Top Banner
BAB V KAJIAN PENAMBANGAN 5.1. Sistem Penambangan Secara garis besar sistem penambangan dikelompokkan menjadi 3, yaitu : 1.Tambang terbuka (surface mining) Metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar. 2.Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining) Metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar. 3.Tambang bawah air (underwater mining) Metode penambangan yang kegiatan penggaliannya dilakukan di bawah permukaan air atau endapan mineral berharganya terletak dibawah permukaan air. Tambahan: 4.Tambang ditempat (Insitu Mining or Novel Mining). Pemilihan sistem penambangan dilakukan berdasarkan pada sistem yang akan memberikan 1
40

Kajian Penambangan

Mar 31, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kajian Penambangan

BAB V

KAJIAN PENAMBANGAN

5.1. Sistem Penambangan

Secara garis besar sistem penambangan dikelompokkan

menjadi 3, yaitu :

1.Tambang terbuka (surface mining)

Metode penambangan yang segala kegiatan atau

aktivitas penambangannya dilakukan di atas atau

relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat

kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar.

2.Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground

mining)

Metode penambangan yang segala kegiatan atau

aktivitas penambangannya dilakukan di bawah

permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung

berhubungan dengan udara luar.

3.Tambang bawah air (underwater mining)

Metode penambangan yang kegiatan penggaliannya

dilakukan di bawah permukaan air atau endapan

mineral berharganya terletak dibawah permukaan

air.

Tambahan:

4.Tambang ditempat (Insitu Mining or Novel Mining).

Pemilihan sistem penambangan dilakukan

berdasarkan pada sistem yang akan memberikan

1

Page 2: Kajian Penambangan

keuntungan yang paling besar dan perolehan tambang

(mining recovery) yang paling baik dan bukan berdasarkan

letak dangkal atau dalamnya suatu endapan. Hartman

(1987) membagi ke-4 sistem penambangan tersebut

menjadi metode-metode penambangan yang lebih

spesifik seperti pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Klasifikasi Sistem Penambangan (Hartman, 1987)

SISTEM KELAS METODE BAHAN GALIANConventionalTambang Terbuka

Mekanis

Aquaeous

Open pit mining*Quarrying*Opencast mining*Auger miningHydraulicking*Dregding *

Metal, non-metalNon-metalBatubara, non-metalBatubara, metal, non-metalMetal, non-metalMetal, non-metal

TambangBawah Tanah

Swa-sangga (Selfsupported)

Room & Pillar mining*Stope & Pillar mining*Underground gloryhole

Batubara, non-metalMetal, non-metalMetal, non-

2

Page 3: Kajian Penambangan

GopheringShrinkage stopingSublevel stoping *

metalMetal, non-metalMetal, non-metalMetal, non-metal

Berpenyangga buatan(Supported)

Cut & Fill stoping *Stull stopingSquare set stoping

MetalMetalMetal

Ambrukan (Caving)

Longwall mining *Sublevel cavingBlock caving *

Batubara, non metalMetalMetal

InconvetionalNovel Penggalian cepat

Automasi, RobotikGasifikasi bawahtanahRetorting bawah tanahTambang samuderaTambang nuklirTambang luar bumi

Batuan kerasSemuaBatubara, batuan lunakHidrokarbonMetalNon-batubaraMetal, non-metal

*) = Metode penambangan yang lazim diterapkan

5.2. Pemilihan Metode Penambangan

Dalam kegiatan penambangan, hal yang paling

utama adalah memilih suatu metode penambangan yang

paling sesuai dengan karakteristik unik (alam,

geologi, lingkungan dan sebagainya) dari endapan

mineral yang ditambang di dalam batas keamanan,

teknologi dan ekonomi, untuk mencapai ongkos yang

paling minimum dan keuntungan yang paling maksimum.

3

Page 4: Kajian Penambangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan tersebut

adalah :

1.Karakteristik spasial dari endapan

Merupakan faktor penting yang dominan karena

umumnya sangat menentukan pemilihan metode

penambangan antara tambang terbuka dengan tambang

bawah tanah, penentuan tingkat produksi, metode

penanganan material, dan bentuk tambang dalam

badan bijih. Faktor-faktor tersebut meliputi :

a. Ukuran (dimensi, terutama tinggi dan tebal)

b. Bentuk (tabular, lenticular, massive, irregular)

c. Orientasi (dip/inklinasi)

d. Kedalaman (rata-rata dan nilai ekstrim yang

akan berimbas pada stripping ratio)

