Top Banner
PORTOFOLIO AKHIR SEMESTER METODOLOGI PENELITIAN ”Aktivitas Antibakteri Senyawa Tanin Kulit Batang Kemiri (Aleurites moluccana) Terhadap Salmonella typhi” Oleh WINDY ANTARI NURHUDA NIM : 13.178
34

Metodelogi Penelitian Mikro

Dec 08, 2015

Download

Documents

Windy Antari

”Aktivitas Antibakteri Senyawa Tanin Kulit Batang Kemiri (Aleurites moluccana) Terhadap Salmonella typhi”
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Metodelogi Penelitian Mikro

PORTOFOLIO AKHIR SEMESTER

METODOLOGI PENELITIAN

”Aktivitas Antibakteri Senyawa Tanin Kulit Batang Kemiri (Aleurites moluccana)

Terhadap Salmonella typhi”

Oleh

WINDY ANTARI NURHUDA

NIM : 13.178

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG

JULI 2015

Page 2: Metodelogi Penelitian Mikro

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada banyak sekali jenis penyakit yang ada di masyarakat. Salah satu penyakit

yang diderita oleh masyarakat yaitu demam tifoid atau banyak dikenal dengan

penyakit typhus. Penyakit typus ini di dunia medis disebut dengan salmonellosis.

Salmonellosis disebabkan oleh sejenis bakteri yaitu salmonella typhi (S.typhi) yang

dapat menyebabkan infeksi akut pada usus halus. Penyakit ini masih menjadi masalah

kesehatan di negara berkembang seperti Indonesia. Angka kejadian akan meningkat

pada musim kemarau panjang dan di awal musim penghujan. Masyarakat Indonesia

diperkirakan antara 800-100.000 orang terkena tifus atau demam tifoid sepanjang

tahun dan 91% dari kasus tersebut terjadi pada usia 3-19 tahun. (Andriani, 2010)

Pengobatan penyakit typhus yang tidak tuntas akan memberikan efek infeksi

sistemik pada organ tubuh dan bahkan akan mengakibatkan kematian. Penyakit

typhus selain menyerang usus juga dapat menyerang kantong empedu, limfa dan hati.

Penyakit ini bisa diobati dengan pemberian antibiotik. Namun masih banyak sekali

hambatan dalam penggunaan antibiotika untuk menangani salmonellosis. Hambatan

utamanya yaitu terbatasnya jenis antibiotic yang efektif untuk menangani penyakit

tersebut. Hambatan lainnya yaitu terkadang pemberian antibiotic kurang terkontrol

sehingga menimbukan terjadinya resistensi bakteri (bakteri akan kebal terhadap

antibiotic yang diberikan). Kendala lain yang masih menjadi masalah yaitu biaya

perawatan dan pemulihan infeksi cukup lama, sehingga membutuhkan biaya yang

tidak sedikit. Hal tersebut yang mendasari pemikiran untuk mencari upaya alternatif

agar bisa menangani salmonellosis namun lebih mudah, efektif dan juga murah. Salah

satu upaya alternative tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan sistem imun.

Banyak sekali tanaman yang dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber

pengobatan alternative. Salah satu tanaman yang bisa dipergunakan untuk pengobatan

alternative adalah Pohon kemiri (Alleurites moluccana). Pohon kemiri banyak

diketahui masyarakat sebagai bahan bumbu masakan. Buah kemiri juga merupakan

hasil bumi yang melimpah di Indonesia sehingga sangat mudah untuk didapatkan.

Page 3: Metodelogi Penelitian Mikro

Kemiri sangat kaya akan senyawa penting bagi tubuh seperti asam minyak, protein,

vitamin B1, dan zat lemak. Manfaat kemiri yang paling popular terdapat pada minyak

kemiri, yang berguna sebagai penyubur rambut.

Pohon kemiri (Alleurites Moluccana) terutama pada bagian kulit batang

kemirinya berpotensi sebagai antibakteria karena mengandung senyawa tanin

sehingga bisa digunakan sebagai obat alternative untuk mencegah penyakit typhus.

Tanin dapat menjadi imunostimulan yaitu suatu senyawa tertentu yang dapat

meningkatkan pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik.

Peningkatan pertahanan tubuh dilakukan dengan cara meningkatkan poliferasi sel

yang berperan pada imunitas. Sel yang dijadikan sebagai tujuan yaitu makrofag,

granulosit, limfosit T dan limfosit B.

Selama ini, masyarakat belum begitu paham dengan berbagai macam khasiat dan

manfaat yang yang terkandung dalam tanamanan, sehingga perlu dilakukan pengujian

aktivitas antibakteri senyawa tanin yang terkandung dalam kulit batang kemiri dalam

menghambat pertumbuhan Salmonella typhi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pendahuluan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini :

1. Bagaimana aktivitas kulit batang kemiri sebagai antibakteri terhadap Salmonella

typhi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dalam rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan

penelitian ini:

1. Untuk mengetahui aktivitas kulit batang kemiri sebagai antibakteri terhadap

Salmonella typhi.

