Top Banner
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI ARIEF WAHYUAJI 109092000013 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 / 1437 H
205

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

Mar 03, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

HASIL OLAHAN CARICA

(Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah,

Kabupaten Wonosobo)

SKRIPSI

ARIEF WAHYUAJI

109092000013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 / 1437 H

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

HASIL OLAHAN CARICA

(Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah,

Kabupaten Wonosobo)

ARIEF WAHYUAJI

109092000013

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 / 1437 H

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

LEMBAR PENGESAIIAN UJIAN

Skripsi yang berjudul "strategi Pengembangan tlasil Olahan Carica (Studi

Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah,

Kabupaten Wonosobo)", yang ditulis oleh Arief Wahyuaji NIM 109092000013,

telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakafia pada hari Jumaq

27 Mei 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.

Menyetujui,

Dewi Rohma

Dr. Ir.Akhmad fuyadi Wastra, S.IP., MM. AkhmadNIP. 19540916 198103 1001 NIP. 198

Mengetahui,

dan Teknologi

iMufti, SP.,MM.001106 201101 1

Agribisnis

MS.MP. 19580429 198803 1 001

It

Pembimbing II

Dekan

f#:*-\

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAruKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPIIN.

Jakarta, 18 Juni 2016

Arief Wahyuaji

109092000013

IV

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Arief Wahyuaji

Tempat, tanggal & lahir : Jakarta, 5 April 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jalan BATAN I No. 56 RT 005/ RW 002,

Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1996 – 2002 : SDN 02 PAGI, Lebak Bulus

2002 – 2005 : SMPN 37 Dapur Susu, Jakarta Selatan

2005 – 2009 : SMAS Yayasan Keluarga Widuri, Lebak Bulus

2009 – 2016 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Sains dan

Teknologi, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis

PENGALAMAN KERJA

2012 : Kuliah Kerja Nyata

2012 : Praktek Kerja Lapang (IKM Yuasafood)

2015 (Maret) : Marketing di PT. Kontak Perkasa Future (KPF)

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

vi

RINGKASAN

ARIEF WAHYUAJI, Strategi Pengembangan Usaha Hasil Olahan Carica (Studi

Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten

Wonosobo). Di bawah bimbingan AKHMAD RIYADI WASTRA dan

AKHMAD MAHBUBI MUFTI

Sektor pertanian sebagai bagian dari sistem agribisinis memiliki sub sektor

hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu contoh komoditas

dalam sub sektor hortikultura adalah buah-buahan. Kontribusi komoditas buah-

buahan selalu mendominasi dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

nasional dari sub sektor hortikultura dan kontribusi tersebut terus meningkat

setiap tahunnya. Meskipun demikian, tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat

Indonesia masih rendah. Pada sisi lain, sektor industri pengolahan mempunyai

peranan yang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini,

tidak terlepas dari peranan industri makanan dan minuman yang mampu

memberikan kontribusi cukup besar dalam pembentukan PDB nasional dari sektor

industri pengolahan. Industri makanan dan minuman juga merupakan salah satu

bagian dari sektor industri pengolahan yang mempunyai peranan penting dalam

pemenuhan dan penganekaragaman pangan. Industri pengolahan buah merupakan

bagian dari industri makanan dan minuman yang memanfaatkan berbagai jenis

komoditas buah-buahan sebagai bahan baku produksinya. Keberadaan industri

pengolahan buah dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan minat konsumsi

buah-buahan pada masyarakat Indonesia.

Salah satu industri pengolahan buah yang cukup berkembang dan menjadi

unggulan di Kabupaten Wonosobo adalah industri kecil olahan carica. Buah

carica yang menjadi bahan baku utama merupakan salah satu komoditas buah-

buahan yang tidak mudah ditemukan di daerah lain, namun tumbuh subur di

Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo (Hidayat 2000). Buah tersebut

memiliki citarasa unik, bau harum yang khas, daging buah yang kenyal, dan

memiliki banyak kandungan gizi. Namun, karakteristik buah carica yang telah

matang tidak dapat dimakan secara langsung dalam keadaan mentah. Hal ini

dikarenakan jika dikonsumsi secara langsung buah terasa asam dan sedikit pahit.

Selain itu, daging buah juga mengandung banyak getah yang menyebabkan gatal

apabila mengenai bibir, mulut, dan kulit (Distan Kabupaten Wonosobo 2008).

Buah carica juga termasuk dalam komoditi pertanian yang tidak tahan lama bila

disimpan dalam keadaan segar. Oleh karena itu, berdasarkan kondisi tersebut

muncul peluang bagi perkembangan usaha pengolahan carica sebagai makanan

khas unggulan daerah Wonosobo.

Salah sentra industri kecil olahan carica berada di Kecamatan Mojotengah.

Saat ini industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah masih mengalami

beberapa kendala dalam pengembangan usahanya, berupa kurangnya jaminan

ketersediaan bahan baku carica karena carica merupakan tanaman musiman,

keterbatasan modal dalam pengembangan usaha, dan persaingan dengan industri

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

vii

sejenis lainnya yang semakin kompetitif karena jumlah perusahaan pengolah

carica di Kabupaten Wonosobo semakin meningkat. Terkait dengan kendala

tersebut diperlukan perumusan strategi yang tepat untuk pengembangan usaha ke

depan.

Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis dan mengidentifikasi faktor

lingkungan internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah, (2) menganalisis dan mengidentifikasi

faktor lingkungan eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi industri

kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah, serta (3) merumuskan alternatif

strategi dan menentukan prioritas strategi dalam pengembangan usaha pada

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah.

Penelitian ini dilaksanakan pada industri kecil olahan carica yang terletak

di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo. Waktu penelitian dilakukan

pada bulan Juli sampai November 2015. Dalam penelitian ini, penentuan

responden internal menggunakan metode sensus dan penentuan responden

eksternal menggunakan metode purposive sampling. Respoden yang digunakan

berjumlah delapan orang, yaitu terdiri dari enam respoden internal yang meliputi

para pemilik perusahaan pada industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah, dan dua responden eksternal yang meliputi Kepala bidang

Pemberdayaan UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dan Kepala

Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo.

Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu

menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengolahan dan

analisis data terdiri dari analisis deskriptif, dan analisis lingkungan perusahaan

yang terdiri dari tahap input, tahap pencocokan, serta tahap keputusan. Alat bantu

analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks IFE dan EFE

pada tahap input, matriks IE dan SWOT pada tahap pencocokan, serta matriks

QSP pada tahap keputusan.

Matriks IFE dan EFE menunjukkan total bobot skor rata-rata sebesar

1,328 dan 0,757. Hasil analisis matriks IE menggambarkan posisi industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah berada pada posisi II, yaitu tahap tumbuh

dan berkembang (grow and build). Kemudian dari matriks SWOT diperoleh

delapan alternatif strategi dan dari hasil matriks QSP diperoleh prioritas strategi

secara berturut-turut, yaitu (1) Memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh

pemerintah untuk pengembangan usaha (STAS 4 = 6,383); (2) melakukan kontrak

pengadaan bahan baku dengan pemasok (STAS 8 = 6,353); (3) meningkatkan

mutu dan inovasi produk (STAS 5 = 6,215); (4) meningkatkan kapasitas produksi

(STAS 1 = 6,124); (5) meningkatkan upaya pemasaran melalui peningkatan

kegiatan promosi dan memperkuat identitas produk dengan memperbaiki

labelisasi produk (STAS 3 = 6,046); (6) mengembangkan produk baru pada pasar

konsumen yang sudah ada (STAS 6 = 5,978); (7) pengoptimalan saluran distribusi

yang dimiliki untuk meningkatkan penjualan (STAS 2 = 5,958); serta (8)

melakukan perbaikan dalam pengelolaan dan pengalokasian keuangan (STAS 7 =

5,870).

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, serta shalawat dan

salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan kontribusi berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Agus Salim, M.si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Dr. Edmon Daris, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Ir. Akhmad Riyadi Wastra, S.IP., MM selaku dosen pembimbing I

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran,

dan arahannya dengan penuh kesabaran serta ilmu yang bermanfaat

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Akhmad Mahbubi Mufti, SP., MM selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan

arahannya dengan penuh kesabaran serta ilmu yang bermanfaat kepada

penulis sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.

5. Syarif Rasnap (Alm) dan Sutarti selaku orang tua penulis yang telah

memberikan segala dukungannya, pengorbanan moril maupun materil, dan

do’a yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang kepada penulis.

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

ix

6. drh. Zulmaneri, MM, sebagai dosen penguji I yang telah memberikan

saran dan arahannya yang bermanfaat bagi kesempurnaan penulisan

skripsi saya.

7. Dewi Rohma Wati, SP., M.si sebagai dosen penguji II yang telah

memberikan saran dan arahannya yang bermanfaat bagi kesempurnaan

penulisan skripsi saya.

8. Seluruh tim jajaran salah satu Industri Olahan Carica di Kecamatan

Mojotengah yaitu, IKM Yuasafood Berkah Makmur khususnya direktur

sekaligus pemilik yaitu Bapak Trisila Juwantara yang telah memberikan

kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan

arahannya.

9. Bapak Untung selaku pihak dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan

yang telah merekomendasikan Industri Olahan Carica di Kecamatan

Mojotengah sebagai tempat penelitian skripsi saya.

10. Ratna Ningsih selaku kakak penulis atas segala do’a dan motivasi yang

telah diberikan.

11. Seluruh pihak yang tidak disebutkan satu-persatu tanpa mengurangi rasa

hormat penulis mengucapkan terima kasih banyak atas do’a dan

dukungannya selama ini.

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para

pembaca, khususnya dapat menjadi masukan kepada pihak pengelola dan pemilik

Industri Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah.

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

x

Penulis menyadari penelitian ini terdapat kekurangan karena keterbatasan

dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juni 2016

Arief Wahyuaji

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

i

DAFTAR ISI

PENGESAHAN UJIAN....................................................................................... iii

PERNYATAAN.................................................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................. v

RINGKASAN........................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR......................................................................................... viii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... i

DAFTAR TABEL.................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah.................................................................. 3

1.3 Tujuan....................................................................................... 6

1.4 Manfaat..................................................................................... 7

1.5 Ruang Lingkup......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditas Tanaman Carica..................................................... 8

2.1.1 Karakteristik Tanaman Carica........................................ 9

2.2 Budidaya Tanaman Carica..................................................... 11

2.3 Manajemen Strategis.............................................................. 12

2.4 Konsep Strategis..................................................................... 16

2.4.1 Analisis Lingkungan Internal........................................ 17

2.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal..................................... 19

2.5 Penelitian Terdahulu............................................................... 27

2.6 Kerangka Pemikiran Operasional........................................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu................................................................... 37

3.2 Jenis Data dan Sumber Data................................................... 37

3.3 Desain Penelitian.................................................................... 38

3.4 Metode Penentuan Responden............................................... 39

3.5 Metode Pengumpulan Data.................................................... 40

3.6 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data.......................... 40

3.6.1 Tahap Input................................................................... 41

3.6.2 Tahap Pencocokan........................................................ 46

3.6.3 Tahap Keputusan........................................................... 50

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

ii

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Profil Wilayah Kecamatan Mojotengah................................. 53

4.2 Sejarah Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan

Mojotengah............................................................................. 54

4.3 Lokasi Industi Kecil Olahan Carica di Kecamatan

Mojotengah............................................................................. 56

4.4 Kondisi Umum Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan

Mojotengah............................................................................. 58

4.5 Struktur Organisasi................................................................. 60

4.6 Proses Produksi...................................................................... 64

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Lingkungan Internal................................................. 69

5.1.1 Manajemen.................................................................... 69

5.1.2 Pemasaran..................................................................... 73

5.1.3 Keuangan atau Akutansi............................................... 81

5.1.4 Produksi atau Operasi................................................... 82

5.1.5 Penelitian dan Pengembangan...................................... 86

5.2 Analisis Lingkungan Eksternal............................................... 87

5.2.1 Ekonomi........................................................................ 88

5.2.2 Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan............... 92

5.2.3 Politik, Pemerintahan, dan Hukum............................... 96

5.2.4 Teknologi.................................................................... 105

5.2.5 Lingkungan Industri................................................... 108

5.2.6 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan............ 119

5.2.7 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman................. 123

5.3 Perumusan Alternatif Strategi.............................................. 126

5.4 Matriks Grand Strategy........................................................ 137

5.5 Penentuan Prioritas Strategi................................................. 140

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan........................................................................... 140

6.2. Saran..................................................................................... 141

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 143

LAMPIRAN........................................................................................................ 145

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Penelitian – Penelitian Terdahulu................................................ 31

2. Penilaian Bobot Strategis Internal............................................... 42

3. Penilaian Bobot Strategis Eksternal............................................. 43

4. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)........................................ 45

5. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)..................................... 46

6. Matriks QSP (QSPM)................................................................... 52

7. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Wonosobo

Tahun 2011-2014........................................................................... 88

8. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Konstan Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2011 – 2014............ 89

9. Perkembangan Harga Gula Pasir pada tahun 2011-2014.............. 91

10. Laju Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia

Tahun 2010-2014........................................................................... 93

11. Laju Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten

Wonosobo Tahun 2011 – 2014...................................................... 94

12. Banyaknya Pohon, Luas Tanam, dan Kapasitas Produksi

Tanaman Carica di Dataran Tinggi Dieng

Tahun 2010-2014........................................................................... 95

13. Banyaknya Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten

Wonosobo Tahun 2011-2014......................................................... 96

14. Rata-Rata Kapasitas Produksi Industri Kecil

Olahan Carica di Kabupaten Wonosobo Tahun 2014.................. 114

15. Variasi Produk Olahan Carica dan Harga Jual Produk

Tahun 2014................................................................................... 115

16. Jenis dan Harga Produk Substitusi Carica dalam Sirup

Tahun 2014................................................................................... 116

17. Analisis Matriks IFE Industri Kecil Olahan Carica

di Kecamatan Mojotengah........................................................... 121

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

iv

18. Analisis Matriks EFE Industri Kecil Olahan Carica

di Kecamatan Mojotengah........................................................... 124

19. Prioritas Alternatif Strategi pada Industri Kecil Olahan

Carica di Kecamatan Mojotengah................................................ 141

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis................... 15

2. Model Lima Kekatan Bersaing Porter........................................ 26

3. Kerangka Pemikiran Operasional............................................... 36

4. Matriks IE................................................................................... 48

5. Matriks SWOT............................................................................ 50

6. Struktur Organisasi...................................................................... 60

7. Analisis Matriks IE Industri Kecil Olahan Carica

di Kecamatan Mojotengah.......................................................... 127

8. Matriks SWOT untuk Industri Kecil Olahan Carica

di Kecamatan Mojotengah.......................................................... 136

9. Matriks Grand Strategy.............................................................. 138

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian sebagai bagian dari sistem agribisinis memiliki sub sektor

hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu komoditas dalam

sub sektor hortikultura adalah buah-buahan. Komoditas buah-buahan memberikan

kontribusi terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

untuk sub sektor hortikultura. Kontribusi komoditas buah-buahan dalam

pembentukan PDB nasional pada tahun 2013 sebesar 58.342 dan meningkat pada

tahun 2014 menjadi sebesar 62.339 milyar atau 39,78 persen dari total nilai PDB

nasional hortikultura (Dirjen Holtikultura, 2014)

Meskipun nilai PDB nasional dari komoditas buah-buahan terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya, tetapi hal tersebut tidak sebanding

dengan tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia yang masih rendah.

Hal ini terlihat dari tingkat konsumsi buah-buahan per kapita masyarakat

Indonesia pada tahun 2014 hanya mencapai 42,96 kg/kapita/tahun. Tingkat

konsumsi tersebut masih jauh di bawah standar yang dianjurkan oleh Food

Agriculture Organization (FAO) untuk mencapai keseimbangan gizi makanan,

yaitu paling tidak tingkat konsumsi buah-buahan seharusnya mencapai 60

kg/kapita/tahun. Terkait dengan kondisi tersebut, sangat diperlukan usaha

peningkatan konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia.

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

2

Industri pengolahan buah merupakan bagian dari industri makanan dan

minuman yang memanfaatkan berbagai jenis komoditas buah-buahan sebagai

bahan baku produksinya. Industri pengolahan buah juga dapat dijadikan sebagai

upaya peningkatan kegemaran masyarakat dalam mengkonsumsi buah-buahan.

Salah satu industri pengolahan buah yang cukup berkembang dan menjadi

unggulan di Kabupaten Wonosobo adalah industri kecil olahan carica. Bahan

baku utama industri tersebut adalah buah carica yang merupakan salah satu

komoditas buah-buahan yang tidak mudah ditemukan di daerah lain, namun

tumbuh subur di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo (Hidayat 2000).

Carica atau sering disebut pepaya Dieng atau kates Dieng atau gandul Dieng

memiliki nama latin Carica pubescens atau Carica candamarcensis yang

merupakan kerabat dekat pepaya tetapi memiliki ciri yang berbeda dan bentuk

yang lebih kecil.

Buah carica memiliki citarasa unik, bau harum yang khas, dan daging

buah yang kenyal. Buah ini juga mengandung kalsium, gula, vitamin A, C, dan G

(Dorothy dan Hargreaves 1964, dalam Hidayat 2000) sehingga sangat bermanfaat

bagi kesehatan. Namun, karakteristik buah carica membuat buah ini hanya enak

dimakan apabila telah diproses terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan jika

dikonsumsi secara langsung buah terasa asam dan sedikit pahit, walaupun buah

sudah matang. Selain itu daging buah juga mengandung banyak getah yang

menyebabkan gatal apabila mengenai bibir, mulut, dan kulit (Distan Kabupaten

Wonosobo 2014). Buah carica juga termasuk dalam komoditi pertanian yang tidak

tahan lama atau sangat cepat mengalami kerusakan bila disimpan dalam keadaan

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

3

segar. Oleh karena itu, adanya upaya pengolahan lebih lanjut sangat membantu

memperpanjang masa simpan buah sehingga dapat dikonsumsi kapan saja, lebih

praktis, dan memberi nilai tambah terhadap buah.

Keberadaan industri kecil olahan carica telah lama di Kabupaten

Wonosobo dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Produk yang

dihasilkan oleh industri ini dikenal sebagai makanan khas unggulan daerah

Wonosobo. Saat ini perkembangan industri kecil olahan carica di Kabupaten

Wonosobo didukung oleh potensi tanaman carica yang semakin meningkat.

Berdasarkan data Distan Kabupaten Wonosobo (2014), jumlah tanaman carica di

Dataran Tinggi Dieng telah meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,

yaitu mencapai 26.145 pohon dengan luas tanam 65 ha dan total produksi

sebanyak 1342,28 ton. Selain itu, masih melekatnya kebiasaan membawakan

oleh-oleh makanan khas suatu daerah dan dikenalnya Wonosobo sebagai salah

satu daerah tujuan wisata alam di Provinsi Jawa Tengah merupakan peluang pasar

bagi pengembangan usaha makanan khas daerah seperti produk olahan carica ini.

1.2 Perumusan Masalah

Sentra industri kecil olahan carica di Kabupaten Wonosobo terdapat pada

empat Kecamatan. Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu daerah sentra

industri kecil olahan carica yang cukup berkembang. Industri kecil olahan carica

di Kecamatan Mojotengah menjadi pelopor usaha pengolahan carica bagi industri

sejenis lainnya di Kabupaten Wonosobo. Selain itu, jumlah unit usaha pengolahan

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

4

carica pada Kecamatan Mojotengah juga mengalami peningkatan dibandingkan

dengan tahun sebelumnya, yaitu menjadi enam unit usaha.

Pengembangan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

mempunyai prospek yang sangat baik karena didukung oleh beberapa faktor, yaitu

1) masih potensialnya sumber daya alam berupa tanaman carica di daerah

Wonosobo, yang belum didayagunakan secara optimal, 2) peluang pasar yang

menjanjikan yaitu produk terkenal sebagai makanan khas daerah semakin banyak

diminati masyarakat terutama para wisatawan yang berkunjung ke daerah

Wonosobo, 3) dukungan pemerintah serta masyarakat untuk mengembangkan

industri kecil olahan carica.

Pengolahan carica di Kecamatan Mojotengah masih dilakukan pada skala

kecil. Produk olahan carica yang dihasilkan juga hanya berupa manisan carica

basah atau biasa dikenal dengan sebutan carica dalam sirup (carica in syrup) yang

dikemas dalam botol ukuran 350 gram. Kapasitas produksi rata-rata industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah berkisar antara 6 ton sampai 66 ton per

bulan.

Berdasarkan wawancara dengan pihak internal industri kecil olahan carica

di Kecamatan Mojotengah, kapasitas produksi tersebut belum mampu memenuhi

seluruh permintaan yang ada. Hal ini dikarenakan akses industri terhadap bahan

baku berupa buah carica kurang terjamin yang diakibatkan oleh sifat tanaman

carica yang merupakan tanaman musiman sehingga ketersediaannya seringkali

langka pada musim-musim tertentu. Meskipun saat ini sebenarnya jumlah pohon

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

5

maupun luas lahan budidaya tanaman carica telah meningkat di Dataran Tinggi

Dieng.

Yang di hadapi kendala berupa jaminan ketersediaan bahan baku buah

carica, terdapat kendala lain yang dihadapi industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah, yaitu adanya keterbatasan modal dalam pengembangan

usaha. Hal ini menyebabkan industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah mengalami hambatan untuk adopsi peralatan yang lebih modern dan

meningkatkan skala usaha. Selain itu, industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah juga menghadapi persaingan dengan industri sejenis lainnya yang

semakin kompetitif mengingat jumlah perusahaan pengolah carica yang terdapat

di Kabupaten Wonosobo semakin meningkat dibandingkan dengan tahun

sebelumnya.

Melihat kondisi tersebut maka diperlukan perencanaan strategi

pengembangan usaha yang tepat untuk mengembangkan usaha dan mampu

bertahan dalam lingkungan yang selalu berubah. Perencanaan strategi

pengembangan usaha yang sesuai adalah strategi yang diformulasikan dengan

tepat ketika industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah mampu

memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan serta menghadapi peluang dan

menghindari ancaman. Untuk merumuskan strategi yang tepat maka dibutuhkan

serangkaian proses analisis internal dan eksternal untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang berkaitan erat dengan pengembangan usaha industri kecil olahan

carica di Kecamatan Mojotengah. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan

yang dapat dirumuskan adalah:

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

6

1) Apa faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi industri

kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah?

2) Apa faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi industri

kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah?

3) Bagaimanakah alternatif strategi dalam pengembangan usaha industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah?

4) Bagaimana prioritas perencanaan strategi dalam pengembangan usaha

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan latar belakang dan

perumusan masalah tersebut di atas adalah :

1) Menganalisis dan mengidentifikasi faktor lingkungan internal yang

merupakan kekuatan dan kelemahan bagi industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah.

2) Menganalisis dan mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal yang

merupakan peluang dan ancaman bagi industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah.

3) Merumuskan alternatif strategi menentukan prioritas strategi dalam

pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah.

4) Menentukan prioritas strategi dalam pengembangan usaha pada industri

kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah.

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

7

1.4 Manfaat

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan maka kegunaan penulisan

penelitian ini, yaitu :

1) Bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

menentukan arah dan pedoman pengembangan usaha dalam

mengantisipasi perubahan lingkungan.

2) Bagi penulis

Penelitian ini merupakan salah satu proses belajar yang sangat berharga

dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pengalaman serta untuk

melatih dalam penerapan ilmu yang telah diperoleh.

3) Bagi pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan

wawasan kepada pembaca mengenai industri kecil olahan carica dan dapat

menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya akan mencakup analisis tentang tahap formulasi

strategi pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah, Kabupaten Wonosobo. Pada tahap implementasi strategi diserahkan

sepenuhnya kepada pengambil keputusan, yaitu pihak internal industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah.

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditas Tanaman Carica

Tanaman Carica atau biasa disebut pepaya Dieng atau gandul Dieng

memiliki nama latin Carica pubescens atau Carica candamarcensis. Tanaman ini

masih kerabat dekat dari pepaya (Carica papaya), namun mempunyai ciri

tersendiri. Usia tanaman carica relatif panjang, yaitu dapat mencapai 15 tahun.

Tanaman carica diperkirakan masuk ke Indonesia karena diintroduksi oleh

pemerintah kolonial Belanda sekitar tahun 1900 pada masa menjelang Perang

Dunia II, dan berhasil dikembangkan di Dataran Tinggi Dieng (Distan Kabupaten

Wonosobo 2014). Sedangkan asal-usul tanaman ini berasal dari Amerika Selatan

yang menyebar di Dataran Tinggi Andes dari Panama sampai Bolivia serta

pegunungan-pegunungan di Kolombia, Ekuador, dan diintroduksikan ke Hawaii

sebagai tumbuhan hias (Neal 1965, dalam Hidayat 2000). Saat ini tanaman carica

banyak dibudidayakan di beberapa negara tropis seperti Amerika Serikat, Cili,

Srilanka, Singapura, dan Indonesia (Dataran Tinggi Dieng). Pengembangan

tanaman carica pada Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo dilakukan di

beberapa desa, yaitu desa Sikunang, Dieng, Sembungan, Siterus, Campursari,

Patak Banteng, Kalilembu, Jojogan, Parikesit, dan Igirmranak.

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

9

2.1.1 Karakteristik Tanaman Carica

Pada umumnya semakin tinggi tanaman, ukuran batang akan semakin

kecil, daun lebih sedikit, dan buah juga mempunyai ukuran yang lebih kecil serta

jumlahnya sedikit (Neal 1965, dalam Hidayat 2000). Berikut ciri-ciri morfologi

tanaman carica, yaitu:

1) Buah

Letak buah carica berdompol-dompol pada cabang batang bagian ujung.

Buah carica memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan buah pepaya.

Buah yang matang berbentuk bulat telur dengan berat rata-rata 100-150

gram, panjang 6-10 cm, dan diameter 3-5 cm dengan lima sudut

memanjang dari pangkal ke ujung sehingga menyerupai bentuk belimbing.

Kulit buah carica yang belum matang berwarna hijau gelap dengan tekstur

permukaan kulit yang licin dan akan berubah menjadi berwarna kuning

ketika buah sudah matang. Kulit buah carica tebal dan memiliki getah

yang banyak. Daging buahnya keras, berwarna kuning sampai jingga

dengan rasa yang sedikit asam tetapi tetap berbau harum dan khas. Dalam

daging buah terdapat rongga yang dipenuhi biji yang terbungkus oleh

sarkotesta berwarna putih, bening, dan berair. Biji berwarna merah ketika

carica masih mentah dan akan berubah menjadi hitam ketika carica

matang. Biji carica berjumlah banyak dan padat.

2) Daun

Berdasarkan bentuk daunnya, tanaman carica termasuk ke dalam golongan

tanaman tidak berdaun lengkap, yaitu hanya terdiri dari tangkai dan

Page 25: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

10

helaiannya saja. Sedangkan berdasarkan susunan tulang daunnya termasuk

ke dalam tipe menjari. Dibandingkan dengan tanaman pepaya biasa,

tanaman carica memiliki daun lebih banyak dan tebal.

3) Batang

Tanaman carica merupakan pohon kecil dengan permukaan batang yang

kasar, basah, lebih bertekstur kayu. Berbeda dengan tanaman pepaya

biasa, tanaman carica cenderung bercabang banyak dengan tinggi rata-rata

3-5 m dan berbatang lebih tebal. Satu pohon carica memiliki belasan

cabang, dimana semakin banyak cabang maka semakin banyak buahnya.

Diameter lingkar batang dapat dua kali lebih besar daripada batang pepaya

biasa.

4) Akar

Tanaman carica memiliki tipe perakaran serabut.

Seperti umumnya pada tanaman pepaya, tanaman carica juga mempunyai

banyak manfaat. Berikut beberapa kandungan dan manfaat dari tanaman

carica, yaitu:

1) Buah carica mengandung kalsium, gula, vitamin A, C, dan G (Dorothy dan

Hargreaves 1964, dalam Hidayat 2000) sehingga sangat cocok dimakan

oleh orang yang perutnya lemah terhadap buah-buahan lain, karena

mempunyai sifat memperbaiki sistem pencernaan (Popenoe 1920, diacu

dalam Hidayat 2000).

Page 26: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

11

2) Buah carica mengandung banyak papain, enzim yang mampu mencerna

protein sehingga dapat digunakan dalam berbagai keperluan industri

seperti minuman, makanan, dan farmasi.

3) Buah yang masih muda dikeringkan untuk dibuat serbuk sebagai bahan

pembuatan obat penyakit kulit di Eropa dan Amerika, atau sebagai obat

peluruh cacing dan bahan kosmetik (Neal 1965, dalam Hidayat 2000).

4) Biji buah carica dapat digunakan sebagai obat peluruh kencing.

5) Daun carica mengandung karpaina yang berguna untuk mengurangi

gangguan jantung, obat anti amuba dan obat peluruh kencing, serta dapat

digunakan sebagai pelunak daging, mengobati sesak napas, dan tekanan

darah rendah.

6) Batang tanaman carica yang sudah kering dapat dimanfaatkan sebagai

kayu bakar.

Daging buah carica yang telah masak tidak dapat dimakan secara langsung

atau dalam keadaan mentah, karena banyaknya getah pada buah yang dapat

menyebabkan gatal di lidah dan terasa getir serta cenderung asam. Oleh karena

itu, biasanya diolah terlebih dahulu sebelum buah dimakan.

2.2 Budidaya Tanaman Carica

Kekhususan tanaman carica adalah hanya dapat berbuah dengan baik pada

daerah dengan ketinggian antara 1700-2000 m dpl dan curah hujan yang tinggi

pula, yaitu 2000-3000 mm per tahun. Tanaman ini memerlukan suhu yang dingin

yaitu 10°-20° C. Untuk Dataran Tinggi Dieng sendiri berada pada ketinggin 1800-

Page 27: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

12

2000 m dpl dengan suhu rata-rata 15°-20° C. Pada daerah yang lebih tinggi dan

lebih dingin, buah carica yang dihasilkan juga akan lebih besar dan lebih tebal

daging buahnya (Distan Kabupaten Wonosobo 2008). Tanaman carica sangat

cocok untuk areal dimana pepaya biasa tidak hidup normal dan memiliki

ketahanan yang tinggi terhadap virus yang biasanya menyerang tanaman pepaya

(Van Balgooy 1998, diacu dalam Hidayat 2000). Dalam proses budidaya carica

sangat mudah karena gangguan hama maupun penyakit tanaman relatif kecil.

Terdapat dua cara yang dapat ditempuh untuk membudidayakan tanaman

carica, yaitu dengan cara generatif (biji) dan vegetatif (stek cabang). Perbanyakan

melalui vegetatif merupakan cara budidaya carica yang umumnya dilakukan di

daerah Dataran Tinggi Dieng. Tanaman dengan perbanyakan melalui vegetatif

umumnya memiliki produktifitas yang sama dengan induknya atau relatif cepat

berbuah tetapi tidak dapat diperoleh bibit dalam skala yang banyak. Pemanenan

tanaman carica dilakukan pada umur 1 tahun dan akan terus berbuah setiap 15 hari

sampai tanaman berumur 15 tahun. Rata-rata panen untuk tanaman yang masih

muda berkisar antara 1-2 kg per pohon dan tanaman yang sudah tua berkisar

antara 4-8 kg per pohon.

2.3 Manajemen Strategis

Manajemen strategis sangat penting bagi perkembangan suatu perusahaan

baik besar maupun kecil. David (2011), mendefinisikan manajemen strategis

sebagai seni dan ilmu pengetahuan untuk memformulasi, mengimplementasi, dan

mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi dapat

Page 28: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

13

mencapai tujuannya. Berdasarkan pada definisi tersebut, manajemen strategis

lebih berfokus pada pengintegrasian manajemen, pemasaran, keuangan, produksi,

operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi dalam kaitannya

untuk mencapai keberhasilan organisasi.

Menurut David (2011), tujuan manajemen strategis adalah untuk

mengeksploitasi, menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang.

Manajemen strategis juga menyediakan sasaran serta arah yang jelas bagi masa

depan perusahaan sehingga perusahaan yang mengembangkan sistem manajemen

strategis mempunyai kemungkinan tingkat keberhasilan lebih besar daripada yang

tidak menggunakan sistem manajemen strategis.

Proses manajemen strategi adalah suatu pendekatan secara objektif, logis,

dan sistematis dalam penetapan keputusan besar dalam suatu organisasi. Proses

manajemen strategi ditujukan untuk memungkinkan organisasi beradaptasi secara

efektif terhadap perubahan dalam jangka panjang. Proses ini dinamis dan

berkelanjutan (David 2011). Pelaksanaan proses manajemen strategis secara

signifikan dapat memperkuat pertumbuhan dan kemakmuran. Proses manajemen

strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1) Formulasi Strategi

Formulasi strategi merupakan salah satu tahapan dalam proses manajemen

strategis. Dalam formulasi strategi terjadi beberapa tahapan yaitu

mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman

eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal,

Page 29: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

14

menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi dan

memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.

2) Implementasi Strategi

Implementasi strategi sering disebut sebagai tahap pelaksanaan dalam

manajemen strategis. Melaksanakan strategi berarti memobilisasi karyawan

dan manajer untuk menempatkan strategi yang telah diformulasikan menjadi

tindakan. Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan

tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan

mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan

dapat dijalankan.

3) Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi merupakan tahap final dalam manajemen strategis. Tiga

aktivitas dasar evaluasi strategi adalah meninjau ulang faktor eksternal dan

internal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja, dan

mengambil tindakan korektif.

Menurut David (2011), salah satu cara belajar dan mengaplikasikan proses

manajemen strategis adalah dengan menggunakan suatu model agar

pembahasannya terfokus. Dimana setiap model mempresentasikan sebuah proses.

Model manajemen strategis tersebut dapat menunjukkan pendekatan yang jelas

dan praktis untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi strategi.

Adanya suatu perubahan pada salah satu komponen utama dalam model dapat

menyebabkan perubahan dalam salah satu atau semua komponen lainnya.

Page 30: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

15

Page 31: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

16

2.4 Konsep Strategi

Strategi juga merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam

perkembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat

ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep mengenai strategi. Menurut Pearce

dan Robinson (1997), strategi merupakan rencana manajerial yang dilakukan oleh

para manajer dalam skala besar dan berorientasi kepada masa depan untuk

berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran-sasaran

perusahaan. Strategi menurut Chandler (1962), diacu dalam Rangkuti (2006),

merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan

jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

Strategi juga merupakan alat untuk mencapai sasaran jangka panjang melalui

tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan

sumber daya perusahaan dalam jumlah besar (David 2011). Strategi memiliki

konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan

faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi oleh perusahaan.

Beberapa definisi diatas mengenai strategi, dapat disimpukan bahwa

strategi adalah alat atau rencana yang komprehensif yang mengintegrasikan segala

resources dan capabilities secara terus menerus untuk merespon kekuatan dan

kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan dengan maksud

untuk mencapai tujuan jangka panjang yang diinginkan oleh perusahaan dan

untuk memenangkan kompetisi.

Page 32: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

17

2.4.1 Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal perusahaan adalah lingkungan yang berada di dalam

perusahaan tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung dan khusus

pada perusahaan serta mempengaruhi arah dan kinerja perusahaan dalam

pencapaian tujuannya. Lingkungan internal dapat menentukan kinerja perusahaan

sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki, kapabilitas, dan kompetensi inti.

Analisis lingkungan internal perusahaan adalah mengidentifikasi kekuatan

dan kelemahan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Untuk dapat

melakukan audit internal diperlukan kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan

evaluasi operasi perusahaan. Kegagalan dalam mengidentifikasi dan memahami

hubungan antar bidang fungsional dapat berdampak buruk pada manajemen

strategis. Menurut David (2011), faktor-faktor internal yang berhubungan dengan

kegiatan fungsional, antara lain:

1) Manajemen

Menurut David (2011) manajemen merupakan suatu tingkatan sistem

pengaturan organisasi yang mencakup sistem produksi, pemasaran,

pengelolaan sumberdaya manusia, dan keuangan. Fungsi manajemen

terdiri dari lima aktivitas dasar, yaitu:

a) Perencanaan

Terdiri dari semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan

mengahadapi masa depan. Tugas spesifikasi dari perencanaan ini meliputi

peramalan, penetapan sasaran, formulasi strategi, pengembangan

Page 33: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

18

kebijakan, dan penetapan tujuan. Fungsi manajemen ini dilaksanakan

hanya pada tahap formulasi strategi.

b) Pengorganisasian

Mencakup semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur

pekerjaan dan hubungan otoritas.

c) Pemberian motivasi

Melibatkan usaha yang diarahkan untuk membentuk perilaku manusia.

d) Pengelolaan staf

Dipusatkan pada manajemen sumber daya manusia. Termasuk

administrasi gaji, fasilitas karyawan, wawancara, perekrutan, pelatihan,

pengembangan manajemen, keselamatan karyawan.

e) Pengendalian

Mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk

memastikan hasil aktual konsisten dengan hasil yang direncanakan.

2) Pemasaran

Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan,

mengantisipasi, menciptakan, dan memenuhi kebutuhan dan keinginan

pelanggan atas barang dan jasa (David 2011). Keputusan mendasar yang

harus dibuat untuk menentukan pemasaran yang tepat adalah keputusan

dalam bauran pemasaran. Menurut Kotler (2007) bauran pemasaran adalah

seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai

tujuan pemasarannya yaitu empat unsur bauran pemasaran yang terdiri

produk, harga, tempat dan promosi.

Page 34: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

19

3) Keuangan atau Akuntansi

Kondisi keuangan sering dianggap sebagai satu ukuran terbaik dalam

menentukan posisi persaingan dan daya tarik keseluruhan suatu

perusahaan.

4) Produksi atau Operasi

Fungsi produksi atau operasi dalam suatu perusahaan merupakan seluruh

aktivitas yang mengubah input menjadi output yang berupa barang dan

jasa. Manajemen produksi atau operasi berhubungan dengan input, proses,

dan output yang bervariasi antar industri dan pasar.

5) Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan dalam suatu perusahaan sangat diperlukan

dalam mendukung produk yang sudah ada. Perusahaan yang menjalankan

strategi pengembangan produk khususnya harus memiliki orientasi litbang

yang kuat. Penelitian dan pengembangan diarahkan pada pengembangan

produk baru sebelum pesaing melakukannnya maupun pengembangan

produk yang sudah ada dengan cara memperbaiki kualitas produk atau

untuk memperbaiki proses produksi untuk menurunkan biaya.

2.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal menekankan pada identifikasi dan evaluasi

tren dan kejadian yang berada diluar kendali perusahaan serta lebih cepat

mengalami perubahan sehingga sangat berpengaruh dalam pengambilan

keputusan bisnis. Tujuan analisis lingkungan eksternal adalah untuk

Page 35: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

20

mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberi

manfaat dan ancaman yang harus dihindari perusahaan sehingga manajer dapat

memformulasikan strategi yang tepat.

Menurut David (2011), analisis lingkungan eksternal dapat dibedakan

menjadi lima kategori, yaitu:

1) Kekuatan Ekonomi

Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat

suatu usaha beroperasi. Dalam perencanaan strategiknya, setiap

perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-

segmen yang mempengaruhi industri tersebut. Faktor ekonomi dapat

membantu atau menghambat upaya mencapai tujuan dan menyebabkan

keberhasilan atau kegagalan strategi.

2) Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan

Dalam berbagai interaksi yang terjadi antara satu perusahaan dengan aneka

ragam kelompok masyarakat yang dilayaninya, faktor-faktor sosial sangat

penting untuk disadari oleh para pengambil keputusan strategis. Faktor ini

memiliki pengaruh yang besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar,

dan pelanggan. Proses pengenalan ini tidaklah mudah, karena kenyataan

menunjukkan bahwa faktor tersebut bersifat dinamik sebagai akibat upaya

orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka melalui

pengendalian dan penyesuaian diri terhadap faktor-faktor lingkungan

(Pearce dan Robinson 1997). Jika sikap sosial berubah, maka akan

Page 36: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

21

menyebabkan perubahan permintaan terhadap berbagai jenis kebutuhan

seseorang.

3) Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum

Faktor ini sangat menentukan kecenderungan dan arah perekonomian

nasional. Oleh karena itu, faktor ini merupakan pertimbangan penting bagi

para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan karena berpengaruh

signifikan terhadap aktivitas bisnis perusahaan.

4) Kekuatan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat berakibat pada

lahirnya berbagai ilmu baru dan aneka ragam temuan serta terobosan

dalam bidang teknologi yang berpengaruh terhadap organisasi. Perubahan

teknologi juga meliputi cara pelaksanaan yang memberikan gambaran

secara luas seperti mendesain, menghasilkan, dan mendistribusikan.

Perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin

mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat

membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk

yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan

pemasaran (Pearce dan Robinson, 1997).

5) Kekuatan Industri

Model lima kekuatan Porter merupakan pendekatan yang digunakan secara

luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri. Lima kekuatan

tersebut juga mempengaruhi kinerja organisasi, menentukan intensitas

persaingan, dan kemampulabaan dalam industri. Menurut Porter (2007),

Page 37: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

22

pada hakikatnya persaingan industri dapat dilihat dari kombinasi atas lima

kekuatan, berikut ini:

a) Ancaman pendatang baru

Pendatang baru ke suatu industri membawa masuk kapasitas baru,

keinginan untuk merebut bagian pasar, dan seringkali sumberdaya yang

besar. Akibatnya intensitas persaingan antara perusahaan akan meningkat

dan harga dapat turun atau biaya membengkak sehingga mengurangi

kemampulabaan. Besarnya ancaman masuk pendatang baru tergantung

pada rintangan masuk yang ada serta reaksi dari para pesaing yang sudah

ada berdasarkan perkiraan pendatang baru. Jika rintangan masuk besar

maka akan ada perlawanan keras dari para pemain lama sehingga ancaman

masuk pendatang baru menjadi rendah. Terdapat enam sumber utama

rintangan masuk, yaitu:

i. Skala Ekonomis

Menggambarkan turunnya biaya satuan suatu produk apabila volume

absolut per periode meningkat. Skala ekonomis menghalangi masuknya

pendatang baru dengan memaksa pendatang baru untuk masuk pada skala

besar dan mengambil risiko menghadapi reaksi yang keras dari pesaing

yang ada.

ii. Diferensiasi Produk

Terkait dengan identifikasi merek dan kesetiaan pelanggan, yang

disebabkan oleh periklanan, pelayanan pelanggan, perbedaan produk di

masa lampau, dan perusahaan pertama yang memasuki industri.

Page 38: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

23

Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa pendatang

baru mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan

pelanggan.

iii. Kebutuhan Modal

Berhubungan dengan keharusan menanamkan sumber daya keuangan yang

besar agar dapat bersaing untuk menciptakan hambatan masuk. Khususnya

jika modal tersebut diperlukan untuk periklanan garis depan yang tidak

dapat kembali atau untuk kegiatan penelitian dan pengembangan yang

penuh risiko. Jika modal tersedia di pasar modal, para pendatang baru

tetap harus menghadapi risiko yang besar terhadap tingginya tingkat

bunga.

iv. Biaya Beralih Pemasok (Switching Costs)

Merupakan biaya satu kali yang harus dikeluarkan pembeli jika berpindah

dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok yang lain. Jika biaya

peralihan ini tinggi, maka pendatang baru harus menawarkan

penyempurnaan yang besar dalam hal biaya atau prestasi agar pembeli

bersedia beralih dari pemasok yang lama.

v. Akses ke Saluran Distribusi

Jika saluran distribusi untuk produk tersebut telah ditangani oleh

perusahaan yang sudah mapan, perusahaan baru harus membujuk saluran

tersebut agar menerima produknya.

Page 39: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

24

vi. Biaya Tidak Menguntungkan Terlepas dari Skala

Terjadi karena kemapanan perusahaan yang telah ada yaitu mempunyai

keunggulan biaya yang tidak dapat ditiru oleh pendatang baru.

b) Persaingan antar Anggota dalam Industri

Industri merupakan kumpulan organisasi yang menghasilkan produk yang

sejenis. Sifat usaha yang sejenis mengakibatkan adanya tingkat persaingan

antar anggota di dalam industri dalam merebut pangsa pasar. Persaingan

dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan.

Intensitas persaingan antar perusahaan sejenis yang bersaing akan

cenderung meningkat, dikarenakan oleh beberapa hal yaitu jumlah pesaing

yang semakin banyak, pertumbuhan industri yang lamban, biaya tetap atau

biaya penyimpanan yang tinggi, ketiadaan diferensiasi atau biaya

peralihan, penambahan kapasitas dalam jumlah besar, pesaing yang

beragam, taruhan strategis yang besar, hambatan pengunduran diri yang

tinggi.

c) Tekanan dari Produk Substitusi

Produk substitusi merupakan produk yang memiliki karakteristik yang

berbeda tapi dapat memberikan fungsi yang sama atau memiliki sifat yang

dapat saling menggantikan dengan produk lain. Keberadaan produk

substitusi menciptakan batas harga tertinggi yang dapat dibebankan

sebelum konsumen beralih ke produk substitusi. Makin menarik alternatif

harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, makin ketat pembatasan

laba industri. Oleh karena itu produk substitusi yang perlu mendapat

Page 40: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

25

perhatian besar adalah produk yang mempunyai kecenderungan harga dan

prestasi yang lebih baik dibandingkan produk industri serta produk

dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi.

d) Kekuatan Tawar-menawar Pembeli

Pembeli adalah individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa

untuk dikonsumsi. Pembeli bersaing dengan industri dengan cara menekan

harga, menuntut kualitas lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik.

Kelompok pembeli akan memiliki kekuatan tawar menawar yang baik jika

situasi berikut terjadi, yaitu kelompok pembeli terpusat atau dalam jumlah

besar relatif terhadap penjualan pihak penjual, pembelian yang cukup

besar dari pembeli, produk yang dibeli dari industri adalah produk standar,

pembeli menghadapi biaya pengalihan yang kecil, pembeli mendapatkan

laba kecil, pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi

balik, produk industri tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli,

dan pembeli mempunyai informasi lengkap.

e) Kekuatan Tawar-menawar Pemasok

Pemasok adalah individu maupun perusahaan bisnis yang menyediakan

sumberdaya yang diperlukan oleh perusahaan dan para pesaing untuk

memproduksi barang dan jasa. Pemasok biasanya menyediakan bahan

baku,energi, peralatan, modal, tenaga kerja, jasa, dan sebagainya yang

dibutuhkan oleh perusahaan. Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan

tawar menawarnya atas para anggota industri dengan menaikkan harga

atau menurunkan kualitas barang dan jasa yang dijualnya. Pemasok akan

Page 41: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

26

memiliki bargaining position yang lebih kuat, jika terdapat hal-hal berikut

ini, yaitu para pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan, pemasok

tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri,

industri tidak merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok

pemasok, produk pemasok merupakan input penting bagi bisnis pembeli,

produk pemasok terdiferensiasi atau pemasok telah menciptakan biaya

peralihan, dan pemasok menciptakan ancaman untuk melakukan integrasi

maju. Terkait dengan hal tersebut, tindakan yang seringkali dilakukan oleh

pemasok untuk memperbaiki profitabilitas jangka panjang adalah saling

memberi harga yang masuk akal, memperbaiki kualitas, mengembangkan

jasa baru, pengiriman just in time, dan mengurangi biaya persediaan.

Lebih jelasnya mengenai kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi

persaingan industri dapat dilihat pada Gambar 2.

Ancaman masuknya pendatang baru

Kekuatan tawar Kekuatan tawar –

menawar pemasok menawar pembeli

Ancaman

produk atau jasa

pengganti

Gambar 2. Model Lima Kekuatan Porter

Sumber: Porter (2007)

Para Pesaing Industri

Persaingan diantara

Perusahaan yang ada

Pendatang Baru

Potensial

Produk Pengganti

Pemasok Pembeli

Page 42: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

27

2.5 Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian terdahulu diantaranya terkait dengan penelitian

usaha pengolahan carica dan strategi pengembangan usaha.

Penelitian yang berhubungan dengan usaha pegolahan carica adalah

sebagai berikut:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Erfanto (2008) di Kabupaten Wonosobo,

Jawa Tengah.

Tujuan dari penelitian tersebut adalah mempelajari faktor-faktor yang

berpengaruh dalam perencanaan dan pengembangan agroindustri carica,

serta merancang dan mengembangkan model sistem penunjang keputusan

perencanaan agroindustri carica dengan pembiayaan syariah. Dalam

penelitian ini model evaluasi kelayakan perencanaan agroindustri carica

dengan pola syariah dibuat dalam sebuah perangkat lunak yang diberi

nama Cap’S. Keluaran yang dihasilkan dari program ini dapat dijadikan

rekomendasi bagi para pengambil keputusan. Keluaran tersebut adalah

penentuan lokasi unggulan yang memiliki potensi baik dari segi biaya,

kondisi geografis, dan kondisi sosial budaya adalah Kecamatan

Wonosobo, prakiraan rata-rata tingkat penjualan manisan carica

menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya dimana dari tahun

2008-2017 adalah sebanyak 2.267.750 botol dengan berat bersih 350

gram, risiko pembiayaan tergolong sedang, dari analisis kelayakan

finansial menunjukkan bahwa usaha layak dijalankan dan pembiayaan

Page 43: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

28

dengan pola syariah lebih baik karena memiliki toleransi yang lebih besar

terhadap penurunan harga jual produk maupun kenaikan BBM.

Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan strategi pengembangan

usaha adalah:

1) Zain (2006), tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan

menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal, menyusun dan

mengajukan alternatif strategi, dan mengajukan strategi yang memiliki

prioritas utama dalam pengembangan usaha kecil lempok durian di

Kabupaten Bengkalis. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE

dan EFE, matriks IE, dan matriks SWOT, dan matriks QSP. Berdasarkan

matriks IE memperlihatkan perusahaan berada pada kuadran V. Strategi

prioritas yang dihasilkan berdasarkan integrasi matriks SWOT dan QSPM

adalah pengusaha lempok durian dapat memfokuskan kegiatan dalam

meningkatkan produksi, mempertahankan mutu lempok durian yang

dihasilkan dengan penggunaan bahan baku lokal dari pemasok langgganan

kemudian berupaya untuk mengoptimalkan produksi dengan

memanfaatkan efektivitas dan efisiensi produksi dan struktur organisasi,

serta mengubah kemasan dengan memperhatikan kelengkapan standar

pelabelan, perluasan jangakauan distribusi dan pemasaran ke toko, dan

pasar swalayan dengan promosi dan lokasi industri yang strategis,

memanfaatkan budaya usaha dan kebijakan pemerintah.

2) Mashuri (2006), tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor

internal dan eksternal serta menyusun alternatif strategi pengembangan

Page 44: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

29

usaha industri kecil tape Bondowoso di Kecamatan Bondowoso. Alat

analisis yang digunakan adalah matrik IFE dan EFE, matriks IE, serta

matriks SWOT, dan metode PHA. Hasil total skor IFE dan EFE

menempatkan posisi industri pada sel V pada matriks IE. Penentuan

alternatif strategi yang tepat menggunakan matriks SWOT. Prioritas

alternatif strategi yang diperoleh melalui metode AHP adalah

meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan kepada konsumen, melakukan

pengembangan atau diferensiasi produk, melakukan kegiatan promosi,

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam kemampuan

manajemen dan teknologi, mengoptimalkan volume produksi perusahaan,

dan melakukan efisiensi biaya.

3) Syahrudin (2008), tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi pengembangan agroindustri minuman jeruk nipis di

wilayah Kabupaten Kuningan, menyusun strategi pengembangan

agroindustri minuman jeruk nipis di wilayah Kabupaten Kuningan. Alat

analisis yang digunakan adalah metode PHA. Prioritas alternatif strategi

yang diperoleh melalui metode PHA adalah meningkatkan kualitas dan

kontinuitas bahan baku dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan

petani jeruk nipis di Kabupaten Kuningan, meningkatkan pangsa pasar

melalui strategi promosi dengan ikut serta dalam setiap kegiatan pameran,

promosi melalui radio lokal, koran, majalah, penyebaran leaflet di outlet-

outlet penjualan dan memperluas jaringan distribusi dengan menambah

agen penjualan yang dapat mempromosikan produk minuman jeruk nipis

Page 45: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

30

di luar daerah Kabupaten Kuningan, meningkatkan kerjasama dengan

berbagai pihak yang terkait yaitu dilakukan dengan aktif menjaring

kerjasama dengan pemerintah, institusi pendidikan, lembaga keuangan,

serta lembaga penelitian dan pengembangan yaitu dilakukan dengan

bekerjasama dengan IPB dalam meningkatkan inovasi serta keamanan

produk dan Universitas Pasundan dalam teknologi pengolahan,

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan melakukan pelatihan-

pelatihan secara kontinyu yaitu dilakukan dengan melakukan pelatihan dan

pembinaan terhadap karyawan perusahaan dan bekerjasama dengan Pusat

Inkubator Bisnis Uniku. Penelitian-penelitian terdahulu secara lengkap

disajikan dalam Tabel 1.

Page 46: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

31

Page 47: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

32

Page 48: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

33

2.6 Kerangka Pemikiran Operasional

Bertambahnya jumlah pesaing yang memiliki kemampuan hampir seragam

menyebabkan tingkat persaingan yang terjadi antar industri kecil olahan carica

menjadi semakin kompetitif. Adanya persaingan tersebut menjadi salah satu

faktor pendorong bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

untuk mampu mempertahankan pangsa pasarnya mengingat kapasitas produksi

belum mampu mengatasi kelebihan permintaan yang ada. Hal ini dikarenakan

kurangnya jaminan ketersediaan bahan baku carica dan keterbatasan modal. Oleh

karena itu, diperlukan suatu analisis terkait perumusan strategi yang tepat bagi

pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

agar mampu bertahan dalam lingkungan industri yang selalu berubah.

Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahapan, yaitu perumusan

strategis, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Sedangkan ruang lingkup

penelitian ini dibatasi hanya sampai pada tahap formulasi strategi. Tahap ini

mencakup identifikasi visi, misi, tujuan perusahaan, analisis lingkungan internal

untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, analisis lingkungan

eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman perusahaan,

mempertimbangkan alternatif strategi, serta tahap pemilihan prioritas strategi.

Secara umum pada perumusan strategi terdapat tiga tahapan yang harus dilalui

yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan tahap keputusan.

Identifikasi visi, misi, dan tujuan perusahaan merupakan langkah awal

sebelum dilakukannya perumusan strategi pengembangan usaha. Visi, misi, dan

Page 49: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

34

tujuan perusahaan perlu dianalisis untuk mengetahui arah, tujuan, dan operasi

perusahaan sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai oleh perusahaan.

Tahap input. Pada tahap input dilakukan analisis terhadap lingkungan

internal dan eksternal. Faktor internal meliputi manajemen, pemasaran, keuangan

atau akuntansi, produksi atau operasi, serta penelitian dan pengembangan. Faktor

eksternal terdiri dari lima kekuatan, yaitu kekuatan ekonomi; kekuatan sosial,

budaya, demografi, dan lingkungan; kekuatan politik, pemerintahan, dan hukum;

kekuatan teknologi, dan kekuatan industri. Untuk kekuatan industri digunakan

konsep lima kekuatan porter yaitu ancaman pendatang baru, tingkat persaingan

antar anggota dalam industri, tekanan dari produk substitusi, kekuatan tawar-

menawar pembeli, dan kekuatan tawar-menawar pemasok. Untuk lingkungan

internal dianalisis dengan menggunakan matriks IFE, sedangkan untuk

lingkungan eksternal dianalisis melalui matriks EFE.

Tahap pencocokan. Tahap ini merupakan tahap yang mengolah informasi

hasil dari tahap masukan untuk memadukan kekuatan dan kelemahan dari analisis

lingkungan internal dengan peluang dan ancaman dari analisis lingkungan

eksternal untuk merumuskan alternatif strategi. Hasil total skor matriks IFE dan

EFE kemudian diplotkan pada matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan

berdasarkan tiga kelompok strategi yaitu grow and built, hold and maintain, serta

harvest or divest. Selanjutnya formulasi strategi dilanjutkan dengan menggunakan

matriks SWOT yang inputnya berasal dari tahap input. Alternatif-alternatif

strategi yang dibuat pada matriks SWOT diharapkan tidak bertolak belakang

dengan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks IE.

Page 50: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

35

Tahap keputusan, untuk mengevaluasi dan memilih alternatif strategi

mana yang paling tepat untuk diterapkan pada industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah. Pemilihan strategi dengan menggunakan QSPM

dilakukan dengan melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman

serta bobot yang telah ditetapkan pada tahap pertama dengan pertimbangan

terhadap sejumlah alternatif strategi yang dihasilkan pada tahap kedua.

Berdasarkan uraian tersebut, secara lengkap kerangka pemikiran operasional dapat

ditunjukkan pada Gambar 3.

Page 51: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

36

Page 52: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada industri kecil olahan carica yang terletak

di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

merupakan salah satu sentra industri kecil olahan carica di Kabupaten Wonosobo

yang sedang berkembang dan merupakan pioner dalam usaha pengolahan carica

di Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, yaitu

pada bulan Juli sampai November 2015. Pelaksanaan penelitian dimulai dari

pembuatan proposal sampai penyerahan skripsi.

3.2. Jenis Data & Sumber Data

Dilihat dari asal dan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer diperoleh seorang peneliti secara langsung dari objek yang

diteliti. Data primer yang terdapat pada penelitian ini merupakan

jawaban setiap responden pada kuisioner baik piihan pada pernyataan

tertutup maupun penyataan tertulis melalui observasi langsung,

pengisian kuesioner, wawancara mendalam, dan diskusi dengan pihak

internal dan eksternal.

Page 53: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

38

2. Data sekunder diperoleh dari data yang telah terdokumentasi

sebelumnya, baik berupa data dari instansi-instansi terkait, yaitu BPS

Nasional, BPS Kabupaten Wonosobo, Diperindag, dan Distan

Kabupaten Wonosobo, data perusahaan, hasil penelitian terdahulu,

artikel dan literatur yang terkait dengan topik penelitian ini.

Instrumen yang digunakan sebagai pengumpul data primer dan data

sekunder berupa daftar pertanyaan, kuisioner dan alat pencatat. Daftar pertanyaan

dan alat pencatat digunakan dalam wawancara untuk memperoleh gambaran

umum industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah, analisis lingkungan

internal, dan lingkungan eksternal.

3.3. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Nazir 2005). Dalam penelitian ini,

desain yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis studi kasus. Melalui

desain deskriptif dengan jenis studi kasus diharapkan dapat diperoleh gambaran

secara menyeluruh dan mendalam mengenai objek penelitian yaitu industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah, penelitian terdahulu, variabel-variabel

yang mempengaruhi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah akan

dikaji lebih mendalam. Hasil analisis ini disajikan dalam bentuk tabel dan gambar

sesuai dengan hasil yang diperoleh.

Page 54: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

39

3.4. Metode Penentuan Responden / Sampel

Respoden yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari pihak internal

dan pihak eksternal. Penentuan responden internal menggunakan metode sensus,

dimana keseluruhan pemilik perusahaan pada lokasi penelitian dipilih sebagai

responden, sedangkan penentuan responden eksternal menggunakan metode

purposive sampling, dimana pemilihan responden dipilih secara sengaja.

Responden internal meliputi para pemilik perusahaan pada industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah yang sekaligus merangkap pada bagian

pemasaran dan bagian produksi. Para pemilik perusahaan tersebut terdiri dari

enam orang pengusaha, yaitu Ibu Piet Sumarto, Ibu Diana, Bapak Arifudin, Bapak

Trisila Juwantara, Ibu Nafingah, dan Ibu Annisa Sholehatin. Pemilihan responden

internal dilakukan dengan alasan bahwa para responden tersebut mengetahui

secara baik mengenai kondisi perusahaan maupun perkembangan industri, strategi

yang diterapkan dan memiliki wewenang mengenai data-data yang dibutuhkan

dalam penelitian.

Responden eksternal meliputi Kepala bidang Pemberdayaan UMKM

Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo (satu orang), serta Kepala Pengawasan

Industri Diperindag Kabupaten Wonosobo (satu orang). Pemilihan responden

eksternal didasarkan bahwa para pihak tersebut mengetahui kondisi

perkembangan dan lingkungan usaha pengolahan carica di Kabupaten Wonosobo.

Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu

menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

Page 55: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

40

3.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan,

yaitu mulai dari bulan Juli sampai November 2015. Data ini digunakan baik untuk

pembuatan proposal maupun pembuatan skripsi. Lokasi yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah enam perusahaan yang terdapat pada industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah, kantor BPS Kabupaten Wonosobo,

kantor Disperindag, dan kantor Distan Kabupaten Wonosobo.

Selama proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sendiri

oleh peneliti. Teknik yang digunakan selama pengumpulan data, antara lain

wawancara langsung, wawancara mendalam, observasi di lapangan, pengisian

kuesioner, dan browsing internet. Metode pengumpulan data yang lain diperoleh

dengan cara studi pustaka yaitu dengan mencari sumber lain yang dapat

digunakan sebagai acuan penulisan sehingga permasalahan dapat diselesaikan.

3.6. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang telah didapatkan, kemudian diolah dan dianalisis. Metode

pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan

analisis lingkungan perusahaan. Menurut David (2011), untuk menganalisis

lingkungan perusahaan baik lingkungan internal maupun eksternal dapat

dilakukan melalui tiga tahap formulasi strategi, yaitu tahap input, tahap

pencocokan, dan tahap keputusan. Alat bantu analisis yang digunakan untuk

merumuskan strategi adalah matriks IFE dan EFE pada tahap input, matriks IE

dan SWOT pada tahap pencocokan, serta matriks QSP pada tahap keputusan.

Page 56: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

41

3.6.1 Tahap Input

Tahap input bertugas menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan

untuk merumuskan strategi-strategi. Dalam penelitian ini, tahap input

menggunakan matriks IFE dan matriks EFE. Pada tahap input, setelah dilakukan

analisis internal dan eksternal adalah menuangkan faktor kunci sukses ke dalam

matriks IFE untuk faktor internal dan matriks EFE untuk faktor eksternal.

Terdapat lima tahapan kerja yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-

faktor kunci dalam matriks IFE dan EFE sebagai berikut:

1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Industri

Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal unit

yang dianalisis dengan melakukan pendaftaran semua kekuatan dan

kelemahan. Daftar harus spesifik dengan menggunakan angka

perbandingan. Identifikasi faktor eksternal yaitu mendaftar semua peluang

dan ancaman yang merupakan faktor eksternal yang dimiliki unit yang

dianalisis. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor diatas menjadi faktor

penentu internal dan eksternal yang selanjutnya akan diberi bobot.

2. Penentukan Bobot Setiap Variabel

Penentuan bobot berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap

posisi strategis unit yang dianalisis dalam suatu daerah tertentu. Penentuan

bobot akan dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis

internal dan eksternal tersebut kepada responden terpilih dengan

menggunakan metode paired comparison. Metode paired comparison

adalah suatu metode untuk membandingkan secara bersamaan dua variabel

Page 57: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

42

yang terdapat dalam seperangkat variabel dan memilih salah satu variabel

yang dinilai responden lebih penting melalui skala penilaian. Metode

tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap

faktor penentu internal dan eksternal, yaitu dengan cara membandingkan

variabel horizontal terhadap variabel vertikal. Skala yang digunakan untuk

menentukan bobot setiap variabel yang digunakan dalam pengisian kolom

adalah:

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Bentuk penilaian pembobotan faktor strategis internal dan eksternal dapat

dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Cara membaca perbandingan dimulai dari

variabel horizontal dibandingkankan dengan variabel vertikal (konsisten).

Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal

Faktor Strategi

Internal A B C D ... Total Bobot

A

Xi

Xi_____

n

Ʃ Xi

i= 1

B

C

D

...

Total

n

Ʃ Xi

I= 1

Sumber : Kinnear dan Taylor (2001) , diacu dalam Budi (2008)

Page 58: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

43

Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal

Faktor Strategi

Internal A B C D ... Total Bobot

A

Xi

Xi_____

n

Ʃ Xi

i= 1

B

C

D

...

Total

n

Ʃ Xi

I= 1

Sumber : Kinnear dan Taylor (2001) diacu dalam Budi (2008)

Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap

variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:

Xi Keterangan:

αi = _______ αi = Bobot variabel ke-i

n Xi = Nilai variabel ke-i

Ʃ Xi i = 1, 2, 3, ..., n

I=1 n = Jumlah variabel

Ʃ Xi = Total nilai variabel

Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan

tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam

industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan

kelemahan atau peluang dan ancaman. Jumlah seluruh bobot yang diberikan harus

sama dengan 1,0.

Page 59: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

44

3. Penentuan Peringkat

Penentuan peringkat oleh responden terpilih dilakukan terhadap variabel-

variabel dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur pengaruh

dari masing-masing variabel terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai

peringkat terhadap masing-masing faktor strategis. Penentuan rating pada

matriks IFE untuk faktor kekuatan dan kelemahan menggunakan skala

nilai rating sebagai berikut:

1 = jika faktor tersebut merupakan kelemahan mayor perusahaan.

2 = jika faktor tersebut merupakan kelemahan minor perusahaan.

3 = jika faktor tersebut merupakan kekuatan minor perusahaan.

4 = jika faktor tersebut merupakan kekuatan mayor perusahaan.

Sedangkan penentuan rating pada matriks EFE untuk faktor peluang dan

ancaman menggunakan skala nilai rating sebagai berikut:

1 = jika respon perusahaan buruk atau kurang berpengaruh.

2 = jika respon perusahaan cukup atau berpengaruh sedang.

3 = jika respon perusahaan baik atau berpengaruh baik.

4 = jika respon perusahaan sangat baik atau berpengaruh sangat baik

4. Tahap selanjutnya adalah mengalikan setiap bobot dengan peringkat pada

setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal

untuk mendapatkan total skor pembobotan. Matriks IFE dan EFE dapat

dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Total skor pembobotan pada matriks IFE

akan berkisar antara 1,0 - 4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor

pembobotan IFE bernilai dibawah 2,5 menunjukkan bahwa industri

Page 60: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

45

tersebut memiliki posisi internal yang lemah. Sedangkan jika jumlah skor

pembobotan IFE bernilai diatas 2,5 menunjukkan bahwa industri tersebut

memiliki posisi internal yang kuat. Jika total skor 1,0 menunjukkan bahwa

perusahaan tidak mampu menutupi kelemahan yang ada dengan kekuatan

yang dimiliki. Jumlah skor 4,0 menunjukkan bahwa industri

memanfaatkan kekuatan maupun kelemahan yang dihadapinya dengan

sangat baik.

Tabel 4. Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matrik IFE)

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor bobot (Bobot x Rating)

Peluang

1..........

2..........

3..........

............

Ancaman

1..........

2..........

3..........

............

Total

Sumber: David (2011)

Total skor pembobotan pada matriks EFE, jumlah skor bobot faktor

eksternal berkisar antara 1,0 - 4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor

pembobotan EFE bernilai dibawah 2,5 menunjukkan bahwa industri tersebut

memiliki posisi eksternal yang lemah. Sebaliknya jika jumlah skor pembobotan

EFE bernilai diatas 2,5 menunjukkan bahwa industri tersebut memiliki posisi

Page 61: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

46

eksternal yang kuat. Jumlah skor pembobotan EFE 1,0 menunjukkan bahwa

industri tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.

Tabel 5. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE)

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor bobot (Bobot x Rating)

Kekuatan

1..........

2..........

3..........

............

Kelemahan

1..........

2..........

3..........

............

Total

Sumber: David (2011)

3.6.2 Tahap Pencocokan

Tahap pencocokan berlandaskan pada informasi yang diturunkan dari

tahap input untuk mencocokkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Dalam penelitian ini, tahap pencocokan menggunakan matriks internal dan

eksternal (IE) kemudian dilanjutkan dengan matriks SWOT.

1) Matriks IE menempatkan berbagai divisi organisasi dalam diagram

sembilan sel secara skematis. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi

kunci, yaitu total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata

tertimbang EFE pada sumbu y. Total rata-rata tertimbang yang diturunkan

dari masing-masing divisi memungkinkan pembuatan matriks IE. Pada

Page 62: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

47

sumbu x matriks IE menggambarkan posisi internal dimana total rata-rata

tertimbang IFE yang diberi bobot 1,0 sampai 1.99 menunjukkan posisi

internal yang lemah, nilai 2,00 sampai 2,99 dianggap rata-rata, dan nilai

3.0 sampai 4,0 dianggap kuat. Demikian pula pada sumbu y, untuk total

nilai EFE memiliki perhitungan yang sama. Matriks IE dibagi menjadi tiga

bagian utama yang mempunyai dampak strategi yang berbeda, yaitu:

a) Divisi yang masuk kedalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan

sebagai kondisi tumbuh dan berkembang. Pada umumnya divisi

yang termasuk dalam sel tersebut mengejar pertumbuhan dalam

keuntungan, penjualan, pangsa pasar, dan tujuan primer lainnya.

