FACTUM Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016 247 MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI METODE BRAINSTORMING Oleh : Nurul Fajri,Yani Kusmasni, Murdiyah Winarti 1 ABSTRAK Penelitian ini berkaitan dengan penerapan metode Brainstorming. Kegiatan penelitian berupa upaya meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran sejarah melalui metode Brainstorming yang merupakan Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IIS 4 SMA Kartika XIX–1. Keterampilan pemecahan masalah siswa yang rendah terlihat ketika siswa kurang dapat menentukan poin-poin inti dari apa yang menjadi topik permasalahan. Sebagian besar siswa kurang berkontribusi dalam kelompok untuk menjawab permasalahan yang diberikan oleh guru, kurang maksimalnya penggunaan sumber infromasi, terbatasnya analisis jawaban yang diberikan oleh siswa, serta siswa sulit menjawab dengan tepat permasalahan yang diberikan oleh guru. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan desain dari Kemmis dan Taggart melalui 4 siklus tindakan. Desain model ini memiliki beberapa tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan diakhiri dengan refleksi. Selain itu, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah catatan lapangan, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan Lembar Kerja Siswa. Berdasarkan pada penelitian ini, penerapan metode pembelajaran Brainstroming dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran sejarah dengan peningkatan presentase di setiap siklusnya. Namun, terdapat beberapa kendala selama dilaksanakannya peneltian terutama terbatasnya sumber informasi yang digunakan oleh siswa selama pembelajaran di kelas. Kata Kunci: Keterampilan Pemecahan Masalah, Metode Brainstorming, Permasalahan, Penelitian Tindakan Kelas ABSTRACT This research deals with the application of Brainstorming method. The research activity is an effort to improve the skills of students` Problem Solving in Learning History through Brainstorming Method. This research is an Class Action Research in Class XI IIS 4 Kartika XIX-1Senior High School. The skills of students`problem solving that are low can be seen when the students get some trouble to define the key points of the topic matter. Most of the students in the group are less contributing to answer the problem given by the teacher, less maximum in the use of sources of information, limited analysis of the answers given by the students, and the students are difficult to answer precisely the problem given by the teacher. Because of that, the writer is trying to do research with the goal of improving the skills of the students' problem solving. The research method used is classroom action research by using the design of Kemmis and Taggar that has four cycles. The design of this model has several stages, namely planning, action, observation, and ends with reflection. In addition, data
18
Embed
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FACTUM
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016
247
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI METODE
BRAINSTORMING
Oleh :
Nurul Fajri,Yani Kusmasni, Murdiyah Winarti1
ABSTRAK
Penelitian ini berkaitan dengan penerapan metode Brainstorming. Kegiatan penelitian
berupa upaya meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran
sejarah melalui metode Brainstorming yang merupakan Penelitian Tindakan Kelas di
Kelas XI IIS 4 SMA Kartika XIX–1. Keterampilan pemecahan masalah siswa yang
rendah terlihat ketika siswa kurang dapat menentukan poin-poin inti dari apa yang
menjadi topik permasalahan. Sebagian besar siswa kurang berkontribusi dalam kelompok
untuk menjawab permasalahan yang diberikan oleh guru, kurang maksimalnya
penggunaan sumber infromasi, terbatasnya analisis jawaban yang diberikan oleh siswa,
serta siswa sulit menjawab dengan tepat permasalahan yang diberikan oleh guru. Adapun
metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan
menggunakan desain dari Kemmis dan Taggart melalui 4 siklus tindakan. Desain model
ini memiliki beberapa tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan diakhiri
dengan refleksi. Selain itu, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan
adalah catatan lapangan, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan Lembar Kerja
Siswa. Berdasarkan pada penelitian ini, penerapan metode pembelajaran Brainstroming
dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran sejarah
dengan peningkatan presentase di setiap siklusnya. Namun, terdapat beberapa kendala
selama dilaksanakannya peneltian terutama terbatasnya sumber informasi yang
digunakan oleh siswa selama pembelajaran di kelas.
Kata Kunci: Keterampilan Pemecahan Masalah, Metode Brainstorming, Permasalahan,
Penelitian Tindakan Kelas
ABSTRACT
This research deals with the application of Brainstorming method. The research
activity is an effort to improve the skills of students` Problem Solving in Learning
History through Brainstorming Method. This research is an Class Action
Research in Class XI IIS 4 Kartika XIX-1Senior High School. The skills of
students`problem solving that are low can be seen when the students get some
trouble to define the key points of the topic matter. Most of the students in the
group are less contributing to answer the problem given by the teacher, less
maximum in the use of sources of information, limited analysis of the answers
given by the students, and the students are difficult to answer precisely the
problem given by the teacher. Because of that, the writer is trying to do research
with the goal of improving the skills of the students' problem solving. The
research method used is classroom action research by using the design of Kemmis
and Taggar that has four cycles. The design of this model has several stages,
namely planning, action, observation, and ends with reflection. In addition, data
FACTUM
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016
248
collection techniques are observation, interview and study of documentation.
While the data collection tool used were field notes, observation guidelines,
interview guides, and Student Worksheet. Based on this research, the application
of Brainstorming learning methods can improve the skills of students' problem
solving in the learning of history with the raising of percentage in each cycle.
However, there are several obstacles during the implementation of the research
especially the limited resources that are used by students during the learning in
the classroom.
Keyword: Problem Solving Skill, Brainstorming Method, Problem, Classroom
Action Research
PENDAHULUAN
Terdapat tiga isu yang
menjadi perhatian dalam konteks
peningkatan kualitas pendidikan,
yaitu kurikulum, peningkatan kualitas
pembelajaran, dan efektifitas metode
pembelajaran. Banyaknya
permasalahan pendidikan yang
muncul menjadi pekerjaan rumah
bagi pemerintah dan tenaga pendidik,
termasuk permasalahan bagaimana
mengembangkan potensi dan
keterampilan siswa.
Kenyataan, peneliti
menemukan beberapa permasalahan
siswadalam pembelajaran sejarah.Hal
ini sesuai dengan temuan peneliti
dalam observasi di kelas XI IIS 4
SMA Kartika XIX-1 Bandung.
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, lebih jauh peneliti
menjelaskan beberapa permasalahan
yang menjadi kekurangan siswa, yaitu
sebagai berikut: Pertama, Siswa
kurang terampilmemahami inti topik
permasalahan. Kedua, siswa kesulitan
memberikan beragam jawaban untuk
permasalahan yang diberikan oleh
guru. Ketiga, siswa kurang terampil
dalam menggunakan berbagai sudut
pandang serta sumber informasi
dalam menjawab permasalahan yang
diberikan oleh guru. Keempat, siswa
kurang terampil menentukan jawaban
paling tepat untuk memecahakan
permasalahan yang diberikan oleh
guru. Setelah berakhirnya proses
diskusi, terdapat beberapa alternatif
jawaban yang dapat dipilih siswa
untuk memecahkan permasalahan
yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan permasalahan tersebut,
peneliti melihat bahwa siswa di kelas
XI IIS 4 kurang memiliki
keterampilan pemecahan masalah.
FACTUM
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016
249
Keterampilan pemecahan
masalah ini sangatlah bermanfaat
untuk membuat diri siswa lebih aktif
dan kreatif dalam berpikir. Dalam
keterampilan pemecahan masalah,
siswa dituntut untuk menggunakan
pengetahuan, kemampuan dan
pemahamannya untuk menemukan
solusi dari suatu masalah. Kasendra
(2012, hlm. 63) mendefinisikan
“pemecahan masalah sebagai proses
kognitif tingkat tinggi yang
memerlukan modulasi dan kontrol
lebih dari keterampilan-keterempilan
lainnya”. Chang dan Kelly (1998,
hlm. 5) menambahan bahwa
keterampilan ini dimulai dengan guru
memunculkan satu permasalahan
yang meluas dan memungkinkan
siswa menemukan berbagai solusi,
hingga pada akhirnya siswa
menyusutkannya menjadi solusi kunci
dari permasalahan yang diberikan
guru dalam pembelajaran sejarah.