2.Kondisi geologi dan hidrogeologi

Karakteristik geologi, baik dari badan bijih

maupun batuan samping, akan mempengaruhi pemilihan

metode penambangan, terutama dalam pemilihan

antara metode selektif dan nonselektif serta

pemilihan system penyanggaan pada system

penambangan bawah tanah. Hidrologi berdampak pada

kebutuhan akan penyaliran dan pemompaan, sedangkan

aspek mineralogy akan menentukan syarat-syarat

pengolahan.

a. Mineralogi dan petrologi (Sulfida vs Oksida),

b. Komposisi kimia

4

Page 5: Kajian Penambangan

c. Struktur endapan (lipatan, sesar,

ketidakmenerusan, intrusi)

d. Bidang lemah, (kekar, rekahan, bidang

perlapisan)

e. Keseragaman, alterasi, erosi (zona dan daerah

pembatas)

f. Air tanah dan hidrologi (kemunculan, debit

aliran dan muka air)

3.Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika

batuan) untuk bijih dan batuan sekelilingnya. Hal

ini akan mempengaruhi pemilihan peralatan pada

sistem penambangan terbuka dan pemilihan kelas dan

metode dalam sistem penambangan bawah tanah

(swasangga, berpenyangga atau ambrukan). Sifat-

sifat geoteknik yang perlu diperhatikan antara

lain:

a. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids,

porositas, permeabilitas, lengas)

b. Sifat elastik (kekuatan, modulus elastisitas,

nisbah Poisson, dan lain-lain)

c. Perilaku elastik atau visko elastik (flow, creep)

d. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)

e. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten (kemampuan

bukaan pada kondisi tanpa penyangga)

4.Pertimbangan ekonomi

5

Page 6: Kajian Penambangan

Pertimbangan ekonomi akan mempengaruhi hasil,

investasi, aliran kas, masa pengembalian dan

keuntungan. Faktor ini meliputi:

a. Cadangan (tonase dan kadar),

b. Produksi,

c. Umur tambang,

d. Produktivitas, dan

e. Perbandingan ongkos penambangan untuk metode

penambangan yang cocok

5.Faktor teknologi

Kondisi yang paling sesuai antara kondisi alamiah

endapan dan metode penambangan adalah yang paling

diinginkan. Sedangkan metode yang tidak sesuai

mungkin tidak banyak pengaruhnya pada saat

penambangan, tetapi kemungkinan akan berpengaruh

pada kegiatan pendukung tambang/terusannya

(pengolahan, peleburan, dll). Yang termasuk dalam

faktor teknologi adalah :

a. Perolehan tambang, dilusi (jumlah waste yang

ikut terambil)

b. Kefleksibilitasan metode dengan perubahan

kondisi

c. Selektifitas metode untuk memisahkan bijih

dan waste

d. Konsentrasi atau dispersi pekerjaan

e. Modal, pekerja dan intensitas mekanisasi

6

Page 7: Kajian Penambangan

6.Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa

lingkungan fisik saja, tetapi juga meliputi

lingkungan sosial, politik dan ekonomi. Yang

termasuk dalam faktor lingkungan adalah :

a. Kontrol bawah permukaan untuk merawat kondisi

bukaan

b. Penurunan permukaan tanah (subsidence), atau

efek ambrukan pada permukaan tanah

c. Kontrol atmosfir (ventilasi, kontrol

kualitas, kontrol panas dan kelembaban)

d. Kekuatan kerja (pelatihan, recruitment,

kesehatan dan keselamatan, kehidupan, kondisi

permukiman)

Prosedur pemilihan metode penambangan secara

ringkas ditunjukkan oleh Gambar 5.1.

Metode dan prinsip penambangan yang telah

dijelaskan sebelumnya melibatkan masalah-masalah

geomekanika dan operasional. Pengelola industri

harus bisa memilih metode panambangan yang paling

tepat untuk cebakan bijih tertentu. Selain

karakteristik badan bijih yang mempengaruhi

pemilihan metode panambangan, karakteristik

7

Page 8: Kajian Penambangan

operasional khusus untuk setiap metode penambangan

secara langsung juga ikut mempengaruhi pemilihan

metode penambangan. Karekteristik operasional

tersebut meliputi:

Skala penambangan

Laju produksi

Selektivitas

Persyaratan pekerja

Keluwesan ekstraksi

8

Studi Konseptual

Penilaian karakteristik fisik dankuantitas overburden daribeberapa metode, tataletak dan

Studi Rekayasa

kuantifikasi dan pembandingankonsep–konsep yang dihasilkanterdahulu sehingga dihasilkan

Studi Rancangan Rinci

Spesifikasi dan gambar konstruksidari metode yang dipilih.

Page 9: Kajian Penambangan

Gambar 5.1. Prosedur pemilihan metode penambangan.

