطالب على الفهم التفصيلي ملا يقرؤه، وتنمي قدرته

على القراءة الجهرية، وإجادة نطق األصوات والكلمات، وكذلك السرعة، وفهم معاني

الكلمات والتعبيرات

املوسعة

أما القراءة املوسعة فتعتمد على قراءة نصوص طويلة، ويطالعها الطالب خارج

الصف بتوجيه من املعلم، وتناقش أهم أفكارها داخل الصف؛ لتعميق الفهم، وبذا

تأخذ القراءة املوسعة بيد الطالب؛ ليعتمد على نفسه في اختيار ما يريد من كتب

عربية

Page 40: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 33 .

32 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

خطوات درس القراءة املكثفة

• التحية : حي الطالب بتحية اإلسالم، وتلق إجاباتهم عليها .

• إعداد السبورة : اكتب التاريخ، وعنوان الوحدة ، أو الدرس ، ورقم

الصفحة

• املراجعة : وتشمل مراجعة الواجب املنزلي إن وجد ، ومراجعة الوحدة، أو

الدرس السابق، تتضمن مراجعة العناصر واملهارات اللغوية، واملحتوى

الثقافي .

• التمهيد للدرس : ناقش الطالب في الصور املصاحبة للنص – إن وجدت –

عن طريق األسئلة ، ثم اطرح عليهم األسئلة التي تسبق النص؛ ليجيبوا عنها

مستعينين بالنص القرآني .

• أعط الطالب فكرة عامة عن موضوع النص ، تحببـهم في قراءته ، وال

تتطرق إلى التفاصيل .

• وجه الطالب إلى قراءة النص من البيت وحل التدريبات ، وشجعهم على

استخدام معجم عربي إذا واجهوا مشكالت في الفهم .

في حصة القراءة اسأل الطالب عن الصعوبات التي واجهوها، واعمل على •

تذليلها .•

خطوات درس القراءة الحرة املوسعة

اطلب من الطالب حل تدريبات االستيعاب واملفردات في الصف .•

• شجع الطالب على تلخيص أجزاء من النص .

اختر بعض الطالب لقراءة فقرات النص قراءة جهرية، كل طالب يقرأ فقرة واحدة

تدريس مهارة الكتابة

توجيهات لتدريس الكتابة

• الكتابة اآللية أولية، ويجب أن ينتهي االهتمام بها بعد السيطرة عليها،

لينتقل االهتمام إلى الكتابة العقلية .

Page 41: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 33 .

32 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

• الهدف األسا�سي للكتابة العقلية هو وصول الكاتب، لذا ال ينصب اهتمام

املعلم إلى الصحة اإلمالئية فقط .

• مما يعرفه الطالب، وال) التعبير الحر (اختر موضوعات الكتابة العقلية

تنقصهم املعلومات عنه، ومثل الكتابة في ذلك الكالم .

أنواع االختبارات باعتبار الطريقة،

وطريقة التصحيح ودقتها

تنقسم إلى نوعين :ذاتية / مقاليةتدخل فيها عوامل التقدير الذاتي للشخص الذي يصحح االختبار .موضوعية

وهي على النقيض من االختبارات الذاتية، ولها كثير من املزايا ، وأيضا كثير من العيوب

ومن أمثلة بنود االختبارات املوضوعية :

االختيار من متعدد . أ

الصواب والخطأ . ب

الربط . ج

اإلضافة . د

إعادة الترتيب . هـ

التكملة . و

التحويل . ز

Page 42: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 35 .

34 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

B. Permainan Keterampilan Berbahasa Arab

a. Apa ini apa itu ?

Prosedur Berikan waktu beberapa menit untuk menulis deskripsi singkat suatu objek yang nanti harus ditebak oleh siswa yang lain. Objek tersebut mempunyai kategori spesifik, misalnya binatang, makanan, pakaian, ruang kelas, kamar tidur, dan lainnya.

Deskripsi tersebut terdiri atas empat kalimat, diawali dari yang paling umum menuju ke detil, sehingga dapat ditebak. Siswa diminta menebak objek secepat mungkin, begitu suatu kalimat deskriptor diperdengarkan. Siswa yang dapat menebak dengan benar setelah kalimat pertama diperdengarkan memperoleh skor 4. Skor 3 untuk tebakan benar descriptor kedua, skor 2 untuk descriptor 3. Adapun tebakan benar setelah descriptor keempat mendapat skor 1. Siswa yang memperoleh skor terbanyak adalah pemenangnya. Berikut ini diberikan contoh rangkaian deskriptip untuk beberapa objek.

لي أربعة أرجل• األرجل للقيام ال للم�سي • أصحابي كثيرة فى الفصل• أقوم أمام كل تلميذ•

Waktu : Sesuai kebutuhan Tujuan : Melatih siswa menangkap makna kata baru berdasarkan

konteksTingkat : Dasar dan menengah

أنا آلة الكتابة• أنا أبيض اللون• املدرس يكتب علي كل يوم• أقوم أمام الفصل•

Page 43: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 35 .

34 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

b. Berbicara Spontan

Persiapan Permainan ini bisa mudah/sederhana atau sulit tergantung pada keinginan guru. Sebelunya, guru menyiapkan sejumlah lipatan kertas kecil. Pada setiap kertas ditulis suatu topic tertentu sesuai dengan kemampuan, pengalaman, dan usia siswa. Misalnya, untuk siswa menengah diberikan

أنا أداة اإلذاعة• أنا موجود فى كل بيت• وجهي من الزجاج• الناس يشاهدونني يوميا•

أنا يلبسني الناس• أنا مصنوع من الجلد• اليذهب املوظف إال بي• أنا أحرس القدم من الشوك•

هو من املبنى• رب من قصب، خشب، أو طوب• يذهب الناس منه ويرجعون إليه• إنه يبنى للسكن•

Waktu : Maksimal 30 menitTujuan : Melatih siswa berbicara secara spontan dalam bahasa

target Tingkat : LanjutPeralatan : -

Page 44: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 37 .

36 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

topic (a) Hobi Favoritku, (b) bepergian yang mengesankan, (c) rencana kegiatan libur mendatang. Untuk siswa yang kemampuan bahasanya sudah lebih tinggi, diberikan topic yang mungkin agak abstrak, namun harus tetap berhubungan dengan pengalaman mereka.

Prosedur 1. Seorang siswa mengambil secara acak satu lipatan kertas dan

membaca topic yang tertulis pada lipatan kertas tersebut2. Siswa diminta langsung memulai berbicara tentang topic tersebut

(tidak diberi kesempatan untuk menyiapkan pembicaraanya)3. Kesempatan berbicara tersebut diberikan selama 3-5 menit4. Agar lebih merangsang siswa, pembicaraan mereka dapat direkam.

Keuntungan perekaman ini, siswa dapat memutar dan mengamati kembali pembicaraanya, baik secara bersama maupun perorangan. Dengan demikian, siswa dapat berlatih mengenali kemampuan atau mengoreksi pembicaraannya.

Catatan Untuk keperluan koreksi, sebaiknya guru tidak menginstruksi siswa langsung pada saat diketahui melakukan kesalahan. Sebaiknya guru mencatat kesalahan-kesalahan tersebut untuk dikomentari pada akhir pembicaraan setiap siswa atau bahkan di akhir kegiatan (mccallum, 1980).

Page 45: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 37 .

36 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

c. Cerita Bersambung

Prosedur 1. Permainan ini dimulai dengan memperdengarkan suatu cerita

melalui tape recorder2. Cerita diulangi secara lisan tanpa tape selama 1-2 menit3. Ketika cerita sampai pada titik kritis, guru berhenti lalu meminta

salah seorang siswa untuk melanjutkannya selama 1-2 menit pula. Dalam hal ini, perlu ditekankan bahwa siswa dituntut untuk mengembangkan cerita tanpa harus terikat dengan isi dan alur cerita yang diperdengarkan melalui kaset

4. Jika siswa pertama selesai bercerita, giliran diberikan pada siswa berikutnya secara urut

5. Demikian seterusnya, secara berurutan sampai siswa yabg terakhir. Setiap siswa diberi waktu 1-2 menit

6. Tekankan kepada siswa bahwa hanya siswa terakhir lah yang boleh mengakhiri cerita tersebut. Hal itu berarti bahwa setiap siswa harus

Contoh topik ringan untuk berbicara spontan

اض• أنشطتي فى يوم األحد امل الفطور الذي تناولت هذا الصباح• أحب أصدقاء الفصل• كيف شعورك هذا الصباح• ال• مر اسلة عبر الجو

Waktu : 5-10 menitTujuan : Mendorong percakaan melalui melalui penggunaan

cerita berseri imajinatifTingkat : menengah-lanjutPeralatan : permainan ini memerlukan alat perekam untuk

merekam tuturan siswa dan guru selama berlangsungnya cerita

Page 46: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 39 .

38 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

berupaya mempertahankan kelangsungan dan kemenarikan cerita tersebut

7. Setelah cerita diakhiri, rekaman dapat diputar ulang untuk memberi kesempatan kepada siswa menyimak dan menikmati tuturannya sendiri.

Catatan: Dalam suatu kelas biasanya terdapat siswa yang lebih imajinatif daripada siswa lainnya. Jika tidak distop, siswa tersebut cenderung berbicara terus. Sebaliknya, mungkin ada beberapa siswa yang sulit/kurang mampu berfikir tentang apa yang harus dikatakan. Karena itu, perlu dilakukan penyetopan terhadap siswa yang kaya imajinasi dan sebaliknya yang miskin imajinasi perlu dibantu. Meskipun demikian, jika memang akhirnya tidak mampu menuturkan sesuatu, giliran bercerita dipindahkan kepada siswa berikutnya.

Contoh:• Penggalan cerita dari kaset/guru

ة. ركب هاب إلى منطقة جبلي ر سلطان من أصدقائه فى الذ تأخ

سلطان دراجته إلى بيت عثمان ولكنه قد غادر البيت مع ثالثة

أصدقائه قبل نصف ساعة. فأسرع سلطان فى ركوب دراجته حتى

رق وصل فى تقاطع الط• Lanjutan cerita dari siswa 1

انعطف سلطان يسارا فى خارج القرية. ومن هنا بدأ الطريق يصعد

ويخلو من الناس

• Lanjutan cerita dari siswa 2

الطريق إلى ثالثة فروع.

وبعد ربع الساعة من نهاية القرية يتفرع

هي جهة اليمين وعلى الطول وجهة ..........• Lanjutan cerita dari siswa lainnya

.......................

Page 47: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 39 .

38 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

d. Kata Belajar

Persiapan

• Guru menyiapkan sejumlah kartu bertuliskan (a) nama siswa, (b) nama atau jenis binatang, (c) keterangan tempat, (d) kata kerja yang berkala kini (fi’il mudhari’) untuk orang ketiga berdua, (e) salah satu kartu bertuliskan “wawu ‘athaf ”. Setiap kartu dibuat dengan ukuran 15x20 cm

• Guru membagi kelas menjadi 4 kelas

Prosedur1. Guru membagikan kartu “a” kepada kelompok 1, kartu “b”

kepada kelompok 2, kartu “c” kepada kelompok 3, kartu “d” kepada kelompok 4. Sedangkan kartu yang bertuliskan “wawu ‘athaf ” dipegang oleh guru atau seorang siswa yang diberi tugas

2. Guru meminta setiap anggota kelompok untuk membaca dengan keras setiap kartunya secara bergantian

3. Salah seorang siswa dari setiap kelompok diminta maju memperlihatkan kartunya dengan urutan kelompok

4. Guru mengambil tempat diantara anggota kelompok 1 dan 2 serta memperllihatkan kartunya seperti yang dilakukan oleh yang lain

5. Salah satu atau dua siswa yang tidak ikut maju diminta membaca kalimat dalam n kartu yang belajar

6. Guru meminta kelas membahas makna kalimat tersebut. Ada kemungkinan kalimat tersebut menimbulkan tawa, misalnya

مان علي والحصان فى املـــكتبة يتكل7. Setelah satu kalimat selesai dibahas, permainan dilanjutkan sampai

kartu terakhir

Waktu : -Tujuan : Mengembangkan kemampuan membaca sekaligus

memantapkan penguasaan pola kalimatTingkat : DasarPeralatan : -

Page 48: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 41 .

40 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Variasi Sebagai variasi, salah seorang siswa dapat diminta menulis kalimat yang dibentuk oleh siswa dengan cara belajar tadi. Permainan ini dapat digunakan untuk melatihkan pola kalimat yang lain pula.

e. Bertanya dan Menjawab

PersiapanSiapkan kartu kosong berukuran 3x7 cm sejumlah siswa dan bagilah kelas menjadi dua kelompok atau kelipatannya (2,4,6, dst) dengan 5 anggota setiap kelompok.

