1 MENULIS USUL DAN LAPORAN PENELITIAN BIDANG ILMU EKSATA 1 Oleh: Hamim Sudarsono Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 PENGANTAR Tugas utama setiap dosen perguruan tinggi di Indonesia tertuang di dalam tiga dharma, yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Ketiga dharma ini disebut Tri Dharma Perguruan Tinggi dan merupakan kewajiban utama yang harus dipenuhi oleh setiap dosen perguruan tinggi. Idealnya, setiap dosen mampu merancang dan melaksanakan ketiga dharma di atas secara bersinergi satu sama lain agar fungsi tri dharma benar-benar dapat diwujudkan secara terpadu sehingga ia dapat menengembangkan, menerapkan (mengabdikan), dan mengajarkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan baik. Kemampuan untuk “mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni ” inilah yang membedakan antara dosen perguruan tinggi dan guru di tingkat sekolah dasar hingga menengah yang tugas utamanya lebih dititikberatkan kepada dharma pengajaran/pendidikan. Sesuai dengan tugas tiga dharma di atas, maka seorang dosen dituntut tidak hanya menjadi pengajar/pendidik yang baik tetapi juga harus senantiasa berupaya untuk menjadi seorang peneliti profesional dan sekaligus mampu mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya dalam pengajaran dan program-program pengabdian kepada masyarakat. Salah satu keahlian dosen yang harus dikuasai untuk menjadi peneliti yang baik adalah kemampuan dalam menyusun usul penelitian dan menuangkan proses dan hasil-hasil penelitiannya dalam bentuk laporan penelitian maupun dalam bentuk artikel/makalah ilmiah yang diterbitkan dalam sebuah jurnal/buletin ilmiah. Jika seorang dosen/peneliti tidak menguasai teknik penulisan laporan/makalah ilmiah dengan baik maka kegiatan penelitiannya tidak akan memperoleh apresiasi sebagaimana mestinya. Dengan sendirinya, hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan juga tidak akan dikenal luas di kalangan akademik karena kualitas makalah ilmiahnya 1 Disampaikan pada Pelatihan Metodologi Penelitian, Lembaga Penelitian Unila, 13– 19 Desember 2009
23
Embed
MENULIS USUL DAN LAPORAN eksata 2009-format word 2003staff.unila.ac.id/hamim/files/2013/03/MENULIS-USUL-DAN-LAPORAN... · makalah ini menggunakan bidang kajian sains dan ilmu eksata
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
MENULIS USUL DAN LAPORAN
PENELITIAN BIDANG ILMU EKSATA1
Oleh: Hamim Sudarsono
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1
Bandar Lampung 35145
PENGANTAR
Tugas utama setiap dosen perguruan tinggi di Indonesia tertuang di dalam tiga
dharma, yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Ketiga
dharma ini disebut Tri Dharma Perguruan Tinggi dan merupakan kewajiban utama
yang harus dipenuhi oleh setiap dosen perguruan tinggi. Idealnya, setiap dosen
mampu merancang dan melaksanakan ketiga dharma di atas secara bersinergi satu
sama lain agar fungsi tri dharma benar-benar dapat diwujudkan secara terpadu
sehingga ia dapat menengembangkan, menerapkan (mengabdikan), dan mengajarkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan baik. Kemampuan untuk
“mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni” inilah
yang membedakan antara dosen perguruan tinggi dan guru di tingkat sekolah dasar
hingga menengah yang tugas utamanya lebih dititikberatkan kepada dharma
pengajaran/pendidikan. Sesuai dengan tugas tiga dharma di atas, maka seorang dosen
dituntut tidak hanya menjadi pengajar/pendidik yang baik tetapi juga harus senantiasa
berupaya untuk menjadi seorang peneliti profesional dan sekaligus mampu
mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya dalam pengajaran dan program-program
pengabdian kepada masyarakat.
