Top Banner
MERANTI PUTIH DAN UPAYA KONSERVASINYA DOSEN PENGAMPU Suheriah Mulia Devi, ST, M.Si DHARMA PUTRA 120309178592 LISA TRI HARYATI 120309179592 RESKI APRILIA 120309180092 POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL BALIKPAPAN 2014
41

Meranti Putih

Jan 26, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Meranti Putih

MERANTI PUTIH DAN UPAYA KONSERVASINYA

DOSEN PENGAMPU

Suheriah Mulia Devi, ST, M.Si

DHARMA PUTRA 120309178592

LISA TRI HARYATI 120309179592

RESKI APRILIA 120309180092

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

BALIKPAPAN

2014

Page 2: Meranti Putih

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas

makalah Teknologi Beton sub materi Pelat Beton Bertulang ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini, baik secara material maupun

moril. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Karmila Achmad, S.T. sebagai dosen pengampu.

2. Kedua orang tua yang mendukung secara material dan moril.

3. Teman – teman kelas 2 Teknik Sipil 2.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat. Akhir kata penulis

berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat

membangun akan diterima dengan senang hati.

Balikpapan, Maret 2014

Penulis

Reski Aprilia

Page 3: Meranti Putih

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL............................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 3

1.5 Metodologi Penelitian................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Beton................................................................... 3

2.2 Material Penyusun Beton....................................................... 4

2.3 Sifat Beton............................................................................. 4

2.4 Kelebihan Beton.................................................................... 5

2.5 Kekurangan Beton................................................................. 5

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengenalan Pelat........................................................................ 7

3.2 Sistem Penulangan Pelat............................................................ . 9

3.3 Pelat dengan Satu Tumpuan....................................................... . 11

3.4 Pelat dengan Dua Tumpuan Sejajar............................................ . 11

3.5 Pelat dengan Empat Tumpuan Saling Sejajar............................. 12

3.6 Pelat Tangga Beton Bertulang..................................................... 13

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan.......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Meranti Putih

DAFTAR LAMPIRAN

Page 5: Meranti Putih

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Material penyusun beton 4

Gambar 3.1 Penumpu pelat 8

Gambar 3.2 Jenis perletakan pelat pada balok 9

Gambar 3.3 Contoh pelat dengan penulangan satu arah 9

Gambar 3.4 Contoh pelat dengan penulangan dua arah 10

Gambar 3.5 Contoh penulangan pelat dengan satu tumpuan 11

Gambar 3.6 Contoh penulangan pelat dengan dua tumpuan sejajar 12

Gambar 3.7 Contoh pelat dengan empat tumpuan saling sejajar 12

Gambar 3.8 Komponen-komponen tangga 14

Gambar 3.10 Bentuk tangga 14

Page 6: Meranti Putih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kayu sebagai hasil hutan sekaligus hasil sumber kekayaan alam, merupakan

bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan

teknologi. Kayu dapat didefinisikan sebagai suatu bahan, yang diperoleh dari hasil

pemungutan pohon-pohon di hutan, sebagai bagian dari suatu pohon. Shorea spp

merupakan salah satu marga dari suku Dipterocarpaceae yang memiliki

keanekaragaman jenis paling tinggi. Keanekaragaman jenis Shorea spp diseluruh

dunia diperkirakan mencapai hingga ratusan jenis dengan wilayah distribusi yang

cukup luas. Marga Shorea spp terdiri dari 194 jenis yang tersebar terutama di Asia

Tenggara ke barat hingga Sri Lanka, India, Burma, dan Thailand serta 163 jenis

tersebar di Malaysia, Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Philipina dan Maluku.

Jenis-jenis pohon dari suku Dipterocarpaceae telah menjadi cirri khas

kawasan hutan di Kalimantan. Jenis-jenis ini mendominasi hutan di Kalimantan,

bahkan telah menjadikan Kalimantan sebagai kawasan dengan jumlah jenis

Dipterocarpaceae terbanyak. Menurut Kessler dan Sidiyasa (1999) di Kalimantan

setidaknya dijumpai sekitar 135 jenis Shorea. Sedangkan Alrasyidetal (1991)

mengungkapkan bahwa di Kalimantan terdapat sekitar 127 jenis. Akan tetapi,

keberadaan jenis-jenis Shorea serta disribusinya di Kalimantan Timur sampai saat

ini belum terdokumentasikan secara baik dan 91 diantaranya bersifat endemik.

Shorea spp adalah marga kayu yang paling penting di kawasan basah Asia, kayu-

kayu jenis ini banyak dimanfaatkan untuk bahan konstruksi ringan sampai berat serta

bahan baku industri perkayuan yang penting di Indonesia disamping itu juga

memiliki nilai ekonomis untuk hasil hutan bukan kayunya.

Shorea spp lebih umum dikenal masyarakat dengan nama perdagangan kayu

meranti yang berdasarkan keadaan dan sifat kayunya dibedakan menjadi 4

kelompok, yaitu meranti balau/selangan batu, meranti merah, meranti putih, dan

Page 7: Meranti Putih

meranti kuning. Mengingat nilai ekonomisnya yang cukup tinggi, kayu meranti

banyak dieksploitasi dari hutan alam di Kalimantan Timur baik secara resmi

atau illegal. Beberapa permasalahan yang dapat mengancam keberadaan dan

keanekaragaman jenis Shorea spp diantaranya adalah pembalakan liar, kebakaran

hutan, perambahan hutan untuk perkebunan, serta kegiatan penambangan liar di

kawasan konservasi.

Diperlukan upaya-upaya konservasi untuk melindungi keanekaragaman jenis

serta populasi Shorea spp khususnya kelompok meranti putih (Anthoshorea).

Langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan inventarisasi

keanekaragaman jenis meranti putih serta wilayah distribusinya di Kalimantan

Timur. Dengan demikian diharapkan dapat ditentukan metode atau langkah yang

tepat untuk melakukan upaya konservasi terhadap meranti putih baik secara in situ

maupun ex situ.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan dapat

dirumuskan adalah:

1. Bagaimana tingkat keanekaragaman serta penyebaran jenis meranti di dunia?

2. Bagaimana tingkat populasi meranti yang ada di Kalimantan?

3. Bagaimana spesifikasi serta penyebaran jenis meranti putih yang ada di

Kalimantan Timur?

4. Bagaimana pemanfaatan kayu meranti putih khususnya dalam bidang

konstruksi?

5. Bagaimana upaya konservasi yang dapat dilakukan guna menjaga

keanekaragaman jenis meranti putih yang telah mengalami penurunan?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan, maka makalah ini disusun dengan tujuan

berusaha untuk menjabarkan spesifikasi jenis serta wilayah distribusi meranti putih,

pemanfaatannya dan juga upaya konservasinya di provinsi Kalimantan Timur.

Page 8: Meranti Putih

Mengingat provinsi ini adalah salah satu provinsi terluas di Indonesia yang

menjadi bagian dari sebuah pulau besar Borneo, salah satu pusat keanekaragaman

jenis tumbuhan di dunia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam makalah ini adalah dapat menambah khazanah

ilmu pengetahuan bidang botani, bidang konstruksi kayu, serta menjadi salah satu

bahan acuan untuk melakukan upaya konservasi meranti putih di Kalimantan Timur

yang telah mengalami penurunan populasi dan terancam keanekaragamannya.

1.5 Metodologi Penelitian

Dalam penulisan makalah ini, untuk mendapatkan data dan informasi yang

diperlukan kami menggunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka atau

literature ini dilakukan dengan cara mendapatkan data atau informasi tertulis yang

bersumber dari buku-buku, dan berbagai artikel di internet yang menurut kami dapat

mendukung penelitian penyusunan makalaha ini.

Page 9: Meranti Putih

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat-sifat Umum Kayu

Kayu yang berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda-

beda. Bahkan kayu yang berasal dari satu pohon pun dapat memiliki sifat yang

berbeda jika dibandingkan bagian ujung dengan pangkalnya. Untuk itu, ada baiknya

jika sifat-sifat kayu tersebut diketahui lebih dahulu sebelum kayu dipergunakan

sebagai bahan bangunan, industri kayu maupun untuk pembuatan perabot. Sifat-sifat

umum tersebut antara lain sebagai berikut:

Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetri radial.

Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki bermacam-macam tipe dan susunan

dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa dan

hemiselulosa (unsur karbohidrat) serta berupa lignin (non-karbohidrat).

Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang

berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial dan

radial). Hal ini disebabkan oleh struktur dan orientasi selulosa dalam dinding

sel, bentuk memanjang sel-sel kayu, dan pengaturan sel terhadap sumbu

vertikal dan horisontal pada batang pohon.

Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat terbakar, terutama

jika kayu dalam keadaan kering.

Jika sebatang pohon dipotong-potong melintang dan permukaan potongan

melintang itu dihaluskan, maka akan tampak suatu gambaran unsur-unsur kayu yang

tersusun dalam pola melingkar dengan suatu pusat di tengah batang serta deretan sel

kayu dengan arah mirip jari-jari roda ke permukaan batang. Sebuah sumbu dapat

dibayangkan melewati pusat itu dan merupakan salah satu sumbu arah utama yang

disebut sumbu longitudinal. Sumbu-sumbu arah utama yang lain dapat dibuat tegak

Page 10: Meranti Putih

lurus dan memotong sumbu longitudinal. Sumbu ini disebut sumbu arah radial.

Sedangkan sumbu yang tegak lurus dengan jari-jari kayu, tetapi tidak memotong

sumbu longitudinal disebut sumbu arah tangensial.

Gambar 2.1 Arah Sudut Orientasi Kayu

Ketiga sumbu arah utama ini sangat penting artinya untuk mengenal sifat-sifat

kayu yang khas. Sifat-sifat khas kayu tersebut antara lain sifat anisotropik yang telah

dipaparkan di atas. Perbedaannya dalam hal kekuatan kayu, kembang susut kayu,

dan aliran zat cair di dalam kayu. Di samping itu, tampak bahwa kekuatan kayu yang

menahan beban ternyata lebih besar pada arah sumbu longitudinal daripada arah-

arah yang lain. Demikian pula aliran zat cair lebih cepat dan lebih mudah pada arah

longitudinal daripada arah sumbu radial dan tangensial. Sebaliknya, kembang susut

kayu yang terbesar terdapat pada arah tangensial.

(J.F. Dumanauw, 1982)

2.2 Sifat Fisik Kayu

Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah berat jenis, warna,

higroskopik, tekstur, serat, berat, kekerasan, kesan raba, bau dan rasa, nilai dekoratif,

dan beberapa sifat lain.

Page 11: Meranti Putih

Berat Jenis

Kayu memiliki berat jenis (BJ) yang berbeda-beda, berkisar antara

minimum 0,20 sampai 1,28. Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi

aneka sifat kayu. Makin berat jenis (BJ) nya, umumnya makin kuat pula

kayunya. Semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula

kekuatannya.

Keawetan alami kayu

Ketahanan kayu terhadap serangan unsur-unsur perusak kayu dari luar

misalnya jamur, rayap, bubuk, cacing laut, dan makhluk lainnya yang

diukur dengan jangka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan

oleh adanya suatu zat di dalam kayu (zat ekstraktif).

Warna kayu

Perbedaan warna disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu

yang berbeda-beda. Warna sesuatu jenis kayu dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain: tempat didalam batang, umur pohon dan

kelembapan udara. Kayu teras umumnya memiliki warna yang lebih jelas

atau lebih gelap dibandingkan kayu yang ada di luar kayu teras, yakni kayu

gubal.

Higroskopik

Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau

melepaskan air atau kelembapan. Kelembapan kayu sangat dipengaruhi oleh

kelembapan dan suhu udara pada suatu saat. Makin lembab udara

disekitarnya maka makin tinggi pula kelembapan kayu sampai tercapai

keseimbangan dengan lingkungannya.

Tekstur

Page 12: Meranti Putih

Tekstur ialah ukuran relatif sel-sel kayu. Maksud sel kayu adalah

serat-serat kayu. Jadi dapat dikatakan bahwa tekstur ialah ukuran relatif

serat-serat kayu. Berdasarkan teksturnya, jenis kayu dapat dibedakan ke

dalam tiga golongan. Ketiga golongan tersebut adalah:

- Kayu bertekstur halus, misalnya: giam, lara, kulim dan lain-lain.

- Kayu bertekstur sedang, misalnya: jati, sonokeling dan lain-lain.

- Kayu bertekstur kasar, misalnya: meranti, kempas dan lain-lain.

Serat

Serat berkaitan dengan sifat kayu, yang menunjukkan arah umum sel-

sel kayu di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat

ditentukan oleh arah alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu

dikatakan berserat halus, jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu

batang. Jika arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap

sumbu panjang batang, maka kayu itu dikatakan berserat mencong. Serat

mencong dapat dibagi menjadi empat macam. Keempat macam serat

mencong itu adalah serat berpadu, serat berombak, serat terpilin dan serat

diagonal.

- Serat berpadu

Jika batang kayu terdiri dari lapisan-lapisan yang berselang-seling,

menyimpang ke kiri kemudian ke kanan terhadap sumbu batang

dikatakan berserat berpadu. Contohnya adalah kayu kulim, renghas, dan

kapur.

- Serat berombak

Serat berombak adalah serat-serat kayu yang membentuk gamabaran

berombak, contohnya adalah kayu renghas dan merbau.

- Serat terpilin

Serat terpilin adalah serat-serat kayu yang membentuk gambaran terpilin

(puntiran), seolah-olah batang kayu dipilin mengelilingi sumbu.

Contohnya adalah kayu bintangur, kapur, dan damar.

Page 13: Meranti Putih

- Serat diagonal

Serat diagonal adalah serat yang terdapat pada potongan kayu atau

papan, yang digergaji sedemikian rupa sehingga tepinya tidak sejajar

arah sumbu, tetapi membentuk sudut dengan sumbu.

Bobot kayu

Bobot suatu jenis kayu tergantung pada jumlah zat kayu yang

tersusun, rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang

dikandung, dan zat-zat ekstraktif di dalamnya.Ditunjukkan dengan besarnya

berat jenis kayu yang bersangkutan dan dipakai sebagai patokan kelas kayu.

Berdasarkan berat jenisnya, jenis-jenis kayu digolongkan ke dalam kelas-

kelas sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kelas Kayu Berdasarkan Berat Jenisnya

Kelas Bobot Kayu Berat Jenis

a. Sangat berat Lebih besar dari 0,90

b. Berat 0,75 – 0,90

c. Agak Berat 0,60 – 0,75

d. Ringan Lebih kecil dari 0,60

Kekerasan

Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu

dan bobot kayu. Kayu-kayu yang keras juga termasuk kayu-kayu yang berat.

Sebaliknya kayu ringan adalah juga kayu yang lunak. Berdasarkan

kekerasannya, jenis-jenis kayu dapat digolongkan sebagai berikut:

- Kayu sangat keras, contohnya: balau dan giam.

- Kayu keras, contohnya: kulim dan pilang.

- Kayu sedang kekerasannya, contohnya: mahoni dan meranti.

- Kayu lunak, contohnya: pinus dan balsa.

Kesan raba

Page 14: Meranti Putih

Kesan raba sesuatu jenis kayu adalah kesan yang diperoleh pada saat

kita meraba permukaan kayu tersebut. Jika kayu diraba akan memberi kesan

kasar, halus, licin, dingin, dan sebagainya. Kesan raba yang berbeda-beda

untuk tiap-tiap jenis kayu tergantung pada tesktur kayu, besar kecilnya air

yang dikandung, dan kadar zat ekstraktif di dalam kayu. Kesan raba licin,

apabila tesktur kayunya halus dipermukaannya mengandung lilin. Kesan

raba kasar, apabila keadaan tesktur kayunya kasar. Kesan raba dingin ada

pada kayu yang bertesktur halus dan berat jenisnya tinggi, sebaliknya terasa

panas jika teskturnya kasar dan berat jenisnya rendah.

Bau dan rasa

Bau dan rasa kayu mudah hilang jika kayu itu lama tersimpan di udara

luar. Sifat bau dari kayu dapat digambarkan sesuai dengan bau yang umum

dikenal. Untuk menyatakan bau suatu kayu, seringkali kita gunakan bau

sesuatu benda yang umum dikenal. Kesan bau dan rasa disebabkan oleh

adanya hubungan erat yang terdapat pada indra pembau dan indra perasa

kita.

Nilai dekoratif

Nilai dekoratif umumnya menyangkut jenis-jenis kayu yang akan

dibuat untuk tujuan tertentu yang hanya mementingkan keindahan pada kayu

tersebut. Nilai dekoratif sesuatu jenis kayu tergantung pada penyebaran

warna, arah serat kayu, tesktur, dan pemunculan riap-riap tumbuh yang

bersama-sama muncul dalam pola atau bentuk tertentu.

(J.F. Dumanauw, 1982)

Daur dan Kecepatan Tumbuh

Kecepatan tumbuh suatu spesies tanaman pokok/pohon merupakan

kriteria penting dalam dasar pemilihan jenis karena berhubungan dengan

Page 15: Meranti Putih

kecepatan masa panen atau dalam dasar pemilihan jenis karena berhubgan

dengan kecepatan masa panen atau kelestarian produksi.

- Tumbuh cepat:daur tebang atau panen dalam waktu kurang dari 10

tahun.

- Tumbuh sedang: daur tebang atau panen dalam waktu 10-30 tahun.

- Tumbuh lambat: daur tebang atau panen lebih dari 30 tahun.

(http://khulfi.wordpress.com/2012/10/11/kriteria-pemilihan-jenis-pohon-

pembangunan-hutan-tanaman-industri-di-indonesia/, 2012)

2.3 Sifat Mekanik Kayu

Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu ialah kemampuan kayu untuk

menahan muatan dari luar. Kekuatan kayu memegang peranan penting dalam

penggunaannya sebagai bahan bangunan, perkakas dan pengunaan-pengunaan lain.

Beberapa macam kekuatan sebagai berikut:

Keteguhan lengkung (Lentur)

Keteguhan lengkung atau lentur ialah kekuatan untuk menahan gaya-

gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban-beban

mati maupun hidup selain beban pukulan yang harus dipikul oleh kayu

tersebut. Keteguhan lengkung statik menunjukkan kekuatan kayu menahan

gaya yang mengenai secara perlahan. Keteguhan pukul adalah kekuatan

kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak, seperti pukulan.