Keputusan terakhir dalam pemilihan metode

penambangan akan merefleksikan sifat-sifat mekanik

dari badan bijih dan lingkungannya serta hal-hal

teknik praktis lain. Terkadang muncul permasalahan

bahwa pemilihan metode penambangan dapat

menimbulkan beberapa kesulitan teknis. Kesulitan

yang timbul adalah bagaimana menggabungkan

beberapa faktor yang berpengaruh agar bisa

memutuskan metode penambangan yang sesuai untuk

suatu cebakan bijih. Berdasarkan perkembangan

filosofi dan sejarah ilmu pertambangan, metode

penambangan dikembangkan untuk dapat mengakomodasi

dan mengeksploitasi beberapa kondisi penambangan.

Prosedur yang dapat dikembangkan dalam pemilihan

metode penambangan adalah dengan melakukan

optimasi secara komputasi.

Tujuan utama pemilihan suatu metode untuk

menambang endapan mineral adalah merancang suatu

sistem eksploitasi yang paling sesuai dengan

kondisi sebenarnya. Dalam hal ini pengalaman

berperan utama dalam pengambilan keputusan yang

9

Laporan Rekayasa Final

Keputusan investasi, pengadaanperalatan dan jadwal pelaksanaan

Page 10: Kajian Penambangan

memerlukan banyak pertimbangan berdasarkan

evaluasi rekayasa. Evaluasi tersebut dilakukan

dalam tiga tahap seperti pada Gambar 5.1, yaitu

studi konseptual, studi rekayasa, dan studi

rancangan rinci. Hasilnya ialah sebuah laporan

rekayasa final.

Contoh pedoman untuk penentuan metode

penambangan terbuka berdasarkan kekuatan bijih dan

batuan di sekitarnya serta geometri cadangan

menurut Hartman (1987) dapat dilihat pada Tabel

5.2.

Resume dari tabel tersebut adalah:

1. Tambang terbuka umumnya lebih serba guna,

terutama berkaitan dengan kekuatan bijih dan

batuan samping, dip endapan, dan kadar bijih,

tetapi sangat bergantung dengan bentuk dan

ukuran endapan, keseragaman kadar dan kedalaman

(keduanya mutlak dan bergantung pada nisbah

kupas/stripping ratio).

2. Penerapan ideal pada endapan yang besar,

perlapisan datar (atau massif) dengan sebaran

secara mendatar luas dan tebal dan

keterdapatannya dekat permukaan.

3. Kurang cocok untuk endapan yang kecil, tipis,

kadar tidak merata, kemiringan besar dan

posisinya dalam.

10

Page 11: Kajian Penambangan

4. Penambangan dengan ekstraksi mekanis lebih

konvensional, banyak diterapkan, mudah dalam

pelaksanaannya dan fleksibel dalam perubahan

metode penambangan.

5. Penambangan dengan ekstraksi aqueous lebih

murah dan cocok untuk diterapkan pada endapan

kecil dengan kadar yang bervariasi, tetapi

sangat terbatas penerapannya pada endapan yang

rentan terhadap terhadap air dan jika pemenuhan

kebutuhan air memerlukan biaya yang mahal.

11

Page 12: Kajian Penambangan

Tabel 5.2. Pemilihan Metode Penambangan Terbuka Berdasarkan Kekuatan Bijih dan Batuan serta Geometri Cadangan

No FaktorPenambangan Terbuka Sistem Ekstraksi mekanis Penambangan Terbuka Aqueus

Open Pit Quarrting Open Cast Augering Hydraulicking Dredging Borehole Leaching

1 Kekuatan Bijih

Sembarang Sembarang Sembarang Sembaran

g Tidak Tidak terkonsolidasi

Dapat Ambruk,

      (sedikit struktur)   terkonsoli

dasiterkonsolidasi   permeable

          sedikit bongkah beberapa    

              bongkah    

2 Kekuatan batuan

Sembarang Sembarang Sembarang Sembaran

g Tidak Tidak Kompeten, Kompeten,

  Samping         terkonsolidasi

terkonsolidasi Kedap kedap

3 Bentuk Endapan

Sembarang

Lapisan tebal Tabular, Tabular, Tabular Tabular Sebarang Masif,

  (tabuar lebih atau masif Berlapis Berlapis     Tabularbes

ar    disukai)              

4 Kemiringan/dip Sebarang Sebarang

jia Sebarang Dip kecil Dip kecil Dip kecil Sebarang Dip besar

  Endapan (dip kecil Tebal (dip kecil

lebih   (dip kecil  

    lebih   disukai)       lebih  

12

Page 13: Kajian Penambangan

disukai) disukai)

5 Ukuran endapan

Besar, tebal

Besar, tebal Besar, Penyebar

an Penyebaran Penyebaran Sedang Sebarang

    Ketebalan terbatas, tipis

terbatas, tipis dan tebal sampai

besar (lebih

        Sedang     sedang   disukai besar)