Page 4: Metodelogi Penelitian Mikro

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapatkan penulis, Dapat

memberikan tambahan wawasan pengetahuan, serta dapat menambah pengalaman

penulis dalam pembuatan karya tulis ilmiah

2. Bagi Pembaca dan Masyarakat

Dapat memberikan informasi terhadap masyarakat luas mengenai

pemanfaatan pohon kemiri (Aleurites moluccana) dalam rangka pemberdayaan /

usaha pembuatan obat-obatan tradisional untuk mengobati berbagai penyakit,

khususnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri serta dapat dijadikan referensi

bagi pembaca yang akan melakukan penelitian.

1.5 Asumsi

Asumsi dalam penelitian ini adalah:

1. Tanin dapat digunakan sebagai imunomodulator yang bisa mengatasi bakteri

Salmonella typhi

2. Tanin dapat diekstrasi menggunakan metode maserasi

.

1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pengumpulan kulit batang pohon

kemiri, pengambilan ekstrak kulit batang kemiri menggunakan metode maseri,

pengambilan isolat, pengujian aktivitas antibakteri terhadap Salmonella typhi.

Keterbatasan masalah dalam penelitian ini adalah tidak dapat menentukan

konsentrasi antibiotik yang digunakan dalam penentuan kesetaran aktivitas ekstrak

dengan antibiotik pembanding

1.7 Definisi Istilah

Definisi istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Salmonellosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella

typhi

2. Maserasi adalah cara pengambilan ekstrak dengan merendam

serbuk simplisia dalam cairan penyari.

Page 5: Metodelogi Penelitian Mikro

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd

Aleurites moluccana (L.) Willd., atau lebih dikenal dengan nama kemiri,

merupakan salah satu pohon serbaguna yang sudah dibudidayakan secara luas di

dunia. Jenis ini merupakan jenis asli Indo-Malaysia dan sudah diintroduksikan ke

Kepulauan Pasifik sejak jaman dahulu. Di Indonesia, kemiri telah lama ditanam,

baik untuk tujuan komersial maupun subsisten untuk menunjang kehidupan

masyarakat sehari-hari, terutama bagi masyarakat Indonesia bagian timur.

Morfologi tanaman kemiri yaitu pohon dengan tinggi 25-30 m, batang tegak,

berkayu, permukaan banyak lentisel, percabangan simpodial, cokelat. Daun

tunggal, berseling, lonjong, tepi rata, bergelombang, ujung runcing, pangkal

tumpul, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, bawah halus, panjang 18-25

cm, lebar 7-11 cm, tangkai silindris, hijau. Bunga majemuk, bentuk malai,

berkelamin dua, di ujung cabang, putih. Buah bulat telur, beruas-ruas, masih

muda hijau setelah tua cokelat, berkeriput. Biji bulat, berkulit keras, beralur,

diameter ± 3,5 cm, berdaging, berminyak, putih kecokelatan. Akar tunggang,

cokelat. (Sarmoko,2014)

Pohon kemiri dalam sistematika tanaman (taksonomi) diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Euphorbiales

Suku : Euphorbiaceae

Marga : Aleurites 

Jenis : Aleurites moluccana (L.) Willd.

Page 6: Metodelogi Penelitian Mikro

Nama daerah : Buwa kare, kembiri, tanoan (Sumatra); kamere,

kemiri, komere, midi, miri, mucang (Jawa);

keminting, kemiri (Kalimantan); anoi (Papua),

tenu (Nusa Tenggara) (Martawijaya dkk,

1989).

Nama Asing : Candlenut (Inggris), Lichtnussbaum (Jerman), Noyer des

Indes (Prancis), Ragaur (Carolina Utara). (Elevitch dan

Manner 2006)

2.1.1 Habitat dan Penyebaran

Kemiri memiliki daerah penyebaran geografis yang luas. Jenis ini

merupakan jenis asli Indo-Malaysia (termasuk Brunei, Kamboja, Cina,

Kepulauan Cook, Fiji, Polinesia Perancis, Indonesia, Kiribati, Laos, Malaysia,

Kepulauan Marshall, Myanmar, Kaledonia Baru, Pulau Norfolk, Papua Nugini,

Filipina, Samoa, Kepulauan Solomon, Thailand, Tonga, Vanuatu dan Vietnam).

(Elevitch dan Manner 2006).

Pohon kemiri tumbuh di daerah dengan curah hujan rata-rata tahunan

berkisar antara 640 sampai dengan 4290 mm atau rata-rata 1940 mm (Duke

1983). Suhu rata-rata tahunan untuk pertumbuhan kemiri berkisar antara 18

sampai dengan 28°C. Suhu maksimum pada bulan terpanas sekitar 26–30°C,

sedangkan suhu minimum pada bulan terdingin sekitar 8–13°C. Di Indonesia,

kemiri juga dapat tumbuh pada daerah yang kering dengan curah hujan tahunan

hanya mencapai 200 mm seperti di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur

dan bahkan di tempat yang basah seperti di Jawa Barat (Ginoga dkk. 1989).

