Page 1
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
HASIL OLAHAN CARICA
(Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah,
Kabupaten Wonosobo)
SKRIPSI
ARIEF WAHYUAJI
109092000013
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 / 1437 H
Page 2
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
HASIL OLAHAN CARICA
(Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah,
Kabupaten Wonosobo)
ARIEF WAHYUAJI
109092000013
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 / 1437 H
Page 3
LEMBAR PENGESAIIAN UJIAN
Skripsi yang berjudul "strategi Pengembangan tlasil Olahan Carica (Studi
Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah,
Kabupaten Wonosobo)", yang ditulis oleh Arief Wahyuaji NIM 109092000013,
telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakafia pada hari Jumaq
27 Mei 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.
Menyetujui,
Dewi Rohma
Dr. Ir.Akhmad fuyadi Wastra, S.IP., MM. AkhmadNIP. 19540916 198103 1001 NIP. 198
Mengetahui,
dan Teknologi
iMufti, SP.,MM.001106 201101 1
Agribisnis
MS.MP. 19580429 198803 1 001
It
Pembimbing II
Dekan
f#:*-\
Page 4
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAruKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPIIN.
Jakarta, 18 Juni 2016
Arief Wahyuaji
109092000013
IV
Page 5
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Arief Wahyuaji
Tempat, tanggal & lahir : Jakarta, 5 April 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jalan BATAN I No. 56 RT 005/ RW 002,
Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1996 – 2002 : SDN 02 PAGI, Lebak Bulus
2002 – 2005 : SMPN 37 Dapur Susu, Jakarta Selatan
2005 – 2009 : SMAS Yayasan Keluarga Widuri, Lebak Bulus
2009 – 2016 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Sains dan
Teknologi, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
PENGALAMAN KERJA
2012 : Kuliah Kerja Nyata
2012 : Praktek Kerja Lapang (IKM Yuasafood)
2015 (Maret) : Marketing di PT. Kontak Perkasa Future (KPF)
Page 6
vi
RINGKASAN
ARIEF WAHYUAJI, Strategi Pengembangan Usaha Hasil Olahan Carica (Studi
Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten
Wonosobo). Di bawah bimbingan AKHMAD RIYADI WASTRA dan
AKHMAD MAHBUBI MUFTI
Sektor pertanian sebagai bagian dari sistem agribisinis memiliki sub sektor
hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu contoh komoditas
dalam sub sektor hortikultura adalah buah-buahan. Kontribusi komoditas buah-
buahan selalu mendominasi dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
nasional dari sub sektor hortikultura dan kontribusi tersebut terus meningkat
setiap tahunnya. Meskipun demikian, tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat
Indonesia masih rendah. Pada sisi lain, sektor industri pengolahan mempunyai
peranan yang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini,
tidak terlepas dari peranan industri makanan dan minuman yang mampu
memberikan kontribusi cukup besar dalam pembentukan PDB nasional dari sektor
industri pengolahan. Industri makanan dan minuman juga merupakan salah satu
bagian dari sektor industri pengolahan yang mempunyai peranan penting dalam
pemenuhan dan penganekaragaman pangan. Industri pengolahan buah merupakan
bagian dari industri makanan dan minuman yang memanfaatkan berbagai jenis
komoditas buah-buahan sebagai bahan baku produksinya. Keberadaan industri
pengolahan buah dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan minat konsumsi
buah-buahan pada masyarakat Indonesia.
Salah satu industri pengolahan buah yang cukup berkembang dan menjadi
unggulan di Kabupaten Wonosobo adalah industri kecil olahan carica. Buah
carica yang menjadi bahan baku utama merupakan salah satu komoditas buah-
buahan yang tidak mudah ditemukan di daerah lain, namun tumbuh subur di
Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo (Hidayat 2000). Buah tersebut
memiliki citarasa unik, bau harum yang khas, daging buah yang kenyal, dan
memiliki banyak kandungan gizi. Namun, karakteristik buah carica yang telah
matang tidak dapat dimakan secara langsung dalam keadaan mentah. Hal ini
dikarenakan jika dikonsumsi secara langsung buah terasa asam dan sedikit pahit.
Selain itu, daging buah juga mengandung banyak getah yang menyebabkan gatal
apabila mengenai bibir, mulut, dan kulit (Distan Kabupaten Wonosobo 2008).
Buah carica juga termasuk dalam komoditi pertanian yang tidak tahan lama bila
disimpan dalam keadaan segar. Oleh karena itu, berdasarkan kondisi tersebut
muncul peluang bagi perkembangan usaha pengolahan carica sebagai makanan
khas unggulan daerah Wonosobo.
Salah sentra industri kecil olahan carica berada di Kecamatan Mojotengah.
Saat ini industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah masih mengalami
beberapa kendala dalam pengembangan usahanya, berupa kurangnya jaminan
ketersediaan bahan baku carica karena carica merupakan tanaman musiman,
keterbatasan modal dalam pengembangan usaha, dan persaingan dengan industri
Page 7
vii
sejenis lainnya yang semakin kompetitif karena jumlah perusahaan pengolah
carica di Kabupaten Wonosobo semakin meningkat. Terkait dengan kendala
tersebut diperlukan perumusan strategi yang tepat untuk pengembangan usaha ke
depan.
Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis dan mengidentifikasi faktor
lingkungan internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah, (2) menganalisis dan mengidentifikasi
faktor lingkungan eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi industri
kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah, serta (3) merumuskan alternatif
strategi dan menentukan prioritas strategi dalam pengembangan usaha pada
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah.
Penelitian ini dilaksanakan pada industri kecil olahan carica yang terletak
di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo. Waktu penelitian dilakukan
pada bulan Juli sampai November 2015. Dalam penelitian ini, penentuan
responden internal menggunakan metode sensus dan penentuan responden
eksternal menggunakan metode purposive sampling. Respoden yang digunakan
berjumlah delapan orang, yaitu terdiri dari enam respoden internal yang meliputi
para pemilik perusahaan pada industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah, dan dua responden eksternal yang meliputi Kepala bidang
Pemberdayaan UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dan Kepala
Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo.
Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu
menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengolahan dan
analisis data terdiri dari analisis deskriptif, dan analisis lingkungan perusahaan
yang terdiri dari tahap input, tahap pencocokan, serta tahap keputusan. Alat bantu
analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks IFE dan EFE
pada tahap input, matriks IE dan SWOT pada tahap pencocokan, serta matriks
QSP pada tahap keputusan.
Matriks IFE dan EFE menunjukkan total bobot skor rata-rata sebesar
1,328 dan 0,757. Hasil analisis matriks IE menggambarkan posisi industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah berada pada posisi II, yaitu tahap tumbuh
dan berkembang (grow and build). Kemudian dari matriks SWOT diperoleh
delapan alternatif strategi dan dari hasil matriks QSP diperoleh prioritas strategi
secara berturut-turut, yaitu (1) Memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh
pemerintah untuk pengembangan usaha (STAS 4 = 6,383); (2) melakukan kontrak
pengadaan bahan baku dengan pemasok (STAS 8 = 6,353); (3) meningkatkan
mutu dan inovasi produk (STAS 5 = 6,215); (4) meningkatkan kapasitas produksi
(STAS 1 = 6,124); (5) meningkatkan upaya pemasaran melalui peningkatan
kegiatan promosi dan memperkuat identitas produk dengan memperbaiki
labelisasi produk (STAS 3 = 6,046); (6) mengembangkan produk baru pada pasar
konsumen yang sudah ada (STAS 6 = 5,978); (7) pengoptimalan saluran distribusi
yang dimiliki untuk meningkatkan penjualan (STAS 2 = 5,958); serta (8)
melakukan perbaikan dalam pengelolaan dan pengalokasian keuangan (STAS 7 =
5,870).
Page 8
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, serta shalawat dan
salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan kontribusi berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Agus Salim, M.si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Dr. Edmon Daris, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Ir. Akhmad Riyadi Wastra, S.IP., MM selaku dosen pembimbing I
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran,
dan arahannya dengan penuh kesabaran serta ilmu yang bermanfaat
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Akhmad Mahbubi Mufti, SP., MM selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan
arahannya dengan penuh kesabaran serta ilmu yang bermanfaat kepada
penulis sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.
5. Syarif Rasnap (Alm) dan Sutarti selaku orang tua penulis yang telah
memberikan segala dukungannya, pengorbanan moril maupun materil, dan
do’a yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang kepada penulis.
Page 9
ix
6. drh. Zulmaneri, MM, sebagai dosen penguji I yang telah memberikan
saran dan arahannya yang bermanfaat bagi kesempurnaan penulisan
skripsi saya.
7. Dewi Rohma Wati, SP., M.si sebagai dosen penguji II yang telah
memberikan saran dan arahannya yang bermanfaat bagi kesempurnaan
penulisan skripsi saya.
8. Seluruh tim jajaran salah satu Industri Olahan Carica di Kecamatan
Mojotengah yaitu, IKM Yuasafood Berkah Makmur khususnya direktur
sekaligus pemilik yaitu Bapak Trisila Juwantara yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan
arahannya.
9. Bapak Untung selaku pihak dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
yang telah merekomendasikan Industri Olahan Carica di Kecamatan
Mojotengah sebagai tempat penelitian skripsi saya.
10. Ratna Ningsih selaku kakak penulis atas segala do’a dan motivasi yang
telah diberikan.
11. Seluruh pihak yang tidak disebutkan satu-persatu tanpa mengurangi rasa
hormat penulis mengucapkan terima kasih banyak atas do’a dan
dukungannya selama ini.
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca, khususnya dapat menjadi masukan kepada pihak pengelola dan pemilik
Industri Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah.
Page 10
x
Penulis menyadari penelitian ini terdapat kekurangan karena keterbatasan
dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Juni 2016
Arief Wahyuaji
Page 11
i
DAFTAR ISI
PENGESAHAN UJIAN....................................................................................... iii
PERNYATAAN.................................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................. v
RINGKASAN........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR......................................................................................... viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... i
DAFTAR TABEL.................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................. 3
1.3 Tujuan....................................................................................... 6
1.4 Manfaat..................................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komoditas Tanaman Carica..................................................... 8
2.1.1 Karakteristik Tanaman Carica........................................ 9
2.2 Budidaya Tanaman Carica..................................................... 11
2.3 Manajemen Strategis.............................................................. 12
2.4 Konsep Strategis..................................................................... 16
2.4.1 Analisis Lingkungan Internal........................................ 17
2.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal..................................... 19
2.5 Penelitian Terdahulu............................................................... 27
2.6 Kerangka Pemikiran Operasional........................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu................................................................... 37
3.2 Jenis Data dan Sumber Data................................................... 37
3.3 Desain Penelitian.................................................................... 38
3.4 Metode Penentuan Responden............................................... 39
3.5 Metode Pengumpulan Data.................................................... 40
3.6 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data.......................... 40
3.6.1 Tahap Input................................................................... 41
3.6.2 Tahap Pencocokan........................................................ 46
3.6.3 Tahap Keputusan........................................................... 50
Page 12
ii
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Profil Wilayah Kecamatan Mojotengah................................. 53
4.2 Sejarah Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan
Mojotengah............................................................................. 54
4.3 Lokasi Industi Kecil Olahan Carica di Kecamatan
Mojotengah............................................................................. 56
4.4 Kondisi Umum Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan
Mojotengah............................................................................. 58
4.5 Struktur Organisasi................................................................. 60
4.6 Proses Produksi...................................................................... 64
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Lingkungan Internal................................................. 69
5.1.1 Manajemen.................................................................... 69
5.1.2 Pemasaran..................................................................... 73
5.1.3 Keuangan atau Akutansi............................................... 81
5.1.4 Produksi atau Operasi................................................... 82
5.1.5 Penelitian dan Pengembangan...................................... 86
5.2 Analisis Lingkungan Eksternal............................................... 87
5.2.1 Ekonomi........................................................................ 88
5.2.2 Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan............... 92
5.2.3 Politik, Pemerintahan, dan Hukum............................... 96
5.2.4 Teknologi.................................................................... 105
5.2.5 Lingkungan Industri................................................... 108
5.2.6 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan............ 119
5.2.7 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman................. 123
5.3 Perumusan Alternatif Strategi.............................................. 126
5.4 Matriks Grand Strategy........................................................ 137
5.5 Penentuan Prioritas Strategi................................................. 140
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan........................................................................... 140
6.2. Saran..................................................................................... 141
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 143
LAMPIRAN........................................................................................................ 145
Page 13
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penelitian – Penelitian Terdahulu................................................ 31
2. Penilaian Bobot Strategis Internal............................................... 42
3. Penilaian Bobot Strategis Eksternal............................................. 43
4. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)........................................ 45
5. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)..................................... 46
6. Matriks QSP (QSPM)................................................................... 52
7. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Wonosobo
Tahun 2011-2014........................................................................... 88
8. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2011 – 2014............ 89
9. Perkembangan Harga Gula Pasir pada tahun 2011-2014.............. 91
10. Laju Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia
Tahun 2010-2014........................................................................... 93
11. Laju Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten
Wonosobo Tahun 2011 – 2014...................................................... 94
12. Banyaknya Pohon, Luas Tanam, dan Kapasitas Produksi
Tanaman Carica di Dataran Tinggi Dieng
Tahun 2010-2014........................................................................... 95
13. Banyaknya Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten
Wonosobo Tahun 2011-2014......................................................... 96
14. Rata-Rata Kapasitas Produksi Industri Kecil
Olahan Carica di Kabupaten Wonosobo Tahun 2014.................. 114
15. Variasi Produk Olahan Carica dan Harga Jual Produk
Tahun 2014................................................................................... 115
16. Jenis dan Harga Produk Substitusi Carica dalam Sirup
Tahun 2014................................................................................... 116
17. Analisis Matriks IFE Industri Kecil Olahan Carica
di Kecamatan Mojotengah........................................................... 121
Page 14
iv
18. Analisis Matriks EFE Industri Kecil Olahan Carica
di Kecamatan Mojotengah........................................................... 124
19. Prioritas Alternatif Strategi pada Industri Kecil Olahan
Carica di Kecamatan Mojotengah................................................ 141
Page 15
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis................... 15
2. Model Lima Kekatan Bersaing Porter........................................ 26
3. Kerangka Pemikiran Operasional............................................... 36
4. Matriks IE................................................................................... 48
5. Matriks SWOT............................................................................ 50
6. Struktur Organisasi...................................................................... 60
7. Analisis Matriks IE Industri Kecil Olahan Carica
di Kecamatan Mojotengah.......................................................... 127
8. Matriks SWOT untuk Industri Kecil Olahan Carica
di Kecamatan Mojotengah.......................................................... 136
9. Matriks Grand Strategy.............................................................. 138
Page 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian sebagai bagian dari sistem agribisinis memiliki sub sektor
hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu komoditas dalam
sub sektor hortikultura adalah buah-buahan. Komoditas buah-buahan memberikan
kontribusi terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
untuk sub sektor hortikultura. Kontribusi komoditas buah-buahan dalam
pembentukan PDB nasional pada tahun 2013 sebesar 58.342 dan meningkat pada
tahun 2014 menjadi sebesar 62.339 milyar atau 39,78 persen dari total nilai PDB
nasional hortikultura (Dirjen Holtikultura, 2014)
Meskipun nilai PDB nasional dari komoditas buah-buahan terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya, tetapi hal tersebut tidak sebanding
dengan tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia yang masih rendah.
Hal ini terlihat dari tingkat konsumsi buah-buahan per kapita masyarakat
Indonesia pada tahun 2014 hanya mencapai 42,96 kg/kapita/tahun. Tingkat
konsumsi tersebut masih jauh di bawah standar yang dianjurkan oleh Food
Agriculture Organization (FAO) untuk mencapai keseimbangan gizi makanan,
yaitu paling tidak tingkat konsumsi buah-buahan seharusnya mencapai 60
kg/kapita/tahun. Terkait dengan kondisi tersebut, sangat diperlukan usaha
peningkatan konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia.
Page 17
2
Industri pengolahan buah merupakan bagian dari industri makanan dan
minuman yang memanfaatkan berbagai jenis komoditas buah-buahan sebagai
bahan baku produksinya. Industri pengolahan buah juga dapat dijadikan sebagai
upaya peningkatan kegemaran masyarakat dalam mengkonsumsi buah-buahan.
Salah satu industri pengolahan buah yang cukup berkembang dan menjadi
unggulan di Kabupaten Wonosobo adalah industri kecil olahan carica. Bahan
baku utama industri tersebut adalah buah carica yang merupakan salah satu
komoditas buah-buahan yang tidak mudah ditemukan di daerah lain, namun
tumbuh subur di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo (Hidayat 2000).
Carica atau sering disebut pepaya Dieng atau kates Dieng atau gandul Dieng
memiliki nama latin Carica pubescens atau Carica candamarcensis yang
merupakan kerabat dekat pepaya tetapi memiliki ciri yang berbeda dan bentuk
yang lebih kecil.
Buah carica memiliki citarasa unik, bau harum yang khas, dan daging
buah yang kenyal. Buah ini juga mengandung kalsium, gula, vitamin A, C, dan G
(Dorothy dan Hargreaves 1964, dalam Hidayat 2000) sehingga sangat bermanfaat
bagi kesehatan. Namun, karakteristik buah carica membuat buah ini hanya enak
dimakan apabila telah diproses terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan jika
dikonsumsi secara langsung buah terasa asam dan sedikit pahit, walaupun buah
sudah matang. Selain itu daging buah juga mengandung banyak getah yang
menyebabkan gatal apabila mengenai bibir, mulut, dan kulit (Distan Kabupaten
Wonosobo 2014). Buah carica juga termasuk dalam komoditi pertanian yang tidak
tahan lama atau sangat cepat mengalami kerusakan bila disimpan dalam keadaan
Page 18
3
segar. Oleh karena itu, adanya upaya pengolahan lebih lanjut sangat membantu
memperpanjang masa simpan buah sehingga dapat dikonsumsi kapan saja, lebih
praktis, dan memberi nilai tambah terhadap buah.
Keberadaan industri kecil olahan carica telah lama di Kabupaten
Wonosobo dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Produk yang
dihasilkan oleh industri ini dikenal sebagai makanan khas unggulan daerah
Wonosobo. Saat ini perkembangan industri kecil olahan carica di Kabupaten
Wonosobo didukung oleh potensi tanaman carica yang semakin meningkat.
Berdasarkan data Distan Kabupaten Wonosobo (2014), jumlah tanaman carica di
Dataran Tinggi Dieng telah meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,
yaitu mencapai 26.145 pohon dengan luas tanam 65 ha dan total produksi
sebanyak 1342,28 ton. Selain itu, masih melekatnya kebiasaan membawakan
oleh-oleh makanan khas suatu daerah dan dikenalnya Wonosobo sebagai salah
satu daerah tujuan wisata alam di Provinsi Jawa Tengah merupakan peluang pasar
bagi pengembangan usaha makanan khas daerah seperti produk olahan carica ini.
1.2 Perumusan Masalah
Sentra industri kecil olahan carica di Kabupaten Wonosobo terdapat pada
empat Kecamatan. Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu daerah sentra
industri kecil olahan carica yang cukup berkembang. Industri kecil olahan carica
di Kecamatan Mojotengah menjadi pelopor usaha pengolahan carica bagi industri
sejenis lainnya di Kabupaten Wonosobo. Selain itu, jumlah unit usaha pengolahan
Page 19
4
carica pada Kecamatan Mojotengah juga mengalami peningkatan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, yaitu menjadi enam unit usaha.
Pengembangan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
mempunyai prospek yang sangat baik karena didukung oleh beberapa faktor, yaitu
1) masih potensialnya sumber daya alam berupa tanaman carica di daerah
Wonosobo, yang belum didayagunakan secara optimal, 2) peluang pasar yang
menjanjikan yaitu produk terkenal sebagai makanan khas daerah semakin banyak
diminati masyarakat terutama para wisatawan yang berkunjung ke daerah
Wonosobo, 3) dukungan pemerintah serta masyarakat untuk mengembangkan
industri kecil olahan carica.
Pengolahan carica di Kecamatan Mojotengah masih dilakukan pada skala
kecil. Produk olahan carica yang dihasilkan juga hanya berupa manisan carica
basah atau biasa dikenal dengan sebutan carica dalam sirup (carica in syrup) yang
dikemas dalam botol ukuran 350 gram. Kapasitas produksi rata-rata industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah berkisar antara 6 ton sampai 66 ton per
bulan.
Berdasarkan wawancara dengan pihak internal industri kecil olahan carica
di Kecamatan Mojotengah, kapasitas produksi tersebut belum mampu memenuhi
seluruh permintaan yang ada. Hal ini dikarenakan akses industri terhadap bahan
baku berupa buah carica kurang terjamin yang diakibatkan oleh sifat tanaman
carica yang merupakan tanaman musiman sehingga ketersediaannya seringkali
langka pada musim-musim tertentu. Meskipun saat ini sebenarnya jumlah pohon
Page 20
5
maupun luas lahan budidaya tanaman carica telah meningkat di Dataran Tinggi
Dieng.
Yang di hadapi kendala berupa jaminan ketersediaan bahan baku buah
carica, terdapat kendala lain yang dihadapi industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah, yaitu adanya keterbatasan modal dalam pengembangan
usaha. Hal ini menyebabkan industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah mengalami hambatan untuk adopsi peralatan yang lebih modern dan
meningkatkan skala usaha. Selain itu, industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah juga menghadapi persaingan dengan industri sejenis lainnya yang
semakin kompetitif mengingat jumlah perusahaan pengolah carica yang terdapat
di Kabupaten Wonosobo semakin meningkat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Melihat kondisi tersebut maka diperlukan perencanaan strategi
pengembangan usaha yang tepat untuk mengembangkan usaha dan mampu
bertahan dalam lingkungan yang selalu berubah. Perencanaan strategi
pengembangan usaha yang sesuai adalah strategi yang diformulasikan dengan
tepat ketika industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah mampu
memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan serta menghadapi peluang dan
menghindari ancaman. Untuk merumuskan strategi yang tepat maka dibutuhkan
serangkaian proses analisis internal dan eksternal untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang berkaitan erat dengan pengembangan usaha industri kecil olahan
carica di Kecamatan Mojotengah. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan
yang dapat dirumuskan adalah:
Page 21
6
1) Apa faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi industri
kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah?
2) Apa faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi industri
kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah?
3) Bagaimanakah alternatif strategi dalam pengembangan usaha industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah?
4) Bagaimana prioritas perencanaan strategi dalam pengembangan usaha
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah?
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan latar belakang dan
perumusan masalah tersebut di atas adalah :
1) Menganalisis dan mengidentifikasi faktor lingkungan internal yang
merupakan kekuatan dan kelemahan bagi industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah.
2) Menganalisis dan mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal yang
merupakan peluang dan ancaman bagi industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah.
3) Merumuskan alternatif strategi menentukan prioritas strategi dalam
pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah.
4) Menentukan prioritas strategi dalam pengembangan usaha pada industri
kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah.
Page 22
7
1.4 Manfaat
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan maka kegunaan penulisan
penelitian ini, yaitu :
1) Bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
menentukan arah dan pedoman pengembangan usaha dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan.
2) Bagi penulis
Penelitian ini merupakan salah satu proses belajar yang sangat berharga
dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pengalaman serta untuk
melatih dalam penerapan ilmu yang telah diperoleh.
3) Bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan
wawasan kepada pembaca mengenai industri kecil olahan carica dan dapat
menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini hanya akan mencakup analisis tentang tahap formulasi
strategi pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah, Kabupaten Wonosobo. Pada tahap implementasi strategi diserahkan
sepenuhnya kepada pengambil keputusan, yaitu pihak internal industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah.
Page 23
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komoditas Tanaman Carica
Tanaman Carica atau biasa disebut pepaya Dieng atau gandul Dieng
memiliki nama latin Carica pubescens atau Carica candamarcensis. Tanaman ini
masih kerabat dekat dari pepaya (Carica papaya), namun mempunyai ciri
tersendiri. Usia tanaman carica relatif panjang, yaitu dapat mencapai 15 tahun.
Tanaman carica diperkirakan masuk ke Indonesia karena diintroduksi oleh
pemerintah kolonial Belanda sekitar tahun 1900 pada masa menjelang Perang
Dunia II, dan berhasil dikembangkan di Dataran Tinggi Dieng (Distan Kabupaten
Wonosobo 2014). Sedangkan asal-usul tanaman ini berasal dari Amerika Selatan
yang menyebar di Dataran Tinggi Andes dari Panama sampai Bolivia serta
pegunungan-pegunungan di Kolombia, Ekuador, dan diintroduksikan ke Hawaii
sebagai tumbuhan hias (Neal 1965, dalam Hidayat 2000). Saat ini tanaman carica
banyak dibudidayakan di beberapa negara tropis seperti Amerika Serikat, Cili,
Srilanka, Singapura, dan Indonesia (Dataran Tinggi Dieng). Pengembangan
tanaman carica pada Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo dilakukan di
beberapa desa, yaitu desa Sikunang, Dieng, Sembungan, Siterus, Campursari,
Patak Banteng, Kalilembu, Jojogan, Parikesit, dan Igirmranak.
Page 24
9
2.1.1 Karakteristik Tanaman Carica
Pada umumnya semakin tinggi tanaman, ukuran batang akan semakin
kecil, daun lebih sedikit, dan buah juga mempunyai ukuran yang lebih kecil serta
jumlahnya sedikit (Neal 1965, dalam Hidayat 2000). Berikut ciri-ciri morfologi
tanaman carica, yaitu:
1) Buah
Letak buah carica berdompol-dompol pada cabang batang bagian ujung.
Buah carica memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan buah pepaya.
Buah yang matang berbentuk bulat telur dengan berat rata-rata 100-150
gram, panjang 6-10 cm, dan diameter 3-5 cm dengan lima sudut
memanjang dari pangkal ke ujung sehingga menyerupai bentuk belimbing.
Kulit buah carica yang belum matang berwarna hijau gelap dengan tekstur
permukaan kulit yang licin dan akan berubah menjadi berwarna kuning
ketika buah sudah matang. Kulit buah carica tebal dan memiliki getah
yang banyak. Daging buahnya keras, berwarna kuning sampai jingga
dengan rasa yang sedikit asam tetapi tetap berbau harum dan khas. Dalam
daging buah terdapat rongga yang dipenuhi biji yang terbungkus oleh
sarkotesta berwarna putih, bening, dan berair. Biji berwarna merah ketika
carica masih mentah dan akan berubah menjadi hitam ketika carica
matang. Biji carica berjumlah banyak dan padat.
2) Daun
Berdasarkan bentuk daunnya, tanaman carica termasuk ke dalam golongan
tanaman tidak berdaun lengkap, yaitu hanya terdiri dari tangkai dan
Page 25
10
helaiannya saja. Sedangkan berdasarkan susunan tulang daunnya termasuk
ke dalam tipe menjari. Dibandingkan dengan tanaman pepaya biasa,
tanaman carica memiliki daun lebih banyak dan tebal.
3) Batang
Tanaman carica merupakan pohon kecil dengan permukaan batang yang
kasar, basah, lebih bertekstur kayu. Berbeda dengan tanaman pepaya
biasa, tanaman carica cenderung bercabang banyak dengan tinggi rata-rata
3-5 m dan berbatang lebih tebal. Satu pohon carica memiliki belasan
cabang, dimana semakin banyak cabang maka semakin banyak buahnya.
Diameter lingkar batang dapat dua kali lebih besar daripada batang pepaya
biasa.
4) Akar
Tanaman carica memiliki tipe perakaran serabut.
Seperti umumnya pada tanaman pepaya, tanaman carica juga mempunyai
banyak manfaat. Berikut beberapa kandungan dan manfaat dari tanaman
carica, yaitu:
1) Buah carica mengandung kalsium, gula, vitamin A, C, dan G (Dorothy dan
Hargreaves 1964, dalam Hidayat 2000) sehingga sangat cocok dimakan
oleh orang yang perutnya lemah terhadap buah-buahan lain, karena
mempunyai sifat memperbaiki sistem pencernaan (Popenoe 1920, diacu
dalam Hidayat 2000).
Page 26
11
2) Buah carica mengandung banyak papain, enzim yang mampu mencerna
protein sehingga dapat digunakan dalam berbagai keperluan industri
seperti minuman, makanan, dan farmasi.
3) Buah yang masih muda dikeringkan untuk dibuat serbuk sebagai bahan
pembuatan obat penyakit kulit di Eropa dan Amerika, atau sebagai obat
peluruh cacing dan bahan kosmetik (Neal 1965, dalam Hidayat 2000).
4) Biji buah carica dapat digunakan sebagai obat peluruh kencing.
5) Daun carica mengandung karpaina yang berguna untuk mengurangi
gangguan jantung, obat anti amuba dan obat peluruh kencing, serta dapat
digunakan sebagai pelunak daging, mengobati sesak napas, dan tekanan
darah rendah.
6) Batang tanaman carica yang sudah kering dapat dimanfaatkan sebagai
kayu bakar.
Daging buah carica yang telah masak tidak dapat dimakan secara langsung
atau dalam keadaan mentah, karena banyaknya getah pada buah yang dapat
menyebabkan gatal di lidah dan terasa getir serta cenderung asam. Oleh karena
itu, biasanya diolah terlebih dahulu sebelum buah dimakan.
2.2 Budidaya Tanaman Carica
Kekhususan tanaman carica adalah hanya dapat berbuah dengan baik pada
daerah dengan ketinggian antara 1700-2000 m dpl dan curah hujan yang tinggi
pula, yaitu 2000-3000 mm per tahun. Tanaman ini memerlukan suhu yang dingin
yaitu 10°-20° C. Untuk Dataran Tinggi Dieng sendiri berada pada ketinggin 1800-
Page 27
12
2000 m dpl dengan suhu rata-rata 15°-20° C. Pada daerah yang lebih tinggi dan
lebih dingin, buah carica yang dihasilkan juga akan lebih besar dan lebih tebal
daging buahnya (Distan Kabupaten Wonosobo 2008). Tanaman carica sangat
cocok untuk areal dimana pepaya biasa tidak hidup normal dan memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap virus yang biasanya menyerang tanaman pepaya
(Van Balgooy 1998, diacu dalam Hidayat 2000). Dalam proses budidaya carica
sangat mudah karena gangguan hama maupun penyakit tanaman relatif kecil.
Terdapat dua cara yang dapat ditempuh untuk membudidayakan tanaman
carica, yaitu dengan cara generatif (biji) dan vegetatif (stek cabang). Perbanyakan
melalui vegetatif merupakan cara budidaya carica yang umumnya dilakukan di
daerah Dataran Tinggi Dieng. Tanaman dengan perbanyakan melalui vegetatif
umumnya memiliki produktifitas yang sama dengan induknya atau relatif cepat
berbuah tetapi tidak dapat diperoleh bibit dalam skala yang banyak. Pemanenan
tanaman carica dilakukan pada umur 1 tahun dan akan terus berbuah setiap 15 hari
sampai tanaman berumur 15 tahun. Rata-rata panen untuk tanaman yang masih
muda berkisar antara 1-2 kg per pohon dan tanaman yang sudah tua berkisar
antara 4-8 kg per pohon.
2.3 Manajemen Strategis
Manajemen strategis sangat penting bagi perkembangan suatu perusahaan
baik besar maupun kecil. David (2011), mendefinisikan manajemen strategis
sebagai seni dan ilmu pengetahuan untuk memformulasi, mengimplementasi, dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi dapat
Page 28
13
mencapai tujuannya. Berdasarkan pada definisi tersebut, manajemen strategis
lebih berfokus pada pengintegrasian manajemen, pemasaran, keuangan, produksi,
operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi dalam kaitannya
untuk mencapai keberhasilan organisasi.
Menurut David (2011), tujuan manajemen strategis adalah untuk
mengeksploitasi, menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang.
Manajemen strategis juga menyediakan sasaran serta arah yang jelas bagi masa
depan perusahaan sehingga perusahaan yang mengembangkan sistem manajemen
strategis mempunyai kemungkinan tingkat keberhasilan lebih besar daripada yang
tidak menggunakan sistem manajemen strategis.
Proses manajemen strategi adalah suatu pendekatan secara objektif, logis,
dan sistematis dalam penetapan keputusan besar dalam suatu organisasi. Proses
manajemen strategi ditujukan untuk memungkinkan organisasi beradaptasi secara
efektif terhadap perubahan dalam jangka panjang. Proses ini dinamis dan
berkelanjutan (David 2011). Pelaksanaan proses manajemen strategis secara
signifikan dapat memperkuat pertumbuhan dan kemakmuran. Proses manajemen
strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1) Formulasi Strategi
Formulasi strategi merupakan salah satu tahapan dalam proses manajemen
strategis. Dalam formulasi strategi terjadi beberapa tahapan yaitu
mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman
eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal,
Page 29
14
menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi dan
memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.
2) Implementasi Strategi
Implementasi strategi sering disebut sebagai tahap pelaksanaan dalam
manajemen strategis. Melaksanakan strategi berarti memobilisasi karyawan
dan manajer untuk menempatkan strategi yang telah diformulasikan menjadi
tindakan. Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan
tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan
mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan
dapat dijalankan.
3) Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi merupakan tahap final dalam manajemen strategis. Tiga
aktivitas dasar evaluasi strategi adalah meninjau ulang faktor eksternal dan
internal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja, dan
mengambil tindakan korektif.
Menurut David (2011), salah satu cara belajar dan mengaplikasikan proses
manajemen strategis adalah dengan menggunakan suatu model agar
pembahasannya terfokus. Dimana setiap model mempresentasikan sebuah proses.
Model manajemen strategis tersebut dapat menunjukkan pendekatan yang jelas
dan praktis untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi strategi.
Adanya suatu perubahan pada salah satu komponen utama dalam model dapat
menyebabkan perubahan dalam salah satu atau semua komponen lainnya.
Page 31
16
2.4 Konsep Strategi
Strategi juga merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam
perkembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep mengenai strategi. Menurut Pearce
dan Robinson (1997), strategi merupakan rencana manajerial yang dilakukan oleh
para manajer dalam skala besar dan berorientasi kepada masa depan untuk
berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran-sasaran
perusahaan. Strategi menurut Chandler (1962), diacu dalam Rangkuti (2006),
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan
jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Strategi juga merupakan alat untuk mencapai sasaran jangka panjang melalui
tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan
sumber daya perusahaan dalam jumlah besar (David 2011). Strategi memiliki
konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan
faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi oleh perusahaan.
Beberapa definisi diatas mengenai strategi, dapat disimpukan bahwa
strategi adalah alat atau rencana yang komprehensif yang mengintegrasikan segala
resources dan capabilities secara terus menerus untuk merespon kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan dengan maksud
untuk mencapai tujuan jangka panjang yang diinginkan oleh perusahaan dan
untuk memenangkan kompetisi.