6 Kadar bijih Rendah Tinggi Rendah Rendah Sangat Rendah

Sangat Rendah Sedang Sangat

rendah

7 Keseragaman bijih Seragam Seragam Agak

seragam Seragam Agak Seragam

Agak Seragam

Bervariasi Bervariasi

13

Page 14: Kajian Penambangan

5.3. Klasifikasi Sumber Daya Mineral (Resources) dan

Cadangan (Reserves) Menurut SNI (Standar Nasional

Indonesia)

Sumber Daya Mineral (Mineral Resources) adalah

endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan

secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan

geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan

setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan

memenuhi kriteria layak tambang. Menurut SNI

(Standar Nasional Indonesia) sumberdaya mineral

terbagi atas 4, yaitu :

1.Sumber Daya Mineral Hipotetik (Hypothetical Mineral

Resources) adalah sumber daya mineral yang

kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan

perkiraan pada tahap Survei Tinjau.

2.Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resources)

adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan

kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap

Prospeksi.

3.Sumber Daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral

Resources) adalah sumber daya mineral yang

kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan

hasil tahap Eksplorasi Umum.

4.Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral

Resources) adalah sumber daya mineral yang

14

Page 15: Kajian Penambangan

kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan

hasil tahap Eksplorasi Rinci.

Cadangan (Reserves) adalah endapan mineral yang

telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas

dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis,

hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada

saat perhitungan dilakukan. Menurut SNI (Standar

Nasional Indonesia) klasifikasi cadangan di bagi

benjadi 2, yaitu :

1.Cadangan Terkira (Probable Reserves) adalah sumber

daya mineral terunjuk dan sebagian sumberdaya

mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya

masih lebih rendah, yang berdasarkan studi

kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah

terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan

secara ekonomik.

2.Cadangan Terbukti (Proved Reserves) adalah sumber

daya mineral terukur yang berdasarkan studi

kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah

terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan

secara ekonomik.

15

Page 16: Kajian Penambangan

Gambar 5.2. Diagram Klasifikasi Sumber Daya dan

Cadangan Menurut SNI 13-4726-1998

5.4. Mining Recovery

Mining Recovery adalah perbandingan antara cadangan

yang tertambang dengan yang tidak tertambang dalam

persen, dimana mengacu pada jumlah cadangan yang

tereksplorasi.

Untuk mengetahui hasil dari mining recovery

terlebih dahulu harus diketahui loss and dilution factor

yaitu faltor kehilangan dan pengotoran yang ada pada

daerah penambangan .dimana rumus yang dipergunakan

untuk mengetahui mining recovery adalah sebagai berikut

:

MR = 100 % - % yang hilang

Cd-tg = Ts-Ore x % X

Cd-ntg= Ts-Ore x % Y

16

Page 17: Kajian Penambangan

Dimana :

MR = Perolehan tambang (%)

Cd-tg = Cadangan tertambang (ton)

Cd-ntg= Cadangan yang tidak tertambang (ton)

% X = Jumlah cadangan yang diperkirakan tertambang

dalam persen (%)

% Y = Jumlah cadangan yang diperkirakan tidak

tertambang (%)

Diketahui :

Pengupasan Over Burden = 2%

Pembongkaran = 1,5%

Pemuatan = 2%

Pengangkutan = 2%

Cadangan = 173.219 ton

Maka :

MR = 100% - (2% + 1,5% + 2% + 2%)

= 93%

Cadangan Tertambang = Cadangan x MR

= 173.219 x 93%

= 16.109.367 ton

Cadangan Tak Tertambang = (Pengupasan OB +

Pembongkaran +

Pemuatan + pengangkutan) x

Cadangan

= (2% + 1,5% + 2% + 2%) x

173.219

17

Page 18: Kajian Penambangan

= 1.299.143 ton

18

Page 19: Kajian Penambangan

5.5. Pertimbangan Dasar Rencana Penambangan

Salah satu pertimbangan dasar rencana penambangan

adalah :

Break Even Stripping Ratio (BESR)

Untuk menganalisis kemungkinan sistem

penambangan yang akan digunakan, apakah tambang

terbuka ataukah tambang bawah tanah, maka

dipelajari break even stripping ratio (BESR), yaitu

perbandingan antara biaya penggalian endapan bijih

(ore) dengan biaya pengupasan tanah penutup

(overburden/OB) atau merupakan perbandingan selisih

biaya penambangan bawah tanah dan penambangan

terbuka dengan biaya pengupasan secara tambang

terbuka. BESR ini juga disebut over all striping ratio.

Misalnya biaya penambangan secara tambang bawah

tanah = Rp.

