Top Banner
EVALUASI TINGKAT PENDAPATAN USAHA KECIL SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH PEMBIAYAAN DARI BMT BERINGHARJO, KAUMAN, YOGYAKARTA SKRPISI Oleh: Nama : Evy Meirina Budi Astuti Nomor Mahasiswa : 00312127 Telah Disetujui oleh Dosen Pembimbing Pada tanggal 29 Maret 2007 Dosen Pembimbing ( DR. M. Akhyar Adnan, MBA, Ak )
83

Mengevaluasi hasil usaha

Jun 23, 2015

Download

Documents

Esti Anto
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Mengevaluasi hasil usaha

EVALUASI TINGKAT PENDAPATAN USAHA KECIL

SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH PEMBIAYAAN

DARI BMT BERINGHARJO, KAUMAN, YOGYAKARTA

SKRPISI

Oleh:

Nama : Evy Meirina Budi Astuti

Nomor Mahasiswa : 00312127

Telah Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Pada tanggal 29 Maret 2007

Dosen Pembimbing

( DR. M. Akhyar Adnan, MBA, Ak )

Page 2: Mengevaluasi hasil usaha

EVALUASI TINGKAT PENDAPATAN USAHA KECIL SEBELUM

DAN SESUDAH MEMPEROLEH PEMBIAYAAN DARI BMT

BERINGHARJO, KAUMAN, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Oleh:

Nama : Evy Meirina Budi Astuti

Nomor Mahasiswa : 00312127

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2007

Page 3: Mengevaluasi hasil usaha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap muslim diatur oleh ketentuan Syari’ah (hukum Islam) yang

bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Hal ini

bertujuan untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan sosial sesuai dengan

perintah Allah SWT. Al-Ghazali menyatakan bahwa tujuan syariah adalah

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menjamin

kepercayaan, kehidupan, kecerdasan, keturunan dan kesejahteraan

(Triyuwono dan As’udi, 2001).

Peningkatan kesejahteraan (sosial dan ekonomi) dan perlindungan

terhadap kepemilikan merupakan tujuan dari syari’ah, yang diharapkan dapat

menembus seluruh interaksi manusia, sosial, ekonomi, politik, serta bukan

sebagai fenomena yang terisolasi. Bahkan dibidang bisnis dan ekonomi

semua harus bergerak kearah keadilan sehingga secara keseluruhan

mendukung, bukan melemahkan sehingga menghilangkan kesejahteraan

sosial dan ekonomi. Dalam ajaran Islam yang terpenting dalam menegakkan

keadilan dan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta membatasi eksploitasi

dalam transaksi bisnis adalah pelarangan semua bentuk upaya “memperkaya”

diri secara tidak sah. Al-Qur’an mempertegas dengan memerintahkan kaum

1

Page 4: Mengevaluasi hasil usaha

2

muslimin untuk tidak saling berebut harta secara bathil atau dengan cara yang

tidak dibenarkan (Al-Baqarah:188, An-Nisa’: 29, dan At-Taubah:34).

Telah disadari sebelumnya bahwa salah satu ciri umum yang melekat

pada masyarakat pedesaan di Indonesia adalah permodalan yang lemah.

Padahal modal merupakan unsur pertama dalam mendukung peningkatan

produksi dan taraf hidup masyarakat pedesaan itu sendiri, lebih-lebih bagi

pengusaha atau pedagang golongan ekonomi lemah (usaha kecil). Usaha

kecil disini antara lain adalah pedagang keliling, pedagang barang-barang

konsumsi, pedagang sayur, warung kebutuhan dapur, warung makan,

pengusaha-pengusaha pertanian, pengusaha laundry. Golongan ekonomi

lemah umumnya kekurangan modal, sehingga sering mengalami kesulitan

dalam mengembangkan usahanya. Dengan berpedoman pada surat An-Nisa’

ayat 29 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu…” (Departemen Agama RI, 1992).

Untuk menghindari agar pengusaha atau pedagang ekonomi lemah,

khususnya pengusaha kecil, terdesaknya kebutuhan permodalan usaha

sehingga mengambil jalan pragmatis dengan mencari permodalan dari

rentenir. Pola kredit yang dijalankan rentenir sangat praktis dan sederhana.

Hubungan baik dan kepercayaanlah yang mendasari pemberian kredit dari

rentenir kepada pengusaha kecil. Namun di balik pelayanan yang diberikan

Page 5: Mengevaluasi hasil usaha

3

oleh rentenir---kapan saja pengusaha kecil dapat meminjam modal untuk

usahanya, realisasi kreditnya tidak memerlukan kantor khusus bisa melalui

berjualan atau pertemuan RT,arisan—pengusaha kecil harus menanggung

suku bunga yang sangat tinggi bahkan banyak yang lebih tinggi dari tingkat

profitabilitas usaha yang dibiayai. Banyak pengusaha kecil yang tidak

memperhitungkan dengan kondisi tersebut sehingga terjebak hutang yang

lama kelamaan akan mematikan usahanya.

Pemberian pinjaman modal usaha sifatnya sementara dan sebagai

rangsangan untuk mendorong produksi sehingga dapat meningkatkan

pendapatan usaha kecil. Dengan meningkatnya pendapatan maka

kesejahteraan dan keadilan masyarakat dapat terwujud. Kepedulian umat

Islam turut campur tangan membantu mengatasi masalah ini dengan

mendirikan BMT (Baitul Maal Wat Tamwil). Dengan berdirinya BMT akan

memberikan kemudahan pelayanan jasa semi perbankan, terutama bagi

pengusaha atau pedagang golongan ekonomi lemah sehingga akan mampu

menggali potensi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan

serta mengembangkan perekonomian di pedesaan.

Jika dilihat saat ini, banyak dijumpai lembaga pembiayaan di pedesaan.

Hanya hasil kerja lembaga pembiayaan desa dengan berbagai pelayanan yang

ditawarkan belum begitu mencapai sasaran seperti yang diharapkan.

Mengingat begitu pentingnya permodalan bagi masyarakat pedesaan dan kota

Page 6: Mengevaluasi hasil usaha

4

kecil sementara lembaga pembiayaan yang ada belum begitu sukses

mengatasinya maka sangat perlu dipikirkan lembaga dan pola pembiayaan

yang mampu menyentuh golongan ekonomi lemah di pedesaan dan kota kecil

yang benar-benar membutuhkan tambahan modal untuk meningkatkan usaha

dan pendapatan mereka.

Dengan demikian keberadaan BMT diharapkan mampu mempunyai

efek yang sangat kuat dalam menjalankan misinya dan dapat mengurangi

ketergantungan pengusaha kecil dari lembaga-lembaga keuangan informal

yang bunganya relatif terlalu tinggi. Pemberian pembiyaaan sedapat mungkin

dapat memandirikan ekonomi pengusaha kecil. Di daerah Yogyakarta,

khususnya daerah Ngasem dan sekitarnya terdapat usaha kecil yang

berprospek bagus. Namun ada juga pengusaha kecil yang sangat

membutuhkan pembiayaan untuk meningkatkan usaha dan taraf hidup

mereka karena keterbatasan modal. Melalui BMT Beringharjo Kauman

diharapkan pembiayaan yang diberikan dapat membantu meningkatkan

pendapatan usaha kecil dan memandirikan ekonomi usaha kecil.

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian ilmiah

dengan judul : EVALUASI TINGKAT PENDAPATAN USAHA KECIL

SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH PEMBIAYAAN DARI BMT

BERINGHARJO KAUMAN, YOGYAKARTA.

Page 7: Mengevaluasi hasil usaha

5

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penulis akan

mengidentifikasi masalah yang ada yaitu : “Sejauh mana pembiayaan

musyarakah yang diberikan BMT Beringharjo mempunyai pengaruh terhadap

pendapatan pengusaha kecil di Yogyakarta ?”.

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pembiayaan yang diberikan BMT Beringharjo terhadap

pendapatan usaha kecil di Yogyakarta.

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan keilmuan dan

dapat digunakan sebagai masukan dan referensi bagi pihak-pihak yang

melakukan penelitian serupa.

2. Memberikan masukan kepada pengusaha kecil dalam mengambil

keputusan untuk memperoleh modal.

3. Dapat dijadikan pertimbangan BMT dalam mengambil keputusan untuk

pemberian pembiayaan.

Page 8: Mengevaluasi hasil usaha

6

1.4. Sistematika Penyusunan Skripsi

BAB PERTAMA : PENDAHULUAN

Berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB KEDUA : KAJIAN PUSTAKA

Menerangkan tentang teori-teori yang menjelaskan

mengenai permasalahan yang akan diteliti secara

ringkas dan merumuskan hipotesis penelitian.

BAB KETIGA : METODE PENELITIAN

Menjelaskan tentang sampel, data, teknik analisa data

dan pengujian hipotesis yang digunakan dalam

penelitian.

BAB KEEMPAT : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil analisa data dan

pembahasannya.

BAB KELIMA : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini menguraikan tentang kesimpulan,

keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian

mendatang.

Page 9: Mengevaluasi hasil usaha

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.0. Pendahuluan

Salah satu ciri umum yang melekat pada masyarakat di Indonesia

adalah permodalan yang lemah. Padahal modal merupakan unsur pertama

dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat. Di

daerah pedesaan banyak dijumpai pengusaha kecil yang berprospek bagus

tetapi terhambat oleh modal sehingga kesulitan dalam mengembangan

usahanya.

Untuk menghindari agar pengusaha atau pedagang ekonomi lemah,

khususnya pengusaha kecil di daerah akan terdesaknya kebutuhan

permodalan usaha masih banyak dijumpai dengan mengambil jalan

pragmatis yaitu mencari permodalan dari rentenir. Maka dibutuhkan suatu

lembaga keuangan semi perbankan tetapi berlandaskan syari’ah. Beberapa

tahun ini banyak dijumpai keberadaan BMT (Baitul Maal Wat Tamwil).

Dengan berdirinya BMT akan memberikan kemudahan pelayanan jasa semi

perbankan, terutama bagi pengusaha atau pedagang golongan ekonomi

lemah sehingga akan mampu menggali potensi, meningkatkan produktivitas,

meningkatkan pendapatan serta mengembangkan perekonomian di pedesaan.

7

Page 10: Mengevaluasi hasil usaha

8

Pemberian pinjaman modal usaha sifatnya sementara dan sebagai

rangsangan untuk mendorong produksi sehingga dapat meningkatkan

pendapatan usaha kecil. Dengan meningkatnya pendapatan maka

kesejahteraan dan keadilan masyarakat dapat terwujud.

Bab ini merupakan pengantar untuk memahami pengaruh pembiayaan

terhadap pendapatan. Sistematika bab ini adalah bagian pertama dimulai

dengan pendahuluan. Kedua merupakan pengertian pendapatan. Bagian

ketiga menguraikan tentang pembiayaan. Bagian keempat meguraikan

tentang prinsip-prinsip pembiayaan. Bagian kelima menguraikan tentang

keberadaan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Bagian keenam menjelaskan

tentang persiapan analisis pemberian pembiayaan. Bagian ketujuh

menjelaskan tentang prosedur dan proses pembiayaan. Bagian kedelapan

menguraikan pengaruh pembiayaan terhadap pendapatan. Bagian kesembilan

menjelaskan tentang pengusaha kecil dan perusahaan kecil. Bagian kesepuluh

menjelaskan pembiayaan di BMT Beringharjo.