2.1.2 Kandungan Sifat Kimia dan Fisik Kemiri (Aleurites moluccana)

Kandungan kimia yang terdapat dalam kemiri adalah gliserida, asam

linoleat, palmitat, stearat, miristat, asam minyak, protein, vitamin B1 dan zat

lemak. Bagian yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah biji, kulit dan daun.

Tabel 1. Komposisi kandungan gizi inti kemiri

Komponen Jumlah

Kalori 636 kal

Protein 19 gram

Page 7: Metodelogi Penelitian Mikro

Lemak 63 gram

Karbohidrat 8 gram

Kalium 80 miligram

Fosfor 200 miligram

Besi 2 miligram

Vitamin B1 0,06 miligram

Air 7 gram

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, Direktorat Gizi departemen

Kesehatan RI (1981)

Kemiri juga mengandung zat gizi dan non gizi dalam kemiri, misalnya

daging, biji, daun dan akar Aleurites moluccana mengandung saponin, flavonoida,

dan polifenol disamping itu daging bijinya mengandung minyak lemak dan pada

korteksnya mengandung tannin. Banyak peneliti telah membuktikan bahwa ketiga

komponen ini memiliki arti besarbagi kesehatan. Antioksidan polifenol dapat

mengurangi resiko pnyakit jantung dan pembuluh darah serta kanker. Terdapat

penelitian yang menyimpulkan polifenol dapat mengurangi resiko penyakit

alzaimer. Flavonoid juga termasuk dalam kelompok polifenol sedangkan saponin

merupakan senyawa anti-mikroba (Rahmah et al, 2010)

2.1.3 Manfaat Tanaman kemiri

Bagian tanaman yang telah terbukti sebagai antikanker

secara etnofitomedis adalah korteksnya yang utamanya

mengandung tanin, Tanindiketahui dapat digunakan sebagaiantivirus,

antibakteri, dan antitumor. Tanintertentudapatmenghambat selektivitas replikasi

HIVdan juga digunakan sebagai diuretik (Heslem, 1989). Tanaman yang

mengandung tannin telah diakui memiliki efek farmakologi dan dikenal agar

membuat pohon-pohon dan semak-semak sulit untuk dihinggapi /dimakan oleh

banyak ulat (Heslem,1989).

2.2 Tanin

Tanin adalah kelas utama dari metabolit sekunder yang tersebar luas pada

tanaman. Tanin merupakan polifenol yang larut dalam air dengan berat molekul

Page 8: Metodelogi Penelitian Mikro

biasanya berkisar 1000-3000 (Waterman dan Mole tahun 1994, Kraus dll., 2003).

Menurut definisi, tanin mampu menjadi pengompleks dan kemudian mempercepat

pengendapan protein serta dapat mengikat makromolekul lainnya (Zucker, 1983).

Tanin merupakan campuran senyawa polifenol yang jika semakin banyak jumlah

gugus fenolik maka semakin besar ukuran molekul tanin.Pada mikroskop, tanin

biasanya tampak sebagai massa butiran bahan berwarna kuning, merah, atau cokelat.

Tanin dapat ditemukan didaun, tunas, biji, akar, dan batang jaringan. Sebagai

contoh dari lokasi taninndalam jaringan batang adalah tanin sering ditemukan di

daerah pertumbuhan pohon, seperti floem sekunder dan xylem dan lapisan antara

korteks dan epidermis. Tanin dapat membantu mengatur pertumbuhan jaringan ini.

Tanin berikatan kuat dengan protein & dapat mengendapkan protein dari

larutan.Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae

terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi

dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam

industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah

kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya

menyambung silang protein.

Secara fisika, tanin memiliki sifat-sifat:jika dilarutkan kedalam air akan

membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat, jika dicampur dengan alkaloid

dan gelatin akan terjadi endapan, tidak dapat mengkristal dan dapat mengendapkan

protein dari larutannya dan bersenyawa denganprotein tersebut sehingga tidak

dipengaruhi oleh enzim protiolitik.

Secara kimiawi, memiliki sifat-sifat diantaranya: merupakan senyawa

kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar

mengkristal, tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi, dan senyawa fenol

dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik dan pemberi warna (Najebb,

2009).

2.3 Penyarian Simplisia

Penyarian simplisia merupakan penarikan zat aktif yang

diinginkan dari bahan mentah obat menggunakan pelarut yang

Page 9: Metodelogi Penelitian Mikro

dipilih sehingga zat yang diinginkan akan larut. Ada beberapa

metode yang dilakukan untuk penyarian simplisia yaitu maserasi,

perkolasi, dan sokhletasi. Metode yang digunakan tergantung dari

wujud dan kandungan bahan yang akan disari. Pada penelitian ini

metode penyarian simplisia yang digunakan adalah metode

maserasi.

Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana.

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan

masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif

akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara zat

aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan pekat terdesak

ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel.

Keuntungan cara penyarian dengan metode maserasi adalah cara

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah

dilakukan (Ansel, 1989).

Penyarian dengan maserasi perlu dilakukan pengadukan.

Pengadukan ini diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di

luar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut

tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil-

kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel.

Teknik ini biasanya digunakan jika kandungan organic yang ada

dalam bahan tumbuhan tersebut cukup tinggi dan telah diketahui

jenis pelarut yang dapat melarutkan senyawa yang akan diisolasi.

Maserasi dilakukan dengan cara merendam bahan-bahan

tumbuhan yang telah dihaluskan dalam pelarut terpilih.

Penyimpanan dilakukan dalam waktu tertentu, ruang yang gelap

dan sesekali diaduk. Metode ini memiliki keuntungan yaitu cara

pengerjaannya mudah, alat yang digunakan sederhana, cocok

Page 10: Metodelogi Penelitian Mikro

untuk bahan yang tidak tahan pemanasan namun pelarut yang

digunakan cukup banyak (Ansel, 1989).

Selain cara penyarian, cairan penyari juga dapat

mempengaruhi proses penyarian. Pemilihan cairan penyari harus

mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus

memenuhi kriteria murah, mudah diperoleh, stabil secara fisik dan

kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap, selektif, tidak

mempengaruhi zat berkhasiat dan diperbolehkan oleh peraturan,

untuk penyarian simplisia Farmakope Indonesia menetapkan

bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air, atau

eter. Ada juga pelarut yang bersifat non polar seperti n-hexana,

etilen klorida, petroleum eter, aseton dan sebagainya (Setiabudi,

2009).

2.4 Antibakteri

Antibakteri adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan baakteri. Dalam

penggolongannya antibakteri dikenal dengan atiseptik dan antibiotic. Berbeda

dengan antibiotic yang tidak merugikan sel-seljaringan manusia, daya kerja

antiseptik tidak membedakan antara mikroorganisme dengan jaringan tubuh. Namun

pada dosis normal praktis tidak bersifat merangsang kulit

Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri dan fungi, yang

memiliki khasiat mematikan dan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab

infeksi pada manusia dan harus memiliki toksisitas selektif tinggi

Antibiotik dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:

1. Berdasarkan struktur kimia

Berdasarkan struktur kimia antibiotic terbagi atas:

a. Antibiotic Beta-lactam, yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok

penisilin dan kelmpok sefalosporin.

b. Aminoglikosida, terdiri dari streptomisin, kanamisin, gentamisin,

neomisisn, tobramisin, framisetin dan paromomisin

c. Kloramfenikol, terdiri atas kloramfenikol dan tiamfenikol

Page 11: Metodelogi Penelitian Mikro

d. Tetrasiklin terdiri dari tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin,

doksisiklin, minoksiklin.

e. Maklorida dan antibiotik yang berdekatan terdiri dari eritromisisn,

klindamisin, sinegistin

f. Rifampisin

g. Polipeptida siklik

h. Antibiotik polien

2. Berdasarkan mekanisme kerja

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dikelompokkan dalam lima

kelompok yaitu :

a. Menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga menghilangkan

kemampuan berkembang biak dan menimbulkan lisis. Contoh : Penisilin

dan sefalosporin

b. Mengganggu keutuhan membrane sel, mempengaruhi permeabilitas

sehingga menimbulkan kebocoran dan kehilangan senyawa. Contoh :

Nistatin.

c. Menghambat sintesis protein sel bakteri. Contoh : tetrasiklin, kloramfenikol

dan eritromisin

d. Menghambat metabolism sel bakteri. Contoh : Sulfonamid

e. Menghambat sintesis asam nukleat. Contoh : Rifampisin dangolongan

kuinolon.

3. Berdasarkan Daya Kerja

Berdasarkan daya kerjanya, antibiotik dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

a. Bakteriostatik, yaitu menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri

b. Bakterisid, yaitu membunuh bakteri secara langsung

4. Berdasarkan spktrum kerja

Berdasarkan spectrum kerjanya,antibiotik terbagi atas:

a. Spektrum sempit, bekerja terhadap beberapa jenis bakteri saja.

b. Spektrum luas, bekerja terhadap lebih banyak bakteri, baik gram positif

maupun gram negative serta jamur

Page 12: Metodelogi Penelitian Mikro

Sifat antibiotik sebaiknya mengahambat atau membunuh mikroorganisme

pathogen tanpa merusak inang, bersifat bakterisid, tidak menyebabkan resistensi

pada kuman, tidak bersifat alenergik atau menimbulkan efek samping bila

dipergunakan dalam jangka waktu yang lama, larut di dalam air serta stabil.

