-
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF HIJAIYAH ANAK USIA 4-5
TAHUN MELALUI MEDIA
FLASH CARD DI RAUDHATUL ATHFAL BAITURRAHIM KABUPATEN TANJUNG
JABUNG BARAT
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Magister (S2) Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
Konsentrasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Oleh
R I N I NIM : MPU. 1722798
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019
-
vi
M O T T O
⬧ ⧫ ➔ ⧫ ➔
Artinya :“Maka Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”. (Q.S. 94/ Asy-Syarh
: 5-6).1
1 Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung:
Diponegoro, 2007), hlm. 478.
-
vii
PERSEMBAHAN
Tesis kupersembahkan kepada :
Ayahku terhormat H. Muhammad Isa
Ibuku tercinta Hj. Basiah
Kakak-kakakku tercinta :
Fauziah
Novitsya Aryani, Am.Kep
Marisa Savitri, Amd.Keb
Adikku tersayang :
Tiara
-
viii
Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Anak Usia 4-5
Tahun Melalui Media Flash Card di Raudhatul Athfal Baiturrahim
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Oleh : RINI, NIM. MPU. 1722798
ABSRTRAK
Penelitian ini berfokus pada Media Flash Card dalam
Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Anak. Penelitian ini bertujuan
untuk
mengetahui dan melihat kegiatan bermain seraya belajar melalui
media
flash card dalam meningkatkan kemampuan mengenal huruf
hijaiyah
anak. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diadakan di Raudhatul
Athfal
Baiturrahim Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Penelitian ini
menggunakan 26 orang anak yang berusia 4-5 tahun sebagai
pastisipan.
Model penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan
model rancangan Kemmis dan M.C Taggart dengan menggunakan 3
siklus dari masing masing siklus menggunakan empat langkah
yaitu:
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian
Tindakan Kelas
(PTK) menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif serta
untuk
mendapatkan presentase menggunakan skala likert.
Hasil penelitian dengan penggunnaan media Flash Card dalam
meningkatkan kemampuan mengenal huruf hijaiyah anak semakin
meningkat yaitu pada pra siklus kemampuan anak 48,07%, siklus
I
kemampuan anak 55,76%, siklus II kemampuan anak 80,76%, dan
siklus
III kemampuan anak 97,11%.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media Flash Card dapat
meningkatkan kemampuan mengenal huruf hijaiyah anak pada
kelompok
A kelas As-Salam di Raudhatul Athfal Baiturrahim Kabupaten
Tanjung
Jabung Barat. Berdasarkan penelitian tinfakan ini implikasi
secara praktis
digunakan sebagai bahan untuk membantu guru dalam pemahaman
dan
pengetahuan baru bagi guru sehingga guru dapat menerapkan
untuk
selanjutnya.
Kata Kunci : Meningkatkan, Huruf Hijaiyah, Anak, Media, Flash
Card
-
ix
Improving the Ability to Recognize Hijaiyah Letters for Children
Aged 4-5 Years Through Flash Card Media in Raudhatul Athfal
Baiturrahim,
Tanjung Jabung Barat Regency
By : RINI, NIM. MPU. 1722798
ABSTRACT
This research focuses on Flash Card Media in Improving the
Ability to Recognize Hijaiyah Letters for Children. This study aims
to determine and see play activities while learning through flash
card media in improving the ability to recognize hijaiyah letters
of children. Classroom Action Research (CAR) was conducted at
Raudhatul Athfal Baiturrahim, Tanjung Jabung Barat District. This
study used 26 children aged 4-5 years as participants. The research
model conducted in this study used the Kemmis and M.C Taggart
design models using 3 cycles of each cycle using four steps:
planning, acting, observing and reflecting. Classroom Action
Research (CAR) uses a qualitative and quantitative approach and to
obtain a percentage using a Likert scale. The results of research
with the use of Flash Card media in increasing the ability to
recognize hijaiyah letters of the child are increasing, namely in
the pre-cycle ability of the child 48,07%, the first cycle of the
child's ability 55,76%, the second cycle of the child's ability
80,76%, and the third cycle of the child's ability 97,11%. It can
be concluded that the use of the Flash Card media can improve the
ability to recognize hijaiyah letters of children in group A of the
As-Salam class at Raudhatul Athfal Baiturrahim, Tanjung Jabung
Barat Regency. Based on this research, the implications are
practically used as material to help teachers in understanding and
new knowledge for teachers so that teachers can apply to the next.
Keywords: Improve, Hijaiyah Letters, Children, Media, Flash
Card
-
x
KATA PENGANTAR
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan
untuk memperoleh gelar Magister (S2) Konsentrasi Pendidikan
Islam Anak
Usia Dini Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin
Jambi.
Penulisan tesis ini, dilandasi beberapa kajian literatur
yang
berhubungan dengan kemampuan mengenal huruf hijaiyah anak usia
4-5
tahun. Tesis ini ditulis berdasarkan pada penelitian tindakan
kelas (PTK)
dalam kurun waktu tiga bulan, yang dilaksanakan di Raudhatul
Athfal
Baiturrahim Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yang bertempat di
jalan
Jendral Sudirman, Kelurahan Tungkal IV Kota, Kecamatan Tungkal
Ilir,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dengan judul : Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Anak Usia 4-5 Tahun
Melalui
Media Flash Card di Raudhatul Athfal Baiturrahim Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak
yang
telah membantu demi kelancaran dalam penyelesaian tesis ini,
terutama
yang terhormat :
Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Magister (S2) Pendidikan Islam Anak Usia Dini
pada
Pascasarjana UIN STS Jambi. Selama proses penyelesaian tesis
ini,
banyak pihak yang telah memberikan konstribusi baik langsung
maupun
tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D, Selaku Rektor
UIN STS
Jambi
2. Bapak Prof. Dr. H. A. Husein Ritonga, M.A. selaku
Direktur
Pascasarjana UIN STS Jambi
3. Ibu Dr. Risnita, M.Pd selaku Wakil Direktur Pascasarjana UIN
STS
Jambi
-
xi
4. Ibu Dr. Risnita, M.Pd dan Bapak Dr. Musa, M.Pd., selaku
Pembimbing
I dan Pembimbing II
5. Ketua Program Studi Pendidikan Islam Pascasarjana UIN STS
Jambi
6. Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana UIN STS Jambi
7. Bapak dan Ibu Staf Pascasarjana UIN STS Jambi
8. Kepala Sekolah RA Baiturrahim Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Ibu
Amrina Rasyada, S.Pd Aud
9. Para Pendidik dan Peserta Didik RA Baiturrahim Kabupaten
Tanjung
Jabung Barat
10. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat,
dan
doa kepada penulis
11. Teman-teman seperjuangan Pascasarjana UIN STS Jambi
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu
persatu.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan, saran dan
tanggapan guna penyempurnaan tesis ini akan penulis terima.
Semoga
jasa dan budi baik yang telah diberikan menjadi amal yang
bernilah di sisi-
Nya sehingga mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga tesis ini
dapat
berguna bagi pembaca sekalian. Akhirnya penulis mengucapkan
terima
kasih.
Jambi, November 2019
Penulis,
RINI
NIM. MPU. 1722798
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
..........................................................................
i LEMBAR LOGO
..............................................................................
ii HALAMAN NOTA DINAS
............................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ....................... iv
HALAMAN
PENGESAHAN.............................................................
v HALAMAN MOTTO
.........................................................................
vi HALAMAN PERSEMBAHAN
.......................................................... vii
ABSTRAK
.......................................................................................
viii ABSTRACT
.....................................................................................
ix KATA PENGANTAR
.......................................................................
x DAFTAR ISI
.....................................................................................
xii DAFTAR TABEL
.............................................................................
xiv DAFTAR DIAGRAM
........................................................................
xvi DAFTAR GAMBAR
.........................................................................
xvii DAFTAR LAMPIRAN
......................................................................
xviii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
............................................. 1 B. Rumusan Masalah
..................................................... 16 C. Batasan
dan Fokus Penelitian .................................... 17 D.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................
17
BAB II LANDASAN TEORI, KONSEP MODEL TINDAKAN DAN
PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori, Konstruks dan
Indikator sesuai tema
penelitian
....................................................................
20 B. Konsep Model Tindakan Yang Digunakan .................. 52 C.
Penelitian yang Relevan
............................................. 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Tindakan
................................ 58 B. Populasi dan Sampel
Penelitian ................................. 59 C. Jenis dan Sumber
Data ............................................. 60 D. Teknik
Pengumpulan Data .......................................... 61 E.
Teknik Analisis Data
................................................... 66 F. Validasi
Data
............................................................... 69
G. Prosedur Penelitian Tindakan
..................................... 70 H. Rencana dan Waktu
Penelitian ................................... 75
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL
PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
........................................ 78
-
xiii
B. Hasil Penelitian
.......................................................... 90 C.
Analisis Hasil Penelitian
............................................. 141
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
............................................................... 144
B. Implikasi
....................................................................
145 C. Rekomendasi
............................................................ 146 D.
Saran
........................................................................
147 E. Kata Penutup
............................................................
148
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DOKUMENTASI CURRICULUM VITAE
-
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Skala Pencapaian Kemampuan Mengenal Huruf
Hijaiyah Anak Tindakan (Pra Siklus)
................................... 14 Tabel 2.2 Standar Isi
Tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Umur 4-5 Tahun dalam
Perkembangan Bahasa ........ 23 Tabel 2.3 Huruf-Huruf Hijaiyah
........................................................... 26
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah
Pada Anak
............................................................. 61
Tabel 3.5 Jadwal Penelitian
................................................................ 76
Tabel 4.6 Nama-Nama Kepala Sekolah Raudhatul Athfal Baiturrahim
Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan masa jabatannya
.................................................................
79 Tabel 4.7 Daftar Nama-Nama Guru Raudhatul Athfal Baiturrahim
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
...................................... 84 Tabel 4.8 Daftar
Nama-Nama Peserta Didik Raudhatul Athfal Baiturrahim Berdasarkan
Kelompok Usia Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2019/2020
............................ 85 Tabel 4.9 Peserta Didik Tindakan
Kelompok A Raudhatul Athfal Baiturrahim Kabupaten Tanjung Jabung
Barat Tahun 2019/2020
...........................................................................
89 Tabel 4.10 Skala Pencapaian Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah
Anak Tindakan (Pra Siklus) ................................... 93
Tabel 4.11 Hasil Deskriptor Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Anak
Tindakan (Pra Siklus)
................................................ 95 Tabel 4.12
Jadwal Kegiatan Siklus I
..................................................... 99 Tabel 4.13
Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Anak Setelah Tindakan Pada Siklus
I ....................................................... 106 Tabel
4.14 Hasil Deskriptor Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Anak
setelah Tindakan pada Siklus I ..................................