2.1. Pendapatan

Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam

liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang berakibat dari

investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang

bertujuan meraih keuntungan (Antonio, 2001). Dalam akuntansi, pendapatan

Page 11: Mengevaluasi hasil usaha

9

merepresentasi capaian atau hasil dan biaya merepresentasi upaya. Dengan

demikian, konsep upaya dan hasil mempunyai implikasi bahwa pendapatan

dihasilkan oleh biaya. Artinya hanya dengan biaya, pendapatan dapat

tercipta. Pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi pada saat tertentu

dan bukan karena proses selama satu periode (Suwardjono, 2005).

Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesai diproduksi

dan penjualan benar-benar terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang.

Pendapatan belum dapat dinyatakan ada dan diakui sebelum terjadinya

penjualan yang nyata.

Sumber pendapatan dapat terjadi dari transaksi modal atau pendanaan

(financing); laba dari penjualan aktiva seperti aktiva tetap, surat-surat

berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan; revaluasi aktiva;

hadiah, sumbangan atau penemuan dan penyerahan produk perusahaan (hasil

penjualan produk). Dari kelima hal yang disebutkan yang merupakan sumber

utama pendapatan adalah hasil penjualan produk (Suwardjono, 2005).

Pendapatan suatu usaha tergantung dari modal yang dimiliki, jika

modal besar maka hasil produksi tinggi sehingga pendapatan yang didapat

juga tinggi. Namun jika modal kecil maka hasil produksi rendah sehingga

pendapatan yang diperoleh rendah. Untuk menambah modal usaha guna

meningkatkan pendapatan maka dibutuhkan suatu pembiayaan.

Page 12: Mengevaluasi hasil usaha

10

2.2. Pembiayaan

Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian atau

perkembangan suatu kegiatan usaha, maka akan dirasakan perlu adanya

sumber-sumber untuk penyediaan dana untuk membiayai kegiatan usaha

yang semakin berkembang. Dana yang diperlukan untuk kegiatan usaha

merupakan salah satu faktor produksi selain sumber tenaga kerja, bahan

baku/bahan penolong, kemampuan teknologi, dan manajemen. Modal yang

diperlukan dalam kegiatan usaha dapat membantu meningkatkan pendapatan

usaha.

Pengertian pembiayaan berdasar prinsip Syari’ah menurut UU No.10

tahun 1998, tentang perbankan pasal 1 ayat 12 adalah :

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebutsetelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”

(www.depkeu.go.id)

Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank Islam kepada

masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah

dikumpulkan oleh bank Islam dari masyarakat yang surplus dana

(Muhammad, 2002).

Page 13: Mengevaluasi hasil usaha

11

2.3. Prinsip-prinsip Pembiayaan

Prinsip-prinsip pemberian pembiayaan lebih dikenal dengan istilah 5C,

yaitu :

1) Character (karakter)

Yaitu untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kejujuran yaitu

kemauan untuk memenuhi kewajibannya.

2) Capacity (kemampuan)

Adalah suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan

melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya

yang akan dibiayai oleh bank.

3) Capital (modal)

Adalah penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon

debitur diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang

ditunjukkan oleh rasio finansialnya dan penekanan pada komposisi

modalnya.

4) Colateral (jaminan)

Adalah barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam atau debitur

sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Hal ini bertujuan untuk alat

pengaman jika usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau

Page 14: Mengevaluasi hasil usaha

12

sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari

hasil usahanya yang normal.

5) Condition of economic (kondisi ekonomi)

Adalah untuk mengetahui sejauh mana kondisi yang mempengaruhi

perekonomian suatu negara akan memberikan dampak negatif maupun

positif terhadap perusahaan yang memperoleh dana (Mulyono, 1996).

Prinsip 5C ini dapat ditambah 2C sehingga menjadi 7C atau Seven C’s

of Credit yaitu :

1) Constraint (batasan/ hambatan)

Adalah batasan-batasan atau hambatan-hambatan yang tidak

memungkinkan seseorang melakukan binis di suatu tempat.

2) Coverage of insurance

Menurut H.Mahmuddin (2004), yang dikutip oleh Firdaus Yusuf (2006)

selain prinsip 7C dalam kredit terdapat prinsip lima 5P yaitu :

1) Person atau People

Adalah penilaian pribadi dan kemampuan usaha calon nasabah, tenaga

kerja dan pengelola serta orang-orang yang terlibat langsung dalam bisnis

nasabah.

2) Purpose

Adalah penilaian tujuan nasabah dalam mengambil kredit.

3) Prospect

Page 15: Mengevaluasi hasil usaha

13

Adalah menilai masa depan usaha dan perhitungan bank antara resiko dan

pendapatan yang diperoleh.

4) Payment

Adalah penilaian kemampuan membayar kembali kredit.

5) Protection

Adalah kemungkinan gagal sehingga perlu jaminan sebagai benteng

terakhir perlindungan dan berbagai asuransi perlindungan dan berbagai

asuransi perlindungan bagi nasabah dan bank.

Menurut Kasmir (2004), yang dikutip oleh Firdaus Yusuf (2006) prinsip

5P bisa ditambah 2P yaitu Party dan Profitability. Party mengklasifikasikan

nasabah dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu

berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya. Sedangkan Profitability adalah

untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba

apabila kredit diberikan.

Prinsip-prinsip di atas sebaiknya satu sama lain dimiliki oleh calon

debitur dalam posisi yang seimbang, artinya semua sama-sama memenuhi

syarat dan tidak akan ada artinya jika satu prinsip baik sekali sedangkan

prinsip lainnya kurang. Apalagi untuk prinsip character yang tidak bisa

ditawar-tawar.

Page 16: Mengevaluasi hasil usaha

14

2.4. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

2.4.1. Sejarah dan Latar Belakang Lahirnya BMT

Keluasan sistem bunga yang memperkukuh ekonomi kapitalis sangat

tampak di negara-negara terbelakang dan berkembang. Dengan bunga, para

kapitalis leluasa mengusai perusahaan lokal yang terjebak utang. Indonesia

yang kaya akan sumber daya alamnya (SDA) jatuh dalam utang yang luar

biasa besarnya. SDA ada batasnya tetapi bunga akan terus berkembang.

Ekonomi bebas bunga yang diwajibkan Islam menyiratkan bahwa tidak

boleh netral terhadap berbagai kepentingan untuk mempertahankan bisnis.

Ekonomi bebas bunga memiliki tujuan yaitu menjamin orang untuk hidup,

meningkatkan taraf hidup dan tidak membiarkan individu bebas sebebas-

bebasnya. Selain itu harus memilhara sumber daya alam dan makhluk

lainnya, termasuk bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup generasi-

genarasi berikutnya (Widodo,1999).

Setelah diundangkannya UU No. 7/1992 tentang perbankan bagi hasil

mulai diakomodasikan, berdirilah Bank Mu’amalat Indonesia (BMI) yang

merupakan bank umum Islam pertama yang beroperasi di Indonesia.

Kemudian diikuti oleh pendirian bank-bank perkreditan rakyat Syari’ah

(BPRS). Namun karena dirasakan kurang mencukupi dan belum sanggup

menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, maka dibangunlah lembaga-

Page 17: Mengevaluasi hasil usaha

15

lembaga simpan pinjam yang disebut Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

(Zainul Arifin, 2001).

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan pengembangan dari konsep

ekonomi dalam Islam terutama dalam keuangan. Istilah BMT adalah

penggabungan dari Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Baitul Maal adalah

lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba

(sosial). Sumber dana Baitul Maal diperoleh dari zakat, infak, dan sodhaqoh

atau sumber-sumber lain yang sifatnya halal. Kemudian dana tersebut

disalurkan kepada mustahik (orang-orang yang berhak menerimanya) dan

digunakan untuk hal-hal yang sifatnya untuk kebaikan. Sedangkan Baitul

Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan

menyalurkan dana masyarakat yang sifatnya profit oriented. Penghimpunan

dana diperoleh melalui simpanan para anggota, simpanan pihak ketiga dan

penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investasi yang

dijalankan berdasarkan prinsip syari’ah (Widodo, 1999).

2.4.2. Prinsip dan Peran serta Fungsi Kegiatan BMT

Visi dari BMT adalah meningkatkan kualitas ibadah anggota BMT

sehingga mampu berperan sebagai khalifah Allah (Ridwan, 2004).

Misi dari BMT adalah menerapkan prinsip-prinsip syari’ah dalam

kegiatan ekonomi, memperdayakan pengusaha mikro atau kelas bawah untuk

Page 18: Mengevaluasi hasil usaha

16

berpartisipasi dalam modal melalui simpanan penyertaan modal, sehingga

dapat menikmati hasil-hasil BMT (Ridwan, 2004).

Tujuan BMT adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya serta meningkatkan kekuatan dan

posisi pengusaha kelas bawah dengan pelaku ekonomi yang lain (Ridwan,

2004).

BMT bersifat usaha bisnis, mandiri ditumbuhkembangkan secara

swadaya dan dikelola secara profesional sehingga mencapai tingkat efisiensi

tertinggi. Aspek bisnis BMT adalah kunci sukses mengembangkan BMT,

yang diharapkan mampu memberikan bagi hasil yang kompetitif kepada para

deposannya dan mampu meningkatkan kesejahteraan para pengelolanya

sejajar dengan lembaga lain.

Asas dan landasan BMT adalah Pancasila dan UUD 1945 serta

berprinip Syari’ah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah),

kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme

(Ridwan, 2004).

Untuk menjaga kepercayaan para anggotanya, BMT selalu berpegang

teguh pada prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Dari, untuk, dan kepada anggota.

2. Kebersamaan atau Ukhuwah Islamiyah.

3. Mandiri, Swadaya, dan Musyawarah.

Page 19: Mengevaluasi hasil usaha

17

4. Semangat jihad, Istoqomah, dan professional.

5. Menjiwai mu’amalat Islamiyah (Ridwan, 2004).

Dalam usaha memajukan kesejahteraan anggotanya, BMT berperan

sebagai :

1. Motor penggerak perekonomian masyarakat bawah dari seluruh

masyarakat Indonesia.

2. Ujung tombak pelaksanaan ekonomi Syari’ah.

3. Penghubung antara Aghnia dan Dhu’afa ( Ridwan, 2004).

Dalam rangka mencapai tujuannya, BMT berfungsi :

1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan

mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat

(Pokusma), dan daerah kerjanya.

2. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan Pokusma menjadi lebih

professional dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam

menghadapi persaingan global.

3. Menggalang dan memobilsasi potensi masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan anggota.

4. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara agniya

sebagai shohibul maal dengan dhu’afa sebagai mudharib, terutama untuk

dana-dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah, dan lain-lain.

Page 20: Mengevaluasi hasil usaha

18

5. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pemilik

dana (shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan

pengguna dana (mudharib) untuk pengembangan usaha produktif (Ridwan,

2004).

Ciri-ciri BMT adalah sebagai berikut :

1. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan

pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan masyarakat.

2. Bukan lembaga sosial, tetapi bermanfaat untuk mengefektifkan

penggunaan dana-dana sosial untuk kesejahteraan orang banyak serta dapat

menyelenggarakan kegitan pendidikan untuk memperdayakan anggotanya

dalam rangka menunjang ekonomi.

3. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat

sekitarnya.

4. Milik bersama masyarakat kecil dari lingkungan BMT itu sendiri,

bukan milik perseorangan atau orang dari luar masyarakat. Atas dasar ini

BMT tidak dapat berbadan hukum perseroan (Ridwan,2004).

Page 21: Mengevaluasi hasil usaha

19

2.4.3. Produk-produk BMT

2.4.3.1. Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan, yaitu dana

yang dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk disalurkan ke sektor

produktif dalam bentuk pembiayaan.

Sumber-sumber dana BMT berasal dari simpanan para anggota,

pinjaman atau sumbangan dari pihak ketiga dan dari SHU yang dicadangkan.

Prinsip utama dalam penghimpunan dana ini adalah kepercayaan, artinya

kemauan masyarakat untuk menaruh dananya pada BMT sangat dipengaruhi

oleh tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BMT itu sendiri. Menurut

Muhammad Ridwan (2004), karena BMT pada prinsipnya merupakan

lembaga amanah (trust), sehingga setiap insan BMT harus dapat

menunjukkan sikap amanah tersebut.

Prinsip simpanan di BMT menganut asas wadi’ah dan mudharabah.

1. Prinsip Wadi’ah

Wadi’ah berarti titipan. Simpanan Wadi’ah merupakan akad penitipan

barang atau uang pada BMT. BMT mempunyai kewajiban menjaga dan

merawat barang tersebut dengan baik serta mengembalikan saat penitip

(muwadi’) menghendakinya (Ridwan, 2004). Wadi’ah dibagi menjadi dua,

yaitu :

a. Wadi’ah Amanah

Page 22: Mengevaluasi hasil usaha

20

Adalah penitipan barang atau uang tetapi BMT tidak memiliki hak

untuk mendayagunakan titipan tersebut. BMT dapat mensyaratkan adanya

jasa (fee) kepada penitip (muwadi’) sebagai imbalan atas pengamanan,

pemeliharaan dan administrasinya. Wadi’ah amanah sering berlaku pada

bank dengan jenis produknya kotak penyimpanan (save deposit box)

(Ridwan, 2004).

b. Wadi’ah Yad Dhamanah

Adalah akad penitipan barang atau uang (umumnya berbentuk uang)

kepada BMT, namun BMT memiliki hak ntuk mendayagunakan dana

tersebut. Deposan mendapatkan imbalan berupa bonus yang besarnya

tergantung dengan kebijakan manajemen BMT. Namun produk ini kurang

berkembang karena deposan menghendaki adanya bagi hasil yang layak.

2. Prinsip Mudharabah

Mudharabah merupakan akad kerja sama modal dari pemilik dana

(shohibul maal) dengan pengelola dana atau pengusaha (mudharib) atas dasar

bagi hasil. Dalam hal ini, BMT berfungsi sebagai mudharib dan penyimpan

dana sebagai shohibul maal. Menurut Ridwan (2004) ada ketentuan yang

berlaku untuk sistem mudharabah yaitu :

a. Modal

- Harus diserahkan secara tunai.

Page 23: Mengevaluasi hasil usaha

21

- Dinyatakan dalam nilai nominal yang jelas.

- Langsung diserahkan kepada mudharib untuk segera memulai usaha.

b. Pembagian Hasil

- Nisbah bagi hasil harus disepakati diawal perjanjian.

- Pembagian hasilnya dapat dilakukan saat mudharib telah mengembalikan

seluruh modalnya atau sesuai dengan periode tertentu yang disepakati.

c. Resiko

- Bila terjadi kerugian usaha, maka semua kerugian akan ditanggung oleh

shohibul maal, dan mudharib tidak akan mendapatkan keuntungan usaha.

- Untuk memperkecil resiko, shohibul maal dapat mensyaratkan batasan-

batasan tertentu kepada mudharib.

2.4.3.2. Produk-produk pembiayaan BMT

Produk-produk pembiayaan yang diberikan oleh BMT adalah :

1) Pembiayaan Mudharabah

Adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan

mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di

muka (PSAK No. 59, para:6). Jika terjadi kerugian, seluruh kerugian

ditanggung oleh pemilik dana, tetapi jika kerugian disebabkan oleh pengelola

dana yang menanggung adalah pengelola dana (PSAK No. 59, para:7).

Page 24: Mengevaluasi hasil usaha

22

2) Pembiayaan Musyarakah

Adalah akad kerjasama di antara para pemilik modal yang

mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan (PSAK

No.59, para:35). BMT menyediakan sebagian dari modal usaha keseluruhan

dan pihak BMT dapat dilibatkan dalam proses manajemen. Jika terjadi

kerugian maka dibebankan secara proporsional sesuai modal yang disetorkan

(PSAK No. 59, para:39).

3) Pembiayaan Bai’bi Tsaman ‘Ajil (BBA)

Adalah hubungan akad jual beli dengan pembayaran tangguh atau

angsuran dan bank mendapat hasil mark-up.

4) Pembiayaan Murabahah

Adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan

keuntungan yang disepakati antara penjual dan pembeli (PSAK No. 59, para:

52). Murabahah sebenarnya hampir sama dengan BBA perbedaannya pada

murabahah pembayaran dilakukan oleh anggota setelah jatuh tempo

pengembalian dengan harga dasar barang yang dibeli ditambah keuntungan

yang telah disepakati.

5) Ijarah

Adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur (objekl sewa) dan

musta’ji (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang

disewakannya (PSAK No.59, para :105).

Page 25: Mengevaluasi hasil usaha

23

6) Ijarah Muntahiyah Bittamlik

Adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa yang

disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik obkek sewa pada saat

tertentu sesuai dengan akad sewa (PSAK No. 59, para : 105).

7) Pembiayaan Qardhul Hasan

Adalah pinjaman yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain yang

harus dikembalikan pada waktu yang diperjanjikan, tanpa disertai imbalan

apapun (Modul Short Course Perbankan Syariah Intermediate Level

Angkatan IV, 2006).

Agar dapat memaksimalkan pengelolaan dana, maka manajemen BMT

harus memperhatikan tiga aspek penting dalam pembiayaan yaitu :

a. Aman

Adalah keyakinan bahwa dana yang telah dilempar dapat ditarik kembali

sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Untuk menciptakan kondisi

tersebut, sebelum dilakukan pencairan pembiaayan, BMT harus melakukan

survey usaha telebih dahulu untuk memastikan bahwa usaha yang dibiayai

layak.

b.Lancar

Adalah keyakinan bahwa dana BMT dapat berputar dengan lancar dan cepat.

Semakin cepat dan lancar perputaran dananya maka pengembangan BMT

akan semakin baik.

Page 26: Mengevaluasi hasil usaha

24

c. Menguntungkan

Adalah perhitungan atau proyeksi yang tepat, untuk memastikan bahwa dana

yang dilempar akan menghasilkan pendapatan. Semakin tepat dalam

memproyeksi usaha, kemungkinan besar gagal dapat diminimalisasi.

2.4.4. Manfaat Pembiayaan

Manfaat yang diperoleh dari pembiayaan yang diberikan BMT antara lain :

1) Manfaat pembiayaan ditinjau dari sudut kepentingan debitur

Dengan adanya pembiayaan dari BMT akan terpenuhi kebutuhan dana

atau modal dalam melaksanakan suatu usaha (Mulyono, 1996).

2) Manfaat pembiayaan ditinjau dari kepentingan masyarakat luas

Pembiayaan dari BMT dapat meningkatkan pendapatan dan pemerataan

pendapatan masyarakat (Mulyono, 1996). Selain itu dengan menyimpan dana

di BMT masyarakat berharap dana yang disimpan kembali utuh dan aman.

Masyarakat pengusaha akan sangat diuntungkan karena membantu

memperoleh faktor-faktor produksi dengan mudah dan cepat (Mulyono,

1996).

Page 27: Mengevaluasi hasil usaha

25

2.5. Persiapan Analisis Pemberian Pembiayaan

Kegiatan analisis merupakan pekerjaan yang sangat komplek karena

harus menilai suatu kondisi eksternal dengan data yang mungkin tidak

lengkap. Pengumpulan informasi harus dilakukan sedetail mungkin agar

dalam pemberian pembiayaan dapat berjalan lancar.

Tujuan analisis pembiayaan menurut Muhammad Ridwan (2004) ada

dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum analisis pembiayaan

adalah pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam

rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa-jasa,

bahkan konsumsi yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat. Sedangkan tujuan khusus analisis pembiayaan adalah :

1. Untuk menilai kelayakan usaha calon debitur.

2. Untuk menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan.

3. Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.

Analisis pembiayaan sebagai alat untuk memberikan jawaban atau

mengambil keputusan tentang masalah-masalah :

1) Kepada siapa pembiayaan itu harus diberikan.

2) Untuk apa pembiayaan itu harus diberikan.

3) Apakah calon nasabah debitur yang akan menerima pembiayaan

kiranya akan mampu mengembalikan hutang pokoknya ditambah dengan

bagi hasil atau mark up serta kewajiban lainnya.

Page 28: Mengevaluasi hasil usaha

26

4) Berapa jumlah uang yang layak untuk diberikan.

5) Apakah kredit atau pembiayaan yang akan diberikan tersebut cukup

aman atau resikonya kecil (Mulyono, 1996).

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat analisis

pembiayaan adalah :

1) Menilai kelayakan usaha calon debitur.

2) Menekan akibat tidak terbayarnya pembiayaan.

3) Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.

2.6. Prosedur dan Proses Pembiayaan

Prosedur pembiayaan adalah gambaran sifat atau metode untuk

melaksanakan kegiatan pembiayaan. Seseorang yang berhubungan dengan

pembiayaan harus menmpuh prosedur pembiayaan yang sehat, meliputi

prosedur persetujuan pembiayaan. Prosedur administrasi dan prosedur

pengawasan pembiayaan.

Persetujuan pembiayaan kepada setiap nasabah harus dilakukan melalui

proses penilaian yang objektif terhadap berbagai aspek yang berhubungan

dengan objek pembiayaan. Hal ini bertujuan untuk memberikan keyakinan

kepada semua pihak yang terkait bahwa nasabah dapat memenuhi segala

kewajibannya sesuai dengan persyaratan dan jangka waktu yang disepakati

(Zainul Arifin, 2005).

Page 29: Mengevaluasi hasil usaha

27

Aspek-aspek yang perlu diperhatiakan dalam prsedur pembiayaan

adalah :

1. Berkas dan pencatatan.

2. Data pokok dan analisis pendahuluan.

a. Realisasi pembelian, produksi, dan penjualan.

b. Rencana pembelian, produksi, dan penjualan.

c. Jaminan.

d. Laporan keuangan.

e. Data kualitatif dari calon debitur.

3. Penelitian data.

4. Penelitian atas realisasi usaha.

5. Penelitian atas rencana usaha.

6. Penelitian dan penilaian barang jaminan.

7. Laporan keuangan dan penelitiannya.

Proses dasar pembiayaan meliputi aplikasi, analisis permohonan

pembiayaan, penyusunan struktur pembiayaan dan penyiapan dokumen

pembiayaan, realisasi pembiayaan, pembinaan dan pengawasan serta

penyelesaian pembiayaan. Untuk lebih jelasnya akan digambarkan di bawah

ini :

Page 30: Mengevaluasi hasil usaha

28

Aplikasi Pembiayaan

Analisis Pembiayaan Evaluasi masing-masing permohonan

Evaluasi kesesuaian dengan kebijakan

Struktur Pembiayaan

Realisasi Pembiayaan

Pembinaan & Pengawasan (monitoring) Kesesuaian dengan peraturan dan kebijaksanaan

Penyelesaian Pembiayaan Review pembiayaan

Pemecahan masalah pembiayaann

Gambar 2.1. Proses Pembiayaan

Sumber: Zainul Arifin, 2005.

2.7. Pengaruh Pembiayaan Terhadap Pendapatan

Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan

kewajiban perusahaan yang timbul dari penyerahan barang/jasa atau kegiatan

Page 31: Mengevaluasi hasil usaha

29

usaha lainnya (Mardiasmo, 1995). Pendapatan merupakan salah satu faktor

penunjang usaha atau aktifitas untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan

hidup.

Hal ini mendorong manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk

eksistensi dirinya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Tindakan-tindakan ini dilakukan karena seiring terdorong oleh kuatnya minat

dan keinginan manusia untuk memperhatikan hidupnya, dimana dalam hal ini

terdapat persoalan bagaimana usaha yang diinginkannya.Untuk mendapatkan

keinginan tersebut diperoleh suatu pendapatan sebagai penunjang.

Suatu pendapatan usaha tergantung dari besar kecilnya modal yang

digunakan. Jika modal besar maka produk yang dihasilkan juga besar

sehingga pendapatannya pun meningkat. Begitu juga sebaliknya jika modal

yang digunakan kecil maka produk yang dihasilkan hanya sedikit dan

pendapatan yang diperoleh juga sedikit. Untuk itu diperlukan pembiayaan

umtuk meningkatkan pendapatan pengusaha kecil.

Peningkatan usaha kecil kunci utamanya adalah modal. Bagi usaha

kecil, sering dijumpai pemerolehan modal diiringi dengan membayar bunga

yang cukup tinggi. Sehingga pinjaman menjadi beban yang sewaktu-waktu

dapat menjadi boomerang bila terjadi kemacetan angsuran. Pada umumnya

pedagang kecil dan industri rumah tangga mempunyai margin (keuntungan)

Page 32: Mengevaluasi hasil usaha

30

atau pendapatan yang cukup tinggi namun tidak bisa lepas dari keterbatasan

modal. Untuk itu perlu adanya bantuan dalam pembiayaan.

2.8. Pengusaha Kecil atau Perusahaan Kecil

Menurut UU No. 9 Tahun 1995 pasal 1 ayat 1 tentang usaha kecil,

usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta

kepemilikan yang diatur dalam UU ini.

Kriteria yang ditetapkan dalam UU no. 9 Tahun 1995 tentang usaha

kecil adalah :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 , tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau,

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 Milyar.

3. Milik Warga Negara Indonesia.

3. Berdiri sendiri, bukan merupakan anal perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung atau

tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.

4. Bentuk usaha adalah orang perorangan, tidak boleh berbadan hukum

atau badan usaha yang bebrbadan hukum, termasuk koperasi.

Yang termasuk usaha kecil adalah :

a. Pedagang keliling

Page 33: Mengevaluasi hasil usaha

31

b. Pedagang barang-barang konsumsi

c. Pedagang sayuran dan buah-buahan

d. Pedagang kebutuhan rumah tangga

e. Warung makan

f. Pengusaha-pengusaha pertanian

Keunggulan dari pengusaha kecil (Bambang dan Adi, 1994) adalah :

1) Hubungan yang lebih pribadi dengan langganan, penyuplai, dan

karyawan.

2) Lebih efisien dalam berbagai hal.

3) Sumber inovasi, termasuk fleksibilitas dalam berbagai tindakan.

4) Faktor pengontrol bagi perusahaan besar yang cenderung

mengembangkan monopoli.

5) Kehidupan bermasyarakat yang lebih luas.

6) Produksi atau pengembangan pemimpin-pemimpin.

Sedangkan kelemahan dari pengusaha kecil (Bambang dan Adi, 1994)

adalah :

1) Kurangnya kemampuan mengelola akibat dari kurangnya latihan dan

pengembangan.

2) Lemahnya daya finasial.

3) Posisi bersaing yang kurang kuat.

4) Sistem pencatatan kurang sempurna.

Page 34: Mengevaluasi hasil usaha

32

5) Kurangnya terkoordinasinya produksi dengan penjualan.

6) Meningkatnya kompleksitas operasi.

Dan yang menyebabkan gagalnya pengusaha kecil dalam

mengembangkan usahanya, antara lain :

1) Kelalaian.

2) Pemalsuan.

3) Bencana.

4) Iklim usaha yang kurang mendukung pengembangan usaha kecil.

5) Kurangnya pengalaman termasuk ketidakmampuan, kurang memadainya

latihan dan pengalaman manajerial serta ketidakseimbangan pengalaman

( Bambang dan Adi, 1994).

Dari hal tersebut diatas sangat diperlukan pemberian pembiayaan bagi

usaha kecil yang berguna dalam peningkatan pendapatannya. Pembiayaan

yang diberikan sebagai modal usaha bukan berasal dari rentenir yang

sekarang ini masih dijumpai di daerah pedesaan. Bukan membantu

pengusaha kecil melainkan menghambat pengembangan usaha mereka akibat

bunga yang tinggi. Pembiayaan yang berasal dari BMT diharapkan

mendorong pengusaha kecil untuk dapat meningkatkan produksinya sehingga

meningkatkan pendapatan dan mampu bersaing dengan pengusaha lain.

Page 35: Mengevaluasi hasil usaha

33

2.9. Pembiayaan di BMT Beringharjo

2.9.1. Manajemen Pembiayaan BMT Beringharjo

Tujuan pembiayaan yang dilakukan BMT Beringharjo terkait dengan

stake holdernya :

1. Pemilik

Dari sumber pendapatan BMT, para pemilik mengharapkan akan

memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada BMT

Beringharjo.

2. Pegawai

Mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari BMT Beringharjo.

3. Masyarakat

a. Pemilik dana, sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan dari dana

yang diinvestasikan akan memperoleh bagi hasil.

b. Debitur yang bersangkutan, dengan penyediaan dana baginya, mereka

terbantu guna menjalankan usaha, terbantu untuk pengadaan barang yang

diinginkan.

c. Masyarakat umumnya yaitu konsumen, mereka dapat memperoleh barang

yang dibutuhkannya.

4. Pemerintah

Dengan adanya penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam

pembiayaan pembangunan negate, disamping itu akan memperoleh pajak

Page 36: Mengevaluasi hasil usaha

34

(berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh BMT dan

perusahaan).

5. BMT

Hasil dari penyaluran pembiayaan, diharapkan dapat meneruskan dan

mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluaskan jaringan

usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dilayaninya.

(Modul Pembiayaann BMT Beringharjo,2005).

Pembiayaan dengan akad musyarakah atau akad untuk usaha berlaku

profit sharing dan lost sharing. Dimana jika ada keuntungan maka berbagi

keuntungan dan apabila mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan

ditanggung bersama. Namun demikan ada ketentuan menyangkut lost sharing

dimana jika terjadi kerugian karena wan prestasi maka pihak BMT tidak ikut

menanggung kerugian. Dengan sistem bagi hasil ini akan mengurangi resiko

kerugian nasabah maupun pihak BMT sendiri, karena apabila nasabah tidak

mendapatkan keuntungan dari usahanya maka BMT tidak akan mendapatkan

bagi hasil.

Page 37: Mengevaluasi hasil usaha

35

2.9.2. Prosedur Penyaluran Produk Pembiayaan BMT Beringharjo

Anggota

Penabung Pembiayaan

Mengisi SPP (Surat Permohonan Pembiayaan)

Uji Kelayakan dan Survei

Rapat Komite Tidak

Administrasi dan realisasi

Membuat akad perjanjian

Monitoring Evaluasi

Register Buku Induk

Register Realisasi

Selesai

Ya

Nasabah datang

Gambar.2.2. Prosedur Penyaluran Pembiayaan

Wawancara Jasa Mitra (Jasmit)

Sumber : BMT Beringharjo.

Keterangan :

1. Nasabah datang ke BMT Beringharjo untuk mengajukan pembiayaan.

Page 38: Mengevaluasi hasil usaha

36

2. Bagian Jasa Mitra (Jasmit) akan mewawancarai nasabah yang berkaitan

dengan keputusan pembiayaan, kemudian nasabah mengisi formulir atau

SPP (Surat Permohonan Pembiayaan).

3. Team survey dari BMT akan mensurvey tempat usaha, tempat tinggal dan

barang yang dijadikan jaminan oleh nasabah. Hal ini dilakukan untuk

meminimalisisr penipuan juga untuk mengetahui kelayakan untuk diberi

pembiayaan.

4. Pihak BMT mengadakan rapat komite atas pembiayaan yang diajukan.

Apakah pengajuan pembiayaan layak atau tidak dengan memperhatikan

pertimbangan-pertimbangan.

5. Untuk pengajuan pembiayaan yang diterima maka pihak BMT dan

nasabah membuat akad perjanjian. Kemudian melekukan administrasi

dan realisasi. Setiap akad akan dimasukkan ke dalam buku induk dan

yang direalisasi dimasukkan ke register realisasi.

6. Setiap nasabah yang mempunyai perjanjian akad dengan BMT

Beringharjo, selalu dipantau dan dievaluasi atas lancar tidaknya dalam

melakukan pengangsuran (Modul Pembiayaan BMT Beringharjo, 2005).

Syarat-syarat untuk mengajukan pembiayaan di BMT Beringharjo

adalah :

1) Berkelakuan baik.

2) Identitas jelas, mempunyai KTP berdomisili di Yogyakarta.

Page 39: Mengevaluasi hasil usaha

37

3) Jujur, amanah, dan bertanggung jawab.

4) Aktif menjalankan perintah agama.

5) Terbuka.

6) Memiliki usaha atau pekerjaan tetap.

7) Bersedia disurvei ke rumah/tempat usaha.

8) Bersedia menyerahkan jaminan.

9) Pengajuan pembiayaan disetujui oleh istri atau suami atau anggota

keluarga yang lain.

10) Usaha yang dibiayai oleh BMT Beringharjo adalah bukan usaha yang

baru mau jalan, tetapi sudah berjalan minimal 3 bulan.

11) Bila pembiayaan untuk usaha maka jenis usaha tersebut tidak

bertentangan dengan syarat/peraturan pemerintah.

12) Jika pembiayaan untuk membeli barang maka barang yang dibeli adalah

barang yang bermanfaat.

13) Mengisi formulir permohonan pembiayaan.

(Modul Pembiayaan BMT Beringharjo, 2005).

Page 40: Mengevaluasi hasil usaha

38

2.9.3. Penanganan Pembiayaan Bermasalah di BMT Beringharjo

Resiko yang terjadi dari pinjaman-pinjaman yang tertunda atau

ketidakmampuan peminjam untuk membayar kewajiban yang telah

dibebankan, untuk mengantisipasi hal tersebut maka lembaga keuangan

syari’ah dan konvensional harus mampu menganalisis penyebab

permasalahannya, yaitu :

1. Analisa sebab kemacetan.

a. Aspek Internal

- Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut.

- Manajemen tidak baik atau kurang rapi.

- Laporan Keuangan tidak lengkap.

- Penggunaan dana yang tudak sesuai dengan perencanaan.

- Perencanaan yang kurang matang.

- Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut.

b. Aspek Eksternal

- Aspek pasar kurang mendukung.

- Kemampuan daya beli masyarakat kurang.

- Pengaruh lain di luar usaha.

- Kenakalan peminjam.

2. Menggali potensi peminjam.

Page 41: Mengevaluasi hasil usaha

39

Harus dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan

mengantisipasi penyebab kemacetan usaha/ angsuran. Perlu digali potensi

yang ada pada peminjam agar dana lebih efektif digunakan. Hal-hal yang

perlu diperhatikan :

1) Adakah peminjam memiliki kecakapan lain?

2) Adakah peminjam memiliki usaha lainnya?

3) Adakah penghasilan lain peminjam?

3. Melakukan perbaikan akad (remedial).

4. Memberi pinjaman ulang, mungkin pembiayaan murabahah, mudharabah,

atau Qardhul Hasan.

5. Penundaan pembayaran.

6. Memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan

margin baru (rescheduling).

7. Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil (Modul Pembiayaan

BMT Beringharjo, 2005).

Tiga upaya penanganan pembiayaan yang lazim diterapkan oleh

lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syari’ah termasuk

BMT Beringharjo :

1. Rescheduling

Adalah menjadwal kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil

jumlah angsuran.

Page 42: Mengevaluasi hasil usaha

40

Syarat Perubahan

- Potensi usaha masih ada - Jangka waktu pembiayaan

- Kemampuan debitur ada - Jadwal angsuran diperbaharui

dengan lebih realistis

- Problem cashflow sementara - Grace periode atau jatuh tempo

- Plafond tetap - Jumlah angsuran sesuai

kemampuan

2. Restrukturisasi

Adalah melakukan penataan ulang, pengalihan atau pembiayaan ulang.

Syarat Perubahan

- Potensi usaha ada

(pertambahan)

- Jangka plafond

- Kemampuan debitur ada - Persyaratan diperketat

-Problem cashflow sementara - Jadwal angsuran dibuat realistis

- Planfond berubah - Jaminan diadakan

3. Reconditioning

Adalah memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil usaha.

Page 43: Mengevaluasi hasil usaha

41

Syarat Perubahan

- Potensi usaha ada - Harga jual di mark up

- Sarana usaha memadai - Agunan/ jaminan

- Problem cashflow dan

manajemen

- Status kepemlikan BMT

- Plafond tetap -Pengurus, nama dan status

perusahaan

( Modul Pembiayaan BMT Beringharjo, 2005).

2.10. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pengaruh pembiayaan yang diberikan oleh BMT

kepada usaha kecil terhadap pendapatan belum penulis temukan.

2.11. Hipotesis

Hipotesis dalam pembshasan fungsional antara variable-variabel dalam

penelitian adalah :

Hipotesis nol (Ho) : Pembiayaan yang diberikan BMT

memberikan tidak berpengaruh positif

terhadap pendapatan usaha kecil.

Hipotesis pertama (H1) : Pembiayaan yang diberikan BMT

memberikan pengaruh positif terhadap

pendapatan usaha kecil.

Page 44: Mengevaluasi hasil usaha

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Subjek Penelitian

3.1.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah nasabah di BMT Beringharjo

Kauman, Yogyakarta. Jumlahnya adalah 300 orang (BMT Beringharjo

Kauman, 2006).

3.1.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah nasabah yang melakukan pembiayaan di

BMT Beringharjo yang termasuk pengusaha kecil.

Sampel ditentukan dengan metode random sampling yaitu suatu

cara pemilihan sejumlah elemen dari populasi untuk menjadi anggota

sampel, pemilihan dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap elemen

mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 25 responden dari

total jumlah nasabah pembiayaan 100 nasabah yang terdapat di BMT

Beringharjo Kauman, Yogyakarta.

42

Page 45: Mengevaluasi hasil usaha

43

3.2. Sumber Data

1. Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dari objeknya. Dalam hal

ini objeknya adalah usaha kecil yang memperoleh pembiayaan dari BMT

Beringharjo.. Data yang dianalisis adalah data tentang pendapatan usaha

kecil sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT

Beringharjo.

2. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari literatur, majalah, Koran, dan

bacaan-bacaan lain yang mendukung penelitian ini.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode :

1. Kuesioner

Adalah teknik pengumpulan data dengan cara membuat daftar

pertanyaan sebelumnya dan disampaikan kepada responden untuk

mendapatkan jawaban.

2. Wawancara

Adalah pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab

secara langsung dengan responden yang dijadikan sampel dalam

penelitian.

Page 46: Mengevaluasi hasil usaha

44

3. Dokumentasi

Adalah proses pengumpulan data yang dimbil dari dokumen-dokumen

yang dimiliki oleh BMT dan literatur yang ada kaitannya dengan masalah

yang diteliti.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah pendapatan usaha kecil merupakan

variabel terikat. Sedangkan pembiayaan merupakan variabel bebas.

1. Pendapatan

Pendapatan ditunjukkan dengan aliran aktiva baru yang masuk ke

perusahaan dari konsumen sebagai penukar produk perusahaan baik

berupa barang atau jasa. Rekening pendapatan mencerminkan danb

berguna untuk mengukur kenaikan aktiva atau sumber ekonomi

perusahaan yang berasal dari kegiatan usahanya.

Pendapatan diukur ketika telah terjadi penjualan. Pendapatan yang

diukur sesuai jumlah rupiah produk yang terjual, baru akan menjadi

pendapatan yang sepenuhnya setelah produk tersebut selesai diproduksi

dan penjualan benar-benar terjadi.

2. Pembiayaan

Pembiayaan yang diberikan untuk menambah modal usaha sangat

mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan.

Page 47: Mengevaluasi hasil usaha

45

3.4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu analisa yang digunakan untuk

membutuhkan kebenaran yang pada kenyataannya harus dapat

disesuaikan dengan masalah yang akan dianalisa untuk membuktikan

kebenaran hipotesis. Analisis yang digunakan untuk mengetahui

pengaruh mutlak pendapatan bersih pada para pedagang sebelum dan

sesudah pembiayaan dari BMT adalah dengan menggunakan teknik

analisa statistik uji-t, dengan rumus sebagai berikut :

t = nS

D

D /

dimana :

D__

= n

D∑

S D = 1

__2

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛−∑

n

D D

T = t hitung

D___

= Beda pinjaman bersih sebelum dan sesudah pemberian

pinjaman dari BMT

= Standar Deviasi S D

Page 48: Mengevaluasi hasil usaha

46

n = jumlah sampel

3.5. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis maka dilakukan pengujian dengan uji t (t-

Test).

Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :

a. Memformulasikan hipotesis

H O = μ1 = μ 2

= pembiayaan yang diberikan tidak berpengaruh

positif terhadap peningkatan pendapatan pengusah kecil.

H 1 = μ1 ≠ μ 2

= pembiayaan yang diberikan berpengaruh positif

terhadap peningkatan pengusaha kecil.

b. Menentukan level of significant

=0.05 /2 (n-1)

c. Menentukan daerah tolak dan daerah terima dengan menggunakan uji

dua sisi yaitu :

Page 49: Mengevaluasi hasil usaha

47

0 t table− t table

Daerah Terima

Daerah Tolak Daerah Tolak

Page 50: Mengevaluasi hasil usaha

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari analisis data ini untuk mengetahui signifikansi pengaruh

pendapatan usaha kecil sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT

Beringharjo. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang penulis peroleh,

maka untuk membuktikan hipotesis digunakan teknik analisis uji-t.

4.1. Pendapatan Usaha Kecil Sebelum dan Sesudah Memperoleh

Pembiayaan dari BMT Beringharjo Kauman

Pengusaha kecil atau pedagang kecil dalam menjalankan usahanya

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah tangganya dari masing-masing

responden yang dijadikan sampel, mempunyai pendapatan yang berbeda-

beda satu sama lain. Usaha kecil sebelum memperoleh pembiayaan

pendapatan yang dihasilkan dari usahanya begitu sedikit, tetapi sesudah

memperoleh pembiayaan pendapatan yang dihasilkan bertambah. Untuk

mengetahui gambaran bahwa dari masing-masing pengusaha kecil yang

dijadikan sampel, sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT mengalami

peningkatan dapat dilihat pada tabel-1. Dan untuk memperoleh gambaran

besarnya rata-rata pendapatan perbulan pengusaha kecil atau pedagang kecil

48

Page 51: Mengevaluasi hasil usaha

49

sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT Beringharjo

Kauman dapat dilihat pada tabel-2.

Tabel 4.1

Pendapatan Bersih Bulanan Usaha Kecil Sebelum dan Sesudah

Memperoleh Pembiayaan Dari BMT Beringharjo Kauman

No. Resp Sebelum (Rp) Sesudah (Rp) 1 200000 300000 2 250000 450000 3 200000 250000 4 100000 200000 5 100000 200000 6 100000 150000 7 200000 300000 8 70000 150000 9 150000 300000 10 250000 400000 11 450000 700000 12 250000 300000 13 200000 250000 14 700000 1200000 15 200000 450000 16 150000 200000 17 120000 250000 18 100000 180000 19 300000 500000 20 125000 220000 21 200000 380000 22 70000 100000 23 75000 130000 24 135000 240000 25 70000 100000

Jumlah 4765000 7900000 Sumber : Data Kuesioner 25 Responden tahun 2006

Page 52: Mengevaluasi hasil usaha

50

Tabel 4.2

Kertas Kerja Uji-t Mean Sebelum dan Sesudah Usaha Kecil

Memperoleh Pembiayaan dari BMT Beringharjo Kauman

X X1 No. 2 D ⎟⎟⎠

⎞−⎜⎜

⎛ DD___

⎟⎟⎠

⎞−⎜⎜

⎛ DD___ ²

1 200000 300000 100000 -25400 6451600002 250000 450000 200000 74600 55651600003 200000 250000 50000 -75400 56851600004 100000 200000 100000 -25400 6451600005 100000 200000 100000 -25400 6451600006 100000 150000 50000 -75400 56851600007 200000 300000 100000 -25400 6451600008 70000 150000 80000 -45400 20611600009 150000 300000 150000 24600 60516000010 250000 400000 150000 24600 60516000011 450000 700000 250000 124600 1552516000012 250000 300000 50000 -75400 568516000013 200000 250000 50000 -75400 568516000014 700000 1200000 500000 374600 1.40325E+1115 200000 450000 250000 124600 1552516000016 150000 200000 50000 -75400 568516000017 120000 250000 130000 4600 2116000018 100000 180000 80000 -45400 206116000019 300000 500000 200000 74600 556516000020 125000 220000 95000 -30400 92416000021 200000 380000 180000 54600 298116000022 70000 100000 30000 -95400 910116000023 75000 130000 55000 -70400 495616000024 135000 240000 105000 -20400 41616000025 70000 100000 30000 -95400 9101160000

Jumlah 4765000 7900000 3135000 246,346,000,000Jml. Rt 190600 316000 125400 -Sumber : Data Kuesioner 25 Responden tahun 2006 yang diolah

Page 53: Mengevaluasi hasil usaha

51

Tabel 4.3

Untuk Memperoleh Hasil D ( XX 21− ) adalah sebagai berikut :

No. X 1 X 2 D ( XX 21− )

1 200000 300000 100000 2 250000 450000 200000 3 200000 250000 50000 4 100000 200000 100000 5 100000 200000 100000 6 100000 150000 50000 7 200000 300000 100000 8 70000 150000 80000 9 150000 300000 150000 10 250000 400000 150000 11 450000 700000 250000 12 250000 300000 50000 13 200000 250000 50000 14 700000 1200000 500000 15 200000 450000 250000 16 150000 200000 50000 17 120000 250000 130000 18 100000 180000 80000 19 300000 500000 200000 20 125000 220000 95000 21 200000 380000 180000 22 70000 100000 30000 23 75000 130000 55000 24 135000 240000 105000 25 70000 100000 30000

Jumlah 4765000 7900000 3135000 Sumber: Tabel 4.2 yang diolah

Page 54: Mengevaluasi hasil usaha

52

Tabel 4.4

Untuk Memperoleh Hasil dari dapat dihitung sebagai berikut )(__

DD −

No. D D___

( ) DD___

1 100000 125400 -254002 200000 125400 -746003 50000 125400 754004 100000 125400 254005 100000 125400 254006 50000 125400 754007 100000 125400 254008 80000 125400 454009 150000 125400 -2460010 150000 125400 -2460011 250000 125400 -12460012 50000 125400 7540013 50000 125400 7540014 500000 125400 -37460015 250000 125400 -12460016 50000 125400 7540017 130000 125400 -460018 80000 125400 4540019 200000 125400 -7460020 95000 125400 3040021 180000 125400 -5460022 30000 125400 9540023 55000 125400 7040024 105000 125400 2040025 30000 125400 95400

Jumlah 3135000 -Sumber Data : Tabel 4.2 yang diolah

Page 55: Mengevaluasi hasil usaha

53

Dan untuk memperoleh rata-rata dari D atau XX 21− adalah sebagai

berikut :

D__

= nD∑

25

3135000=

= 125400

Keterangan :

∑ = Nilai hasil mutlak yang diterima usaha kecil setelah memperoleh

pembiayaan dari BMT

D = Perbedaan atau selisih antara XX 21−

D__

= Hasil perbedaan XX 21−

n = Jumlah responden

X 1 = Tingkat pendapatan usaha kecil sesudah memperoleh pembiayaan

dari BMT

X 2 = Tingkat pendapatan usaha kecil sebelum memperoleh pembiayaan

dari BMT

Page 56: Mengevaluasi hasil usaha

54

Tabel 4.5

Untuk Mendapatkan Hasil adalah sebagai berikut : 2__

)( DD−

No. ( ) DD

___

− 2__

)( DD − 1 -25400 645160000 2 74600 5565160000 3 -75400 5685160000 4 -25400 645160000 5 -25400 645160000 6 -75400 5685160000 7 -25400 645160000 8 -45400 2061160000 9 24600 605160000 10 24600 605160000 11 124600 15525160000 12 -75400 5685160000 13 -75400 5685160000 14 374600 14032500000 15 124600 15525160000 16 -75400 5685160000 17 4600 21160000 18 -45400 2061160000 19 74600 5565160000 20 -30400 924160000 21 54600 2981160000 22 -95400 9101160000 23 -70400 4956160000 24 -20400 416160000 25 -95400 9101160000

Jumlah - 246,346,000,000 Sumber : Data Primer yang diolah

Page 57: Mengevaluasi hasil usaha

55

4.2 Pembiayaan yang Diberikan BMT Beringharjo Kauman Kepada

Pengusaha Kecil

Dalam usaha membantu pengusaha kecil atau pedagang kecil untuk

meningkatkan pendapatannya, cara yang ditempuh BMT Beringharjo yaitu

dengan memberikan pembiayaan sebagai modal yang bebas dari unsur riba.

Usaha kecil yang banyak mendapat bantuan berupa pembiayaan dari

BMT Beringharjo Kauman adalah pedagang sayur, pedagang sembako,

pedagang kebutuhan dapur, dan pedagang buah.

BMT Beringharjo sebelum memberikan pembiayaan kepada usaha

kecil terlebih dahulu melakukan survei mengenai usaha yang dijalankan.

Setelah itu baru ditentukan besarnya pembiayaan yang akan diberikan.

4.3. Analisis Uji-t dan Pembahasan

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan yang

diberikan oleh BMT Beringharjo Kauman bagi pengusaha kecil. Untuk lebih

jelasnya hasil analisis terebut dapat dilihat pada lampiran

Langkah-langkah pembuktiannya adalah sebagai berikut :

Page 58: Mengevaluasi hasil usaha

56

1. Level of significant (df)

(α ) = 0,05 dengan tingkat keyakinan 95% dan resiko sebesar 5% didapat

dari t-tabel sebesar (α /2 ); (n-1) yaitu 2,064.

2. Kriteria Pengujian

Ho diterima apabila : -2,064 ≤ t-hitung ≤ 2,064.

Ho ditolak apabila : t-hitung > 2,064 atau t-hitung < -2,064.

3. Rumus uji-t

t = nSD

D/

___

Keterangan :

t = t hitung

D___

= Hasil perbedaan XX 21−

S D = Standar Deviasi

n = Jumlah sampel

Berdasarkan kertas kerja tersebut di atas, untuk menentukan nilai t

terlebih dahulu harus diperhitungkan beda rata-rata dan standart deviasi.

Dapat dilihat pada perhitungan sebagai berikut :

= D__

nD∑

Page 59: Mengevaluasi hasil usaha

57

= 25

3135000

= 125400

S D=

1

__2

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛−∑

n

D D

= 24

000.000.346.246

= 01026441667

= 20680,52

Dengan diketahuinya beda rata-rata dan standard deviasi di atas maka

t-hitung dapat dihitung sebagai berikut :

t = nS

D

D /

__

= 5/52,20680

125400

= 104,4136

125400

= 30,3184

Page 60: Mengevaluasi hasil usaha

58

4. Kesimpulan

Dengan t-tabel (0,025;25) = 2,064

0 064,2− 064,2

Daerah Terima

Daerah Tolak Daerah Tolak

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh t-hitung sebesar 30,3814.

Ternyata t-hitung terletak di daerah penolakan Ho, yaitu t-hitung > t- table

atau 30,3814 > 2.064.

Berarti dapat dikatakan bahwa dengan adanya pemberian pembiayaan

dari BMT Beringharjo Kauman, pendapatan pengusaha kecil mengalami

peningkatan.

Page 61: Mengevaluasi hasil usaha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data pada bab IV, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Keberadaan BMT Beringharjo Kauman sangat membantu usaha

kecil yang kekurangan modal dengan pembiayaan yang diberikan.

2. Rata-rata pendapatan nasabah sebelum adanya pembiayaan yang

diberikan BMT Beringharjo Kauman adalah Rp 190.600,00 dan

sesudah pembiayaan dari BMT Beringharjo Kauman sebesar Rp

316.000,00. Dari hasil analisis uji-t diperoleh t-hitung sebesar

30,3184 dan t-tabel sebesar 2,064, jika dibandingkan antara t-hitung

dan t-tabel maka diperoleh t-hitung > t-tabel. Ini berarti Hi diterima

dan Ho ditolak, yaitu sesudah pembiayaan yang diberikan oleh

BMT Beringharjo Kauman, pendapatan pengusaha kecil mengalami

peningkatan.

5.2. Saran

Adapun keterbatasan-keterbatasan dan saran yang dapat diajukan

penulis dari penelitian yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut :

59

Page 62: Mengevaluasi hasil usaha

60

1. Dalam menyusun skripsi ini penulis menghadapi kendala yaitu

terbatasnya sampel, karena responden yang termasuk pengusaha

kecil ada yang tidak mau dilibatkan dalam penelitian dengan alasan

tidak mau diketahui besarnya pendapatan yang mereka peroleh.

Maka dari itu penulis mencoba memberi saran bagi penelitian-

penelitian berikutnya untuk mengambil sampel di lingkup pasar

yang lebih besar.

2. Penelitian ini hanya menggunakan pendapatan bersih penjualan

rata-rata perbulan, oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya

disarankan untuk menggunakan pendapatan rata-rata per minggu.

3. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan sebagai acuan bagi

peneliti lain untuk mengembangkan maupun mengoreksi dan

melakukan perbaikan seperlunya.

Page 63: Mengevaluasi hasil usaha

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Moh. Syafi’i, 2001, Bank Syari’ah dari Teori Kepraktek, Gema Insani

Press, Jakarta. Arifin, Zainul, 2005, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Pustaka Alvabet,

Jakarta. Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Yogyakarta.

Cahyono, Bambang Tri dan Adi, Sugiyo, 1994, Manjemen Industri Kecil, Liberty, Yogyakarta.

Departemen Agama RI, 1992, Al Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan

Penyelenggara dan Penerjemah Kitab Suci, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia,2002, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.59,

Salemba Empat, Jakarta. Mardalis,1990, Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal, Melton Putra,

Jakarta. Mardiasmo, 1995, Akuntansi Keuangan Dasar 2, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

Mulyono, Teguh Pudjo, 1996, Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersil, BPFE, Yogyakarta.

Online, http:/www.depkop.go.id, 2006 Online, http:/www.depkeu.go.id, 2006 Ridwan, Muhammad, 2004, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), UII

Press,Yogyakarta. Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Salemba Empat, Jakarta. Subiyakto, Haryono, 2001, Statistik Inferen Untuk Bisnis, STIE YKPN, Yogyakarta.

Suwardjono, 2005, Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta.

61

Page 64: Mengevaluasi hasil usaha

62

Syahrul dan Nizar, M. A. 2000, Kamus Akuntansi, Jakarta, Citra Harta Prima.

Triyuwono, Iwan dan As’udi, Moh, 2001, Akuntansi Syari’ah, Memformulasikan Konsep Laba dalam Konteks Metafora Zakat, Salemba Empat, Jakarta.

Widodo, Hertanto, 1999, Panduan Praktis Operasional Baitul Maal wat Tamwil

(BMT), Dompet Duafa Republika. Yussuf, Firdaus, SE.SS, Evaluasi Non Performing Loan (NPL) Pembiayaan

Qardhul Hasan Bank BNI Syariah Yogyakarta, Thesis Magister, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006

Page 65: Mengevaluasi hasil usaha

L A M P I R A N

Page 66: Mengevaluasi hasil usaha

I. Deskripsi BMT Beringharjo dan Produknya

I.1. Sejarah BMT Beringharjo

BMT adalah salah satu organisasi bisnis yang menghimpun dan

menyalurkan dana yang bersifat komersial (mencari keuntungan) yang sesuai

prinsip syariah. Fungsi dari BMT adalah sebagai intermediasi antara pihak

yang membutuhkan dana, tetapi selama ini fungsinya hanya ditangani oleh

bank konvensional.

Kesulitan yang paling mendasar untuk mendapat pembiayaan dari bank

konvensional adalah menyangkut jaminan, jika jaminan tidak memadai maka

bank tidak bersedia memberikan pembiayaan, walaupun pembiayaan yang

diajukan tidak besar. Sehingga banyak yang memilih memnjam kepada

rentenir.

BMT Beringharjo, sejak awal diniatkan untuk mengisi celah yang tidak

disentuh bank umum dan bank konvensional yaitu masyarakat usaha kecil

dan menengah. Dipilih Beringharjo selain karena tempatnya strategis,

perputaran uang sangat cepat juga disanalah banyak rakyat kecil yang

memerlukan bantuan.

Awal berdirinya BMT Beringharjo dimulai dengan diadakannya Diklat

Manajemen Zakat, Infaq, Sodhaqah dan Ekonomi Syari’ah di Bank

Perkreditan Syari’ah Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat

tanggal 1-5 September 1994. Kemudian di Semarang pada tanggal 2-6

Page 67: Mengevaluasi hasil usaha

November 1994. Diklat ini diprakarsai oleh Dompet Dhuafa (DD) Republika

dan Asosiasi Bank Perkreditan Syariah se-Indonesia (ASBISINDO). Kedua

diklat tersebut menjadi tonggak terbentuknya Forum Ekonomi Syari’ah

(FES). Diklat ketiga diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 5-11

Januari 1995. Ketiga diklat tersebut terdapat beberapa peserta mengikuti

magang dan diberi kesempatan mendirikan BMT yang dimodali Dompet

Dhuafa Republika.

Dua orang peserta yang mengikuti diklat tersebut adalah Mursyida

Rambe dan Ninawati. Setelah mengikuti diklat kemudian magang di BPR

Syari’ah Margi Rizki Bahagia Bantul, Yogyakarta. Setelah magang kemudian

mulai melakukan survey pasar, lokasi, lobi-lobi, dan persiapan lain untuk

pendirian BMT di Yogyakarta.

Dengan bermodalkan uang sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah)

dan niat baik untuk melakukan perubahan bagi kaum dhuafa serta semangat

yang pantang menyerah, kedua orang ini yaitu Mursyida Rambe dan

Ninawati didukung support dari Dompet Dhuafa Republika, dibantu oleh Hj.

Nazny Yenny, S.Ag. dan Moh. Affan Hamdani, SE berhasil mendirikan BMT

Bina Dhuafa Beringharjo pada tanggal 31 Desember 1994 bertempat di

kompleks Masjid Muttaqin, Pasar Beringharjo. Pemberian nama BMT tidak

lepas dari kiprah awal mereka yang berlokasi di pasar Beringharjo dan

Page 68: Mengevaluasi hasil usaha

pemberian nama Beringharjo diilhami oleh perkataan Bapak Edi Sudewo

yang waktu itu ikut mendampingi pendirian BMT.

Semua serba terbatas, sederhana dan darurat. Untuk administrasi kantor

dengan meminjam mesin ketik teman kos selama satu tahun. Meja dan kursi

meminjam dari ruang takmir Masjid Muttaqin. Fasilitas telepon juga

meminjam dari seorang sahabat. Setealah bulan ketiga pendirian BMT

pengelolanya kaget karena mendapat honor sebesar Rp 20.000,-. Mereka

tidak menyangka kalau mendapat honor yang sebelumnya tidak diduga.

BMT Bina Dhuafa Beringharjo didirikan bersamaan denagn 17 BMT

lain di Indonesia pada tanggal 21 April 1995 di Yogyakarta oleh Menristek,

Prof. DR. Ing. BJ. Habibie. Kantor pertama berad di kompleks Masjid

Muttaqin, Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Tahun 1997 BMT Bina Dhuafa

Beringharjo memliki badan hukum koperasi dengan nomer 157/BH/KWK-

12/V/1997. Hubungan kerjasama dengan Dompet Dhuafa Republika terus

terjalin erat, terlebih setelah MoU (Memorandum of Understanding) kedua

pada tanggal 10 Maret 2001. Dompet Dhuafa Republika juga menambah

modal pada BMT.

Dukungan dana dari Dompet Dhuafa Republika membuat

perkembangan BMT semakin baik. Tahun 2000 mempunyai kantor kedua

yang terletak di jalan Kauman,Yogyakarta dengan karyawan sebanyak 43

orang dan asset per September 2004 sebesar Rp 7 milyar. Pada hari Rabu

Page 69: Mengevaluasi hasil usaha

tanggal 21 Januari 2004 BMT kembali membuka kantor ketiga di jalan

Malioboro tepatnya di komplek Kepatihan.

Dipilihnya brandmark Bina Dhuafa merupakan implementasi

kegelisahan para pendirinya untuk bisa bertindak nyata meningkatkan

pemberdayaan ekonomi kelas bawah yang sering dimanfaatkan oleh

tengkulak(rentenir) dan pemodal dengan jalan yang tidak wajar. Sector

ekonomi kelas bawah ini sering dilupakan dan tidak digarap oleh bank umum

dan konvensional karena tidak mungkin profitable. Oleh karena itu komitmen

besar bersama kaum dhuafa terus dipegang dan dijalankan sampai sekarang

oleh BMT. Sebagi alternative mitra kerja dalam usaha, BMT memberikan

siraman rohani kepada segenap anggota di Masjid Muttaqin di kawasan Pasar

Beringharjo sehingga dapat diharapkan pada pedagang kecil juga memiliki

modal spiritual.

Pada tahun 2005 BMT Bina Dhuafa Beringharjo diubah namanya

menjadi BMT Beringhajo dengan alasan bahwa yang perlu dan yang akan

dibantu oleh BMT Beringharjo tidak terbatas pada dhuafa saja melainkan

seluruh umat, khususnya muslim yang memrlukan bantuan. Pada tahun 2006

ini BMT Beringharjo telah memiliki tiga kantor , 59 karyawan, asset yang

dimiliki lebih dari Rp 12 milyar dan jumlah mitra lebih dari 14.000 orang.

Page 70: Mengevaluasi hasil usaha

I.2. Visi, Misi dan Tujuan serta Ekspansi BMT Beringharjo

Visi dari BMT Beringharjo adalah “ Terkemuka Berbasis Syariah”.

Misi BMT Beringharjo yaitu :

1. Terus menghidupkan lembaga keuangan syari’ah yang sehat, berkeadilan,

dan menentramkan.

2. Menciptakan dan mengembangkan usaha baru yang tangguh dan

excellent.

Tujuan BMT Beringharjo adalah :

1. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan karyawan.

2. Memberi kemanfaatan yang berkelanjutan kepada mitra usaha.

Untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan BMT Beringharjo

kepada masyarakat senantiasa terus dilakukan. Karena kesuksesan misinya

ditentukan oleh kinerja dari perusahaan tersebut. Dalam meningkatkan

kualitas pelayanan BMT Beringharjo dikembangkan budaya kerja (

Corporate Culture ) “CARE” adalah Cepat, Amanah, Resik, Empati.

Cepat, maksudnya di dalam pelayanan. BMT Beringharjo

mengembangkan budaya kerja yang tidak hanya berorientasi rapid an lengkap

tetapi juga cepat.

Amanah, dalam mengembangkan budaya kerja yang sesuai dengan

aturan dan tata tertib yang ada. Berkaitan dengan waktu, janji, dan deskripsi

kerja baik mitra maupun karyawan.

Page 71: Mengevaluasi hasil usaha

Resik, mengembangkan budaya yang bersih pada karyawan dan m,itra

baik fisik dan non fisik.

Empati, mampu memahami jiwa dan perasaan mitra serta sesama rekan

kerja kemudian ikut berupaya semaksimal mungkin untuk membantunya.

Dengan adanya budaya kerja yang dikembangkan BMT Beringharjo

telah membantu menarik simpati nasabah. Hal ini terbukti dengan semakin

bertambahnya jumlah nasabah dan jumlah mitra yang datnag untuk

melakukan akad penyimpana dan akad pembiayaan.

I.3. Struktur Organisasi BMT Beringharjo

Pada tahun 2006 jumlah SDM di BMT Beringharjo adalah 62 orang yang

terdiri dari 59 orang karyawan dan 3 orang pengurus utama.

Nama lembaga : BMT Beringharjo

Alamat Kantor 1 : Jl. Pabringan Komplek Masjid Muttaqin,

Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Telp (0274)

543986.

Alamat Kantor 2 : Jl. Kauman No. 14 Yogyakarta. Telp/ Fax

(0274) 373075.

Alamat Kantor 3 : Jl. Malioboro No. 14 Komplek Kepatihan

Yogyakarta. Telp/ Fax (0274) 542750.

Badan Hukum : Koperasi No. 157/BH/KWK-12/V/1997

Page 72: Mengevaluasi hasil usaha

Pengurus : Dra. Mursyida Rambe

Ninawati, SH

Hj. Nazny Yenny, S.Ag

Moh. Affan Hamdani, SE

Direktur : Dra. Mursyida Rambe

General Manager (GM) : Rury Febrianto, SE

Manajer Kantor 1 : Maya Dayu Murti, A.Md.

Manajer Kantor 2 : Sigit Istomo P.,SE

Manajer Kantor 3 : Muhammad Ismail, SE

Konsultan Manajemen : Drs. M. Akhyar Adnan, MBA, Ak.,Ph.D.

Struktur organisasi BMT Beringharjo digambarkan dibawah ini :

Page 73: Mengevaluasi hasil usaha

RAT

Direktur

GM

1. Kadiv CRD 2. Kadiv Keuangan 3. Kadiv Umum & Personalia 4. Kadiv IT 1. Pengawasan Syari’ah

2. Pengawasan Manajemen

Kabag Operasional

Kabag Operasional

Kabag Operasional

Manajer Area 1 Manajer Area 2 Manajer Area 3

Kabag Marketing

Kabag Marketing

1.Jasmit 2.Teller 3.Akunting 4.Staf Adm

1. Staf AO

2. Staf LO

3. Staf FO

4. Staf Adm

1. Staf AO 2. Staf Adm 3. Adm

Pembiaya-an

1.Jasmit 2.Teller 3.Akunting 4.Staf Adm

1. Staf AO

2. Staf FO

3. Staf Adm

Kabag Marketing

1.Jasmit 2.Teller 3.Akunting 4. Staf Adm

Gambar: Struktur Organisasi BMT Beringharjo

Page 74: Mengevaluasi hasil usaha

BMT Beringharjo merupakan lembaga keuangan syari’ah yang

berbadan hukum koperasi. Sehingga kekuasaan tertinggi adalah RAT.

Direktur bertugas dan bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen

organisasi. Di bawah direktur ada GM atau manajer umum yang merupakan

penanggung jawab atas operasional BMT Beringharjo secara keseluruhan

yaitu kantor 1, kantor 2, dan kantor 3. Dalam menjalankan tugasnya, seorang

GM dibantu oleh Kadiv (Kepala Divisi). Kadiv CRD atau Ceremedial

bertugas menangani kredit bermasalah. Kadiv Keuangan bertugas

mensirkulasi arus kas (keuangan) semua BMT. Kadiv Umum dan Personalia

bertugas melengkapi kebutuhan bMT baik internal maupun eksternal. Tugas

dari Kadiv IT adalah mengatur semua masalah teknologi. GM membawahi

manajer area 1, manajer area 2, dan manajer area 3 yang semuanya dibantu

oleh Kabag (Kepala Bagian) Marketing dan Kabag Operasional dan

karyawan yang ada dibawahnya.

Dalam BMT Beringharjo terdapat pengawasan syari’ah atau Dewan

Pengawasan Syari’ah yang bertugas mengawasi jalannya operasional BMT

Beringharjo sehari-hari agar selalu sesuai denagn ketentuan syari’ah.

Page 75: Mengevaluasi hasil usaha

I.4. Produk-Produk BMT Beringharjo

Produk-produk yang ditawarkan oleh BMT Beringharjo digolongkan

menjadi dua yaitu produk simpanan (Funding) dan produk pembiayaan

(Financing-Lending).

Produk-produk simpanan dari BMT Beringharjo adalah:

1. Wadi’ah Yad Dhamanah

Adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu atau

badan hukum yang harus dan ditarik kapan saja sesuai keinginan penyimpan.

Prinsipnya antara lain adalah titipan dari satu pihak ke pihak lain baik

individu atau badan hukum harus dijaga dan dikembalikan sesuai keinginan

penyimpan; penerima titipan diberi izin untuk menggunakan dan mengambil

manfaat dari titipan tersebut; penyimpan mempunyai kewajiban terhadap

kehilangan atau kerusakan; dan imbalan yang diberikan berupa insentif

(bonus) yang tidak disyaratkan sebelumnya.

2. Mudharabah Biasa

Yang termasuk dalam golongan mudharabah biasa adalah :

1) Akad Qurban

Sama dengan mudharabah tetapi penarikannya diakadkan untuk qurban.

Nisbah bagi hasil sebesar 25% dari pendapatan, dengan setoran awal

minimal Rp 10.000,- selanjutnya minimal Rp 5.000,- .

2) Akad Haji

Page 76: Mengevaluasi hasil usaha

Sama dengan mudharabah tetapi penarikannya diakadkan untuk

menunaikan ibadah haji. Nisbah bagi hasil sebesar 25% dari pendapatan,

dengan setoran awal minimal Rp 100.000,- selanjutnya minimal Rp

5.000,- .

3) Akad Pendidikan

Sama dengan mudharabah tetapi penarikannya diakadkan untuk

pendidikan. Nisbah bagi hasil sebesar 25% dari pendapatan, dengan

setoran awal minimal Rp 10.000,- selanjutnya minimal Rp 5.000,- .

4) Akad Walimahan

Sama dengan mudharabah tetapi penarikannya diakadkan untuk

pernikahan. Nisbah bagi hasil sebesar 25% dari pendapatan, dengan

setoran awal minimal Rp 10.000,- selanjutnya minimal Rp 5.000,- .

5) Simpanan Tamasya Mitra (SIMTARA)

Adalah simpanan untuk tamasya yang diadakan oleh pihak BMT. Setoran

awal minimal Rp 10.000,- selanjutnya minimal Rp 5.000,- .

3. Simpanan Mudharabah Berjangka

Adalah suatu kesepakatan antara dua pihak atau lebih dalam suatu

proyek dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan

bertanggung jawab akan segala kerugian yang terjadi sesuai dengan

penyertaanya masing-masing. Terdapat tiga pilihan jangka waktu yaitu 3

bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dengan saldo minimum Rp 1.000.000,- dan

Page 77: Mengevaluasi hasil usaha

nisbah bagi hasilnya sebesar 30% : 70% untuk 3 bulan, 35% : 65% untuk 6

bulan, dan 40% : 60% untuk 12 bulan.

Produk-produk pembiayaan dari BMT Beringharjo adalah :

1. Musyarakah

Adalah kerjasama antara pihak I (BMT) sebagai pemodal dengan pihak II

(Nasabah) sebagai pengelola, dimana pihak pertama menyertakan

modalnya kepada usaha milik pihak kedua. Pembagian hasilnya

ditentukan berdasar kesepakatan bersama. Grace periode paling lama dua

tahun dengan pengembalian modal setiap bulan..

2. Murabahah

Adalah akad jual beli antara BMT dengan nasabah. BMT menyediakan

barang kebutuhan anggota yaitu barang-barang investasi, usaha elektronik

atau kebutuhan lain dengan pembayaran angsuran harian, mingguan, atau

bulanan.

3. Bai’ Tahsiri atau Ijarah Muntahia Bittamlik

Adalah akad sewa beli disertai perpindahan kepemilikan barang yang

disewa pada akhir pembayaran---atau istilah asingnya Leasing— antara

BMT denagn nasabah, pembayaran sewa secara tempo/ angsuran. Selama

belum lunas status barang masih milik BMT.

Page 78: Mengevaluasi hasil usaha

4. Ijarah

Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui

pembayaran upah sewa, tanpa diikuti kepemilikan atas barang tersebut.

Ijarah yang ditawarkan BMT Beringharjo terdapat dua macam, yaitu :

1) Ijarah Manfaat adalah ijarah tanpa perpindahan kepemilikan dengan

pembiayaan angsuran atau jatuh tempo. Contohnya membiayai kontrak/

sewa rumah.

2) Ijarah Jasa yaitu seperti jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa event

organizer atau jasa lainnya yang berbentuk layanan non material,

misalnya biaya SPP sekolah dan biaya rumah sakit.

5. Qardhul Hasan

Adalah akad pembiayaan yang bersifat social, artinya jika realisasi

pembiayaan Rp 100.000,- maka pengembaliannya juga sebesar Rp

100.000,- dengan jumlah angsuran sesuai kemampuan.

6. ZIS atau Zakat, Infak, Shadaqah

Membantu masyarakat lewat program beasiswa dan kesehatan. Selain itu

BMT Beringharjo juga menghimpun dana zakat, infak, dan shadaqah dari

para aghniya (orang berkecukupan) untuk disalurkan kepada yang

membutuhkan melalui program :

1) GAPERA (Gerakan Pemberdayaan Masyarakat).

2) Beasiswa Pendidikan (SD, SLTP, dan SMU).

Page 79: Mengevaluasi hasil usaha

3) Layanan Kesehatan.

4) Kegiatan Sosial Keagamaan.

7. Sektor Riil

BMT Beringharjo juga melakukan pembiayaan dalam sector rill, pada

tahun 2004-2005 BMT Beringharjo telah mengembangkan bisnis properti

dengan membangun perumahan muslim dan bisnis pakan ternak alternatif.

Tahun 2006 ini telah membangun toko oleh-oleh khas Yogyakarta.

Page 80: Mengevaluasi hasil usaha

QUESTIONANAIRE

Kepada Yth,

Nasabah (Mudharib)

BMT Beringharjo

Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr.Wb,

Di tengah kesulitan ekonomi yang sedang dihadapi di Indonesia serta

kenaikan harga-harga pokok mengakibatkan kesulitan dalam pengembangan usaha

kecil karena permodalan yang lemah. Kami, Evy Meirina Budi Astuti, mahasiswa

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, mencoba

untuk menganalisis pengaruh pembiayaan pada pendapatan usaha kecil dari BMT

Beringharjo, Yogyakarta dalam skrpisi berjudul “Pengaruh Pendapatan Usaha

Kecil Sebelum dan Sesudah Memperoleh Pembiayaan dari BMT Beringharjo,

Yogyakarta”. Angket ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan yang

diberikan BMT Beringharjo terhadap pendapatan usaha kecil. Hasil yang didapat

dari kuisioner ini hanya untuk kebutuhan untuk penelitian semata, bukan untuk

dipublikasikan, dan kami jaga kerahasiannya.

Agar hasil penelitian ini dapat optimal, kami mengharap Anda dapat mengisi

daftar pertanyaan yang diajukan secara sunguh-sungguh dan sesuai dengan kondisi

sebenarnya. Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, Mei 2006

(Evy Meirina Budi Astuti)

Page 81: Mengevaluasi hasil usaha

QUESTIONNAIRE

I. Nama Anda : (boleh tidak diisi)

II. Umur Anda :

III. Jenis kelamin Anda : Perempuan Laki - laki

IV. Pendidikan terakhir Anda :

a. Sekolah Dasar (SD) b. SLTP c. SMA d. Akademi e. Sarjana

V. Pekerjaan Anda :

a. PNS atau TNI b. Karyawan Swasta c. Pensiunan PNS/ TNI d. Wiraswasta e. Karyawan f. Lainnya,sebutkan……………

VI. Sudah berapa lama menjadi nasabah atau anggota BMT “Beringharjo” ?

a. ≤ 6 bulan b. 1- 2 tahun c. 3 -4 tahun d. 5 tahun e. ≥ 6 tahun f. Lainnya, sebutkan…………

VII. Usaha yang Anda jalani saat ini :

a. Pedagang konveksi b. Pedagang barang konsumsi c. Pedagang sayur d. Warung kebutuhan dapur e. Warung makan f. Pengusaha pertanian g. Lainnya, sebutkan………………….

82

Page 82: Mengevaluasi hasil usaha

VIII. Sudah berapa lama Anda menjalani usaha ini ?

a. ≤ 6 bulan b. 1-2 tahun c. 3-4 tahun d. 5 tahun e. ≥ 6 tahun f. Lainnya, sebutkan…………

IX. Modal awal yang Anda keluarkan untuk usaha ini ?

a. ≤ Rp 500.000,- b. Rp 501.000,- s/d Rp 1.499.000,- c. Rp 1.500.000,- s/d Rp 2.000.000,- d. Rp 2.500.000,- s/d Rp 3.000.000,- e. ≥ Rp 3.001.000,- f. Lainnya,sebutkan………………

X. Modal awal yang dikeluarkan berasal dari ?

a. Modal Sendiri b. Meminjam kepada BMT “Beringharjo” c. Lainnya, sebutkan…………………….

XI. Pembiayaan yang ditawarkan BMT “Beringharjo” yang Anda pilih untuk

usaha ini :

a. Pembiayaan Mudharabah b. Pembiayaan Musyarakah c. Pembiayaan Murabahah d. Pembiayaan Bai’bi Tsaman ‘Ajil e. Pembiayaan Qardhul Hasan

XII. Jangka waktu pembiayaan Anda adalah :

a. 1 tahun b. 2 tahun c. 3 tahun d. 4 tahun e. 5 tahun f. ≥ 5tahun g. Lainnya, sebutkan…………

XIII. Pembiayaan yang Anda dapatkan sesuai dengan akad kerjasama :

Rp (sebutkan).

83

Page 83: Mengevaluasi hasil usaha

XIV. Porsi bagi hasil yang disepakati antara Anda dengan BMT

“Beringharjo” sebesar (dalam %) :

a. 20 : 80 b. 25 : 75 c. 30 : 70 d. 40 : 60 e. 50 : 50 f. Lainnya, sebutkan…………

XV. Jaminan yang Anda berikan untuk pembiayaan kepada BMT

“Beringharjo” adalah:

a. Tabungan b. Surat BPKB kendaraan roda 2 c. Surat BPKB kendaraan roda 4 d. Sertifikat tanah e. Lainnya, sebutkan…………..

XVI. Pembayaran kembali atas pembiayaan (angsuran) kepada BMT

“Beringharjo” sebesar Rp

(sebutkan).

XVII. Pendapatan yang Anda peroleh SEBELUM melakukan akad pembiayaan

dengan BMT “Beingharjo” :

a. ≤ Rp 200.000,- b. Rp 201.000,- s/d Rp 449.000,- c. Rp 450.000,- s/d Rp 700.000,- d. Rp 701.000,- s/d Rp 949.000,- e. Rp 950.000,- s/d Rp 1.200.000,- f. ≥ Rp 1.201.000,- g. Lainnya, sebutkan……………

XVIII. Pendapatan yang Anda peroleh SETELAH melakukan akad pembiayaan

dengan BMT “Beringharjo” :

a. ≤ Rp 200.000,- b. Rp 201.000,- s/d Rp 449.000,- c. Rp 450.000,- s/d Rp 700.000,- d. Rp 701.000,- s/d Rp 949.000,- e. Rp 950.000,- s/d Rp 1.200.000,- f. ≥ Rp 1.201.000,-

84