Salah satu keahlian dosen yang harus dikuasai untuk menjadi peneliti yang
baik adalah kemampuan dalam menyusun usul penelitian dan menuangkan proses dan
hasil-hasil penelitiannya dalam bentuk laporan penelitian maupun dalam bentuk
artikel/makalah ilmiah yang diterbitkan dalam sebuah jurnal/buletin ilmiah. Jika
seorang dosen/peneliti tidak menguasai teknik penulisan laporan/makalah ilmiah
dengan baik maka kegiatan penelitiannya tidak akan memperoleh apresiasi
sebagaimana mestinya. Dengan sendirinya, hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan
juga tidak akan dikenal luas di kalangan akademik karena kualitas makalah ilmiahnya
1 Disampaikan pada Pelatihan Metodologi Penelitian, Lembaga Penelitian Unila, 13– 19 Desember
2009
2
tidak mampu merepresentasikan hasil-hasil kegiatannya secara baik. Oleh karena itu,
selain penguasaan terhadap substansi bidang kajian dan metodologi penelitian,
penguasaan teknik penulisan makalah ilmiah juga merupakan syarat penting untuk
menjadi seorang peneliti yang sukses.
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini membahas secara singkat
aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan dalam menulis makalah ilmiah. Sesuai
dengan silabus yang diberikan, beberapa bahasan dan contoh yang disajikan dalam
makalah ini menggunakan bidang kajian sains dan ilmu eksata meskipun secara
umum prinsip penulisan karya ilmiah tidaklah berbeda antara bidang sains-eksata dan
sosial-humaniora. Mengingat semua peserta pelatihan ini telah memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalam bidang penulisan ilmiah, makalah
ini tidak membahas secara rinci komponen dan sistematika makalah ilmiah karena
bentuknya yang bervariasi mulai dari usul penelitian, laporan penelitian, monografi,
skripsi, tesis, disertasi, makalah jurnal, dan sebagainya. Makalah ini juga tidak
menyajikan “teknik penulisan makalah” ilmiah secara detail mengingat kemampuan
tersebut tidak mungkin dapat dicapai dalam waktu singkat. Pada akhir makalah
disajikan beberapa tips sederhana yang mungkin bermanfaat dalam mempercepat
proses pengolahan data, pengetikan dengan perangkat komputer, dan pengeditan
akhir.
SISTEMATIKA DAN PRINSIP UMUM ARTIKEL ILMIAH
Sistematika karya tulis yang paling umum digunakan di dalam artikel ilmiah
adalah sistematika IMRAD (Introduction, Methods, Results, and Discussion).
Sistematika ini telah dipakai sebagai format baku dalam artikel ilimiah sejak sekitar
100 tahun yang lalu. Sebelum para ilmuwan menganut sistematika IMRAD, jurnal-
jurnal ilmiah pada mulanya sebagian besar hanya bersifat deskriptif dan biasanya
dalam susunan kronologis sederhana. Gaya deskriptif ini mungkin memang yang
paling sesuai untuk kondisi dan jenis-jenis penelitian di masa lalu yang relatif
sederhana.
Memasuki paruh kedua abad 19, ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat.
Perkembangan dunia penelitian dan ilmu pengetahuan semakin canggih sejak Robert
Koch dan Louis Pasteur berhasil mengembangkan metode pemurnian biakan mikroba
yang menyebabkan ilmu pengetahuan dan pelaporan ilmiah semakin mendapat
3
apresiasi. Dengan semakin rumitnya penelitian maka metodologi menjadi sangat
penting. Pasteur memerlukan pemaparan metodologi secara detail agar peneliti lain
mampu mengulangi percobaannya yang akhirnya mematahkan teori spontaneus
generation. Barangkali semenjak itulah prinsip reproducibility of experiment menjadi
dasar yang sangat penting dalam falsafah ilmu pengetahuan. Dengan prinsip ini
maka setiap peneliti akan mampu mengulangi percobaan yang telah dipublikasikan
oleh peneliti lain.
Sistematika IMRAD semakin banyak dianut oleh kalangan peneliti di berbagai
bidang ilmu sejak diperkenalkan dan dibakukan oleh American National Standards
Institute pada tahun 1972 dan 1979. Mungkin sistematika ini akhirnya diterima oleh
kalangan ilmuwan karena susunannya yang sangat logis. Meskipun pada mulanya
hanya banyak digunakan dalam laporan-laporan percobaan laboratorium biologi,
sistematika IMRAD diakui merupakan yang paling pas dan merupakan pilihan terbaik
bagi ilmuwan dalam menulis makalah mulai dari bidang kimia, biologi, arkeologi,
hingga bidang sosial-ekonomi-humaniora.
Selain bagian inti yang tercakup di dalam IMRAD, sebuah artikel ilmiah juga
harus dilengkapi dengan komponen-komponen lain sesuai dengan panduan dan
permintaan media publikasi. Secara umum, komponen lengkap artikel ilmiah
meliputi: judul, abstrak, pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan,
kesimpulan, dan daftar pustaka (beberapa jurnal ilmiah mungkin menetapkan
sistematika yang agak berbeda). Secara garis besar, prinsip-prinsip umum
penyusunan IMRAD dan kelengkapannya adalah sbb:
JUDUL
Judul laporan/makalah ilmiah yang baik adalah yang menggunakan jumlah
kata sedikit tetapi mampu menjelaskan isi makalah. Akan tetapi harus diingat juga
bahwa judul yang terlalu singkat bisa berarti aspek yang terlalu umum atau kurang
spesifik. Sebagai contoh, judul “Pengaruh Antibiotik terhadap Bakteri” mungkin
telah memenuhi kriteria “singkat”. Judul ini tidak menjadi lebih baik apabila diubah,
misalnya, menjadi “Uji Pendahuluan terhadap Pengaruh Jenis-jenis Antibiotik
tertentu terhadap Berbagai Spesies Bakteri”. Judul “singkat” di atas bersifat terlalu
umum karena tidak mungkin seorang peneliti dapat melaksanakan sebuah penelitian
yang mempelajari pengaruh semua jenis antibiotik terhadap semua jenis bakteri.
Judul yang lebih dapat diterima mungkin adalah: “Pengaruh Streptomisin terhadap
4
Mycobacterium tuberculosis”. Namun demikian, judul ini akan menjadi lebih baik
dan lebih spesifik apabila dapat menggambarkan “pengaruh” apa sebenarnya yang
diteliti, misalnya: “Penghambatan Pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis oleh
Streptomisin”.
Beberapa rambu penting yang perlu diperhatikan dalam membuat judul sebuah
laporan penelitian/makalah ilmiah:
� Ringkas: menggunakan jumlah kata sesedikit-sedikitnya
� Informatif: menggambarkan subjek laporan dengan jelas
� Akurat: menjelaskan isi laporan dengan tepat
� Spesifik: menjelaskan subjek laporan secara spesifik
� Hindari penggunaan singkatan, kecuali yang telah diterima sebagai nama
� Hindari penggunaan rumus, lambang, dan nama dagang (gunakan nama
umum)
� Gunakan bentuk pernyataan umum, dan tidak menggunakan kata kerja aktif
� Mudah dimengerti
� Mengandung kata kunci
ABSTRAK
Abstrak adalah ringkasan informasi dari suatu makalah ilmiah/laporan
penelitian yang ditulis dalam satu paragraf. Suatu abstrak yang baik berisi ringkasan
dari masing-masing komponen laporan penelitian: pendahuluan, bahan dan metode,
hasil, dan pembahasan (IMRAD). Abstrak tidak boleh berisi informasi yang tidak
tercantum di dalam makalah dan sedapat mungkin tidak mencantumkan referensi
(kecuali misalnya apabila ada modifikasi dari metode yang pernah dipublikasikan
sebelumnya). Karena jumlah kata dalam abstrak dibatasi (umumnya tidak boleh lebih
dari 250 kata), penulisan abstrak memerlukan keahlian tersendiri dan harus diedit
dengan seksama dan berulang-ulang agar bisa singkat tetapi tidak ada informasi
penting yang terlewat. Sangat disayangkan apabila abstrak ditulis oleh penulisnya
dalam kondisi terburu-buru sehingga kurang sempurna. Padahal, kemungkinan besar
pembaca tidak akan membaca makalah lengkapnya apabila tidak tertarik lagi dengan
asbstraknya!. Apabila ditulis dalam bahasa Inggris, sebagian besar atau semua bagian
dari asbtrak harus ditulis dalam bentuk past tense karena abstrak menyatakan
pekerjaan yang telah selesai dikerjakan!. Salah satu contoh dari abstrak dalam
makalah bidang biologi adalah sbb:
5
Pada dasarnya, “abstrak” menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: (1)
Mengapa penelitian dilakukan? [latar belakang dan tujuan]; (2) Apa yang
dikerjakan dan bagaimana caranya? [metode]; (3) Apa yang diperoleh? [hasil]; dan
(4) Apa makna hasil yang diperoleh? [implikasi]. Dengan kata lain, ”abstrak” adalah
gambaran isi laporan penelitian secara ringkas, tepat, dan objektif, serta tanpa
penafsiran atau kritikan tambahan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis “abstrak”:
� Panjang abstrak (umumnya) tidak lebih dari 250 kata.