108 Tabel 4.15 Hasil Deskriptor Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah
Anak Setelah Tindakan pada Siklus I
................................. 110 Tabel 4.16 Jadwal Kegiatan
Siklus II .................................................... 114
Tabel 4.17 Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Anak setelah Tindakan
pada Siklus II
....................................................... 121 Tabel
4.18 Hasil Deskriptor Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Anak
setelah Tindakan pada Siklus II .................................
124 Tabel 4.19 Hasil Deskriptor Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah
Anak setelah Tindakan pada Siklus II
................................. 126 Tabel 4.20 Jadwal Kegiatan
Siklus III ................................................... 130
Tabel 4.21 Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Anak Setelah Tindakan
pada Siklus III
...................................................... 137 Tabel
4.22 Hasil Deskriptor Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Anak
setelah Tindakan pada Siklus III ................................
139 Tabel 4.23 Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Mengenal Huruf
Hijaiyah Anak di Raudhatul Athfal Baiturrahim Kabupaten Tanjung
Jabung Barat
......................................................... 141
-
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Model Kemmis dan M.C Taggart
.............................. 53 Gambar 3.2 Model Tindakan Kemmis
dan M.C Taggart ............... 71 Gambar 4.3 Struktur Organisasi
Raudhatul Athfal Baiturrahim Kabupaten Tanjung Jabung Barat
............................ 83
-
xvi
DAFTAR DIAGRAM Diagram 4.1 Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Pra
Siklus .. 94 Diagram 4.2 Kemampuan Mengenal Guruf Hijaiyah Siklus I
...... 107 Diagram 4.3 Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Siklus II
..... 129 Diagram 4.4 Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Siklus III
..... 138 Diagram 4.5 Rekapitulasi Kemampuan Mengenal Huruf
Hijaiyah dari Pra Siklus, Siklus I, Siklus II Dan Siklus III ......
142
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi
siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan
dalam
dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat
dalam
kehidupan masyarakat.1
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang
bertujuan
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
oleh dirinya
dan masyarakat.
Usia 4-6 tahun (TK) merupakan masa peka bagi anak, di mana
anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya
perkembangan
seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya
pematangan
fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespom stimulasi yang
diberikan
oleh lingkungan. Di mana pada masa ini merupakan masa untuk
meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan fisik, kognitif,
bahasa,
sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni,
moral, dan nilai-
nilai agama. Oleh sebab itu, dibutuhkan suasana belajar,
strategi dan
stimulus yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan
dan
perkembangan anak tercapai secara optimal.2
Pendidikan berlangsung sepanjang usia yang dimulai sejak lahir
di
dunia. Dalam proses perkembangannya, manusia memerlukan
pendidikan. Melalui proses ini manusia akan berkembang
karena
lingkungan memberikan bantuan dalam proses perkembangannya baik
itu
pada lingkungan rumah, sekolah, maupun masyarakat.
1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), hlm. 79. 2 Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan,
Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini (Ciputat: Gaung Persada
Press Group, 2013), hlm. 2.
-
2
Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang
berkualitas. Kesempatan untuk memperoleh pedidikan yang
berkualitas
berlaku untuk semua (education for all), mulai dari usia dini
sebagai masa
“the golden age” sampai ke jenjang pendidikan tinggi.
Hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang aman
bagi perkembangan anak didalam lingkungan yang aman tersebut,
anak
dapat mengembangkan berbagai potensi yang di miliki dengan baik.
Sejak
lahir sampai usia enam tahun, anak berada dalam periode
keemasan.
Melalui kegiatan yang bersifat sensomotorik, anak menyerap
berbagai
pengalaman sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan di
sekitarnya.
Oleh sebab itu, pada periode ini, anak memerlukan stimulasi
sensomotorik.
Pendidikan Anak Usia dini merupakan upaya pembinaan yang
ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun
yang
dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani, sehingga anak memiliki
kesiapan
dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut.3
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berdasarkan prespektif
hakikat
belajar dan perkembangan adalah suatu proses yang
berkesinambungan
antara belajar dan perkembangan. Artinya, pengalaman belajar
dan
perkembangan awal merupakan dasar bagi proses belajar dan
perkembangan selanjutnya.4 Anak pada masa usia dininya
mendapat
rangsangan yang cukup lama dalam mengembangkan kedua belah
otaknya (otak kanan dan otak kiri) akan memperoleh kesiapan
yang
menyeluruh untuk belajar dengan sukses pada saat memasuki
pendidikan
yang lebih tinggi.5
3 Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Pendidikan Anak Usia
Dini PAUD ( Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hlm. 1. 4 Suyadi,
Teori Pembelajaran Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 22. 5 Ibid., hal. 22.
-
3
Secara umum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memberikan
stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar
menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa, bukan hanya memberi anak
pengetahuan kognitif (kecerdasan intelektual)
sebanyak-banyaknya, tetapi
mempersiapkan mental dan fisik anak untuk mengenal dunia
sekitarnya
secara adaptove (bersahabat).6 Melalui pendidikan anak usia
dini, anak
diharapkan dapat mengembangkan segenap potensi yang
dimilikinya
(kognitif), sosial, emosi, dan fisik motorik.7
Pendidikan dimaksudkan untuk merubah keadaan yang menjadikan
manusia menjadi lebih baik dengan bantuan sebuah pengajaran.
Dalam
firman Allah Q.S Ar-Ra’d ayat 11 :8
َ ََليُغَيُِّرَماِبقَْوٍم َحتّى يُغَيُِّرْومابِااَْنفُِسِهْم )
(١١اِّن ّٰللاہ
Artinya : “...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri...” (Q.S
Ar-Ra’d : 11). Di dalam ayat ini Allah SWT memberitahukan,
bahwasanya Allah
SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum sampai perubahan itu
ada
pada diri mereka sendiri, atau dari pembaharu salah seorang di
antara
mereka dengan sebab. Contohnya, bagaimana Allah SWT merubah
keadaan pasukan Uhud yang akhirnya menang setelah pasukan
panah
memperbaiki kesalahan mereka sendiri.9 Maka dari itulah
diperlukannya
pendidikan untuk membentuk manusia menjadi pribadi yang lebih
baik lagi
dan membawa perubahan dalam kehidupannya.
Usia dini merupakan masa yang paling penting untuk
menanamkan
rasa cinta anak pada Al-Qur’an. Di situlah langkah pertama yang
harus
ditempuh orang tua untuk membuat anak jatuh hati pada
Al-Qur’an.
Sayang, banyak orang tua yang mengabaikan masa anak-anak
ini.
6 Ibid., hal, 24. 7 Ibid. 8 Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan
Terjemahnya (Semarang: Raja Publishing, 2011), hlm. 249. 9 Muhammad
Ibrahim Al-Hifnawi Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al-Qurtubi (Jakarta
Selatan: Pustaka Azzam, 2008), hlm. 688.
-
4
Mereka tidak memberikan perhatian yang cukup dengan memilih
metode
pendidikan yang tepat dan sesuati dengan umurnya, padahal usia
ini
adalah masa yang akan menjadi dasar pembentukan kepribadian
seorang
anak.10 Maka dari itu sebelum memperlajari Al-Qur’an untuk anak,
kita
perlu memperkenalkannya huruf-huruf dasar yang akan menjadi
pijakan
mereka mengetahui nanti jika sudah masuk pada tahap pembelajaran
Al-
Qur’an.
Perkembangan hubungan dengan pematangan struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks. Hal ini sejalan dengan bertambahnya
usia.
Setiap tahap perkembangan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda,
baik
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
Pemenuhan
kebutuhan ini akan dipengaruhi oleh perkembangan emosi,
intelektual,
dan tingkah laku individu sebagai hasil interaksinya dengan
lingkungan.11
Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan makna
kepada orang lain dan membangun interaksi antara individu
dengan
lainnya. Kemampuan berbahasa menunjukkan manusia yang
kompleks
dan fantastis, sehingga bahasa dapat berkembang dengan cepat
sejak
anak usia dini. Perkembangan bahasa dimulai dari lingkungan
yang
sederhana melalui praktek empirik secara langsung.
Perkembangan bahasa ditempuh melalui cara yang sistematis
dan
berkembang sesuai dengan tahap perkembangan anak meskipun
dari
berbagai latar belakang yang berbeda. Anak-anak memiliki
kemampuan
berbahasa yang baik dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan,
serta
tindakan interaktif dengan lingkungannya sejak usia dini.
Salah satu aspek bahasa yang perlu di persiapkan dan di
kembangkan pada usia Taman Kanak-Kanak (TK) untuk menghadapi
jenjang pendidikan selanjutnya adalah kemampuan mengenal
huruf.
Mengenal huruf harus dikuasai oleh anak TK karena pengenalan
terhadap
10 Sa’ad Riyadh, Mengajarkan Al-Qur’an pada Anak (Surakarta:
Ziyad Vizi Media, 2017), hlm. 54. 11 Lyndon Saputra, Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia (Jakarta: Binarupa Aksara Publisher, 2013),
hlm. 15.
-
5
huruf termasuk modal awal untuk memiliki keterampilan
membaca
terutama mengenal huruf hijaiyah.
Kemampuan untuk mengenal huruf hijaiyah sangat diperlukan
karena itu akan menunjang para generasi muda menuju tua agar
lebih
baik lagi dalam mengimplementasikannya dalam kehidupan baik itu
dari
segi ibadah maupun di dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan membaca merupakan landasan utama seseorang
untuk mengenali tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan,
dengan
kemampuan dan keterampilan membaca seseorang mengetahui
segala
informasi yang ada disekitarnya dengan mudah. Dengan
demikian
keterampilan membaca merupakan hal penting untuk memperoleh
pengetahuan dan informasi dan perlu juga dikembangkan pada anak
usia
dini.
Maka untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak usia
dini, maka setiap sekolah khususnya PAUD perlu adanya
program
pembelajaran yang disesuaikan dengan aspek perkembangan anak
usia
dini yang salah satunya itu tentang anak mengenal huruf
hijaiyah.
Mengenalkan huruf hijaiyah ini dimaksudkan untuk
memperkenalkan
kepada anak pada tahap awal bahasa dan bacaan yang akan
membawa
mereka bisa mengetahui tulisan arab yang dimulai dari huruf alif
sampai
dengan huruf ya.
Mendidik anak kecil harus dimulai dari pintu yang benar
dengan
menggunakan metode dan cara yang sesuai dengan dunia anak.
