METODA PENAMBANGANKegiatan penambangan adalah serangkaian
pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil endapan bahan galian dari
dalam dan luar permukaan bumi berupa batuan atau material yang
berharga, kemudian dapat dimanfaatkan secara ekonomis.
Adapun kegiatan penambangan yang dilakukan meliputi beberapa
tahap, yaitu : Kegiatan pembongkaran Kegiatan pemuatan. Kegiatan
pengangkutan dan proses pengolahan batuan.
1. KEGIATAN PEMBONGKARAN Secara umum kegiatan pembongkaran
adalah suatu proses pemisahan material batuan dari batuan induknya
dengan cara peledakan, agar kemudian dapat dimanfaatkan untuk
keperluan bahan baku industry dan dapat bernilai ekonomis. Dalam
suatu proses penambangan bahan galian, kegiatan pembongkaran batuan
termasuk kedalam salah satu unsur penting, dimana kegiatan ini
merupakan bagian dari proses untuk pengadaan bahan baku untuk
diolah.
1.1. KEGIATAN PEMBORAN Adapun kondisi batuan yang akan digali
atau dimanfaatkan bermaca-macam karakteristik, tekstur, struktur
dan kekerasannya, maka dalam usaha-usaha tersebut perlu diterapkan
suatu metode yang tepat. Misalnya terhadap batuan yang keras
(andesit), maka proses pemanfaatannya dapat dilakukan dengan metode
peledakan. Tetapi sebelum pelaksanaan keputusan pekerjaan
peledakan, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu adanya
fakto-faktor pemilihan bahan peledak dan factor-faktor teknis yang
mempengaruhi hasil dari suatu proses tersebut, sehingga ketetapan
pekerjaan dapat tercapai. Metode pemboran yang utama dipergunakan
dalam tambang terbuka atau quarry adalah pemboran pertikal atau
miring. Dalam pekerjaan tambang, pemboran ini dilakukan untuk media
bahan peledak. Sehingga dapat difungsikan sebagaimana
mestinya dan juga pemboran ini sangat berpengaruh terhadap
bentuk permukaan tambang khususnya bentuk bench yang diledakkan.
Oleh karena itu, agar hasil dari suatu proses peledakan baik itu
dilihat dari fragmentasi batuan dan kondisi dari tambang yang
terbentuk terkoordinasi dengan baik, maka pola pemboran yang baik,
aman dan efisien adalah Staggered Dill Pattern dan pola peledakan
yang digunakan adalah Staggered V Cut.
Gambar 1.1 Pola pemboran Staggered Drill Patern (Efficient
Blasting Technique, 1995 (*8)
Sedangkan dalam pemilihan alat bor untuk tambang terbuka dan
quarry yang memakai metoda peledakan jenjang, ada beberapa factor
yang harus diperhatikan, antara lain : ukuran dan kedalaman lubang
ledak, jenis batuan, kondisi lapangan dan lain sebagainya. a. Jenis
Batuan, dimana menentukan pemilihan alat bor, percussive atau
rotary-rushing, dipakai untuk batuan yang keras, rotary-cutting
dipakai untuk batuan sedimen. b. Tinggi Jenjang, parameter yang
dihubungkan dengan ukuran lainnya. Tinggi jenjang ditentukan
terlebih dahulu dan parameter lainnya disesuaikan atau ditentukan
setelah mempertimbangkan aspek lainnya. Dalam tambang terbuka dan
quarry diusahakan tinggi jenjang ditentukan terlebih dahulu, dengan
beracuan pada peralatan bor yang tersedia. Tinggi jenjang jarang
melebihi 15 meter, kecuali ada pertimbangan lain. c. Diameter
Lubang Ledak, faktor penting dalam menentukan ukuran diameter
lubang ledak adalah besarnya target produksi. Diameter yang lebih
besar akan memberikan laju produksi yang tinggi. Faktor lain yang
mempengaruhi pemilihan ukuran diameter lubang ledak adalah
fragmentasi batuan yang dikehendaki dan batasan getaran yang
diijinkan. d. Kondisi Lapangan, kondisi lapangan sangat
mempengaruhi pemilihan peralatan. e. Fragmentasi, adalah istilah
yang menggambarkan ukuran dari pecahan batuan setelah peledakan dan
pada umumnya fagmentasi dipengaruhi oleh proses selanjutnya.
Kecepatan pemboran dipengaruhi oleh kekerasan batuan, diameter
mata bor dan masalah-masalah yang dihadapi saat proses pemboran
dilakukan. Berdasarkan data dan perhitungan diketahui cycle time
rata-rata pemboran, maka didapat persamaan sebagai berikut :
Vdr
=
H/CTp
Dimana :
=
60 menit/CTp = lubang bor/jam
Dimana :
H CTp Vdr
: Kedalaman lubang bor rata-rata (meter/lubang) : Waktu daur
pemboran rata-rata (menit/lubang) : Kecepatan pemboran kotor
(meter/menit)
1.2. KEGIATAN PELEDAKAN
Tujuan dari peledakan adalah untuk mempersiapkan material atau
broken rock sebagai umpan pabrik pengolah, untuk diolah sesuai
dengan kebutuhan serta tanpa mengabaikan aspek keselamatan
kerja.
