KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “ Model Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Langsung “ , yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Penulis sadar bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan baik itu dari segi isi maupun penyusunannya. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini untuk menambah pengetahuan penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkannya. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih atas perhatiaannya. Medan, Oktober 2012 Penulis 1
43
Embed
Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menolong
hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang “ Model Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Langsung “ ,
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Penulis sadar bahwa makalah ini
masih memiliki kekurangan baik itu dari segi isi maupun penyusunannya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
tugas ini untuk menambah pengetahuan penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membutuhkannya. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih atas perhatiaannya.
Medan, Oktober 2012
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang
melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan
adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan
ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan
berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam
bentuk kurikulum.
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum
dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia
pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan riil
di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas
siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang
menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas,
sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung
pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep
bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang
selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan
metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang
disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana
pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran
menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan
dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa
dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya
dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal melalui model pembelajaran kooperatif.
2
1.2 Batasan Masalah
Pengertian,jenis,langkah penerapan didalam kelas serta kelebihan dan
kekurangan dari jenis-jenis model pembelajaran kooperatif.
Pengertian pembelajaran langsung, kelebihan dan kekurangan pembelajaran
lansung dan langkah penerapan di dalam kelas.
1.3 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif, kelebihan dan
kekurangan dari jenis-jenis model pembelajaran kooperaktif dan bagaimana
langkah penerapannya di dalam kelas ?
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran langsung, kelebihan dan
kekurangan pembelajaran langsung dan bagaimana langkah penerapannya di
dalam kelas ?
1.4 Tujuan Penulisan Karya Ilmiah
1.4.1 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas kelompok membuat makalah yang berjudul model pembelajaran
kooperatif dan model pembelajaran langsung.
1.4.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.1 Pengertian model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memaham imateri pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran
2.1.2 Pengertian model pembelajaran menurut beberapa para ahli
Menurut Kauchak dan Eggen (1993), belajar kooperatif merupakan suatu kumpulan
strategi mengajar yang digunakan untuk membantu siswa satu dengan siswa yang lain dalam
mempelajari sesuatu. Slavin (2000) dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerjasama dalam
kelompok kecil, mereka saling membantu untuk mempelajari suatu materi. Hal yang serupa
diungkapkan oleh Thompson dan Smith (Ratumanan, 2000), yaitu dalam pembelajaran
kooperatif, siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi
akademik dan keterampilan antar pribadi. Anggota-anggota kelompok bertanggung jawab
atas ketuntasan tugas-tugas kelompok dan untuk mempelajari materi itu sendiri.
Dalam pembelajaran kooperatif kelas disusun atas kelompok-kelompok kecil. Setiap
kelompok biasanya terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan berbeda-beda, yaitu tinggi,
sedang, dan rendah. Jika kondisi memungkinkan , dalam pembentukan kelompok hendaknya
diperhatikan juga perbedaan suku, budaya, dan jenis kelamin. Siswa tetap berada dalam
kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Aktivitas siswa antara lain mengikuti
penjelasan guru secara aktif, bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok,
memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong kelompok untuk
berpartisipasi secara aktif, berdiskusi, dan sebagainya. Agar pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompoknya
4
untuk mencapai ketuntasan belajar. Dalam pembelajaran kooperatif penghargaan diberikan
kepada kelompok.
Pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam setting kelas, siswa lebih banyak belajar dari
satu teman ke teman yang lain diantara sesama siswa daripada belajar dari guru. Penelitian
juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif
terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. Manfaat pembelajaran kooperatif untuk siswa
dengan hasil belajar rendah menurut Lundgren (1994) antara lain: (a) dapat meningkatkan
motivasi, (b) meningkatkan hasil belajar, (c) meningkatan retensi atau penyimpanan materi
pelajaran yang lebih lama.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model belajar
berkelompok dan bekerjasama dimana guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil
dengan tingkat kemampuan dan latar belakang yang berbeda untuk mencapai ketuntasan
materi.
2.1.3 Jenis Pembelajaran Kooperatif Dan Penerapannya Di dalam Kelas
Dalam pembelajaran kooperatif dikenal adanya beberapa tipe antara lain:
a. Tipe Student Team Achievement Division (STAD)
STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,
sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan pendekatan
pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2000), dalam STAD siswa ditempatkan dalam
kelompok belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat
kinerja, jenis kelamin, dan suku.
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase-1
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (atau indikator hasil belajar), guru
memotivasi siswa, guru mengkaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu
Fase-2
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat
bacaan.
5
Fase-3
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar, guru
mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok–kelompok belajar (setiap kelompok
beranggotakan 4-5 orang dan harus heterogen terutama jenis kelamin dan kemampuan
siswa).
Fase-4
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas
Fase-5
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta
siswa mempresentasikan hasil kerjanya, kemudian dilanjutkan dengan diskusi
Fase-6
Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi untuk menghargai
upaya dan hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok.
Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam kelompok mereka
untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran
tersebut. Akhirnya kepada seluruh siswa diberikan tes tentang materi itu. Pada waktu tes ini
mereka tidak dapat saling membantu. Poin setiap anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan
untuk mendapat skor kelompok. Tim yang mencapai kriteria tertentu diberikan sertifikat atau
ganjaran lain.
b. Tipe Teams Games Tournaments (TGT)
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu pembelajaran dimana setelah
kehadiran guru, siswa pindah kekelompoknya masing-masing untuk saling membantu
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari materi yang diberikan. Sebagai ganti dari tes tertulis,
setiap siswa akan bertemu seminggu sekali pada meja turnamen dengan dua rekan dari
kelompok lain. Tiga siswa dalam setiap turnamen akan saling bersaing. Mereka menjawab
satu pertanyaan yang sama, yang telah dibahas bersama-sama dalam kelompoknya. Dengan
cara ini setiap siswa berkesempatan menyumbangkan skor sebanyak-banyaknya untuk
kelompoknya.
6
Tahap-tahap (skenario) yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif
tipe TGT adalah sebagai berikut :
I. Pembentukan kelompok.
Kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-5 siswa. Perlu diperhatikan
bahwa setiap kelompok mempunyai sifat heterogen dalam hal jenis kelamin dan
kemamppuan akdemik. Masing-masing kelompok diberi kode, misalnya I, II, III, IV, dan
seterusnya. Sebelum materi pelajaran diberikan kepada siswa dijelaskan bahwa mereka akan
bekerjasama dalam kelompok selama beberapa minggu dan memainkan permainan akademik
untuk menambah poin bagi nilai kelompok mereka, dan bahwa kelompok yang nilainya
tinggi akan mendapat penghargaan.
II. Pemberian materi.
Materi pelajaran mula-mula diberikan melalui presentasi kelas, berupa pengajaran
langsung atau diskusi bahan pelajaran yang dilakukan guru, menggunakan audiovisual.
Materi pengajaran dalam TGT dirancang khusus untuk menunjang pelaksanaan turnamen.
Materi ini dapat dibuat sendiri dengan jalan mempersiapkan lembaran kerja siswa.
III. Belajar kelompok
Kepada masing-masing kelompok diberikan untuk mengerjakan LKS yang telah
disediakan. Fungsi utama kelompok ini adalah memastikan semua anggota kelompok belajar,
dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan soal-soal latihan
yang akan dievaluasi melalui turnamen. Setelah guru memberikan materi I, kelompok
bertemu untuk mempelajari lembar kerja dan materi lainnya. Dalam belajar kelompok, siswa
diminta mendiskusikan masalah secara bersama-sama, membandingkan jawabannya, dan
mengoreksi miskonsepsi jika teman satu kelompok membuat kesalahan.
IV. Turnamen.
Turnamen dapat dilaksanakan tiap bulan atau tiap akhir pokok bahasan. Untuk
melaksanakan turnamen, langkahnya adalah sebagai berikut: (1) membentuk meja turnamen,
disesuaikan dengan banyaknya siswa pada setiap kelompok, (2) menentukan rangking
(berdasarkan kemampuan) setiap siswa pada masing-masing kelompok, (3) menempatkan
siswa dengan rangking yang sama pada meja yang sama. (4) masing-masing siswa pada meja
turnamen bertanding untuk mendapatkan skor sebanyak-banyaknya. (5) skor siswa daari
maasing-masing kelompok dikumpulkan, dan ditentukan kelompok yang mempunyai jumlah
kumulatif tertinggi sebagai pemenang pertandingan.
7
V. Skor individu.
Skor individu adalah skor yang diperoleh masing-masing anggota dalam tes akhir.
VI. Skor kelompok
Skor kelompok diperoleh dari rata-rata nilai perkembangan anggota kelompok. Nilai
perkembangan adalah nilai yang diperoleh oleh masing-masing siswa dengan
membandingkan skor pada tes awal dengan skor pada tes akhir. Perhitungan nilai
perkembangan sama dengan pada tipe STAD.
VII. Penghargaan
Segera setelah turnamen, hitunglah nilai kelompok dan siapkan sertifikat kelompok
untuk menghargai kelompok bernilai tinggi. Keberhasilan nilai kelompok dibagi dalam 3
tingkat penghaargaan, sama seperti pada tipe STAD.
c. Jigsaw
Kooperatif tipe Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Kooperatif tipe
jigsaw ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya. Dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan
yang lain dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan. Dalam penggunaan kooperatif tipe Jigsaw ini, dibentuk kelompok-kelompok
heterogen beranggotakan 4 sampai 6 siswa. Materi pelajaran disajikan kepada siswa dalam
bentuk tes dan setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan
mampu mengajarkan bagian materi tersebut kepada anggota kelompok lainnya (Arends,
2001). Anggota pada kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi
(antar ahli), saling membantu satu dengan lainnya untuk mempelajari topik yang diberikan
(ditugaskan) kepada mereka. Kemudiaan siswa tersebut kembali kepada kelompok masing-
masing (kelompok asal) untuk menjelaskan kepada teman-teman satu kelompok tentang apa
yang telah dipelajarinya. Dengan demikian penggunaan tipe Jigsaw terdapat dua jenis
kelompok, yakni kelompok asal dan kelompok ahli.
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
- Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (disebut dengan kelompok asal, setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang heterogen). Setiap anggota
8
kelompok nantinya diberi tugas untuk memilih dan mempelajari materi yang telah
disiapkan oleh guru (misal ada 5 materi/topik).
- Di kelompok asal, setelah masing-masing siswa menentukan pilihannya , mereka langsung
membentuk kelompok ahli berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya adalah sebagai
berikut:
- Setelah setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang materinya masing-masing, setiap anggota dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan/menularkan apa-apa yang telah mereka pelajari/diskusikan di kelompok ahli. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:
9
- Misal 1 kelas: 40 anak
- Ada 5 topik yang akan dipelajari
- Kelompok asal ( 40:5 = 8 kel.)
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Materi A Materi B Materi C Materi D Materi E
KELOMPOK ASAL
- Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi agar
pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok ahli maupun penularan dalam kelompok
asal berjalan secara efektif dan optimal.
- Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai menyampaikan apa yang
dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli, guru memberikan soal/kuis pada seluruh siswa.
Soal harus dikerjakan secara individual.
- Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar pemberian nilai
penghargaan untuk masing-masing kelompok.
Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri
juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling membantu) terhadap teman
sekelompoknya. Pada akhir pembelajaran diberikan tes kepada siswa secara individual.
Materi yang diteskan meliputi materi yang telah dibahas. Kunci pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota kelompok yang memberikan
informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tes dengan baik.
d. Inside-Outside-Circle
Pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David (dalam Lie, 2000:31-34)
menerapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong. Kelima unsur tersebut adalah
saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar
anggota, dan evaluasi proses kelompok. IOC adalah model pembelajaran dengan sistim
lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi
informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan sesingkat dan
teratur.
10
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Materi A
Materi B
Materi C
Materi D
Materi E
Sintaks pembelajaran ini adalah:
1. Separuh dari sejumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar,
2. separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam,
3. siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan,
4. siswa yang berada di lingkran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman
(baru) di depannya, dan seterusnya.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1.Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 orang.
3.Tiap-tiap kelompok mendapat tugas mencari informasi berdasarkan pembagian tugas dari
guru.
4.Setiap kelompok belajar mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas yang diberikan.
5.Setelah selesai, maka seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak berdasarkan
kelompok).
6.Separuh kelas lalu berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
7.Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke
dalam.
8.Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
9.Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di
lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
10.Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian
seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi.
Kelebihan :
Siswa mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi, sehingga dapat dengan
mudah dimasukkan kedalam pelajaran.
11
Kelemahan :
Membutuhkan ruang kelas yang besar
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau.
e. Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dikembangkan oleh
Spencer Kagan. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia peserta didik. Metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling
bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling
mendorong untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan
baik.
Lie (dalam Yusritawati, 2009:14) menyatakan, “Struktur Two Stay Two Stray yaitu
memberi kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain”.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
Two Stray seperti yang diungkapkan, antara lain:
1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari
empat siswa.Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen seperti pada
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan
kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling
mendukung.
2. Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-
sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.
3. Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang.Hal ini bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses
berpikir.
4. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya
untuk bertamu ke kelompok lain.
Struktur Two Stay Two Stray yang dimaksud tampak seperti pada gambar berikut ini