Keteguhan Geser

Keteguhan geser ialah ukuran kekuatan kayu dalam hal kemampuanya

menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut bergeser atau

bergelingsir ke bagian lain di dekatnya. Dalam hubungan ini dibedakan 3

macam keteguhan geser sejajar arah serat, keteguhan geser tegak lurus arah

serat, dan keteguhan geser miring. Keteguhan geser tegak lurus arah serat

jauh lebih besar daripada keteguhan geser sejajar arah serat.

Page 16: Meranti Putih

Keteguhan Tarik

Kekuatan atau keteguhan tarik suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu

untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu itu. Kekuatan tarik

terbesar pada kayu sejajar dengan arah serat. Kekuatan tarik tarik tegak

lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.

Keteguhan tarik ini mempunyai hubungan dengan ketahanan kayu terhadap

pembelahan.

Keteguhan tekan/kompresi

Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan

jika kayu itu dipergunakan untuk tujuan tertentu.

Kekakuan

Kekakuan kayu, baik yang dipergunakan sebagai blandar ataupun

tiang, ialah suatu ukuran kekuatan dalam kemampuannya menahan

perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dengan

istilah modulus elastisitas yang berasal dari pengujian-pengujian keteguhan

lengkung statik.

Kekerasan

Kekerasan kayu ialah suatu ukuran kekuatan kayu dalam menahan

gaya yang membuat takik atau lekukan padanya. Kemampuan kayu untuk

menahan kikisan (abrasi).

Keteguhan belah

Sifat ini digunakan untuk menyatakan kekuatan kayu dalam menahan

gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang

Page 17: Meranti Putih

rendah sangat baik untuk untuuk pembuatan sirap ataupun pembuatan kayu

bakar. Sebaliknya, keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk

pembuatan jenis ukir-ukiran.

(J.F. Dumanauw, 1982)

Tabel 2.2 Kekuatan Kayu Menurut Jenisnya

Kelas Kuat Berat Jenis

Kering Udara

Keteguhan Lentur

Mutlak (Kg/Cm²)

Keteguhan Tekan

mutlak (Kg/Cm²)

I >0,90 >1100 <650

II 0,90 - 0,60 1100 - 725 650 - 425

III 0,60 – 0,40 725 – 500 425 - 300

IV 0,40 – 0,30 500 - 360 300 - 215

V <0,30 <360 <215

(sumber: LPHH – Bogor)

2.4 Sifat Kimia Kayu

Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap

serangan makhluk perusak kayu, selain itu dapat pula menentukan pengerjaan dan

pengolahan kayu, sehingga didapat hasil yang maksimal.

Tabel 2.3 Komposisi unsur-unsur kimia dalam kayu

Unsur kimia Komposisi

Karbon 50%

Hidrogen 6%

Nitrogen 0,04 - 0,10%

Abu 0,20 – 0,50%

Oksigen sisanya

Tabel 2.4 Komponen kimia menurut golongan kayu

Komponen Kimia Kayu daun lebar (%)

Selulosa 40 – 45

Page 18: Meranti Putih

Lignin 18 – 33

Pentosan 21 – 24

Zat ekstaktif 1 – 12

Abu 0,22 – 6

Selulosa

Bahan kristalin untuk membangun dinding-dinding sel. Bahan dasar

selulosa ialah glukosa, gula bermartabat enam, dengan rumus C6H12O6.

Molekul-molekul glukosa disambung menjadi molekul-molekul besar,

panjang dan berbentuk rantai dalam susunan menjadi selulosa. Selulosa

merupakan bahan dasar yang penting bagi industri-industri yang memakai

selulosa sebagai bahan baku misalnya, pabrik kertas dan pabrik sutera

tiruan.

Lignin

Merupakan bagian yang bukan karbohidrat, persenyawaan kimia yang

jauh dari sederhana, tidak berstruktur, bentuknya amorf. Dinding sel

tersusun oleh suatu rangka molekul selulosa, antara lain terdapat pula lignin.

Kedua bagian ini merupakan suatu kesatuan yang erat, yang menyebabkan

dinding sel menjadi kuat menyerupai beton bertulang besi. Selulosa laksana

batang-batang besi dan lignin sebagai semen betonnya. Lignin terletak

terutama dalam lamela tengah dan dinding primer. Kadar lignin dalam kayu

gubal lebih tinggi daripada kayu teras. (Kadar selulosa sebaliknya).

Hemiselulosa

Kayu mengandung sejumlah zat lain sampai 15- 25% antara lain

hemiselulosa, semacam selulosa berupa persenyawaan dengan molekul-

molekul besar yang bersifat karbohidrat. Hemiselulosa dapat tersusun oleh

gula yang bermartabat lima dengan rumus C5H10O5 disebut pentosan atau

Page 19: Meranti Putih

gula bermanfaat enam C6H12O6 disebut hexosan. Zat-zat ini terdapat sebagai

bahan bangunan dinding-dinding sel juga sebagai bahan zat cadangan.

Zat ekstraktif

Umumnya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut misalnya, eter,

alcohol, bensin dan air. Banyaknya rata-rata 3 – 8% dari berat kayu kering

tanur. Termasuk didalamnya minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin,

gula, pati dan zat wsarna. Zat ekstraktif tidak merupakan bagian struktur

dinding sel, tetapi terdapat dalam rongga sel. Zat ekstraktif memiliki arti

yang penting dalam kayu karena:

- Dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa sesuatu jenis

kayu.

- Dapat digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu.

- Dapat digunakan sebagai bahan industri dapat menyulitkan dalam

pengerjaan dan mengakibatkan kerusakan pada alat-alat pertukangan.

Abu

Di dalam kayu masih ada beberapa zat organik, yang disebut bagian-

bagian abu (mineral pembentuk abu yang tertinggal setelah lignin dan

selulosa habis terbakar). Kadar zat ini bervariasi antara 0,2 – 1% dari berat

kayu.

(J.F. Dumanauw, 1982)

2.5 Penggolongan Produk Kayu

2.5.1 Penggolongan Produk Kayu di Pasaran

Saat ini produk kayu sangat beragam. Produk kayu solid/asli

umumnya berupa kayu gergajian baik berupa balok maupun papan.

Sedangkan produk kayu buatan dapat merupa vinir (veneer), papan lapis,

Page 20: Meranti Putih

triplek/plywood/multiplek dan bahkan kayu laminasi (glue laminated

timber).

(http://www.scribd.com/doc/201653460/Tugas-Kayu-Scribd, 2014)

Gambar 2.2 Penggolongan produk kayu di pasaran

Sesuai dengan Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

163/Kpts-II/2003 tanggal 26 Mei 2003 tentang Pengelompokan Jenis Kayu

Sebagai Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan maka jenis-jenis kayu

perdagangan di Indonesia dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

Kelompok Jenis Meranti/Kelompok Komersial Satu

Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran/Komersial Dua

Kelompok Jenis Kayu Eboni/Kelompok Indah Satu

Kelompok Jenis Kayu Indah/Kelompok Indah Dua

2.5.2 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia

Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia tertera dalam buku “Peraturan

Konstruksi Kayu Indonesia: NI-5 PKKI 1961” yang dipublikasikan oleh

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Ciptakarya, Direktorat

Penyelidikan Masalah Bangunan. Secara singkat peraturan ini dimaksudkan

untuk memberikan acuan baku terkait dengan aturan umum, aturan

pemeriksaan dan mutu, aturan perhitungan, sambungan dan alat sambung

Page 21: Meranti Putih

konstruksi kayu hingga tahap pendirian bangunan dan persyaratannya. Pada

buku tersebut juga telah dicantumkan jenis dan nama kayu Indonesia, indeks

sifat kayu dan klasifikasinya, kekuatan dan keawetannya.

2.5.3 Klasifikasi Produk Kayu

Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik dan

keawetan. Secara fisik terdapat klasifikasi kayu lunak dan kayu keras. Kayu

keras biasanya memiliki berat satuan (berat jenis) lebih tinggi dari kayu

lunak. Klasifikasi fisik lain adalah terkait dengan kelurusan dan mutu muka

kayu. Terdapat mutu kayu di perdagangan A, B dan C yang merupakan

penggolongan kayu secara visual terkait dengan kualitas muka (cacat atau

tidak) arah-pola serat dan kelurusan batang berdasarkan PKKI-1961.

Tabel 2.5 Kelas Keawetan

Tabel 2.6 Kelas Pemakaian

Page 22: Meranti Putih

Tabel 2.7 Mutu Kayu

Page 23: Meranti Putih

Tabel 2.8 Nilai Kuat Acuan (Mpa) Berdasarkan Atas Pemilahan Secara Mekanis pada Kadar

Air 15%

Page 24: Meranti Putih
Page 25: Meranti Putih

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan spesimen hasil eksplorasi di Herbarium Wanariset,

sampai saat ini telah terkoleksi Shorea spp dari Kalimantan Timur sebanyak 48 jenis

dan 2 sub spesies. Jenis-jenis tersebut meliputi kelompok meranti balau/selangan

batu, meranti damar hitam/meranti kuning, meranti pa’ang/meranti putih, dan

meranti merah.

Tipe habitat ditemukannya Shorea spp di Kalimantan Timur bervariasi,

umumnya Shorea spp dijumpai pada tipe hutan Dipterocarpaceae dengan kondisi

hutan bekas tebangan, hutan primer, hutan skunder, maupun hutan bekas

tebakar. Akan tetapi, habitat Shorea spp lebih banyak ditemukan pada kondisi hutan

bekas tebangan karena kegiatan eksplorasi herbarium banyak dilakukan pada areal

HPH yang mengeksploitasi jenis-jenis kayu Shorea spp.

3.1 Meranti Putih

Klasifikasi Meranti Putih (Shorea bracteolata Deyr)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Clasis : Magnoliopsida (Dikotil)

Ordo : Malvales

Familia : Dipterocarpaceae

Genus : Shorea

Spesies : Shorea bracteolata Deyr

Page 26: Meranti Putih

Tabel 3.1 Meranti Putih yang terdapat di Kalimantan Timur

3.1.1 Ciri-Ciri Kayu

Daerah penyebarannya di Indonesia meliputi seluruh Sumatra,

Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Tumbuh di ketinggian 0-700 m dpl dengan tipe curah hujan A dan B.

Tumbuh pada tanah kering, tanah yang kadang-kadang atau selamanya

tergenang air dalam hutan rawa, tanah liat, tanah berpasir maupun

berbatu-batu, pada tanah datar sampai miring.

Gambar 3.1 Pohon Meranti Putih

Page 27: Meranti Putih

Memiliki tinggi pohon sekitar 12-55 m, dan panjang bebas cabang

sekitar 8-37 m.

Batang berwarna coklat tua atau kelabu.

Diameter batangnya dapat mencapai 210 cm.

Bentuk batang lurus dan silindris dengan banir yang dapat mencapai

tinggi 3,5 m dari permukaan tanah.

Kulit luar menebal, kulit dalam juga tebal berlapis – lapis.

Daun jorong atau bulat telur, panjang 9,5 cm dan lebar 3,7-6,8 cm.

Pangkal membulat, ujungnya meruncing, merupakan daun tunggal. Pada

permukaan atas bila mengering berwarna coklat, berlilin mengelupas,

permukaan bawah bila mengering coklat dengan bulu-bulu pendek yang

merenggang, dan bila diraba pada saat belum kering atau daun masih

segar kesannya licin, dan pada permukaan bawahnya kasap atau kasar.

Gambar 3.2 Bentuk Daun Meranti Putih

Kecepatan daur atau tumbuhnya termasuk tumbuh sedang yaitu 10-30

tahun.

Pembungaan biasanya terjadi setelah melewati dekade iklim yang kering

dan panas, buah masak pada bulan Okltober-April.

Page 28: Meranti Putih

Memiliki saluran-saluran resin yang terdapat pada bagian empulur, kayu

dan kulit kayunya, bila kulit kayu dilukai atau ditoreh akan

menghasilkan resin yang bewarna kuning pucat. Berdasarkan bentuknya

ada dua macam resin:

- Resin cair yang mengandung material resin dan minyak esensial

(oleoresin), yang secara alami tetap berwujud cair dan memiliki

aroma yang jelas. Produksi sering dilakukan dengan cara membuat

luka atau ditoreh.

- Resin keras yang disebut “damar” jika diambil dari pohon meranti

penghasil damar itu sendiri. Resin ini berbentuk padatan atau resin

yang mudah pecah.

Gambar 3.3 Resin cair Gambar 3.4 Resin keras

3.1.2 Struktur Kayu

Pori kayu semuanya soliter, sebagian bergabung 2-3 dalam arah radial,

kadang-kadang berkelompok miring atau hampir tangensial. Diameter

umumnya 200-400 mikron, frekuensi 2-8, umumnya 2-5 per mm2.

Kadang-kadang berisi tilosis, gom berwarna coklat sampai kuning pucat

(damar).

Page 29: Meranti Putih

Parenkimnya termasuk tipe paratrakeal berbentuk selubung tidak

lengkap, aliform sampai konfluen. Terdapat pula parenkim apotrakeal

yang berupa pita-pita pendek.

Jari-jari kayu seluruhnya multiserat dan heteroselular, lebar 5-100

mikron, tinggi sampai 400 mikron dan frekuensi 4-8 per mm. Jari-jari

pada Shorea brateolata dan Shorea ochracea terdapat dalam susunan

bertingkat, berisi banyak silika. Saluran interselular aksialnya

membentuk deretan pendek dalam arah tangensial, berisi damar.

Kayu berserat pendek, memiliki panjang serat 1.252 mikron, dengan

diameter 22.8 mikron, tebal dinding 4.2 mikron dan diameter lumen

14.4 mikron.

Gambar 3.5 Struktur jaringan Meranti Putih

Gambar 3.6 Struktur jaringan Meranti Putih (zoom)

Page 30: Meranti Putih

3.1.3 Sifat Fisik

Tabel 3.2 Berat jenis dan kelas kuat kelompok Meranti Putih

Kayu teras berwarna hampir putih jika masih segar, lambat laun menjadi

coklat-kuning atau kuning-muda, permukaan kayu menjadi berwarna

lebih gelap semu-semu coklat jika lama berhubungan dengan udara atau

cahaya. Kayu gubal berwarna putih, lambat laun menjadi coklat-kuning

muda.

Gambar 3.7 Bagian-bagian kayu

Tekstur kayu agak kasar merata, lebih halus dari kebanyakan meranti

merah.

Arah serat kayunya terpilin, jarang lurus, kadang-kadang bergelombang.

Permukaan kayu sedikit licin, agak mengkilap sampai mengkilap.

Page 31: Meranti Putih

Gambar 3.8 Permukaan Kayu Meranti Putih

Kayu agak keras dan sukar dikerjakan serta cepat menumpulkan alat,

karena mengandung silica.

Penyusutan ke arah radial 1,7 – 2,5% dan penyusutan ke arah tangensial

berkisar 2,2 – 5,7%.

Pengeringan alami untuk papan tebal 2,5 cm sampai kadar air 16%

memerlukan waktu sekitar 90 hari, sedangkan papan tebal 4 cm sekitar

130 hari. Sedangkan dalam dapur pengering memerlukan waktu sekitar

5 hari. Bagian pengeringan yang disarankan 57oC - 77

oC dengan

kelembaban nisbi 70% - 30%.

3.1.4 Sifat Mekanik

Ditinjau dari kuat lenturnya, meranti putih mempunyai indikasi masuk

pada kayu kelas V berdasarkan PKKI 1961, lampiran 2 halaman 64

yaitu kayu termasuk kelas V mempunyai kuat lentur ≤ 360.

Dilihat dari kuat tarik kayu, kayu meranti putih masuk dalam kelas I

yaitu lebih dari 150 kg/cm² dalam PKKI 1961 pasal 5, daftar II halaman

6.

Page 32: Meranti Putih

Dilihat dari kuat tekannya, kayu meranti putih masuk dalam kelas IV

berdasarkan PKKI 1961, lampiran 2, halaman 64 yaitu kayu termasuk

kelas IV mempunyai kuat tekan 300-215.

Ditinjau dari kuat gesernya, kayu meranti putih masuk dalam kelas I

dalam PKKI 1961 pasal 5, daftar II halaman 6.

3.1.5 Sifat Kimia

Kadar

1) Selulosa : 53,9%

2) Lignin : 24%

3) Pentosan : 16,5%

4) Abu : 1,4%

5) Silica : 1,1%

Kelarutan

1) Alcohol-benzena : 6%

2) Air dingin : 0,9%

3) Air panas : 4,5%

4) NaOH 1% : 11,4%

Nilai kalor : 4,806 cal/g

3.1.6 Mutu Kayu

Dilihat dari kadar air meranti putih termasuk persyaratan kualitas kayu

B karena ≤ 30 %.

Dilihat dari mata kayu meranti putih termasuk persyaratan kualitas

kayu A dan kualitas kayu B karena tidak melebihi 1/6 dan 1/4 lebar

balok.

Kayu meranti putih tidak termasuk persyaratan kualitas kayu A dan

kualitas kayu B karena tidak mengandung wanflak.

Page 33: Meranti Putih

Kayu meranti putih tidak termasuk persyaratan kualitas kayu A dan

kualitas kayu B karena kemiringan arah serat kayu melebihi dan 1/10

dan 1/7 tebal balok.

Kayu meranti putih tidak termasuk persyaratan kualitas kayu A dan

kualitas kayu B karena tidak ada retak-retak arah radial.

Kayu meranti putih secara umum sukar diawetkan, termasuk kelas

awet II-III, umur pakainya mencapai 10-15 tahun.

Untuk kelas pemakaian meranti putih termasuk kelas IV yaitu untuk

konstruksi ringan yang terlindung berada dibawah atap, tidak

berhubungan dengan tanah lembab, dilindungi terhadap kelengasan

dan hanya terbuka terhadap angin dan iklim, tetapi air tidak masuk di

dalamnya.

3.2 Pemanfaatan Meranti Putih

Berdasarkan jenis-jenis kayu perdagangan yang ditinjau dari segi

pemanfaatan, kayu meranti putih termasuk kelompok komersial satu.

Pemanfaatan meranti putih secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2

macam:

3.2.1 Hasil hutan berupa kayu

Kayu meranti putih berfungsi untuk konstruksi ringan yang terlindung

berada dibawah atap, tidak berhubungan dengan tanah lembab, hanya terbuka

terhadap angin dan iklim, tetapi air tidak masuk di dalamnya yakni reng atau usuk

sebuah bangunan; kayu lapis (plywood); veneer dan bahan-bahan mebel,

dikarenakan kayu jenis ini secara umum termasuk sukar diawetkan dan lebih

mudah dikupas.

Page 34: Meranti Putih

Gambar 3.9 Kayu Meranti Putih di Pasaran untuk Keperluan Konstruksi

Gambar 3.10 Veneer yang Dihasilkan dari Kayu Meranti Putih

Page 35: Meranti Putih

Gambar 3.11 Plywood yang Dihasilkan dari Kayu Meranti Putih

3.2.2 Hasil hutan bukan kayu (HHBK)

Meranti putih memiliki potensi yang bernilai ekonomis seperti

dammar dan lemak tengkawang. Appanah dan Turnbull (1998) menyatakan

secara tradisional damar digunakan untuk membuat obor, dempul perahu,

serta barang kerajinan. Resin aromatic yang dihasilkan berupa styrax

benzaoin (styracaceae) digunakan untuk bahan pengobatan. Selain itu

dammar juga dimanfaatkan dalam industri sepatu, kertas karbon, pita mesin

tik, bahan cat dan vernis. Selanjutnya Poehland et at, (1987) menyatakan

bahwa titerpenes yang diisolasi dari damar dapat digunakan untuk

menghambat secara invitro dalam pengobatan virus herpes simplex tipe I

dan II.

Gambar 3.12 Resin Aromatik Hasil Olahan styrax benzaoin (styracaceae)

Lemak tengkawang (green butter) yang berasal dari biji tengkawang

atau illipe nut dapat diolah menjadi minyak goreng, pengganti coklat, bahan

farmasi, kosmetik, sabun, serta margarine. Sedangkan tanin dapat

dimanfaatkan sebagai bahan penyamak kulit serta pembuatan tinta. Selain

itu, Robinson (1995) menyatakan bahwa tanin merupakan salah satu

senyawa aktif dalam tumbuhan obat dan disebutkan memiliki aktivitas

antioksidan serta menghambat pertumbuhan tumor.

Page 36: Meranti Putih

Gambar 3.13 Biji Tengkawang

3.3 Ancaman

Faktor utama yang dapat mengancam kelestarian jenis-jenis meranti putih

(Anthoshorea) di Kalimantan Timur adalah laju degradasi hutan karena berbagai

faktor diantaranya adalah pembalakan liar, kebakaran hutan, perambahan kawasan

hutan, serta kegiatan penambangan liar yang cukup tinggi serta eksploitasi Shorea

spp yang dilakukan secara berlebihan. Hal tersebut berpotensi menyebabkan

penurunan populasi dan keanekaragaman kelompok meranti putih yang dapat

berujung pada punahnya jenis-jenis tertentu khususnya jenis-jenis yang masih

belum banyak dikenal untuk dibudidayakan. Bahkan beberapa jenis Meranti Putih

saat ini keberadaannya masuk dalam kategori tumbuhan yang dilindungi berdasarkan

Daftar Merah IUCN (IUCN Red List).

Potensi ancaman menjadi semakin besar sebab beberapa jenis meranti putih

juga menghasilkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang banyak dicari karna

kegunaannya, seperti jenis-jenis penghasil lemak tengkawang, damar dan tanin.

Upaya-upaya konservasi perlu dilakukan untuk mempertahankan keanekaragaman

jenis Anthoshorea melalui konservasi in situ maupun ex situ.

Page 37: Meranti Putih

3.4 Upaya Konservasi

Upaya konservasi in situ terhadap meranti putih dapat dilakukan dengan cara

mempertahankan, melindungi dan mengelola secara bijaksana habitat asli meranti

putih terutama di Kalimantan Timur. Habitat meranti putih tersebar pada berbagai

kawasan hutan seperti hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi dan kawasan

lainnya. Dengan perlindungan dan pengelolaan habitat yang dilakukan secara

optimal dan profesional, secara tidak langsung telah melindungi kelestarian meranti

putih yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.

Dalam PP. RI. No. 7 Tahun 1999 Pasal 8 dijelaskan bahwa kegiatan

konservasi in situ dapat dilakukan dengan cara melakukan identifikasi, inventarisasi,

pemantauan (monitoring), pembinaan habitat dan populasinya, penyelamatan jenis,

pengkajian serta penelitian dan pengembangan.

Saat ini di Kalimantan Timur memiliki beberapa kawasan konservasi dengan

luasan mencapai 2.165.198 atau 14,78% dari luas provinsi Kalimantan Timur

(Departemen Kehutanan, 2008). Kawasan-kawasan konservasi tersebut memiliki

pengelola sendiri yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelolanya. Diharapkan

dengan keberadaan instansi yang bertugas khusus untuk mengelola kawasan

konservasi dapat menunjang upaya konservasi secara in situ. Disamping itu, peran

serta seluruh elemen masyarakat sangat menunjang keberhasilan kegiatan

konservasi ini.

Konservasi ex situ meranti putih dilakukan di luar habitat aslinya. Kegiatan

konservasi ini merupakan tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan atau

memulihkan populasi serta mempertahankan keragaman genetis jenis-jenis

tumbuhan yang ingin di konservasi. Dalam pelaksanaannya membutuhkan syarat-

syarat tersendiri yang wajib dipenuhi sehingga proses konservasi dapat berjalan

secara optimal. Dalam PP.No 7. Tahun 1999 pasal 16, syarat-syarat yang harus

dipenuhi untuk melakukan upaya pengembangbiakan tumbuhan dan satwa secara ex

Page 38: Meranti Putih

situ (di luar habitat aslinya) yakni: menjaga kemurnian jenis, menjaga

keanekaragaman genetik, melakukan penandaan dan sertifikasi, serta membuat

daftar buku silsilah.

Salah satu hambatan dalam usaha konservasi ex situ meranti putih adalah

produksi buah yang akan dijadikan bibit tidak teratur tiap tahunnya. Mackinnon et

al, (2000) menyebutkan bahwa pembungaan dan pembentukan buah secara missal

pada Dipterocarpaceae terjadi dalam daur 5-7 tahun sekali. Hal tersebut

menyebabkan pasokan benih menjadi berkurang. Namun kendala ini dapat di

atasi dengan melakukan upaya alternatif melalui perbanyakan vegetatif (stek pucuk,

kultur jaringan, dan lain-lain).

Kegiatan konservasi ex situ juga dapat dikatakan sebagai tindakan domestikasi

tumbuhan sehingga pada akhirnya dapat dibudidayakan secara luas. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa upaya budidaya meranti putih dapat dikatakan

sebagai salah satu upaya konservasi ex situ. Kegiatan budidaya dapat dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang Hutan Tanaman Industri (HTI)

maupun oleh masyarakat secara individu atau kelompok.Kegiatan konservasi ex situ

juga dapat dilakukan melalui tindakan rehabilitasi dan penghijauan, khususnya pada

lahan-lahan kritis. Sebagai jenis yang tumbuh di Kalimantan, diharapkan kegiatan

rehabilitasi meranti putih tidak menemui kendala yang besar karena secara ekologis

mudah beradaptasi dengan kondisi habitat dan ekologi Kalimantan.

BAB IV

PENUTUP

Page 39: Meranti Putih

4.1 Kesimpulan

Keanekaragaman jenis meranti cukup tinggi, mencapai hingga ratusan jenis di

seluruh dunia. Ada sekitar 194 jenis yang tersebar di Asia Tenggara, 135 diantaranya

mendominasi hutan di Kalimantan dan 48 jenis dengan 2 sub spesiesnya ada di

Kalimantan Timur dan dapat dijumpai dalam tipe hutan bekas terbakar, bekas

tebangan, maupun hutan primer dan sekunder pada ketinggian 0-700 meter dpl

dengan curah hujan tipe A dan B, masa tumbuh/panennya termasuk dalam tipe

sedang sekitar 10-30 tahun.

Kayu Meranti Putih memiliki struktur dengan pori kayu soliter diameternya

antara 200-400 mikron, parenkimnya paratrakeal berbentuk selubung tidak lengkap,

aliform sampai konfluen dan parenkim apotrakeal yang berupa pita-pita pendek. Jari-

jari kayu seluruhnya multiserat dan heteroselular.

Ditinjau dari sifat fisiknya, kayu Meranti Putih memiliki berat jenis berkisar

antara 0,42 sampai 0,91; jika masih segar kayu teras berwarna hampir putih kemudian

menjadi coklat-kuning lalu lebih gelap semu-semu coklat. Tekstur kayu agak kasar

merata; arah serat kayunya terpilin; permukaan kayu agak licin; agak keras dan sukar

dikerjakan; dan mempunyai penyusutan ke arah radial 1,7 – 2,5% dan ke arah

tangensial berkisar 2,2 – 5,7%.

Ditinjau dari sifat mekaniknya, kayu Meranti Putih termasuk kelas V dalam

kuat lentur; kelas I dalam kuat tarik kayu; kelas IV dalam kuat tekan; dan kelas I

dalam kuat geser.

Ditinjau dari sifat kimianya, kayu Meranti Putih mengandung 53,9% selulosa;

24% lignin; 16,5% pentosan; 1,4% abu; 1,1% silica. Kelarutan dalam alcohol-

benzena sebesar 6%; dalam air dingin sebesar 0,9%; dalam air panas 4,5%; dalam

NaOH1%; dan mempunyai nilai kalor sebesar 11,4%.

Page 40: Meranti Putih

Mutu kayu Meranti Putih dilihat dari kadar airnya termasuk mutu kayu B;

dilihat dari mata kayu termasuk mutu kayu A dan B; dilihat dari kandungan wanflak

tidak termasuk mutu kayu A dan B; dilihat dari kemiringan arah serat tidak termasuk

mutu kayu A dan B; dilihat dari retak arah radial tidak termasuk mutu kayu A dan B;

dilhat dari keawetan termasuk kelas awet II-III; dilihat dari guna pemakaian termasuk

kelas IV.

Potensi keanekaragaman jenis meranti putih (Anthoshorea) dapat

dimanfaatkan dan dikembangkan untuk kepentingan secara ekonomis dan ekologis.

Terdapat beberapa permasalahan yang dapat menganggu dan mengancam

keanekaragaman jenis meranti putih di Kalimantan Timur, seperti laju degradasi dan

deforestasi yang tinggi serta ekslopitasi kayu meranti putih yang dilakukan secara

berlebihan.

4.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kayu meranti putih, seperti

pengaruh steam dan kekuatan konstruksinya sehingga diharapkan kayu meranti putih

bisa menjadi kayu konstruksi yang sesuai dengan PKKI 1961.

Kegiatan identifikasi dan eksplorasi keanekaragaman jenis kelompok meranti

putih (Anthoshorea) masih perlu dilakukan untuk menginventarisir keanekaragaman

jenis serta wilayah distribusinya di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki

kawasan hutan alam cukup luas.

Page 41: Meranti Putih

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. (1961). Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia

(PKKI). Bandung: Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

Dumanauw, J.F. (1982). Mengenal Kayu. Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI).

Kessler. P.J.A., Sidiyasa, K. (1999). Pohon-pohon hutan kalimantan timur. pedoman

mengenal 280 jenis pohon pilihan di daerah balikpapan-samarinda. Indonesia.

Vol. 280.

Kustini, I., Rizki, Ardho. (2013). Perbandingan antara kayu meranti merah dan

meranti putih ditinjau dari kualitas kayu berdasakan PKKI 1961. Jurnal Kajian

Pendidikan Teknik Bangunan, Vol .2, No 02/JKPTB/8.

Ramadhan, Fandwin. (2014). Tugas tentang kayu sebagai material bahan bangunan.

Diambil pada 23 Februari 2014 dari

http://www.scribd.com/doc/201653460/Tugas-Kayu-Scribd.

Sugiyanti, S. (2011). Jenis dan kerapatan tumbuhan meranti penghasil damar. Jurnal

Wahana-Bio Volume VI Desember 2011.

Yusliansyah. (2007). Hasil hutan ikutan dari dipterocarpaceae, jenis, status

penelitian dan strategi pengembangan. InfoTeknis Dipterokarpa. Vol.1 No.1,

November 2007. Samarinda.