Page 32
17
2.4.1 Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal perusahaan adalah lingkungan yang berada di dalam
perusahaan tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung dan khusus
pada perusahaan serta mempengaruhi arah dan kinerja perusahaan dalam
pencapaian tujuannya. Lingkungan internal dapat menentukan kinerja perusahaan
sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki, kapabilitas, dan kompetensi inti.
Analisis lingkungan internal perusahaan adalah mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Untuk dapat
melakukan audit internal diperlukan kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan
evaluasi operasi perusahaan. Kegagalan dalam mengidentifikasi dan memahami
hubungan antar bidang fungsional dapat berdampak buruk pada manajemen
strategis. Menurut David (2011), faktor-faktor internal yang berhubungan dengan
kegiatan fungsional, antara lain:
1) Manajemen
Menurut David (2011) manajemen merupakan suatu tingkatan sistem
pengaturan organisasi yang mencakup sistem produksi, pemasaran,
pengelolaan sumberdaya manusia, dan keuangan. Fungsi manajemen
terdiri dari lima aktivitas dasar, yaitu:
a) Perencanaan
Terdiri dari semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan
mengahadapi masa depan. Tugas spesifikasi dari perencanaan ini meliputi
peramalan, penetapan sasaran, formulasi strategi, pengembangan
Page 33
18
kebijakan, dan penetapan tujuan. Fungsi manajemen ini dilaksanakan
hanya pada tahap formulasi strategi.
b) Pengorganisasian
Mencakup semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur
pekerjaan dan hubungan otoritas.
c) Pemberian motivasi
Melibatkan usaha yang diarahkan untuk membentuk perilaku manusia.
d) Pengelolaan staf
Dipusatkan pada manajemen sumber daya manusia. Termasuk
administrasi gaji, fasilitas karyawan, wawancara, perekrutan, pelatihan,
pengembangan manajemen, keselamatan karyawan.
e) Pengendalian
Mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk
memastikan hasil aktual konsisten dengan hasil yang direncanakan.
2) Pemasaran
Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan,
mengantisipasi, menciptakan, dan memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan atas barang dan jasa (David 2011). Keputusan mendasar yang
harus dibuat untuk menentukan pemasaran yang tepat adalah keputusan
dalam bauran pemasaran. Menurut Kotler (2007) bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai
tujuan pemasarannya yaitu empat unsur bauran pemasaran yang terdiri
produk, harga, tempat dan promosi.
Page 34
19
3) Keuangan atau Akuntansi
Kondisi keuangan sering dianggap sebagai satu ukuran terbaik dalam
menentukan posisi persaingan dan daya tarik keseluruhan suatu
perusahaan.
4) Produksi atau Operasi
Fungsi produksi atau operasi dalam suatu perusahaan merupakan seluruh
aktivitas yang mengubah input menjadi output yang berupa barang dan
jasa. Manajemen produksi atau operasi berhubungan dengan input, proses,
dan output yang bervariasi antar industri dan pasar.
5) Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan dalam suatu perusahaan sangat diperlukan
dalam mendukung produk yang sudah ada. Perusahaan yang menjalankan
strategi pengembangan produk khususnya harus memiliki orientasi litbang
yang kuat. Penelitian dan pengembangan diarahkan pada pengembangan
produk baru sebelum pesaing melakukannnya maupun pengembangan
produk yang sudah ada dengan cara memperbaiki kualitas produk atau
untuk memperbaiki proses produksi untuk menurunkan biaya.
2.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal menekankan pada identifikasi dan evaluasi
tren dan kejadian yang berada diluar kendali perusahaan serta lebih cepat
mengalami perubahan sehingga sangat berpengaruh dalam pengambilan
keputusan bisnis. Tujuan analisis lingkungan eksternal adalah untuk
Page 35
20
mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberi
manfaat dan ancaman yang harus dihindari perusahaan sehingga manajer dapat
memformulasikan strategi yang tepat.
Menurut David (2011), analisis lingkungan eksternal dapat dibedakan
menjadi lima kategori, yaitu:
1) Kekuatan Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat
suatu usaha beroperasi. Dalam perencanaan strategiknya, setiap
perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-
segmen yang mempengaruhi industri tersebut. Faktor ekonomi dapat
membantu atau menghambat upaya mencapai tujuan dan menyebabkan
keberhasilan atau kegagalan strategi.
2) Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan
Dalam berbagai interaksi yang terjadi antara satu perusahaan dengan aneka
ragam kelompok masyarakat yang dilayaninya, faktor-faktor sosial sangat
penting untuk disadari oleh para pengambil keputusan strategis. Faktor ini
memiliki pengaruh yang besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar,
dan pelanggan. Proses pengenalan ini tidaklah mudah, karena kenyataan
menunjukkan bahwa faktor tersebut bersifat dinamik sebagai akibat upaya
orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka melalui
pengendalian dan penyesuaian diri terhadap faktor-faktor lingkungan
(Pearce dan Robinson 1997). Jika sikap sosial berubah, maka akan
Page 36
21
menyebabkan perubahan permintaan terhadap berbagai jenis kebutuhan
seseorang.
3) Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum
Faktor ini sangat menentukan kecenderungan dan arah perekonomian
nasional. Oleh karena itu, faktor ini merupakan pertimbangan penting bagi
para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan karena berpengaruh
signifikan terhadap aktivitas bisnis perusahaan.
4) Kekuatan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat berakibat pada
lahirnya berbagai ilmu baru dan aneka ragam temuan serta terobosan
dalam bidang teknologi yang berpengaruh terhadap organisasi. Perubahan
teknologi juga meliputi cara pelaksanaan yang memberikan gambaran
secara luas seperti mendesain, menghasilkan, dan mendistribusikan.
Perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin
mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat
membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk
yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan
pemasaran (Pearce dan Robinson, 1997).
5) Kekuatan Industri
Model lima kekuatan Porter merupakan pendekatan yang digunakan secara
luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri. Lima kekuatan
tersebut juga mempengaruhi kinerja organisasi, menentukan intensitas
persaingan, dan kemampulabaan dalam industri. Menurut Porter (2007),
Page 37
22
pada hakikatnya persaingan industri dapat dilihat dari kombinasi atas lima
kekuatan, berikut ini:
a) Ancaman pendatang baru
Pendatang baru ke suatu industri membawa masuk kapasitas baru,
keinginan untuk merebut bagian pasar, dan seringkali sumberdaya yang
besar. Akibatnya intensitas persaingan antara perusahaan akan meningkat
dan harga dapat turun atau biaya membengkak sehingga mengurangi
kemampulabaan. Besarnya ancaman masuk pendatang baru tergantung
pada rintangan masuk yang ada serta reaksi dari para pesaing yang sudah
ada berdasarkan perkiraan pendatang baru. Jika rintangan masuk besar
maka akan ada perlawanan keras dari para pemain lama sehingga ancaman
masuk pendatang baru menjadi rendah. Terdapat enam sumber utama
rintangan masuk, yaitu:
i. Skala Ekonomis
Menggambarkan turunnya biaya satuan suatu produk apabila volume
absolut per periode meningkat. Skala ekonomis menghalangi masuknya
pendatang baru dengan memaksa pendatang baru untuk masuk pada skala
besar dan mengambil risiko menghadapi reaksi yang keras dari pesaing
yang ada.
ii. Diferensiasi Produk
Terkait dengan identifikasi merek dan kesetiaan pelanggan, yang
disebabkan oleh periklanan, pelayanan pelanggan, perbedaan produk di
masa lampau, dan perusahaan pertama yang memasuki industri.
Page 38
23
Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa pendatang
baru mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan
pelanggan.
iii. Kebutuhan Modal
Berhubungan dengan keharusan menanamkan sumber daya keuangan yang
besar agar dapat bersaing untuk menciptakan hambatan masuk. Khususnya
jika modal tersebut diperlukan untuk periklanan garis depan yang tidak
dapat kembali atau untuk kegiatan penelitian dan pengembangan yang
penuh risiko. Jika modal tersedia di pasar modal, para pendatang baru
tetap harus menghadapi risiko yang besar terhadap tingginya tingkat
bunga.
iv. Biaya Beralih Pemasok (Switching Costs)
Merupakan biaya satu kali yang harus dikeluarkan pembeli jika berpindah
dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok yang lain. Jika biaya
peralihan ini tinggi, maka pendatang baru harus menawarkan
penyempurnaan yang besar dalam hal biaya atau prestasi agar pembeli
bersedia beralih dari pemasok yang lama.
v. Akses ke Saluran Distribusi
Jika saluran distribusi untuk produk tersebut telah ditangani oleh
perusahaan yang sudah mapan, perusahaan baru harus membujuk saluran
tersebut agar menerima produknya.
Page 39
24
vi. Biaya Tidak Menguntungkan Terlepas dari Skala
Terjadi karena kemapanan perusahaan yang telah ada yaitu mempunyai
keunggulan biaya yang tidak dapat ditiru oleh pendatang baru.
b) Persaingan antar Anggota dalam Industri
Industri merupakan kumpulan organisasi yang menghasilkan produk yang
sejenis. Sifat usaha yang sejenis mengakibatkan adanya tingkat persaingan
antar anggota di dalam industri dalam merebut pangsa pasar. Persaingan
dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan.
Intensitas persaingan antar perusahaan sejenis yang bersaing akan
cenderung meningkat, dikarenakan oleh beberapa hal yaitu jumlah pesaing
yang semakin banyak, pertumbuhan industri yang lamban, biaya tetap atau
biaya penyimpanan yang tinggi, ketiadaan diferensiasi atau biaya
peralihan, penambahan kapasitas dalam jumlah besar, pesaing yang
beragam, taruhan strategis yang besar, hambatan pengunduran diri yang
tinggi.
c) Tekanan dari Produk Substitusi
Produk substitusi merupakan produk yang memiliki karakteristik yang
berbeda tapi dapat memberikan fungsi yang sama atau memiliki sifat yang
dapat saling menggantikan dengan produk lain. Keberadaan produk
substitusi menciptakan batas harga tertinggi yang dapat dibebankan
sebelum konsumen beralih ke produk substitusi. Makin menarik alternatif
harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, makin ketat pembatasan
laba industri. Oleh karena itu produk substitusi yang perlu mendapat
Page 40
25
perhatian besar adalah produk yang mempunyai kecenderungan harga dan
prestasi yang lebih baik dibandingkan produk industri serta produk
dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi.
d) Kekuatan Tawar-menawar Pembeli
Pembeli adalah individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa
untuk dikonsumsi. Pembeli bersaing dengan industri dengan cara menekan
harga, menuntut kualitas lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik.
Kelompok pembeli akan memiliki kekuatan tawar menawar yang baik jika
situasi berikut terjadi, yaitu kelompok pembeli terpusat atau dalam jumlah
besar relatif terhadap penjualan pihak penjual, pembelian yang cukup
besar dari pembeli, produk yang dibeli dari industri adalah produk standar,
pembeli menghadapi biaya pengalihan yang kecil, pembeli mendapatkan
laba kecil, pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi
balik, produk industri tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli,
dan pembeli mempunyai informasi lengkap.
e) Kekuatan Tawar-menawar Pemasok
Pemasok adalah individu maupun perusahaan bisnis yang menyediakan
sumberdaya yang diperlukan oleh perusahaan dan para pesaing untuk
memproduksi barang dan jasa. Pemasok biasanya menyediakan bahan
baku,energi, peralatan, modal, tenaga kerja, jasa, dan sebagainya yang
dibutuhkan oleh perusahaan. Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan
tawar menawarnya atas para anggota industri dengan menaikkan harga
atau menurunkan kualitas barang dan jasa yang dijualnya. Pemasok akan
Page 41
26
memiliki bargaining position yang lebih kuat, jika terdapat hal-hal berikut
ini, yaitu para pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan, pemasok
tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri,
industri tidak merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok
pemasok, produk pemasok merupakan input penting bagi bisnis pembeli,
produk pemasok terdiferensiasi atau pemasok telah menciptakan biaya
peralihan, dan pemasok menciptakan ancaman untuk melakukan integrasi
maju. Terkait dengan hal tersebut, tindakan yang seringkali dilakukan oleh
pemasok untuk memperbaiki profitabilitas jangka panjang adalah saling
memberi harga yang masuk akal, memperbaiki kualitas, mengembangkan
jasa baru, pengiriman just in time, dan mengurangi biaya persediaan.
Lebih jelasnya mengenai kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi
persaingan industri dapat dilihat pada Gambar 2.
Ancaman masuknya pendatang baru
Kekuatan tawar Kekuatan tawar –
menawar pemasok menawar pembeli
Ancaman
produk atau jasa
pengganti
Gambar 2. Model Lima Kekuatan Porter
Sumber: Porter (2007)
Para Pesaing Industri
Persaingan diantara
Perusahaan yang ada
Pendatang Baru
Potensial
Produk Pengganti
Pemasok Pembeli
Page 42
27
2.5 Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian terdahulu diantaranya terkait dengan penelitian
usaha pengolahan carica dan strategi pengembangan usaha.
Penelitian yang berhubungan dengan usaha pegolahan carica adalah
sebagai berikut:
1) Penelitian yang dilakukan oleh Erfanto (2008) di Kabupaten Wonosobo,
Jawa Tengah.
Tujuan dari penelitian tersebut adalah mempelajari faktor-faktor yang
berpengaruh dalam perencanaan dan pengembangan agroindustri carica,
serta merancang dan mengembangkan model sistem penunjang keputusan
perencanaan agroindustri carica dengan pembiayaan syariah. Dalam
penelitian ini model evaluasi kelayakan perencanaan agroindustri carica
dengan pola syariah dibuat dalam sebuah perangkat lunak yang diberi
nama Cap’S. Keluaran yang dihasilkan dari program ini dapat dijadikan
rekomendasi bagi para pengambil keputusan. Keluaran tersebut adalah
penentuan lokasi unggulan yang memiliki potensi baik dari segi biaya,
kondisi geografis, dan kondisi sosial budaya adalah Kecamatan
Wonosobo, prakiraan rata-rata tingkat penjualan manisan carica
menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya dimana dari tahun
2008-2017 adalah sebanyak 2.267.750 botol dengan berat bersih 350
gram, risiko pembiayaan tergolong sedang, dari analisis kelayakan
finansial menunjukkan bahwa usaha layak dijalankan dan pembiayaan
Page 43
28
dengan pola syariah lebih baik karena memiliki toleransi yang lebih besar
terhadap penurunan harga jual produk maupun kenaikan BBM.
Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan strategi pengembangan
usaha adalah:
1) Zain (2006), tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan
menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal, menyusun dan
mengajukan alternatif strategi, dan mengajukan strategi yang memiliki
prioritas utama dalam pengembangan usaha kecil lempok durian di
Kabupaten Bengkalis. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE
dan EFE, matriks IE, dan matriks SWOT, dan matriks QSP. Berdasarkan
matriks IE memperlihatkan perusahaan berada pada kuadran V. Strategi
prioritas yang dihasilkan berdasarkan integrasi matriks SWOT dan QSPM
adalah pengusaha lempok durian dapat memfokuskan kegiatan dalam
meningkatkan produksi, mempertahankan mutu lempok durian yang
dihasilkan dengan penggunaan bahan baku lokal dari pemasok langgganan
kemudian berupaya untuk mengoptimalkan produksi dengan
memanfaatkan efektivitas dan efisiensi produksi dan struktur organisasi,
serta mengubah kemasan dengan memperhatikan kelengkapan standar
pelabelan, perluasan jangakauan distribusi dan pemasaran ke toko, dan
pasar swalayan dengan promosi dan lokasi industri yang strategis,
memanfaatkan budaya usaha dan kebijakan pemerintah.
2) Mashuri (2006), tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal serta menyusun alternatif strategi pengembangan
Page 44
29
usaha industri kecil tape Bondowoso di Kecamatan Bondowoso. Alat
analisis yang digunakan adalah matrik IFE dan EFE, matriks IE, serta
matriks SWOT, dan metode PHA. Hasil total skor IFE dan EFE
menempatkan posisi industri pada sel V pada matriks IE. Penentuan
alternatif strategi yang tepat menggunakan matriks SWOT. Prioritas
alternatif strategi yang diperoleh melalui metode AHP adalah
meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan kepada konsumen, melakukan
pengembangan atau diferensiasi produk, melakukan kegiatan promosi,
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam kemampuan
manajemen dan teknologi, mengoptimalkan volume produksi perusahaan,
dan melakukan efisiensi biaya.
3) Syahrudin (2008), tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pengembangan agroindustri minuman jeruk nipis di
wilayah Kabupaten Kuningan, menyusun strategi pengembangan
agroindustri minuman jeruk nipis di wilayah Kabupaten Kuningan. Alat
analisis yang digunakan adalah metode PHA. Prioritas alternatif strategi
yang diperoleh melalui metode PHA adalah meningkatkan kualitas dan
kontinuitas bahan baku dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan
petani jeruk nipis di Kabupaten Kuningan, meningkatkan pangsa pasar
melalui strategi promosi dengan ikut serta dalam setiap kegiatan pameran,
promosi melalui radio lokal, koran, majalah, penyebaran leaflet di outlet-
outlet penjualan dan memperluas jaringan distribusi dengan menambah
agen penjualan yang dapat mempromosikan produk minuman jeruk nipis
Page 45
30
di luar daerah Kabupaten Kuningan, meningkatkan kerjasama dengan
berbagai pihak yang terkait yaitu dilakukan dengan aktif menjaring
kerjasama dengan pemerintah, institusi pendidikan, lembaga keuangan,
serta lembaga penelitian dan pengembangan yaitu dilakukan dengan
bekerjasama dengan IPB dalam meningkatkan inovasi serta keamanan
produk dan Universitas Pasundan dalam teknologi pengolahan,
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan melakukan pelatihan-
pelatihan secara kontinyu yaitu dilakukan dengan melakukan pelatihan dan
pembinaan terhadap karyawan perusahaan dan bekerjasama dengan Pusat
Inkubator Bisnis Uniku. Penelitian-penelitian terdahulu secara lengkap
disajikan dalam Tabel 1.
Page 48
33
2.6 Kerangka Pemikiran Operasional
Bertambahnya jumlah pesaing yang memiliki kemampuan hampir seragam
menyebabkan tingkat persaingan yang terjadi antar industri kecil olahan carica
menjadi semakin kompetitif. Adanya persaingan tersebut menjadi salah satu
faktor pendorong bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
untuk mampu mempertahankan pangsa pasarnya mengingat kapasitas produksi
belum mampu mengatasi kelebihan permintaan yang ada. Hal ini dikarenakan
kurangnya jaminan ketersediaan bahan baku carica dan keterbatasan modal. Oleh
karena itu, diperlukan suatu analisis terkait perumusan strategi yang tepat bagi
pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
agar mampu bertahan dalam lingkungan industri yang selalu berubah.
Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahapan, yaitu perumusan
strategis, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Sedangkan ruang lingkup
penelitian ini dibatasi hanya sampai pada tahap formulasi strategi. Tahap ini
mencakup identifikasi visi, misi, tujuan perusahaan, analisis lingkungan internal
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, analisis lingkungan
eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman perusahaan,
mempertimbangkan alternatif strategi, serta tahap pemilihan prioritas strategi.
Secara umum pada perumusan strategi terdapat tiga tahapan yang harus dilalui
yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan tahap keputusan.
Identifikasi visi, misi, dan tujuan perusahaan merupakan langkah awal
sebelum dilakukannya perumusan strategi pengembangan usaha. Visi, misi, dan
Page 49
34
tujuan perusahaan perlu dianalisis untuk mengetahui arah, tujuan, dan operasi
perusahaan sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai oleh perusahaan.
Tahap input. Pada tahap input dilakukan analisis terhadap lingkungan
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi manajemen, pemasaran, keuangan
atau akuntansi, produksi atau operasi, serta penelitian dan pengembangan. Faktor
eksternal terdiri dari lima kekuatan, yaitu kekuatan ekonomi; kekuatan sosial,
budaya, demografi, dan lingkungan; kekuatan politik, pemerintahan, dan hukum;
kekuatan teknologi, dan kekuatan industri. Untuk kekuatan industri digunakan
konsep lima kekuatan porter yaitu ancaman pendatang baru, tingkat persaingan
antar anggota dalam industri, tekanan dari produk substitusi, kekuatan tawar-
menawar pembeli, dan kekuatan tawar-menawar pemasok. Untuk lingkungan
internal dianalisis dengan menggunakan matriks IFE, sedangkan untuk
lingkungan eksternal dianalisis melalui matriks EFE.
Tahap pencocokan. Tahap ini merupakan tahap yang mengolah informasi
hasil dari tahap masukan untuk memadukan kekuatan dan kelemahan dari analisis
lingkungan internal dengan peluang dan ancaman dari analisis lingkungan
eksternal untuk merumuskan alternatif strategi. Hasil total skor matriks IFE dan
EFE kemudian diplotkan pada matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan
berdasarkan tiga kelompok strategi yaitu grow and built, hold and maintain, serta
harvest or divest. Selanjutnya formulasi strategi dilanjutkan dengan menggunakan
matriks SWOT yang inputnya berasal dari tahap input. Alternatif-alternatif
strategi yang dibuat pada matriks SWOT diharapkan tidak bertolak belakang
dengan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks IE.
Page 50
35
Tahap keputusan, untuk mengevaluasi dan memilih alternatif strategi
mana yang paling tepat untuk diterapkan pada industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah. Pemilihan strategi dengan menggunakan QSPM
dilakukan dengan melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
serta bobot yang telah ditetapkan pada tahap pertama dengan pertimbangan
terhadap sejumlah alternatif strategi yang dihasilkan pada tahap kedua.
Berdasarkan uraian tersebut, secara lengkap kerangka pemikiran operasional dapat
ditunjukkan pada Gambar 3.
Page 52
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada industri kecil olahan carica yang terletak
di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
merupakan salah satu sentra industri kecil olahan carica di Kabupaten Wonosobo
yang sedang berkembang dan merupakan pioner dalam usaha pengolahan carica
di Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, yaitu
pada bulan Juli sampai November 2015. Pelaksanaan penelitian dimulai dari
pembuatan proposal sampai penyerahan skripsi.
3.2. Jenis Data & Sumber Data
Dilihat dari asal dan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder.
1. Data primer diperoleh seorang peneliti secara langsung dari objek yang
diteliti. Data primer yang terdapat pada penelitian ini merupakan
jawaban setiap responden pada kuisioner baik piihan pada pernyataan
tertutup maupun penyataan tertulis melalui observasi langsung,
pengisian kuesioner, wawancara mendalam, dan diskusi dengan pihak
internal dan eksternal.
Page 53
38
2. Data sekunder diperoleh dari data yang telah terdokumentasi
sebelumnya, baik berupa data dari instansi-instansi terkait, yaitu BPS
Nasional, BPS Kabupaten Wonosobo, Diperindag, dan Distan
Kabupaten Wonosobo, data perusahaan, hasil penelitian terdahulu,
artikel dan literatur yang terkait dengan topik penelitian ini.
Instrumen yang digunakan sebagai pengumpul data primer dan data
sekunder berupa daftar pertanyaan, kuisioner dan alat pencatat. Daftar pertanyaan
dan alat pencatat digunakan dalam wawancara untuk memperoleh gambaran
umum industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah, analisis lingkungan
internal, dan lingkungan eksternal.
3.3. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Nazir 2005). Dalam penelitian ini,
desain yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis studi kasus. Melalui
desain deskriptif dengan jenis studi kasus diharapkan dapat diperoleh gambaran
secara menyeluruh dan mendalam mengenai objek penelitian yaitu industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah, penelitian terdahulu, variabel-variabel
yang mempengaruhi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah akan
dikaji lebih mendalam. Hasil analisis ini disajikan dalam bentuk tabel dan gambar
sesuai dengan hasil yang diperoleh.
Page 54
39
3.4. Metode Penentuan Responden / Sampel
Respoden yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari pihak internal
dan pihak eksternal. Penentuan responden internal menggunakan metode sensus,
dimana keseluruhan pemilik perusahaan pada lokasi penelitian dipilih sebagai
responden, sedangkan penentuan responden eksternal menggunakan metode
purposive sampling, dimana pemilihan responden dipilih secara sengaja.
Responden internal meliputi para pemilik perusahaan pada industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah yang sekaligus merangkap pada bagian
pemasaran dan bagian produksi. Para pemilik perusahaan tersebut terdiri dari
enam orang pengusaha, yaitu Ibu Piet Sumarto, Ibu Diana, Bapak Arifudin, Bapak
Trisila Juwantara, Ibu Nafingah, dan Ibu Annisa Sholehatin. Pemilihan responden
internal dilakukan dengan alasan bahwa para responden tersebut mengetahui
secara baik mengenai kondisi perusahaan maupun perkembangan industri, strategi
yang diterapkan dan memiliki wewenang mengenai data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian.
Responden eksternal meliputi Kepala bidang Pemberdayaan UMKM
Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo (satu orang), serta Kepala Pengawasan
Industri Diperindag Kabupaten Wonosobo (satu orang). Pemilihan responden
eksternal didasarkan bahwa para pihak tersebut mengetahui kondisi
perkembangan dan lingkungan usaha pengolahan carica di Kabupaten Wonosobo.
Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu
menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.
Page 55
40
3.5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan,
yaitu mulai dari bulan Juli sampai November 2015. Data ini digunakan baik untuk
pembuatan proposal maupun pembuatan skripsi. Lokasi yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah enam perusahaan yang terdapat pada industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah, kantor BPS Kabupaten Wonosobo,
kantor Disperindag, dan kantor Distan Kabupaten Wonosobo.
Selama proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sendiri
oleh peneliti. Teknik yang digunakan selama pengumpulan data, antara lain
wawancara langsung, wawancara mendalam, observasi di lapangan, pengisian
kuesioner, dan browsing internet. Metode pengumpulan data yang lain diperoleh
dengan cara studi pustaka yaitu dengan mencari sumber lain yang dapat
digunakan sebagai acuan penulisan sehingga permasalahan dapat diselesaikan.
3.6. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang telah didapatkan, kemudian diolah dan dianalisis. Metode
pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
analisis lingkungan perusahaan. Menurut David (2011), untuk menganalisis
lingkungan perusahaan baik lingkungan internal maupun eksternal dapat
dilakukan melalui tiga tahap formulasi strategi, yaitu tahap input, tahap
pencocokan, dan tahap keputusan. Alat bantu analisis yang digunakan untuk
merumuskan strategi adalah matriks IFE dan EFE pada tahap input, matriks IE
dan SWOT pada tahap pencocokan, serta matriks QSP pada tahap keputusan.
Page 56
41
3.6.1 Tahap Input
Tahap input bertugas menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan
untuk merumuskan strategi-strategi. Dalam penelitian ini, tahap input
menggunakan matriks IFE dan matriks EFE. Pada tahap input, setelah dilakukan
analisis internal dan eksternal adalah menuangkan faktor kunci sukses ke dalam
matriks IFE untuk faktor internal dan matriks EFE untuk faktor eksternal.
Terdapat lima tahapan kerja yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor kunci dalam matriks IFE dan EFE sebagai berikut:
1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Industri
Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal unit
yang dianalisis dengan melakukan pendaftaran semua kekuatan dan
kelemahan. Daftar harus spesifik dengan menggunakan angka
perbandingan. Identifikasi faktor eksternal yaitu mendaftar semua peluang
dan ancaman yang merupakan faktor eksternal yang dimiliki unit yang
dianalisis. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor diatas menjadi faktor
penentu internal dan eksternal yang selanjutnya akan diberi bobot.
2. Penentukan Bobot Setiap Variabel
Penentuan bobot berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
posisi strategis unit yang dianalisis dalam suatu daerah tertentu. Penentuan
bobot akan dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis
internal dan eksternal tersebut kepada responden terpilih dengan
menggunakan metode paired comparison. Metode paired comparison
adalah suatu metode untuk membandingkan secara bersamaan dua variabel
Page 57
42
yang terdapat dalam seperangkat variabel dan memilih salah satu variabel
yang dinilai responden lebih penting melalui skala penilaian. Metode
tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap
faktor penentu internal dan eksternal, yaitu dengan cara membandingkan
variabel horizontal terhadap variabel vertikal. Skala yang digunakan untuk
menentukan bobot setiap variabel yang digunakan dalam pengisian kolom
adalah:
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Bentuk penilaian pembobotan faktor strategis internal dan eksternal dapat
dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Cara membaca perbandingan dimulai dari
variabel horizontal dibandingkankan dengan variabel vertikal (konsisten).
Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal
Faktor Strategi
Internal A B C D ... Total Bobot
A
Xi
Xi_____
n
Ʃ Xi
i= 1
B
C
D
...
Total
n
Ʃ Xi
I= 1
Sumber : Kinnear dan Taylor (2001) , diacu dalam Budi (2008)
Page 58
43
Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal
Faktor Strategi
Internal A B C D ... Total Bobot
A
Xi
Xi_____
n
Ʃ Xi
i= 1
B
C
D
...
Total
n
Ʃ Xi
I= 1
Sumber : Kinnear dan Taylor (2001) diacu dalam Budi (2008)
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap
variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:
Xi Keterangan:
αi = _______ αi = Bobot variabel ke-i
n Xi = Nilai variabel ke-i
Ʃ Xi i = 1, 2, 3, ..., n
I=1 n = Jumlah variabel
Ʃ Xi = Total nilai variabel
Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan
tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam
industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan
kelemahan atau peluang dan ancaman. Jumlah seluruh bobot yang diberikan harus
sama dengan 1,0.
Page 59
44
3. Penentuan Peringkat
Penentuan peringkat oleh responden terpilih dilakukan terhadap variabel-
variabel dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur pengaruh
dari masing-masing variabel terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai
peringkat terhadap masing-masing faktor strategis. Penentuan rating pada
matriks IFE untuk faktor kekuatan dan kelemahan menggunakan skala
nilai rating sebagai berikut:
1 = jika faktor tersebut merupakan kelemahan mayor perusahaan.
2 = jika faktor tersebut merupakan kelemahan minor perusahaan.
3 = jika faktor tersebut merupakan kekuatan minor perusahaan.
4 = jika faktor tersebut merupakan kekuatan mayor perusahaan.
Sedangkan penentuan rating pada matriks EFE untuk faktor peluang dan
ancaman menggunakan skala nilai rating sebagai berikut:
1 = jika respon perusahaan buruk atau kurang berpengaruh.
2 = jika respon perusahaan cukup atau berpengaruh sedang.
3 = jika respon perusahaan baik atau berpengaruh baik.
4 = jika respon perusahaan sangat baik atau berpengaruh sangat baik
4. Tahap selanjutnya adalah mengalikan setiap bobot dengan peringkat pada
setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal
untuk mendapatkan total skor pembobotan. Matriks IFE dan EFE dapat
dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Total skor pembobotan pada matriks IFE
akan berkisar antara 1,0 - 4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor
pembobotan IFE bernilai dibawah 2,5 menunjukkan bahwa industri
Page 60
45
tersebut memiliki posisi internal yang lemah. Sedangkan jika jumlah skor
pembobotan IFE bernilai diatas 2,5 menunjukkan bahwa industri tersebut
memiliki posisi internal yang kuat. Jika total skor 1,0 menunjukkan bahwa
perusahaan tidak mampu menutupi kelemahan yang ada dengan kekuatan
yang dimiliki. Jumlah skor 4,0 menunjukkan bahwa industri
memanfaatkan kekuatan maupun kelemahan yang dihadapinya dengan
sangat baik.
Tabel 4. Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matrik IFE)
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor bobot (Bobot x Rating)
Peluang
1..........
2..........
3..........
............
Ancaman
1..........
2..........
3..........
............
Total
Sumber: David (2011)
Total skor pembobotan pada matriks EFE, jumlah skor bobot faktor
eksternal berkisar antara 1,0 - 4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor
pembobotan EFE bernilai dibawah 2,5 menunjukkan bahwa industri tersebut
memiliki posisi eksternal yang lemah. Sebaliknya jika jumlah skor pembobotan
EFE bernilai diatas 2,5 menunjukkan bahwa industri tersebut memiliki posisi
Page 61
46
eksternal yang kuat. Jumlah skor pembobotan EFE 1,0 menunjukkan bahwa
industri tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.
Tabel 5. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE)
Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor bobot (Bobot x Rating)
Kekuatan
1..........
2..........
3..........
............
Kelemahan
1..........
2..........
3..........
............
Total
Sumber: David (2011)
3.6.2 Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan berlandaskan pada informasi yang diturunkan dari
tahap input untuk mencocokkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Dalam penelitian ini, tahap pencocokan menggunakan matriks internal dan
eksternal (IE) kemudian dilanjutkan dengan matriks SWOT.
1) Matriks IE menempatkan berbagai divisi organisasi dalam diagram
sembilan sel secara skematis. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi
kunci, yaitu total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata
tertimbang EFE pada sumbu y. Total rata-rata tertimbang yang diturunkan
dari masing-masing divisi memungkinkan pembuatan matriks IE. Pada
Page 62
47
sumbu x matriks IE menggambarkan posisi internal dimana total rata-rata
tertimbang IFE yang diberi bobot 1,0 sampai 1.99 menunjukkan posisi
internal yang lemah, nilai 2,00 sampai 2,99 dianggap rata-rata, dan nilai
3.0 sampai 4,0 dianggap kuat. Demikian pula pada sumbu y, untuk total
nilai EFE memiliki perhitungan yang sama. Matriks IE dibagi menjadi tiga
bagian utama yang mempunyai dampak strategi yang berbeda, yaitu:
a) Divisi yang masuk kedalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan
sebagai kondisi tumbuh dan berkembang. Pada umumnya divisi
yang termasuk dalam sel tersebut mengejar pertumbuhan dalam
keuntungan, penjualan, pangsa pasar, dan tujuan primer lainnya.
Strategi yang dapat diterapkan untuk kondisi ini adalah strategi
intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan
produk) atau strategi integrasi (integrasi kedepan, kebelakang, dan
horizontal).
b) Divisi yang masuk dalam sel III, V, VII paling baik dikendalikan
dengan strategi jaga dan pertahanan. Divisi yang berada pada sel
tersebut pada umumnya menghindari kehilangan penjualan dan
kehilangan profit. Divisi ini termasuk pada kondisi kedewasaan.
Strategi yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar dan
pengembangan produk.
c) Divisi yang masuk kedalam sel VI, VIII atau IX adalah kondisi
penurunan. Strategi yang sebaiknya digunakan adalah strategi
divestasi. Pada saat kelangsungan hidup perusahaan terancam dan
Page 63
48
tidak dapat lagi bersaing sehingga dibutuhkan strategi yang
menekankan penghematan.