18.000/ton bijih, biaya penambangan secara tambang

terbuka = Rp.

2000/ton bijih dan ongkos pengupasan tanah penutup

= Rp. 3500/ton

overburden. Maka untuk memilih salah satu sistem

penambangan

digunakan rumus BESR(1).

BESR(1) =

BiayaTambangBawahTanahton/bijih−BiayaTambangTerbukatonbijihBiayaPengupasanOB/tonOB

19

Page 20: Kajian Penambangan

BESR(2) =

Nilaiyangdiperoleh /tonbijih−ongkosproduksi/tonbijihBiayaPengupasanOB/tonOB

BESR(2) ini juga disebut economic stripping ratio yang

artinya berapa besar keuntungan yang dapat

diperoleh bila endapan bijih itu ditambang secara

tambang terbuka.

BESR(3) biasanya dihitung berdasarkan keuntungan

maksimum yang akan diperoleh, yaitu :

BESR(3) =

nilaiyangdiperoleh /tonbijih−(ongkosproduksi /ton+keuntungan /ton)biayapengupasanOB/tonOB

Sehingga, secara umum 2 hal yg mempengaruhi tinggi

rendahnya BESR adalah :

Kadar logam dari bijih yang akan ditambang

Harga logam di pasaran

Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga

logam di pasaran, dapat mengakibatkan perluasan

tambang karena cadangan bertambah, sebaliknya jika

harga logam turun, maka jumlah cadangan akan

berkurang. Sehingga secara umum pertimbangan

ekonomis meliputi :

1. Nilai (value) endapan bijih (berapa harga dari

produk yang dihasilkan) dinyatakan dalam Rp/ton

bijih.

20

Page 21: Kajian Penambangan

2. Ongkos produksi sampai dengan barang tambang

siap dijual (Rp/ton bijih).

3. Ongkos pengupasan over burden (stripping cost),

dinyatakan dalam Rp/ton bijih.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BESR dipakai

untuk mengetahui apakah rancangan tambang tersebut

menguntungkan/ tidak.

21

Page 22: Kajian Penambangan

Tabel 5.3. Perhitungan Ongkos Produksi

  Jumlah Jenis Jam Hari Minggu Bulan Tahun

Bahan Bakar1 Backh

oe Rp 77.727,27

Rp 544.090,91

Rp 3.264.545,45

Rp 39.174.545,45

Rp 470.094.545,45

3 Truck Rp 225.409,09

Rp 1.577.863,64

Rp 9.467.181,82

Rp 37.868.727,27

Rp 454.424.727,27

Minyak Pelumas1 Backh

oe Rp 3.515,63

Rp 24.609,38

Rp 147.656,25

Rp 590.625,00

Rp 7.087.500,00

3 Truck Rp 15.767,37

Rp 110.371,62

Rp 662.229,73

Rp 2.648.918,92

Rp 31.787.027,03

Pergantian Ban1 Backh

oe Rp 625.000,00

Rp 4.375.000,00

Rp 26.250.000,00

Rp 105.000.000,00

Rp 1,260.000.000,00

3 Truck Rp 1.190.476,19

Rp 8.333.333,33

Rp 50.000.000,00

Rp 200.000.000,00

Rp 2,400.000.000,00

Perbaikan & Perawatan

1 Backhoe

Rp 130.000

Rp 910.000

Rp 5.460.000

Rp 21.840.000,00

Rp 262.080.000,00

3 Truck Rp 130.000

Rp 2.730.000

Rp 16.380.000

Rp 65.520.000,00

Rp 786.240.000,00

T o t a l Rp 5.671.713.800

Tabel 5.4. Ongkos Pengupasan Overburden

  Jumlah Jenis Jam Hari Minggu Bulan

22

Page 23: Kajian Penambangan

Bahan Bakar1 Backh

oe Rp 392,325.82

Rp 2,746,280.73

Rp 16,477,684.36

Rp 65,910,737.45

5 Truck Rp 1,479,927.27

Rp 10,359,490.91

Rp 62,156,945.45

Rp 248,627,781.82

Minyak Pelumas1 Backh

oe Rp 246,707.43

Rp 1,726,952.03

Rp 10,361,712.16

Rp 41,446,848.65

5 Truck Rp 939,377.41

Rp 6,575,641.89

Rp 39,453,851.35

Rp 157,815,405.41

Pergantian Ban1 Backh

oe Rp 23,809.52

Rp 166,666.67

Rp 1,000,000.00

Rp 4,000,000.00

5 Truck Rp 23,809.52

Rp 166,666.67

Rp 1,000,000.00

Rp 4,000,000.00

Sewa Alat1 Backh

oe Rp 650,000.00

Rp 4,550,000.00

Rp 27,300,000.00

Rp 109,200,000.00

5 Truck Rp 530,000.00

Rp 3,710,000.00

Rp 22,260,000.00

Rp 89,040,000.00

Perbaikan & Perawatan

1 Backhoe

Rp 130,000

Rp 910,000

Rp 5,460,000

Rp 21,840,000.00

5 Truck Rp 130,000

Rp 4,550,000

Rp 27,300,000

Rp 109,200,000.00

T o t a l Rp 1.702.161.547

23

Page 24: Kajian Penambangan

Tabel 5.5. Nilai yang diperoleh

Cadangan / ton

173.21

9 Harga Jual / ton $

40.000Nilai yang

diperoleh

$

Diketahui :