Dari permasalahan tersebut,
harus dicari solusi agar siswa mampu
untuk memecahkan masalah dengan
tepat, baik melalui pemilihan media
pembelajaran ataupun pengembangan
sebuah metode pembelajaran. Banyak
metode pembelajaran yang
menjadikan sebuah permasalahan
sebagai media bantu dalam
pembelajaran. Permasalahan tersebut
dikembangkan oleh guru untuk
meningkatkan keterampilan
pemecahan masalah siswa, satu
diantaranya adalah metode
Brainstorming. Metode
Brainstorming pertama kali
dikenalkan oleh Alex Osborn dalam
bukunya yang berjudul Applied
Imaginationdi tahun 1957. Metode ini
merupakanmetode mengajar yang
diterapkan oleh guru dengan cara
melontarkan suatu permasalahan
kepada siswa, kemudian dilanjutkan
dengan siswa menjawab
permasalahan tersebut secara
bergiliran. Alex Osborn (dalam
Johansson, 2004, hlm. 146)
menyebutkan dalam bukunya, bahwa
Brainstorming sebagai sebuah metode
bagi kelompok-kelompok yang
sedang memecahkan masalah. Osborn
juga mengemukakan bahwa
penggunaan istilah Brainstroming
mengacu pada proses untuk
menghasilkan ide-ide baru atau proses
untuk memecahkan masalah.Adapun
tujuan dari Brainstorming
dikemukakan Roestiyah (2008, hlm.
73) bahwa “untuk menguras habis apa
yang dipikirkan para siswa dalam
FACTUM
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016
250
menanggapi masalah yang
dilontarkan guru ke kelas”.
Tujuan diadakannya penelitian
ini adalah untuk memperoleh
gambaran mengenai perencanaan,
mengkaji pelaksanaan, dan
merefleksikan penerapan metode
Brainstorming untuk meningkatkan
keterampilan pemecahan masalah
siswa dalam pembelajaran sejarah di
SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4.
Tidak hanya itu, penelitian ini
memiliki manfaat untuk
meningkatkan keterampilan
pemecahan masalah siswadan sebagai
alternatif metode pembelajaran yang
dapat dipilih oleh guru dalam
pemebalajaran sejarah.
METODE PENELITIAN
Pemilihan metode yang tepat
akan sangat membantu keberhasilan
suatu penelitian, karena hal ini akan
menentukan langkah-langkah serta
arah tujuan penelitian. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Penelitian Tindakan
Kelas.Menurut Hopkins (dalam
Hasan, 2011, hlm. 72) mengartikan
bahwa “penelitian tindakan kelas
merupakan kegiatan yang dilakukan
guru untuk meningkatkan kualitas
mengajarnya, kualitas mengajar
teman sejawat atau menguji teori-
teori pendidikan dalam prakteknya di
kelas”.Pemilihan penelitian tindakan
sebagai metode penelitian didasari
oleh beberapa pertimbangan, yaitu:
Pertama, PTK mampu menjembatani
antara teori dengan praktek; Kedua,
PTK bertujuan untuk meningkatkan
mutu sebuah pembelajar; Ketiga,
permasalahan yang diteliti merupakan
masalah yang benar-benar ditemukan,
dihadapi, dan dirasakan langsung oleh
peneliti.
Keterampilan pemecahan
masalah yang dikembangkan melalui
metode Brainstorming oleh peneliti
harus terencana, terlaksana, teramati,
serta memberi gambaran kondisi dari
keseluruhan siswa. Dengan demikian,
peneliti memerlukan desain penelitian
yang sesuai dengan kebutuhan
peneliti. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Model Kemmis dan McTaggart.
Wiriaatmadja (2007, hlm. 66)
berpendapat bahwa terdapat empat
tahapan penelitian pada model
Kemmis dan Mc Taggart, yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting).
FACTUM
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016
251
Gambar 1.
Desain Penelitian Model Kemmis dan McTaggart
(Sumber : Wiriaatmadja, 2007, hlm. 66)
Desain ini menggambarkan
sebuah runtutan aktivitas yang jelas
dan sistematis. Pada tahap
perencanaan, peneliti membuat
perencanaan tindakan, baik materi,
pola pembelajaran, hingga standar
ketercapaian yang diinginkan. Hal ini
menjadi patokan rencana dalam setiap
kegiatan. Mengingat komponen
penting dalam metode Brainstorming
adalah adanya topik permasalahan,
perlu adanya suatu persiapan untuk
menyajikan topik yang sesuai dengan
materi serta memungkinkan siswa
dapat memahami permasalahan
dengan mudah namun dapat
mengaktifkannya untuk mencari
jawaban atas permasalahan yang
diajukan.
Tahap selanjutnya adalah
tahap pelaksanaan tindakan, dimana
implementasi dari metode
Brainstorming dalam pembelajaran.
Tindakan dilakukan sesuai dengan
perencanaan. Pada saat yang
bersamaan, tahap pengamatan
dilakukan selama tahap pelaksanaan
tindakan. Tahapan ini merupakan
proses dimana peneliti melihat,
mengawasi, dan menilai jalannya
kegiatan pembelajaran sesuai dengan
perencanaan yang dibuat sebelumnya.
Tahap terahir adalah tahap
refleksi, dimana peneliti memberian
gambaran keseluruhan dari
pembelajaran yang telah dilakukan.
Menentukan ketercapaian, kendala,
hingga membuat rekomendasi untuk
FACTUM
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016
252
perencanaan tindakan pada siklus
berikutnya.
Dalam penelitian ini, peneliti
merupakan instrumen penting yang
berusaha mengungkapkan data secara
mendalam dengan mengunakan
beberapa teknik pengumpulan data
lain. Tidak hanya itu, peneliti juga
menggunakan pendekatan personal
melalui kontak langsung dengan
pihak-pihak di lokasi penelitian,
dengan demikian diharapkanpeneliti
lebih leluasa mencari informasi dan
mendapatkan data yang lebih
terperinci tentang berbagai hal
yangdiperlukan untuk kepentingan
penelitian.
Dalam pelaksanaan penelitian
ini, peneliti membutuhkan teknik dan
alat pengumpul data untuk
memperoleh data-data empiris yang
dapat dipergunakan untuk mencapai
tujuan penelitian. Teknik
pengumpulan data yang akan
digunakan adalah observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi.
Setelah menentukan teknik
pengumpulan data, langkah
selanjutnya yaitu peneliti menentukan
alat atau instrumen yang akan
digunakan untuk memperoleh data.
Di dalam penelitian ini, peneliti akan
menggunakan instrumen penelitian
berupapedoman observasi, pedoman
wawancara, catatan lapangan, dan
lembar kerja siswa.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Peneliti melakukan
perencanaan pembelajaran
menggunakan metode Brainstorming
bersama dengan guru sejarah sebagai
kolabolator dalam penelitian ini.
Perencanaan dilakukan berdasarkan
beberapa hal, yaitu hasil temuan di
kelas selama peneliti melakukan
observasi pra-penelitian, karakteristik
siswa, dan materi pelajaran sejarah
yang akan dipelajari. Adapun secara
rinci langkah-langkah yang telah
dilakukan oleh peneliti yaitudiawali
dengan membuat kesepakatan dengan
guru mitra terkait dengan penentuan
waktu pelaksanaan tindakan.
Selanjutnya peneliti berdiskusi
dengan dosen pembimbing mengenai
kelengkapan yang akan digunakan
dalam penelitian, yaitu Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
media serta alat evaluasi
pembelajaran. Materi yang akan
diajarkan pada setiap siklusnya. Tidak
hanya itu, peleiti harus
FACTUM
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016
253
mempersiapkan instrumen yang
dipakai dalam tindakan. Instrumen
yang digunakan ialah lembar
observasi, catatan lapangan, rubrik
penilaian serta pedoman wawancara.
Lembar observasi serta catatan
lapangan digunakan untuk melihat
efektifitas penerapan metode
pembelajaran Brainstorming sebagai
upaya meningkatkan keterampilan
pemecahan masalah siswa dalam
pembelajaran sejarah. Sementara
rubrik penilaian keterampilan
pemecahan masalah digunakan untuk
mengukur peningkatan keterampilan
pemecahan masalahsiswa dalam
pembelajaran sejarah.Pedoman
wawancara digunakan untuk melihat
kondisi awal siswa sebelum
diterapkannya metodepembelajaran
Brainstorming. Dalam tahap
perencanaan ini, peneliti melakukan
diskusi dengan guru mitra dan dua
rekan peneliti yang bertindak sebagai
observer yang bertugas untuk
mengamati penerapan metode
pembelajaran Brainstorming,
aktivitas siswa dalam kelas, serta
aktivitas guru model.
Merujuk pada desain
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini ialah desain Kemmis &
McTaggart, dimana dalam suatu
siklus dimungkinkan terjadi hanya
satu tindakan. Peneliti merancang
penelitian dengan empat siklus
dimana setiap siklus terdiri dari
masing-masing satu tindakan.
Selanjutnya, penggunaaan
Brainstorming sebagai metode
pembelajaran untuk membantu setiap
kelompok untuk menghasilkan
beragam ide dan alternatif untuk
menyelesaikan masalah. Metode
Brainstorming terbagi pada enam
kegiatan yaitu identifikasi
permasalahan, analisa sumber,
membuat hipotesis, pengolahan
informasi, mengungkapkan pendapat
di depan kelas, dan pemilihan
jawaban terbaik sebagai solusi
pemecahan masalah di setiap
siklusnya.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
dilaksanakan pada hari rabu, 2
September 2015 di jam pelajaran
kedua dan ketiga tepatnya pukul
07.30 sampai dengan pukul 09.00.
Materi yang dipelajari pada tindakan
siklus pertama ialah mengenai
pemikiran dan peristiwa-peristiwa
pentingdi Eropa yang difokuskan
kepada “Kolonialisme dan
Imperialisme" yang disesuaikan
FACTUM
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016
254
dengan Kompetensi Dasar 3.3 dalam
Kurikulum 2013, yaitu Menganalisis
keterkaitan antara pemikiran dan
peristiwa-peristiwa penting di Eropa
antara lain: Merkantilisme,
Renaissance, Reformasi Gereja,
Revolusi Industri dan pengaruhnya
bagi kehidupan bangsa Indonesia dan
bangsa lain di dunia pada masa itu
dan masa kini. Meskipun
Kolonialisme dan Imperialisme Barat
tidak menjadi topik utama dalam
Kompetensi Dasar tersebut, namun
topik ini menjadi pengantar pada
topik-topik selanjutnya.
Tindakan siklus kedua
dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal
9 September 2015. Peneliti bersama
guru mitra dan rekan observer sudah
bersiap memasuki ruangan kelas tepat
pukul 07.30. Materi yang dipelajari
pada tindakan siklus kedua ialah
mengenai pemikiran dan peristiwa-
peristiwa penting di Eropa yang
difokuskan kepada “Merkantilisme"
yang disesuaikan dengan Kompetensi
Dasar 3.3 dalam Kurikulum 2013,
yaitu Menganalisis keterkaitan antara
pemikiran dan peristiwa-peristiwa
penting di Eropa antara lain:
Merkantilisme, Renaissance,
Reformasi Gereja, Revolusi Industri
dan pengaruhnya bagi kehidupan
bangsa Indonesia dan bangsa lain di
dunia pada masa itu dan masa kini.
Tindakan siklus ketiga
dilaksanakan pada hari rabu, tanggal
11 November 2015. Peneliti bersama
guru mitra dan rekan observer sudah
bersiap memasuki ruangan kelas tepat
pukul 07.30. Materi yang dipelajari
pada tindakan siklus ketiga ialah
mengenai pemikiran dan peristiwa-
peristiwa penting di Eropa yang
difokuskan kepada “Reformasi
Gereja" yang disesuaikan dengan
Kompetensi Dasar 3.3 dalam
Kurikulum 2013, yaitu Menganalisis
keterkaitan antara pemikiran dan
peristiwa-peristiwa penting di Eropa
antara lain: Merkantilisme,
Renaissance, Reformasi Gereja,
Revolusi Industri dan pengaruhnya
bagi kehidupan bangsa Indonesia dan
bangsa lain di dunia pada masa itu
dan masa kini.
Tindakan siklus keempat
dilaksanakan pada hari rabu, tanggal
18 November 2015.Peneliti bersama
guru mitra dan rekan observer sudah
bersiap memasuki ruangan kelas tepat
pukul 07.30. Materi yang dipelajari
pada tindakan siklus keempat ialah
mengenai pemikiran dan peristiwa-
FACTUM
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016
255
peristiwa penting di Eropa yang
difokuskan kepada “Revolusi
Industri"yang disesuaikan dengan
Kompetensi Dasar 3.3 dalam
Kurikulum 2013, yaitu Menganalisis
keterkaitan antara pemikiran dan
peristiwa-peristiwa penting di Eropa
antara lain: Merkantilisme,
Renaissance, Reformasi Gereja,
Revolusi Industri dan pengaruhnya
bagi kehidupan bangsa Indonesia dan
bangsa lain di dunia pada masa itu
dan masa kini.
Dalam hal ini, peneliti
menggambarkan bagaimana
perkembangan siswa dalam
mengikuti pembelajaran sejarah
dengan penerapan metode
Brainstorming. Adapun pengamatan
terhadap hal ini mencakup aktivitas
ideal siswa dalam mengikuti
pembelajaran menggunakan metode
Brainstorming. Pengamatan ini
meliputi bagaimana siswa dapat
mengikuti semua tahapan
pembelajaran menggunakan metode
Brainstorming. Berikut adalah hasil
analisis di setiap siklusnya:
Tabel 1. Presentase Keberhasilan Penerapan Metode Brainstormingdalam
Pembelajaran Sejarah
Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV
Skor % Skor % Skor % Skor %
Kelompok 1 10 56 14 77 15 83 16 88
Kelompok 2 11 61 13 72 15 83 17 94
Kelompok 3 9 50 10 56 13 72 14 77
Kelompok 4 10 56 10 56 13 72 15 83
Kelompok 5 8 44 9 50 13 72 14 77
Rata-rata 53,4 62,2 76,4 83,8
Berdasarkan hasil penelitian,
presentase rata-rata pada tindakan
siklus I adalah sebesar 53,4 %,
tindakan siklus II sebesar 62,2 %,
tindakan siklus III sebesar 76,4 %,
dan pada tindakan siklus IV sebesar
FACTUM
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016
256
83,8 %. Peningkatan presentase setiap
siklusnya cukup signifikan. Siklus I
ke II mengalami kenaikan 8,8 %,
siklus II ke III mengalami kenaikan
14,2 %, siklus III ke IV mengalami
kenaikan sebesar 7,4 %. Penerapan
metode Brainstormingdi Kelas XI IIS
4 SMA Kartika XIX-1 dapat
dikatakan berhasil dengan presentase
tertinggi dengan angka 83,8%.
Dengan kata lain, lebih dari separuh
siswa di kelas XI IIS 4mampu
mengikuti pembelajaran sejarah
menggunakan metode Brainstorming.
Pada tahap selanjutnya,
peneliti menguraikan mengenai hasil
pengolahan data yang didapatkan
melalui pelaksanaan empat tindakan
siklus penelitian.
Gambar 2. Diagram Peningkatan Presentase Keterampilan Pemecahan
Masalah Siswa dari Siklus I hingga IV
Berdasarkan hasil penelitian,
presentaseketerampilan pemecahan
masalah siswasecara keseluruhan
hanya berada di angka 39 %pada
tindakan siklus I.Ini menunjukan
masih lemahnya keterampilan
pemecahan masalah yang dimiliki
oleh siswa di kelas XI IIS 4.Namun,
pada tindakan siklus II berada di
presentaseketerampilan pemecahan
masalah siswasecara keseluruhan
meningkat pada angka 53 %.
Kenaikan presentase keterampilan
pemecahan masalah siswasecara
keseluruhan ini terus berlanjut pada
tindakan siklus III dan IV. Pada
tindakan III dan IV masing-masing
berada di angka 63 % dan 70 %.
Peneliti memperinci penelitian
berdasarkan perkembangan indikator
fokus penelitian di setiap siklusnya.