Pengenalan Bahan Peledak
Definisi Bahan Peledak
Bahan peledak (explosive) adalah zat kimia yang berwujud padat,
cair atau campuran padat dan cair yang apabila terkena sesuatu aksi
yang berupa panas/benturan/hentakan atau gesekan yang berubah
secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang lebih stabil yang sebagian
besar atau seluruhnya berbentuk gas dimana perubahan tersebut
berlangsung dengan cepat dan disertai efek panas dan tekanan yang
tinggi. Bahan peledak yang diperdagangkan pada umumnya merupakan
campuran dari persenyawaan-persenyawaan yang mengandung empat
elemen dasar, yaitu : Carbon, Hidrogen, Nitrogen, dan Oksigen,
tetapi kadang-kadang persenyawaan-persenyawaan lain yang mengandung
elemen-elemen tertentu seperti Sodium, Aluminium, Calsium dan
lain-lain, dengan maksud untuk menghasilkan pengaruh-pengaruh
tertentu dari bahan peledak yang dibentuknya. Menurut fungsinya
bahan-bahan pembentuk ramuan bahan peledak dapat dibedakan menjadi
:
1. Zat kimia yang mudah bereaksi, yang berfungsi sebagai
explosive base,
Contoh : -Nitrogen : NG = C3H5 (NO3)3.
-TNT (tri nitro toluene).
-DNT
-Fulminate (campuran HNO3 + alcohol + logam-logam).
-Dan lain-lain.
2. Zat oksidator yang berfungsi sebagai pemberi oksigen, contoh
:
-NH4NO3
-KClO3
-NaClO3
-NaNO3.
3. Zat tambahan yang berfungsi sebagai absorben, Contoh :
-Serbuk kayu
-Kanji
-Serbuk Belerang
-Dan lain-lain.
Bahan peledak yang diperdagangkan kurang lebih adalah oksigen
balance artinya jumlah oksigen yang terdapat dlam campuran bahan
peledak apabila bereaksi hanya cukup untuk membentuk : uap air,
karbon dioksida dan nitrogen terlepas sebagai gas nitrogen bebas.
Kekurangan atau kelebihan oksigen dalam campuran bahan peledak akan
menghasilkan gas-gas : Karbon monoksida atau nitro oksida, contoh :
Oksigen Balance 3NH4NO3 + CH2 7H2O + CO2 + 3N2
Kelebihan Oksigen 5NH4NO3 + CH 11H2O + CO2 + 4N2 + 2NO
Kekurangan Oksigen 2NH4NO3 + CH2 5H2O + 2N2 + CO
Uap air (H2O), CO2 dan N2 di sebut (smoke) dan CO, NO dan NO2
(fumes).
Sifat Umum Bahan Peledak Pemilihan jenis bahan peledak untuk
suatu operasi peledakan tertentu memerlukan pengkajian teliti
terutama mengenai sifat-sifat penting daripada bahan peledak yaitu
:
a. Strength, adalah kekuatan bahan peledak untuk meledakkan
suatu batuan atau obyek yang dinyatakan dalam prosentase berat
nitrogliserin yang terdapat dalam suatu bahan peledak straight
Dinamit
b. Sensitivity, adalah ukuran atau tingkat kemudahan suatu bahan
peledak untuk meneruskan reaksi peledakan sehingga dapat
mengakibatkan bahan peledak itu meledak, Sensitivity suatu bahan
peledak sangat berpengaruh terhadap pukulan, gesekan, panas, medan
listrik, nyala dan getaran.
c. Density, adalah bahan peledak satuan volume tertentu, untuk
menunjukkan density bahan peledak biasanya kita temui istilah
catridge count atau stik count yang artinya menunjukkan jumlah
catridge bahan peledak tersebut ukuran 1 X 8 yang terdapat dalam
peti dengan berat bersih 50 lb. Dengan demikian makin tinggi
catridge makin rendah density bahan peledak.
d. Detonation Velocity, adalah kecepatan rambat gelombang
ledakan melalui kolom bahan peledak, makin tinggi kecepatan rambat
gelombang ledakan suatu bahan peledak makin kuat bahan peledak
tersebut.
e. Stabilitas, adalah kestabilan senyawa kimia bahan peledak
untuk tidak mudah bereaksi dan berdekomposisi terhadap pengaruh
luar seperti panas, dingin dan lain sebagainya. Makin stabil
peledak tersebut makin mudah penanganan serta penyimpanan bahan
peledak tersebut dan makin aman.
f. Water Resistance, adalah ketahanan bahan peledak terhadap air
atau uap air baik dalam penyimpanan maupun penggunaannya, ketahanan
terhadap air ini dipengaruhi oleh sifat kimia bahan peledak itu
sendiri.
g. Fumes Characteristic, adalah suatu bahan peledak menunjukkan
jumlah gas-gas beracun seperti CO, NOx yang terjadi setelah bahan
peledak tersebut diledakkan. Selain fumes atau gas beracun,
peledakan juga menghasilkan gas-gas yang tidak beracun yang disebut
smoke misalnya H2O, CO2,
h. Permisibilitas, adalah merupakan syarat yang sangat penting
bagi bahan peledak yang dipakai untuk penambangan batubara, dimana
ledakannya tidak akan menyebabkan kebakaran atau ledakan tambang
tersebut, karena biasanya terdapat gas methan dan debu
batubara.
i. Hygros Copicity, adalah sifat bahan peledak yang mudah
bereaksi/berpengaruh terhadap lingkungan luar khususnya terhadap
kelembaban udara (uap air).
Klasifikasi Bahan Peledak Pada umumnya bahan peledak
diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu : Bahan Peledak Kuat
(High Explosive) contohnya ANFO Bahan Peledak Lemah (Low
Explosive).