� Menjelaskan secara ringkas dan tepat latar belakang penelitian, tujuan, garis
besar metode, hasil utama termasuk temuan baru bila ada, dan kesimpulan
serta maknanya. Meskipun ringkas, informasi kualitatif dan kuantitatif dalam
laporan diupayakan untuk diungkapkan selengkap mungkin.
� Mengandung semua kata kunci dalam laporan.
� Hindari penggunaan singkatan, kecuali yang telah diterima sebagai nama
umum (misal DNA, pH).
� Hindari pengacuan pada tabel, gambar, pustaka, atau lampiran.
� Hindari penyampaian informasi atau kesimpulan yang tidak terdapat di dalam
laporan.
Toxicity of Five Insecticides Used to Control California Red Scale (Homoptera:
Diaspididae) Against Susceptible Red Scale Strains
G. P. WALKER, C. B. RICHARDS, W. G. JONES, AND D. C. G. AITKEN
Department of Entomology, University of California, Riverside, California 92521
J. Econ. Entomol. 84(1): 17-24 (1991)
ABSTRACT. Toxicities of carbaryl, malathion, parathion, methidathion, and chlorpyrifos
were tested against 1-d-old first instars of three strains of California red scale, Aonidiella
aurantii (Maskell). On the basis of their history, two of these strains were presumed to be
susceptible to insecticides. Probit lines for the third strain were slightly to the right of lines
for the susceptible strains for malathion, methidathion, and chlorpyrifos, but the shifts were
not large enough to suggest resistance. For all strains, chlorpyrifos was most toxic, closely
followed by methidathion. Carbaryl was least toxic, and the toxicities of parathion and
malathion were intermediate between those of carbaryl and methidathion. Use of different
spreader-stickers with the insecticides affected the concentration-mortality responses of
California red scale to some insecticides. Therefore, for comparative work, we suggest that
a single spreader-sticker should be used. Diagnostic concentrations for testing populations
of California red scale for resistance to each of these insecticides are recommended.
Delphacidae). Ciri-ciri hewan yang perlu dijelaskan antara lain umur dan
jenis kelamin, ciri genetika dan fisiologi, makanan yang digunakan, dan
kondisi pemeliharaan.
9
� Material berupa hewan, tanaman, dan mikroorganisme harus diidentifikasi
dan dicantumkan secara jelas, biasanya nama genus/spesies atau bahkan
strain. Spesifikasi khusus seperti jenis kelamin, umur, asal spesimen,
status genetik, dsb. juga merupakan informasi yang sangat penting.
� Daftar peralatan yang digunakan harus juga mencantumkan spesifikasi
teknis detail, misalnya model, nama pabrik pembuat, tahun pembuatan,
ukuran, kapasitas, dsb.
� Metode Penelitian: biasanya dideskripsikan dengan menggunakan kalimat
pasif dan mengikuti urutan kronologis meskipun kadang-kadang metode
yang berkaitan dideskripsikan secara bersamaan/komprehensif.
� Kemukakan pendekatan teori dari suatu percobaan (bila belum
dikemukakan pada bagian pendahuluan/kerangka pemikiran).
� Kemukakan alasan menggunakan metode tertentu bila ada banyak
pilihan metode.
� Metode diuraikan secara rinci langkah demi langkah sesuai urutan
pengerjaannya sehingga pembaca bisa mengikuti pekerjaan yang
dilakukan peneliti.
� Jika metode yang anda terapkan adalah metode baru maka anda
harus menjelaskannya dengan semua detailnya. Jika metode ini
sudah pernah digunakan oleh peneliti lain maka dapat dirujuk
metode tersebut agar pembaca bisa mempelajari secara lebih
lengkap.
� Metode yang pernah diterbitkan tidak perlu diuraikan secara rinci,
tetapi cukup dikemukakan prinsip metodenya dan pustaka
acuannya, kecuali ada modifikasi.
� Kode etik yang berlaku perlu diperhatikan bila dalam percobaan
digunakan manusia, hewan tingkat tinggi atau organisme hasil
rekayasa genetika.
� Semua besaran dalam satuan SI (système international d’unités).
� Peubah Pengamatan: jelaskan setiap peubah yang anda amati
secara jelas (misalnya kriteria apa yang akan diamati dan
bagiamana cara mengamatinya).
10
Contoh Penggalan dari Bahan dan Metode:
Analisis Data: menjelaskan metode pengolahan data, termasuk mencantumkan
program pengolah data yang akan digunakan, apakah akan dibuat kurva, sidik ragam,
pembandingan nilai tengah, dan sebagainya. Analisis data yang diterapkan harus
selalu relevan dengan tujuan dan hipotesis yang telah dituangkan pada bagian
pendahuluan. Secara umum, prinsip-prinsip penting dari analisis data adalah sbb:
� Metode analisis yang umum cukup disebut jenis dan pustaka sumbernya,
tidak perlu dijabarkan modelnya.
Contoh:
� Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan
empat perlakuan dan enam ulangan. [tidak perlu memaparkan model
RAL]. Macam perlakuan yang dicoba ialah ................. [disebutkan
macam perlakuannya). Data diolah dengan sidik ragam yang
dilanjutkan dengan uji selang berganda Duncan (Steel et al. 1998).
� Bila digunakan analisis statistika yang rumit dan dikembangkan sendiri,
penulis harus memaparkan landasannya dan menguraikan secara rinci.
� Bila digunakan program komputer, nama program, versi, prosedur dalam
program, dan pustakanya harus dituliskan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini dapat dikatakan sebagai bagian inti dari suatu makalah penelitian.
Terdapat dua cara dalam penyajian hasil dan pembahasan. Yang pertama, menyajikan
hasil dalam sub-bab yang terpisah dengan pembahasan. Dengan demikian seluruh
hasil percobaan, baik berupa tabel atau gambar dinarasikan pada satu sub-bab, tanpa
Scale Colonies. Three colonies of California red scale were maintained in the laboratory by the
method described by Tashiro (1966). Two of the colonies were presumed to be susceptible strains
because they had not been subjected to an insec- ticide application in many years (although they
probably have been exposed to field-weathered insecticide residues on fruit used to maintain the
colonies). One of these (Lab colony) was brought into laboratory culture at the University of Cali-
fornia, Riverside (UCR) in the 1920s before the development of modern insecticides. The other
colony (BC colony) was established in 1984 with red scale collected from the biological control
grove on the UCR campus, a grove that had never been treated with insecticides. The third colony
(Stauffer colony) was established in 1983 with California red scale collected from the Stauffer
Chemical Corporation experimental farm in Orangecove, Calif., an area of high insecticide
exposure where control failures with parathion had been reported. Great effort was taken to keep
the strains genetically isolated. However, because they were maintained on field-grown lemons
and because California red scale is ubiquitous in California, feral individuals were probably
introduced into the colonies on fruit. The main experiments were conducted from December 1985 through July 1987. Experiments with spreader-stickers were conducted from June 1988 through
June 1990.
11
dibahas. Cara ini umumnya ditempuh apabila penulis ingin membahasnya secara
menyeluruh/ komprehensif. Cara yang kedua adalah dengan menempatkan hasil dan
pembahasan dalam satu sub-bab atau bagian. Cara terakhir ini biasanya ditempuh
untuk mengurangi pengulangan apabila data percobaan mempunyai struktur yang
mirip atau apabila pengamatan dilakukan pada peubah yang sama pada beberapa jenis
objek atau pada kurun waktu yang berbeda.
Penyajian hasil sebaiknya tidak dilakukan dengan mengulangi bagian dari
metode. Bagian hasil harus singkat, jelas, dan tidak harus menyajikan semua data.
Penulis harus bisa memilih dengan baik data yang sangat penting dan menjadi inti dari
penemuannya. Data berlebihan yang kurang relevan hanya akan membingungkan
pembaca. Jika percobaan dilaksanakan dengan rancangan percobaan dan analisis
statistika maka penulis harus menyajikannya dan menerjemahkannya bukan dalam
“bahasa statistika” tetapi dalam “bahasa biologi”, “bahasa kimia”, “bahasa pertanian”,
dsb.
Secara umum, bagian ”hasil peneltian” hendaknya diupayakan memperhatikan
hal-hal berikut ini:
• Menjawab pertanyaan berikut: Apa yang ditemukan atau diamati?
• Menyajikan hasil menurut urutan yang logis (misalnya mengikuti urutan prosedur pada metode).
• Menyajika hasil penting (yang menjawab permasalahan yang diteliti)
ditonjolkan dengan menempatkannya pada bagian awal alinea.
• Menyertakan hasil dari kontrol (pembanding).
• Mengemukakan hasil sekunder setelah hasil penting.
• Mengemukakan pula hasil yang menyimpang dari hipotesis dan memberikan
penjelasannya.
• Menyajikan hanya data yang betul-betul terkait dengan permasalahan penelitian.
• Jika perlu, menyajikan data dalam bentuk tabel atau gambar, dan mengemukakan hasil utamanya yang dapat diungkapkan dari tabel atau
gambar tersebut (misal, hasil analisis).
• Dalam memaparkan hasil, menekankan pada bidang penelitiannya, bukan
segi statistikanya.
Contoh penulisan yang lebih menekankan segi statistikanya dan perlu
diperbaiki:
12
Populasi wereng daun Empoasca sp. pada varietas A (6,7 ± 0,9
ekor/tanaman) berbeda nyata dengan populasi pada varietas B (9,2 ±
1,5 ekor/tanaman).
Hasil di atas dapat ditulis secara lebih tajam:
Populasi wereng daun Empoasca sp. pada varietas A (6,7 ± 0,9
ekor/tanaman) lebih rendah daripada populasi pada varietas B (9,2 ± 1,5
ekor/tanaman).
• Tidak mengulang mengemukakan angka-angka yang telah disajikan pada tabel atau gambar.
• Tidak mengulang judul tabel atau judul gambar dalam teks.
• Tidak menggunakan judul tabel atau judul gambar sebagai kalimat pokok pada alinea.
• Di dalam menyajian hasil analisis statistika:
� Menyajikan data asli pada tabel, bukan hasil transformasi
� Menunjukkan keragaman pengukuran (SB: simpangan baku)
dan ketelitian pendugaan (GB: galat baku) serta jumlah contoh.
Contoh: x ± SB (n) dituliskan: 4,2 ± 0,5 (30)
Cara yang paling umum dalam menyajikan hasil percobaan agar lebih singkat
dan lebih mudah dipahami adalah dengan menggunakan tabel dan gambar. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menyajikan tabel hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
• Tabel sebaiknya hanya digunakan untuk data yang berulang. Data yang
bisa disajikan dengan narasi sebaiknya tidak disajikan dalam bentuk tabel.
• Jika harus menggunakan tabel, tidak semua data harus dimuat di dalam
tabel. Sebaiknya dipilih angka/data yang penting dan mempunyai makna
khusus di dalam percobaan. Setiap tabel yang dimuat memang benar-
benar diperlukan.
• Sedapat mungkin tabel disertai dengan keterangan yang jelas sehingga
pembaca tidak harus mencari-cari penjelasannya di dalam nas makalah.
• Judul tabel diusahakan ringkas tetapi mampu mewakili isi tabel.
• Tabel hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan
pembaca untuk mengikuti alur pemikiran peneliti.
13
Sebagai ilustrasi bagaimana memanfaatkan tabel dalam menyajikan hasil
penelitian, perhatikan beberapa contoh berikut:
Contoh Tabel 1. Kebutuhan oksigen beberapa spesies Streptomyces
Spesies Pertumbuhan Aerobik Pertumbuhan Anaerobik
Streptomyces griseus + -
Streptomyces coelicolor + -
Streptomyces nocolor - +
Streptomyces everycolor + -
Streptomyces grenicus - +
Streptomyces rainbowenski + -
Apakah isi tabel di atas telah sesuai dengan kaidah pemuatan tabel? Apakah
pemuatan tabel untuk data di atas tidak merupakan pemborosan (harus diingat bahwa
untuk penerbitan jurnal yang profesional, biaya pemuatan tabel lebih mahal daripada
nas)?. Jika diperhatikan dengan seksama, sebenarnya isi tabel di atas dapat
dinarasikan dengan satu kalimat saja, misalnya:
“Bakteri Streptomyces griseus, S. colicolor, S. cverycolor, dan S. rainbowenski tumbuh dalam kondisi aerobik, sedangkan S. nocolor dan S. greenicus tumbuh dalam kondisi anaerobik”.