Strategi yang dapat diterapkan untuk kondisi ini adalah strategi

intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan

produk) atau strategi integrasi (integrasi kedepan, kebelakang, dan

horizontal).

b) Divisi yang masuk dalam sel III, V, VII paling baik dikendalikan

dengan strategi jaga dan pertahanan. Divisi yang berada pada sel

tersebut pada umumnya menghindari kehilangan penjualan dan

kehilangan profit. Divisi ini termasuk pada kondisi kedewasaan.

Strategi yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar dan

pengembangan produk.

c) Divisi yang masuk kedalam sel VI, VIII atau IX adalah kondisi

penurunan. Strategi yang sebaiknya digunakan adalah strategi

divestasi. Pada saat kelangsungan hidup perusahaan terancam dan

Page 63: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

48

tidak dapat lagi bersaing sehingga dibutuhkan strategi yang

menekankan penghematan.

Ilustrasi mengenai matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.

TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE

Kuat Rata-Rata Lemah

3,0 – 4,0 2,0 – 2,99 1,0 – 1,99

4,0 3,0 2,0 1,0

Tinggi

3,0 – 4,0

3,0

Menengah

2,0 – 2,99

2,0

Kecil

1,0 – 1,99

1,0

Gambar 4. Matriks IE

Sumber: David (2011)

2) Matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT)

Matriks SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan strategi, dengan memaksimalkan kekuatan (Strengths)

dan peluang (Opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Jadi, analisis SWOT

membandingkan antara faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan

dengan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman (Rangkuti 2006).

TO

TA

L R

AT

A-R

AT

A T

ER

TIM

BA

NG

EF

E

I II III

IV V VI

VII VII IX

Page 64: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

49

Matriks ini menggunakan informasi yang didapatkan dari tahap input dan

merupakan alat yang penting untuk membantu manajer mengembangkan

empat set kemungkinan alternatif strategi (David 2011), yaitu :

a) Strategi S-O adalah menggunakan kekuatan internal perusahaan

untuk memanfaatkan peluang eksternal.

b) Strategi W-O bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal

dengan memanfaatkan peluang eksternal.

c) Strategi S-T menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari

atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal.

d) Strategi W-T adalah taktik defensif yang diarahkan pada

pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman

eksternal.

Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel. Ada empat sel faktor kunci,

empat set kemungkinan alternatif strategi, dan satu sel selalu dibiarkan kosong

(sel kiri atas). Empat set kemungkinan alternatif strategi dikembangkan setelah

menyelesaikan empat sel faktor kunci. Penyajian secara sistematis dari matriks

SWOT ditunjukkan pada Gambar 5. Menurut David (2011) terdapat delapan

langkah yang harus dilakukan untuk menyusun matriks SWOT yaitu:

a) Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.

b) Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan

c) Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.

d) Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.

Page 65: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

50

e) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat

hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan.

f) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat

hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan.

g) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat

hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan.

h) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat

hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan

Internal

Eksternal

KEKUATAN

(Strenghts-S) KELEMAHAN

(Weaknesses-W)

PELUANG

(Opportunities-

O)

Strategi SO

Strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan

peluang

Strategi WO

Strategi yang dapat

meminimalkan kelemahan untuk

memanfaatkan peluang

ANCAMAN

(Threats-T)

Strategi ST

Strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk menghindari

ancaman

Strategi WT

Strategi yang meminimalkan

kelemahan dan menghindari

ancaman

Gambar 5. Matriks SWOT

Sumber: David (2011)

3.6.3 Tahap Keputusan

Menurut David (2011), terdapat satu teknik yang dapat digunakan untuk

merumuskan alternatif strategi mana yang terbaik, yaitu matriks perencanaan

strategi kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix–QSPM). QSPM

menggunakan input dari analisis tahap satu dan hasil tahap pencocokan dari untuk

menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. QSPM memungkinkan

Page 66: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

51

penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif,

berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah

diidentifikasi sebelumnya untuk memilih alternatif strategi terbaik. Menurut

David (2011), terdapat enam langkah untuk mengembangkan QSPM, yaitu:

1) Membuat daftar kekuatan atau kelemahan dan peluang atau ancaman kunci

perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini diambil secara

langsung dari matriks IFE dan EFE.

2) Memberikan bobot untuk masing-masing faktor eksternal dan internal.

Bobot ini identik dengan yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE.

3) Evaluasi matriks tahap pencocokan dan identifikasi alternatif strategi yang

harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan.

4) Menentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores-AS). Nilai daya tarik

didefinisikan sebagai angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari

masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu. Nilai daya tarik

ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal atau

eksternal kunci. Secara spesifik nilai daya tarik harus diberikan untuk

masing-masing strategi untuk mengindikasikan daya tarik relatif dari satu

strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu.

Jangkauan untuk nilai daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak

menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik.

5) Menghitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Scores-TAS). Total

nilai daya tarik didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah

2) dengan nilai daya tarik (langkah 4) dalam masing-masing baris. Total

Page 67: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

52

nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing

alternatif strategi dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor

keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat. Semakin tinggi

total nilai daya tarik, maka semakin menarik alternatif strategi tersebut.

6) Menghitung jumlah total nilai daya tarik (STAS) pada masing-masing

kolom. Penjumlahan ini mengungkapkan strategi mana yang paling

menarik dari setiap set alternatif. Nilai STAS yang paling tinggi berarti

strategi tersebut yang paling layak diaplikasikan dalam perusahaan.

Secara spesifik, format dasar dari QSPM terdiri dari baris atas yang

merupakan alternatif strategi yang diturunkan dari matriks IE dan SWOT, bagian

kolom kiri yang merupakan kolom faktor kunci terdiri dari faktor internal dan

eksternal berdasarkan atas informasi yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE,

kemudian kolom selanjutnya berisi bobot yang diterima oleh setiap faktor dalam

matriks IFE dan EFE. Format dasar dari QSPM ditunjukkan oleh Tabel 6.

Tabel 6. Matriks QSP (QSPM)

Faktor Kunci Bobot

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor Eksternal kunci

Peluang

............

Ancaman

............

Faktor Internal kunci

Kekuatan

..............

Kelemahan

..............

Penjumlahan Total Daya

Tarik

Sumber: David (2011)

Page 68: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Profil Wilayah Kecamatan Mojotengah

Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Wonosobo yang memiliki luas wilayah 4.507 hektar atau sekitar 4,58 persen dari

luas Kabupaten Wonosobo secara keseluruhan. Wilayah Kecamatan Mojotengah

berada pada ketinggian 860 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Mojotengah

beriklim tropis dengan curah hujan per tahun berkisar antara 3.477-6.601

mm/tahun.

Jarak ibukota Kecamatan Mojotengah dengan Kabupaten Wonosobo

adalah 4 km (BPS Kabupaten Wonosobo 2014). Batas-batas administrasi

Kecamatan Mojotengah, yaitu sebagai berikut:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kejajar

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Wonosobo

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Watumalang

4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kertek

Secara garis besar penggunaan lahan di Kecamatan Mojotengah terbagi

menjadi menjadi dua, yaitu 1.177,30 ha berupa lahan sawah dan 3.329,70 hektar

berupa bukan lahan sawah yang terdiri dari 304,82 hektar berupa bangunan dan

pekarangan, 2.413,30 hektar berupa tegalan, 8,13 hektar berupa kolam, 202 ha

hektar berupa hutan negara, 253 hektar berupa perkebunan, dan 148,45 hektar

berupa lahan kosong. Berdasarkan hasil registrasi penduduk pada akhir tahun

Page 69: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

54

2014, jumlah penduduk Kecamatan Mojotengah adalah sebanyak 59.973 jiwa,

yang terdiri dari laki-laki 31.047 jiwa dan perempuan 28.926 jiwa.

4.2 Sejarah Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah

Kabupaten Wonosobo memiliki potensi tanaman carica yang merupakan

salah satu buah spesifik lokasi yang tidak mudah ditemukan di daerah lain di

Indonesia, tetapi tumbuh subur di Dataran Tinggi Dieng (Hidayat 2000). Awalnya

para petani hanya membiarkan tanaman carica tumbuh dan tidak memanfaatkan

buahnya. Karakteristik buah carica membuat buah ini hanya enak dimakan apabila

telah diproses terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan jika dikonsumsi secara

langsung buah terasa asam dan sedikit pahit, walaupun buah sudah matang. Selain

itu daging buah juga mengandung banyak getah berwarna putih yang

menyebabkan gatal apabila mengenai bibir, mulut, dan kulit (Distan Kabupaten

Wonosobo 2014).

Pada tahun 1980, perusahaan besar di Kecamatan Mojotengah, yaitu PT.

Dieng Jaya mulai mengembangkan budidaya dan pengolahan carica. Perusahaan

ini memproduksi manisan carica basah dalam kemasan kaleng. Pemasaran produk

perusahaan untuk tujuan lokal dan ekspor. Semenjak itulah masyarakat

mengetahui bahwa buah carica memiliki citarasa yang unik, bau harum yang khas,

daging buah yang kenyal, dan dapat meningkatkan selera jika diolah dengan cara

yang tepat. Melalui proses pengolahan dapat meningkatkan daya simpan buah

yang telah matang karena hanya dapat bertahan sekitar 3-4 hari setelah proses

pemanenan. Berdirinya PT. Dieng Jaya juga sangat berpengaruh bagi para petani

Page 70: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

55

di Dataran Tinggi Dieng, dimana mereka mulai menanam carica dalam jumlah

besar.

Pada tahun 1981, Disperindagkop Kabupaten Wonosobo mengadakan

kursus pengawetan buah gratis untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan bagi para

ibu PKK di Kabupaten Wonosobo. Hal ini selanjutnya menjadi awal mula

munculnya ide mendirikan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah.

Pada tahun 1993, PT. Dieng Jaya terus mengalami defisit sehingga usaha

pengolahan carica dihentikan. Kondisi ini menyebabkan ribuan petani carica

kesulitan dalam memasarkan panennya sehingga berdampak pada turunnya harga

buah dan bahkan buah menjadi tidak laku jual. Selain itu, uang pembelian buah

pada panen sebelumnya tidak dibayarkan oleh PT. Dieng Jaya. Hal ini

menyebabkan para petani memusnahkan tanamannya sehingga jumlah populasi

tanaman carica menurun drastis.

Penghentian produksi oleh PT. Dieng Jaya juga menyebabkan para agen

dan toko-toko mengalami kesulitan dalam mendapatkan produk olahan carica.

Akhirnya kondisi ini ditanggapi oleh industri kecil olahan carica di Kabupaten

Wonosobo yang mulai berkembang. Namun permasalahannya, industri kecil

olahan carica mengalami kesulitan dalam memperoleh persediaan buah carica

untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Akhirnya pada tahun 2009 dan 2014

pemerintah Kabupaten Wonosobo memberikan bantuan dana untuk budidaya

tanaman carica di Dataran Tinggi Dieng sehingga jumlah, mutu, dan luas tanam

carica mengalami peningkatan.

Page 71: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

56

Produk olahan carica tersebut dikenal sebagai produk makanan khas

daerah Wonosobo. Selain itu, usaha pengolahan carica juga masih tetap dijalankan

dalam skala kecil oleh beberapa industri kecil olahan carica yang tersebar di

Kabupaten Wonosobo. Salah satunya adalah industri kecil olahan carica yang

berada di Kecamatan Mojotengah.

4.3 Lokasi Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah

Penentuan lokasi berperan penting dalam perkembangan industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah karena akan mempengaruhi kedudukan

industri kecil dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup usaha.

Umumnya lokasi industri kecil bersatu dengan rumah pemilik. Lokasi tersebut

menjadi tempat produksi industri, tempat penyimpanan bahan baku, dan produk

yang telah jadi. Tata letak ruang produksi dan pengaturan letak peralatan sudah

baik sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan lancar. Berdasarkan

wawancara dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo, kondisi ruang

industri kecil olahan carica juga telah memenuhi persayaratan dalam

menghasilkan produk yang bermutu dan aman dikonsumsi.

Lokasi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah ini dapat

dikatakan strategis karena lokasi tersebut memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1) Dekat dengan bahan baku utama dan pendukung. Bahan baku utama

berupa buah carica berasal dari Dataran Tinggi Dieng, Kecamatan Kejajar,

Kabupaten Wonosobo. Bahan baku pendukung tersedia di sekitar

Wonosobo.

Page 72: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

57

2) Dekat dengan tempat pamasaran produk, yaitu toko-toko makanan, rumah

makan, outlet pusat makanan khas, dan tempat pariwisata pemandian air

panas alami Kalianget.

3) Ketersediaan tenaga kerja terampil dan berpengalaman dalam pengolahan

buah carica karena mereka pernah bekerja pada bagian pengolahan carica

di PT. Dieng Jaya.

4) Dekat jalan raya dengan kondisi yang baik sehingga menguntungkan

karena mudah dijangkau dan mudah dilalui alat transportasi. Hal ini sangat

memudahkan transportasi dalam memperoleh bahan baku dan distribusi

produk sehingga mendukung kelancaran usaha.

5) Tersedia air bersih yang melimpah di Kecamatan Mojotengah.

6) Tersedia banyak fasilitas pengangkutan umum, yaitu ojek, angkot, dan bus

sehingga memudahkan dalam pelaksanaan transportasi industri kecil.

7) Masih tersedia lahan kosong yang cukup luas di Kecamatan Mojotengah

sehingga memungkinkan industri kecil olahan carica untuk memperluas

tempat produksinya atau membangun pabrik yang baru.

Adanya keuntungan dari letak lokasi yang strategis dapat menjadi

kekuatan bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam

menangkap potensi pasar yang ada sehingga daerah pemasaran bisa lebih luas.

Page 73: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

58

4.4 Kondisi Umum Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan

Mojotengah

Industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah masih berbentuk

perusahaan perorangan dengan skala usaha yang masih kecil. Industri juga belum

memiliki pernyataan secara tertulis mengenai visi, misi, dan tujuan. Akan tetapi

secara umum ketiga hal tersebut telah tersirat dalam wawancara dengan para

pemilik usaha pengolahan carica. Visi industri menjadi produsen carica yang

terbaik dalam mutu, dapat memperkenalkan produk sebagai makanan khas

Kabupaten Wonosobo kepada seluruh masyarakat baik di dalam maupun di luar

negeri, dapat meningkatkan kapasitas produksi, serta dapat memperluas daerah

pemasaran produk. Misi industri adalah memproduksi carica dalam sirup yang

bermutu, aman, mudah dalam penyajian, serta dapat dikonsumsi oleh seluruh

masyarakat. Berdasarkan visi dan misi industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah, maka tujuan industri adalah dapat memperbaiki perekonomian

keluarga pada khususnya, dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat sekitar.

Usaha pengolahan carica adalah suatu usaha yang bersifat padat karya

karena keseluruhan kegiatan produksi masih menggunakan peralatan sederhana

yang dioperasikan secara manual. Dalam menjalankan usahanya, industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah memanfaatkan tenaga kerja lokal. Oleh

karena itu, keberadaan industri tidak hanya menguntungkan secara finansial bagi

pemilik, tetapi juga menguntungkan secara sosial bagi masyarakat di sekitar

lokasi industri.

Page 74: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

59

Pengalaman para pengusaha pengolah carica di Kecamatan Mojotengah

beraneka ragam. Keragaman tersebut dapat ditunjukkan dari lamanya masing-

masing pengusaha berkecimpung dalam industri dan latar belakang pekerjaan

masing-masing pengusaha. Jika dilihat dari kedua faktor tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengusaha yang sudah sangat berpengalaman dan

juga pengusaha yang baru dalam tahap pembelajaran atau awal menjalani bisnis

ini.

Modal awal yang digunakan untuk mendirikan usaha sepenuhnya berasal

dari modal pribadi pemilik yang jumlahnya relatif kecil, yaitu berkisar antara Rp

2.000.000,- sampai Rp 7.500.000,-. Untuk tambahan modal usaha umumnya

didapat dari keluarga atau teman dan kredit yang dikeluarkan oleh pemerintah

daerah dengan jumlah yang kecil. Oleh karena itu, sampai saat ini industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah masih menghadapi masalah keterbatasan

modal usaha.

Bahan baku utama berupa buah carica hanya dapat diperoleh dari Dataran

Tinggi Dieng. Sedangkan bahan pendukung berupa gula pasir, minyak tanah, dan

garam cukup mudah diperoleh dan tersedia banyak di pasar tradisional, warung,

dan toko grosir yang berada di Wonosobo. Untuk kardus dan label umumnya

dipesan pada percetakan yang ada di Wonosobo, Magelang, Semarang, dan

Yogyakarta. Sedangkan botol dan tutup dapat diperoleh di toko maupun penjual

botol yang ada di sekitar Wonosobo.

Skala dan kapasitas produksi beragam, yaitu sekitar 1,5 sampai 18 ton per

bulan. Harga jual produk juga beragam antara Rp 7.500,-/botol sampai Rp 8.500,-

Page 75: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

60

/botol. Sistem pembayaran produk oleh toko, distributor maupun agen secara tunai

dan sebagian secara konsinyasi atau tempo sesuai kesepakatan dengan

perusahaan. Pemasaran produk dilakukan dengan cara dijual sendiri, langsung

diambil oleh pembeli ke pabrik, diantar industri kepada pembeli dengan ongkos

pengiriman ditanggung oleh industri jika penjualan lokal, dan melalui distributor

maupun agen di luar Wonosobo. Sebagian besar pemasaran produk di Kabupaten

Wonosobo dan sebagian kecil ke daerah-daerah di luar Wonosobo, yaitu

Magelang, Semarang, DIY, Solo, Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Bali.

Kemasan produk pada umumnya menggunakan botol dengan netto 350

gram. Pertimbangan dalam pemakaian botol adalah daya tahan produk dapat

mencapai 1 tahun dalam penyimpanan normal, tidak bereaksi dengan bahan yang

dikemas, dan kemasan botol yang transparan mempermudah kontrol kualitas

produk. Sedangkan produk dalam kemasan cup plastik dengan netto 250 gram

hanya diproduksi sesuai permintaan. Hal ini dikarenakan masa simpan produk

hanya dapat mencapai 6 bulan dan produk juga dapat berubah jika terlalu sering

terkena sinar matahari langsung.

4.5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi dapat menggambarkan suatu hubungan antar jabatan

dan hubungan garis wewenang yang ada dalam suatu organisasi. Berdasarkan

hasil observasi di lapangan, industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

belum memiliki struktur organisasi secara tertulis. Namun telah diterapkan

pembagian tugas dalam operasionalisasinya meskipun masih sangat sederhana.

Page 76: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

61

Gambaran umum mengenai struktur organisasi industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Struktur Organisasi

Berdasarkan wawancara, pemilihan struktur organisasi tersebut dibuat

berdasarkan skala usaha industri kecil sehingga dapat dikelola sendiri oleh

pemilik dan untuk memperkecil penggunaan tenaga kerja sehingga dapat

menghemat biaya operasional. Oleh karena itu, pembagian jabatan hanya terbagi

atas pemilik, bagian keuangan, dan karyawan. Untuk kegiatan operasional,

pemilik menerapkan pendekatan top down, dimana seluruh komando berjalan

secara langsung dari pemilik menuju unit-unit di bawahnya. Begitu pula setiap

karyawan juga bertanggung jawab secara langsung kepada pemilik. Tugas dan

tanggung jawab masing-masing jabatan dalam industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah adalah sebagai berikut:

PIMPINAN

PERUSAHAAN

Adm. dan

Keuangan

Kepala

Bagian

Produksi

Kepala

Bagian

QC

Kepala

Bagian

Gudang

Pengadaan

dan

Teknik

Kepala

Bagian

Pemasaran

Page 77: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

62

1) Pemilik perusahaan

Pada umumnya pemilik yang sekaligus sebagai pengelola utama atau

pimpinan memiliki beberapa tugas, yaitu:

a) Bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan yang terkait dengan

seluruh aktivitas perusahaan.

b) Mengontrol dan selalu menjaga ketersediaan bahan baku dan produk jadi.

c) Bertanggung jawab terhadap pembelian bahan baku utama, bahan baku

pendukung, dan pemilihan pemasok.

d) Bertanggung jawab mengatur dan mengawasi aktivitas produksi sehingga

tepat mutu dan tepat jumlah sesuai dengan target produksi.

e) Bertanggung jawab terhadap pemasaran produk kepada agen dan

distributor.

2) Bagian Keuangan

Bertanggung jawab terhadap masalah keuangan, misalnya: memegang

seluruh keuangan, mencatat keluar masuk kas keuangan, bertanggung

jawab terhadap pencatatan absensi karyawan yang digunakan sebagai

dasar pemberian upah karyawan, membayar upah karyawan. Umumnya

bagian keuangan dipegang oleh keluarga, yaitu istri atau anak pemilik

usaha.

3) Karyawan

Karyawan adalah tenaga kerja yang menangani proses pengolahan carica

secara langsung. Setiap karyawan tersebut memiliki tugas tertentu. Secara

garis besar pembagian tugas para karyawan adalah:

Page 78: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

63

a) Kepala Bagian Produksi

Kepala Bagian Produksi bertugas mengatur jalannya proses produksi,

membuat rencana dan jadwal produksi. Selain itu, melakukan kontrol

terhadap karyawan yang bertugas di bagian produksi dan memastikan

bahwa kegiatan produksi sesuai dengan Standar Operasional Prosedur

(SOP). Mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan produksi agar dapat

mengetahui kekurangan dan penyimpangan/kesalahan sehingga dapat

dilakukan perbaikan untuk kegiatan berikutnya.

b) Kepala Bagian Quality Control

Kepala Bagian Quality Control bertugas melakukan analisa pengujian

mutu produk, memberikan label lolos uji pada produk yang lolos dalam

pengujian mutu, dan bertanggung jawab atas pengendalian mutu produk

akhir. Selain itu, menganalisis hasil produksi yang diluar standar kualitas

produk dan memberikan solusi terhadap perbaikan kualitas produk.

Bahkan, mengatur hal-hal yang berhubungan dengan pengujian kualitas

bahan baku merupakan tugas bagian quality control.

c) Kepala Bagian Gudang

Kepala Bagian Gudang bertugas mengatur jumlah stok bahan baku dan

baha pembantu sesuai kapasitas gudang, menjaga sanitasi gudang bahan

baku dan gudang produk akhir. Selain itu, mengatur input dan output

material, mengadministrasi dan memelihara barang-barang dalam gudang.

Bahkan, bertanggung jawab atas stok persediaan produk jadi yang siap

dipasarkan.

Page 79: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

64

d) Kepala Bagian Pengadaan dan Teknik

Kepala Bagian Pegadaan dan Teknik bertugas menyediakan kebutuhan

pabrik terkait dengan proses produksi dan kelengkapannya, serta

melakukan perawatan dan pemeliharaan fasilitas, mesin, dan peralatan

serta keutuhan lainnya. Selain itu, mendelegasikan dan mengkoordinir

tugas-tugas di bagian perawatan mesin dan listrik. Tugas lainnya adalah

mengatur pengadaan bahan baku yang diminta oleh bagian perencanaan

sesuai dengan kebutuhan order serta pengadaan spare part mesin dan

peralatan untuk keperluan perawatan.

e) Kepala Bagian Pemasaran

Kepala Bagian Pemasaran ini bertugas memilih metode pemasaran dan

promosi yang tepat sehingga dapat meningkatkan penjualan produk,

menjadi penghubung antara perusahaan dengan konsumen terkait dengan

keinginan konsumen terhadap produk. Selain itu, menentukan

kebijaksanaan dan strategi pemasaran perusahaan yang mencakup jenis

produk yang akan dipasarkan, harga pendistribusian dan promosi. Tugas

lainnya adalah melakukan analisis pasar, meneliti persaingan dan

kemungkinan perubahan permintaan serta mengatur distribusi produksi.

4.6 Proses Produksi

Untuk menghasilkan produk yang berkualitas diperlukan tahapan proses

produksi yang higienis dan aman sehingga produk dapat menembus pasar

domestik dan ekspor. Proses yang pertama kali dilakukan sebelum proses

Page 80: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

65

produksi adalah sortasi buah carica yang sudah matang. Untuk buah yang belum

matang biasanya memiliki rasa yang pahit, aroma tidak harum, dan warna buah

masih hijau sehingga akan menurunkan mutu jika digunakan dalam proses

produksi. Begitu pula dengan buah yang terlalu matang juga kurang baik untuk

bahan baku pembuatan produk karena buah tersebut bertekstur terlalu lunak dan

rasanya tidak enak. Diagram alir proses pembuatan carica dalam sirup dapat

dilihat pada Lampiran 1. Keseluruhan proses produksi dilakukan secara manual.

Adapun proses produksi carica dalam sirup dengan kemasan botol adalah:

1) Pengupasan

Buah carica yang sudah matang dikupas. Pada proses ini para pekerja

harus dilengkapi sarung tangan karet karena buah carica mengandung

banyak getah yang dapat menimbulkan gatal jika mengenai kulit. Pada

proses pengolahan awal harus dilakukan secara manual karena bentuk

buah carica yang menyerupai belimbing sehingga sulit untuk dibuat mesin

pengupasnya.

2) Pencucian I

Selanjutnya dilakukan proses pencucian pertama. Wadah yang digunakan

untuk menampung buah hasil proses pengupasan dan sekaligus digunakan

dalam proses pencucian awal berupa baskom plastik. Pemilihan wadah

penampung buah yang terbuat dari plastik disebabkan getah buah carica

bersifat korosif. Pada tahap pencucian pertama ini menggunakan air bersih

yang ditambah dua sendok makan garam.

Page 81: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

66

3) Pemotongan buah I

Pemotongan buah yang pertama dilakukan untuk membagi buah menjadi

dua bagian yang sama besar.

4) Pemisahan buah dari bijinya

Selanjutnya biji yang terbungkus sarkotesta dipisahkan dari daging buah

dengan cara dikeruk menggunakan sendok. Kemudian biji yang

terbungkus sarkotesta tersebut ditampung dalam wadah yang berbeda dari

daging buah.

5) Pemotongan Buah II

Setelah buah dipisahkan dari bijinya, buah dipotong lagi menjadi beberapa

bagian dengan bentuk yang menarik serta supaya dapat dikemas dengan

mudah di dalam botol. Umumnya bentuk yang dipilih adalah bentuk

segitiga, dimana buah dipotong mengerucut mulai dari pangkal buahnya.

6) Pencucian II

Buah dicuci kembali dengan air sampai bersih.

7) Pembuatan sirup buah

a) Biji yang terbungkus sarkotesta diperas sampai keluar cairan kental atau

air biji yang beraroma khas buah carica. Proses pemerasan ini dapat

dilakukan berkali-kali hingga aroma khas tersebut hilang.

b) Perebusan air biji dicampur dengan air dan gula pasir secukupnya.

c) Perebusan tersebut dilakukan sampai sirup mendidih pada panci.

d) Sirup yang telah mendidih atau sudah jadi kemudian disaring untuk

dipisahkan dari ampasnya sehingga menjadi bersih.

Page 82: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

67

8) Pencucian botol dan tutup botol

a) Botol yang digunakan adalah botol dengan mulut lebar. Sebelum

digunakan, botol dan tutup dicuci dengan mengggunakan air bersih dan

sabun agar lebih steril. Saat proses pencucian juga dilakukan pemeriksaan

kerusakan pada botol. Selanjutnya botol, tutup dikeringkan.

b) Penyimpanan botol dan tutup dengan posisi mulut botol ke bawah.

9) Pengukusan

a) Dandang berisi air yang akan digunakan pada proses ini terlebih dahulu

dipanaskan sampai airnya mendidih.

b) Buah yang telah dipotong pada tahap pemotongan buah kedua kemudian

dimasukkan dalam botol yang sudah bersih dan kering.

c) Botol yang telah berisi buah tersebut ditimbang. Ukuran berat botol

ditambah buah dari setiap perusahaan berbeda.

d) Selanjutnya botol diisi sirup yang masih panas dan dimasukkan dalam

dandang untuk proses pengukusan selama kurang lebih 15-20 menit.

e) Selesai pengukusan, botol diambil dari dalam dandang dan kembali diisi

dengan sirup.

10) Botol ditutup rapat-rapat.

11) Sterilisasi

Botol yang telah ditutup rapat kemudian direbus dengan suhu tinggi di

dalam panci yang berisi air selama kurang lebih 20-30 menit. Proses

sterilisasi ini bertujuan untuk memusnahkan bakteri pembusuk atau

patogen dan sebagai pengawet sederhana yang dapat membuat buah carica

Page 83: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

68

dan sirup yang ada di dalam botol dapat bertahan sampai kurang lebih 1

tahun.

12) Proses pendinginan dan pengeringan botol

Dilakukan sampai botol yang telah mengalami proses perebusan menjadi

agak dingin dan dilakukan pengeringan dengan cara di lap sehingga botol-

botol tersebut menjadi bersih serta siap untuk proses selanjutnya.

13) Pelabelan dan pengemasan

Pelabelan botol dilakukan dengan memasang etiket printing. Kemudian

pada etiket tersebut diberi tanda expired date. Terakhir dilakukan proses

pengemasan dengan memasukkan produk ke dalam kardus, dimana setiap

kardus berisi 12 botol atau 24 cup plastik.

Proses pembuatan produk dengan kemasan cup plastik terdapat sedikit

perbedaan. Tahapan awal proses produksi masih sama tetapi ketika akan

memasuki proses pengukusan, terlebih dahulu dilakukan proses perebusan buah

selama 15-20 menit. Pada proses perebusan ini air terlebih dahulu didihkan

kemudian buah dimasukkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pelunakan buah

yang berlebihan. Tujuan perebusan buah adalah menjadikan enzim yang ada

dalam buah menjadi tidak aktif dan mematikan mikroba. Kemudian setelah

duirebus, buah ditiriskan dan dimasukkan dalam kemasan, lalu ditimbang,

ditambah dengan sirup dan penutupan kemasan dengan siller. Setelah proses

selesai baru dilakukan proses pengukusan selama 30 menit. Proses selanjutnya

pendinginan dengan cara direndam dalam air sampai kemasan dingin.

Page 84: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

69

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal dilakukan dengan meninjau faktor-faktor

yang terdapat di dalam industri kecil untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

kecenderungan-kecenderungan yang berada di dalam usaha. Analisis ini terfokus

untuk mendapatkan faktor-faktor kunci yang merupakan kekuatan dan kelemahan

yang dimiliki oleh industri kecil. Dari hasil analisis tersebut, industri kecil olahan

carica di Kecamatan Mojotengah dapat memanfaatkan kekuatan dan mengatasi

kelemahan yang ada. Faktor-faktor internal yang dimiliki, meliputi aspek

manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, serta

penelitian dan pengembangan.

5.1.1 Manajemen

Fungsi manajemen pada industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah, dapat dikaji berdasarkan beberapa aspek, yaitu:

1) Perencanaan

Saat ini industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah belum

memiliki perencanaan tertulis baik untuk jangka pendek, menengah,

maupun jangka panjang. Hal ini terlihat dari belum adanya pernyataan

visi, misi, dan tujuan yang dirumuskan secara tertulis dan jelas oleh setiap

pemilik perusahaan. Meskipun demikian, kondisi ini tidak mempengaruhi

industri kecil untuk mengembangkan usahanya. Hal ini terlihat dari

Page 85: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

70

keputusan yang diambil oleh pemilik ketika akan meningkatkan kapasitas

produksi saat musim panen untuk meningkatkan stok produk jadi.

Besarnya peningkatan stok produk jadi disesuaikan dengan dana yang

dimiliki serta permintaan pasar terhadap produk.

2) Pengorganisasian

Secara umum struktur organisasi industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah dapat ditunjukkan pada Gambar 6. Pada struktur organisasi

tersebut pembagian jabatan hanya terbagi atas pemilik, bagian keuangan,

dan karyawan. Pemilik memegang posisi manajemen puncak yang

bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan strategis terkait

dengan kelancaran usaha dan sekaligus bertanggung jawab terhadap

pembelian bahan baku, pengawasan kegiatan produksi, dan pemasaran.

Bagian keuangan dipegang oleh istri atau anak pemilik, sedangkan

karyawan menangani proses pengolahan carica secara langsung.

Berdasarkan struktur organisasi dan pembagian jabatan yang ada dapat

dikatakan bahwa pembagian tugas sudah cukup baik karena antara pemilik

dan karyawan telah mengetahui tugas apa yang harus dikerjakan. Hal ini

dapat menjadi kekuatan bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah karena koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan

karyawan dapat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan aktivitas

kerja sehingga proses kerja tidak terhambat.

Page 86: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

71

3) Pemberian Motivasi

Karyawan merupakan salah satu faktor sumber daya yang dapat

menentukan perkembangan usaha. Oleh karena itu, pemilik selalu

berusaha menciptakan iklim kerja yang nyaman sehingga para karyawan

memiliki loyalitas terhadap industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah. Usaha yang telah dilakukan pemilik untuk meningkatkan

motifasi karyawan, yaitu dengan cara menganggap karyawan sebagai

rekan kerja bukan sebagai bawahan sehingga komunikasi yang terjalin

tidak kaku, ikut serta dalam proses produksi, perlakuan yang adil pada

karyawan, pemberian tunjangan hari raya, pemberian gaji tambahan ketika

terjadi peningkatan kapasitas produksi.

4) Pengelolaan Staf

Secara umum, perekrutan tenaga kerja tidak melalui prosedur yang formal

dan terstruktur. Selain itu, tidak ada persyaratan khusus yang

mengharuskan setiap calon karyawan memiliki tingkat pendidikan yang

tinggi karena proses produksi dan peralatan yang digunakan masih

sederhana. Namun dalam perekrutan tersebut, lebih diprioritaskan bagi

tenaga kerja lokal di sekitar lokasi industri kecil yang memiliki semangat

kerja tinggi dan jujur. Hal ini dikarenakan, sebagian besar tenaga kerja

lokal umumnya pernah bekerja di PT. Dieng Jaya sehingga telah memiliki

dasar ketrampilan dan pengetahuan yang lebih memadai mengenai praktek

pengolahan carica. Selain itu, pemilik juga merasa lebih mudah mengenal

kebiasaan maupun sikap para tenaga kerja lokal sehingga dapat

Page 87: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

72

memberikan kepercayaan dan tanggung jawab tugas serta mempermudah

terjalinnya hubungan yang baik antara pemilik dengan karyawan. Oleh

karena itu, dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal yang terampil dan

berpengalaman sebagai karyawan dapat menjadi kekuatan bagi industri

kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam pengembangan

usaha. Jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak tetap tergantung dari

jumlah buah yang akan diproduksi, sehingga perusahaan memperkerjakan

dua jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja tetap dan borongan. Saat ini

jumlah tenaga kerja tetap sekitar 4-12 orang dengan mayoritas

karyawannya adalah perempuan. Untuk tingkat pendidikan sebagian besar

karyawan hanya lulusan SD dan SMP.