TABEL DASAR PENGGOLONGAN BAHAN PELEDAK
Dasar Penggolongan Efek Peledakan
Low Explosive Heaving Effect (mendorong/mengangkut)
High Explosive Shattering Effect (menghancurkan)
Cara Peledakan Proses Peledakan Kecepatan Rambat Gelombang Rumus
Kimia
Pembakaran (Api) Deflagrasi < 1500 m/det
Peledakan (Detonator) Detonasi >1500 m/det
An Organik (black powder NaNO3 + Charcoal + S)
Organik (NG, TNT, dan lain-lain)
- Deflagrasi : Proses pembakaran yang cepat.
-
Detonasi
: Proses pengembangbiakan (propagasi gelombang getaran
melalui
bahan peledak yang diikuti dengan reaksi kimia yang menyediakan
energy untuk kelanjutan proses pengembangbiakan tersebut secara
stabil).
High Explosive contoh ANFO ANFO adalah jenis blasting agent yang
merupakan campuran dari bahan-bahan bukan bahan peledak (Amonium
Nitrat + Fuel Oil).
Sifat Umum ANFO a. Tidak termasuk Cap sensitive. b. Tidak tahan
terhadap air. c. Density 0,7-0,9 dan Weight Strength 60 % d.
Kecepatan Detonasi 3.000-4.500 m/det. e. Tidak tahan panas yang
tinggi dan api. f. Peka terhadap listrik g. Penanganan dan
pengangkutannya mudah dan aman. h. Harga relatif murah.
Perbandingan Campuran ANFO Untuk mendapatkan energi maksimum dan
tidak terjadi gas-gas beracun maka campuran bahan peledak harus
oksigen balance, maka untuk memperoleh campuran yang oksigen
balance maka perbandingan antara AN dengan FO, adalah : AN : FO =
94,5 : 5,5. Campuran ini adalah model standard (% berat). (Moelhim,
1990 : 25)
Gas-gas Beracun Timbulnya gas-gas Beracun disebabkan oleh :
Perbandingan yang tidak tepat Penyimpanan terlalu lama. Campuran
tidak merata
Maka untuk menghindari timbulnya gas-gas beracun tersebut :
Perbandingan harus tepat. Campuran merata. Menggunakan persediaan
lama terlebih dahulu.
PROSEDUR DAN HASIL PENELITIAN
Pembongkaran material (loosening) merupakan tahap pengarjaan
dari kegiatan penambangan yang bertujuan untuk melepaskan material
dari betuan induknya. Pembongkaran material dapat dilakukan dengan
cara mekanis dengan alat gali mekanis maupun dengan pemboran dan
peledakan untuk batuan keras (massive).
1. Pemboran Pemboran dalam hal ini bertujuan untuk memperoleh
lubang ledak agar peledakan dapat dilakukan. Peralatan pemboran
yang digunakan saat ini adalah satu buah Crawlair Rock Drill (CRD)
merek Furukawa tipe PCR-200 sebanyak satu unit. Crawlair Rock Drill
(CRD) tersebut digerakkan oleh kompresor merek Atlas Copco tipe XA
350 CC.
1.1 Arah Pemboran
Arah lubang ledak yang diterapkan saat ini adalah lubang bor
vertikal, dengan arah kemiringan 80o sehingga didapatkan lubang
ledak dengan pemboran miring.
1.2 Pola Pemboran Pola pemboran yang dilakukan di CV. Gunung
Batujajar adalah pola lubang ledak selang seling atau staggeret
drill pattern. Tujuan dilakukannya pemboran seperti ini agar saat
peledakan berlangsung akan memberikan distribusi energi bahan
peledak terhadap batuan yang diledakkan. Sehingga pola pemboran ini
akan menunjang terhadap pola peledakan yang diterapkan.
1.3 Kecepatan Pemboran Kecepatan suatu pemboran di lokasi
penambangan batu andesit banyak dipengaruhi oleh kekerasan batuan,
diameter mata bor dan masalah-masalah yang dihadapi saat proses
pemboran dilakukan. Berdasarkan data dan perhitungan, diketahui
daur (cycle time) rata-rata pemboran dilapangan adalah 54,3
menit/lubang Dari data di atas, maka dapat ditentukan Vdr dan Vt
dengan persamaan-persamaan sebagai berikut :
Vdr
=
H/CTp
= 8,9 meter/54,3 menit
= 0,16 meter/menit
Atau
= 60 menit/jam / 54,3 menit = 1,1 lubang bor/jam Dimana :
H
: Kedalaman lubang bor rata-rata
= 8,9 meter
CTp
: Waktu daur pemboran rata-rata
= 54,3 menit
Vdr
: Kecepatan pemboran
= 0.16 meter/menit
1.4 Efisiensi Waktu Kerja
Adapun tahap-tahap untuk menghitung efisiensi kerja alat
pemboran adalah mengetahiu waktu kerja yang tersedia dan waktu
kerja produktif berdasarkan waktu kerja yang ditetapkan CV. Gunung
Batujajar dalam satu hari kerja. Dari tabel jadwal kerja tersebut
diketahui waktu kerja tersedia per hari yang dikurangi waktu
istirahat adalah 540 menit. Sedangkan waktu kerja produktif per
hari adalah 465 menit atau 7,75 jam/hari. Kenyataan dilapangan
waktu kerja produktif tidak sebesar 465 menit, karena adanya
kelambatan-kelambatan yang ditemui selama jam kerja. Hambatan yang
terjadi selama jam kerja produktif dibagi dalam dua kelompok, yaitu
hambatan kerja yang tidak dapat dihindari hambatan kerja yang masih
dapat dihindari.
Jadwal Waktu Kerja
No.
Jenis Kegiatan
Waktu (WIB) 07.00 07.00-07.15 07.15-12.00 12.00-13.00
13.00-16.00 16.00-16.45 16.45-17.00
Jumlah (Menit)
1 2 3 4 5 6 7
Masuk Kerja Berangkat ke Lokasi dan Persiapan Kerja Kerja
Produktif I Istirahat Kerja Produktif II Menyimpan Alat Bor
Persiapan Akhir Kerja
15 285 60 180 45 15
Hambatan Waktu Kerja Produktif Yang Tidak Dapat Dihindari
No.
Macam Kelambatan
Kelambatan (menit)
1 2
Pemanasan, Pemeriksaan Alat Bor, Kompresor Pengisian Bahan Bakar
Kompresor
15 10
3 4
Keperluan Operator Saat Pindah Kerja Jumlah
10 20 55
Hambatan Waktu Kerja Produktif Rata-rata yang Dapat
Dihindari
No.
Macam Kelambatan
Kelambatan (Menit)
1 2 3 4 5
Terlambat Kerja Produksi Terlambat setelah istirahat Kegiatan
Lain-lain (menunggu alat) Istirahat Terlalu Awal Menempatkan Alat
Bor pada Lokasi yang Aman Sebelum Peledakan Jumlah
4,47 8,78 15,94 14,83 16,61
60,63
Berarti jumlah waktu produksi yang hilang dalam operasi pemboran
dikarenakan adanya kelambatan-kelambatan, dihitung dengan
penjumlahan kelambatan waktu yang dapat dihindari dan yang tidak
dapat dihindari adalah : (55+60) menit = 115,63 menit. Jika
diketahui jumlah waktu kerja produktif dalam satu hari kerja sesuai
dengan jadwal adalah 465 menit, sehingga diperhitungkan waktu kerja
efektif rata-rata alat bor saat ini (We) = (465115,63) menit =
349,37 menit. Berarti kerja alat bor yang digunakan di CV. Gunung
Batujajar diperhitungkan menjadi :
Efisiensi Kerja
= (waktu kerja efektif / waktu kerja produktif) X 100%
= 349,37 menit/hari / 465 menit/hari
= 75,13%
Waktu kerja efektif untuk melakukan pemboran = = efisiensi kerja
x waktu kerja produktif
= 75,13% x 465 menit = 349 menit/hari 5,82 jam/hari
Maka jumlah lubang bor yang dihasilkan dalam satu hari oleh satu
alat bor (CRD) dengan waktu kerja efektif 5,82 jam/hari adalah : =
1,1 lubang bor/jam x 5,82 jam/hari = 6,40 lubang bor/hari 6 lubang
bor/hari
aan dilapangan adalah 5 lubang bor/hari.
2. Peledakan 2.1 Prosedur Peledakan Prosedur peledakan yang
telah dilakukan di CV. Gunung Batujajar adalah sebagai berikut : A.
Tahap Parsiapan Sebelum Peledakan Persiapan sebelum peledakan di
CV. Gunung Batujajar dilakukan dengan cara mempersiapkan dahulu
semua bahan dan peralatan yang diperlukan, yang akan dipakai dalam
proses peledakan. Kemudian bahan peledak tersebut dibawa ke lokasi
peledakan yang telah di amankan sebelumnya.
B. Tahap Pembuatan Primer
Primer yang dipakai di CV. Gunung Batujajar terdiri dari power
gel jenis powergel magnum 3151 dengan berat 154 gr/batang dan
detonator listrik jenis millisecond delay. Pembuatan primer
dilakukan langsung di lokasi yang akan diledakkan oleh juru ledak.
Adapun tahap kegiatannya adalah : mula-mula power gel dilubangi
dengan kayu atau pensil, tapi kadang-kadang dengan menggunakan jari
(kebiasaan di lapangan agar lebih praktis). Kemudian detonator
dimasukkan dengan cara dittekan kuat kedalam power gel yang telah
dilubangi tadi, agar tidak mudah lepas kabel detonator dililitkan
pada power gel.
C. Tahap Pengisian Bahan Peledak Sebelum primer dimasukkan
lubang ledak diperiksa terlebih dahulu apakah mengandung air atau
tidak, selain itu juga dilakukan pemeriksaan kedalam lubang ledak
karena kedalaman llubang ledak dapat berubah akibat runtuhan
batuan. Apabila lubang ledak tersebut mengandung air maka harus
dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan kayu yang ujungnya
dibalut dengan kain. Kemudian primer dimasukkan kedalam lubang
ledak dengan hati-hati agar detonator tidak lepas dari power gel.
Setelah primer berada di dalam lubang ledak, ANFO dituangkan
perlahan-lahan.
D. Tahap Penentuan Lubang Ledak (Stemming) Di lapangan tahap ini
dilakukan dengan menggunakan material yang ada di lokasi (tanah
atau material hancuran hasil pemboran). Pambuatan stemming
dilakukan setelah pemadatan isian bahan peledak.
E. Tahap Penyambungan Rangkaian Penyambungan rangkaian yang
dilakukan adalah secara seri. Di lapangan sambungan leg wire (kabel
detonator) pada tiap detonator hanya berukuran sama dangan
kedalaman lubang ledak, maka diperlukan kabel pembantu (connecting
wire) untuk menghubungkan tiap-tiap leg wire sebelum disambung
dengan kabel utama (leg wire). Setelah itu dilakukan pengetesan
tahanan terhadap rangkaian dengan menggunakan om meter, lalu
rangkaian tersebut disambungkan ke exploder (blasting machine)
F. Tahap Persiapan Sebelum Pelaksanaan Peledakan (Mencari Tempat
Berlindung)
Tahap [ersiapan sebelum peledakan dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan pada pemegang blasting machine (juru ledak) khususnya
dan orang sekitar area yan akan diledakkan. Untuk tambang terbuka
dalam menentukan tempat berlindung harus dipertimbangkan arah dan
jarak pelemparan dari batuan hasil peledakan tersebut. Jika sudah
diketahui arah dan jarak pelemparannya, maka harus diambil arah
yang berlawanan dari arah pelemparan tersebut. G. Tahap Peringatan
Sebelum Peledakan Sebelum pelaksanaa peledakan perlu diberi aba-aba
kepada orang-orang yang berada di sekitar lokasi yang akan
diledakkan agar segera berlindung, begitu pula dengan peralatan
yang ada di sekitar lokasi peledakan di amankan. Aba-aba yang
dimaksud berupa teriakan atau memakai alat seperti sirine atau
peluit. Adapun tenggang waktu antara aba-aba pertama dengan
peledakan haruslah cukup untuk memberikan kesempatan kepada
orang-orang untuk berlindung dan mengamankan peralatan yang ada
disekitar lokasi peledakan.
H. Tahap Peledakan Setelah semua persiapan peledakan dikerjakan,
mulai dari pembuatan primer, pengisian bahan peledak, sampai
penutupan kolom isian bahan peledak dan penyambungan rangkaian maka
peledakan dapat dilakukan.
I. Pemeriksaan Setelah Peledakan Pemeriksaan setelah peledakan
dilakukan setelah 15 menit atau setelah asap dari hasil peledakan
hilang. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh juru ledak dengan
tujuan untuk mengetahui apakah dijumpai peledakan yang gagal
(misfire), jika semua telah meledak dengan baik dan kawasan
peledakan aman dari runtuhan batuan, maka akan diberi aba-aba lagi
bahwa peledakan telah berakhir dan operasi penambangan dapat
dilanjutkan kembali.
2.2 Volume Peledakan Volume peledakan batu andesit keseluruhan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus : V = B1 x S x n x H x
Sin
Dimana :
V = Volume batuan yang diledakkan, (m3) B1 = Burden semu (m) ; S
= Spacing (m) L = Tinggi Jenjang (m) atau (H-J) x Sin N = Jumlah
Lubang Ledak ; = Kemiringan Lubang Ledak.
2.3 Pemakaian Bahan Peledak Bahan peledak yang dipakai
perusahaan saat ini adalah ANFO dari PT. Dahana, Tasikmalaya.
Dengan perbandingan 94,5% berat AN (Amonium Nitrat) berbentuk
butiran dan 5,5% FO (Foil Oil). Sebagai primer digunakan powergel
magnum 3151 dengan kekuatan 80% berbentuk dodol dengan ukuran berat
1 batang adalah 0,154 kg. Pemakaian bahan peledak untuk setiap kali
peedakan adalah tidak sama, tergantung dari jumlah lubang ledak
yang diledakkan.
2.4 Pola Penyalaan Pola penyalaan yang diterapkan dilapangan CV.
Gunung Batujajar saat ini adalah peledakan secara 5 atau 6 lubang
ledak dalam satu row hingga lubang tembak yang diinginkan. Hal ini
sangat berpengaruh sekali dengan keadaan lingkungan, dimana lokasi
peledakan tidak berapa jauh dari pemukiman penduduk dan diakibatkan
getaran terlalu tinggi apabila peledakan 7 lubang ledak keatas
sekaligus. Dimana rumah penduduk berada di antara radius 350
meter.
2.5 Letak Primer Primer adalah suatu bahan peledak yang menerima
penyalaan dari detonator atau sumbu ledak. Hasil peledakan ini
selanjutnya disalurkan kebahan peledak. Dalam peledakan yang
diterapkan di lapangan, primer ditempatkan pada bagian bawah (
bottom primming). Primer harus ditempatkan pada titik yang paling
terkurung dan ditempatkan pada lapisan batuad yang lebih keras.
Letak primer ini akan menentukan bagian jenjang yang akan ditekan
dan dipindahkan. Dimana primer ini berfungsi untuk menerima
penggalak dari detonator.
Pembongkaran dan Pemuatan Hasil Peledakan Hasil dari peledakan
berupa bongkahan-bongkahan yang masih bertumpuk di tempat atau
lokasi peledakan akan dibongkar/gali oleh Backhoe dan selanjutnya
akan di muatkan ke alat angkut. Untuk memenuhi target produksi,
pekerjaan pemuatan batu andesit di lokasi penambangan untuk di
angkut ketempat penyimpanan sementara (Stock Yard) digunakan
Hydrolic Excavator atau (Backhoe) CAT 322.
Pengangkutan Material Hasil Peledakan Pada proses pengangkutan
hasil peledakan dari lokasi penambangan sampai ke Crushing Plant
digunakan alat angkut berupa Dump Truck dengan kapasitas 18.000
Kg/unit (10,7 M3). Sistem pengangkutan akan menggunakan sistem
pulang pergi melalui satu jalan, setelah penumpahan muatan ditempat
pengolahan alat angkut akan kembali pada jalan yang sama.
POTENSI BATU ANDESITSenin, 15 Juni 2009
PELUANG INVESTASI BATU ANDESIT
Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang arsitektur dan
kecenderungan dan kecenderungan perubahan pola hidup masyarakat
modern ke pola hidup kembali ke alam (back to nature), batu alam
banyak membawa pengaruh terhadap design arsitektur, oleh sebab itu
batu andesit banyak digunakan sebagai elemen sebuah bangunan Maksud
dan Tujuan
1. Untuk menggairahkan iklim investasi dalam pemanfaatan bahan
galian
2. Sebagai penyediaan dukungan pengembangan dan pemanfaatan
bahan galian untuk kepentingan publikasi, promosi, pengaturan,
pengawasan, serta pengendalian dan pengelolaan lingkungan dalam
rangka menggairahkan iklim investasi dalam pemanfaatan bahan
galian.