Ilustrasi mengenai matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE
Kuat Rata-Rata Lemah
3,0 – 4,0 2,0 – 2,99 1,0 – 1,99
4,0 3,0 2,0 1,0
Tinggi
3,0 – 4,0
3,0
Menengah
2,0 – 2,99
2,0
Kecil
1,0 – 1,99
1,0
Gambar 4. Matriks IE
Sumber: David (2011)
2) Matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT)
Matriks SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi, dengan memaksimalkan kekuatan (Strengths)
dan peluang (Opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Jadi, analisis SWOT
membandingkan antara faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan
dengan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman (Rangkuti 2006).
TO
TA
L R
AT
A-R
AT
A T
ER
TIM
BA
NG
EF
E
I II III
IV V VI
VII VII IX
Page 64
49
Matriks ini menggunakan informasi yang didapatkan dari tahap input dan
merupakan alat yang penting untuk membantu manajer mengembangkan
empat set kemungkinan alternatif strategi (David 2011), yaitu :
a) Strategi S-O adalah menggunakan kekuatan internal perusahaan
untuk memanfaatkan peluang eksternal.
b) Strategi W-O bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal
dengan memanfaatkan peluang eksternal.
c) Strategi S-T menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal.
d) Strategi W-T adalah taktik defensif yang diarahkan pada
pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman
eksternal.
Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel. Ada empat sel faktor kunci,
empat set kemungkinan alternatif strategi, dan satu sel selalu dibiarkan kosong
(sel kiri atas). Empat set kemungkinan alternatif strategi dikembangkan setelah
menyelesaikan empat sel faktor kunci. Penyajian secara sistematis dari matriks
SWOT ditunjukkan pada Gambar 5. Menurut David (2011) terdapat delapan
langkah yang harus dilakukan untuk menyusun matriks SWOT yaitu:
a) Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.
b) Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan
c) Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.
d) Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.
Page 65
50
e) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat
hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan.
f) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat
hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan.
g) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat
hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan.
h) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat
hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan
Internal
Eksternal
KEKUATAN
(Strenghts-S) KELEMAHAN
(Weaknesses-W)
PELUANG
(Opportunities-
O)
Strategi SO
Strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi WO
Strategi yang dapat
meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
ANCAMAN
(Threats-T)
Strategi ST
Strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk menghindari
ancaman
Strategi WT
Strategi yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari
ancaman
Gambar 5. Matriks SWOT
Sumber: David (2011)
3.6.3 Tahap Keputusan
Menurut David (2011), terdapat satu teknik yang dapat digunakan untuk
merumuskan alternatif strategi mana yang terbaik, yaitu matriks perencanaan
strategi kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix–QSPM). QSPM
menggunakan input dari analisis tahap satu dan hasil tahap pencocokan dari untuk
menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. QSPM memungkinkan
Page 66
51
penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif,
berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah
diidentifikasi sebelumnya untuk memilih alternatif strategi terbaik. Menurut
David (2011), terdapat enam langkah untuk mengembangkan QSPM, yaitu:
1) Membuat daftar kekuatan atau kelemahan dan peluang atau ancaman kunci
perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini diambil secara
langsung dari matriks IFE dan EFE.
2) Memberikan bobot untuk masing-masing faktor eksternal dan internal.
Bobot ini identik dengan yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE.
3) Evaluasi matriks tahap pencocokan dan identifikasi alternatif strategi yang
harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan.
4) Menentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores-AS). Nilai daya tarik
didefinisikan sebagai angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari
masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu. Nilai daya tarik
ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal atau
eksternal kunci. Secara spesifik nilai daya tarik harus diberikan untuk
masing-masing strategi untuk mengindikasikan daya tarik relatif dari satu
strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu.
Jangkauan untuk nilai daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak
menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik.
5) Menghitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Scores-TAS). Total
nilai daya tarik didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah
2) dengan nilai daya tarik (langkah 4) dalam masing-masing baris. Total
Page 67
52
nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing
alternatif strategi dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor
keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat. Semakin tinggi
total nilai daya tarik, maka semakin menarik alternatif strategi tersebut.
6) Menghitung jumlah total nilai daya tarik (STAS) pada masing-masing
kolom. Penjumlahan ini mengungkapkan strategi mana yang paling
menarik dari setiap set alternatif. Nilai STAS yang paling tinggi berarti
strategi tersebut yang paling layak diaplikasikan dalam perusahaan.
Secara spesifik, format dasar dari QSPM terdiri dari baris atas yang
merupakan alternatif strategi yang diturunkan dari matriks IE dan SWOT, bagian
kolom kiri yang merupakan kolom faktor kunci terdiri dari faktor internal dan
eksternal berdasarkan atas informasi yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE,
kemudian kolom selanjutnya berisi bobot yang diterima oleh setiap faktor dalam
matriks IFE dan EFE. Format dasar dari QSPM ditunjukkan oleh Tabel 6.
Tabel 6. Matriks QSP (QSPM)
Faktor Kunci Bobot
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor Eksternal kunci
Peluang
............
Ancaman
............
Faktor Internal kunci
Kekuatan
..............
Kelemahan
..............
Penjumlahan Total Daya
Tarik
Sumber: David (2011)
Page 68
53
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Profil Wilayah Kecamatan Mojotengah
Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Wonosobo yang memiliki luas wilayah 4.507 hektar atau sekitar 4,58 persen dari
luas Kabupaten Wonosobo secara keseluruhan. Wilayah Kecamatan Mojotengah
berada pada ketinggian 860 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Mojotengah
beriklim tropis dengan curah hujan per tahun berkisar antara 3.477-6.601
mm/tahun.
Jarak ibukota Kecamatan Mojotengah dengan Kabupaten Wonosobo
adalah 4 km (BPS Kabupaten Wonosobo 2014). Batas-batas administrasi
Kecamatan Mojotengah, yaitu sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kejajar
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Wonosobo
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Watumalang
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kertek
Secara garis besar penggunaan lahan di Kecamatan Mojotengah terbagi
menjadi menjadi dua, yaitu 1.177,30 ha berupa lahan sawah dan 3.329,70 hektar
berupa bukan lahan sawah yang terdiri dari 304,82 hektar berupa bangunan dan
pekarangan, 2.413,30 hektar berupa tegalan, 8,13 hektar berupa kolam, 202 ha
hektar berupa hutan negara, 253 hektar berupa perkebunan, dan 148,45 hektar
berupa lahan kosong. Berdasarkan hasil registrasi penduduk pada akhir tahun
Page 69
54
2014, jumlah penduduk Kecamatan Mojotengah adalah sebanyak 59.973 jiwa,
yang terdiri dari laki-laki 31.047 jiwa dan perempuan 28.926 jiwa.
4.2 Sejarah Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah
Kabupaten Wonosobo memiliki potensi tanaman carica yang merupakan
salah satu buah spesifik lokasi yang tidak mudah ditemukan di daerah lain di
Indonesia, tetapi tumbuh subur di Dataran Tinggi Dieng (Hidayat 2000). Awalnya
para petani hanya membiarkan tanaman carica tumbuh dan tidak memanfaatkan
buahnya. Karakteristik buah carica membuat buah ini hanya enak dimakan apabila
telah diproses terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan jika dikonsumsi secara
langsung buah terasa asam dan sedikit pahit, walaupun buah sudah matang. Selain
itu daging buah juga mengandung banyak getah berwarna putih yang
menyebabkan gatal apabila mengenai bibir, mulut, dan kulit (Distan Kabupaten
Wonosobo 2014).
Pada tahun 1980, perusahaan besar di Kecamatan Mojotengah, yaitu PT.
Dieng Jaya mulai mengembangkan budidaya dan pengolahan carica. Perusahaan
ini memproduksi manisan carica basah dalam kemasan kaleng. Pemasaran produk
perusahaan untuk tujuan lokal dan ekspor. Semenjak itulah masyarakat
mengetahui bahwa buah carica memiliki citarasa yang unik, bau harum yang khas,
daging buah yang kenyal, dan dapat meningkatkan selera jika diolah dengan cara
yang tepat. Melalui proses pengolahan dapat meningkatkan daya simpan buah
yang telah matang karena hanya dapat bertahan sekitar 3-4 hari setelah proses
pemanenan. Berdirinya PT. Dieng Jaya juga sangat berpengaruh bagi para petani
Page 70
55
di Dataran Tinggi Dieng, dimana mereka mulai menanam carica dalam jumlah
besar.
Pada tahun 1981, Disperindagkop Kabupaten Wonosobo mengadakan
kursus pengawetan buah gratis untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan bagi para
ibu PKK di Kabupaten Wonosobo. Hal ini selanjutnya menjadi awal mula
munculnya ide mendirikan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah.
Pada tahun 1993, PT. Dieng Jaya terus mengalami defisit sehingga usaha
pengolahan carica dihentikan. Kondisi ini menyebabkan ribuan petani carica
kesulitan dalam memasarkan panennya sehingga berdampak pada turunnya harga
buah dan bahkan buah menjadi tidak laku jual. Selain itu, uang pembelian buah
pada panen sebelumnya tidak dibayarkan oleh PT. Dieng Jaya. Hal ini
menyebabkan para petani memusnahkan tanamannya sehingga jumlah populasi
tanaman carica menurun drastis.
Penghentian produksi oleh PT. Dieng Jaya juga menyebabkan para agen
dan toko-toko mengalami kesulitan dalam mendapatkan produk olahan carica.
Akhirnya kondisi ini ditanggapi oleh industri kecil olahan carica di Kabupaten
Wonosobo yang mulai berkembang. Namun permasalahannya, industri kecil
olahan carica mengalami kesulitan dalam memperoleh persediaan buah carica
untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Akhirnya pada tahun 2009 dan 2014
pemerintah Kabupaten Wonosobo memberikan bantuan dana untuk budidaya
tanaman carica di Dataran Tinggi Dieng sehingga jumlah, mutu, dan luas tanam
carica mengalami peningkatan.
Page 71
56
Produk olahan carica tersebut dikenal sebagai produk makanan khas
daerah Wonosobo. Selain itu, usaha pengolahan carica juga masih tetap dijalankan
dalam skala kecil oleh beberapa industri kecil olahan carica yang tersebar di
Kabupaten Wonosobo. Salah satunya adalah industri kecil olahan carica yang
berada di Kecamatan Mojotengah.
4.3 Lokasi Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah
Penentuan lokasi berperan penting dalam perkembangan industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah karena akan mempengaruhi kedudukan
industri kecil dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup usaha.
Umumnya lokasi industri kecil bersatu dengan rumah pemilik. Lokasi tersebut
menjadi tempat produksi industri, tempat penyimpanan bahan baku, dan produk
yang telah jadi. Tata letak ruang produksi dan pengaturan letak peralatan sudah
baik sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan lancar. Berdasarkan
wawancara dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo, kondisi ruang
industri kecil olahan carica juga telah memenuhi persayaratan dalam
menghasilkan produk yang bermutu dan aman dikonsumsi.
Lokasi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah ini dapat
dikatakan strategis karena lokasi tersebut memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
1) Dekat dengan bahan baku utama dan pendukung. Bahan baku utama
berupa buah carica berasal dari Dataran Tinggi Dieng, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo. Bahan baku pendukung tersedia di sekitar
Wonosobo.
Page 72
57
2) Dekat dengan tempat pamasaran produk, yaitu toko-toko makanan, rumah
makan, outlet pusat makanan khas, dan tempat pariwisata pemandian air
panas alami Kalianget.
3) Ketersediaan tenaga kerja terampil dan berpengalaman dalam pengolahan
buah carica karena mereka pernah bekerja pada bagian pengolahan carica
di PT. Dieng Jaya.
4) Dekat jalan raya dengan kondisi yang baik sehingga menguntungkan
karena mudah dijangkau dan mudah dilalui alat transportasi. Hal ini sangat
memudahkan transportasi dalam memperoleh bahan baku dan distribusi
produk sehingga mendukung kelancaran usaha.
5) Tersedia air bersih yang melimpah di Kecamatan Mojotengah.
6) Tersedia banyak fasilitas pengangkutan umum, yaitu ojek, angkot, dan bus
sehingga memudahkan dalam pelaksanaan transportasi industri kecil.
7) Masih tersedia lahan kosong yang cukup luas di Kecamatan Mojotengah
sehingga memungkinkan industri kecil olahan carica untuk memperluas
tempat produksinya atau membangun pabrik yang baru.
Adanya keuntungan dari letak lokasi yang strategis dapat menjadi
kekuatan bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam
menangkap potensi pasar yang ada sehingga daerah pemasaran bisa lebih luas.
Page 73
58
4.4 Kondisi Umum Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan
Mojotengah
Industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah masih berbentuk
perusahaan perorangan dengan skala usaha yang masih kecil. Industri juga belum
memiliki pernyataan secara tertulis mengenai visi, misi, dan tujuan. Akan tetapi
secara umum ketiga hal tersebut telah tersirat dalam wawancara dengan para
pemilik usaha pengolahan carica. Visi industri menjadi produsen carica yang
terbaik dalam mutu, dapat memperkenalkan produk sebagai makanan khas
Kabupaten Wonosobo kepada seluruh masyarakat baik di dalam maupun di luar
negeri, dapat meningkatkan kapasitas produksi, serta dapat memperluas daerah
pemasaran produk. Misi industri adalah memproduksi carica dalam sirup yang
bermutu, aman, mudah dalam penyajian, serta dapat dikonsumsi oleh seluruh
masyarakat. Berdasarkan visi dan misi industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah, maka tujuan industri adalah dapat memperbaiki perekonomian
keluarga pada khususnya, dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar.
Usaha pengolahan carica adalah suatu usaha yang bersifat padat karya
karena keseluruhan kegiatan produksi masih menggunakan peralatan sederhana
yang dioperasikan secara manual. Dalam menjalankan usahanya, industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah memanfaatkan tenaga kerja lokal. Oleh
karena itu, keberadaan industri tidak hanya menguntungkan secara finansial bagi
pemilik, tetapi juga menguntungkan secara sosial bagi masyarakat di sekitar
lokasi industri.
Page 74
59
Pengalaman para pengusaha pengolah carica di Kecamatan Mojotengah
beraneka ragam. Keragaman tersebut dapat ditunjukkan dari lamanya masing-
masing pengusaha berkecimpung dalam industri dan latar belakang pekerjaan
masing-masing pengusaha. Jika dilihat dari kedua faktor tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengusaha yang sudah sangat berpengalaman dan
juga pengusaha yang baru dalam tahap pembelajaran atau awal menjalani bisnis
ini.
Modal awal yang digunakan untuk mendirikan usaha sepenuhnya berasal
dari modal pribadi pemilik yang jumlahnya relatif kecil, yaitu berkisar antara Rp
2.000.000,- sampai Rp 7.500.000,-. Untuk tambahan modal usaha umumnya
didapat dari keluarga atau teman dan kredit yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah dengan jumlah yang kecil. Oleh karena itu, sampai saat ini industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah masih menghadapi masalah keterbatasan
modal usaha.
Bahan baku utama berupa buah carica hanya dapat diperoleh dari Dataran
Tinggi Dieng. Sedangkan bahan pendukung berupa gula pasir, minyak tanah, dan
garam cukup mudah diperoleh dan tersedia banyak di pasar tradisional, warung,
dan toko grosir yang berada di Wonosobo. Untuk kardus dan label umumnya
dipesan pada percetakan yang ada di Wonosobo, Magelang, Semarang, dan
Yogyakarta. Sedangkan botol dan tutup dapat diperoleh di toko maupun penjual
botol yang ada di sekitar Wonosobo.
Skala dan kapasitas produksi beragam, yaitu sekitar 1,5 sampai 18 ton per
bulan. Harga jual produk juga beragam antara Rp 7.500,-/botol sampai Rp 8.500,-
Page 75
60
/botol. Sistem pembayaran produk oleh toko, distributor maupun agen secara tunai
dan sebagian secara konsinyasi atau tempo sesuai kesepakatan dengan
perusahaan. Pemasaran produk dilakukan dengan cara dijual sendiri, langsung
diambil oleh pembeli ke pabrik, diantar industri kepada pembeli dengan ongkos
pengiriman ditanggung oleh industri jika penjualan lokal, dan melalui distributor
maupun agen di luar Wonosobo. Sebagian besar pemasaran produk di Kabupaten
Wonosobo dan sebagian kecil ke daerah-daerah di luar Wonosobo, yaitu
Magelang, Semarang, DIY, Solo, Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Bali.
Kemasan produk pada umumnya menggunakan botol dengan netto 350
gram. Pertimbangan dalam pemakaian botol adalah daya tahan produk dapat
mencapai 1 tahun dalam penyimpanan normal, tidak bereaksi dengan bahan yang
dikemas, dan kemasan botol yang transparan mempermudah kontrol kualitas
produk. Sedangkan produk dalam kemasan cup plastik dengan netto 250 gram
hanya diproduksi sesuai permintaan. Hal ini dikarenakan masa simpan produk
hanya dapat mencapai 6 bulan dan produk juga dapat berubah jika terlalu sering
terkena sinar matahari langsung.
4.5 Struktur Organisasi
Struktur organisasi dapat menggambarkan suatu hubungan antar jabatan
dan hubungan garis wewenang yang ada dalam suatu organisasi. Berdasarkan
hasil observasi di lapangan, industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
belum memiliki struktur organisasi secara tertulis. Namun telah diterapkan
pembagian tugas dalam operasionalisasinya meskipun masih sangat sederhana.
Page 76
61
Gambaran umum mengenai struktur organisasi industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Struktur Organisasi
Berdasarkan wawancara, pemilihan struktur organisasi tersebut dibuat
berdasarkan skala usaha industri kecil sehingga dapat dikelola sendiri oleh
pemilik dan untuk memperkecil penggunaan tenaga kerja sehingga dapat
menghemat biaya operasional. Oleh karena itu, pembagian jabatan hanya terbagi
atas pemilik, bagian keuangan, dan karyawan. Untuk kegiatan operasional,
pemilik menerapkan pendekatan top down, dimana seluruh komando berjalan
secara langsung dari pemilik menuju unit-unit di bawahnya. Begitu pula setiap
karyawan juga bertanggung jawab secara langsung kepada pemilik. Tugas dan
tanggung jawab masing-masing jabatan dalam industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah adalah sebagai berikut:
PIMPINAN
PERUSAHAAN
Adm. dan
Keuangan
Kepala
Bagian
Produksi
Kepala
Bagian
QC
Kepala
Bagian
Gudang
Pengadaan
dan
Teknik
Kepala
Bagian
Pemasaran
Page 77
62
1) Pemilik perusahaan
Pada umumnya pemilik yang sekaligus sebagai pengelola utama atau
pimpinan memiliki beberapa tugas, yaitu:
a) Bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan yang terkait dengan
seluruh aktivitas perusahaan.
b) Mengontrol dan selalu menjaga ketersediaan bahan baku dan produk jadi.
c) Bertanggung jawab terhadap pembelian bahan baku utama, bahan baku
pendukung, dan pemilihan pemasok.
d) Bertanggung jawab mengatur dan mengawasi aktivitas produksi sehingga
tepat mutu dan tepat jumlah sesuai dengan target produksi.
e) Bertanggung jawab terhadap pemasaran produk kepada agen dan
distributor.
2) Bagian Keuangan
Bertanggung jawab terhadap masalah keuangan, misalnya: memegang
seluruh keuangan, mencatat keluar masuk kas keuangan, bertanggung
jawab terhadap pencatatan absensi karyawan yang digunakan sebagai
dasar pemberian upah karyawan, membayar upah karyawan. Umumnya
bagian keuangan dipegang oleh keluarga, yaitu istri atau anak pemilik
usaha.
3) Karyawan
Karyawan adalah tenaga kerja yang menangani proses pengolahan carica
secara langsung. Setiap karyawan tersebut memiliki tugas tertentu. Secara
garis besar pembagian tugas para karyawan adalah:
Page 78
63
a) Kepala Bagian Produksi
Kepala Bagian Produksi bertugas mengatur jalannya proses produksi,
membuat rencana dan jadwal produksi. Selain itu, melakukan kontrol
terhadap karyawan yang bertugas di bagian produksi dan memastikan
bahwa kegiatan produksi sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP). Mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan produksi agar dapat
mengetahui kekurangan dan penyimpangan/kesalahan sehingga dapat
dilakukan perbaikan untuk kegiatan berikutnya.
b) Kepala Bagian Quality Control
Kepala Bagian Quality Control bertugas melakukan analisa pengujian
mutu produk, memberikan label lolos uji pada produk yang lolos dalam
pengujian mutu, dan bertanggung jawab atas pengendalian mutu produk
akhir. Selain itu, menganalisis hasil produksi yang diluar standar kualitas
produk dan memberikan solusi terhadap perbaikan kualitas produk.
Bahkan, mengatur hal-hal yang berhubungan dengan pengujian kualitas
bahan baku merupakan tugas bagian quality control.
c) Kepala Bagian Gudang
Kepala Bagian Gudang bertugas mengatur jumlah stok bahan baku dan
baha pembantu sesuai kapasitas gudang, menjaga sanitasi gudang bahan
baku dan gudang produk akhir. Selain itu, mengatur input dan output
material, mengadministrasi dan memelihara barang-barang dalam gudang.
Bahkan, bertanggung jawab atas stok persediaan produk jadi yang siap
dipasarkan.
Page 79
64
d) Kepala Bagian Pengadaan dan Teknik
Kepala Bagian Pegadaan dan Teknik bertugas menyediakan kebutuhan
pabrik terkait dengan proses produksi dan kelengkapannya, serta
melakukan perawatan dan pemeliharaan fasilitas, mesin, dan peralatan
serta keutuhan lainnya. Selain itu, mendelegasikan dan mengkoordinir
tugas-tugas di bagian perawatan mesin dan listrik. Tugas lainnya adalah
mengatur pengadaan bahan baku yang diminta oleh bagian perencanaan
sesuai dengan kebutuhan order serta pengadaan spare part mesin dan
peralatan untuk keperluan perawatan.
e) Kepala Bagian Pemasaran
Kepala Bagian Pemasaran ini bertugas memilih metode pemasaran dan
promosi yang tepat sehingga dapat meningkatkan penjualan produk,
menjadi penghubung antara perusahaan dengan konsumen terkait dengan
keinginan konsumen terhadap produk. Selain itu, menentukan
kebijaksanaan dan strategi pemasaran perusahaan yang mencakup jenis
produk yang akan dipasarkan, harga pendistribusian dan promosi. Tugas
lainnya adalah melakukan analisis pasar, meneliti persaingan dan
kemungkinan perubahan permintaan serta mengatur distribusi produksi.
4.6 Proses Produksi
Untuk menghasilkan produk yang berkualitas diperlukan tahapan proses
produksi yang higienis dan aman sehingga produk dapat menembus pasar
domestik dan ekspor. Proses yang pertama kali dilakukan sebelum proses
Page 80
65
produksi adalah sortasi buah carica yang sudah matang. Untuk buah yang belum
matang biasanya memiliki rasa yang pahit, aroma tidak harum, dan warna buah
masih hijau sehingga akan menurunkan mutu jika digunakan dalam proses
produksi. Begitu pula dengan buah yang terlalu matang juga kurang baik untuk
bahan baku pembuatan produk karena buah tersebut bertekstur terlalu lunak dan
rasanya tidak enak. Diagram alir proses pembuatan carica dalam sirup dapat
dilihat pada Lampiran 1. Keseluruhan proses produksi dilakukan secara manual.
Adapun proses produksi carica dalam sirup dengan kemasan botol adalah:
1) Pengupasan
Buah carica yang sudah matang dikupas. Pada proses ini para pekerja
harus dilengkapi sarung tangan karet karena buah carica mengandung
banyak getah yang dapat menimbulkan gatal jika mengenai kulit. Pada
proses pengolahan awal harus dilakukan secara manual karena bentuk
buah carica yang menyerupai belimbing sehingga sulit untuk dibuat mesin
pengupasnya.
2) Pencucian I
Selanjutnya dilakukan proses pencucian pertama. Wadah yang digunakan
untuk menampung buah hasil proses pengupasan dan sekaligus digunakan
dalam proses pencucian awal berupa baskom plastik. Pemilihan wadah
penampung buah yang terbuat dari plastik disebabkan getah buah carica
bersifat korosif. Pada tahap pencucian pertama ini menggunakan air bersih
yang ditambah dua sendok makan garam.
Page 81
66
3) Pemotongan buah I
Pemotongan buah yang pertama dilakukan untuk membagi buah menjadi
dua bagian yang sama besar.
4) Pemisahan buah dari bijinya
Selanjutnya biji yang terbungkus sarkotesta dipisahkan dari daging buah
dengan cara dikeruk menggunakan sendok. Kemudian biji yang
terbungkus sarkotesta tersebut ditampung dalam wadah yang berbeda dari
daging buah.
5) Pemotongan Buah II
Setelah buah dipisahkan dari bijinya, buah dipotong lagi menjadi beberapa
bagian dengan bentuk yang menarik serta supaya dapat dikemas dengan
mudah di dalam botol. Umumnya bentuk yang dipilih adalah bentuk
segitiga, dimana buah dipotong mengerucut mulai dari pangkal buahnya.
6) Pencucian II
Buah dicuci kembali dengan air sampai bersih.
7) Pembuatan sirup buah
a) Biji yang terbungkus sarkotesta diperas sampai keluar cairan kental atau
air biji yang beraroma khas buah carica. Proses pemerasan ini dapat
dilakukan berkali-kali hingga aroma khas tersebut hilang.
b) Perebusan air biji dicampur dengan air dan gula pasir secukupnya.
c) Perebusan tersebut dilakukan sampai sirup mendidih pada panci.
d) Sirup yang telah mendidih atau sudah jadi kemudian disaring untuk
dipisahkan dari ampasnya sehingga menjadi bersih.
Page 82
67
8) Pencucian botol dan tutup botol
a) Botol yang digunakan adalah botol dengan mulut lebar. Sebelum
digunakan, botol dan tutup dicuci dengan mengggunakan air bersih dan
sabun agar lebih steril. Saat proses pencucian juga dilakukan pemeriksaan
kerusakan pada botol. Selanjutnya botol, tutup dikeringkan.
b) Penyimpanan botol dan tutup dengan posisi mulut botol ke bawah.
9) Pengukusan
a) Dandang berisi air yang akan digunakan pada proses ini terlebih dahulu
dipanaskan sampai airnya mendidih.
b) Buah yang telah dipotong pada tahap pemotongan buah kedua kemudian
dimasukkan dalam botol yang sudah bersih dan kering.
c) Botol yang telah berisi buah tersebut ditimbang. Ukuran berat botol
ditambah buah dari setiap perusahaan berbeda.
d) Selanjutnya botol diisi sirup yang masih panas dan dimasukkan dalam
dandang untuk proses pengukusan selama kurang lebih 15-20 menit.
e) Selesai pengukusan, botol diambil dari dalam dandang dan kembali diisi
dengan sirup.
10) Botol ditutup rapat-rapat.
11) Sterilisasi
Botol yang telah ditutup rapat kemudian direbus dengan suhu tinggi di
dalam panci yang berisi air selama kurang lebih 20-30 menit. Proses
sterilisasi ini bertujuan untuk memusnahkan bakteri pembusuk atau
patogen dan sebagai pengawet sederhana yang dapat membuat buah carica
Page 83
68
dan sirup yang ada di dalam botol dapat bertahan sampai kurang lebih 1
tahun.
12) Proses pendinginan dan pengeringan botol
Dilakukan sampai botol yang telah mengalami proses perebusan menjadi
agak dingin dan dilakukan pengeringan dengan cara di lap sehingga botol-
botol tersebut menjadi bersih serta siap untuk proses selanjutnya.
13) Pelabelan dan pengemasan
Pelabelan botol dilakukan dengan memasang etiket printing. Kemudian
pada etiket tersebut diberi tanda expired date. Terakhir dilakukan proses
pengemasan dengan memasukkan produk ke dalam kardus, dimana setiap
kardus berisi 12 botol atau 24 cup plastik.
Proses pembuatan produk dengan kemasan cup plastik terdapat sedikit
perbedaan. Tahapan awal proses produksi masih sama tetapi ketika akan
memasuki proses pengukusan, terlebih dahulu dilakukan proses perebusan buah
selama 15-20 menit. Pada proses perebusan ini air terlebih dahulu didihkan
kemudian buah dimasukkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pelunakan buah
yang berlebihan. Tujuan perebusan buah adalah menjadikan enzim yang ada
dalam buah menjadi tidak aktif dan mematikan mikroba. Kemudian setelah
duirebus, buah ditiriskan dan dimasukkan dalam kemasan, lalu ditimbang,
ditambah dengan sirup dan penutupan kemasan dengan siller. Setelah proses
selesai baru dilakukan proses pengukusan selama 30 menit. Proses selanjutnya
pendinginan dengan cara direndam dalam air sampai kemasan dingin.
Page 84
69
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal dilakukan dengan meninjau faktor-faktor
yang terdapat di dalam industri kecil untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
kecenderungan-kecenderungan yang berada di dalam usaha. Analisis ini terfokus
untuk mendapatkan faktor-faktor kunci yang merupakan kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki oleh industri kecil. Dari hasil analisis tersebut, industri kecil olahan
carica di Kecamatan Mojotengah dapat memanfaatkan kekuatan dan mengatasi
kelemahan yang ada. Faktor-faktor internal yang dimiliki, meliputi aspek
manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, serta
penelitian dan pengembangan.
5.1.1 Manajemen
Fungsi manajemen pada industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah, dapat dikaji berdasarkan beberapa aspek, yaitu:
1) Perencanaan
Saat ini industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah belum
memiliki perencanaan tertulis baik untuk jangka pendek, menengah,
maupun jangka panjang. Hal ini terlihat dari belum adanya pernyataan
visi, misi, dan tujuan yang dirumuskan secara tertulis dan jelas oleh setiap
pemilik perusahaan. Meskipun demikian, kondisi ini tidak mempengaruhi
industri kecil untuk mengembangkan usahanya. Hal ini terlihat dari
Page 85
70
keputusan yang diambil oleh pemilik ketika akan meningkatkan kapasitas
produksi saat musim panen untuk meningkatkan stok produk jadi.
Besarnya peningkatan stok produk jadi disesuaikan dengan dana yang
dimiliki serta permintaan pasar terhadap produk.
2) Pengorganisasian
Secara umum struktur organisasi industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah dapat ditunjukkan pada Gambar 6. Pada struktur organisasi
tersebut pembagian jabatan hanya terbagi atas pemilik, bagian keuangan,
dan karyawan. Pemilik memegang posisi manajemen puncak yang
bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan strategis terkait
dengan kelancaran usaha dan sekaligus bertanggung jawab terhadap
pembelian bahan baku, pengawasan kegiatan produksi, dan pemasaran.
Bagian keuangan dipegang oleh istri atau anak pemilik, sedangkan
karyawan menangani proses pengolahan carica secara langsung.
Berdasarkan struktur organisasi dan pembagian jabatan yang ada dapat
dikatakan bahwa pembagian tugas sudah cukup baik karena antara pemilik
dan karyawan telah mengetahui tugas apa yang harus dikerjakan. Hal ini
dapat menjadi kekuatan bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah karena koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan
karyawan dapat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan aktivitas
kerja sehingga proses kerja tidak terhambat.
Page 86
71
3) Pemberian Motivasi
Karyawan merupakan salah satu faktor sumber daya yang dapat
menentukan perkembangan usaha. Oleh karena itu, pemilik selalu
berusaha menciptakan iklim kerja yang nyaman sehingga para karyawan
memiliki loyalitas terhadap industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah. Usaha yang telah dilakukan pemilik untuk meningkatkan
motifasi karyawan, yaitu dengan cara menganggap karyawan sebagai
rekan kerja bukan sebagai bawahan sehingga komunikasi yang terjalin
tidak kaku, ikut serta dalam proses produksi, perlakuan yang adil pada
karyawan, pemberian tunjangan hari raya, pemberian gaji tambahan ketika
terjadi peningkatan kapasitas produksi.
4) Pengelolaan Staf
Secara umum, perekrutan tenaga kerja tidak melalui prosedur yang formal
dan terstruktur. Selain itu, tidak ada persyaratan khusus yang
mengharuskan setiap calon karyawan memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi karena proses produksi dan peralatan yang digunakan masih
sederhana. Namun dalam perekrutan tersebut, lebih diprioritaskan bagi
tenaga kerja lokal di sekitar lokasi industri kecil yang memiliki semangat
kerja tinggi dan jujur. Hal ini dikarenakan, sebagian besar tenaga kerja
lokal umumnya pernah bekerja di PT. Dieng Jaya sehingga telah memiliki
dasar ketrampilan dan pengetahuan yang lebih memadai mengenai praktek
pengolahan carica. Selain itu, pemilik juga merasa lebih mudah mengenal
kebiasaan maupun sikap para tenaga kerja lokal sehingga dapat
Page 87
72
memberikan kepercayaan dan tanggung jawab tugas serta mempermudah
terjalinnya hubungan yang baik antara pemilik dengan karyawan. Oleh
karena itu, dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal yang terampil dan
berpengalaman sebagai karyawan dapat menjadi kekuatan bagi industri
kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam pengembangan
usaha. Jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak tetap tergantung dari
jumlah buah yang akan diproduksi, sehingga perusahaan memperkerjakan
dua jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja tetap dan borongan. Saat ini
jumlah tenaga kerja tetap sekitar 4-12 orang dengan mayoritas
karyawannya adalah perempuan. Untuk tingkat pendidikan sebagian besar
karyawan hanya lulusan SD dan SMP.
Kontrak kerja untuk industri kecil yang mengolah carica di Kecamatan
Mojotengah, tidak secara tertulis antara pemilik dan karyawan karena
hubungan kerja yang terbentuk lebih bersifat kekeluargaan. Oleh karena
itu, karyawan memiliki kebebasan untuk menyampaikan pendapat kepada
pemilik yang terkait dengan masalah kerja. Umumnya sistem pembayaran
upah yang diterapkan adalah seminggu sekali atau sebulan sekali. Tingkat
upah pekerja tetap berkisar antara Rp 25.000,- sampai Rp 50.000,- per hari
dengan waktu kerja 8 sampai 9 jam per hari. Sedangkan tingkat upah
tenaga kerja borongan berdasarkan produk yang dihasilkan, yaitu berkisar
antara Rp 500,- sampai Rp 750,- per botol carica. Fasilitas yang umumnya
disediakan untuk pekerja berupa tempat ibadah, makan siang dan jajanan
gratis selama bekerja.
Page 88
73
5) Pengendalian
Pada umumnya pengendalian hanya terbatas pada bidang produksi saja,
khususnya dalam hal pengadaan bahan baku dan pengolahan.
Pengendalian dalam hal pengadaan bahan baku penting dilakukan karena
terkait langsung dengan proses produksi. Sedangkan pengendalian dalam
hal pengolahan terkait dengan mutu produk yang dihasilkan. Dalam
menjaga kualitas produk setiap pengusaha telah menerapkan standar
produksi, yaitu mengenai kualitas buah yang digunakan, takaran
penggunaan bahan baku utama dan pendukung, serta lamanya proses
produksi.
5.1.2 Pemasaran
Pemasaran merupakan ujung tombak dalam usaha yang memegang
peranan penting dalam pasca produksi. Kegiatan pemasaran akan menimbulkan
suatu persaingan dalam memperebutkan pasar yang ada. Oleh karena itu
pemasaran menjadi sangat strategis agar produk yang dihasilkan mampu merebut
pasar. Dalam menganalisis aspek pemasaran pada industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah melalui bauran pemasaran, yaitu:
1) Produk
Produk olahan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
berupa manisan carica basah yang umumnya dikenal dengan sebutan
carica dalam sirup (carica in syrup). Produk ini sudah lama dikenal
sebagai makanan khas Wonosobo karena input dari produk merupakan
Page 89
74
tanaman unggulan lokal yang hanya dapat ditemukan di Wonosobo.
Adanya citra produk sebagai makanan khas Wonosobo dapat menjadi
kekuatan bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
karena membuat produk yang dihasilkan memiliki pasar yang jelas.
Menurut BPOM produk memiliki daya tahan yang cukup lama, yaitu
sekitar 1 tahun. Berdasarkan hasil penelitian Prof. Dr. Sasmito, Guru Besar
Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta didapatkan kandungan gizi per 100
gram produk carica dalam sirup (Distan 2008), yaitu kalori 46 cal, Vitamin
B1 0,04 mg, Vitamin A 365 mg, Vitamin C 78 mg, hidrat arang 12,2 gr,
besi 1,7 mg, air 86,7 gr, kalsium 23 mg, fosfor 12 mg, protein 0,5 gr.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian tersebut juga didapatkan informasi
mengenai manfaat produk olahan carica bagi kesehatan tubuh, yaitu:
a) Kandungan karoten, vitamin C dan flafonoid dapat berfungsi sebagai zat
anti kanker.
b) Kandungan enzim papain berfungsi memecah serat makanan sisa,
memudahkan buang air besar.
c) Kandungan enzim caricaksantin dan violaksantin mampu menghambat
pembentukan batu empedu (bersifat asam).
d) Kandungan enzim khimopapain, glicopeptidase B dan lisosim mampu
mengatasi sakit nyeri punggung.
Banyaknya kandungan gizi dan manfaat yang terdapat dalam produk
merupakan kekuatan bagi pengembangan usaha pada industri kecil olahan
carica di Kecamatan Mojotengah karena produk dapat dijadikan sebagai
Page 90
75
alternatif konsumen dalam memilih makanan jadi yang menyehatkan
tubuh. Selain itu, produk juga dinilai telah memenuhi syarat keamanan
pangan dengan dikeluarkannya izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Wonosobo, yaitu berupa nomor PIRT. Upaya untuk melakukan registrasi
PIRT merupakan bentuk perlindungan konsumen, karena produk yang
telah memiliki nomor PIRT berarti secara legal aman untuk dikonsumsi
dan dipasarkan sehingga hal ini juga dapat menjadi kekuatan bagi
pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah.
Dalam kegiatan pemasaran, perusahaan memiliki kebijakan dalam
perencanaan produk yang meliputi:
a) Pemberian merek
Secara umum setiap perusahaan dalam industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah telah memiliki merek dagang pada produknya.
b) Labelisasi
Label merupakan instrumen yang dipergunakan dalam rangka
pengamanan makanan dan minuman. Desain label pada industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah umumnya dibuat semenarik
mungkin dan berbeda-beda. Hal ini dikarenakan tampilan luar produk
hampir seragam sehingga fungsi label sebagai identifikasi produk setiap
industri kecil menjadi sangat penting. Saat ini hanya beberapa industri
kecil yang telah memenuhi kelengkapan penulisan labelisasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana isi label yang baik
Page 91
76
meliputi nama dan alamat lokasi usaha, komposisi produk, netto,
kandungan gizi, izin dari Dinkes berupa nomor PIRT, keterangan halal,
merek dagang, barcode, kode produksi, dan tanggal kadaluarsa. Sedangkan
untuk penulisan labelisasi pada sebagian besar industri masih belum
lengkap. Oleh karena itu, penulisan labelisasi yang belum lengkap dapat
menjadi kelemahan bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah karena dapat mempengaruhi kepercayaan, minat, dan loyalitas
konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
c) Mutu produk
Mutu produk yang ditawarkan oleh industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah tidak seragam. Hal ini dikarenakan belum adanya
standarisasi mutu produk dari pemerintah. Meskipun demikian, industri
kecil selalu mengutamakan dan menjaga mutu produk yang dihasilkan
dengan cara menggunakan bahan baku yang berkualitas, misalnya
menggunakan buah carica segar yang matang dengan warna kuning cerah,
berdaging tebal, dan ukuran yang hampir seragam, penggunaan gula pasir
sebagai pemanis alami, proses produksi yang yang higienis, yaitu para
karyawan selalu menggunakan sarung tangan dan harnet, alat produksi dan
tempat produksi yang bersih, serta melakukan sortasi produk jadi sebelum
dipasarkan. Oleh karena itu, mutu produk yang selalu terjaga dengan baik
dapat menjadi kekuatan bagi perkembangan industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah.
Page 92
77
d) Pengemasan
Kemasan merupakan hal yang paling penting untuk menarik minat
konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Selain itu, kemasan juga
menunjang mutu produk yang dihasilkan karena dengan pengemasan yang
baik membuat produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi, tahan lama
sampai 1 tahun , dan layak jual. Kemasan yang umumnya digunakan
berupa botol dengan netto 350 gram yang kemudian dikemas lagi dalam
kardus. Namun jika terdapat permintaan produk dengan kemasan cup
plastik dengan netto 250 gram, sebagian perusahaan masih bersedia
melayani.
2) Harga
Penetapan harga jual produk berdasarkan pada besarnya biaya produksi
ditambah dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh setiap
pengusaha. Besarnya biaya produksi dari setiap industri kecil umumnya
berbeda-beda karena adanya perbedaan tingkat harga beli bahan baku,
perbedaan banyaknya tenaga kerja yang digunakan, serta perbedaan
banyaknya penggunaan bahan baku dalam produksi. Oleh karena itu,
tingkat harga jual produk dalam industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah tidak seragam, yaitu berkisar antara Rp 7.500,-/botol sampai
Rp 8.500,-/botol. Tingkat harga jual juga digunakan oleh sebagian
pengusaha sebagai strategi bersaing dengan industri kecil sejenis.
Page 93
78
3) Distribusi
Adanya saluran distribusi yang jelas dapat menunjang sebuah perusahaan
dalam proses pendistribusian produk kepada konsumen. Secara umum
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah mendistribusikan
produknya melalui empat pola saluran distribusi, yaitu:
a) Perusahaan → agen → distributor → pengecer → konsumen
Pada pola saluran pertama ini biaya transportasi ditanggung oleh agen
karena umumnya pembelian dalam jumlah besar dan posisi agen di luar
kota. Agen umumnya merupakan pembeli tetap dengan sistem
pembayaran secara tempo.
b) Perusahaan → distributor → pengecer → konsumen
Pada pola saluran kedua ini biaya transportasi ditanggung oleh distributor
karena umumnya pembelian dalam jumlah yang cukup besar. Selain itu,
distributor juga berada di luar Wonosobo. Distributor umumnya
merupakan pembeli tetap dengan sistem pembayaran secara tempo
maupun tunai sesuai dengan kesepakatan.
c) Perusahaan → pengecer → konsumen
Pada pola saluran ketiga biaya transportasi ditanggung oleh pengusaha
apabila pengecer berada di Wonosobo. Sedangkan bagi pengecer di luar
Wonosobo biaya ditanggung oleh pengecer. Kapasitas penjualan produk
dari pola saluran ini yang terbesar. Meskipun demikian, tidak semua
pengecer merupakan pembeli tetap. Oleh karena itu, distribusi produk
pada saluran ini tidak seluruhnya terjadwal secara rutin. Sistem
Page 94
79
pembayaran pada pola ini bermacam-macam tergantung kesepakatan,
yaitu tunai, tempo, atau konsinyasi. Untuk pembeli yang memiliki status
tidak tetap umumnya secara tunai.
d) Perusahaan → konsumen
Pada pola saluran terakhir ini pengusaha menjual produk langsung kepada
para konsumen yang datang ke lokasi industri kecil atau pengusaha
menjual langsung kepada konsumen pada saat mengikuti pameran. Sistem
pembayaran pada pola saluran ini dilakukan secara tunai dan pembelian
boleh dalam bentuk eceran.
Keberadaan keempat saluran distribusi diatas, dapat menjadi kekuatan
bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah karena saat ini produk
yang dihasilkan tidak hanya dipasarkan di sekitar Kabupaten Wonosobo saja,
akan tetapi telah mencapai beberapa daerah Magelang, Semarang, DIY, Solo,
Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Bali. Namun, kapasitas penjualan di luar
Wonosobo masih kecil. Untuk pemasaran produk di pasar lokal Wonosobo cukup
mudah karena lokasi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dekat
dengan toko-toko makanan, rumah makan, outlet pusat makanan khas, dan tempat
pariwisata pemandian air panas alami Kalianget. Selain itu, adanya kedekatan
dengan jalan raya membuat lokasi industri kecil mudah dijangkau dan mudah
dilalui alat transportasi sehingga memudahkan transportasi dalam distribusi
produk.
Page 95
80
4) Promosi
Selama ini dalam kegiatan pemasaran kurang melaksanakan promosi
produk secara aktif. Adapun kegiatan promosi yang pernah dilakukan
hanya sebatas berasal dari program pemerintah daerah, yaitu melalui
Diperindag maupun Dinas KUKM yang memfasilitasi industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah untuk ikut serta dalam kegiatan
pameran baik di wilayah lokal maupun nasional. Hal ini dikarenakan
produk yang dihasilkan telah memiliki citra sebagai icon makanan khas
unggulan Wonosobo sehingga secara tidak langsung dapat menjadi sarana
promosi. Oleh karena itu, kegiatan promosi yang dilakukan hanya melalui
informasi dari mulut ke mulut karena adanya kepuasan konsumen terhadap
mutu produk yang dihasilkan. Untuk itu, perusahaan hanya harus selalu
berupaya membangun hubungan baik kepada para agen, distributor, toko,
dan konsumen serta selalu menjaga mutu produk. Meskipun demikian,
pada dasarnya kegiatan promosi produk yang dilaksanakan masih sangat
kurang sehingga dapat menjadi salah satu faktor kelemahan bagi
pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah karena menyebabkan masih terbatasnya masyarakat yang
mengenal produk carica dalam sirup serta masih terbatasnya wilayah
distribusi produk.
Page 96
81
5.1.3 Keuangan atau Akuntansi
Permodalan merupakan faktor utama dalam menjalankan roda usaha.
Modal yang dimaksud tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan,
bangunan, dan alat-alat produksi yang dimiliki industri kecil. Adanya permodalan
yang memadai sangat mendukung industri kecil untuk mengembangkan usahanya.
Namun permasalahannya tidak semua industri kecil memiliki modal yang cukup
kuat untuk mengembangkan usahanya, seperti pada industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah.
Modal awal yang digunakan untuk mendirikan usaha sepenuhnya berasal
dari modal sendiri yang jumlahnya kecil. Sedangkan untuk tambahan modal
dalam pengembangan usaha hanya memanfaatkan bantuan keluarga dan kredit
yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dengan jumlah yang juga kecil. Untuk
tambahan modal dari pihak perbankan belum pernah diajukan karena adanya
anggapan bahwa syarat dan proses peminjaman pada perbankan terlalu berbelit-
belit. Oleh karena itu, tambahan modal yang ada masih belum mampu mengatasi
masalah keterbatasan modal.
Terkait dengan hal tersebut, masalah keterbatasan modal menyebabkan
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah mengalami kesulitan dalam
meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan, adopsi peralatan
modern untuk mendukung proses produksi, peningkatan jumlah tenaga kerja
profesional, pengadaan kegiatan promosi, dan peningkatan stok produk jadi pada
saat musim panen carica. Hal ini menunjukkan bahwa keterbatasan modal usaha
Page 97
82
menjadi kelemahan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam
mengembangkan usahanya.
Permasalahan yang dihadapi antara lain keterbatasan modal, juga terdapat
keterbatasan dalam pengelolaan keuangan secara rapi dan jelas. Hal ini
dikarenakan adanya anggapan dari pemilik bahwa usaha yang dijalankan tersebut
telah berlangsung lama sehingga mampu untuk memperkirakan besarnya biaya
produksi yang dikeluarkan dan total pendapatan maupun keuntungan yang
diperoleh tanpa harus membuat pembukuan secara jelas dan berpedoman pada
prinsip-prinsip akuntansi. Oleh karena itu, umumnya pembukuan keuangan yang
dilakukan masih sangat sederhana hanya menyangkut arus keluar masuk kas saja
dan sebagian transaksi terkadang hanya dicatat dalam bentuk nota. Terkait dengan
hal tersebut menyebabkan seringkali modal usaha juga ikut terpakai untuk
kebutuhan rumah tangga karena belum adanya pemisahan yang tegas antara
keuangan perusahaan dan keluarga. Kondisi seperti ini dapat menjadi kelemahan
bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam pengembangan
usahanya karena peran pembukuan keuangan sangat penting dalam upaya
peningkatan pengelolaan dan pengalokasian keuangan secara baik.
5.1.4 Produksi atau Operasi
Akses bahan baku sangat diperlukan bagi kelangsungan produksi suatu
usaha. Bahan baku utama yang sangat dibutuhkan oleh industri kecil olahan carica
di Kecamatan Mojotengah adalah buah carica. Buah ini dapat diperoleh dari lokal,
yaitu Dataran Tinggi Dieng, dimana lokasi tersebut cukup dekat dengan lokasi
Page 98
83
industri kecil, yaitu tepatnya disebelah Utara Kecamatan Mojotengah. Mata rantai
pembelian buah carica tidak panjang hanya berawal dari petani buah carica di
Dataran tinggi Dieng kemudian diborong oleh pemasok buah carica yang
selanjutnya disalurkan ke industri kecil pengolahan carica. Pendeknya mata rantai
tersebut mempermudah industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
dalam pengadaan bahan baku utama.
Selain bahan baku utama juga terdapat bahan baku pendukung yang
diperlukan dalam proses produksi carica dalam sirup. Bahan baku pendukung
tersebut berupa gula pasir, garam, minyak tanah, kardus, label, botol, dan tutup.
Kebutuhan terhadap bahan baku pendukung ini dapat diperoleh dengan mudah
dan tersedia banyak di sekitar Kabupaten Wonosobo.
Penjadwalan pengiriman buah carica berdasarkan atas kesepakatan antara
pemasok dan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah, dimana
setiap pengusaha memiliki beberapa pemasok langganan. Besarnya pembelian
bahan baku utama maupun pendukung disesuaikan dengan ketersediaan modal
yang dimiliki industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Untuk
pembelian bahan baku utama juga disesuaikan dengan ketersediaan buah carica di
Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo.
Meskipun telah ada kesepakatan mengenai kualitas dengan pemasok tetapi
terkadang tidak semua buah yang dikemas dalam karung memiliki kualitas yang
seragam karena adanya penanganan pasca panen yang belum memadai. Oleh
karena itu, dalam persiapan proses produksi umumnya industri kecil olahan carica
di Kecamatan Mojotengah tetap melakukan sortasi buah carica terlebih dahulu
Page 99
84
agar buah yang digunakan memiliki kualitas yang baik dan seragam. Untuk buah
yang tidak lolos dalam sortasi berupa buah carica matang dengan tekstur terlalu
lunak maupun buah carica matang dengan ukuran yang terlalu kecil. Selama ini
buah yang tidak lolos dalam sortasi tersebut dianggap sebagai limbah industri
sehingga seringkali dikonsumsi sendiri atau dibuang begitu saja karena jika tetap
dipakai dapat menurunkan mutu produk carica dalam sirup.
Limbah industri kecil tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan
menjadi produk lain yang juga bernilai ekonomis, yaitu diolah menjadi manisan
carica kering, selai, dodol, jus, sirup, sari buah, dan jelly. Hal ini dapat menjadi
kekuatan bagi industri kecil karena dengan memanfaatkan limbah industri untuk
diversifikasi produk olahan carica maka dapat meningkatkan pendapatan dan juga
melebarkan pasar. Terlebih lagi untuk memproduksi produk-produk tersebut tidak
diperlukan proses yang rumit dan peralatan yang modern.
Buah carica yang telah matang tidak dapat disimpan dalam waktu yang
lama karena karakteristik buah yang cepat membusuk. Oleh karena itu, umumnya
perusahaan langsung mengolah buah carica matang yang lolos sortasi untuk
memperpanjang daya simpannya. Proses pengolahan carica yang dilaksanakan
oleh industri kecil hampir seragam dan masih sederhana. Begitu pula dengan
peralatan yang digunakan juga masih sederhana. Peralatan produksi terdiri dari
pisau stainless steel, baskom plastik ukuran besar, sendok stainless steel, panci
besar, saringan, dandang, timbangan kue, kompor minyak, dan alat penanda
expired date. Khusus untuk alat kemasan cup plastik sudah semi manual yaitu
berupa siller. Perlengkapan tambahan yang digunakan dalam proses produksi
Page 100
85
adalah sarung tangan karet dan tutup kepala. Semua peralatan dan perlengkapan
tersebut banyak tersedia di pasar lokal dengan harga yang terjangkau. Selain itu,
dalam pemeliharaan peralatan produksi tersebut tidak diperlukan biaya yang
besar. Meskipun demikian, pemanfaatan peralatan sederhana dalam produksi
dapat menjadi kelemahan bagi industri kecil carica di Kecamatan Mojotengah.
Hal ini dikarenakan kapasitas produksi dari peralatan tersebut sangat terbatas
sehingga industri seringkali menghadapi masalah ketika harus memenuhi
permintaan dalam jumlah besar yang umumnya membutuhkan kecepatan dalam
produksi. Untuk pengembangan usaha selanjutnya terkait dengan pemenuhan
permintaan pasar maka diperlukan alat produksi yang lebih modern.
Meskipun saat ini industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
telah memiliki beberapa pemasok carica langganan, tetapi karakteristik tanaman
carica yang merupakan tanaman musiman tetap membuat industri mengalami
kesulitan dalam mengontrol ketersediaan bahan baku utama pada musim-musim
tertentu. Selain itu selama ini, industri juga tidak pernah melakukan kontrak
tertulis mengenai pengadaan bahan baku dengan kelompok tani carica di Dataran
Tinggi Dieng. Kondisi ini dapat menjadi kelemahan bagi industri kecil karena
akses terhadap bahan baku yang kurang terjamin sangat berpengaruh pada
kapasitas produksi dan kemampuan dalam memenuhi permintaan yang ada.
Oleh karena itu, untuk memperkecil dampak dari masalah tersebut industri
kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah melakukan sistem produksi secara
masal ketika musim panen carica. Dengan demikian, perusahaan akan terhindar
dari risiko kenaikan harga buah dan kelangkaan buah ketika di luar musim panen
Page 101
86
karena telah memiliki persediaan produk jadi dalam jumlah yang cukup besar.
Terlebih lagi daya tahan produk dapat mencapai satu tahun. Namun
permasalahannya, adanya keterbasan modal menyebabkan pengendalian
ketersediaan produk jadi tidak dapat dilakukan secara maksimal sehingga tetap
saja tidak dapat memenuhi seluruh permintaan yang ada. Pada tahun 2014,
kapasitas produksi industri kecil berkisar antara 3 - 20 ton per bulan. Kapasitas
produksi industri kecil berdasarkan pada modal yang dimiliki dan ketersediaan
buah carica matang.
5.1.5 Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Seiring dengan perkembangan industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotegah diperlukan suatu terobosan baru untuk semakin meningkatkan daya
saing produk. Bidang penelitian dan pengembangan memiliki fungsi terkait
dengan pengembangan produk baru atau riset pasar maupun pengembangan
produk yang sudah ada dari segi kualitas maupun kemasan, seta memperbaiki
teknologi dan proses produksi untuk menurunkan biaya. Untuk itu bidang
penelitian dan pengembangan memiliki peranan yang sangat penting dalam
mendukung usaha yang telah ada. Terlebih lagi buah carica yang merupakan
bahan baku utama industri kecil memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi
berbagai jenis produk olahan carica yang lain. Namun permasalahannya, saat ini
industri kecil masih memiliki kelemahan, yaitu belum memiliki bidang litbang.
Hal ini dikarenakan usaha yang dijalankan masih berskala kecil sehingga
umumnya lebih fokus pada bagaimana cara agar modal yang telah digunakan
Page 102
87
untuk menjalankan usaha dapat kembali dengan cepat dan memperoleh
keuntungan semaksimal mungkin dari penjualan produk tersebut. Selain itu, dari
pihak industri kecil masih menghadapi masalah keterbatasan modal dalam
pengembangan usaha sehingga industri kecil merasa belum terlalu memerlukan
adanya bidang litbang. Industri kecil juga belum memiliki orang yang ahli dalam
bidang ini. Oleh karena itu, adanya kelemahan berupa ketiadaan bidang litbang
menyebabkan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotegah kurang
memiliki keahlian untuk diversifikasi produk carica maupun pengolahan limbah
carica, serta inovasi terhadap produk yang sudah ada.
5.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal industri kecil dilakukan dengan meninjau
faktor-faktor di luar usaha untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
kecenderungan-kecenderungan yang berada di luar kontrol usaha yang dijalankan
dan biasanya lebih cepat mengalami perubahan. Analisis ini terfokus untuk
mendapatkan faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman utama yang
dihadapi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Faktor-faktor
eksternal ada yang memberikan pengaruh langsung dan ada yang memberikan
pengaruh tidak langsung bagi industri kecil. Faktor-faktor eksternal dapat dibagi
menjadi lima kekuatan, yaitu ekonomi; sosial, budaya, demografi, dan
lingkungan; politik, pemerintahan, dan hukum; teknologi, dan lingkungan
industri.
Page 103
88
5.2.1 Ekonomi
Pada umumnya kondisi perekonomian memiliki pengaruh secara tidak
langsung terhadap perkembangan usaha di suatu daerah. Jika perekonomian suatu
daerah relatif stabil maka akan mendukung kelancaran dan kinerja usaha tersebut,
begitu pula sebaliknya. Beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi
yang berpengaruh terhadap perkembangan industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotegah adalah:
1) Pertumbuhan Ekonomi
Kondisi perekonomian Kabupaten Wonosobo secara agregat selama kurun
waktu empat tahun terakhir menunjukkan adanya perbaikan dan
pertumbuhan ekonomi yang positif. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Wonosobo pada tahun 2014 sebesar 6,01 persen atau
mengalami peningkatan sebesar 0,85 persen dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya. Data mengenai pertumbuhan sektor ekonomi
Kabupaten Wonosobo pada tahun 2011 sampai tahun 2014 ditunjukkan
pada Tabel 7.
Tabel 7. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Wonosobo Tahun
2011 – 2014
Tahun Pertumbuhan Sektor Ekonomi (persen)
2011 4,42
2012 4,82
2013 5,16
2014 6,01
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2014)
Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo dari
tahun ke tahun dapat diukur menggunakan Produk Domestik Regional
Page 104
89
Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga konstan
didasarkan pada perkalian antara barang dan jasa yang diproduksi pada
satu tahun dengan harga yang terjadi pada tahun tertentu sebagai dasar,
dimana dalam perhitungan ini digunakan harga dasar tahun 2000.
Perekonomian Kabupaten Wonosobo berdasarkan ukuran PDRB pada
tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan PDRB pada tahun-tahun
sebelumnya. PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp 1.885,41
milyar. Kondisi ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara laju
pertumbuhan ekonomi dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan,
dimana laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo yang semakin
membaik diiringi dengan peningkatan nilai PDRB atas dasar harga
konstan. Adapun nilai PDRB pada tahun 2011 sampai tahun 2014 dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2011 – 2014
Tahun Nilai PDRB atas Dasar Harga Konstan (Milyar Rp)
2011 1.727,69
2012 1.778,47
2013 1.836,67
2014 1.885,41
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2014)
Dengan adanya tren pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonosobo yang
semakin membaik maka dapat berimplikasi terhadap peningkatan
pendapatan, konsumsi, dan daya beli masyarakat Wonosobo. Dengan
demikiankondisi tersebut dapat menjadi peluang bagi perkembangan
Page 105
90
berbagai kelompok usaha yang beroperasi di Kabupaten Wonosobo,
termasuk bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah.
2) Perkembangan Harga Bahan Pendukung
Terdapat beberapa hal yang akan dianalisis terkait dengan perkembangan
harga yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya produksi, yaitu:
a) Harga Gula
Gula merupakan bahan pendukung utama bagi industri kecil carica yang
berguna sebagai pemanis dan pengawet alami. Saat ini besarnya kebutuhan
gula untuk sekali produksi pada industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah berkisar antara 15 kg sampai 180 kg.
Oleh karena itu, adanya tren kenaikan harga gula sangat berpengaruh bagi
kelangsungan industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah.
Terlebih lagi harga gula melebihi harga buah carica. Harga rata-rata gula
di pasar pada bulan Desember 2011 mengalami kenaikan sebesar 2,03%
dibandingkan dengan November 2012. Harga gula bulan Desember 2014
juga lebih tinggi 3,22% jika dibandingkan dengan Desember 2013;
Harga gula secara nasional relatif stabil dengan koefisien keragaman harga
rata-rata bulanan Desember 2013 - Desember 2014 sebesar 2,71%.
Perkembangan Harga Gula Pasir pada tahun 2011-2014 dapat dilihat pada
Tabel 9.
Page 106
91
Tabel 9. Perkembangan Harga Gula Pasir pada tahun 2011-2014
THN JAR FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES
2011 11.17 11.09 10.80 10.83 10.37 10.38 10.49 10.51 10.50 10.45 10.45 10.43
2012 10.60 10.82 11.06 11.47 11.62 12.47 13.03 12.82 12.74 12.49 12.46 12.41
2013 12.32 12.21 12.12 12.26 12.36 12.38 12.39 12.30 12.27 12.26 12.06 11.90
2014 12.23 12.27 12.63 12.54 12.43 12.66 12.73 12,79 12,85 12.87 12,89 12.92
b) Harga LPG (Liquefied Petroleum Gas)
Selain gula, terdapat bahan baku pendukung lain yang juga memiliki peran
sangat penting, yaitu bahan bakar untuk proses produksi. Umumnya
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah masih
memanfaatkan minyak tanah sebagai bahan bakar selama proses produksi.
Saat ini besarnya kebutuhan bahan bakar untuk sekali produksi sering
menggunakan tabung 3 kg.
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 26
tahun 2009, harga LPG 3 kg sampai saat ini tetap sebesar Rp 16.000.
Namun kenyataannya, ketika sampai pada agen LPG di Kabupaten
Wonosobo harga LPG mengalami kenaikan dan menjadi sebesar Rp
25.000. Kenaikan tersebut dikarenakan tidak adanya subsidi pemerintah
untuk biaya transportasi pengiriman LPG dari depo pusat ke agen LPG di
daerah Wonosobo. Berdasarkan data BPS Kabupaten Wonosobo,
perkembangan harga eceran LPG pada tingkat pengecer di Kabupaten
Wonosobo tahun 2014 sebesar Rp 25.000 atau naik sebesar 27,78 persen
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi ini sangat berpengaruh
terhadap peningkatan biaya produksi industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah yang umumnya dalam pemenuhan kebutuhan
Page 107
92
LPG diperoleh dari para pengecer. Adanya kenaikan harga bahan baku
pendukung ini menyebabkan terjadinya penurunan keuntungan karena
harga jual produk yang ditetapkan oleh industri kecil masih sama dengan
sebelum terjadi kenaikan harga gula maupun minyak tanah. Oleh karena
itu, kenaikan harga bahan baku pendukung dapat menjadi ancaman bagi
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah karena ketika
keuntungan yang diperoleh semakin menurun akan menghambat
pengembangan usaha ke depannya.
5.2.2 Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan
Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
menyebabkan perubahan perilaku sebagian konsumen dalam memilih pangan
yang akan dikonsumsi. Perubahan perilaku konsumsi yang lebih peduli pada
kesehatan tersebut membuat mereka lebih memperhatikan pangan dari segi
manfaat, kandungan gizi, dan bebas dari kandungan mikroba atau zat lain yang
berbahaya. Kondisi ini diduga akan menjadi peluang bagi perkembangan industri
kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Hal ini dikarenakan produk carica
dalam sirup merupakan produk olahan dari buah carica segar yang memiliki
banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, kandungan gizi yang tinggi, serta aman
dikonsumsi.
Faktor budaya masyarakat Indonesia dapat berpotensi terhadap penciptaan
pasar suatu industri tertentu. Salah satu contohnya adalah kebiasaan membawakan
oleh-oleh makanan khas suatu daerah untuk keluarga, tetangga, maupun kerabat
Page 108
93
dekat. Kebiasaan tersebut telah membudaya dan masih melekat dalam masyarakat
Indonesia hingga saat ini. Kebiasaan ini dapat menjadi peluang bagi pemasaran
produk yang memiliki citra sebagai makanan khas daerah. Oleh karena itu, hal
tersebut sangat berpengaruh positif terhadap perkembangan industri kecil olahan
carica di Kecamatan Mojotengah, dimana produk yang dihasilkan telah lama
dikenal sebagai makanan khas daerah Wonosobo.
Selain budaya, faktor demografi juga berpotensi terhadap penciptaan pasar
bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah, yaitu tingkat pertumbuhan jumlah
penduduk. Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak di dunia. Dimana jumlah penduduk Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia
mencapai 254.934.986 jiwa atau meningkat sebesar 0,983 persen dari tahun
sebelumnya. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia selama periode 2010-2014
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Laju Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia tahun 2010-2014
Tahun Jumlah Penduduk jiwa) Pertumbuhan
2010 237.641.326 -
2011 241.452.952 0,985
2012 245.425.567 0,983
2013 250.516.167 0,98
2014 254.934.986 0,983
Sumber: BPS (2014)
Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang besar ini disebabkan oleh
pertumbuhan jumlah penduduk yang hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu wilayah di Indonesia yang mengalami peningkatan jumlah penduduk
Page 109
94
setiap tahunnya adalah Kabupaten Wonosobo, dimana tercatat pada tahun 2014
jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo mencapai 773.280 jiwa dengan tingkat
pertumbuhan penduduk sebesar 0,99 persen. Semakin meningkatnya jumlah
penduduk menyebabkan kebutuhan konsumsi makanan penduduk juga ikut
meningkat sehingga berpengaruh terhadap peningkatan permintaan produk
pangan yang pada akhirnya dapat menciptakan peluang pasar yang potensial
untuk usaha di bidang pangan. Oleh karena itu, kondisi ini diduga akan
berpengaruh juga terhadap peningkatan permintaan produk yang dihasilkan oleh
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah karena produk yang
dihasilkan sering digunakan sebagai jamuan dalam acara-acara resmi seperti rapat
dan pernikahan. Laju pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Wonosobo
pada tahun 2011-2014 dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Laju Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Wonosobo Tahun
2011-2014
Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan (persen)
2011 762.866 -
2012 773. 243 0,99
2013 769.618 0,10
2014 773.280 0,99
Sumber: BPS (2014)
Buah carica yang menjadi bahan baku utama industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah hanya dapat diperoleh dari Dataran Tinggi Dieng,
Kabupaten Wonosobo. Saat ini luas lahan pengembangan tanaman carica, jumlah
tanaman, maupun kapasitas produksi buah carica telah meningkat dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan budidaya tanaman carica terjadi
sejak petani di Dataran Tinggi Dieng mulai tertarik kembali untuk
Page 110
95
membudidayakan carica yang disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu adaya
dukungan dari pemerintah dalam pelestarian tanaman unggulan daerah, harga jual
carica yang mulai membaik, dan adanya perkembangan industri pengolah carica
yang merupakan pelanggan utama bagi petani carica. Adanya peningkatan
kapasitas produksi buah carica saat musim panen dapat menjadi peluang bagi
industri kecil olahan carica di Wonosobo untuk meningkatkan stok produk dengan
cara meningkatkan kapasitas produksinya pada saat musim panen carica sehingga
permasalahan kelangkaan buah dan kenaikan harga buah saat tidak musim panen
dan ketidakmampuan industri untuk memenuhi permintaan dapat teratasi.
Besarnya peningkatan banyaknya pohon, luas tanam, dan kapasitas produksi
carica di Dataran Tinggi Dieng Tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Banyaknya Pohon, Luas Tanam, dan Kapasitas Produksi Tanaman
Carica di Dataran Tinggi Dieng tahun 2010-2014
Tahun Pohon Luas Tanam Kapasitas Produksi
2010 6.139 15,85 492,79
2011 6.746 17,7 524,54
2012 7.680 19,7 657,92
2013 13.560 27,9 800,71
2014 27.000 68 1453,48
Sumber: Distan Kabupaten Wonosobo (2014)
Ditinjau dari kondisi lingkungannya, Kabupaten Wonosobo juga
merupakan salah satu daerah tujuan wisata alam yang cukup terkenal di Provinsi
Jawa Tengah. Hal itu dapat ditunjukkan dari peningkatan jumlah wisatawan dari
dalam maupun luar negeri yang berkunjung ke Wonosobo setiap tahunnya.
Jumlah wisatawan pada tahun 2014 sebanyak 202.539 orang atau meningkat
25,03 persen dari tahun sebelumnya. Beberapa potensi wisata alam yang dapat
Page 111
96
dikunjungi di Wonosobo antara lain Candi Dieng, Kawah Dieng, Telaga Warna,
Telaga Pengilon, Gua Semar, Gua Lawa, Gua Angin, Telaga Cebong, Pancuran
Air Tuk Bimo Lukar, Telaga Menjer, Telaga Bedakah, Surodilogo, Telaga
Balaikambang, pemandian air panas alami Kalianget, air terjun Sikarim, Bukit
Sikunir, dan perkebunan teh Tambi. Dengan banyaknya objek wisata alam dan
jumlah wisatawan yang semakin meningkat dapat menjadi peluang bagi
pengembangan produk makanan khas daerah Wonosobo, termasuk produk hasil
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Besarnya peningkatan
jumlah wisatawan yang berkunjung ke seluruh objek wisata di Wonosobo pada
tahun 2011-2014 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Banyaknya Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten Wonosobo
Tahun 2011-2014
Tahun Jumlah Wisatawan Pertumbuhan (persen)
2011 61.380 -
2012 57.763 -6,26
2013 151.848 61,36
2014 202.539 25,03
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2014)
5.2.3 Politik, Pemerintahan, dan Hukum
Keadaan lingkungan politik, pemerintahan, dan hukum yang stabil akan
memberikan dampak yang positif terhadap keberlangsungan suatu usaha karena
para pelaku usaha merasa nyaman terhadap usaha yang dijalankannya. Oleh
karena itu, pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan
secara hati-hati terhadap setiap keputusan yang diambilnya. Beberapa kebijakan
Page 112
97
pemerintah dapat menadi peluang dalam perkembangan industri kecil olahan
carica di Kecamatan Mojotengah, yaitu:
1) Kebijakan di Bidang Pangan
Kebijakan di bidang pangan sangat berpengaruh terhadap industri kecil
yang bergerak di bidang pengolahan makanan seperti industri kecil olahan
carica di Kecamatan Mojotengah. Beberapa peraturan pemerintah di
bidang pangan (BPOM 2003) adalah:
a) UU No. 7 tahun 1996 tentang pangan
meliputi: keamanan pangan (sanitasi pangan, bahan tambahan pangan,
rekayasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan pangan, jaminan mutu
pangan dan pemeriksaan laboratorium, pangan tercemar), mutu dan gizi
pangan, label dan iklan pangan, pemasukan dan pengeluaran pangan ke
dalam dan dari wilayah Indonesia, tanggung jawab industri pangan, peran
serta masyarakat, pengawasan, ketentuan pidana. Tujuan peraturan,
pembinaan, dan pengawasan pangan adalah tersedianya pangan yang
memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi kepentingan
kesehatan manusia, terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan
bertanggung jawab, dan terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan
harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan. Dalam peraturan ini, pemerintah mengamanatkan
Bupati/Walikota melalui Dinas Kesehatan untuk membina industri pangan
siap saji. Peraturan perundang-undangan tersebut juga mengamanatkan
Page 113
98
setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan industri
pangan siap saji wajib memenuhi persyaratan sanitasi dengan cara
menerapkan pedoman cara produksi pangan siap saji yang baik yang
memperhatikan aspek keamanan pangan. Oleh karena itu, para produsen
pangan siap saji harus melakukan registrasi ke Dinas Kesehatan untuk
mendapatkan nomor izin Depkes sebelum produk dipasarkan. Selain itu,
juga melakukan registrasi untuk sertifikasi nomor PIRT (Pangan hasil
Industri Rumah Tangga). Bentuk sertifikasi terhadap produk pangan
tersebut merupakan upaya para pelaku usaha untuk membuktikan bahwa
produknya aman dikonsumsi serta wujud kepedulian pemerintah melalui
Dinas Kesehatan terhadap perlindungan konsumen.
2) Kebijakan pemerintah dalam mendukung pengembangan IKM mengacu
pada PERPRES RI No.28/2008 tentang kebijakan industri nasional tahun
2009 khususnya dalam bab 17 disebutkan bahwa dalam rangka
pemberdayaan IKM salah satunya upaya yang dilakukan melalui
pengembangan IKM unggulan daerah dengan pendekatan OVOP. Dasar
hukum pelaksanaan kebijakan peningkatan efektivitas pengembangan dan
peningkatan IKM melalui pendekatan satu desa satu produk (OVOP) di
sentra adalah INPRES No. 6 Tahun 2007 tentang kebijakan percepatan
pengembangan sektor riil dan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) dan Peraturan Menteri Perindustrian No.78/M-
IND/PER/9/2007 tentang peningkatan efektivitas pengembangan Industri
Kecil dan Menengah (IKM) melalui pendekatan satu desa satu produk atau
Page 114
99
One Village One Product (OVOP). OVOP adalah suatu pendekatan
pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu
produk kelas global yang unik khas daerah dengan memanfaatkan sumber
daya lokal. Pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP diutamakan
kepada perusahaan IKM di sentra IKM yang menghasilkan produk terbaik
dan salah satu sentra yang terpilih adalah IKM carica di Kabupaten
Wonosobo. Sasaran akhir dari kegiatan OVOP adalah IKM di sentra
semakin mandiri; SDM di sentra semakin profesional; institusi pendukung
semakin kuat; motivasi, kreativitas, dan inovasi semakin berkembang;
Jumlah kreasi produk IKM yang unik khas daerah, bernilai tambah tinggi
berdaya saing semakin banyak; IKM semakin sehat, kuat, dan
berkembang; lapangan kerja di sektor IKM semakin banyak; kualitas
hidup masyarakat semakin meningkat; kontribusi IKM terhadap
PDB/PDRB semakin meningkat; pemerataan pembangunan ke seluruh
wilayah Indonesia semakin meningkat (Departemen Perindustrian RI
2009).
3) Inpres Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan
Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) serta Nota Kesepahaman Bersama antara Pemerintah, Perbankan
dan Perusahaan Penjamin. Berdasarkan kebijakan tersebut, pemerintah
malaksanakan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) bagi UMKM dan
koperasi. KUR merupakan fasilitas pembiayaan yang disediakan oleh
pemerintah pusat dan disalurkan melalui perbankan yang dapat diakses
Page 115
100
oleh UMKM dan Koperasi terutama yang memiliki usaha yang layak
namun mempunyai kendala agunan. Dalam program KUR ini memiliki
pembagian risiko penjaminan 70 persen yang ditanggung oleh pemerintah
melalui perusahaan penjamin dan 30 persen ditanggung oleh bank
pelaksana. Adapun perusahaan penjamin adalah Perum sarana
pengembangan usaha (Perum SPU) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (PT.
Askrindo). Adapun bank pelaksana yang menyalurkan KUR adalah Bank
Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan
Negara (BTN), Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin.
Besarnya pinjaman yang dapat diajukan berkisar antara Rp 5 juta sampai
Rp 500 juta dan waktu pengembalian sesuai dengan besarnya pinjaman.
4) Dana bergulir yang berasal dari APBD I Provinsi Jawa Tengah bagi
kelompok ekonomi produktif sebesar Rp 100 juta. Dana bergulir ini
disalurkan melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD).
5) Kebijakan pemerintah daerah
Sebagai upaya pemerintah dalam mempercepat pembangunan,
kemandirian ekonomi, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya ke
seluruh wilayah Indonesia adalah dilakukan dengan cara diberlakukannya
otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah maka setiap daerah
diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengelola seluruh potensi
sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu, peluang untuk
mengembangkan usaha bagi setiap daerah akan semakin terbuka lebar.
Dasar hukum dari kebijakan otonomi daerah tersebut adalah:
Page 116
101
a) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah.
Mengatur tentang pemberian wewenang pemerintah pusat ke daerah untuk
membangun daerahnya sesuai dengan potensi dan keunggulan yang
dimiliki agar pembangunan industri di daerah dapat dilaksanakan secara
efisien dan efektif.
b) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dimana sejak
diberlakukannya Undang - Undang tersebut maka setiap daerah sibuk
berbenah diri dalam meningkatkan pembangunan diberbagai sektor
sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan
masyarakat disamping mengembangkan daerah.
Seiring dengan adanya kebijakan otonomi daerah maka pemerintah daerah
Kabupaten Wonosobo telah mempersiapkan berbagai program yang dapat
menjadi peluang bagi pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) di
Kabupaten Wonosobo adalah:
a) Untuk mengatasi masalah permodalan yang umumnya masih dihadapi
Industri Kecil Menengah (IKM) di Kabupaten Wonosobo, maka telah
dilakukan beberapa upaya oleh pemerintah yang bekerjasama dengan
lembaga keuangan maupun lembaga non keuangan (BUMN). Berbagai
macam kredit yang tersedia bagi industri kecil dan menengah di
Kabupaten Wonosobo adalah:
i. Kredit dari BUMN yang merupakan salah satu kegiatan dari program
kemitraan bina lingkungan yang dilakukan oleh BUMN untuk membantu
Page 117
102
UMKM. Bantuan kredit tersebut disalurkan setiap tahun melalui bank BRI
dengan tingkat bunga 4 persen per tahun dan jangka waktu pengembalian
selama 3 tahun. Kredit tersebut berasal dari beberapa BUMN berikut ini,
yaitu:
- PT Peruri menyediakan kredit sebesar Rp 40 juta.
- PT Pertamina menyediakan kredit sebesar Rp 50 juta
- PT Angkasa Pura menyediakan kredit sebesar Rp 30 juta
- PT Telkom, Purwokerto menyediakan kredit sebesar Rp 7,5 juta
ii. Dana bergulir yang berasal dari APBD II Kabupaten Wonosobo bagi
kelompok ekonomi produktif sebesar Rp 7,8 M. Besarnya tingkat bunga
10 persen per tahun dan waktu pengembalian selama 4 tahun. Dalam
pengelolaan dana bergulir dilaksanakan melalui instansi yang ditunjuk
oleh Bupati, yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi
Usaha Kecil Menengah, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas
Peternakan dan Perikanan, serta Dinas Pertanian Kabupaten Wonosobo.
Selanjutnya instansi tersebut bekerjasama dengan bank pasar dalam
penyaluran dan pengembalian dana nasabah.
Pemerintah berperan aktif memberikan penjaminan dalam kemudahan
mendapatkan kredit, pendampingan dalam pengajuan kredit, dan pendampingan
dalam pemanfaatan kredit. Umumnya kredit yang ditawarkan oleh pemerintah
tersebut memiliki persyaratan yang cukup mudah dan dapat diakses dengan
mudah oleh IKM. Oleh karena itu, adanya dukungan pemerintah terhadap akses
Page 118
103
sumber permodalan dapat menjadi peluang bagi industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah untuk meningkatkan modal usahanya.
a) Program pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di
Kabupaten Wonosobo yang telah dilaksanakan pemerintah Kabupaten
Wonosobo melalui Diperindag dan Dinas KUKM adalah:
i. Memfasilitasi para pengusaha dalam mendapatkan sertifikat PIRT, label
halal, dan barcode sehingga produk dapat dipasarkan di mal atau
swalayan.
ii. Peningkatan akses pasar bagi para pengusaha carica dengan cara
mengikutsertakan produk industri dalam berbagai ajang promosi melalui
pameran atau ekspo yang diselenggarakan pada tingkat regional maupun
nasional.
iii. Pembinaan dan pelatihan bertujuan untuk mendukung usaha. Pembinaan
dan pelatihan kepada industri kecil olahan carica berupa:
Pelatihan teknik produksi dalam upaya pengembangan diversifikasi produk carica.
Pelatihan manajemen keuangan, yaitu pembukuan bagi pengusaha.
Pelatihan manajemen pemasaran.
Pelatihan AMT (Achievement Motivation Training) yang bertujuan untuk
memotivasi para pengusaha carica agar dapat meningkatkan kemampuan
dalam menjalankan usaha sehingga usaha lebih berkembang.
Pelatihan GMP (Good Manufacturing Practice) yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas produksi carica, meningkatkan ketrampilan
pengusaha, dan penguasaan teknologi.
Page 119
104
Pelatihan mengenai kemasan yang baik bagi industri kecil carica dan
pemberian bantuan kemasan serta desain kemasan sehingga dapat
meningkatkan pemasaran, pendapatan dan terwujud kemasan yang baik
serta menarik bagi konsumen. Dalam pelaksanaan pelatihan ini
bekerjasama dengan klinik desain dan merk, packing hause Dinas
Perindustrian Jawa Tengah
a) Program pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Wonosobo untuk mendukung usaha industri kecil olahan carica, yaitu
mengenai dasar-dasar pengawetan pangan yang baik, pelabelan dan iklan
pangan, pengemasan, mutu pangan, sanitasi ruang pengolahan, pengolahan
limbah, dan lain sebagainya.
b) Program perluasan lahan tanam carica yang telah dilaksanakan sebanyak
dua kali di Dataran Tinggi Dieng, yaitu:
i. Pada tahun 2006 dilaksanakan program budidaya pada lahan seluas 2
hektar dengan dana sebesar Rp 20.000.000,-. Wilayah pengembangan
terdiri dari Desa Sembungan, Sikunang, Tieng, Patak Banteng, Parikesit,
dan Jojogan.
ii. Pada tahun 2008 dilaksanakan program penanaman 8500 batang tanaman
carica di Desa Sikunang, Sembungan, dan Tieng.
Kedua program tersebut dilaksanakan melalui Dinas Pertanian Wonosobo
Subdin Hortikultura. Tujuan dari pelaksanaan program budidaya carica ini adalah:
i. Untuk menjaga kelestarian buah carica yang merupakan tanaman spesifik
lokasi Dataran tinggi Dieng, Wonosobo.
Page 120
105
ii. Meningkatkan jumlah, mutu, dan luas tanam carica di Dataran Tinggi
Dieng.
iii. Meningkatkan SDM petani carica yang lebih berkualitas.
iv. Meningkatkan kesadaran petani terhadap alternatif usahatani carica agar
tidak terpaku pada jenis sayuran yang pada masa-masa tertentu dapat
mengalami kehancuran akibat cuaca buruk.
v. Meningkatkan pendapatan petani karena carica memiliki nilai ekonomis
yang tinggi.
vi. Menunjang pengembangan industri kecil carica dengan meningkatkan
ketersediaan carica.
vii.Menahan erosi tanah, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki lahan
kritis, penghijauan lingkungan, dan mampu menahan air tanah.
5.2.4 Teknologi
Saat ini perkembangan teknologi semakin pesat baik di dunia bisnis
maupun di bidang lain yang mendukung kegiatan bisnis. Perkembangan teknologi
tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar bagi keberadaan suatu usaha.
Kemajuan teknologi yang terjadi diantaranya dalam bidang produksi, informasi,
komunikasi, dan transportasi.
Selama ini industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah hanya
memanfaatkan teknologi yang masih sederhana dalam proses produksi. Peralatan
yang digunakan dalam proses produksi sebagian besar berupa peralatan dapur
biasa yang dioperasikan secara manual. Adapun peralatan yang pengoperasiannya
Page 121
106
yang telah semi manual hanya siller yang digunakan pada proses penutupan
kemasan cup plastik.
Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang produksi, telah
ditemukan peralatan yang lebih modern, yaitu:
1) Autoclave
Alat yang sangat baik digunakan pada proses sterilisasi karena dapat
menahan suhu tetap tinggi hingga lebih dari 100°C. Dengan menggunakan
autoclave selama 15 menit dalam pengolahan carica dapat mematikan
mikroba, meningkatkan mutu, mempermudah dan mempercepat proses
produksi, serta dapat menghemat penggunaan faktor produksi (minyak
tanah dan tenaga kerja) sehingga dapat menekan biaya operasional.
2) Alat pengecek kadar gula
Alat yang berguna untuk mengukur tingkat kemurnian kadar gula yang
digunakan pada saat pembuatan sirup sehingga tingkat kadar gula yang
digunakan setiap kali proses produksi sama dan standar kualitas produk
terjamin.
3) Siller otomatis
Alat yang digunakan untuk menutup kemasan berupa cup plastik secara
otomatis dan pengoperasian alat menggunakan tenaga listrik.
4) Alat sortasi carica
Prinsip kerja alat ini adalah memilih kualitas carica berdasarkan ukuran
besarnya sehingga didapatkan carica dengan ukuran yang seragam.
Page 122
107
Semakin berkembangnya teknologi produksi dapat menjadi peluang bagi
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam meningkatkan mutu
produk, mempermudah kegiatan produksi dan modernisasi peralatan. Terlebih lagi
peralatan modern dalam produksi tersebut banyak tersedia di pasaran.
Selain itu perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan
transportasi dapat dimanfaatkan sebagai peluang bagi perusahaan dalam
menunjang kelancaran kegiatan bisnis. Adanya perkembangan teknologi
informasi ditunjukkan oleh semakin beragamnya media informasi yang ada,
seperti koran, majalah, internet, televisi dan radio dapat mempermudah kegiatan
promosi, pencarian informasi pasar, dapat memperlancar arus masuknya
pengetahuan baru sehingga dapat meningkatkan kemampuan, mendorong
kreatifitas dan daya inovatif dari SDM, dan memperluas daerah pemasaran. Untuk
perkembangan alat komunikasi seperti telepon, telepon seluler juga dapat
mempercepat proses komunikasi antara produsen dengan pembeli dan pemasok
sehingga mempermudah terjadinya proses transaksi. Sedangkan perkembangan
teknologi di bidang transportasi akan mempercepat dan memperlancar kegiatan
pendistribusian barang baik dari pihak pemasok carica ke perusahaan maupun dari
pihak perusahaan ke pembeli, seperti jasa pengiriman. Adanya perkembangan di
bidang informasi, komunikasi dan transportasi membuat jarak dari satu wilayah
ke wilayah lain menjadi lebih dekat.
Page 123
108
5.2.5 Lingkungan Industri
Lingkungan industri berada disekitar usaha yang memiliki pengaruh
langsung terhadap operasional usaha. Analisis lingkungan industri pada industri
kecil olahan carica di luar Kecamatan Mojotengah adalah:
1) Ancaman Pendatang baru
Besarnya ancaman masuk pendatang baru tergantung pada rintangan
masuk yang ada serta reaksi dari para pesaing yang sudah ada berdasarkan
perkiraan pendatang baru. Pendatang baru yang dimaksud disini adalah
industri kecil olahan carica merek lain dengan skala usaha besar atau kecil
yang akan masuk dalam industri kecil olahan carica di luar Kecamatan
Mojotengah. Terdapat enam sumber rintangan masuk (barriers to entry)
bagi pendatang baru ke dalam industri, yaitu:
a) Skala ekonomis
Setiap pengusaha dalam industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah tidak harus beroperasi pada skala besar karena tidak ada
pemimpin dalam industri pengolahan carica ini. Selain itu akses bahan
baku utama maupun pendukung dan pasar juga masih terbuka lebar. Oleh
karena itu, siapa saja dapat memulai usaha pengolahan carica baik dengan
skala kecil maupun besar.
b) Diferensiasi produk
Produk olahan berupa carica dalam sirup yang dihasilkan oleh industri
kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah hampir sama secara fisik
tetapi mutu yang dimiliki tidak seragam. Selain itu, setiap industri kecil
Page 124
109
juga telah memiliki identitas produk yang berupa labelisasi produk
sehingga pembeli dapat membedakan produk antar industri kecil. Terkait
dengan hal tersebut, umumnya industri kecil yang telah lama berdiritelah
memiliki pelanggan setia. Meskipun demikian, masih terdapat kesempatan
bagi para pendatang baru untuk masuk dalam industri kecil olahan carica
karena pasar masih terbuka lebar.
c) Kebutuhan modal
Untuk memulai usaha di bidang pengolahan carica tidak dibutuhkan modal
yang besar. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu bahan baku berasal
dari lokal yang dapat diperoleh dengan mudah sehingga biaya produksi
dapat ditekan, dapat digunakan peralatan produksi yang sederhana,
ketrampilan mengolah carica dapat dipelajari dengan mudah, dan
umumnya pendatang baru tidak mengeluarkan biaya besar untuk promosi
awal karena produk telah memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten
Wonosobo. Selain beberapa alasan tersebut, umumnya modal awal usaha
carica juga berasal dari modal pribadi atau keluarga. Oleh karena itu,
dengan tidak adanya pinjaman modal dari perbankan maka pendatang baru
tidak akan menemui risiko jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga.
d) Biaya beralih pemasok (switching cost)
Dalam industri kecil olahancarica di Kecamatan Mojotengah, pembeli
memiliki kebebasan untuk berpindah dari merek yang satu ke merek yang
lain tanpa harus mengeluarkan biaya peralihan. Oleh karena itu, bagi
Page 125
110
pendatang baru juga tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar agar
pembeli bersedia beralih dari perusahaan carica yang lama.
e) Akses ke saluran distribusi
Pada industri tertentu, perusahaan-perusahaan yang telah mapan umumnya
memiliki saluran distribusi sendiri untuk pemasaran produknya sehingga
bagi pendatang baru yang ingin masuk dalam industri kecil perlu usaha
keras untuk dapat memasuki saluran distribusi yang ada atau harus
membangun saluran distribusi sendiri. Meskipun demikian, kondisi
tersebut tidak terjadi pada industri kecil olahan carica di Kabupaten
Wonosobo, dimana distributor yang telah memiliki pemasok tetap
(perusahaan carica), masih membuka peluang bagi pendatang baru untuk
menjadi pemasoknya. Terlebih lagi pada musim-musim tertentu terjadi
peningkatan permintaan produk dan seringkali pemasok yang telah ada
tidak dapat memenuhinya. Kondisi ini dapat dimanfaatkan pendatang baru
untuk memperoleh saluran distribusi produk.
f) Biaya tak menguntungkan terlepas dari skala
Para pengusaha carica yang sudah lama berkecimpung dalam industri kecil
kemungkinan telah memiliki keunggulan dalam hal pengalaman, akses ke
sumber bahan baku, dan akses saluran distribusi. Meskipun demikian, para
pendatang baru masih mempunyai kesempatan untuk masuk dalam
industri kecil karena beberapa hal, yaitu:
Page 126
111
i) Tidak adanya penguasaan bahan baku oleh pengusaha yang telah lama
memiliki usaha penolahan carica. Oleh karena itu pendatang baru masih
dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk kegiatan produksi.
ii) Pengusaha lama tidak menerapkan teknologi modern atau pengetahuan
khusus dalam pengolahan carica sehingga mudah ditiru pendatang baru.
iii) Subsidi maupun program yang dilaksanakan pemerintah sifatnya
mendukung perkembangan industri. Selain itu tidak ada kebijakan
pemerintah Kabupaten Wonosobo yang sifatnya menghambat masuknya
pendatang baru ke dalam industri kecil olahan carica di Kabupaten
Wonosobo
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa rintangan
masuk bagi pendatang baru kecil sehingga menyebabkan setiap orang memiliki
kesempatan yang sama untuk mendirikan usaha pengolahan carica. Kondisi ini
mengakibatkan ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri kecil olahan
carica di Kabupaten Wonosobo tergolong besar. Oleh karena itu, hal ini dapat
menjadi ancaman bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
karena adanya pendatang baru menyebabkan perebutan pangsa pasar atau sumber
daya produksi.
2) Persaingan antar Industri Sejenis
Saat ini, berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Kabupaten Wonosobo
(2009), jumlah perusahaan pengolah carica di Wonosobo telah meningkat menjadi
20 perusahaan. Perusahaan pengolah carica tersebut berada pada empat
Kecamatan, yaitu Kecamatan Mojotengah (enam perusahaan), Wonosobo (tujuh
Page 127
112
perusahaan), Selomerto (tiga perusahaan), dan Kejajar (empat perusahaan).
Adanya peningkatan jumlah pesaing menyebabkan tingkat persaingan yang terjadi
antar industri kecil menjadi lebih kompetitif. Secara umum persaingan yang
terjadi antar industri sejenis adalah persaingan dalam memperoleh bahan baku,
daerah pemasaran, mutu produk, dan harga jual produk.
Persaingan dalam memperoleh bahan baku umumnya terjadi ketika di luar
musim panen saat ketersediaan buah sangat langka dan harga buah meningkat
tajam. Persaingan dalam memperoleh daerah pemasaran terjadi karena daerah
pemasaran dari sebagian besar produk industri masih terfokus pada pasar lokal.
Hal ini dikarenakan kapasitas produksi industri masih terbatas dan promosi yang
dilakukan juga masih kurang, sehingga kurang dapat mengakses pasar di luar
Wonosobo. Kondisi ini menimbulkan persaingan yang cukup kuat antar
perusahaan di pasar lokal. Disamping itu juga terdapat persaingan mutu produk.
Meskipun proses produksi dan peralatan yang digunakan hampir seragam tetapi
mutu yang dihasilkan tidak seragam. Sedangkan persaingan harga terjadi karena
perusahaan baru seringkali hanya mengambil sedikit keuntungan dari produknya
atau menetapkan harga jual yang lebih rendah dibandingkan perusahaan lama
untuk menarik pelanggan. Persaingan yang terjadi dalam industri ini merupakan
sebuah hal wajar, karena dengan adanya persaingan tersebut maka para pelaku
usaha akan termotivasi untuk berpikir lebih kreatif dalam memposisikan
produknya di benak konsumen dan berupaya agar produknya dapat diterima pasar.
Adanya persaingan antar industri sejenis dapat mengancam perkembangan
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Hal ini dapat ditunjukkan
Page 128
113
dari perkembangan kapasitas produksi yang lambat dan cenderung menurun pada
sebagian perusahaan dalam industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah. Selain itu, dampak dari adanya tingkat persaingan juga dapat
ditunjukkan dari perkembangan penjualan produk.
Kapasitas produksi rata-rata industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah masih berada dibawah industri kecil olahan carica di Kecamatan
Wonosobo. Hal ini dikarenakan industri kecil carica olahan di Kecamatan
Wonosobo memiliki jumlah unit usaha pengolahan carica yang lebih banyak dan
memproduksi olahan carica yang lebih beragam. Selain itu, Kecamatan
Wonosobo merupakan pusat kota sehingga pemasaran produk pada industri kecil
di lokasi tersebut lebih mudah. Untuk industri kecil olahan carica di Kecamatan
Kejajar kurang berkembang karena air di lokasi produksi mengandung belerang
sehingga mutu produk yang dihasilkan kurang baik. Sedangkan industri kecil
olahan carica di Kecamatan Selomerto dengan jumlah unit usaha pengolahan
carica yang paling kecil kurang berkembnag karena lokasi industri cukup jauh
dari daerah bahan baku utama dan pemasaran produk. Besarnya kapasitas
produksi industri kecil olahan carica di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2013
dapat dilihat pada Tabel 14.
Page 129
114
Tabel 14. Rata-Rata Kapasitas Produksi Industri Kecil Olahan Carica di
Kabupaten Wonosobo Tahun 2014
NO Industri Kecil Carica Rata-Rata Kapasitas Produksi (ton/bulan)
1 Kecamatan Mojotengah 37,5 – 48
2 Kecamatan Wonosobo 39 – 50
3 Kecamatan Kalijajar 16,5 – 21
4 Kecamatan Selomerto 12-15
Sumber: Disperindag Kabupaten Wonosobo (2014)
3) Tekanan dari Produk Substitusi
Saat ini telah berkembang diversifikasi produk olahan carica menjadi sirup
carica, manisan carica kering, dan selai carica. Produk-produk tersebut tergolong
sebagai produk substitusi carica dalam sirup yang selama ini diproduksi oleh
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Hal ini dikarenakan
produk-produk tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai makanan khas
daerah Wonosobo dengan bahan baku utama berasal dari buah carica serta dapat
dijadikan sebagai alternatif bagi para konsumen yang ingin menikmati carica
dalam jenis produk yang berbeda. Meskipun demikian, kapasitas produksi dari
produk-produk tersebut masih rendah, pemasaran belum terlalu luas, dan tingkat
penjualannya juga masih di bawah produk carica dalam sirup. Hal ini dikarenakan
carica dalam sirup sudah terlebih dahulu memiliki citra sebagai makanan khas
Wonosobo dengan aroma yang lebih khas serta memiliki tekstur asli buah.
Selain itu, produk substitusi tersebut memiliki harga jual yang lebih mahal
dibandingkan produk carica dalam sirup. Keberadaan produk substitusi tersebut
tidak terlalu berpengaruh bagi perkembangan industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah.
Page 130
115
Industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah juga dapat
mengembangkan produk olahan carica yang serupa dengan memanfaatkan limbah
industri kecil olahan carica. Data mengenai jenis produk olahan carica yang sudah
ada di pasaran, jenis kemasan, netto produk,dan harga jual produk olahan carica
pada tahun 2014 disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Variasi Produk Olahan Carica dan Harga Jual Produk Tahun 2014
NO Jenis Produk Jenis
Kemasan Netto
Harga Jual Produk
(Rp/kemasan)
1 Carica dalam sirup Botol
Cup Plastik
350 gram
250 gram
9.000-10.000
5.500-6.000
2 Sirup carica Botol 630 ml 15.000
3 Selai carica Botol 360 gram 10.000
4 Manisan carica kering Mica 10 ons 12.000
Sumber: Disperindag Kabupaten Wonosobo (2014)
Selain diversifikasi produk olahan carica, masih banyak produk yang
dianggap sebagai substitusi carica dalam sirup. Hal ini menyebabkan semakin
banyak juga alternatif makanan khas Wonosobo yang dapat dipilih oleh
konsumen. Produk substitusi tersebut berupa makanan siap saji yang juga
memiliki persamaan fungsi sebagai makanan khas daerah Wonosobo, yaitu kripik
jamur, kacang dieng, keripik kentang, opak singkong, dan lain sebagainya.
Tingkat harga dari produk substitusi carica dalam sirup dapat dilihat pada Tabel
16.
Page 131
116
Tabel 16. Jenis dan Harga Produk Substitusi Carica dalam Sirup Tahun 2014
NO Jenis Produk Jenis Kemasan Netto Harga Jual Produk
(Rp/kemasan)
1 Keripik jamur Plastik 2 ons 15.000
2 Kacang dieng Plastik 2 ons 9.000
3 Kripik kentang Plastik 2 ons 20.000
4 Opak singkong Plastik 2 ons 8.500
Sumber: Disperindag Kabupaten Wonosobo (2014)
Produk-produk substitusi tersebut juga sudah lama dikenal oleh
masyarakat baik di dalam maupun di luar Wonosobo. Meskipun demikian, setiap
produk makanan khas tersebut memiliki karakteristik dan kekhasan produk yang
berbeda. Produk yang dihasilkan oleh industri kecil c olahan arica di Kecamatan
Mojotengah memiliki keunggulan dari bahan baku utamanya yang khas dan hanya
dapat diperoleh di Wonosobo sehingga seringkali ketika orang mencari oleh-oleh
khas daerah Wonosobo yang pertama kali terpikirkan adalah produk carica dalam
sirup ini. Oleh karena itu, keberadaan produk substitusi tersebut juga tidak terlalu
berpengaruh terhadap perkembangan industri kecil carica di Kecamatan
Mojotengah.
4) Kekuatan Tawar-menawar Pembeli
Secara umum, pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan
produk yang akan dibeli sesuai dengan selera mereka. Pembeli dapat
mempengaruhi perusahaan untuk meningkatkan mutu dan pelayanan, dalam
penetapan harga, serta kapasitas penjualan perusahaan. Pembeli dari industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah adalah para agen, distributor, toko, dan
konsumen baik dari dalam maupun luar Wonosobo serta para wisatawan yang
Page 132
117
berkunjung ke Wonosobo. Saat ini, pembeli dari industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah dapat dikatakan memiliki kekuatan tawar-menawar yang
cukup kuat sehingga dapat menjadi ancaman dalam pengembangan usaha ke
depan. Hal ini dikarenakan pada umumnya pembelian produk terbesar dari
industri berasal dari para agen, distributor, toko yang melakukan pembelian dalam
jumlah besar di setiap transaksinya, meskipun industri juga tetap melayani
pembelian yang berasal dari konsumen yang datang langsung ke lokasi produksi.
Selain itu, pembeli juga memiliki alternatif pilihan dalam hal mutu produk yang
beragam sehingga pembeli dapat memilih produk mana yang terbaik dengan harga
yang lebih murah. Selanjutnya pembeli juga menghadapi biaya peralihan yang
relatif kecil karena pembeli dapat dengan mudahnya berpindah dari satu
perusahaan ke perusahaan yang lain. Pembeli juga memiliki informasi yang
lengkap tentang pasar karena pembeli mengetahui lokasi produksi dan harga jual
dari masing-masing perusahaan pengolah carica. Meskipun sampai saat ini,
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah mengalami kelebihan
permintaan atas produknya terutama pada saat musim liburan dan hari raya, akan
tetapi industri harus tetap waspada terhadap kondisi seperti ini dimana pembeli
memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat terhadap produk carica dalam
sirup. Oleh karena itu, diferensiasi produk dan peningkatan mutu produk mungkin
dapat menjadi alternatif bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah dalam menciptakan keunggulan produk sehingga mampu
menciptakan kesetiaan pelanggan.
Page 133
118
5) Kekuatan Tawar-menawar Pemasok
Bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah, keberadaan
buah carica sangat menentukan kelangsungan industri kecil. Hal ini dikarenakan
buah carica yang merupakan input terpenting dari industri kecil tidak dapat
diperoleh dari daerah lain selain di daerah Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo.
Dalam proses pengadaan carica diperoleh dari para pemasok carica di Dataran
Tinggi Dieng. Pemasok carica yang dimaksud disini adalah para pengumpul yang
juga berprofesi sebagai petani carica. Berdasarkan karakteristik tanaman carica
yang merupakan tanaman musiman membuat pengadaan bahan baku sulit
dikendalikan. Oleh karena itu, untuk menjamin ketersediaan bahan baku carica
sepanjang tahun maka para pengusaha pengolah carica umumnya memiliki
beberapa pemasok langganan. Namun dalam proses pembelian carica, perusahaan
tidak mengadakan suatu kontrak tertulis dengan para pemasok tersebut. Hubungan
yang terjalin antara perusahaan dengan para pemasok langganan hanya sebatas
hubungan kekeluargaan yang baik, saling percaya, saling menghargai, dan saling
menguntungkan. Umumnya harga jual carica ditetapkan berdasarkan kesepakatan
antara pengusaha dan pemasok dengan tetap berpedoman pada harga pasar yang
berlaku. Tingkat harga pada saat musim panen berkisar antara Rp 3.000,- sampai
Rp 4.000,- per kg dan pada saat tidak musim panen atau ketika terjadi kelangkaan
buah harga berkisar antara Rp 7.500,- sampai Rp 10.000,- per kg. Kisaran harga
jual tersebut umumnya hampir seragam pada setiap pemasok. Adapun sedikit
perbedaan harga jual carica umumnya disebabkan oleh perbedaaan kualitas buah
Page 134
119
dari setiap pemasok. Selain mengenai tingkat harga, kesepakatan antara industri
kecil dan pemasok juga mengenai tingkat kualitas, sistem pembayaran, waktu, dan
sistem pengiriman carica. Untuk sistem pembayaran bahan baku carica pada
waktu musim panen dapat dilakukan secara tunai maupun tempo sesuai
kesepakatan dengan pemasok. Sedangkan pada waktu di luar musim panen
pemasok hanya melayani industri kecil yang bersedia membayar secara tunai saja.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan tawar
menawar pemasok carica terhadap industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah cukup baik sehingga dapat menjadi ancaman dalam pengembangan
usaha. Bahan baku pendukung industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah berupa gula, minyak tanah, garam, botol, dan tutup cukup mudah
diperoleh dan banyak tersedia di sekitar Wonosobo. Untuk label dan kardus dapat
dengan mudah dipesan dari daerah Wonosobo, Magelang, Semarang, dan
Yogyakarta. Oleh karena itu, keberadaan pemasok bahan baku pendukung kurang
mempengaruhi kelangsungan industri karena banyaknya pilihan pemasok yang
ada baik di dalam maupun di luar Wonosobo dengan kualitas dan harga yang
beragam.
5.2.6 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal, maka diperoleh beberapa
faktor yang berupa kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness) yang
berpengaruh pada industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam
menghadapi persaingan industri yang semakin kompetitif. Adapun faktor-faktor
Page 135
120
strategi internal yang menjadi kekuatan bagi industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah adalah:
1) Lokasi industri kecil yang strategis
2) Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan
3) Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman
4) Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik
5) Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo
6) Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo
7) Memiliki saluran distribusi produk
8) Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai
ekonomis
Faktor-faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah adalah sebagai berikut :
1) Penulisan labelisasi yang belum lengkap
2) Kurangnya kegiatan promosi produk
3) Keterbatasan modal usaha
4) Pembukuan keuangan masih sederhana
5) Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin
6) Peralatan produksi masih sederhana
7) Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan
Berdasarkan identifikasi faktor-faktor strategis internal, selanjutnya
disusun matriks IFE dan dilakukan pembobotan dan peringkatan pada masing-
masing variabel kekuatan dan kelemahan. Adapun pembobotan dan peringkatan
Page 136
121
pada variabel kekuatan dan kelemahan untuk masing-masing responden dapat
dilihat pada Lampiran 2 dan 3. Sedangkan nilai rata-rata hasil pembobotan dan
peringkatan untuk variabel kekuatan dan kelemahan pada industri kecil olahan
carica di Kecamatan Mojotengah dapat dilihat di Lampiran 4 dan 5. Setelah
diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui
bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Berdasarkan nilai bobot skor rata-rata dari
tiap variabel tersebut dapat diketahui kekuatan utama dan kelemahan utama
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Hasil analisis matriks IFE
pada industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dapat dilihat pada
Tabel 17.
Tabel 17. Analisis Matriks IFE Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan
Mojotengah
Faktor Strategi Internal
Bobot
Rata-
Rata
Rating
Rata-
Rata
Bobot
Skor
Rata-
Rata
KEKUATAN
Lokasi industri kecil yang strategis 0,071 3,750 0,266
Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 0,068 3,500 0,238
Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 0,057 3,750 0,212
Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 0,071 3,500 0,249
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten 0,065 3,750 0,244
Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten 0,080 4,000 0,320
Memiliki saluran distribusi produk 0,069 3,750 0,259
Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai 0,053 3,500 0,186
Total 1,974
KELEMAHAN
Penulisan labelisasi yang belum cukup lengkap 0,049 1,750 0,086
Kurangnya kegiatan promosi produk 0,076 1,750 0,133
Keterbatasan modal usaha 0,091 1,000 0,091
Pembukuan keuangan masih sederhana 0,046 1,750 0,081
Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 0,089 1,000 0,089
Peralatan produksi masih sederhana 0,054 1,375 0,074
Tidak memiliki bidang penelitian dan pengembangan 0,061 1,500 0,092
Total 0,646
Selisih Skor (kekuatan-kelemahan) 1,000 1,328
Page 137
122
Berdasarkan hasil opini responden terhadap faktor strategis internal, maka
kekuatan utama bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah adalah
produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten dengan bobot skor rata-
rata sebesar 0,320. Pada faktor strategi internal tersebut memiliki bobot rata-rata
dan rating rata-rata tertinggi untuk variabel kekuatan yang artinya bahwa
responden menganggap bahwa faktor tersebut merupakan kekuatan yang paling
penting dibandingkan faktor kekuatan yang lain dan juga merupakan kekuatan
mayor bagi industri kecil. Sedangkan kelemahan utama bagi industri kecil olahan
carica di Kecamatan Mojotengah adalah kurangnya kegiatan promosi produk
dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,133, dimana bobot skor rata-rata tersebut
tertinggi untuk variabel kelemahan. Akan tetapi, secara keseluruhan berdasarkan
hasil akhir analisis matriks IFE, total skor rata-rata tertimbang dari matriks IFE
sebesar 1,328 yang terdiri dari nilai total bobot skor rata-rata untuk elemen
kekuatan sebesar 1,974 dan untuk elemen kelemahan sebesar 0,646. Hal ini
menunjukkan posisi internal industri kecil carica di Kecamatan Mojotengah
berada di bawah rata-rata dalam kekuatan internal secara keseluruhan, yaitu di
bawah 2,5. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan usaha pada
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah memanfaatkan kekuatan
yang dimiliki yaitu produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten
Wonosobo.
Page 138
123
5.2.7 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal, maka diperoleh beberapa
faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman bagi industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Adapun faktor-faktor strategi eksternal
yang menjadi peluang bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
adalah:
1) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik
2) Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
3) Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah
4) Pertumbuhan jumlah penduduk
5) Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen
6) Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam
7) Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung
8) Perkembangan teknologi
Faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah adalah:
1) Kenaikan harga bahan baku pendukung
2) Carica merupakan tanaman musiman
3) Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil
4) Adanya persaingan antar industri sejenis
5) Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan
6) Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat
Page 139
124
Berdasarkan identifikasi faktor-faktor strategis eksternal, selanjutnya
disusun matriks EFE dan dilakukan pembobotan dan peringkatan pada masing-
masing variabel peluang dan ancaman. Adapun pembobotan dan peringkatan pada
variabel peluang dan ancaman untuk masing-masing responden dapat dilihat pada
Lampiran 6 dan 7. Nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan untuk
variabel peluang dan ancaman pada industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah dapat dilihat di Lampiran 8 dan 9. Setelah diperoleh nilai bobot dan
peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui bobot skor rata-rata dari tiap
variabel. Berdasarkan nilai bobot skor rata-rata dari tiap variabel tersebut dapat
diketahui peluang utama dan ancaman utama industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks EFE pada
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah (Tabel 18)
Tabel 18. Analisis Matriks EFE Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan
Mojotengah
Faktor Strategi Eksternal
Bobot
Rata-
Rata
Rating
Rata-
Rata
Bobot
Skor
Rata-
Rata
PELUANG
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik 0,066 2,000 0,132
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 0,057 3,125 0,178
Kebiasaan membawakan oleh-oleh khas suatu daerah 0,088 3,875 0,341
Pertumbuhan jumlah penduduk 0,053 2,500 0,133
Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 0,094 3,750 0,352
Kabupaten wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 0,084 3,750 0,315
Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 0,089 3,250 0,289
Perkembangan teknologi 0,069 2,625 0,181
Total 1,921
ANCAMAN
Kenaikan harga bahan baku pendukung 0,054 2,250 0,122
Carica merupakan tanaman musiman 0,087 3,375 0,294
Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 0,051 2,000 0,102
Adanya persaingan antar industri sejenis 0,054 2,875 0,155
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 0,067 3,125 0,209
Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 0,087 3,350 0,282
Total 1,164
Selisih Skor 1,000 0,757
Page 140
125
Berdasarkan hasil opini responden terhadap faktor strategis eksternal,
maka peluang utama bagi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
adalah peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen dengan bobot
skor rata-rata sebesar 0,352, dimana bobot skor rata-rata tersebut tertinggi untuk
variabel peluang. Pada faktor strategi eksternal tersebut memiliki bobot rata-rata
tertinggi yang artinya bahwa responden menganggap bahwa faktor tersebut
merupakan faktor strategi eksternal yang paling penting dibandingkan faktor yang
lain. Sedangkan ancaman utama yang dihadapi industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah adalah carica merupakan tanaman musiman dengan bobot
skor rata-rata sebesar 0,294, dimana bobot skor rata-rata tersebut tertinggi untuk
variabel ancaman. Adapun total skor rata-rata tertimbang dari matriks EFE
sebesar 0,757 yang terdiri dari nilai total bobot skor rata-rata untuk elemen
peluang sebesar 1,921 dan untuk elemen ancaman sebesar 1,164. Hal ini
menunjukkan posisi eksternal industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah berada di bawah rata-rata dalam kekuatan eksternal secara
keseluruhan, yaitu di bawah 2,5. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam
pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
mampu memanfaatkan peluang yaitu, peningkatan kapasitas produksi carica di
saat musim panen
Page 141
126
5.3 Perumusan Alternatif Strategi
Perumusan alternatif strategi pengembangan usaha pada industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah dalam tahap pencocokan dapat
memanfaatkan dua alat analisis, yaitu matriks IE dan matriks SWOT. Berdasarkan
hasil analisis matriks IE yang disusun dengan cara memplotkan total bobot skor
rata-rata dari matiks IFE (1,328) pada sumbu-x dan EFE (0,757) pada sumbu-y,
didapatkan posisi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah berada
pada kuadran II yaitu memiliki kemampuan internal rata-rata dan eksternal yang
tinggi. Pada kondisi tersebut industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah masih mengejar pertumbuhan dalam keuntungan, penjualan, pangsa
pasar, dan tujuan primer lainnya, serta menghadapi persaingan dengan industri
sejenis lainnya yang semakin kompetitif. Oleh karena itu, paling baik
dikendalikan dengan strategi-strategi tumbuh dan berkembang (grow and build).
Strategi yang biasa digunakan oleh perusahaan yang terletak pada kuadran ini
adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan
produk) atau strategi integrasi (integrasi kedepan, kebelakang atau horizontal).
Adapun hasil matriks IE pada industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah ditunjukkan oleh Gambar 7.
Page 142
127
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE
Kuat Rata-Rata Lemah
3,0 – 4,0 2,0 – 2,99 1,0 – 1,99
4,0 3,0 2,0 1,0
Tinggi
3,0 – 4,0
3,0
Menengah
2,0 – 2,99
2,0
Rendah
1,0 – 1,99 VII VIII IX
1,0
Gambar 7. Analisis Matriks IE Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan
Mojotengah
Sedangkan berdasarkan hasil analisis matriks SWOT menggunakan data
yang telah diperoleh dari matriks IFE dan EFE serta dengan memperhatikan visi
dan misi industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Empat strategi
utama yang disarankan yaitu strategi SO (Strength and Opportunities), WO
(Weakness and Opportunities), ST (Strength and Threats) dan WT (Weakness and
Threats). Adapun hasil analisis matriks SWOT pada industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah dapat dilihat pada Gambar 7. Alternatif strategi yang
dirumuskan menggunakan matriks SWOT dibuat tidak bertolak belakang dengan
alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks IE. Beberapa alternatif strategi
yang dirumuskan untuk pengembangan usaha pada industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah berdasarkan analisis matriks SWOT adalah:
TO
TA
L R
AT
A-R
AT
A T
ER
TIM
BA
NG
EF
E
I II III
Tumbuh
dan berkembang
IV V VI
Page 143
128
1) Strategi S-O
Strategi ini dibuat berdasarkan penggunaan kekuatan perusahaan untuk
memanfaatkan peluang. Berikut ini merupakan alternatif strategi yang
dapat ditawarkan untuk pengembangan usaha pada industri kecil olahan
carica di Kecamatan Mojotengah adalah:
a) Meningkatkan kemampuan mengolah carica di musim panen
Untuk musim panen carica tahun ini, kapasitas produksi carica di Dataran
Tinggi Dieng meningkat tajam dibandingkan pada tahun-tahun
sebelumnya. Hal ini berpengaruh pada kemampuan industri kecil olahan
carica di Kecamatan Mojotengah dalam pengadaan bahan baku, dimana
industri kecil dapat dengan mudah memperoleh carica dalam jumlah besar
dengan harga lebih murah dan kualitas baik. Oleh karena itu, industri kecil
dapat meningkatkan kapasitas produksinya sebanyak mungkin sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi permintaan yang ada.
Selain itu, peningkatan kapasitas produksi bertujuan untuk meningkatkan
persediaan produk jadi dalam jumlah yang besar agar dari risiko kenaikan
harga buah dan kelangkaan buah ketika di luar musim panen. Terlebih lagi
pada waktu di luar musim panen, umumnya permintaan terhadap produk
cenderung meningkat karena bersamaan dengan natal dan liburan sehingga
adanya persediaan produk dalam jumlah besar sangat berguna untuk
memenuhi permintaan dan memuaskan pembeli. Alternatif strategi ini
mengacu pada pilihan strategi pada matriks IE, yaitu strategi penetrasi
pasar dan pengembangan pasar.
Page 144
129
b) Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada untuk meningkatkan
penjualan
Perantara memiliki peran yang penting dalam pendistribusian produk
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah. Dengan adanya
perantara tersebut, saat ini produk tidak hanya dipasarkan di Kabupaten
Wonosobo saja. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan saluran distribusi
yang ada maka pihak industri kecil harus selalu memelihara kerjasama
yang telah terjalin dengan baik dan meningkatkan pelayanan kepada
masing-masing perantara sehingga kondisi ini dapat berimplikasi terhadap
peningkatan kapasitas penjualan produk, misal dengan cara memberikan
pelayanan secara optimal ketika proses transaksi, yaitu jumlah permintaan
yang selalu terpenuhi, pengiriman produk yang selalu tepat waktu, harga
produk yang cenderung stabil, adanya garansi terhadap produk, kualitas
produk yang selalu terjamin sehingga pembeli merasa puas, serta sistem
pembayaran yang tidak merepotkan. Alternatif strategi ini mengacu pada
pilihan strategi pada matriks IE, yaitu strategi penetrasi pasar.
2) Strategi W-O
a) Meningkatkan upaya pemasaran melalui peningkatan kegiatan promosi
dan memperkuat identitas produk dengan memperbaiki labelisasi produk
Untuk memperluas daerah pemasaran dan peningkatan penjualan produk,
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah harus mampu
meningkatkan kegiatan promosi melalui media pemasaran yang terdiri dari
media cetak, televisi, radio, pameran di tingkat lokal dan nasional, fasilitas
Page 145
130
internet, serta penyebaran leaflet. Disamping itu, industri kecil juga harus
memperbaiki labelisasi produk sehingga pembeli tidak sekedar
memandang produk sebagai makanan khas Wonosobo atau buah yang
dikemas dalam sirup saja, tetapi juga melihat dari sisi kandungan gizi dan
manfaat produk bagi kesehatan, dimana untuk mendapatkan kemudahan
dalam mengurus kelengkapan berupa keterangan halal dan barcode dapat
melalui Disperindag Kabupaten Wonosobo. Alternatif strategi ini mengacu
pada pilihan strategi pada matriks IE, yaitu strategi penetrasi pasar dan
pengembangan pasar.
b) Memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk
pengembangan usaha
Keterbatasan modal menjadi masalah yang cukup besar. Hal ini
dikarenakan adanya keterbatasan modal menjadi penghambat dalam
pengembangan usaha. Oleh karena itu, industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah dapat memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh
pemerintah untuk penguatan modal dalam menjalankan usaha. Dengan
adanya modal yang lebih memadai maka industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah dapat meningkatkan kapasitas produksi terutama
pada musim panen carica sehingga memiliki stok produk jadi dalam
jumlah besar untuk memenuhi permintaan, modernisasi peralatan untuk
mempercepat proses produksi dan meningkatkan mutu produk; kegiatan
penelitianpengembangan produk untuk diversifikasi produk dan
peningkatan mutu produk, perekrutan tenaga kerja yang handal dalam
Page 146
131
pengolahan, manajemen, maupun pemasaran sehingga dapat membantu
pemilik dalam mengatur perusahaan, serta pengadaan kegiatan promosi.
Alternatif strategi ini mengacu pada pilihan strategi pada matriks IE, yaitu
strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan
integrasi ke belakang.
3) Strategi S-T
a) Meningkatkan mutu dan inovasi produk
Seiring dengan meningkatnya persaingan dalam industri dan rendahnya
hambatan masuk pesaing baru maka industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah harus dapat mempertahankan pasar konsumen
yang sudah ada dengan cara mempertahankan bahkan meningkatkan mutu
produk. Oleh karena itu, adanya koordinasi tugas yang baik antara pemilik
dan karyawan serta tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman sangat
membantu industri kecil dalam upaya meningkatkan pengawasan mutu
produk seperti dalam hal pemilihan bahan baku utama, proses produksi
yang higienis, tekstur buah yang tebal dan tidak terlalu lunak, potongan
buah yang rata dengan ukuran yang seragam, warna buah kuning cerah,
sirup jernih, tidak berbuih, bebas dari kotoran, mempertahankan nilai gizi
produk, tingkat rasa manis, pengisian produk yang penuh dalam kemasan,
penutupan botol yang sempurna sehingga produk tahan lama, serta
kemasan bersih dan tidak retak. Dengan demikian, mutu produk yang
selalu terjamin dan telah memiliki izin dari Dinkes dapat meningkatkan
loyalitas pembeli terhadap produk. Selain itu, melaksanakan inovasi pada
Page 147
132
tampilan produk, yaitu potongan buah carica dibentuk tipis-tipis sehingga
untuk menikmati produk carica dalam sirup hanya cukup menggunakan
sedotan, serta inovasi pada kemasan produk, yaitu kemasan berupa botol
kaca tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan lebih ringan dengan
harga yang lebih murah sehingga lebih terjangkau oleh masyarakat
menengah ke bawah juga. Adanya inovasi pada produk dapat menjadi
alternatif pilihan konsumen dan diharapkan dapat berimplikasi terhadap
peningkatan penjualan. Alternatif strategi ini mengacu pada pilihan
strategi pada matriks IE, yaitu pengembangan produk.
b) Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada
Untuk memaksimalkan potensi carica diperlukan adanya pengembangan
produk dengan memanfaatkan limbah industri kecil untuk diolah menjadi
berbagai macam produk baru, seperti manisan carica kering, selai, dodol,
jus, sirup, sari buah, dan jelly. Adanya pengembangan produk membuat
jenis olahan carica yang ditawarkan kepada pembeli semakin beragam
sehingga pembeli memiliki lebih banyak pilihan dalam menentukan jenis
olahan carica yang sesuai dengan selera. Oleh karena itu, untuk ke
depannya variasi produk olahan carica tersebut diharapkan dapat
meningkatkan respon pembeli terhadap produk yang dihasilkan oleh
industri kecil sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan dapat menjadi
alternatif strategi dalam menghadapi persaingan dengan industri sejenis
yang semakin meningkat. Pemasaran produk baru dilakukan pada saluran
distribusi yang telah ada, dimana dasar pemikiran dalam pemanfaatan
Page 148
133
saluran distribusi tersebut adalah menarik pelanggan yang puas untuk
membeli produk baru sebagai akibat pengalaman positif yang mereka
rasakan terhadap produk industri kecil sebelumnya. Selain itu, dalam
pemasaran produk baru juga ditonjolkan citra produk sebagai makanan
khas Kabupaten Wonosobo. Alternatif strategi ini mengacu pada pilihan
strategi pada matriks IE, yaitu strategi penetrasi pasar dan pengembangan
produk.
4) Strategi W-T
a) Melakukan perbaikan dalam pengelolaan dan pengalokasian keuangan
Perbaikan dalam pengelolaan dan pengalokasian keuangan dalam industri
kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah diperlukan untuk mengatasi
masalah, dimana terjadi kenaikan harga bahan baku seperti gula dan
minyak tanah serta kenaikan harga carica ketika tidak musim panen dapat
menyebabkan kenaikan biaya produksi, misal dengan cara membuat
pembukuan keuangan yang lebih jelas dan dilakukan pemisahaan antara
keuangan perusahaan dan keluarga, pembelian bahan baku pendukung
langsung pada agen bukan melalui pengecer dan pembelian dilakukan
dalam jumlah besar sehingga harga lebih murah, dan dilakukan konversi
dari bahan bakar minyak tanah menjadi gas. Dengan demikian, adanya
pengaturan keuangan yang baik juga sangat membantu industri kecil
dalam menghadapi persaingan dengan industri sejenis. Alternatif strategi
ini mengacu pada pilihan strategi pada matriks IE, yaitu strategi penetrasi
Page 149
134
pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan integrasi ke
belakang.
b) Melakukan kontrak pengadaan bahan baku dengan pemasok
Dalam pengadaan bahan baku utama industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah, kekuatan tawar menawar pemasok carica di
Dataran Tinggi Dieng cukup kuat. Hal ini dikarenakan buah carica hanya
dapat diperoleh dari daerah tersebut. Namun permasalahannya, selama ini
hubungan yang terjalin antara industri dengan para pemasok hanya bersifat
kekeluargaan sehingga ketika tidak musim panen carica, akses terhadap
bahan baku menjadi tidak terjamin dan harga jual buah menjadi lebih
mahal yang akhirnya berpengaruh pada kapasitas produksi industri. Oleh
karena itu, perlu dilaksanakan kontrak secara tertulis antara industri kecil
olahan carica di Kecamatan Mojotengah dengan pemasok sehingga
kedudukan antara kedua belah pihak menjadi setara dan ketersediaan
bahan baku carica menjadi lebih terjamin dalam hal jumlah, mutu yang
sesuai dengan standar industri, harga, waktu pengiriman, dan sistem
pembayaran. Pada kontrak tersebut industri kecil memberikan bantuan
berupa bibit tanaman carica, pupuk, dan pestisida terlebih dahulu kepada
para pemasok yang juga berprofesi sebagai petani tanaman carica. Dengan
adanya kontrak tersebut industri dapat berproduksi sepanjang tahun yang
akhirnya berimplikasi pada meningkatnya kemampuan industri kecil
dalam pemenuhan permintaan pasar dan harga produk yang selalu stabil
sehingga lebih unggul dibandingkan para pesaingnya. Selain itu, industri
Page 150
135
kecil juga akan terhindar dari persaingan dalam pengadaan bahan baku
dengan industri sejenis lainnya. Alternatif strategi ini mengacu pada
pilihan strategi pada matriks IE, yaitu strategi integrasi ke belakang.
Analisis Matriks SWOT Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan
Mojotengah seperti gambar 8.
Page 152
137
5.4 Matriks Grand Strategy
Hasil analisis dengan menggunakan matriks Evaluasi Faktor Eksternal
(EFE) dan matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) , diperoleh total skor dari
masing-masing matriks, yakni total skor EFE = 3,085 dan skor IFE = 2,620.
Penentuan posisi perusahaan dengan menggunakan matriks grand strategy, tidak
berdasarkan dari total skor yang didapat dari matriks IFE dan EFE, melainkan
melalui perhitungan selisih (pengurangan) antara total skor kekuatan dengan total
skor kelemahan dan selisih antara total skor peluang dengan total skor ancaman.
Dapat dilihat pada Tabel 17 dan Tabel 18.
Selisih skor pada matriks IFE dan EFE tersebut, kemudian dimasukkan ke
dalam matriks grand strategy guna menentukan posisi perusahaan saat ini. Selisih
skor dari matriks IFE (1,328), ditempatkan pada sumbu-x sebagai hal yang
mewakili kondisi internal yakni posisi kompetitif perusahaan, sedangkan selisih
skor dari matriks EFE (0,757), ditempatkan pada sumbu-y sebagai hal yang
mewakili kondisi eksternal yakni pertumbuhan pasar/industri. Dari kedua titik
tersebut, kemudian garis lurus secara horizontal dan vertikal sesuai sumbunya,
sehingga menyebabkan garis saling berpotongan. Titik dimana garis tersebut
saling berpotongan menandakan posisi dari perusahaan saat ini. Hasil analisis
menggunakan matriks grand strategy dapat dilihat pada Gambar 7.
Titik perpotongan antar kedua garis terdapat pada kuadran I. Titik pada
kuadran tersebut menunjukkan bahwa industri pengolahan hasil carica di
Kecamatan Mojotengah berada dalam posisi yang sangat baik, yaitu perusahaan
berada pada posisi bersaing yang kuat dengan pertumbuhan pasar yang cepat pula.
Page 153
138
Pada posisi ini, menurut Pearce dan Robinson (1996) perusahaan pada kuadran ini
strategi yang paling jelas dan baik adalah konsentrasi terus di bidang usaha
sekarang, karena konsumen merasa puas dengan strategi perusahaan yang
diterapkan sekarang. Merubahnya akan dapat membahayakan keunggulan
bersaing perusahaan yang sudah mantap, hendaknya harus berkonsentrasi pada
pasar dan produk saat ini.
PERTUMBUHAN PASAR TINGGI
(1,328; 0,757) POSISI II I • POSISI
KOMPETITIF KOMPETITIF
YANG LEMAH YANG KUAT
III IV
PERTUMBUHAN PASAR RENDAH
Gambar 9.Matriks Grand Strategy
Sumber: Data Industri Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah
Strategi konsentrasi dapat dibagi dalam beberapa strategi lainnya, seperti
pengembangan pasar, penetrasi pasar dan pengembangan produk. Penetrasi pasar
adalah upaya mencari pangsa pasar yang lebih besar, mencari target-target
pembeli baru atau peningkatan pangsa pasar produk yang sudah ada melalui
peningkatan usaha pemasaran. Strategi ini berpusat pada bagaimana konsumen
yang ada mau meningkatkan frekuensi pembeliannya pada produk yang selama ini
Page 154
139
telah ditawarkan oleh perusahaan. Salah satu perwujudan dari strategi penetrasi
pasar ini dapat dilakukan melalui diadakannya kegiatan-kegiatan yang pada
dasarnya untuk memperkenalkan hasil produk ke dunia luar atau pasar-pasar baru
yang belum tersentuh.
Pengembangan produk dapat diupayakan melalui penciptaan inovasi-
inovasi pada produk yang dihasilkan. Diantara penciptaan inovasi-inovasi tersebut
adalah meningkatkan standar mutu hasil produk, meningkatkan teknologi untuk
proses produksi dan lain-lain. Salah satu perwujudan dari strategi pengembangan
produk ini dapat dilakukan dengan menambah jumlah varian dari produk olahan
carica, meningkatkan produk olahan dalam hal penciptaan nilai tambah dari tahap
1 ke tahap selanjutnya.
Ketika perusahaan memiliki sumber daya yang berlebih, maka strategi lain
yang dapat dipertimbangkan untuk diterapkan perusahaan yaitu strategi integrasi
ke belakang, ke depan ataupun horizontal. Strategi ini terbilang efektif karena
membantu perusahaan melindungi margin laba dan bagian pasarnya dengan
memastikan akses yang lebih baik lagi kepada para konsumen atau pemasok
sebagai masukan bahan baku. Bila perusahaan terlalu berkomitmen pada suatu
produk, maka diversifikasi konsentrik dapat diterapkan untuk mengurangi resiko
yang berhubungan dengan lini produk yang sempit.
Page 155
140
5.5 Penentuan Prioritas Strategi
Tahap akhir dari analisis formulasi strategi adalah penentuan prioritas
strategi yang terbaik dengan menggunakan matriks perencanaan strategi
kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix- QSPM). Secara konsep,
QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa
jauh faktor strategis internal dan eksternal dimanfaatkan. Nilai AS (Attractiveness
Score) menunjukkan daya tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci
internal dan eksternal perusahaan yang diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan
kepada delapan responden. Nilai TAS (Total Attractiveness Scores) dari masing-
masing responden diperoleh dari hasil perkalian antara bobot rata-rata dan nilai
AS dari setiap faktor kunci strategis. Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai
STAS (Sum Total Attractiveness Scores) dari masing-masing responden dengan
cara menjumlahkan seluruh nilai TAS dari masing-masing faktor internal dan
eksternal. Adapun perhitungan QSPM dari masing-masing responden dapat dilihat
pada Lampiran 10. Selanjutnya, setelah diperoleh nilai STAS dari masing-masing
responden kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS rata-rata dari seluruh
responden dengan cara membagi hasil penjumlahan STAS dari seluruh responden
dengan jumlah responden. Adapun hasil perhitungan STAS rata-rata pada industri
kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah dapat dilihat pada Tabel 19.
Page 156
141
Tabel 19. Prioritas Alternatif Strategi pada Industri Kecil Olahan Carica di
Kecamatan Mojotengah
Respo
nden 1
Respo
nden 2
Respo
nden3
Respo
nden 4
Respo
nden 5
Respo
nden 6
Respo
nden 7
Respo
nden 8
STAS
Rata-
Rata
Priorit
as
Strate
gi
STAS 1 6,024 6,098 6,109 6,667 6,034 6,148 5,948 5,967 6,124 4
STAS 2 5,788 5,591 6,048 6,608 6,199 6,359 5,662 5,407 5,958 7
STAS 3 6,265 5,641 6,149 6,224 6,018 6,063 5,925 6,079 6,046 5
STAS 4 6,441 6,374 6,365 6,697 6,486 6,692 5,960 6,050 6,383 1
STAS 5 6,061 6,156 6,399 6,665 6,352 6,233 5,854 5,999 6,215 3
STAS 6 5,744 6,191 6,062 6,391 6,281 5,865 5,678 5,613 5,978 6
STAS 7 5,461 6,182 5,888 6,193 5,715 5,958 5,743 5,816 5,870 8
STAS 8 6,492 6,437 6,376 6,654 6,544 6,263 5,953 6,105 6,353 2
Berdasarkan hasil perhitungan STAS rata-rata pada Tabel 19, maka
prioritas strategi terbaik saat ini adalah memanfaatkan kredit yang ditawarkan
oleh pemerintah untuk pengembangan usaha dengan STAS rata-rata tertinggi
sebesar 6,383. Nilai STAS yang tertinggi tersebut menggambarkan bahwa
alternatif strategi dianggap sangat menarik bagi industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk
mengatasi kelemahan atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk
menghindari ancaman. Adapun urutan prioritas strategi untuk pengembangan
usaha pada industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah, adalah:
1) Memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk
pengembangan usaha (STAS 4 = 6,383)
2) Melakukan kontrak pengadaan bahan baku dengan pemasok (STAS 8 =
6,353)
3) Meningkatkan mutu dan inovasi produk (STAS 5 = 6,215)
Page 157
142
4) Meningkatkan kemampuan mengolah carica di musim panen (STAS 1 =
6,124)
5) Meningkatkan upaya pemasaran melalui peningkatan kegiatan promosi
dan memperkuat identitas produk dengan memperbaiki labelisasi produk
(STAS 3 = 6,046)
6) Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada
(STAS 6 = 5,978)
7) Pengoptimalan saluran distribusi yang dimiliki untuk meningkatkan
penjualan (STAS 2 = 5,958)
8) Melakukan perbaikan dalam pengelolaan dan pengalokasian keuangan
(STAS 7 = 5,870)
Page 158
143
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada industri kecil olahan
carica di Kecamatan Mojotengah, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :
1) Kekuatan utama industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
adalah produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo
dan kelemahan utama industri kecil olahan carica di Kecamatan
Mojotengah adalah kurangnya kegiatan promosi produk.
2) Peluang utama industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah
adalah peningkatan kapasitas produksi carica dan ancaman utama industri
kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah adalah tanaman carica
merupakan tanaman musiman.
3) Perumusan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT
dihasilkan delapan buah alternatif strategi pengembangan usaha pada
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah yaitu:
memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk
pengembangan usaha; melakukan kontrak pengadaan bahan baku dengan
pemasok; meningkatkan mutu dan inovasi produk; meningkatkan
kemampuan mengolah carica di musim panen; meningkatkan upaya
pemasaran melalui peningkatan kegiatan promosi dan memperkuat
identitas produk dengan memperbaiki labelisasi produk; mengembangkan
produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada; pengoptimalan saluran
Page 159
144
distribusi yang dimiliki untuk meningkatkan penjualan; melakukan
perbaikan dalam pengelolaan dan pengalokasian keuangan.
4) Prioritas strategi terbaik berdasarkan matriks QSP yang dilaksanakan oleh
industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah adalah
memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk
pengembangan usaha.
6.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah, adalah :
1) Industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah sebaiknya lebih
meningkatkan kerjasama dengan pemerintah maupun swasta untuk
menjadi IKM binaan dan lebih aktif dalam mengikuti berbagai pelatihan
serta pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten
Wonosobo misalnya pelatihan pembukuan dan manajemen keuangan
sehingga tidak mengalami kesulitan dalam pengajuan kredit ke pihak
perbankan maupun non perbankan .
2) Industri kecil olahan carica di Kecamatan Mojotengah sebaiknya
bekerjasama dengan IKM lainnya di Kabupaten Wonosobo untuk
membangun IKM center di Kabupaten Wonosobo sebagai media promosi
dan pemasaran produk serta pembuatan buku panduan kuliner atau buku
panduan makanan khas Wonosobo bekerjasama dengan Dinas Pariwisata
Kabupaten Wonosobo.
Page 160
145
3) Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai preferensi konsumen
terhadap produk olahan carica pada industri kecil olahan carica di
Kecamatan Mojotengah untuk mengetahui loyalitas konsumen terhadap
produk dan selera konsumen saat ini.
Page 161
146
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2015. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk
Indonesia 2015. Jakarta: BPS.
_______. 2014. Statistik Indonesia 2014. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo. 2015. Kabupaten Wonosobo dalam
Angka. Wonosobo: BPS Kabupaten Wonosobo.
Budi AS. 2008. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk
Instan (Studi Kasus : PD Mas Adam Berdasi Kec. Rumpin, Bogor).
[skripsi] Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
David FR. 2011. Manajemen Strategis: Konsep. Ed ke-12. Dono S, penerjemah;
Palupi W, editor. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic
Management: Concepts. 12th
ed.
Dinas Perindustrian Perdagangan Kabupaten Wonosobo. 2014. Industri Kecil
Menengah di Kabupaten Wonosobo. Wonosobo: Disperindag
Kabupaten Wonosobo.
Dinas Pertanian Subdin Hortikultura Kabupaten Wonosobo. 2014. Deskripsi
Usulan Flora Carica (Carica candamarcensis) Kabupaten Wonosobo.
Wonosobo: Distan Kabupaten Wonosobo.
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Departemen Perindustrian
Republik Indonesia. 2014. Implementasi Kebijakan Pengembangan IKM
Pangan Melalui Pendekatan OVOP. Jakarta.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Konsumsi Buah-Buahan Indonesia.
Jakarta. http://www.hortikultura.deptan.go.id. [Diakses 14 Maret 2014]
________.2014. Produk Domestik Bruto Hortikultura Indonesia. Jakarta.
http://www.hortikultura.deptan.go.id. [Diakses 14 Maret 2014]
Erfanto D. 2008. Sistem penunjang keputusan perencanaan agroindustri pepaya
gunung (Carica pubescens) dengan pembiayaan syariah [skripsi]. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Hidayat S. 2000. Potensi dan prospek pepaya gunung (Carica pubescens Lanne &
K. Koch) dari Sikunang, Pegunungan Dieng, Wonosobo. Di dalam
Seminar Sehari Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek Tanaman
Hortikultura Menjadi Ketahanan Pangan dalam rangka Hari Cinta Puspa
Page 162
147
dan Satwa Nasional. Prosiding seminar; Bogor, 5 November 2000. Bogor:
UPT Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI Bogor. hlm 89-95.
Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran. Ed ke-12. Molan B,
penerjemah; Purba J, editor. Jakarta: PT Indeks. Terjemahan dari:
Marketing Management.
Mashuri F. 2006. Strategi pengembangan usaha industri kecil tape bondowoso
(studi kasus pada industri kecil tape bondowoso, Kecamatan Bondowoso,
Kabupaten Bondowoso). [skrpisi] Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Sikumbank RF, editor. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Pearce JA, Robinson RB. 1997. Manajemen Strategik :Formulasi, Implementasi,
dan Pengendalian. Jilid Satu. Maulana A, penerjemah; Jakarta: Binarupa
Aksara. Terjemahan dari: Strategic Management: Formulation,
Implementation, and Controlling.
Porter ME. 2007. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.
Maulana A, penerjemah; Hatauruk G, editor. Jakarta: Erlangga.
Terjemahan dari: Competitive Strategy.
Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis- Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Robbins SP, Coulter M. 2004. Manajemen. Ed ke-7. Jilid 1. Hermaya T, Slamet
H, penerjemah; Sarwiji B, editor. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
Terjemahan dari: Management. Seventh Edition.
Syahrudin R. 2008. Analisis strategi pengembangan agroindustri minuman jeruk
nipis peras di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. [skripsi] Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Zain SRM. 2006. Strategi pengembangan usaha kecil lempok durian di
Kabupaten Bengkalis (kasus Kecamatan Bengkalis dan Bantan Kabupaten
Bengkalis, Provinsi Riau). [skripsi] Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Page 163
15
Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis
Formulasi Strategi Implementasi Strategi Evaluasi Strategi
Gambar 1. Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis
Sumber: David (2011)
Mengembangkan
Pernyataan Visi
dan Misi
Mengukurdan
Mengevaluasi
Kinerja
Implementasi
Strategi-Isu
Pemasaran,
Keuangan,
Akuntansi,
Penelitian dan
Pengembangan,
Sistem Informasi
Manjemen
Merumuskan,
Mengevaluasi, dan
Memilih Strategi
Implementasi
Strategi-Isu
Manajemen
MenetapkanTuj
uan jangka
Panjang
Identifikasi
Faktor
Eksternal
Identifikasi
Faktor
Internal
Page 165
31
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Peneliti Tahun Judul Masalah Tujuan Alat
analisis Hasil
Dhony
Erfanto
2008 Sistem Penunjang
Keputusan
Perencanaan
Agroindustri Carica
(Carica pubescens)
Dengan Pembiayaan
Syariah
Adanya sumber
pembiayaan dari
lembaga
keuangan mikro
syariah (LKMS)
membuat
diperlukannya
evaluasi
kelayakan
pembiayaan untuk
memperkirakan
keuntungan
pengusaha dan
LKMS serta
tingkat risiko
yang ada
Mempelajari faktor-
faktor yang
berpengaruh dalam
perencanaan dan
pengembangan
agroindustri carica,
serta merancang dan
mengembangkan
model sistem
penunjang keputusan
perencanaan
agroindustri
carica
dengan pembiayaan
syariah
Model
Cap’S Keluaran yang dihasilkan dari program ini berupa
rekomendasi bagi para pengambil keputusan mengenai
penentuan lokasi unggulan yang memiliki potensi baik
dari segi biaya, kondisi geografis, dan kondisi sosial
budaya adalah Kecamatan Wonosobo, prakiraan rata-
rata tingkat penjualan manisan carica menunjukkan
adanya peningkatan setiap tahunnya dimana dari tahun
2008 sampai 2017 adalah sebanyak 2.267.750 botol
dengan berat bersih 360 gram, risiko pembiayaan
tergolong sedang, dari analisis kelayakan finansial
menunjukkan bahwa agroindustri manisan carica layak
dijalankan dan pembiayaan dengan pola syariah lebih
baik digunakan dibanding pembiayaan konvesional
karena memiliki toleransi yang lebih besar terhadap
penurunan harga jual produk maupun kenaikan BBM.
Suhairi.
RM. Zain
2006 Strategi
Pengembangan
Usaha Kecil Lempok
Durian di Kabupaten
Bengkalis (Kasus
Kecamatan Bengkalis
dan Bantan,
Kabupaten Bengkalis,
Provinsi Riau)
Besarnya
produksi buah
durian di kabupaten
Bengkalis tetapi
produksi lempok
durian masih
sangat terbatas
sehingga
ketersediaan
lempok durian di
pasaran tidak ada
sepanjang tahun
Mengidentifikasi dan
menganalisis faktor-
faktor lingkungan
internal dan eksternal,
menyusun dan
mengajukan alternatif
strategi, dan
mengajukan strategi
yang memiliki prioritas
utama dalam
pengembangan usaha
kecil lempok durian di
Kabupaten Bengkalis
Matriks
IFE,
EFE,
matriks
IE,
matriks
SWOT,
QSPM
Strategi terbaik berdasarkan analisis QSPM adalah
pengusaha lempok durian dapat memfokuskan kegiatan
dalam meningkatkan produksi, mempertahankan mutu
lempok durian yang dihasilkan dengan penggunaan
bahan baku lokal dari pemasok langgganan kemudian
berupaya untuk mengoptimalkan produksi dengan
memanfaatkan efektivitas dan efisiensi produksi dan
struktur organisasi, serta mengubah kemasan dengan
memperhatikan kelengkapan standar pelabelan,
perluasan jangakauan distribusi dan pemasaran ke toko,
dan pasar swalayan dengan promosi dan lokasi industri
yang strategis, memanfaatkan budaya usaha dan
kebijakan pemerintah
Fahrurozhi
Mashupi
2006 Strategi
Pengembangan
Usaha Industri Kecil
Tape Bondowoso
(Studi Kasus pada
Industri Kecil Tape
Banyaknya
pemalsuan produk
tape bondowoso,
bahan baku
pembuat besek
sulit diperoleh
Mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal
perusahaan dalam
industri tape
bondowoso serta
menyususn alternatif
Matriks
IFE,
EFE,
matriks
IE,
matriks
Prioritas alternatif strategi yang diperoleh melalui
metode AHP adalah meningkatkan kualitas atau mutu
pelayanan kepada konsumen, meningkatkan nilai
tambah dan kualitas produk, memperluas daerah
pemasaran, melakukan pengembangan atau diferensiasi
produk, melakukan kegiatan promosi, meningkatkan
Page 166
32
Bondowoso,
Kecamatan
Bondowoso,
Kabupaten
Bondowoso)
saat panen
tembakau,
kapasitas produksi
belum optimal
strategi pengembangan
usaha industri kecil
tape Bondowoso di
Kecamatan Bondowoso
SWOT,
metode
AHP
kualitas sumberdaya manusia dalam kemampuan
manajemen dan teknologi, mengoptimalkan volume
produksi perusahaan, dan melakukan efisiensi biaya.
Rizal
Syahrudin
2008 Analisis strategi
pengembangan
agroindustri
minuman jeruk nipis
peras di Kabupaten
Kuningan, Jawa
Barat
Industri belum
mampu
mempertahankan
dan
mengembangkan
pasar, pasokan
produk kurang
teratur
menganalisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi
pengembangan
agroindustri minuman
jeruk nipis di wilayah
Kabupaten Kuningan,
menyusun strategi
pengembangan
agroindustri minuman
jeruk nipis di wilayah
Kabupaten Kuningan
Metode
PHA
Prioritas alternatif strategi yang diperoleh melalui
metode PHA adalah meningkatkan kualitas dan
kontinuitas bahan baku dilakukan dengan menjalin
kemitraan dengan petani jeruk nipis di Kabupaten
Kuningan, meningkatkan pangsa pasar melalui strategi
promosi dan memperluas jaringan distribusi dengan
menambah agen penjualan, meningkatkan kerjasama
dengan berbagai pihak yang terkait, mengembangkan
teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas
produk, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
dengan melakukan pelatihan-pelatihan secara kontinyu
Page 167
36
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
Tahap Pencocokan melalui Matriks IE dan Matriks SWOT
Identifikasi
Peluang dan Ancaman
Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah
Identifikasi Visi, Misi, dan Tujuan
Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah
Analisis Lingkungan Eksternal
Kekuatan Ekonomi
Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan
Lingkungan
Kekuatan Politik, Pemerintahan, dan Hukum
Kekuatan Teknologi
Kekuatan Industri
− Ancaman Pendatang Baru
− Persaingan antar Industri Sejenis
− Tekanan dari Produk Subtitusi
− Kekuatan Tawar – Menawar Pembeli
− Kekuatan Tawar – Menawar Pemasok
Strategi Pengembangan Usaha
Identifikasi
Kekuatan dan Kelemahan
Analisis Lingkungan Internal
Manajemen
Pemasaran
Keuangan/Akutansi
Produksi/Operasi
Penelitian dan
Pengembangan
Tahap Keputusan melalui Matriks QSP (QSPM)
− Persaingan dengan industri sejenis yang semakin kompetitif
− Kapasitas produksi belum optimal karena akses bahan baku
kurang terjamin, keterbatasan modal
Analisis Matriks IFE
Perlu Perumusan Strategi Pengembangan Usaha yang Tepat
Analisis Matriks EFE
Page 168
136
Kekuatan (Strengths - S)
1) Lokasi industri kecil yang
strategis
2) Koordinasi tugas yang
cukup baik antara pemilik
dan karyawan
3) Tenaga kerja lokal yang
terampil dan berpengalaman
4) Produk memiliki banyak
kandungan gizi dan mutu
yang baik
5) Produk telah memiliki izin
dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Wonosobo
6) Produk memiliki citra
sebagai makanan khas
Kabupaten Wonosobo
7) Memiliki saluran distribusi
produk
8) Limbah industri kecil carica
dapat diolah menjadi produk
bernilai ekonomis
Kelemahan (Weaknesses-
W)
1) Penulisan labelisasi
yang belum lengkap
2) Kurangnya kegiatan
promosi produk
3) Keterbatasan modal
usaha
4) Pembukuan
keuangan masih
sederhana
5) Akses terhadap
bahan baku utama
kurang terjamin
6) Peralatan produksi
masih sederhana
7) Belum memiliki
bidang penelitian
dan pengembangan
Peluang (Opportunities - O)
1) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Wonosobo semakin membaik
2) Meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
3) Kebiasaan membawakan oleh-oleh
makanan khas suatu daerah
4) Pertumbuhan jumlah penduduk
5) Peningkatan kapasitas produksi
carica
6) Kabupaten Wonosobo merupakan
daerah tujuan wisata alam
7) Kebijakan dan program pemerintah
daerah yang mendukung
8) Perkembangan teknologi
STRATEGI S-O
1. Meningkatkan kapasitas
produksi (S1, S2, S3, O1, O2,
O3, O4, O5, O6, O7, O8)
2. Pengoptimalan saluran
distribusi yang dimiliki untuk
meningkatkan penjualan (S1,
S4, S5, S7, O1, O2, O3, O4,
O5, O6, O8)
STRATEGI W-O
1. Meningkatkan upaya
pemasaran melalui
peningkatan kegiatan
promosi dan
memperkuat identitas
produk dengan
memperbaiki
labelisasi produk
(W1, W2, O1, O2,
O3, O4, O6, O7, O8)
2. Memanfaatkan kredit
yang ditawarkan oleh
pemerintah untuk
pengembangan usaha
(W2, W3, W4, W5,
W6, W7, O1, O2,
O3, O4, O5, O6, O7,
O8)
Ancaman (Threats - T)
1) Kenaikan harga bahan baku
pendukung
2) Carica merupakan tanaman
musiman
3) Hambatan masuk ke dalam industri
relatif kecil
4) Adanya persaingan antar industri
sejenis
5) Pembeli memiliki kekuatan untuk
menentukan pilihan
6) Kekuatan tawar menawar pemasok
carica yang kuat
STRATEGI S-T
1. Meningkatkan mutu dan
inovasi produk (S2, S3, S4,
S5, T3, T4, T5)
2. Mengembangkan produk
baru pada pasar konsumen
yang sudah ada (S2, S3, S6,
S7, S8, T3, T4, T5)
STRATEGI W-T
1. Melakukan
perbaikan dalam
pengelolaan dan
pengalokasian
keuangan (W3, W4,
T1, T2)
2. Melakukan kontrak
pengadaan bahan
baku dengan
pemasok (W5, T2,
T3, T4, T6)
Gambar 8. Analisis Matriks SWOT Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan
Mojotengah
Page 169
150
Lampiran 2. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal
1. Nama Responden : Ibu Pied Sumarto (Pemilik Perusahaan Podang Mas)
Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot
A Lokasi industri kecil yang strategis X 2 2 1 3 1 2 3 3 3 1 3 1 3 2 30 0,071
B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 2 X 2 1 3 1 2 3 3 2 1 3 1 3 2 29 0,069
C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 2 2 X 1 3 1 2 3 3 2 1 3 1 3 2 29 0,069
D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 3 3 3 X 3 1 2 3 3 3 2 3 1 3 2 35 0,083
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 1 1 1 1 X 1 2 2 3 2 1 2 1 3 2 23 0,055
F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 3 3 3 3 3 X 3 3 3 3 1 3 1 3 2 37 0,088
G Memiliki saluran distribusi produk 2 2 2 2 2 1 X 2 3 2 1 3 1 3 2 28 0,067
H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 1 1 1 1 2 1 2 X 2 1 1 2 1 2 2 20 0,048
I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 1 1 1 1 1 1 2 X 1 1 2 1 2 2 18 0,043
J Kurangnya kegiatan promosi produk 1 2 2 1 2 1 2 3 3 X 2 3 1 3 2 28 0,067
K Keterbatasan modal usaha 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 X 3 2 3 2 38 0,048
L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 X 1 2 2 19 0,045
M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 X 3 2 40 0,095
N Peralatan produksi masih sederhana 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 X 2 18 0,043
O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 X 28 0,067
420 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 170
151
2. Nama Responden : Bapak Sucipto (Pemilik Perusahaan Cipto Roso)
Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot
A Lokasi industri kecil yang strategis X 3 3 2 2 1 2 3 3 2 1 3 2 3 3 33 0,078
B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 1 X 2 1 2 1 1 3 3 2 1 3 1 3 3 27 0,064
C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 1 2 X 1 1 1 1 2 3 2 1 3 1 2 2 23 0,055
D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 2 3 3 X 3 1 2 3 3 2 1 3 2 3 3 34 0,081
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 2 2 3 1 X 1 2 3 3 2 1 3 1 3 2 29 0,069
F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 3 3 3 3 3 X 2 3 3 2 1 3 1 3 3 36 0,086
G Memiliki saluran distribusi produk 2 3 3 2 2 2 X 3 3 2 1 3 2 3 3 34 0,081
H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 1 1 1 1 2 1 2 X 2 1 1 2 1 2 2 20 0,048
I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 1 1 1 1 1 1 2 X 1 1 2 1 2 2 18 0,043
J Kurangnya kegiatan promosi produk 2 2 2 2 2 2 2 3 3 X 2 3 2 3 3 33 0,078
K Keterbatasan modal usaha 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 X 3 2 3 3 40 0,095
L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 X 1 1 1 15 0,036
M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 X 3 2 37 0,088
N Peralatan produksi masih sederhana 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 3 1 X 2 20 0,048
O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 3 1 2 X 21 0,050
420 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 171
152
3. Nama Responden : Bapak Edi Susilo (Pemilik Perusahaan Dian Jaya)
Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot
A Lokasi industri kecil yang strategis X 1 3 1 1 1 2 1 3 3 1 3 2 3 3 28 0,067
B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 3 X 1 1 1 2 1 3 2 1 1 3 2 2 2 25 0,059
C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 1 3 X 2 2 1 2 3 3 1 2 3 1 1 3 28 0,067
D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 3 3 2 X 2 1 1 3 3 1 1 2 1 2 3 28 0,067
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 3 3 2 2 X 1 1 3 3 1 1 2 1 2 3 28 0,067
F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 3 2 3 3 3 X 2 2 2 1 1 3 1 2 3 32 0,076
G Memiliki saluran distribusi produk 2 3 2 3 3 2 X 2 3 2 1 3 1 2 2 31 0,074
H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 3 1 1 1 1 1 2 X 1 1 1 1 1 1 1 17 0,040
I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 2 1 1 1 2 1 3 X 1 1 2 1 3 2 22 0,052
J Kurangnya kegiatan promosi produk 1 3 3 3 3 3 2 3 3 X 3 2 2 2 2 35 0,083
K Keterbatasan modal usaha 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 X 3 2 3 1 36 0,086
L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 1 1 2 2 1 1 3 2 2 1 X 1 2 1 21 0,05
M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 X 3 2 37 0,088
N Peralatan produksi masih sederhana 1 2 3 2 2 2 2 3 1 2 1 2 1 X 2 26 0,062
O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 1 2 1 1 1 1 2 3 2 2 3 3 2 2 X 26 0,062
420 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 172
153
4. Nama Responden : Bapak Trisila Juwantara (Pemilik Perusahaan Yuasa Food)
Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot
A Lokasi industri kecil yang strategis X 2 3 2 2 2 2 3 3 2 1 3 1 3 3 32 0,076
B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 2 X 3 2 2 1 2 3 2 1 1 3 1 3 3 29 0,069
C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 1 1 X 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 21 0,050
D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 2 2 3 X 2 2 2 3 2 2 1 3 1 2 2 29 0,069
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 2 2 3 2 X 2 2 3 2 2 1 3 1 2 2 29 0,069
F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 2 3 2 2 2 X 2 3 3 2 1 3 1 3 3 32 0,076
G Memiliki saluran distribusi produk 2 2 2 2 2 2 X 3 3 2 1 3 1 2 2 29 0,069
H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 1 1 2 1 1 1 1 X 1 1 1 2 1 2 2 18 0,043
I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 2 2 2 2 1 1 3 X 1 1 2 1 2 2 23 0,055
J Kurangnya kegiatan promosi produk 2 3 3 2 2 2 2 3 3 X 2 3 2 2 2 33 0,079
K Keterbatasan modal usaha 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 X 3 2 3 3 40 0,095
L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 X 1 2 2 19 0,025
M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 X 3 3 40 0,095
N Peralatan produksi masih sederhana 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 X 2 23 0,055
O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 X 23 0,055
420 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 173
154
5. Nama Responden : Ibu Nafingah (Pemilik Perusahaan Mandiri)
Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot
A Lokasi industri kecil yang strategis X 3 3 1 1 1 2 1 3 2 1 3 1 2 2 26 0,062
B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 1 X 2 1 1 2 2 1 3 2 1 3 1 2 2 23 0,055
C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 1 3 X 1 1 1 1 1 3 2 1 3 1 2 2 23 0,055
D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 3 3 3 X 2 1 2 1 3 2 1 3 1 3 2 30 0,071
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 3 3 3 2 X 1 2 1 3 2 1 3 1 3 2 30 0,071
F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 3 2 3 3 3 X 2 3 3 2 1 3 1 3 2 33 0,079
G Memiliki saluran distribusi produk 2 2 3 2 2 2 X 3 3 1 1 3 1 2 2 29 0,069
H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 3 3 3 3 3 1 1 X 2 1 1 2 1 2 2 31 0,074
I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 1 1 1 1 1 14 0,033
J Kurangnya kegiatan promosi produk 2 2 2 2 2 2 3 2 3 X 1 3 1 3 3 31 0,074
K Keterbatasan modal usaha 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 X 3 3 3 3 42 0,100
L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 X 1 1 1 16 0,038
M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 X 3 2 39 0,093
N Peralatan produksi masih sederhana 2 2 2 1 1 2 2 2 3 1 1 3 1 X 2 26 0,062
O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 3 2 1 X 27 0,064
420 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 174
155
6. Nama Responden : Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik Perusahaan Tiara Mas)
Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot
A Lokasi industri kecil yang strategis X 1 1 3 3 1 2 1 3 3 1 1 2 3 1 26 0,062
B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 3 X 2 2 2 3 2 2 3 1 1 3 1 3 2 30 0,071
C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 3 2 X 2 2 3 2 2 3 1 1 3 1 2 2 29 0,069
D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 1 2 2 X 2 3 1 2 3 1 1 3 1 2 2 26 0,062
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 1 2 2 2 X 3 1 2 3 1 1 3 1 2 2 26 0,062
F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 3 1 1 1 1 X 2 3 3 2 1 3 1 3 3 28 0,067
G Memiliki saluran distribusi produk 2 2 2 3 3 2 X 3 3 2 1 3 1 2 2 31 0,074
H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 3 2 2 2 2 1 1 X 3 1 1 3 1 2 2 26 0,062
I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 1 3 1 1 3 18 0,043
J Kurangnya kegiatan promosi produk 1 3 3 3 3 2 2 3 3 X 1 1 1 1 3 30 0,071
K Keterbatasan modal usaha 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 X 3 2 3 3 41 0,098
L Pembukuan keuangan masih sederhana 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 X 1 3 3 22 0,052
M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 X 3 3 40 0,095
N Peralatan produksi masih sederhana 1 1 2 2 2 1 2 2 3 3 1 1 1 X 2 24 0,057
O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 X 23 0,055
420 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 175
156
7. Nama Responden : Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)
Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot
A Lokasi industri kecil yang strategis X 2 3 2 3 2 2 3 3 2 1 3 2 3 2 33 0,078
B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 2 X 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 31 0,074
C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 1 1 X 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 19 0,045
D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 2 2 3 X 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 31 0,074
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 1 2 2 2 X 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0,064
F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 2 2 3 2 2 X 2 3 2 2 2 2 2 3 3 32 0,076
G Memiliki saluran distribusi produk 2 1 2 2 2 2 X 2 2 2 1 3 1 2 2 26 0,062
H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 1 1 2 1 2 1 2 X 2 2 2 2 2 2 2 24 0,057
I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 1 2 2 1 2 2 2 2 X 2 2 2 2 2 2 26 0,062
J Kurangnya kegiatan promosi produk 2 2 3 2 2 2 2 2 2 X 2 3 2 2 2 30 0,071
K Keterbatasan modal usaha 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 X 3 2 3 2 33 0,079
L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 X 1 2 2 23 0,055
M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 X 2 2 31 0,074
N Peralatan produksi masih sederhana 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 X 2 26 0,062
O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 X 28 0,067
420 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 176
157
8. Nama Responden : Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kabupaten Wonosobo)
Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot
A Lokasi industri kecil yang strategis X 2 3 2 2 1 3 2 2 1 1 3 2 3 3 30 0,071
B Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 2 X 3 2 2 1 2 3 3 2 2 3 2 3 3 33 0,079
C Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 1 1 X 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 19 0,045
D Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 2 2 3 X 2 1 2 2 2 1 1 2 1 3 2 26 0,062
E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 2 2 3 2 X 1 3 2 2 1 1 2 1 3 2 27 0,064
F Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 3 3 3 3 3 X 3 3 3 2 2 3 2 3 3 39 0,093
G Memiliki saluran distribusi produk 1 2 2 2 1 1 X 2 2 2 1 2 1 2 2 23 0,055
H Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 2 1 2 2 2 1 2 X 2 1 1 2 1 2 2 23 0,055
I Penulisan labelisasi yang belum lengkap 2 1 2 2 2 1 2 2 X 2 1 2 1 3 2 25 0,060
J Kurangnya kegiatan promosi produk 3 2 3 3 3 2 2 3 2 X 2 3 2 3 2 35 0,083
K Keterbatasan modal usaha 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 X 3 2 3 2 37 0,088
L Pembukuan keuangan masih sederhana 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 X 1 2 1 21 0,050
M Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 X 3 2 36 0,086
N Peralatan produksi masih sederhana 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 X 2 19 0,045
O Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan 1 1 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 X 27 0,064
420 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 177
158
Lampiran 3. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis
Keterangan :
1 = jika faktor tersebut sangat kurang berpengaruh/kelemahan utama
2 = jika faktor tersebut kurang berpengaruh/kelemahan minor kecil
3 = jika faktor tersebut berpengaruh besar/kekuatan kecil
4 = jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar/kekuatan utama
1. Nama Responden : Ibu Pied S (Pemilik Perusahaan Podang Mas)
Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Lokasi industri kecil yang strategis v
Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v
Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v
Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v
Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v
Memiliki saluran distribusi produk v
Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v
Penulisan labelisasi yang belum lengkap v
Kurangnya kegiatan promosi produk v
Keterbatasan modal usaha v
Pembukuan keuangan masih sederhana v
Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v
Peralatan produksi masih sederhana v
Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v
2. Nama Responden : Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)
Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Lokasi industri kecil yang strategis v
Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v
Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v
Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v
Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v
Memiliki saluran distribusi produk v
Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v
Penulisan labelisasi yang belum lengkap v
Kurangnya kegiatan promosi produk v
Keterbatasan modal usaha v
Pembukuan keuangan masih sederhana v
Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v
Peralatan produksi masih sederhana v
Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v
Page 178
159
3. Nama Responden : Bapak Edi Susilo (Pemilik Perusahaan Dian Jaya)
Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Lokasi industri kecil yang strategis v
Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v
Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v
Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v
Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v
Memiliki saluran distribusi produk v
Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v
Penulisan labelisasi yang belum lengkap v
Kurangnya kegiatan promosi produk v
Keterbatasan modal usaha v
Pembukuan keuangan masih sederhana v
Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v
Peralatan produksi masih sederhana v
Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v
4. Nama Responden : Bapak Trisila Juwantara (Pemilik perusahaan Yuasa Food)
Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Lokasi industri kecil yang strategis v
Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v
Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v
Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v
Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v
Memiliki saluran distribusi produk v
Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v
Penulisan labelisasi yang belum lengkap v
Kurangnya kegiatan promosi produk v
Keterbatasan modal usaha v
Pembukuan keuangan masih sederhana v
Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v
Peralatan produksi masih sederhana v
Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v
Page 179
160
5. Nama Responden : Ibu Nafingah (Pemilik perusahaan Mandiri)
Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Lokasi industri kecil yang strategis v
Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v
Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v
Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v
Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v
Memiliki saluran distribusi produk v
Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v
Penulisan labelisasi yang belum lengkap v
Kurangnya kegiatan promosi produk v
Keterbatasan modal usaha v
Pembukuan keuangan masih sederhana v
Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v
Peralatan produksi masih sederhana v
Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v
6. Nama Responden : Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik perusahaan Tiara Mas)
Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Lokasi industri kecil yang strategis v
Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v
Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v
Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v
Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v
Memiliki saluran distribusi produk v
Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v
Penulisan labelisasi yang belum lengkap v
Kurangnya kegiatan promosi produk v
Keterbatasan modal usaha v
Pembukuan keuangan masih sederhana v
Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v
Peralatan produksi masih sederhana v
Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v
Page 180
161
7. Nama Responden : Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM
Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)
Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Lokasi industri kecil yang strategis v
Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v
Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v
Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v
Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v
Memiliki saluran distribusi produk v
Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v
Penulisan labelisasi yang belum lengkap v
Kurangnya kegiatan promosi produk v
Keterbatasan modal usaha v
Pembukuan keuangan masih sederhana v
Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v
Peralatan produksi masih sederhana v
Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v
8. Nama Responden : Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri
Disperindag Kabupaten Wonosobo)
Faktor Internal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Lokasi industri kecil yang strategis v
Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan v
Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman v
Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik v
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo v
Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo v
Memiliki saluran distribusi produk v
Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis v
Penulisan labelisasi yang belum lengkap v
Kurangnya kegiatan promosi produk v
Keterbatasan modal usaha v
Pembukuan keuangan masih sederhana v
Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin v
Peralatan produksi masih sederhana v
Belum memiliki bidang penelitian dan pengembangan v
Page 181
162
Lampiran 4. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah
Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot
1
Bobot
2
Bobot
3
Bobot
4
Bobot
5
Bobot
6
Bobot
7
Bobot
8
Bobot
Rata-Rata
Lokasi industri kecil yang strategis 0,071 0,078 0,067 0,076 0,062 0,062 0,078 0,071 0,071
Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 0,069 0,064 0,059 0,069 0,055 0,071 0,074 0,079 0,068
Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 0,069 0,055 0,067 0,050 0,055 0,069 0,045 0,045 0,057
Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 0,083 0,081 0,067 0,069 0,071 0,062 0,074 0,062 0,071
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 0,055 0,069 0,067 0,069 0,071 0,062 0,064 0,064 0,065
Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 0,088 0,086 0,076 0,076 0,079 0,067 0,076 0,093 0,080
Memiliki saluran distribusi produk 0,067 0,081 0,074 0,069 0,069 0,074 0,062 0,055 0,069
Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 0,048 0,048 0,04 0,043 0,074 0,062 0,057 0,055 0,053
Penulisan labelisasi yang belum lengkap 0,043 0,043 0,052 0,055 0,033 0,043 0,062 0,060 0,049
Kurangnya kegiatan promosi produk 0,067 0,078 0,083 0,079 0,074 0,071 0,071 0,083 0,076
Keterbatasan modal usaha 0,090 0,095 0,086 0,095 0,100 0,098 0,079 0,088 0,091
Pembukuan keuangan masih sederhana 0,045 0,036 0,05 0,045 0,038 0,052 0,055 0,050 0,046
Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 0,095 0,088 0,088 0,095 0,093 0,095 0,074 0,086 0,089
Peralatan produksi masih sederhana 0,043 0,048 0,062 0,055 0,062 0,057 0,062 0,045 0,054
Tidak memiliki bidang penelitian dan pengembangan 0,067 0,05 0,062 0,055 0,064 0,055 0,067 0,064 0,061
Total 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Keterangan:
Bobot 1 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Piet Sumarto (Pemilik perusahaan Podang Mas)
Bobot 2 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)
Bobot 3 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Edi Susilo (Pemilik perusahaan Dian Jaya)
Bobot 4 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Trisila Juwantara (Pemilik perusahaan Yuasa Food)
Bobot 5 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Nafingah (Pemilik perusahaan Mandiri)
Bobot 6 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik perusahaan Tiara Mas)
Bobot 7 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kab Wonosobo)
Bobot 8 : Hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab Wonosobo)
Page 182
163
Lampiran 5. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah
Faktor-Faktor Strategi Internal Rating
1
Rating
2
Rating
3
Rating
4
Rating
5
Rating
6
Rating
7
Rating
8
Rating rata-
rata
Lokasi industri yang strategis 4 4 4 4 4 4 3 3 3,750
Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan 4 3 3 4 4 4 3 3 3,500
Tenaga kerja lokal yang terampil dan berpengalaman 4 4 3 4 4 4 3 4 3,750
Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik 4 3 4 4 4 3 3 3 3,500
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 4 4 4 4 4 3 4 3 3,750
Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo 4 4 4 4 4 4 4 4 4,000
Memiliki saluran distribusi produk 4 4 4 4 4 4 3 3 3,750
Limbah industri kecil carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis 3 3 3 4 4 3 4 4 3,500
Penulisan labelisasi yang belum lengkap 2 2 2 2 2 2 1 1 1,750
Kurangnya kegiatan promosi produk 2 2 1 2 1 2 2 2 1,750
Keterbatasan modal usaha 1 1 1 1 1 1 1 1 1,000
Pembukuan keuangan masih sederhana 2 2 2 2 2 2 1 1 1,750
Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin 1 1 1 1 1 1 1 1 1,000
Peralatan produksi masih sederhana 1 2 2 1 1 2 1 1 1,375
Tidak memiliki bidang penelitian dan pengembangan 1 2 2 1 2 2 1 1 1,500
Keterangan:
Rating 1 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Piet Sumarto (Pemilik perusahaan Podang Mas)
Rating 2 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)
Rating 3 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Edi Susilo (Pemilik perusahaan Dian Jaya)
Rating 4 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Trisila Juwantara (Pemilik perusahaan Yuasa Food)
Rating 5 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Nafingah (Pemilik perusahaan Mandiri)
Rating 6 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik perusahaan Tiara Mas)
Rating 7 : Hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)
Rating 8: Hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kabupaten Wonosobo)
Page 183
164
Lampiran 6. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal
1. Nama Responden : Ibu Pied S (Pemilik Perusahaan Podang Mas)
Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 20 0,055
B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 2 X 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 19 0,052
C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 3 3 X 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 33 0,091
D Pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 1 X 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 19 0,052
E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 3 3 2 3 X 3 2 3 3 2 3 3 3 3 36 0,099
F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 3 3 2 3 1 X 2 2 3 3 2 2 2 1 29 0,080
G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 3 3 2 3 2 2 X 2 3 2 3 3 3 2 33 0,091
H Perkembangan teknologi 2 3 1 3 1 2 2 X 1 1 2 2 1 1 22 0,060
I Kenaikan harga bahan baku pendukung 2 2 1 2 1 1 1 3 X 1 3 3 1 1 22 0,060
J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 2 1 2 3 3 X 3 3 2 2 32 0,088
K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 X 1 1 1 18 0,050
L Adanya persaingan antar industri sejenis 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 X 1 1 20 0,055
M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 2 2 2 2 1 2 1 3 3 2 3 3 X 1 27 0,074
N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 3 3 2 3 1 3 2 3 3 2 3 3 3 X 34 0,093
364 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Page 184
165
2. Nama Responden : Bapak Sucipto (Pemilik Perusahaan Cipto Roso)
Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 23 0,063
B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 2 X 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 21 0,058
C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 2 2 X 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 29 0,080
D Pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 2 X 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 20 0,055
E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 3 3 2 3 X 2 2 3 3 3 3 3 3 3 36 0,099
F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 2 2 2 3 2 X 2 2 3 1 3 1 2 2 27 0,074
G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 3 3 2 3 2 2 X 3 3 3 3 3 3 3 36 0,099
H Perkembangan teknologi 2 2 2 2 1 2 1 X 1 1 2 2 1 1 20 0,055
I Kenaikan harga bahan baku pendukung 2 2 2 3 1 1 1 3 X 1 2 2 2 1 23 0,063
J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 1 3 1 3 3 X 3 3 3 1 32 0,088
K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 X 1 1 1 18 0,049
L Adanya persaingan antar industri sejenis 2 3 1 2 1 3 1 2 2 1 3 X 1 1 23 0,063
M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 2 2 1 2 1 2 1 3 2 1 3 3 X 1 24 0,066
N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 2 3 2 3 1 2 1 3 3 3 3 3 3 X 32 0,088
364 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 185
166
3. Nama Responden : Bapak Edi Susilo (Pemilik Perusahaan Dian Jaya)
Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 2 2 3 2 2 3 2 3 1 3 3 3 3 32 0,088
B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 2 X 2 3 2 2 1 2 3 2 3 3 3 3 31 0,085
C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 2 2 X 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 32 0,088
D Pertumbuhan jumlah penduduk 1 2 1 X 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 17 0,047
E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 2 2 2 3 X 3 2 2 3 3 3 3 3 2 33 0,091
F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 2 2 2 3 1 X 2 2 3 2 3 3 3 3 31 0,085
G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 1 3 2 2 2 2 X 2 3 2 3 2 2 2 28 0,077
H Perkembangan teknologi 2 2 1 3 2 2 2 X 3 2 3 3 2 2 29 0,080
I Kenaikan harga bahan baku pendukung 1 1 1 2 1 1 1 1 X 1 3 3 2 2 20 0,055
J Carica merupakan tanaman musiman 3 2 2 3 1 2 2 2 3 X 2 1 2 1 26 0,071
K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 X 2 2 1 17 0,047
L Adanya persaingan antar industri sejenis 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 2 X 1 2 19 0,052
M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 1 1 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 X 1 22 0,060
N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 1 1 1 3 2 1 2 2 2 3 3 3 3 X 27 0,074
364 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 186
167
4. Nama Responden : Bapak Trisila Juwantara (Pemilik Perusahaan Yuasa Food)
Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 23 0,063
B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 2 X 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 18 0,050
C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 3 3 X 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 33 0,091
D Pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 1 X 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 18 0,050
E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 3 3 2 3 X 3 2 2 3 3 3 3 3 2 35 0,096
F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 2 3 2 3 1 X 1 2 3 2 3 3 3 2 30 0,082
G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 2 3 2 3 2 3 X 2 3 2 3 3 3 2 33 0,091
H Perkembangan teknologi 2 3 2 3 2 2 2 X 3 2 3 3 3 2 32 0,088
I Kenaikan harga bahan baku pendukung 2 2 1 2 1 1 1 1 X 1 2 2 1 1 18 0,050
J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 1 2 2 2 3 X 3 3 3 2 32 0,088
K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 X 2 2 1 19 0,052
L Adanya persaingan antar industri sejenis 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 X 2 1 19 0,052
M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 2 3 1 3 1 1 1 1 3 1 2 2 X 1 22 0,060
N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 X 32 0,088
364 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 187
168
5. Nama Responden : Ibu Nafingah (Pemilik Perusahaan Mandiri)
Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 19 0,052
B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 2 X 1 2 1 1 1 3 3 1 2 2 2 1 22 0,060
C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 3 3 X 3 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 32 0,088
D Pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 1 X 1 1 1 1 2 1 3 3 2 1 21 0,058
E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 3 3 3 3 X 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 0,107
F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 3 3 2 3 1 X 1 2 3 2 3 3 3 2 31 0,085
G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 3 3 2 3 1 3 X 2 3 1 3 3 3 2 32 0,088
H Perkembangan teknologi 3 1 2 3 1 2 2 X 3 2 3 3 3 1 29 0,079
I Kenaikan harga bahan baku pendukung 2 1 1 2 1 1 1 1 X 1 2 2 2 1 18 0,049
J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 1 2 3 2 3 X 3 3 3 2 33 0,091
K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 X 2 1 1 17 0,047
L Adanya persaingan antar industri sejenis 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 X 1 1 17 0,047
M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 3 3 X 1 21 0,058
N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 3 3 2 3 1 2 2 3 3 2 3 3 3 X 33 0,091
364 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 188
169
6. Nama Responden : Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik Perusahaan Tiara Mas)
Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 16 0,044
B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 2 X 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 19 0,052
C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 3 3 X 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 33 0,091
D Pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 1 X 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 19 0,052
E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 3 3 2 3 X 2 2 2 3 2 3 3 2 2 32 0,088
F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 3 3 2 3 2 X 2 3 3 2 3 3 3 2 34 0,093
G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 3 3 2 3 2 2 X 2 3 2 3 3 2 2 32 0,089
H Perkembangan teknologi 3 3 1 3 2 1 2 X 2 1 3 3 2 1 27 0,074
I Kenaikan harga bahan baku pendukung 2 2 1 2 1 1 1 2 X 1 2 2 1 1 19 0,052
J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 2 2 2 3 3 X 3 3 2 2 33 0,091
K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 X 2 2 1 19 0,052
L Adanya persaingan antar industri sejenis 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 X 2 1 20 0,055
M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 X 1 27 0,074
N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 X 34 0,093
364 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 189
170
7. Nama Responden : Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)
Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 3 2 3 2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 31 0,085
B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 1 X 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 18 0,050
C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 2 3 X 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 32 0,088
D Pertumbuhan jumlah penduduk 1 2 1 X 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 18 0,050
E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 2 3 2 3 X 2 2 3 2 2 3 3 3 3 33 0,091
F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 2 3 2 3 2 X 2 3 3 2 3 3 3 2 33 0,091
G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 2 3 2 3 2 2 X 3 2 1 3 3 3 3 32 0,088
H Perkembangan teknologi 1 2 1 2 1 1 1 X 3 1 3 3 3 1 23 0,064
I Kenaikan harga bahan baku pendukung 1 3 2 3 2 1 2 1 X 1 2 2 1 1 22 0,060
J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 2 2 3 3 3 X 3 3 3 2 35 0,096
K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 X 2 1 1 17 0,047
L Adanya persaingan antar industri sejenis 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 X 1 1 17 0,047
M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 2 2 1 2 1 1 1 1 3 1 3 3 X 1 22 0,060
N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 2 3 2 3 1 2 1 3 3 2 3 3 3 X 31 0,085
364 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 190
171
8. Nama Responden : Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kabupaten Wonosobo)
Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X 3 1 2 1 1 2 3 3 1 3 3 3 2 28 0,077
B Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 1 X 1 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 1 19 0,052
C Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 3 3 X 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 31 0,085
D Pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 1 X 1 1 1 2 2 1 2 2 1 3 21 0,058
E Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 3 3 2 3 X 2 2 3 3 2 2 2 2 1 30 0,083
F Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 3 3 2 3 2 X 2 3 3 2 2 2 2 2 31 0,085
G Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 2 3 2 3 2 3 X 3 3 3 3 3 2 3 34 0,093
H Perkembangan teknologi 1 3 1 2 1 1 1 X 3 1 1 1 1 1 18 0,049
I Kenaikan harga bahan baku pendukung 1 3 1 2 1 1 1 1 X 1 1 1 1 1 16 0,044
J Carica merupakan tanaman musiman 3 3 2 3 2 2 1 3 3 X 2 2 2 3 31 0,085
K Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 1 1 2 2 2 2 1 3 3 2 X 2 1 1 23 0,063
L Adanya persaingan antar industri sejenis 1 1 2 2 2 2 1 3 3 2 2 X 1 1 23 0,063
M Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 X 1 29 0,080
N Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 2 3 2 3 1 2 1 3 3 1 3 3 3 X 30 0,083
364 1,000
Keterangan :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Page 191
172
Lampiran 7. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis
Keterangan : 1 = Sangat Rendah, respon industri kecil dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman rendah
2 = Rendah, respon industri kecil dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman sedang
3 = Tinggi, respon industri kecil dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman di atas rata-rata
4 = Sangat Tinggi, respon industri kecil dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman superior
1. Nama Responden : Ibu Pied S (Pemilik Perusahaan Podang Mas)
Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v
Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v
Pertumbuhan jumlah penduduk v
Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v
Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v
Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v
Perkembangan teknologi v
Kenaikan harga bahan baku pendukung v
Carica merupakan tanaman musiman v
Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v
Adanya persaingan antar industri sejenis v
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v
Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v
2. Nama Responden : Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)
Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v
Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v
Pertumbuhan jumlah penduduk v
Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v
Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v
Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v
Perkembangan teknologi v
Kenaikan harga bahan baku pendukung v
Carica merupakan tanaman musiman v
Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v
Adanya persaingan antar industri sejenis v
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v
Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v
Page 192
173
3. Nama Responden : Bapak Edi Susilo (Pemilik Perusahaan Dian Jaya)
Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v
Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v
Pertumbuhan jumlah penduduk v
Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v
Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v
Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v
Perkembangan teknologi v
Kenaikan harga bahan baku pendukung v
Carica merupakan tanaman musiman v
Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v
Adanya persaingan antar industri sejenis v
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v
Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v
4. Nama Responden : Bapak Trisila Juwantara (Pemilik Perusahaan Yuasa Food)
Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v
Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v
Pertumbuhan jumlah penduduk v
Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v
Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v
Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v
Perkembangan teknologi v
Kenaikan harga bahan baku pendukung v
Carica merupakan tanaman musiman v
Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v
Adanya persaingan antar industri sejenis v
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v
Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v
Page 193
174
5. Nama Responden : Ibu Nafingah (Pemilik Perusahaan Mandiri)
Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v
Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v
Pertumbuhan jumlah penduduk v
Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v
Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v
Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v
Perkembangan teknologi v
Kenaikan harga bahan baku pendukung v
Carica merupakan tanaman musiman v
Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v
Adanya persaingan antar industri sejenis v
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v
Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v
6. Nama Responden : Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik Perusahaan Tiara Mas)
Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v
Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v
Pertumbuhan jumlah penduduk v
Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v
Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v
Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v
Perkembangan teknologi v
Kenaikan harga bahan baku pendukung v
Carica merupakan tanaman musiman v
Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v
Adanya persaingan antar industri sejenis v
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v
Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v
Page 194
175
7. Nama Responden : Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM
Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)
Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v
Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v
Pertumbuhan jumlah penduduk v
Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v
Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v
Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v
Perkembangan teknologi v
Kenaikan harga bahan baku pendukung v
Carica merupakan tanaman musiman v
Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v
Adanya persaingan antar industri sejenis v
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v
Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v
8. Nama Responden : Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri
Disperindag Kabupaten Wonosobo)
Faktor Eksternal Strategis Peringkat (Rating)
1 2 3 4
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik v
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan v
Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah v
Pertumbuhan jumlah penduduk v
Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen v
Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam v
Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung v
Perkembangan teknologi v
Kenaikan harga bahan baku pendukung v
Carica merupakan tanaman musiman v
Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil v
Adanya persaingan antar industri sejenis v
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan v
Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat v
Page 195
176
Lampiran 8. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot
1
Bobot
2
Bobot
3
Bobot
4
Bobot
5
Bobot
6
Bobot
7
Bobot
8
Bobot
Rata-Rata
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik 0,055 0,063 0,088 0,063 0,052 0,044 0,085 0,077 0,066
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 0,052 0,058 0,085 0,050 0,060 0,052 0,049 0,052 0,057
Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 0,091 0,080 0,088 0,091 0,088 0,091 0,088 0,085 0,088
Pertumbuhan jumlah penduduk 0,052 0,055 0,047 0,050 0,058 0,052 0,049 0,058 0,053
Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 0,099 0,099 0,091 0,096 0,107 0,088 0,091 0,083 0,094
Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 0,080 0,074 0,085 0,082 0,085 0,093 0,091 0,085 0,084
Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 0,091 0,099 0,077 0,091 0,088 0,089 0,088 0,093 0,089
Perkembangan teknologi 0,060 0,055 0,080 0,088 0,079 0,074 0,064 0,049 0,069
Kenaikan harga bahan baku pendukung 0,060 0,063 0,055 0,049 0,049 0,052 0,060 0,044 0,054
Carica merupakan tanaman musiman 0,088 0,088 0,071 0,088 0,091 0,091 0,096 0,085 0,087
Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 0,050 0,049 0,047 0,052 0,047 0,052 0,047 0,063 0,051
Adanya persaingan antar industri sejenis 0,055 0,063 0,052 0,052 0,047 0,055 0,047 0,063 0,054
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 0,074 0,066 0,060 0,060 0,058 0,074 0,060 0,080 0.067
Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 0,093 0,088 0,074 0,088 0,091 0,093 0,085 0,083 0,087
Total 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Keterangan:
Bobot 1 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Piet Sumarto (Pemilik perusahaan Podang Mas)
Bobot 2 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)
Bobot 3 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Edi Susilo (Pemilik perusahaan Dian Jaya)
Bobot 4 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Trisila Juwantara (Pemilik perusahaan Yuasa Food)
Bobot 5 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Nafingah (Pemilik perusahaan Mandiri)
Bobot 6 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik perusahaan Tiara Mas)
Bobot 7 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kab Wonosobo)
Bobot 8 : Hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kabupaten Wonosobo)
Page 196
177
Lampiran 9. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot
1
Bobot
2
Bobot
3
Bobot
4
Bobot
5
Bobot
6
Bobot
7
Bobot
8
Bobot
Rata-Rata
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik 2 2 2 2 2 2 2 2 2,000
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 3 3 3 3 4 3 3 3 3,125
Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah 4 4 4 4 4 4 3 4 3,875
Pertumbuhan jumlah penduduk 3 2 2 3 3 3 2 2 2,500
Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen 4 3 3 4 4 4 4 4 3,750
Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam 4 4 4 4 4 4 3 3 3,750
Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung 4 3 3 4 3 3 3 3 3,250
Perkembangan teknologi 3 2 2 4 3 2 2 3 2,625
Kenaikan harga bahan baku pendukung 3 2 2 3 2 2 2 2 2,250
Carica merupakan tanaman musiman 4 3 3 4 3 4 3 3 3,375
Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil 2 2 2 2 2 2 2 2 2,000
Adanya persaingan antar industri sejenis 3 3 3 3 3 3 2 3 2,875
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan 3 3 3 4 3 3 3 3 3,125
Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat 4 3 3 4 3 3 3 3 3,250
Keterangan:
Rating 1 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Piet Sumarto (Pemilik perusahaan Podang Mas)
Rating 2 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)
Rating 3 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Edi Susilo (Pemilik perusahaan Dian Jaya)
Rating 4 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Trisila Juwantara (Pemilik perusahaan Yuasa Food)
Rating 5 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Nafingah (Pemilik perusahaan Mandiri)
Rating 6 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik perusahaan Tiara Mas)
Rating 7 : Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)
Rating 8: Hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kabupaten Wonosobo)
Page 197
178
Lampiran 10. Analisis Matriks QSP (QSPM) pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah
1. Nama Responden : Ibu Piet Sumarto (Pemilik perusahaan Podang Mas)
Faktor
Kunci
Bobot
Rata-Rata
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 C 0,057 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 D 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,213 4 0,284 E 0,065 2 0,130 4 0,260 4 0,260 4 0,260 4 0,260 2 0,130 1 0,065 4 0,260 F 0,080 4 0,240 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 3 0,240 4 0,320 G 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 2 0,106 1 0,053 3 0,159 1 0,053 1 0,053 4 0,212 1 0,053 3 0,159
Kelemahan
I 0,049 1 0,049 1 0,049 4 0,196 2 0,098 2 0,098 1 0,049 2 0,098 1 0,049 J 0,076 1 0,076 3 0,228 4 0,304 2 0,152 4 0,304 1 0,076 2 0,152 2 0,152 K 0,091 1 0,091 1 0,091 2 0,182 3 0,273 2 0,182 2 0,182 3 0,273 2 0,182 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 2 0,092 1 0,046 1 0,046 4 0,184 1 0,046 M 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 1 0,089 4 0,356 N 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 2 0,108 1 0,054 3 0,162 2 0,108 1 0,054 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061
Peluang
P 0,066 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 Q 0,057 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 1 0,057 4 0,228 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 S 0,053 4 0,212 4 0,212 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 3 0,159 4 0,212 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 3 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276
Ancaman
X 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 1 0,054 1 0,054 3 0,162 2 0,108 Y 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348 Z 0,051 3 0,153 4 0,204 4 0,204 3 0,153 4 0,204 4 0,204 3 0,153 4 0,204
AA 0,054 4 0,216 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 BB 0,067 3 0,201 4 0,268 4 0,268 3 0,201 4 0,268 3 0,201 2 0,134 3 0,201 CC 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348
STAS 6,024 5,788 6,265 6,441 6,061 5,744 5,461 6,492
Page 198
179
2. Nama Responden : Bapak Sucipto (Pemilik perusahaan Cipto Roso)
Faktor
Kunci
Bobot
Rata-Rata
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,213 4 0,284 B 0,068 4 0,272 3 0,204 1 0,068 2 0,136 3 0,204 3 0,204 3 0,204 3 0,204 C 0,057 4 0,228 3 0,171 1 0,057 2 0,114 3 0,171 2 0,114 3 0,171 3 0,171 D 0,071 3 0,213 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,213 4 0,284 E 0,065 3 0,195 4 0,260 4 0,260 3 0,195 2 0,130 2 0,130 2 0,130 3 0,195 F 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 3 0,240 4 0,320 G 0,069 3 0,207 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 1 0,053 1 0,053 1 0,053 2 0,106 3 0,159 4 0,212 4 0,212 3 0,159
Kelemahan
I 0,049 1 0,049 2 0,098 4 0,196 4 0,196 4 0,196 2 0,098 2 0,098 2 0,098 J 0,076 1 0,076 3 0,228 4 0,304 4 0,304 3 0,228 3 0,228 3 0,228 2 0,152 K 0,091 1 0,091 1 0,091 1 0,091 4 0,364 3 0,273 2 0,182 4 0,364 2 0,182 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 4 0,184 1 0,046 M 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 3 0,267 1 0,089 3 0,267 3 0,267 4 0,356 N 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 3 0,162 3 0,162 3 0,162 1 0,054 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 2 0,122 2 0,122 2 0,122 1 0,061
Peluang
P 0,066 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 3 0,198 3 0,198 Q 0,057 3 0,171 3 0,171 4 0,228 3 0,171 3 0,171 2 0,114 3 0,171 3 0,171 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 3 0,264 4 0,352 S 0,053 3 0,159 3 0,159 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 4 0,336 4 0,336 3 0,252 4 0,336 4 0,336 3 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276
Ancaman
X 0,054 3 0,162 1 0,054 1 0,054 4 0,216 2 0,108 3 0,162 3 0,162 2 0,108 Y 0,087 4 0,348 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 2 0,174 3 0,261 4 0,348 Z 0,051 4 0,204 4 0,204 3 0,153 3 0,153 3 0,153 2 0,102 3 0,153 4 0,204
AA 0,054 4 0,216 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 BB 0,067 3 0,201 2 0,134 3 0,201 4 0,268 4 0,268 3 0,201 2 0,134 3 0,201 CC 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 2 0,174 2 0,174 2 0,174 4 0,348
STAS 6,098 5,591 5,641 6,374 6,156 6,191 6,182 6,437
Page 199
180
3. Nama Responden : Bapak Edi Susilo (Pemilik perusahaan Dian Jaya)
Faktor
Kunci
Bobot
Rata-Rata
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 4 0,272 4 0,272 3 0,204 3 0,204 4 0,272 4 0,272 3 0,204 1 0,068 C 0,057 4 0,228 4 0,228 2 0,114 3 0,171 4 0,228 3 0,171 3 0,171 1 0,057 D 0,071 3 0,213 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,213 4 0,284 E 0,065 3 0,195 4 0,260 4 0,260 3 0,195 4 0,260 2 0,130 2 0,130 2 0,130 F 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 3 0,240 4 0,320 G 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 2 0,106 1 0,053 3 0,159 1 0,053 2 0,106 4 0,212 3 0,159 3 0,159
Kelemahan
I 0,049 1 0,049 3 0,147 4 0,196 3 0,147 3 0,147 1 0,098 3 0,147 2 0,098 J 0,076 1 0,076 4 0,304 4 0,304 3 0,228 3 0,228 1 0,076 3 0,228 2 0,152 K 0,091 2 0,182 4 0,364 2 0,182 4 0,364 2 0,182 1 0,091 3 0,273 3 0,182 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 2 0,092 1 0,046 2 0,092 2 0,092 M 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 3 0,267 2 0,178 3 0,267 3 0,267 4 0,356 N 0,054 2 0,108 1 0,054 1 0,054 3 0,162 3 0,162 4 0,216 3 0,162 4 0,216 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 3 0,183 1 0,061 1 0,061 1 0,061
Peluang
P 0,066 4 0,264 3 0,198 4 0,264 4 0,264 3 0,198 3 0,198 2 0,132 2 0,132 Q 0,057 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 4 0,228 4 0,228 3 0,171 2 0,114 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 3 0,264 4 0,352 S 0,053 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 3 0,252 3 0,252 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276
Ancaman
X 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 1 0,054 2 0,108 3 0,162 4 0,216 Y 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 3 0,261 3 0,261 4 0,348 Z 0,051 3 0,153 4 0,204 4 0,204 3 0,153 4 0,204 3 0,153 2 0,102 4 0,204
AA 0,054 3 0,162 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 BB 0,067 2 0,134 2 0,134 4 0,268 2 0,134 4 0,268 3 0,201 2 0,134 3 0,201 CC 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 1 0,087 2 0,174 4 0,348
STAS 6,109 6,048 6,149 6,365 6,399 6,062 5,888 6,376
Page 200
181
4. Nama Responden : Bapak Trisila Juwantara (Pemilik perusahaan Yuasa Food)
Faktor
Kunci
Bobot
Rata-Rata
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 4 0,272 4 0,272 3 0,204 3 0,204 4 0,272 4 0,272 3 0,204 4 0,272 C 0,057 4 0,228 3 0,171 3 0,171 2 0,114 4 0,228 4 0,228 3 0,171 4 0,228 D 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,213 4 0,284 E 0,065 4 0,260 4 0,260 4 0,260 3 0,195 4 0,260 3 0,195 3 0,195 3 0,195 F 0,080 4 0,320 3 0,240 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 3 0,240 4 0,320 G 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 4 0,212 3 0,159 4 0,212
Kelemahan
I 0,049 1 0,049 4 0,196 4 0,196 3 0,147 2 0,098 2 0,098 3 0,147 1 0,049 J 0,076 1 0,076 3 0,228 4 0,304 3 0,228 2 0,152 2 0,152 3 0,228 1 0,076 K 0,091 2 0,182 3 0,273 1 0,091 4 0,364 2 0,182 2 0,182 3 0,273 2 0,182 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 2 0,092 2 0,092 4 0,184 1 0,046 M 0,089 2 0,178 2 0,178 1 0,089 4 0,356 2 0,178 2 0,178 2 0,178 4 0,356 N 0,054 1 0,054 2 0,108 1 0,054 3 0,162 3 0,162 3 0,162 2 0,108 2 0,108 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 3 0,183 3 0,183 1 0,061 1 0,061
Peluang
P 0,066 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 Q 0,057 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 2 0,114 3 0,171 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 3 0,264 4 0,352 S 0,053 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 2 0,106 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 3 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 3 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276
Ancaman
X 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 2 0,108 2 0,108 3 0,162 1 0,054 Y 0,087 2 0,174 2 0,174 1 0,087 2 0,174 2 0,174 2 0,174 1 0,087 4 0,348 Z 0,051 3 0,153 4 0,204 3 0,153 2 0,102 2 0,102 3 0,153 3 0,153 4 0,204
AA 0,054 3 0,162 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 BB 0,067 2 0,134 3 0,201 3 0,201 3 0,201 3 0,201 3 0,201 3 0,201 3 0,201 CC 0,087 2 0,174 2 0,174 2 0,174 3 0,261 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348
STAS 6,034 6,199 6,018 6,486 6,352 6,281 5,715 6,544
Page 201
182
5. Nama Responden : Ibu Nafingah (Pemilik perusahaan Mandiri)
Faktor
Kunci
Bobot
Rata-Rata
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 4 0,272 4 0,272 3 0,204 3 0,204 4 0,272 4 0,272 3 0,204 4 0,272 C 0,057 4 0,228 3 0,171 3 0,171 2 0,114 4 0,228 4 0,228 3 0,171 4 0,228 D 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,213 4 0,284 E 0,065 4 0,260 4 0,260 4 0,260 3 0,195 4 0,260 3 0,195 3 0,195 3 0,195 F 0,080 4 0,320 3 0,240 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 3 0,240 4 0,320 G 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 4 0,212 3 0,159 4 0,212
Kelemahan
I 0,049 1 0,049 4 0,196 4 0,196 3 0,147 2 0,098 2 0,098 3 0,147 1 0,049 J 0,076 1 0,076 3 0,228 4 0,304 3 0,228 2 0,152 2 0,152 3 0,228 1 0,076 K 0,091 2 0,182 3 0,273 1 0,091 4 0,364 2 0,182 2 0,182 3 0,273 2 0,182 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 2 0,092 2 0,092 4 0,184 1 0,046 M 0,089 2 0,178 2 0,178 1 0,089 4 0,356 2 0,178 2 0,178 2 0,178 4 0,356 N 0,054 1 0,054 2 0,108 1 0,054 3 0,162 3 0,162 3 0,162 2 0,108 2 0,108 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 3 0,061 3 0,061 1 0,061 1 0,061
Peluang
P 0,066 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 Q 0,057 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 2 0,114 3 0,171 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 3 0,264 4 0,352 S 0,053 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 2 0,106 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 3 0,252 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 3 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276
Ancaman
X 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 2 0,108 2 0,108 3 0,162 1 0,054 Y 0,087 2 0,174 2 0,174 1 0,087 2 0,174 2 0,174 2 0,174 1 0,087 4 0,348 Z 0,051 3 0,153 4 0,204 3 0,153 2 0,102 2 0,102 3 0,153 3 0,153 4 0,204
AA 0,054 3 0,162 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 BB 0,067 3 0,134 3 0,134 3 0,134 3 0,134 3 0,134 3 0,134 3 0,134 3 0,134 CC 0,087 3 0,261 2 0,174 2 0,174 3 0,261 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348
STAS 6,034 6,199 6,018 6,486 6,352 6,281 5,715 6,544
Page 202
183
6. Nama Responden : Bapak Bambang Riwiharto (Pemilik perusahaan Tiara Mas)
Faktor
Kunci
Bobot
Rata-Rata
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 4 0,272 3 0,204 3 0,204 C 0,057 4 0,228 4 0,228 3 0,171 4 0,228 4 0,228 3 0,171 3 0,171 3 0,171 D 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 E 0,065 4 0,260 4 0,260 4 0,260 4 0,260 4 0,260 2 0,130 2 0,130 2 0,130 F 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 G 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 3 0,159 2 0,106 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159
Kelemahan
I 0,049 1 0,049 3 0,147 4 0,196 3 0,147 3 0,147 1 0,049 2 0,098 1 0,049 J 0,076 1 0,076 4 0,304 4 0,304 3 0,228 4 0,304 1 0,076 2 0,152 1 0,076 K 0,091 1 0,091 3 0,273 1 0,091 3 0,273 1 0,091 2 0,182 3 0,273 1 0,091 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 4 0,184 1 0,046 M 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 2 0,178 4 0,356 N 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 2 0,108 3 0,162 2 0,108 2 0,108 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061
Peluang
P 0,066 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 3 0,198 Q 0,057 3 0,171 3 0,171 4 0,228 3 0,171 4 0,228 4 0,228 3 0,171 3 0,171 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 S 0,053 3 0,159 3 0,159 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276
Ancaman
X 0,054 1 0,054 3 0,162 1 0,054 3 0,162 1 0,054 2 0,108 3 0,162 1 0,054 Y 0,087 3 0,261 3 0,261 1 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348 Z 0,051 4 0,204 4 0,204 4 0,204 3 0,153 4 0,204 4 0,204 3 0,153 4 0,204
AA 0,054 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 BB 0,067 3 0,201 3 0,201 4 0,268 3 0,201 4 0,268 4 0,268 3 0,201 3 0,201 CC 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348
STAS 6,148 6,359 6,063 6,692 6,233 5,865 5,958 6,263
Page 203
184
7. Nama Responden : Ibu Nurmar Aisyah (Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo)
Faktor
Kunci
Bobot
Rata-Rata
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 3 0,204 3 0,204 2 0,136 3 0,204 3 0,204 3 0,204 3 0,204 2 0,136 C 0,057 3 0,171 3 0,171 2 0,114 3 0,171 3 0,171 2 0,114 2 0,114 2 0,114 D 0,071 3 0,213 3 0,213 4 0,284 3 0,213 4 0,284 3 0,213 4 0,284 3 0,213 E 0,065 2 0,130 2 0,130 4 0,260 2 0,130 3 0,130 1 0,065 2 0,130 2 0,130 F 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 G 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 3 0,207 4 0,276 4 0,276 3 0,207 3 0,207 H 0,053 3 0,159 3 0,159 4 0,212 3 0,159 3 0,159 4 0,212 3 0,159 4 0,212
Kelemahan
I 0,049 1 0,049 2 0,098 4 0,196 3 0,147 2 0,098 1 0,049 2 0,098 1 0,049 J 0,076 1 0,076 4 0,304 4 0,304 3 0,228 2 0,152 1 0,076 2 0,152 1 0,076 K 0,091 3 0,273 2 0,182 1 0,091 3 0,273 1 0,091 2 0,182 3 0,273 1 0,091 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,092 1 0,046 1 0,046 4 0,184 1 0,046 M 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 3 0,267 1 0,089 2 0,178 2 0,178 4 0,356 N 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 2 0,108 2 0,108 2 0,108 2 0,108 1 0,054 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061
Peluang
P 0,066 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 Q 0,057 2 0,114 2 0,114 4 0,228 2 0,114 4 0,228 2 0,114 2 0,114 2 0,114 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 S 0,053 4 0,212 4 0,212 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276
Ancaman
X 0,054 1 0,054 2 0,108 1 0,054 3 0,162 1 0,054 2 0,108 3 0,162 1 0,054 Y 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 2 0,174 2 0,174 4 0,348 Z 0,051 3 0,153 3 0,153 3 0,153 2 0,102 4 0,204 4 0,204 2 0,102 4 0,204
AA 0,054 4 0,216 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 BB 0,067 2 0,134 2 0,134 3 0,201 2 0,134 4 0,268 4 0,268 1 0,067 3 0,201 CC 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348
STAS 5,948 5,662 5,925 5,960 5,854 5,678 5,743 5,943
Page 204
185
8. Nama Responden : Bapak Untung (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kabupaten Wonosobo)
Faktor
Kunci
Bobot
Rata-Rata
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
A 0,071 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 4 0,284 B 0,068 3 0,204 3 0,204 3 0,204 3 0,204 3 0,204 3 0,272 3 0,272 1 0,272 C 0,057 3 0,171 3 0,171 2 0,114 3 0,171 3 0,171 2 0,228 2 0,228 1 0,228 D 0,071 3 0,213 3 0,213 4 0,284 4 0,284 4 0,284 3 0,284 3 0,213 4 0,284 E 0,065 2 0,130 2 0,130 2 0,130 2 0,130 3 0,195 1 0,130 2 0,065 2 0,260 F 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,240 4 0,320 G 0,069 3 0,207 4 0,276 4 0,276 3 0,207 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 H 0,053 4 0,212 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 4 0,212 4 0,053 4 0,159
Kelemahan
I 0,049 1 0,049 1 0,049 4 0,196 2 0,098 2 0,098 1 0,049 2 0,098 1 0,049 J 0,076 1 0,076 2 0,152 4 0,304 2 0,152 2 0,152 1 0,076 2 0,152 1 0,076 K 0,091 2 0,182 2 0,182 2 0,182 4 0,364 2 0,182 2 0,182 3 0,273 2 0,182 L 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 1 0,046 3 0,138 1 0,046 M 0,089 4 0,356 1 0,089 1 0,089 3 0,267 1 0,089 1 0,089 2 0,267 4 0,356 N 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 2 0,108 3 0,162 2 0,108 1 0,054 O 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061 1 0,061
Peluang
P 0,066 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 4 0,264 Q 0,057 2 0,114 2 0,114 4 0,228 2 0,114 4 0,228 3 0,171 2 0,114 3 0,171 R 0,088 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 4 0,352 S 0,053 4 0,212 4 0,212 4 0,212 3 0,159 4 0,212 3 0,159 2 0,106 3 0,159 T 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 U 0,084 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,336 4 0,252 4 0,336 V 0,089 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 4 0,356 W 0,069 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276 4 0,276
Ancaman
X 0,054 1 0,054 1 0,054 1 0,054 3 0,162 2 0,108 2 0,108 3 0,162 2 0,108 Y 0,087 4 0,348 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 1 0,087 2 0,174 4 0,348 Z 0,051 2 0,102 3 0,153 4 0,204 2 0,102 4 0,204 4 0,204 2 0,102 4 0,204
AA 0,054 4 0,216 4 0,216 4 0,216 3 0,162 4 0,216 4 0,216 4 0,216 4 0,216 BB 0,067 2 0,134 2 0,134 4 0,268 2 0,134 4 0,268 4 0,268 2 0,134 2 0,134 CC 0,087 3 0,261 1 0,087 1 0,087 2 0,174 1 0,087 1 0,087 1 0,087 4 0,348
STAS 5,967 5,407 6,079 6,050 5,999 5,613 5,816 6,106
Page 205
186
Keterangan:
Faktor-Faktor Strategi Internal
A. Lokasi industri yang strategis I. Penulisan labelisasi yang belum lengkap
B. Koordinasi tugas yang cukup baik antara pemilik dan karyawan J. Kurangnya kegiatan promosi produk
C. Tenaga kerja lokal yang terampil dan pengalaman K. Keterbatasan modal usaha
D. Produk memiliki banyak kandungan gizi dan mutu yang baik L. Pembukuan keuangan yang masih sederhana
E. Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo M. Akses terhadap bahan baku utama kurang terjamin
F. Produk memiliki citra sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo N. Peralatan produksi masih sederhana
G. Memiliki saluran distribusi produk O. Tidak memiliki bidang penelitian dan pengembangan
H. Limbah industri carica dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis
Faktor-Faktor Strategi Eksternal
P. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo semakin membaik X. Kenaikan harga bahan baku pendukung
Q. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan Y. Carica merupakan tanaman musiman
R. Kebiasaan membawakan oleh-oleh makanan khas suatu daerah Z. Hambatan masuk ke dalam industri relatif kecil
S. Pertumbuhan jumlah penduduk AA. Adanya persaingan antar industri sejenis
T. Peningkatan kapasitas produksi carica di saat musim panen BB. Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan
U. Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tujuan wisata alam CC. Kekuatan tawar menawar pemasok carica yang kuat
V. Kebijakan dan program pemerintah yang mendukung
W. Perkembangan teknologi
Alternatif Strategi
Strategi 1 : Meningkatkan kapasitas produksi
Strategi 2 : Pengoptimalan saluran distribusi yang dimiliki untuk meningkatkan penjualan
Strategi 3 : Meningkatkan upaya pemasaran melalui peningkatan kegiatan promosi dan memperkuat identitas produk dengan memperbaiki labelisasi
produk
Strategi 4 : Memanfaatkan kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk pengembangan usaha
Strategi 5 : Meningkatkan mutu dan inovasi produk
Strategi 6 : Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada
Strategi 7 : Melakukan perbaikan dalam pengelolaan dan pengalokasian keuangan
Strategi 8 : Melakukan kontrak pengadaan bahan baku dengan pemasok
AS = 1, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini tidak menarik bagi industri kecil jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan
atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
AS = 2, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini agak menarik bagi industri kecil jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan
atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
AS = 3, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini cukup menarik bagi industri kecil jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi
kelemahan atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
AS = 4, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini sangat menarik bagi industri kecil jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi
kelemahan atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman