1| Syahroni [email protected]UNISBA 2010 I 085316177678 METODE ANALISIS GEOKIMIA A. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksplorasi adalah penyelidikan yang dilakukan untuk mengidentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak dan sebaran, kuantitas dan kualitas suatu sumberdaya geologi untuk kemudian dapat dilakukan analisis atau kajian kemungkinan dilakukannya penambangan. Pentahapan dalam eksplorasi mutlak dilakukan untuk meminimalkan kerugian atau resiko kegagalan karena eksplorasi merupakan aktivitas yang berisiko tinggi. Pentahapan dalam eksplorasi harus dilakukan sesuai dengan karakteristik tiap endapan mineral untuk mengurangi resiko kegagalan (kerugian) yang lebih besar dalam menemukan endapan mineral tersebut. Setelah suatu tahapan eksplorasi selesai dilakukan, perlu adanya evaluasi untuk pengambilan keputusan yang akan dilakukan selanjutnya. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang suatu kegiatan eksplorasi adalah : 1. Efektifitas, yaitu mengenai sasaran dengan metoda dan strategi yang tepat. 2. Efisiensi, dengan usaha (biaya dan waktu) yang seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal. 3. Unsur ekonomi, biaya eksplorasi harus sesuai dengan hasil yang diharapkan dengan memperhitungkan resiko. Hal ini disebabkan karena lebih tinggi resiko maka keuntungan yang dicapai makin berlipat ganda. Pemilihan metode eksplorasi yang tepat dipakai untuk mendapatkan kepastian yang tinggi sehingga dapat dilakukan pada daerah yang terbatas dengan tingkat kegagalan yang rendah. Pengertian eksplorasi geokimia dapat diartikan sebagai penerapan praktis prinsip-prinsip geokimia teoritis pada eksplorasi mineral dengan tujuan agar mendapatkan endapan mineral baru dari logam-logam yang dicari dengan metoda kimia. Metoda tersebut meliputi pengukuran sistematik satu atau lebih unsur kimia pada batuan, stream sediment, tanah, air, vegetasi dan udara. Metoda ini dilakukan agar mendapatkan beberapa dispersi unsur di atas (di bawah) normal yang disebut anomali, dengan harapan menunjukkan mineralisasi yang ekonomis.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
METODE ANALISIS GEOKIMIA
A. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Eksplorasi adalah penyelidikan yang dilakukan untuk mengidentifikasi,
menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak dan sebaran, kuantitas dan kualitas suatu
sumberdaya geologi untuk kemudian dapat dilakukan analisis atau kajian
kemungkinan dilakukannya penambangan. Pentahapan dalam eksplorasi mutlak
dilakukan untuk meminimalkan kerugian atau resiko kegagalan karena eksplorasi
merupakan aktivitas yang berisiko tinggi. Pentahapan dalam eksplorasi harus
dilakukan sesuai dengan karakteristik tiap endapan mineral untuk mengurangi
resiko kegagalan (kerugian) yang lebih besar dalam menemukan endapan mineral
tersebut. Setelah suatu tahapan eksplorasi selesai dilakukan, perlu adanya evaluasi
untuk pengambilan keputusan yang akan dilakukan selanjutnya.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang suatu kegiatan
eksplorasi adalah :
1. Efektifitas, yaitu mengenai sasaran dengan metoda dan strategi yang tepat.
2. Efisiensi, dengan usaha (biaya dan waktu) yang seminimal mungkin untuk
mendapatkan hasil yang optimal.
3. Unsur ekonomi, biaya eksplorasi harus sesuai dengan hasil yang
diharapkan dengan memperhitungkan resiko. Hal ini disebabkan karena
lebih tinggi resiko maka keuntungan yang dicapai makin berlipat ganda.
Pemilihan metode eksplorasi yang tepat dipakai untuk mendapatkan
kepastian yang tinggi sehingga dapat dilakukan pada daerah yang terbatas dengan
tingkat kegagalan yang rendah.
Pengertian eksplorasi geokimia dapat diartikan sebagai penerapan praktis
prinsip-prinsip geokimia teoritis pada eksplorasi mineral dengan tujuan agar
mendapatkan endapan mineral baru dari logam-logam yang dicari dengan metoda
kimia. Metoda tersebut meliputi pengukuran sistematik satu atau lebih unsur kimia
pada batuan, stream sediment, tanah, air, vegetasi dan udara. Metoda ini dilakukan
agar mendapatkan beberapa dispersi unsur di atas (di bawah) normal yang disebut
anomali, dengan harapan menunjukkan mineralisasi yang ekonomis.