Ada
sebagian anak yang mempunyai konsentrasi lebih dalam hal
pendengaran, pendengaran sensitif, maka untuk mendidik anak
seperti ini
harus dimulai dengan pendekatan suara, misalnya dengan
mendengarkan
Al-Qur’an melalui lantunan yang indah.12
Pendidikan Agama yang dianggap sebagai sebuah alternatif
dalam
membentuk kepribadian kemanusiaan dianggap gagal. Karena
pembelajaran pendidikan Agama Islam yang selama ini
berlangsung
12 Sa’ad Riyadh, Op.Cit, hal. 23.
-
6
agaknya kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah
pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi makna dan nilai
yang
perlu diintegrasikan dalam diri siswa.13
Pestalozzi menempatkan pendidikan akhlak dan agama di urutan
teratas tujuan para pendidik. Ia menyatakan bahwa dalam segala
bentuk
pendidikan akhlak dan agama, jasmani menguasai ruhani,
sementara
untuk suci tidak diperhatikan. Memang seperti itu, karena anak
diharuskan
shalat terlebih dahulu, setelah itu baru memikirkan
maknanya.14
Pendidikan agama terutama dari kemampuan mengenal huruf
sampai kepada Al-Qur’an sudah seharusnya diberikan kepada
masa
anak-anak sedini mungkin, karena pendidikan yang diberikan pada
masa
kecil akan lebih kuat, tajam dan lebih membekas daripada
pendidikan
yang diberikan setelah dewasa. Tugas ini merupakan suatu
keharusan
yang diajarkan untuk anak, yang bertujuan untuk memelihara
kehidupannya di dunia maupun nanti kelak di akhirat sebagai
bekal
menuju alam yang kekal. sebagaimana yang terdapat di dalam
Al-Qur’an
Q.S At-Tahrim ayat 6 :15
قُْوُدَهاالنَّاُس َواْلِحَجاَرةُ يَ اَْنفُِسُكْم َواَْهِلْيُكْم
َناًراوَّ ى َِكةٌ َعلَْيهَ ۤايَُهاالَِّذْيَن ٰاَمنُواقُْوۤا
َملَۤ
َ َمآاََمَرُهْم َويَْفَعلُْوَن َمايُؤْ َمُرْوَن )ِغلَ ( ۶ٌظ
ِشَداٌدََل يَْعُصْوَن ّٰللاہ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Q.S
At-Tahrim : 6).
Ayat di atas memberikan penegasan kepada orang tua maupun
pendidik untuk membina, membimbing, dan mendidik, bukan
hanya
sukses di dunia tapi yang lebih tinggi lagi adalah terjauh dari
azab neraka.
Dengan cara mengajarkan anak, dikenalkan dulu huruf-huruf
hijaiyah
13 Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), hlm. 168. 14 Hasan Syamsi, Modern Islamic Parenting Cara
mendidikan Anak Masa Kini Dengan Metode Nabi (Solo: AISAR
Publishing, 2017), hlm. 68. 15 Departemen Agama RI, Op. Cit, hal.
560.
-
7
kemudian naik ke Al-Qur’an. Apabila amanah ini dilaksakan dengan
baik,
maka yang mendapat manfaat tentulah orang yang telah
mengajarkannya.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang
paling fundamental karena perkembangan anak di masa selanjutnya
akan
sangat ditentukan oleh berbagai stimulus bermakna yang diberikan
sejak
dini. Awal kehidupan anak merupakan masa yang paling tepat
dalam
memberikan dorongan atau upaya pengembangan agar dapat
berkembang secara optimal. Belajar adalah perkembangan yang
berasal
dari latihan dan usaha pada pihak individu.
Pendidikan untuk anak usia dini bukan merupakan proses
mengisi
otak dengan berbagai informasi sebanyak mungkin, melainkan
proses
menumbuhkan, memupuk, mendorong, dan menyediakan lingkungan
yang memungkinkan anak mengembangkan potensi yang
dimilikinya
seoptimal mungkin. Karena itu, pendidikan bukan didasarkan atas
apa
yang terbaik menurut orang dewasa tapi didasarkan apa yang
terbaik
untuk anak.16
Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Masa peka
merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan
psikis
yang siap merespon stimulasi dan lingkungan untuk meletakkan
dasar
pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik kognitif,
bahasa,
sosial-emosional, seni, kemandirian.
Tujuan pendidikan yang dikehendaki al-Qabisi adalah agar
pendidikan dan pengajaran dapat menumbuhkembangkan pribadi
anak
sesuai dengan nilai-nilai Islam yang benar.17
Kuala Tungkal merupakan sebuah kota kecil yang ada di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang merupakan salah kota
religius
karena di sana banyak terdapat tempat-tempat belajar agama
khususnya
untuk anak-anak kecil yang sudah ikut belajar mengetahui
serta
16 Bisri Mustofa, Melejitkan Kecerdasan Anak Melalui Dongeng
(Yogyakarta: Dua Satria Offset, 2015), hlm. 40. 17 Abd. Rachman
Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan Tokoh
Klasik Sampai Modern (Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), hlm.
66.
-
8
mendalami ilmu agama yakni tentang mengenal huruf hijaiyah
sampai
mengaji.
Pendidikan agama yakni mengaji di Kuala Tungkal terjadi
karena
antusias para orang tua yang khawatir dengan berkembangnya
zaman
yang semakin modern sehingga mereka lebih memilih memasukkan
anak-
anaknya ke rumah-rumah Al-Qur’an dengan tujuan anak-anak
mereka
bisa belajar ilmu agama dan mengaji dengan tata aturan yang baik
dan
benar.
Banyaknya pondok-pondok pesantren menjadikan kota Kuala
Tungkal sering disebut masyarakat sebagai kota religius. Tak
hanya itu,
banyak sekali diadakannya tabligh-tabligh akbar dengan maksud
agar
lebih meningkatkan nilai keagamaan masyarakat terutama para
generasi
muda agar kelak tidak hanya menjadi generasi penerus tetapi
menjadi
generasi pelurus.
Anak Usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan
dikatakan
sebagai lompatan perkembangan. Karena itulah, maka usia dini
dikatakan
sebagai golden age (masa emas), yaitu usia uang sangat
berharga
dibanding usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase
kehidupan yang
unik. 18
Idealnya jika sebuah kota itu sudah dikatakan sebagai kota
religius
maka banyaklah masyarakat muda maupun tua yang pandai membaca
Al-
Qur’an dan juga pandai membaca kitab-kitab. Tak hanya itu
juga
memperkuat keimanan agar selalu berbuat yang baik dan benar
menurut
syari’at tetapi pada kenyataannya tidak seluruhnya
masyarakat
menguasai itu semua khususnya untuk anak-anak yang ada di
Kuala
Tungkal.
Al-Qur’an membahas pedoman umat Islam yang berisi firman-
firman Allah SWT tidak terlepas dari huruf-huruf hijaiyah.
Pembacaan al-
18 Isjoni. Model Pembelajaran Anak Usia Dini, (Bandung:
Alfabeta, 2011), hlm. 24.
-
9
Qur’an harus fasih dan benar hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT
dalam Q.S. Al-Muzammil ayat 4, yaitu: 19
ِ٘لِ٘ القرآَن تَْرتِ٘يَل )٤ ( َوَرت
Artinya: Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan (Q.S
Al-Muzammil : 4)
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW
supaya membaca al-Qur’an secara seksama (tartil), yakni membaca
al-
Qur’an dengan perlahan-lahan dengan bacaan yang fasih. Makna
tartil
lainnya juga dijelaskan sebagai bacaan yang harus dilafalkan
jelas dalam
setiap huruf tersebut. Sehingga ketika umat muslim membaca
al-Qur’an,
harus jelas membaca huruf per huruf yang dilafalkan. Melafalkan
huruf-
huruf hijaiyah dengan baik dan benar harus memahami makharijul
huruf.
Makharijul huruf ialah tempat keluarnya huruf pada waktu
huruf-huruf itu
dibunyikan dan pembeda antara satu huruf dengan huruf yang
lainnya.
Salah satu lembaga pendidikan Al-Qur’an yang berpengaruh
untuk
meningkatkan kemampuan anak untuk mengenal huruf hijaiyah baik
dan
benar salah satunya adalah Raudhatul Athfal (RA). Raudhatul
Athfal
merupakan salah satu bentuk pendidikan yang menyediakan
pendidikan
bagi anak usia dini 4 tahun sampai memasuki pendidikan
dasar.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar bagi anak
usia
dini karena lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat
mempelajari
anak. Lingkungan memberikan informasi secara konkret serta
kebenaran
yang lebih akurat, penggunaan lingkungan memungkinkan
terjadinya
proses belajar yang lebih bermakna (meaningful learning) sebab
anak
dihadapkan dengan keadaan yang sebenarnya dibandingkan hanya
dengan melihat gambar, foto dan lain sebagainya. Lingkungan
dapat
membentuk kepribadian anak ke arah yang lebih baik, seperi
kecintaan
anak akan alam, lingkungan, baik itu memeliharanya,
memafaatkannya,
dan yang paling penting tidak merusaknya.
19 Departemen Agama RI, Op. Cit, hal. 574.
-
10
Kegiatan belajar melalui lingkungan yang sangat beragam
memberikan daya tarik terhadap anak untuk lebih bersemangat
dalam
mengikuti proses pembelajaran dan pemanfaatan bahan alam yang
ada di
lingkungan untuk menumbuhkan aktivitas belajar anak menjadi
sangat
menyenangkan. Sebab lingkungan sebagai metode pembelajaran
senantiasa mengajak anak untuk mengamati, bertanya,
membuktikan
sesuatu, melakukan sesuatu akan dapat menumbuhkan aktivitas
belajar
pada anak.
Pembelajaran pada anak usia dini bukanlah pembelajaran yang
kaku seperti anak sekolah dasar. Usia prasekolah seharusnya
memang
diisi dengan kegiatan bermain, bukan mengerjakan soal-soal di
atas
kertas. Kegiatan bermain bukan tanpa maksud dan tanpa arti.
Kegiatan
bermain pada anak usia dini adalah bentuk ekslporasi yang
mengasah
nalar dan keterampilan. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran
pada
anak usia dini dapat dilaksanakan melalui kegiatan bermain.
20
Tujuan pengajarannya merupakan salah satu aspek atau
komponen dalam pendidikan yang harus diperhatikan, karena
pendidikan
akan dikatakan berhasil apabila tujuan tersebut dapat tercapai
atau paling
tidak mendekati target yang telah ditentukan. Pendidikan
Al-Qur’an
bertujuan dalam rangka untuk menyiapkan anak-anak didiknya
menjadi
generasi Qur’ani yaitu komitmen dan menjadikan Al-Qur’an
sebagai
pandangan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, agar pencapaian
tujuan
pendidikan dapat optimal maka perlu adanya perencanaan
Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) di RA yang meliputi bagaimana memilih
bahan/media, sumber belajar dan metode maupun teknik kegiatan
yang
tepat, sehingga guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang
unik,
menarik, dan bermakna.
Flash card adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau
tanda
simbol yang mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada
sesuatu
20 Deni Damayanti, Senang dan Bahagia Menjadi Guru PAUD Tips dan
Trik Mengelola Diri dan Anak Usia Dini (Bantul-Yogyakarta: Araska:
2018), hlm. 119.
-
11
yang berhubungan dengan gambar. Flash card biasanya berukuran 8
X
12 cm atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas
yang
dihadapi.21
Menurut Rudi Susilana dan Cepiriyana flash card merupakan
media
pembelajaran yang berupa kartu bergambar berukuran 25 X 30
cm.
Gambar gambar pada flash card merupakan serangkaian pesan
yang
disajikan dengan adanya keterangan pada setiap gambar.22
Dimaksudkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan mengenal
huruf hijaiyah anak usia dini diperlukan sebuah media yang
membuat
anak lebih bisa memahami lagi tentang huruf hurufnya.
Penggunaan
media yang tepat, menuntut para pendidik untuk memiliki
kemampuan
yang lebuh mendalam lagi untuk mempersiapkan media yang tepat
untuk
kegiatan bermain seraya belajar anak.
Menurut Kasihani, flash card are teaching aids as pictur
paper
which has 25x30. The picture is made by hand, picture or [hoto
which is
stick on the flash card.23 (Flash card adalah media pembelajaran
dalam
bentuk kartu bergambar berukuran 25x30. Gambar gambarnya
dibuat
denngan tangan, foto, atau memanfaatkan gambar/foto yang sudah
ada
ditempelkan pada lembaran lembaran flash card).
Pendidik perlu memiliki pemahaman yang baik tentang materi
untuk
belajar, seperti keterampilan dalam mengamati, bagaimana setiap
anak
dalam lingkungannya, itu semua harus direncanakan dengan
baik.
Didalam maupupun di luar kelas dalam hal pembelajaran. Apa
yang
dilakukan pendidik untuk membantu anak untuk
mengklarifikasikan
pemahaman mereka, bagaimana dan kapan mereka harus mengerti
tentang huruf huruf hijaiyah.
21 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : Rajawali Pers,
2011) hlm. 119 120. 22 Rudi Susilana dan Cepiriyana, Media
Pembelajaran, (Bandung: CV. WACANA PRIMA, 2016), hlm. 94. 23
Kasihani K.E Suyanto, English for Young Learners Melejitkan Potensi
Anak Melalui
English Class yang Fun, Asyik, dan Menarik , (Jakarta : Bumi
Aksara, 2007), hlm. 109.
-
12
Agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh anak untuk
itu
perlunya program yang paling efektif bagi anak usia dini adalah
dengan
cara membuatkan media agar anak lebih tertarik dalam bermain
seraya
belajarnya, tidak bosan, dan tidak jenuh.
Pendidikan yang cerdas akan membawa peserta didik mereka ke
jalan yang lebih menyenangkan lagi, menyediakan media yang
tepat
akgar terlaksananya pembelajaran yang efektif. Kemampuan
mengenal
huruf hijaiyah memiliki peranan yang sangat penting karena
dalam
perkembangannya mengenal huruf merupakan dasar awal untuk
anak
bisa membaca dan mempelajari kitab Al-Qur’an sejak dini, karena
jika
pada saat membaca huruf hijaiyah anak terbiasa dengan
pengucapan
yang benar karena jika salah maka akan menimbulkan arti yang
berbeda.
Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak terutama dalam
kemampuan mengenal huruf hijiaiyah peneliti mencoba
menggunakan
media pembelajaran melalui flash card. Hal ini dapat menarik
perhatian
dan semangat belajar anak dalam mengenal huruf huruf hijaiyah,
setiap
huruf huruf hijaiyah yang dipelajari, disertai gambar yang
menarik. Anak
menjadi terkesan dan semangat dalam belajar. Dengan demikian,
anak
mudah mengingat setiap huruf huruf hiyaiyah yang
dipelajarinya.
Diharapkan setelah semua guruf huruf dikemalkan, maka akan
memudahkan anak untuk membaca pada waktu yang akan datang.
Berdasarkan hasil grandtour yang dilakukan peneliti di RA
Baiturrahim, kemampuan anak dalam mengenal uruf hijaiyah di
kelompok
A mengenal huruf hijaiyah melalui media buku iqro, papa tulis,
dan
pengenalan menggunakan lagu yang biasa dinyanyikan akan tetapi
dalam
kemampuan mengenal huruf melalui bentuk hurufnya masih kurang.
26
peserta didik di kelompok A belum mampu dalam menyebutkan
huruf
huruf hijaiyah secara acak dan bagaimana menuliskan serta
mengucapkan huruf hijaiyah dengan tepat.
Dalam hal ini dapat diketahui dari kemampuan mengenal huruf
hijaiyah anak belum meningkat. Ini dapat dilihat dari presentase
setiap
-
13
anak yang menyatakan belum ada peningkatan dalam mengenal
huruf
hijaiyahnya. AZ memperoleh skor 12 dengan presentase 27,27 (MB),
AK
memperoleh skor 15 dengan presentase 34,09 (MB), AH
memperoleh
skor 12 dengan presentase 27,27 (MB), AR memperoleh skor 12
dengan
presentase 27,27% (MB), CA memperoleh skor 12 dengan
presentase
27,27% (MB), DN memperoleh skor 12 dengan presentase 27,27%
(MB),
DA memperoleh skor 12 dengan presentase 27,27% (MB), DF
memperoleh skor 12 dengan presentase 27,27% (MB), FN
memperoleh
skor 15 dengan presentase 34,09% (MB), HQ memperoleh skor 15
dengan presentase 34,09% (MB), KN memperoleh skor 12 dengan
presentase 27,27% (MB), MA memperoleh skor 12 dengan
presentase
27,27% (MB), MH memperoleh skor 15 dengan presentase 34,09%
(MB).
MB memperoleh skor 14 dengan presentase 31,82% (MB), MI
memperoleh skor 15 dengan presentase 34,09%, MF memperoleh skor
11
dengan presentase 25% (BB), MG memperoleh skor 12 dengan
presentase 27,27% (MB), MZ memperoleh skor 12 dengan
presentase
27,27 (MB), MS memperoleh skor 12 dengan presentase 27,27%
(MB),
MR memperoleh skor 15 dengan presentase 34,09 (MB), MK
memperoleh
skor 12 dengan presentase 27,27% (MB), MN memperoleh skor 12
dengan presentase 27,27% (MB), MSA memperoleh skor 12 dengan
presentase 27,27% (MB), ND memperoleh skor 12 dengan
presentase
27,27% (MB), RR memperoleh skor 12 dengan presentase 27,27%
(MB),
dan ZA memperoleh skor 11 dengan presentase 25% (BB).
Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada tabel dibawah ini
:
Tabel 1.1
Skala Pencapaian Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Anak
Tindakan (Pra Siklus)
-
14
No Nama Skor Akhir
Siklus I Kriteria
Kemampuan
Mengenal
Huruf
Hijaiyah
1 AZ 27,27 MB 2
2 AK 34,09 MB 2
3 AH 27,27 MB 2
4 AR 27,27 MB 2
5 CA 27,27 MB 2
6 DN 27,27 MB 2
7 DA 27,27 MB 2
8 DF 27,27 MB 2
9 FN 34,09 MB 2
10 HQ 34,09 MB 2
11 KN 27,27 MB 2
12 MA 27,27 MB 2
13 MH 34,09 MB 2
14 MB 31,82 MB 2
15 MI 34,09 MB 2
16 MF 25 BB 1
17 MG 27,27 MB 2
-
15
18 MZ 27,27 MB 2
19 MS 27,27 MB 2
20 MR 34,09 MB 2
21 MK 27,27 MB 2
22 MN 27,27 MB 2
23 MSA 27,27 MB 2
24 ND 27,27 MB 2
25 RR 27,27 MB 2
26 ZA 25 BB 1
Jumlah 50
Presentase (%) 48,07%
Hal ini menjadi permasalahan, karena pada mengenal huruf
hijaiyah juga memerlukan media untuk membuat anak lebih bisa
tahu
dengan huruf huruf hijaiyah. Maka dari itu media flash card
menjadi salah
satu media yang akan dilakukan dan digunakan dalam upaya
meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal huruf hijaiyah di
RA
Baiturrahim Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Dalam pembelajaran anak usia dini media adalah salah satu
yang
sangat penting digunakan dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran mengenalkan huruf hijaiyah di RA Baiturrahim
dilakukan
oleh guru dengan menggunakan media buku iqro. Huruf hijaiyah
yang
terdapat di buku iqro’ tergolong kecil dan kurang menarik minat
anak
sehingga dalam pembelajaran mengenal huruf hijaiyah di RA
Baiturrahim
kurang efektif. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa
perlu
-
16
adanya upaya dalam meningkatkan kemampuan anak dalam
mengenal
huruf hijaiyah memalui media flash card.
Oleh karena itu peneliti tertantang untuk membuktikan
keberhasilan
media flash card sebagai sebuah media pembelajaran yang praktis
namun
efisien bagi anak. Hal ini dikarenakan dalam media ini anak-anak
diajari
dalam suasana aktif, kreatif dan menyenangkan, sehingga hasil
yang
dicapai dapat benar-benar maksimal namun tidak memberi rasa
bosan
pada pembelajaran muda ini, belajar dengan media bahan sisa
seorang
anak akan lebih cepat mempelajari, menguasai, dan mempraktikkan
suatu
materi ajar yang disampaikan oleh pendidik.
Berdasarkan fenomena yang ada, maka peneliti ingin melakukan
penelitian ini untuk mengetahui bagaimana meningkatkan
pengenalan
huruf hijaiyah anak usia dini memalui media flash card di
sekolah. Dari
latar belakang yang telah di uraikan di atas maka dalam
rangka
meningkatkan proses dan hasil belajar murid Raudhatul Athfal
Baiturrahim
serta memberikan motivasi bagi anak, maka peneliti tertarik
untuk
melakukan penelitian dengan judul “MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENGENAL HURUF HIJAIYAH ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI
MEDIA FLASH CARD DI RAUDHATUL ATHFAL BAITURRAHIM
KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT”, dengan harapan dapat
menjadi penyumbang ide dalam rangka mensukseskan pendidikan
pada
anak-anak Raudhatul Athfal Baiturrahim Kabupaten Tanjung
Jabung
Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang
menjadi
permasalahan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan mengenal huruf hijaiyah anak usia 4-5
tahun
di Raudhatul Athfal Baiturrahim Kabupaten Tanjung Jabung
Barat
sebelum di berikan tidakan dengan menggunakan media flash card
?
-
17
2. Bagaimana kemampuan mengenal huruf hijaiyah anak usia 4-5
tahun
di Raudhatul Athal Baiturrahim Kabupaten Tanjung Jabung
Barat
setelah diberikan tindakan dengan menggununakan media flash
card
?
3. Apakah dengan menggunakan media flash card dapat
meningkatkan
kemampuan mengenal huruf hijaiyah anak usia 4-5 tahun di
Raudhatul Athfal Baiturrahim Kabupaten Tanjung Jabung Barat
?
C. Batasan dan Fokus Penelitian
Lembaga di Raudhatul Athfal Baiturrahim memiliki beberapa
media
sebagai wadah bermain anak. Namun dari beberapa media yang
dapat
dikembangkan, peneliti memfokuskan penelitian hanya pada media
Flash
Card yang dipandang dapat memberikan konstribusi yang lebih
dominan
tentang cara pendidik dalam meningkatkan kemampuan mengenal
huruf
hiajiyah melalui media flash card di Raudhatul Athfal
Baiturrahim
Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada kelas A (Usia 4-5) tahun.
Dan
aspek yang dilihat di penelitian ini menekankan kepada aspek
perkembangan bahasa anak.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian ilmiah memiliki tujuan-tujuan tertentu, karena
itu
merupakan hal penting untuk dapat melihat arah dan sasaran
pembahasan, sehingga apa yang dibahas mudah dipahami. Adapun
tujuan penelitian berdasarkan pembahasan di atas adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui kemampuan mengenal huruf hijaiyah anak usia
4-5
tahun di RA Baiturrahim Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebelum
di
berikan tidakan dengan menggunakan media flash card.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenal huruf
hijaiyah
anak usia 4-5 tahun di RA Baiturrahim Kabupaten Tanjung
Jabung
-
18
Barat setelah diberikan tindakan dengan menggunakan media
flash
card.
3. Untuk mengetahui apakah dengan media flash card dapat
meningkatkan kemampuan mengenal huruf hijaiyah anak usia 4-5
tahun di RA Baiturrahim Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan
antara
lain:
a. Bagi anak
1) Meningkatkan kemampuan mengenal huruf hijaiyah melalui
media
flash card.
2) Agar anak aktif, kreatif dan merasa senang saat proses
kegiatan
belajar mengajar berlangsung.
3) Memperbaiki pengetahuan dalam mengenal dan pelafalan
huruf
hijaiyah anak ketika membaca bacaan shalat, do’a, dan
kalimat-
kalimat Arab lainnya.
b. Bagi RA dan Tenaga Pendidik
1) Sebagai bahan pertimbangan dan rujukan untuk meningkatkan
kualitas pengembangan dan pengenalan bacaan anak usia RA
dengan media flash card.
2) Membantu dalam keterampilan mengenal huruf hijaiyah
sehingga
dalam membaca atau qira’ah maupun kalam agar huruf-huruf
hijaiyah dapat dilafalkan sesuai makharijul huruf supaya
tidak
menimbulkan kesalahan makna.
c. Bagi pembaca
1) Sebagai sumber referensi para pembaca khususnya para
pelajar
Bahasa Arab.
2) Untuk keterampilan berbicara, membaca, mendengar karena
dengan pelafalan yang tepat pembelajar dapat memahami
kalimat,
bacaan, dan teks Arab.
-
19
3) Bagi peneliti lain sebagai bahan perbandingan bagi
peneliti
khususnya yang akan melanjutkan penelitian yang sejenis.
BAB II
LANDASAN TEORI, KONSEP MODEL TINDAKAN DAN PENELITIAN
YANG RELEVAN
-
20
A. Landasan Teori, Konstruks dan Indikator sesuai tema
penelitian
1. Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah
a. Pengertian Kemampuan Mengenal Huruf
Definisi kemampuan adalah daya seseorang untuk melakukan
sesuatu. Sedangkan bahasa adalah penguasaan alat komunikasi,
baik
secara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan
isyarat.
Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi anak untuk
mengungkapkan berbagai keinginannya maupun kebutuhannya.
Jadi
kemampuan huruf adalah daya yang dimiliki anak dari sebuah
proses
belajar mengajar dalam hal kemampuan berkomunikasi.24
Tahapan pertama dalam belajar membaca Al-Qur’an adalah
mengenal huruf hijaiyah. Tanpa mengenal huruf hijaiyah, muhall
bagi kita
untuk bisa membaca Al-Qur’an, mengingat Al-Qur’an sendiri
tersusun dari
huruf-huruf hijaiyah. Huruf hijaiyah merupakan huruf-huruf yang
digunakan
untuk membentuk kata dalam bahasa arab.25
Salah satu ibadah yang paling agung adalah membaca Al-Qur’an
sebagaimana yang tertera di dalam sebuah hadist Abdullah bin
Abbas
yang berbunyi :
ُ ِلَمَن اتََّبَع اْلقُْرآَن أَْن الَ َيِضلَّ فِي : َعبَّاٍس رضى
هللا عنهماَعِن اْبنِ َضِمَن َّللاَّ
ْنَيا ، َوالَ َيْشَقى فِي اآلِخَرةِ ، ثُمَّ تاَلَ }فََمَن
اتََّبَع ُهَداَي فَالَ َيِضلُّ َوالَ َيْشَقى الدُّ
Artinya : “Abdullah bin Abbas Radhiyallahu’anhu berkata :”Allah
telah
menjamin bagi siapa yang mengikuti Al-Qur’an, tidak akan sesaat
di dunia
dan tidak akan merugi di akhirat”.
Kemudian beliau membaca ayat :
(١٢٣)فََمَن اتََّبَع ُهَداَي فَالَ َيِضلُّ َوالَ َيْشقَى ...
24 http:
//ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/articel/viewfile/1651/1421(15/03/19
: 10-40). 25 Muhammad Ainun Najaa, Cara Cepat & Mudah Belajar
Baca Al-Qur’an (Yogyakarta: Checklist, 2018), hlm. 2-3.
-
21
Artinya : “...maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti
petunjuk-Ku, dia
tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. (Q.S. Thaha :
123).26
Menurut Carol Seefelt dan Barbara A Wasik, bahwa pengertian
kemampuan mengenal huruf adalah kesanggupan melakukan
sesuatu
mengenali tanda-tanda/ciri-ciri dari tanda-tanda dalam tata
tulis yang
merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa.27
Pendapat Ehri dan Mc. Cormack belajar huruf adalah komponen
hakiki dari perkembangan baca tulis anak bisa membaca beberapa
kata
dan mengenal huruf cetak di lingkungan/enviromental print
sebelum
mereka mengetahui abjad. Anak menyebut huruf abjad, dalam
belajar
membaca tidak memiliki kesulitan daripada pihak yang tidak
mengenal
huruf.28
Menurut Burnett yang dikutip oleh Harun Rasyid dkk
menyatakan
bahwa mengenal huruf merupakan hal penting bagi usia dini
yang
didengar dari lingkungannya baik huruf latin, huruf arab dan
lainnya.
Berbagai huruf yang dikenal anak menumbuhkan kemampuan untuk
memilih dan memilah berbagai jenis huruf. Melatih anak untuk
mengenal
huruf dan mengucapkan mesti harus di ulang-ulang.29
Kemampuan mengenal huruf merupakan kemampuan dasar anak
untuk membaca awal dan menulis. Dan sebaiknya anak-anak
diperkenalkan dengan huruf sejak dini. Dan kemampuan mengenal
huruf
vokal dan konsonan yang tergolong pada kemampuan fonologi.
Fonologi
merupakan sistem bunyi bahasa. Bahasa adalah bentuk komunikasi
yang
berupa lisan, tertulis ataupun isyarat yang berdasarkan pada
suatu
simbol-simbol.30
26 Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung:
Diponegoro, 2007), hlm. 320. 27 Carol Seefelt dan Barbara A Wasik,
Pendidikan Anak Usia Dini (Alih Bahasa: Pius Nasar, 2008), hlm.
330-331. 28 Ibid., hal. 331. 29 Harun Rasyid dkk, Asesmen
Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009),
hlm. 241. 30 John W Santrock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga,
2010), hlm. 353.
-
22
Pengenalan huruf hijaiyah menjadi penting bagi perkembangan
anak usia dini, pengenalan huruf hiajiyah merupakan dasar yang
penting
untuk mempelajari kitab Al-Qur’an sejak dini, karena jika saat
ia membaca
huruf hijaiyah terbiasa dengan pengucapan yang salah maka akan
dapat
menimbulkan arti yang berbeda.
Menurut Chaer sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri
Djamarah
menyatakan bahwa anak-anak yang masih berada dalam masa
pekanya
mudah untuk belajar bahasa. Berbeda dengan orang dewasa atau
orang
yang sudah pekanya sudah lewat tidak akan mudah belajar bahasa
llain.
Apalagi mengganti bahasa yang sudah dinuranikannya dengan
orang
lain.31
Faktor-faktor yang mendukung kemampuan mengenal huruf
diantaranya adalah :
a) Umur anak
b) Kondisi fisik
c) Kesehatan
d) Intelegensi
e) Status sosial ekonomi keluarga
f) Hubungan keluarga
g) Kondisi lingkungan
h) Bahasa pertama.32
Bahasa yang dimiliki oleh anak adalah bahasa yang telah
dimiliki
dari hasil pengolahan dan telah berkembang. Anak telah
banyak
memperoleh masukan dan pengetahuan tentang bahasa ini dari
lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, juga
lingkungan
pergaulan teman sebaya, yang berkembang di dalam keluarga
atau
bahasa ibu.33
31 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2011), hlm. 65. 32 Ibid., hal. 73-77. 33 Ahmad
Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini. (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011), hlm. 36.
-
23
Bahasa adalah aspek perkembangan yang berperan penting dalam
kehidupan manusia. Komponen berbahasa salah satunya adalah
bicara
yang merupakan alat komunikasi, belajar bicara memerlukan proses
yang
panjang dan rumit.34
Anak manusia mendapatkan banyak pengertian dalam kehidupan
sehari-hari, karena ia belajar memahami perkataan-perkataan.
Dengan
melalui abstraksi dari peristiwa atau benda-benda (penamaan
dengan
kata-kata), sampailah dia pada pengertian-pengertian.35
Kemampuan mengenal huruf merupakan bagian dari aspek
perkembangan bahasa pada lingkup perkembangan keaksaraan.
Adapun
aspek perkembangan bahasa berdasarkan tingkat pencapaian
perkembangan anak antara lain :
Tabel 2.2
Standar Isi Tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Umur
4-5 Tahun dalam Aspek Perkembangan Bahasa.36
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Usia 4-5 Tahun
A. Memahami Bahasa 1. Menyimak perkataan orang lain
2. Mengerti dua perintah yang diberikan
3. Memahami cerita yang dibacakan
B. Mengungkapkan
Bahasa
1. Mengulang kalimat sederhana
2. Bertanya dengan kalimat yang benar
3. Menjawab pertanyaan sesuai kenyataan
4. Menyebutkan kata kata yang didengar
5. Memperkaya perbendaharaan kata
C. Keaksaraan 1. Mengenal simbol simbol
34 Hendra Sofyan, Perkembangan Anak Usia Dini dan Cara Praktis
Peningkatannya (Jakarta: CV. INFORMEDIKA, 2014), hlm. 23-24. 35 Abu
Ahmadi, Psikologi Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 88. 36
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 (Jakarta:
Depdiknas, 2014), hlm. 26.
-
24
2. Membuat coretan yang sederhana
3. Meniru (menuliskan dan mengucapkan) Alif
sampai Ya
b. Pentingnya Mengenal Huruf
Menurut Carol Seefelt dan Barbara A. Wasik, membaca
merupakan
keterampilan berbahasa yang merupakan suatu proses bersifat
fisik dan
psikologis. Keterampilan yang dikembangkan adalah konsep tentang
huruf
cetak. Anak-anak berkesempatan berinteraksi dengan huruf cetak
yang
disediakan oleh guru melalui media bahan alam. Belajar mengenal
huruf
untuk mencapai kemampuan awal bagi anak-anak.37
Dari pernyataan di atas bahwa mengenal huruf adalah penting
bagi
anak TK/RA dan perlu diajarkan dengan media flash card yang
merupakan kegiatan yang menyenangkan, tidak membebani anak
dan
memerlukan energi sehingga anak dapat mempelajari bahasa secara
utuh
belajar sesuatu yang diajarkan/diharapkan.
Dalam hal ini konsep menyeluruh yang dikenalkan kepada anak
adalah huruf-huruf hijaiyah yang berjumlah 28 huruf, sementara
konsep
khusus yang dikenalkan adalah bentuk-bentuk huruf dan
bunyinya.
Mengingat siswa yang diajar adalah anak usia dini yang masih
duduk di
kelompok A dengan usia antara 4-5 tahun, maka dari ke 28
huruf
hijaiyyah, anak di arahkan untuk paham bahwa ke-28 huruf yang
di
kenalkan itu adalah huruf hijaiyah, sementara meningat usia
mereka yang
masih dini, diharapkan sekurang-kurangnya siswa mampu mengenal
15-
20 huruf dan akan lebih baik ke-28 huruf agar mereka terbekali
untuk
masuk ke jenjang sekolah selanjutnya.
37 Carol Seefeldt dan Barbara A Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini
(Alih Bahasa: Pius Nasar, 2008), hlm. 329.
-
25
c. Huruf Hijaiyah
Huruf hijaiyah adalah huruf alfabet dalam bahasa Arab. Huruf
hijaiyah adalah huruf Arab yang terdiri dari huruf Alif sampai
Ya.38
Sedangkan menurut Schulz huruf hijaiyah ada 28 huruf. Huruf
pertama
dalam bahasa Arab sebenarnya adalah hamzah, tetapi karena
alif
biasanya pembawa hamzah, maka ditentukanlah alif sebagai
huruf
pertama dalam urutan huruf.
Tabel 2.3
Huruf-Huruf Hijaiyah
ا ب ت ث ج ح خ
د ذ ر ز س ش ص
ض ط ظ ع غ ف ق
ك ل م ن و ه ي
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah huruf hijaiyah.39 Jadi
huruf
hijaiyah yang berjumlah 28 tidak termasuk hamzah, sedangkan
yang
berjumlah 29 termasuk hamzah.
Menurut uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
mengenal huruf hijaiyah adalah penguasaan mengenali huruf-huruf
dan
bunyi dari huruf hijaiyah yang berjumlah 28 huruf berdasarkan
bentuk,
bunyi, dan konteksnya dari bahasa yang digunakan, dalam hal ini
bahasa
Al-Qur’an.
d. Aksara Arab Melayu
Arab melayu adalah bahasa Indonesia atau Melayu yang
penulisannya di adaptasi dari aksara Arab yang disesuaikan
sesuai
penulisan huruf Arab. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, aksara
adalah
38 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 513. 39
Muhammad Ainun Najaa, Op.Cit, hal. 3.
-
26
sistem tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi
dan
sedikit banyaknya mewakili ujaran.40
Aksara Arab-Melayu adalah aksara arab yang berkolaborasi
dengan bahasa Melayu dengan beberapa penyesuaian dan
tambahan
huruf. Artinya aksara Arab-Melayu merupakan campuran aksara
Arab
yang terdiri dari 28 aksara yang dimulai dari huruf “alif”
sampai “ya” dan
ditambah dengan lima aksara yang bukan aksara Arab, melainkan
aksara
yan diciptakan oleh orang Melayu sendiri. Penambahan aksara
tersebut
digunakan untuk variasi menjawab keperluan fonem Melayu yang
lebih
banyak dibandingkan fonem Arab itu sendiri. Aksara tambahan itu
adalah
“ca”, “nga”, “pa”, “ga”, dan “nya”. Bentuk tempat aksaranya sama
dengan
aksara Arab namun ditambahkan dengan beberapa titik sebagai
pembeda
bunyi dan fungsinya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ikram,
bahwa
dikarenakan sistem fonologi bahasa Melayu tidak sama dengan
sitem
fonologi bahasa Arab, maka digunakan bantuan titik diakritik
untuk
menyatakan bunyi bahasa yang tidak ada di dalam bahasa Arab.
Oleh
karenanya, tidak semua huruf Arab dapat digunakan secara tepat
untuk
menuliskan bahasa Melayu, kevuali dengan melakukan beberapa
penambahan titik dengan tidak mengubah bentuk guruf aslinya,
seperti
huruf p-c-g-ng-ny. Dimana tujuan pembelajaran Arab Melayu itu
sendiri
memberikan bekal kepada untuk mengetahui huruf Abar
Melayu.41
Tabel 2.4
Huruf Arab Melayu
alif ا ba ب ta ت tsa ث Jim ج
ha ح ca چ kho خ dal د ḍa ڎ
dzal ذ ra ر zal ز sin س shin ش
40 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 52. 41 Tuti
Hidayati & Nurhuda Ahmad, Pelajaran Tulisan Arab Melayu
(Pekanbaru: Usaha Putra Riau, 2012), hlm 9.
-
27
shad ص dhah ض tho ط ta ڟ dzo ظ
ain‘ ع ghain غ nga ڠ fa ف pa ڤ
qof ق kaf ك ga ڬ lam ل mim م
nun ن nya ڽ waw و ha ه ya ي
Huruf aksara Arab Melayu atau nama lain aksara arab Melayu
ialah
bahasa Jawi menurut kamus linguistik adalah huruf arab yang
dipakai
untuk memuliakan bahasa Melayu. Sedangkan huruf Arab itu
sendiri
adalah aksara yang mula-mula dipakai untuk menuliskan bahasa
Arab,
diturunkan dari Aksara Aramea, aksara Arab Melayu sudah
dipergunakan
pada akhir abad ke 14 dan awal ke 15 serta peninggalan tertua
beraksara
Arab berasal dari tahun 512 M.42
Kala itu kerajaan malaka di Islam dengan masuk Islamnya
kerajaan
malaka-parameswara bergelar megat Iskandar Syah, beliau
merupakan
raja malaka pertama yang memeluk agama Islam yaitu sekitar 1400
M.
Sejak saat itu pula dunia melayu selalu disandingkan dengan
Islam
sehingga disebut dengan Melayu apabila memiliki tiga kategori
:
1. Berbahasa Melayu
2. Ber adat resam (berbudaya) Melayu
3. Beragama Islam
e. Anak Usia Dini
Anak Usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini
yang
secara terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Usia
demikian
merupakan masa peka bagi anak. Para ahli menyebutkan sebagai
masa
golden age, dimana perkembangan keceedasan pada masa ini
peningkatan sampai 50%. Pada masa ini terjadinya pematangan
fungsi-
fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang
diberikan oleh
lingkungan. Masa ini merupakan tempo untuk meletakkan dasar
pertama
42 Roihan Nasution, Dapat Membaca dan Menulis Aksara Arab Melayu
(Medan: Al-Hijra, 2013), hlm. 55.
-
28
dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni,
sosial
emosional, disiplin diri, nilai-nilai agama, konsep diri, dan
kemandirian.43
Anak merupakan pribadi yang unik. Setiap anak mempunyai
pribadi
yang berbeda-beda. Anak usia dini adalah individu yang
sedang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat,
bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan.44
Menurut pandangan Islam, anak merupakan amanah (titipan)
dari
Allah SWT yang harus dijaga, dirawat, dan di pelihara dengan
sebaik-
baiknya oleh setiap orang tua. Sejak lahir anak telah diberikan
berbagai
potensi yang dapat dikembangkan sebagai penunjang kehidupannya
di
masa mendatang. Bila potensi inin tidak diperhatikan, nantinya
anak akan
mengalami hambatan dalam pertumbuhan maupun perkembangannya.
Rasulullah bersabda :
َراِنهِ َساِنِه أَْو يَُنِصِّ َداِنِه أَْو يَُمِجِّ ُكلُّ
َمْولُْوٍد يُْولَُد َعلَى اْلِفْطَرةِ، فَأََبَواهُ يَُهِوِّ
Artinya :”Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua
orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, Majusi”. (H.R.
Bukhari Muslim).45 Fitrah dalam Hadits di atas mengandung makna
potensi
(kemampuan dasar anak). Para musyafir menyebutkan bahwa
fitrah
diartikan sebagai potensi kebaikan yang dibawa oleh anak sejak
lahir.46
Beberapa sifat unik tersebut pada umumnya terdapat pada diri
anak usia dini. Dengan beberapa sifat unik tersebut maka para
orang tua,
pendidik dan juga yang peduli terhadap anak harus dapat
mengetahui dan
memahami bagaimana cara mengatasi dan menghadapi sifat unik
tersebut, selain itu dalam menghadapi keunikan tersebut juga
harus hati-
hati dan dipertimbangkan terlebih dahulu agar tidak memberikan
pengaruh
43 Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandung: Alfabeta,
2011), hlm. 19. 44 Mulyasa, Manajemen PAUD (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 16. 45 Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 237. 46 Muhammad
Fadillah, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), hlm. 44.
-
29
yang kurang baik bagi anak. Pendidikan bagi anak usia dini
sangatlah
penting, dan tidak hanya dalam Al-Qur’an saja akan tetapi
Rasulullah
SAW pun memberikan tuntunan dalam mendidik anak usia dini.
Beberapa
sifat mendasar yang diupayakan dalam mendidik anak usia dini
diantaranya yaitu :
a. Memiliki sifat lemah lembut dan berbudi luhur
b. Ramah dan menjauhi sifat bengis
c. Hati yang penuh kasih sayang.
Beberapa sifat mendasar dalam mendidik anak usia dini
tersebut
diharapkan dapat terlaksana dan diterapkan dalam lembaga
pendidikan
anak usia dini dan juga lembaga pendidikan pada jenjang
ditingkatan
atasnya. PAUD memegang peranan yang sangat penting dan
menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya karena
merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak.47
Masa kanak-kanak merupakan masa perkembangan psikis yang
terbesar. Masa ini oleh kohnstam dinamakan masa sinthesis dimana
anak
mengalami perkembangan pengamanan indera yang terbesar,
karena
anak pada masa itu sudah cakap berjalan dan berlari-lari, maka
dunianya
telah bertambah luas. Kesanggupan bicara berkembang cepat
sekali, baik
dalam perbendaharaan kata maupun dalam kalimat, anak telah
dapat
membuat kalimat majemuk dan telah sering mengemukakan
pertanyaan
mengapa.48
Setiap anak adalah unik. Mereka begitu polos, lugu, namun
menyimpan segudang potensi luar biasa yang sering kali
mencengangkan
orang dewasa. Sebagai manusia, mereka dibekali akal yang akan
terus
berkembang seiring dengan bertambahnya usia dan kematangan
diri.
Adapun pengelompokan karakter anak usia dini dibagi atas 3 tahap
antara
lain:
47 Ihsana El-Khuluqo, Manajemen PAUD (Pendidijan Anak Usia Dini)
(Yogyakarta: UHAMKA Press, 2015), hlm. 40. 48 Mustaqim & Abdul
Wahid, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm.
47-48.
-
30
1. (Usia 0-18 atau 24 bulan), di tahap pertama, anak (bayi)
menggunakan sensor, indera, dan otot reflek mereka untuk
mempelajari hal-hal baru.
2. (Usia 2-6 atau 7 tahun), di tahap kedua ini anak-anak sudah
mampu
berpikir secara simbolis dan telah mampu berbicara untuk
memahami
dan dipahami oleh lingkungan di sekitar mereka.
3. (Usia 7-12 tahun), di tahap ketiga kemampuan mereka dalam
berfikir
mengingat dan berkomunikasi maju semakin pesat, karena
sekarang
mereka telah dapat berfikirsecara logis. Kegiatan-kegiatan
mereka di
tahap ini ditandai sebagai “social play”, kemampuan memahami
sekitar.
Dari paparan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa tahap
pertumbuhan anak yang berusia 0-7 tahun, kebutuhan bermainnya
lebih
tinggi, oleh karena itu setiap pengajar (ustadz/ustadzah)
perlu
memperhatikan metode dan media yang digunakan untuk
memudahkan
anak-anak dalam memahami karena setiap mereka mempunyai
kemampuan dan impian yang luar biasa.
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilisasi segenap
komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian
tujuan
pendidikan.49 Pendidikan mempunyai peranan penting yang
sangat
menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu,
terutama
bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu
kebudayaan
bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali,
menghargai,
dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan
erat
dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota
masyarakat,
kepada peserta didiknya.50
49 Lathifah Husein, Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional,
(Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2017), hlm. 54. 50 Utami Munandar,
Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta,
2012), hlm. 6.
-
31
f. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi hati atau pikiran
seserang sehingga dengan bahasa, orang lain dapat mengerti
tentang isi
hati atau pikiran yang disampaikan, misalhnya melalui bahasa
isyarat,
tertulis atau lisan.51
Bahasa bagi seorang anak sangatlah penting. Bahasa merupakan
suatu bentuk penyampaian pesan terhadap sesuatu yang
diinginkan.
Dengan bahasa, orang tua atau pendidik akan tahu apa yang
menjadi
keinginan anaknya. Ketika anak-anak masih relative kecil (bayi),
bahasa
yang digunakan bahasa isyarat yang ditunjukkan melalui
ekspresi
wajahnya.52
Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan
berkembnang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias
yang
tinggi, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak
dengan
kemampuan berbahasanya. Perkembangan berbahasa juga akan
terus
berkembang sejalan dengan intensitas pada teman sebayanya.53
Tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun
dapa melakukan hal-hal sebagai berikut : a). menerima bahasa,
b).
Mengumgkapkan bahasa, dan c). keaksaraan. Tingkat pencapaian
perkembangan menerima bahasa anak diharap dapat: 1) menyimak
perkataan orang lain, 2) mengerti dua perintah yang diberikan
bersamaan,
3) memahami cerita yang dibacakan, 4) mengenal perbendaharaan
kata.54
Mengungkapkan bahasa anak diharap dapat: 1) mengulang
kalimat
sederhana, 2) menjawab pertanyaan sederhana, 3)
mengungkapkan
perasaan dengan kata sifat, 4) menyebutkan kata-kata yang
dikenal, 5)
mengutarakan pendapat kepada orang lain, 5) menyatakan
alasan
51 Surajiyo. et.all, Dasar-Dasar Logika (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), hlm. 16. 52 Yudi Irfan Daniel. et.all, Pendidikan
Karakter Keluarga Islam (Jambi: Salim Media Indonesi, 2017), hlm.
9-97. 53 Uyu Wahyudin & Mubiar Agustin, Penilaian Perkembangan
Anak Usia Dini ( Bandung : PT Refika Aditama, 2011), hlm. 38. 54
Permendiknas, Standar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta:
Depdiknas, 2010), hlm . 10.
-
32
terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan, 6)
menceritakan
kembali cerita/dongeng yang pernah didengar. Keaksaraan anak
diharap
dapat: 1) mengenal simbol-simbol, b) mengenal suara-suara
hewan/
benda yang ada disekitarnya, 3) membuat coretan yang bermakna,
dan
meniru huruf.55
Perkembangan bahasa dapat distimulasi oleh orang-orang
terdekat
anak, seperti orang tua, saudara, pengasuh, guru, dan
sebagainya.
Berhubung anak belajar bahasa melalui meniru/modeling, maka
orang-
orang di lingkungannya perlu banyak mengajaknya bicara, dan
dengan
bahasa yang benar. Banyak metode pengembangan bahasa yang
dapat
diterapkan pada masa ini, antara lain melalui bercerita,
menceritakan
kembali, bermain sosiodrama, dan masih banyak metode yang
dapat
diterapkan untuk mengembangkan bahasa anak.56
Perkembangan kemampuan berbahasa pada anak usia dini
dengan cara mulai mengenalkan nama dirinya atau nama benda yang
ada
disekitarnya, akan membantu anak secara cepat dalam mengenal
huruf-
huruf, kata-kata, dan suara. Melatih mengenal huruf menjadi
bagian
penting dalam membangun kemampuan bahasa anak usia dini.57
Perkembangan ahasa pada anak mencakup empat komponen,
yaitu : kemampuan berbicara, keterampilan menulis, kemampuan
membaca, dan keterampilan menyimak. Dari empt komponen
berbahasa
tersebut terdapat keterkaitan yang erat dengan pola asuh yang
diterapkan
orang tua kepada anak. Sejalan dengan penelitian Resiyani
menunjukkan
bahwa bila pola asuh yang diterapkan baik (tepat) dan sesuai
dengan
kebutuhan anak, maka akan diikuti perkembangan berbicara pada
anak
yang baik pula, maka akan diikuti perkembangan berbicara pada
anak
yang baik pula. Begitu pula sebaliknya, bila pola asuh yang
diterapkan
55 Ibid., hal. 11. 56 Rita Eka Izzaty dkk, Perkembangan Peserta
Didik (Yogyakarta: UNY Press, 2008), hlm. 103-104. 57 Harun Rasyid
dkk, Op.Cit, hal. 129.
-
33
kurang baik dan tidak sesuai dengan kebutuhan anak, akan diikuti
dengan
perkembangan berbicara yang kurang baik pula.58
Perilaku, bahasa, dan karakteristik dari ranah kerja sama
mengungkapkan kaitan yang jelas dengan bermain yang
menantang
intelektual. Karena itu ketika bermain ditempatkan ke ranag
kerjasaama,
para pengamat juga melihat potensi belajar yang mendalam dari
bermain
ketika mereka melihat anak-anak menciptakan dan memecahkan
masalah
bersama dan terlibat ke bermain dengan menggunakan sumber
bermain
dan bahasa yang lebih kompleks yang memberi karakter ke ranah
ini.59
g. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Usia
Dini
Bahasa anak dapat berkembang cepat jika anak memiliki
kemampuan dan didukung oleh lingkungan yang baik. Berikut ini
ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa
anak
udia dini:60
1) Anak berada di dalam lingkungan yang positif dan bebas
tekanan.
2) Menunjukkan sikap dan minat yang tulus pada anak.
3) Menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan nonverbal.
4) Dalam bercakap-cakap dengan orang, orang dewasa perlu
menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan ucapannya. Perlu
diikuti
gerakan, mimik muka, dan intonasi yang sesuai.
5) Melibatkan anak dalam berkomunikasi.
2. Media Flash Card
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin, bentuk jamak dari kata
medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dalam
bahasa
Arab, media adalah perantara ( وسائل ) atau pengantar pesan dari
pengirim
58 Lilis Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak
(Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 49. 59 Pat Broadhead. et. all,
Bermain dan Belajar Pada Anak Usia Dini (Jakarta: Indeks, 2017),
hlm. 61. 60 Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini (Ciputat: Gaung Persada Press Group,
2013), hlm. 109.
-
34
ke penerima pesan.61 Jadi, media adalah pengantar atau perantara
pesan
dari pengirim pesan kepada penerima pesan.
Banyak tahap perkembangan bahasa yang harus dilewati dan
tentu
saja dengan banyak latihan serta pengalaman. Dan yang
terpenting,
bagaimana lingkungan memberikan dukungan dan stimulasi
sewaktu
masa kanak-kanak mereka, sehingga mereka bisa semahir sekarang
ini.