Perijinan dan Retribusi :
1. Perijinan : Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 6
Tahun 2002 tentang Izin Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan
C.
2. Retribusi : Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 7
Tahun 2002 tentang Retribusi Usaha Pertambangan Bahan Galian
Golongan C.
Kebutuhan Andesit di DIY :
1. Kebutuhan Andesit untuk Pengerjaan Proyek Dinas Pekerjaan
Umum Total2.123.573 m/tahun (Dinas PU Propinsi)
2. Kebutuhan Andesit untuk Perumahan 133.000 m3/tahun (Bank
Indonesia)
3. Pembangunan rumah akibat gempa 27 Mei 2006 sebesar 2.876.615
m.
4. Sementara itu di Dusun Tanggulangin terdapat andesit sebanyak
1.194.690,44 m, dan di Gunung Kukusan sebanyak 124.723.375,3
m3.
Kualitas Andesit Gunung Kukusan :
1. Penyerapan air maks 3,87 %
2. Kuat tekan 1061,51 Kg/Cm 2
3. Ketahanan geser LA maks 20,50 %
Potensi Andesit Gunung Kukusan
1. Penambangan dapat dilakukan secara tambang terbuka (kuari),
menggunakan peralatan mekanis.
2. Luas SIPD 68 ha, luas daerah yang ditambang 24,84 ha, umur
tambang 54 tahun.
3. Penambangan dimulai dari elevasi 534 dpl, arah penambangan
dari barat laut menuju tenggara.
4. Pembongkaran secara pemboran dan peledakan.
5. Pabrik peremuk batu berada di dekat tambang, produk akhir
berupa batu pecah (agregat) yang berukuran -60+30mm, -30+20mm dan
-20mm.
Persiapan penambangan:
Pembersihan lahan
Pengupasan tanah penutup
Pembuatan jalan tambang
Pembuatan jenjang penambangan
Pembuatan pabrik peremuk batu
Penambangan
Pemboran : Alat bor Crawler Rock Drill (CRD) Furukawa PCR 200.
Panjang batang bor 9 m, mata bor Button bit dengan diameter 3
inchi. Pola pemboran : selang-seling Arah pemboran : tegak /
vertikal Geometri peledakan : 1. Burden (B) = 1,7 m 2. Spasi (S) =
1,9 m 3. Stemming (T) = 1,2 m
4. Subdrilling (J) = 0,5 m 5. Kedalaman Lubang Tembak (H) = 6,5
m 6. Panjang kolom isian (Pc) = 5,3 m 7. Loading Density (de) = 4,1
kg / m
Bahan Peledak : 1. Bahan peledak utama : ANFO. 2. Bahan penguat
ledak (booster) : Dayagell Magnum. 3. Jenis detonator : detonator
listrik. 4. Jumlah handak : 21,9 kg/lubang. 5. Powder factor (Pf)
0,37 0,41 kg/ ton.
Geometri jenjang 1. Tinggi jenjang : 6 m 2. Lebar jenjang :
42,38 m 3. Panjang jenjang : 47,39 m 4. Kemiringan jenjang : 80
o
Jalan angkut : 1. Panjang : 2.430,81 m. 2. Lebar : lurus 10 m,
tikungan 14 m 3. Kemiringan maks : 8 %.
Peralatan penambangan : CRD Furukawa PCR 200 : 1 unit Track
Loader D75S-5 : 3 unit Dump truck Nissan Diesel CWM 432 MHRA : 14
unit.
Pengolahan : Ukuran umpan : 800 mm ukuran produk : -60 + 30mm,
-30 +20mm dan -20mm. Peralatan : crusher, vibrating screen, belt
conveyor.
Analisis Ekonomi
1. Aspek Teknis : a. Sasaran produksi tambang 840.000 ton/tahun.
b. Pengupasan lapisan penutup menggunakan 1 unit Bulldozer D85E-21.
c. Pemboran menggunakan 1 unit CRD Furukawa PCR 200.
d. Bahan peledak yang akan dipakai adalah ANFO, booster Dayagell
Magnum, perlengkapan pendukung seperti delay detonator dan kabel
penghubung. e. Alat muat 3 unit track loader D75S-5, alat angkut 14
unit dump truck Nissan Diesel CWM432 MHRA. f. Pabrik pengolahan
menggunakan 1 unit jaw crusher dan 1 unit cone crusher. Alat angkut
di pabrik 8 unit belt conveyor, dan 2 unit double deck vibrating
screen . Alat muat produk 3 unit Wheel Loader WA384, Umur alat
rata-rata 5 tahun. g. Kebutuhan tenaga kerja adalah 98 orang.
2. Pendekatan ekonomi : a. Nilai inflasi yang digunakan sebesar
7%. Tingkat eskalasi diasumsikan 8% untuk biaya dan 3% untuk
pendapatan.
b. Alternatif struktur modal 100%, 70%, dan 60% modal sendiri,
bunga pinjaman 23% (landing rate). c. Tingkat bunga minimum untuk
100% modal sendiri adalah 15.5%. Untuk struktur modal 30% pinjaman
= 17.75%; Untuk struktur modal 40% pinjaman = 18.5% Modal tetap :
a. Biaya Pembelian Peralatan operasi dan K3 = Rp.20.942.280.000,b.
Biaya persiapan penambangan = Rp 3.190.472.000 ,c. Biaya Pembuatan
Bangunan, Inventaris kantor, dan Jaringan Instalasi =Rp
4.072.260.000,-. d. Investasi Total = Rp. 29.509.430.000,e. Modal
kerja = Rp. 1.578.020.000,f. Jaminan reklamasi = Rp. 215.000.000,g.