Prosedur 1. Bagilah kartu kepada setiap anggota kelompok2. Perintahkan setiap anggota kelompok menulis satu pertanyaan

mengenai teks pelajaran yang baru atau sedang dipelajari. Dengan demikian setiap kelompok membuat lima pertanyaan

3. Setelah selesai, kartu pertanyaan setiap kelompok tersebut diberikan kepada kelompok lain secara silang. Dengan catatan setiap anggota kelompok memperoleh satu kartu pertanyaan

4. Perintahkan setiap anggota kelompok membuat/menulis jawaban dari pertanyaan yang diperolehnya

5. Ajaklah siswa membahas setiap pertanyaan dan jawaban dengan diawali dari pembacaan oleh pemegang kartu. Setelah itu siswa

Waktu : 10-15 menitTujuan : Mengembangkan kemahiran menulis pertanyaanTingkat : Dasar dan menengah Peralatan : Kartu kosong ukuran 3x7 cm

Sebagai variasi, salah seorang siswa dapat diminta menulis kalimat yang

dibentuk oleh siswa dengan cara belajar tadi. Permainan ini dapat digunakan untuk

melatihkan pola kalimat yang lain pula.

e. Bertanya dan Menjawab

Persiapan

Siapkan kartu kosong berukuran 3x7 cm sejumlah siswa dan bagilah kelas

menjadi dua kelompok atau kelipatannya (2,4,6, dst) dengan 5 anggota setiap

kelompok.

Prosedur

1. Bagilah kartu kepada setiap anggota kelompok

2. Perintahkan setiap anggota kelompok menulis satu pertanyaan mengenai teks

pelajaran yang baru atau sedang dipelajari. Dengan demikian setiap kelompok

membuat lima pertanyaan

3. Setelah selesai, kartu pertanyaan setiap kelompok tersebut diberikan kepada

kelompok lain secara silang. Dengan catatan setiap anggota kelompok

memperoleh satu kartu pertanyaan

لمان يت املكتبة صان ا و ع

Waktu : 10-15 menit

Tujuan : Mengembangkan kemahiran menulis pertanyaan

Tingkat : Dasar dan menengah

Peralatan : Kartu kosong ukuran 3x7 cm

Page 49: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 41 .

40 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

pemegang kartu diminta menulis pertanyaan dan jawaban di papan tulis.

مثال من األمثلة ة؟. 1 يت إندونيسيا دولة أرخبيلي ملاذا سم

ر متجاورةألنها تتكون من مجموعة جز

ر فى إندونيسيا؟. 2كم عدد الجز

أكثر من آالف وثالثمائة جزيرةة!. 3 ي اذكر ثالث وسائل النقل البر

دراجة – سيارة - قطارما املركب الطويل وعجالتها كثيرة؟. 4

قطارما هي وسيلة النقل التقليدي؟. 5

ك/ماكينة هي التي تسير بدون متحر

Page 50: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 43 .

42 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Page 51: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 43 .

42 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

#KELIMAMETODOLOGI PEMBELAJARAN

BAHASA ARAB

A. Sejarah Perkembangan Metode Pembelajaran Bahasa Arab.

Harus diakui, bahwa tidak mudah memperoleh referensi mengenai perkembangan metode pengajaran bahasa Arab yang bersifat spesifik (khas Bahasa Arab). Pada hal Bahasa Arab dan agama Islam bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Berbicara tentang bahasa Arab dalam kontek sejarah, tidak bisa lepas dari perjalanan penyebaran agama Islam. Begitu pula sebaliknya, mengkaji tentang Islam berarti pula mempelajari bahasa Arab sebagai syarat wajib untuk mengusai al-Qur’an, sumber utama agama Islam. Hubungan yang sinergitas antara bahasa Arab dan Islam, tidak lain karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, yang sekaligus juga melibatkann secara langsung atau tidak, tradisi kehidupan bangsa Arab sebagai basic umat Islam.

Sejarah mencatat bahwa bahas Arab mulai mneyebr keluar jazirah Arabia sejak abada ke-1 H atau Abad ke -7 M, mengikuti kemanapun gerak penyebaran Islam. Penyebaran itu meliputi wilayah Byzantium di utara, wilayah persia di Timur, dan wilayah Afrika sampai Andalusia di Barat. Hingga pada masa khalifah Islamiyah, bahasa Arab menjadi bahasa resmi yang dipergunakan untuk sosialisasi agama, budaya, administrasi, dan ilmu pengetahuan. Posisi strategis yang dimiliki bahasa Arabm ini mengungguli semua bahasa yang pernah ada sebeklumnya; bahasa-

Page 52: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 45 .

44 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

bahasa Yunani, Persia, Koptik, dan Syria. Meski referensi tentang bagaimana bahasa Arab dapat tersosialisasi

dengan baik ditengah masyarakat non Arab kurang memadai, namun yang pasti, melalui analisis sejarah dapat diketahui, bahwa adanya interaksi yang intens antara bangsa Arab dan eropa dalam pewarisan ilmu pengetahuan Yunani Kuno, melalui penerjemahan dari Yunani ke Arab, kemudian dari Arab ke Latin, sehingga dalam mengkaji teks-teks sastra dan keagamaan memungkinkan terjadinya kesamaan tujuanbelajar-mengajar antra kedua bahasa Latin yang berlaku saat itu, yaitu grammar translation method, metode pembelajaran bahasa asing yang dianggap paling tua sehingga tidak diketahui sejarah muncul dan perkembangannya. Metode ini diprediksi muncul semenjak orang merasa perlu untuk mempelajari bahasa asing. Menurut Fuad effendi, metode ini sudah nampak dipakai sejak kebangkitan Eropa pada abad ke-15, walaupun penamaannya dengan grammar translation method baru dikenal pada abad ke-19.1 Oleh karenannya, ia muncul tanpa landasan teoritis; baik secara liunguistik, maupun edukatif.2

Namun demikian, ketika masa kejayaan Islam semakin merdup pada akhir abad ke-18, sementara Eropa Justru mengalami renaisans (kelahiran kembali atau pencerahan), mata angin pembelajaran bahasa Arab pun mulai berganti arah. Kemajuan yang terjadi di Eropa menggiring dunia Arab dan Islam untuk berbalik mencari tetesan ilmu pengetahuan yang pada awalnya berasal dari kemajuan peradaban mereka sendiri. Disinilah teori dialektika sejarah Hegel terjadi. Peradaban Arab maju karena kemajuan peradaban Islam masa lalu, dan masa kebankitan Islamdan Arab kemudian dipengaruhi oleh kemajuan peradaban Barat. Melalui invansi Napoleon Bonaparte ke Mesir pada tahun 1798 M., mata dunia Arab dan Islam yang mulai meredup itu kembali terbuka lagi untuk melihat dan meneladani berbgagai kemajuan yang terjadi di Eropa.

Sejak saat itu pula, Mesir banyak menimpa ilmu serta mengadakan hubungan diplomatik kebudayaan dengan Weropa, khususnya Perancis. Dalam pengajaran bahasa, metode-metode yang berkembanag di Eropa pun diadopsi dan digunakan secara luas di Mesir, mulai dari metode

1 Ahmad Fuad Efendi.2004. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab . Malang: Misykat. H. 312 “Abd. Aziz bin Ibrahim Al-Ashili. Thara”iqTadris al-lughah al-Arabiyah li al-Natiqinbi

Lughat Ukhr. Riyad: al Jami”ah Al-Imam Muhammad Ibn Su”ud al Islamiyah. H.33

Page 53: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 45 .

44 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

gramatika, terjamah sampai dengan metode langsung. Pengajaran bahasa Arab senakin berkembang dan mendapatkan momentumnya manakala terjadi invansi para missionaris Kristen dari Amerika menyerbu negeri Arab bagian utara (Syam). Karena dalam menyebaran misi awalnya, mereka menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi, maka berkembang pulalah metodologi pengajaran bahasa Arab.

Sehingga lahirlah beberapa buku yang berkaitan dengan ilmu bahasa Arab termasuk kamus-kamus berbahasa Arab. Al-Munjid, adalah salah satu bukti sejarah dimana seorang Nasrani seperti Louis Ma’luf terlibat secara langsung dalam pengembangan bahasa Arab.

Dari paparan ini dapat dipahami, bahwa perkembangan metodologi pengajaran bahasa-bahasa Latin di Eropa, dan bahasa Inggris di eropa dan Amerika banyak berjasa dalam memajukan perkembangan metodologi pengajaran bahasa Arab.

B. Ragam Metode pembelajaran Bahasa Arab

Setiap metode memiliki segi-segi kekuatan dan kelemahan masing-masing. Sebuah metode seringkali lahir karena ketidak puasanya terhadap metode sebelumnya, tapi pada waktu yang sama, metode yang baru secara bergiliran juga terjebak dalam kelemahan yang dahulu yang menjadi penyebab lahirnya metode yang dikritik itu. Metode datang silih berganti dengan kekuatan dan kelemahan yang silih berganti pula. Namun demikian, semua metode memiliki kontribusi yang berarti, tergantung pada kondisi yang diperlukan.

Dalam pengajaran bahasa Arab, terdapat lima metode klasik yang hingga kini masih eksis dipergunakan di berbagai lembaga pendidikan formal (madrasah dan sekolah umum) di tanah air tentu dengan modifikasi, inovasi dan perkembangan masing-masing. Kelima metode tersebut adalah metode Gramatika-Tarjamah, metode lansung, metode Membaca, Metode Aural Oral dan Metode Eklektik

1. Metode Qawa‟id-Tarjamah.

Metode ini mempunyai beberapa nama. Sebagian orang menyebutnya metode klasik. Dan sebagian lain menyebutnya metode Taqlidiyyah.

Page 54: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 47 .

46 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Gambaran-gambaran penting mengenai metode ini adalah sebagai berikut: a. Metode ini sangat memperhatikan keterampilan membaca,

menulis, dan terjemah. Sedangkan kemampuan berbicara kurang diperhatikan.

b. Metode ini menggunakan bahasa ibu sebagai media utama dalam pengajaran bahasa yang dimaksud. Dengan perkataan lain bahwa metode ini menggunakan terjemah sebagai cara utama dalam pengajarannya.

c. Metode ini sangat memperhatikan aturan-aturan ilmu Nahwu sebagai media untuk mengajarkan bahasa asing. Sehingga ketepatan bacaan sangat diperhatikan.

d. Kebanyakan guru yang menggunakan metode ini terjebak pada analisis sintaksis untuk setiap kalimat bahasa asing yang diajarkannya.

e. Dan biasanya para guru juga meminta para pembelajar untuk mengikuti hal tersebut ( bagian d ). Metode Qawa‟id - Tarjamah ini mendapat beberapa kritikan dari

para ahli sebagai berikut:a. Metode ini mengabaikan kemampuan berbicara. Padahal

kemampuan berbicara merupakan kemampuan utama dalam berbahasa.

b. Metode ini dalam prakteknya banyak menggunakan bahasa ibu sebagai medianya. Sedangkan bahasa asing yang sedang diajarkan sangat sedikit sekali porsinya. Sehingga para pembelajar sangat sedikit sekali diberi waktu untuk berlatih menggunakan bahasa asing yang mereka pelajari.

c. Metode ini banyak memberikan pengajaran tentang bahasa, bukannya belajar bahasa itu sendiri. Analisis sintaksis dan hukum-hukumnya termasuk ke dalam kandungan analisis ilmiah dari ilmu bahasa itu sendiri; bukan untuk meningkatkan ketrampilan berbahasa.Kritikan-kritikan tersebut mendapat respon dari pendukung

metode ini. Para pendukung metode Qawa‟id Tarjamah mempunyai alasan-alasan tersendiri mengenai metode ini sebagai jawaban dari para pengkritiknya.

Page 55: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 47 .

46 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

2. Metode Langsung.

Karena banyaknya kritikan terhadap metode Qawa‟id-Tarjamah muncullah metode baru yang dinamakan dengan metode langsung. Metode ini mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut: a. Metode ini memberikan banyak waktu untuk melatih keterampilan

berbicara sebagai ganti dari keterampilan membaca, menulis, dan menterjemahkan. Hal ini didasarkan atas prinsip bahwa esensi utama bahasa adalah berbicara.

b. Metode ini sangat menghindari penerjemahan saat pengajaran bahasa asing yang diajarkan sedang berlangsung. Penerjemahan - menurut para pendukungnya - sangat sedikit manfaatnya, bahkan sangat mengganggu dalam pengajaran bahasa asing.

c. Aspek positif dari metode ini, tidak ada tempat bagi bahasa ibu dalam pengajaran bahasa asing.

d. Dalam prakteknya, metode ini selalu mengaitkan antara kata-kata yang diajarkan dengan objek-objek yang ditunjuk oleh kata-kata tersebut, antara suatu kalimat dengan situasi yang diungkapkannya. Dengan demikian metode ini dinamakan metode langsung.

e. Metode ini tidak menggunakan analisis nahwu. Para pendukung metode ini berpendapat bahwa aturan-aturan tersebut tidak berguna dalam mencapai keterampilan berbahasa yang diharapkan.

f. Metode ini menggunakan model meniru dan menghapal. Para pembelajar diberi kalimat-kalimat bahasa asing, nyanyian-nyanyian, dan dialog-dialog yang dapat membantu mereka memantapkan bahasa asing yang dipelajarinya. Metode ini berangkat dari satu asumsi dasar, bahwa pembelajaran

bahasa asing tidaklah jauh berbeda dengan belajar bahasa ibu, yaitu, dengan penggunaan bahasa secara lansung dan intensif dalam komunikasi keseharian; dimana tahapannya bermula dari mendengar kata-kata, menirukannya secara lisan sedangkan mengarang dan membaca dikembangkan kemudian. Metode ini berorientasi pada pembentukan keterampilan agar mampu berbicara secara spontanitas dan tata bahasa yang fungsional untuk mengontrol kebenaran ujarannyabak penutur asli.