Terdapat 5 indikator dalam
39%53.00%
63%70%
0%
20%
40%
60%
80%
Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV
Presentase Pencapaian Indikator Keterampilan Pemecahan Masalah
Presentase PencapaianIndikator KeterampilanPemecahan Masalah
FACTUM
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016
257
keterampilan pemecahan masalah dan
penelitian ini dilakukan dalam 4
siklus tindakan. Kelima indikator
tersebut yaitu; Pertama, Identifikasi
masalah; Kedua, Penggunaan sumber
informasi; Ketiga, Pernyusunan
alternatif jawaban; Keempat,
Memberikan beragam sudut pandang
(multidisipliner) dalam memecahkan
permasalahan; dan Kelima,
Memberikan kesimpulan dengan
memilih satu jawaban terbaik.
Adapun untuk lebih jelasnya terdapat
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2. Presentase Penilaian Setiap Indikator Keterampilan Pemecahan
Masalah Siswa dalam Pembelajaran Sejarah
Siklus
Indikator
I II III IV
Skor % Skor % Skor % Skor %
I 9 45 10 50 11 55 12 60
II 7 35 12 60 17 85 20 100
III 8 40 10 50 11 55 12 60
IV 5 25 8 40 10 50 10 50
V 10 50 13 65 14 70 16 80
Keterangan :
% = Skor x 100%
20<--------------- Skor Maksimal Indikator
Indikator I, yaitu identifikasi
masalah, pada tindakan siklus I
mendapatkan 9 dengan presentase
sebesar 45 %. Kenaikan terjadi pada
tindakan siklus II yaitu di skor 10
dengan presentase sebesar 50 %. Pada
tindakan siklus III terjadi kembali
peningkatan yaitu di skor 11 dengan
presentase sebesar 55 %. Pada
tindakan IV terjadi peningkatan pada
skor 12 dengan presentase 60 %.
Indikator II, yaitu penggunaan
sumber informasi, pada tindakan
siklus I mendapatkan 7 dengan
presentase sebesar 35 %. Kenaikan
terjadi pada tindakan siklus II yaitu di
skor 12 dengan presentase sebesar 60
%. Pada tindakan siklus III terjadi
kembali peningkatan yaitu di skor 17
dengan presentase sebesar 85 %.
Tidak hanya itu, tindakan IV terjadi
peningkatan hingga di skor 20 dengan
presentase sebesar 100 %.
FACTUM
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016
258
Indikator III, yaitu
penggunaan sumber informasi, pada
tindakan siklus I mendapatkan 8
dengan presentase sebesar 40 %.
Kenaikan terjadi pada tindakan siklus
II yaitu di skor 10 dengan presentase
sebesar 50 %. Pada tindakan siklus III
terjadi kembali peningkatan yaitu di
skor 11 dengan presentase sebesar 55
%. Pada tindakan IV didapati kembali
peningkatan pada skor 12 dengan
presentase yang 60 %.
Indikator IV, yaitu
memberikan beragam sudut pandang
(multidisipliner) dalam memecahkan
permasalahan, pada tindakan siklus I
mendapatkan 5 dengan presentase
sebesar 25 %. Kenaikan terjadi pada
tindakan siklus II yaitu di skor 8
dengan presentase sebesar 40 %. Pada
tindakan siklus III terjadi kembali
peningkatan yaitu di skor 10 dengan
presentase sebesar 50 %. Namun,
pada tindakan IV tidak terjadi
peningkatan atau masih pada skor 10
dengan presentase yang sama.
Indikator V, yaitu memberikan
kesimpulan, pada tindakan siklus I
mendapatkan 10 dengan presentase
sebesar 50 %. Kenaikan terjadi pada
tindakan siklus II yaitu di skor 13
dengan presentase sebesar 65 %. Pada
tindakan siklus III terjadi kembali
peningkatan yaitu di skor 14 dengan
presentase sebesar 70 %. Tidak hanya
itu, tindakan IV terjadi peningkatan
hingga di skor 16 dengan presentase
sebesar 80 %.
Gambar 3. Diagram Peningkatan Presentase Penilaian Setiap Indikator