Studi AMDAL = Rp. 150.000.000,Pendapatan a. Produksi 525.000
m3/tahun b. Harga ukuran -50 +30 mm = Rp. 55.000,c. Harga ukuran
-30 +20 mm = Rp. 70.000,d. Harga Ukuran -20 mm = Rp.
60.000,Pendapatan = Rp. 33.157.960.000,-/tahun.
Pengeluaran a. Biaya operasi tetap = Rp. 2.736.730.000,b. Biaya
operasi tidak tetap = Rp. 7.240.270.000,c. Depresiasi = Rp.
4.401.490.000,d. Amortisasi = Rp. 3.231.250,-
e. Pajak Bumi & Bangunan = Rp. 9.130.600,f. Pajak
Penghasilan = Rp. 4.724.627.000,g. Pajak Bahan Galian = Rp.
1.575.000.000,Analisis kepekaan terhadap biaya operasi 100% modal
sendiri
Biaya Operasi Naik 24 % DCFROR 41.20% NPV 20.717.425.000 PBP
(tahun)) 2.02 Biaya Operasi Naik 16 % DCFROR 43.64% NPV
22.856.997.000 PBP (tahun) 1.94 Biaya Operasi Naik 8 % DCFROR
46.06% NPV 24.996.569.000 PBP (tahun) 1.87 Biaya Operasi Tetap 0 %
DCFROR 48.44% NPV 27.136.141.000 PBP (tahun) 1.81 Biaya Operasi
Turun (-8 %) DCFROR 50.79% NPV 29.275.713.000 PBP (tahun) 1.75
Biaya Operasi Turun (-16 %) DCFROR 53.12% NPV 31.415.285.000 PBP
(tahun) 1.69 Biaya Operasi Turun (-24 %) DCFROR 55.43% NPV
33.554.856.000 Pbp (tahun) 1.64 Kesimpulan :
1. Jumlah sumberdaya andesit di Gunung Kukusan 124.723.375,3 m,
penambangan dapat dilakukan secara tambang terbuka (kuari) dengan
alat mekanis. Dengan produksi 882.000 ton per tahun diperoleh umur
tambang 54 tahun.
2. Untuk melakukan penambangan diperlukan investasi awal
Rp.29.509.430.000,-. Proyek ini cukup layak karena dari analisis
ekonomi menghasilkan NPV yang positif dan DCFROR lebih besar dari
i*. Berdasarkan analisis kepekaan juga layak untuk penurunan harga
andesit hingga 9% dan kenaikan biaya operasi hingga 24%.
pengantar survei tambang untuk surveyorOktober 28, 2011
PAPER SURVEI TAMBANG
Disusun oleh :
Elisa Maiyenti
(08/268733025/TK/34)
JURUSAN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
SURVEI TAMBANG
1. A. Jenis Pekerjaan dalam Survei Tambang
Mine surveying /tambang survey adalah satu cabang ilmu
pertambangan dan teknologi. Ini mencakup semua pengukuran,
perhitungan dan pemetaan yang melayani tujuan memastikan dan
mendokumentasikan informasi pada semua tahap dari prospeksi
terhadap eksploitasi dan memanfaatkan kandungan mineral baik oleh
permukaan dan bawah tanah bekerja. Berikut adalah kegiatan utama
survei tambang: 1. Penafsiran geologi deposit mineral dalam
kaitannya dengan eksploitasi ekonomi dari mineral tersebut. 2.
Penyelidikan dan negosiasi hak penambangan mineral 3. Membuat dan
merekam, dan perhitungan survei pengukuran 4. Pertambangan
kartografi 5. Investigasi dan prediksi efek tambang bekerja pada
permukaan dan strata bawah tanah 6. Perencanaan tambang dalam
konteks lingkungan setempat dan rehabilitasi selanjutnya. Kegiatan
meliputi:
Lokasi, struktur, konfigurasi, dimensi dan karakteristik deposit
mineral dan batuan yang berdampingan dan strata diatasnya.
Penilaian resreves mineral dan eksploitasi ekonomi mereka.
Akuisisasi, penjualan, penyewaan dan pengelolaan properti mineral.
Memberikan dasar arah, perencanaan dan pengendalian kerja tambang
untuk memastikan operasi penambangan ekonomis dan aman . Studi
tentang gerakan batuan dan tanah yang disebabkan oleh operasi
pertambangan, prediksi mereka, dan tindakan pencegahan dan
pengobatan perbaikan kerusakan subsidence . Membantu dalam
perencanaan dan rehabilitasi lahan yang terkena dampak dari operasi
mineral dan bekerjasama dengan otoritas perencanaan pemerintah
daerah.
Dan di dalam pertambangan memiliki beberapa sub bagian, yaitu :
1. Bagian Bahan Galian dan Logam 2. Bagian Bahan Galian dan
Industri 3. Bagian Drilling dan logging 4. Bagian Bahan Galian
Batubara dan Migas 5. Bagian Geoteknik dan Hidrologi 6. Bagian
Topografi dan Digital Mapping
1. B. Peran Ilmu Geodesi dalam Dunia Pertambangan
Beberapa peran Ilmu Geodesi dalam Dunia Pertambangan :1.
kegiatan eksplorasi untuk penentuan titik lokasi pengeboran dan
study outcrop. 2. pembuatan model cadangan bahan tambang. 3.
pengukuran pemasangan design tambang. 4. pengukuran topografi
original atau topografi progress tambang. 5. kegiatan survey dalam
mendukung kegiatan Peledakan- Blasting- (pengukuran space-boder dan
depth). 6. Kegiatan survey pada pemasangan Guideline di kegiatan
penambangan underground. 7. Menunjuk atau menentukan arah
danbatas-batas yang akan digali sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. 8. Melapor kepada petugas yang bertanggung jawab atas
pekerjaanpenggalian apabila mendekati (tidak kurang 50meter) dari
tempat- tempat yangmempunyai potensi bahaya seperti kantongkantong
air, gas-gas berbahaya, semburanbatu (rock burst), dan permukaan
tanah atau penyangga- penyangga yang dapat membahayakan penggalian
tersebut. 9. Survey data processing untuk pengolahan selanjutkan
keperhitungan volume, perhitungan cadangan, desain jalan. 10.