2.4 Kadar Hambat Minimal (KHM) Antibiotik

KHM adalah kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan

mikroba. Penentuan kepekaan mikroba terhadap suatu antibiotika atau

khemoterapeutik dipakai untuk menentukan pengobatan terbaik terhadap penyakit

yang disebabkan oleh suatu mikroba tersebut pada manusia atau hewan. Ada dua

metode untuk menentukan kadar hambat minimal suatu antibiotika yaitu :

2.4.1 Metode Difusi

Pada metode ini zat antibiotika berdifusi pada lempeng agar yang telah

diinokulasi dengan bakteri. Dasar pengamatannya adalah terbentuk zona hambat

disekeliling cakram atau silinder yang berisi antibiotika. Metode ini dipengaruhi

oleh faktor fisik dan kimia, selain antara obat dan organisme.

1. Cara Parit

Pada medium agar yang telah diinokulasi dengan baktei dibuat parit

kemudian diisi dengan zat antibiotika dan diinkubasi pada suhu dan jangka

waktu sesuai dengan jenis bakteri uji. Pengamatan dilakukan atas ada atau

tidaknya hambatan disekeliling parit.

2. Cara silinder

Pada medium agar yang telah diinokulasi dengan bakteri dibuat lubang

diletakan silinder kemudian diisi dengan zat antibakteri, setelah itu diinkubasi

pada suhu dan jangka waktu yang sesuai dengan jenis bakteri uji. Pengamatan

dilakukan atas dasra ada atau tidaknya hambatan disekeliling silinder.

3. Cara cakram

Kertas cakram yang mengandung zat antibakteri diletakan diatas lempeng,

setelah diinkubasi pada suhu dan jangka waktu yang sesuai dengan bakteri uji.

Pengamatan dilakukan berdasarkan ada tidaknya hambatan disekeliling

cakram

2.4.2 Metode dilusi

Page 13: Metodelogi Penelitian Mikro

Metode ini menggunakan antibakteri yang turun secara bertahap, baik

dengan media cair atau padat kemudian media diinokulasi bakteri uji dan

dieramkan. Dasar pengamatannya adalah dengan melihat tumbuh atau tidaknya

bakteri.

1. Cara pengenceran tabung (Metode Kirby-Bauer)

Pada metode ini zat yang akan diuji kepekaan antibakterinya diencerkan

secar serial dengan pengenceran kelipatan dua dalam medium cair,

kemudian diinokulasikan dengan bakteri uji, inkubasi pada suhu 37°C

selama 18-21 jm ( untuk bakteri) dan 1-2 minggu (untuk jamur). Aktivitas

antibakteri ditentukan sebagai konsentrasi terendah yang masih dapat

menghambat pertumbuhan bakteri.

2. Cara penapisan lempeng

Pada metode ini zat yang akan diuji antibakterinya diencerkan secara

serial dengan pengenceran kelipatan dua dalam medium agar pada suhu 40-

50°C, kemudian dituang dalam cawan petri. Setelah lempeng agar membeku

ditanam inokulum bakteri dan diinkubasi pada suhu dan jangka waktu yang

sesuai dengan pertumbuhan bakteri uji. Kadar hambat minimum zat

antibakteri yang diuji, ditentukan sebagai konsentrasi terendah yang masih

dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

2.5.3 Turbiditas

Pada metode ini pengamatann aktivitas didasarkan atas kekeruhan yang

terjadi pada medium pembenihan. Pertumbuhan bakteri juga dapat ditentukan dari

perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah inkubasi, yang dilakukan dengan

mengukur serapannya secara spektrofotometer. Adanya pertumbuhan bakteri

ditandai dengan peningkatan jumlah sel bakteri, yang mengakibatkan

meningkatnya kekeruhan. Kekeruhan yang terjadi umumnya berbanding lurus

dengan serapan.

2.6 Bakteri

Menurut (Danang, 1993) bakteri adalah makhluk hidup bersel satu, bersifat

prokariotikyaitu tidak memiliki dinding inti. Bakterimerupakan sel prokariotik yang

Page 14: Metodelogi Penelitian Mikro

khas, uniselulerdan tidak mengandung strukturyang terbatasi membrane di dalam

sitoplasmanya. Sel selnya secara khas berbentuk bola seperti batang atau spiral.

Bakteri ini berdiameter sekitar 0,5 sampai 1,0 μm dan panjangnya 1,5-2,5 μm.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bakteri adalah makhluk

hidup bersel tunggal yang berukuran sangat kecil.

Ciri-ciri bakteri menurut (Bagod,2003) adalah :

1. Makhluk hidup uniseluler (bersel satu)

2. Tidak mempunyai klorofil

3. Dapat ditemukan dibeberapa lingkungan (tanah, debu, air, udara)

4. Sel bakteri berbentuk bulat dengan diameter sekitar 0,5 mikron

5. Bersifat prokariotik yaitu sel yang tidak memiliki dinding sel

2.6.1 Bentuk Bakteri

Secara umum bakteri mempunyai 4 (empat) macam bentuk, yaitu :

Bentuk Cocus (kokus) : bentuknya bulat seperti peluru, sehubungan dengan cara

pembelahannya dan susunan setelah pembelahannya dibagi dalam:

1. Diplococcus

Yaitu coccus yang membelah dirikesatu arah dan setelah pembelahannya

tetap berkumpul dua-dua.

2. Streptococcus

Yaitu coccus yang membelah diri kesatu araah, dimana setelah

pembelahannya tetap tidak berpencar, menyerupai rantai

3. Tetracoccus (Gaffkya)

Yaitu coccus yang membelah diri kedua arah dan setelah pembelahannya

tetap berkelompok empat-empat

4. Sarcina

Yaitu coccus yang membela diri ke tiga jenis arah yang mempunyai sudut 90o

dimana setelah pembelahannya tetap berkelompok menyerupai kubus 8

(delapan) cocci.

5. Stapylococcus

Page 15: Metodelogi Penelitian Mikro

Yaitu coccus yang membela diri kea rah yang tidak teratur, kemudian

berkelompok menyerupai buah anggur.

2.7 Salmonella typhi

Penamaan yang umum digunakan, seperti salmonella typhi sebenarnya tidak

benar. Taksonomi S. typhi adalah sebagai berikut.

Phylum : Eubacteria

Class :Proteobacteria

Ordo : Eubacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus :Salmonella

Species : Salmonella enteric

Subspecies : Enteric (I)

Serotipe : typhi

Karena itu penamaan yang benar adalah S. enteric subgroup enteric serotip

typhi, ataupun sering dipersingkat dengan S. enteric 1 ser. typhi. Namun penamaan

Salmonella typhi telah umum digunakan karena lebih sederhana sehingga penamaan

ini lebih sering digunakan dalam tulisan ini.

2.7.1 Morfologi

Salmonella typhi merupakan bakteri batang gram negative dan tidak

membentuk spora, serta memiliki kapsul. Bakteri ini juga bersifat fakultatif, dan

sering disebut sebagai facultative intra-celluler parites. Dinding selnya terdiri atas

murein, lipoprotein, fosfolipid, protein, lipopolisakarida (LPS) dan tersusun

sebagai lapisan-lapisan. (Dzen,2003)

Ukuran panjangnya bervariasi, dan sebagian besar memiliki peritrichous

flagella sehingga bersifat motil. Salmonella typhi membentuk asam dan gas

namun hanya sedikit (Winn, 2006) Bakteri ini tahan hidup dalam air yang

membeku untuk waktu yang lama (Brooks, 2005)

2.8 Kerangka Teori

Page 16: Metodelogi Penelitian Mikro

Salmonellosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Salmonella typhi

(S.typhi) yang dapat menyebabkan infeksi pada usus. Penyakit ini biasa disebut

dengan demam tifoid atau penyakit tifus yang sampai saat ini masih menjadi

masalah kesehatan di negara-negara berkembang dan umumnya merupakan daerah

tropis. Angka kejadian penyakit ini akan meningkat pada musim kemarau panjang

dan diawal musim penghujan.

Pengobatan penyakit tyfus dapat dilakukan dengan pemberian antibiotic.

Namun pada pemberian antibiotik mempunyai berbagai hambatan. Hambatan yang

pertama yaitu jenis antibiotik yang efektif untuk menangani penyakit Salmonellosis

terbatas, kemudian pemberian antibiotik yang kurang terkontrol dapat menyebabkan

resistensi antibiotik. Hambatan lain yang masih menjadi kendala yaitu biaya yang

mahal untuk perawatan dan pengobatan.

Salah satu pilihan alternative untuk menangani penyakit salmonellosis adalah

dengan menggunakan tanaman tradisional. Tanaman tradisional yang dapat

dimanfaatkan adalah kulit batang kemiri (Aleurites moluccana). Pada korteks kulit

batang kemiri diketahui mengandung senyawa tannin. (Sarmoko, 2013) Tahap awal

yang dilakukan adalah pengambilan ekstrak kulit batang kemiri dengan metode

maserasi untuk mendapatkan senyawa tannin. Senyawa tersebut dapat diekstrasi

menggunakan metode maserasi. Setelah dilakukan ekstrasi, ekstrak harus diisolasi

untuk mendapatkan isolat. Tahap akhir yang akan dilakukan adalah pengujian

aktivitas antibakterinya untuk menangani Salmonella typhi

2.9 Hipotesis

1. Ekstrak tannin kulit batang kemiri dapat digunakan untuk menghambat

pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.