2 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
Eksplorasi geokimia mempunyai pengertian sebagai metode yang
digunakan untuk mencari endapan mineral dengan didasarkan pada pengukuran
secara sistematik pada satu atau lebih pada aspek kimiawi material-material di alam
(Rose Et Al , 1979). Prospeksi geokimia didefinisikan sebagai pengukuran
sistematis terhadap satu atau lebih trace elements (unsur-unsur jejak) dalam
batuan, soil, sedimen sungai, vegetasi, air atau gas dengan tujuan untuk
menentukan anomali-anomali geokimia (Levinson, 1974; Rose Et Al, 1979; Joyce,
1984; Chaussier, 1987). Pengukuran dari aspek kimiawi tersebut biasanya diwakili
oleh unsur atau kelompok unsur yang terdapat dalam material-material yang ada di
bumi. Jenis-jenis material tersebut antara lain berupa batuan, tanah, gossan, glacial
debris, tumbuh-tumbuhan, endapan sungai atau danau dan air.
Sedangkan anomali geokimia adalah konsentrasi abnormal dari
unsur-unsur tertentu yang sangat kontras dengan lingkungannya, yang dipercaya
mengindikasikan hadirnya endapan mineral atau bijih. Pembentukan anomali ini
dihasilkan oleh mobilitas dan dispersi unsur-unsur yang terkonsentrasi dalam zona-
zona mineralisasi (Levinson, 1974; Rose et al, 1979; Joyce, 1984; Chaussier, 1987).
Dari definisi di atas diketahui bahwa salah satu bagian dari eksplorasi atau
prospeksi geokimia adalah metoda sedimen sungai (stream sediment survey), di
mana pengukuran, analisis, dan interpretasi dilakukan berdasarkan sampel-sampel
sedimen sungai yang diambil secara sistematis (Levinson, 1974; Joyce, 1984;
Evans, 1995).
Konsentrasi-konsentrasi anomali dari unsur-unsur yang dideteksi dalam
survei sedimen biasanya telah terpindahkan ke arah bawah (hilir), sehingga
diperlukan metoda-metoda survei lain sebagai alternatif atau pelengkap, seperti
metoda geokimia lainnya, geofisika, atau geologi tindak-lanjut. Sehubungan dengan
hal tersebut, geokimia eksplorasi tidaklah secara langsung bertujuan untuk mencari
mineralisasi, tetapi hanya mencari indikasi-indikasi (anomali) yang bisa dipakai
sebagai acuan untuk menentukan daerah prospek mineralisasi. Olehnya itu bantuan
dari data-data metoda survei lainnya sangat dibutuhkan, terutama data geologi
(Levinson, 1974; Joyce, 1984; Peter, 1987).
3 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
1.2 Maksud dan Tujuan1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini mahasiswa mengenal
tahapan dalam kegiatan eksplorasi geokimia.
1.2.2 Tujuan1. Mengetahui prinsip dasar prospeksi eksplorasi geokimia
2. Mengetahui parameter survey geokimia
3. Mengetahui tipe survey geokimia
4. Mengetahui interpretasi dari data geokimia
1.3 Ruang Lingkup Batasan MasalahAdapun batasan masalah pada makalah ini adalah tahapan penyelidikan
geokimia dalam pengambilan data yang dilakukan di lapangan, mencari suatu pola
ketidaknormalan atau anomali geokimia yang berkaitan dengan adanya indikasi
mineralisasi. Ghazali dkk. (1986) menjelaskan secara umum pekerjaan yang
dilakukan dalam penyelidikan geokimia meliputi 3 pekerjaan utama yaitu pekerjaan
lapangan, pekerjaan laboratorium, serta pengolahan data dan interpretasi.
Sedangkan komponen utama yang dibutuhkan dalam penyelidikan geokimia
meliputi peta, formulir lapangan, dan contoh geokimia.
B. LANDASAN TEORI2.1 Definisi dan Konsep Dasar
Ada banyak definisi tentang geokimia, tetapi definisi yang dilakukan oleh
Goldschmidt menekankan pada dua aspek yaitu :
Distribusi unsur dalam bumi (deskripsi)
Prinsip-prinsip yang mengatur distribusi tersebut diatas (interpretasi)
Pada dasarnya definisi ini menyatakan bahwa geokimia mempelajari
jumlah dan distribusi unsur kimia dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan
atsmosfer. Tidak terbatas pada penyelidikan unsur kimia sebagai unit terkecil dari
material, juga kelimpahan dan distribusi isotop-isotop dan kelimpahan serta
distribusi inti atom
Eksplorasi geokimia khusus mengkosentrasikan pada pengukuran
kelimpahan, distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau unsure-unsur yang
berhubungan erat dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan bijih. Dalam
4 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
pengertian yang lebih sempit eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara
sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai aktif,
vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan anomali geokimia, yaitu kosentrasi
abnormal dari unsure tertentu yang kontras terhadap lingkungannya (backround
geokimia).
Pengertian geokimia awalnya dijelaskan oleh Mason (1958) dalam Rose Et
Al (1979), yaitu pengelompokan kelimpahan relatif dan absolute dari unsur-unsur
yang ada dibumi, studi mengenai penyebaran dan migrasi dari unsur-unsur tunggal
diberbagai tempat dibumi dengan obyek berupa pola dasar penyebaran dan migrasi
dari unsur.
Survey geokimia bertujuan mencari indikasi mineralisasi pada suatu
daerah, metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pola
geokimia yang tidak normal atau dikenal dengan istilah anomali. Dari sini muncul
penggunaan konsep mengenai nilai latar belakang (backround), yaitu kisaran
tertentu suatu unsure dalam suatu mineral yang sesuai dengan harga rata-rata
unsure dikerak bumi. Sedangkan istilah treshold atau batas atas dari nilai latar
belakang merupakan nilai kadar unsur yang menjadi batas nilai anomali (Ghazali,
dkk., 1986).
Dalam mencari anomali unsur, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu
mengenai karakter atau sifat-sifat geokimia dari unsur tersebut, sehingga akan
mempermudah dalam mengenali keberadaanya. Potensi keberadaan dari suatu
unsur berkaitan dengan bagaimana reaksi unsur tersebut terhadap aksi yang
diberiakan oleh alam sehingga akan terbentuk pola-pola yang khas dari kumpulan
unsur tertentu.
Penentuan daerah target untuk penyelidikan geokimia dengan
mempertimbangkan kondisi geologi suatu daerah. Mempertimbangkan genesis
pembentukan bijih, serta geologi tertentu yang memberi peluang untuk terbentuknya
mineralisasi. Pada survei harus sudah menentukan rencana jenis unsur yang akan
dianalisis, berdasarkan tipe mineralisasi yang kemungkinan terbentuk.
Sebelum menentukan prospeksi geokimia pada suatu daerah, perlu
mengidentifikasi tipe deposit atau mineralisasi potensi yang terbentuk. Sebagai
contoh penyelidikan untuk deposit bijih emas tipe forfiri, kadar rendah, berukuran
besar, berbeda dengan deposit emas tipe urat ukuran kecil dengan kadar tinggi.
Kondisi yang berlawanan, metode yang digunakan untuk survey deposit emas kadar
5 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
tinggi, berdimensi atau ukuran kecil akan tidak tepat untuk diterapkan pada deposit
ukuran besar, yaitu bias terjadi pemborosan.
2.1.1 Prinsip Dasar Prospeksi/Eksplorasi GeokimiaProspeksi/eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari dua metode yaitu
metode yang menggunakan pola dispersi mekanis dan metode yang didasarkan
pada pengenalan pola dispersi kimiawi. Pola dispersi mekanis biasanya diterapkan
pada mineral yang relative stabil pada kondisi permukaan bumi (seperti : emas,
platina, kasiterit, kromit, mineral tanah jarang). Cocok digunakan di daerah yang
kondisi iklimnya membatasi pelapukan kimiawi. Sedangkan pola dispersi kimiawi
pola ini dapat diperoleh baik pada endapan bijih yang tererosi ataupun yang tidak
tererosi, baik yang lapukan ataupun tidak lapuk. Pola ini kurang terlihat seperti pada
pola dispersi mekanis.
2.1.2 Daur GeologiSemua endapan bijih ialah produk dari daur yang sama didalam proses-
proses geologi yang mengakibatkan terjadinya tanah, sedimen dan batuan. Gambar
2.1 merupakan ringkasan dari daur geologi dan contoh-contoh tipe bijih yang
dihasilkan pada berbagai stadia daur.
Gambar 2.1Daur Geologi, Geokimia dan Terbentuknya Bijih
6 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
2.1.3 Dispersi GeokimiaJoyce (1984) mendefinisikan dispersi geokimia sebagai proses total yang
mencakup transportasi dan/atau fraksinasi dari unsur-unsur, sedangkan Rose Et Al
(1979) mendefinisikannya sebagai proses di mana atom-atom dan partikel-partikel
bergerak menuju ke lokasi atau lingkungan geokimia yang baru. Berdasarkan
prosesnya Joyce (1984) dan Chaussier (1987) membagi dispersi menjadi dua jenis,
yaitu dispersi mekanik (contohnya pergerakan butiran-butiran pasir dalam sungai)
dan dispersi kimia (contohnya disolusi, difusi, dan presipitasi dalam larutan).
Sedangkan berdasarkan hubungannya dengan lingkungan geokimia, beberapa ahli
seperti Levinson, 1974; Rose Et Al, 1979; Chaussier, 1987; dan A. Djunuddin, 1998
membagi dispersi ke dalam dua kelompok, yaitu dispersi primer yang berhubungan
dengan lingkungan geokimia primer (bawah permukaan) dan dispersi sekunder
yang berhubungan dengan lingkungan geokimia sekunder (di permukaan).
Proses dispersi tersebut selain dipengaruhi oleh tingkat mobilitas unsur
yang terangkut, juga akan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berhubungan
dengan media dispersinya, antara lain tingkat keasaman, yang selalu berubah
tergantung lingkungan geokimianya. Sebagai contoh air hujan bersifat agak asam,
tanah penutup sebagian bumi tingkat keasamannya sedang, air yang mengalir
(termasuk sungai) umumnya netral, dan air laut bersifat alkali (Joyce, 1984). Tingkat
keasaman ini sangat penting untuk dipertimbangkan, karena di samping
berhubungan dengan dispersi, juga berpengaruh terhadap tingkat mobilitas unsur.
Untuk daerah-daerah di Indonesia yang beriklim tropis, berdasarkan hasil survei
geokimia regional yang telah dilakukan oleh Departemen Pertambangan dan Energi
berkerjasama dengan UNDP, umumnya sedimen sungai mempunyai tingkat
keasaman yang netral, kecuali sungai-sungai yang melalui daerah batugamping
(Johnson Et Al, 1986 dalam A. Djunuddin, 1998).
2.1.4 Lingkungan GeokimiaMenurut Rose Et Al (1979), berdasarkan perbedaan tekanan, temperatur,
dan sifat-sifat kimianya, lingkungan geokimia dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok, yaitu :
1. Lingkungan kedalaman (deep seated environment), yaitu lingkungan yang
meluas ke arah bawah, mulai dari level terendah yang dapat dicapai oleh
sirkulasi air permukaan sampai ke level terdalam di mana batuan biasanya
terbentuk. Lingkungan ini dicirikan oleh : proses-proses magmatik dan
7 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
metamorfik yang dominan, temperatur dan tekanan yang tinggi, sirkulasi
fluida terbatas, dan kandungan oksigen bebas yang relatif kecil. Istilah-
istilah sejenis yang sering digunakan adalah : hipogen, primer, dan
endogen.
2. Lingkungan permukaan (surficial environment), adalah lingkungan di mana
terjadi proses-proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi, yaitu di
permukaan bumi, yang mencakup proses-proses yang terjadi setelah tubuh
batuan terbentuk. Lingkungan ini dicirikan oleh temperatur dan tekanan
yang relatif rendah dan konstan, pergerakan solusi yang bebas, serta
oksigen bebas, air, dan CO2 yang melimpah. Istilah-istilah sejenis yang
sering digunakan adalah : supergen, sekunder, dan eksogen.
2.1.5 Mobilitas UnsurLevinson (1974) mendefinisikan mobilitas unsur sebagai suatu kondisi di
mana suatu unsur tertentu dapat bergerak pada lingkungan tertentu pula. Dengan
demikian mobilitas suatu unsur sangat bergantung pada kondisi lingkungan maupun
jenis atau sifat kimia dari unsur tersebut.
Deskripsi dan mobilitas unsur saling berkaitan dan sangat berperan dalam
mencari anomali geokimia dimana kedua faktor tersebut akan menjelaskan
keberadaan unsur, pola anomalinya serta kondisi lingkungan pengendapannya.
Tingkat mobilitas unsur yang tinggi akan menyebabkan tingkat ketersebaran atau
dispersi yang tinggi juga untuk unsur tersebut sehingga dapat menyebar luas dan
jauh. Sebaliknya jika tingkat mobilitas suatu unsur rendah maka tingkat dispersinya
pun rendah sehingga memiliki daerah penyebaran tidak luas. Selain itu dengan
mengetahui lingkungan pengendapannya, apakah bersifat asam, netral, atau basa
maka akan lebih mempermudah mengetahui tingkat mobilitas suatu unsur.
Mobilitas unsur sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.3, Emas (Au)
mempunyai mobilitas rendah, sehingga cenderung tetap tertinggal pada gosan.
