-
METODE KOMUNIKASI DAKWAH DALAM MEWUJUDKAN
MASYARAKAT ISLAM DI DESA TINGKARA KECAMATAN
MALANGKE KABUPATEN LUWU UTARA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana
Pada Program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam
Fakultas Agama Islam
OLEH :
SITI KHOTIMAH
NIM: 105270015015
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/2020 M
-
ii
METODE KOMUNIKASI DAKWAH DALAM MEWUJUDKAN
MASYARAKAT ISLAM DI DESA TINGKARA KECAMATAN
MALANGKE KABUPATEN LUWU UTARA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana
Pada Program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam
Fakultas Agama Islam
OLEH :
SITI KHOTIMAH
NIM: 105270015015
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/2020 M
-
vi
ABSTRAK
Siti Khotimah. NIM 105270015015, 2019. Metode Komunikasi Dakwah
dalam Mewujudkan Masyarakat Islam di Desa Tingkara Kecamatan
Malangke Kabupaten Luwu Utara. Dibimbing oleh Abbas Baco Miro dan
Meisil B. Wulur.
Penelitian ini bertujuan 1) mengetahui sejauh mana implementasi
masyarakat Islam di Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu
Utara, 2) mengetahui metode-metode yang digunakan dalam komunikasi
dakwah dalam mewujudkan masyarakat Islam, 3) mengetahui peran
komunikasi dakwah dalam mewujudkan masyarakat Islam.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah
penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkap sebuah fakta empiris
secara objektif ilmiah dengan berlandaskan pada logika keilmuan,
prosedur, dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat
sesuai dengan disiplin ilmu yang diketahui.
Adapun hasil penelitian ini sebagai berikut: 1) Tingkat
pemahaman nilai-nilai ajaran Islam masyarakat Desa Tingkara
Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara masih kurang. 2) Metode
dakwah yang tepat untuk diterapkan pada masyarakat Desa Tingkara
Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara dalam berbagai kegiatan
keagamaan dan aktivitas sosial kemasyarakatan adalah metode ceramah
(Mau’idzah al-Hasanah), metode tanya jawab (Mujadalah Allati Hiya
Ahsan), dan pemberian teladan yang baik (Hikmah). 3) Dakwah
menekankan kepada perubahan sikap dan perilaku melalui
kegiatan-kegiatan nyata yang secara interaktif mendekatkan
masyarakat pada kebutuhannya baik secara langsung atau tidak
langsung dapat mempengaruhi peningkatan keberagamaan.
Implementasi dari penelitian ini adalah pesan bagi dai dan tokoh
agama diharapkan agar dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan
baik, ringkas, dan tidak terbelit-belit agar mad’u dapat menangkap
pesan yang disampaikan secara efektif. Bagi tokoh pemerintahan dan
perangkat desa juga dapat berperan aktif dalam mewujudkan
masyarakat Desa Tingkara Kecamatan Malangke kabupaten Luwu Utara
yang memiliki pribadi yang Islami.
Kata Kunci: Komunikasi dakwah, masyarakat Islam
-
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah SWT. Rabb sekalian alam,
Dialah
pemberi petunjuk yang dengannya kita berjalan, pemilik tubuh
dari darah
hingga tulang ini, maka kita persembahkan seluruh potensi pikir
dan tenaga
kita hanya untuk kembali padaNya. Atas limpahan rahmat, taufik,
dan
hidayah-Nya sehingga penulis telah menyelesaikan karya ilmiah
berupa
skripsi yang berjudul “Metode Komunikasi Dakwah dalam
Mewujudkan
Masyarakat Islam di Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten
Luwu
Utara”.
Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Syekh Dr. Mohammad Mohammad Al-Thayyib Khoory, selaku
pembina Yayasan Muslim Asia (AMCF) yang telah memberikan
beasiswa kepada penulis sehingga proses penyelesaian studi
berjalan dengan lancar.
3. Drs H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama
Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc. MA. selaku Pembimbing pertama yang
telah
banyak meluangkan waktu serta pikirannya dalam mengarahkan
dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I selaku Pembimbing Kedua
yang
telah banyak meluangkan waktu serta pikirannya dalam
mengarahkan
dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar.
-
viii
7. Seluruh Staf Universitas Muhammadiyah Makassar atas didikan
ilmu
yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan program
perkuliahan Strata Satu (S1).
8. Tokoh masyarakat desa Tingkara, Kecamatan Malangke,
Kabupaten
Luwu Utara yang telah bersedia memberikan data-datanya demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini.
9. Kepada Bapak, Ibu dan saudaraku tercinta yang selalu
memberikan
dukungan materi maupun non materi dan menyayangiku setulus
hati
sejak lahir.
10. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Komunikasi dan
Penyiaran
Islam Fakultas Agama Islam Unifersitas Muhammadiyah
Makassar.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
mencapai
kesempurnaan dalam arti sebenarnya dan masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan baik isi dan tata bahasanya, namun
penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan para
pembaca pada umumnya
Makassar, 25 Oktober 2020
Penulis
Siti Khotimah NIM:105270015015
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
...................................................................................
i
PERSETUJUAN JUDUL
............................................................................
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
............................................................................
iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH
..............................................................
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
............................................. v
ABSTRAK
..................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR
..................................................................................
vii
DAFTAR ISI
...............................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN
..............................................................................
1
A. Latar Belakang
..............................................................................
1
B. Rumusan Masalah
........................................................................
6
C. Tujuan Penelitian
..........................................................................
6
D. Manfaat Penelitian
........................................................................
7
E. Definisi Operasional
......................................................................
7
F. Kerangka Berpikir
..........................................................................
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
....................................................................
12
A. Komunikasi Dakwah
......................................................................
12
B. Masyarakat Islam
..........................................................................
26
C. Kajian Teoritis
...............................................................................
34
BAB III METODE
PENELITIAN...................................................................
53
-
x
A. Jenis Penelitian
..............................................................................
53
B. Lokasi Penelitian
............................................................................
54
C. Jenis dan Sumber Data
..................................................................
54
D. Instrumen Penelitian
......................................................................
54
E. Teknik Pengumpulan Data
.............................................................
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
.................................... 58
A. Profil Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu
Utara
.......................................................................................................
58
B. Implementasi Masyarakat Islam di Desa Tingkara Kecamatan
Malangke Kabupaten Luwu Utara
................................................. 63
C. Matode Komunikasi Dakwah dalam Mewujudkan Masyarakat
Islam
di Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara ....
66
D. Peran Komunikasi Dakwah dalam Masyarakat Islam di Desa
Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara
................ 71
BAB V PENUTUP
......................................................................................
76
A. Kesimpulan
...................................................................................
76
B. Saran
............................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................
80
LAMPIRAN
................................................................................................
83
RIWAYAT HIDUP
.......................................................................................
89
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap suatu yang
bersifat
adikodrati (supernatural) yang menyertai manusia dalam ruang
lingkup
kehidupan yang luas dan berkaitan dengan usaha-usaha manusia
untuk
mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan
keberadaan
alam semesta. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang
paling
sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri. Agama memiliki
nilai-nilai bagi
kehidupan manusia sebagai individu maupun hubungannya dalam
kehidupan
bermasyarakat sehingga agama juga memberi dampak bagi
kehidupan
sehari-hari.1
Agama sudah menjadi potensi fitrah yang dibawa sejak lahir.
Pengaruh
lingkungan terhadap seseorang adalah memberi bimbingan atas
potensi
yang dimilikinya itu. Jika potensi fitrah itu dapat dikembangkan
sejalan
dengan pengaruh lingkungan, maka akan terjadi keselarasan. Akan
tetapi
apabila potensi itu dikembangkan dalam kondisi yang
dipertentangkan oleh
1Akmal Hawi, Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, cet. I, 2014), hlm.34.
-
2
kondisi lingkungan, maka akan terjadi ketidak seimbangan dalam
diri
seseorang.
Islam adalah agama terbaik dan mendapatkan tempat di sisi Allah
SWT.
sebagaimana firman-Nya:
.....Terjemahnya:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah
Islam”.(QS. Ali Imran (3):19).2
Agama Islam berisi ajaran dan tuntunan yang menyangkut
seluruh
aspek kehidupan manusia, baik sebagai hamba Allah, individu,
anggota
masyarakat maupun sebagai makhluk sosial yang mendunia. Islam
memiliki
keteraturan hidup, keteraturan hukum, dan keteraturan ajaran
kemasyarakatan yang religius. Islam memiliki Tuhan yang satu,
yaitu Allah
SWT. dan doktrin agama yang satu, yaitu Al-Qur’an. Islam niscaya
tidak akan
berkembang apabila pengikut-pengikutnya tidak proaktif dalam
usaha
pengembangan penyiaran Islam dan merealisasikan ajarannya
ditengah-
tengah kehidupan manusia secara kontinyu, berkesinambungan,
penuh
dengan pengorbanan dan perjuangan.
2Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF,
ditashih pada 05 Rabiul Akhir1433 H/27 Februari 2012 M), hlm.
52.
-
3
Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim
sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah QS. An-Nahl (16):125:
Terjemahnya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah3
danpengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan
carayang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahuisiapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapayang mendapat petunjuk.”4
Penggunaan kata ا د ع yang merupakan fi’il amr (kata perintah)
dari دع
یدع – pada awal ayat di atas dapat menjadi dasar hukum bahwa
dakwah
merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Hal ini diperkuat oleh
firman Allah
dalam QS. Ali Imran (3):104 yang berisi perintah untuk menyeru
kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar.
3Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan yang hak
dan yang batil. Lihat Al-Qur’an dan Terjemahnya penerbit Departemen
Agama (wakaf AMCF), hlm. 281.
4Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF), hlm.
281.
-
4
Terjemahnya:
“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang
menyerukepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan
mencegah dariyang mungkar.5 Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.”6
Pelaksanaan dakwah tidak selamanya berjalan sesuai dengan apa
yang
diharapkan. Di era milenium ini dimana pertumbuhan masyarakat
sudah
semakin komplek, tidak jarang dalam pelaksanaan dakwah di
masyarakat
timbul masalah yang komplek pula, seperti tingkat pengetahuan
keagamaan
masyarakat yang rendah sedangkan tingkat pendidikan formal yang
semakin
tinggi dan merata mengantarkan masyarakat kepada kepercayaan
yang kuat
akan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, tradisi yang diyakini oleh masyarakat
tidak sesuai
dengan tuntunan syari’at Islam, dan materi dakwah yang tidak
sesuai dengan
apa yang dibutuhkan masyarakat; sehingga menghambat proses
dakwah
yang mengakibatkan lambatnya perkembangan penyampaian materi
keagamaan kepada masyarakat.
Agar dakwah sampai pada sasaran, maka unsur-unsur dakwah
seperti
dai, mad’u, media dakwah, materi dakwah, dan metode dakwah
harus
dipenuhi dan tidak boleh diabaikan karena ketiadaan salah satu
unsur
dakwah akan berakibat pada pencapaian target dakwah yang tidak
maksimal.
5Ma’ruf ialah segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada
Allah, sedangkan mungkar ialahsegala perbuatan yang menjauhkan diri
dari Allah. Lihat Al-Qur’an dan Terjemahnya penerbitDepartemen
Agama (wakaf AMCF), hlm. 63.
6Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF), hlm.
63.
-
5
Hal ini sebagaimana terjadi di desa Tingkara Kecamatan
Malangke
Kabupaten Luwu Utara. Kendala dakwah yang dihadapi di desa
Tingkara
Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara antara lain, yaitu
rendahnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya menjalankan syariat
agama,
kegiatan keagamaan yang minim, dan kebudayaan masyarakat
yang
mendarah daging sehingga sulit menerima ajaran Islam yang
notabene
berseberangan dengan kebudayaan masyarakat.
Menyadari akan pentingnya penerapan metode komunikasi yang
tepat
dalam berdakwah kepada masyarakat di desa Tingkara Kecamatan
Malangke Kabupaten Luwu Utara, maka penulis mengadakan
penelitian
mengenai metode komunikasi dakwah yang tepat untuk
selanjutnya
diterapkan di desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu
Utara
dengan mengambil judul: “METODE KOMUNIKASI DAKWAH DALAM
MEWUJUDKAN MASYARAKAT ISLAM (Studi Kasus di Desa Tingkara
Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara)”.
Penulis berharap melalui penelitian ini nantinya akan
memberikan
kontribusi dalam menemukan alternatif metode komunikasi dakwah
yang
tepat untuk selanjutnya diterapkan dan dikembangkan di
masyarakat Desa
Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara.
-
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis
dapat
mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana metode komunikasi dakwah dalam mewujudkan
masyarakat
Islam di Desa Tingkara Kabupaten Luwu Utara?
2. Bagaimana peran komunikasi dakwah dalam mewujudkan
masyarakat
Islam di Desa Tingkara Kabupaten Luwu Utara?
3. Bagaimana implementasi masyarakat Islam di Desa Tingkara
Kabupaten Luwu Utara?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini berdasarkan
rumusan
masalah di atas, yaitu:
1. Mengetahui sejauh mana implementasi masyarakat Islam di
Desa
Tingkara Kabupaten Luwu Utara.
2. Mengetahui peran komunikasi dakwah dalam mewujudkan
masyarakat
Islam di Desa Tingkara Kabupaten Luwu Utara.
3. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam komunikasi
dakwah
dalam mewujudkan masyarakat Islam di Desa Tingkara Kabupaten
Luwu Utara.
-
7
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh kejelasan dan pengetahuan yang mendalam tentang
metode
komunikasi dakwah dalam upaya mewujudkan masyarakat yang
Islam.
Kemudian dari segi kegunaannya penelitian ini dapat dilihat
dalam dua
segi, yaitu: pertama, secara akademik penelitian ini diharapkan
dapat
memberikan sumbangan ilmiah yang berharga bagi pengembangan
ilmu
metode komunikasi dakwah. Sedangkan yang kedua, secara praktis
bahwa
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan
sumbangan
pemikiran dalam kegiatan menyampaikan materi agama dengan benar
dan
tepat sasaran sebagai upaya menyebarkan dakwah Islamah sebagai
sebuah
usaha untuk mewujudkan masyarakat yang Islam.
E. Definisi Operasional
Untuk memberikan pemahaman terhadap “Metode Komunikasi
Dakwah
dalam Mewujudkan Masyarakat Islam di Desa Tingkara Kecamatan
Malangke Kabupaten Luwu Utara”, secara operasional dipandang
perlu
memberikan pengertian judul proposal ini untuk menggambarkan
maksud
dan tujuan dari judul tersebut sebagai berikut.
-
8
Metode komunikasi dakwah dapat diartikan sebagai jalan atau
cara-cara
yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah dari
seorang
komunikator (dai) kepada seorang komunikan (mad’u).
Masyarakat Islam adalah kelompok manusia yang mempunyai
kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan yang diikat oleh
kesamaan agama
yakni agama Islam.7 Dalam kajian sosiologi, masyarakat Islam
dibedakan dari
segi identitas keagamaan masyarakat serta tradisi agama Islam
yang hidup
dan berkembang dalam masyarakat.8
Dari pemaparan pengertian judul diatas, maka lingkup
pembahasan
proposal ini perlu dibatasi agar tidak terjadi kesalahan atau
kekeliruan dalam
menafsirkan tujuan yang dimaksud oleh peneliti. Penelitian ini
akan
mengungkapkan dan mendeskripsikan metode komunikasi dakwah
yang
digunakan oleh para pelaku dakwah di Desa Tingkara sebagai
langkah atau
upaya dalam mewujudkan masyarakat yang Islam. Hal ini perlu
diwujudkan
dengan pemahaman bahwa dengan metode komunikasi dakwah
sebagai
pendekatan utama akan terwujud kehidupan masyarakat yang
Islam.
F. Kerangka Berpikir
Islam adalah agama dakwah yang berarti Islam bukan hanya
berkewajiban melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari,
7Arifuddin Tike dan Tajuddin Hajma, Dasar-Dasar Pengembangan
masyarakat Islam, (Makassar:Alauddin Press), hlm. 9.
8Agus Efendi, Islam Konseptual dan Kontekstual, (Bandung: Itqam,
1993), hlm 143.
-
9
melainkan juga harus menyampaikan atau mendakwahkan kebenaran
ajaran
Islam kepada orang lain.
Komunikasi dakwah dalam aplikasinya di tengah kehidupan
masyarakat untuk menyampaikan pesan-pesan ajaran agama
senantiasa
menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber hukum dan
kebenaran
utama. Agar dakwah dapat berjalan sukses maka harus dilakukan
dengan
cara-cara atau metode yang tepat. Sebagai sumber hukum dan
kebenaran
utama, al-Qur’an menawarkan tiga metode komunikasi dakwah yang
dapat
dikembangkan oleh para pelaku dakwah. Metode dakwah yang
dimaksud,
yaitu metode hikmah, metode mau’idzah al-hasanah, dan metode
mujadalah
allati hiya ahsan.
Penyampaian pesan-pesan dakwah dengan menggunakan metode
komunikasi dakwah yang tepat akan membekas dan menghujam kuat di
hati
mad’u. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan mampu mempengaruhi
pola
pikir dan pemahaman mad’u yang selanjutnya akan membawa
pengaruh
terhadap sikap dan tingkah laku mad’u. Keberhasilan dan
kesuksesan dai
dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah akan mampu menghimpun
dan
menghasilkan energi untuk merubah kehidupan masyarakat
pluralitas dalam
tatanan kehidupan medernitas yang jauh dari aturan al-Qur’an dan
as-
Sunnah menuju tatanan kehidupan masyarakat Islam yang hidup di
bawah
naungan rambu-rambu al-Qur’an dan as-Sunnah.
-
10
Adapun tatanan kehidupan masyarakat yang Islam memiliki
beberapa
karakteristik secara umum, yaitu beriman kepada AllahSWT., amar
ma’ruf
dan nahi munkar. Sedangkan karakteristik khusus masyarakat
Islam, yaitu
adanya keinginan untuk hidup lebih baik, berlaku jujur dan adil
dalam
masyarakat pluralistik, marhamah dan menabur kerahmatan,
toleransi
terhadap sesama dalam perbedaan, serta memiliki budaya kritik
yang
membangun.
Bersumber dari penjabaran batasan deskriptif di atas, maka
penulis
perlu menggambarkan kerangka berpikir dalam bentuk bagan
sebagai
berikut:
-
11
Metode Komunikasi Dakwah
Hikmah Mau’idzah al-Hasanah Mujadalah Allati Hiya Ahsan
Masyarakat Islam/Masyarakat Ideal
Karakteristik Umum Karakteristik Khusus
Beriman kepada Allah SWT. Amar ma’ruf Nahi munkar
Adanya keinginan untukhidup lebih baik
Berlaku jujur dan adil dalammasyarakat pluralistik
Marhamah dan menaburkerahmatan
Adanya kesalehan pribadidan sosial
Toleransi terhadap sesamadalam perbedaan
Memiliki budaya kritikmembangun
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Dakwah
1. Definisi Komunikasi Dakwah
Komunikasi adalah pernyataan diri yang efektif; pertukaran
pesan-
pesan yang tertulis atau pesan-pesan dalam percakapan,
bahkan
pesan-pesan yang dikirim melalui imajinasi; pertukaran informasi
atau
hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metode
lain;
pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain;
pertukaran
makna antarpribadi dengan sistem simbol; dan proses
pengalihan
pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek
tertentu.1
Berkomunikasi yang baik menurut norma agama adalah
komunikasi
yang sesuai dengan kaidah agama berdasarkan nilai-nilai
al-Qur’an dan
Sunnah Nabi.2
Dakwah secara etimologis barasal dari bahasa Arab
da’a-yad’u-
da’watan, yang kemudian secara lazim disebut dengan istilah
dakwah
1Alo Liliweri, Sosiologi dan Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, cet. I, 2014),
hlm. 359.2Mafri Amir, Etika Komunikasi dalam Pandangan Islam,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, cet. II,
1999), hlm. 35.
-
13
yang memiliki arti harfiah sebagai ajakan, seruan, panggilan,
dan
undangan.3 Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab
disebut
mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah
berarti
memanggil, menyeru, atau mengajak (da’a, yad’u, da’watan).
Orang
yang berdakwah biasa disebut dengan dai dan orang yang
menerima
dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan mad’u.4
Komunikasi dakwah merupakan proses dari dua ilmu pengetahuan
yang saling berhubungan. Wahyu Ilahi mengatakan bahwa
kegiatan
dakwah adalah kegiatan komunikasi dimana dai
mengkomunikasikan
pesan dakwah kepada mad’u baik secara perorangan maupun
kelompok. Secara teknis, dakwah adalah komunikasi dai
(komunikator)
dan mad’u (komunikan). Semua ilmu yang berlaku dalam ilmu
komunikasi berlaku juga dalam dakwah.5 Tujuan dari komunikasi
adalah
kebersamaan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku dalam bidang
yang
dikehendaki komunikatornya. Adapun tujuan dari dakwah, yaitu
kebersamaan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku yang bernuansa
Islam
sehingga petunjuk dapat tersiar dan menghilangkan keragu-raguan
atas
syari’at Islam. Maka tujuan dan unsur-unsur komunikasi yang
dilibatkan
3Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaborating Tarmizi Tahe, (Jakarta:
Grafindo Khazanah Ilmu, cet. I,
2005), hlm. 54.4Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm.
406-407.5Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, cet. I, 2010), hlm. 24.
-
14
dalam proses dakwah harus Islami. Dengan kata lain, dakwah
dapat
disebut sebagai komunikasi yang berwawasan Islam.
2. Unsur-Unsur Komunikasi Dakwah
Komponen-komponen dalam komunikasi dakwah antara lain
sebagai berikut:
a. Dai
Dai ibarat seorang pemandu terhadap orang-orang yang
ingin mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Ia adalah
petunjuk
jalan yang harus mengerti dan memahami terlebih dahulu mana
jalan yang boleh dilalui dan mana jalan yang tidak boleh
dilalui
oleh seorang Muslim sebelum ia memberi petunjuk kepada orang
lain. Oleh karena itu kedudukan seorang dai ditengah
masyarakat
menempati kedudukan yang penting. Ia adalah pemuka yang
selalu diteladani oleh masyarakat di sekitarnya. Perbuatan
dan
tingkahlaku dai selalu dijadikan tolak ukur oleh masyarakatnya.
Ia
adalah seorang pemimpin di tengah masyarakat walau tak
pernah
dinobatkan resmi sebagai pemimpin. Dakwah Islam adalah
ajakan
untuk berpikir, berdebat, dan berargumen. Dai adalah pemikir
yang
-
15
bekerja sama dengan mad’u dalam memahami dan mengapresiasi
wahyu Allah.6
b. Mad’u
Salah satu unsur dakwah adalah mad’u, yakni manusia yang
merupakan individu atau bagian dari komunitas tertentu.
Mempelajari tentang unsur ini merupakan suatu keniscayaan
dalam keberhasilan suatu dakwah.
Mengenal tipologi manusia adalah salah satu faktor penentu
suksesnya tugas dakwah, dan merupakan salah satu fenomena
alam yang bisa ditangkap oleh orang bijak. Muhammad Abduh
membagi mad’u menjadi tiga golongan, yaitu:
1) Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan
dapat berfikir secara kritis, cepat menangkap persoalan.
2) Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat
berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap
pengertian-pengertian yang tinggi.
3) Golongan yang berbeda dengan golongan diatas adalah
mereka yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam
batas tertentu, tak sanggup mendalami benar.7
6jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/alhadharah/article/download/1713/1241;
diakses pada
31/12/2017 pukul 9:09 AM.7Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, hlm.
91.
-
16
c. Pesan dakwah
Dalam keadaan tertentu manusia dapat dipengaruhi kata-
kata tertentu sehingga ia mengubah tingkah lakunya atau
kata-
kata tertentu mempunyai kekuatan tertentu dalam mengubah
tingkah laku manusia. Manusia adalah makhuk yang paling
gemar
mempergunakan lambang bahkan dapat dikatakan bahwa salah
satu karakteristik dari manusia yang membedakannya dari
makhluk lain adalah dalam hal kemampuan berkembang.
d. Media dakwah
Media ialah alat atau wahana yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Media
dakwah dapat berupa lisan, tulisan, lukisan, gambar,
karikatur,
audio visual, dan akhlaq.
e. Lingkungan
Kemamapuan dalam menganalisis kondisi masyarakat untuk
menentukan metode dakwah yang akan dipakai untuk menentukan
metode dakwah yang tepat sangat menunjang keberhasilan suatu
komunikasi dakwah. Memahami sikap dan lingkungan manusia
bukanlah sesuatu yang mudah. Hal ini dikarenakan peranan
lingkungan memberikan faktor yang dominan dalam menentukan
sikap seseorang.
-
17
Sebagaimana komunikasi dalam komunikasi dakwah juga
terdapat istilah lingkungan yaitu faktor-faktor tertentu yang
dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi dakwah. Lingkungan yang
mempengaruhi tersebut meliputi lingkungan fisik, lingkungan
sosial, dan lingkungan psikologis.
f. Hambatan
Sebagaimana hambatan-hambatan dalam komunikasi,
beberapa faktor penghambat dalam komunikasi dakwah meliputi
hambatan sosio-antro-psikologis, hambatan semantis, hambatan
mekanis, hambatan ekologis.
g. Efek
Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum
dan
sesudah menerima pesan dakwah. Menurut kadarnya, efek
komunikasi terdiri dari efek kognitif, efek behavioral, dan
efek
afektif. Efek kognitif terjadi jika ada perubahan pada apa
yang
diketahui, dipahami, dan dipersepsi oleh khalayak. Efek ini
berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan, atau informasi. Efek behavioral merujuk pada
perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola
tindakan, kegiatan, atau kebiasaan tindakan berperilaku.
Efek
afektif timbul jika ada perubahan pada apa yang dirasakan,
-
18
disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang
berkaitan dengan emosi, sikap, serta nilai.
3. Tujuan Komunikasi Dakwah
Menurut pandangan M. Syafaat Habib, tujuan utama dakwah
adalah akhlaq yang mulia (akhlaq al-karimah). Tujuan ini
senada
dengan misi diutusnya Nabi Muhammad SAW., yaitu untuk
menyempurnakan akhlaq. Berdasarkan hadits “innama bu’itstu
li
utammima makarim al-akhlaq” (aku diutus untuk menyenpurnakan
akhlaq mulia).8 Dengan akhlaq mulia ini, manusia akan
menyadari
fungsinya sebagai manusia, yakni abdi atau hamba Tuhan Yang
Maha
Esa, akhirnya akan berbakti kepada-Nya, mengikuti segala
perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya, kemudian menegakkan
prinsip
“amar ma’ruf nahi munkar”.9 Tujuan tersebut akan lebih menukik
apabila
dikuatkan dengan ayat-ayat al-Qur’an. Menurut Ali Gharishah,
bahwa
ibadah pertama sebelum shalat diwajibkan adalah akhlaq atau
ajaran
moral, yaitu ajaran tentang budi pekerti mengenai baik dan
buruk. Ayat-
ayat yang dimaksud bisa dilihat dalam QS. Al-An’am (6):151-153
dan
QS. Al-Isra (17):23-39.10
8M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Widjaya,
1982), hlm. 129.9M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, hlm.
129.10Ajaran moral yang terdapat dalam QS. Al-An’am (6):151-153
adalah larangan-larangan
mempersekutukan Tuhan dengan sesuatu, membunuh anak-anak karena
takut kemiskinan, melakukan
perbuatan keji, membunuh orang kecuali dengan hak, dan
mempergunakan harta anak yatim. Sedang
-
19
M. Bahri Ghazali, dengan berdasarkan pada aspek kelangsungan
suatu kegiatan dakwah, membagi tujuan dakwah kepada tujuan
jangka
pendek dan tujuan jangka panjang. Yang pertama dimaksudkan
untuk
memberikan pemahaman tentang Islam kepada masyarakat sasaran
dakwah. Yang kedua mengadakan perubahan sikap masyarakat itu
sendiri. Dengan tujuan pertama diharapkan pemahaman
masyarakat
tentang Islam, sehingga masyarakat akan terhindar dari
perbuatan
munkar. Sedangkan dengan tujuan kedua, diharapkan
terwujudnya
perubahan sikap dan perbuatan masyarakat dari kecenderungan
berperilaku tidak terpuji menjadi masyarakat yang terbebas dari
segala
bentuk kemaksiatan. Kedua tujuan ini menurut M. Bahri
Ghazali
tergambar dalam QS. Ali Imran (3):104.11 Ayat ini dinilainya
selain
mengandung tujuan dakwah jangka pendek dan jangka panjang,
juga
menekankan sasaran dari tujuan itu yakni tercapainya
masyarakat
sejahtera, bahagia di dunia dan di akhirat. Implikasinya adalah
dakwah
komunikatif tidak hanya menarik, mempesona, dan lucu; melainkan
juga
mencerminkan esensi dakwah, yaitu terwujudnya perubahan
sikap
perintah-perintah yang dimuat adalah berbuat baik kerpada ibu
bapak, menyempurnakan timbangan,
berlaku adil, dan menepati janji. Adapun ajaran moral yang
dicakup dalam QS. Al-Isra (17):23-39
antara lain perintah bersikap sopan santun dan hormat kepada
kedua orang tua. Perintah ini diikuti
dengan larangan-larangan boros dalam menggunakan harta dan
kikir, mendekati zina, mengikuti
sesuatu yang tidak diketahui, dan berjalan di muka bumi dengan
sombong. Lihat Ali Garishah, Du’atun
la Bughatun, terj. Abu Ali, (Solo: Pustaka Mantiq, 1979), hlm.
11-18.11M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka
Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah,
(Jakarta: Pedoman Ilmu, 1997), hlm. 7.
-
20
mental yang positif bagi masyarakat. Dengan kondisi ini akan
tercipta
ketenteraman lahir dan batin dalam kehidupan masyarakat.12
Rumusan tujuan dakwah tersebut sejalan dengan tujuan
kegiatan
komunikasi yang menekankan terjadinya perubahan pada tiga
aspek
mendasar pada audien setelah mendapatkan informasi
keagamaan.
Yang pertama adalah perubahan aspek kognitif dalam artian dari
tidak
tahu menjadi tahu, dari yang kurang ilmu menjadi lebih banyak
ilmu.
Kedua adalah perubahan dari aspek sikap, yakni dari sikap acuh
dan
tidak apresiatif menjadi concern pada nilai-nilai ajaran agama
yang di
dakwahkan kepadanya. Ketiga adalah perubahan pada aspek
konasi,
yaitu dari tidak melakukan menjadi tekun mempraktekkan apa
yang
disampaikan kepadanya.13
4. Fungsi Komunikasi Dakwah
Dakwah sebagai proses komunikasi memiliki beberapa fungsi,
diantaranya, yaitu fungsi informasi, fungsi meyakinkan, fungsi
motivasi,
fungsi sosialisasi, fungsi bimbingan, fungsi kepuasan spiritual,
dan
fungsi hiburan.14
12M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar
Ilmu Komunikasi Dakwah,
hlm. 8.13Sasa Djuarsa Sandjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta:
Penerbit Universitas Terbuka, 1993),
hlm. 45.14Harjani Hefni, Komunikasi Islam, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), cet. I, hlm. 156-184.
-
21
Ketika komunikasi terjadi, maka tukar-menukar informasi tidak
bisa
dihindarkan. Informasi adalah kunci utama terjadinya perubahan
sikap
dan perilaku pada manusia. Fungsi meyakinkan terjemahnya
membuat
ide, pendapat, dan gagasan yang kita miliki bisa diterima oleh
orang lain
dengan senang hati dan tidak terpaksa. Bahkan bukan sekedar
menerima dengan sukarela, mereka yang merasa mantap dengan
penjelasan tersebut bisa menjadi pendukung ide itu. Fungsi
meyakinkan
dalam komunikasi Islam bisa dicapai diantaranya dengan metode
hiwar
(dialog) dan jidal (debat).
Lupa adalah sifat yang tidak bisa berpisah dari manusia.
Diantara
masalah yang paling banyak dilupakan dan dilalaikan oleh
manusia
adalah masalah agama. Dakwah agama adalah salah satu cara
untuk
menginformasikan kepada manusia agar selalu ingat tentang
tujuan
hidup dan bagaimana mengisi hidup sebenarnya.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan motivasi hidup
seseorang menjadi tidak stabil. Komunikasi adalah salah satu
cara
untuk menyuntikkan motivasi kepada orang lain. Metode memotivasi
diri
sendiri adalah metode yang paling ideal untuk membangkitkan
motivasi.
Diantara fungsi komunikasi adalah untuk membimbing manusia.
Tidak semua orang mampu membaca kemampuannya sendiri, dan
tidak
semua orang mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, padahal
hidup tak pernah sepi dari masalah. Disinilah manusia
memerlukan
-
22
orang lain untuk membimbingnya mencari solusi atau
mengarahkannya
ke tempat yang tepat.
Manusia terbentuk dari dua unsur yang keduanya memiliki
kebutuhan yang harus dipenuhi. Tubuh memerlukan makanan,
pakaian,
tempat tinggal, dan segala hal yang mendukung
keselamatannya.
Adapun kebutuhan roh adalah berkomunikasi dengan Allah Sang
Pencipta. Ketika roh bersambung dengan Sang Penciptanya,
hati
menjadi tenang. Diantara metode memuaskan spiritual adalah
dengan
memberikan mau’idzah dan nasihat kepada mereka.
Kata bisa membuat orang menjadi tenteram, meskipun tidak
jarang kata itu melukai. Memasukkan kebahagiaan hati ke dalam
hati
orang lain di dalam hadits disebut dengan ikhdal al-surur.15
5. Prinsip Komunikasi Dakwah
Untuk menjadikan dakwah efektif, masyarakat dakwah khususnya
para dai harus memahami prinsip-prinsip berikut :
a. Berdakwah itu harus dimulai kepada diri sendiri dan
kemudian
menjadikan keluarganya sebagai contoh masyarakat, qu
anfusakum wa ahlikum nara. (QS. 66:6)
b. Secara mental, dai harus siap menjadi pewaris para nabi,
yakni
mewarisi kejuangan yang beresiko, al ‘ulama waratsat al
anbiya’.
15Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 156-184.
-
23
Semua nabi juga harus mengalami kesulitan ketika berdakwah
kepada kaumnya meski sudah dilengkapi dengan mu’jizat.
c. Dai harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan waktu
untuk memahami pesan dakwah, oleh karena itu dakwah pun
harus memehartikan tahapan-tahapan, sebagaimana Nabi
Muhammad SAW. harus melalui tahapan periode Makkah dan
periode Madinah.
d. Dai juga harus menyelami alam pikiran masyarakat sehingga
kebenaran Islam bisa disampaikan dengan menggunakan logika
masyarakat, sebagaimana pesan rasul; Khatib an nas ‘ala
qadri
‘uqulihim.
e. Dalam menghadapi kesulitan, dai harus bersabar, jangan
bersedih
atas kekafiran masyarakat dan jangan sesak napas terhadap
tipu
daya mereka (QS. 16:127), karena sudah menjadi sunatullah
bahwa setiap pembawa kebenaran pasti akan dilawan oleh orang
kafir, bahkan setiap nabi pun harus mengalami diusir oleh
kaumnya.
f. Citra positif dakwah akan sangat melancarkan komunikasi
dakwah, sebaliknya citra buruk akan membuat semua aktivitas
dakwah kontraproduktif. Citra positif bisa dibangun dengan
kesungguhan dan konsistensi dalam waktu lama, tetapi citra
buruk
dapat terbangun seketika hanya oleh satu kesalahan fatal.
Dalam
-
24
hal ini, keberhasilan membangun komunitas Islam, meski kecil
akan sangat efektif untuk dakwah.
g. Dai harus memerhatikan tertib urutan pusat perhatian
dakwah,
yaitu prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-hal
yang bersifat universal, yakni al-khair (kebajikan), yad’una ila
al-
khair, baru kepada amr ma’ruf dan kemudian nahi munkar (QS.
3:104). Al-khair adalah kebaikan universal yang datangnya
secara
normatif dari Tuhan, seperti keadilan dan kejujuran, sedangkan
al-
ma’ruf adalah sesuatu yang secara sosial dipandang sebagai
kepantasan.16
6. Peran Komunikasi Dakwah
Karena muara semua tujuan komunikasi adalah pertukaran pesan
dan saling memengaruhi, maka membangun komunikasi yang
bertujuan
untuk menciptakan suasana yang sehat adalah bagian yang
tidak
terpisahkan dari Islam. Pengaruh pesan tersebut tidak hanya
sesaat,
tetapi kadang-kadang kekal sepanjang hidup komunikan.
Diantara
sebab manusia bisa terpengaruh oleh komunikasi adalah karena
komunikasi memiliki kekuatan menyihir atau memukau orang
lain.17
16Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, hlm. 23.17Harjani Hefni,
Komunikasi Islam, hlm. 73.
-
25
Beberapa peran komunikasi dalam dakwah, diantaranya18 yaitu
komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan
memasukkan nilai-nilai persuasif Islam, sikap mental Islam, dan
bentuk
perilaku Islam; komunikasi dapat mengajarkan keterampilan-
keterampilan pendidikan Islam; media massa dapat bertindak
sebagai
pengganda sumber-sumber daya pengetahuan; media massa dapat
mengantarkan pengalaman-pengalaman yang dialami diri sendiri
sehingga mengurangi biaya psikis dan ekonomis untuk
menciptakan
kepribadian Islami (amar ma’ruf nahi munkar); komunikasi
dapat
meningkatkan apresiasi yang merupakan perangsang untuk
bertindak
secara riil; komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan
Islam
dan tentang pengetahuan Islam dalam mengatasi perubahan;
komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk
berpartisipasi
dalam membuat keputusan di tengah kehidupan masyarakat;
komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan masyarakat pada
masyarakat yang awam ke masyarakat yang memiliki pengetahuan
dan
wawasan kepada massa; komunikasi dapat menciptakan umat
menjadi
loyal terhadap Islam; komunikasi memudahkan perencanaan dan
implementasi program dan strategi dakwah; serta komunikasi
dapat
18 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, hlm. 40.
-
26
membuat dakwah menjadi proses yang berlangsung secara
mandiri
(self perpetuating).
B. Masyarakat Islami
1. Definisi Masyarakat Islami
Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya
dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.19
Masyarakat berasal dari kata Arab, yaitu مشركة–یشارك –شرك
yang
bermakna ikut serta, berpartisipasi, atau masyarakat yang
berarti saling
bergaul.20 Masyarakat juga disebut civilized community,
komunitas yang
beradab, atau masyarakat madani.21 Burhan Bugin menyatakan
bahwa
masyarakat adalah kelompok-kelompok orang yang menempati
suatu
wilayah (territorial) tertentu yang hidup relatif lama, saling
berkomunikasi
(interaksi sosial) memiliki simbol-simbol dan aturan-aturan
tertentu serta
sistem hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat,
memiliki
sistem stratifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota
masyarakat
tersebut, serta relatif dapat menghidupi dirinya sendiri.22
19Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka,
1989), cet. II, hlm. 564.20Arifuddin Tike dan Tajuddin Hajma,
Buku Daras: Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam,
hlm. 3.21Mircea Elliade, The Encyclopedi of Religion, 1978, hlm.
305.22Arifuddin Tike dan Tajuddin Hajma, Buku Daras: Dasar-Dasar
Pengembangan Masyarakat Islam,
hlm. 4.
-
27
Islam menurut al-Jurjani dalam bukunya al-Ta’rifat diartikan
sebagai kerendahan dan ketundukan terhadap apa yang
dikabarkan
oleh Rasulullah SAW.23 Abdul Karim Zaidan dalam Ushul
al-Dakwah
memaparkan banyak sekali definisi tentang Islam. Diantara
definisi
Islam menurut beliau:
Definisi pertama, Islam adalah bersyahadat bahwa tiada ilah
selain
Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan menunaikan ibadah
haji,
sebagaimana yang terdapat dalam Hadis Jibril.24 Ketika
Rasulullah
SAW. ditanya Jibril tentang Islam, beliau menjawab:
أناالسالم أن تشھد یا دمحم أخبرني عن االسالم, فقال رسول هللا ملسو
هيلع هللا ىلص :
وأن دمحما رسول هللا, وتقیم الصالة, وتؤتي الزكاة, وتصوم اال
هللالھ ال
وتحج البیت ان استطعت الیھ سبیال.رمضان,
Artinya:
“Wahai Muhammad, kabarkan kepadaku apakah Islam itu?Rasulullah
SAW. menjawab: “Islam adalah engkaubersyahadat bahwa tiada ilah
selain Allah dan Muhammadadalah Rasulullah, engkau mendirikan
shalat, engkau
23Ali bin Muhammad bin Ali al-Zain al-Syarif al-Jurjani,
al-Ta’rifat, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
1403-1983), hm. 23.24Hadis Jibril adalah hadis yang cukup
panjang, bersumber dari Umar bin Khattab ra. Beliau
menceritakan tentang datangnya seorang sosok yang tidak dikenal
dan bertanya kepada Nabi SAW
tentang Islam, iman, ihsan, dan tanda kiamat. Hadis ini
diriwayatkan oleh Imam Muslim. (Muslim bin al-
Hajjaj Abu al-Hasan al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim,
(Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-Arabi, t.th.),
juz 1, hlm. 36, hadis no. 1.)
-
28
membayar zakat, engkau berpuasa Ramadhan, danmelaksanakan haji
jika mampu”.
Definisi ini memotret Islam dari amalan utama atau lima rukun
utama
yang tidak boleh ditinggalkan oleh orang yang memeluk agama
Islam.
Karena pilar utama Islam adalah lima rukun diatas, maka
Islam
diidentikkan dengan rukun Islam.
Definisi kedua, Islam adalah kerendahan, penyerahan diri,
dan
ketundukan kepada Allah Robbul Alamin. Ketundukan ini
disyaratkan
harus dalam bentuk pilihan bukan karena terpaksa, yaitu
ketundukan
kepada Allah di segala bidang. Definisi yang kedua ini mirip
dengan
definisi yang diberikan oleh al-Jurjani, yaitu definisi Islam
dengan
pendekatan bahasa. Ketika kata Islam dihubungkan dengan din25
yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.,maka definisi Islam adalah
ketundukan atas dasar sukarela kepada Allah Robbul ‘Alamin.
Bukti
ketundukan itu terwujud pada kepatuhan terhadap syariat Allah
yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Islam dalam arti
ketundukan dapat ditemukan dalam firman Allah:
.....
25Din sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
agama. Tetapi secara etimologi,
kata din memiliki arti yang banyak diantaranya pembalasan,
ketaatan, ketundukan. (Ibnu Mandzur,
Lisan al-‘Arab, Beirut: Dar Shadir: 1412-1999, juz 13, hlm.
168-169).
-
29
Terjemahnya:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah
hanyalahIslam”. (QS. Ali Imran (3):19).26
Definisi ini memotret Islam dari akar katanya. Definisi ini
penting
diketahui untuk mengetahui roh dari ajaran Islam yang
sebenarnya. Roh
Islam adalah ketundukan kepada Allah dan apa yang
diperintahkan
Allah.27
Masyarakat Islami adalah kelompok manusia yang mempunyai
kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan yang diikat oleh
kesamaan
agama yakni agama Islam.28 Dalam kajian sosiologi, masyarakat
Islam
dibedakan dari segi identitas keagamaan masyarakat serta
tradisi
agama Islam yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.29
2. Karakteristik Masyarakat Islam Ideal
Dakwah sebagai proses penyelamatan manusia dari berbagai
persoalan yang merugikan, merupakan kerja dan karya besar
manusia -
baik secara individual maupun sosial- yang dipersembahkan
untuk
Tuhan dan sesamanya. Dakwah merupakan kerja sadar, dalam
rangka
menegakkan keadilan, meningkatkan kesejahteraan, menyuburkan
26Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF),
hlm. 52.27Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 7-9.28Arifuddin
Tike dan Tajuddin Hajma, Dasar-Dasar Pengembangan masyarakat Islam,
hlm. 9.29Agus Efendi, Islam Konseptual dan Kontekstual, hlm
143.
-
30
persamaan, mencapai kebahagiaan berdasarkan sistem yang
disampaikan Allah SWT.30
Dakwah merupakan perwujudan tugas dan fungsi manusia
sebagai khalifah fi al-ardh yang melekat sejak awal penciptaan
manusia,
yaitu dalam rangka menumbuhkan dan mewujudkan kesalehan
individual dan kesalehan sosial, yaitu pribadi yang memiliki
kasih
sayang terhadap sesama dan mewujudkan tatanan masyarakat
marhamah yang dilandasi oleh kebenaran tauhid, persamaan
derajat,
semangat persaudaraan, kesadaran akan arti penting
kesejahteraan
bersama, dan penegakan keadilan dalam kehidupan
bermasyarakat.31
Persamaan merupakan salah satu konsep dari konsep sosial
Islam. Karenanya dalam masyarakat Islam tidak mengenal kelas.
Disini
status sosial manusia tidak ditentukan oleh kekuasaan warisan
atau
kekayaan yang diperoleh lewat usahanya sendiri melainkan
oleh
takwanya, kesalehannya, sifat-sifat pribadinya dan sumbangan
yang
diberikannya kepada orang lain dan kepada masyarakat. Dalam
kerangka Islam setiap orang memiliki kesempatan yang sama
untuk
mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya.
30Ejang AS dan Aliyuddin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan
Filosofis dan Praktis, (Bandung:
Widyapadjadjaran, 2009), hlm.
13-14.31https://media.neliti.com/media/publications/69829-ID-pengembangan-masyarakat-Islam-dalam-
sistem-dakwah-Islamiyyah.pdf, diakses pada 10/02/2018 pukul 2:04
PM.
-
31
Keadilan merupakan salah satu sendi kehidupan bermasyarakat.
Bahkan keadilan lebih utama daripada kedermawanan atau ihsan.
Oleh
karena itu, dalam pandangan dan jiwa hukum Islam semua orang
sama
dan tidak ada seorang pun yang kebal terhadap hukum demi
kepentingan orang banyak.
Masyarakat Islam ideal adalah masyarakat yang ditopang oleh
keimanan yang kokoh kepada Allah SWT. Islam adalah sebuah
sistem
yang komprehensif yang memuat banyak aspek dan metodologi
hidup
yang kemudian menjadikan kehidupan manusia lebih baik dan
bermakna. Hal ini dikarenakan bukan hanya Islam yang
menikmati
ajaran dan kandungan Islam itu melainkan juga masyarakat lain
yang
tidak se-ideologi dengan Islam.
Masyarakat Islam ideal dalam al-Qur’an merupakan sebuah
tatanan yang muncul dari suatu keharmonisan yang selalu
menjadikan
orang merasa senang dan selalu dilindungi oleh semua pihak. Dia
bagai
pohon yang mempunyai cabang yang rindang, bisa melindungi
orang
banyak dari sengatan matahari yang panas.32
Ciri umum masyarakat ideal sebagaimana telah dijelaskan
dalam
QS. Ali Imran (3):110 pada pembahasan sebelumnya, yaitu
beriman,
32Sayyid Qutub, Petunjuk Jalan, (Yogyakarta: Media Dakwah,
1995), hlm.78.
-
32
amar ma’ruf, dan nahi munkar. Adapun ciri-ciri khusus masyarakat
ideal
diantaranya sebagai berikut33:
a. Adanya kemauan untuk hidup lebih baik
Hidup yang lebih baik adalah dambaan dan fitrah setiap
orang.
Maka kemauan untuk hidup lebih baik adalah suatu keharusan.
b. Berlaku jujur dan adil dalam masyarakat pluralistik
Menegakkan hukum secara adil adalah bagian dari kejujuran
bersama masyarakat pluralistik dan hal ini merupakan
karakteristik
dari masyarakat ideal. Masyarakat yang memiliki watak jujur
dan
tulus untuk berlaku adil terhadap siapa saja harus
membebaskan
nurani dari berbagai penyakit hati.
c. Marhamah dan menabur kerahmatan
Masyarakat ideal adalah mereka yang cinta pada kebaikan,
hidup
saling kasih sayang dan menabur kerahmatan baik pada tataran
simbolik maupun dataran praktis.
d. Adanya kesalehan pribadi dan sosial
Tolak ukur masyarakat ideal adalah mereka yang memiliki
kesalehan pribadi dan sosial. Kesalehan pribadi berarti
bahwa
manusia memiliki sifat-sifat terpuji, seperti menjalankan
perintah
agama dan menjauhi larangannya dengan perilaku atau
sifat-sifat
33file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196509171990011_ACENG_KOSASIH/MASYARAKAT_
MADANI.pdf; diakses pada 10/02/2018 pukul 13:55 WITA.
-
33
yang saleh dalam dirinya. Adapun kesalehan sosial, yaitu
membagi kebaikan, kedamaian, keamanan, dan kebahagiaan
terhadap sesama sehingga masyarakat dapat merasakan
kebahagiaan hidup baik materil maupun spiritual.
e. Toleran terhadap sesama dalam perbedaan
Agar proses komunikasi dalam kehidupan Bhinneka Tunggal Ika
dapat berlangsung secara sehat maka diperlukan rasa toleran
(tasamuh), yaitu tenggang rasa dan lapang dada dalam
memahami perbedaan dan menyadari perbedaan tersebut sebagai
sesuatu yang wajar. Rasa toleran dapat meneguhkan fitrah
sosial,
memperteguh ukhuwah basyariah, mempersempit ruang gerak
permusuhan dan konflik, terwujudnya sikap saling menghormati
antar sesama, dan menyadari bahwa sesama manusia terdapat
saling ketergantungan yang tidak mungkin dipisahkan.
f. Memiliki budaya kritik membangun
Fungsi kritik adalah sebagai sosial kontrol dan sebagai
dukungan
sosial baik secara pribadi maupun kolektif. Kritik membangun
adalah salah satu perwujudan dari tugas suci amar ma’ruf
nahi
munkar dan juga sebagai kepedulian sosial dan tanggung jawab
untuk menciptakan perbaikan untuk sesama, memperkecil
penyimpangan, dan memutuskan makar (rencana jahat) yang
ingin
dilakukan oleh manusia untuk manusia.
-
34
C. Kajian Teoritis
1. Komunikasi Dakwah Perspektif Al-Qur’an dan As-Sunnah
Dakwah Islamiah pada prinsipnya adalah proses penyampaian
(mengkomunikasikan) ajaran Islam kepada semua pihak sehingga
terwujud suatu tatanan masyarakat yang Islami.
Dari perspektif al-Qur’an, dakwah merupakan sebagian dari
jihad
fisabilillah, karena kata jihad diambil dari kata (Arab)
al-jahdu yang
berarti kekuatan (thaqah) dan kemampuan (al-wus’u). Jadi jihad
ini
memiliki arti berusaha keras dan mencurahkan seluruh
kemampuan
serta kekuatan, baik dalam perang, berbicara, ataupun bentuk
usaha
lainnya yang dilakukan untuk menegakkan kalimat Allah SWT.
serta
memuliakan agama-Nya. Pengertian secara lughawi (harfiah) kata
jihad
mencakup makna al-qital (perang bersenjata), yang merupakan
puncak
pengerahan tenaga. Masuk pula di dalamnya berdakwah dengan
lisan
dan melakukan bantahan terhadap orang-orang kafir dengan
kata-kata
dan hujah (argumen), seperti difirmankan Allah melalui surah
al-Furqan
ayat 51-52 yang bermakna:
-
35
Terjemahnya:
“Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami utus
seorangpemberi peringatan pada setiap negeri. Maka janganlah
engkautaati orang-orng kafir, dan berjuanglah terhadap
merekadengannya (al-Qur’an) dengan semangat perjuangan
yangbesar”.34
Bahkan dalam ayat tersebut tersirat pula makna bahwa jihad
itu
tidak dikhususkan terhadap orang-orang kafir saja.
Menasihati
seseorang pun termasuk jihad juga, seperti ditegaskan oleh
Nabi
Muhammad SAW. dalam sabdanya yang berarti: “Jihad yang
paling
afdal ialah perkataan yang benar (haq) di hadapan penguasa
yang
zalim”.35
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa kebijaksanaan
dalam berdakwah selalu berprinsip pada jihad fisabilillah yang
realitanya
mencakup tiga bentuk36, yaitu: pertama, informasi yang
membawa
kabar gembira dan peringatan (tabsyir dan nadzarah) dimana
dalam
dakwah dikenal dengan bentuk dakwah qauliyah (dakwah melalui
ucapan lisan). Kedua, pendidikan dan bimbingan, termasuk
didalamnya
memberikan suri teladan dan mendakwahi diri sendiri, yang
pada
hakikatnya dikenal dengan sebutan dakwah bil hal (dakwah
dengan
34 Al-Kaffah, Mushaf Al-Qur’an Tafsir Per Kata Kode Arab,
Alfatih Berkah Cipta, hlm. 364.35Kustadi Suhandang, Strategi
Dakwah: Penerapan Strategi Komunikasi dalam Dakwah,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. I, 2014), hlm.
93.36Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah: Penerapan Strategi
Komunikasi dalam Dakwah, hlm. 94.
-
36
perbuatan). Ketiga, memerangi kaum kafir dalam arti
memberantas
akhlaq, perilaku, dan kepercayaan yang membawa kekufuran.
Perang
disini tidak harus selalu menyerbu orang-orang kafir dengan
kekuatan
senjata semata, melainkan berusaha melakukan perlawanan
terhadap
keadaan yang merugikan demi terpeliharanya eksistensi atau
sikap
hidup yang lebih baik dari seseorang.
Berpijak dari pengertian jihad diatas, dapat disimpulkan
bahwa
metode dakwah menuntut adanya tindakan bijaksana yang
menentukan
pengaturan langkah-langkah dakwah yang mengarah kepada amar
ma’ruf nahi munkar, baik dalam diri dai sendiri maupun dalam
diri
mad’unya.
Para ulama Ushul Fiqh dan ulama Ushuludda’wah menjelaskan
beberapa ketentuan dan kaidah yang mereka simpulkan dari nash
al-
Qur’an, as-Sunnah, (hadits), dan penelitiannya sebagai
berikut37:
a. Seorang mukmin tidak boleh terjerumus ke dalam satu lubang
dua
kali.
b. Mencegah kerusakan lebih baik dari pada mendatangkan
kebaikan.
c. Tidak boleh mencegah kemungkaran dengan kemungkaran yang
lebih besar daripadanya.
37Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah: Penerapan Strategi
Komunikasi dalam Dakwah,
hlm. 97-98.
-
37
Sebagai sumber yang autentik dan isinya yang mengandung
mukjizat, maka Al-Qur’an adalah kitab yang paling layak
menjadi
sumber utama yang sangat potensial memberikan kontribusi
positif
terhadap komunikasi dakwah. Konsep dan rambu-rambu
komunikasi
dakwah dalam Al-qur’an diantaranya, yaitu:
a. QS. Ali Imran (3):104
Terjemahnya:
Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yangmenyeru
kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf danmencegah dari
yang mungkar ...38
b. QS. Ali Imran (3):159
38Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF),
hlm. 63.
-
38
Terjemahnya:
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemahlembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras danberhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.Karena itu
maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untukmereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusanitu.39 Kemudian apabila
engkau telah membuatkan tekad, makabertawakallah kepada Allah.
...40
c. QS. Luqman (31):18
Terjemahnya:
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia
(karenasombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan
angkuh.Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
danmembanggakan diri.41
d. QS. Fussilat (41):34
39Urusan peperangan dan hal-hal duniawi lainnya, seperti urusan
politik, ekonomi, kemasyarakatan
dan lain-lain.40Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
(wakaf AMCF), hlm. 71.41Departemen Agama, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, (wakaf AMCF),hlm. 412.
-
39
Terjemahnya:
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah
(kejahatanitu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada
rasapermusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang
setia.42
Nabi Muhammad SAW. mengutamakan budi pekerti yang baik
dalam segala hal, termasuk dalam hal berdakwah. Di antara hadits
Nabi
SAW., yaitu:
وخالق الناس بخلق حسن.اتق هللا حیثما كنت, وأتبع السیئة الحسنة
تمحھا,
Artinya:
Bertaqwalah kepada Allah dimana saja engkau berada, danikutilah
perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscayaperbuatan baik itu
akan menghapuskanya, dan berakhlaklahdengan manusia dengan akhlak
yang baik. (HR. Tirmidzi).43
الناس بأموالكم ولكن لیسعھم منكم بسط الوجھ وحسن الخلق.انكم ال
تسعون
Artinya:
Sesungguhnya kalian tidak bisa menarik hati manusia hanyadengan
hartamu saja, maka pergaulilah mereka itu dengan wajahyang
berseri-seri serta budi pekerti yang baik. (HR. Bazzar, AbuYa’la
dan Thabrani).44
42Al-Kaffah: Mushaf Al-Qur’an Tafsir Per Kata Kode Arab, hlm.
480.43https://adjhis.wordpress.com/2013/11/12/kebaikan-menghapus-kesalahan-hadits-ke-18;
diakses
pada 02/03/2018 pukul 22:31
WITA.44m.suara-islam.com/read/al-islam/akhlak/23495/Tebarkan-kebaikan-dengan-Senyuman;
diakses
pada 03/03/2018 pukul 22:58 WITA.
-
40
2. Metode Komunikasi Dakwah
Agar dakwah dapat berjalan sukses maka harus dilakukan
dengan
cara-cara atau metode yang tepat. Di dalam al-Qur’an telah
dijelaskan
bagaimana cara seseorang mengajak orang lain kepada apa ya ng
telah
digariskan oleh Allah. Diantara ayat tersebut adalah QS.
An-Nahl
(16):125 yang berbunyi:
Terjemahnya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah45
danpengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengancara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebihmengetahui siapa
yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yamg lebihmengetahui siapa
yang mendapat petunjuk.46
Berdasarkan ayat diatas ada tiga metode dakwah yang dapat
dikembangkan, yaitu: metode hikmah, metode mau’idzah
al-hasanah,
dan metode mujadalah allati hiya ahsan. Sayyid Quthub
menyatakan
bahwa upaya membawa orang lain kepada Islam hanyalah melalui
45Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara
yang hak dan yang batil.46 Al-Kaffah, Mushaf Al-Qur’an Tafsir Per
Kata Kode Arab, hlm. 281.
-
41
metode yang telah ditetapkan oleh Allah dalam al-Qur’an.47
Ketiga
metode di atas disesuaikan dengan kemampuan intelektual
masyarakat
yang dihadapi. Namun bukan berarti masing-masing metode
tertuju
untuk masyarakat tertentu pula, akan tetapi secara prinsip
semua
metode dapat dipergunakan kepada semua masyarakat.48
a. Metode Hikmah
Pengertian hikmah menurut para pakar filsafat al-Qur’an
adalah validitas dalam perkataan dan perbuatan; mengetahui
yang
benar (haq) dan mengamalkannya; meletakkan sesuatu pada
tempatnya; menjawab segala sesuatu dengan tepat dan cepat;
memperbaiki perkataan dan perbuatan; serta takut kepada
Allah
SWT., mengamalkan ilmu, dan wara dalam hal agama.49
Syekh Abdurrahman Abdul Khaliq mengartikan kata hikmah
sebagai kebijaksanaan yang merupakan berbagai norma dan
prinsip yang agung dan sudah dijelaskan oleh Allah dalam al-
Qur’an serta sudah diterangkan oleh Rasulullah bahwa beliau
diutus oleh Allah dengan (membawa) hikmah.50
47Sayyid Quthub, Petunjuk Jalan, hlm. 78.48Muhammad Husain
al-Thabathaba’iy, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, (Beirut: Dar
al-Fikr, 1991), Juz.
XII, hlm. 372-373.49Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah:
Penerapan Strategi Komunikasi dalam Dakwah, hlm. 97.50Kustadi
Suhandang, Strategi Dakwah: Penerapan Strategi Komunikasi dalam
Dakwah, hlm. 97.
-
42
Metode hikmah berjalan pada metode yang realistis
(praktis) dalam melakukan suatu perbuatan. Maksudnya, ketika
seorang dai akan memberikan ceramahnya pada saat tertentu
haruslah selalu memperhatikan realitas yang terjadi di luar,
baik
tingkat intelektual, pemikiran, psikologis, maupun sosial.
Semua
itu menjadi acuan yang harus dipertimbangkan.51
Berangkat dari pemahaman di atas dapat disimpulkan
bahwa metode hikmah atau kebijaksanaan adalah cara-cara
membawa orang lain kepada ajaran Islam melalui ilmu dengan
berbagai pendekatan filosofis, analisis, logis, dan
sistematis
sehingga materi dakwah yang disampaikan mampu masuk ke
ruang hati para mad’u dengan tepat.
b. Metode Mau’idzah al-Hasanah
Mau’idzah secara bahasa terjemahnya adalah nasihat,
adapun secara istilah adalah nasihat yang efisien dan dakwah
yang memuaskan, sehingga pendengar merasa bahwa apa yang
disampaikan dai itu merupakan sesuatu yang dibutuhkannya,
dan
bermanfaat baginya. Sedangkan kalau digandeng dengan kata
51M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.
12-13.
-
43
hasanah, maka maksudnya adalah dakwah yang menyentuh hati
pendengar dengan lembut tanpa adanya paksaan.52
Metode mau’idzah al-hasanah menurut Sayyid Quthub
adalah da’wah yang mampu meresap ke dalam hati dengan halus
dan merasuk ke dalam perasaan dengan lemah lembut. Tidak
bersikap menghardik, memarahi, dan mengancam hal-hal yang
tidak perlu, tidak membuka aib atas kesalahan-kesalahan
mereka
yang diseru. Oleh karena itu sikap lemah lembut dalam
menyampaikan ajaran Islam kepada mereka, pada umumnya
mendatangkan petunjuk bagi hati yang sesat dan menjinakkan
hati
yang benci serta mendatangkan kebaikan.53
Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-Mau’idzah al-Hasanah
merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk
mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau
membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat
baik.54
Mau’idzah adalah jenis komunikasi yang bertujuan untuk
melunakkan hati yang mendengarnya. Lunaknya hati terefleksi
pada linangan air mata, goncangnya dada saat mendengarkan
52http://meja-miftah.blogspot.com/2010/12/metode-dakwah-islam.html;
diakses pada 02 Februari
2015.53Sayyid Quthub, Petunjuk Jalan, hlm. 78.54M. Munir, Metode
Dakwah, hlm. 16.
-
44
pesan, dan munculnya tekad untuk berubah.55 Mau’idzah al-
hasanah dapat diartikan sebagai nasehat dan pengajaran yang
bersifat menggembirakan dengan mengemukakan kebaikan Islam.
Metode mau’idzah al-hasanah terdiri dari beberapa bentuk
diantaranya, yaitu nasehat dan petuah, tabsyir wa tandzir,
serta
wasiat.
Nasehat berarti ajaran atau pelajaran baik, anjuran,
petunjuk,
peringatan.56 Nasehat dan petuah bertujuan mengingatkan
bahwa
segala perbuatan pasti ada sanksi dan akibat. Nasehat dan
petuah
harus berkesan dalam jiwa dengan keimanan dan petunjuk.
Tabsyir berasal kata busyra dan bisyarah yang terjemahnya
adalah bahagia dan gembira. Adapun kata tabsyir terjemahnya
adalah menyampaikan kabar bahagia dan gembira. Busyra (kabar
gembira) pada dasarnya merupakan pesan khusus buat orang-
orang yang sukses atau sedang menelusuri jalan-jalan
kesuksesan.57
Tandzir atau indzar secara bahasa berarti menyampaikan
pesan dengan cara mengingatkan yang bertujuan untuk
55Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 153.56Team Akar Media,
Kamus Lengkap Praktis Bahasa Indonesia, (Surabaya: Akar Media,
2003),
hlm. 306.57Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 137.
-
45
menumbuhkan rasa takut dan kehati-hatian, baik untuk diri
komunikator dan komunikan.58
Secara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa Arab yang
diambil dari kata washa-washiya-washiyatan yang berarti
pesan
penting berhubungan dengan suatu hal.59 Wasiat dalam konteks
dakwah dapat diartikan sebagai ucapan berupa arahan dari dai
kepada mad’u terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi.
Wasiat merupakan salah satu model pesan dalam komunikasi.
Seorang dai harus mampu mengatur kesan dalam menyampaikan
pesan dakwah.
c. Metode Mujadalah Allati Hiya Ahsan
Dari segi etimologi (bahasa) lafaz mujadalah terambil dari
kata “jadala” yang bermakna memintal. Apabila ditambahkan
alif
pada huruf jim yang mengikuti wazan faa ‘ala, “jaa dala”
dapat
bermakna berdebat, dan “mujadalah” perdebatan.60
Mujadalah dapat diartikan sebagai tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak
melahirkan
permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang
diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.
58Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 141.59Louis Ma’luf,
Kamus Munjid fi Lughah wa al-Alam, (Beirut: Dar al-masyiq, 1986),
hlm. 9091.60Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012), hlm. 253.
-
46
Antara satu dengan yang lainnya saling menghargai dan
menghormati pendapat keduanya berpegang pada kebenaran,
mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman
kebenaran tersebut.61
Dalam metode mujadalah dikenal dua istilah, yaitu hiwar dan
jidal. Hiwar menurut istilah berarti pembicaraan yang
berlangsung
diantara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk
menyampaikan
informasi atau meyakinkan orang lain dalam suasana tenang
dan
tidak panas. Hiwar menurut istilah umum adalah diskusi yang
berlangsung antara dua pihak atau lebih dengan tujuan untuk
meluruskan pandangan, menampilkan hujah, menetapkan
kebenaran, menghilangkan syubhat (keragu-raguan), dan
mengembalikan orang yang salah pemahamannya kepada
kebenaran.62
Adapun jidal adalah salah salah satu metode dalam
komunikasi untuk mempertahankan pendapat atau membuat
pendapat yang kita yakini kebenarannya unggul dibandingkan
pendapat yang lainnya.63 Jidal yang diperintahkan oleh Allah
adalah jidal yang bertujuan untuk mengalahkan lawan bukan
61 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, hlm. 254.62Harjani
Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 124.63Harjani Hefni, Komunikasi
Islam, hlm. 130.
-
47
karena hawa nafsu, tetapi untuk memenangkan pandangan yang
benar. Meskipun pandangan yang akan dipaparkan adalah benar,
Allah hanya membolehkan jidal dengan cara yang baik64
sebagaimana disebutkan dalam QS. An-Nahl (16):125.
3. Masyarakat dalam Pandangan Al-Qur’an
Islam memperhatikan persoalan masyarakat sebagaimana
memperhatikan persoalan individu karena persoalan masyarakat
dan
persoalan individu keduanya saling mempengaruhi. Masyarakat
tidak
lain adalah sekumpulan individu yang diikat dengan suatu ikatan.
Oleh
itu kebaikan individu sangat berpengaruh kepada kebaikan
masyarakat
bagaikan batu bata bagi bangunan. Sebuah bangunan tidak akan
baik
apabila batu batanya rapuh. Begitu juga sebaliknya, seorang itu
tidak
akan baik kecuali jika berada dalam lingkungan masyarakat
yang
kondusif bagi perkembangan pribadinya, bagi kemampuannya
beradaptasi secara benar, dan bagi perilaku yang positif.
Ayat-ayat yang menyinggung masyarakat diantaranya, yaitu:
a. QS. Ali Imran (3):110
64 Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 128.
-
48
Terjemahnya:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan
untukmanusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf,
danmencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya
ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.Di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan merekaadalah orang-orang
fasik”.65
b. QS. Al-Hujurat (49):13
Terjemahnya:
”Wai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dariseorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikankamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu salingmengenal. Sungguh
yang paling mulia diantara kamu disisi Allahialah orang yang paling
bertaqwa. Sungguh Allah Mahamengetahui, Maha Teliti”.66
65Al-Kaffah, Mushaf Al-Qur’an Tafsir Per Kata Kode Arab, hlm.
64.66Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF),
hlm. 517.
-
49
Ayat pertama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah
sebaik-baik manusia untuk manusia dengan syarat menyuruh
kepada
kebaikan, melarang kepada yang mungkar, dan beriman kepada
Allah.
Allah ingin agar kepemimpinan ini untuk kebaikan bukan untuk
keburukan dimuka bumi. Oleh sebab itu, umat ini tidak
selayaknya
mengambil petunjuk dari umat-umat lain diantara umat-umat
jahiliyyah.
Tetapi seharusnya ia selalu memberikan apa yang dimilikinya
kepada
umat-umat tersebut, dan hendaknya ia selalu memiliki apa yang
bisa
diberikan. Yaitu berupa keyakinan yang benar, konsepsi yang
benar,
sistem yang benar, akhlak yang benar, dan ilmu yang benar.67
Ayat kedua memberikan penjelasan berkenaan dengan konsep
masyarakat, yaitu berawal dari anak-anak, kemudian tumbuh besar
dan
tersebar banyak, dengan berbagai model yang berbeda-beda,
dari
kulitnya, rasnya, bentuk wajahnya, dan dengan berbagai bahasa
yang
dipakai, terpisah diantara belahan bumi dan tempat yang disukai.
Lama-
kelamaan terbentuklahlah bangsa-bangsa yang lebih besar dan
merata.
Dari bangsa tadi terpecah menjadi berbagai suku dalam ukuran
lebih
kecil dan terperinci. Dari suku terbagi pula keluarga dalam
ukuran lebih
kecil, dan keluarga pun terperinci kepada rumah tangga. Dari
yang
seperti berjauhan itu agar saling kenal mengenal dari
asal-usulnya.
67Sayyid Qutub, Tafsir Fidzilalil Qur’an, terj. Ainur Rafiq
Shaleh, (Jakarta: Robbani Press, 2001),
jilid 2, hlm. 355.
-
50
Namun pada ujung ayat bahwa kemuliaan yang sejati
adalah kemuliaan hati kemuliaan budi pekerti, kemuliaan perangai
dan
ketaatan kepada Ilahi.68
Hadits Rasulullah SAW. yang menyinggung tentang masyarakat,
diantaranya, yaitu:
فلیكرم ضیفھ.
Artinya:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat
makahendaklah ia berkata baik atau diam, dan barangsiapa
yangberiman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah
iamemuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepadaAllah
dan hari akhirat maka hendaklah ia memuliakan tamunya.”(HR. Bukhori
no. 6018 dan Muslim no. 47).69
Ini merupakan perbuatan iman, sebagaimana yang telah jelas
bahwa amal perbuatan termasuk dari iman. Memuliakan tetangga
dalam
riwayat terdapat larangan menyakiti tetangga karena menyakiti
tetangga
hukumnya haram. Sebab menyakiti tanpa alasan yang benar itu
diharamkan atas setiap orang, tetapi dalam hak tetangga
perbuatan
menyakiti itu lebih berat keharamannya. Dijelaskan oleh para
ulama
68Hamka, Tafsir Hamka, (Malaysia: Pustaka Nasional, 2007), cet.
VII, jilid 9, hlm.
6834-6835.69https://sunnisalafygarut.wordpress.com/2014/10/20/hadits-15-berkata-baik-memuliakan-tetangga-
dan-tamu; diakses pada 03/03/2018 pukul 14:41 WITA.
-
51
bahwa tetangga itu ada 3, yaitu yang pertama, tetangga Muslim
yang
memiliki hubungan kerabat, maka dia memiliki 3 hak, yaitu
hak
tetangga, hak Islam, dan hak kekerabatan. Yang kedua,
tetangga
Muslim, maka ia memiliki dua hak, yaitu hak tetangga, dan hak
Islam.
Yang ketiga, tetangga kafir, ia hanya memiliki satu hak, yaitu
hak
tetangga.70
ن كان في حاجة أخیھ كان هللا فيالمسلم ال یظلمھ وال یسلمھ,
ومالمسلم أخو
عنھ كربة من كربات یوم القیامة,ج عن مسلم كربة فرج هللاحاجتھ, ومن
فر
ومن ستر مسلما ستره هللا یوم القیامة.
Artinya:
“Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim yang lainnya, tidak
bolehmenzhaliminya, dan tidak boleh pula menyerahkan kepada
orangyang hendak menyakitinya.barangsiapa yang
memperhatikankebutuhan saudaranya, maka Allah akan
memperhatikankebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesulitan
seorangMuslim, niscaya Allah akan melapangkan
kesulitan-kesulitannyadihari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi
kesalahan seorangMuslim, niscaya Allah akan menutupi kesalahannya
kelak di harikiamat. (HR. Bukhari no. 2442, Muslim no. 2580,
Ahmadno.2646, Abu Dawud no. 4893, at-Tirmidzi no. 1426, dari
Abdullahbin Umar).71
70Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, Syarah Arbain An-Nawawi,
(Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2011),
hlm. 298,
305.71http://www.salamdakwah.com/hadits/388-sesama-muslim-bersaudara;
diakses pada 03/03/2018
pukul 17:28 WITA.
-
52
Masyarakat yang baik menurut pandangan al-Qur’an dan as-
Sunnah yaitu masyarakat yang selalu patuh terhadap perintah
Allah
SWT. dan menjauhi larangannya. Dalam dalil-dalil yang telah
disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa syarat menjadi
sebaik-baik
masyarakat adalah dengan beramar ma’ruf dan nahi munkar
serta
beriman kepada Allah Azza wa Jalla.
Masyarakat Muslim yaitu ketika seorang Muslim dari Muslim
lainnya selamat akan tangan dan mulutnya. Sebuah masyarakat
yang
baik senantiasa menjaga adab-adab dalam bertetangga, tidak
menzalimi, menyakiti, dan tidak melantarkannya. Salah satu bukti
yang
mencerminkan masyarakat Muslim adalah dengan saling tolong
menolong dengan memenuhi kebutuhannya, memerintahkan yang
ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Maslahat masyarakat
Muslim
dapat dirasakan oleh orang kafir, yaitu dalam hal tetangga.
Walaupun
berbeda dalam aqidah, tetap menghormatinya merupakan adab
yang
harus diamalkan serta dalam lingkup yang luas, mereka
mendapat
perlindungan dari kaum Muslimin selama mereka baik kepada
masyarakat Islam.
-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Secara umum, metode penelitian ada dua jenis, yaitu metode
kuantitatif
dan metode kualitatif. Pada penelitian ini penulis menggunakan
metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering
disebut metode
penelitian naturalistik, yaitu metode penelitian yang
berlandaskan pada
filsafat postpositivisme. Filsafat postpositivisme sering juga
disebut sebagai
paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas
sosial
sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh
makna, dan
hubungan gejala bersifat interaktif. Penelitian dilakukan pada
objek yang
alamiah. Objek yang alamiah adalah objek yang berkembang apa
adanya,
tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak
mempengaruhi
dinamika pada objek tersebut.1
Metode kualitatif menghasilkan data deskriptif, ucapan atau
tulisan, dan
perilaku yang dapat diamati dari objek penelitian. Metode inilah
yang
diterapkan dalam menemukan metode komunikasi dakwah di Desa
Tingkara
Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara.
1Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), cet. 21, hlm. 8.
-
54
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana sebuah situasi sosial
akan
diteliti. Penulis mengambil tempat penelitian di Desa Tingkara
Kecamatan
Malangke Kabupaten Luwu Utara.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kuantitatif
berupa angka-angka dan data kualitatif berupa informasi yang
diperoleh dari
hasil wawancara.
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer
bersumber dari objek penelitian secara langsung. Adapun data
sekunder
bersumber dari pencatatan, dokumen, laporan, dsan studi
kepustakaan.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang
ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Adapun
sampel adalah sebagian dari populasi. Dalam penelitian ini
peneliti tidak
menetapkan populasi karena penelitian ini merupakan sebuah
penelitian
kualitatif yang berangkat dari kasus tertentu pada situasi
sosial tertentu dan
hasil kajiannya tidak akan diberlakukan pada populasi, akan
tetapi
ditransferkan ke tempat lain yang memiliki kesamaan dengan
situasi sosial
yang dipelajari. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan
saat peneliti
-
55
mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung.
Penentuan
besar sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi yang
diperoleh peneliti.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam
penelitian.
Dalam penelitian ini yang akan menjadi instrumen utama adalah
peneliti
sendiri. Instrumen penelitian sederhana kemungkinan akan
dikembangkan
setelah fokus penelitian menjadi jelas. Instrumen penelitian
sederhana
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data
yang
telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan
terjun ke
lapangan sendiri untuk melakukan penelitian, pengumpulan data,
analisis,
dan membuat kesimpulan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pada
penelitian
ini penulis akan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan
metode
deskriptif analitik dengan pendekatan fenomenologi. Metode dan
teknik
penelitian ini dipilih karena masalah yang dikaji menyangkut
masalah yang
sedang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Dengan pendekatan
ini
diharapkan deskripsi atas fenomena yang tampak di lapangan
dapat
diinterpretasi makna dan isinya secara lebih mendalam.
-
56
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
tiga
tahap, yaitu:
1. Teknik observasi
Secara intensif teknik ini digunakan untuk memperoleh data
mengenai
implementasi beragama masyarakat. Observasi dilakukan untuk
mengetahui secara langsung kegiatan sosial keagamaan dan
metode
dakwah yang telah diterapkan di Desa Tingkara Kecamatan
Malangke
Kabupaten Luwu Utara.
2. Teknik wawancara
Metode wawancara diterapkan kepada para pemuka masyarakat
yang
mempuyai peran penting dalam aktivitas dakwah. Selain itu,
wawancara
juga diterapkan kepada masyarakat yang merupakan objek
dakwah
yang tidak kalah penting dengan peran para da’i dan tokoh
masyarakat
dalam kaitannya dengan dakwah.
3. Teknik dokumentasi
Pelaksanaan teknik ini ditujukan untuk memperoleh data yang
bersifat
dokumenter yang terdapat di lapangan. Dokumen merupakan
catatan
peristiwa masa lampau. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar,
karya-
karya monumental seseorang. Dokumen dalam bentuk tulisan
dapat
berupa sejarah kehidupan, peraturan, kebijakan, biografi, dan
ceritera.
Dokumen dalam bentuk gambar berupa foto, sketsa, dan
lain-lain.
-
57
Dokumen dalam bentuk karya berupa lukisan, film, dan lain-lain.
Metode
dokumen dilakukan sebagai pelengkap dari metode observasi
dan
metode wawancara.
-
58
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu
Utara
1. Gambaran Umum Desa Tingkara Kecamatan Malangke
Kabupaten Luwu Utara
Desa Tingkara adalah sebuah pedesaan yang terletak di
kecamatan Malangke kabupaten Luwu Utara propinsi Sulawesi
Selatan.
Masyarakat di desa Tingkara seluruhnya beragama Islam.
Sebagian
besar masyarakatnya masih memegang kuat kepercayaan leluhur
dengan pola budaya yang ada. Selain itu, masyarakat juga
masih
memegang teguh adat istiadat yang dimilikinya seperti gotong
royong
dan saling tolong menolong.
Jumlah penduduk di desa Tingkara sebanyak 1.457 jiwa dengan
jumlah kepala keluarga sebanyak 437 kepala keluarga. Masyarakat
di
desa Tingkara didominasi oleh masyarakat yang berasal dari
Wajo,
Bone, Soppeng, Pangkep, dan suku Jawa sekitar 30 kepala
keluarga.
Sosial pendidikan masyarakatnya heterogen. Ada yang
perguruan
tinggi, SMA/MA/sederajat, SMP/MTs/sederajat,
SD/MI/sederajat.
-
59
Terdapat dua unit masjid serta dua unit mushola sebagai
sarana
ibadah bagi umat Islam di desa Tingkara. Sedangkan untuk
memenuhi
sarana kesehatan masyarakat di desa Tingkara terdapat satu
unit
poskesdes. Sarana pendidikan yang ada di desa Tigkara, yaitu SDN
245
Tolada dan pondok pesantren Muhammadiyah yang terdiri dari
jenjang
pendidikan MI, MTs, dan MA Muhammadiyah Tolada, serta TK
Khadijah. Sarana pendidikan yang ada diharapkan mampu
menunjang
dan mengembangkan pembangunan mental para peserta didik di
desa
Tingkara.1
2. Sejarah Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten
Luwu Utara
Desa Tingkara pertama kali dibuka oleh sekelompok masyarakat
yang bermigrasi dari Siwa kabupaten Wajo pada tahun 1983.
Pada
masa awal pembukaan desa, desa Tingkara masih menjadi bagian
dari
rukun tetangga desa Tolada. Namun seiring berjalannya waktu,
rukun
tetangga ini mengalami berbagai kemajuan. Dengan berbagai
kemajuan
yang ada maka dibentuklah sebuah kampung yang bernama
kampung
Siwa.
1 Ambo Angka (55 th), Sekretaris Desa Tingkara, Wawancara, 8
Januari 2019.
-
60
Pada tahun 1992 setelah melihat berbagai perkembangannya,
masyarakat sepakat untuk mengadakan pemekaran dari yang
sebelumnya hanyalah sebuah kampung menjadi sebuah desa.
Setelah
melakukan musyawarah, para tokoh masyarakat sepakat untuk
memberi nama desa Tingkara. Nama Tingkara sebenarnya adalah
singkatan dari kata “Tingkatkan Rakyat”. Alasan tokoh
masyarakat
memberikan nama ini, yaitu karena penghasilan tanaman kakao
sangat
menjanjikan sejak tahun 1990.
Seiring berjalannya waktu, banyak hama dan penyakit yang
menyerang tanaman kakao. Hal ini menyebabkan produksi kakao
mengalami penurunan. Pada tahun 1998, produksi kakao tidak
lagi
menjanjikan sehingga sebagian masyarakat memilih untuk
beralih
kepada tanaman jagung dan sawit.2
3. Letak Geografis Desa Tingkara Kecamatan Malangke
Kabupaten Luwu Utara
Desa Tingkara merupakan sebuah wilayah pedesaan yang terdiri
dari empat dusun, yaitu: dusun Tingkara, dusun Pummema,
dusun
Buloi, dan dusun Panandarat. Secara geografis desa Tingkara
memiliki
batas-batas wilayah sebagai berikut:
2 Ambo Angka (55 th), Sekretaris Desa Tingkara, Wawancara, 8
Januari 2019.
-
61
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hasanah Kecamatan
Mappedeceng.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tolada.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Petta Landung.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Polewali Kecamatan
Baebunta.
Desa Tingkara memiliki luas wilayah sekitar 12 km². Sekitar
600
ha dari wilayah desa Tingkara dimanfaatkan sebagai wilayah
perkebunan kakao dan sawit. Sedangkan untuk wilayah pertanian
dan
persawahan sekitar 300 ha. Sebagian yang lainnya dari luas
wilayah
desa Tingkara dimanfaatkan untuk pemukiman, fasilitas umum,
dan
lahan peternakan walet.
Desa Tingkara terletak disebelah Barat ibukota kecamatan
dengan jarak tempuh sekitar 3,9 km. Sedangkan jarak tempuh
ke
ibukota kabupaten sekitar 25 km. Akses jalan ke ibukota
kecamatan dan
ibukota kabupaten cukup baik. Aktivitas pasar hanya berlangsung
di
ibukota kecamatan pada pagi hari di hari Rabu dan Sabtu.3
4. Visi Misi Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten
Luwu Utara
Visi :
3 Ambo Angka (55 th), Sekretaris Desa Tingkara, Wawancara, 8
Januari 2019.
-
62
Mewujudkan Desa Tingkara menjadi hunian yang aman dan
tentram (kondusif) dengan masyarakat yang beriman
(religius),
cerdas (intelek), sehat, sejahtera, dan bermartabat.
Misi :
1. Menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat,
dan pembangunan sesuai dengan prinsip dasar/asas
penyelenggaraan negara antara lain:
1.1 Asas kepastian hukum:
Mengutamakan landasan dasar peraturan perundang-
undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan.
1.2 Asas kepentingan umum:
Mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
1.3 Keterbukaan/transparansi:
Membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif.
1.4 Akuntabilitas:
Setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan masyarakat,
-
63
dan pembangunan dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat (publik).
2. Menghidupkan dan mengembangkan syiar keagamaan.
3. Mendorong dan memajukan pembangunan infrastruktur
pendidikan dan