Tentu tidak semua dari kita ingin anaknya menjadi orator atau
pembawa
acara. Namun paling tidak semua orang pasti ingin anaknya
melewati
masa perkembangan sesuai tahapan yang diharapkan, termasuk
perkembangan bahsanya.62
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
media
adalah suatu alat/perantara yang dapat digunakan untuk
menyampaikan
informasi dari pengantar pesan/pendidik kepada penerima
pesan/peserta
didik agar dapat merangsang perhatian peserta didik agar dapat
tertarik
dalam proses pembelajaran sehingga tujuan yang ingin dicapai
dalam
pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan maksimal. Jadi semua
yang
digunakan guru dalam menyampaikan pesan kepada peserta
didiknya
agar mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai merupakan
media.
Media dapat berupa apa saja yang digunakan pendidik dalam
menyampaikan materi. Baik itu hanya berupa papan tulis, kapur
tulis, dan
penghapus, itu juga termasuk media. Media dalam pembelajaran
haruslah
memberikan pengaruh kepada peserta didik. Pengaruh tersebut
haruslah
yang lebih positif, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
peserta
didik. Prestasi belajar peserta didik akan meningkat lebih cepat
jika dalam
pembelajaran pendidik menggunakan media dalam menyampaikan
materi
yang akan disampaikan.
Bukan hanya itu guru juga salah satu media/sumber belajar
karena
dari gurulah anak-anak mendapatkan pembelajaran. Peran guru
sebagai
tempat belajar merupakan peran yang sangat penting, yaitu guru
sebagai
61 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014), hlm. 3 62 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia
dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011), hlm. 36.
-
35
tempat bertanya bagi peserta didik. Sebagai tempat bertanya,
guru sudah
seyogyanya kaya akan pengetahuan (knowledge). Guru harus
menguasai
berbagai macam literatur yang terkait dengan pembelajarannya.
Sebagai
sumber belajar yang baik, berarti guru menjadi pusat atau
sumber
pengetahuan peserta didik. Guru berperan sebagai pusatnya
pengetahuan yang bersifat langsung, artinya peserta didik dapat
bertanya
secara langsung dan memperoleh pengetahuan secara cepat.63
Sedangkan media pembelajaran atau ( وسائل اإلعالم التعلم )
dalam
kegiatan belajar mengajar sering pula pemakaian katanya
digantikan
dengan istilah-istilah seperti alat pandang dengar, bahan
pengajaran
(instructional material), komunikasi pandang dengar
(audio-visual
communication), pendidikan alat peraga pandang (visual
education),
teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga
(وسائالاليضاح)
dan media penjelas (الوسائط التفسيرية ). Menurut Azhar Arsyad
apabila media
itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional
atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media itu
disebut
media pembelajaran.64 Jadi dapat diartikan bahwa media
pembelajaran
merupakan perantara yang digunakan untuk menyampaikan informasi
dari
pengirim pesan menuju ke penerima pesan yang mengandung
maksud-
maksud pengajaran sehingga tercapailah tujuan pembelajaran yang
ingin
dicapai.
Media pembelajaran sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Pentingnya media tersebut karena sangat besar
pengaruhnya
dalam proses pembelajaran. Salah satu fungsi utama dari
media
pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata
dan
diciptakan oleh guru.
Penggunaan media pembelajaran di kelas diharapkan agar
peserta
didik mampu menguasai materi pembelajaran yang disampaikan
pendidik.
63 Aminatul Zahroh, Membangun Kualitas Pembelajaran Melalui
Dimensi Profesionalisme Guru (Bandung: Penerbit Yrama Wadya, 2015),
hlm.172. 64 Azhar Arsyad, Op Cit, hal. 6.
-
36
Media tersebut dimaksutkan agar mempermudah pendidik didalam
penyampaian materi yang akan diajarkan. Penggunaan media
dalam
pembelajaran akan mempermudah jalannya pembelajaran di dalam
maupun di luar kelas. Pendidik dalam menyampaikan materi juga
akan
lebih ringan.
Media membangkitkan keinginan dan minat baru, media
membangkitkan motivasi dan merangsangpeserta didik untuk belajar
lebih
optimal, media memberikan pengalaman yang menyeluruh dari
sesuatu
yang konkret maupun abstrak. Oleh karena itu, mediaa
pembelajaran baik
adalah alat bantu pengajaran maupun sebagai pendukung agar
materi
atau isi pelajaran semakin jelas dan dengan mudah dapat dikuasai
dari
proses pembelajaran di kelas untuk mendapatkan hasil belajar
yang
maksimal seorang pendidik harus mempunyai pengetahuan
tentang
pengelolaan media, tidak ada suatu media yang terbaik untuk
mencapai
suaru pembelajaran.65 Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
penggunaan media sangat dianjurkan untuk mempertinggi
kualitas.
Pembelajaran yang menggunakan media hasilnya akan lebih
maksimal
dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan media.
Media dapat berasal dari lingkungan sekitar, lingkungan yang
berada disekitar kita baik di sekolah maupun di luar sekolah
dapat
dijadikan sebagai media. Lingkungan tersebut meliputi
masyarakat
disekiling sekolah, lingkungan fisik di sekitar sekolah,
bahan-bahan yang
tersisa atau tidak terpakai dan bahan-bahan bekas yang bila
diolah dapat
dimanfaatkan kembali, serta peristiwa alam dan peristiwa yang
terjadi
dalam masyarakat.
Pengadaan media sebagai sumber belajar juga dapat ditempuh
melalui berbagai cara, diantaranya yaitu pembelian, hadiah
atau
sumbangan, bekerja sama, dan yang paling penting membuat
atau
65 Mursid, Belajar dan Pembelajaran (Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2015), hlm. 48.
-
37
produksi sendiri.66 Jika pengadaan media ditempuh dengan sering
beli,
tentunya akan menghabiskan banyak biaya dan kebutuhan yang ada
di
sekolah/lembaga itu tidak hanya untuk pengadaan suatu media
saja.
kebutuhan di sekolah itu banyak, sehingga pengadaan media
tidaklah
harus sering membeli. Media dapat dibuat sendiri dengan
bahan-bahan
yang terdapat disekitar kita, yang mudah ditemukan.
b. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Media dalam pembelajaran itu harus menyesuaikan peserta
didiknya. Media tidak hanya agar dapat diserap dan dipahami satu
siswa
saja dalam suatu kelas, akan tetapi media juga harus dapat
diterima oleh
semua siswa dalam kelas tersebut dan semua media yang
digunakan
dalam pembelajaran mempunyai ciri-ciri, diantaranya adalah
sebagai
berikut :
a. Ciri Fiksatif (Fixative Properti)
Ciri fiksatif merupakan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.
Suatu
peristiwa atau objek tersebut dapat disusun kembali melalui
fotografi,
video tape, audio tape, disket computer, dan film.67 Berbagai
media
tersebut dapat membantu dalam merekam dan menyimpan suatu
peristiwa atau objek, sehingga peristiwa atau objek tersebut
dapat
digunakan atau ditayangkan setiap saat dibutuhkan.
Ciri fiksatif pada media ini memudahkan pendidik
menyampaikan
materi yang tidak bisa diperlihatkan secara langsung mengenai
suatu
peristiwa yang ingin disampaikan. Jadi, peserta didik tidak
harus dibawa
ke suatu tempat dimana suatu kejadian atau peristiwa tersebut
terjadi,
karena itu tidaklah mungkin dilakukan. Kejadian atau peristiwa
tertentu
belum tentu dapat disaksikan secara langsung oleh peserta didik,
karena
tidak semua kejadian atau peristiwa terjadi dalam waktu yang
sering,
karena ada juga kejadian atau peristiwa yang hanya terjadi
beberapa
66 Mursid, Pengembangan Pembelajaran PAUD ( Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2017), hlm. 42. 67 Azhar Arsyad, Op .Cit, hal. 15.
-
38
puluh tahun sekali dan bahkan terjadinya dimasa lampau/dimasa
lalu dan
sekarang sudah tidak terjadi lagi. Jadi dengan media tersebut,
pendidik
akan lebih mudah dalam menyampaikan materi mengenai suatu
peristiwa
atau kejadian yang sulit ditayangkan secara langsung
tersebut.
b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Ciri manipulatif merupakan kemampuan media dalam menyajikan
suatu objek atau peristiwa yang lama dapat disajikan dalam waktu
yang
singkat dan cepat.68 Misalnya peristiwa tersebut berupa
peristiwa daur
kupu-kupu. Kemampuan media ini dalam menyimpan suatu peristiwa
atau
objek memerlukan kesungguhan, ketelitian, dan juga kejelian,
karena
apabila terjadi kesalahan sedikitpun dalam merekam, memotong
ataupun
yang lainnya dapat memberikan penafsiran yang berbeda ketika
peristiwa
atau objek tersebut disajikan.
Banyak kejadian yang waktu mulai hingga selesainya itu
menggunakan waktu yang lama, sehingga tidak mungkin kalau
disaksikan
secara langsung. Begitu juga dengan kejadian atau peristiwa
yang
membutuhkan ketelitian dan kejelian dalam memperhatikan
kejadian
tersebut, sehingga apabila menyaksikan secara langsung itu
kesulitan.
Jadi, dengan media yang mempunyai ciri manipulatif ini pendidik
dapat
memanipulasi suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam
waktu
yang lama dapat disampaikan secara lebih singkat dan cepat serta
lebih
terlihat teliti dan jeli.
c. Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif merupakan kemampuan media dalam
mentransformasikan suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
disajikan di
beberapa tempat dalam waktu yang berbeda. Misalnya
menyajikan
tanaman atau hewan yang langka di tempat yang tidak terdapat
tanaman
ataupun hewan tersebut.69
68 Ibid., hal. 13. 69Ibid., hal. 17.
-
39
Ciri distributif yang terdapat dalam media menjadikan pendidik
lebih
mudah dalam menyampaikan materi seperti tanaman atau hewan
langka
yang tidak terdapat di daerah tersebut, dapat ditayangkan dimana
saja
dan juga kapan saja pendidik berkehendak, tanpa harus
membawa
aslinya. Media tersebut juga tidak hanya dapat digunakan oleh 1
pendidik
saja, akan tetapi dapat digunakan juga oleh semua pendidik yang
ingin
menggunakannya walaupun dalam waktu yang bersamaan.
c. Manfaat dan Fungsi Penggunaan Media Pembelajaran
Secara umum, menfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dan siswa sehingga
kegiatan
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara
khusus ada
beberapa manfaat media yang lebih rinci. Badru Zaman
mengidentifikasikan beberapa manfaat media pembelajaran
yaitu:70
1. Anak dapat berinteraksi secara langsung dengan
lingkungannya.
2. Keseragaman pengamatan atau persepsi belajar p