Mineral galena cenderung untuk lambat pelapukannya, sehingga juga masih
tertinggal pada gosan. Sulfida Cu, Ag dan Zn cepat lapuk atau terurai serta
mobilitas tinggi, sehingga mengalami migrasi ke arah bagian bawah dari gosan
membentuk zona yang semakin kaya akan Cu, Ag dan Zn atau dikenal dengan
zona pengkayaan bijih oksida atau bijih supergen.
8 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
Gambar 2.2Diagram Profil Deposit Bijih Emas
2.1.6 Unsur PenciriUnsur penciri atau yang sering disebut sebagai pathfinder dijelaskan oleh
Warren dan Delavault (1953;1956) dalam Levinson (1980) sebagai unsur-unsur
yang relatif bergerak dan berasosiasi atau selalu bersama sama dengan unsur-
unsur yang menjadi target pencarian, akan tetapi lebih mudah untuk ditemukan
karena unsur-unsur tersebut biasanya memiliki tingkatan mobilitas yang tinggi,
sehingga akan membentuk daerah sebaran yang lebih luas dibandingkan dengan
unsur-unsur yang dicari.
Unsur-unsur penciri (pathfinder) ini dapat mempermudah dalam pencarian
unsur-unsur yang dicari karena kemampuannya untuk mengindikasi keberadaan
unsur lain di sekitar endapan. Sebagai contoh unsur As dapat digunakan sebagai
unsur penciri adanya emas dan unsur Ag dalam urat, serta dapat juga sebagai
penciri adanya emas, perak, tembaga, kobalt dan seng dalam asosiasi bijih sulfida
(Tabel 2.1).Tabel 2.1
Contoh dari unsur-unsur penciri yang digunakan dalam mendeteksi mineralisasi.(Learned dan Boissen, 1973 dalam Levinson, 1980)
ASOSIASI BIJIH UNSUR TARGET PATHFINDER ELEMENTS
Tembang Porfiri Cu, Mo Zn, Au, Re, Ag, As, F
Komplek Bijih Sulfida Zn, Cu, Ag, Au Hg, As, (sebagai SO4), SB, Se, CD, Ba,F, Bi
Urat Logam Mulia Au, Ag As, Sb, Te, Mn, Hg, I, F, Bi, Co, Se, Ti
Endapan Skarn Mo, Zn, Cu B, Au, Ag, Fe, BeUranium (Batupasir) U Se, Mo, V, Rn, He, Cu, PbUranium (Urat) U Cu, Bi, As, Co, Mo, Ni, Pb, F
9 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
ASOSIASI BIJIH UNSUR TARGET PATHFINDER ELEMENTS
Tubuh Bijih Ultrabasa Pt, Cr, Ni Cu, Co, PdUrat Flourspar F Y, Zr, Rb, Hg, Ba
2.1.7 Asosiasi UnsurAsosiasi unsur digambarkan oleh Levison (1980) sebagai suatu asosiasi
unsur yang di dalamnya tidak terdapat satupun unsur penciri yang dapat digunakan
untuk mengindikasikan adanya suatu endapan mineral yang dicari, tapi walaupun
demikian asosiasi tersebut masih dapat digunakan sebagai indikasi kemungkinan
hadirnya unsur-unsur yang dicari. Asosiasi unsur ini terbentuk sesuai dengan
kondisi lingkungan dan tingkatan mobilitasnya. Karenanya setiap asosiasi unsur
akan mencirikan suatu lingkungan dan model cebakan/deposit mineralisasi tertentu
pula. Peranan asosiasi unsur ini bukanlah yang utama dalam eksplorasi geokimia,
namun keberadaan kadang-kadang juga dibutuhkan sebagai data pendukung
apabila tidak dijumpai data utamanya.
2.1.8 Anomali GeokimiaBijih mewakili akumulasi unsur dari satu unsur atau lebih atas
kelimpahannya yang kita anggap normal. Kelimpahan dari unsur khusus didalam
batuan barren disebut backround. Penting untuk disadari bahwa tidak ada unsur
yang memiliki backround yang seragam.
Tujuan mencari nilai backround adalah untuk mendapatkan anomali
geokimia, yaitu nilai diatas backround yang sangat diharapkan berhubungan
dengan endapan bijih. Karena sejumlah besar conto bisa saja memiliki nilai diatas
backround, maka ada nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan
anomali , yang dikenal dengan sebutan threshold, yaitu nilai rata-rata plus dua
standar deviasi dalam suatu populasi normal. Semua nilai diatas nilai threshold
didefinikan sebagai anomali
Teknik-teknik interpretasi baru melibatkan grafik frekunsi komulatif, analisis
rata-rata yang bergerak, analisis regresi jamak banyak menggantikan konsep klasik
backround dan threshold.