Namun demikian metode ini pun tidak lepas dari kritikan-kritikan, baik dari kalangan linguis maupun dari para pakar metodologi pengajaran

Page 56: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 49 .

48 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

bahasa. Kritikan-kritikan tersebut antara lain: a. Metode ini hanya mencukupkan pada keterampilan berbicara, dan

tidak memperhatikan keterampilanketerampilan berbahasa lainnya. b. Metode ini tidak menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa

pengantarnya, sehingga para pembelajar akan lebih banyak menghabiskan banyak tenaga dan waktu. Seandainya saja bahasa ibu tetap digunakan - walau secara terbatas - ini akan menghemat energi dan waktu. Para pakar metodologi pengajaran mencela metode ini karena justru dianggap bertolak belakang dengan namanya sebagai metode langsung.

c. Dengan tidak memperhatikan aturan-aturan nahwu, metode ini berarti menjauhkan para pembelajar dari pengetahuan pola-pola nahwu yang merupakan elemen-elemen dalam penyusunan kalimat.

3. Metode Membaca

Di awal abad ke-20 penggunaan metode lansung di sekolah-sekolah menengah di Eropa mulai berkurang. Yang muncul pada waktu itu penggunaan metode lansung yang telah mengalami revisi.

Banyak penelitian mengenai situasi pengajaran bahasa asing di Amerika Serikatyang saat itu menyimpulkan bahwa tidak ada satu metode pun yang mampu menjamin hasil yang gemilang. Tujuan bahasa asing yang menekan keterampilan berbicara, sebagaimana dimaksudkan oleh metode lansung, dianggap kurang memuaskan hasilnya, karena waktu yang tersedia hanya sedikit.

Dalam laporan hasil penelitian Coleman dan kawan-kawan pada tahun 1929, seperti yang dituturkan Nababan3 dianjurkan bahwa tujuan pengajaran bahasa asing yang realistis adalah tercapainya keterampilan membaca, maka perlu digunakan metode membaca kondisi ini terus berlaku hingga tahun 1940.

Metode membaca yaitu metode yang memberi perhatian kepada kemahiran membaca, dengan tidak menyampingkan porsi pembelajaran menulis dan berbicara.

Oleh karena itu, stressing metode ini adalah kemahiran membaca,

3 Nababan dan Sri Utami Subbyakto. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. H. 19

Page 57: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 49 .

48 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

maka karakteristiknyapun tidak jauh berbeda dengan pengajaran membaca pada bahasa ibu, yakni :a. Kegiatan pembelajaran berbasis kepada pemahaman isi bacaan

dengan didahului oleh pengenalan kosa kata, kemudian membahas isinya secara bersamaan dengan bantuan guru

b. Tata bahasa tidak secara panjang, namun dipilih yang sesuai dengan fungsi maknanya semata.

c. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan hadirnya tugas-tugas yang dijawab oleh murid untuk mengokohkan pemahaman murid akan bahasa bacaan dimaksud.Sebagaimana setiap metode pada umumnya, metode ini pun tak

terlepas dari berbagai kritik, antara lain : a. Metode membaca mungkin cocok diberikan kepada pelajar yang

gemar membaca, tetapi kurang cocok bagi mereka yang tidak gemar membaca, bisa jadi yang tidak gemar membaca akan mengalami kejenuhan belajar.

b. Terlalu menekankan perhatian kepada kemampuan membaca dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan pelajar berkomunikasi secara lisan dengan bahasa asing yang dipelajari. Padahal dalam dunia pendidikan modern, cara mengembangkan ilmu bukan hanya dengan membaca, ada cara lain yang tak kalah penting yaitu berdialog atau berdiskusi secara lisan.

c. Membaca cepat kadang-kadang hanya memperhatikan aspek kuantitas sedangkan aspek kualitas diabaikan. Ini mengakibatkan pemahaman yang tidak mendalam terhadap suatu persoalan dalam bacaan.

4. Metode Audiolingual

Metode Ucap-dengar merupakan alternatif dari kedua metode terdahulu, yaitu metode Qawaid-Tarjamah dan metode Langsung. Metode ini mempunyai beberapa nama, seperti Methode Syafawiyyah (metode ucap) dan Methode Lughawiyyah (metode Kebahasaan). Pada awalnya metode ini dinamakan dengan metode Tentara. Istilah ini digunakan, karena metode ini untuk pertama kalinya digunakan dalam mengajarkan bahasa kepada para tentara Amerika yang akan berperang setelah usai perang

Page 58: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 51 .

50 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

dunia kedua. Asumsi-asumsi yang digunakan oleh metode ini antara lain : a. Essensi bahasa adalah berbicara. Sedangkan menulis merupakan

bagian dari gambaran berbicara. Oleh karena itu perhatian dalam pengajaran bahasa asing hendaklah dicurahkan untuk tercapainya keterampilan berbicara, bukannya keterampilan membaca atau menulis.

b. Proses pengajaran bahasa hendaklah mengikuti urutan-urutan tertentu, yaitu : mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Ini berarti bahwa para pembelajar untuk pertama kali hendaklah dilatih mendengar, kemudian mereka mengucapkan apa yang didengarnya. Setelah itu mereka belajar membaca, dan diikuti dengan menulis apa yang dibacanya.

c. Proses pencapaian kemampuan berbahasa asing sama dengan proses pencapaian kemampuan seorang anak pada bahasa ibunya. Pertama kali mereka mendengar, kemudian meniru apa yang mereka dengar. Setelah itu mereka belajar di sekolah untuk belajar membaca dan menulis.

d. Sebaik-baiknya metode pemerolehan bahasa asing adalah dengan pembentukan kebiasaan-kebiasaan dalam bahasa, yaitu dengan jalan berlatih melalui pola-pola.

e. Para pembelajar sangat membutuhkan belajar bahasa asing, bukannya tentang bahasa asing. Ini berarti bahwa mereka perlu latihan pengucapannya. Sangat kurang manfaatnya bagi mereka mengetahui aturan-aturannya serta analisis kebahasaannya.

f. Setiap bahasa mempunyai sistemnya tersendiri. Tidaklah bermanfaat studi tentang kontrastif dan perbandingan.

g. Terjemah bisa mengacaukan dalam pengajaran bahasa asing, sehingga tidak perlu digunakan.

h. Sebaik-baik guru bahasa asing adalah penutur asli.

Sebagaimana setiap metode pada umumnya, metode ini pun tak terlepas dari berbagai kritik, antara lain : a. Keterampilan berbicara bukanlah satu-satunya dalam berbahasa.

Beribu-ribu buku ditulis dengan tanpa melalui fase berbicara sebelum ditulis. Buku-buku tersebut merupakan hasil proses

Page 59: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 51 .

50 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

ekspresi langsung. b. Metode dengar-ucap hanya memusatkan pada kemampuan

berbicara, dan kurang memperhatikan kemampuankemampuan berbahasa lainnya yang tidak kalah pentingnya dari kemampuan berbicara.

c. Sistematika keterampilan-keterampilan berbahasa yang terdiri dari: mendengar, berbicara, membaca, dan menulis bukanlah suatu yang mutlak. Mungkin saja pengajaran keterampilan-keterampilan tersebut dilakukan secara bersamaan pada keseluruhan keterampilan atau sebagiannya, tidak harus secara berurutan.

d. Pemerolehan keterampilan berbahasa pada bahasa asing berbeda dengan pemerolehannya pada bahasa ibu. Pemerolehan bahasa ibu oleh seorang anak sangat berkaitan dengan perasaan orang tua dan keluarganya. Anak tersebut mempunyai keperluan yang mendesak untuk mengungkapkan kebutuhan pokoknya, perasaannya, dan pikiran-pikirannya. Sedangkan dalam pemerolehan bahasa asing tidaklah demikian.

Seorang pembelajar tidak memiliki perasaan dan kepentingan seperti pada anakanak. Demikian juga dengan seorang guru, mereka tidak mempunyai kepentingan yang sama seperti orang tua pada pengajaran bahasa asing. Apalagi mereka dapat menggunakan bahasa lain untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya. a. Pemerolehan kemampuan bahasa dengan jalan latihan terus-

menerus mungkin tercapai, akan tetapi pemerolehan tersebut akan lebih cepat seandainya dibarengi dengan pemahaman tentang hakikat bahasa, susunan, dan hubungannya. Inilah yang membuat aturanaturan nahwu memainkan peranannya.

b. Memang betul bahwa setiap bahasa mempunyai fenomena tersendiri yang berbeda dengan bahasa-bahasa lainnya. Namun perlu diakui bahwa di antara bahasa-bahasa juga ada beberapa persamaan. Sehingga akan bermanfaat apabila kita mengetahui aspek-aspek persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dengan bahasa asing yang diajarkan.

c. Penerjemahan secara bijak dalam pengajaran bahasa asing mungkin juga bisa dilakukan. Hal ini akan menghemat energi dan waktu baik untuk guru maupun untuk para pembelajar.

Page 60: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 53 .

52 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

d. Tidaklah benar bahwa penutur asli merupakan sebaik-baik guru dalam pengajaran bahasa asing. Mungkin saja mereka tidak mengetahui problema-problema yang dihadapi oleh para pembelajar dalam mempelajari bahasanya. Dan bisa juga mereka tidak bisa menjelaskan secara luas tentang kesalahan-kesalahan yang dialami para pembelajar. Hal ini karena mereka tidak melewati pengalaman belajar bahasa- yang dia ajarkan - sebagai bahasa asing. Dia bisa beranggapan bahwa bahasa yang diajarkannya sebagai bahasa ibu. Boleh jadi, seorang guru yang dapat berbahasa asing dengan baik dan sebahasa dengan para pembelajar akan lebih baik dibanding dengan guru dari penutur asli.

5. Metode Eklektik

Yang dimaksud dengan metode gabungan disini bukanlah menggabungkan semua metode yang ada sekaligus melainkan lebih bersifat tambal sulam artinya suatu metode tertentu dipandang dapat mengatasi kekurangan metode lain. Walaupun setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan namun tidak berarti semuanya dapat digabungkan sekaligus, sebab menggabungkan disini sesuai kebutuhan atas dasar pertimbangan tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, kemampuan pelajar, bahkan kondisi guru.

Metode ini muncul sebagai respon atas kreativitas para pengajar bahasa asing untuk mengefektifkan proses belajar mengajar bahasa asing. Metode ini juga sekaligus memberi kebebasan kepada mereka untuk menciptaka variasi metode.

Sebagaimana metode-metode lainnya metode gabungan memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut: a. Setiap metode mempunyai kelebihan-kelebihan tersendiri, dan

kelebihan-kelebihan tersebut mungkin bisa dimanfaatkan untuk pengajaran bahasa asing.

b. Tak ada satu metode pun yang sempurna, sebagaimana halnya tidak ada satu metode pun yang salah total. Tiaptiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

c. Pandangan bahwa suatu metode dapat melengkapi metode lainnya lebih baik dari pada pandangan bahwa antara metode-metode

Page 61: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 53 .

52 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

terdahulu terdapat saling pertentangan.d. Tak ada satu metode pun yang relevan untuk semua tujuan, semua

pembelajar, semua guru, dan semua program pengajaran. e. Prinsip utama dalam pengajaran terpusat pada pembelajar

dan kebutuhannya. Bukannya kepada metode tertentu tanpa memperhitungkan kebutuhan pembelajar.

f. Seorang guru hendaklah merasa bebas dalam memilih metode yang akan digunakannya sesuai dengan kondisi siswa, dan dengan tidak menutup mata dari berbagai penemuan baru dalam metodologi pengajaran. Seorang guru mungkin dapat memilih satu metode atau beberapa

metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan situasi belajar-mengajar.

C. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode pembelajaran Bahasa Arab.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran bahasa Arab. Seorang guru yang akan mengajarkan bahasa Arab hendaklah mengetahui faktor-faktor tersebut. Penguasaan pada faktor-faktor tersebut dapat membantunya dalam merancang dan mengevaluasi penggunaan metode-metode tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Latihan Guru; Seorang guru yang tidak melatih penggunaan suatu

metode sebelum dia mempraktekkannya dalam proses belajar-mengajar akan menemukan kesulitan.

2. Beban Guru; Apabila seorang guru merasa tidak dalam kondisi ideal pada saat mengajar hendaklah dia menggunakan metode yang tidak memerlukan energi yang banyak. Namun pada kebiasaanya, memilih metode sebagai langkah mengurangi beban, sedikit sekali efektivitasnya dibanding dengan beristirahat.

3. Motivasi Guru; Seorang guru yang kurang semangat dalam melaksanakan tugasnya dapat mengakibatkan proses belajar-mengajar yang dijalaninya tidak akan efektif. Demikian juga minat untuk menggunakan suatu metode baru menjadi lemah.

4. Kebiasaan Guru; Seorang guru yang terbiasa menggunakan metode tertentu dalam waktu yang cukup lama dia akan merasa sulit untuk

Page 62: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 55 .

54 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

menggunakan metode baru. Lebih dari itu mungkin saja dia akan menentang setiap pembaharuan dalam metode pengajaran. Dia menganggap bahwa penemuan metode baru tersebut sebagai ancaman baginya.

5. Kepribadian Guru; Dalam kenyataan, kadang terjadi sebagian guru merasa mantap dengan menggunakan metode tertentu, yang belum tentu metode tersebut cocok bagi guru lainnya. Demikian juga kadang terjadi seorang guru merasa mantap menggunakan metode-metode tertentu, sedang metode-metode lainnya tidak cocok baginya. Baik sadar atau tidak kebanyakan guru terjebak untuk menggunakan metode tertentu dan tidak menyukai metode lainnya. Seorang guru yang pemalu misalnya, dia akan banyak memilih metode mengajar yang sedikit interaksinya dengan para pembelajar.

6. Cara Belajar Guru; Pada umumnya para guru cenderung memilih metode pengajaran sebagaimana mereka belajar dahulu. Seakanakan dia berkata: “ Belajarlah sebagaimana aku belajar“.

7. Minat Pembelajar; Seandainya para pembelajar akan mempelajari suatu bahasa, maka seorang guru haruslah merupakan orang yang paling mampu memilih metode pengajaran yang dapat mendorong semangat dan kesenangan mereka. Sering terjadi seorang pembelajar merasa terpaksa belajar suatu bahasa, di sinilah seorang guru dihadapkan pada kesulitan yang menuntut perhatiannya yang ekstra.

8. Kecerdasan Pembelajar; Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan anak dengan kemampuan belajar bahasa asing. Penelitian ini menimbulkan asumsi bahwa metode untuk mengajar anak yang memiliki kecerdasan tinggi berbeda dengan metode untuk mengajar anak yang rendah IQ-nya.

9. Usia Pembelajar; Faktor usia sangat berkaitan erat dengan penentuan metode pengajaran yang akan digunakan. Metode pengajaran yang baik untuk anak-anak kadang-kadang tidak baik untuk orang dewasa Demikian juga sebaliknya. Untuk anak-anak lebih cocok dengan peniruan dan pengulangan; sedang untuk para remaja lebih baik dengan metode yang mengandung penafsiran logika untuk fenomena-fenomena kebahasaan dan pola-pola Nahwu.

10. Harapan Para Pembelajar; Para pembelajar mempelajari bahasa asing

Page 63: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 55 .

54 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

tertentu selalu dengan harapan-harapan tertentu tentang model pengajarannya. Hal ini tidak diragukan lagi akan mempengaruhi pada penerapan metode-metode pengajarannya. Harapan-harapan mereka tersebut dibentuk oleh pengalaman mereka selama mengikuti program yang sama pada masa-masa sebelumnya, kebutuhan-kebutuhan nyata mereka, kebiasaan-kebiasaan belajar mereka pada umumnya, dan strategi belajar mereka pada umumnya. Bagi seorang guru hendaklah mampu merubah harapan-harapan dan image-image tersebut. Akan tetapi kadang-kadang seorang guru merasa berat untuk menyesuaikan dengan image-image tersebut. Sebagai contoh, seorang guru kadang-kadang terpaksa menggunakan bahasa ibu dalam proses belajar mengajarnya, karena para pembelajar berharap menggunakannya.

11. Hubungan antara Bahasa Ibu dan Bahasa Asing ; Dua bahasa yang berbeda (bahasa ibu dan bahasa tujuan) di dalam berbagai aspeknya, memiliki berbagai persoalan pengajaran yang berbeda jika dibandingkan dengan keadaan dua bahasa yang berbeda hanya pada beberapa aspeknya saja. Perbedaan pada sebagian aspek saja, memungkinkan seorang guru memfokuskan pada masalahmasalah yang berbeda, dengan anggapan bahwa aspekaspek yang sama telah diketahui oleh para pembelajar, seperti kosa kata atau tanda-tanda tulis.

12. Lamanya Program; Program pengajaran yang memakan waktu pendek otomatis tujuan yang akan dicapainya juga terbatas. Untuk itu program pengajarannya hanya menfokuskan pada beberapa keterampilan berbahasa saja. Program pengajaran yang hanya bertenggang waktu enam bulan mungkin bisa efektif apabila hanya menfokuskan pada peningkatan kemampuan satu atau dua keterampilan saja. Sedangkan dengan tenggang waktu sembilan tahun memungkinkan bagi kita untuk memperluas tujuan dan scopenya, termasuk peningkatan berbagai kemampuan berbahasa.

13. Media Pengajaran; Ada perbedaan yang mencolok antara program pengajaran dengan media, seperti kaset, film, gambargambar, laboratorium, kartu-kartu, dan layar dengan program pengajaran yang tidak menggunakan media. Penggunaan media sangat berpengaruh pada efektifitas dan efisiensi metodologi pengajaran.

Page 64: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 57 .

56 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

14. Tujuan Pengajaran; Tujuan suatu pengajaran sangat mempengaruhi penentuan metodologi apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila program pengajaran berorientasi pada kemampuan menulis, membaca, berbicara, dan menterjemahkan bahasa asing maka metode-metode yang digunakannya mesti sejalan dan sesuai dengan tujuan tersebut.

15. Test; Para guru dan pembelajar cenderung memilih bidangbidang yang biasa diujikan, terutama pada ujian akhir tahun. Apabila suatu bidang biasanya tidak diujikan, maka secara otomatis para guru dan pembelajar juga kurang memperhatikannya. Hal ini akan memberikan feed back bagi guru dalam penggunaan metode pengajarannya, serta bagi pembelajar dalam cara belajar mereka. Demikian juga kualitas tes yang diberikan akan sangat mempengaruhi hal-hal tersebut. Pengaruh post test pada pemilihan metodologi pengajaran akan berbeda dengan pengaruh pre test. Inilah yang dinamakan dengan masukan dari test.

16. Jumlah Pembelajar pada Setiap Kelas; Ada beberapa metode pengajaran yang hanya berhasil untuk kelas kecil, sedangkan untuk kelas-kelas besar metode-metode tersebut kurang efektif. Kasus pada aspek metode pengajaran juga berlaku pada guru. Seorang guru mungkin saja akan merasa berat dan sulit menggunakan metode tertentu pada kelas besar, akan tetapi dia merasa ringan dan mantap ketika dia mengajar di kelas kecil. Singkat kata dari pembahasan di atas, bahwa ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi dalam pemilihan metode pengajaran bahasa asing. Seorang guru hendaklah memperhatikan faktor-faktor tersebut dan selalu siap menghadapinya. Dia harus mampu mengubah metode pengajarannya sesuai dengan situasi proses belajar mengajar yang dia rasakan. Sungguh sangat fatal seandainya seorang guru menggunakan satu metode untuk semua tujuan dan situasi pengajaran. Faktor-faktor tersebut juga sangat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam merencanakan dan menilai program pengajaran yang telah dilakukan. Sebab kadang-kadang terjadi suatu metode tidak bisa diterapkan untuk situasi tertentu.

Page 65: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 57 .

56 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

#KEENAMMEDIA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

A. Media Dan Alat Bantu Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”, yaitu perantara antara pengirim pesan dan penerima pesan. Menurut schramm (dalam Sudarjat, 2008) media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sudrajat juga mengutip definisi dari Briggs bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran, misalnya buku, film, video, dan sebagainya.

Dikemukakan oleh Suparno (1987) bahwa media pembelajaran adalah segala yang digunakan sebagai saluran untuk menyampaikan pesan atau informasi dari suatu sumber kepada penerima pesan. Suatu pesan kadang-kadang disampaikan melalui saluran audio (dengar), misalnya melalui radio. Radio tersebut merupakn media audio. Suatu pesan juga dapat disampaikan melalui saluran visual (pandang) misalnya gambar. Gambar yang digunakan untuk menyampaikan informasi tersebut merupakan media visual. Suatu pesan sering disampaikan melalui saluran gabungan pandang-dengar, misalnya televise. Televisi yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan tersebut merupakan media audio-visual. Selain dengan saluran-saluran yang telah dikemukakan, suatu pesan juga dapat disampaikan melalui gerak, misalnay pantomime.

Page 66: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 59 .

58 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Suparno menambahkan bahwa keberadaan media pembelajaran tidak selalu tergantung pada guru. Media pembelajaran tertentu dapat menyampaikan pesan dari informasi meskipun tanpa kehadiran seorang guru. Lebih dari itu, sebagian pakar mengemukakan bahwa media pembelajaran dapat menggantikan keberadaan furu, sebagaimana yang berlangsung dalam pembelajaran jarak jauh.

Apakah media pembelajaran berbeda dengan alat bantu pembelajaran? Sebagaimana yang dikemukakan Suparno, Effendy (1984) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah hal-hal yang membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah dan membuat pelajaran lebih jelas bagi siswa. Istilah media pembelajaran dapat mencakup materi pembelajaran yang berupa buku, majalah, dan sumber informasi ccetak yang lainnya. Menurut Effendy, media pembelajaran juga mencakup alat bantu pembelajaran, misalnya gambar, peragaan, kartu, dan sejenisnya. Hal itu berarti istilah media pembelajaran mengandung makna yang lebih luas dari pada lat bantu pembelajaran.

Selain lebih luas dari pada lat bantu, media pembelajaran mencakup semua yang mendapat menyampaikan pesan/informasi kepada siswa atau segala sesuatu yang dapat menambah kejelasan informasi pada diri sisea meskipun tanpa keberadaan guru. Buku teks, rekaman audio ataupun audio-visual dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa meskipun tanpa keterlibatan guru. Berbeda dengan itu, alat bantu pembelajaran terbatas pada hal-hal yang digunakan oleh guru dalam membantu siswa memahamai pelajaran. Dengan demikian, derajat kemediaan yang terkandung pada bahan-bahan yang tidak harus melibatkan guru lebih tinggi dari pada bahan-bahan yang keberfungssiannya sebagai alat pemerjelas bergantung kepada guru.

Meskipun demikian, Effendy (1984) mengemukakan bahwa beberapa pakar menggunakan istilah media dan alat bantu pembelajaran untuk saling menggantikan dan saling menjelaskan. Shini dan Abdullah (1984) dan A-Qasami (1980) misalnya mengemukakan bahwa media pembalajaran adalah alat bantu audio-visual yang digunakan guru untuk memperjalasakan materi tertentu agar dapat mencapai tujuan secara maksimal dan menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan. Merekam menolak pandangan yang menyejajarkan kedudukan media dengan kedudukan guru.

Page 67: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 59 .

58 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Dijelaskan bahwa suatu media pembelajaran bagaimanapun kejanggihan dan efektivitasnya, misalnya media interaktif – ia tetap terbatas sebagai alat bantu bagi guru. Menurut mereka, suatu media tidak dapat menggantikan keberaddan guru, karena guru merupakan inti proses pembelajaran. Guru dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh media, misalnya merancang proses pembelajaran.

Guru juga mempunyai emosi, motivasi, dan semangat yang tidak dimiliki pleh media. Karena itu interaksi antara guru dan siswa berlangsung secara timbal balik (dua arah). Sebaliknya, interaksi antara siswwa dan media (tanpa guru) berlangsung satu arah, kecuali media interaktif yang telah didesain khusus untuk memberikan balikan respon mahasiswa.

Bertolak pada uraian tersebut, penulis menafikan atau mengesampingkan perbedaan pandangan tentang pengertian media dan alat bantu pembelajaran. Dalam buku ini kedua istilah dipandang memiliki makna yang sama dan dapat saling menggantikan. Apabila dalam buku ini disebut istilah media pembelajaran maka yang dimaksud adalah alat bantu pembelajaran. Begitu juga sebaliknya. Sebagai simpulan dapat dirumuskan bahwa media atau alat bantu pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan guru untuk menjadikan siswa belajar dan memperoleh keterampilan tertentu atau segala sesuatu yang membantu siswa memahami dan menguasai materi pelajaran.

B. Hubungan Media Pembelajaran, Alat Bantu Pembelajaran, Alat Pembelajaran, dan Teknologi Pembelajaran

Selain dapat disamakan dan dibedakan dengan alat abntu pembelajaran, istilah media pembelajaran sering dikacaukan dengan teknologi pembelajaran ataupun alat pembelajaran.

Media atau alat bantu pembelajaran secara fungsional berbeda dengan alat pembelajaran. Alat pembelajaran adalah hal-hal yang digunakan guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar dan mempunyai fungsi penjelas. Sebagai contoh, kapur yang digunakan untuk menulis di papan tulis atau penggaris yang digunakan untuk menggaris. Alat-alat tersebut sebagai alat pembelajaran, bukan media pembelajaran kerana tidak membantu guru dalam memahamkan isi pelajaran kepada siswa.

Page 68: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 61 .

60 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Sebaliknya, apabila alat-alat tersebut digunakan oleh guru untuk menjelaskan makna tertentu, ia berubah fungsi sebagai media pembelajaran. Spidol misalnya berfungsi sebagai media pembelajaran jika digunakan guru untuk menjelaskan alat-alat tulis. Demikian halnya dengan penggaris yang digunakan guru untuk menjelaskan jumlah mili meter (mm) pada setiap centi meter (cm) berfungsi sebagai media.

Selain tiga istilah tersebut terdapat istilah teknologi pembelajaran yang mencakup tidak hanya perangkat yang digunakan dalam pembelajaran, melainkan juga termasuk strategi/teknik pembelajarannya bahkan materinya.

Abdul Hamid (2011) mengemukakan banyak definisi tentang teknologi pembelajaran yang secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, teknologi pembelajaran adalah penggunaan alat-alat teknologi dalam pembelajaran, misalnya penggunaan laboratorium bahasa, pembelajaran bahasa berbantuan computer, dan lain-lain. Berkat pengertian teknologi pembelajaran dalam arti sempit ini telah dihasilkan berbagai produk teknologi untuk pembelajaran.

Dalam arti luas, teknologi pembelajaran tidak sekedar menggunakan teknologi, melainkan mencakup juga penyiapan/pengembangan materi dan program yang diterapkan pada teknologi tersebut. Dalam hal ini, teknologi pembelajaran mempunyai dua sisi dari satu mata uang, yaitu sisi alat dan sisi materi. Pada perkembangan selanjutnya, ditambahkan satu lagi, yaitu unsur sumber daya manusia sebagai unsure penggunaan teknologi tersebut.

Selain pengertian diatas, teknologi pembelajaran dijelaskan sebagai system perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi semua unsure/komponen proses pembelajaran dan dalam rangka tujuan tertentu (Al-Abid dalam Abdulhamid, 2011). Dari definisi-definisi di atas, dapat dipahami bahwa teknologi pembelajaran tidak terbatas pada alat-alat teknologi modern yang digunakan dalam pembelajaran,melainkan juga media sederhana, sumber belajar, dan prosedur pembelajarannya, bahkan mencakup perancangan materi, program pembelajaran, alat, dan evaluasinya.

Page 69: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 61 .

60 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

C. Sejarah Penggunaan Media Pembelajaran

Pengguanaan media dalam pembelajaran sudah berlangsung sejak jaman para rasul. Untuk membelajarkan perilaku atau tindakan yang perlu ditempuh ketika seseorang meninggal dunia, Allah memberdayakan media pembelajaran yang sangat efektif, berupa pertarungan dua burung gagak. Pertarungan tersebut menyebabkan kematian salah satu burung. Terhadap burung yang mati, gagak yang masih hidup segera menguburkannya.

Fragmen pertarungan dua burung gagak dan penguburan burung yang mati tersebut ditampilkan kepada Qabil yang kebingungan setelah membunuh adiknya (Habil). Melalui pertarungan dua burung gagak sampai dengan penguburan gagak yang mati iut, terjadi proses belajar pada diri Qabil tentang apa yang harus dilakukan terhadapm saudaranya Habil. Jadi penggunaan media pembelajaran dalam rangka membelajarkan seseorang telah berlangsung sejak jaman nabi Adam.

Rasulullah Muhammad juag memberdayakan media pembelajaran untuk menyampaikan penjelasan-penjelasan kepada para sahabat. Sebagai contoh, Rasulullah pernah mengatakan:

أنا وكافل اليتيم فى الجنة هكذا

“Saya dan penyantun anak yatim akan berada di surga dalam keadaan begini”

Hal itu diucakpakan sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya berhimpitan. Denga peragaan tersebut, proses belajar berlangsung cepat dan efektif. Media yang diberdayakan Rasulullah tidak terbatas pada isyarat tangan, melainkan juga garis dan gambar. Pada suatu kesempatan, Rasulullah menggambar segi empat sambil mengatakan “ ini adalah ajal manusia”.

Selanjutnya dibuatlah lingkaran di tengah segi empat itu dan mengatakan “ini adalah anak manusia”. Satu lingkaran lagi digambar di luar segi empat dan mengatakan “ini cita-vcita manusia”. Selanjutnya, selanjutnya belaiau menggambar garis-garis melintang di nantara lingkaran di dalam dan di luar segi segi empat dan berkata “ini rintangan atau problem yang dihadapai manusia sebelum mati. Keseluruahan gambar tersebut menjelaskan bahwa manusia mati sebelum berhasil mencapai cita-citanya.

Page 70: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 63 .

62 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Dari uraian diatas, tampak jelas bahwa media merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses pembelajaran.

D. Jenis Media Pembelajaran

1. Jenis Media Berdasarkan Indera Penyerap

Berdasarkan indera penyerap atau indera yang dirangsang,media dikelmpokkan menjadi empat, yaitu media audio, media visual, media audio-visual dan multimedia.

a). Media Audio

Media audio adalah media penyampaian pesan dan informasi dengan mengarahkan informasi tersebut kepada indera pendengar, misalnya siaran radio, rekaman kaset, rekaman MP3 dan program di laboratorium bahasa. Media audio sering digunakan untuk melatih siswa menyimak dan membedakan bunyi-bunyi tertentu, mengucapkan dan menyimak pemahaman. Beberapa contoh media audio adalah seperti rekaman radio, CD, rekaman kaset, program MP3/MP4.

b). Media Visual

Media visual, yaitu media yang mengarahkan informasi kepada indera penglihat. Berbagai jenis gambar, grafik, grafik, bagan, … tayangan film, dan sejenisnya termasuk kategori media… media dapat dikelompokkan lebih lanjut menjadi dua, a) berproyektor, dan b) tanpa proyektor.

c). Media Visual Berproyektor

Media visual yang berproyektor mencakup antara lain, (a) transparansi OHP, (b) film strip, (c) slide dan (d) tayangan powepoint1. Transparansi OHPMedia ini terdiri atas dua komponen, yaitu (a) plastic /tembus pandang yang lazim disebut transparan dan (b). Yang lazim disebut OHP (over head projector). Transparan akan bahan beningan berupa plastic yang dapat ditulis. Materi atau dapat digambar padanya gambar dengan

Page 71: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 63 .

62 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

menggunakan tulis khusus (spidol trnsparan). Spidol transparan …. Ada yang bersifat permanen (tidak dapat dihapus) dan tidak permanen (mudah dihapus).2. Slide Slide juga media pandang yang pengoperasiannya mengguanakan alat proyeksi. Berbeda dengan film strip, slide berupa potongan-potongan negative film yang telah terpisah-pisah dan masing-masing diletakkan pada frame/bingkai terpisah.

Pada masa sekarang, teknologi film strip dan slide telah digantikan oleh powerpoint.

d). Media Visual Tanpa Proyektor

Media visual yang tidak memanfaatkan proyeksi antara lain:• Benda-benda nyata dan aktivitas langsung, misalnya jam, tembok,

aktivitas berdiri, duduk dan lainnya• Benda dan aktivitas buatan, misalnya: model dan gerak tiruan• Gambar, baik foto maupun non foto• Papan tayang, misalnya: papan saku, papan tali,, papan mahgnet

2. Media Audio-Visual

Media audio-visual merupakan mediapembelajaran yang digunakan guru untuk menyampaikan materi agar diterima siswa melalui indera pendengar dan penglihat mereka secara terpadu. Media audio-visual mencakup: siaran TV, rekaman VCD, pentas drama atau sandiwara.a. MultimediaMeyer (2009) dalam Asyhar (2011) mendefinisikan multimedia sebagai media yang menghasilkan bunyi dan teks. Berdasrkan definisi ini, TV, presentasi powerpoint yang menampilkan teks dan gambar bersuara termasuk kategori multimedia. Berbeda dengan itu, Martin (dalam Asyhar, 2011) membedakan multimedia dan audio-visual. Menurutnya, video conference dan video cassette termasuk media audio-visual. Adapun aplikasi komputerinteraktif dan non interaktif merupakan multimedia. Jadi multimedia adalah media berbasis computer yang mengintegrasikan berbagai jenis media.

Multimedia merupakan pengembangan istilah dari audio-visual.

Page 72: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 65 .

64 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Disebut multimedia karena melibatkan banyak unsure sekaligus, yaitu unsure suara, warna, gerak, ukuran, dan lain-lain. Dengan demikian, media audio-visual pun pada dasarnya tidak berbeda denga multimedia, karena media audio-visual misalnya pentas drama juga melibatkan berbagai unsure sekaligus, baik warna, gerak, maupun suara dan lainnya. Meskipun demikian, istilah multimedia cenderung digunkan untuk media berbasis computer, elektronik, dan digital.

2. Jenis Media Berdasarkan Keasliannya

Dari segi keaslian, media pembelajaran bahasa dikelompokkan menjadi dua, yaitu benda asli dan benda tiruan. Benda aslinya misalnya benda-benda yang ada di kelas, lingkungan sekolah, dan pakaian yang sedang dikenakkan. Benda tiruan dapat dicontohkan dengan model, boneka, permaian anak berupa tiruan mobil, tiruan senjata, dan lain-lain.

3. Jenis Media Berdasarkan Ciri Fisik

Berdasrkan dimensi fisiknya, media dikelompokkan menjadi empat, yaitu a) media dua dimensi (2D), b) media tiga dimensi (3D), c) media pandang diam, dan d) media pandang gerak. Empat jenis media ini pada dasranya merupakan media visual. Karakter atau ciri fisik setiap jenis tersebut dijelaskan berikut ini:a). Media Dua DimensiMedia 2D adalah media pandang yang tampilannya dapat diamati dari satu arah pandang saja dengan dimensi panjang dan lebar (tanpa dimensi volume). Media 2D dimensi berupa bidang datar, misalnya grafik, gambar, bagan, table, foto, kartu, dan peta. Media 2D pada masa sekarang dapat ditampilkan dengan memakai perlatan proyeksi.b). Media Tiga DimensiMedia 3D adalah media pandang yang tampilannya dapat diamati dari berbagai arah. Dari segi fisiknya, media 3D memiliki isi atau bervolume. Media 3D mempunyai dimensi panjang, lebar, tinggi dan tebal. Yang termasuk kategori media 3D adalah benda model/tiruan, bola, globe, benda sesungguhnya, prototype, dan lainnya yang bervolume. Media 3D berupa bidang berbentuk, misalnya bola, maket, model alat transportasi.

Page 73: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 65 .

64 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

c). Media Pandang Diam (Still Picture)Yang dimaksud dengan media pandang ini merupakan media pandang dengan alat proyeksi yang menampilkan gambar diam atau tidak bergerak. Objek yang ditampilkan pada layar bisa berupa foto, tulisan, gambar, dan lainnya. Termasuk dalam kategori media pandang diam adalah tayangan film strip, slide, dan tayangan powerpoint yang tidak bergerak.d). Media Pandang gerakMedia pandang gerak merupakan media yang menggunakan alat proyeksi yang dapat menampilkan gambar bergerak di layar, misalnya siaran TV, sinetron film, VCD film. Semua tayangan bergerak melalui layar TV, LCD, dan monitor computer yang termasuk kategori ini.

4. Jenis Media Berdasarkan Proyektor

Dari segi proyektor, media pembelajaran bahasa juga dibedakan menjadi dua, yaitumedia berproyektor dan tanpa proyektor. Jenis media ini telah dipaparkan sebagai bagian atau sub kategori media visual.

E. Manfaata Media Pembelajaran

Dibidang pengajaran bahasa asing, Al-Qasimi (1980) mengemukakan pentingnya atau manfaat penggunaan media pembelajaran, yaitu untuk: 1) membatasi/mengurangi penggunaan teknik terjemah, 2) memastikan bahwa siswa benar-benar memahami makna, 3)menambah kemenarikan dan kesenangan siswa terhadap pelajaran, 4)menjadi stimulus atau perangsang peran serta dan keterlibatan siswa.

F. Kriteria Umum Pemilihan Media

Seorang guru perlu mengetahui dan memperhatikan criteria umum dalam pemilihan media. Criteria criteria yang dimkasud adalah:1. Kesesuain dengan tujuan pembelajaran, misalnya guru memilih

gambar berseri (flow chart) untuk mengajar siswa berbicara utamanya menuturkan cerita. Guru juga dapat memilih rekaman

Page 74: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 67 .