Page 17: Metodelogi Penelitian Mikro

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian ini meliputi tiga tahap

kerja yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Pertama, tahap

persiapan meliputi sterilisasi semua alat yang digunakan pembuatan media

pertumbuhan bakteri, pembuatan senyawa tanin kulit batang kemiri dan penyiapan

suspensi bakteri. Kedua, tahap pelaksanaan yaitu pengujian parameter mutu tanin

kulit batang kemiri dan aktivitas antibakteri senyawa tanin kulit batang kemiri

terhadap S.typhi. Ketiga, tahap akhir yaitu melakukan pengamatan terhadap hasil

pengujian dan analisa data.

3.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian ini adalah senyawa tanin kulit batang kemiri

2. Sampel penelitian ini adalah tanin kulit batang kemiri yang diperoleh dari

metode maserasi.

Page 18: Metodelogi Penelitian Mikro

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian pengujian untuk mengetahui daya hambat tanin kulit batang kemiri

sebagai antibakteri terhadap Salmonella typhi dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Waktu penelitian ini

dilakukan mulai Maret 2016 sampai dengan selesai.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel Bebas dari penelitian ini adalah hasil partisi kulit batang kemiri dengan

pelarut campuran air dan n-butanol. Sedangkan variabel terikat pada penelitian ini

adalah aktivitas antibakteri ekstrak kulit batang kemiri.

Variabel Definisi Operasional

Variabel

Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

Variabel Bebas:

Hasil partisi

dengan pelarut

campuran air dan

n-butanol (1:1)

Pengunnan pelarut

campuran air dan n-

butanol pada proses

partisi

Visual - -

Variabel Terikat:

Aktivitas

antibakteri

senyawa tanin

kulit batang

kemiri terhadap

S.typhi

Kemampuan

senyawa tanin kulit

batang kemiri dalam

menghambat bakteri

S.typhi yang ditandai

dengan adanya zona

bening disekitar

media tumbuh

bakteri

Visual

dan

alat

ukur

jangka

sorong

Hambatan

zona dalam

satuan (mm)

Nominal

Page 19: Metodelogi Penelitian Mikro

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Alat

Alat yang digunakan antara lain kaca arloji, autoklaf, spatel logam, jangka

sorong, timbangan analitik, cawan petri, pipet tetes, pipet volume, mikropipet,

pembakar Bunsen, tabung reaksi, pinset, gelas ukur, beaker glass, Erlenmeyer,

kawat ose, incubator, penangas air, batang pengaduk, alumunium foil, kapas non

lemak, vial dan tutup, thermometer dan alat-alat lain yang ada di Laboratorium

Mikrobiologi.

3.5.2 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain kulit batang kemiri,biakan murni bakteri

Salmonella typhi, larutan etanol 95%, air suling steril, kertas saring, tetrasiklin

hidroklorida (antibiotik pembanding), dan media NA (Nutrien Agar), alcohol

90%, NaCl Fisiologis, n-heksana, methanol.

Untuk penapisan fitokimia senyawa tannin digunakan larutan gelatin 1%,

larutan besi (III) klorida 1 %

3.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah kerja sebagai

berikut:

3.6.1 Determinasi

Determinasi dilakukan di tempat pengambilan daun beluntas.

3.6.2 Preparasi sampel

1. Dikumpulkan kulit batang kemiri

2. Dibersihkan kotoran kulit batang kemiri dibawah air mengalir hingga bersih

3. Dipotong kulit batang kemiri menjadi potongan yang lebih kecil

4. Dikeringkan dibawah sinar matahari hingga kering

5. Dihaluskan simplisia daun beluntas hingga menjadi bentuk serbuk dengan

blender.

6. Diayak dengan ayakan

3.6.3 Ekstraksi Maserasi

1. Sampel berupa kulit batang kemiri kering dihaluskan sebanyak 1 kg.

Page 20: Metodelogi Penelitian Mikro

2. Sampel dimaserasi menggunakan pelarut n-heksana selama 12 jam, kemudian

dilakukan penyaringan dengan corong Buncher. Perlakuan ini diulang

sebanyak 2 kali

3. Residu dikeringkan secara vakum pada suhu 30oC samapi bebas n-heksana.

4. Residu yang telah bebas n-heksana dimaserasi dengan methanol sebanyak 2

liter selama 24 jam, kemudian dilakukan penyaringan dengan corong Buncher.

Perlakuan ini diulang sebanyak 5 kali atau sampai terekstrak sempurna.

5. Filtrat yang dihasilkan digabung, kemudian diuapkan sampai semua pelarut

habis. Kemudian dilanjutkan dengan metode partisi.

3.6.4 Metode Partisi

Partisi Menggunakan Pelarut Campuran air dan n-butanol (1:1)

1. Disiapkan corong pisah.

2. Diisi corong pisah dengan 1 bagian ekstrak pekat kulit batang kemiri

3. Ditambahkan pelarut campuran air dan n-butanol, kemudian dikocok.

4. Ditunggu hingga terbentuk lapisan.

5. Diambil ektrak kental daun beluntas yang mengandung tanin.

3.6.5 Pengujian Senyawa Tanin

1. 2 gram simplisia dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan aquadest 50

ml, dan dididihkan selama 15 menit.

2. Diambil 5 ml filtrate dipindahkan dalam tabung reaksi lain.

3. Kemudian ditambahkan pereaksi besi (III) klorida.

4. Adanya senyawa tannin ditandai dengan adanya warna hitam kehijauan.

3.6.6 Pembuatan Media Agar Nutrien Agar (NA)

1. Ditimbang 23 gram NA

2. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer

3. Ditambahkan 1 liter aquades

4. Dipanaskan sambil diaduk hingga campuran homogen dan warnanya tampak

jernih

5. Ditutup erlenmeyer dengan menggunakan kapas dan kertas coklat

6. Dimasukkan kedalam autoklaf dengan suhu 121˚C selama 15 menit untuk

disterilisasi

Page 21: Metodelogi Penelitian Mikro

3.6.7 Pembuatan Suspensi Bakteri

1. Bakteri ditanam pada media pertumbuhan Nutrien Agar (Na) miring

2. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam

3. Bakteri yang akan diuji disuspensikan dengan cara menumbuhkan bakteri

dalam media cair NaCl fisiologis

4. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC

3.6.8 Pengujian Aktivitas Antibakteri

Pada pengujian aktivitas antibakteri digunakan metode difusi agar dengan sumur.

1. Sebanyak 200 μL masing-masing bakteri ditambahkan ke dalam 20 mL media

Nutrien Agar (NA) untuk bakteri

2. Campuran diputar sampai homogeny, didinginkan hingga menjadi padat

dalam cawan petri

3. Dibuat sumur berdiameter ± 6 mm dengan menggunakan prevorator

4. Dimasukkan 50 μL masing-masing ekstrak uji ke dalam sumur yang telah di

prainkubasi selama 30 menit pada suhu kamar

5. Inkubasi dilakukan pada suhu 37oC selama 48 jam untuk bakteri

6. Diameter hambat diamati setelah periode inkubasi

3.6.9 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

Pada penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dilakukan dengan metode

pengenceran agar.

1. Sebanyak 1000 μL ekstrak kulit batang kemiri dengan berbagai konsentrasi

ditambahkan ke dalam19 mL media agar yang telah dicairkan dalam cawan

petri steril

2. Campuran diputar sampai homogeny, didinginkan hingga menjadi padat.

3. Sebanyak 1 Ose suspense bakteri kemudian diinokulasi di atas permukaan

agar padat

4. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam untuk bakteri

3.7 Analisa Data

Page 22: Metodelogi Penelitian Mikro

Data hasil pengujian aktivitas antibakteri dianalisi dengan uji normalitas, uji

homogenitas kemudian dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA untuk mengetahui

perbedaan signifikan dari aktivitas ekstrak dengan antibiotik pembanding.

DAFTAR RUJUKAN

Andriani, Evi. 2010. Tifus Penyakit yang Menyakitkan, (Online)

(http://eviandrianimosy.blogspot.com/2010/04/tifus-penyakit-yang

menyakitkan.html) Diakses 11 Juni 2015

Anonim. 2013. Khasiat dan Kandungan Kemiri, (Online).

https://minyak kemiri asli.wordpress.com./ khasiat-dan-kandungan - kemiri .

Diakses 5 Juni 2015.

Anonim. 2014. Makalah Farmakognosi “Tanin”. Bandung : Sekolah Tinggi Farmasi.

Azidiwi, Irwan dkk. 2007. UJI AKTIVITAS EKSTRAK SAPONON FRAKSI n-BUTANOL DARI

KULIT BATANG KEMIRI (Aleurites moluccana WILLD) PADA LARVA NYAMUK

Aedes aegypti. Kalimantan selatan : Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Lambung mangkurat.

Besung, I Nengah Kerta. 2011. PENGARUH EKSTRAK PEGAGAN (Centella Asiatica)

DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FAGOSIT MAKROFAG

PERITONEUM MENCIT TERHADAP Salmonella typhi. Universitas Udayana.

Krinawati, H. Kallio, M. dan Kanninen, M. 2011. Aleurites moluccana (L) Willd :

echology, silviculture dan produktivitas. CIFOR, Bogor, Indonesia

Page 23: Metodelogi Penelitian Mikro

Rostinawati, Tina. 2009. AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUNGGA

ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa L.) TERHADAP Escherichia coli, Salmonella

typhi dan Staphylococcus aureus DENGAN METODE DIFUSI AGAR.

Jatinegoro : Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran.

Sarmoko. 2014. KEMIRI (Aleurites moluccana), (Online). ccrc.farmasi.ugm.ac.id.

Diakses 5 Juni 2015