Menghitung kapasitas alat untuk menghitungtarget bulanan atau ke
design tambang untuk merencanakan bentuk tambang,kemana arah jalan,
berapa jumlah bench yang di perlukan,
sudut kemiringan designtambang agar tidak terjadi longsoran,
berapa kapasitas tanah penutup (overburden& interburden).
Para surveyor sendiri dihadapkan oleh topografi yang setiap
hari, bahkan setiap jam pasti berubah karena adanya progress
tambang sehingga harus menyajikan sebuah peta topografi yang actual
setiap jam. Topografi dan Digital Mapping menggunakan teknologi
geodetis untuk menentukan koordinat dan elevasi agar memperoleh
pemetaan dengan data kontur yang akurat. Menggunakan peralatan yang
didukung oleh Trimble dan South terutama dalam penggunaan GPS RTK
(Global Positioning System Real Time Kinematik). Teknologi dapat
mempercepat dan meningkatkan kinerja di lapangan. Bagian ini juga
didukung oleh personil-personil geodesi yang telah berpengalaman di
bidangnya, baik menggunakan system geodetis, total station,
theodolite maupun waterpass. Berbagai project pengukuran dan
pemetaan yang menghasilkan data dan peta baik dalam bentuk digital
mapping maupun print out. Terpercaya dalam hasil pengukran yang
diperoleh sehingga dapat mempermudah client dalam proses
penghitungan total cadangan bahan galian. Proses pengolahan data
hingga menghasilkan bentuk permukaan yang akurat dan cepat dapat
diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak (software) baik itu
untuk trimble maupun south. Bagian topografi dan digital mapping
telah mengerjakan berbagai project dan itu bukan hanya dalam dunia
pertambangan, tapi juga dalam pemetaan tata kota, perkebunan,
kehutanan, maupun pada dinas pertanahan. Kemampuan peralatan yang
canggih dengan jarak data record antara base line (GPS data
recorder/Reciever) dengan rover (alat ukur mobile/GPS Data survey)
dapat mencapai 10 KM. Hal inilah yang mempermudah pengukuran lebih
efisien dengan akurasi yang tinggi. Jika ada persoalan pembebasan
lahan sementara data perubahan topografi belum selesai disajikan,
maka harus bisa menyajikan data sudah diproses untuk selanjutnya
dilakukan perhitungan sisa cadangan kalo topografi yang diambil
tersebut sudah aktif ditambang. Dengan Ilmu Geodesi, kita bisa
menyajikan data topografi yang cepat, lengkap dan teliti.
1. C. Jenis Pekerjaan Survei dalam Pekerjaan Explorasi dan
Exploitasi
C.1 Explorasi Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Kegiatan
Eksplorasi : 1. Tujuan Eksplorasi Tujuan kegiatan ekpslorasi antara
lain untuk mengetahui :
a. Melokalisasi suatu endapan bahan galian. b. Endapan/bijih
yang dicari. c. Sifat tanah dan batuan. 2. Studi Kepustakaan Studi
kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang : a. peta
dasar sudah tersedia/belum. b. Peta geologi/topografi (satelit,
udara, darat). c. Analisis regional. d. Laporan-laporan
penyelidikan terdahulu. e. Teori-teori dan metode-metode lapangan
yang ada. f. Geografi. g. Sosial budaya dan adat istiadat. h.
Hukum. 3. Pemilihan Metode Metode eksplorasi yang digunakan umumnya
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : a. Cara tidak langsung. b. Cara
langsung. c. Gabungan cara langsung dan tak langsung. Eksplorasi
mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum
itu secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan
galian, tetapi pengertian eksplorasi itu merujuk kepada seluruh
urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari : 1. Peninjauan
(reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan
tujuan prospek. 2. Penilaian ekonomi prospek yang telah ditemukan.
3. Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang. C.1.1
Pentahapan Dalam Perencanaan Kegiatan Eksplorasi 1. Tahap
Eksplorasi Pendahuluan Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi
pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil
sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga
berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap ini adalah : mencari
a. Studi Literatur Dalam tahap ini, sebelum memilih
lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan
peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu),
catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih
daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan
langkah
berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi
metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih
daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian
dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah
terjadi, dan tandatandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei Dan Pemetaan Jika peta dasar (peta topografi) dari
daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan
singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai
(peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika
belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu.
Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini
sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk
mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi
peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang
penting. Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian
atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan
adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen
(jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya.
Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan
bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter,
serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai,
jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi
atau dibuat baru (peta singkapan). Tanda-tanda yang sudah diplot
pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak
atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi
hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara
acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan
(trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi
tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan
alat ukur). Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model
penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal,
dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang
bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau
daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan
dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
2. Tahap Eksplorasi Detail Setelah tahapan eksplorasi
pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek
yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White,
1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak
yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau
lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai
penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran
kadar/kualitas secara
mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut
dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan
kesalahan yang kecil (