66 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

suara untuk melatih siswa menyimak dan melafalkan2. Waktu, tanaga, dan dana yang diperlukan untuk mengadakannya 3. Kemenarikan media sehingga mampu menyedot perhatian siswa

untuk belajar4. Kesesuaian media dengan kemampuan dan kesiapan siswa5. Akurasi isi media secara ilmiah6. Kemampuan guru dalam mengoperasikan dan mencenburkan

Pertanyaan berikut diharapkan dapat mengarahkan para guru di dalam memlih media: 1. Apakah media pembelajaran dapat memberikan gambaran yang

jelas tentang pemikiran, ide, dan materi yang akan disajikan?2. Apakah media pembelajaran itu dapat merealisasikan tujuan

instruksional yang telah dirumuskan?3. Apakan media pembelajaran itu menambah kejelasan makan tema

pelajaran?4. Apakah media pembelajaran itu berisi informasi yang benar?5. Apakah media pemlajaran itu sesuaidengan usia siswa?6. Apakah penyediaan/pengadaan media pembelajaran itu cukup

efisien (tidak menuntut biaya, waktu, dan tanaga yang banyak)? (Shini dan Abdullah, 1984).Pemilihan media secara tepat sebetulnya belum menjamin kualitas

penggunaannya, karena pemilihan dan penggunaan media merupakan dua hal yang berbeda. Karena itu, guru perlu memperhatikan kaidah penggunaan media sebagaimana mereka memperhatikan criteria pemilihannya. Shini dan Abdullah (1984) mengemukakan empat kaidah penggunaan media pembelajaran, yaitu: 1. Menjauhi bentuk formal media, karena media pembelajaran tidak

akan bernilai dan tidak berfungsi jika tidak relevan dengan materi pembelajaran

2. Tidak memenuhi jam pelajaran bahasa dengan penggunaan media yang kurang penting sehingga tidak memberikan dampak yang negative

3. Memperhatikan kesesuaian media dengan tingkat berfikir dan pengalaman siswa, karena jika tidak sesuai dengan usia siswa, media

Page 75: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 67 .

66 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

itu kehilangan nilai-nilai edukatifnya.Untuk melengkapi kaidah yang dikemukakan Shini dan Abdullah,

berikut ini dikemukakan anjuran dari soediatmo (1980)1. Media diletakkan ditempat yang dapat dilihat oleh semua siswa 2. Media yang digunakan sesuai dengan ukuran kelas dan jumlah siswa3. Media hendaknya tidak ditayangkan mulai awal sampai akhir

pelajaran, tapi cukup diperlihatkan pada waktu-waktu yang diperlukan saja

4. Penggunaan media hendaknya tidak melebihi kebutuhanSutjiono (2005)n mengemukakan enam prinsip pemilihan media

pembelajaran. Enam prinsip tersebut dirumuskan menjadi ACTION. Berikut ini enam prinsip yang dimaksudkan:Accres (kemudahan) Cost (biaya) Technologi (ketersediaan prasyarat teknik dan pengoperasi) Interactivity (memunculkan interaksi dua arah) Organization (dukungan lembga) Novelty (kebaruan media)

Criteria utama dalam pemilihan media pembelajaran dikemukakan oleh Allen (dalam Sudrajat, 2008), yaitu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Berikut ini table hubungan antara media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran.

Jenis Media Pembelajaran

1 2 3 4 5 6

Gambar diam S T S S R RGambar hidup S T T T S STelevisi S S T S R SObjek tiga dimensi R T R R R RRekaman audio S R R S R SProgrammed instruction S S S T R SDemonstrasi R S R T S SBuku teks tercetak S R S S R S

Page 76: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 69 .

68 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Keterangan:R= Rendah, S= Sedang, T= Tinggi1= Belajar informasi faktual2= Belajar pengenalan visual3= belajar prinsip, konsep, dan aturan4= Prosedur belajar5= Penyampaian keterampilan belajar6= Mengembangkan sikap, opini, dan motivasi

G. Pentingnya Media Dalam Pengajaran Bahasa

Penggunaan media dalam pengajaran bahasa bertitik tolak dari teori yang mengatakan bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki oleh seseorang terbanyak dan tertinggi melalui indra lihat dan pengalaman langsung melakukan sendiri, sedangkan selebihnya melalui indra dengar dan indra lainnya (baca Soenjoyo Dirjo Soemarto, 1980:0-11).

Lebih lanjut John M. Lannon (1982:261) mengemukakan bahwa media pengajaran khususnya alat-alat pandang dapat: 1. Menarik minat siswa;2. Meningkatkan pengertian siswa;3. Memberikan data yang kuat/terpercaya;4. Memadatkan informasi;5. Memudahkan menafsirkan data.

Mudjono, dkk. (1980:2-3) menambahkan bahwa media pengajaran dapat membangkitkan motivasi belajar sert memberikan stimulus bagi kemauan belajar. Hal ini seiring dengan apa yang dikemukakan oleh Prof. Mahmud Yunus dalam bukunya Al-Tarbiyah wa al-Ta’lim (1931:78), sebagai berikut:

إنها اعظهم تأثيرا في الحواس واضمن للفهم . . . فما راء كمن سمع

Maksudnya, bahwasanya media pengajaran itu berpengaruh besar bagi indra dan lebih memudahkan (dapat menjamin) pemahaman . . .

Page 77: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 69 .

68 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

orang yang melihat tidak sama dengan orang yang hanya mendengar. Dr. Abdul Alim Ibrahim (1971:432) menjelaskan bahwa media

pengajaran sangat penting karena :

تجلب السرور للتالميذ وتجدد نشاطهم وتجبب اليهم املدرسة إنها تساعد

علي تشبيت الحقائق في اذهان التالميذ انها تحيي الدرس بها يتطلبه

استخدامها من الحركة والعمل.Maksudnya, media pengajaran dapat membangkitkan rasa senang

dan gembira siswa-siswa dan memoerbaharui semangat mereka. Rasa suka hati mereka untuk ke sekolah akan timbul, dapat memantapkan pengetahuan pada benak para siswa, menghidupkan palajaran karena pemakaian media pengajaran membutuhkan gerak dan karya.

Demikian pandangan para ahli tentang keistimewaan penggunaan media dalam pengajaran bahasa.

Page 78: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 71 .

70 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Page 79: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 71 .

70 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

#KETUJUHEVALUASI DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA ARAB

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pendidik dalam menerangkan pelajaran, dan sekaligus melatih daya seran peserta didik terhadap pelajaran yang telah diterimanya. Evaluasi yang baik adalah evaluasi yang disiapkan dengan matang di mana akan menjadi feedback yang bermanfaat bagi komponen-komponen vang berkaitan dengan aktivitas pembeiajaran.1 Evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian. Secara substansial evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.2 Menurut ngalim purwanto evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat al ternatif-al ternatif keputusan.3 Chabib Thoha menegaskan bahwa Evaluasi merupakan kegiatan terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolok

1 Yurnalis Etek, Beberapa Hal Tentang Evaluasi, Bandar Lampung, Gunung Pesagi, hlm. 15.2 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, cet. ke-1,

hlm. 5.3 Ngalim Purwanto. Prinsip-prinsip dan Teknik Evatuasi Pengajaran. Bandung,: Rosdakarya,

1994, Cet. ke-7. him. 3

Page 80: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 73 .

72 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

ukur memperoleh kesimpulan.4 Terkait dengan aktivitas pembelajaran, evaluasi mengandung beberapa pengertian: Edwind Wandt dan Gerald W Bown dalam Anas Sudjono bahwa evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu; Sedangkan evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.5 Menganalisis terma ini, maka perlu kiranya diketahui tujuan dan fungsi evaluasi, khususnya di dalam pembelajaran bahasa Arab.

A. Tujuan Evaluasi Pembelajaran 6

1. Seleksi (penyaringan), hal ini untuk mendapatkan standar tertentu dari calon peserta didik, kemudian hasil itu dapat digunakan sebagai ukuran (dasar pembinaan).

2. Aptitude (mengukur bakat bahasa), hal ini digunakan untuk menjelaskan sejauh mana bakat bahasa perindividu peserta didik di dalam mempeiajari bahasa asing termasuk bahasa Arab.

3. Proficiency (mengukur kemampuan umum), hai ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan bahasa peserta didik secara umum atau stratifikasi kemampuan bahasa mereka.

4. Diagnostic (mengetahui kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran), rnaksudnya adalah sejauh mana kelemahan dan hambatan yang dialami peserta didik-sulit atau gampang dalam mempelajari bahasa yang telah diajarkan.

5. Achievement (mengukur kemampuan belajar), hal ini digunakan mayoritas pendidik untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik secara umum terhadap materi yang telah disajikan pada pertengahan dan akhir tahun pelajaran atau di antara keduanya.Tujuan khusus dari aktivitas evaluasi pendidikan ini adalah:

1. Untuk merangsang aktivitas peserta didik dalam menempuh program pendidikan;

4 Chabib Thoha. Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994, Cet. Ke-2, hlm. 1.

5 Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikar., Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, hlm. 1-2.

6 Zaenal Arifin, Op. Cit., him. 16-18.

Page 81: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 73 .

72 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

2. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan peserta didik dalarn mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan solusi atau jalan perbaikannya.7 Sedangkan tujuan evaluasi pembelajaran menurut Mahmud Isma’il as-Shinii, (1) untuk memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai di mana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler r setelah menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan; (2) untuk mengukur dan menilai sampai di manakah efektivitas mengajar dan metode-metode mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik.8

B. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

1. Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah dilakukan peserta didik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

2. Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat;

3. Untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran;

4. Untuk mengetahui eksistensi peserta didik dalam kelompok, apakah dia termasuk anak yang pandai, sedang, atau kurang pandai.

5 Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalann menempuh program pendidikannya;

6. Untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas.

7. Untuk memberikan laporan tentang kernajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, para guru, dan peserta didik itu sendiri

7 Anas Sudjono, op.cit., hlm. 16.8 Mahmud Isma’il as-Shinii, al-Sijl al-‘Ilmi al-Nadwah al-Alamiyyah al-Ula Li Ta’lim al-

Arabiyyah Li Ghairi li-NatiqinBiha Riyad, Imadah Syu’un ai-Maktabat, 1978, Mid, 3, hlm. .9g

Page 82: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 75 .

74 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Mengacu kepada tujuan dan fungsi evaluasi di atas, maka dapatlah dirumuskan bahwa evaluasi pembelajaran bahasa Arab dilakukan untuk mengetahui secara pasti dari berbagai aspek aktivitas pembelajaran atau kemajuan belajar yang telah dicapai peserta didik, serta untuk memperbaiki proses pembelajaran itu sendiri. Dan hal ini tentunya jika secara prioritas berpatokan kepada point ke-4 dan ke-5.

C. Beberapa Prinsip Evaluasi Pembelajaran Bahasa

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran bahasa, di antaranya adalah:1. Sesuai dengan tujuan, maksudnya antara prinsip dan tujuan harus

ada konsiderasi, sehingga tidak terjadi overlapping.2. Menyeluruh, maksudnya evaluasi harus mencakup semua komponen

bahasa (sistem bunyi, sistem tulisan, struktur kalimat dan kata serta kosakata), dan juga mencakup semua aspek keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, dan menulis), di samping itu perlu juga diperhatikan berbagai ranah tujuan pembelajaran, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek psikomotorik (keterampilan), dan aspek atektif (sikap).

3. Terpadu, maksudnya tidak dapat terpisah dari materi pelajaran.4. Ilmiah, maksudnya tidak asal buat, artinya harus sesuai dengan

prosedur pembuatan soal.5. Kerja sama, maksudnya antara pembuat tes (soal) yaitu pendidik,

mereka harus saling bekerja sama yang baik.6. Terus Menerus, maksudnya pendidik harus membuat perencanaan

dan kemudian merealisasikan evaluasi secara teratur pada setiap akhir penyajian. Artinya setiap akhir satuan bahasan, atau akhir unit pelajaran, sampai kepada tes semester untuk keperluan pengisian buku laporan kemajuan belajar peserta didik.9

9 Moh. Matsna, Teknik Evaluasi Pengajaran Bahasa Arab, Jakarta, 1991, diterbitkan, hlm. 2. Dan lihat juga Bahasa Arab Seri EvaluasiHasii Belajar Bahasa Arab Penataran Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Program Jarak Jauh (PJJ), oleh Fuad dan HD. Hidayat. Litbang Departemen Agama RI, 1984/1985, hlm. 5-6. Muhainiin mempertegas bahwa dalam pelaksanaan prinsip evaluasi bahasa harus nnergacu kepada tujuan, evaluasi dilaksanakan secara objektif, evaluasi bersifat komprehensif atau menyeluruh, dan evaluasi dilakukan secara terus-menerus atau kontiniu Pendidikan Islam: Sebuah Telaah Komponen

Page 83: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 75 .

74 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Dari keenam point prinsip evaluasi bahasa di atas, maka harus diimbangi aneka kriteria dan jenis tesnya, karena aspek ini merupakan bagian dari evaluasi dimaksud.

D. Beberapa Kriteria Tes yang Baik

Suatu tes dapat dianggap baik, apabila tes tersebut memenuhi beberapa kriteria berikut.1. Valid (shahih), artinya suatu tes dikatakan valid apabila tes itu

memiliki ketepatan penilaian. Ini berarti bahwa alat yang digunakan untuk memberikan penilaian harus cocok dengan tujuan penilaian. Isi tes yang valid harus didasarkan atas analisis bahan pelajaran, dan itemitem tes harus mewakili setiap bagian dari bahan pelajaran.

2. Reliable (ajeg terpercaya), artinya suatu tes dikatakan ajeg terpercaya (reliable) apabila memiliki ketetapan penilaian. Maksudnya apabila tes itu diujicobakan kepada sekelompok peserta didik yang sama berulang kali-dalam tenggang waktu yang tiuak terlalu lania-maka akan menghasilkan skor yang sama/paling tidak hampir sama.

3. Objektif, snaksudnya dalam memberikan skor atau peniiaian apa adanya-tidak ditambah dan tidak pula dikurangi.

4. Praktikabilitas (mudah dipergunakan), maksudnya tes itu mudah dikerjakan oleh peserta didik, karena petunjuk-petunjuknya jelas dan bentuknya sesuai dengan sifat bahan pelajaran yang diujikan, di samping sesuai pula dengan stratifikasi kemampuan peserta didik.

5. Ekonomis, maksudnya waktu, dana dan tenaga sangat hemat sekali dalam membuat dan mempersiapkan tes tersebut.

E. Jenis Tes Bahasa Berdasarkan Bentuknya

Jenis tes bahasa berdasarkan bentuknya dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: tes subjektif dan tes objektif. Pengertian subjektif dan objektif10 dimaksud adalah praktis hanya berlaku daiam hal pem`riksaan

Kurikulum, 1991, hlm 79.10 Tes objektif adalah tes yang penskorannya dapat dilakukan dengan tingkat abjektivitas

yang tinggi. Skor yang dihasilkan pada akhirnya penskoran terhadap pekerjaan seorang peserta tes objektif pada dasarnya tidak berbeda don akan sarna seandainya

Page 84: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 77 .

76 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

dan pemberian skor, sedangkan dalam pembuatan tes dilakukan oleh pendidik dan tes tersebut dikerjakan oleh peserta didik.11 Kedua jenis tes ini, masingmasing memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan dipaparkan berikut ini.1. Tes Subjektif adalah tes yang memerlukan pendapat atau keputusan

dari pihak penguji pada saat perneriksaan dan pemberian skor. Dan tes subjektif ini bermacam-macam bentuknya.a. Macam-macam Tes Subjektif

1) Bentuk Uraian Terbatas, hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) Tes Ingatan Sederhana, di mana bentuk pertanyaannya menggunakan kata-kata dan lain-lain. (b) Tes Dengan Jawaban Pendek, bentuknya Penyusunan kalimat, Pemberian Definisi Contoh

2) Bentuk Uraian Bebas atau Diskusi, model pertanyaannya adalah:

b. Kelebihan dan Kelemahan Tes Subjektif1) Kelebihannya; (a) Mudah dibuat, tidak memakan waktu dan

tenaga. (b) Baik untuk mengukur kecakapan, menyusun kalimat atau karangan. (c) Tidak mudah ditebak. (d) Lebih ekonomis atau iiemat daiam pemakaian kertas. (e) Sulit bagi peserta didik untuk saling menyontek.

2) Kelemahannya; (a) Dari berbagai aspek tidak bisa mencakup sebagian besar bahan pelajaran; (b) Sukar diperiksa dan memerlukan waktu yang lama. (c) Ada faktor-faktor Subjektif yang memengaruhi penilaian, antara lain adalah: (1) adanya kecenderungan pendidik yang murah dan yang pelit. (2) sikap pendidik terhadap peserta didik dalam aspek simpati dan antipati. (3) kerapihan dan kebersihan tulisan. (4) panjang pendeknya jawaban. (5) penilaian baik buruk yang relatif. (6) keadaan emosi pendidik/pemeriksa/korektor.

penskoran dilakukan oleh dua atau !ebih korektor, atau oleh seorang korektor yang sama yang melakukan penskoran dua kali atau lebih pada waktu yang berlainan. (Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa Pegnrtgan Bagi Pengajar Bahasa, Jakarta: PT Indeks, 2008, cet. ke-10, hlm. 36).

11 Fu›ad Effendy don D, Hidayat., Op. Cit., hlm. 14.

Page 85: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 77 .

76 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

c. Petunjuk Penyusunan1) Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari

bahan yang diujikan, dan kalau memungkinkan disusun soal yang sifatnya komprehensif.

2) Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.

3) Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.

4) Hendaknya diusahakan agar pertanyaan bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, “seberapa jauh”, hal ini bertujuan agar dapat d:ketahui leb:h jauh penguasaan peserta didik terhadap bahan.

5) Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.

6) Hendaknya ditegaskan model jawaban yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk itu pertanyaan tidak boleh terlalu umum, akan tetapi sebaiknya spesifik.

2. Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essay. Jenis tes ini memiliki bermacam-macam bentuk.a. Macam-macam Tes Objektif

1) Tes Benar Salah; Soal-soalnya berupa aneka pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah.

2) Tes Pilihan Ganda; Tes ini terdiri dari keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan.

3) Tes Menjodohkan; Jenis tes ini adalah terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban tersebut. Contoh:

4) Tes Isian; Bentuk tes ini terdiri dari kalimat-kalimat yang ada bagianbagiannya dihilangkan. Bagian yang dihilangkan

Page 86: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 79 .

78 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

tersebut harus diisi oleh peserta didik. Ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari mereka.

b. Kelebihan dan Kelemahan Tes Objektif 1) Kelebihannya; a) Dapat mencakup sebagian besar bahan

pelajaran. b). Objektif dalam pemeriksaan dan pemberian skor. c). Mudah dan cepat pemeriksaannya. d). Dapat dipakai berulang kali, karena jumlah item yang banyak sehingga sulit dihafal.

Membiasakan peserta didik untuk mempelajari semua bahan pelajaran dengan baik.

2) Kelemahannya; a). Sulit dibuat memakan waktu dan tenaga. b) Memerlukan banyak biaya, c) Tidak melatih berkomunikasi. d) Ada kecenderungan peserta didik berspekulasi dalam menjawab pertanyaan.

c. Petunjuk Penyusunan1) Tulislah huruf B – S (pada permulaan masing-masing item

dengan rnaksud untuk mempermudah mengerjakan dan memberikan penilaian (scoring).

2) Usahakan agar jumlah butir soal vang harus dijawab B sama dengan buur soal yang harus dijawab S(-) dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur. Misalnya : B-S-B-S-B-S atau SJ-BB-SS-BB-SS, akan tetapi harus diacak.

3) Hindari item yang masih bisa diperdebatkan, seperti:4) Hindari pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.5) Hindar kata-kata yang menunjukkan kecenderungan memberi

saran seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu. tidak pernah, dan sebagainya.

F. Evaluasi Kurikulum Keterampilan Berbahasa

Ada terminologi lain yang populer dengan ekspresi evaluasi kurikulum secara spesifik evaluasi kurikulum pembelajaran membaca dan menulis sebagai sampel dalam kajian ini di mana ia sangat memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya,

Page 87: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 79 .

78 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Di samping itu, evaluasi kuriktllum juga bertujuan memperbaiki dan menyempurnakan program pendidikan untuk peserta didik dan strategi bagaimana program itu harus dilaksanakan.12

Selanjutnya hasil-hasil evaluasi kurikulum tersebut dapat digunakan oleh tenaga pendidik, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, metode dan media pembelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.13

Atas dasar inilah maka, evaluasi kurikulum pembelajaran keterampilan membaca dan menulis perlu dilakukan, karena kedua keterampilan berbahasa itu harus dikuasai oleh peserta didik, baik pada level dasar, menengah dan bahkan pada level perguruan tinggi. Hal ini berarti bahwa kedua keterampilan tersebut perlu dimiliki oleh per individu peserta didik, tidak saja untuk meraih keberhasilan selama mereka studi melainkan juga sepanjang hayatnya.

Di negara-negara maju aktivitas evaluasi kurikulum terkait dengan keterampilan membaca dan menulis telah membudaya dan merupakan bagian serta kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan di Indonesia yang notabene 80% penduduk negeri ini tinggal di pedesaan. Mayoritas di antara mereka tidak mendapat kesempatan studi, kalaupun sempat hanya menamatkan studi level dasar. Catatan Biro Pusat Statistik tahun 1980 menunjukkan bahwa 2030% di antara bangsa Indonesia masih buta aksara dan buta angka. Mereka tidak bisa membaca dan menulis, sehingga kondisi semacam ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, akan tetapi pemerintah melalui berbagai jalan dan program pendidikan berusaha memberantas kebutaan kedua keterampilan dimaksud. Misalnya program kejar paket A, B dan C untuk meningkatkan perigetahuan dan keterampilan membaca dan menulis.

Program tersebut diikuti oleh para petani dan anak petani, nelayan dan masyarakat lainnya di berbagai desa. Di samping masih banyak program-program lainnya untuk memberantas kebutaaksaraan itu.

12 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru, 1989, cet. ke-1, hlm. 50.

13 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori danPraktik, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997, cet, ke-1, hlm. 172.

Page 88: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 81 .

80 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Term ini mengindikasikan bahwa keterampilan membaca dan menulis merupakan hal vital yang dibutuhkan dalam rehidupan masyarakat, apalagi bagi peserta didik.

Lebih jauh ditegaskan bahwa evaluasi kurikulum pembelajaran keterampilan membaca dan menulis yang dimiliki oleh peserta didik adalah untuk memberi kesempatan kepada mereka; (1) terhindar dari sifat ketergantungan kepada orang lain; (2) membuka wawasan dan cakrawala berpikir yang lebih luas tentang isu dari masvarakatnva; dan (3) memiliki sikap introspeksi dan retrospeksi.14

Di sisi lain evaluasi kurikulum pembelajaran keterampilan membaca dan menulis merupakan dua keterampilan berbahasa yang saling berkaitan, ui mana peserta didik ketika sedang belajar menulis, mereka tentu akan membaca tulisannya. Lebih jauh dipaparkan bahwa keterampilan membaca adalah salah satu faktor yang sangat vital di dalam membina kepribadian seseorang, di samping memberikan motivasi tersendiri. Dengan membaca, otomatis seseorang mendapatkan pengetahuan dan pengalaman.15

Jadi tanpa membaca jangan bermimpi seseorang dapat memperluas wawasan dan paradigma berpikir, apalagi mendanatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang memadai.

Di dalam evaluasi kurikulum pembelajaran keterampilan membaca ini, ada dua aspek yang menjadi fokusnya, Pertama, mengenal simbol-simbol tertulis. Dan Kedua, memahami konten tulisan (karangan). Terminologi mengenal simbol-simbol tertulis adalah peserta didik dikenalkan alfabet Arab terlebih dahulu, sebab sistem penulisannya berbeda dengan alfabet latin. Sedangkan yang dimaksud dengan memahami konten tulisan adalah memperkenalkan terhadap peserta didik kosakata baru dari bacaan tersebut dengan memberi syakal (hal ini khusus bagi peserta didik pemula). Di samping itu, peserta didik tersebut dibekali perbendaharaan yang cukup, terutama yang sudah termasuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia, seperti: kursi, mistar, kitab, dan lain-lain.

Sementara evaluasi kurikulum pembelajaran keterampilan membaca

14 Ibid. hlm 63 15 Nasir Abdullah al-Ghani dan Abdul Hamid Abdullah, Usus I’dad al Kutub alTii’lirniyyah

Li Ghairi al-Nathiqinabiha bi al-Arabiyyah, Dar al-Ptisham, Tanpa Tahun, him. 57

Page 89: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 81 .

80 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

dan menulis untuk level perguruan tinggi Islam adalah diarahkan analisis wacana teks dan menulis bebas terkait dengan aktivitas sehari-hari serta aspek kebahasaan lainnya.

Selanjutnya menulis adalah suatu aktivitas yang sangat rumit untuk direalisasikan, oleh sebab itu untuk dapat menulis dengan baik merupakan persoalan yang sangat sulit dicapai.16 Kendati kasus ini sangat sulit, masih dapat dicermati melalui kesungguhan dan keuletan.

Adapun yang dimaksud keterampilan menulis di sini adalah keterampilan di dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan (karangan). Bagi level pemula dapat direalisasikan melalui guided composition (mengarang terbimbing), kemudian diadakan bimbingan gecara gradasi, hingga akhirnya berkembang menjadi free composition (mengarang bebas) yang disajikan pada level perguruan tinggi Islam.

Contoh konkret mengarang terbimbing adalah peserta didik diperintahkan untuk menyalin kalimat, memodifikasi kalimat, mengganti salah satu unsur dalam kalimat (takmilah al jumlah) dan lain-lain. Sedangkan contoh konkret mengarang bebas adalah peserta didik diberi kebebasan untuk menulis sebuah karangan dengan kosa kata dan pola kalimat yang bebas (tanpa ada ketentuan dari tenaga pendidik). Hal ini tentunya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang sudah dikenal peserta didik, seperti: menulis tentang aktivitas bangun tidur, pergi ke pasar, koresponden, dan lain-lain.

Mencermati statement di atas dapat dipahami bahwa keterampilan membaca dan menulis adalah dua keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah mereka tuntas menguasai keterampilan mendengar dan berbicara. Karena keterampilan membaca berfungsi untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman bagi peserta didik, sementara keterampilan menulis berfungsi untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan secara tertulis.

Dalam kajian ini, ada empat aspek menarik untuk ditelaah terkait dengan evaluasi kurikulum pembelajaran keterampilan membaca dan menulis pada level perguruan tinggi Islam ini, secara spesifik pada jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA);

16 Ibid., hlm. 63.

Page 90: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 83 .

82 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Pertama, penulis akan mencermati dan mengevaluasi tujuan keterampilan membaca dan menulis yang telah dirumuskan dan diimplernentasikan dalam kurikulum pada jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA);

Kedua, penulis akan mengeksplorasi dan mengevaluasi konten (materi) keterampilan membaca dan menulis yang telah dirumuskan dan diimplementasikan dalam kurikulum pada jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA);

Ketiga, penulis akan menelusuri dan mengevaluasi metode (pendekatan, strategi, dan media pembelajaran) keterampilan membaca dan menulis yang telah dirumuskan dan diimplementasikan dalam kurikulum pada jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA); dan

Keempat, penulis akan mengkaji dan mengevaluasi keterampilan membaca dan menulis yang telah dirumuskan dan diimplementasikan dalam kurikulum pada jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) dimaksud. Keempat aspek inilah sesungguhnya yang menjadi dasar penulis

untuk mengadakan telaahan dalam sektor evaluasi kurikulum ini. Evaluasi Kurikulum dimaksudkan adalah untuk menilai suatu kurikulum sebagai program pendidikan uncuk menentukan efisiensi, efektivitas, relevansi dan produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan.

Efisiensi Ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya); kedayagunaan; ketepatgunaan; kesangkilan. Atau kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya).

berkenaan dengan penggunaan waktu, tenaga, sarana dan sumber-sumber lainnya secara optimal. Efektivitas berkenaan dengan pemilihan atau penggunaan cara atau, jalan utama vang paling tepat dalam mencapai suatu tujuan. Relevansi berkenaan dengan kesesuaian suatu program dan pelaksanaannya dengan tuntutan dan kebutuhan baik dari kepentingan masyarakat maupun peserta didik.

Produktivitas berkenaan dengan optimalnya hasil yang dicapai dari suatu program.

Sedangkan Evaluasi kurikulum itu sendiri terdiri dari; (1) hakikat evaluasi kurikulum; (2) dimensi evaluasi kurikulum; (3) prinsip evaluasi kurikulum; (4) bentuk evaluasi kurikulum; dan (5) langkah-langkah evaluasi kurikulum

Page 91: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 83 .

82 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

#DAFTAR PUSTAKA

A.W. Munawwir. 1984. Kamus al-Munawwir-Arab-Indonesia Terlengkap. Yogyakarta: Pustaka Progressif. Cet. ke-1.

Abd. Aziz bin Ibrahim Al-Ashili. Thara”iqTadris al-lughah al-Arabiyah li al-Natiqinbi Lughat Ukhra. Riyad: al Jami”ah Al-Imam Muhammad Ibn Su”ud al Islamiyah.

Abdul Alim Ibrahim. 1962. al-Muwajjih al-Fanni Li Mudarrisi al-Lughah al-Arabiyah. al Qahirah: Dar al-Ma’arif. Cet. ke-10.

Abdul Aziz Abdul Majid, al-Lughah al-Arabiyyah Ushuluha al-Nafsiyyah wa Thuruq Tadrisiha,

Ahmad Fuad Efendi.2004. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikar., Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.

Chabib Thoha. Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994, Cet. Ke-2.

Engkoswara. 1988. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara,. Cet. ke-2.

Fu’ad Effendy dan HD. Hidayat., 1984/1985. Seri Evaluasi Belajar Bahasa Arab-Penataan Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Program Jarak Jauh (PJJ). Jakarta: Depag RI.

Page 92: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 85 .

84 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

HD. Hidayat, Pedoman Pelaksanaan Penataran Methode Pengajaran Membaca al- Qur’an dan Memahami Maknanya bagi Guru-Guru SD, SUP, SLTA tahun 1990/1991 Angkatan II, DKI Jakarta

HD. Hidayat. 1986. Mukhtasar Thuruq Tadris at-Lughah al-Arabiyyah Li Tullah nl- Madaris wa al-Ma’ahid al-Indunisiyyah. Jakarta: Tidak diterbitkan.

Hidayat, M.A. 1998. Musykilat Tadris al-lughah al-Arabiyah fi Indonesia wa ‘ilajuha, Al-Muhajjih, fi ta’lim al-Lughah al-Arabiyah Lingairin-Natiqina Biha. Jakarta

Kamal Ibrahim Badri dan Shaleh Muhammad Nashir, Usus Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah, Ma’ahid Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah bi Indunisia,

Louis al Nia’luf. 1986. al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam. Beirut: Dar al-Masriq. Cet. ke-30.

Mahmud Isma’il as-Shinii. 1978. al-Sijl al-‘Ilmi al-Nadwah al-Alamiyyah al-Ula Li Ta’lim al-Arabiyyah Li Ghairi li-NatiqinBiha. Riyad: Imadah Syu’un ai-Maktabat. Mid, 3,

Mahmud Isma’il Shini, et.al., Mursyid a1-Mu’allim fi Tadris al-Lughah al-Arabiyyah Li Ghairi al-Nathiqinabiha-Tathbiqat amaliyyah Li Taqdim al-Durus Wa Ijrak al-Tadribat. Riyad: Maktab al-Tarbiyah al-Arabi, Cet. ke-2,

Mamduh Nuruddin. 1410 H/1990 M. Ta’lim Maharatil-Kitabah, Al-Muwijjih, fi ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyah Ligairin-Natiqina Biha. al-‘Adad al-Salis: Jakarta.

Moh. Matsna, HS. 1992/1993. Usaha Mencari Metode Efektif Dalam Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia-Mimbar Agama dan Budaya-IAIN Jakarta: No. 25, Th X.

Mujianto Sumardi, 1975. Pengajaran Bahasa Asing, Sebuah tinjauan dari Segi Metodologi. Jakarta: Bulan Bintang

Nababan dan Sri Utami Subbyakto. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nababan, P.W.J., 1984. Sosiolinguistik. Gramedia: Jakarta. Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan kurikulum: Teori dan

Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya, , cet, ke-1.

Page 93: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 85 .

84 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Nasir Abdullah al-Ghani dan Abdul Hamid Abdullah. Tt. Usus I’dad al Kutub al Ta’limiyyah Li Ghairi al-Nathiqinabiha bi al-Arnbiyyah. Dar al-I’tisham.

Nasir Abdullah al-Ghani dan Abdul Hamid Abdullah. tt. Usus I’dad al Kutub alTii’lirniyyah Li Ghairi al-Nathiqinabiha bi al-Arabiyyah, Dar al-Ptisham.

Ngalim Purwanto. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung,: Rosdakarya, 1994, Cet. ke-7.

Soenardi Djiwandono. 2008. Tes Bahasa Pegantar Bagi Pengajar Bahasa, Jakarta: PT Indeks. cet. ke-10.

Strenbrink. Karel, 1974. Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern. LP3ES: Jakarta.

Yurnalis Etek, Beberapa Hal Tentang Evaluasi, Bandar Lampung, Gunung Pesagi.

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, cet. ke-1.

Page 94: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 87 .

86 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Page 95: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 87 .

86 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

#PENULIS

Yusraini, S.Ag., M.Pd.I dilahirkan di Jambi, 7 Oktober 1971, putri dari (Alm) H. M. Wali Achmad, BA bin Ahmad dan Hj. Saudah binti H. Syamsuddin dan Suami Mhd. Irzal, SE, ME dan anak Irwanda Imawan dan Fauzan AlFajri. Menempuh dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri Nomor 115/III Sungai Penuh Kabupaten Kerinci

Tamat Tahun 1984. Setamat Sekolah Dasar Negeri Nomor 115/III Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.

Melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Diniyyah Putri (DMP) Padang Panjang tamat 1987, Pondok Pesantren Darunnajah (MA)Tamat tahun 1991, S1 Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun tamat 1995 dan S2 Pascasarjana IAIN Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Tamat tahun 2004.

Beberapa karya ilmiah yang telah di buat, Profesionalisme Tenaga Pendidik Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Jurnal Peadagogy), Strategi Pembelajaran Bahasa Arab dan Implikasinya Terhadap Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab (Jurnal Media Akademika), Implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia: Tenaga Pendidik dan Kependidikan Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan (Jurnal

Page 96: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 89 .

88 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Al’Ulum), Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendidikan Inklusif (Jurnal Media Akademika), Ahammiyah Ma’mal Lughoh Al Arobiyah li Tarqiyah Maharoh al Kalam (Jurnal Al-Baro’ah), Pembelajaran Bahasa Arab di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi (Jurnal Penamas Kementerian Agama RI Volume 27, N0. 2 tahun 2014.

Adapun penelitian yang pernah dilakukan diantaranya Upaya Peningkatan Profesionalisme Dosen Bahasa Arab di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Pola Pengembangan Madrasah di Kabupaten 50 Koto Batu Sangkar. Dampak Sertifikasi Guru Terhadap Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran (Studi Kasus di MAN Model Jambi), Kemampuan Alumni Madrasah di Perguruan Tinggi Umum Jambi. Efektivitas Pengelolaan Laboratorium Bahasa di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Efektivitas Pengelolaan Laboratorium Bahasa di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Kesiapan Tenaga Pendidik Menerapkan Kurikulum 2013 di MTs Negeri Kota Sungai Penuh. Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab dalam Membentuk Bi’ah Al’arabiyah di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Urgensi Manajemen Strategik Pimpinan Untuk Inovasi Alih Status IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Menjadi Universitas Islam Negeri.

Pengalaman kerja antara lain, staf administrasi di Fakultas Syari’ah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Bagian Mutasi pegawai IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun 1999-2002, Dosen/ tenaga pengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2002 sampai sekarang.

*****

Page 97: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab 89 .

88 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Dr. Musli, S.Ag., M.Pd.I dilahirkan di Jambi, 29 Juli 1971, putra dari (Alm) Dulsalim Bin Sanamah dan Hj. Sayem Binti H. Ardamenawi. Istri Ida Andriyanti Binti H. Amiruddin dan anak Muhammad Abror Muzakkir Muda. Menempuh dan mnyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri Nomor 75/IV Kota Jambi

pada tahun 1979-1985. Setamat Sekolah Dasar Negeri Nomor 75/IV Kota Jambi, melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Jambi tahun 1985-1988, Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Koto Baru Padang Panjang tahun 1988-1991, S1 Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun1991- 1995, S2 Pascasarjana IAIN Jurusan Manajemen Pendidikan Islam tahun 2004.

Beberapa karya ilmiah yang telah di buat, diantaranya adalah jurnal Al baro’ah berjudul Al-balaghotu wa ta’limu al-lughoh al-‘arobiyah, al-i’robu wa dirosatu al-nahwi lighoiri al-nathiqina bi al-‘arobiyah, jurnal media akademika berjudul metode pendidikan akhlak bagi anak, kandungan metode pendidikan dalam keluarga menurut surat Ibrahim ayat 37 dan beberapa tulisan dari di beberapa jurnal ilmiah adapun penelitian yang pernah dilakukan diantaranya desain bahan ajar pembelajaran bahasa Arab untuk kemahiran menyimak dengan pendekatan komunikatif-interaktif di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, akuntabilitas pendidikan sekolah dasar swasta Islam Terpadu As Shidiiqi dalam turut serta pengentasan kebijakan wajib belajar dua belas tahun di kota Jambi, peran majelis taklim dalam meningkatkan mutu pendidikan ibu-ibu pengajian di kota Jambi dan beberapa penelitian lainnya.

Pengalaman kerja antara lain, guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurus Sa’adah kota Jambi tahun 1991-1993, Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah kota Jambi tahun 1993-1995, mengajar di SMP Taman Budaya kota Jambi tahun 1995, mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi tahun 1995-1999, staf administrasi di perpustakaan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun 1999-2002, Dosen di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2002 sampai sekarang. Menjadi sekretaris jurusan pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu

Page 98: METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab PB .

90 Yusraini, S.Ag., M.Pd.I & Dr. Musli,S.Ag., M.Pd.I

Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi selama dua periode tahun 2007 - 2015, menjadi Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun 2016 sampai sekarang.

*****