Top Banner
METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS PADA MATA KULIAH GEOMETRI ANALITIK RUANG DITINJAU DARI TIPE PERILAKU DISC PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2017/2018 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: Ayu Zuhaeni Awaliah A410140058 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018
17

METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

Aug 21, 2019

Download

Documents

tranduong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS

PADA MATA KULIAH GEOMETRI ANALITIK RUANG DITINJAU DARI

TIPE PERILAKU DISC PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

Ayu Zuhaeni Awaliah

A410140058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,
Page 3: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,
Page 4: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

iii

Page 5: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

1

METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS

PADA MATA KULIAH GEOMETRI ANALITIK RUANG DITINJAU DARI

TIPE PERILAKU DISC PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Abstract

This study aimed to describe metacognition in solving straight line problem

viewed by type of behaviorspace DISC at Universitas Muhammdiyah Surakarta.

Researcher took for one sample each from type of dominance, influence, steadiness

and compliance. The sampling technique using DISC questionnaires and

consideration of lecturers. Data collection techniques in this study using the test

method, think aloud, field note and interview. Data validation was done by

triangulation technique by comparing the results of the test, think aloud, field note

and interview. Data analysis techniques by means of data reduction, data presentation

and conclusion. Based on the research results, the SD’s metacognition fulfills all the

indicators except re-examination. SC’s does not fulfill one indicator, it is able to

determine the known information and metacognition skills in SC only fulfills two

indicators that understand the steps to be taken to solve the problem and the steps

undertaken coherent settlement. SI and SS have the same metacognition, they only

fulfill one indicator.

Keyword: dominance, influence, steadiness, compliance dan metakognitive

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metakognisi mahasiswa

pemecahan masalah garis lurus mata kuliah geometri analitik ruang berdasarkan tipe

perilaku DISC di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Peneliti mengambil 4

sampel yaitu tipe dominance, tipe influence, tipe steadiness dan tipe compliance dari

112 mahasiswa semester 3 kelas A, B, C dan S. Teknik pengambilan sampel

menggunakan angket dan pertimbangan dari dosen pengampu. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan metode tes, think aloud, catatan lapangan dan

wawancara. Keabsahan data dilakukan dengan triangulasi teknik yaitu

membandingkan hasil tes, think aloud, catatan lapangan dan wawancara. Teknik

analisis data dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian, SD memiliki metakognisi baik karena memenuhi

semua indikator kecuali melakukan pemeriksaan kembali. Sedangkan SC memiliki

metakognisi yang cukup baik karena pada pengetahuan metakognisi SC tidak

memenuhi 1 indikator yaitu tidak mampu menentukan informasi yang diketahui dan

pada keterampilan metakognisi SC hanya memenuhi 2 indikator yaitu memahami

langkah-langkah yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah serta langkah

penyelesaian yang dilakukan runtut. SI dan SS memiliki metakognisi yang sama

yaitu mempunyai metakognisi yang tidak baik karena hanya memenuhi 1 indikator.

Kata kunci : dominance, influence, steadiness, compliance dan metakognisi

Page 6: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

2

1. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kegiatan makro yang didalamnya terdapat kegiatan

belajar oleh peserta didik dan pendidik sehingga terjadi perubahan tingkah laku

yang lebih maju dan terampil (Djumali,dkk, 2014: 38). Pendidikan dapat

diperoleh melalui lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Peran

pendidikan sangat penting dalam mengembangkan pengetahuan, pengalaman dan

keterampilan seseorang untuk mencapai tujuan yaitu kehidupan yang lebih baik.

Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mencapai kehidupan yang lebih baik

antara lain dengan menempuh pendidikan formal. Pendidikan formal merupakan

pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya.