Kontrak kerja untuk industri kecil yang mengolah carica di Kecamatan

Mojotengah, tidak secara tertulis antara pemilik dan karyawan karena

hubungan kerja yang terbentuk lebih bersifat kekeluargaan. Oleh karena

itu, karyawan memiliki kebebasan untuk menyampaikan pendapat kepada

pemilik yang terkait dengan masalah kerja. Umumnya sistem pembayaran

upah yang diterapkan adalah seminggu sekali atau sebulan sekali. Tingkat

upah pekerja tetap berkisar antara Rp 25.000,- sampai Rp 50.000,- per hari

dengan waktu kerja 8 sampai 9 jam per hari. Sedangkan tingkat upah

tenaga kerja borongan berdasarkan produk yang dihasilkan, yaitu berkisar

antara Rp 500,- sampai Rp 750,- per botol carica. Fasilitas yang umumnya

disediakan untuk pekerja berupa tempat ibadah, makan siang dan jajanan

gratis selama bekerja.

Page 88: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

73

5) Pengendalian

Pada umumnya pengendalian hanya terbatas pada bidang produksi saja,

khususnya dalam hal pengadaan bahan baku dan pengolahan.

Pengendalian dalam hal pengadaan bahan baku penting dilakukan karena

terkait langsung dengan proses produksi. Sedangkan pengendalian dalam

hal pengolahan terkait dengan mutu produk yang dihasilkan. Dalam

menjaga kualitas produk setiap pengusaha telah menerapkan standar

produksi, yaitu mengenai kualitas buah yang digunakan, takaran

penggunaan bahan baku utama dan pendukung, serta lamanya proses

produksi.

5.1.2 Pemasaran

Pemasaran merupakan ujung tombak dalam usaha yang memegang

peranan penting dalam pasca produksi. Kegiatan pemasaran akan menimbulkan

suatu persaingan dalam memperebutkan pasar yang ada. Oleh karena itu

pemasaran menjadi sangat strategis agar produk yang dihasilkan mampu merebut

pasar. Dalam menganalisis aspek pemasaran pada industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah melalui bauran pemasaran, yaitu:

1) Produk

Produk olahan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

berupa manisan carica basah yang umumnya dikenal dengan sebutan

carica dalam sirup (carica in syrup). Produk ini sudah lama dikenal

sebagai makanan khas Wonosobo karena input dari produk merupakan

Page 89: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

74

tanaman unggulan lokal yang hanya dapat ditemukan di Wonosobo.

Adanya citra produk sebagai makanan khas Wonosobo dapat menjadi

kekuatan bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

karena membuat produk yang dihasilkan memiliki pasar yang jelas.

Menurut BPOM produk memiliki daya tahan yang cukup lama, yaitu

sekitar 1 tahun. Berdasarkan hasil penelitian Prof. Dr. Sasmito, Guru Besar

Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta didapatkan kandungan gizi per 100

gram produk carica dalam sirup (Distan 2008), yaitu kalori 46 cal, Vitamin

B1 0,04 mg, Vitamin A 365 mg, Vitamin C 78 mg, hidrat arang 12,2 gr,

besi 1,7 mg, air 86,7 gr, kalsium 23 mg, fosfor 12 mg, protein 0,5 gr.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian tersebut juga didapatkan informasi

mengenai manfaat produk olahan carica bagi kesehatan tubuh, yaitu:

a) Kandungan karoten, vitamin C dan flafonoid dapat berfungsi sebagai zat

anti kanker.

b) Kandungan enzim papain berfungsi memecah serat makanan sisa,

memudahkan buang air besar.

c) Kandungan enzim caricaksantin dan violaksantin mampu menghambat

pembentukan batu empedu (bersifat asam).

d) Kandungan enzim khimopapain, glicopeptidase B dan lisosim mampu

mengatasi sakit nyeri punggung.

Banyaknya kandungan gizi dan manfaat yang terdapat dalam produk

merupakan kekuatan bagi pengembangan usaha pada industri kecil olahan

carica di Kecamatan Mojotengah karena produk dapat dijadikan sebagai

Page 90: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

75

alternatif konsumen dalam memilih makanan jadi yang menyehatkan

tubuh. Selain itu, produk juga dinilai telah memenuhi syarat keamanan

pangan dengan dikeluarkannya izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Wonosobo, yaitu berupa nomor PIRT. Upaya untuk melakukan registrasi

PIRT merupakan bentuk perlindungan konsumen, karena produk yang

telah memiliki nomor PIRT berarti secara legal aman untuk dikonsumsi

dan dipasarkan sehingga hal ini juga dapat menjadi kekuatan bagi

pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah.

Dalam kegiatan pemasaran, perusahaan memiliki kebijakan dalam

perencanaan produk yang meliputi:

a) Pemberian merek

Secara umum setiap perusahaan dalam industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah telah memiliki merek dagang pada produknya.

b) Labelisasi

Label merupakan instrumen yang dipergunakan dalam rangka

pengamanan makanan dan minuman. Desain label pada industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah umumnya dibuat semenarik

mungkin dan berbeda-beda. Hal ini dikarenakan tampilan luar produk

hampir seragam sehingga fungsi label sebagai identifikasi produk setiap

industri kecil menjadi sangat penting. Saat ini hanya beberapa industri

kecil yang telah memenuhi kelengkapan penulisan labelisasi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana isi label yang baik

Page 91: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

76

meliputi nama dan alamat lokasi usaha, komposisi produk, netto,

kandungan gizi, izin dari Dinkes berupa nomor PIRT, keterangan halal,

merek dagang, barcode, kode produksi, dan tanggal kadaluarsa. Sedangkan

untuk penulisan labelisasi pada sebagian besar industri masih belum

lengkap. Oleh karena itu, penulisan labelisasi yang belum lengkap dapat

menjadi kelemahan bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah karena dapat mempengaruhi kepercayaan, minat, dan loyalitas

konsumen terhadap produk yang ditawarkan.

c) Mutu produk

Mutu produk yang ditawarkan oleh industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah tidak seragam. Hal ini dikarenakan belum adanya

standarisasi mutu produk dari pemerintah. Meskipun demikian, industri

kecil selalu mengutamakan dan menjaga mutu produk yang dihasilkan

dengan cara menggunakan bahan baku yang berkualitas, misalnya

menggunakan buah carica segar yang matang dengan warna kuning cerah,

berdaging tebal, dan ukuran yang hampir seragam, penggunaan gula pasir

sebagai pemanis alami, proses produksi yang yang higienis, yaitu para

karyawan selalu menggunakan sarung tangan dan harnet, alat produksi dan

tempat produksi yang bersih, serta melakukan sortasi produk jadi sebelum

dipasarkan. Oleh karena itu, mutu produk yang selalu terjaga dengan baik

dapat menjadi kekuatan bagi perkembangan industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah.

Page 92: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

77

d) Pengemasan

Kemasan merupakan hal yang paling penting untuk menarik minat

konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Selain itu, kemasan juga

menunjang mutu produk yang dihasilkan karena dengan pengemasan yang

baik membuat produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi, tahan lama

sampai 1 tahun , dan layak jual. Kemasan yang umumnya digunakan

berupa botol dengan netto 350 gram yang kemudian dikemas lagi dalam

kardus. Namun jika terdapat permintaan produk dengan kemasan cup

plastik dengan netto 250 gram, sebagian perusahaan masih bersedia

melayani.

2) Harga

Penetapan harga jual produk berdasarkan pada besarnya biaya produksi

ditambah dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh setiap

pengusaha. Besarnya biaya produksi dari setiap industri kecil umumnya

berbeda-beda karena adanya perbedaan tingkat harga beli bahan baku,

perbedaan banyaknya tenaga kerja yang digunakan, serta perbedaan

banyaknya penggunaan bahan baku dalam produksi. Oleh karena itu,

tingkat harga jual produk dalam industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah tidak seragam, yaitu berkisar antara Rp 7.500,-/botol sampai

Rp 8.500,-/botol. Tingkat harga jual juga digunakan oleh sebagian

pengusaha sebagai strategi bersaing dengan industri kecil sejenis.

Page 93: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

78

3) Distribusi

Adanya saluran distribusi yang jelas dapat menunjang sebuah perusahaan

dalam proses pendistribusian produk kepada konsumen. Secara umum

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah mendistribusikan

produknya melalui empat pola saluran distribusi, yaitu:

a) Perusahaan → agen → distributor → pengecer → konsumen

Pada pola saluran pertama ini biaya transportasi ditanggung oleh agen

karena umumnya pembelian dalam jumlah besar dan posisi agen di luar

kota. Agen umumnya merupakan pembeli tetap dengan sistem

pembayaran secara tempo.

b) Perusahaan → distributor → pengecer → konsumen

Pada pola saluran kedua ini biaya transportasi ditanggung oleh distributor

karena umumnya pembelian dalam jumlah yang cukup besar. Selain itu,

distributor juga berada di luar Wonosobo. Distributor umumnya

merupakan pembeli tetap dengan sistem pembayaran secara tempo

maupun tunai sesuai dengan kesepakatan.

c) Perusahaan → pengecer → konsumen

Pada pola saluran ketiga biaya transportasi ditanggung oleh pengusaha

apabila pengecer berada di Wonosobo. Sedangkan bagi pengecer di luar

Wonosobo biaya ditanggung oleh pengecer. Kapasitas penjualan produk

dari pola saluran ini yang terbesar. Meskipun demikian, tidak semua

pengecer merupakan pembeli tetap. Oleh karena itu, distribusi produk

pada saluran ini tidak seluruhnya terjadwal secara rutin. Sistem

Page 94: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

79

pembayaran pada pola ini bermacam-macam tergantung kesepakatan,

yaitu tunai, tempo, atau konsinyasi. Untuk pembeli yang memiliki status

tidak tetap umumnya secara tunai.

d) Perusahaan → konsumen

Pada pola saluran terakhir ini pengusaha menjual produk langsung kepada

para konsumen yang datang ke lokasi industri kecil atau pengusaha

menjual langsung kepada konsumen pada saat mengikuti pameran. Sistem

pembayaran pada pola saluran ini dilakukan secara tunai dan pembelian

boleh dalam bentuk eceran.

Keberadaan keempat saluran distribusi diatas, dapat menjadi kekuatan

bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah karena saat ini produk

yang dihasilkan tidak hanya dipasarkan di sekitar Kabupaten Wonosobo saja,

akan tetapi telah mencapai beberapa daerah Magelang, Semarang, DIY, Solo,

Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Bali. Namun, kapasitas penjualan di luar

Wonosobo masih kecil. Untuk pemasaran produk di pasar lokal Wonosobo cukup

mudah karena lokasi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dekat

dengan toko-toko makanan, rumah makan, outlet pusat makanan khas, dan tempat

pariwisata pemandian air panas alami Kalianget. Selain itu, adanya kedekatan

dengan jalan raya membuat lokasi industri kecil mudah dijangkau dan mudah

dilalui alat transportasi sehingga memudahkan transportasi dalam distribusi

produk.

Page 95: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

80

4) Promosi

Selama ini dalam kegiatan pemasaran kurang melaksanakan promosi

produk secara aktif. Adapun kegiatan promosi yang pernah dilakukan

hanya sebatas berasal dari program pemerintah daerah, yaitu melalui

Diperindag maupun Dinas KUKM yang memfasilitasi industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah untuk ikut serta dalam kegiatan

pameran baik di wilayah lokal maupun nasional. Hal ini dikarenakan

produk yang dihasilkan telah memiliki citra sebagai icon makanan khas

unggulan Wonosobo sehingga secara tidak langsung dapat menjadi sarana

promosi. Oleh karena itu, kegiatan promosi yang dilakukan hanya melalui

informasi dari mulut ke mulut karena adanya kepuasan konsumen terhadap

mutu produk yang dihasilkan. Untuk itu, perusahaan hanya harus selalu

berupaya membangun hubungan baik kepada para agen, distributor, toko,

dan konsumen serta selalu menjaga mutu produk. Meskipun demikian,

pada dasarnya kegiatan promosi produk yang dilaksanakan masih sangat

kurang sehingga dapat menjadi salah satu faktor kelemahan bagi

pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah karena menyebabkan masih terbatasnya masyarakat yang

mengenal produk carica dalam sirup serta masih terbatasnya wilayah

distribusi produk.

Page 96: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

81

5.1.3 Keuangan atau Akuntansi

Permodalan merupakan faktor utama dalam menjalankan roda usaha.

Modal yang dimaksud tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan,

bangunan, dan alat-alat produksi yang dimiliki industri kecil. Adanya permodalan

yang memadai sangat mendukung industri kecil untuk mengembangkan usahanya.

Namun permasalahannya tidak semua industri kecil memiliki modal yang cukup

kuat untuk mengembangkan usahanya, seperti pada industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah.

Modal awal yang digunakan untuk mendirikan usaha sepenuhnya berasal

dari modal sendiri yang jumlahnya kecil. Sedangkan untuk tambahan modal

dalam pengembangan usaha hanya memanfaatkan bantuan keluarga dan kredit

yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dengan jumlah yang juga kecil. Untuk

tambahan modal dari pihak perbankan belum pernah diajukan karena adanya

anggapan bahwa syarat dan proses peminjaman pada perbankan terlalu berbelit-

belit. Oleh karena itu, tambahan modal yang ada masih belum mampu mengatasi

masalah keterbatasan modal.

Terkait dengan hal tersebut, masalah keterbatasan modal menyebabkan

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah mengalami kesulitan dalam

meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan, adopsi peralatan

modern untuk mendukung proses produksi, peningkatan jumlah tenaga kerja

profesional, pengadaan kegiatan promosi, dan peningkatan stok produk jadi pada

saat musim panen carica. Hal ini menunjukkan bahwa keterbatasan modal usaha

Page 97: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

82

menjadi kelemahan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam

mengembangkan usahanya.

Permasalahan yang dihadapi antara lain keterbatasan modal, juga terdapat

keterbatasan dalam pengelolaan keuangan secara rapi dan jelas. Hal ini

dikarenakan adanya anggapan dari pemilik bahwa usaha yang dijalankan tersebut

telah berlangsung lama sehingga mampu untuk memperkirakan besarnya biaya

produksi yang dikeluarkan dan total pendapatan maupun keuntungan yang

diperoleh tanpa harus membuat pembukuan secara jelas dan berpedoman pada

prinsip-prinsip akuntansi. Oleh karena itu, umumnya pembukuan keuangan yang

dilakukan masih sangat sederhana hanya menyangkut arus keluar masuk kas saja

dan sebagian transaksi terkadang hanya dicatat dalam bentuk nota. Terkait dengan

hal tersebut menyebabkan seringkali modal usaha juga ikut terpakai untuk

kebutuhan rumah tangga karena belum adanya pemisahan yang tegas antara

keuangan perusahaan dan keluarga. Kondisi seperti ini dapat menjadi kelemahan

bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam pengembangan

usahanya karena peran pembukuan keuangan sangat penting dalam upaya

peningkatan pengelolaan dan pengalokasian keuangan secara baik.

5.1.4 Produksi atau Operasi

Akses bahan baku sangat diperlukan bagi kelangsungan produksi suatu

usaha. Bahan baku utama yang sangat dibutuhkan oleh industri kecil olahan carica

di Kecamatan Mojotengah adalah buah carica. Buah ini dapat diperoleh dari lokal,

yaitu Dataran Tinggi Dieng, dimana lokasi tersebut cukup dekat dengan lokasi

Page 98: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

83

industri kecil, yaitu tepatnya disebelah Utara Kecamatan Mojotengah. Mata rantai

pembelian buah carica tidak panjang hanya berawal dari petani buah carica di

Dataran tinggi Dieng kemudian diborong oleh pemasok buah carica yang

selanjutnya disalurkan ke industri kecil pengolahan carica. Pendeknya mata rantai

tersebut mempermudah industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

dalam pengadaan bahan baku utama.

Selain bahan baku utama juga terdapat bahan baku pendukung yang

diperlukan dalam proses produksi carica dalam sirup. Bahan baku pendukung

tersebut berupa gula pasir, garam, minyak tanah, kardus, label, botol, dan tutup.

Kebutuhan terhadap bahan baku pendukung ini dapat diperoleh dengan mudah

dan tersedia banyak di sekitar Kabupaten Wonosobo.

Penjadwalan pengiriman buah carica berdasarkan atas kesepakatan antara

pemasok dan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah, dimana

setiap pengusaha memiliki beberapa pemasok langganan. Besarnya pembelian

bahan baku utama maupun pendukung disesuaikan dengan ketersediaan modal

yang dimiliki industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Untuk

pembelian bahan baku utama juga disesuaikan dengan ketersediaan buah carica di

Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo.

Meskipun telah ada kesepakatan mengenai kualitas dengan pemasok tetapi

terkadang tidak semua buah yang dikemas dalam karung memiliki kualitas yang

seragam karena adanya penanganan pasca panen yang belum memadai. Oleh

karena itu, dalam persiapan proses produksi umumnya industri kecil olahan carica

di Kecamatan Mojotengah tetap melakukan sortasi buah carica terlebih dahulu

Page 99: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

84

agar buah yang digunakan memiliki kualitas yang baik dan seragam. Untuk buah

yang tidak lolos dalam sortasi berupa buah carica matang dengan tekstur terlalu

lunak maupun buah carica matang dengan ukuran yang terlalu kecil. Selama ini

buah yang tidak lolos dalam sortasi tersebut dianggap sebagai limbah industri

sehingga seringkali dikonsumsi sendiri atau dibuang begitu saja karena jika tetap

dipakai dapat menurunkan mutu produk carica dalam sirup.

Limbah industri kecil tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan

menjadi produk lain yang juga bernilai ekonomis, yaitu diolah menjadi manisan

carica kering, selai, dodol, jus, sirup, sari buah, dan jelly. Hal ini dapat menjadi

kekuatan bagi industri kecil karena dengan memanfaatkan limbah industri untuk

diversifikasi produk olahan carica maka dapat meningkatkan pendapatan dan juga

melebarkan pasar. Terlebih lagi untuk memproduksi produk-produk tersebut tidak

diperlukan proses yang rumit dan peralatan yang modern.

Buah carica yang telah matang tidak dapat disimpan dalam waktu yang

lama karena karakteristik buah yang cepat membusuk. Oleh karena itu, umumnya

perusahaan langsung mengolah buah carica matang yang lolos sortasi untuk

memperpanjang daya simpannya. Proses pengolahan carica yang dilaksanakan

oleh industri kecil hampir seragam dan masih sederhana. Begitu pula dengan

peralatan yang digunakan juga masih sederhana. Peralatan produksi terdiri dari

pisau stainless steel, baskom plastik ukuran besar, sendok stainless steel, panci

besar, saringan, dandang, timbangan kue, kompor minyak, dan alat penanda

expired date. Khusus untuk alat kemasan cup plastik sudah semi manual yaitu

berupa siller. Perlengkapan tambahan yang digunakan dalam proses produksi

Page 100: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

85

adalah sarung tangan karet dan tutup kepala. Semua peralatan dan perlengkapan

tersebut banyak tersedia di pasar lokal dengan harga yang terjangkau. Selain itu,

dalam pemeliharaan peralatan produksi tersebut tidak diperlukan biaya yang

besar. Meskipun demikian, pemanfaatan peralatan sederhana dalam produksi

dapat menjadi kelemahan bagi industri kecil carica di Kecamatan Mojotengah.

Hal ini dikarenakan kapasitas produksi dari peralatan tersebut sangat terbatas

sehingga industri seringkali menghadapi masalah ketika harus memenuhi

permintaan dalam jumlah besar yang umumnya membutuhkan kecepatan dalam

produksi. Untuk pengembangan usaha selanjutnya terkait dengan pemenuhan

permintaan pasar maka diperlukan alat produksi yang lebih modern.

Meskipun saat ini industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

telah memiliki beberapa pemasok carica langganan, tetapi karakteristik tanaman

carica yang merupakan tanaman musiman tetap membuat industri mengalami

kesulitan dalam mengontrol ketersediaan bahan baku utama pada musim-musim

tertentu. Selain itu selama ini, industri juga tidak pernah melakukan kontrak

tertulis mengenai pengadaan bahan baku dengan kelompok tani carica di Dataran

Tinggi Dieng. Kondisi ini dapat menjadi kelemahan bagi industri kecil karena

akses terhadap bahan baku yang kurang terjamin sangat berpengaruh pada

kapasitas produksi dan kemampuan dalam memenuhi permintaan yang ada.

Oleh karena itu, untuk memperkecil dampak dari masalah tersebut industri

kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah melakukan sistem produksi secara

masal ketika musim panen carica. Dengan demikian, perusahaan akan terhindar

dari risiko kenaikan harga buah dan kelangkaan buah ketika di luar musim panen

Page 101: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

86

karena telah memiliki persediaan produk jadi dalam jumlah yang cukup besar.

Terlebih lagi daya tahan produk dapat mencapai satu tahun. Namun

permasalahannya, adanya keterbasan modal menyebabkan pengendalian

ketersediaan produk jadi tidak dapat dilakukan secara maksimal sehingga tetap

saja tidak dapat memenuhi seluruh permintaan yang ada. Pada tahun 2014,

kapasitas produksi industri kecil berkisar antara 3 - 20 ton per bulan. Kapasitas

produksi industri kecil berdasarkan pada modal yang dimiliki dan ketersediaan

buah carica matang.

5.1.5 Penelitian dan Pengembangan (Litbang)

Seiring dengan perkembangan industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotegah diperlukan suatu terobosan baru untuk semakin meningkatkan daya

saing produk. Bidang penelitian dan pengembangan memiliki fungsi terkait

dengan pengembangan produk baru atau riset pasar maupun pengembangan

produk yang sudah ada dari segi kualitas maupun kemasan, seta memperbaiki

teknologi dan proses produksi untuk menurunkan biaya. Untuk itu bidang

penelitian dan pengembangan memiliki peranan yang sangat penting dalam

mendukung usaha yang telah ada. Terlebih lagi buah carica yang merupakan

bahan baku utama industri kecil memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi

berbagai jenis produk olahan carica yang lain. Namun permasalahannya, saat ini

industri kecil masih memiliki kelemahan, yaitu belum memiliki bidang litbang.

Hal ini dikarenakan usaha yang dijalankan masih berskala kecil sehingga

umumnya lebih fokus pada bagaimana cara agar modal yang telah digunakan

Page 102: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

87

untuk menjalankan usaha dapat kembali dengan cepat dan memperoleh

keuntungan semaksimal mungkin dari penjualan produk tersebut. Selain itu, dari

pihak industri kecil masih menghadapi masalah keterbatasan modal dalam

pengembangan usaha sehingga industri kecil merasa belum terlalu memerlukan

adanya bidang litbang. Industri kecil juga belum memiliki orang yang ahli dalam

bidang ini. Oleh karena itu, adanya kelemahan berupa ketiadaan bidang litbang

menyebabkan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotegah kurang

memiliki keahlian untuk diversifikasi produk carica maupun pengolahan limbah

carica, serta inovasi terhadap produk yang sudah ada.

5.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal industri kecil dilakukan dengan meninjau

faktor-faktor di luar usaha untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

kecenderungan-kecenderungan yang berada di luar kontrol usaha yang dijalankan

dan biasanya lebih cepat mengalami perubahan. Analisis ini terfokus untuk

mendapatkan faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman utama yang

dihadapi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Faktor-faktor

eksternal ada yang memberikan pengaruh langsung dan ada yang memberikan

pengaruh tidak langsung bagi industri kecil. Faktor-faktor eksternal dapat dibagi

menjadi lima kekuatan, yaitu ekonomi; sosial, budaya, demografi, dan

lingkungan; politik, pemerintahan, dan hukum; teknologi, dan lingkungan

industri.

Page 103: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

88

5.2.1 Ekonomi

Pada umumnya kondisi perekonomian memiliki pengaruh secara tidak

langsung terhadap perkembangan usaha di suatu daerah. Jika perekonomian suatu

daerah relatif stabil maka akan mendukung kelancaran dan kinerja usaha tersebut,

begitu pula sebaliknya. Beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi

yang berpengaruh terhadap perkembangan industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotegah adalah:

1) Pertumbuhan Ekonomi

Kondisi perekonomian Kabupaten Wonosobo secara agregat selama kurun

waktu empat tahun terakhir menunjukkan adanya perbaikan dan

pertumbuhan ekonomi yang positif. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Wonosobo pada tahun 2014 sebesar 6,01 persen atau

mengalami peningkatan sebesar 0,85 persen dibandingkan dengan tahun-

tahun sebelumnya. Data mengenai pertumbuhan sektor ekonomi

Kabupaten Wonosobo pada tahun 2011 sampai tahun 2014 ditunjukkan

pada Tabel 7.

Tabel 7. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Wonosobo Tahun

2011 – 2014

Tahun Pertumbuhan Sektor Ekonomi (persen)

2011 4,42

2012 4,82

2013 5,16

2014 6,01

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2014)

Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo dari

tahun ke tahun dapat diukur menggunakan Produk Domestik Regional

Page 104: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

89

Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga konstan

didasarkan pada perkalian antara barang dan jasa yang diproduksi pada

satu tahun dengan harga yang terjadi pada tahun tertentu sebagai dasar,

dimana dalam perhitungan ini digunakan harga dasar tahun 2000.

Perekonomian Kabupaten Wonosobo berdasarkan ukuran PDRB pada

tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan PDRB pada tahun-tahun

sebelumnya. PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp 1.885,41

milyar. Kondisi ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara laju

pertumbuhan ekonomi dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan,

dimana laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo yang semakin

membaik diiringi dengan peningkatan nilai PDRB atas dasar harga

konstan. Adapun nilai PDRB pada tahun 2011 sampai tahun 2014 dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2011 – 2014

Tahun Nilai PDRB atas Dasar Harga Konstan (Milyar Rp)

2011 1.727,69

2012 1.778,47

2013 1.836,67

2014 1.885,41

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2014)

Dengan adanya tren pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonosobo yang

semakin membaik maka dapat berimplikasi terhadap peningkatan

pendapatan, konsumsi, dan daya beli masyarakat Wonosobo. Dengan

demikiankondisi tersebut dapat menjadi peluang bagi perkembangan

Page 105: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

90

berbagai kelompok usaha yang beroperasi di Kabupaten Wonosobo,

termasuk bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah.

2) Perkembangan Harga Bahan Pendukung

Terdapat beberapa hal yang akan dianalisis terkait dengan perkembangan

harga yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya produksi, yaitu:

a) Harga Gula

Gula merupakan bahan pendukung utama bagi industri kecil carica yang

berguna sebagai pemanis dan pengawet alami. Saat ini besarnya kebutuhan

gula untuk sekali produksi pada industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah berkisar antara 15 kg sampai 180 kg.

Oleh karena itu, adanya tren kenaikan harga gula sangat berpengaruh bagi

kelangsungan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah.

Terlebih lagi harga gula melebihi harga buah carica. Harga rata-rata gula

di pasar pada bulan Desember 2011 mengalami kenaikan sebesar 2,03%

dibandingkan dengan November 2012. Harga gula bulan Desember 2014

juga lebih tinggi 3,22% jika dibandingkan dengan Desember 2013;

Harga gula secara nasional relatif stabil dengan koefisien keragaman harga

rata-rata bulanan Desember 2013 - Desember 2014 sebesar 2,71%.

Perkembangan Harga Gula Pasir pada tahun 2011-2014 dapat dilihat pada

Tabel 9.

Page 106: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

91

Tabel 9. Perkembangan Harga Gula Pasir pada tahun 2011-2014

THN JAR FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

2011 11.17 11.09 10.80 10.83 10.37 10.38 10.49 10.51 10.50 10.45 10.45 10.43

2012 10.60 10.82 11.06 11.47 11.62 12.47 13.03 12.82 12.74 12.49 12.46 12.41

2013 12.32 12.21 12.12 12.26 12.36 12.38 12.39 12.30 12.27 12.26 12.06 11.90

2014 12.23 12.27 12.63 12.54 12.43 12.66 12.73 12,79 12,85 12.87 12,89 12.92

b) Harga LPG (Liquefied Petroleum Gas)

Selain gula, terdapat bahan baku pendukung lain yang juga memiliki peran

sangat penting, yaitu bahan bakar untuk proses produksi. Umumnya

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah masih

memanfaatkan minyak tanah sebagai bahan bakar selama proses produksi.

Saat ini besarnya kebutuhan bahan bakar untuk sekali produksi sering

menggunakan tabung 3 kg.

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 26

tahun 2009, harga LPG 3 kg sampai saat ini tetap sebesar Rp 16.000.

Namun kenyataannya, ketika sampai pada agen LPG di Kabupaten

Wonosobo harga LPG mengalami kenaikan dan menjadi sebesar Rp

25.000. Kenaikan tersebut dikarenakan tidak adanya subsidi pemerintah

untuk biaya transportasi pengiriman LPG dari depo pusat ke agen LPG di

daerah Wonosobo. Berdasarkan data BPS Kabupaten Wonosobo,

perkembangan harga eceran LPG pada tingkat pengecer di Kabupaten

Wonosobo tahun 2014 sebesar Rp 25.000 atau naik sebesar 27,78 persen

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi ini sangat berpengaruh

terhadap peningkatan biaya produksi industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah yang umumnya dalam pemenuhan kebutuhan

Page 107: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

92

LPG diperoleh dari para pengecer. Adanya kenaikan harga bahan baku

pendukung ini menyebabkan terjadinya penurunan keuntungan karena

harga jual produk yang ditetapkan oleh industri kecil masih sama dengan

sebelum terjadi kenaikan harga gula maupun minyak tanah. Oleh karena

itu, kenaikan harga bahan baku pendukung dapat menjadi ancaman bagi

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah karena ketika

keuntungan yang diperoleh semakin menurun akan menghambat

pengembangan usaha ke depannya.

5.2.2 Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan

Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan

menyebabkan perubahan perilaku sebagian konsumen dalam memilih pangan

yang akan dikonsumsi. Perubahan perilaku konsumsi yang lebih peduli pada

kesehatan tersebut membuat mereka lebih memperhatikan pangan dari segi

manfaat, kandungan gizi, dan bebas dari kandungan mikroba atau zat lain yang

berbahaya. Kondisi ini diduga akan menjadi peluang bagi perkembangan industri

kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Hal ini dikarenakan produk carica

dalam sirup merupakan produk olahan dari buah carica segar yang memiliki

banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, kandungan gizi yang tinggi, serta aman

dikonsumsi.

Faktor budaya masyarakat Indonesia dapat berpotensi terhadap penciptaan

pasar suatu industri tertentu. Salah satu contohnya adalah kebiasaan membawakan

oleh-oleh makanan khas suatu daerah untuk keluarga, tetangga, maupun kerabat

Page 108: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

93

dekat. Kebiasaan tersebut telah membudaya dan masih melekat dalam masyarakat

Indonesia hingga saat ini. Kebiasaan ini dapat menjadi peluang bagi pemasaran

produk yang memiliki citra sebagai makanan khas daerah. Oleh karena itu, hal

tersebut sangat berpengaruh positif terhadap perkembangan industri kecil olahan

carica di Kecamatan Mojotengah, dimana produk yang dihasilkan telah lama

dikenal sebagai makanan khas daerah Wonosobo.

Selain budaya, faktor demografi juga berpotensi terhadap penciptaan pasar

bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah, yaitu tingkat pertumbuhan jumlah

penduduk. Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

penduduk terbanyak di dunia. Dimana jumlah penduduk Indonesia mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia

mencapai 254.934.986 jiwa atau meningkat sebesar 0,983 persen dari tahun

sebelumnya. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia selama periode 2010-2014

dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Laju Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia tahun 2010-2014

Tahun Jumlah Penduduk jiwa) Pertumbuhan

2010 237.641.326 -

2011 241.452.952 0,985

2012 245.425.567 0,983

2013 250.516.167 0,98

2014 254.934.986 0,983

Sumber: BPS (2014)

Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang besar ini disebabkan oleh

pertumbuhan jumlah penduduk yang hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

Salah satu wilayah di Indonesia yang mengalami peningkatan jumlah penduduk

Page 109: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

94

setiap tahunnya adalah Kabupaten Wonosobo, dimana tercatat pada tahun 2014

jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo mencapai 773.280 jiwa dengan tingkat

pertumbuhan penduduk sebesar 0,99 persen. Semakin meningkatnya jumlah

penduduk menyebabkan kebutuhan konsumsi makanan penduduk juga ikut

meningkat sehingga berpengaruh terhadap peningkatan permintaan produk

pangan yang pada akhirnya dapat menciptakan peluang pasar yang potensial

untuk usaha di bidang pangan. Oleh karena itu, kondisi ini diduga akan

berpengaruh juga terhadap peningkatan permintaan produk yang dihasilkan oleh

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah karena produk yang

dihasilkan sering digunakan sebagai jamuan dalam acara-acara resmi seperti rapat

dan pernikahan. Laju pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Wonosobo

pada tahun 2011-2014 dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Laju Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Wonosobo Tahun

2011-2014

Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan (persen)

2011 762.866 -

2012 773. 243 0,99

2013 769.618 0,10

2014 773.280 0,99

Sumber: BPS (2014)

Buah carica yang menjadi bahan baku utama industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah hanya dapat diperoleh dari Dataran Tinggi Dieng,

Kabupaten Wonosobo. Saat ini luas lahan pengembangan tanaman carica, jumlah

tanaman, maupun kapasitas produksi buah carica telah meningkat dibandingkan

dengan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan budidaya tanaman carica terjadi

sejak petani di Dataran Tinggi Dieng mulai tertarik kembali untuk

Page 110: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

95

membudidayakan carica yang disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu adaya

dukungan dari pemerintah dalam pelestarian tanaman unggulan daerah, harga jual

carica yang mulai membaik, dan adanya perkembangan industri pengolah carica

yang merupakan pelanggan utama bagi petani carica. Adanya peningkatan

kapasitas produksi buah carica saat musim panen dapat menjadi peluang bagi

industri kecil olahan carica di Wonosobo untuk meningkatkan stok produk dengan

cara meningkatkan kapasitas produksinya pada saat musim panen carica sehingga

permasalahan kelangkaan buah dan kenaikan harga buah saat tidak musim panen

dan ketidakmampuan industri untuk memenuhi permintaan dapat teratasi.

Besarnya peningkatan banyaknya pohon, luas tanam, dan kapasitas produksi

carica di Dataran Tinggi Dieng Tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Banyaknya Pohon, Luas Tanam, dan Kapasitas Produksi Tanaman

Carica di Dataran Tinggi Dieng tahun 2010-2014

Tahun Pohon Luas Tanam Kapasitas Produksi

2010 6.139 15,85 492,79

2011 6.746 17,7 524,54

2012 7.680 19,7 657,92

2013 13.560 27,9 800,71

2014 27.000 68 1453,48

Sumber: Distan Kabupaten Wonosobo (2014)

Ditinjau dari kondisi lingkungannya, Kabupaten Wonosobo juga

merupakan salah satu daerah tujuan wisata alam yang cukup terkenal di Provinsi

Jawa Tengah. Hal itu dapat ditunjukkan dari peningkatan jumlah wisatawan dari

dalam maupun luar negeri yang berkunjung ke Wonosobo setiap tahunnya.

Jumlah wisatawan pada tahun 2014 sebanyak 202.539 orang atau meningkat

25,03 persen dari tahun sebelumnya. Beberapa potensi wisata alam yang dapat

Page 111: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

96

dikunjungi di Wonosobo antara lain Candi Dieng, Kawah Dieng, Telaga Warna,

Telaga Pengilon, Gua Semar, Gua Lawa, Gua Angin, Telaga Cebong, Pancuran

Air Tuk Bimo Lukar, Telaga Menjer, Telaga Bedakah, Surodilogo, Telaga

Balaikambang, pemandian air panas alami Kalianget, air terjun Sikarim, Bukit

Sikunir, dan perkebunan teh Tambi. Dengan banyaknya objek wisata alam dan

jumlah wisatawan yang semakin meningkat dapat menjadi peluang bagi

pengembangan produk makanan khas daerah Wonosobo, termasuk produk hasil

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Besarnya peningkatan

jumlah wisatawan yang berkunjung ke seluruh objek wisata di Wonosobo pada

tahun 2011-2014 dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Banyaknya Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten Wonosobo

Tahun 2011-2014

Tahun Jumlah Wisatawan Pertumbuhan (persen)

2011 61.380 -

2012 57.763 -6,26

2013 151.848 61,36

2014 202.539 25,03

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2014)

5.2.3 Politik, Pemerintahan, dan Hukum

Keadaan lingkungan politik, pemerintahan, dan hukum yang stabil akan

memberikan dampak yang positif terhadap keberlangsungan suatu usaha karena

para pelaku usaha merasa nyaman terhadap usaha yang dijalankannya. Oleh

karena itu, pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan

secara hati-hati terhadap setiap keputusan yang diambilnya. Beberapa kebijakan

Page 112: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

97

pemerintah dapat menadi peluang dalam perkembangan industri kecil olahan

carica di Kecamatan Mojotengah, yaitu:

1) Kebijakan di Bidang Pangan

Kebijakan di bidang pangan sangat berpengaruh terhadap industri kecil

yang bergerak di bidang pengolahan makanan seperti industri kecil olahan

carica di Kecamatan Mojotengah. Beberapa peraturan pemerintah di

bidang pangan (BPOM 2003) adalah:

a) UU No. 7 tahun 1996 tentang pangan

meliputi: keamanan pangan (sanitasi pangan, bahan tambahan pangan,

rekayasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan pangan, jaminan mutu

pangan dan pemeriksaan laboratorium, pangan tercemar), mutu dan gizi

pangan, label dan iklan pangan, pemasukan dan pengeluaran pangan ke

dalam dan dari wilayah Indonesia, tanggung jawab industri pangan, peran

serta masyarakat, pengawasan, ketentuan pidana. Tujuan peraturan,

pembinaan, dan pengawasan pangan adalah tersedianya pangan yang

memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi kepentingan

kesehatan manusia, terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan

bertanggung jawab, dan terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan

harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

b) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan

Gizi Pangan. Dalam peraturan ini, pemerintah mengamanatkan

Bupati/Walikota melalui Dinas Kesehatan untuk membina industri pangan

siap saji. Peraturan perundang-undangan tersebut juga mengamanatkan

Page 113: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

98

setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan industri

pangan siap saji wajib memenuhi persyaratan sanitasi dengan cara

menerapkan pedoman cara produksi pangan siap saji yang baik yang

memperhatikan aspek keamanan pangan. Oleh karena itu, para produsen

pangan siap saji harus melakukan registrasi ke Dinas Kesehatan untuk

mendapatkan nomor izin Depkes sebelum produk dipasarkan. Selain itu,

juga melakukan registrasi untuk sertifikasi nomor PIRT (Pangan hasil

Industri Rumah Tangga). Bentuk sertifikasi terhadap produk pangan

tersebut merupakan upaya para pelaku usaha untuk membuktikan bahwa

produknya aman dikonsumsi serta wujud kepedulian pemerintah melalui

Dinas Kesehatan terhadap perlindungan konsumen.

2) Kebijakan pemerintah dalam mendukung pengembangan IKM mengacu

pada PERPRES RI No.28/2008 tentang kebijakan industri nasional tahun

2009 khususnya dalam bab 17 disebutkan bahwa dalam rangka

pemberdayaan IKM salah satunya upaya yang dilakukan melalui

pengembangan IKM unggulan daerah dengan pendekatan OVOP. Dasar

hukum pelaksanaan kebijakan peningkatan efektivitas pengembangan dan

peningkatan IKM melalui pendekatan satu desa satu produk (OVOP) di

sentra adalah INPRES No. 6 Tahun 2007 tentang kebijakan percepatan

pengembangan sektor riil dan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) dan Peraturan Menteri Perindustrian No.78/M-

IND/PER/9/2007 tentang peningkatan efektivitas pengembangan Industri

Kecil dan Menengah (IKM) melalui pendekatan satu desa satu produk atau

Page 114: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

99

One Village One Product (OVOP). OVOP adalah suatu pendekatan

pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu

produk kelas global yang unik khas daerah dengan memanfaatkan sumber

daya lokal. Pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP diutamakan

kepada perusahaan IKM di sentra IKM yang menghasilkan produk terbaik

dan salah satu sentra yang terpilih adalah IKM carica di Kabupaten

Wonosobo. Sasaran akhir dari kegiatan OVOP adalah IKM di sentra

semakin mandiri; SDM di sentra semakin profesional; institusi pendukung

semakin kuat; motivasi, kreativitas, dan inovasi semakin berkembang;

Jumlah kreasi produk IKM yang unik khas daerah, bernilai tambah tinggi

berdaya saing semakin banyak; IKM semakin sehat, kuat, dan

berkembang; lapangan kerja di sektor IKM semakin banyak; kualitas

hidup masyarakat semakin meningkat; kontribusi IKM terhadap

PDB/PDRB semakin meningkat; pemerataan pembangunan ke seluruh

wilayah Indonesia semakin meningkat (Departemen Perindustrian RI

2009).

3) Inpres Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan

Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) serta Nota Kesepahaman Bersama antara Pemerintah, Perbankan

dan Perusahaan Penjamin. Berdasarkan kebijakan tersebut, pemerintah

malaksanakan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) bagi UMKM dan

koperasi. KUR merupakan fasilitas pembiayaan yang disediakan oleh

pemerintah pusat dan disalurkan melalui perbankan yang dapat diakses

Page 115: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

100

oleh UMKM dan Koperasi terutama yang memiliki usaha yang layak

namun mempunyai kendala agunan. Dalam program KUR ini memiliki

pembagian risiko penjaminan 70 persen yang ditanggung oleh pemerintah

melalui perusahaan penjamin dan 30 persen ditanggung oleh bank

pelaksana. Adapun perusahaan penjamin adalah Perum sarana

pengembangan usaha (Perum SPU) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (PT.

Askrindo). Adapun bank pelaksana yang menyalurkan KUR adalah Bank

Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan

Negara (BTN), Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin.

Besarnya pinjaman yang dapat diajukan berkisar antara Rp 5 juta sampai

Rp 500 juta dan waktu pengembalian sesuai dengan besarnya pinjaman.

4) Dana bergulir yang berasal dari APBD I Provinsi Jawa Tengah bagi

kelompok ekonomi produktif sebesar Rp 100 juta. Dana bergulir ini

disalurkan melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD).

5) Kebijakan pemerintah daerah

Sebagai upaya pemerintah dalam mempercepat pembangunan,

kemandirian ekonomi, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya ke

seluruh wilayah Indonesia adalah dilakukan dengan cara diberlakukannya

otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah maka setiap daerah

diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengelola seluruh potensi

sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu, peluang untuk

mengembangkan usaha bagi setiap daerah akan semakin terbuka lebar.

Dasar hukum dari kebijakan otonomi daerah tersebut adalah:

Page 116: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

101

a) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah.

Mengatur tentang pemberian wewenang pemerintah pusat ke daerah untuk

membangun daerahnya sesuai dengan potensi dan keunggulan yang

dimiliki agar pembangunan industri di daerah dapat dilaksanakan secara

efisien dan efektif.

b) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dimana sejak

diberlakukannya Undang - Undang tersebut maka setiap daerah sibuk

berbenah diri dalam meningkatkan pembangunan diberbagai sektor

sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan

masyarakat disamping mengembangkan daerah.

Seiring dengan adanya kebijakan otonomi daerah maka pemerintah daerah

Kabupaten Wonosobo telah mempersiapkan berbagai program yang dapat

menjadi peluang bagi pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) di

Kabupaten Wonosobo adalah:

a) Untuk mengatasi masalah permodalan yang umumnya masih dihadapi

Industri Kecil Menengah (IKM) di Kabupaten Wonosobo, maka telah

dilakukan beberapa upaya oleh pemerintah yang bekerjasama dengan

lembaga keuangan maupun lembaga non keuangan (BUMN). Berbagai

macam kredit yang tersedia bagi industri kecil dan menengah di

Kabupaten Wonosobo adalah:

i. Kredit dari BUMN yang merupakan salah satu kegiatan dari program

kemitraan bina lingkungan yang dilakukan oleh BUMN untuk membantu

Page 117: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

102

UMKM. Bantuan kredit tersebut disalurkan setiap tahun melalui bank BRI

dengan tingkat bunga 4 persen per tahun dan jangka waktu pengembalian

selama 3 tahun. Kredit tersebut berasal dari beberapa BUMN berikut ini,

yaitu:

- PT Peruri menyediakan kredit sebesar Rp 40 juta.

- PT Pertamina menyediakan kredit sebesar Rp 50 juta

- PT Angkasa Pura menyediakan kredit sebesar Rp 30 juta

- PT Telkom, Purwokerto menyediakan kredit sebesar Rp 7,5 juta

ii. Dana bergulir yang berasal dari APBD II Kabupaten Wonosobo bagi

kelompok ekonomi produktif sebesar Rp 7,8 M. Besarnya tingkat bunga

10 persen per tahun dan waktu pengembalian selama 4 tahun. Dalam

pengelolaan dana bergulir dilaksanakan melalui instansi yang ditunjuk

oleh Bupati, yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi

Usaha Kecil Menengah, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas

Peternakan dan Perikanan, serta Dinas Pertanian Kabupaten Wonosobo.

Selanjutnya instansi tersebut bekerjasama dengan bank pasar dalam

penyaluran dan pengembalian dana nasabah.

Pemerintah berperan aktif memberikan penjaminan dalam kemudahan

mendapatkan kredit, pendampingan dalam pengajuan kredit, dan pendampingan

dalam pemanfaatan kredit. Umumnya kredit yang ditawarkan oleh pemerintah

tersebut memiliki persyaratan yang cukup mudah dan dapat diakses dengan

mudah oleh IKM. Oleh karena itu, adanya dukungan pemerintah terhadap akses

Page 118: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

103

sumber permodalan dapat menjadi peluang bagi industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah untuk meningkatkan modal usahanya.

a) Program pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di

Kabupaten Wonosobo yang telah dilaksanakan pemerintah Kabupaten

Wonosobo melalui Diperindag dan Dinas KUKM adalah:

i. Memfasilitasi para pengusaha dalam mendapatkan sertifikat PIRT, label

halal, dan barcode sehingga produk dapat dipasarkan di mal atau

swalayan.

ii. Peningkatan akses pasar bagi para pengusaha carica dengan cara

mengikutsertakan produk industri dalam berbagai ajang promosi melalui

pameran atau ekspo yang diselenggarakan pada tingkat regional maupun

nasional.

iii. Pembinaan dan pelatihan bertujuan untuk mendukung usaha. Pembinaan

dan pelatihan kepada industri kecil olahan carica berupa:

Pelatihan teknik produksi dalam upaya pengembangan diversifikasi produk carica.

Pelatihan manajemen keuangan, yaitu pembukuan bagi pengusaha.

Pelatihan manajemen pemasaran.

Pelatihan AMT (Achievement Motivation Training) yang bertujuan untuk

memotivasi para pengusaha carica agar dapat meningkatkan kemampuan

dalam menjalankan usaha sehingga usaha lebih berkembang.

Pelatihan GMP (Good Manufacturing Practice) yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas produksi carica, meningkatkan ketrampilan

pengusaha, dan penguasaan teknologi.

Page 119: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

104

Pelatihan mengenai kemasan yang baik bagi industri kecil carica dan

pemberian bantuan kemasan serta desain kemasan sehingga dapat

meningkatkan pemasaran, pendapatan dan terwujud kemasan yang baik

serta menarik bagi konsumen. Dalam pelaksanaan pelatihan ini

bekerjasama dengan klinik desain dan merk, packing hause Dinas

Perindustrian Jawa Tengah

a) Program pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Wonosobo untuk mendukung usaha industri kecil olahan carica, yaitu

mengenai dasar-dasar pengawetan pangan yang baik, pelabelan dan iklan

pangan, pengemasan, mutu pangan, sanitasi ruang pengolahan, pengolahan

limbah, dan lain sebagainya.

b) Program perluasan lahan tanam carica yang telah dilaksanakan sebanyak

dua kali di Dataran Tinggi Dieng, yaitu:

i. Pada tahun 2006 dilaksanakan program budidaya pada lahan seluas 2

hektar dengan dana sebesar Rp 20.000.000,-. Wilayah pengembangan

terdiri dari Desa Sembungan, Sikunang, Tieng, Patak Banteng, Parikesit,

dan Jojogan.

ii. Pada tahun 2008 dilaksanakan program penanaman 8500 batang tanaman

carica di Desa Sikunang, Sembungan, dan Tieng.

Kedua program tersebut dilaksanakan melalui Dinas Pertanian Wonosobo

Subdin Hortikultura. Tujuan dari pelaksanaan program budidaya carica ini adalah:

i. Untuk menjaga kelestarian buah carica yang merupakan tanaman spesifik

lokasi Dataran tinggi Dieng, Wonosobo.

Page 120: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

105

ii. Meningkatkan jumlah, mutu, dan luas tanam carica di Dataran Tinggi

Dieng.

iii. Meningkatkan SDM petani carica yang lebih berkualitas.

iv. Meningkatkan kesadaran petani terhadap alternatif usahatani carica agar

tidak terpaku pada jenis sayuran yang pada masa-masa tertentu dapat

mengalami kehancuran akibat cuaca buruk.

v. Meningkatkan pendapatan petani karena carica memiliki nilai ekonomis

yang tinggi.

vi. Menunjang pengembangan industri kecil carica dengan meningkatkan

ketersediaan carica.

vii.Menahan erosi tanah, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki lahan

kritis, penghijauan lingkungan, dan mampu menahan air tanah.

5.2.4 Teknologi

Saat ini perkembangan teknologi semakin pesat baik di dunia bisnis

maupun di bidang lain yang mendukung kegiatan bisnis. Perkembangan teknologi

tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar bagi keberadaan suatu usaha.

Kemajuan teknologi yang terjadi diantaranya dalam bidang produksi, informasi,

komunikasi, dan transportasi.

Selama ini industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah hanya

memanfaatkan teknologi yang masih sederhana dalam proses produksi. Peralatan

yang digunakan dalam proses produksi sebagian besar berupa peralatan dapur

biasa yang dioperasikan secara manual. Adapun peralatan yang pengoperasiannya

Page 121: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

106

yang telah semi manual hanya siller yang digunakan pada proses penutupan

kemasan cup plastik.

Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang produksi, telah

ditemukan peralatan yang lebih modern, yaitu:

1) Autoclave

Alat yang sangat baik digunakan pada proses sterilisasi karena dapat

menahan suhu tetap tinggi hingga lebih dari 100°C. Dengan menggunakan

autoclave selama 15 menit dalam pengolahan carica dapat mematikan

mikroba, meningkatkan mutu, mempermudah dan mempercepat proses

produksi, serta dapat menghemat penggunaan faktor produksi (minyak

tanah dan tenaga kerja) sehingga dapat menekan biaya operasional.

2) Alat pengecek kadar gula

Alat yang berguna untuk mengukur tingkat kemurnian kadar gula yang

digunakan pada saat pembuatan sirup sehingga tingkat kadar gula yang

digunakan setiap kali proses produksi sama dan standar kualitas produk

terjamin.

3) Siller otomatis

Alat yang digunakan untuk menutup kemasan berupa cup plastik secara

otomatis dan pengoperasian alat menggunakan tenaga listrik.

4) Alat sortasi carica

Prinsip kerja alat ini adalah memilih kualitas carica berdasarkan ukuran

besarnya sehingga didapatkan carica dengan ukuran yang seragam.

Page 122: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

107

Semakin berkembangnya teknologi produksi dapat menjadi peluang bagi

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam meningkatkan mutu

produk, mempermudah kegiatan produksi dan modernisasi peralatan. Terlebih lagi

peralatan modern dalam produksi tersebut banyak tersedia di pasaran.

Selain itu perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan

transportasi dapat dimanfaatkan sebagai peluang bagi perusahaan dalam

menunjang kelancaran kegiatan bisnis. Adanya perkembangan teknologi

informasi ditunjukkan oleh semakin beragamnya media informasi yang ada,

seperti koran, majalah, internet, televisi dan radio dapat mempermudah kegiatan

promosi, pencarian informasi pasar, dapat memperlancar arus masuknya

pengetahuan baru sehingga dapat meningkatkan kemampuan, mendorong

kreatifitas dan daya inovatif dari SDM, dan memperluas daerah pemasaran. Untuk

perkembangan alat komunikasi seperti telepon, telepon seluler juga dapat

mempercepat proses komunikasi antara produsen dengan pembeli dan pemasok

sehingga mempermudah terjadinya proses transaksi. Sedangkan perkembangan

teknologi di bidang transportasi akan mempercepat dan memperlancar kegiatan

pendistribusian barang baik dari pihak pemasok carica ke perusahaan maupun dari

pihak perusahaan ke pembeli, seperti jasa pengiriman. Adanya perkembangan di

bidang informasi, komunikasi dan transportasi membuat jarak dari satu wilayah

ke wilayah lain menjadi lebih dekat.

Page 123: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

108

5.2.5 Lingkungan Industri

Lingkungan industri berada disekitar usaha yang memiliki pengaruh

langsung terhadap operasional usaha. Analisis lingkungan industri pada industri

kecil olahan carica di luar Kecamatan Mojotengah adalah:

1) Ancaman Pendatang baru

Besarnya ancaman masuk pendatang baru tergantung pada rintangan

masuk yang ada serta reaksi dari para pesaing yang sudah ada berdasarkan

perkiraan pendatang baru. Pendatang baru yang dimaksud disini adalah

industri kecil olahan carica merek lain dengan skala usaha besar atau kecil

yang akan masuk dalam industri kecil olahan carica di luar Kecamatan

Mojotengah. Terdapat enam sumber rintangan masuk (barriers to entry)

bagi pendatang baru ke dalam industri, yaitu:

a) Skala ekonomis

Setiap pengusaha dalam industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah tidak harus beroperasi pada skala besar karena tidak ada

pemimpin dalam industri pengolahan carica ini. Selain itu akses bahan

baku utama maupun pendukung dan pasar juga masih terbuka lebar. Oleh

karena itu, siapa saja dapat memulai usaha pengolahan carica baik dengan

skala kecil maupun besar.

b) Diferensiasi produk

Produk olahan berupa carica dalam sirup yang dihasilkan oleh industri

kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah hampir sama secara fisik

tetapi mutu yang dimiliki tidak seragam. Selain itu, setiap industri kecil

Page 124: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

109

juga telah memiliki identitas produk yang berupa labelisasi produk

sehingga pembeli dapat membedakan produk antar industri kecil. Terkait

dengan hal tersebut, umumnya industri kecil yang telah lama berdiritelah

memiliki pelanggan setia. Meskipun demikian, masih terdapat kesempatan

bagi para pendatang baru untuk masuk dalam industri kecil olahan carica

karena pasar masih terbuka lebar.

c) Kebutuhan modal

Untuk memulai usaha di bidang pengolahan carica tidak dibutuhkan modal

yang besar. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu bahan baku berasal

dari lokal yang dapat diperoleh dengan mudah sehingga biaya produksi

dapat ditekan, dapat digunakan peralatan produksi yang sederhana,

ketrampilan mengolah carica dapat dipelajari dengan mudah, dan

umumnya pendatang baru tidak mengeluarkan biaya besar untuk promosi

awal karena produk telah memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten

Wonosobo. Selain beberapa alasan tersebut, umumnya modal awal usaha

carica juga berasal dari modal pribadi atau keluarga. Oleh karena itu,

dengan tidak adanya pinjaman modal dari perbankan maka pendatang baru

tidak akan menemui risiko jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga.

d) Biaya beralih pemasok (switching cost)

Dalam industri kecil olahancarica di Kecamatan Mojotengah, pembeli

memiliki kebebasan untuk berpindah dari merek yang satu ke merek yang

lain tanpa harus mengeluarkan biaya peralihan. Oleh karena itu, bagi

Page 125: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

110

pendatang baru juga tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar agar

pembeli bersedia beralih dari perusahaan carica yang lama.

e) Akses ke saluran distribusi

Pada industri tertentu, perusahaan-perusahaan yang telah mapan umumnya

memiliki saluran distribusi sendiri untuk pemasaran produknya sehingga

bagi pendatang baru yang ingin masuk dalam industri kecil perlu usaha

keras untuk dapat memasuki saluran distribusi yang ada atau harus

membangun saluran distribusi sendiri. Meskipun demikian, kondisi

tersebut tidak terjadi pada industri kecil olahan carica di Kabupaten

Wonosobo, dimana distributor yang telah memiliki pemasok tetap

(perusahaan carica), masih membuka peluang bagi pendatang baru untuk

menjadi pemasoknya. Terlebih lagi pada musim-musim tertentu terjadi

peningkatan permintaan produk dan seringkali pemasok yang telah ada

tidak dapat memenuhinya. Kondisi ini dapat dimanfaatkan pendatang baru

untuk memperoleh saluran distribusi produk.

f) Biaya tak menguntungkan terlepas dari skala

Para pengusaha carica yang sudah lama berkecimpung dalam industri kecil

kemungkinan telah memiliki keunggulan dalam hal pengalaman, akses ke

sumber bahan baku, dan akses saluran distribusi. Meskipun demikian, para

pendatang baru masih mempunyai kesempatan untuk masuk dalam

industri kecil karena beberapa hal, yaitu:

Page 126: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

111

i) Tidak adanya penguasaan bahan baku oleh pengusaha yang telah lama

memiliki usaha penolahan carica. Oleh karena itu pendatang baru masih

dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk kegiatan produksi.

ii) Pengusaha lama tidak menerapkan teknologi modern atau pengetahuan

khusus dalam pengolahan carica sehingga mudah ditiru pendatang baru.

iii) Subsidi maupun program yang dilaksanakan pemerintah sifatnya

mendukung perkembangan industri. Selain itu tidak ada kebijakan

pemerintah Kabupaten Wonosobo yang sifatnya menghambat masuknya

pendatang baru ke dalam industri kecil olahan carica di Kabupaten

Wonosobo

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa rintangan

masuk bagi pendatang baru kecil sehingga menyebabkan setiap orang memiliki

kesempatan yang sama untuk mendirikan usaha pengolahan carica. Kondisi ini

mengakibatkan ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri kecil olahan

carica di Kabupaten Wonosobo tergolong besar. Oleh karena itu, hal ini dapat

menjadi ancaman bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

karena adanya pendatang baru menyebabkan perebutan pangsa pasar atau sumber

daya produksi.

2) Persaingan antar Industri Sejenis

Saat ini, berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Kabupaten Wonosobo

(2009), jumlah perusahaan pengolah carica di Wonosobo telah meningkat menjadi

20 perusahaan. Perusahaan pengolah carica tersebut berada pada empat

Kecamatan, yaitu Kecamatan Mojotengah (enam perusahaan), Wonosobo (tujuh

Page 127: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

112

perusahaan), Selomerto (tiga perusahaan), dan Kejajar (empat perusahaan).

Adanya peningkatan jumlah pesaing menyebabkan tingkat persaingan yang terjadi

antar industri kecil menjadi lebih kompetitif. Secara umum persaingan yang

terjadi antar industri sejenis adalah persaingan dalam memperoleh bahan baku,

daerah pemasaran, mutu produk, dan harga jual produk.

Persaingan dalam memperoleh bahan baku umumnya terjadi ketika di luar

musim panen saat ketersediaan buah sangat langka dan harga buah meningkat

tajam. Persaingan dalam memperoleh daerah pemasaran terjadi karena daerah

pemasaran dari sebagian besar produk industri masih terfokus pada pasar lokal.

Hal ini dikarenakan kapasitas produksi industri masih terbatas dan promosi yang

dilakukan juga masih kurang, sehingga kurang dapat mengakses pasar di luar

Wonosobo. Kondisi ini menimbulkan persaingan yang cukup kuat antar

perusahaan di pasar lokal. Disamping itu juga terdapat persaingan mutu produk.

Meskipun proses produksi dan peralatan yang digunakan hampir seragam tetapi

mutu yang dihasilkan tidak seragam. Sedangkan persaingan harga terjadi karena

perusahaan baru seringkali hanya mengambil sedikit keuntungan dari produknya

atau menetapkan harga jual yang lebih rendah dibandingkan perusahaan lama

untuk menarik pelanggan. Persaingan yang terjadi dalam industri ini merupakan

sebuah hal wajar, karena dengan adanya persaingan tersebut maka para pelaku

usaha akan termotivasi untuk berpikir lebih kreatif dalam memposisikan

produknya di benak konsumen dan berupaya agar produknya dapat diterima pasar.

Adanya persaingan antar industri sejenis dapat mengancam perkembangan

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Hal ini dapat ditunjukkan

Page 128: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

113

dari perkembangan kapasitas produksi yang lambat dan cenderung menurun pada

sebagian perusahaan dalam industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah. Selain itu, dampak dari adanya tingkat persaingan juga dapat

ditunjukkan dari perkembangan penjualan produk.

Kapasitas produksi rata-rata industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah masih berada dibawah industri kecil olahan carica di Kecamatan

Wonosobo. Hal ini dikarenakan industri kecil carica olahan di Kecamatan

Wonosobo memiliki jumlah unit usaha pengolahan carica yang lebih banyak dan

memproduksi olahan carica yang lebih beragam. Selain itu, Kecamatan

Wonosobo merupakan pusat kota sehingga pemasaran produk pada industri kecil

di lokasi tersebut lebih mudah. Untuk industri kecil olahan carica di Kecamatan

Kejajar kurang berkembang karena air di lokasi produksi mengandung belerang

sehingga mutu produk yang dihasilkan kurang baik. Sedangkan industri kecil

olahan carica di Kecamatan Selomerto dengan jumlah unit usaha pengolahan

carica yang paling kecil kurang berkembnag karena lokasi industri cukup jauh

dari daerah bahan baku utama dan pemasaran produk. Besarnya kapasitas

produksi industri kecil olahan carica di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2013

dapat dilihat pada Tabel 14.

Page 129: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

114

Tabel 14. Rata-Rata Kapasitas Produksi Industri Kecil Olahan Carica di

Kabupaten Wonosobo Tahun 2014

NO Industri Kecil Carica Rata-Rata Kapasitas Produksi (ton/bulan)

1 Kecamatan Mojotengah 37,5 – 48

2 Kecamatan Wonosobo 39 – 50

3 Kecamatan Kalijajar 16,5 – 21

4 Kecamatan Selomerto 12-15

Sumber: Disperindag Kabupaten Wonosobo (2014)

3) Tekanan dari Produk Substitusi

Saat ini telah berkembang diversifikasi produk olahan carica menjadi sirup

carica, manisan carica kering, dan selai carica. Produk-produk tersebut tergolong

sebagai produk substitusi carica dalam sirup yang selama ini diproduksi oleh

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Hal ini dikarenakan

produk-produk tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai makanan khas

daerah Wonosobo dengan bahan baku utama berasal dari buah carica serta dapat

dijadikan sebagai alternatif bagi para konsumen yang ingin menikmati carica

dalam jenis produk yang berbeda. Meskipun demikian, kapasitas produksi dari

produk-produk tersebut masih rendah, pemasaran belum terlalu luas, dan tingkat

penjualannya juga masih di bawah produk carica dalam sirup. Hal ini dikarenakan

carica dalam sirup sudah terlebih dahulu memiliki citra sebagai makanan khas

Wonosobo dengan aroma yang lebih khas serta memiliki tekstur asli buah.

Selain itu, produk substitusi tersebut memiliki harga jual yang lebih mahal

dibandingkan produk carica dalam sirup. Keberadaan produk substitusi tersebut

tidak terlalu berpengaruh bagi perkembangan industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah.

Page 130: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

115

Industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah juga dapat

mengembangkan produk olahan carica yang serupa dengan memanfaatkan limbah

industri kecil olahan carica. Data mengenai jenis produk olahan carica yang sudah

ada di pasaran, jenis kemasan, netto produk,dan harga jual produk olahan carica

pada tahun 2014 disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Variasi Produk Olahan Carica dan Harga Jual Produk Tahun 2014

NO Jenis Produk Jenis

Kemasan Netto

Harga Jual Produk

(Rp/kemasan)

1 Carica dalam sirup Botol

Cup Plastik

350 gram

250 gram

9.000-10.000

5.500-6.000

2 Sirup carica Botol 630 ml 15.000

3 Selai carica Botol 360 gram 10.000

4 Manisan carica kering Mica 10 ons 12.000

Sumber: Disperindag Kabupaten Wonosobo (2014)

Selain diversifikasi produk olahan carica, masih banyak produk yang

dianggap sebagai substitusi carica dalam sirup. Hal ini menyebabkan semakin

banyak juga alternatif makanan khas Wonosobo yang dapat dipilih oleh

konsumen. Produk substitusi tersebut berupa makanan siap saji yang juga

memiliki persamaan fungsi sebagai makanan khas daerah Wonosobo, yaitu kripik

jamur, kacang dieng, keripik kentang, opak singkong, dan lain sebagainya.

Tingkat harga dari produk substitusi carica dalam sirup dapat dilihat pada Tabel

16.

Page 131: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

116

Tabel 16. Jenis dan Harga Produk Substitusi Carica dalam Sirup Tahun 2014

NO Jenis Produk Jenis Kemasan Netto Harga Jual Produk

(Rp/kemasan)

1 Keripik jamur Plastik 2 ons 15.000

2 Kacang dieng Plastik 2 ons 9.000

3 Kripik kentang Plastik 2 ons 20.000

4 Opak singkong Plastik 2 ons 8.500

Sumber: Disperindag Kabupaten Wonosobo (2014)

Produk-produk substitusi tersebut juga sudah lama dikenal oleh

masyarakat baik di dalam maupun di luar Wonosobo. Meskipun demikian, setiap

produk makanan khas tersebut memiliki karakteristik dan kekhasan produk yang

berbeda. Produk yang dihasilkan oleh industri kecil c olahan arica di Kecamatan

Mojotengah memiliki keunggulan dari bahan baku utamanya yang khas dan hanya

dapat diperoleh di Wonosobo sehingga seringkali ketika orang mencari oleh-oleh

khas daerah Wonosobo yang pertama kali terpikirkan adalah produk carica dalam

sirup ini. Oleh karena itu, keberadaan produk substitusi tersebut juga tidak terlalu

berpengaruh terhadap perkembangan industri kecil carica di Kecamatan

Mojotengah.

4) Kekuatan Tawar-menawar Pembeli

Secara umum, pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan

produk yang akan dibeli sesuai dengan selera mereka. Pembeli dapat

mempengaruhi perusahaan untuk meningkatkan mutu dan pelayanan, dalam

penetapan harga, serta kapasitas penjualan perusahaan. Pembeli dari industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah adalah para agen, distributor, toko, dan

konsumen baik dari dalam maupun luar Wonosobo serta para wisatawan yang

Page 132: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

117

berkunjung ke Wonosobo. Saat ini, pembeli dari industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah dapat dikatakan memiliki kekuatan tawar-menawar yang

cukup kuat sehingga dapat menjadi ancaman dalam pengembangan usaha ke

depan. Hal ini dikarenakan pada umumnya pembelian produk terbesar dari

industri berasal dari para agen, distributor, toko yang melakukan pembelian dalam

jumlah besar di setiap transaksinya, meskipun industri juga tetap melayani

pembelian yang berasal dari konsumen yang datang langsung ke lokasi produksi.

Selain itu, pembeli juga memiliki alternatif pilihan dalam hal mutu produk yang

beragam sehingga pembeli dapat memilih produk mana yang terbaik dengan harga

yang lebih murah. Selanjutnya pembeli juga menghadapi biaya peralihan yang

relatif kecil karena pembeli dapat dengan mudahnya berpindah dari satu

perusahaan ke perusahaan yang lain. Pembeli juga memiliki informasi yang

lengkap tentang pasar karena pembeli mengetahui lokasi produksi dan harga jual

dari masing-masing perusahaan pengolah carica. Meskipun sampai saat ini,

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah mengalami kelebihan

permintaan atas produknya terutama pada saat musim liburan dan hari raya, akan

tetapi industri harus tetap waspada terhadap kondisi seperti ini dimana pembeli

memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat terhadap produk carica dalam

sirup. Oleh karena itu, diferensiasi produk dan peningkatan mutu produk mungkin

dapat menjadi alternatif bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah dalam menciptakan keunggulan produk sehingga mampu

menciptakan kesetiaan pelanggan.

Page 133: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

118

5) Kekuatan Tawar-menawar Pemasok

Bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah, keberadaan

buah carica sangat menentukan kelangsungan industri kecil. Hal ini dikarenakan

buah carica yang merupakan input terpenting dari industri kecil tidak dapat

diperoleh dari daerah lain selain di daerah Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo.