Nlai yang diperoleh = $ 6928760000

Ongkos produksi / Tahun = Rp 5.671.713.800

Ongkos Pengupasan OB = Rp 1.702.161.547

Maka :

BESR2=Nilai−OngkosProduksi

OngkosPengupasanOverburden

BESR2=6928760000−5.671.713.800

1.702.161.547BESR2=69

5.6. Stripping Ratio

Salah satu cara menggambarkan efisiensi geometri

(geometrical efficiency) dalam kegiatan penambangan adalah

dengan istilah Stripping Ratio atau nisbah pengupasan.

Stripping ratio (SR) menunjukkan jumlah overburden yang

harus dipindahkan untuk memperoleh sejumlah bijih

62

Page 25: Kajian Penambangan

yang diinginkan. Nisbah ini secara umum diberikan

dalam persamaan berikut.

SR=Overburden(volume)

Bijih(volume)

Nisbah antara waste terhadap bijih yang digambarkan

dalam suatu unit satuan volume berguna dalam

perancangan disain tambang.

Diketahui :

Overburden = 84.661 ton

Bijih = 173.219 ton

Maka :

SR=173.219ton84.661ton

SR=1:2

5.7. Waste Dump dan Stockpile

5.7.1. Waste Dump

Waste dump adalah suatu daerah dimana suatu

operasi tambang terbuka dapat membuang material

kadar rendah dan/atau material bukan bijih yang

harus digali dari pit untuk memperoleh

bijih/material kadar tinggi.

Rancangan waste dump sangat penting untuk

perhitungan keekonomian. Lokasi dan bentuk dari

63

Page 26: Kajian Penambangan

waste dump dan stockpile akan berpengaruh terhadap

jumlah gilir truk yang diperlukan, demikian pula

biaya operasi dan jumlah truk dalam satu armada

yang diperlukan.

Daerah yang diperlukan untuk waste dump pada

umumnya luasnya 2-3 kali dari daerah

penambangan (pit).

a. Material yang telah dibongkar (loose material)

berkembang 30-45 % dibandingkan dengan

material in situ.

b. Sudut kemiringan untuk suatu dump umumnya

lebih landai dari pit.

c. Material pada umumnya tidak dapat ditumpuk

setinggi kedalaman dari pit.

Berdasarkan alasan politik, banyak

perusahaan menjauhi nama waste dumps. Istilah

yang disukai adalah waste rock storage area, rock piles,

dan lain-lain.

A. Jenis - jenis Dump

1. Valley Fill/Crest Dumps

a. Dapat diterapkan di daerah ayng

mempunyai topografi curam. Dumps dibangun

pada lereng.

b. Elevasi puncak (dump crest) ditetapkan

pada awal pembuatan dump. Truk membawa

muatannya ke elevasi ini dan membuang

64

Page 27: Kajian Penambangan

muatannya ke lembah di bawahnya. Elevasi

crest ini dipertahankan sepanjang umur

tambang.

c. Dump dibangun pada angle of repose.

d. Membangun suatu dump ke arah atas (dalam

beberapa lift) pada daerah yang topografinya

curam biayanya mahal. Dumping akan mulai

pada kaki (toe) dari dump final yang

berarti pengangkutan truk yang panjang

pada awal proyek.

e. Diperlukan usaha yang cukup besar untuk

pemadatan yang memenuhi persyaratan

reklamasi.

2. Terraced Dump/Dump yang dibangun ke atas

(dalam lift)

a. Dapat diterapkan jika topografi tidak

begitu curam pada lokasi dump.

b. Dump dibangun dari bawah ke atas. Dalam

lift biasanya 20-40 m tingginya.

c. Ada untung ruginya dari segi ekonomi

antara jarak horizontal untuk perluasan

lift terhadap kapan memulai suatu lift

baru.

d. Lift-lift berikutnya terletak lebih ke

belakang sehingga sudut lereng keseluruhan

65

Page 28: Kajian Penambangan

(overall slope angle) mendekati yang dibutuhkan

untuk reklamasi.