10 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
2.2 Perencanaan Kegiatan EksplorasiBeberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang suatu kegiatan
eksplorasi adalah :
Efektifitas, yaitu mengenai sasaran dengan metoda dan strategi yang tepat.
Efisiensi, dengan usaha (biaya dan waktu) yang seminimal mungkin untuk
mendapatkan hasil yang optimal.
Unsur ekonomi, biaya eksplorasi harus sesuai dengan hasil yang
diharapkan dengan memperhitungkan resiko. Hal ini disebabkan karena
lebih tinggi resiko maka keuntungan yang dicapai makin berlipat ganda.
2.2.1 Tahapan PenyelidikanDalam penyelidikan geokimia diperlukan adanya beberapa penahapan
yang ditujukan untuk kepentingan efisiensi dalam hal waktu, tenaga dan biaya.
Tidak semua proses pencarian dapat menunjukkan hasil sesuai target yang hendak
dicapai, maka harus ditentukan strategi penyelidikan yang tepat sebelum proses
pencarian dilakukan atau dimulai.
1. Penyelidikan Pendahuluan. Penyelidikan ini juga sering disebut sebagai
survei orientasi (orientation survey). Penyelidikan ini merupakan
penyelidikan yang pertama kali dilakukan dalam penyelidikan secara
keseluruhan. Pada metode endapan sungai aktif (stream sediment method)
tahap survei orientasi ini bertujuan untuk menentukan media conto yang
paling baik untuk diambil, ukuran besar butir conto, tata cara kerja
(prosedur) pengumpulan conto di lapangan dan analisis di laboratorium
sampai dengan metode pengolahan data. Pada tahapan ini masih meliputi
daerah yang sangat luas, sehingga metode yang digunakanpun masih
bersifat umum dan akan memberikan hasil dengan tingkat ketelitian yang
masih sangat rendah.
2. Penyelidikan Geokimia Tinjau. Pada tahap penyelidikan ini daerah yang
diselidiki masih meliputi daerah yang luas dan conto utama yang
dikumpulkan berupa endapan sungai aktif. Jenis conto ini dapat mewakili
daerah bagian hulu (cacthment area) yang luas. Maksud dari tahap
penyelidikan geokimia tinjau ini adalah untuk menentukan daerah yang
beranomali dan menentukan daerah mineralisasi.
3. Penyelidikan Geokimia Tindak Lanjut. Dalam tahapan penyelidikan ini
conto utama yang dikumpulkan masih tetap endapan sungai aktif dan
11 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
masih ditambah lagi dengan conto-conto lain seperti endapan danau,
endapan daerah mata air dan endapan sumur (Rose et al, 1979). Tingkat
kerapatan conto sudah lebih besar dibandingkan dengan tahapan
sebelumnya, pengambilan conto biasanya pada sungai orde 1, 2 dan
paling besar pada sungai orde 3. Tujuan dari penyelidikan ini adalah untuk
melengkapi informasi dari daerah beranomali yang telah diselidiki
sebelumnya, selain itu juga untuk menentukan batas daerah anomali yang
telah ditemukan pada penyelidikan tingkat tinjau lebih ke arah hulu lagi
(cacthment area).
4. Penyelidikan Geokimia Rinci. Pada tahapan ini penyelidikan geokimia
conto yang dikumpulkan tidak hanya endapan sungai tapi juga ditambah
dengan conto tanah, batuan, dan tumbuhan. Kerapatan pengambilan conto
endapan sungai semakin besar atau jarak antar lokasi conto semakin
rapat, sedangkan pengambilan conto tanah dikerjakan secara jenjang (grid
sampling) atau punggung dan lereng perbukitan (ridge and spur).
Penyelidikan ini dapat dipadukan dengan penyelidikan geofisika yang
kemudian diteruskan dengan eksplorasi secara fisik dengan membuat parit
uji, pemboran atau pekerjaan bawah tanah.
Gambar 2.3Bagan Alir Penyelidikan Geokimia
12 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
2.2.2 Pemilihan MetodePemilihan teknik tergantung pada mineralogi dan geokimia daerah target.
Komposisi badan bijih akan menentukan unsure yang dapat digunakan. Misalnya
Cu sangat ideal untuk endapan tembaga, tapi As sangat berguna dalam pencarian
mineralisasi emas, dll. Lebih jauh lagi mineralogi daerah target dikombinasikan
dengan lingkungan sekunder (pola dispersinya). Misalnya dispersi Cu bisa
hidromorfik dan mekanis, sedangkan timah putih sangat khas, hamper selalu
mekanis sebagai butiran kasiterit, atau terdapat dalam biotit atau mineral asesoris
lainnya.
Gambar 2.4Pola Dispersi Sekunder
Gambar 2.2 diatas menggambarkan beberapa alternative pola dispersi atau migrasi
dari deposit bijih logam.
1. Pada gambar 1, tubuh bijih tersingkap dipermukaan tanah, sebagian telah
tererosi. Secara teoritis tubuh deposit akan mudah dikenali dan ditemukan.
Akan tetapi ada kemungkinan terkaburkan oleh adanya tumbuhan atau
tanah, selain itu perubahan komposisi mineraloginya juga akan
mengaburkan keberadaan singkapan bijih tersebut.
2. Pada gambar 2, tubuh bijih tidak terpotong oleh zona erosi, atau tidak
tersingkap, akan tetapi berada pada zona pelapukan. Pola disperse
13 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
mekanis terbentuk. Pola dispersi kimia terjadi pada tubuh bijih dan
sekitarnya selama proses pelapukan. Hanya saja migrasi unsur dari tubuh
bijih terutama hanya unsur yang sifat mobilitasnya tinggi.
3. Pada gambar 3, tubuh bijih berada sedikit dibawah zona pelapukan. Untuk
mendeteksi keberadaan tubuh bijih dapat dilakukan dengan survey batuan
dasar. Zona anomali dapat terdeteksi dengan adanya dispersi unsur yang
terjadi selama pelapukan. Apabila zona anomali tidak terbentuk maka akan
sulit sekali menentukan atau menemukan keberadaan tubuh bijih.
4. Pada gambar 4, keberadaan tubuh bijih berada cukup jauh dibawah zona
pelapukan. Identifikasi keberadaan tubuh bijih hanya dapat dilakukan
dengan metode geofisika. Atau menggunakan unsur pathfinder. Yang
mobilitasnya sangat tinggi sehingga bias terdispersi bermigrasi melewati
zona batuan diatasnya. Baik yang lapuk maupun batuan yang segarnya.
Unsur dengan mobilitas yang sangat tinggi ini, seperti Hg dan Rn.
2.2.3 Optimasi Teknik SurveyUntuk optimasi survey geokimia perlu dilakukan identifikasi target
yangmaksimum. Suatu target perlu jelas terlihat dalam data geokimia,
mungkindicirikan oleh adanya penambahan atau pengurangan kelimpahan unsur
tertentu atau asosiasinya. Target harus mudah dibedakan dari data surveylainnya.
Dengan kata lain perlu adanya kontras geokimia yang maksimum (anomali).
Pengambilan contoh, penyiapan contoh, dan pemilihan metodeanalitis dapat
mempengaruhi kontras.
Pengamatan kontras anomali yang optimum dimulai di lapangan
melaluipengenalan sekitar lingkungan lokal yang akan mempengaruhi
prosesdispersi, tempat-tempat yang mungkin mengalami pelindian ataupeningkatan
akibat perembesan, kehadiran pengendapan sekunder,perkembangan tanah yang
tidak normal, dan distribusi tanah penutup yangtertranspor. Catatan lapangan
merupakan bagian survey yang penting yangdapat digunakan bersama-sama
dengan analisis data untuk interpretasi.
Pengambilan contoh merupakan hal paling penting dalam eksplorasi
geokimia. Preparasi contoh yang baik dapat juga menunjang kontras yangbaik.
Thomson (1978) mendemonstrasikan bahwa analisis Zn pada fraksi -0+35 mesh
dari material tanah yang diambil pada kedalaman 20 cm daritanah semi residu di
14 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
gurun Saudi Arabia menghasilkan kontras maksimum diatas badan mineralisasi Zn.
Sebaliknya pada fraksi -150 mesh tanah yangsama mengalami dilusi oleh material
barren Aeolian sehingga kontras dandispersinya jauh berkurang.
Jarak pengangkutan logam oleh air tanah dari pelapukan sulfida sangat
bervariasi dan dapat menghasilkan pola geokimia yang sulit untuk diinterpretasikan.
Konsentrasi logam yang tinggi karena pengendapansekunder mengikuti pola
hidromorfik, scavenging dll. Sering dicirikan oleh bentuk mineral yang lemah dan
tidak stabil yang unsur-unsurnya dapat direcovery dengan teknik analisis yang
lemah.
2.2.4 Parameter SurveyTantangan dalam survey geokimia adalah mendesign program yangefektif,
pada prakteknya adalah membuat keputusan tentang pemilihanpoint-point berikut
ini :
Material Sample
Pola penyontoan
Preparasi conto
Prosedur Analitis
Kriteria Interpretasi hasil
Untuk membuat keputusan diperlukan pengetahuan atau asumsi tentang
keadaan daerah survey. Artinya diperlukan rujukan infomasi yang relevan tentang :
Dispersi dan karakter mobilitas dari unsur dalam mineral dan batuan induk.
Pengaruh lingkungan lokal pada proses dispersi.
Ukuran target, baik ukuran mineralisasi maupun ukuran yangdiharapkan
dari lingkaran dispersi sekelilingnya.
Ketersediaan material contoh
Kemampuan analitis
Kondisi logistic
Lingkungan lokal dapat mempengaruhi proses dispersi. Faktor yang paling
penting yang berhubungan dengan iklim dan topografi adalah material/tanah di
daerah survey, apakah tertranspor atau residu. Jika tertranspor, asalnya dari apa,
kolovium, aluvium? Material eksotis seperti sedimen berlapis, aluvial, pasir fluvial,
abu vulkanik, menutupi batuan dasar, tetapi tidak mengekspresikan geokimia dari
batuan yang berada dibawahnya.
15 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
Ukuran target akan mempengaruhi pemilihan interval pengambilan contoh.
Arah orientasi tertentu dari target juga harus dipertimbangkan dalam lintasan dan
grid pengambilan contoh. Idealnya, grid pengambilan contoh dibuat dengan garis
dasar sejajar terhadap sumbu panjang target. Garis lintangnya tegak lurus terhadap
garis dasar tadi untuk mendapatkan kemungkinan irisan maksimum.
Survey geokimia yang ideal didasarkan pada penyontoan yang sistematis
dan beraturan untuk memperoleh database yang homogen, agar dapat dilakukan
evaluasi komparatif dari gejala geokimia. Oleh karena itu penting sekali untuk
memilih medium penyontoan yang seragam di seluruh daerah survey.Teknik
preparasi dan teknik analitis harus dipilih yang dapat menghasilkan data yang dapat
dipercaya dan menunjang kontras yang optimum.
2.2.5 Studi OrientasiStudi orientasi digambarkan sebagai suatu seri percobaan pendahuluan untuk
menentukan karakter dispersi geokimi yang berhubungan dengan mineralisasi pada
daerah tertentu. Informasi tadi digunakan untuk:
• Mendefinisikan bakcground dan respon geokimia yang abnormal
• Mendefinisikan prosedur survey yang optimum.
• Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dispersi dan kriteria
interpretasi hasil survey.
• Mengenali gejala-gejala yang harus dicatat dan dilaporkan oleh pengambil
contoh.
Orientasi sample tanah harus diambil minimal dari dua lintasan melalui
mineralisasi dan dilanjutkan ke dalam background. Spasi pengambilan contoh
tergantung pada luas mineralisasi. Minimal empat atau lima contoh di atas
mineralisasi dan juga dari background. Penting agar karakter tanah yang berbeda
dievaluasi. Hasilnya, lintasan ini harus mencakup kondisi fisiografi normal dan tipe
major tanah, seperti daerah yang penirisan baik lereng curam, daerah rembesan,
dan rawa.
2.2.6 Studi LiteraturTidak praktis untuk mengunjungi lapangan dan melakukan survey orientasi
sebelum program eksplorasi dibuat.Informsi yang berguna dapat diperoleh dari
penyelidikan terdahulu yang telah dilakukan orang. Bisa berupa paper atau
dokumen intern perusahaan. Seringkali dapat dilakukan orientasi terbalik dengan
mengevaluasi survey terdahulu secara kristis. Survey literatur sebaiknya disertakan
16 | S y a h r o n iS y a h r o n i _ m i n i n g @ y a h o o . c o m
UNISBA 2010 I 085316177678
dalam diskusi dengan orang yang mengetahui kondisi daerah survey dan ahli
geokimia yang profesional.
2.2.7 Orientasi TeoritisPendekatan yang sangat spekulatif ini berdasarkan pada aplikasi model
teoritis, prinsip-prinsip dasar geokimia, asumsi-asumsi geologi, geomorfologi dan
iklim dari daerah yang diselidiki.
2.3 Pengambilan Conto GeokimiaLevinson (1980) menjelaskan bahwa ada tiga hal yang mendasar dalam