Dalam proses pengadaan carica diperoleh dari para pemasok carica di Dataran

Tinggi Dieng. Pemasok carica yang dimaksud disini adalah para pengumpul yang

juga berprofesi sebagai petani carica. Berdasarkan karakteristik tanaman carica

yang merupakan tanaman musiman membuat pengadaan bahan baku sulit

dikendalikan. Oleh karena itu, untuk menjamin ketersediaan bahan baku carica

sepanjang tahun maka para pengusaha pengolah carica umumnya memiliki

beberapa pemasok langganan. Namun dalam proses pembelian carica, perusahaan

tidak mengadakan suatu kontrak tertulis dengan para pemasok tersebut. Hubungan

yang terjalin antara perusahaan dengan para pemasok langganan hanya sebatas

hubungan kekeluargaan yang baik, saling percaya, saling menghargai, dan saling

menguntungkan. Umumnya harga jual carica ditetapkan berdasarkan kesepakatan

antara pengusaha dan pemasok dengan tetap berpedoman pada harga pasar yang

berlaku. Tingkat harga pada saat musim panen berkisar antara Rp 3.000,- sampai

Rp 4.000,- per kg dan pada saat tidak musim panen atau ketika terjadi kelangkaan

buah harga berkisar antara Rp 7.500,- sampai Rp 10.000,- per kg. Kisaran harga

jual tersebut umumnya hampir seragam pada setiap pemasok. Adapun sedikit

perbedaan harga jual carica umumnya disebabkan oleh perbedaaan kualitas buah

Page 134: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

119

dari setiap pemasok. Selain mengenai tingkat harga, kesepakatan antara industri

kecil dan pemasok juga mengenai tingkat kualitas, sistem pembayaran, waktu, dan

sistem pengiriman carica. Untuk sistem pembayaran bahan baku carica pada

waktu musim panen dapat dilakukan secara tunai maupun tempo sesuai

kesepakatan dengan pemasok. Sedangkan pada waktu di luar musim panen

pemasok hanya melayani industri kecil yang bersedia membayar secara tunai saja.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan tawar

menawar pemasok carica terhadap industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah cukup baik sehingga dapat menjadi ancaman dalam pengembangan

usaha. Bahan baku pendukung industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah berupa gula, minyak tanah, garam, botol, dan tutup cukup mudah

diperoleh dan banyak tersedia di sekitar Wonosobo. Untuk label dan kardus dapat

dengan mudah dipesan dari daerah Wonosobo, Magelang, Semarang, dan

Yogyakarta. Oleh karena itu, keberadaan pemasok bahan baku pendukung kurang

mempengaruhi kelangsungan industri karena banyaknya pilihan pemasok yang

ada baik di dalam maupun di luar Wonosobo dengan kualitas dan harga yang

beragam.

5.2.6 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal, maka diperoleh beberapa

faktor yang berupa kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness) yang

berpengaruh pada industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam

menghadapi persaingan industri yang semakin kompetitif. Adapun faktor-faktor

Page 135: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

120

strategi internal yang menjadi kekuatan bagi industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah adalah:

1) Lokasi industri kecil yang strategis

2) Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan

3) Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman

4) Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik

5) Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo

6) Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo

7) Memiliki saluran distribusi produk

8) Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai

ekonomis

Faktor-faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah adalah sebagai berikut :

1) Penulisan labelisasi yang belum lengkap

2) Kurangnya kegiatan promosi produk

3) Keterbatasan modal usaha

4) Pembukuan keuangan masih sederhana

5) Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin

6) Peralatan produksi masih sederhana

7) Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan

Berdasarkan identifikasi faktor-faktor strategis internal, selanjutnya

disusun matriks IFE dan dilakukan pembobotan dan peringkatan pada masing-

masing variabel kekuatan dan kelemahan. Adapun pembobotan dan peringkatan

Page 136: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

121

pada variabel kekuatan dan kelemahan untuk masing-masing responden dapat

dilihat pada Lampiran 2 dan 3. Sedangkan nilai rata-rata hasil pembobotan dan

peringkatan untuk variabel kekuatan dan kelemahan pada industri kecil olahan

carica di Kecamatan Mojotengah dapat dilihat di Lampiran 4 dan 5. Setelah

diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui

bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Berdasarkan nilai bobot skor rata-rata dari

tiap variabel tersebut dapat diketahui kekuatan utama dan kelemahan utama

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Hasil analisis matriks IFE

pada industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dapat dilihat pada

Tabel 17.

Tabel 17. Analisis Matriks IFE Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan

Mojotengah

Faktor Strategi Internal

Bobot

Rata-

Rata

Rating

Rata-

Rata

Bobot

Skor

Rata-

Rata

KEKUATAN

Lokasi industri kecil yang strategis 0,071 3,750 0,266

Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 0,068 3,500 0,238

Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 0,057 3,750 0,212

Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 0,071 3,500 0,249

Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten 0,065 3,750 0,244

Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten 0,080 4,000 0,320

Memiliki saluran distribusi produk 0,069 3,750 0,259

Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai 0,053 3,500 0,186

Total 1,974

KELEMAHAN

Penulisan labelisasi yang belum cukup lengkap 0,049 1,750 0,086

Kurangnya kegiatan promosi produk 0,076 1,750 0,133

Keterbatasan modal usaha 0,091 1,000 0,091

Pembukuan keuangan masih sederhana 0,046 1,750 0,081

Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 0,089 1,000 0,089

Peralatan produksi masih sederhana 0,054 1,375 0,074

Tidak memiliki bidang penelitian dan pengembangan 0,061 1,500 0,092

Total 0,646

Selisih Skor (kekuatan-kelemahan) 1,000 1,328

Page 137: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

122

Berdasarkan hasil opini responden terhadap faktor strategis internal, maka

kekuatan utama bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah adalah

produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten dengan bobot skor rata-

rata sebesar 0,320. Pada faktor strategi internal tersebut memiliki bobot rata-rata

dan rating rata-rata tertinggi untuk variabel kekuatan yang artinya bahwa

responden menganggap bahwa faktor tersebut merupakan kekuatan yang paling

penting dibandingkan faktor kekuatan yang lain dan juga merupakan kekuatan

mayor bagi industri kecil. Sedangkan kelemahan utama bagi industri kecil olahan

carica di Kecamatan Mojotengah adalah kurangnya kegiatan promosi produk

dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,133, dimana bobot skor rata-rata tersebut

tertinggi untuk variabel kelemahan. Akan tetapi, secara keseluruhan berdasarkan

hasil akhir analisis matriks IFE, total skor rata-rata tertimbang dari matriks IFE

sebesar 1,328 yang terdiri dari nilai total bobot skor rata-rata untuk elemen

kekuatan sebesar 1,974 dan untuk elemen kelemahan sebesar 0,646. Hal ini

menunjukkan posisi internal industri kecil carica di Kecamatan Mojotengah

berada di bawah rata-rata dalam kekuatan internal secara keseluruhan, yaitu di

bawah 2,5. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan usaha pada

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah memanfaatkan kekuatan

yang dimiliki yaitu produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten

Wonosobo.

Page 138: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

123

5.2.7 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman

Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal, maka diperoleh beberapa

faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman bagi industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Adapun faktor-faktor strategi eksternal

yang menjadi peluang bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

adalah:

1) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik

2) Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan

3) Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah

4) Pertumbuhan jumlah penduduk

5) Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen

6) Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam

7) Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung

8) Perkembangan teknologi

Faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah adalah:

1) Kenaikan harga bahan baku pendukung

2) Carica merupakan tanaman musiman

3) Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil

4) Adanya persaingan antar industri sejenis

5) Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan

6) Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat

Page 139: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

124

Berdasarkan identifikasi faktor-faktor strategis eksternal, selanjutnya

disusun matriks EFE dan dilakukan pembobotan dan peringkatan pada masing-

masing variabel peluang dan ancaman. Adapun pembobotan dan peringkatan pada

variabel peluang dan ancaman untuk masing-masing responden dapat dilihat pada

Lampiran 6 dan 7. Nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan untuk

variabel peluang dan ancaman pada industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah dapat dilihat di Lampiran 8 dan 9. Setelah diperoleh nilai bobot dan

peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui bobot skor rata-rata dari tiap

variabel. Berdasarkan nilai bobot skor rata-rata dari tiap variabel tersebut dapat

diketahui peluang utama dan ancaman utama industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks EFE pada

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah (Tabel 18)

Tabel 18. Analisis Matriks EFE Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan

Mojotengah

Faktor Strategi Eksternal

Bobot

Rata-

Rata

Rating

Rata-

Rata

Bobot

Skor

Rata-

Rata

PELUANG

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik 0,066 2,000 0,132

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 0,057 3,125 0,178

Kebiasaan membawakan oleh-oleh khas suatu daerah 0,088 3,875 0,341

Pertumbuhan jumlah penduduk 0,053 2,500 0,133

Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 0,094 3,750 0,352

Kabupaten wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 0,084 3,750 0,315

Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 0,089 3,250 0,289

Perkembangan teknologi 0,069 2,625 0,181

Total 1,921

ANCAMAN

Kenaikan harga bahan baku pendukung 0,054 2,250 0,122

Carica merupakan tanaman musiman 0,087 3,375 0,294

Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 0,051 2,000 0,102

Adanya persaingan antar industri sejenis 0,054 2,875 0,155

Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 0,067 3,125 0,209

Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 0,087 3,350 0,282

Total 1,164

Selisih Skor 1,000 0,757

Page 140: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

125

Berdasarkan hasil opini responden terhadap faktor strategis eksternal,

maka peluang utama bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

adalah peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen dengan bobot

skor rata-rata sebesar 0,352, dimana bobot skor rata-rata tersebut tertinggi untuk

variabel peluang. Pada faktor strategi eksternal tersebut memiliki bobot rata-rata

tertinggi yang artinya bahwa responden menganggap bahwa faktor tersebut

merupakan faktor strategi eksternal yang paling penting dibandingkan faktor yang

lain. Sedangkan ancaman utama yang dihadapi industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah adalah carica merupakan tanaman musiman dengan bobot

skor rata-rata sebesar 0,294, dimana bobot skor rata-rata tersebut tertinggi untuk

variabel ancaman. Adapun total skor rata-rata tertimbang dari matriks EFE

sebesar 0,757 yang terdiri dari nilai total bobot skor rata-rata untuk elemen

peluang sebesar 1,921 dan untuk elemen ancaman sebesar 1,164. Hal ini

menunjukkan posisi eksternal industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah berada di bawah rata-rata dalam kekuatan eksternal secara

keseluruhan, yaitu di bawah 2,5. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam

pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

mampu memanfaatkan peluang yaitu, peningkatan kapasitas produksi carica di

saat musim panen

Page 141: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

126

5.3 Perumusan Alternatif Strategi

Perumusan alternatif strategi pengembangan usaha pada industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam tahap pencocokan dapat

memanfaatkan dua alat analisis, yaitu matriks IE dan matriks SWOT. Berdasarkan

hasil analisis matriks IE yang disusun dengan cara memplotkan total bobot skor

rata-rata dari matiks IFE (1,328) pada sumbu-x dan EFE (0,757) pada sumbu-y,

didapatkan posisi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah berada

pada kuadran II yaitu memiliki kemampuan internal rata-rata dan eksternal yang

tinggi. Pada kondisi tersebut industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah masih mengejar pertumbuhan dalam keuntungan, penjualan, pangsa

pasar, dan tujuan primer lainnya, serta menghadapi persaingan dengan industri

sejenis lainnya yang semakin kompetitif. Oleh karena itu, paling baik

dikendalikan dengan strategi-strategi tumbuh dan berkembang (grow and build).

Strategi yang biasa digunakan oleh perusahaan yang terletak pada kuadran ini

adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan

produk) atau strategi integrasi (integrasi kedepan, kebelakang atau horizontal).

Adapun hasil matriks IE pada industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah ditunjukkan oleh Gambar 7.

Page 142: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

127

TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE

Kuat Rata-Rata Lemah

3,0 – 4,0 2,0 – 2,99 1,0 – 1,99

4,0 3,0 2,0 1,0

Tinggi

3,0 – 4,0

3,0

Menengah

2,0 – 2,99

2,0

Rendah

1,0 – 1,99 VII VIII IX

1,0

Gambar 7. Analisis Matriks IE Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan

Mojotengah

Sedangkan berdasarkan hasil analisis matriks SWOT menggunakan data

yang telah diperoleh dari matriks IFE dan EFE serta dengan memperhatikan visi

dan misi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Empat strategi

utama yang disarankan yaitu strategi SO (Strength and Opportunities), WO

(Weakness and Opportunities), ST (Strength and Threats) dan WT (Weakness and

Threats). Adapun hasil analisis matriks SWOT pada industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah dapat dilihat pada Gambar 7. Alternatif strategi yang

dirumuskan menggunakan matriks SWOT dibuat tidak bertolak belakang dengan

alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks IE. Beberapa alternatif strategi

yang dirumuskan untuk pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah berdasarkan analisis matriks SWOT adalah:

TO

TA

L R

AT

A-R

AT

A T

ER

TIM

BA

NG

EF

E

I II III

Tumbuh

dan berkembang

IV V VI

Page 143: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

128

1) Strategi S-O

Strategi ini dibuat berdasarkan penggunaan kekuatan perusahaan untuk

memanfaatkan peluang. Berikut ini merupakan alternatif strategi yang

dapat ditawarkan untuk pengembangan usaha pada industri kecil olahan

carica di Kecamatan Mojotengah adalah:

a) Meningkatkan kemampuan mengolah carica di musim panen

Untuk musim panen carica tahun ini, kapasitas produksi carica di Dataran

Tinggi Dieng meningkat tajam dibandingkan pada tahun-tahun

sebelumnya. Hal ini berpengaruh pada kemampuan industri kecil olahan

carica di Kecamatan Mojotengah dalam pengadaan bahan baku, dimana

industri kecil dapat dengan mudah memperoleh carica dalam jumlah besar

dengan harga lebih murah dan kualitas baik. Oleh karena itu, industri kecil

dapat meningkatkan kapasitas produksinya sebanyak mungkin sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi permintaan yang ada.

Selain itu, peningkatan kapasitas produksi bertujuan untuk meningkatkan

persediaan produk jadi dalam jumlah yang besar agar dari risiko kenaikan

harga buah dan kelangkaan buah ketika di luar musim panen. Terlebih lagi

pada waktu di luar musim panen, umumnya permintaan terhadap produk

cenderung meningkat karena bersamaan dengan natal dan liburan sehingga

adanya persediaan produk dalam jumlah besar sangat berguna untuk

memenuhi permintaan dan memuaskan pembeli. Alternatif strategi ini

mengacu pada pilihan strategi pada matriks IE, yaitu strategi penetrasi

pasar dan pengembangan pasar.

Page 144: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

129

b) Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada untuk meningkatkan

penjualan

Perantara memiliki peran yang penting dalam pendistribusian produk

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Dengan adanya

perantara tersebut, saat ini produk tidak hanya dipasarkan di Kabupaten

Wonosobo saja. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan saluran distribusi

yang ada maka pihak industri kecil harus selalu memelihara kerjasama

yang telah terjalin dengan baik dan meningkatkan pelayanan kepada

masing-masing perantara sehingga kondisi ini dapat berimplikasi terhadap

peningkatan kapasitas penjualan produk, misal dengan cara memberikan

pelayanan secara optimal ketika proses transaksi, yaitu jumlah permintaan

yang selalu terpenuhi, pengiriman produk yang selalu tepat waktu, harga

produk yang cenderung stabil, adanya garansi terhadap produk, kualitas

produk yang selalu terjamin sehingga pembeli merasa puas, serta sistem

pembayaran yang tidak merepotkan. Alternatif strategi ini mengacu pada

pilihan strategi pada matriks IE, yaitu strategi penetrasi pasar.

2) Strategi W-O

a) Meningkatkan upaya pemasaran melalui peningkatan kegiatan promosi

dan memperkuat identitas produk dengan memperbaiki labelisasi produk

Untuk memperluas daerah pemasaran dan peningkatan penjualan produk,

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah harus mampu

meningkatkan kegiatan promosi melalui media pemasaran yang terdiri dari

media cetak, televisi, radio, pameran di tingkat lokal dan nasional, fasilitas

Page 145: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

130

internet, serta penyebaran leaflet. Disamping itu, industri kecil juga harus

memperbaiki labelisasi produk sehingga pembeli tidak sekedar

memandang produk sebagai makanan khas Wonosobo atau buah yang

dikemas dalam sirup saja, tetapi juga melihat dari sisi kandungan gizi dan

manfaat produk bagi kesehatan, dimana untuk mendapatkan kemudahan

dalam mengurus kelengkapan berupa keterangan halal dan barcode dapat

melalui Disperindag Kabupaten Wonosobo. Alternatif strategi ini mengacu

pada pilihan strategi pada matriks IE, yaitu strategi penetrasi pasar dan

pengembangan pasar.

b) Memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk

pengembangan usaha

Keterbatasan modal menjadi masalah yang cukup besar. Hal ini

dikarenakan adanya keterbatasan modal menjadi penghambat dalam

pengembangan usaha. Oleh karena itu, industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah dapat memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh

pemerintah untuk penguatan modal dalam menjalankan usaha. Dengan

adanya modal yang lebih memadai maka industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah dapat meningkatkan kapasitas produksi terutama

pada musim panen carica sehingga memiliki stok produk jadi dalam

jumlah besar untuk memenuhi permintaan, modernisasi peralatan untuk

mempercepat proses produksi dan meningkatkan mutu produk; kegiatan

penelitianpengembangan produk untuk diversifikasi produk dan

peningkatan mutu produk, perekrutan tenaga kerja yang handal dalam

Page 146: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

131

pengolahan, manajemen, maupun pemasaran sehingga dapat membantu

pemilik dalam mengatur perusahaan, serta pengadaan kegiatan promosi.

Alternatif strategi ini mengacu pada pilihan strategi pada matriks IE, yaitu

strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan

integrasi ke belakang.

3) Strategi S-T

a) Meningkatkan mutu dan inovasi produk

Seiring dengan meningkatnya persaingan dalam industri dan rendahnya

hambatan masuk pesaing baru maka industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah harus dapat mempertahankan pasar konsumen

yang sudah ada dengan cara mempertahankan bahkan meningkatkan mutu

produk. Oleh karena itu, adanya koordinasi tugas yang baik antara pemilik

dan karyawan serta tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman sangat

membantu industri kecil dalam upaya meningkatkan pengawasan mutu

produk seperti dalam hal pemilihan bahan baku utama, proses produksi

yang higienis, tekstur buah yang tebal dan tidak terlalu lunak, potongan

buah yang rata dengan ukuran yang seragam, warna buah kuning cerah,

sirup jernih, tidak berbuih, bebas dari kotoran, mempertahankan nilai gizi

produk, tingkat rasa manis, pengisian produk yang penuh dalam kemasan,

penutupan botol yang sempurna sehingga produk tahan lama, serta

kemasan bersih dan tidak retak. Dengan demikian, mutu produk yang

selalu terjamin dan telah memiliki izin dari Dinkes dapat meningkatkan

loyalitas pembeli terhadap produk. Selain itu, melaksanakan inovasi pada

Page 147: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

132

tampilan produk, yaitu potongan buah carica dibentuk tipis-tipis sehingga

untuk menikmati produk carica dalam sirup hanya cukup menggunakan

sedotan, serta inovasi pada kemasan produk, yaitu kemasan berupa botol

kaca tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan lebih ringan dengan

harga yang lebih murah sehingga lebih terjangkau oleh masyarakat

menengah ke bawah juga. Adanya inovasi pada produk dapat menjadi

alternatif pilihan konsumen dan diharapkan dapat berimplikasi terhadap

peningkatan penjualan. Alternatif strategi ini mengacu pada pilihan

strategi pada matriks IE, yaitu pengembangan produk.

b) Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada

Untuk memaksimalkan potensi carica diperlukan adanya pengembangan

produk dengan memanfaatkan limbah industri kecil untuk diolah menjadi

berbagai macam produk baru, seperti manisan carica kering, selai, dodol,

jus, sirup, sari buah, dan jelly. Adanya pengembangan produk membuat

jenis olahan carica yang ditawarkan kepada pembeli semakin beragam

sehingga pembeli memiliki lebih banyak pilihan dalam menentukan jenis

olahan carica yang sesuai dengan selera. Oleh karena itu, untuk ke

depannya variasi produk olahan carica tersebut diharapkan dapat

meningkatkan respon pembeli terhadap produk yang dihasilkan oleh

industri kecil sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan dapat menjadi

alternatif strategi dalam menghadapi persaingan dengan industri sejenis

yang semakin meningkat. Pemasaran produk baru dilakukan pada saluran

distribusi yang telah ada, dimana dasar pemikiran dalam pemanfaatan

Page 148: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

133

saluran distribusi tersebut adalah menarik pelanggan yang puas untuk

membeli produk baru sebagai akibat pengalaman positif yang mereka

rasakan terhadap produk industri kecil sebelumnya. Selain itu, dalam

pemasaran produk baru juga ditonjolkan citra produk sebagai makanan

khas Kabupaten Wonosobo. Alternatif strategi ini mengacu pada pilihan

strategi pada matriks IE, yaitu strategi penetrasi pasar dan pengembangan

produk.

4) Strategi W-T

a) Melakukan perbaikan dalam pengelolaan dan pengalokasian keuangan

Perbaikan dalam pengelolaan dan pengalokasian keuangan dalam industri

kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah diperlukan untuk mengatasi

masalah, dimana terjadi kenaikan harga bahan baku seperti gula dan

minyak tanah serta kenaikan harga carica ketika tidak musim panen dapat

menyebabkan kenaikan biaya produksi, misal dengan cara membuat

pembukuan keuangan yang lebih jelas dan dilakukan pemisahaan antara

keuangan perusahaan dan keluarga, pembelian bahan baku pendukung

langsung pada agen bukan melalui pengecer dan pembelian dilakukan

dalam jumlah besar sehingga harga lebih murah, dan dilakukan konversi

dari bahan bakar minyak tanah menjadi gas. Dengan demikian, adanya

pengaturan keuangan yang baik juga sangat membantu industri kecil

dalam menghadapi persaingan dengan industri sejenis. Alternatif strategi

ini mengacu pada pilihan strategi pada matriks IE, yaitu strategi penetrasi

Page 149: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

134

pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan integrasi ke

belakang.

b) Melakukan kontrak pengadaan bahan baku dengan pemasok

Dalam pengadaan bahan baku utama industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah, kekuatan tawar menawar pemasok carica di

Dataran Tinggi Dieng cukup kuat. Hal ini dikarenakan buah carica hanya

dapat diperoleh dari daerah tersebut. Namun permasalahannya, selama ini

hubungan yang terjalin antara industri dengan para pemasok hanya bersifat

kekeluargaan sehingga ketika tidak musim panen carica, akses terhadap

bahan baku menjadi tidak terjamin dan harga jual buah menjadi lebih

mahal yang akhirnya berpengaruh pada kapasitas produksi industri. Oleh

karena itu, perlu dilaksanakan kontrak secara tertulis antara industri kecil

olahan carica di Kecamatan Mojotengah dengan pemasok sehingga

kedudukan antara kedua belah pihak menjadi setara dan ketersediaan

bahan baku carica menjadi lebih terjamin dalam hal jumlah, mutu yang

sesuai dengan standar industri, harga, waktu pengiriman, dan sistem

pembayaran. Pada kontrak tersebut industri kecil memberikan bantuan

berupa bibit tanaman carica, pupuk, dan pestisida terlebih dahulu kepada

para pemasok yang juga berprofesi sebagai petani tanaman carica. Dengan

adanya kontrak tersebut industri dapat berproduksi sepanjang tahun yang

akhirnya berimplikasi pada meningkatnya kemampuan industri kecil

dalam pemenuhan permintaan pasar dan harga produk yang selalu stabil

sehingga lebih unggul dibandingkan para pesaingnya. Selain itu, industri

Page 150: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

135

kecil juga akan terhindar dari persaingan dalam pengadaan bahan baku

dengan industri sejenis lainnya. Alternatif strategi ini mengacu pada

pilihan strategi pada matriks IE, yaitu strategi integrasi ke belakang.

Analisis Matriks SWOT Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan

Mojotengah seperti gambar 8.

Page 151: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

136

Page 152: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

137

5.4 Matriks Grand Strategy

Hasil analisis dengan menggunakan matriks Evaluasi Faktor Eksternal

(EFE) dan matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) , diperoleh total skor dari

masing-masing matriks, yakni total skor EFE = 3,085 dan skor IFE = 2,620.

Penentuan posisi perusahaan dengan menggunakan matriks grand strategy, tidak

berdasarkan dari total skor yang didapat dari matriks IFE dan EFE, melainkan

melalui perhitungan selisih (pengurangan) antara total skor kekuatan dengan total

skor kelemahan dan selisih antara total skor peluang dengan total skor ancaman.

Dapat dilihat pada Tabel 17 dan Tabel 18.

Selisih skor pada matriks IFE dan EFE tersebut, kemudian dimasukkan ke

dalam matriks grand strategy guna menentukan posisi perusahaan saat ini. Selisih

skor dari matriks IFE (1,328), ditempatkan pada sumbu-x sebagai hal yang

mewakili kondisi internal yakni posisi kompetitif perusahaan, sedangkan selisih

skor dari matriks EFE (0,757), ditempatkan pada sumbu-y sebagai hal yang

mewakili kondisi eksternal yakni pertumbuhan pasar/industri. Dari kedua titik

tersebut, kemudian garis lurus secara horizontal dan vertikal sesuai sumbunya,

sehingga menyebabkan garis saling berpotongan. Titik dimana garis tersebut

saling berpotongan menandakan posisi dari perusahaan saat ini. Hasil analisis

menggunakan matriks grand strategy dapat dilihat pada Gambar 7.

Titik perpotongan antar kedua garis terdapat pada kuadran I. Titik pada

kuadran tersebut menunjukkan bahwa industri pengolahan hasil carica di

Kecamatan Mojotengah berada dalam posisi yang sangat baik, yaitu perusahaan

berada pada posisi bersaing yang kuat dengan pertumbuhan pasar yang cepat pula.

Page 153: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

138

Pada posisi ini, menurut Pearce dan Robinson (1996) perusahaan pada kuadran ini

strategi yang paling jelas dan baik adalah konsentrasi terus di bidang usaha

sekarang, karena konsumen merasa puas dengan strategi perusahaan yang

diterapkan sekarang. Merubahnya akan dapat membahayakan keunggulan

bersaing perusahaan yang sudah mantap, hendaknya harus berkonsentrasi pada

pasar dan produk saat ini.

PERTUMBUHAN PASAR TINGGI

(1,328; 0,757) POSISI II I • POSISI

KOMPETITIF KOMPETITIF

YANG LEMAH YANG KUAT

III IV

PERTUMBUHAN PASAR RENDAH

Gambar 9.Matriks Grand Strategy

Sumber: Data Industri Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah

Strategi konsentrasi dapat dibagi dalam beberapa strategi lainnya, seperti

pengembangan pasar, penetrasi pasar dan pengembangan produk. Penetrasi pasar

adalah upaya mencari pangsa pasar yang lebih besar, mencari target-target

pembeli baru atau peningkatan pangsa pasar produk yang sudah ada melalui

peningkatan usaha pemasaran. Strategi ini berpusat pada bagaimana konsumen

yang ada mau meningkatkan frekuensi pembeliannya pada produk yang selama ini

Page 154: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

139

telah ditawarkan oleh perusahaan. Salah satu perwujudan dari strategi penetrasi

pasar ini dapat dilakukan melalui diadakannya kegiatan-kegiatan yang pada

dasarnya untuk memperkenalkan hasil produk ke dunia luar atau pasar-pasar baru

yang belum tersentuh.

Pengembangan produk dapat diupayakan melalui penciptaan inovasi-

inovasi pada produk yang dihasilkan. Diantara penciptaan inovasi-inovasi tersebut

adalah meningkatkan standar mutu hasil produk, meningkatkan teknologi untuk

proses produksi dan lain-lain. Salah satu perwujudan dari strategi pengembangan

produk ini dapat dilakukan dengan menambah jumlah varian dari produk olahan

carica, meningkatkan produk olahan dalam hal penciptaan nilai tambah dari tahap

1 ke tahap selanjutnya.

Ketika perusahaan memiliki sumber daya yang berlebih, maka strategi lain

yang dapat dipertimbangkan untuk diterapkan perusahaan yaitu strategi integrasi

ke belakang, ke depan ataupun horizontal. Strategi ini terbilang efektif karena

membantu perusahaan melindungi margin laba dan bagian pasarnya dengan

memastikan akses yang lebih baik lagi kepada para konsumen atau pemasok

sebagai masukan bahan baku. Bila perusahaan terlalu berkomitmen pada suatu

produk, maka diversifikasi konsentrik dapat diterapkan untuk mengurangi resiko

yang berhubungan dengan lini produk yang sempit.

Page 155: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

140

5.5 Penentuan Prioritas Strategi

Tahap akhir dari analisis formulasi strategi adalah penentuan prioritas

strategi yang terbaik dengan menggunakan matriks perencanaan strategi

kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix- QSPM). Secara konsep,

QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa

jauh faktor strategis internal dan eksternal dimanfaatkan. Nilai AS (Attractiveness

Score) menunjukkan daya tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci

internal dan eksternal perusahaan yang diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan

kepada delapan responden. Nilai TAS (Total Attractiveness Scores) dari masing-

masing responden diperoleh dari hasil perkalian antara bobot rata-rata dan nilai

AS dari setiap faktor kunci strategis. Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai

STAS (Sum Total Attractiveness Scores) dari masing-masing responden dengan

cara menjumlahkan seluruh nilai TAS dari masing-masing faktor internal dan

eksternal. Adapun perhitungan QSPM dari masing-masing responden dapat dilihat

pada Lampiran 10. Selanjutnya, setelah diperoleh nilai STAS dari masing-masing

responden kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS rata-rata dari seluruh

responden dengan cara membagi hasil penjumlahan STAS dari seluruh responden

dengan jumlah responden. Adapun hasil perhitungan STAS rata-rata pada industri

kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dapat dilihat pada Tabel 19.

Page 156: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

141

Tabel 19. Prioritas Alternatif Strategi pada Industri Kecil Olahan Carica di

Kecamatan Mojotengah

Respo

nden 1

Respo

nden 2

Respo

nden3

Respo

nden 4

Respo

nden 5

Respo

nden 6

Respo

nden 7

Respo

nden 8

STAS

Rata-

Rata

Priorit

as

Strate

gi

STAS 1 6,024 6,098 6,109 6,667 6,034 6,148 5,948 5,967 6,124 4

STAS 2 5,788 5,591 6,048 6,608 6,199 6,359 5,662 5,407 5,958 7

STAS 3 6,265 5,641 6,149 6,224 6,018 6,063 5,925 6,079 6,046 5

STAS 4 6,441 6,374 6,365 6,697 6,486 6,692 5,960 6,050 6,383 1

STAS 5 6,061 6,156 6,399 6,665 6,352 6,233 5,854 5,999 6,215 3

STAS 6 5,744 6,191 6,062 6,391 6,281 5,865 5,678 5,613 5,978 6

STAS 7 5,461 6,182 5,888 6,193 5,715 5,958 5,743 5,816 5,870 8

STAS 8 6,492 6,437 6,376 6,654 6,544 6,263 5,953 6,105 6,353 2

Berdasarkan hasil perhitungan STAS rata-rata pada Tabel 19, maka

prioritas strategi terbaik saat ini adalah memanfaatkan kredit yang ditawarkan

oleh pemerintah untuk pengembangan usaha dengan STAS rata-rata tertinggi

sebesar 6,383. Nilai STAS yang tertinggi tersebut menggambarkan bahwa

alternatif strategi dianggap sangat menarik bagi industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk

mengatasi kelemahan atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk

menghindari ancaman. Adapun urutan prioritas strategi untuk pengembangan

usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah, adalah:

1) Memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk

pengembangan usaha (STAS 4 = 6,383)

2) Melakukan kontrak pengadaan bahan baku dengan pemasok (STAS 8 =

6,353)

3) Meningkatkan mutu dan inovasi produk (STAS 5 = 6,215)

Page 157: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

142

4) Meningkatkan kemampuan mengolah carica di musim panen (STAS 1 =

6,124)

5) Meningkatkan upaya pemasaran melalui peningkatan kegiatan promosi

dan memperkuat identitas produk dengan memperbaiki labelisasi produk

(STAS 3 = 6,046)

6) Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada

(STAS 6 = 5,978)

7) Pengoptimalan saluran distribusi yang dimiliki untuk meningkatkan

penjualan (STAS 2 = 5,958)

8) Melakukan perbaikan dalam pengelolaan dan pengalokasian keuangan

(STAS 7 = 5,870)

Page 158: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

143

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada industri kecil olahan

carica di Kecamatan Mojotengah, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :

1) Kekuatan utama industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

adalah produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo

dan kelemahan utama industri kecil olahan carica di Kecamatan

Mojotengah adalah kurangnya kegiatan promosi produk.

2) Peluang utama industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah

adalah peningkatan kapasitas produksi carica dan ancaman utama industri

kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah adalah tanaman carica

merupakan tanaman musiman.

3) Perumusan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT

dihasilkan delapan buah alternatif strategi pengembangan usaha pada

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah yaitu:

memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk

pengembangan usaha; melakukan kontrak pengadaan bahan baku dengan

pemasok; meningkatkan mutu dan inovasi produk; meningkatkan

kemampuan mengolah carica di musim panen; meningkatkan upaya

pemasaran melalui peningkatan kegiatan promosi dan memperkuat

identitas produk dengan memperbaiki labelisasi produk; mengembangkan

produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada; pengoptimalan saluran

Page 159: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

144

distribusi yang dimiliki untuk meningkatkan penjualan; melakukan

perbaikan dalam pengelolaan dan pengalokasian keuangan.

4) Prioritas strategi terbaik berdasarkan matriks QSP yang dilaksanakan oleh

industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah adalah

memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk

pengembangan usaha.

6.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan kepada industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah, adalah :

1) Industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah sebaiknya lebih

meningkatkan kerjasama dengan pemerintah maupun swasta untuk

menjadi IKM binaan dan lebih aktif dalam mengikuti berbagai pelatihan

serta pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten

Wonosobo misalnya pelatihan pembukuan dan manajemen keuangan

sehingga tidak mengalami kesulitan dalam pengajuan kredit ke pihak

perbankan maupun non perbankan .

2) Industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah sebaiknya

bekerjasama dengan IKM lainnya di Kabupaten Wonosobo untuk

membangun IKM center di Kabupaten Wonosobo sebagai media promosi

dan pemasaran produk serta pembuatan buku panduan kuliner atau buku

panduan makanan khas Wonosobo bekerjasama dengan Dinas Pariwisata

Kabupaten Wonosobo.

Page 160: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

145

3) Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai preferensi konsumen

terhadap produk olahan carica pada industri kecil olahan carica di

Kecamatan Mojotengah untuk mengetahui loyalitas konsumen terhadap

produk dan selera konsumen saat ini.

Page 161: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

146

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2015. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk

Indonesia 2015. Jakarta: BPS.

_______. 2014. Statistik Indonesia 2014. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo. 2015. Kabupaten Wonosobo dalam

Angka. Wonosobo: BPS Kabupaten Wonosobo.

Budi AS. 2008. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk

Instan (Studi Kasus : PD Mas Adam Berdasi Kec. Rumpin, Bogor).