Berbicara terkait pendidikan tidak terlepas dari pelajaran matematika di

sekolah. Durasi jam pelajaran matematika di sekolah lebih lama daripada durasi

jam pelajaran lain. Namun kenyataannya masih banyak siswa yang kurang

memahami tentang matematika. Padahal matematika itu sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari (Hartjarjo dan Murti, 2015: 2). Matematika dapat melatih

siswa untuk berfikir kritis, logis dan sistematis. Matematika juga menuntut siswa

untuk memiliki kemampuan kognitif yang tinggi agar berhasil dalam

pembelajarannya. Kemampuan kognitif yang tinggi tidak bisa berjalan dengan

lancar tanpa kesadaran seseorang tentang kemampuannya sendiri. Kesadaran itu

dinamakan dengan metakognitif.

Flavell (1979: 906) mendefinisikan metakognisi adalah pengetahuan

seseorang tentang kemampuan kognitifnya sendiri. Kemampuan metakognitif

siswa masih rendah karena banyak siswa yang tidak menyadari kemampuan

pengetahuannya yang dimiliki. Metakognitif berperan penting dalam pemahaman

bacaan, pemahaman lisan, menulis, penguasaan bahasa dan memecahkan

masalah. Metakognisi dibagi menjadi dua aspek yaitu pengetahuan metakognitif

dan keterampilan metakognitif (Flavell, 1979: 907). Pengetahuan metakognitif

adalah pengetahuan yang tersimpan yang berhubungan dengan kognitifnya dan

terdapat beragam kognitif seperti tujuan, tugas, pengalaman dan tindakan mereka

Page 7: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

3

(Flavell, 1979: 907). Keterampilan metakognitif adalah pengendalian tugas yang

kita lakukan dan pengendalian proses berfikir (Simanjuntak, 2012: 2).

Pengetahuan metakognitif terdiri dari pengetahuan keyakinan dalam

bertindak dan berinteraksi. Pengetahuan metakognitif meliputi tiga kategori yaitu

kategori individu, kategori tugas dan kategori strategi (Flavell, 1979: 907).

Keterampilan metakognitif yang dimiliki seseorang dapat mengatasi kesulitan

belajar dan mengontrol kegiatan belajaranya sendiri sehingga mempengaruhi hasi

belajarnya. Jika keterampilan metakognitif yang dimiliki seseorang tinggi maka

tinggi pula prestasi akademiknya (Senegmolu dan Altindag, 2013: 18). Ketika

siswa dihadapkan dengan suatu masalah maka siswa berfikir untuk memecahkan

masalah tersebut. Dalam pemecahan masalah siswa pasti menggunakan

keterampilan metakognisinya. Keterampilan metakognitif dalam pemecahan

masalah dibagi menjadi empat komponen yaitu memprediksi, merencanakan,

memonitor, dan mengevaluasi (Simanjuntak, 2012: 2).

Dalam kaitannya dengan pemecahan masalah, pengetahuan berbagai

strategi belajar merupakan hal penting untuk diketahui semua siswa karena

digunakan untuk memperoleh, mengingat dan memperbaiki berbagai macam

pengetahuan. Penelitian Josefina Santana (dalam Nugrahaningsih, 2012: 39)

menunjukkan bahwa siswa yang menyadari kemampuan pengetahuan

metakognisinya lebih efektif dalam menyelesaikan masalah daripada yang tidak

menyadari kemampuan pengetahuan metakognisinya. Pemecahan masalah yang

efektif dapat diperoleh dengan menerapkan strategi metakognitif ketika

menyelesaikan soal. Aufin (2012: 98) mengartikan pemecahan masalah

merupakan suatu usaha mencari jalan keluar untuk menyelesaikan suatu kesulitan

dengan mengambil keputusan yang tepat. Untuk memecahkan suatu masalah

perlu melalui proses yaitu memahami masalah, merencanakan masalah,

menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali masalah (Polya 1988: 5).

Dalam pemecahan masalah geometri analitik lebih sulit dari mata kuliah

lainnya, sehingga peneliti lebih memilih mata kuliah geometri analitik.

Page 8: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

4

Mahasiswa masih kesulitan dalam memahami dan memecahkan masalah

geometri analitik. Geometri analitik merupakan mata kuliah dasar dari geometri

mengenai bidang datar (Imswatama dan Muhassanah, 2016:2). Mata kuliah ini

bertujuan agar mahasiswa lebih memahami tentang sistem koordinat, didang rata,

garis lurus, bola, tempat kedudukan kerucut dan persamaan umum derjat dua. Di

universitas muhammdiyah surakarta masih banyak mahasiswa yang tidak lulus

mata kuliah geometri analitik. Hal tersebut terlihat pada persentase berikut.

Tabel 1.1 persentase mahasiswa yang tidak lulus mata kuliah geometri analitik

Tahun akademik Persentase tidak lulus

2013/2014 39,23%

2014/2015 37,12%

2015/2016 42%

2016/2017 37%

Adapun kriteria tidak lulus jika mahasiswa pada mata kuliah geometri

analitik mendapat nilai D atau E (nilai akhir <50). Pada program pendidikan

matematika FKIP universitas muhammdiyah surakarta geometri analitik

didistribusikan menjadi 2 mata kuliah yaitu geometri analitik bidang untuk

semester 2 dan geometri analitik ruang untuk semester 3. Namun demikian

penelitian ini dilaksanakan pada pemecahan masalah geometri analitik ruang.

Selama proses pembelajaran individu memiliki karakter dan perilaku

yang berbeda-beda. Marston (1928: 112) mengklasifikasikan perilaku individu

menjadi empat tipe. Empat tipe perilaku yang dimaksud yaitu dominance,

influence, steadiness, dan compliance (DISC). Tipe dominance memprioritaskan

hasil, aksi dan tantangan (Bradley, 2016: 8). Tipe influence mengutamakan

antusiasme, aksi dan kolaborasi (Bradley, 2016: 9). Tipe steadiness

mengutamakan dukungan, stabilitas dan kolaborasi (Bradley, 2016: 10). Tipe

compliance mengutamakan akurasi, stabilitas dan tantangan (Bradley, 2016: 11).

Berdasarkan paparan tersebut tampak bahwa perlu dilaksanakan penelitian

yang mendeskripsikan metakognisi mahasiswa dalam memecahkan masalah

geometri analitik ruang.

2. Metode

Page 9: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

5

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh data tentang metakognisi mahasiswa dalam memecahkan masalah

garis lurus. Penelitian ini juga mendeskripsikan hasil metakognisi mahasiswa

dalam memecahkan masalah sehingga menggunakan jenis penelitian kualitatif

deskriptif.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian melalui angket, tes, video

rekaman, catatan lapangan dan wawancara. Dalam menganalisis data peneliti

melakukan tahap reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan validitas kesesuaian bahasa

dan triangulasi teknik. Validitas kesesuaian bahasa dilakukan oleh dosen

pengampu untuk memilih soal yang mudah dipahami oleh responden. Penelitian

ini menggunakan triangulasi teknik karena peneliti melakukan pengecekan

dengan mengambil data dari sumber yang sama menggunakan cara yang berbeda

yaitu melalui tes, video rekaman, catatan lapangan dan wawancara untuk

menghasilkan data yang sama.

3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Pengetahuan metakognitif

a. Pengetahuan deklaratif

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan setiap subjek memiliki

metakognitif yang berbeda. Berdasarkan hasil tersebut SD memenuhi

semua indikator dalam pengetahuan deklaratif. Sedangkan SI mampu

menulis yang diketahui namun kurang lengkap karena tidak menulis garis

yang diketahui. SS menulis g1 dan g2 harusnya g1 saja. Jadi SS kurang

tepat dalam menulis yang diketahui. SI dan SS tidak mampu mengaitkan

pengetahuan dasar dengan informasi yang diketahui karena langkah SI

pertama mencari titik padahal titiknya sudah diketahui. Dari hasil

wawancara SS mengetahui jika sejajar bilangan arahnya sama dan jika

tegak lurus bilangan arahnya dicari dulu, namun tidak mampu

menerapkannya. Dalam pengetahuan deklaratif SI dan SC hanya

memenuhi satu indikator yaitu mengetahui kelemahannya pada dirinya.

Selanjutnya SC mampu menulis yang diketahui namun kurang jelas untuk

Page 10: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

6

g tegak lurus g, seharusnya dua garis yang berbeda diberi simbol yang

berbeda juga. Jadi SC hanya memenuhi 2 indikator.

Tabel 4.2 pengetahuan metakognitif pada aspek pengetahuan deklaratif

No Indikator pengetahuan deklaratif SD SI SS SC

1 mampu menentukan informasi yang

diketahui √ - - -

2

mampu mengaitkan pengetahuan

dasar yang dimiliki dengan

informasi-informasi yang diperoleh

dalam masalah

√ - - √

3 mengetahui kelemahan pada dirinya √ √ √ √

Pengetahuan deklaratif merupakan apa yang kita ketahui tentang

proses berfikir kita yang mengacu pada konsep dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pemikirannya dalam pemecahan masalah (Fry dan Young

2008: 1). Berdasarkan pengamatan di lapangan SD memenuhi semua

indikator dalam pengetahuan deklaratif hal ini didukung oleh penelitian

Adibi (2012) yang menyatakan bahwa SD tipe kepribadian yang berpusat

dan dengan lima model pendekatan D merupakan seseorang yang lebih

baik dalam memahami kepribadiannya.

b. Pengetahuan prosedural

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan setiap subjek memiliki

metakognitif yang berbeda. Berdasarkan hasil tersebut SD dan SC

memenuhi semua indikator dalam pengetahuan prosedural. Sedangkan SI

dan SS tidak memenuhi semua indikator karena SI tidak mengetahui cara

mengerjakan soal tersebut sehingga SI juga tidak mengetahui cara yang

lebih mudah. SS hanya mengetahui syarat sejajar dan tegak lurus, namun

tidak mampu menerapkan pada soal.

Tabel 4.3 pengetahuan metakognitif pada aspek pengetahuan prosedural

No Indikator pengetahuan prosedural SD SI SS SC

1

mahasiswa mampu mengetahui

gambaran atau cara dalam

menyelesaikan masalah secara

umum

√ - - √

2

dan mahasiswa akan menggunakan

strategi lain yang dianggap lebih

mudah

√ - - √

Page 11: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

7

Berdasarkan pengamatan di lapangan SD dan SC sama yaitu

memenuhi semua indikator dalam pengetahuan prosedural hal ini

didukung oleh penelitian Pratitis dan Utami (2013: 246) yang menyatakan

bahwa SD dan SC berhati-hati dalam mengambil keputusan dan

menganalisa masalah secara berulang-ulang agar mampu menghadapi

masalah dengan baik.

c. Pengetahuan kondisional

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan setiap subjek memiliki

metakognitif yang berbeda. Berdasarkan hasil tersebut SD dan SC

memenuhi satu indikator yaitu mahasiswa mengetahui menggunakan

rumus yang efektif dalam memecahkan masalah. Sedangkan SI dan SS

tidak memenuhi semua indikator. SI dan SS tidak mengetahui

menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD,

SI, SS dan SC tidak mengetahui alasan menggunakan rumus tersebut.

Tabel 4.4 pengetahuan metakognitif pada aspek pengetahuan kondisional

No Indikator pengetahuan kondisional SD SI SS SC

1

mengetahui menggunakan rumus

yang efektif dalam memecahkan

masalah

√ - - √

2 mengetahui alasan menggunakan

rumus - - - -

Berdasarkan pengamatan di lapangan SD dan SC sama yaitu hanya

memenuhi satu indikator dalam pengetahuan kondisional yaitu

menggunakan rumus yang tepat. Hal ini didukung oleh pendapat Chahino

(2011: 18) yang menyatakan bahwa SD orang yang mengambil tindakan

sesuai tujuan , tetap fokus pada misi serta tidak takut tantangan.

Sedangkan SC orang yng bekerja sesuai aturan, akurat dan harus perfect.

Jadi SD dan SC sama-sama orang yang mengerjakan sesuatu harus sesuai

tujuan dan aturan, sehingga mempunyai alasan yang tepat dalam

mengambil keputusan tersebut.

Page 12: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

8

2. Keterampilan metakognitif

a. Merencanakan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan setiap subjek memiliki

metakognitif yang berbeda. Berdasarkan hasil tersebut SD memenuhi

semua indikator pada aspek merencanakan. Sedangkan SI mampu menulis

yang diketahui namun kurang lengkap karena tidak menulis garis yang

diketahui. Berbeda dengan SS mampu menulis semua yang diketahui

namun kurang tepat karena menulis g1 dan g2 harusnya g1 saja. SI dan SS

sama-sama tidak menulis yang ditanyakan. SI, SS dan SC menyatakan apa

yang diketahui dengan menggunakan simbol namun tidak menulis yang

ditanyakan. SI dan SS tidak memahami langkah-langkah dalam

mengerjakan sehingga SI dan SS tidak memenuhi semua indikator pada

tahap merencanakan. Selanjutnya SC hanya memenuhi satu indikator yaitu

memahami langkah-langkah yang akan dilakukan dalam memecahkan

masalah.

Tabel 4.5 keterampilan metakognitif pada aspek merencanakan

No Indikator aspek merencanakan SD SI SS SC

1 dapat menulis yang diketahui dan

yang ditanyakan √ - - -

2

dapat menyatakan apa yang

diketahui dan ditanyakan dengan

menggunakan simbol

√ - - -

3

memahami langkah-langkah yang

akan dilakukan dalam memecahkan

masalah

√ - - √

Berdasarkan pengamatan di lapangan hanya SD yang memenuhi

semua indikator pada tahap merencanakan. Hal ini didukung oleh pendapat

Marston (1928: 140) yang menyatakan bahwa SD adalah tipe oramg yang

berani mencoba dan menyukai tantangan. Oleh karena itu SD mampu

merencanakan dengan baik karena berani mencoba.

b. Memonitor

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan setiap subjek memiliki

metakognitif yang berbeda. Berdasarkan hasil tersebut SD memenuhi

Page 13: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

9

semua indikator dalam aspek memonitor. Sedangkan SI dan SS tidak

memenuhi semua indikator. SI dan SS tidat dapat menulis rumus dengan

benar dan tepat serta langkah-langkah penyelesaiannya pun tidak runtut.

Dalam tahap memantau, SI dan SS tidak mampu memantau dengan baik

sehingga pada saat mengganti jawaban yang salah masih tetap salah.

Selanjutnya SC hanya memenuhi satu indikator yaitu langkah-langkah

yang dilakukan runtut. SC mampu menulis rumus dengan tepat tetapi

kurang benar karena SC kurang teliti. SC memantau langkah penyelesaian

dengan menulis kesimpulannya walaupun masih kurang, karena SC

mencoret jawaban yang salah tetapi masih salah. SC juga memantau

karena jawabannya terlalu besar.

Tabel 4.6 keterampilan metakognitif pada aspek memonitor

No Indikator aspek memonitor SD SI SS SC

1 dapat menulis rumus dengan benar

dan tepat √ - - -

2 langkah penyelesaian yang

dilakukan runtut √ - - √

3

mengontrol atau memantau langkah

penyelesaian dari informasi yang

telah diketahui dalam masalah

√ - - -

Berdasarkan pengamatan di lapangan hanya SD yang memenuhi

semua indikator pada tahap merencanakan. Hal ini didukung oleh

pendapat Bradley (2016: 12) yang menyatakan bahwa SD adalah selalu

memperhitungkan dan mempertimbangkan untuk menemukan jawaban

yang bisa membawanya lebih baik. Menurut Pratitis dan Utami (2013:

241) Dominance adalah tipe orang yang kreatif sehingga mampu

memunculkan ide-ide dengan mudah dalam memecahkan masalah.

c. Mengevaluasi

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan setiap subjek memiliki

metakognitif yang berbeda. Berdasarkan hasil tersebut SD, SI, SS dan SC

tidak melakukan pemeriksaan kembali terhadap langkah-langkah yang

dilakukan apakah telah sesuai dengan informasi-informasi yang diketahui

dari masalah, karena ada jawaban yang salah tetapi tidak diganti atau tidak

Page 14: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

10

dicoret. Sehingga SD hanya memenuhi satu indikator yaitu mampu

memutuskan apakah sudah benar atau belum, jika belum mahasiswa dapat

mengubah jawabannya. Sedangkan SI, SS dan SC tidak memenuhi semua

indikator. SI, SS dan SC mampu memutuskan bahwa jawabannya salah,

tetapi tidak mampu membenarkan.

Tabel 4.7 keterampilan metakognitif pada aspek mengevaluasi

No Indikator aspek mengevaluasi SD SI SS SC

1

melakukan pemeriksaan kembali

terhadap langkah-langkah yang

dilakukan apakah telah sesuai

dengan informasi-informasi yang

diketahui dari masalah

- - - -

2

mampu memutuskan apakah sudah

benar atau belum, jika belum

mahasiswa dapat mengubah

jawabannya

√ - - -

Berdasarkan pengamatan di lapangan hanya SD yang memenuhi

indikator pada tahap mengevaluasi yaitu mampu memutuskan apakah sudah

benar atau belum, jika belum mahasiswa dapat mengubah jawabannya. Hal

ini didukung oleh pendapat Madani (2016: 56) yang menyatakan bahwa SD

adalah percaya diri dan berorientasi pada hasil sehingga dia melihat

hasilnya serta tidak memeriksa kembali.

4. Penutup

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metakognitif tipe

dominance, influence, steadiness dan compliance dalam memecahkan masalah

garis lurus pada mata kuliah geometri analitik ruang pada mahasiswa program

studi pendidikan matematika FKIP universitas muhammadiyah surakarta

berbeda.

1. Pengetahuan metakognitif

Pada aspek pengetahuan deklaratif, SD memiliki pengetahuan

deklaratif yang baik karena memenuhi semua indikator. Sedangkan SC

memiliki pengetahuan deklaratif yang cukup baik karena SC mampu

mengaitkan dengan informasi yang diketahui dan mampu mengetahui

Page 15: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

11

kelemahan pada dirinya. SI dan SS memiliki pengetahuan deklaratif yang

tidak baik karena hanya mampu mengetahui kelemahan pada dirinya.

Pada aspek pengetahuan prosedural, SD dan SC memiliki

pengetahuan prosedural yang baik karena memenuhi semua indikator.

Sedangkan SI dan SS memiliki pengetahuan prosedural yang tidak baik karena

tidak memenuhi semua indikator.

Pada aspek pengetahuan kondisional,SD dan SC memiliki

pengetahuan kondisional yang cukup baik karena mengetahui menggunakan

rumus yang efektif dalam memecahkan masalah. Sedangkan SI dan SS

memiliki pengetahuan kondisional yang tidak baik karena tidak memenuhi

semua indikator.

2. Keterampilan metakognitif

Pada tahap merencanakan, SD memiliki kemampuan merencanakan

yang baik karena memenuhi semua indikator. Sedangkan SC memiliki

kemampuan merencanakan yang cukup baik karena mampu memahami

langkah-langkah yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah. SI dan SS

memiliki kemampuan merencanakan yang tidak baik karena tidak memenuhi

semua indikator.

Pada tahap memonitor, SD memiliki kemampuan memonitor yang

baik karena memenuhi semua indikator. Sedangkan SC memiliki kemampuan

memonitor yang cukup baik karena mampu melakukan langkah penyelesaian

yang runtut. SI dan SS memiliki kemampuan memonitor yang tidak baik

karena tidak memenuhi semua indikator.

Pada tahap mengevaluasi, SD memiliki kemampuan mengevaluasi

yang cukup baik karena mampu memutuskan kebenaran jawabannya dan

membetulkan jawabannya yang salah. Sedangkan SI, SS dan SC memiliki

kemampuan mengevaluasi yang sama yaitu tidak baik karena tidak memenuhi

semua indikator.

Page 16: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

12

DAFTAR PUSTAKA

Adibi, peyman, dkk. 2012. “Personality dimensions and type D personality in female

patients with ulcerative colitis” journal of research

in medical sciences 17(10): 898–904

Altindag, M. and Senemoglu, N. 2013. “Metacognitive Skills Scale”. Hacettepe

Universitesi Journal of Education 28 (1): 15-26

Astuti, Lina Dwi. 2014. “Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar dan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Yogyakarta

Melalui Problem Based Learning”. Skripsi.

Yogyakarta: Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta

(http://eprints.uny.ac.id/13258/1/SKRIPSI%20LIN

A%20DWI%20ASTUTI.pdf)

Aufin, Mohammad. 2012. “Komunikasi Dan Pemecahan Masalah Dalam

Pembelajaran Matematika”. Jurnal Psikologi 1(2):

94-110

Bradley, Alex. 2012. Everything DISC workplace. John wiley and sons, inc. diakses

27 juli 2016 (https://discprofile.com/DiscProfile/

media/PDFs-Other/Sample%20Reports/ED-

Workplace-profile-sample-report.pdf)

Chahino, Michael. 2011. An Exploration Of Student Personality Type And Success In

Online Classes. Dekalb, Illinois: ProQuest LLC

Djumali, dkk. 2014. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media

Flavell, J. H. 1979. “Metacognition and cognitive monitoring: A new area of

cognitive-developmental inquiry”. American

Psychologist 34(10): 906-911

Madani, Didik. 2017. “5 Menit Membaca Pikiran (Perilaku Orang)”. Disampaikan

Pada Seminar Power Speaking Service Excellence

ASN Pemkot Surakart Di Sahid Prince Hotel, Solo

Pada 7-9 Oktober 2016

Marston, William Moulton. 1928. Emotions Of Normal People. Great Britain: The

Devonshire Press, Torquay

Murti, Heru Astikasari Setya dan T. Dicky Hastjarjo. 2015. “Permainan Imajinatif

Berdasarkan Metakognisi dalam Belajar

Matematika.” Gadjah Mada Journal Of Psychology

1(1): 1-12

Page 17: METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS LURUS …eprints.ums.ac.id/61617/16/naskah publikasi revisi 3.pdf · menggunakan rumus yang efektif dalam memecahkan masalah serta SD, SI,

13

Nugrahaningsih, Theresia Kriswianti. 2012. “Metakognisi Siswa SMA Kelas

Akselerasi Dalam Menyelesaikan Masalah

Matematika”. Staf Pengajar Prodi Pendidikan

Matematika Fkip Unwidha Klaten No. 82 Th.

XXIV: 37-50

(http://journal.unwidha.id/index.php/magistra/article

/viewFile/290/239)

Polya, G. 1957. How To Solve It: A New Aspect Of Mathematical Method. Princeton,

New Jersey: Princeton University Press

Simanjuntak, Mariati Purnama. 2012. “Penerapan model pembelajaran berbasis

pemecahan masalah untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan perilaku

metakognisi mahasiswa”. Jurnal online pendidikan

fisika 1(1): 1-7

(http://digilib.unimed.ac.id/1272/1/Fulltext.pdf)

Utami, Adnani Budi dan Niken Titi Pratitis. 2013. “Peran Kreativitas Dalam

Membentuk Strategi Coping Mahasiswa Ditinjau

Dari Tipe Kepribadian Dan Gaya Belajar”. Persona,

Jurnal Psikologi Indonesia 2(3): 232–247