5.7.2. Stockpile

Stockpile digunakan untuk menyimpan material

yang akan digunakan pada saat yang akan datang.

a. Bijih kadar rendah yang dapat diproses pada

saat yang akan datang.

b. Tanah penutup atau tanah pucuk yang dapat

digunakan untuk reklamasi.

Perhitungan Luas Daerah Stock Yard

Stock Yard di Area Penambangan

V=13×π×r2×t

Dimana :

t = tinggi tumpukan

r = jari-jari lingkaran

V = volume material hasil penambangan

Diketahui :

t = 4

V = 4152 m3

Maka :

4152=13×3,14×r2×4

4152=4,18r2

r2=4152m3

4,18m3

66

Page 29: Kajian Penambangan

r=√993,3r=31,5m2

L=3,14×993,3m2

¿3.115,6m2

Stock Yard di Pelabuhan

V=13×π×r2×t

Dimana :

t = tinggi tumpukan

r = jari-jari lingkaran

V = volume material hasil penambangan

Diketahui :

t = 4

V = 2076 m3

Maka :

2076=13×3,14×r2×4

2076=4,186r2

r2=2076m3

4,186m3

r2=√495,93r=22,2694m2

L=3,14×495,93m2

¿1.557,2m2

67

Page 30: Kajian Penambangan

5.8. Parameter Rancangan

1.Angle of Repose

a. Batuan kering run of mine umumnya mempunyai

angle of repose antara 34–37 derajat.

b. Sudut ini dipengaruhi oleh tinggi dump,

ketidakteraturan bongkah batuan, kecepatan

dumping.

c. Dapat dibuat pengukuran pada suatu lereng

(bongkah-bongkah alami/talus) yang ada di daerah

tersebut.

2.Faktor Pengembangan (Swell Factor)

a. Pada batuan keras, faktor pengembangan pada

umumnya antara 30 dan 45%. Satu meter kubik in

situ akan mengembang menjadi 1,3–1,45 meter

kubik material lepas (loose).

b. Pengukuran bobot isi loose dapat dilakukan.

c. Dengan waktu, material dapat dikompakkan dari

5–15%. Material yang dibuang dengan truk akan

menjadi lebih kompak daripada material yang

dibuang oleh ban berjalan (belt conveyor stackes).

3.Tinggi Lift/Jarak “Setback”

a. Hanya berlaku untuk dump yang dibangun ke atas

(dengan lift).

b. Tinggi lift umumnya adalah 15-40 meter.

c. Rancangan jarak setback sedemikian rupa

sehingga sudut kemiringan keseluruhan rata-rata

68

Page 31: Kajian Penambangan

(average overall slope angle) adalah 2H:1V (27

derajat) sampai 2.5H:1V (22 derajat) untuk

memudahkan reklamasi.

4.Jarak Dari Pit Limit

a. Jarak minimum adalah ruangan yang cukup untuk

suatu jalan antara pit limit dan kaki dump

(dump toe). Kestabilan pit akibat dump harus

diperhitungkan.

b. Jarak yang sama atau lebih besar dari kedalaman

pit akan mengurangi resiko yang berhubungan

dengan kestabilan lereng pit.

5.Makalah Bonhet/Kunze (Surface Mining Bab 5.6)

merekomendasikan sedikit tanjakan ke arah dump

crest dengan alasan penirisan dan keamanan.

a. Limpasan air hujan menjauhi crest.

b. Truk harus menggunakan tenaga mesin untuk

menuju ke crest dan bukan meluncur bebas. Juga

akan mengurangi resiko alat/ kendaraan yang

diparkir meluncur jatuh dari puncak waste dump

(crest).

5.9. Perencanaan Sistem Penambangan yang Digunakan

5.10.

5.9.1.Sistem Penambangan

69

Page 32: Kajian Penambangan

Sistem penambangan yang digunakan adalah

sistem tambang terbuka (Open Cast) sistem ini

digunakan karena melihat kondisi letak dan

kedalaman endapan bijih tidak terlalu jauh

dari permukaan tanah dan juga penggalian

endapan bijih dilakukan pada suatu lereng

bukit. Pekerjaan penambangan yang dilakukan

berhubungan langsung dengan alam terbuka

sehingga dipilih sistem tambang terbuka.

5.9.2.Metode Penambangan

Melihat karakteristik endapan bijih besi Pulau

Pakal yaitu sebagai berikut :

Rata-rata ketebalan bijih yang bervariasi

dari 1 meter sampai 30 meter

Ketebalan tanah penutup yang tersebar

bervariasi dari 0 meter sampai 18,3 meter

Topografi bervariasi dengan kemiringan

lereng rata-rata

Posisi endapan relative horizontal terhadap

permukaan tanah.

Dengan keadaan daerah atau kondisi seperti

ini, maka metode penambangan yang rencananya

akan diterapkan adalah sebagai berikut :

Metode penambangan yang digunakan adalah

open cast karena penggalian endapan bijih

70

Page 33: Kajian Penambangan

dilakukan pada suatu lereng bukit dengan

kedalaman endapan tidak terlalu jauh.

Untuk mendukung operasi peralatan di front

penambangan khususnya terhadap kemampuan

berpindah alat, yang di perlukan kekerasan

jalan, baik pada jalan masuk di bench maupun

untuk jalan bench.

Penggalian over burden di laksanakan dengan

menggunakan 3 alat Excavator, 2 yang

digunakan dan 1 sebagai cadangan, sedangkan

untuk produksi menggunakan 2 alat Excavator,

1 yang digunakan dan 1 sebagai cadangan.

Alat Excavator tersebut berfungsi sebagai

alat gali namun juga sekaligus berfungsi

sebagi alat muat yang melayani alat angkut.

Penggalian bijih di lakukan dengan membentuk

jenjang –jenjang ( bench ).

Tanah penutup dikupas dengan metode back

filling dengan di angkut disposal areal

untuk tahapan pertama.

Penggangkutan menggunakan alat angkut dump

truck, untuk kondisi daerah dengan daya

dukung tanah yang kurang baik.

Untuk membantu penggalian dan pemuatan bijih

di gunakan Bulldozer.

71

Page 34: Kajian Penambangan

5.10. Kemajuan Tambang

Setelah dilakukan perhitungan secara manual

dengan menggunakan data pengukuran yang ada, maka

didapatkan total volume cadangan bijih besi adalah

622.004 m3, dan total jumlah cadangan bijih adalah

165.557 ton.

Tabel 5.6. Kemajuan Tambang

TahunVolume

Terbongkar(m3)

KandunganBijih(Ton)

1 104.614 29.291,922 103.260,88 28.913,043 102.943,88 28.824,284 108.117,13 30.272,795 102.388,25 28.668,716 89.885 25.167,80

Total 611.209,13 171.138,56

Simulasi Kemajuan Tambang Menggunakan Surpac 6.1.2

72

Page 35: Kajian Penambangan

Gambar 5.4. Material bijih besi yang akan di tambang

Keterangan :

: Material yang terbongkar pada tahun

pertama

: Material yang terbongkar pada tahun ke

dua

: Material yang terbongkar pada tahun ke

tiga

: Material yang terbongkar pada tahun ke

empat

: Material yang terbongkar pada tahun ke

lima

: Material yang terbongkar pada tahun ke

enam

Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada

gambar 5.4 didapatkan volume ore keseluruhan dari tahun

pertama sampai tahun ke enam adalah = 611.209,13,

tonnase = 171.138,56, volume overburden =

1.641.917,38, dan tonnase overburden = 459.736,86.

73

Page 36: Kajian Penambangan

Gambar 5.5. Material yang terbongkar pada tahun pertama

Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada

gambar 5.5 didapatkan volume ore pada tahun pertama

adalah = 104.614, tonnase ore = 29.291,92, volume

overburden = 157.840,88, dan tonnase overburden =

44.195,45.

74

Page 37: Kajian Penambangan

Gambar 5.6. Material yang terbongkar pada tahun kedua

Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada

gambar 5.6 didapatkan volume ore pada tahun kedua

adalah = 103.260,88, tonnase ore = 28.913,04, volume

overburden = 127.535,75, dan tonnase overburden =

35.710,01.

75

Page 38: Kajian Penambangan

Gambar 5.7. Material yang terbongkar pada tahun ketiga

Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada

gambar 5.7 didapatkan volume ore pada tahun ketiga

adalah = 102.943,88, tonnase ore = 28.824,28, volume

overburden = 130.421,25, dan tonnase overburden =

36.517,95.

Gambar 5.8. Material yang terbongkar pada tahun keempat

Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada

gambar 5.8 didapatkan volume ore pada tahun keempat

adalah = 108.117,13, tonnase ore = 30.272,79, volume

76

Page 39: Kajian Penambangan

overburden = 195.242,75, dan tonnase overburden =

54.667,97.

Gambar 5.9. Material yang terbongkar pada tahun kelima

Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada

gambar 5.9 didapatkan volume ore pada tahun kelima

adalah = 102.388,25, tonnase ore = 28.668,71, volume

overburden = 235.790,63, dan tonnase overburden =

66.021,38.

Gambar 5.10. Material yang terbongkar pada tahun keenam

77

Page 40: Kajian Penambangan

Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada

gambar 5.10 didapatkan volume ore pada tahun keenam

adalah = 89.885, tonnase ore = 25.167,80, volume

overburden = 795.086,13, dan tonnase overburden =

222.624,12.

78