[skripsi] Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

David FR. 2011. Manajemen Strategis: Konsep. Ed ke-12. Dono S, penerjemah;

Palupi W, editor. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic

Management: Concepts. 12th

ed.

Dinas Perindustrian Perdagangan Kabupaten Wonosobo. 2014. Industri Kecil

Menengah di Kabupaten Wonosobo. Wonosobo: Disperindag

Kabupaten Wonosobo.

Dinas Pertanian Subdin Hortikultura Kabupaten Wonosobo. 2014. Deskripsi

Usulan Flora Carica (Carica candamarcensis) Kabupaten Wonosobo.

Wonosobo: Distan Kabupaten Wonosobo.

Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Departemen Perindustrian

Republik Indonesia. 2014. Implementasi Kebijakan Pengembangan IKM

Pangan Melalui Pendekatan OVOP. Jakarta.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Konsumsi Buah-Buahan Indonesia.

Jakarta. http://www.hortikultura.deptan.go.id. [Diakses 14 Maret 2014]

________.2014. Produk Domestik Bruto Hortikultura Indonesia. Jakarta.

http://www.hortikultura.deptan.go.id. [Diakses 14 Maret 2014]

Erfanto D. 2008. Sistem penunjang keputusan perencanaan agroindustri pepaya

gunung (Carica pubescens) dengan pembiayaan syariah [skripsi]. Bogor:

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hidayat S. 2000. Potensi dan prospek pepaya gunung (Carica pubescens Lanne &

K. Koch) dari Sikunang, Pegunungan Dieng, Wonosobo. Di dalam

Seminar Sehari Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek Tanaman

Hortikultura Menjadi Ketahanan Pangan dalam rangka Hari Cinta Puspa

Page 162: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

147

dan Satwa Nasional. Prosiding seminar; Bogor, 5 November 2000. Bogor:

UPT Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI Bogor. hlm 89-95.

Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran. Ed ke-12. Molan B,

penerjemah; Purba J, editor. Jakarta: PT Indeks. Terjemahan dari:

Marketing Management.

Mashuri F. 2006. Strategi pengembangan usaha industri kecil tape bondowoso

(studi kasus pada industri kecil tape bondowoso, Kecamatan Bondowoso,

Kabupaten Bondowoso). [skrpisi] Bogor: Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Sikumbank RF, editor. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Pearce JA, Robinson RB. 1997. Manajemen Strategik :Formulasi, Implementasi,

dan Pengendalian. Jilid Satu. Maulana A, penerjemah; Jakarta: Binarupa

Aksara. Terjemahan dari: Strategic Management: Formulation,

Implementation, and Controlling.

Porter ME. 2007. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.

Maulana A, penerjemah; Hatauruk G, editor. Jakarta: Erlangga.

Terjemahan dari: Competitive Strategy.

Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis- Reorientasi

Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Robbins SP, Coulter M. 2004. Manajemen. Ed ke-7. Jilid 1. Hermaya T, Slamet

H, penerjemah; Sarwiji B, editor. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Terjemahan dari: Management. Seventh Edition.

Syahrudin R. 2008. Analisis strategi pengembangan agroindustri minuman jeruk

nipis peras di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. [skripsi] Bogor: Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Zain SRM. 2006. Strategi pengembangan usaha kecil lempok durian di

Kabupaten Bengkalis (kasus Kecamatan Bengkalis dan Bantan Kabupaten

Bengkalis, Provinsi Riau). [skripsi] Bogor: Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Page 163: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

15

Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis

Formulasi Strategi Implementasi Strategi Evaluasi Strategi

Gambar 1. Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis

Sumber: David (2011)

Mengembangkan

Pernyataan Visi

dan Misi

Mengukurdan

Mengevaluasi

Kinerja

Implementasi

Strategi-Isu

Pemasaran,

Keuangan,

Akuntansi,

Penelitian dan

Pengembangan,

Sistem Informasi

Manjemen

Merumuskan,

Mengevaluasi, dan

Memilih Strategi

Implementasi

Strategi-Isu

Manajemen

MenetapkanTuj

uan jangka

Panjang

Identifikasi

Faktor

Eksternal

Identifikasi

Faktor

Internal

Page 164: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

16

Page 165: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

31

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Peneliti Tahun Judul Masalah Tujuan Alat

analisis Hasil

Dhony

Erfanto

2008 Sistem Penunjang

Keputusan

Perencanaan

Agroindustri Carica

(Carica pubescens)

Dengan Pembiayaan

Syariah

Adanya sumber

pembiayaan dari

lembaga

keuangan mikro

syariah (LKMS)

membuat

diperlukannya

evaluasi

kelayakan

pembiayaan untuk

memperkirakan

keuntungan

pengusaha dan

LKMS serta

tingkat risiko

yang ada

Mempelajari faktor-

faktor yang

berpengaruh dalam

perencanaan dan

pengembangan

agroindustri carica,

serta merancang dan

mengembangkan

model sistem

penunjang keputusan

perencanaan

agroindustri

carica

dengan pembiayaan

syariah

Model

Cap’S Keluaran yang dihasilkan dari program ini berupa

rekomendasi bagi para pengambil keputusan mengenai

penentuan lokasi unggulan yang memiliki potensi baik

dari segi biaya, kondisi geografis, dan kondisi sosial

budaya adalah Kecamatan Wonosobo, prakiraan rata-

rata tingkat penjualan manisan carica menunjukkan

adanya peningkatan setiap tahunnya dimana dari tahun

2008 sampai 2017 adalah sebanyak 2.267.750 botol

dengan berat bersih 360 gram, risiko pembiayaan

tergolong sedang, dari analisis kelayakan finansial

menunjukkan bahwa agroindustri manisan carica layak

dijalankan dan pembiayaan dengan pola syariah lebih

baik digunakan dibanding pembiayaan konvesional

karena memiliki toleransi yang lebih besar terhadap

penurunan harga jual produk maupun kenaikan BBM.

Suhairi.

RM. Zain

2006 Strategi

Pengembangan

Usaha Kecil Lempok

Durian di Kabupaten

Bengkalis (Kasus

Kecamatan Bengkalis

dan Bantan,

Kabupaten Bengkalis,

Provinsi Riau)

Besarnya

produksi buah

durian di kabupaten

Bengkalis tetapi

produksi lempok

durian masih

sangat terbatas

sehingga

ketersediaan

lempok durian di

pasaran tidak ada

sepanjang tahun

Mengidentifikasi dan

menganalisis faktor-

faktor lingkungan

internal dan eksternal,

menyusun dan

mengajukan alternatif

strategi, dan

mengajukan strategi

yang memiliki prioritas

utama dalam

pengembangan usaha

kecil lempok durian di

Kabupaten Bengkalis

Matriks

IFE,

EFE,

matriks

IE,

matriks

SWOT,

QSPM

Strategi terbaik berdasarkan analisis QSPM adalah

pengusaha lempok durian dapat memfokuskan kegiatan

dalam meningkatkan produksi, mempertahankan mutu

lempok durian yang dihasilkan dengan penggunaan

bahan baku lokal dari pemasok langgganan kemudian

berupaya untuk mengoptimalkan produksi dengan

memanfaatkan efektivitas dan efisiensi produksi dan

struktur organisasi, serta mengubah kemasan dengan

memperhatikan kelengkapan standar pelabelan,

perluasan jangakauan distribusi dan pemasaran ke toko,

dan pasar swalayan dengan promosi dan lokasi industri

yang strategis, memanfaatkan budaya usaha dan

kebijakan pemerintah

Fahrurozhi

Mashupi

2006 Strategi

Pengembangan

Usaha Industri Kecil

Tape Bondowoso

(Studi Kasus pada

Industri Kecil Tape

Banyaknya

pemalsuan produk

tape bondowoso,

bahan baku

pembuat besek

sulit diperoleh

Mengidentifikasi faktor

internal dan eksternal

perusahaan dalam

industri tape

bondowoso serta

menyususn alternatif

Matriks

IFE,

EFE,

matriks

IE,

matriks

Prioritas alternatif strategi yang diperoleh melalui

metode AHP adalah meningkatkan kualitas atau mutu

pelayanan kepada konsumen, meningkatkan nilai

tambah dan kualitas produk, memperluas daerah

pemasaran, melakukan pengembangan atau diferensiasi

produk, melakukan kegiatan promosi, meningkatkan

Page 166: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

32

Bondowoso,

Kecamatan

Bondowoso,

Kabupaten

Bondowoso)

saat panen

tembakau,

kapasitas produksi

belum optimal

strategi pengembangan

usaha industri kecil

tape Bondowoso di

Kecamatan Bondowoso

SWOT,

metode

AHP

kualitas sumberdaya manusia dalam kemampuan

manajemen dan teknologi, mengoptimalkan volume

produksi perusahaan, dan melakukan efisiensi biaya.

Rizal

Syahrudin

2008 Analisis strategi

pengembangan

agroindustri

minuman jeruk nipis

peras di Kabupaten

Kuningan, Jawa

Barat

Industri belum

mampu

mempertahankan

dan

mengembangkan

pasar, pasokan

produk kurang

teratur

menganalisis faktor-

faktor yang

mempengaruhi

pengembangan

agroindustri minuman

jeruk nipis di wilayah

Kabupaten Kuningan,

menyusun strategi

pengembangan

agroindustri minuman

jeruk nipis di wilayah

Kabupaten Kuningan

Metode

PHA

Prioritas alternatif strategi yang diperoleh melalui

metode PHA adalah meningkatkan kualitas dan

kontinuitas bahan baku dilakukan dengan menjalin

kemitraan dengan petani jeruk nipis di Kabupaten

Kuningan, meningkatkan pangsa pasar melalui strategi

promosi dan memperluas jaringan distribusi dengan

menambah agen penjualan, meningkatkan kerjasama

dengan berbagai pihak yang terkait, mengembangkan

teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas

produk, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia

dengan melakukan pelatihan-pelatihan secara kontinyu

Page 167: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

36

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

Tahap Pencocokan melalui Matriks IE dan Matriks SWOT

Identifikasi

Peluang dan Ancaman

Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah

Identifikasi Visi, Misi, dan Tujuan

Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah

Analisis Lingkungan Eksternal

Kekuatan Ekonomi

Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan

Lingkungan

Kekuatan Politik, Pemerintahan, dan Hukum

Kekuatan Teknologi

Kekuatan Industri

− Ancaman Pendatang Baru

− Persaingan antar Industri Sejenis

− Tekanan dari Produk Subtitusi

− Kekuatan Tawar – Menawar Pembeli

− Kekuatan Tawar – Menawar Pemasok

Strategi Pengembangan Usaha

Identifikasi

Kekuatan dan Kelemahan

Analisis Lingkungan Internal

Manajemen

Pemasaran

Keuangan/Akutansi

Produksi/Operasi

Penelitian dan

Pengembangan

Tahap Keputusan melalui Matriks QSP (QSPM)

− Persaingan dengan industri sejenis yang semakin kompetitif

− Kapasitas produksi belum optimal karena akses bahan baku

kurang terjamin, keterbatasan modal

Analisis Matriks IFE

Perlu Perumusan Strategi Pengembangan Usaha yang Tepat

Analisis Matriks EFE

Page 168: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

136

Kekuatan (Strengths - S)

1) Lokasi industri kecil yang

strategis

2) Koordinasi tugas yang

cukup baik antara pemilik

dan karyawan

3) Tenaga kerja lokal yang

terampil dan berpengalaman

4) Produk memiliki banyak

kandungan gizi dan mutu

yang baik

5) Produk telah memiliki izin

dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Wonosobo

6) Produk memiliki citra

sebagai makanan khas

Kabupaten Wonosobo

7) Memiliki saluran distribusi

produk

8) Limbah industri kecil carica

dapat diolah menjadi produk

bernilai ekonomis

Kelemahan (Weaknesses-

W)

1) Penulisan labelisasi

yang belum lengkap

2) Kurangnya kegiatan

promosi produk

3) Keterbatasan modal

usaha

4) Pembukuan

keuangan masih

sederhana

5) Akses terhadap

bahan baku utama

kurang terjamin

6) Peralatan produksi

masih sederhana

7) Belum memiliki

bidang penelitian

dan pengembangan

Peluang (Opportunities - O)

1) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Wonosobo semakin membaik

2) Meningkatnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya

kesehatan

3) Kebiasaan membawakan oleh-oleh

makanan khas suatu daerah

4) Pertumbuhan jumlah penduduk

5) Peningkatan kapasitas produksi

carica

6) Kabupaten Wonosobo merupakan

daerah tujuan wisata alam

7) Kebijakan dan program pemerintah

daerah yang mendukung

8) Perkembangan teknologi

STRATEGI S-O

1. Meningkatkan kapasitas

produksi (S1, S2, S3, O1, O2,

O3, O4, O5, O6, O7, O8)

2. Pengoptimalan saluran

distribusi yang dimiliki untuk

meningkatkan penjualan (S1,

S4, S5, S7, O1, O2, O3, O4,

O5, O6, O8)

STRATEGI W-O

1. Meningkatkan upaya

pemasaran melalui

peningkatan kegiatan

promosi dan

memperkuat identitas

produk dengan

memperbaiki

labelisasi produk

(W1, W2, O1, O2,

O3, O4, O6, O7, O8)

2. Memanfaatkan kredit

yang ditawarkan oleh

pemerintah untuk

pengembangan usaha

(W2, W3, W4, W5,

W6, W7, O1, O2,

O3, O4, O5, O6, O7,

O8)

Ancaman (Threats - T)

1) Kenaikan harga bahan baku

pendukung

2) Carica merupakan tanaman

musiman

3) Hambatan masuk ke dalam industri

relatif kecil

4) Adanya persaingan antar industri

sejenis

5) Pembeli memiliki kekuatan untuk

menentukan pilihan

6) Kekuatan tawar menawar pemasok

carica yang kuat

STRATEGI S-T

1. Meningkatkan mutu dan

inovasi produk (S2, S3, S4,

S5, T3, T4, T5)

2. Mengembangkan produk

baru pada pasar konsumen

yang sudah ada (S2, S3, S6,

S7, S8, T3, T4, T5)

STRATEGI W-T

1. Melakukan

perbaikan dalam

pengelolaan dan

pengalokasian

keuangan (W3, W4,

T1, T2)

2. Melakukan kontrak

pengadaan bahan

baku dengan

pemasok (W5, T2,

T3, T4, T6)

Gambar 8. Analisis Matriks SWOT Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan

Mojotengah

Page 169: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

150

Lampiran 2. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal

1. Nama Responden : Ibu Pied Sumarto (Pemilik Perusahaan Podang Mas)

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot

A Lokasi industri kecil yang strategis X 2 2 1 3 1 2 3 3 3 1 3 1 3 2 30 0,071

B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 2 X 2 1 3 1 2 3 3 2 1 3 1 3 2 29 0,069

C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 2 2 X 1 3 1 2 3 3 2 1 3 1 3 2 29 0,069

D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 3 3 3 X 3 1 2 3 3 3 2 3 1 3 2 35 0,083

E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 1 1 1 1 X 1 2 2 3 2 1 2 1 3 2 23 0,055

F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 3 3 3 3 3 X 3 3 3 3 1 3 1 3 2 37 0,088

G Memiliki saluran distribusi produk 2 2 2 2 2 1 X 2 3 2 1 3 1 3 2 28 0,067

H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 1 1 1 1 2 1 2 X 2 1 1 2 1 2 2 20 0,048

I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 1 1 1 1 1 1 2 X 1 1 2 1 2 2 18 0,043

J Kurangnya kegiatan promosi produk 1 2 2 1 2 1 2 3 3 X 2 3 1 3 2 28 0,067

K Keterbatasan modal usaha 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 X 3 2 3 2 38 0,048

L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 X 1 2 2 19 0,045

M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 X 3 2 40 0,095

N Peralatan produksi masih sederhana 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 X 2 18 0,043

O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 X 28 0,067

420 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 170: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

151

2. Nama Responden : Bapak Sucipto (Pemilik Perusahaan Cipto Roso)

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot

A Lokasi industri kecil yang strategis X 3 3 2 2 1 2 3 3 2 1 3 2 3 3 33 0,078

B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 1 X 2 1 2 1 1 3 3 2 1 3 1 3 3 27 0,064

C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 1 2 X 1 1 1 1 2 3 2 1 3 1 2 2 23 0,055

D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 2 3 3 X 3 1 2 3 3 2 1 3 2 3 3 34 0,081

E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 2 2 3 1 X 1 2 3 3 2 1 3 1 3 2 29 0,069

F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 3 3 3 3 3 X 2 3 3 2 1 3 1 3 3 36 0,086

G Memiliki saluran distribusi produk 2 3 3 2 2 2 X 3 3 2 1 3 2 3 3 34 0,081

H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 1 1 1 1 2 1 2 X 2 1 1 2 1 2 2 20 0,048

I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 1 1 1 1 1 1 2 X 1 1 2 1 2 2 18 0,043

J Kurangnya kegiatan promosi produk 2 2 2 2 2 2 2 3 3 X 2 3 2 3 3 33 0,078

K Keterbatasan modal usaha 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 X 3 2 3 3 40 0,095

L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 X 1 1 1 15 0,036

M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 X 3 2 37 0,088

N Peralatan produksi masih sederhana 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 3 1 X 2 20 0,048

O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 3 1 2 X 21 0,050

420 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 171: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

152

3. Nama Responden : Bapak Edi Susilo (Pemilik Perusahaan Dian Jaya)

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot

A Lokasi industri kecil yang strategis X 1 3 1 1 1 2 1 3 3 1 3 2 3 3 28 0,067

B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 3 X 1 1 1 2 1 3 2 1 1 3 2 2 2 25 0,059

C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 1 3 X 2 2 1 2 3 3 1 2 3 1 1 3 28 0,067

D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 3 3 2 X 2 1 1 3 3 1 1 2 1 2 3 28 0,067

E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 3 3 2 2 X 1 1 3 3 1 1 2 1 2 3 28 0,067

F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 3 2 3 3 3 X 2 2 2 1 1 3 1 2 3 32 0,076

G Memiliki saluran distribusi produk 2 3 2 3 3 2 X 2 3 2 1 3 1 2 2 31 0,074

H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 3 1 1 1 1 1 2 X 1 1 1 1 1 1 1 17 0,040

I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 2 1 1 1 2 1 3 X 1 1 2 1 3 2 22 0,052

J Kurangnya kegiatan promosi produk 1 3 3 3 3 3 2 3 3 X 3 2 2 2 2 35 0,083

K Keterbatasan modal usaha 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 X 3 2 3 1 36 0,086

L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 1 1 2 2 1 1 3 2 2 1 X 1 2 1 21 0,05

M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 X 3 2 37 0,088

N Peralatan produksi masih sederhana 1 2 3 2 2 2 2 3 1 2 1 2 1 X 2 26 0,062

O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 1 2 1 1 1 1 2 3 2 2 3 3 2 2 X 26 0,062

420 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 172: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

153

4. Nama Responden : Bapak Trisila Juwantara (Pemilik Perusahaan Yuasa Food)

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot

A Lokasi industri kecil yang strategis X 2 3 2 2 2 2 3 3 2 1 3 1 3 3 32 0,076

B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 2 X 3 2 2 1 2 3 2 1 1 3 1 3 3 29 0,069

C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 1 1 X 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 21 0,050

D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 2 2 3 X 2 2 2 3 2 2 1 3 1 2 2 29 0,069

E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 2 2 3 2 X 2 2 3 2 2 1 3 1 2 2 29 0,069

F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 2 3 2 2 2 X 2 3 3 2 1 3 1 3 3 32 0,076

G Memiliki saluran distribusi produk 2 2 2 2 2 2 X 3 3 2 1 3 1 2 2 29 0,069

H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 1 1 2 1 1 1 1 X 1 1 1 2 1 2 2 18 0,043

I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 2 2 2 2 1 1 3 X 1 1 2 1 2 2 23 0,055

J Kurangnya kegiatan promosi produk 2 3 3 2 2 2 2 3 3 X 2 3 2 2 2 33 0,079

K Keterbatasan modal usaha 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 X 3 2 3 3 40 0,095

L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 X 1 2 2 19 0,025

M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 X 3 3 40 0,095

N Peralatan produksi masih sederhana 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 X 2 23 0,055

O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 X 23 0,055

420 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 173: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

154

5. Nama Responden : Ibu Nafingah (Pemilik Perusahaan Mandiri)

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot

A Lokasi industri kecil yang strategis X 3 3 1 1 1 2 1 3 2 1 3 1 2 2 26 0,062

B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 1 X 2 1 1 2 2 1 3 2 1 3 1 2 2 23 0,055

C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 1 3 X 1 1 1 1 1 3 2 1 3 1 2 2 23 0,055

D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 3 3 3 X 2 1 2 1 3 2 1 3 1 3 2 30 0,071

E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 3 3 3 2 X 1 2 1 3 2 1 3 1 3 2 30 0,071

F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 3 2 3 3 3 X 2 3 3 2 1 3 1 3 2 33 0,079

G Memiliki saluran distribusi produk 2 2 3 2 2 2 X 3 3 1 1 3 1 2 2 29 0,069

H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 3 3 3 3 3 1 1 X 2 1 1 2 1 2 2 31 0,074

I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 1 1 1 1 1 14 0,033

J Kurangnya kegiatan promosi produk 2 2 2 2 2 2 3 2 3 X 1 3 1 3 3 31 0,074

K Keterbatasan modal usaha 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 X 3 3 3 3 42 0,100

L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 X 1 1 1 16 0,038

M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 X 3 2 39 0,093

N Peralatan produksi masih sederhana 2 2 2 1 1 2 2 2 3 1 1 3 1 X 2 26 0,062

O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 3 2 1 X 27 0,064

420 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 174: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

155

6. Nama Responden : Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik Perusahaan Tiara Mas)

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot

A Lokasi industri kecil yang strategis X 1 1 3 3 1 2 1 3 3 1 1 2 3 1 26 0,062

B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 3 X 2 2 2 3 2 2 3 1 1 3 1 3 2 30 0,071

C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 3 2 X 2 2 3 2 2 3 1 1 3 1 2 2 29 0,069

D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 1 2 2 X 2 3 1 2 3 1 1 3 1 2 2 26 0,062

E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 1 2 2 2 X 3 1 2 3 1 1 3 1 2 2 26 0,062

F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 3 1 1 1 1 X 2 3 3 2 1 3 1 3 3 28 0,067

G Memiliki saluran distribusi produk 2 2 2 3 3 2 X 3 3 2 1 3 1 2 2 31 0,074

H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 3 2 2 2 2 1 1 X 3 1 1 3 1 2 2 26 0,062

I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 1 3 1 1 3 18 0,043

J Kurangnya kegiatan promosi produk 1 3 3 3 3 2 2 3 3 X 1 1 1 1 3 30 0,071

K Keterbatasan modal usaha 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 X 3 2 3 3 41 0,098

L Pembukuan keuangan masih sederhana 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 X 1 3 3 22 0,052

M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 X 3 3 40 0,095

N Peralatan produksi masih sederhana 1 1 2 2 2 1 2 2 3 3 1 1 1 X 2 24 0,057

O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 X 23 0,055

420 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 175: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

156

7. Nama Responden : Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot

A Lokasi industri kecil yang strategis X 2 3 2 3 2 2 3 3 2 1 3 2 3 2 33 0,078

B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 2 X 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 31 0,074

C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 1 1 X 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 19 0,045

D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 2 2 3 X 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 31 0,074

E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 1 2 2 2 X 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0,064

F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 2 2 3 2 2 X 2 3 2 2 2 2 2 3 3 32 0,076

G Memiliki saluran distribusi produk 2 1 2 2 2 2 X 2 2 2 1 3 1 2 2 26 0,062

H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 1 1 2 1 2 1 2 X 2 2 2 2 2 2 2 24 0,057

I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 2 2 1 2 2 2 2 X 2 2 2 2 2 2 26 0,062

J Kurangnya kegiatan promosi produk 2 2 3 2 2 2 2 2 2 X 2 3 2 2 2 30 0,071

K Keterbatasan modal usaha 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 X 3 2 3 2 33 0,079

L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 X 1 2 2 23 0,055

M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 X 2 2 31 0,074

N Peralatan produksi masih sederhana 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 X 2 26 0,062

O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 X 28 0,067

420 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 176: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

157

8. Nama Responden : Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kabupaten Wonosobo)

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot

A Lokasi industri kecil yang strategis X 2 3 2 2 1 3 2 2 1 1 3 2 3 3 30 0,071

B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 2 X 3 2 2 1 2 3 3 2 2 3 2 3 3 33 0,079

C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 1 1 X 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 19 0,045

D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 2 2 3 X 2 1 2 2 2 1 1 2 1 3 2 26 0,062

E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 2 2 3 2 X 1 3 2 2 1 1 2 1 3 2 27 0,064

F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 3 3 3 3 3 X 3 3 3 2 2 3 2 3 3 39 0,093

G Memiliki saluran distribusi produk 1 2 2 2 1 1 X 2 2 2 1 2 1 2 2 23 0,055

H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 2 1 2 2 2 1 2 X 2 1 1 2 1 2 2 23 0,055

I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 2 1 2 2 2 1 2 2 X 2 1 2 1 3 2 25 0,060

J Kurangnya kegiatan promosi produk 3 2 3 3 3 2 2 3 2 X 2 3 2 3 2 35 0,083

K Keterbatasan modal usaha 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 X 3 2 3 2 37 0,088

L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 X 1 2 1 21 0,050

M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 X 3 2 36 0,086

N Peralatan produksi masih sederhana 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 X 2 19 0,045

O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 1 1 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 X 27 0,064

420 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 177: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

158

Lampiran 3. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis

Keterangan :

1 = jika faktor tersebut sangat kurang berpengaruh/kelemahan utama

2 = jika faktor tersebut kurang berpengaruh/kelemahan minor kecil

3 = jika faktor tersebut berpengaruh besar/kekuatan kecil

4 = jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar/kekuatan utama

1. Nama Responden : Ibu Pied S (Pemilik Perusahaan Podang Mas)

Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Lokasi industri kecil yang strategis v

Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v

Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v

Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v

Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v

Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v

Memiliki saluran distribusi produk v

Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v

Penulisan labelisasi yang belum lengkap v

Kurangnya kegiatan promosi produk v

Keterbatasan modal usaha v

Pembukuan keuangan masih sederhana v

Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v

Peralatan produksi masih sederhana v

Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v

2. Nama Responden : Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)

Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Lokasi industri kecil yang strategis v

Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v

Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v

Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v

Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v

Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v

Memiliki saluran distribusi produk v

Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v

Penulisan labelisasi yang belum lengkap v

Kurangnya kegiatan promosi produk v

Keterbatasan modal usaha v

Pembukuan keuangan masih sederhana v

Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v

Peralatan produksi masih sederhana v

Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v

Page 178: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

159

3. Nama Responden : Bapak Edi Susilo (Pemilik Perusahaan Dian Jaya)

Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Lokasi industri kecil yang strategis v

Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v

Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v

Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v

Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v

Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v

Memiliki saluran distribusi produk v

Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v

Penulisan labelisasi yang belum lengkap v

Kurangnya kegiatan promosi produk v

Keterbatasan modal usaha v

Pembukuan keuangan masih sederhana v

Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v

Peralatan produksi masih sederhana v

Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v

4. Nama Responden : Bapak Trisila Juwantara (Pemilik perusahaan Yuasa Food)

Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Lokasi industri kecil yang strategis v

Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v

Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v

Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v

Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v

Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v

Memiliki saluran distribusi produk v

Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v

Penulisan labelisasi yang belum lengkap v

Kurangnya kegiatan promosi produk v

Keterbatasan modal usaha v

Pembukuan keuangan masih sederhana v

Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v

Peralatan produksi masih sederhana v

Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v

Page 179: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

160

5. Nama Responden : Ibu Nafingah (Pemilik perusahaan Mandiri)

Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Lokasi industri kecil yang strategis v

Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v

Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v

Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v

Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v

Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v

Memiliki saluran distribusi produk v

Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v

Penulisan labelisasi yang belum lengkap v

Kurangnya kegiatan promosi produk v

Keterbatasan modal usaha v

Pembukuan keuangan masih sederhana v

Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v

Peralatan produksi masih sederhana v

Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v

6. Nama Responden : Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik perusahaan Tiara Mas)

Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Lokasi industri kecil yang strategis v

Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v

Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v

Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v

Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v

Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v

Memiliki saluran distribusi produk v

Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v

Penulisan labelisasi yang belum lengkap v

Kurangnya kegiatan promosi produk v

Keterbatasan modal usaha v

Pembukuan keuangan masih sederhana v

Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v

Peralatan produksi masih sederhana v

Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v

Page 180: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

161

7. Nama Responden : Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM

Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)

Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Lokasi industri kecil yang strategis v

Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v

Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v

Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v

Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v

Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v

Memiliki saluran distribusi produk v

Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v

Penulisan labelisasi yang belum lengkap v

Kurangnya kegiatan promosi produk v

Keterbatasan modal usaha v

Pembukuan keuangan masih sederhana v

Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v

Peralatan produksi masih sederhana v

Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v

8. Nama Responden : Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri

Disperindag Kabupaten Wonosobo)

Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Lokasi industri kecil yang strategis v

Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v

Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v

Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v

Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v

Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v

Memiliki saluran distribusi produk v

Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v

Penulisan labelisasi yang belum lengkap v

Kurangnya kegiatan promosi produk v

Keterbatasan modal usaha v

Pembukuan keuangan masih sederhana v

Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v

Peralatan produksi masih sederhana v

Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v

Page 181: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

162

Lampiran 4. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah

Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot

1

Bobot

2

Bobot

3

Bobot

4

Bobot

5

Bobot

6

Bobot

7

Bobot

8

Bobot

Rata-Rata

Lokasi industri kecil yang strategis 0,071 0,078 0,067 0,076 0,062 0,062 0,078 0,071 0,071

Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 0,069 0,064 0,059 0,069 0,055 0,071 0,074 0,079 0,068

Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 0,069 0,055 0,067 0,050 0,055 0,069 0,045 0,045 0,057

Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 0,083 0,081 0,067 0,069 0,071 0,062 0,074 0,062 0,071

Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 0,055 0,069 0,067 0,069 0,071 0,062 0,064 0,064 0,065

Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 0,088 0,086 0,076 0,076 0,079 0,067 0,076 0,093 0,080

Memiliki saluran distribusi produk 0,067 0,081 0,074 0,069 0,069 0,074 0,062 0,055 0,069

Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 0,048 0,048 0,04 0,043 0,074 0,062 0,057 0,055 0,053

Penulisan labelisasi yang belum lengkap 0,043 0,043 0,052 0,055 0,033 0,043 0,062 0,060 0,049

Kurangnya kegiatan promosi produk 0,067 0,078 0,083 0,079 0,074 0,071 0,071 0,083 0,076

Keterbatasan modal usaha 0,090 0,095 0,086 0,095 0,100 0,098 0,079 0,088 0,091

Pembukuan keuangan masih sederhana 0,045 0,036 0,05 0,045 0,038 0,052 0,055 0,050 0,046

Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 0,095 0,088 0,088 0,095 0,093 0,095 0,074 0,086 0,089

Peralatan produksi masih sederhana 0,043 0,048 0,062 0,055 0,062 0,057 0,062 0,045 0,054

Tidak memiliki bidang penelitian dan pengembangan 0,067 0,05 0,062 0,055 0,064 0,055 0,067 0,064 0,061

Total 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

Keterangan:

Bobot 1 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Piet Sumarto (Pemilik perusahaan Podang Mas)

Bobot 2 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)

Bobot 3 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Edi Susilo (Pemilik perusahaan Dian Jaya)

Bobot 4 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Trisila Juwantara (Pemilik perusahaan Yuasa Food)

Bobot 5 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Nafingah (Pemilik perusahaan Mandiri)

Bobot 6 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik perusahaan Tiara Mas)

Bobot 7 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kab Wonosobo)

Bobot 8 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab Wonosobo)

Page 182: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

163

Lampiran 5. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating

1

Rating

2

Rating

3

Rating

4

Rating

5

Rating

6

Rating

7

Rating

8

Rating rata-

rata

Lokasi industri yang strategis 4 4 4 4 4 4 3 3 3,750

Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 4 3 3 4 4 4 3 3 3,500

Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 4 4 3 4 4 4 3 4 3,750

Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 4 3 4 4 4 3 3 3 3,500

Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 4 4 4 4 4 3 4 3 3,750

Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 4 4 4 4 4 4 4 4 4,000

Memiliki saluran distribusi produk 4 4 4 4 4 4 3 3 3,750

Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 3 3 3 4 4 3 4 4 3,500

Penulisan labelisasi yang belum lengkap 2 2 2 2 2 2 1 1 1,750

Kurangnya kegiatan promosi produk 2 2 1 2 1 2 2 2 1,750

Keterbatasan modal usaha 1 1 1 1 1 1 1 1 1,000

Pembukuan keuangan masih sederhana 2 2 2 2 2 2 1 1 1,750

Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 1 1 1 1 1 1 1 1 1,000

Peralatan produksi masih sederhana 1 2 2 1 1 2 1 1 1,375

Tidak memiliki bidang penelitian dan pengembangan 1 2 2 1 2 2 1 1 1,500

Keterangan:

Rating 1 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Piet Sumarto (Pemilik perusahaan Podang Mas)

Rating 2 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)

Rating 3 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Edi Susilo (Pemilik perusahaan Dian Jaya)

Rating 4 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Trisila Juwantara (Pemilik perusahaan Yuasa Food)

Rating 5 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Nafingah (Pemilik perusahaan Mandiri)

Rating 6 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik perusahaan Tiara Mas)

Rating 7 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)

Rating 8: Hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kabupaten Wonosobo)

Page 183: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

164

Lampiran 6. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal

1. Nama Responden : Ibu Pied S (Pemilik Perusahaan Podang Mas)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot

A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 20 0,055

B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 2 X 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 19 0,052

C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 3 3 X 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 33 0,091

D Pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 1 X 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 19 0,052

E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 3 3 2 3 X 3 2 3 3 2 3 3 3 3 36 0,099

F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 3 3 2 3 1 X 2 2 3 3 2 2 2 1 29 0,080

G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 3 3 2 3 2 2 X 2 3 2 3 3 3 2 33 0,091

H Perkembangan teknologi 2 3 1 3 1 2 2 X 1 1 2 2 1 1 22 0,060

I Kenaikan harga bahan baku pendukung 2 2 1 2 1 1 1 3 X 1 3 3 1 1 22 0,060

J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 2 1 2 3 3 X 3 3 2 2 32 0,088

K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 X 1 1 1 18 0,050

L Adanya persaingan antar industri sejenis 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 X 1 1 20 0,055

M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 2 2 2 2 1 2 1 3 3 2 3 3 X 1 27 0,074

N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 3 3 2 3 1 3 2 3 3 2 3 3 3 X 34 0,093

364 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Page 184: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

165

2. Nama Responden : Bapak Sucipto (Pemilik Perusahaan Cipto Roso)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot

A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 23 0,063

B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 2 X 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 21 0,058

C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 2 2 X 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 29 0,080

D Pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 2 X 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 20 0,055

E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 3 3 2 3 X 2 2 3 3 3 3 3 3 3 36 0,099

F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 2 2 2 3 2 X 2 2 3 1 3 1 2 2 27 0,074

G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 3 3 2 3 2 2 X 3 3 3 3 3 3 3 36 0,099

H Perkembangan teknologi 2 2 2 2 1 2 1 X 1 1 2 2 1 1 20 0,055

I Kenaikan harga bahan baku pendukung 2 2 2 3 1 1 1 3 X 1 2 2 2 1 23 0,063

J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 1 3 1 3 3 X 3 3 3 1 32 0,088

K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 X 1 1 1 18 0,049

L Adanya persaingan antar industri sejenis 2 3 1 2 1 3 1 2 2 1 3 X 1 1 23 0,063

M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 2 2 1 2 1 2 1 3 2 1 3 3 X 1 24 0,066

N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 2 3 2 3 1 2 1 3 3 3 3 3 3 X 32 0,088

364 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 185: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

166

3. Nama Responden : Bapak Edi Susilo (Pemilik Perusahaan Dian Jaya)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot

A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 2 2 3 2 2 3 2 3 1 3 3 3 3 32 0,088

B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 2 X 2 3 2 2 1 2 3 2 3 3 3 3 31 0,085

C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 2 2 X 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 32 0,088

D Pertumbuhan jumlah penduduk 1 2 1 X 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 17 0,047

E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 2 2 2 3 X 3 2 2 3 3 3 3 3 2 33 0,091

F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 2 2 2 3 1 X 2 2 3 2 3 3 3 3 31 0,085

G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 1 3 2 2 2 2 X 2 3 2 3 2 2 2 28 0,077

H Perkembangan teknologi 2 2 1 3 2 2 2 X 3 2 3 3 2 2 29 0,080

I Kenaikan harga bahan baku pendukung 1 1 1 2 1 1 1 1 X 1 3 3 2 2 20 0,055

J Carica merupakan tanaman musiman 3 2 2 3 1 2 2 2 3 X 2 1 2 1 26 0,071

K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 X 2 2 1 17 0,047

L Adanya persaingan antar industri sejenis 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 2 X 1 2 19 0,052

M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 1 1 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 X 1 22 0,060

N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 1 1 1 3 2 1 2 2 2 3 3 3 3 X 27 0,074

364 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 186: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

167

4. Nama Responden : Bapak Trisila Juwantara (Pemilik Perusahaan Yuasa Food)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot

A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 23 0,063

B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 2 X 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 18 0,050

C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 3 3 X 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 33 0,091

D Pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 1 X 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 18 0,050

E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 3 3 2 3 X 3 2 2 3 3 3 3 3 2 35 0,096

F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 2 3 2 3 1 X 1 2 3 2 3 3 3 2 30 0,082

G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 2 3 2 3 2 3 X 2 3 2 3 3 3 2 33 0,091

H Perkembangan teknologi 2 3 2 3 2 2 2 X 3 2 3 3 3 2 32 0,088

I Kenaikan harga bahan baku pendukung 2 2 1 2 1 1 1 1 X 1 2 2 1 1 18 0,050

J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 1 2 2 2 3 X 3 3 3 2 32 0,088

K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 X 2 2 1 19 0,052

L Adanya persaingan antar industri sejenis 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 X 2 1 19 0,052

M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 2 3 1 3 1 1 1 1 3 1 2 2 X 1 22 0,060

N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 X 32 0,088

364 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 187: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

168

5. Nama Responden : Ibu Nafingah (Pemilik Perusahaan Mandiri)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot

A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 19 0,052

B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 2 X 1 2 1 1 1 3 3 1 2 2 2 1 22 0,060

C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 3 3 X 3 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 32 0,088

D Pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 1 X 1 1 1 1 2 1 3 3 2 1 21 0,058

E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 3 3 3 3 X 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 0,107

F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 3 3 2 3 1 X 1 2 3 2 3 3 3 2 31 0,085

G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 3 3 2 3 1 3 X 2 3 1 3 3 3 2 32 0,088

H Perkembangan teknologi 3 1 2 3 1 2 2 X 3 2 3 3 3 1 29 0,079

I Kenaikan harga bahan baku pendukung 2 1 1 2 1 1 1 1 X 1 2 2 2 1 18 0,049

J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 1 2 3 2 3 X 3 3 3 2 33 0,091

K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 X 2 1 1 17 0,047

L Adanya persaingan antar industri sejenis 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 X 1 1 17 0,047

M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 3 3 X 1 21 0,058

N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 3 3 2 3 1 2 2 3 3 2 3 3 3 X 33 0,091

364 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 188: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

169

6. Nama Responden : Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik Perusahaan Tiara Mas)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot

A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 16 0,044

B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 2 X 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 19 0,052

C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 3 3 X 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 33 0,091

D Pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 1 X 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 19 0,052

E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 3 3 2 3 X 2 2 2 3 2 3 3 2 2 32 0,088

F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 3 3 2 3 2 X 2 3 3 2 3 3 3 2 34 0,093

G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 3 3 2 3 2 2 X 2 3 2 3 3 2 2 32 0,089

H Perkembangan teknologi 3 3 1 3 2 1 2 X 2 1 3 3 2 1 27 0,074

I Kenaikan harga bahan baku pendukung 2 2 1 2 1 1 1 2 X 1 2 2 1 1 19 0,052

J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 2 2 2 3 3 X 3 3 2 2 33 0,091

K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 X 2 2 1 19 0,052

L Adanya persaingan antar industri sejenis 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 X 2 1 20 0,055

M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 X 1 27 0,074

N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 X 34 0,093

364 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 189: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

170

7. Nama Responden : Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot

A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 3 2 3 2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 31 0,085

B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 1 X 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 18 0,050

C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 2 3 X 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 32 0,088

D Pertumbuhan jumlah penduduk 1 2 1 X 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 18 0,050

E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 2 3 2 3 X 2 2 3 2 2 3 3 3 3 33 0,091

F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 2 3 2 3 2 X 2 3 3 2 3 3 3 2 33 0,091

G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 2 3 2 3 2 2 X 3 2 1 3 3 3 3 32 0,088

H Perkembangan teknologi 1 2 1 2 1 1 1 X 3 1 3 3 3 1 23 0,064

I Kenaikan harga bahan baku pendukung 1 3 2 3 2 1 2 1 X 1 2 2 1 1 22 0,060

J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 2 2 3 3 3 X 3 3 3 2 35 0,096

K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 X 2 1 1 17 0,047

L Adanya persaingan antar industri sejenis 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 X 1 1 17 0,047

M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 2 2 1 2 1 1 1 1 3 1 3 3 X 1 22 0,060

N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 2 3 2 3 1 2 1 3 3 2 3 3 3 X 31 0,085

364 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 190: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

171

8. Nama Responden : Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kabupaten Wonosobo)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot

A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 3 1 2 1 1 2 3 3 1 3 3 3 2 28 0,077

B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 1 X 1 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 1 19 0,052

C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 3 3 X 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 31 0,085

D Pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 1 X 1 1 1 2 2 1 2 2 1 3 21 0,058

E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 3 3 2 3 X 2 2 3 3 2 2 2 2 1 30 0,083

F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 3 3 2 3 2 X 2 3 3 2 2 2 2 2 31 0,085

G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 2 3 2 3 2 3 X 3 3 3 3 3 2 3 34 0,093

H Perkembangan teknologi 1 3 1 2 1 1 1 X 3 1 1 1 1 1 18 0,049

I Kenaikan harga bahan baku pendukung 1 3 1 2 1 1 1 1 X 1 1 1 1 1 16 0,044

J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 2 2 1 3 3 X 2 2 2 3 31 0,085

K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 1 1 2 2 2 2 1 3 3 2 X 2 1 1 23 0,063

L Adanya persaingan antar industri sejenis 1 1 2 2 2 2 1 3 3 2 2 X 1 1 23 0,063

M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 X 1 29 0,080

N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 2 3 2 3 1 2 1 3 3 1 3 3 3 X 30 0,083

364 1,000

Keterangan :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Page 191: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

172

Lampiran 7. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis

Keterangan : 1 = Sangat Rendah, respon industri kecil dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman rendah

2 = Rendah, respon industri kecil dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman sedang

3 = Tinggi, respon industri kecil dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman di atas rata-rata

4 = Sangat Tinggi, respon industri kecil dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman superior

1. Nama Responden : Ibu Pied S (Pemilik Perusahaan Podang Mas)

Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v

Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v

Pertumbuhan jumlah penduduk v

Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v

Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v

Perkembangan teknologi v

Kenaikan harga bahan baku pendukung v

Carica merupakan tanaman musiman v

Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v

Adanya persaingan antar industri sejenis v

Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v

Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v

2. Nama Responden : Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)

Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v

Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v

Pertumbuhan jumlah penduduk v

Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v

Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v

Perkembangan teknologi v

Kenaikan harga bahan baku pendukung v

Carica merupakan tanaman musiman v

Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v

Adanya persaingan antar industri sejenis v

Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v

Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v

Page 192: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

173

3. Nama Responden : Bapak Edi Susilo (Pemilik Perusahaan Dian Jaya)

Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v

Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v

Pertumbuhan jumlah penduduk v

Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v

Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v

Perkembangan teknologi v

Kenaikan harga bahan baku pendukung v

Carica merupakan tanaman musiman v

Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v

Adanya persaingan antar industri sejenis v

Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v

Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v

4. Nama Responden : Bapak Trisila Juwantara (Pemilik Perusahaan Yuasa Food)

Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v

Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v

Pertumbuhan jumlah penduduk v

Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v

Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v

Perkembangan teknologi v

Kenaikan harga bahan baku pendukung v

Carica merupakan tanaman musiman v

Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v

Adanya persaingan antar industri sejenis v

Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v

Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v

Page 193: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

174

5. Nama Responden : Ibu Nafingah (Pemilik Perusahaan Mandiri)

Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v

Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v

Pertumbuhan jumlah penduduk v

Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v

Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v

Perkembangan teknologi v

Kenaikan harga bahan baku pendukung v

Carica merupakan tanaman musiman v

Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v

Adanya persaingan antar industri sejenis v

Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v

Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v

6. Nama Responden : Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik Perusahaan Tiara Mas)

Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v

Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v

Pertumbuhan jumlah penduduk v

Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v

Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v

Perkembangan teknologi v

Kenaikan harga bahan baku pendukung v

Carica merupakan tanaman musiman v

Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v

Adanya persaingan antar industri sejenis v

Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v

Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v

Page 194: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

175

7. Nama Responden : Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM

Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)

Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v

Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v

Pertumbuhan jumlah penduduk v

Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v

Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v

Perkembangan teknologi v

Kenaikan harga bahan baku pendukung v

Carica merupakan tanaman musiman v

Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v

Adanya persaingan antar industri sejenis v

Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v

Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v

8. Nama Responden : Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri

Disperindag Kabupaten Wonosobo)

Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)

1 2 3 4

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v

Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v

Pertumbuhan jumlah penduduk v

Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v

Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v

Perkembangan teknologi v

Kenaikan harga bahan baku pendukung v

Carica merupakan tanaman musiman v

Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v

Adanya persaingan antar industri sejenis v

Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v

Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v

Page 195: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

176

Lampiran 8. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot

1

Bobot

2

Bobot

3

Bobot

4

Bobot

5

Bobot

6

Bobot

7

Bobot

8

Bobot

Rata-Rata

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik 0,055 0,063 0,088 0,063 0,052 0,044 0,085 0,077 0,066

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 0,052 0,058 0,085 0,050 0,060 0,052 0,049 0,052 0,057

Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 0,091 0,080 0,088 0,091 0,088 0,091 0,088 0,085 0,088

Pertumbuhan jumlah penduduk 0,052 0,055 0,047 0,050 0,058 0,052 0,049 0,058 0,053

Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 0,099 0,099 0,091 0,096 0,107 0,088 0,091 0,083 0,094

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 0,080 0,074 0,085 0,082 0,085 0,093 0,091 0,085 0,084

Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 0,091 0,099 0,077 0,091 0,088 0,089 0,088 0,093 0,089

Perkembangan teknologi 0,060 0,055 0,080 0,088 0,079 0,074 0,064 0,049 0,069

Kenaikan harga bahan baku pendukung 0,060 0,063 0,055 0,049 0,049 0,052 0,060 0,044 0,054

Carica merupakan tanaman musiman 0,088 0,088 0,071 0,088 0,091 0,091 0,096 0,085 0,087

Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 0,050 0,049 0,047 0,052 0,047 0,052 0,047 0,063 0,051

Adanya persaingan antar industri sejenis 0,055 0,063 0,052 0,052 0,047 0,055 0,047 0,063 0,054

Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 0,074 0,066 0,060 0,060 0,058 0,074 0,060 0,080 0.067

Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 0,093 0,088 0,074 0,088 0,091 0,093 0,085 0,083 0,087

Total 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

Keterangan:

Bobot 1 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Piet Sumarto (Pemilik perusahaan Podang Mas)

Bobot 2 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)

Bobot 3 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Edi Susilo (Pemilik perusahaan Dian Jaya)

Bobot 4 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Trisila Juwantara (Pemilik perusahaan Yuasa Food)

Bobot 5 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Nafingah (Pemilik perusahaan Mandiri)

Bobot 6 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik perusahaan Tiara Mas)

Bobot 7 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kab Wonosobo)

Bobot 8 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kabupaten Wonosobo)

Page 196: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

177

Lampiran 9. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot

1

Bobot

2

Bobot

3

Bobot

4

Bobot

5

Bobot

6

Bobot

7

Bobot

8

Bobot

Rata-Rata

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik 2 2 2 2 2 2 2 2 2,000

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 3 3 3 3 4 3 3 3 3,125

Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 4 4 4 4 4 4 3 4 3,875

Pertumbuhan jumlah penduduk 3 2 2 3 3 3 2 2 2,500

Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 4 3 3 4 4 4 4 4 3,750

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 4 4 4 4 4 4 3 3 3,750

Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 4 3 3 4 3 3 3 3 3,250

Perkembangan teknologi 3 2 2 4 3 2 2 3 2,625

Kenaikan harga bahan baku pendukung 3 2 2 3 2 2 2 2 2,250

Carica merupakan tanaman musiman 4 3 3 4 3 4 3 3 3,375

Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 2 2 2 2 2 2 2 2 2,000

Adanya persaingan antar industri sejenis 3 3 3 3 3 3 2 3 2,875

Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 3 3 3 4 3 3 3 3 3,125

Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 4 3 3 4 3 3 3 3 3,250

Keterangan:

Rating 1 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Piet Sumarto (Pemilik perusahaan Podang Mas)

Rating 2 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)

Rating 3 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Edi Susilo (Pemilik perusahaan Dian Jaya)

Rating 4 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Trisila Juwantara (Pemilik perusahaan Yuasa Food)

Rating 5 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Nafingah (Pemilik perusahaan Mandiri)

Rating 6 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik perusahaan Tiara Mas)

Rating 7 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)

Rating 8: Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kabupaten Wonosobo)

Page 197: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

178

Lampiran 10. Analisis Matriks QSP (QSPM) pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah

1. Nama Responden : Ibu Piet Sumarto (Pemilik perusahaan Podang Mas)

Faktor

Kunci

Bobot

Rata-Rata

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan

A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 C 0,057 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 D 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,213 4 0,284 E 0,065 2 0,130 4 0,260 4 0,260 4 0,260 4 0,260 2 0,130 1 0,065 4 0,260 F 0,080 4 0,240 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 3 0,240 4 0,320 G 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 2 0,106 1 0,053 3 0,159 1 0,053 1 0,053 4 0,212 1 0,053 3 0,159

Kelemahan

I 0,049 1 0,049 1 0,049 4 0,196 2 0,098 2 0,098 1 0,049 2 0,098 1 0,049 J 0,076 1 0,076 3 0,228 4 0,304 2 0,152 4 0,304 1 0,076 2 0,152 2 0,152 K 0,091 1 0,091 1 0,091 2 0,182 3 0,273 2 0,182 2 0,182 3 0,273 2 0,182 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 2 0,092 1 0,046 1 0,046 4 0,184 1 0,046 M 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 1 0,089 4 0,356 N 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 2 0,108 1 0,054 3 0,162 2 0,108 1 0,054 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061

Peluang

P 0,066 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 Q 0,057 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 1 0,057 4 0,228 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 S 0,053 4 0,212 4 0,212 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 3 0,159 4 0,212 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 3 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276

Ancaman

X 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 1 0,054 1 0,054 3 0,162 2 0,108 Y 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348 Z 0,051 3 0,153 4 0,204 4 0,204 3 0,153 4 0,204 4 0,204 3 0,153 4 0,204

AA 0,054 4 0,216 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 BB 0,067 3 0,201 4 0,268 4 0,268 3 0,201 4 0,268 3 0,201 2 0,134 3 0,201 CC 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348

STAS 6,024 5,788 6,265 6,441 6,061 5,744 5,461 6,492

Page 198: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

179

2. Nama Responden : Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)

Faktor

Kunci

Bobot

Rata-Rata

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan

A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,213 4 0,284 B 0,068 4 0,272 3 0,204 1 0,068 2 0,136 3 0,204 3 0,204 3 0,204 3 0,204 C 0,057 4 0,228 3 0,171 1 0,057 2 0,114 3 0,171 2 0,114 3 0,171 3 0,171 D 0,071 3 0,213 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,213 4 0,284 E 0,065 3 0,195 4 0,260 4 0,260 3 0,195 2 0,130 2 0,130 2 0,130 3 0,195 F 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 3 0,240 4 0,320 G 0,069 3 0,207 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 1 0,053 1 0,053 1 0,053 2 0,106 3 0,159 4 0,212 4 0,212 3 0,159

Kelemahan

I 0,049 1 0,049 2 0,098 4 0,196 4 0,196 4 0,196 2 0,098 2 0,098 2 0,098 J 0,076 1 0,076 3 0,228 4 0,304 4 0,304 3 0,228 3 0,228 3 0,228 2 0,152 K 0,091 1 0,091 1 0,091 1 0,091 4 0,364 3 0,273 2 0,182 4 0,364 2 0,182 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 4 0,184 1 0,046 M 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 3 0,267 1 0,089 3 0,267 3 0,267 4 0,356 N 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 3 0,162 3 0,162 3 0,162 1 0,054 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 2 0,122 2 0,122 2 0,122 1 0,061

Peluang

P 0,066 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 3 0,198 3 0,198 Q 0,057 3 0,171 3 0,171 4 0,228 3 0,171 3 0,171 2 0,114 3 0,171 3 0,171 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 3 0,264 4 0,352 S 0,053 3 0,159 3 0,159 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 4 0,336 4 0,336 3 0,252 4 0,336 4 0,336 3 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276

Ancaman

X 0,054 3 0,162 1 0,054 1 0,054 4 0,216 2 0,108 3 0,162 3 0,162 2 0,108 Y 0,087 4 0,348 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 2 0,174 3 0,261 4 0,348 Z 0,051 4 0,204 4 0,204 3 0,153 3 0,153 3 0,153 2 0,102 3 0,153 4 0,204

AA 0,054 4 0,216 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 BB 0,067 3 0,201 2 0,134 3 0,201 4 0,268 4 0,268 3 0,201 2 0,134 3 0,201 CC 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 2 0,174 2 0,174 2 0,174 4 0,348

STAS 6,098 5,591 5,641 6,374 6,156 6,191 6,182 6,437

Page 199: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

180

3. Nama Responden : Bapak Edi Susilo (Pemilik perusahaan Dian Jaya)

Faktor

Kunci

Bobot

Rata-Rata

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan

A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 4 0,272 4 0,272 3 0,204 3 0,204 4 0,272 4 0,272 3 0,204 1 0,068 C 0,057 4 0,228 4 0,228 2 0,114 3 0,171 4 0,228 3 0,171 3 0,171 1 0,057 D 0,071 3 0,213 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,213 4 0,284 E 0,065 3 0,195 4 0,260 4 0,260 3 0,195 4 0,260 2 0,130 2 0,130 2 0,130 F 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 3 0,240 4 0,320 G 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 2 0,106 1 0,053 3 0,159 1 0,053 2 0,106 4 0,212 3 0,159 3 0,159

Kelemahan

I 0,049 1 0,049 3 0,147 4 0,196 3 0,147 3 0,147 1 0,098 3 0,147 2 0,098 J 0,076 1 0,076 4 0,304 4 0,304 3 0,228 3 0,228 1 0,076 3 0,228 2 0,152 K 0,091 2 0,182 4 0,364 2 0,182 4 0,364 2 0,182 1 0,091 3 0,273 3 0,182 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 2 0,092 1 0,046 2 0,092 2 0,092 M 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 3 0,267 2 0,178 3 0,267 3 0,267 4 0,356 N 0,054 2 0,108 1 0,054 1 0,054 3 0,162 3 0,162 4 0,216 3 0,162 4 0,216 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 3 0,183 1 0,061 1 0,061 1 0,061

Peluang

P 0,066 4 0,264 3 0,198 4 0,264 4 0,264 3 0,198 3 0,198 2 0,132 2 0,132 Q 0,057 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 4 0,228 4 0,228 3 0,171 2 0,114 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 3 0,264 4 0,352 S 0,053 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 3 0,252 3 0,252 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276

Ancaman

X 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 1 0,054 2 0,108 3 0,162 4 0,216 Y 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 3 0,261 3 0,261 4 0,348 Z 0,051 3 0,153 4 0,204 4 0,204 3 0,153 4 0,204 3 0,153 2 0,102 4 0,204

AA 0,054 3 0,162 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 BB 0,067 2 0,134 2 0,134 4 0,268 2 0,134 4 0,268 3 0,201 2 0,134 3 0,201 CC 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 1 0,087 2 0,174 4 0,348

STAS 6,109 6,048 6,149 6,365 6,399 6,062 5,888 6,376

Page 200: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

181

4. Nama Responden : Bapak Trisila Juwantara (Pemilik perusahaan Yuasa Food)

Faktor

Kunci

Bobot

Rata-Rata

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan

A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 4 0,272 4 0,272 3 0,204 3 0,204 4 0,272 4 0,272 3 0,204 4 0,272 C 0,057 4 0,228 3 0,171 3 0,171 2 0,114 4 0,228 4 0,228 3 0,171 4 0,228 D 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,213 4 0,284 E 0,065 4 0,260 4 0,260 4 0,260 3 0,195 4 0,260 3 0,195 3 0,195 3 0,195 F 0,080 4 0,320 3 0,240 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 3 0,240 4 0,320 G 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 4 0,212 3 0,159 4 0,212

Kelemahan

I 0,049 1 0,049 4 0,196 4 0,196 3 0,147 2 0,098 2 0,098 3 0,147 1 0,049 J 0,076 1 0,076 3 0,228 4 0,304 3 0,228 2 0,152 2 0,152 3 0,228 1 0,076 K 0,091 2 0,182 3 0,273 1 0,091 4 0,364 2 0,182 2 0,182 3 0,273 2 0,182 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 2 0,092 2 0,092 4 0,184 1 0,046 M 0,089 2 0,178 2 0,178 1 0,089 4 0,356 2 0,178 2 0,178 2 0,178 4 0,356 N 0,054 1 0,054 2 0,108 1 0,054 3 0,162 3 0,162 3 0,162 2 0,108 2 0,108 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 3 0,183 3 0,183 1 0,061 1 0,061

Peluang

P 0,066 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 Q 0,057 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 2 0,114 3 0,171 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 3 0,264 4 0,352 S 0,053 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 2 0,106 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 3 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 3 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276

Ancaman

X 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 2 0,108 2 0,108 3 0,162 1 0,054 Y 0,087 2 0,174 2 0,174 1 0,087 2 0,174 2 0,174 2 0,174 1 0,087 4 0,348 Z 0,051 3 0,153 4 0,204 3 0,153 2 0,102 2 0,102 3 0,153 3 0,153 4 0,204

AA 0,054 3 0,162 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 BB 0,067 2 0,134 3 0,201 3 0,201 3 0,201 3 0,201 3 0,201 3 0,201 3 0,201 CC 0,087 2 0,174 2 0,174 2 0,174 3 0,261 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348

STAS 6,034 6,199 6,018 6,486 6,352 6,281 5,715 6,544

Page 201: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

182

5. Nama Responden : Ibu Nafingah (Pemilik perusahaan Mandiri)

Faktor

Kunci

Bobot

Rata-Rata

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan

A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 4 0,272 4 0,272 3 0,204 3 0,204 4 0,272 4 0,272 3 0,204 4 0,272 C 0,057 4 0,228 3 0,171 3 0,171 2 0,114 4 0,228 4 0,228 3 0,171 4 0,228 D 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,213 4 0,284 E 0,065 4 0,260 4 0,260 4 0,260 3 0,195 4 0,260 3 0,195 3 0,195 3 0,195 F 0,080 4 0,320 3 0,240 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 3 0,240 4 0,320 G 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 4 0,212 3 0,159 4 0,212

Kelemahan

I 0,049 1 0,049 4 0,196 4 0,196 3 0,147 2 0,098 2 0,098 3 0,147 1 0,049 J 0,076 1 0,076 3 0,228 4 0,304 3 0,228 2 0,152 2 0,152 3 0,228 1 0,076 K 0,091 2 0,182 3 0,273 1 0,091 4 0,364 2 0,182 2 0,182 3 0,273 2 0,182 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 2 0,092 2 0,092 4 0,184 1 0,046 M 0,089 2 0,178 2 0,178 1 0,089 4 0,356 2 0,178 2 0,178 2 0,178 4 0,356 N 0,054 1 0,054 2 0,108 1 0,054 3 0,162 3 0,162 3 0,162 2 0,108 2 0,108 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 3 0,061 3 0,061 1 0,061 1 0,061

Peluang

P 0,066 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 Q 0,057 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 2 0,114 3 0,171 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 3 0,264 4 0,352 S 0,053 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 2 0,106 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 3 0,252 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 3 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276

Ancaman

X 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 2 0,108 2 0,108 3 0,162 1 0,054 Y 0,087 2 0,174 2 0,174 1 0,087 2 0,174 2 0,174 2 0,174 1 0,087 4 0,348 Z 0,051 3 0,153 4 0,204 3 0,153 2 0,102 2 0,102 3 0,153 3 0,153 4 0,204

AA 0,054 3 0,162 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 BB 0,067 3 0,134 3 0,134 3 0,134 3 0,134 3 0,134 3 0,134 3 0,134 3 0,134 CC 0,087 3 0,261 2 0,174 2 0,174 3 0,261 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348

STAS 6,034 6,199 6,018 6,486 6,352 6,281 5,715 6,544

Page 202: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

183

6. Nama Responden : Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik perusahaan Tiara Mas)

Faktor

Kunci

Bobot

Rata-Rata

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan

A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 3 0,204 3 0,204 C 0,057 4 0,228 4 0,228 3 0,171 4 0,228 4 0,228 3 0,171 3 0,171 3 0,171 D 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 E 0,065 4 0,260 4 0,260 4 0,260 4 0,260 4 0,260 2 0,130 2 0,130 2 0,130 F 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 G 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 3 0,159 2 0,106 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159

Kelemahan

I 0,049 1 0,049 3 0,147 4 0,196 3 0,147 3 0,147 1 0,049 2 0,098 1 0,049 J 0,076 1 0,076 4 0,304 4 0,304 3 0,228 4 0,304 1 0,076 2 0,152 1 0,076 K 0,091 1 0,091 3 0,273 1 0,091 3 0,273 1 0,091 2 0,182 3 0,273 1 0,091 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 4 0,184 1 0,046 M 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 2 0,178 4 0,356 N 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 2 0,108 3 0,162 2 0,108 2 0,108 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061

Peluang

P 0,066 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 Q 0,057 3 0,171 3 0,171 4 0,228 3 0,171 4 0,228 4 0,228 3 0,171 3 0,171 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 S 0,053 3 0,159 3 0,159 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276

Ancaman

X 0,054 1 0,054 3 0,162 1 0,054 3 0,162 1 0,054 2 0,108 3 0,162 1 0,054 Y 0,087 3 0,261 3 0,261 1 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348 Z 0,051 4 0,204 4 0,204 4 0,204 3 0,153 4 0,204 4 0,204 3 0,153 4 0,204

AA 0,054 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 BB 0,067 3 0,201 3 0,201 4 0,268 3 0,201 4 0,268 4 0,268 3 0,201 3 0,201 CC 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348

STAS 6,148 6,359 6,063 6,692 6,233 5,865 5,958 6,263

Page 203: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

184

7. Nama Responden : Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)

Faktor

Kunci

Bobot

Rata-Rata

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan

A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 3 0,204 3 0,204 2 0,136 3 0,204 3 0,204 3 0,204 3 0,204 2 0,136 C 0,057 3 0,171 3 0,171 2 0,114 3 0,171 3 0,171 2 0,114 2 0,114 2 0,114 D 0,071 3 0,213 3 0,213 4 0,284 3 0,213 4 0,284 3 0,213 4 0,284 3 0,213 E 0,065 2 0,130 2 0,130 4 0,260 2 0,130 3 0,130 1 0,065 2 0,130 2 0,130 F 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 G 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 3 0,207 4 0,276 4 0,276 3 0,207 3 0,207 H 0,053 3 0,159 3 0,159 4 0,212 3 0,159 3 0,159 4 0,212 3 0,159 4 0,212

Kelemahan

I 0,049 1 0,049 2 0,098 4 0,196 3 0,147 2 0,098 1 0,049 2 0,098 1 0,049 J 0,076 1 0,076 4 0,304 4 0,304 3 0,228 2 0,152 1 0,076 2 0,152 1 0,076 K 0,091 3 0,273 2 0,182 1 0,091 3 0,273 1 0,091 2 0,182 3 0,273 1 0,091 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,092 1 0,046 1 0,046 4 0,184 1 0,046 M 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 3 0,267 1 0,089 2 0,178 2 0,178 4 0,356 N 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 2 0,108 2 0,108 2 0,108 2 0,108 1 0,054 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061

Peluang

P 0,066 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 Q 0,057 2 0,114 2 0,114 4 0,228 2 0,114 4 0,228 2 0,114 2 0,114 2 0,114 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 S 0,053 4 0,212 4 0,212 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276

Ancaman

X 0,054 1 0,054 2 0,108 1 0,054 3 0,162 1 0,054 2 0,108 3 0,162 1 0,054 Y 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 2 0,174 2 0,174 4 0,348 Z 0,051 3 0,153 3 0,153 3 0,153 2 0,102 4 0,204 4 0,204 2 0,102 4 0,204

AA 0,054 4 0,216 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 BB 0,067 2 0,134 2 0,134 3 0,201 2 0,134 4 0,268 4 0,268 1 0,067 3 0,201 CC 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348

STAS 5,948 5,662 5,925 5,960 5,854 5,678 5,743 5,943

Page 204: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

185

8. Nama Responden : Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kabupaten Wonosobo)

Faktor

Kunci

Bobot

Rata-Rata

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan

A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 3 0,204 3 0,204 3 0,204 3 0,204 3 0,204 3 0,272 3 0,272 1 0,272 C 0,057 3 0,171 3 0,171 2 0,114 3 0,171 3 0,171 2 0,228 2 0,228 1 0,228 D 0,071 3 0,213 3 0,213 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,284 3 0,213 4 0,284 E 0,065 2 0,130 2 0,130 2 0,130 2 0,130 3 0,195 1 0,130 2 0,065 2 0,260 F 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,240 4 0,320 G 0,069 3 0,207 4 0,276 4 0,276 3 0,207 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 4 0,212 4 0,053 4 0,159

Kelemahan

I 0,049 1 0,049 1 0,049 4 0,196 2 0,098 2 0,098 1 0,049 2 0,098 1 0,049 J 0,076 1 0,076 2 0,152 4 0,304 2 0,152 2 0,152 1 0,076 2 0,152 1 0,076 K 0,091 2 0,182 2 0,182 2 0,182 4 0,364 2 0,182 2 0,182 3 0,273 2 0,182 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 3 0,138 1 0,046 M 0,089 4 0,356 1 0,089 1 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 2 0,267 4 0,356 N 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 2 0,108 3 0,162 2 0,108 1 0,054 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061

Peluang

P 0,066 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 Q 0,057 2 0,114 2 0,114 4 0,228 2 0,114 4 0,228 3 0,171 2 0,114 3 0,171 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 S 0,053 4 0,212 4 0,212 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 2 0,106 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276

Ancaman

X 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 2 0,108 2 0,108 3 0,162 2 0,108 Y 0,087 4 0,348 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 1 0,087 2 0,174 4 0,348 Z 0,051 2 0,102 3 0,153 4 0,204 2 0,102 4 0,204 4 0,204 2 0,102 4 0,204

AA 0,054 4 0,216 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 BB 0,067 2 0,134 2 0,134 4 0,268 2 0,134 4 0,268 4 0,268 2 0,134 2 0,134 CC 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348

STAS 5,967 5,407 6,079 6,050 5,999 5,613 5,816 6,106

Page 205: STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN CARICA

186

Keterangan:

Faktor-Faktor Strategi Internal

A. Lokasi industri yang strategis I. Penulisan labelisasi yang belum lengkap

B. Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan J. Kurangnya kegiatan promosi produk

C. Tenaga kerja lokal yang terampil dan pengalaman K. Keterbatasan modal usaha

D. Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik L. Pembukuan keuangan yang masih sederhana

E. Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo M. Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin

F. Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo N. Peralatan produksi masih sederhana

G. Memiliki saluran distribusi produk O. Tidak memiliki bidang penelitian dan pengembangan

H. Limbah industri carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis

Faktor-Faktor Strategi Eksternal

P. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X. Kenaikan harga bahan baku pendukung

Q. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan Y. Carica merupakan tanaman musiman

R. Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah Z. Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil

S. Pertumbuhan jumlah penduduk AA. Adanya persaingan antar industri sejenis

T. Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen BB. Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan

U. Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam CC. Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat

V. Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung

W. Perkembangan teknologi

Alternatif Strategi

Strategi 1 : Meningkatkan kapasitas produksi

Strategi 2 : Pengoptimalan saluran distribusi yang dimiliki untuk meningkatkan penjualan

Strategi 3 : Meningkatkan upaya pemasaran melalui peningkatan kegiatan promosi dan memperkuat identitas produk dengan memperbaiki labelisasi

produk

Strategi 4 : Memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk pengembangan usaha

Strategi 5 : Meningkatkan mutu dan inovasi produk

Strategi 6 : Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada

Strategi 7 : Melakukan perbaikan dalam pengelolaan dan pengalokasian keuangan

Strategi 8 : Melakukan kontrak pengadaan bahan baku dengan pemasok

AS = 1, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini tidak menarik bagi industri kecil jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan

atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman

AS = 2, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini agak menarik bagi industri kecil jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan

atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman

AS = 3, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini cukup menarik bagi industri kecil jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi

kelemahan atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman

AS = 4, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini sangat menarik bagi industri kecil jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi

kelemahan atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman